Download - 44453872 Automatic Roof
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam praktikum Mikroprosessor, para praktikan tidak hanya dituntut
untuk menguasai segala teori yang berkaitan tentang Mikroprosessor, namun
kiranya dalam praktikum dituntut pula kemampuan para praktikan dalam
menyusun atau merangkai komponen dalam praktikum ini. Dengan kemampuan
menyusun atau merangkai komponen elektronika inilah para praktikan diharapkan
akan mampu untuk dapat membuktikan teori yang telah dipelajari dalam modul
mata kuliah elektronika ke dalam aplikasi rangkaian elektronika. Selain
kemampuan menyusun atau merangkai komponen elektronika, para praktikanpun
dituntut untuk dapat membuat ke dalam bentuk alat peraga, sehingga para
praktikan memiliki bekal pengalaman dalam membuat suatu rangkaian aplikasi
Mikroprosessor.
Perubahan teknologi berkembang begitu pesat, sehingga dibutuhkan
pemikiran-pemikiran yang inovatif dengan menggunakan peralatan yang ada
untuk sebuah aplikasi tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
Begitu pula dengan bidang elektronika, perkembangan teknologi pada khususnya
Mikroprosessor menuntut automatisasi dalam segala hal yang dapat meringankan
pekerjaan manusia dan menjadikan segalanya serba instan, praktis dan ekonomis.
Pada saat ini sering terjadi hujan terkadang masyarakat panik pada saat
hujan dan repot pada saat mengambil jemuran.maka dijaman ini dibuat sebuah
atap otomatis/Automatic Roof untuk menghindari terjadinya hujan.Automatic
Roof adalah sebuah alat yang digunakan untuk menghindari dari hujan. Kami
memilih alat ini dikarenakan dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari – hari
seperti halnya pada atap jemuran yang masih terbuka, bila terjadi hujan maka atap
Automatic Roof / 2DC01
1
tersebut otomatis tertutup maka jemuran tidak akan basah. Dan setelah hujan atap
tersebut akan terbuka kembali. Selain itu pemilik rumah tidak panik untuk
mencemaskan jemuran pakaian tersebut.
Alat ini juga dapat diaplikasikan selain atap jemuran seperti contoh lain
atap garasi, atap stadium lapangan bola,dsb. Dengan menggunakan aplikasi ini
masyarakat tidak perlu panik lagi pada saat hujan. Dan alat ini sangat berguna
bagi masyarakat sekitar apabila alat ini berjalan dengan baik dan benar.
Alat ini yang kami pilih masih ada hubungan dengan modul dengan modul
praktikum yang kami pelajari sebelumnya sehingga kami memahami system alat
yang kami buat. Rangkaian Automatic Roof tersebut terdapat beberapa sensor
yang berguna untuk mendeteksi adanya hujan dan cahaya. Kami menggunakan 2
tipe sensor diantaranya sensor cahaya dan air. Dan selain sensor kami
menggunakan motor DC yang berguna untuk menarik atap disaat terbuka dan
tertutup. Namun dibalik semua komponen yang kami gunakan ada satu komponen
elektronika yang sangat dominan dalam pembuatan rangkaian ini adalah IC
AT89S51, IC mikrokontroller yang berfungsi sebagai otak untuk system kerja
Automatic Roof.
1.2 Batasan Makalah
Karena luasnya ruang lingkup dalam bidang elektronika, maka penulis
membatasi masalah yang akan dibahas, pada hal-hal yang menyangkut pada
pembuatan dari alat Automatic Roof saja yang bertujuan untuk mempermudah
dalam pemahaman dan pengertian tentang masalah-masalah pada Automatic
Roof. Dan pada makalah ini penulis mencoba menjelaskan tentang masalah
Automatic Roof secara garis besarnya, yang terbagi menjadi 5 bab yang setiap bab
membahas tentang Automatic Roof yang terdiri dari Pendahuluan, Landasan
Teori, Analisa Rangkaian, Cara Pengoprasian Alat, Kesimpulan dan Penutup.
Yang masing-masing bab akan menguraikan tentang masalah-masalah pada
Automatic Roof ini, dengan harapan agar dapat mudah dimengerti dan dipahami
Automatic Roof / 2DC01
2
dan sebagai acuan bagi penulis dalam pembuatan makalah ini, agar tidak terlalu
jauh menyimpang dari pokok masalah yang dibahas.
1.3 Tujuan Penulisan
Setelah melaksanakan praktikum Mikroprosessor, Universitas Gunadarma,
setiap mahasiswa dituntut untuk membuat sebuah alat elektronika dan laporan
(karya tulis), yang berguna untuk melatih mahasiswa dalam membuat alat dan
karya tulis, dan untuk mengetahui seberapa jauh mahasiswa memahami tentang
ilmu elektronika yang telah diberikan kepada mahasiswa tersebut, adapun tujuan
yang lebih lanjut dari penulisan laporan ini adalah :
1. Memberikan penjelasan dan cara kerja secara garis besar dari proyek
elektronika yang telah dibuat. Sirene.
2. Memberikan pengenalan dasar tentang rangkaian elektronika, serta
komponen-komponen dalam perangkat elektronika.
3. Sebagai syarat kelulusan dan syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester
pada Semester ini tahun ajaran 2009/2010.
4. Untuk menambah pembendaharaan Universitas Gunadarma.
5. Menambah wawasan penulis mengenai perkembangan didalam bidang
elektronika.
6. Melatih penulis dalam karya tulis.
1.4 Metode Penulisan
Alasan kepada penulisan memilih judul ” Automatic Roof” dari proyek
yang ditugaskan dan pula sebagai judul dari makalah yang dibuat adalah karena
Automatic Roof merupakan rangkaian yang memiliki, manfaat cukup luas untuk
orang banyak yang sekarang banyak dipergunakan sebagai untuk menghindari
terjadinya hujan , juga secara lebih khusus untuk dapat dipakai langsung dalam
menunjang kegiatan praktikum elektronika yang diselanggarakan di laboratorium
Mikroprosessos. Dari data-data yang diperoleh, penulis menyajikan dan
menjelaskannya dalam makalah ini.
Automatic Roof / 2DC01
3
1.5 Sistematik Penulisan
Sistematik penulisan dalam makalah ini terdiri dari 5 (lima) bab yang
bertujuan agar pembaca dapat memahami dan mengerti isi dari laporan ini, yang
terdiri dari :
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini praktikan menjelaskan tentang Penggunaan dan Aplikasi perangkat
elektronika dalam kehidupan sehari-hari dan penggunaannya dalam teknologi
sekarang ini. Serta kami juga akan menjelaskan tentang tujuan dalam pembuatan
proyek yang berjudul “ Automatic Roof ”
BAB II Landasan Teori
Berisikan tentang teori dasar yang berhubungan dengan analisa rangkaian proyek,
dan kerangka terbentuknya proyek “ Automatic Roof “ ini.
BAB III Analisa Rangkaian
Dalam analisa rangkaian, kami akan menjelaskan dan menganalisa rangkaian baik
secara blok maupun secara detail, sehingga dalam penggunaannya akan semakin
jelas dan mudah dimengerti.
BAB IV Cara Pengoprasian Alat
Berisi tentang cara dan panduan dalam pengoprasian alat dari proyek yang akan
kami presentasikan.
BAB V Penutup
Berisi kesimpulan, rangkuman dan saran-saran dari apa yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya.
Daftar Pustaka
Berisikan sumber-sumber yang akan kami ambil dalam menyusun makalah ini.
Automatic Roof / 2DC01
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Automatic Roof
Sejalan dengan perkembangan zaman, peralatan elektronik semakin hari
semakin berkembang dan canggih, meskipun begitu banyak juga peralatan
elektonik sederhana yang masih digunakan untuk membantu dalam kehidupan
sehari-hari. Contohnya Automatic Roof ini meskipun dari jenis dan kemampuan
yang sederhana, tetapi dalam penggunaannya sangat bermanfaat. Sistem
pengunaannya menggunakan system sensor. Ada 2 jenis sensor di antaranya
sensor cahaya dan sensor air.
Automatic Roof ini merupakan salah satu teknologi yang canggih tetapi
merupakan sebuah alat sederhana. Yaitu suatu alat yang dirangkai dari komponen
– komponen seperti Resistor, Kapasitor, IC, LDR, dan Minsys. Yang semuanya
merupakan dari jenis komponen elektronika yang sangat sederhana, banyak dan
mudah didapat. Rangkaian Automatic Roof merupakan rangkaian elektronik yang
mempunyai kemampuan mendeteksi suatu cahaya dan air hujan, yang fungsinya
untuk alat pemberitahuan sederhana. Dan dalam penyajian bentuk yang cukup
mudah dimengerti oleh semua pengguna, karena untuk mengoperasikan alat ini
juga cukup mudah dioperasikan.
2.2 Teori Dasar Mikroprosessor
Mikroprosesor atau CPU adalah “otak” yang merupakan pengendali utama
semua operasi dalam sistem komputer. Mikroprosesor mengambil instruksi biner
dari memori, menerjemahkannya menjadi serangkaian aksi dan menjalankannya.
