Pd T-14-2004-B
Konstruksi
dan Bangunan
~
Lampiran
3
2
Prakata
Daftar
Daftar
1..
4454.4 4.3 4.2 4.1 3.4 3.3 3.2 3.1 Ketentuan Istilah Acuan
Ruang
4.5.4 4.2.5 4.2.4 4.2.3 4.2.2 4.2.1
4.5.3
4.5.2
4.5.5tabel isi
Tabel 2Agregat
T abel 1
T abel 3
4.5.1Pencampuran Perencailaan tailing Klasifikasi agregat lapis lapis
8ibliografidan
8
Tipikal
Gradasi
normatif
Penghamparan lingkup
(informatif) Pemadatan Penghamparan Percobaan
Agregat
Agregat
Sifat-sifat
Gradasi
Tipikal
Lapis
pondasi
pondasi
Lampiran A (informatif) Contoh Perhitungan Gradasi Campuran untukdefinisi
Sifat-sifatPengendalianpemadatan lapis
kasar
gradasi
lapis
Pondasi
lapis
gradasi
agregat halus kasar
bawah campL!rap
Penyiapan formasi untuk lapis pondasi agregat
fisikmutulapis pondasi pondasi agregat agregat
agregat
:agregat pondasi
dan
pondasi
Daftar
lapis
tailing
8awah
tailing
pemadatan
nama
agregat kombipasi
pondasi
agregat
dan
lapis
lembaga
agregat
agregat
Daftar isi
pondasi
.".""".,.".."",
agregat
Pd T -14-2004-8
3
2
3
7
6
7
2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 5
2
ii
1 1 1 2
1
PdT-14-2004-B
Prakata
Pedoman penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah ini dipersiapkan oleh Panitia Teknik Standardisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan, melalui Gugus Kerja Bidang Perkerasan Jalan pada Sub Panitia Teknik Standarisasi Bidang Prasarana Transportasi. Pedoman ini diprakarsai oleh Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Badan Litbang Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Tata cara penulisan Pedoman ini mengacu kepada Pedoman BSN No. 8-2000 yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional. Pembahasan dilakukan melalui forum Konsensus yang melibatkan beberapa narasumber dan pakar bidang bahan jalan dan bangunan sipil yang berasal dari perguruan tinggi (ITB) stake holders, seperti asosiasi profesi, konsultan, dan pemerintah daerah. Pedoman ini merupakan hasil kajian terhadap pemanfaatan tailing yang telah dilaksanakan di LAPI ITB dengan Pusat Litbang Prasarana Transportasi dan dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi penggunaan bahan alternatif (tailing) yang yang banyak terdapat di Indonesia dan merupakan hasil sampingan dari penambangan emas dan tembaga. Prosedur ini akan bermanfaat bagi perencana dalam melakukan pekerjaan perencar.aan, rancangan campuran dan pengendalian mutu Lapis Pondasi dan Lapis Pondasi Agregat menggunakan bahan Tailing.
Pd T-14-2004-8
Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah
1 Ruang lingkupPedoman ini mengatur tata cara perencanaan penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah sistem perkerasan jalan, pelaksanaan pencampuran serta penghamparan di lapangan. Penggunaan tailing yang diatur dalam pedoman ini adalah sebagai bahan tambah untuk memperbaiki gradasi agregat atau sebagai bahan pengganti dari material yang diperlukan.
2 Acuan normatif SNI 03-1743-1989, Metodepengujiankepadatanberat untuk tanah SNI 03-1744-1989, MetodepengujianCaR laboratorium SNI 03-1966-1990, Metodepengujianbatasplastis SNI 03-1967-1990, Metodepengujianbatas cairdenganBlatcassagrande SNI 03-2417-1991, Metodepengujiankeausanagregatdenganmesin Los Angeles SNI 03-2827-1992, MetodepengujiankepadatanlapangandenganBlatkonus pasir
SNI03-2853-1992, GarBpelaksanaan lapis pondasi jalan dangan batu pecah TataSK SNI M-01-1994-03, Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat ASTM 0 2940-92, Standard specification for graded aggregate material for bases or subha.~esfor highways or airport.
