dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · web viewdalam...
TRANSCRIPT
BAB VIII
ISUE LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
A. Pengertian Isue Legal
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di perkirakan
terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi,
moneter, social, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari
kiamat, hari kematian ataupun tentang krisis.
Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-
undang (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Aspek legal yang sering pula
disebut dasar hukum praktik keperawatan mengacu pada hukum nasional
yang berlaku di suatu negara. Hukum bermaksud melindungi hak publik,
misalnya undang-undang keperawatan bermaksud melindungi hak publik
dan kemudian melindungi hak perawatan.
Praktik keperawatan adalah Tindakan mandiri perawat professional
melalui kerja sama bersifat kolaboratif dengan pasien/klien dan tenaga
kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya.
Dengan demikian seseorang perawat profesional yang dalam
memberikan praktik asuhan keperawatan sudah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan/ hukum, maka dapat diartikan bahwa praktik asuhan
keperawatan tersebut legal.
Jadi, Issue legal dalam praktik keperawatan adalah suatu peristiwa
atau kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa
mendatang dan Sah, sesuai dengan Undang-Undang/Hukum mengenai
tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama dengan klien baik
individu, keluarga atau komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
lingkup wewenang dan tanggung jawabnya, baik tanggung jawab
medis/kesehatan maupun tanggung jawab hukum.
113
Perawat perlu tahu tentang hukum yang mengatur prakteknya
untuk:
a. Memberikan kepastian bahwa keputusan & tindakan perawat yang
dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip hukum
b. Melindungi perawat dari liabilitas
1. Karakteristik praktik keperawatan professional
a. Otoritas (authority), yakni memiliki kewenangan sesuai dengan
keahliannya yang akan mempengaruhi proses asuhan melalui peran
professional.
b. Akuntabilitas (accountability), yakni tanggung gugat terhadap apa
yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan
tanggung jawab kepada klien,diri sendiri, dan profesi, serta
mengambil keputusan yang berhubungan dengan asuhan
c. Pengambilan keputusan yang mandiri (independent
decision ,making), berarti sesuai dengan kewenangannya dengan
dilandasi oleh pengetahuan yang kokoh dan keputusan (judgment)
pada tiap tahap proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah
klien.
d. Kolaborasi, artinya dapat bekerja sama, baik lintas program maupun
lintas sector dengan berbagai disiplin dalam mengakses masalah
klien dan membantu klien menyelesaikannya.
e. Pembelaan atau dukungan (advokasi), artinya bertindak demi hak
klien untuk mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan
intervensi untuk kepentingan atau demi klien, dalam mengatasi
masalahnya, serta behadapan dengan pihak-pihak lain yang lebih
luas (sistem at large).
f. Fasilitasi (Facilitation), artinya mampu memberdayakan klien dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatannya demi memaksimalkan potensi
dari organisasi dan sistem klien keluarga dalam asuhan.
114
Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik
keperawatan, perlu disusun peraturan perundang-undangan keperawatan
sebagai aspek legal dari profesi keperawatan.Perundang-undangan yang
mengatur praktik keperawatn disebut undang-undang atau peraturan praktik
kepperawatan.Bentuk perundang-undangan tersebut diatur sesuai dengan
kebutuhan dan jenjang peraturan perundang-undangan.
2. Peran Keperawatan Berkaitan Dengan Praktik Legal
Perawat bekerja di berbagai tempat di luar lingkungan perawatan
yang melembaga termasuk dalam lingkungan komunitas adalah tempat
kerja okupasional atau industri di mana perawat memberikan perawatan
primer preventif dan terus menerus bagi pekerja, kesehatan publik atau
komunitas, dimana pelayanan preventif seperti imunisasi dan perawatan
anak yang baik diberikan di sekolah, rumah dan klinik dan perawatan
kesehatan rumah, yang memberikan pelayanan lanjutan setelah
hospitalisasi. Klien juga dapat dirawat dalam fasilitas perawatan jangka
panjang.
Penting bahwa perawat, terutama mereka yang dipekerjakan dalam
lingkungan kesehatan komunitas, memahami hukum kesehatan
publik.Legislatur Negara membuat undang-undang dibawah kode
kesehatan, yang menjelaskan laporan hukum untuk penyakit menular,
imunisasi sekolah, dan hukum yang diharapkan untuk meningkatkan
kesehatan dan mengurangi resiko kesehatan di komunitas. The center
for disease control and prevention (CDC) the occupational health and
safety act (DHSA) juga memberikan pedoman pada tingkat nasional
untuk lingkungan komunitas dan bekerja dengan aman dan sehat.
