Download - 11. BAB Vqwasf
BAB V
EVALUASI
A. Sumber Daya Manusia (M1)
Secara struktur organisasi stase manajemen Program Profesi Ners PSIK
Unlam sudah dapat dijalankan sesuai dengan tugas pokok masing-masing
penanggung jawab kegiatan. Struktur jabatan yang jelas seperti Ketua Kelompok
kerja, Sekretaris, Bendahara dan penanggung jawab kegiatan. Selama 5 minggu
kegiatan proyek manajemen Program Profesi Ners PSIK Unlam di ruang Hemato-
Onkologi Anak Tulip IIIA, masing-masing penanggung jawab kegiatan dapat
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Seluruh proses dapat
dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan dan
jadwal yang telah disepakati.
Hasil wawancara dengan beberapa orang perawat di Ruang Hemato-Onkologi
Anak Tulip IIIA tanggal 17 Juni 2015 menunjukkan bahwa mereka memandang
positif kegiatan role play yang dilakukan mahasiswa sebagai kepala ruangan,
supervisor, ketua tim, dan perawat pelaksana. Perawat ruangan juga berpendapat
dengan adanya mahasiswa banyak dibantu dalam kegiatan keperawatan di ruangan,
baik dalam segi perencanaan maupun diagnosis dan tindakan keperawatan. Perawat
ruangan juga lebih memahami mengenai sistem manajemen keperawatan dimana
mahasiswa program profesi Ners Unlam berperan sebagai role model bagi perawat
ruangan dalam penerapan sistem SP2KP di ruangan.
Jumlah pasien yang dirawat di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA
selama 10 hari sebanyak 58 orang dengan BOR sebanyak 62,25 %. Berdasarkan
permenkes No.340 Tahun 2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit, didapatkan
kebutuhan perawat di ruangan sebesar 31 orang. Hasil perhitungan tersebut berbeda
dengan perhitungan menurut Lokakarya PPNI didapatkan kebutuhan perawat di
ruangan sebesar 29 orang dan menurut perhitungan Gillies didapatkan jumlah tenaga
keperawatan adalah 15 orang dari 13 orang tenaga keperawatan. Adanya mahasiswa
keperawatan yang praktik di ruangan juga membantu pelayanan keperawatan di
141
ruangan. Akan tetapi, perawat di ruangan lebih banyak melakukan tindakan
kolaborasi, seperti pemasangan infus, injeksi intravena, injeksi subcutan, transfusi
darah, pemberian obat kemoterapi, pemasangan NGT dan pemberian makanan
berkolaborasi dengan pihak Gizi sehingga tidak banyak waktu untuk melakukan
tindakan independen.
Dari hasil wawancara dengan 13 perawat di ruang Hemato-Onkologi Anak
Tulip IIIA mengenai daftar tenaga keperawatan (lampiran 3), hampir sebagian
perawat berasal dari cpns dan pendidikannya DIII keperawatan dan DIII kebidanan.
Dari hasil observasi menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 13
perawat Hemato-Onkologi Anak didapatkan hasil tingkat motivasi kerja perawat PNS
dan BLUD (lampiran 7). Pada poin pertanyaan 8 menyatakan 54% puas dengan
“kemampuan dalam bekerja sama antar karyawan” karena kekeluargaan diruang
Hemato-Onkologi Anak sangat tinggi sehingga dapat bekerja sama dengan baik,
kemudian pada poin pertanyaan 10 “ kesesuaian antar pekerjaan dan latar belakang
pendidikan saudara” kesesuaian antar pekerjaan dan latar belakang pendidikan sudah
sesuai sehingga perawat bekerja pada porsi masing-masing. Pada poin pertanyaan 16
menyatakan 46% puas dengan “kesempatan untuk medapat posisi yang lebih tinggi”
karena dengan adanya rencana pelatihan khususnya Hemato-Onkologi dapat
meningkatkan pendidikan serta keterampilan perawat itu sendiri sehingga dapat
diakui.
Tingkat kepuasan kerja perawat PNS dan BLUD di Ruang Hemato-Onkologi
Anak dari 18 item pertanyaan yang dibagikan kepada 13 perawat (Lampiran 7). Pada
poin pertanyaan 1 perawat menyatakan 77% “ puas dengan kondisi lingkungan
kerja”, 70 % menyatakan merasa puas dengan item pertanyaan 4 “sanksi yang
diterapkan RS tidak merugikan karyawan” serta poin pertanyaan 5 “ tingkat
kebersamaan diantara rekan kerja lebih memuaskan saya”. Pada poin pertanyaan 11
85% menyatakan “ saya sangat dihargai ditempat kerja” dan 77% pada poin
pertanyaan 12 menyatakan “ atasan saya sangat menghargai hasil kerja saya” , poin
pertanyaan 15 100% menyatakan “ saya merasa puas dengan tingkat tanggung jawab
dalam pekerjaan yang saya emban” dan 77% menyatakan pada poin pertanyaan 16 “
142
sebagai perawat saya bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepada saya”.
Poin pertanyaan 17 77% menyatakan “ saya puas karena mendapat pelatihan yang
sesuai untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan saya “ karena hamper semua perawat
sudah mengikuti pelatihan, dan dengan adanya rencana pelatihan Hemato-Onkologi
anak secara berkala. Pada poin pertanyaan 18 69% perawat menyatakan “ kenaikan
posisi/promosi/gaji ditangani dengan adil dengan memperlihatkan masa kerja, kinerja
dan kemampuan”
1. Mutu Pelayanan Keperawatan
a. Keamanan Pasien
Mengenai keamanan pasien, berdasarkan hasil observasi untuk angka
kejadian dekubitus selama 12 hari dengan jumlah pasien kelolaan orang tidak ada
pasien yang mengalami dekubitus selama role play berlangsung atau 0%
kejadian dekubitus. Berdasarkan hasil observasi selama 12 hari tidak ada terjadi
kesalahan dalam hal pemberian obat atau 0% kesalahan, hal ini karena perawat
selalu melakukan pengecekan terhadap pemberian obat kepada pasien. Angka
kejadian pasien jatuh sebanyak 0% di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA
selama 12 hari karena perawat akan melakukan pengamanan seperti menaikan
pagar bed bagi pasien yang memiliki risiko jatuh, memberikan edukasi kepada
keluarga untuk selalu mengawasi anaknya serta rata-rata bed pasien di ruangan
berpagar. (lampiran 4)
b. Tingkat Kepuasan Pasien Kelolaan dan Non Kelolaan (Ruang Hemato-Onkologi
Anak Tulip IIIA )
Berdasarkan observasi dengan menggunakan kuesioner yang berisi 25
pertanyaan kepada 11 pasien kelolaan dan 6 pasien non kelolaan selama 12 hari
role play dengan lama perawatan masing-masing pasien selama ≥ 2 hari
diberikan pertanyaan pilihan mencakup mengenai pemberian penjelasan orientasi
ruangan, penjelasan setiap prosedur tindakan, dan sikap perawat selama
143
memberikan asuhan keperawatan. Jawaban pada pertanyaan pilihan terdiri atas
dua jawaban yaitu “ya” dan “tidak”. (lampiran 5)
1). Kepuasan Pasien Berdasarkan Pendidikan
Hasil kuesioner kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA
sebelum role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan maupun yang non
kelolaan berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan pasien dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 5.1 Tingkat kepuasan keluarga/pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA sebelum dilakukan role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan serta non kelolaan berdasarkan tingkat pendidikan orang tua
Gambar 5.2 Tingkat kepuasan keluarga/pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA sebelum dilakukan role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan serta non kelolaan berdasarkan tingkat pendidikan responden
Gambar di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua serta
responden sebelum dilakukan role play sebagian besar berpendidikan SMA, pada
pasien kelolaan sebagian besar berpendidikan SMA, dan non kelolaan sesudah
dilakukan role play sebagian besar memiliki latar pendidikan SD. Serta pendidikan
144
anak sebelum dilakukan role play pra sekolah, sesudah dilakukan role play pada
kelolaan pra sekolah dan setelah dilakukan role play non kelolaan adalah SD.
Menurut Notoatmodjo (2005), yang mengemukakan bahwa hasil pendidikan
ikut membentuk pola berpikir, pola persepsi, dan sikap pengambilan keputusan
seseorang. Pendidikan seseorang yang meningkat mengajarkan individu
mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya.
2). Kepuasan Pasien berdasarkan jenis pekerjaan
Hasil kuesioner kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA
sebelum role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan maupun yang non
kelolaan berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5.3 Tingkat Kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA sebelum dilakukan role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan serta non kelolaan berdasarkan jenis pekerjaan responden
Gambar di atas menunjukkan bahwa pada responden sebelum dan sesudah
dilakukan role play sebagian besar memiliki pekerjaan swasta dan lain-lain seperti
buruh, petani, dan pedagang.