Aksi tersebut bisa berupa transfer data dari dan ke memori, operasi aritmatika dan
Automatic Roof / 2DC01
5
logika, atau pembangkitan sinyal kendali. Namun dibawah ini kami menjelaskan
komponen – komponen yang digunakan pada rangkaian Automatic Roof.
2.2.1 Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk memberikan
hambatan terhadap aliran arus listrik. Dalam rangkaian listrik dibutuhkan resistor
dengan spesifikasi tertentu, seperti besar hambatan, arus maksimum yang boleh
dilewatkan dan karakteristik hambatan terhadap suhu dan panas. Resistor
memberikan hambatan agar komponen yang diberi tegangan tidak dialiri dengan
arus yang besar, serta dapat digunakan sebagai pembagi tegangan. Untuk
mengendalikan arus dalam sebuah rangkaian lisrtik, digunakan komponen yang
mempunyai resistansi. Artinya komponen tersebut mempunyai kemampuan untuk
membatasi arus listrik yang mengalir pada rangkaian. Bentuk dan penggunaan
resistor dapat dibagi atas :
1. Resistor Tetap (fixed resistor)
2. Resistor Variable (potensiometer)
3. Resistor yang dapat diubah secara kontiyu (trimpot)
4. Theristor / NTC
- Suhu tinggi, Resistansi kecil.
- Suhu rendah, Resistansi besar.
5. Resistor peka cahaya (LDR – Light Dependent Resistor)
- Cahaya tinggi, Resistansi kecil.
- Cahaya rendah, Resistansi besar.
Simbol – Simbol Resistor :
Automatic Roof / 2DC01
6
Bahan pembentuk resistor dapat dibagi atas :
1. Resistor kawat
2. Resistor arang/komposisi.
3. Resistor lapisan okisida logam.
4. Resistor dalam IC.
5. Resistor film.
Sifat dan fungsi dari resistor :
1. Untuk membangkitkan panas (filament).
2. Untuk membagi tegangan.
3. Sebagai penghubung rangkaian (kopel).
4. Perubah bentuk arus.
5. Untuk penentuan besaran fisis.
Dari semua kompenen elektronika, resistorlah yang paling banyak
digunakan. Ketelitian resistor digolongkan dalam persentase penyimpanan dari
nilai nominalnya. Misalnya resistor-resistor yang akan digunakan dalam proyek
disini adalah 5 % artinnya bahwa nilai sebenarnya dari resistor yang digunakan
tidak akan menyimpang kurang atau lebih dari 5 % dari nilai nominalnya. Jadi
suatu resistor dari 100 ohm mempunyai tahanan antara 95 ohm sampai 100 ohm.
Automatic Roof / 2DC01
Resistor Tetap Potentiometer Trimpot LDR
7
Resistor pada umumnya mempunyai nilai toleransi 1%, 2%, 3%, 5%, 10%
dan 20%. Resistor yang mempunyai nilai toleransi lebih kecil biasanya lebih
mahal harganya. Resistor juga dapat dispesifikasikan menurut kapasitansinya
untuk mendisipasi (menyerap) daya listrik, dinyatakan dalam Watt.
Karena bentuk fisik dari resistor kecil, maka pada bahannya diberikan nilai
tahanan dalam kode warna menurut standart internasional. Seperti terlihat pada
gambar no. 1 dan no. 2. Dibawah ini :
Keterangan :
Gelang ke-1 dan ke-2 menyatakan angka.
Gelang ke-3 menyatakan faktor pengali (banyaknya nol).
Gelang ke-4 menyatakan toleransinya.
Automatic Roof / 2DC01
Gambar 2.23 Warna Gelang Resistor
8
Contoh dari kode
warna :
Coklat Hijau
Merah Emas
Nilai R
1 5
x 100 5%
1500 +5%Ohm
Pada resistor tidak dapat dipolaritaskan, artinya jika pemasangannya bolak-balik
tidak akan berpengaruh.
2.2.2 Kapasitor
Automatic Roof / 2DC01
WARNA GELANG KE -1 dan 2 3 4
Hitam 0 X 1 0 %
Coklat 1 X 10 1 %
Merah 2 X 100 2 %
Orange 3 X 1000 3 %
Kuning 4 X 10000 -
Hijau 5 X 100000 -
Biru 6 X 1000000 -
Ungu 7 X 10000000 -
Abu-abu 8 X 100000000 -
Putih 9 X
1000000000
-
Emas - X 0.1 5 %
Perak - X 0.1 10 %
Tidak
Berwarna
- - 20 %
Gambar 2.14 Tabel Kode Warna Resistor
kapasitor adalah komponen elektrik yang berfungsi untuk menyimpan muatan
listrik. Salah satu jenis kapasitor adalah kapasitor keeping sejajar. Kapasitor ini
terdiri dari dua buah keping metal sejajar yang dipisahkan oleh isolator yang
disebut dielektrik. Bila kapasitor dihubungkan ke batere kapasitor terisi hingga
beda potensial antara kedua terminalnya sama dengan tegangan batere. Jika batere
dicabut, muatan-muatan listrik akan habis dalam waktu yang sangat lama,
terkecuali bila sebuah konduktor dihubungkan pada kedua terminal kapasitor.
Sebuah kapasitorterdiri dari dua bahan penghantar yang dipisahkan oleh sebuah
bahan isolasi yang disebut dielektrikum. Kemampuan untuk menyimpan muatan
listrik pada kapasitor disebut dengan kapasitansi atau kapasitas. Kapasitas
kapasitor merupakan sebuah ukuran dari banyaknya muatan listrik yang dapat
disimpan oleh kapasitor tersebut dibagi (per) satuan beda petensialnya.
Kapasitas terdapat dalam beraneka ragam yang sangat besar, dalam bentuk
ukuran, tipe, pembuatan/bahan baku, nilai voltage kerja dan nilai kapasitansinya.
Nilai kapasitor dinyatakan dalam satuan farad (F) atau pada umumnya satuan
tersebut mempunyai skala mikro Farad (uF) yang tertera pada badan kondesantor,
artinya huruf ini menunjukan nilai sekian per sejuta dari 1 Farad. Satu Farad
adalah nilai kapasitas yang sedemikian besarnya, sehingga tidak akan pernah
dijumpai dalam bidang elektronika khususnya, atau juga pada umumnya
dilengkapi dengan potensial kerja kapasitor tersebut.
Fungsi Kapasitor pada rangkaian listrik :
1. Untuk menyimpan muatan listrik.
2. Untuk menahan arus searah dan melewatkan arus bolak-balik.
3. Sebagai kopel (penghubung) pada rangkaian listrik.
4. Sebagai penentu frekuensi.
Macam-macam kapasitor :
Automatic Roof / 2DC01
9
1. Kapasitor elektrolit,mempunyai kapasitas sebesar 1uF atau lebih dan
mempunyai polaritas kutub (+) dan kutub (-).
2. Kapasitor non elektrolit, mempunyai kapasitas kurang dari 1 uF dan tidak
mempunyai polaritas, umumnya terbuat dari bahan dielektrik keramik, mika
atau poliyester.
3. Kapasitor Variable (varco).
4. Kapasitor Trimmer.
Kebanyakan kapasitor tidak dipolaritaskan, yang artinya dapat dipasang
bolak-balik, akan tetapi beberapa tipe dipolaritaskan, artinya tidak boleh dipasang
bolak-balik. Kapasitor elektrolit selalu dipolaritaskan, kecuali jika ada tanda
keterangan lainnya (beberapa elektrolit non-polarisasi dibuat untuk penggunaan
tertentu). Kapasitor yang dipolaritaskan selalu diberi tanda yang memperhatikan
kutubnya. Cara yang umum ialah tanda negatif (-) dan tanda positif (+) pada
kawat tiap sambungan, atau ada juga yang diberi tanda warna merah pada terminal
positif atau warna hitam pada terminal negatif.
2.2.3 Trimpot
Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara
memutar porosnya dengan menggunakan obeng. Untuk mengetahui nilai
hambatan dari suatu trimpot dapat dilihat dari angka yang tercantum pada
badantrimpot tersebut.
(a) Atau (b)
Gambar 2.13. (a) Trimpot dan (b) symbol trimpot
Automatic Roof / 2DC01
10
2.2.4 LDR
Resistor peka cahaya (Light Dependent Resistor/LDR) memanfaatkan bahan
semikonduktor yang karakteristik listriknya berubah-ubah sesuai dengan cahaya
yang diterima. Bahan yang digunakan adalah Kadmium Sulfida (CdS) dan
Kadmium Selenida (CdSe). Bahan-bahan ini paling sensitif terhadap cahaya
dalam spektrum tampak, dengan puncaknya sekitar 0,6 µm untuk CdS dan 0,75
µm untuk CdSe. Sebuah LDR CdS yang typikal memiliki resistansi sekitar 1 MΩ
dalam kondisi gelap gulita dan kurang dari 1 KΩ ketika ditempatkan dibawah
sumber cahaya terang (Mike Tooley, 2003).
LDR adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang
besarnya tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu
Laju Recovery dan Respon Spektral:
1. Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya
tertentu kedalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai
resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan
gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga di
kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan
suatu ukuaran praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu.