Kegunaan dari hukum kesehatan publik adalah perlindungan kesehatan
publik, advokasi untuk hak manusia, mengatur pelayanan kesehatan dan
keuangan pelayanan kesehatan dan untuk memastikan tanggung jawab
professional untuk pelayanan yang diberikan.Perawat kesehatan
komunitas memiliki tanggung jawab legal untuk menjalankan hukum
115
yang diberikan untuk melindungi kesehatan public. Hukum ini dapat
mencakup pelaporan kecurigaan adanya penyalahgunaan dan
pengabaian, laporan penyakit menular, memastikan bahwa imunisasi
yang diperlukan telah diterima oleh klien komunitas dan laporan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan lain diberikan untuk
melindungi kesehatan public.
B. Berbagai Issue Legal Dalam Keperawatan
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik
dan kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di
banyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat
khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan
pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari
malpraktek perawat antarnegara bagian.Isu legal aspek seperti akontabilitas
dan malprakatek, dan sebagainya dalam kaitan telenursing masih dalam
perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka
diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek,
SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan,
kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.Kegiatan
telenursing mesti terintegrasi dengan strategi dan kebijakan pengembangan
praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan
sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model
informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya
mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik
keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental
mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam
merawat pasien adalah:
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan
yang diberikan harus tetap terjaga
116
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus
diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan
kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat
dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan)
lewat email
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan
dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek
1. Isu Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga
diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi
pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan
ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum
untuk membela hak-haknya.
Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk
mendapatkan pelayanan yang aman dan kompeten.Perhatian terhadap
legal dan etik yang dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem
pelayanan kesehatan.Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan
prosedur yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap
tindakan pengobatan yang dilaksanakan.Institusi telah membentuk
berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi
pedoman bila hak-hak klien terancam.Perhatian lebih juga diberikan
pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin
bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien
dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.
117
2. Tipe Tindakan Legal
Terdapat dua macam tindakan legal: tindakan sipil/pribadi, dan
tindakan kriminal.
a. Tindakan sipil berkaitan dengan isu antara individu-individu.
Contohnya: seorang pria dapat mengajukan tuntutan terhadap
seseorang yang diyakininya telah menipunya.
b. Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu
dan masyarakat secara keseluruhan. Contohnya: jika seorang pria
menembak seseorang, masyarakat akan membawanya ke
persidangan.
3. Masalah Legal Dalam Keperawatan
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh
warga negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat
secara hukum untuk menanggung denda atau hukuman penjara.
Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat :
a. Pelanggaran adalah perlakuan seseorang yang dapat merugikan
orang lain berupa harta atau milik lainnya secara di sengaja atau
tidak disengaja. Jika ada tuntutan hukum, biasanya diselesaikan
secara perdata dengan mengganti kerugia tersebut.
Contoh : menghilangkan barang titipan klien atau merugikan nama
baik klien.
b. Kejahatan adalah suatu perlakuan merugikan publik. Karena
terlalu parah, kejahatan yang dianggap tindakan perdata (tort) dapat
digolongkan sebagai tindakan kriminal (tindakan pidana). Tindak
kriminal atau pidana ini dapat dijatuhi hukuman denda atau
penjara, atau kedua-duanya.
Contoh :
118
a) Kecerobohan luar biasa yang menunjukkan bahwa pelaku tidak
mengindahkan sama sekali nyawa orang lain (korban).
Kejahatan ini dapat dikenakan tindak perdata maupun pidana.
b) Kealpaan mematuhi undang-undang kesehatan yang
mengakibatkan tewasnya orang lain atau
mengonsi/mengedarkan obat-obatan terlarang. Kejahatan ini
dapat dianggap sebagai tindakan kriminal (lepas dari
kenyataan disengaja atau tidak).
c. Kecerobohan dan praktik sesat. Kecorobohan adalah suatu
perbuatan yang tidak akan dilakukan oleh seseorang yang bersikap
hati-hati dalam situasi yang sama. Dengan kata lain, perbuatan
yang dilakukan di luar koridor standar keperawatan yang telah
ditetapkan dan dapat menimbulkan kerugian.
