Download - 2012-2-00024-DI WorkingPaper001
PERANCANGAN PUSAT PAGELARAN TARI SWARA MAHARDDHIKA YANG BERTEMA
DINAMIS DAN INTERAKTIF
ATRINA MAHARANI
Binus University, Jl. Ibnu Armah no.5 rt/rw 006/003 Pangkalan Jati Baru, Cinere, Depok, 081298259091/081290706990, [email protected]
(Atrina Maharani, Ulli Aulia Ruki,S.sn.,M.Sc, Polniwati Salim,S.Sn.,M.Ds)
ABSTRAK
Seni tari di Indonesia merupakan bagian budaya bangsa yang sebenarnya sudah ada sejak dulu. Swara Maharddhika merupakan sebuah organisasi tari yang cukup terkenal di kota Jakarta pada jaman Orde Baru sudah memiliki trademark tersendiri dan sejarah yang besar dalam bidang kesenian tari di Indonesia. Pusat Pagelaran Tari Swara Maharddhika merupakan suatu fasilitas publik yang mampu menampung segala kegiatan berkesenian, khususnya seni pertunjukan tari secara terpadu (one stop service) yang dikelola secara profesional oleh yayasan Swara Maharddhika. Tujuan penelitian ini untuk merancang interior pusat pergelaran tari secara konseptual juga berstandar internasional dengan program kebutuhan ruang yang terorganisir, sehingga mampu menghasilkan rancangan visual yang optimal dengan tetap menyajikan nilai-nilai Budaya Nusantara tetap terasa. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara mendapatkan data secara studi literatur tentang gedung pagelaran, survei lapangan, dan wawancara dengan tokoh seni tari. Hasil penelitian tersebut merangkum semua fasilitas dan aktifitas dalam program ruang, dengan penekanan desain secara visual dan fungsi pada gedung pagelaran menunjukan sebuah perancangan interior yang Dinamis dan Interaktif.(A).
Kata kunci : Dinamis, Interaktif, Pagelaran, Swara Maharddhika, Tari
ABSTRACT
Dance in Indonesia is a part of the national culture that has actually been there for along. Swara Maharddhika is a dance organization in Jakarta City when Orde Baru era already has its own trademark and a great history in the field of dance art in Indonesia. Swara Maharddhika Dance Performing Center is a public facility that is able to accommodate all the activities in art, especially the art of dance in an integrated (one stop service) which is professionally managed by a Swara Maharddhika Foundation. The purpose of this study is to designing the interior of the center is also conceptually dance
performances of international standard with the space program needs an organized, so as to produce an optimal visual design while presenting cultural values archipelago still felt. Methods This study used qualitative methods to study how to get the data in the literature on building performance, field surveys, and interviews with the art of dance. The results are summarized all the facilities and activities in the space program, with emphasis on visual design and function of theater building interior shows a Dynamic and Interactive.(A).
Keyword : Dance, Dynamic, Interactive, Performing Art, Swara Maharddhika
PENDAHULUAN
Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan. Seni tari di Indonesia merupakan bagian budaya
bangsa yang sebenarnya sudah ada sejak jaman primitif. Dengan memperhatikan sejarah dan proses
perkembangan organisasi Swara Maharddhika, timbulah gagasan untuk menyediakan pusat pagelaran tari
Swara Maharddhika dengan fasilitas utama dan pendukung yang lengkap. Maka pengadaan suatu
wadah/sarana hiburan dan rekreasi merupakan suatu usaha yang seiring dengan program-program yang
sedang digalakkan pemerintah. Diharapkan dapat menyajikan fasilitas hiburan publik yang bermutu dan
bertaraf internasional yang menyajikan sajian nilai-nilai budaya Nusantara.
Sebagai akibat dari timbulnya gagasan di atas, maka masalah pertama yang dihadapi adalah belum
tersedianya suatu fasilitas gedung pertunjukan yang hanya berkonsentrasi utama pada kegiatan pementasan
tari-tarian. Disamping itu juga belum adanya fasilitas publik yang mampu menampung segala kegiatan
berkesenian, khususnya seni pertunjukan tari secara terpadu (one stop service). Dimana selain permasalahan
umum yang sudah dijelaskan di atas, adapun permasalahan lainnya yaitu belum tersedianya fasilitas
pendukung seperti museum, galeri, area perkantoran, sarana dan prasarana pendidikan yang representatif.