Harga ini ditulis dalam K /detik, untuk LDR type arus harganya lebih besar dari
200 K /detik (selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux),
kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari
tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk
mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.
2. Respon Spektral
Automatic Roof / 2DC01
11
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang
gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan
sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, alumunium, baja, emas, dan perak.
Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak
digunakan karena mempunyai daya hantar yang baik
Salah satu jenis resistor yaitu Light dependent resistor (LDR). Resistansi
LDR akan berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya
atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ
dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari bahan
semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya
yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik
meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan.
Dengan sifat LDR yang demikian, maka LDR (Light Dependent Resistor)
dapat digunakan sebagai sensor cahaya. Contoh penggunaannya adalah pada
lampu taman dan lampu di jalan yang bisa menyala di malam hari dan padam di
siang hari secara otomatis. Atau bisa juga kita gunakan di kamar kita sendiri.
Prinsip Kerja LDR
Light Dependent Resistor (biasa disebut LDR), terdiri dari sebuah cakram
semikonduktor yang mempunyai dua buah elektroda pada permukaannya. Pada
saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram tersebut menghasilkan elektron
bebas dengan jumlah yang relatif kecil. Sehingga hanya ada sedikit elektron untuk
mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya redup LDR menjadi
konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang besar
pada saat gelap atau cahaya redup.
Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron yang lepas dari atom
bahan semikonduktor tersebut. Sehingga akan ada lebih banyak elektron untuk
mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya terang LDR menjadi
Automatic Roof / 2DC01
12
konduktor yang baik, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang kecil
pada saat cahaya terang.
Gambar 2.1 Simbol LDR
Gambar 2.2 Sensor cahaya(LDR)
2.2.5 Sensor
Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan
untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi
tegangan dan arus listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika,
sensor memberikan kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah
yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya (Petruzella, 2001).
Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik
berfungsi mengubah besaran fisik (misalnya : temperatur, gaya, kecepatan
putaran) menjadi besaran listrik yang proposional. Sensor dalam teknik
pengukuran dan pengaturan ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan kualitas
yakni :
1. Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus
linier.
Automatic Roof / 2DC01
13
2. Tidak Tergantung Temperatur
Keluaran konverter tidak boleh tergantung pada temperatur di sekelilingnya,
kecuali sensor suhu.
3. Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan
yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup besar.
4. Waktutanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk
mencapai nilai akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara mendadak.
Sensor harus dapat berubah cepat bila nilai masukan pada sistem tempat
sensor tersebut berubah.
5. Batas frekuensi terendah dan tertinggi
Batas-batas tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah dan
tertinggi yang masih dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada
kebanyakan aplikasi disyaratkan bahwa frekuensi terendah adalah 0Hz.
6. Stabilitas waktu
Untuk nilai masukan (input) tertentu sensor harus dapat memberikan keluaran
(output) yang tetap nilainya dalam waktu yang lama.
7. Histerisis
Automatic Roof / 2DC01
14
Gejala histerisis yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai pada
sensor. Misalnya, pada suatu temperatur tertentu sebuah sensor dapat
memberikan keluaran yang berlainan.
Gambar 2.3 Simbol Sensor
2.2.6 Motor DC
Motor DC adalah pergerakan Rotor Satu arah Saja. Mesin listrik ini dapat
berfungsi sebagai motor listrik apabila didalam motor listrik tersebut terjadi
proses konversi dari energi listrik menjadi energi mekanik. Sedangkan untuk
motor dc itu sendiri memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan
jangkar dan kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Pada motor
dc kumparan medan disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan
jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika tejadi putaran pada kumparan
jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbul tagangan (GGL) yang
berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran, sehingga merupakan tegangan
bolak-balik.
Automatic Roof / 2DC01
15
Prinsip dari arus searah adalah membalik phasa negatif dari gelombang sinusoidal
menjadi gelombang yang mempunyai nilai positif dengan menggunakan
komutator, dengan demikian arus yang bebalik arah dengan kumparan jangkar
yang berputar dalam medan magnet, dihasilkan tegangan (GGL) seperti yang
terlihat pada Gambar dibawah ini sebagai berikut :
Ea
ω t
Gambar 2.4 Gelombang Arus Searah1
a. Prinsip Kerja
Daerah kumparan medan yang yang dialiri arus listrik akan menghasilkan
medan magnet yang melingkupi kumparan jangkar dengan arah tertentu. Konversi
dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya
berlangsung melalui medan magnet, dengan demikian medan magnet disini selain
berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan energi, sekaligus berfungsi sebagai
tempat berlangsungnya. proses perubahan energi dan daerah tersebut dapat dilihat
pada Gambar dibawah ini :
Automatic Roof / 2DC01
16
Gambar 2.5 Prinsip Kerja Motor dc
Dengan mengacu pada hukum kekekalan energi :
Proses energi listrik = energi mekanik + energi panas + energi didalam
medan magnet
Maka dalam medan magnet akan dihasilkan kumparan medan dengan kerapatan
fluks sebesar B dengan arus adalah I serta panjang konduktor sama dengan L
maka diperoleh gaya sebesar F, dengan persamaan sebagai berikut :
F = B I L..................................................................................(pers .1)
Arah dari gaya ini ditentukan oleh aturan kaidah tangan kiri, adapun kaidah
tangan kiri tersebut adalah sebagai berikut :
Ibu jari sebagai arah gaya ( F ), telunjuk jari sebagai fluks ( B ), dan jari tengah
sebagai arus ( I ). Bila motor dc mempunyai jari-jari dengan panjang sebesar ( r ),
maka hubungan persamaan dapat diperoleh :
Tr = Fr = B I L r.....................................................................(pers 2.)
Saat gaya ( F ) tersebut dibandingkan, konduktor akan bergerak didalam
kumparan medan magnet dan menimbulkan gaya gerak listrik yang merupakan
reaksi lawan terhadap tegangan sumber. Agar proses perubahan energi mekanik
tersebut dapat berlangsung secara sempurna, maka tegangan sumber harus lebih
besar dari pada tegangan gerak yang disebabkan reaksi lawan. Dengan memberi
arus pada kumparan jangkar yang dilindungi oleh medan maka menimbulkan
perputaran pada motor.
b. Konstruksi Motor DC
Bagian-bagian yang penting dari motor dc dapat ditunjukkan pada Gambar
2.6. Dimana stator mempunyai kutub yang menonjol dan ditelar oleh kumparan
medan. Pembagian dari fluks yang terdapat pada daerah celah udara yang
Automatic Roof / 2DC01
17
dihasilkan oleh lilitan medan secara simetris yang berada disekitar daerah tengah
kutub kumparan medan.
Kumparan penguat dihubungkan secara seri, letak kumparan jangkar berada
pada slot besi yang berada disebelah luar permukaan jangkar. Pada jangkar
terdapat komutator yang berbentuk silinder dan isolasi sisi kumparan yang
dihubungkan dengan komutator pada beberapa bagian yang berbeda sesuai dengan
jenis belitan.
Gambar 2.6 Konstruksi Motor dc5
c. Torsi Motor
Torsi motor didefinisikan sebagai aksi dari suatu gaya pada motor yang dapat
mempengaruhi beban untuk ikut bergerak. Ketika sumber tegangan dihubungkan
pada brush (sikat) motor, maka arus yang mengalir masuk ke kutub positif brush,
melalui komutator dan kumparan armatur, serta keluar melalui daerah kutub
negatif dari brush.
Pada saat yang bersamaan, arus juga mengalir melalui kumparan medan
magnet. Penerapan kaidah tangan kanan pada konduktor armatur yang berada
dibawah kutub utara (D) memperlihatkan kumparan medan magnet yang
memperkuat gaya keatas agar dapat mendorong konduktor.
Automatic Roof / 2DC01
18
Gambar 2.7 Arah arus armatur untuk putaran searah jarum jam
Ketika kumparan medan magnet berada dibawah posisi kutub selatan E,
gaya akan memotong kearah kanan, kemudian menekan kebawah, sedangkan
kutub utara F dan selanjutnya akan bergerak mendorong kearah kiri dibawah
kutub selatan G, sehingga terbentuk suatu arah gaya yang dapat mengakibatkan
konduktor armatur yang bergerak searah dengan arah jarun jam seperti pada
Gambar 2.7.
Dalam kondisi armatur yang berputar, dimana konduktor bergerak
dibawah kutub menuju ke kondisi neutralplane, kondisi arus menjadi reverse
karena komutator.
Dari proses tersebut diperoleh suatu kenyataan yang sama, bila arus yang
mengalir melalui kumparan armatur dalam kondisi reverse dengan proses
membalik posisi armatur. Namun arahnya akan meninggalkan polaritas medan
yang bersangkutan, maka torsi yang dibangkitkan akan bergerak kearah yang
berlawanan dengan arah jarum jarum jam.