3). Kepuasan pasien berdasarkan lama rawat
Hasil kuesioner kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA
sebelum role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan maupun yang non
kelolaan berdasarkan lama rawat dapat dilihat pada gambar berikut:
145
Gambar 5.4Tingkat kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA sebelum dilakukan role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan serta non kelolaan berdasarkan lama rawat
Gambar di atas menunjukkan bahwa pada responden sebelum dilakukan role
play adalah < 7 hari dan setelah dilakukan role play pada pasien kelolaan maupun
non kelolaan sebagian besar di rawat selama 3-7 hari. Lama rawat ( >7 hari) pasien
kelolaan setelah dilakukan role play menurun menjadi 45% hal ini karena rata-rata
pasien yang dirawat di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA hanya
menjalankan kemoterapi dan transfusi darah rutin.
1) Perbandingan presentasi tingkat kepuasan pasien kelolaan dan non kelolaan di
Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA
Perbandingan tingkat kepuasan pasien sebelum dan sesudah role play pada
pasien kelolaan maupun non kelolaan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5.5 Diagram batang perbandingan tingkat kepuasan pasien sebelum dan sesudah role play pada pasien
kelolaan maupun non kelolaan di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA
146
Rekapitulasi jawaban responden pada pasien kelolaan yang didapatkan dari
tanggal 5 Juni – 17 Juni 2015 (selama dilakukan role play) yaitu jawaban “ya”
sebanyak 77,88% dan jawaban “tidak” sebanyak 21,32 %. Dapat disimpulkan
bahwa tingkat kepuasan pasien pada pasien kelolaan sebesar 77,88 %.
Sedangkan rekapitulasi jawaban responden pada pasien non kelolaan yang
didapatkan dari tanggal 5 Juni-17 Juni 2015 (selama dilakukan role play) yaitu
jawaban “ya” sebanyak 65,36 % dan jawaban “tidak” sebanyak 34,64 %. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan pasien pada pasien non kelolaan
sebesar 65,36 %.
Dari hasil observasi dengan menggunakan kuesioner, gambar diatas
menunjukan bahwa dibandingkan sebelum role play, tingkat kepuasan pasien
meningkat di ruang pasien kelolaan stase manajemen oleh mahasiswa stase
manajemen sebagai role model. Item-item yang meningkat setelah pelaksanaan
role play dapat dilihat pada tabel perbedaan tingkat kepuasan pasien sebelum dan
sesudah role play (tabel terlampir) Item-item yang meningkat tersebut antara
sebelum dan sesudah role play adalah semua item pertanyaan kepuasan pasien
terutama pada poin pertanyaan 1 meningkat 69% yaitu “apakah perawat selalu
memperkenalkan diri” hal dan poin pertanyaan 21 meningkat 48% yaitu “Apakah
anda/keluarga anda mengetahui perawat yang bertanggung jawab setiap kali
pergantian dinas”, karena mahasiswa manajemen selalu memperkenalkan diri
setiap kali pergantian dinas dan saat melakukan tindakan keperawatan.
Poin pertanyaan 2 meningkat hingga 100% “ apakah perawat melarang
anda/pengunjung merokok diruangan” karena pada saat pasien baru masuk
mahasiswa manajemen menerapkan penerimaan pasien baru dengan memberikan
tata tertib yang ada diruangan dan harus dipatuhi oleh semua pasien. Poin
pertanyaan 16 meningkat 31 % yaitu “Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah
sakit, apakah perawat memberikan penjelasan tentang fasilitas yang tersedia dan
cara penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di rumah sakit”, poin
pertanyaan ini meningkat karena mahasiswa manajemen menerapkan prosedur
penerimaan pasien baru yang dalam pelaksanaanya menjelaskan tentang tata tertib
147
ruangan dan fasilitas yang tersedia. Poin pertanyaan 22 “ apakah perawat selalu
memberi penjelasan sebelum melakukan tindakan perawatan/pengobatan “
meningkat 23% karena setiap akan dilakukan tindakan dilakukan persutujuan
kepada pasien/keluarganya. Poin pertanyaan 23 “ apakah perawat selalu bersedia
mendengarkan dan memperhatikan setiap keluhan anda/keluarga anda” meningkat
14% menjadi 100%. Poin 24 “ Dalam hal memberikan obat, apakah perawat
membantu menyiapkan/ meminumkan obat” meningkat 76% karena mahasiswa
manajemen membantu menjalankan sentralisasi obat diruangan. Poin pertanyaan
25 “ Selama anda/keluarga anda dirawat, apakah diberikan penjelasan tentang
perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah anda/keluarga anda
diperbolehkan pulang” meningkat 21% karena mahasiswa manajemen dan perawat
memberikan penjelasan discharge planning sebelum pulang. Meningkatnya
kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA tidak lepas dari
tindakan mahasiswa dan perawat yang bekerjasama dalam melakukan timbang
terima, sentralisasi obat, discharge planning, penerimaan pasien baru, dan ronde
keperawatan, menjaga kebersihan bersama, menerapkan peraturan yang berlaku di
ruangan dan memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan sehingga
pasien dan keluarga merasa di penuhi kebutuhannya dan sebagai pasien mereka
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat di Ruang Hemato-
Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD Ulin Banjarmasin.
148
2. Sepuluh Penyakit Terbanyak Ruang Tulip IIIA (Hemato-Onkologi Anak)
Gambar 5.6 Diagram Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD Ulin Banjarmasin Tanggal 5 Juni-17 Juni 2015
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi ruang Hemato-
Onkologi Anak Tulip IIIA dari Tanggal 5 Juni-17 Juni 2015 didapatkan penyakit
terbanyak yaitu Thalasemia. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit kasus Hematologi
merupakan penyakit yang terbanyak di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA
RSUD Ulin Banjarmasin.
3. Tingkat Ketergantungan Klien Ruang Tulip III A
149
Gambar 5.7 Diagram Rata-Rata Tingkat Ketergantungan Klien Di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD Ulin Banjarmasin Tanggal 5 Juni-17 Juni 2015
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi ruang Hemato-
Onkologi Anak Tulip IIIA dari observasi Tanggal 18 Juni- 20 Juni 2015 didapatkan rata-
rata tingkat ketergantungan klien yaitu adalah 90,6 % perawatan parsial (lampiran 6).
4. Kebutuhan Tenaga Non Keperawatan Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip
IIIA
Tenaga Non keperawatan di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA
seluruhnya berjumlah 4 orang, yaitu : 1 orang apoteker, 1 orang administrasi, 1 orang
cleaning service, 1 orang ahli gizi. Belum ada loper dan pekarya di ruangan tersebut
sehingga untuk selalu menunjang kebutuhan dan fasilitas ruangan dibantu oleh
mahasiswa yang praktek manajemen.
5. Instrumen B
1. Hasil Evaluasi Persepsi Pasien Kelolaan Terhadap Mutu Asuhan
Keperawatan Di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD Ulin
Banjarmasin.
a. Karakteristik
Dari 11 Responden pasien kelolaan yang diambil sebagai sampel di ruang
Tulip Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pada tanggal 5 Juni – 17 Juni 2015
didapatkan hasil : Tabel 5.1. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Orang Tua
PENDIDIKAN JUMLAH %
1. SD 1 9
2. SLTP 3 27
3. SLTA 5 46
150
4. PT 2 18
JUMLAH 11 100%
Tabel 5.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasien
PENDIDIKAN JUMLAH %
1. PRA SEKOLAH 8 73
2. TK/PAUD 1 9
3. SD 2 18
4. SLTP 0 0
JUMLAH 11 100%
Tabel 5.3. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. PEKERJAAN JUMLAH %
1 PNS 0 0
2 ABRI 0 0
3 SWASTA 10 90,9
4 LAIN-LAIN 1 9,09
JUMLAH 11 100
Tabel 5.4. Klasifikasi Respoden Bersadarkan Lama RawatNo. PEKERJAAN JUMLAH %
1 2-7 HARI 6 54,5
2 > 7 HARI 5 45,5
JUMLAH 11 100
Hasil kuisioner pada responden pasien kelolaan di Ruang Hemato-Onkologi
Anak Tulip IIIA seperti terlihat pada tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar
pasien telah dirawat 2-7 hari dengan jumlah pasien 6 orang dan responden yang
dirawat >7 hari berjumlah 5 orang.
151
Hasil evaluasi persepsi pasien/keluarga kelolaan terhadap mutu asuhan
keperawatan menurut jumlah jawaban “ya” dan “tidak” pada setiap kuisioner
(instrumen B) pada tanggal 5 Juni-17 Juni 2015 dapat dilihat pada lampiran.