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Merancang interior pusat pergelaran tari secara konseptual, sehingga mampu menghasilkan rancangan
visual yang optimal baik dari sisi teknis dan non teknis,
2. Merancang interior pusat pergelaran tari yang mampu menghasilkan program kebutuhan ruang yang
terorganisir secara optimal,
3. Merancang interior pusat pergelaran tari yang berstandar internasional namun tetap menyajikan nilai
Budaya Nusantara,
4. Merancang interior pusat pergelaran tari yang mampu mengakomodir seluruh kegiatan yang berjalan,
sehingga para pelaku (user) dan pengunjung merasakan pelayanan yang terpadu (one stop activity).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bagaimana mendapatkan dan
menganalisis data/fakta secara kualitatif. Beberapa cara yang digunakan dalam pengumpulan data yang
diperlukan guna menyusun laporan tugas akhir ini adalah :
1. Studi Literatur
Studi Literatur adalah suatu bentuk pengumpulan data yang berhubungan dengan definisi tari pada
umumnya, jenis-jenis tarian, kebutuhan ruang untuk pertunjukan, latihan, dan fasilitas pendukung lain,
macam-macam tempat pertunjukan/pagelaran, organisasi dan yayasan Swara Maharddhika itu sendiri.
Dilakukan studi literatur terhadap bahan-bahan yang berhubungan dengan perancangan yang diusulkan
untuk kepentingan teoritis dan pembanding.
2. Survei Lapangan
Survei lapangan dibutuhkan untuk mendapatkan data informasi langsung lapangan yang berhubungan
dengan pagelaran tari Swara Maharddhika. Data tersebut mencakup foto, aktifitas yang dilakukan
(latihan, belajar, dan pentas), dan fasilitas yang dibutuhkan dari sebuah gedung pertunjukan dan sarana
pendukung lainnya. Dilakukan survei lapangan guna memperoleh gambaran objektif mengenai
perancangan gedung pertunjukan.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung dari penari, pengajar, alumni, dan
pihak-pihak yang bersangkutan dalam seni tari Swara Maharddhika, baik badan swata maupun
pemerintah. Informasi tersebut berupa apa saja jenis tarian yang dipelajari, kebutuhan untuk pergelaran
serta kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dalam latihan dan kebutuhan pendukung, juga tentang
yayasan Swara Maharddhika itu sendiri.
HASIL DAN BAHASAN
Konsep Perancangan
Konsep Desain
Konsep perancangan interior pusat pagelaran tari Swara Maharddhika ini mempertimbangkan
beberapa indikator-indikator dari Tari dan Swara Maharddhika seperti yang tergambar dalam bagan
kerangka berpikir dibawah ini.
Gambar 1. Mindmap Konsep
Dengan melihat dari kerangka berpikir tersebut, perancangan interior pusat pagelaran tari Swara Maharddhika berkonsep “Dynamic of Diversity” untuk meningkatkan apresiasi gerakan seni tari di Indonesia.
Tema Desain
Dengan melihat indikasi-indikasi yang tergambar pada kerangka berpikir, maka tema yang diambil
pada perancangan interior pusat pagelaran tari Swara Maharddhika ini yaitu “Dinamis Interaktif”
Gaya / Style
Gaya atau style yang diambil pada perancangan interior pusat pagelaran tari Swara Maharddhika
ini yaitu “Modern streamline”. Diaplikasikan pada bentuk-bentuk furnitur yang digunakan.
Konsep Visual
Konten Lokal
Kecak adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930an dan dimainkan
terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang
duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan
menggambarkan kisah saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana.
Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada
kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian
menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Citra Ruang
Sebagai suatu lembaga pusat tari yang membina dan mengembangkan seni pertunjukan tari, citra
ruang yang akan ditampilkan adalah desain interior yang menimbulkan efek perasaan bersemangat dan
energik.
Bentuk
Bentuk yang akan diterapkan lebih mengacu pada bentuk-bentuk yang dinamis, dan berulang.
Seperti yang tergambar dalam gambar dibawah. Terlihat dalam sebuah pola tarian kecak memiliki pola yang
dinamis. Anatomi bentuk tersebut yang akan diterapkan menjadi sebuah konten lokal baru namun tetap
mengambil filosofi dari sebuah gerakan tari kecak.
