automatic programable radiographic

22
AUTOMATIC PROGRAMABLE RADIOGRAPHIC Benedictus Adhi Pradana

Upload: dicktus

Post on 17-Jan-2016

242 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nn

TRANSCRIPT

Page 1: Automatic Programable Radiographic

AUTOMATIC PROGRAMABLE RADIOGRAPHICBenedictus Adhi Pradana

Page 2: Automatic Programable Radiographic

LATAR BELAKANG Sinar-X pertama kali ditemukan oleh Wilhelm

Conrad Röntgen (1845 – 1923) pada tahun 1895 yang pada saat itu merupakan seorang professor fisika di Universitas Würzburg, Jerman.

Sayangnya, pada saat itu tidak ada seorangpun yang mengetahui bahaya dari sinar-X itu sendiri, akibatnya banyak ilmuwan dan orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan menjadi sakit, bahkan beberapa dari mereka meninggal dunia.

Sejak saat itu perusahaan membuat pengaman pada rumah tabung sinar-X dan membatasi penyinaran radiasi dengan collimator dan menggunakan pakaian pelindung radiasi. Alat bucky yang dikembangkan pada tahun 1912, menambah kualitas dari gambar sinar-X.

Page 3: Automatic Programable Radiographic

Penelitian-penelitian dan pencobaan-pencobaan terhadap penggunaan sinar-X inipun masih terus dilakukan hingga saat ini demi kemajuan dunia kesehatan global yang masih sangat membutuhkan sinar-X dalam berbagai kegiatan medis.

Hingga saat ini sinar-X masih digunakan dengan penambahan-penambahan yang membuatnya lebih efisien dalam bidang pengobatan, pemeriksaan, dan penggunaan bahan material, dan bahkan penentuan dosis sinar-X (kV dan mAS) kini dapat dilakukan secara otomatis.

Dengan pentingnya mendapatkan perhitungan dosis radiasi pada pasien untuk keperluan radiografi yang presisi, maka pada Penulis menyusun suatu pembahasan tentang penentuan dosis secara otomatis tersebut yang diberi judul :

”PENENTU DOSIS RADIASI OTOMATIS PADA FOTO THORAX AP DEWASA”

 

Page 4: Automatic Programable Radiographic

Tujuan Penelitian Terapan

Membuat modul Penentu Dosis Radiasi Otomatis yang berfungsi untuk menentukan dosis sinar-X secara otomatis yang akan diberikan ke pasien pada proses Radiografi Thorax AP (Anterior-Posterior).

 

Page 5: Automatic Programable Radiographic

Pembatasan Masalah Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis

membatasi pokok-pokok permasalahan yang hanya berkaitan dengan:

Pemeriksaan dikhususkan pada proses radiografi Thorax AP pada orang dewasa saja.

Jarak pengukuran antara pasien dengan alat yang tetap (FFD), yaitu pada jarak 100 cm.

Hasil pengukuran hanyalah penampilan nilai parameter eksposure yang akan diberikan.

Parameter eksposure yang berubah-ubah hanyalah kV dengan nilai mAs yang tetap.

Pada saat pengukuran kondisi pasien dalam keadaan diam (tidak bergerak) dan bersandar pada tembok karena dapat mempengaruhi hasil pengukuran. 

Page 6: Automatic Programable Radiographic

Metodologi Penelitian Terapan

Metode-metode yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ada beberapa cara, yaitu :

Studi literatur Mempelajari berkas-berkas, buku,

pencarian data dari internet, dan bertanya atau berdiskusi dengan sejumlah dosen atau yang ahli dalam bidang radiologi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Perencanaan pembuatan alat Merancang Rangkaian Penentu Dosis

Radiasi Otomatis Pada Foto Thorax AP Dewasa dan menentukan komponen-komponen yang akan digunakan dalam pembuatan modul tersebut

Page 7: Automatic Programable Radiographic

Pembuatan alatMembuat modul Rangkaian Penentu Dosis

Radiasi Otomatis Pada Foto Thorax AP (Anterior-Posterior) Dewasa.

Pengujian alatMelakukan pengujian fungsi kerja dari alat yang

akan dibandingkan dengan perkiraan secara teori. Analisis data Melakukan pengukuran sinyal Sensor dari modul

yang dibuat, lalu membandingkan hasil pengukuran tersebut dengan hasil perhitungan secara teori.