3 3.1
Istilah dan definisi
tailing bahan buangan yang berasal dari sisa produksi tambang (antara lain emas dan tembaga)
3.2lapis pondasi lapisan pada sistem perkerasan yang terletak dibawah lapis permukaan dan diatas lapis pondasi bawah yang berfungsi menyebarkan tegangan dari lapis permukaan kepada lapisan dibawahnya 3.3 lapis pondasi bawah
lapisan pada sistem perkerasan yang terletak dibawah lapis pondasi dan diatas tanah dasar yang berfungsi menyebarkan tegangan dari lapisan diatasnya ke pada tanah dasar
1 dari 8
Pd T-14-2004-83.4 agregat kasar merupakan agregat yang tertahan pada ayakan No.4 (4.75 mm) 3.5 agregat halus merupakan agregat yang lolos ayakan No.4 (4.75 mm)
4 Ketentuan4.1 Klasifikasi lapis pondasi agregat Terdapat 2 klasifikasi Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A dan Kelas B. Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis Pondasi untuk suatu lapisan dibawah pondasi beraspal. Sedangkan Lapis Pondasi Agregat Kelas B digunakan untuk Lapis Pondasi Bawah.4.2 4.2.1 a) b) Agregat Agregat kasar
Agregat kasar terdiri atas batu pecah atau kerikil yang keras dan awet; Untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A diperlukan agregat kasar yang mempunyai paling sedikit satu bidang pecan; Untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B diperbolehkan persentase bidang pecah 0%. menggunakan agregat dengan
c)
4.2.2 Agregat halusAgregat halus dapat bt3rupa abt; batu, pas!r atau tailing;
a)
3 Tailing Tailing yang digunakan harus memenuhi baku mutu lingkungan berdasarkan PP No. 85/1999 seperti pada Tabel 1 berikut;
b)
Pada pelaksanaan penggunaan tailing sebagai bahan jalan, agar diperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja seperti penggunaan sepatu kerja, sarung tangan, dan masker;? rl:=lri p,
Pd T -14-2004-8 4.2.4 a) Gradasi agregat gabungan
Agregat campuran merupakan gabungan dari agregat kasar dan halus (tailing dan atau pasir dan atau abu batu). Lapis Pondasi Agregat T abel 2. Kelas A dan Kelas B harus memenuhi gradasi seperti pada
b)
Tabel 2 Gradasi lapis pondasi agregatUkuran Avakan
ASTM2" 1 %" 1" 3/8" No.4 No. 10 No. 40 No. 200
~
Persen Berat vanq Lolos Kelas A Kelas B 100 79 - 85 44 - 58100 88 - 95 70 - 85 30 - 65 25 - 55 15 - 40 8-20 2-8
50 37.5 25.0 9.50 4.75 2.0 0.425 0.075
29-4417-30 7-17 2-8
4.2.5 Sifat-sifat agregatSeluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik, gumpalan lempung, atau bahan-bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Bahan pondasi agregat ini harus memenuhi sifat-sifat seperti yang diberikan pada Tabel 3. Tabel 3 Sifat-sifat fisik lapis pondasi agregat Sifat - sifat Kelas A I Abrasi dari Aareqat Kasar (SNI 03-2417-1990) Maks. 40 % Ilnn~k PI~~ti~it~~ lSNI-O3-1966-1990) - Maks. 6 Hasil kal! Indek Pla3tisitas dengan % Loios Ayakan No. Maks. 25 200 I Balas Cair (SNI 03-1967-1990) Maks. 25 I Banian vana Lunak (SK SNI M-O1-1994-03) Maks. 5 % I CBR Rendaman (SNI 03-1744-1989) Min. 90 % 4.3 Perencanaan campuran kombinasi agregat
Kelas B Maks. 40 % Maks. 10-,
Maks. 35 Maks. 5 % Min. 35 %
Untuk mendapatkan agregat gabungan bisa dilakukan dengan menggunakan cara analitis maupun gratis. Campuran kombinasi agregat minimum terdiri atas 2 (dua) fraksi yaitu fraksi kasar dan fraksi halus yang berupa tailing. 4.4 Pencampuran agregat
Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur. Pencampuran bahan ini menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponenkomponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.