Konsep Warna
Penerapan warna dalam gedung pagelaran tari ini didominasi oleh warna-warna yang memiliki
tingkat kecerahannya yang rendah seperti beige ke coklat, dan hitam ke putih. Dianjurkan warna yang tidak
terlalu mencolok karena area panggung menjadi fokus perhatian utama dari penonton dikala pertunjukan
sedang berlangsung sehingga objek yang berada di atas panggung menjadi satu fokus utama.
Secara umum warna yang diterapkan di dalam ruang pertunjukan ini adalah warna-warna netral,
hangat serta mengekspos warna material yang asli. Contohnya material kayu. Warna-warna netral yang
diterapkan lebih ke arah warna beige, coklat, hitam, abu-abu, dan putih.
Warna-warna yang diaplikasikan dalam gedung pertunjukan off white sebagai warna dominan
dengan presentase 50%, coklat sebagai warna sub dominan dengan presentase 25%, abu-abu tua 15%, abu-
abu muda 6,25%, dan warna magenta, lime, orange, dan tosca sebagai warna aksen dengan presentase 1,5%.
Gambar 2. Konsep Warna
Konsep Material
Pemilihan material pada tiap elemen interior (lantai, dinding, dan ceiling) dan elemen pendukung (furniture)
didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu :
Tingkat durability yang tinggi.
Mudah dalam perawatan (maintanance).
Tahan untuk jangka waktu yang lama.
Bahan dengan kualitas yang tinggi.
Mendukung sistem fungsi yang ada.
1. Lantai
Untuk lantai penggunaan material lebih menekankan pada fungsi-fungsi dari area-area
yang dirancang dalam gedung pagelaran. Untuk penerapan material lantai dalam ruang pertunjukan
lebih menggunakan material yang lunak, memiliki densitas rendah, berpori, dan mendukung sistem
akustik dalam ruangan. Contoh : karpet. Pemasangan pola lantai lebih mengacu ke bentuk
penyusunan batu bata. Menggunakan jenis carpet tiles dengan ukuran standar 30x30 cm.
Untuk area panggung penerapan material lantai lebih menggunakan yang aman dan
mendukung untuk melakukan gerakan tari. Contoh : Vinyl tile dengan motif dan warna kayu.
Pemasangan pola horizontal. Ukuran beragam, ada yang berbentuk persegi panjang dan bujur
sangkar.
Dan untuk ruangan di area publik yang tingkat mobilitas pengguna terbilang tinggi
penerapan lantai lebih menggunakan material yang mudah perawatan, tahan lama, dan tidak
menggangu aktifitas pemakai. Contoh : marmer, granit, karpet.
2. Dinding
Untuk penerapan material di dinding, sama seperti halnya dengan lantai, dalam ruang
pagelaran lebih menekankan fungsi yang mendukung sistem akustik dan visual penonton ke arah
panggung pertunjukan.
Namun untuk area publik lainnya dalam gedung pagelaran, penerapan material dinding
lebih bersifat estetik dan pemilihan berdasarkan dari konsep visual, tema dan gaya yang ingin
ditinjolkan.
3. Ceiling
Material ceiling dalam ruang pagelaran juga menggunakan bahan yang lunak dan dapat
memantulkan suara dari pemain langsung ke area penonton. Penerapan acoustic cloud pada ceiling
di ruang pertunjukan adalah wajib mengingat fungsi utama sebagai pemantul suara dari panggung
ke penonton. Material yang digunakan dapat bermacam-macam namun masih berjenis material
lunak dan berpori. Contoh: Kayu, kain, gypsum board.
Ceiling untuk area public lainnya penerapan material dinding lebih bersifat estetik dan
pemilihan berdasarkan dari konsep tema dan gaya yang ingin ditinjolkan. Dan penerapannya dapat
berupa material apapun. Pengaplikasiaanya juga dapat di
diturunkan maupun dinaikan tergantung pengembangan desain yang ingin diterapkan.
Konsep Penerapan Fungsi
Konsep Pencahayaan
Pengkondisian cahaya pada ruang pagelaran lebih didominasi dengan cahaya bersifat langsung
(direct light) untuk area penonton dan cahaya spotlight yang menerangi sudut-sudut di area panggung
pementasan yang ingin ditonjolkan dan disorot.
Penggunaan teknik pencahayaan tidak langsung (indirect light) lebih ditekankan pada leveling
floor dan dinding untuk memberikan efek dekorasi dan efek visual terhadap suasana ruang.
Konsep Penghawaan
Pengkondisan penghawaan pada tiap ruangan menggunakan penghawaan buatan yaitu AC (Air
Conditioning) dan exhaust fan. Dengan difuser yang dapat diekspos bentuk, material, dan warnanya.