Tabel evaluasi persepsi pasien/keluarga kelolaan terhadap mutu asuhan
keperawatan terlampir. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut maka didapatkan
kesimpulan bahwa rata-rata tingkat kepuasan pasien kelolaan di ruang Hemato-
Onkologi Anak Tulip IIIA yaitu 77,88 %.
2. Hasil Evaluasi Persepsi Pasien Non Kelolaan Terhadap Mutu Asuhan
Keperawatan Di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD Ulin
Banjarmasin
a. Karakteristik
Dari 6 Responden pasien non kelolaan yang diambil sebagai sampel di ruang
Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pada tanggal 5 Juni-17 Juni 2015 didapatkan
hasil:
Tabel 5.5. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua
PENDIDIKAN JUMLAH %
1. SD 3 49
2. SLTP 1 17
3. SLTA 1 17
4. PT 1 17
JUMLAH 6 100%
Tabel 5.6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak
PENDIDIKAN JUMLAH %
1. PRA SEKOLAH 1 17
2. TK/PAUD 1 17
3. SD 3 49
4. SLTP 1 17
JUMLAH 6 100%
152
Tabel 5.7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. PEKERJAAN JUMLAH %
1 PNS 0 0
2 ABRI 0 0
3 SWASTA 4 66,6
4 LAIN-LAIN 2 33,3
JUMLAH 6 100
Tabel 5.8. Klasifikasi Respoden Bersadarkan Lama Rawat
No. PEKERJAAN JUMLAH %
1 2-7 HARI 6 100
2 > 7 HARI 0 0
JUMLAH 6 100
Hasil kuisioner seperti terlihat pada tabel menunjukan bahwa pada responden
pasien non kelolaan di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA sebagian besar
telah dirawat 2-7 hari dengan jumlah pasien 6 orang. Hasil evaluasi persepsi
pasien/keluarga non kelolaan terhadap mutu asuhan keperawatan menurut jumlah
jawaban “ya” dan “tidak” pada setiap masing-masing responden (instrumen B) pada
tanggal 5 Juni-17 Juni 2015 dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel tersebut dapat
diketahui bahwa dari 6 responden puas terhadap mutu asuhan keperawatan. Artinya
tingkat kepuasan pasien pada pasien non kelolaan sebesar 65,36% (lampiran 5).
B. Material (M2)
1. Sebelum kegiatan role play Manajemen Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa lingkungan Ruang Hemato-
Onkologi Anak Tulip IIIA merupakan ruangan baru di RSUD Ulin Banjarmasin.
Berhubungan dengan ruangan baru, maka ruangan ini membutuhkan kelengkapan alat
inventaris ruang rawat inap mengenai perlengkapan alat-alat kantor, alat-alat medis,
serta kelengkapan alat tenun agar pelayanan di ruangan bisa berjalan dengan baik
seperti ruangan lainnya.
153
Sarana dan prasarana : didapatkan bahwa keadaan fasilitas seperti WC dan kamar
mandi pasien sudah mencukupi, terdapat WC pada setiap kamar ruangan, namun
terlihat masih kotor dikarenakan ruangan ini merupakan ruangan yang sudah lama
kosong dan perlu perawatan serta dibersihkan. Beberapa WC di kamar III yang
tersumbat dan di Kamar VI serta di kamar tindakan yang saluran air nya bermasalah
dan mengeluarkan bau yang tidak enak setelah digunakan. Gambaran umum jumlah
tempat tidur di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA adalah 31 tempat tidur.
2. Sesudah kegiatan role play Manajemen Keperawatan
Di ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA untuk kelengkapan alat inventaris
ruang rawat inap mengenai perlengkapan alat-alat kantor, alat-alat medis, serta
kelengkapan alat tenun yang ada di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD
sudah cukup dapat memenuhi kebutuhan di ruangan selama ini.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa lingkungan Ruang Hemato-
Onkologi Anak Tulip IIIA sudah bisa dikategorikan cukup bersih akan tetapi pada
beberapa waktu kadang terlihat adanya sampah di sekitar depan ruangan. Berdasarkan
observasi rak sepatu/sandal sudah tersedia disetiap ruangan Ruang Hemato-Onkologi
Anak Tulip IIIA, dan kadang terlihat sandal/sepatu dari keluarga pasien masih tetap
berserakan di lantai di atas jam siang bahkan pada malam hari.
Pada setiap bed pasien banyak keluarga pasien yang meletakkan barang-barang
bawaan di sekitar bed yang kurang tersusun dengan rapi dan masih terlihat
berantakan. Pada daerah sekitar Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA tampak
keluarga pasien yang berkunjung terlalu banyak, tidak masuk bergantian saat
bertamu, serta keluarga pasien yang menunggu terlihat juga ikut tidur atau duduk di
bed pasien.
Sarana dan prasarana : didapatkan bahwa keadaan fasilitas seperti WC dan kamar
mandi pasien sudah mencukupi, terdapat WC pada setiap kamar ruangan, namun ada
salah satu WC di kamar III yang tersumbat dan di Kamar VI yang saluran air nya
bermasalah. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pasien dan keluarga WC
dan kamar mandi sebenarnya cukup bersih, namun ada beberapa WC yang
154
menimbulkan bau yang tidak enak setelah dipakai. Hal ini juga didukung dari hasil
observasi pada tanggal 17 Juni 2015. Peralatan seperti pispot sudah ada dimiliki
ruangan namun tidak diletakkan di setiap WC. Gambaran umum jumlah tempat tidur
di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA adalah 31 tempat tidur. Ruangan saat ini
memiliki musholla sebagai wahana keluarga pasien untuk beribadah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan staf adminstrasi Ruang
Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA dikatakan terdapat arsip pembayaran pasien, buku
sensus pasien, buku penyerahan status MR, buku penyerahan SMF, buku penyerahan
BPJS, dan protap pelaksanaan adminstrasi pasien.
Kelengkapan alat kesehatan di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA terlihat
belum lengkap, dari beberapa macam daftar kebutuhan logistik yang diminta hanya
diberikan sebagian dari daftar kebutuhan permintaan logistik dari ruangan. Namun
Beberapa alat yang tersedia di ruangan sebagian besar sudah memenuhi kriteria ratio
ideal berdasarkan PERMENKES Tahun 2001 walaupun ada sebagian kecil alat yang
tidak memenuhi kriteria ratio ideal. Bahkan ada juga alat yang diperlukan namun
tidak tersedia di ruangan.
Sedangkan untuk pengadaan peralatan pelayanan di Ruang Hemato-Onkologi
Anak Tulip IIIA RSUD Ulin Banjarmasin, ada beberapa peralatan yang diperlukan
namun masih belum tersedia seperti : meja pasien, senter, lemari obat emergency,
brankar, dan tempat spuit. Pengelolaan sampah di Ruang Hemato-Onkologi Anak
Tulip IIIA seperti sampah medis, non medis dan sampah pasien sudah cukup bagus
dimana sudah tersedia tempat sampah medis, non medis dan sampah pasien. Keadaan
kipas angin di ruangan sudah mencukupi karena pada setiap blok ruangan terdapat
kipas angin yang dapat berfungsi dengan baik dan ruangan memiliki 4 televisi LED
untuk pasien mendapat hiburan selama hospitalisasi agar tidak bosan tetapi belum
terpasang di setiap kamar pasien. Dari 2 wastafel yang terdapat di dalam ruangan
semuanya bisa digunakan, tetapi tampak sedikit kotor karena dipergunakan keluarga
pasien untuk mencuci piring dan gelas. Ruangan juga sudah memiliki lemari khusus
untuk meletakkan arsip dan ruangan sudah memiliki rak untuk menyimpan obat
pasien.
155
Kelengkapan alat kantor seperti loker perawat, telepon, papan tulis besar, dan
papan tulis kecil belum tersedia. Lemari arsip besi sudah ada namun belum
dipergunakan, arsip-arsip dan blanko keperawatan terlihat sudah tertata rapi. Kursi
besi 1 set ada 3 yang keadaannya masih baru tetapi jumlahnya masih kurang sesuai
kriteria ratio ideal berdasarkan PERMENKES tahun 2001.
Kelengkapan alat tenun yang ada di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA
RSUD Ulin Banjarmasin berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa kelengkapan
linen di ruangan masih kurang. Jumlah sprei yang ada hanya sekitar 30 buah,
sedangkan jumlah kasur pasien yang tersedia di ruangan berjumlah 31 buah. Hal ini
masih belum mencukupi standar PERMENKES, yaitu 1: 5 atau 1 pasien harus
memiliki 5 buah sprei dan juga seperti pengadaan bantal beserta sarungnya masih
belum ada.