3 dari 8
Pd T-14-2004-B 4.5 4.5.1 Penghamparan dan pemadatan lapis pondasi agregat Penyiapan formasi untuk lapis pondasi agregat
a) BilamanaLapis PondasiAgregat akan dihamparpada perkerasan atau bahu jalan lama,semua kerusakan pada permukaan tanah dasar dan lapis pondasi atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu. b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru maupun lapis pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya terlebih dahulu. Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapis Pondasi Agregat harus disiapkan sekurang-kurangnya untuk 100 meter melampaui rencana akhir lokasi penghamparan. Apabila perbaikan-perbaikan dilakukan untuk panjang jalan kurang dari 100 meter, seluruh formasi harus disiapkan sebelum Lapis Pondasi Agregat dihampar. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama yang kondisinya tidak rusak, maka diperlukan penggarukkan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspallama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik. Percobaan pemadatan
c)
d)
4.5.2 a)
b)
Sebelum pelaksanaan penghamparan dan pemadatan, percobaan pemadatan harus dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan jenis alat, jumlah lintasan dan ketebalan hamparan sehingga didapatkan tebal lapisan sesuai dengan yang direncanakan dan kepadatan yang disyaratkan. Panjang minimum segmen percobaan adalah 100 m.3 Penghamparan lapis pondasi agregat 1Y2%. Kadar air dal2m
a) Bahan Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang meratadan h3rus dihampar pad a kadar air optimum dengan toleransi bahan harus tersebar secara merata. b)
Setiap lapis harus dihampar secara merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sarna tebalnya. Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak menyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang segregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan Gahan yang bergradasi baik. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali bila alat pemadat yang dipergunakan mampu untuk memadatkannya.
c)
d)
~ Pemadatan lapis pondasi agregat a)Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat getar yang disetujui sampai derajat kepadatannya mencapai paling sedikit 100% kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989 metode D. Pemadatan akhir dapat menggunakan mesin gilas beroda karet bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.
b)
4 dari 8
PdT-14-2004-B
c) Pemadatan harus dilakukan pada kadar air antara 1Y2% diatas dan 1Y2% dibawah kadarair optimum pemadatan, seperti yang ditetapkan oleh kepadatan modifikasi (modified) pada SNI 03-1743-1989, metode D. kering maksimum
d)
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian tikungan (superelevas/) , penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata. harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.
e) Bahan sepanjang kereb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas4.5.5 a) Pengendalian mutu
Pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam Tabel 2 dan Tabel 3. Untuk masing-masing sumber bahan yang diusulkan diperlukan minimum 3 contoh yang mewakili rentang mutu bahan tersebut. Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi bila terdapat perubahan sumber, mutu bahan atau metode produksinya. Program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus dilakukanuntuk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksipaling sedikit lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi, dan satu (~) penentuankepadatankering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989,metode D. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa. Pengujian harus di!akukan sampai se!uruh ~~edaI2m9n lapis terpasang dengan selang jarak tidak boleh lebih dari 200 m.
b)
c)
d)
5 dari 8
Pd T -14-2004-8
Lampiran A (Informatif) Contoh Perhitungan Gradasi Campuran Untuk Lapis Pondasi Bawah
Gradasi agregat kasar: #4 38,2 Gradasi tailing: #4 98,5
Perhitungan dilakukan secara analitis dalam bentuk tabelaris:, Avakan
I Soesifikasi~ An, Kasar
I Tailinq
Pd T-14-2004-8
Lampiran B
(Informatif) Daftar nama dan lembaga
1)
Pemrakarsa Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengembangan Kimpraswil Prasarana Transportasi, Badan Penelitian dan
2)
Penyusun NamaDr. Ir. Siegfried, MScDr. Ir. Furqon Affandi, MSc Ir. Eddie Djunaedi
InstansiPusat Litbang Prasarana Transportasi Pusat Litbang Prasarana Transportasi Pusat Litbang Prasarana Transportasi Pusat lJtbang Prasarana Transportasi
Dr. Djoko Widajat, MSc
7 dari 8
PdT-14-2004-B
BibliografiSpesifikasi Umum, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002.