Konsep Akustik Ruang
Energi bunyi senantiasa dipantulkan atau diserap oleh bidang yang ada dihadapannya termasuk
benda-benda yang ada. Materi pengantar yang memiliki sifat peredam sebagai pengendali bunyi yang
diharapkan, serta tingkat kebisingan yang diperlukan, yaitu bahan yang berpori, panel penyerap atau selimut
selaput, dan resonator rongga. Untuk penyerapan bunyi menggunakan bahan yang lunak seperti karpet,
kayu, kain atau bahan lain yang memiliki tekstur.
Material yang digunakan tidak terlepas hubungannya dari fungsi akustik yang ingin dirancang.
Sedangkan untuk pemantulan bunyi menggunakan material yang berjenis keras seperti metal, semen, batu,
kaca.
Gambar 3. Konsep Akustik
Konsep Keamanan
Konsep keamanan terbagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Keamanan terhadap bahaya kebakaran
Untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran diterapkan beberapa hal, yaitu :
Pemasangan smoke dan heat detector di seluruh ruangan
Menyediakan tabung pemadam kebakaran api portable.
Pemasangan spinkler di seluruh ruangan
Menyediakan fire hydrant di halaman bangunan
2. Keamanan terhadap bahaya kriminalitas
Untuk mencegah bahaya pencurian dan kriminalitas dalam komplek gedung diterapkan beberapa hal
sebagai berikut :
Sistem keamanan tertutup : menggunakan CCTV / kamera tersembunyi pada area-area lobby, cafe,
galeri, ruang pagelaran, ruang latihan tari, kantor, kantin, dan student room dalam gedung pusat
pagelaran tari yang dihubungkan langsung ke ruang kontrol keamanan.
Sistem keaman terbuka : petugas keamanan yang langsung berkeliling dan berjaga di area gedung
pagelaran tari.
Konsep Signage
Signage sangat dibutuhkan untuk sebuah petunjuk dalam sebuah gedung pertunjukan maupun
daerah publik dalam gedung untuk memberi arah keberadaan sebuah ruangan agar mudah dituju oleh
pengunjung dan sirkulasi dapat terarah dengan baik. Singnage yang di gunakan akan terletak di ceiling,
dinding, dan lantai. Menggunakan jenis huruf Sans Serif, mudah dibaca, dan warna yang terang untuk
background.
Buletin Board sebagai media informasi akan dibuat lebih sistematis dan interaktif dengan sensor
suara yang dapat menangkap suara pengunjung yang bertanya, mengolah, dan memproses dengan menjawab
langsung pertanyaan informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan aktifitas, fasilitas dalam gedung pagelaran.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari semua teori, metode, dan pembahasan yang telah di analisa di bab-bab sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan :
1. Pusat pagelaran tari yang memiliki persyaratan umum yang bersifat teknis seperti sistem standar
bangunan arsitektur-interior, sistem akustik, sistem tata cahaya, standar penerapan material, dan hal
teknis lainnya. Dan juga, hal yang bersifat non teknis seperti sistem administratif penyewaan ruang
pagelaran, sistem program pendidikan, public relation, dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan pusat
pagelaran tari Swara Maharddhika ini menjadi sebuah fasilitas ruang pagelaran yang berskala
internasional, sebagai penampung wadah komunitas dan juga sebagai ikon dari sebuah kota / urban
monumental dari yayasan Swara Maharddhika sendiri maupun komunitas tari lainnya di Jakarta.
2. Dengan terakomodirnya fungsi dan kebutuhan dari setiap kegiatan / aktivitas pengguna yang telah
dirancang, gedung pertunjukan tersebut harus menerapkan program ruang dan sirkulasi yang
terstruktur, tepat guna, dan sistematis dalam perancangan gedung pagelaran tari ini.
3. Penerapan perancangan secara fungsi dan kebutuhan setiap pengguna dan pengelola dari gedung
pertunjukan harus memenuhi standar aplikasi dari sistem akustik, sistem pencahayaan, sistem tata
suara, sistem furnitur yang diterapkan pada ruang pertunjukan sehingga menjadikan gedung
pagelaran sebagai sarana yang tidak hanya sekedar menampilkan kegiatan pementasan namun
berdampak baik bagi pengguna dan pengelola gedung pagelaran tersebut.