Sedangkan torsi yang dibangkitkan pada motor dc merupakan gabungan aksi dari
fluks medan ( Ф ), arus armatur ( Ia ) yang menghasilkan medan magnet didaerah
sekitar konduktor. Oleh karena itu diperoleh persamaan torsi ( T ) sebagai
berikut :
T = k Ф Ia............................................................................(pers 2.3)7
d. Motor DC Penguat Terpisah
Automatic Roof / 2DC01
19
Motor dc penguat terpisah adalah merupakan salah satu dari jenis motor dc
yang dapat menambah kemampuan daya dan kecepatan karena memiliki fluks
medan (Ф) yang dihasilkan oleh kumparan medan, yang terletak secara terpisah
dan mempunyai sumber pembangkit tersendiri berupa tegangan dc.
Sehingga dengan demikian, jenis motor dc penguat terpisah ini sangat
memungkinkan untuk dapat membangkitkan fluks medan (Ф) bila dibandingkan
dengan menggunakan motor dc magnet permanen. Karena motor dc penguat
terpisah mempunyai fleksibilitas dalam pengontrolan. seperti yang terdapat pada
Gambar 2.8.
Pada kenyataannya terdapat dua hal yang dapat mempengaruhi nilai torsi dan
kecepatan dari motor dc jenis penguat terpisah, yaitu tegangan dan fluks medan.
Hal ini dapat kita amati dari persamaan dasar motor dc, sebagai berikut :
V = Ea + Ia Ra.....................................................................(pers .4)
Jika E = c n Ф
Maka Vt = c n Ф + Ia Ra
n = Vt – Ia Ra
c Ф
Keterangan :
n = Kecepatan
c = Konstanta
Ra = Tahanan Jangkar
Vt = Tegangan jepit motor
Ia = Arus jangkar
Ф = Fluks magnet
Aplikasi secara umum, fluks medan diusahakan tetap dalam kondisi yang konstan,
sedangkan untuk tegangan suplai motor dc ditambah secara linear, hingga
diperoleh kecepatan nominal dari motor. Ketika kecepatan yang diinginkan
tersebut telah diperoleh, langkah kedua adalah menjaga agar kondisi tersebut tetap
stabil tidak melebihi kecepatan nominal, maka tegangan suplai dibiarkan dalam
kondisi konstan dan fluks pada kumparan medan diperkecil dengan mengurangi
arus medan (If) yang diberikan. Pada keadaan ini terjadi pelemahan kerja pada
Automatic Roof / 2DC01
20
sisi kumparan medan ( field Weaking ) dan kecepatan motor dc tersebut dapat
mencapai 50% s/d 100% dari kecepatan nominal motor.
Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Motor dc Penguat Terpisah9
e. Karakteristik Motor DC dengan Penguat Terpisah
Jika tegangan suplai yang diberikan pada kumparan medan diatur dalam
kondisi konstan pada suatu harga maksimum dari motor, maka fluks motor (Ф)
yang dibangkitakan menjadi besar, sehingga untuk harga Vt bernilai konstan.
Hubungan antara nilai torsi motor dan kecepatan motor dapat dipresentasikan
dengan hubungan antara dua buah garis lurus dengan kemiringan garis gradien
negatif yang kecil dengan perpotongan yang terletak pada sumbu kecepatan
seperti pada Gambar 2.9.
Apabila proses dari motor tersebut dihubungkan pada suatu sistem mekanik
(dalam hal ini motor diberi beban / terbebani) maka sistem akan bekerja pada poin
(P1), yang mana merupakan titik pertemuan antara dua buah garis.
Sedangkan jika motor tidak dihubungkan pada suatu mekanik (dalam hal ini
motor tidak diberi beban / tidak terbebani ), motor akan beroperasi pada posisi
poin (P0).
Untuk kumparan jangkar yang disuplai oleh sumber yang terkontrol dari
tegangan searah, maka kecepatannya dapat diatur mulai dari nol sampai harga Vt
sama dengan harga tegangan maksimum. Nilai range dari Vt2 akan mengikuti
karakteristik dari tegangan Vt1.
Automatic Roof / 2DC01
21
Gambar 2.9 Karakteristik Torsi dan Kecepatan dengan Pengaturan Tegangan Jangkar
2.2.7 IC AT89S51
IC AT89S51 ini adalah sebagai pusat memproses dari Automatic Roof dan
IC AT89S51 ini juga bagian dari mikrokontroller. Dibawah ini adalah keluarga
Mikrokontroller MCS-51 :
Mikrokontroler 8051 merupakan keluarga mikrokontroler MCS-51. Yang
termasuk dalam keluarga MCS-51 adalah mikrokontroler 8031 (versi 8051 tanpa
EPROM), 8751, dan 8052. Keluarga MCS-51 memiliki tipe CPU, RAM, counter/
timer, port paralel, dan port serial yang sama. Mikrokontroler 8051 diperkenalkan
pertama kali oleh Intel corp. pada akhir 1970. Mikrokontroler 8051 merupakan
kontroller 8-bit yang mampu mengakses 64 Kbyte memory dan 64 Kbyte data
memory (eksternal).
Pada awal perkembangannya, mikroprosesor dibuat berdasarkan
kebutuhan aplikasi yang lebih spesifik, dalam hal ini mikroprosesor dibagii
menjadi beberapa jenis, yaitu :
Mikroprosesor RISC (Reduced Instruction Set of Computing) dan CISC
(Complex Instruction Set of Computing). Jenis ini yang digunakan untuk
Automatic Roof / 2DC01
22
pengolahan informasi dengan perangkat lunak yang rumit dan digunakan
untuk kebanyakan PC saat ini.
Pengolah Sinyal Digital, DSP (Digital Signal Processor). Memiliki
perangkat lunak dan perangkat keras yang ditujukan untuk mempermudah
proses pengolahan sinyal-sinyal digital. DSP digunakan pada perangkat
audio dan video modern seperti VCD, DVD, Home Theatre dan juga pada
kartu-kartu multimedia di computer.
Dalam perkembangan yang begitu cepat, batasan-batasan tersebut menjadi
kabur, seperti definisi mini, mikro dan mainframe computer. Beberapa
mikrokontroller disebut embedded processor, artinya prosesor yang diberikan
program khusus yang selanjutnya diaplikasikan untuk akumulasi data dan kendali
khusus, serta bias diprogram ulang. Beberapa mikrokontroller modern juga
dilengkapi dengan DSP atau terdapat pula mkrokontroler yang tergolong RISC
seperti mkrokontroler AVR (Alf (Egil Bogen) and Vegard (Wollan) 's Risc
processor).
Mikrokontroller adalah suatu chip yang dibuat dengan cirri khasnya, umumnya
adalah :
Memiliki memori yang relatif sedikit. Penggunaan mikrokontroller untuk
keperluan instrumentasi khusus membuatnya tidak efisien jika menggunakan
memori yang besar namun tidak terpakai.
Memiliki unit I/O langsung. Berbeda dengan mkrokomputer yang unit I/O-nya
dapat dikonfigurasi lebih lanjut, mikrokontroller memiliki unit I/O yang
terintregasi dan berhubungan langsung dengan mikroprosesornya.
Sedangkan dalam hal aplikasi, mikrokontroller memiliki karakteristik sebagai
berikut :
Program relatif lebih kecil dari pada program PC.
Konsumsi daya kecil.
Rangkaian sederhana dan kompak.
Automatic Roof / 2DC01
23
Murah, karena komponen yang digunakan sedikit.
Unit I/O yang sederhana, misalnya keypad, LCD, LED, latch.
Lebih tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim misalnya temperatur,
tekanan, kelembaban dan sebagainya.
Dan dibawah ini adalah Blok Diagram Dari AT89S51
Automatic Roof / 2DC01
24
Gambar 2.10 Diagram Blok AT89S51
Deskripsi Pin pada MCS-51
Automatic Roof / 2DC01
25
Gambar 2.11 Mikrokontroller AT89C51
a. Konfigurasi dan fungsi pin AT 89S51
Automatic Roof / 2DC0126
Mikrokontroler AT 89S51 mempunyai 40 kaki, 32 kaki diantaranya digunakan
sebagai port pararel. Satu port pararel terdiri dari 8 kaki, dengan demikian 32 kaki
tersebut membentuk 4 buah port pararel, yang masing-masing dikenal sebagai
port 0, port 1, port 2, port 3. nomor dari masing-masing jalur (kaki) dari port
pararel mulai dari 0 sampai 7, jalur (kaki) pertama port disebut sebagai P0.0 dan
jalur terakhir untuk port 3 adalah P3.7. Berikut penjelasan masing-masing pin :
VCC
Berfungsi sebagai sumber tegangan +5V
GND
Berfungsi sebagai pentanahan (ground)
Port 0
Port 0 adalah masukan/keluaran 8 bit dengan nama P0.0 – P0.7 jenisnya cerat
terbuka masukan dua arah (open drain bi directional I/O port). Jika port 0
berlogika 1 maka dapat digunakan sebagai masukan yang mempunyai
impedansitinggi.
Selain berfungsi sebagai masukan/keluaran, port 0 juga berfungsi sebagai :
1. Multipleks antara byte alamat rendah (A0 s/d A7) dan data (D0 s/d D7)
pada saat mengakses memori program eksternal atau memori data
eksternal. Pada fungsi ini, Port 0 mrmbutuhkan resisitor pullup.
2. Masukan byte kode program selama pemrograman flash memori (memori
program internal atau onchip)dan keluaran saat verifikasi. Resistor pullup
dibutuhkan selama verifikasi.