8 dari A
MENTERI
PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAHREPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSANMENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor : 260/KPTS/M/2004 TENTANG PENGESAHAN (TIGAPULUHDELAPAN) 38 RANCANGAN SNI DAN 64 (ENAMPULUHEMPAT)PEDOMAN TEKNIS BIDANGKONSTRUKSI DAN BANGUNAN Menteri Permukimandan PrasaranaWilayahMenimbang
. a. bahwa dalam rangka pengaturan standar bidang konstruksi dan bangunanyang diperlukan untukmenunjang pembangunan nasionaldan kebijakanPemerintah dalammeningkatkan pendayagunaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, telah disusundan dipersiapkan (tiga 38 puluh delapan) Rancangan SNI dan 64 (enam puluh empat) Pedoman Teknis BidangKonstruksi Bangunan; dan
b. b3hwarancangan tersebut padabutira, telah disusunsesuaidengan ketentuan syarat-syarat diperlukan: dan yang sehingga dapatdigunakan dan dimanfaatkan kepentingan bagi umum dalampembangunan bidang konstruksi bangunan; danC. bahwa berdasarkanpertir:nbangan sebagaimanayang dimaksud pada butir a dan b, perlu ditetapkandenganKeputusanMenteriPermukiman dan PrasaranaWilayah tentang Pengesahan38 (tiga puluh delapan) RancanganSNI dan 64 (enam puluh empat) PedomanTeknis Bidang Konstruksi dan Bangunan.
Mengingat
Undang-undang Tahun No.8 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2. Undang-undang Nomor18Tahun 1999 tentang JasaKonstruksi; 3. Undang-undang Nomor Tahun 22 1999 tentang Pemerintahan Daerah;4 Peraturan Pemerintah Nomor Tahun2000tentangKewenangan RI 25 Pemerintah dan Kewenangan Pemerintah PropinsisebagaiOaerah Otonom;Masyarakat Jasa Konstruksi;
5. PeraturanPemerintah Nomor28 Tahun 2000 tentangUsahadan reran 6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Konstruksi; Jasa
Pemerintah Nomor Tahun2000tentangStandardisasi RI 102 7 Peraturan Nasional; PresidenRI Nomor12 tahun 1991 tentangPenyusunan, 8. Keputusan Penerapan Pengawasan dan Standardisasi Nasionallndonesia;9,
Keputusan Presiden RI Nomor 13 Tahun 1997 tentang Bad an Standardisasi Nasional;
10. Keputusan PresidenRI Nomor102 tahun 2001 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, SusunanOrganisasidan Tata Kerja Departemen; 11. KeputusanPresidenRI Nomor228/M Tahun 2001 ten tang Kabinet Gotong Royong; 12. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 01/KPTS/M/2001 tentang Organisasidan Tata Kerja Departemen Permukiman Prasarana dan Wilayah.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KeputusanMenteri Perrnukimandan Prasarana Wilayah tentangPengesahan38 (tiga puluh delapan)RancanganSNI dan 64 (enam puluh empat)Pedoman eknis BidangKonstruksidan Bangunan T
KESATU
Mengesahkan (tigapulUh 38 delapan) Rancangan dan 64 (enampuluh SNI empat)Pedoman TeknisBidangKonstruksi Bangunan dan sebagaimana tersebut dalam LampiranKeputusan ini. dan merupakanbagian takterpisahkand2ri Keputusar. ini
KEDUA
Rancangan dan Pedoman eknis BidangKonstruksi SNI T dan Bangunan sebagaimana dimaksudpad Diktum KESA berlaku bagi instansi a TU pemerintah unsurmasyarakat dan bidangkonstruksi dan bangunan serta dapatdigunakan sebagai acuandan persyaratan dalamkontrak kerjabagi pihak-pihak yangbersangkutan dalam bidang konstruksi bangunan. dan
KETIGA
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika temyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaikisebagaimana mestinya.