Selama role play stase Manajemen Keperawatan periode 1 juni – 14 juni 2015
beberapa kegiatan yang telah dilakukan untuk menunjang sarana dan prasarana yang
memadai seperti melaporkan kepada Kepala Ruangan bahwa ada WC yang buntu,
sudah ditindak lanjuti oleh Kepala Ruangan dengan berkoordinasi bersama pihak
terkait, namun saat dievaluasi masih belum ada intervensi lanjut dari pihak terkait,
serta berkoordinasi dengan cleaning service ruangan untuk pemeliharaan kebersihan
ruangan. Pada saat penerimaan pasien baru sudah dijelaskan tentang tata tertib
ruangan, menjaga kebersihan ruangan, jam kunjung tamu, serta fasilitas ruangan
kepada pasien dan keluarga pasien. Selain itu, perawat juga menegur dalam
menertibkan pengunjung yang banyak pada saat jam tamu. Diharapkan pihak
manajemen untuk memberlakukan jam tamu bagi pengunjung, dengan pengunjung
yang dibatasi kenyamanan pasien akan lebih terjaga, petugas merasa nyaman dalam
melakukan pelayanan, dapat meminimalisir infeksi nosokomial, serta dapat
menghemat pemakaian air dan listrik di ruangan Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA.
C. Method (M3)
1. Penerapan SP2KP
156
Dilakukannya role play terhadap pelaksanaan penerapan SP2KP dari tanggal 01
Juni 2015 – 14 Juni 201 di ruang Hemato-Onkologi Anak tulip IIIA. Pembagian tugas
dilakukan untuk penetapan sebagai kepala ruangan 1 orang, supervisor 1 orang,
perawat primer 1 orang, dan perawat asosiet 1-3 orang untuk tiap pergantian shift
(pagi, siang, dan malam). Dukungan yang diberikan selama ini yaitu adanya kemauan
dan kerjasama untuk semua perawat di ruang Hemato-Onkologi anak tulip IIIA.
2. Timbang Terima
Timbang terima sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 5.8 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Role Play
Timbang Terima
Role play timbang terima dilakukan pada tanggal 01 Juni 2015 s/d 14 Juni 2015
yang dilakukan dan dipimpin oleh mahasiswa manajemen. Sebelum dilakukan role
play, timbang terima dari shift malam ke shift pagi dimulai di Nurse Station dipimpin
oleh supervisor, kemudian dilanjutkan melakukan validasi data dengan melihat status
157
dan hanya dilakukan di nurse station saja yang dilakukan oleh supervisor dan perawat
shift pagi. Setelah memvalidasi data biasanya langsung membagi pekerjaan
berdasarkan banyaknya blok. Timbang terima dari shift pagi ke shift siang dan dari
shift siang ke shift malam biasa hanya dilakukan secara informal di nurse station,
validasi data hanya dilakukan di nurse station saja.
Setelah dilakukan role play, timbang terima berdasarkan gambar di atas
diketahui terjadinya peningkatan dalam kegiatan timbang terima terutama pada point
2,6,7,8 dan 12 yaitu perawat telah menyiapkan buku catatan dan pelatan tulis,
timbang-terima dilanjutkan dengan melihat langsung kondisi klien, hal-hal yang
sifatnya khusus dicatat dan di serah terimakan pada shift berikutnya dan penyampaian
dilakukan dengan singkat dan jelas. Selain itu pada poin lain mengalami peningkatan
yang sangat baik seperti; kegiatan timbang terima dipimpin oleh kepala
ruangan/supervisor pada pergantian shift dari malam ke pagi dari pagi ke sore,
sedangkan pergantian shift dari sore ke malam dipimpin oleh Perawat Asociate dan
dilaksanakan setiap shift. Hal ini dikarenakan adanya koordinasi dengan kepala
ruangan, suvervisor yang turut membantu dalam kegiatan timbang terima, serta
perawat yang bertugas pada shift tersebut sehingga timbang terima dapat berjalan
sesuai dengan kriteria dan bekelanjutan. Timbang terima dilakukan awalnya di Nurse
Station dan kemudian langsung ke klien untuk memvalidasi data. Selama pelaporan
timbang terima sudah disampaikan keluhan klien, memperkenalkan perawat ganti
shift yang akan berjaga, diagnosa keperawatan yang muncul, intervensi yang sudah
dilakukan dan belum dilakukan, dan pendokumentasian catatan timbang terima. Hal
ini perlu tetap dipertahankan dan ditingkatkan dalam pelaksanaannya walaupun tidak
ada lagi mahasiswa khususnya mahasiswa manajemen.
Evaluasi Timbang Terima
Struktur
1. Semua perawat untuk pergantian shift sudah siap.
2. Format timbang terima telah dibuat dengan modifikasi catatan perkembangan.
3. Sarana dan prasarana yang menunjang timbang terima telah tersedia antara
lain : catatan timbang terima dan kelompok shift timbang terima.
158
4. Ketika dilakukan role play, kepala ruangan mahasiswa stase manajemen
selalu memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian
shift malam ke shift pagi dan perawat primer memimpin timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift pagi ke siang dan shift siang ke malam. .
Proses
1. Proses timbang terima pagi dimulai di nurse station dipimpin oleh kepala
ruangan stase manajemen dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang telah
bertugas maupun yang akan menggantikan shift.
2. Proses timbang terima siang dan malam dimulai di nurse station dipimpin
oleh perawat primer yang bertugas pada shift tersebut dan diikuti oleh semua
perawat asosiet yang telah bertugas pada shift sebelumnya maupun yang akan
menggantikan shift.
3. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, diagnosis keperawatan, intervensi
yang telah dilakukan maupun yang belum dilakukan dan rencana tindakan
pada hari tersebut.
4. Setelah timbang terima di nurse station dilanjutkan dengan berkunjung ke
masing-masing bed klien untuk menvalidasi data dan memperkenalkan
perawat yang jaga pada shift selanjutnya.
5. Setiap selesai validasi data pada timbang terima pagi dilanjutkan dengan
morning meeting di ruangan pertemuan untuk membagi tugas
pertanggungjawaban klien pada hari tersebut dan rencana tindakan yang akan
dilakukan. Selain itu, pada saat morning meeting juga disampaikan masukkan
dari kepala ruangan, supervisor, ketua tim dan perawat lainnya.
6. Perawat primer selalu berperan aktif dalam memimpin validasi data ke bed
klien.
7. Waktu untuk validasi ke setiap klien tidak lebih dari 3 menit.
Hasil
1. Timbang terima sudah diterapkan di ruangan Tulip III A
2. Setiap perawat mengetahui perkembangan klien dan komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.
159
3. Klien dapat dengan aktif menyampaikan perubahan keluhan yang dirasakan
setiap harinya,
4. Terbina kepercayaan dan kerjasama yang baik antara perawat, klien maupun
keluarga klien.
5. Hambatan yang ditemukan pada saat penilaian role play timbang terima :
a. Proses timbang terima menghabiskan waktu yang cukup lama
b. Banyak keluarga klien atau pengunjung saat mengunjungi bed klien untuk
melakukan validasi data.
3. Discharge Planning
Discharge planning sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Gambar 5.9 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Role Play Discharge Planning
Role play discharge planning di Ruang Tulip IIIA dilakukan pada tanggal 01 juni
2015 – 14 Juni 2015. Sebelum dilakukan role play oleh mahasiswa praktik
160
manajemen diketahui bahwa discharge planning pada klien biasanya hanya berupa
penjelasan secara lisan tanpa ada bukti tertulis dan tanpa disertai media seperti leaflet.
Selain itu, di ruangan belum mempunyai format discharge planning. Setelah adanya
role play dari mahasiswa praktik manajemen dapat terlihat pada gambar di atas
terjadi peningkatan kegiatan discharge planning terutama pada point 1 (setiap klien
yang mau pulang dilakukan discharge planning), 5 (dorongan untuk melakukan
discharge planning timbul pada diri anda sendiri), 6 (kepala ruangan memimpin
discharge planning), 9 (discharge planning yang anda lakukan sesuai dengan
prosedur, karena berpengaruh pada asuhan keperawatan), dan 10 (meskipun perawat
sibuk dengan urusannya, perawat tetap melaksanakan discharge planning). Hal ini
mungkin dikarenakan sudah tersedianya media seperti leaflet dan format discharge
planning sehingga dapat memudahkan perawat dalam melakukan discharge planning
dan meningkatkan motivasi perawat dalam melakukan discharge planning. Kegiatan
discharge planning selama role play tidak hanya berfokus pada klien tetapi juga pada
keluarga sehingga informasi yang diberikan bukan hanya diketahui klien tetapi juga
diketahui oleh keluarga sebagai faktor pendukung perawatan klien dirumah.