Penyusunan karya tulis ilmiahMembuat karya tulis yang merupakan hasil studi

literatur dan pendataan serta pengujian dari modul yang dibuat.

 

Page 8: Automatic Programable Radiographic

Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memahami dan mempelajari Karya Tulis

Ilmiah ini, maka penulis menyajikan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi beberapa BAB yaitu:

  BAB I : PENDAHULUAN Memberi gambaran singkat mengenai latar belakang, pembatasan

masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan dari Karya Tulis Ilmiah.

  BAB II : DASAR TEORI Menjelaskan teori dan prinsip dasar dari modul yang dibuat dan teori

teori lainnya yang menunjang baik berupa penjelasan mengenai komponen elektronika, rangkaian atau rumus-rumus yang berkaitan dengan pembahasan Karya Tulis Ilmiah ini. 

  BAB III : KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN Berisi perencanaan pembuatan Rangkaian Penentu Dosisi Radiasi

Otomatis Pada Foto Thorax AP (Anterior-Posterior) Dewasa, penentuan komponen-komponen yang dipakai dan cara kerja diagram blok.

 

Page 9: Automatic Programable Radiographic

BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISIS Melakukan pengujian secara langsung

terhadap modul yang telah dibuat dengan membandingkan hasil pengukuran sinyal sensor dengan hasil perhitungan gelombang secara teori.

BAB V : KESIMPULAN Menyajikan kesimpulan dan saran dari

hasil pengujian dan pembahasan modul rangkaian secara keseluruhan.

  DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: Automatic Programable Radiographic

SPEKSIFIKASI MODUL YANG DIBUAT

Jangkauan tegangan 49 kV – 110 kV Jangkauan pengukuran 15 cm – 40 cmSensor Ping ParallaxMikrokontroller AT89S51Display LCD 16 x 2Acuan arus tabung 200 mAAcuan lama ekspos 100 mS Acuan daya pesawat 22 KVA

Page 11: Automatic Programable Radiographic

PERENCANAAN JARAK TEMPUH DAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG ULTRASONIK

Jarak yang ditempuh gelombang ultrasonik dalam mengukur ketebalan tubuh pasien bukanlah jarak dari tembok menuju thorax pasien yang diukur oleh gelombang ultrasonik ini, melainkan jarak bolak-balik dari sensor menuju thorax pasien lalu kembali pada sensor/2 kali jarak sensor menuju thorax pasien.

Sehingga jarak yang sensor menuju thorax pasien = ½ dari jarak tempuh gelombang ultrasonik. Kecepatan gelombang ini jika merambat melalui udara adalah 344 m/s dan lebar pulsa High (THigh) akan sesuai dengan lama dari waktu tempuh gelombang ultrasonik untuk 2 kali jarak tempuh gelombang ultrasonik dari sensor ke objek atau jarak dari sensor objek sensor lagi.

Maka jarak tempuh yang sensor menuju objek (THigh ) diukur setiap 1 cm sesuai dengan persamaan 2.3 adalah sebagai berikut :

Page 12: Automatic Programable Radiographic

V = s / t(344 m/S) = (0,01 m) / tt = (0,01 m) / (344 m/S)t = 0,000029 St = 29 µSKeterangan :

s = Jarak sumber ultrasound (transmitter) objek receiver.

V = Kecepatan rambat ultrasound di medium.t = Waktu ultrasound dipancarkan objek

receiver.

Page 13: Automatic Programable Radiographic

Dari perhitungan tersebut kita dapat mengetahui bahwa waktu tempuh sinyal gelombang ultrasonik untuk mencapai jarak 1 cm adalah 29 µS, dengan begitu kita dapat menghitung jarak tempuh dari gelombang ultrasonik ini dalam menentukan ketebalan tubuh pasien.

Untuk lebih jelasnya, maka diambil contoh pengukuran untuk ketebalan thorax normal pada pasien dewasa sebesar 22 cm berdasarkan waktu tempuh gelombang ultrasonik (THigh) dan jarak referensi 100 cm yang diuraikan melalui rumus 2.5 di bawah ini :

Page 14: Automatic Programable Radiographic

THigh = (100 – ketebalan tubuh) x 2 x t

THigh = (100 – 22) x 2 x 29 µS

THigh = 78 x 2 x 29 µS

THigh = 156 x 29 µS

THigh = 4.524 µS = 4,524 mS

 

 

Maka THigh dari sensor (waktu tempuh gelombang ultrasonik) yang diperlukan untuk menempuh jarak (jarak tempuh gelombang ultrasonik) sejauh 156 cm [(100 cm – ketebalan tubuh) x 2] = 4.524 µS

Begitu pula dengan pengukuran ketebalan thorax pasien yang berbeda, THigh yang terukur bukanlah ketebalan tubuh dikalikan dengan 29 µS, melainkan jarak tempuh bolak-balik gelombang.