Tembusan Keputusan disampaikan ini kepada : Yth 1. Sekretaris Jenderal Departemen Permukiman Prasarana dan Wilayah; 2. Inspektur Jenderal Departemen Permukiman Prasarana dan Wilayah; 3. ParaKepala Badan lingkungan di Departemen Permukiman Prasarana dan Wilayah; 4. ParaDirektur Jenderal lingkungan di Departemen Permukiman Prasarana dan Wilayah; 5. ParaGubernur seluruh di wilayah Republik Indonesia; 6. ParaBupati Walikota seluruh I di wilayah Republik Indonesia; 7. Pertinggal.
MENTERI
Lampiran KeputusanMenteriPermukiman dan PrasaranaWilayah Nomor : 26dKPTS/M/2004 Tanggal : 10 Mei 2004
A. Rancangan SNINo,
JUDUL1
No. Rancangan SNIRSNI T-01-2004 RSNI T-02-2004 RSNI T-03-2004 RSNI T-04-2004 RSNI T-05-2004
Unit Pengusul
123,4
5
6
-
7.8.,
1. Bidana Sumber Dava Ai~ Tata cara perhitungan evapotranspirasi tanamanacuandengan metodePenmanMonteith Tata cara perhitunganhujan maksimumbolehjadi dengan metodeHersfield Tata cara penentuantinggi mukaair tanah pad lubangbor atau a sumur oantau Tata cara penentuankadar air batuandan tanahdi tempat denaanmetodePenduoaNeutron Tata cara pencatatanakuiferdenganmetodelogginggeolistrik tahananjenis short normaldan long normaldalamrangka eksolorasiair tanah Tata cara pengukuranlaju infiltrasitanah di lapangan dengan menggunakan infiltrometercincin ganda Tata cara pengukuranteganganhisaptanah zonatak jenuh menggunakan tensiometer
Puslitbang Sumber Dava AirPuslitbang SumberDavaAir
Puslitbang Sumber Dava Air Puslitbang Sumber Dava Air Puslitbang Sumber Daya AirPuslitbang SumberDavaAir
RSNI T-06-2004 RSNI T-07-2004 RSNI T-08-2004 RSNI T-09-2004
Tatacarapembandingan simulasi hasil model aliran tanah airterhadaoinformasilaoanoan Tata cara penerapanmodelaliran air tanah
Puslitbang Sumber Dava AirPuslitbang SumberDavaAir . Puslitbang SumberDavaAir
9 10
1112 13 14
Tata cara penentuangradien bahanfilter pelindung pada bar,aunan tip~ U,-UQa:1 Tata cara pengukuran laju infiltrasidi lapanganmenggunakan infiltrometer cincin ganda dengancincin bagiandalarnyang tertutuo Metodeuji penentuankadar pasirdalam sian bentonit~--
RSNI T-10-2004RSNI T -11-2004
Puslitbang D~va Air -Sumber PuslitbangSumber Daya Air
Metodekoefisienkelulusanair tanah pada tanahgambutjenuh denoantinooi tekan tetao --
RSNIM-O1-2004 Puslitbang Sumber Dava Air RSNIM-O2-2004 PuslitbangSumberDavaAir RSNI M-O3-2004 Puslitbang Sun"lber DayaAir
Metode kelulusan padatanah jenuhmenggunakan uji air tak sel triaksial2.
BidangPrasarana TransportasiRSNIT-12-2004 Puslitbang Prasarana TransoortasiDit. Bina Teknik Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan
12.
Perencanaan strukturbeton untukjembatan
Surveikondisirinci jalan beraspaldi perkotaan
RSNI T-13-2004
""
No.
-
--
JUDUL Geometrijalan perkotaan
3.