Port 1
Port 1 adalah masukan/keluaran 8 bit dengan nama masing-masing P1.0
s/d P1.7 yang bersifat dua arah. Port 1 sudah di pasang resistor pullup secara
internal. Jika logika satu dituliskan pada port 1 maka keluaran akan berlogika satu
dan dapat digunakan sebagai masukan.
Automatic Roof / 2DC0127
Fungsi lain port 1 adalah sebagai masukan alamat rendah pada saat pemrograman
memori flash internal dan verifikasi.
Port 2
Port 2 sama dengan Port 1 yaitu masukan/keluaran 8 bit dengan nama
masing-masing P1.0 s/d P1.7 yang bersifat dua arah. Port 2 sudah dipasang
resistor pullup secara internal. Jika logika satu dituliskan pada port 2 maka
keluaran akan berlogika satu dan dapat digunakan sebagai masukan.
Fungsi lain Port 2 adalah:
1. Sebagai byte alamat tinggi (A8 s/d A15) pada saat menjalankan program
pada memori program eksternal data pada memori data eksternal dengan
menggunakan pengalamatan 16 bit (intruksi MOVX @ DPTR) sedangkan
jika menggunakan pengalamatan 8 bit (intruksi MOVX @ RI) maka Port 2
berisi SFR P2.
2. Sebagai bit alamat atas (A8 s/d A12 untuk AT8S51 dan kendali saat
pemrograman memori flash internal dan verifikasi.
Port 3
Port 3 sama dengan port 1 dan port 2 yaitu masukan/keluaran 8 bit dengan
nama masing-masing P3.0 s/d P3.7 yang bersifat dua arah. Port 3 sudah dipasang
resisitor pullup secara internal. Jika logika satu dituliskan pada port 3 maka
keluaran akan berlogika satu dan dapat di gunakan sebagai masukan.
Selain sebagai masukan/keluaran biasa, Port 3 juga mempunyai fungsi
khusus seperti pada table 1
Pin
PortFungsi Khusus AT89S51
P3.0 RXD (port masukan serial) Ada
P3.1 TXD (port keluaran serial) Ada
Automatic Roof / 2DC01
28
P3.2 INT0 (interupsi eksternal 0, aktif rendah) Ada
P3.3 INT1 (interupsi eksternal 1, aktif rendah) Ada
P3.4 T0 (masukan eksternal timer 0) Ada
P3.5 T1 (masukan eksternal timer 1) Ada
P3.6 WR (signal tulis untuk memori eksternal, aktif rendah) Ada
P3.7 RD (signal baca untuk memori eksternal, aktif rendah) Ada
Tabel. 2.1 Fungsi Khusus Port 3
Fungsi lain adalah sebagai masukan signal kendali pada saat pemrograman
memori flash dan verifikasi
RST
Berfungsi sebagai masukan reset. Jika RST diberi logika tinggi dalam
waktu 2 siklus mesin maka mikrokontroler akan direset.
ALE/PROG
Signal/Address Latch Enable (ALE) digunakan untuk mengaktifkan IC
latch agar data alamat rendah disimpan. ALE aktif ketika mengakses program
eksternal. Pin ini juga digunakan untuk memberikan pulsa pemrograman memori
flash internal’ Dalam keadaan normal ALE mengeluarkan pulsa dengan frekuensi
konstan yaitu 1/6 frekuensi osilator. Sehingga dapat digunakan untuk tujuan
pewaktuan eksternal.
PSEN (Program Store Enable)
PSEN adalah keluaran signal strobe untuk mebaca kode program (code
memory). Ketika AT89S51 mengeksekusi memori program eksternal, signal
PSEN diaktifkan dua kali setiap siklus mesinnya.
Automatic Roof / 2DC01
29
EA/VPP (External Access Enable)
EA harus dihubungkan ke ground (GND) jika semua program diakses dari
memori program eksternal (external code memory) yang dimulai dari alamat
0x0000 s/d 0xFFFF. Jika program yang akan dieksekusi berasal dari memori
program internal dan eksternal maka EA di hubungkan ke VCC. Pin EA juga 10
digunakan sebagai masukan tegangan pemrograman ketika akan memprogram
memori flash internal.
XTAL-1
Masukan penguat osilator membalik dan masukan rangkaian clock
internal.
XTAL-2
Keluaran dari penguat osilator membalik. (Totok Budioko. 2005. Belajar
Dengan Mudah dan Cepat Pemrograman Bahasa C Dengan SDCC) Pada
Mikrokontroler AT89C51/52 Teori, Simulasi, dan Aplikasi.
b. SFR (SPECIAL FUNCTION REGISTER) PADA AT89S51
Tidak semua pada alamat SFR digunakan, alamat-alamat yang tidak
digunakan, tidak diimplementasikan pada chip. Jika dilakukan usaha pembacaan
pada alamat-alamat yang tidak terpakai tersebut akan menghasilkan data acak dan
penulisannya tidak menimbulkan efek sama sekali. Pengguna perangkat lunak
sebaiknya jangan menuliskan ‘1’ pada lokasi-lokasi ‘tak bertuan’ tersebut, karena
dapat digunakan untuk mikrokontroler generasi selanjutnya. Dengan demikian,
nilai-nilai reset atau non-aktif dari bit-bit baru ini akan selalu ‘0’ dan nilai
aktifnya adalah ‘1’ berikut akan dijelaskan secara singkat SFR-SFR beserta
fungsinya :
8 Byte
Automatic Roof / 2DC01
30
Tabel 2.2 Peta Register fungsi khusus – SFR (Special Function Regiter) tanda
(…) untu
SFR yang dijumpai dikeluarga 51 dengan 3 Timer.
Mikrokontroller tidak dapat bekerja bila tidak diberikan program
kepadanya, sistem kerja mikrokontroller dapat dirubah setiap saat sesuaii dengan
program yang diberikan kepadanya. Instruksi perangkat lunak berbeda untuk
masing-masing jenis mkrokontroler.
Mikrokontroller tidak dapat memahami instruksi yang berlaku pada
mikrokontroller jenis lain, contohnya Mikrokontroller buatan INTEL memiliki
intruksi yang berbeda dengan mikrokontroller buatan ZILOG.
Bahasa pemrograman yang digunakan untuk memprogram MCS51 adalah
bahasa assembler, bahasa assembler berkaitan erat dengan bilangan, bilangan
tersebut digunakan untuk pemberian alamat pada port dan registry.
Automatic Roof / 2DC0131
Didalam pemrograman dengan bahasa assembler, bisa digunakan berbagai
jenis bilangan. Jenis bilangan yang bisa digunakan, yaitu: Bilangan biner, oktaf,
decimal dan hexadesimal. Pemahaman terhadap jenis-jenis bilangan ini adalah
penting, karena akan sangat membantu kita dalam pemrograman yang
sesungguhnya.
2.2.8 Saklar
Saklar adalah sebuah alat atau komponen elektronika yang berfungsi
untuk memutus dan menyambung aliran listrik, pada rangkaian saklar berfungsi
sebagai terminal. Pada umumnya saklar memiliki dua kondisi yaitu ON
(menyambung) dan OFF (memutus), apabila saklar dalam kondisi ON maka
kedua kutup saklar dalam kondisi terhubung, sehingga arus listrik dapat mengalir
dari sumber tegangan ke dalam rangkaian, sehingga
Gambar 2.11 Saklar
rangkaian dapat bekerja, tetapi apabila saklar dalam keadaan OFF maka kedua
kutup saklar dalam kondisi memutus (tidak tersambung), sehingga arus listrik dari
sumber tegangan tidak dapat mengalir ke dalam rangkaian, sehingga rangkaian
tidak dapat bekerja.
Automatic Roof / 2DC01
32
2.2.9 IC L293D & LM339
Komponen-komponen elektonika yang berbeda ( resistor, kapasitor,
transistor, dll ) dikombinasikan menjadi sebuah komponen elektronik kompleks
yang dinamakan dengan “Integrated Circuit “ (IC). Dari penjelasan diatas maka
IC dapat merupakan sebuah rangkaian.