Discharge planning juga dilakukan setelah pelunasan administrasi, namun terkadang
discharge planning dilakukan bersamaan dengan proses pelunasan administrasi
karena keterbatasan waktu yang dimiliki, terkadang klien dan keluarga ingin bergegas
untuk segera pulang.
Selain itu sudah tersedianya format discharge planning dan leaflet yang diberikan
kepada klien yang sangat membantu dalam perawatan lebih lanjut ketika di rumah
serta keluarga dapat melakukan pencegahan pada keluarga/teman-temannya. Dalam
hal pembuatan leaflet sebelumnya sudah dikonsulkan dengan pihak terkait seperti
kepala ruangan, CI lahan, dan dosen pembimbing statse manajemen. Dalam hal
penyediaan leaflet ini sangat perlu untuk tetap dipertahankan agar perawatan lanjutan
pada klien dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Hal ini mungkin disebabkan
karena kepala ruangan hanya berdinas pada pagi hari sehingga tidak bisa memimpin
discharge planning pada shift sore dan malam hari.
161
Evaluasi Penilaian Discharge planning
Struktur
1. Persiapan dilakukan sebelum kegiatan role play dilaksanakan
2. Telah tersedianya format discharge planning
3. Leaflet telah disiapkan
4. Persiapan dilakukan pada klien dan keluarga yang termasuk dalam tim
kelolaan manajemen PSIK Unlam yang akan direncanakan pulang
sebelumnya.
5. Tepatnya 15 menit sebelum dilakukan discharge planning dilakukan kontrak
waktu dan tempat kepada klien dan keluarga
Proses
1. Discharge planning dilakukan pada klien yang direncanakan pulang pada hari
itu.
2. Pelaksanaan discharge planning dilakukan di ruangan klien.
3. Pelaksanaan discharge planning diikuti oleh klien dan keluarga klien.
4. Discharge planning yang dilaksanakan oleh mahasiswa berkerjasama dengan
perawat ruangan yang bertugas pada saat itu.
5. Discharge planning dilaksanakan sesuai dengan alur yang telah ditentukan
6. Selama role play jumlah klien yang mendapatkan discharge planning ada 20
orang.
Hasil
1. Keluarga dan klien puas dengan hasil pelaksanaan Discharge planning
2. Keluarga dan klien berpartisipasi aktif selama kegiatan Discharge Planning
3. Jumlah klien yang pulang 30 orang.
4. Keluarga antusias memberikan pertanyaan di antaranya berupa :
a. Perawatan klien ketika dirumah ?
b. Kapan klien dijadwalkan konsul ?
5. Hambatan yang ditemukan :
162
a. Klien langsung pulang saat mengetahui dibolehkan pulang sehingga tidak
bisa dilakukan discharge planning.
b. Keterbatasan SDM sehingga tidak dapat menghandle pasien yang pulang
pada waktu bersamaan dalam ruangan yang berbeda.
4. Penerimaan Klien baru
Penerimaan Klien baru sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Gambar 5.10 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan RolePlay Penerimaan Klien Baru
Sebelum dilakukan role play penerimaan klien baru, di ruangan Tulip IIIA
sebagian besar telah dilakukan dengan baik namun ada beberapa hal yang masih
kurang dilakukan misalnya perkenalan diri perawat, penjelasan fasilitas yang ada
di ruangan, penjelasan aturan ruangan, penjelasan sentralisasi obat, dan
163
pendokumentasian penerimaan klien baru. Setelah dilakukan role play terjadi
peningkatan dalam beberapa item yaitu poin 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9 dan 10 . Hal ini
dikarenakan adanya kerjasama antara perawat ruangan dan mahasiswa sehingga
saat perawat ruangan sibuk, mahasiswa dapat membantu mengenalkan Klien dan
keluarga tentang fasilitas, tata tertib, dan sentralisasi obat yang tercantum dalam
format penerimaan Klien baru yang telah dibuat. Hal ini diharapkan dapat
dipertahankan agar Klien dapat mengenal lingkungan baru dari ruangan Hemato-
Onkologi Anak Tulip IIIA dan mengenal siapa orang yang merawatnya sekaligus
menghargai perawat ruangan, sehingga muncul rasa percaya dan kerjasama yang
baik antara satu sama yang lain. Pada point 4 sebanyak 1 orang atau dengan
persentasi 7,67 %, menyatakan tidak pernah diperkenalkan dengan dokter dan
tenaga non keperawatan (misal: tenaga administrasi, ahli gizi, dll). Hal ini
dikarenakan terlalu banyak yang harus disampaikan sehingga biasanya hanya
nama perawat yang bersangkutan yang diperkenalkan dan juga karena jumlah
klien yang datang dari poli tertumpuk pada hari tertentu. Pada point 10 sebanyak
2 orang atau dengan persentasi 15,39 % menyatakan tidak pernah menyarankan
untuk menggunakan masker/penutup hidung bagi keluarga/kerabat yang
berkunjung. Hal ini karena banyaknya jumlah pengunjung yang tidak terkontrol
juga penunggu klien yang tidak patuh terhadap peraturan yang buat oleh ruangan
karena merasa sudah terbiasa dengan keadaan ruangan sebelumnya.
Evaluasi Penilaian Penerimaan Klien Baru
Struktur
1. Telah tersedianya format penerimaan klien baru yang digabung dengan
lembar persetujuan sentralisasi obat.
2. Persiapan kegiatan penerimaan klien baru dilakukan dengan pembuatan
proposal kegiatan dan melakukan konsultasi dengan pembimbing lahan.
3. Kegiatan penerimaan klien baru dilakukan pada klien yang baru dirawat di
ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA, sehingga kegiatan penerimaan
Klien baru bersifat accidental.
164
Proses
1. Kegiatan penerimaan klien baru dilakukan pada klien yang masuk ke ruang
Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA. Penerimaan klien baru pada setiap shift
dilakukan oleh peawat primet shift yang bersangkutan. Penerimaan klien baru
dilakukan di bed klien untuk memberikan penjelasan kepada klien dan
keluarga tentang penerimaan klien baru sesuai dengan hal-hal yang tercantum
dilembar penerimaan klien baru,
2. Lembar penerimaan klien baru ditandatangi oleh peawat primer dan klien atau
keluarga.
3. Keluarga menerima lembaran yang berisi penjelasan mengenai tata tertib
ruangan.
4. Selama kegiatan role play jumlah penerimaan klien baru sebanyak 25 klien.
Hasil
1. Klien atau keluarga mengenali perawat dan dokter yang bertanggung jawab di
ruangan serta dapat mengenali ruangan dan lingkungan rumah sakit.
2. Klien atau keluarga memahami tata tertib ruangan dan alur sentralisasi obat.
3. Klien atau keluarga menandatangi lembar penerimaan klien baru
4. Hambatan :
a. Kegiatan penerimaan klien baru bersifat accidential sehingga kesulitan
mengenalkan perawat yang ada dan yang kebetulan menggunakan ruangan
yang baru.
b. Beberapa kegiatan penerimaan klien baru tidak dapat dilakukan langsung
saat klien baru datang ke ruangan. Hal ini dikarenakan waktu kedatangan
klien yang tidak memungkinkan dilakukan penerimaan klien baru seperti
klien yang dari poli yang datang di waktu bersamaan dan terkadang
keluarga sibuk membereskan hal-hal terkait persiapan rawat inap klien.
165
5. Supervisi
Supervisi sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada gambar di bawah
ini :
Gambar 5.11 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Role Play Suvervisi
Dari diagram di atas menunjukkan hasil bahwa pada semua item untuk
supervisi mengalami peningkatan dalam kegiatan supervisi terutama pada poin 3,
7, dan 8 yaitu, ”Supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan pelayanan
bersama-sama ketua tim dan perawat pelaksana, Supervisor mengklasifikasi
permasalahan yang ada dan Supervisor memberikan masukan pada ketua tim dan
perawat pelaksana”. Hal ini dikarenakan supervisor ikut membantu dalam
pelaksanaan dokumentasi keperawatan, supervisi juga memberikan masukan
kepada perawat pelaksana mengenai permasalahan kemoterapi anak. Sedangkan
166
pada point 1 sebanyak 1 orang atau dengan persentasi 7,69% menyatakan tidak
pernah supervisor menetapkan kegiatan yang akan di supervisi. Hal ini
dikarenakan kegiatan supervisi yang dilaksakan ada yang bersifat tidak langsung.