Apabila hal tersebut terjadi dan ada penuntutan, hakim/juri
biasanya menggunakan saksi ahli (orang yang ahli di bidang
tersebut).
Contoh:
a) Sembarangan menguras barang pribadi klien (pakaian, uang,
kacamata, dll) sehingga rusak atau hilang.
b) Tidak menjawab tanda panggilan klien yang di rawat sehingga
klien mencoba mengatasinya sendiri dan terjadi cedera.
c) Tidak melakukan tindakan perlindungan pada klien yang
mengakibatkan klien cedera, misalnya tidak mengambilkan air
panas dari dekat klien yang mengakibatkan air tersebut tumpah
kena klien dan klien mengalami luka bakar.
d) Gagal melaksanakan perintah perawatan, gagal memberi obat
secara tepat atau melaporkan tanda dan gejala yang tidak
sesuai dengan kenyataan, tidak menyelidiki perintah yang
meragukan sebelumnya sehingga dengan kelalaian/kegagalan
tersebut menimbulkan cedera.
119
Selanjutnya, secara profesional dikatakan bahwa kecerobohan
sama dengan pelaksanaan praktik buruk, praktik sesat, atau
malpraktik.
d. Pelanggaran penghinaan, yaitu suatu perkataan atau tulisan yang
tidak benar mengenai seseorang sehingga orang tersebut merasa
terhina dan dicemooh. Jika pernyataan tersebut dalam bentuk lisan,
disebut slander dan jika berbentuk tulisan, disebut libel.
Contoh :
a) Pernyataan palsu
b) Menuduh orang secara keliru
c) Memberi keterangan palsu kepada klien.
Orang yang di dakwa dengan tuduhan slander atau libel tidak dapat
diancam hukuman jika ia dapat membuktikan kebenaran
pernyataan (lisan/tulisan). Tuduhan ini dapat dibela dengan
komunikasi yang didasarkan pada anggapan bahwa petugas
profesional tidak dapat memberi pelayanan yang baik tanpa
pembeberan fakta secara lengkap mengenai masalah yang di
hadapinya.Jadi, informasi berprivilese merupakan informasi rahasia
antarpetugas profesional dengan kliennya, misalnya antara
perawat/dokter dengan kliennya, antara pngacara dengan kliennya,
antara kiai dengan pemeluk agamanya.
e. Penahanan yang keliru adalah penahanan klien tanpa alasan yang
tepat atau pencegahan gerak seseorang tanpa persetjuannya,
misalnya menahan klien pulang dari rumah sakit guna mendapat
perawatan tambahan tanpa persetujuan klien yang bersangkutan,
kecuali jika klien tersebut mengalami gangguan jiwa atau penyakit
menular yang apabila di pulangkan dari rumah sakit akan
membahayakan masyarakat. Untuk itu, rumah sakit mempunyai
formulir khusus yang ditandatangani klien/keluarga, yang
menyatakan bahwa rumah sakit yang bersanguktan tidak
120
bertanggung jawab apabila klien cedera karena meninggalkan
rumah sakit tersebut.
f. Pelanggaran privasi, yaitu tindakan
mengekspos/memamerkan/menyampaikan seseorang (klien)
kepada publik, baik orangnya langsung, gambar ataupun rekaman,
tanpa persetujuan orang/klien yang bersangkutan, kecuali ekspos
klien tersebut memang diperlukan menurut prosuder perawatannya.
Contoh:
a) Menyebar gosip atau memberi informasi klien kepada orang
yang tidak berhak memperoleh informasi itu.
b) Memberi perawatan tanpa memerhatikan kerahasiaan klien,
yaitu klien di lihat/didengar orang lain sehingga klien merasa
malu.
g. Ancaman dan pemukulan. Ancaman (assault) adalah suatu
percobaan/ancaman, melakukan kontak badan dengan orang lain
tanpa persetujuannya. Pemukulan (batter) adalah ancaman yang
dilaksanakan. Setiap orang diberi kebebasan dari kontak badan dari
orang lain, keculi jika ia telah menyatakan perseujuannya.
Contoh: jika klien dioperasi tanpa persetujuan yang
bersangkutan/keluarganya, dokter/rumah sakit tersebut dapat
dituntut secara hukum.
h. Penipuan adalah pemberian gambaran salah secara sengaja yang
dapat mengakibatkan atau telah mengakibatkan kerugian atau
cedera pada seseorang atau hartanya..