Saran
Dengan adanya perancangan Pusat Pagelaran Tari Swara Maharddhika sebagai urban monumental
dan wadah untuk para penari berkreasi dapat memberikan alternatif perancangan sebuah gedung pagelaran
bagi rekan-rekan mahasiswa desainer interior yang ingin merancang gedung pagelaran.
Pembahasan green design dan konten lokal harus dikaji lebih lanjut oleh rekan rekan mahasiswa
desain interior selanjutnya dalam penelitian perancangan gedung pagelaran sejenis.
Dengan memikirkan aspek-aspek fungsi akustik, pencahayaan, dan visual dalam perancangan di
gedung teater diharapkan dapat memberikan efek yang baik bagi kelancaran kegiatan pementasan.
Diharapkan juga dengan perancangan ini, minat dan apresiasi dalam bidang kesenian khususnya tari terus
meningkat dan menjadikan sebagai aset bangsa.
REFERENSI
Sjamsu, Amril. (1989). Data Arsitek Edisi Kedua-Ernst Neufert. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Julius Panero, Martin Zelnik. (1979). Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Wisnu, Haryono. (1997). One Stop Entertaiment Service : Pusat Hiburan dan Bisnis Musik. Disertai tidak
diterbitkan. Bandung : Program Sarjana 1 Jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung.
Winotokusumo, Soedarso. (1968). Indonesia Dancer. Yogyakarta : Akademi Seni Tari Indonesia
Bagong, Kussudiardja. (2000). Dari Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta : Padepokan Press.
Joseph DeChiara, Julius Panero, Martin Zelnik. (1992). Time-Saver Standards for Interior Design and
Space Planning. Singapur : McGraw-Hill Internasional Edition.
Ron, Reed. (2010). Color+Design Transforming Interior Space. New York : FairChild Books.
Gho See, Thjiong. (1990). Pusat Pagelaran dan Latihan Tari Swara Maharddhika di Jakarta. Disertai tidak
diterbitkan. Surabaya : Program Sarjana 1 Jurusan Teknik Arsitektur Universiteas Kristen Petra.
Guruh Soekarno Putra. 6-7 Januari, (1979). Tajuk cita-cita. Warta Swara Maharddhika. Halaman 4.
Ade. 6-7 Januari, (1979). Pengalaman Ketua. Warta Swara Maharddhika. Halaman 10.
Satya Graha. September, (1980). Guruh Berbicara Tentang Guruh. Warta Swara Maharddhika. Halaman 1.
Putri. September, (1980). Suara Orang Tentang Swara Maharddhika. Warta Swara Maharddhika. Halaman
3.
De, Musica. 29 Agustus (2008). Pengertian Pagelaran. Lirik Indonesia. Diakses 13 Februari 2013 dari
http://lirikindonesia-lirikku.blogspot.com/2010/06/pengertian-pagelaran-pagelaran-adalah.html
Made In Indonesia . 06 Agustus (2011). Proposal Pagelaran Seni Tari. Selalu Berikan yang Terbaik. Diakses
13 Februari 2013 dari http://batrasiaku.blogspot.com/2011/08/proposal-pagelaran-seni-tari.html
Heru Susanto, S. Sn. 10 Februari (2011). Seni Budaya Indonesia, Nguri-uri Budaya Bangsa Kang
Adiluhung.Wahana Budaya. Diakses 13 Februari 2013 dari
http://www.wahana-budaya-indonesia.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=1033%3Agedung-kesenian-jakarta-gkj&catid=218%3Atujuan-
wisata&Itemid=61&lang=id
Diakses tanggal 15 Februari 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_Kesenian_Jakarta
Fathiyah, Zulfahni. Jenis-Jenis Tari di Indonesia. Fathiiyahzulfahnea. Diakses tanggal 28 Februari 2013
dari http://fathiiyahzulfahnea.blogspot.com/2012/02/jenis-jenis-tari-di-indonesia.html
RIWAYAT PENULIS
Atrina Maharani lahir di kota Jakarta pada 1 Maret 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Bina Nusantara dalam bidang ilmu Desain Interior pada tahun 2013. Penulis sempat bekerja
sebagai assistant senior designer di PT. Artura Insanindo pada periode bulan September sampai Desember
2012 dan sempat bekerja sebagai intern di PT. Interni Asia pada tahun 2011. Penulis sempat aktif di
organisasi HIMPUNAN MAHASISWA DESAIN INTERIOR BINA NUSANTARA (HIMDI) sebagai tim
kreatif pada periode 2010-2011.