No. Rancangan SNI RSNIT-14-2004
Unit Pengusul
Dit. Bina TeknikDitjenTata Perkotaandan Tata Pernesaan
4
Cara uji kelarutanaspal
~J'
5.
Cara uji ekstraksiaspal dari campuranberaspalmenggunakan tabung refluksgelas Cara uji campuranberaspalpanasuntuk ukuranagregat maksimumantara24,5 mm (1 inci) sampaidengan38 mm (1,5 inci) dennanalat Marshall Cara uji identifikasiaspalemulsi kationikmantapcepat
RSNI M-O4-2004 Puslitbang ~1'Ob' I Prasarana ., N j z,,'i "=,i! !.!j.,: '.' Transoortasi RSNI M-O5-2004 Puslitbang
-
6.
RSNI M-O6-2004 (t~ ~~. d-.1... ,_Uk 'I. '-1.~J
-
!('qt,
!
7.
.J..;'..t
RSNI M-07 -2004
8
Prasarana Transoortasi Puslitbang Prasarana Transoortasi Puslitbang Prasarana TransoortasiPuslitbang Prasarana Transportasi
Spesifikasiaspal keras berdasarkan kekentalan
RSNI S-01-2004
3. BidangPermukiman
12 3. 4.
Tata cara pemeliharaan sistem plambing Tata cara pengadaan.pemasangan dan pengujianpipa PVC untuk air limbahdi dalam banQunan oedunn Tata cara pengadaan,pemasangan dan pengujianpipa PVC untuk oenvediaan minum oji Pemeriksaan dan pengujianlift traksi listrik pad bangunan a gedung Pemeriksaan pengujia~erima da;l
RSNIT-15-2004 RSNIT-16-2004 RSNIT-17-2004RSNI T-18-2004
Puslitbang Permukiman Puslitbang Pem1ukiman Puslitbang PermukimallDiijen Perumahan dan Pennukiman DitjenPerumahan dan Permukiman
5.6],
gedung Pemeriksaan pengujian dan berkala
Pemeriksaan dan pengujianlift traksi listrik pada bangunan
I RSNIT-19-2004I
Tata cara perencanaanruangdan aksesibilitas bangunan bagi ~~nggunakursi roda Metodeevaluasipotensiflash over pada suatu ruangan Metodeuji ketahananapi pintu rakitan Sistem pasokandaya listrik daruratdan siaga Sistempasokandaya listrik daruratmenggunakan energi tersimoan(SPDDT' Sistemmanajemenasap di dalam mal, atriumdan ruangan bervolumebesar Keselamatan pada bangunanfasilitas pelayanankesehatan-
8.9.
Puslitbang Permukiman RSNI M-O7-2004 Puslitbang Pennukiman RSNIM-O8-2004 Puslitbang Pennuk:man R8NI8-02-2004 Ditjen Perumahandan Pemlukiman
RSNI T-20-2004
10 11 1213
R8NI8-03-2004 Ditjen Perumahandan Permukiman
RSNIS-04-2004 Ditjen Perumahandan Permukiman
R8NI8-05-2004 Ditjen Perumahandan Pennukiman RSNIS-06-2004Ditjen Perumahan dan Permukiman
Sistem proteksi petir pada bangunan gedung
14
Proteksipada peralatankomputer,elektronik/pengofah data
RSNI S-07-2004 Puslitbang Permukiman
B. Pedoman Teknik
-
No.
JUDUL 1. Sub PanitiaTeknikSumberDayaAir
No.Pedoman Teknis
Unit Pengusul
12
Perencanaan hidraulik bendung pelimpah dan bendungan tipe--
-Puslitbang Sumher Dava Air Pd T-O2-2004-A Puslitbang Sumner Dava Air PdT-O3-2004-A Puslitbang Sumber Dava Air --Pd T -O4-2004-A Puslitbang Sumber Dava Air Pd T-O5-2004-A Puslitbang Sumber Dava Air PdT-O6-2004-A Puslitbang Sumber Dava Air PdT-O7-2004-A Puslitbang Sumber Dava AirPd T-O8-2004-A Puslitbang SuMberDavaAi;Pd T-O9-2004-A Pd T-O1-2004-A
Perhitungan indeks kekeringan menqgunakan teori Run
3 4 5 6 7.