Contoh : memberi data yang keliru guna mendapat lisensi
keperawatan.
C. Proses Legalisasi Praktik Keperawatan
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang
atau penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi
ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles1981).
121
Legislasi praktek keperawatan merupakan ketetapan hukum yang
mengatur hak dan kewajiban seorang perawat dalam melakukan praktek
keperawatan.Legislasi praktek keperawatan di Indonesia diatur melalui
Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang registrasi dan praktek
perawat.
Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri
Kesehatan No.1239/Menkes/XI/2001, Latar belakang “Perawat sebagai
tenaga profesional bertanggung jawab dan berwenang memberikan
pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya.Untuk itu perlu
ketetapan yang mengatur tentang hak dan kewajiban seseorang untuk terkait
dengan pekerjaan/profesi.”
1. Tujuan utama Legislasi adalah untuk melindungi masyarakat serta
melindungi perawat.
2. Tujuan Yang lainnya adalah:
a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
b. Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan
c. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
d. Menapis IPTEK keperawatan
e. Menilai boleh tidaknya praktik
f. Menilai kesalahan dan kelalaian
3. Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan
a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system
keperawatan.
c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian
sesuai ketetapan.
d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
perawat.
4. Fungsi legislasi keperawatan
122
a. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan yang diberikan.
b. Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan
c. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga
keperawatan.
d. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
e. Memotivasi pengembangan profesi.
f. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.
Legislasi Keperawatan ini dapat dibagi atas 3 tahap, antara lain :
1. Surat Izin Perawat (SIP)
Surat ini diberikan oleh Departemen Kesaehatan kepada perawat
setelah lulus dari pendidikan keperawatan sebagai bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktek keperawatan.
Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib)
mendaftarkan diri pada kantor wilayah Departemen Kesehatan Propinsi
untuk mendapat Surat Izin Perawat (SIP) sebagai persyaratan
menjalankan pekerjaan keperawatan dan memperoleh nomor registrasi.
Sasarannya adalah semua perawat.Sedangkan yang berwenang
mengeluarkannya adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja sebelum
ditetapkan keputusan ini memperolah SIP dari pejabat kantor kesehatan
kabupaten/kota diwilayah tempat kerja perawat yang bersangkutan.
Jenis dan waktu registrasi :
a. Registrasi awal dilakukan setelah yang bersangkutan lulus
pendidikan keperawatan selambat-lambatnya 2 tahun sejak
peraturan ini di keluarkan.
b. Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun sejak tanggal registrasi
sebelumnya, diajukan 6 bulan berakhir berlakunya SIP.
2. Surat Izin Kerja (SIK)
Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk
melakukan praktek keperawatan di sarana pelayanan kesehatan.SIK
123
hanya berlaku pada satu tempat sarana pelayanan kesehatan. Pejabat
yang berwenang menerbitkan SIK adalah kantor dinas kabupaten / kota
dimana yang bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.
3. Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)
Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat
untuk menjalankan praktek keperawatan secara perorangan atau
kelompok.SIPP hanya berlaku untuk satu tempat praktek perorangan
atau kelompok dimana yang bersangkutan mendapat izin untuk
melakukan praktek perawat. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIPP
adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang bersangkutan akan
melaksanakan praktek keperawatan.
4. Kredensial
Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan
mempertahankan kompetensi keperawatan. Proses kredensial
merupakan salah satu cara profesi keperawatan mempertahankan
standar praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya.
Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi), registrasi
(pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi (Kozier
Erb, 1990).
Proses penetapan dan pemeliharaan kompetensi dalam praktek
keperawatan meliputi:
a. Pemberian lisensi
Pemberian lisensi adalah pemberian izin kepada seseorang yang
memenuhi persyaratan oleh badan pemerintah yang berwenag,
sebelum ia diperkenankan melakukan pekerjaan dan prakteknya
yang telah ditetapkan. Tujuan lisensi ini:
1) Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik
keperawatan hanya bagi yang kompeten
2) Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek
mempunyai kompetensi yang diperlukan
b. Registrasi
124
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi
lain pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non
pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan memakai
sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus telah
menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari badan
pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun
registrasi harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun. Dalam
masa transisi professional keperawatan di Indonesia, sistem
pemberian izin praktik dan registrasi sudah saatnya segera
diwujudkan untuk semua perawat baik bagi lulusan SPK, akademi,
sarjana keperawatan maupun program master keperawatan dengan
lingkup praktik sesuai dengan kompetensi masing-masing.