Pada alat yang kami kerjakan “Automatic Roof” ini kami memakai IC
dengan kode L293D & LM339, IC L293D & LM339 ini pada rangkaian
Automatic Roof berfungsi sebagai penguat, disini yang diperkuat adalah dalam
bentuk signal, sehingga dan untuk lebih jelasnya tentang IC L293D & LM339 ini,
dapat dilihat pada gambar skema IC L293D & LM339 dibawah ini :
Gambar 2.12 IC L293D & ICLM339
2.3 Bilangan – Bilangan Pada Pemograman.
a. BILANGAN BINER
Sistem bilangan biner atau sistem bilangan basis dua adalah sebuah sistem
penulisan angka dengan menggunakan dua simbol yaitu 0 dan 1. Sistem bilangan
biner modern ditemukan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz pada abad ke-17. Sistem
bilangan ini merupakan dasar dari semua sistem bilangan berbasis digital. Dari
sistem biner, kita dapat mengkonversinya ke sistem bilangan Oktal atau
Hexadesimal. Sistem ini juga dapat kita sebut dengan istilah bit, atau Binary
Digit. Pengelompokan biner dalam komputer selalu berjumlah 8, dengan istilah 1
Byte. Dalam istilah komputer, 1 Byte = 8 bit. Kode-kode rancang bangun
Automatic Roof / 2DC01
33
komputer, seperti ASCII, American Standard Code for Information Interchange
menggunakan sistem peng-kode-an 1 Byte.
contoh: mengubah bilangan desimal menjadi biner desimal = 10.
berdasarkan referensi diatas yang mendekati bilangan 10 adalah 8 (23),
selanjutnya hasil pengurangan 10-8 = 2 (21). sehingga dapat dijabarkan seperti
berikut:
10 = (1 x 23) + (0 x 22) + (1 x 21) + (0 x 20).
dari perhitungan di atas bilangan biner dari 10 adalah 1010
b. BILANGAN DESIMAL
Sistem bilangan desimal adalah sistem bilangan yang menggunakan 10
macam angka dari 0,1, sampai 9. Setelah angka 9, angka berikutnya adalah 1 0, 1
1, dan seterusnya (posisi di angka 9 diganti dengan angka 0, 1, 2, .. 9 lagi, tetapi
angka di depannya dinaikkan menjadi 1). Sistem bilangan desimal sering dikenal
sebagai sistem bilangan berbasis 10, karena tiap angka desimal menggunakan
basis (radix) 10, seperti yang terlihat dalam contoh berikut:
angka desimal 123 = 1*102 + 2*101 + 3*100
Berikut adalah tabel yang menampilkan sistem angka desimal (basis 10), sistem
bilangan biner (basis 2), sistem bilangan/ angka oktal (basis 8), dan sistem angka
heksadesimal (basis 16) yang merupakan dasar pengetahuan untuk mempelajari
komputer digital. Bilangan oktal dibentuk dari bilangan biner-nya dengan
mengelompokkan tiap 3 bit dari ujung kanan (LSB).
c. BILANGAN OKTAL
Bilangan oktal adalah bilangan dengan basis 8, artinya angka yang dipakai
hanyalah antara 0-7. Sama halnya dengan jenis bilangan yang lain, suatu bilangan
oktal dapat dikonversikan dalam bentuk desimal dengan mengalikan suku ke-N
dengan 8 N. Contohnya bilangan 128 = (1 X 81) + (2 X 80) = 1010.
Automatic Roof / 2DC01
34
d. BILANGAN HEXADESIMAL
Bilangan hexadesimal merupakan bilangan yang berbasis 16. Dengan angka
yang digunakan berupa: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F. Dalam pemrograman
assembler, jenis bilangan ini boleh dikatakan yang paling banyak digunakan. Hal
ini dikarenakan mudahnya pengkonversian bilangan ini dengan bilangan yang
lain, terutama dengan bilangan biner dan desimal. Karena berbasis 16, maka 1
angka pada hexadesimal akan menggunakan 4 bit.
2.4 Pengalamatan.
Mode pengalamatan, mengacu bagaimana anda mengalamati suatu lokasi
memori tertentu Mode pengalamatan pada set instruksi 8051 adalah ditunjukkan
sebagai berikut:
Immediate Addressing MOV A,#20h
Direct Addressing MOV A,30h
Indirect Addressing MOV A,@R0
External Direct MOVX A,@DPTR
Code Indirect MOVC A,@A+DPTR
1.1. Immediate Addressing
Immediate addressing dinamakan seperti ini, karena nilai yang akan
disimpan didalam memori, secara langsung berada dalam kode.
org 0h
start: MOV A,#20h; put constant 20 into Acc
end
Org 0h
Start: MOV 70h,#0h; put constant 0 into RAM 70h
Automatic Roof / 2DC01
35
MOV 71h,#1h;
MOV 72h,#2h;
end
;
Org0h
Start: MOV DPTR,#1234h;put constant 1234 into DPTR
end
Org 0h
Start: MOV PSW,#0; Select register bank 0
MOV R0,#0; put 0 into register 0
MOV R1,#1; put 1 into register 1
MOV R2,#2; put 2 into register 2
MOV R3,#3; put 3 into register 3
MOV R4,#4; put 4 into register 4
MOV R5,#5; put 5 into register 5
MOV R6,#6; put 6 into register 6
MOV R7,#7; put 7 into register 7
end
;
org 0h
Start: MOV PSW,#8; Select register bank 1
Automatic Roof / 2DC01
36
MOV R0,#0; put 0 into register 0
MOV R1,#1; put 1 into register 1
MOV R2,#2; put 2 into register 2
MOV R3,#3; put 3 into register 3
MOV R4,#4; put 4 into register 4
MOV R5,#5; put 5 into register 5
MOV R6,#6; put 6 into register 6
MOV R7,#7; put 7 into register 7
end
Immediate addressing adalah pengalamatan yang sangat cepat karena nilai yang
akan diloadkan berada didalam instruksi tersebut.
1.2. Direct Addressing
Disebut direct addressing karena nilai yang akan disimpan didalam
memori, diperoleh secara langsung dari memori yang lain.
org 0h
Start: MOV A,30h;
end
Org 0h
Start: Mov 70h,#1;put constant 1 into RAM 70h
Mov A, 70h;copy RAM 70 content into Acc
Mov A,#0 ;put constant 0 into Acc
Mov 90h,A ;copy Acc content into RAM 90h
Automatic Roof / 2DC01
37
end
Inbyte equ 70h
Port1 equ 90h
Org 0h
Start: Mov Inbyte,#3;put constant 3 into RAM 70h
Mov A,Inbyte ;copy RAM 70h content into Acc
Mov A,#0 ;Clear accumulator
Mov Port1,A ;copy Acc content into RAM 90h
end
Org 0h
Mov DPTR,#Character
Start: Mov A, #0
Inc DPTR
Movc A, @A+DPTR
Mov R0,A
Sjmp Start
Character:
DB 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
1.3. Indirect Addressing
Indirect addressing adalah mode pengalamatan yang sangat ampuh, yang
memberikan fleksibelitas dalam hal transfer data. Indirect addressing juga satu-
Automatic Roof / 2DC01
38
satunya cara untuk mengakses 128 byte ekstra dari internal RAM yang ditemukan
pada keluarga 8052.
MOV A,@R0
Instruksi ini menyebabkan 8051 menganalisa nilai dari register R0. 8051
kemudian akan mengambil data dari akumulator dengan nilai yang berasal dari
alamat RAM internal yang ditunjukkan oleh R0. Sebagai contoh, misal R0 akan
digunakan untuk menandai alamat RAM 40h yang berisi data 67h. Ketika
instruksi diatas, dieksekusi maka 8051 akan melihat nilai dari R0, yang berisi 40h,
dan mengirimkan isi RAM 40h (dalam hal ini mempunyai nilai 67h) ke
akumulator.
MOV R0,#99h ;
MOV @R0,#01h;
Instruksi tersebut adalah tidak valid. Karena indirect addressing selalu mengacu
ke RAM internal, dua instruksi ini akan menulis nilai 01 ke RAM internal alamat
99h pada 8052. Pada 8051 instruksi tersebut akan menghasilkan hasil yang tak
terdifinisi, karena 8051 hanya mempunyai internal RAM 128 byte
Org 0h
Start: Mov PSW, #0 ; choose register bank 0
Mov R0, #78h; put constant 78h into R0
Mov @R0, #1 ; put contanta 1 into 78h
end
Org 0h
Start: Mov PSW,#0; pilih register bank 1
Mov R0,90h; copy RAM 90h content into R0
Mov @R0,#1; put constant 1 into 90h
Automatic Roof / 2DC01
39
End
;
Instruksi Pemrograman Pada Mikrokontroller MCS-51
Pada MCS-51 mempunyai ± 256 instruksi pemrograman yang secara garis
besar dibagi menjadi :
1. Transfer Data
2. Operasi Aritmatika
3. Operasi Logika
4. Manipulasi Variabel Boolean
5. Instruksi Percabangan
Instruksi Transfer Data
• Instruksi Transfer Data mempunyai beraneka ragam bentuk yang berbeda
yang disesuaikan dengan keberadaan data tersebut berasal (SOURCE) dan
akan ditransfer kemana (DESTINATIONS).
• Instruksi ini menggunakan operand MOV yang tidak mengubah isi data
pada sumber (Source) dan hanya menyalin data dari sumber ke tujuan
(Destinations)
2.5 Jenis-jenis Instruksi Transfer Data.
a. ACCUMULATOR / REGISTER
Metode ini adalah menyalin data dari suatu Register ( R0 – R4 ) ke Accumulator (
A )
Contoh : MOV A,R0
MOV A,R1
MOV A,R2
Automatic Roof / 2DC01
40
MOV A,R3
MOV A,R4
b. REGISTER / ACCUMULATOR
Metode ini adalah menyalin data yang berada di Accumulator ( A ) ke suatu
Register ( R0 – R5 )
Contoh : MOV R0,A
MOV R1,A
MOV R2,A
MOV R3,A
MOV R4,A
MOV R5,A
c. ACCUMULATOR / DATA ( IMMEDIATE )
Metode ini adalah untuk mengisi data ke dalam Accumulator ( A ) dengan data 8
bit secara langsung. Pada metode ini digunakan tanda # pada data yang akan
diisikan.