Pemberian padalahandengan air sistem Su~anPembuatan bendungberonjongdengansekat semikedapair oada iriaasidesa --
Pedoman teknikmembangun airtipePUSAIR kincir untuk irigasi desaPeramalan debit aliran sungai Perbaikanmuarasungai denganjeti InstnJmentasi tubuh bendungan tipe unJgan tanggul dan Perencanaan bendungkaret isi udara
8.9
10 Pengukuran pemetaan dan teritris sungai 11 12 13 14
PdT-10-2004-APd T-11-2004-A
---
Pemeliharaan bangunanpersungaian Perencanaan teknis bendungpengendali dasarsungai Desaindan konstruksipita drain vertikalprefabrikasi (PDVP) 1Jntuk banaunanair
-Pd T-12-2004-A Pd T-1~-2004-A
15
Analisis stabilitas bendungan urugan tipe akibat beban gempa PdT-14-2004-A -bumi Perencanaan hidraulik operasi dan sertapemeliharaan bangunan Pd T-1.&)-2004-A Puslitbang I)enanokao tiooPUSAIR air SumberDavaAir . 16 Perencanaan teknis bangunan tanggul pada sungai lahar PdT-16-2004-A Puslitbang Sumber Dava Air 17 Pengamanan bangunansabo dari gerusanlokal Pd T-17-2004-A PuslitbangSumberDavaAir
Puslitbang Sumber - Air Dava Puslitbang Sumber - Air Dava Puslitbang Sumber - Air Dava Puslitbang Sumber - Air Dava Puslitbang Sumber - Air Dava Puslitbang Sumber Dava Air
18 19
Pembuatan peta bahayaakibatalirandebris Pengawasan penyimpanan dan serta pemanfaatan data kualitas air
PdT-1R-2004-A Puslitbang Sumber Dava Air Pd T-19-2004-A Puslitbang SumberDavaAir
No21 22
JUDUL
--
No.Rancangan SNIPd T-20-2004-A
Unit PengusulPuslitbang SumberDavaAir
20. Monitoringdan evaluasi hasil penerapanteknologimodifikasicuaca (TMC)dalam ranoka Denoisian waduk Pengoperasian waduk kaskadeberpolalistrik-listrik-muitiguna
Pengisiankekosongandata hujan denganmetodekorelasi distandardisasi nonlinierber1inakat 23. Peramalanbanjir dan peringatandini
PdT-21-2004-A Puslitbang Sumber Dava Air Pd T -22-2004-A Puslitbang Sumber Daya Air Pd T-23-2004-A Puslitbang, Pd T-24-2004-A Pd T-25-2004-A
Sumber Air Dava
2425.
Pembangunan pembangkitlistrik tenagamikrohidro MdCCF tipe di saluraniri(1asi Pedomanpengoperasian waduktunggal
Puslitbang Sumber Dava Air Puslitbang Sumber Daya Air
26
-Uji mutukonstruksi tubuhbendungan urugan tipe
Pd M-O1-2004-A Puslitbang
Sumber Daya Air
i 3. Sub PanitiaTeknikPrasarana Transportasi
1 2.3.
Penanggulangan korosi tiang pancangpipa bajajembatan denganproteksikatodik anoda karbon Perkuatanstrukturatas jembatanpelat beronggadenganmetode prategangekstemal Perkuatan jembatanrangka baja Australiadenganmetode prategang ekstemal Perencanaan bebangempa untukjembatan
PdT-O1-2004-B Puslitbang
--
Prasarana Transoortasi
Pd T-O2-2004-B Puslitbang
Pd T-03-2004-8
Prasarana Transoortasi Puslitbang Prasarana TransoortasiPraS~rallZ Transoortasi
4
PdT-04-2004-8 Puslitbang
5.
Pelaksanaan perl