Pada point 2 sebanyak 1 orang atau dengan persentasi 7,69% menyatakan tidak
pernah supervisi menetapkan tujuan supervisi. Hal ini dikarenakan supervisor
belum ada berdiskusi dengan kepala ruangan tentang penetepan jadwal kegiatan
supervisi di ruangan hematologi-onkologi anak. Pada point 10 sebanyak 1 orang
atau dengan persentasi 7,69% menyatakan tidak pernah memberikan reward atau
umpan balik kepada ketua tim dan perawat pelaksana. Hal ini dikarnakan
supervisi yang dilaksanakan belum berjalan dengan sepenuhya. Dalam
pelaksanaan kegiatan supervisi ditemukan berbagai dukungan dan strategi berupa:
1. Supervisor di ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA mempunyai
keterlibatan penuh dalam kegiatan supervisi
2. Supervisor menggunakan SOP dalam setiap supervisi tindakan
keperawatan/kolaborasi
3. Supervisor berperan aktif dalam setiap perencanaan kegiatan supervisi, proses
supervisi sampai follow back dan follow up supervisi.
4. Keterlibatan ketua tim secara langsung dalam kegiatan supervisi dan
memberikan evaluasi secara langsung
5. Perawat yang disupervisi selalu berupaya memperbaiki setiap perbaikan
dalam evaluasi supervisi.
6. Klien dan keluarga yang kooperatif terhadap kegiatan supervisi yang
dilakukan
7. Supervisi menggunakan komunikasi yang baik. Baik dengan perawat
pelaksana maupun kepala ruangan.
Evaluasi Penilaian Supervisi
Struktur
1. Kegiatan supervisi diawali dengan penyiapan SOP, dan pembuatan proposal.
2. Kegiatan yang dilakukan adalah injeksi inta.
167
3. Persiapan dokumen-dokumen yang diperlukan oleh supervisor stase
manajemen berupa lembar penilaian supervisi injeksi intravena dan kolom
bobot penilaian dan kolom pelaksanaan item penilaian.
4. Supervisor dan katim stase manajemen mengikuti jalannya supervisi
Proses
1. Kegiatan supervisi dilakukan dengan model langsung yaitu melakukan
penilaian langsung terhadap tindakan yang dilakukan.
2. Rencana kegiatan yang dilakukan adalah pemasangan terapi intra vena pada
klien.
3. Tahap preinteraksi dilakukan pemantapan kesiapan pada ketua tim stase
manajemen selaku pelaksana tindakan, persiapan alat dan bahan, serta Klien
oleh perawat pelaksana
4. Ketua tim dan supervisor stase manajemen kembali mengevaluasi persiapan
yang dilakukan oleh perawat pelaksana.
5. Dilakukan orientasi, meliputi kegiatan perkenalan oleh perawat, penyampaian
tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilaksanakan, kontrak waktu dengan
Klien, memberikan kepada Klien untuk menyampaikan keluhan maupun
pertanyaan, dan pelaksanaan inform concern
6. Pemberian injeksi intra vena kemudian dilakukan sesuai dengan SOP yang
sudah disediakan.
7. Dilakukan penyampaian hasil kegiatan supervisi, pemberian reinforcement
yang positif kinerja perawat serta penyampaian rencana tindak lanjut supervisi
Hasil
Pada evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh supervisor stase manajemen terdapat
beberapa masalah atau kekurangan yang ditemukan pada saat melakukan tindakan
serta rekomendasi penyelesaian masalah, seperti :
1. Tahap orientasi
Pada kegiatan pemberian terapi intra vena. Pada tahap orientasi, yaitu perawat
sudah memperkenalkan nama perawat serta tujuan sekaligus prosedur
168
pemasangan terapi intra vesa namum perawat pelaksana lupa memberitahukan
jadwal shift sehingga klien menanya jadwal jaga perawat.
2. Tahap kerja
Pada kegiatan pemasangan terapi intra vena, perawat lupa memberikan
pengalas atau perlak pada pemasangan intra vena karena di ruangan tidak
tersedia.
3. Tahap terminasi
Pada tahap terminasi tidak terdapat masalah-masalah yang perlu diatasi
dilakukan penilaian respon perawat terhadap pendokumentasian dan kegiatan
supervisi yang dilakukan.
Hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan supervisi berupa :
1. Adanya keterbatasan kelengkapan alat yang digunakan pada saat kegiatan
supervisi.
2. Adanya koordinasi yang kurang antara PP dan PA, sehingga saat kegiataan
supervisi terlihat kerja samanya kurang.
6. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
169
Gambar 5.12 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Sentralisasi obat
Role play dilakukan pada ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA. pada
tanggal 01 Juli sampai 14 Juli 2015 oleh mahasiswa manajemen keperawatan.
Hasil yang didapatkan terjadi peningkatan kegiatan sentralisasi obat. Sebelum
role play dilakukan didapatkan bahwa hanya ada buku catatan obat injeksi dan
lemari untuk sentralisasi obat. Setelah dilakukan role play terjadi peningkatan
pada beberapa item terutama pada poin yang signifikan yaitu nomor 5 “Obat-
obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat dengan
terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di instruksi oleh dokter dan kartu obat
yang ada pada klien” hal ini dikarenakan adanya kerjasama antara perawat
ruangan dan mahasiswa stase manajemen dalam pembuatan format sentralisasi
obat sehingga sentralisasi obat semakin membaik. Mahasiswa Stase manajemen
selalu melakukan sentralisasi obat dengan menyimpan obat sesuai loker nomor
Klien dan dipergunakan sesuai dengan cacatan obat yang telah diresepkan
dokter. Masih terdapat kelemahan pada poin 2 sebanyak 2 orang dengan
persentasi 15,38% “Apakah perawat menuliskan nama Klien, register, jenis obat,
jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol; dan diketahui (ditanda
tangani) oleh keluarga/klien dalam buku masuk obat”. Hal ini dikarenakan
lembar serah terima obat tidak disiapkan dan tidak terdapat buku masuk obat,
perawat hanya melakukan persetujuan sentralisasi obat di saat penerimaaan
Klien baru. sehingga poin 2 masih belum sepenuhnya dilakukan. Hampir semua
170
Klien di ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA adalah klien BJPS, sehingga
bisa dilakukan subsidi silang.
Diharapkan agar tindakan sentralisasi obat dapat secara terus menerus
dilakukan, sehingga pemberian obat kepada klien dapat dikelola dan diawasi
secara benar sesuai dengan prinsip 12 benar pemberian obat juga sebagai penilai
akreditasi rumah sakit tipe A. Selain itu, sehubungan dengan penerapan BPJS,
kegiatan sentralisasi obat memberikan keuntungan karena dengan adanya
sentralisasi obat, jika ada saat satu klien yang belum menebus obat, maka klien
lain dapat meminjamkan sementara obat yang dimilikinya. Selain itu, dari pihak
rumah sakit menyarankan untuk perencanaan kolektif dalam pengambilan obat,
dimana kartu pengambilan obat dan resep obat hanya dikelola oleh salah satu
petugas per ruangan hal ini diharapkan mengurangi jumlah penunggu klien dan
meningkatkan sentralisasi obat sehingga lebih efektif dan efesien.
Evaluasi Penilaian Sentralisasi Obat
Struktur
1. Pada sentralisasi obat, sarana dan prasarana yang menunjang telah
dipersiapkan, antara lain: lembar informed consent pengelolaan sentralisasi
obat yang digabung dengan format penerimaan klien baru, lembar serah
terima obat dan jadwal pemberian obat, lemari atau tempat penyimpanan obat
baik obat klien maupun persediaan obat oral dan injeksi.
2. Perawat primer dan perawat asosiet stase manajemen yang berdinas
bertanggung jawab terhadap klien baru/lama yang mendapatkan obat baru
yang belum disentralisaskan.
3. Adanya mekanisme sentralisasi obat yang jelas.
Proses
1. Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan tim kelolaan yang telah
ditetapkan. klien atau keluarga telah diberikan informed consent untuk
dilakukannya sentralisasi obat.
171
2. Proses role play sentralisasi obat dipimpin oleh kepala ruangan dan supervisor
stase manajemen serta dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas pada
setiap shift.
3. Pada saat peneriman klien, perawat primer yang melakukan memberikan
lembar persetujuan sentralisasi obat.
4. Klien atau keluarga mendatangani surat persetujuan untuk dilakukannya
sentralisasi obat.
Hasil
1. Klien atau keluarga percaya pada perawat dalam pelaksanaan sentralisasi
obat.
2. Obat dapat diberikan secara tepat dan benar sesuai dengan 12 benar
pemberian obat.