Contoh : MOV A,#24H
MOV A,#7FH
MOV A,#0FEH
MOV A,#0F8H
MOV A,#100
MOV A,#255
MOV A,#0FFH
Automatic Roof / 2DC01
41
d. REGISTER / DATA ( IMMEDIATE )
Metode ini adalah untuk mengisi data ke dalam suatu Register (R0–R5) dengan
data 8 bit secara langsung. Pada metode ini digunakan tanda # pada data yang
akan diisikan.
Contoh : MOV R0,#24H
MOV R1,#7FH
MOV R2,#0FEH
MOV R3,#0F8H
MOV R4,#100
MOV R5,#255
e. REGISTER / REGISTER
Metode ini adalah mengkopi data yang berada di Register (R0-R7) kesuatu
Register (R0-R5) yang lain.
Contoh : MOV R0,R5
MOV R4,R0
MOV R2,R1
MOV R6,R2
MOV R4,R7
MOV R5,R1
f. ACCUMULATOR / DIRECT
Instruksi ini akan memindahkan data dari sebuah alamat internal RAM ke
Accumulator tanpa melalui register lainnya.
Automatic Roof / 2DC01
42
Contoh : MOV A,20H
MOV A,21H
MOV A,22H
MOV A,23H
MOV A,24H
MOV A,25H
MOV A,2FH
g. DIRECT / ACCUMULATOR
Instruksi ini akan memindahkan data dari Accumulator ke sebuah alamat
internal RAM tanpa melalui register lainnya.
Contoh : MOV 20H,A
MOV 21H,A
MOV 22H,A
MOV 23H,A
MOV 24H,A
MOV 25H,A
MOV 2FH,A
h. ACCUMULATOR / INDIRECT
Type instruksi ini hanya dapat menggunakan register R0 dan R1 sebagai pointer
Contoh : MOV A,@R0
MOV A,@R1
Automatic Roof / 2DC01
43
i. INDIRECT / ACCUMULATOR
Type instruksi ini hanya dapat menggunakan register R0 dan R1 sebagai pointer
Contoh : MOV @R0,A
MOV @R1,A
j. REGISTER / DIRECT
Instruksi ini akan memindahkan data dari sebuah alamat internal RAM ke
Register-register yang berada di Mikrokontroller.
Contoh : MOV R0,20H
MOV R1,21H
MOV R2,22H
MOV R3,23H
MOV R4,24H
MOV R5,25H
MOV R6,29H
MOV R7,2FH
k. DIRECT / REGISTER
Instruksi ini akan memindahkan data dari sebuah Register ke sebuah alamat
internal RAM yang berada di Mikrokontroller.
Contoh : MOV 22H,R0
MOV 24H,R1
MOV 25H,R2
Automatic Roof / 2DC01
44
l. DIRECT / DIRECT
Instruksi ini akan memindahkan data dari sebuah alamat internal RAM ke sebuah
alamat internal RAM juga.
Contoh : MOV 22H,20H
MOV 24H,21H
MOV 25H,23H
MOV 28H,26H
MOV 2AH,20H
MOV 2CH,29H
MOV 2DH,2FH
m. DIRECT / DATA
Pada instruksi ini akan mengisi data pada sebuah alamat internal RAM secara
langsung dengan cara memasukkan data delapan bit.
Contoh : MOV 22H,#0FEH
MOV 24H,#7EH
MOV 25H,#23H
MOV 28H,#9FH
MOV 2AH,#0D5H
MOV 2CH,#0B4H
MOV 2DH,#22H
Automatic Roof / 2DC01
45
n. INDIRECT - DATA
Pada instruksi yang dipakai disini menggunakan register INDIRECT sebagai
register pemrosesnya dengan diisi data secara langsu
Contoh : MOV @R0,#21H
MOV @R1,#0C8H
o. INDIRECT - DIRECT
Pada instruksi yang dipakai disini menggunakan register INDIRECT sebagai
register pemrosesnya dengan diisi data dari alamat internal RAM.
Contoh : MOV @R0,21H
MOV @R1,25H
2.6 PERINTAH DASAR MCS-51
Dasar-dasar perintah yang biasa digunakan pada mikrokontroller MCS-51 adalah
sebagai berikut.
1. clr : mereset atau memberi nilai 00h.
2. mov : menyalin suatu nilai.
3. setb : memberikan logika 1 pada port.
4. call : memanggil perintah program yang ditentukan.
5. sjmp : lompat ke label program dan langsung
menjalankannya.
6. djnz : mengurangi nilai pada register, bila belum
mencapai 0 maka akan dilakukan lompatan ke
label sub program.
7. jnb : lompat kelabel subprogram bila nilai port
berlogika LOW.
8. cjne : bandingkan, bila nilai port tidak sama maka lompat.
Automatic Roof / 2DC01
46
9. rr / rl : geser kanan 1 bit pada isi akumulator / kiri 1bit
10. inc / dec : menambahkan nilai 1 bit pada akumulator /
mengurangi nilai 1 bit pada akumulator.
Format penulisan standar bahasa assembly MCS-51 (pada Rigel Reads51)
#include <sfr51.inc>
Org 100h
Mov p0, #0ffh
Mov p1, #0ffh
Mov p2, #0ffh
Mov p3, #0ffh
;
~main program~
;
End
Keterangan :
#include <sfr51.inc> : berguna sebagai referensi alamat memory.
untuk port, register, akumulator dan lainnya.
Org 100h : memulai program dari alamat memori 100h.
Mov px, #0ffh : menset suatu port, wajib digunakan apabila
untuk digunakan pada alat nyata.
Main program : berisi program utama.
End : mengakhiri basis program.
Automatic Roof / 2DC01
47
BAB III
ANALISA RANGKAIAN
Analisa rangkaian menjelaskan tentang cara kerja dari rangkaian yang kami
buat yaitu rangkaian Automatic Roof. Dimulai dengan cara kerja rangkaian secara
umum dilanjutkan dengan penjelasan secara lebih khusus, yaitu penjelasan fungsi
dan cara kerja masing-masing blok diagram (dalam bentuk proses), sehingga
membentuk rangkaian lengkap atau analisa secara detail dari Automatic Roof.
Penganalisaan pada rangkaian Automatic Roof ini akan kami sajikan dalam 2
(dua) metode yaitu :
1. Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram
2. Analisa Rangkaian Secara Detail
Yang semua ini kami lakukan untuk dapat lebih memperjelas tentang cara atau
prinsip kerja dari Rangkaian Automatic Roof ini, dengan harapan akan lebih
mudah untuk dimengerti atau dipahami.
3.1 Analisa rangkaian secara blik diagram
Analisa secara blok diagram untuk rangkaian Automatic Roof ini dibagi
menjadi tiga bagian yang terdiri dari: Input Sensor 1/ IC LM339 dan Sensor 2,
Proses IC AT89S51, dan Output/ Motor DC. Untuk lebih jelasnnya dapat dilihat
pada Rangkaian Blok Diagram di bawah ini.
Automatic Roof / 2DC01
VCC (Aktifator)
Sensor 2
Sensor 1/ IC LM339
Input IC AT89S51 Output
48
VCC (Aktifator)
VCC sebagai aktifator atau pemberi sebuah arus tegangan pada rangkaian
Automatic Roof. Tegangan yang diberikan sebesar 12 Volt dan 5 volt. Dari power
supply ke tiap-tiap komponen mulai dari sensor 1, sensor2, IC AT89S51, dan
output.
Input
Yang berperan sebagai input adalah cahaya dan air. Dimana cahaya akan
mempengaruhi sensor 1 dan air akan mempengaruhi sensor 2. respon dari sensor
tersebut masuk ke IC AT89S51 yang akan mempengaruhi pergerakan motor DC.
a. Sensor 1/ IC LM339
Sensor 1 ini berupa LDR (Light Dependent Resistant) dan IC LM 339
sebagai penguat sinyal masukan dari LDR. Prinsip kerja dari LDR yaitu
apabila terkena cahaya maka resistansinya kecil dan apabila tidak terkena
cahaya maka resistansinya besar. Pengaruh cahaya yang masuk ke LDR akan
diperkuat untuk kemudian akan dikirim ke IC AT89S51.
b. Sensor 2
Sensor 2 ini berupa sensor air. Apabila sensor ini terkena air maka sensor
ini akan aktif. Output dari sensor 2 akan mempengaruhi IC AT89S51 yang
akan diproses bersama output dari sensor 1. Dan akan mempengaruhi
pergerakan motor DC.
Proses IC AT89S51
IC At89S51 merupakan suatu IC untuk mikrokontroler yang dapat
dimasukkan program untuk inti proses tersebut. IC ini terdiri dari 4 port, masing-
masing port tersebut terdiri dari 8 pin. Yaitu port 0.0 sampai port 0.7, port 1.0
sampai port 1.7, port 2.0 sampai port 2.7, dan port 3.0 sampai port 3.7. port
tersebut dapat digunakan input atau output. Dalam IC ini port 0.0, port 0.1
digunakan untuk sensor 1 dan sensor 2. Sedangkan port 1.4, port 1.5 digunakan
Automatic Roof / 2DC01
49
sebagai inputan untuk IC L293D yang mana akanmempengaruhi pergerakan
motor DC.