Register Nurse:
1) Mengkaji status kesehatan individu dan kelompok
2) Menegakkan diagnosa keperawatan
3) Menentukan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan
kesehatan
4) Membuat rencana strategi perawatan
5) Menyusun intervensi keperawatan untuk
mengimplementasikan strategi perawatan
6) Memberi kewenangan intervensi keperawatan yang dapat
dilaksanakan orang lain, dan tidak bertentangan dengan
undang-undang
Tujuan registrasi:
1) Menjamin kemampuan perawat untuk melakukan praktek
keperawatan
2) Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif
3) Mengidentifikasi jumlah dan kwalifikasi perawat yg akan
melakukan praktek keperawatan
4) Mempertahankan proses pemantauan dan pengendalian jumlah
dan kwalitas perawat profesional
125
c. Sertifikasi
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat
telah memenuhi standar minimal kompetensi praktik pada area
spesialisasi tertentu seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric,
kesehatan mental, gerontology dan kesehatan sekolah. Sertifikasi
telah diterapkan di Amerika Serikat.Di Indonesia sertifikasi belum
diatur, namun demikian tidak menutup kemungkinan dimasa
mendatang hal ini dilaksanakan.
Tujuan sertifikasi:
1) Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku perawat
sesuai dengan pendidikan tambahan yg diikutinya
2) Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktek perawat
sesuai pendidikan
3) Memenuhi persyaratan registrasi sesuai dengan area praktek
keperawatan
d. Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian
status akreditasi kepada institusi, program atau pelayanan yang
dilakukan oleh organisasi atau badan pemerintah tertentu. Hal-hal
yang diukur meliputi struktur, proses dan kriteria hasil. Pendidikan
keperawatan pada waktu tertentu dilakukan penilaian/pengukuran
untuk pendidikan DIII keperawatan dan sekolah perawat kesehatan
dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S 1
oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu sistem
akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.
D. Perlindungan Legal Keperawatan
Untuk menjalankan praktiknya secara hukum perawat harus
dilindungi dari tuntutan malpraktik dan kelalaian pada keadaan
darurat.Contoh :
126
a. UU di AS yang bernama Good Samaritan Acts yang memberikan
perlindungan tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan pada
keadaan darurat.
b. Di kanada terdapat UU lalu lintas yang memperbolehkan setiap orang
untuk menolong korban pada setiap situasi kecealakaan yang bernama
Traffic Acrt.
c. Di Indonesia UU kesehatan No.23 tahun 1992.
Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi
para perawat.PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun
1980 mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-
undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan.Tidak
adanya Undang-Undang perlindungan bagi perawat menyebabkan
perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap
pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih antara tugas dokter
dan perawat masih sering tejadi dan beberapa perawat lulus pendidikan
tinggi merasa prustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran,
fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat
dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan
latar belakang ilmiah yang mereka miliki.
1. Pentingnya Undang-undang Praktik Keperawatan
Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik
Keperawatan dibutuhkan.
a. Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi
besar dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan
dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan
pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa
terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada
kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan
hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum (WHO, 2002).
127
b. Kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa
Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian Juga UU
Nomor 23 tahun 1992, Pasal 32, secara eksplisit menyebutkan
bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan
ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Sedang pasal 53, menyebutkan bahwa
tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.Ditambah lagi, pasal
53 bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati
hak pasien. Disisi lain secara teknis telah berlaku Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat.
c. Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan keperawatan semakin meningkat.
Hal ini karena adanya pergeseran paradigma dalam pemberian
pelayanan kesehatan, dari model medikal yang menitikberatkan
pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan, ke paradigma
sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai
informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996).
Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang
mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum
kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan
keperawatan.Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia
kesehatan.Sebagai profesi, tentunya pelayanan yang diberikan harus
professional, sehingga perawat/ners harus memiliki kompetensi dan
memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik
128
dan moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan
keperwatan yang bemutu.