3. Perawat mudah mengontrol obat apa yang masih tersedia ataupun telah habis,
sehingga dapat meminta langsug untuk diresepkan kembali.
4. Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar.
5. Sentralisasi obat sudah diterapkan di ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip
IIIA
6. Hambatan:
a. Adanya keluarga yang menolak untuk dilakukan sentralisasi obat.
b. Adanya pembatasan obat dari depo obat.
c. Tidak semua obat yang diresepkan dapat ditebus di rumah sakit.
d. Obat yang ditebus bisa datang terlambat.
e. Belum adanya petugas khusus yang bertugas mengumpulkan resep obat
untuk di serahkan di depo farmasi.
f. Belum aktifnya petugas farmasi yang mengantarkan obat ke ruangan.
172
7. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Gambar 5.13 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Role Play Ronde Keperawatan
Dari hasil diagram di atas dapat dilihat bahwa pada sebagian besar semua item
untuk ronde keperawatan mengalami peningkatan dalam kegiatan ronde keperawatan
terutama pada poin 2 (Penetapan kasus minimal datu hari sebelum waktu pelaksaan
ronde), 3 (Pemberian informed consent kepada pasien atau keluarga), 5 (Perawat
(ketua tim) menjelaskan masalah keperaawatan utama), 6 (perawat (ketua tim)
menjelaskan intervensi yang akan dilakukan), 8 (Ronde keperawatan dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah ronde keperawatan), 9 (Dalam pelaksanaan ronde dilakukan
tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan), dan 10
(Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada pasien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan). Hal ini dikarenakan adanya kesempatan dari ruangan
untuk melakukan ronde keperawatan, adanya kasus yang memerlukan perhatian
173
khusus dari perawat, dan adanya tersedianya tenaga kesehatan yang terkompeten
dibidangnya. Ronde keperawatan dilakukan sesuai langkah-langkah pada ronde
keperawatan. Sebelum dilakukan ronde keperawatan, perawat menetapkan klien
kelolaan terlebih dahulu dan memberikan lembar persetujuan/inform concent pada
klien yang akan dilakukan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan di ruangan Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pernah
dilaksanakan oleh mahasiswa praktek stase manajemen sebelumnya. Pada tanggal 13
Juni 2015, ronde keperawatan kembali dilakukan oleh mahasiswa praktek manajemen
PSIK FK Unlam dan didapatkan hasil terjadinya peningkatan pada keseluruhan item
dalam kuesioner Ronde Keperawatan. Ronde keperawatan yang dilakukan dengan
menghadirkan Kepala ruangan Tulip IIIA, Supervisi, Perawat primer, perawat
associate, Dokter spesialis gastrointestinal SMF anak, Dokter spesialis syaraf SMF
anak, Dokter spesialis infeksi SMF anak, Dokter spesialis gizi SMF anak, Dokter
sepesialis rehabilitas medik, Dokter hemato-onkologi SMF anak yang
bertanggungjawab, ahli gizi, rohaniawan islam, perawat penanggung jawab, dan
pembimbing akademik.
Struktur
1. Persiapan klien untuk dilakukan ronde keperawatan telah dilakukan
sebelumnya.
2. Pengkajian telah dilakukan terlebih dahulu pada klien yang ditetapkan untuk
ronde keperawatan.
3. Konsultasi telah dilakukan baik kepada CI lahan ataupun akademik untuk
penetapan kasus.
4. Informed consent sudah diberikan kepada klien dan keluarga 1 hari sebelum
pelaksanaan ronde keperawatan.
5. Persiapan tempat telah dilakukan yaitu di ruang pertemuan gedung Tulip
lantai 3 ruang diskusi hemato-onkologi anak Tulip IIIA .
6. Undangan telah dibagikan kepada para konselor seperti kepala Bidang
Keperawatan, Perawat primer, perawat associate, Dokter spesialis
gastrointestinal SMF anak, Dokter spesialis syaraf SMF anak, Dokter spesialis
174
infeksi SMF anak, Dokter spesialis gizi SMF anak, Dokter sepesialis
rehabilitas medik, Dokter hemato-onkologi SMF anak yang
bertanggungjawab, ahli gizi, rohaniawan islam, perawat penanggung jawab,
dan pembimbing akademik.
Proses
1. Ronde keperawatan dimulai pada pukul 11.00-12.45 WITA. Pelaksanaan
ronde keperawatan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yaitu
pukul 11.00 WITA.
2. Peserta yang berhadir dalam ronde keperawatan belum sesuai dengan
yang diharapkan karena tidak semua peserta dapat berhadir mengikuti
ronde keperawatan.
3. Peserta yang berhadir meliputi Kepala ruangan Tulip IIIA, Supervisor
Tulip IIIA, Perawat primer, perawat associate, Dokter spesialis
gastrointestinal SMF anak, Dokter spesialis syaraf SMF anak, Dokter
spesialis gizi SMF anak, Dokter hemato-onkologi SMF anak yang
bertanggungjawab, ahli gizi, rohaniawan islam, perawat penanggung
jawab, dan pembimbing akademik.
4. Peserta yang tidak dapat berhadir meliputi kepala bidang keperawatan,
Dokter spesialis syaraf SMF anak, Dokter spesialis Rehabilitas medis,
karena harus menghadiri kegiatan di tempat lain.
5. Ronde keperawatan dipimpin oleh kepala ruangan stase manajemen.
6. Hasil pengkajian dan penyampaian masalah keperawatan yang belum
teratasi telah dijabarkan terlebih dahulu oleh perawat primer stase
manajemen. Dilanjutkan dengan masukan dan saran dari konselor (Dokter
spesialis gastrointestinal SMF anak, Dokter spesialis syaraf SMF anak,
Dokter spesialis gizi SMF anak, Dokter hemato-onkologi SMF anak yang
bertanggungjawab, ahli gizi, rohaniawan islam.) baik dalam segi
keperawatan, medis, gizi dan farmasi.
7. Validasi data dilakukan ke bed klien.
175
8. Ketika dilakukan kunjungan ke bed klien, Dokter spesialis gastrointestinal
SMF anak, Dokter spesialis syaraf SMF anak, Dokter spesialis gizi SMF anak,
Dokter hemato-onkologi SMF anak. Saat dilakukan validasi data, konselor
aktif memberikan informasi terkait kondisi klien dan aktif dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh klien atau keluarga.
9. Setelah validasi data, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan diskusi yang
melibatkan keluarga.
10. Semua konselor yang berhadir aktif memberikan saran kepada klien maupun
keluarga.
11. Keluarga aktif bertanya dan memberikan informasi terkait kondisi klien.
Hasil
1. Konselor aktif menjawab pertanyaan dan memberikan informasi terkait
masalah yang dihadapi klien.
2. Klien dan keluarga merasa senang telah dilibatkan dalam kegiatan ronde
keperawatan.
3. Solusi dari permasalahan klien telah didapatkan.
4. Keluarga puas dengan hasil ronde keperawatan.
5. Hambatan:
a. Penentuan klien untuk di ronde mengalami kendala karena 2 kali ganti
klien.
b. Waktu mulai acara terlambat (30 menit) karena menunggu kehadiran dari
konselor.
c. Tidak semua konselor dapat berhadir saat ronde keperawatan.
d. Tidak semua peserta ronde keperawatan memahami jalannya ronde
keperawatan.
e. Kurangnya masukkan dari segi keperawatan.
8. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
176
Gambar 5.14 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Role Play Dokumentasi Keperawatan
a. Evaluasi Penilaian Dokumentasi Keperawatan
Struktur
Persiapan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi
penggunaan format pengkajian baru yang dibuat oleh Tim mutu RSUD Ulin
177
Banjarmasin, perumusan diagnosa, pembuatan rencana tindakan termasuk kriteria
tujuan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi dalam bentuk catatan
perkembangan yang telah dibuat dalam bentuk format yang telah dikonsultasikan
dan disetujui pembimbing lahan.
Proses
Dokumentasi asuhan keperawatan dilaksanakan pada semua klien yang
dirawat sesuai dengan rencana pengisian yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaan yang menggunakan format catatan perkembangan ruangan, terdapat
kekurangan yaitu tidak adanya tanda tangan perawat yang menyerahkan dan
perawat yang menerima pada pergantian shift, sehingga kemudian kelompok
memodifikasi format catatan perkembangan untuk mencantumkan hal tersebut.
Pelaksanaan kegiatan penilaian pendokumentasian asuhan keperawatan
dilakukan terhadap seluruh dokumen dengan klien minimal 3 hari perawatan.
Dilakukan penilaian pada item pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
implementasi, evaluasi dan catatan keperawatan. Item pengkajian meliputi 4
poin, diagnose keperawatan 3 poin, perencanaan 2 poin, implementasi 3 poin,
evaluasi 2 poin dan catatan keperawatan 5 poin.