Output/Motor DC
Output disini menggunakan motor dc. Motor DC ini digerakkan
berdasarkan output dari IC L293D. IC L293D ini mendapatkan inputan dari port
1.4 untuk input 4 dan port 1.5 untuk input 3. Input 3 dan input 4 ini hanya akan
aktif salah satu saja secara bergantian sesuai dengan input dari sensor 1 dan sensor
2.
Skema Rangkaian
3.2 Analisa Secara Detail
Pada rangkaian Automatic Roof diberikan VCC sebesar +12 volt dan +5
volt. Arus tegangan mengalir melalui komponen-komponen yang terdiri dari
sensor 1/IC LM339, sensor 2, motor DC, IC AT89S51, resistor, kapasitor, saklar
ON/OF. Maka dari VCC arus mengalir ke sensor 1 yang berupa LDR, dan IC
Automatic Roof / 2DC01
50
LM339 sebagai penguat sinyal masukan dari LDR. Dan juga mengalir ke sensor 2
yang berupa gelap atau beresistansinya besar. Sensor 1 masuk ke kaki 39
AT89S51 atau port 0.0 sehingga pada program p0.0 akan aktif bersamaan dengan
itu sensor 2 atau sensor air yang aktif karena terkena air terhubung ke kaki 38 atau
port 0.1 sehingga port 0.1 akan aktif.
start:
jnb p0.0,buka
jnb p0.1,tutup
jnb p0.2,mati
jnb p0.3,mati
sjmp start
tutup: mov p1,#dfh
acall delay
sjmp start
Program diatas adalah program yang telah dimasukan kedalam IC
AT89S51. Pada saat kondisi hujan maka sensor 2 akan aktif sehingga port 0.1
berlogika 0 berdasarkan program diatas pada line jnb p0.1,tutup maka proses
program akan loncat kelabel tutup dimana di semua port 1 bernilai dfh sehingga
mengakibatkan port 1.5 aktif. Sehingga proses berlanjut ke input 3 IC L293D dan
kemudian dilanjutkan ke output 3 yang menyebabkan motor bergerak.
Automatic Roof / 2DC01
51
BAB IV
CARA PENGOPERASIAN ALAT
4.1 Pengoperasian Alat
Rangkaian Automatic Roof ini untuk mengoperasikan cukup dengan
menggunakan sumber tegangan sebesar 12 dan 5 Volt. Kita harus
menghubungkan kabel berguna untuk menghubungkan alat ini dengan sumber
tegangan yang berupa power supply. Setelah itu kita mengikuti langkah – langkah
penggunaan alat sebagai berikut.
Nyalakan sumber tegangan yang berupa power supply. Pada jalur PCB. VCC
dihubungkan pada kutub Positif dan GND dihubungkan pada kutub negative.
Dirangkaian ini menginputnya menggunakan sensor cahaya dan air. Bila
sensor air terkena air hujan maka atap akan tertutup secara otomatis yang
digerakan oleh motor DC dan bila sensor cahaya terkena cahaya matahari
maka atap akan terbuka secara otomatis.
4.2 Pengujian Alat
Alat ini sudah diuji keberhasilannya dan menunjukkan perhitungan dengan
tampilan yang benar. Pengujian alat dilakukan dengan menggunakan sumber
tegangan 12 dan 5 volt. Sesuai dengan percobaan pada rangkaian Automatic Roof
ini akan menghasilkan suatu output yang dihasilkan oleh Motor DC. Hasil output
tersebut dihasilkan dari sensor cahaya dan sensor air, bila salah satu sensor
tersebut terkena cahaya matahari atau air. Maka motor DC akan bekerja dan akan
menutup atap tersebut.
Automatic Roof / 2DC01
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Rangkaian Automatic Roof merupakan rangkaian Elektronika yang
penggunaannya untuk keperluan sehari-hari yang fungsinya yaitu untuk
melindungi jemuran atau benda lain dari hujan. Didalam pengerjaannya
membutuhkan sebuah IC sebagai untuk penguat signal.
Setelah menyelesaikan Proyek Automatic Roof ini kami dapat mengambil
kesimpulan antara lain:
Dalam mengerjakan proyek harus mempunyai rencana yang baik agar pada
saat mengerjakan proyek tersebut harus selesai tepat pada waktunya yang
telah direncanakan. Pada pelaksanaan proyek rencana pertama adalah mencari
komponen – komponen yang telah ditentukan pada gambar rangkaian, kedua
membuat sebuah jalur rangkaian pada PCB, setelah jalur rangkaian telah jadi
mengkonsul jalur tersebut pada pembimbing. Bila jalur telah benar, jalur
tersebut dilunturkan dengan bubuk Feriklorit.setelah itu memasang komponen
pada jalur tersebut yang telah ditentukan. Rencana ketiga membuat sebuah
makalah.
Rangkaian Automatic Roof yang terdiri dari komponen-komponen seperti
Resistor, Capasitor Polar, Capasitor Non Polar, IC LM339,L239D, AT89S51,
Trimpot, Motor DC, dan saklar ON/OFF. Komponen-Komponen ini dipasang
dirangkaian Automatic Roof dan dapat menghasilkan sebuah Output yang
diinginkan.
Automatic Roof merupakan alat sederhana yang digunakan pada sehari -hari
dan dapat digunakan untuk menghindari terjadinya hujan, maka barang –
barang yang didalam ruangan tersebut terlindungin dari hujan.
Automatic Roof / 2DC01
53
5.2 Saran
Pembuatan proyek rangkaian Automatic Roof ini ternyata dapat membantu
dalam kreatifitas para mahasiswa. Terutama pada kami sebagai mahasiswa Teknik
Komputer yang tentunya untuk belajar dan membuat proyek-proyek rangkaian
elektronika. Dan rangkaian Automatic Roof ini dikembangkan terus sehingga
akan lebih bermanfaat.
Pada Rangkaian Automatic Roof ini mungkin masih jauh dari
kesempurnaan di karenakan masih adanya keterbatasan ilmu pengetahuan, oleh
karena itu masih banyak kemungkinan pengembangan yang dapat dilakukandari
rangkaian Sirene ini.
Dari yang telah kami kerjakan dan berbagai kendala yang terjadi selama
pembuatan rangkaian Automatic Roof, Mulai dari pembuatan Jalur pada PCB,
pemasangan dan penyolderan komponen. Kami menyarankan beberapa hal,
diantaranya:
Pada pembuatan jalur pertama, jalur tersebut dicerminkan baru membuat jalur
dari hasil pencerminan, pembuatan jalur pada PCB, pastikan bahwa spidol
tersebut permanen, warna tinta spidol bagus. Bila dicairkan di Feriklorit tidak
luntur dan jalur tidak putus.
Pada pemasangan komponen di jalur PCB pastikan kaki – kaki komponen
tidak terbalik, bila terbalik akan fatal hasilnya.
Pada penyolderan, pastikan timah yang digunakan bagus dan pada saat
menyolder pastikan cairan timah tidak menyatu. Bila menyatu maka alat tidak
bekerja.
Setelah disolder periksa apakah jalur tersebut ada yang menyatu atau tidak.dan
sebelum mengumpulkan alat diharapkan melakukan uji coba di Lab
Mikroprosessor serta konsultasi kepada Asissten Lab agar meminimalkan
kesalahan pada saat pengumpulan alat Automatic Roof.
Dan setelah melaksanakan Praktikum Mikroprosessor, kami ingin menyampaikan
beberapa saran diantarannya :
Automatic Roof / 2DC01
54
Peraturan praktikum Mikroprosessor tidak dipersulit lagi
Dalam memberi penjelasan diharapkan pelan – pelan agar kami
mengerti
Sarana praktikum lebih ditingkatkan.
Pemeliharaan alat dan komponen agar lebih diperhatikan agar pada
pelaksanaan praktikum tidak ada kendala.
Dalam pembuatan sebuah proyek diharapkan Asissten lab bisa
membantu dan bisa memberi petunjuk bila kami ada kesulitan pada
saat membuat jalur atau mencari komponen yang sulit didapatkan.
Automatic Roof / 2DC01
55
DAFTAR PUSTAKA
Malvino, Prinsip-prinsip elektronik, Erlangga, jakarta, Edisi kedua
Sumis Jokartono, elektronika praktis, PT Elek media komputindo, Jakarta,
1985.
Modul Bantu Elektronika 1, Universitas Gunadarma, Jakarta, ______.
Modul Bantu Elektronika 2, Universitas Gunadarma, Jakarta, ______
Automatic Roof / 2DC01
56
LAMPIRAN
Program Automatic Roof
#include <sfr51.inc> buka: mov p1,#efh
org 100h acall delay
mov p0,#ffh sjmp start
mov p1,#ffh tutup: mov p1,#dfh
mov p2,#ffh acall delay
mov p3,#ffh sjmp start
; mati: mov p1,#ffh
start: mati: mov p1,#ffh
jnb p0.0,buka acall delay
jnb p0.1,tutup sjmp start
jnb p0.2,mati ;
jnb p0.3,mati delay : mov r0,#ch
sjmp start ret
end
Automatic Roof / 2DC01