2. Undang-Undang yang Berkaitan dengan Praktik Keperawatan
a. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan
Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan
kesanggupan hukum.
b. UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun
1960.UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan
sarjana.Tenaga sarjana meliputi dokter, doter gigi dan
apoteker.Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana
atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan
dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah
pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker.Pada keadaan tertentu
kepada tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan
terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan
langsung.
UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya
mengklaripikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga
sarjana dan bukan sarjana).UU ini juga tidak mengatur landasan
hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan
pekerjaannya.Dalam UU ini juga belum tercantum berbagai jenis
tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat
ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai
tanggung jawab mandiri karena harus tergantung pada tenaga
kesehatan lainnya.
129
c. UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib kerja
paramedis
Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan
sarjana muda, menengah dan rendah wqajib menjalankan wajib
kerja pada pemerintah selama 3 tahun.Dalam pasal 3 dihelaskan
bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang
dimaksut pada pasal 2 memiliki kedudukan sebagain pegawai
negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga
diberlakukan terhadapnya.UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai
dengan kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai
negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak jelas dalam UU
tersebut sebagai contoh bagai mana sisitem rekruitmen calon pesrta
wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang tidak menjalankaqn
wajib kerja dll. Yang perlu diperhatikan dalam UU ini,lagi posisi
perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga
kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek
propesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan
tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.
d. SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979
Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu
paramedic keperawatan (termasuk bidan) dan paramedic non
keperawata.Dari aspek hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini
bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk
kategori tenaga keperawatan.
e. Permenkes. No. 363/ Menkes/ per/XX/1980 tahun 1980
Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas
perbedaan antara tenaga keperawatan dan bidan.Bidan seperti
halnya dokter, diizinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan
tenaga keperawatan secara resmi tidak diizinkan.Dokter dapat
membuka praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan bidan
dapat menolong persalinan dan pelayanan KB.Peraturan ini boleh
130
dikatakan kurang relevan atau adil bagi propesi keperawatan. Kita
ketahuai Negara lain perawat diizinkan membuka praktik swasta.
Dalam bidang kuratif banyak perawat harus menggantikan atau
mengisi kekujrangan tenaga dokter untuk mengobati penyakit
terutam dipuskesmas- puskesmas tetapi secara hukum hal tersebut
tidak dilindungi terutama bagi perawat yang memperpanjang
pelayanan dirumah.Bila memang secara resmi tidak diakui, maka
seharusnya perawat dibebaskan dari pelayanan kuratif atau
pengobatan untuk benar-benar melakuan nursing care.
f. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
94/Menpan/ 1986,tanggal 4 Nopember 1989, tentang jabatan
fungsional tenaga keperawatan dan system kredit poin.
Dalam system ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan
dapat naik jabatannya atau naik pangkatnya setiap 2 tahun bila
memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga
keperawatan yang dimaksud adalah : penyenang kesehatan, yang
sudah mencapai golongan II/a, Pengatur Rawat/ Perawat
Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan Sarjana/S I
Keperawatan.
System ini menguntungkan perawat karena dapat naik
pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/ golongan
atasannya
g. UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi
perkembangan termasuk praktik keperawatan professional karena
dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien,
kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan
termasuk keperawatan.
Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat
dipakai sebagai acuan pembuatan UU praktik keperawatan adalah :
1) Pasal 32 ayat 4
131
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
2) Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesui dengan profesinya.
3) Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
E. Tanggung Gugat dalam Keperawatan
Acountability : dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat
dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu
konsekuensi-konsekunsinya.
Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat
dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu
konsekuensi-konsekuensinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat
artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani
menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
profesinya.Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan
yang dilakukannya.
Hal ini bisa dijelaskan dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut
1. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan?
Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat
terhadap klien, sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat
memilki tanggung jawab terhadap direktur, sebagai profesional perawat
memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan sebagai anggota
team kesehatan perawat memiliki tanggung gugat terhadap ketua tim
biasanya dokter sebagai contoh: perawat memberikan injeksi terhadap
132
klien. Injeksi ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan
dokter, perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan
yang diberikan yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit.Dalam
contoh tersebut perawat memiliki tanggung gugat terhadap klien,
dokter, RS dan profesinya.
2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?
Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional
yang dilakukannya mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai
persiapan pulang.Hal ini bisa diobservasi atau diukur kinerjanya.