Hasil
Berdasarkan hasil penilaian terhadap 10 asuhan keperawatan klien diketahui
bahwa pendokumentasian sebelum pelaksanaan role play belum baik dengan
tingkat persentase; Pengkajian 60%, Diagnosa Keperawatan 59%, Perencanaan
50%, Tindakan Keperawatan 66,67%, Evaluasi 20% dan Catatan Keperawatan
80%. Setelah dilakukan role play, presentasi Pengkajian 80%, Diagnosa
Keperawatan 75%, Perencanaan 75%, Tindakan Keperawatan 83%, Evaluasi
100% dan Catatan Keperawatan 100%. karena penulisan evaluasi dan catatan
keperawatan tertulis dengan rapi dan jelas. Hal ini diharapkan dapat terus
dipertahankan dan ditingkatkan untuk hasil pendokumentasian yang lebih akurat
tentang kondisi pada klien.
178
D. Pemasaran (M4/Marketing)
a. BOR
BOR adalah suatu persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (depkes RI,2005).
BOR pada serangkaian data sesuai dengan kapasitas tempat tidur pasien di
Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA selama tanggal 5 Juni – 14 Juni 2015
yaitu:
Formula :
BOR = = = 62,25 %
Hal ini menunjukan bahwa nilai parameter BOR di Ruang Hemato-
Onkologi Anak Tulip IIIA tanggal 5 Juni – 14 Juni 2015 adalah 62,25% dan nilai
parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes, 2005).
Jumlah BOR Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA mulai dari tanggal 5
Juni – 14 Juni 2015 dapat diakumulasi karena mahasiswa menghitung sendiri
BOR harian selama dinas stase management dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.7 Perhitungan BOR harian Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA
No Tanggal BOR1 5 Juni 2015
x 100% = 61,29%
2 6 Juni 2015 x 100% = 67,75%
3 7 Juni 2015 x 100% = 58,06%
4 8 Juni 2015 x 100% = 54,83%
179
5 9 Juni 2015 x 100% = 41,93%
6 10 Juni 2015 x 100% = 48,38%
7 11 Juni 2015 x 100% = 45,16%
8 12 Juni 2015 x 100% = 100%
9 13 Juni 2015 x 100% = 87,09%
10 14 Juni 2015 x 100% = 58,06%
Menurut data yang disajikan di atas pada tanggal 7-11 Juni dan 14 Juni 2015
jumlah BOR kurang dari nilai minimal yaitu 60%, hal ini dikarenakan di ruang
Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA, pelayanan yang paling banyak diberikan
adalah kemoterapi. Kemoterapi itu sendiri sudah terjadwal sesuai protokol
sehingga klien akan masuk rumah sakit sesuai jadwalnya. Oleh karena itu, ada hari
tertentu dimana klien sebagian besar pulang atau datang secara bersamaan, dapat
dilihat pada BOR tanggal 12 juni dan 13 Juni 2015.
Dalam data di atas ada 2 hari dimana nilai BOR melebihi nilai maksimal (60-
85%). Hal ini mengakibatan beban kerja perawat meningkat dan menimbulkan
stressor yang meningkat juga bagi perawat. Mengurangi nilai BOR adalah sesuatu
yang sulit dilakukan karena sebagai rumah sakit pemerintah RSUD Ulin
Banjarmasin tidak boleh menolak pasien baik rujukan ataupun pasien yang datang
sendiri. Strategi yang mungkin dilakukan untuk mengurangi stressor yang
meningkat di kalangan perawat adalah dengan memberikan penyegaran dalam
bentuk rekreasi atau hiburan untuk menurunkan stress dikalangan perawat.
b. ALOS
ALOS adalah suatu gambaran mutu pelayanan yang menggambarkan rata-rata
lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi , juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan , apabila
180
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan
yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari
(depkes,2005).
Nilai ALOS Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pada tanggal 5 Juni –
14 Juni 2015 adalah :
ALOS = = = 4 hari
Jadi rata-rata lama perawatan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip
IIIA pada tanggal 5 Juni – 14 Juni 2015 adalah 4 hari dan nilai parameter ALOS
yang ideal adalah 6-9 hari.
Rata-rata lama rawat inap pasien (ALOS) di Ruang Hemato-Onkologi Anak
Tulip IIIA pada 5 Juni – 14 Juni 2015 adalah 4 hari, dengan jumlah pasien keluar
37 orang. Nilai ALOS sebelum roleplay tetap sama dengan nilai ALOS sesudah
roleplay, hal ini dikarenakan kebanyakan klien masuk rumah sakit untuk
melanjutkan terapi sesuai protokol yang sudah terjadwal.
c. BTO
Nilai BTO Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pada tanggal 5 Juni – 14
Juni 2015 adalah :
BTO = =
BTO = = 1,19 Kali
Jadi selama tanggal 5 Juni – 14 Juni 2015 nilai BTO Sebanyak 1,19 kali.
Berdasarkan standar Depkes 2015 nilai ini termasuk ideal yaitu berada diantara
1,09-1,36 dalam 2 minggu.
d. TOI
181
Nilai TOI Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pada tanggal 5 Juni – 14
Juni 2015 adalah:
TOI =
TOI = = = 3 hari
Jadi, rata-rata tenggang perputaran dari tanggal 5 Juni – 14 Juni 2015 adalah 3
hari sesuai dengan nilai ideal TOI 1-3 hari (Depkes RI,2005)
1. Instrumen C
Struktur
Kegiatan penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan dengan
Standar Operasional Prosedur (SPO) meliputi:
a) Melakukan koordinasi dengan perawat ruangan terkait rencana pelaksanaan
penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan dengan Standar
Operasional Prosedur (SPO)
b) Melakukan penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan Standar
Operasional Prosedur (SPO)
c) Melakukan skoring terhadap penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan
keperawatan dengan SPO
d) Menyimpulkan hasil skoring terhadap penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan
keperawatan dengan SPO
e) Melakukan dokumentasi hasil skoring terhadap penilaian kesesuaian pelaksanaan
tindakan keperawatan dengan SPO.
Adapun pengorganisasian kegiatan penilaian dokumentasi asuhan keperawatan
yang dilaksanakan yaitu:
Penanggung Jawab: Karina Danisha Indri Karno, S.Kep
Pembimbing Klinik: Ayu Susanti, S.Kep, Ns
182
Pembimbing Akademik: Endang Pertiwiwati, S.Kep, Ns, M. Kep
Pada kegiatan penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan
dengan SPO ruangan, keterlibatan Supervisor ruangan dalam melakukan evaluasi
dapat membantu kegiatan penilaian.
Proses
Tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan penilaian yaitu pemasangan infus,
pemasangan bidai infus dan pemasangan transfusi darah. Secara keseluruhan,
pelaksanaan tindakan mandiri keperawatan tidak mengalami kendala yang berarti
dalam pelaksanaannya.
Hasil
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa rata-rata kesesuaian pelaksanaan tindakan
keperawatan dengan SOP ruangan meningkat dari 81,17% menjadi 86,95. Dalam
upaya pembuatan SOP terbaru atau revisi yang telah berkoordinasi dengan Kepala
Ruangan dan Supervisor Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA dan sudah
diserahkan. Sedangkan untuk penggunaan draf SOP tersebut di ruangan, masih perlu
diproses lebih lanjut.
Tabel 5.8. Data penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan dengan SOP ruangan
No KegiatanPersentase (%)
sebelum roleplay
Persentase (%)
sesudah roleplay
1 Pemasangan infus 90,47% 92,1%
2 Pemasangan bidai infus 96,15% 100%
3 Pemasangan transfusi darah 64,58% 68,75%
Rata-rata 81,17% 86,95%
183
Berdasarkan tabel diatas rata – rata tindakan yang dilakukan di Ruang Hemato-
Onkologi Anak Tulip IIIA setelah role play meningkat daripada sebelum role play.
Pada pemasangan infus sebelum role play nilainya 90,47% sedangkan sesudah role
play meningkat menjadi 92,1%. Peningkatan ini terjadi karena setelah role play
perawat menyiapkan alat lebih lengkap seperti tali pembendung dan mencuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan.
Pada tindakan pemasangan bidai infus sebelum role play tindakan yang
dilakukan 96,15%, sedangkan sesudah role play persentasi tindakan meningkat
menjadi 100% karena perawat sudah melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tidakan.
Pada pemasangan transfusi darah terjadi peningkatan persentasi antara sebelum
role play dan sesudah role play yaitu dari 64,58% menjadi 68,75%. Peningkatan ini
terjadi karena setelah role play perawat melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
184