Page 15: Automatic Programable Radiographic

PERENCANAAN SECARA DIAGRAM BLOK

Page 16: Automatic Programable Radiographic

CARA KERJA DIAGRAM BLOK Pada saat alat dinyalakan, seluruh rangkaian

akan mendapat sumber tegangan DC sebesar 5 volt.

Mikrokontroller akan mulai melakukan proses inisialisasi.

LCD akan terinisialisasi dan diaktifkan. Pada saat tombol “KALIBRASI” ditekan, maka

mikrokontroller akan memberikan sinyal high ke Ping Sensor untuk mengaktifkannya selama 5 µS lalu kembali memberikan sinyal low dan menunggu input dari Ping Sensor berupa sinyal high. Kemudian mikro akan menghitung lamanya waktu dari mikro mentrigger Ping Sensor hingga Ping sensor mengtrigger mikro kembali sehingga mikro dapat menghitung jarak dari sensor ke tembok (tanpa pasien).

Page 17: Automatic Programable Radiographic

LCD akan menampilkan jarak dari sensor menuju tembok.

Jika jaraknya sudah sama dengan 100 cm, maka indikator ready akan aktif menandakan bahwa alat sudah siap untuk menghitung nilai kV.

Jika belum, maka indikator kalibrasi akan tetap menyala dan indikator ready tidak akan aktif, dengan begitu maka alat perlu dimundurkan/dimajukan dan menekan tombol kalibrasi kembali hingga nilai jarak sensor ke tembok tercapai yang ditandakan dengan matinya indikator kalibrasi dan aktifnya indikator ready.

Kemudian pasien disiapkan dengan bersandar pada tembok yang telah diukur tadi dan menghadap sensor.

Lalu pada saat tombol “START” ditekan, maka mikrokontroller akan kembali mengaktifkan Ping Sensor dan menerima sinyal pantulan dari Ping Sensor. Lalu menghitung kembali jarak dari sensor ke pasien dan menyimpan data tersebut.

Page 18: Automatic Programable Radiographic

Kemudian mikrokontroller akan menghitung ketebalan tubuh pasien berdasarkan jarak referensi (100 cm) yang dikurangi dengan data jarak dari sensor ke pasien, sehingga didapatkan data ketebalan tubuh objek.

Dari data ketebalan tubuh pasien tersebut, mikrokontroller akan mencocokkan dengan tabel dosis radiasi yang sudah terlebih dahulu disimpan dalam program mikrokontroller ini untuk mendapatkan nilai kV dan mAs yang akan diberikan.

Lalu mikrokontroller akan mengirim data nilai kV dan mAs yang akan diberikan pada pasien berserta nilai ketebalan tubuh pasien tersebut ke LCD sehingga nilai kV, mAs, dan ketebalan tubuh pasien akan ditampilkan pada LCD.

Page 19: Automatic Programable Radiographic

Kemudian indikator ready akan aktif selama sesaat untuk menandakan bahwa proses penentuan dosis radiasi sudah dapat dilakukan kembali.

Setelah proses penentuan radiasi selesai, maka LCD akan menampilkan parameter ekspos yang perlu diberikan dan siap untuk kembali menentukan dosis radiasi pada pasien baru.

Page 20: Automatic Programable Radiographic

INSTRUMEN ALAT

1 unit osiloskop storage 1 buah pengukur jarak 1 buah papan 1 buah Laptop Tool setdll

Page 21: Automatic Programable Radiographic

BAHAN PEMBUATAN

Fuse holder Fuse Saklar Transformator Dioda LED Kapasitor Multitune Transistor crystal LCD IC Mikrokontroller

Ping Sensor Push buttonDll.

Page 22: Automatic Programable Radiographic

TAHAPAN PEMBUATAN MODUL

Studi Literatur Persiapan alat dan bahan Uji Fungsi Analisa Data Penyusunan Karya Tulis Ilmiah