3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah
sakit telah menyusunstandar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu
dengan cara membandingkan apa-apa yang dikerjakan perawat dengan
standar yang tercantum. Baik itu dalam input, proses atau outputnya.
Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5
tahap yaitu mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai
sabun di air mengalir selama 3 kali dan sebagainya.
Tanggung Gugat artinya dapat memberikan alasan atas
tindakannya.Seorang perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien,
profesi, atasan, dan masyarakat. Jika dosis medekasi salah diberikan,
perawat bertanggung gugat pada klien yang menerima medekasi tersebut,
dokter yang memprogramkan tindakan, perwat yang menetapkan standar
perilaku yang diharapkan, serta masyarakat, yang semuanya menghendaki
perilaku professional. Untuk dapat melakukan tanggung gugat, perawat
harus bertindak menurut kode etik professional. Jika suatu kesalhan terjadi,
perawat melaporkannya dan memulai perawatan untuk mencegah trauma
lebih lanjut.Tanggung gugat memicu evaluasi efektifitas perawat dalam
praktik. Tanggung gugat professional memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang
yang telah ada.
133
2. Untuk mempetahankan standar perawatan kesehatan.
3. Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan
pribadi pada pihak profesional perawatan kesehatan.
4. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis.
Untuk dapat bertanggung gugat, perawat melakukan praktik dalam
kode profesi.Tanggung gugat membutuhkan evaluasi kinerja perwat dalam
memberikan perawatan kesehatan.Joint commission on accreditation of
healthcare organization (JCAHO) telah merekomendasikan penetapan
standar pemberian asuhan keperwatan.Standar tersebut dikembangkn oleh
ahli klinis, memberikn struktur dasar di mana asuhan keperawatan secara
objektif diukur.Standar tersebut tidak membatasi kebutuhan rencana
perawatan individu, bahkan, perawat justru memasukan standar tersebut
kedalam rencana perawatan untuk setiap klien.Tanggung gugat dapat
dijamin dan diukur dengan lebih baik ketika “kualitas perawatan” telah
ditetapkan.Sebagian besar instituisi menyandarkan panduan yang
ditawarkan berdasarkan JCAHO dan ANA.
a. Tanggung Gugat Pada Setiap Tahap Proses Keperawatan
1) Tahap pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
mempunyai tujuan mengumpulkan data. Perawat bertanggunggugat
untuk pengumpulan data/informasi, mendorong partisipasi pasien
dan penentuan keabsahan data yang dikumpulkan.Pada saat
mengkaji perawat bertanggung gugat untuk kesenjangan-
kesenjangan dalam data atau data yang bertentangan, data yang
tidak/kurang tepat atau data yang meragukan.
2) Tahap diagnosa keperawatan
Diagnosa merupakan keputusan profesional perawat menganalisa
data dan merumuskan respon pasien terhadap masalah kesehatan
baik aktual atau potensial.Perawat bertanggunggugat untuk
keputusan yang dibuat tentang masalah-masalah kesehatan pasien
134
seperti pernyataan diagnostik.Masalah kesehatan yang timbul pada
pasien apakah diakui oleh pasien atau hanya perawat.Apakah
perawat mempertimbangkan nilai-nilai, keyakinan dan
kebiasan/kebudayan pasien pada waktu menentukan masalah-
masalah kesehatan.Pada waktu membuat keputusan para perawat
bertanggung gugat untukmempertimbangkan latar belakang sosial
budaya pasien.
3) Tahap perencanaan
Perencanaan merupakan pedoman perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan, terdiri dari prioritas masalah, tujuan serta
rencana kegiatan keperawatan. Tanggung gugat yang tercakup pada
tahap perencanaan meliputi: penentuan prioritas, penetapan tujuan
dan perencanaan kegiatan-kegiatan keperawatan. Langkah ini
semua disatukan kedalam rencana keperawatan tertulis yang
tersedia bagi semua perawat yang terlibat dalam asuhan
keperawatan pasien.Pada tahap ini perawat juga bertanggunggugat
untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertimbangkan
dalam menetapkan prioritas asuhan.
4) Tahap implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana asuhan
keperawatan dalam bentuk tindakan-tindakan keperawatan.Perawat
bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam
memberikan asuhan keperawatan. Tindakan-tindakan tersebut
dapat dilakukan secara langsung atau dengan bekerjasama dengan
orang lain atau dapat pula didelegasikan kepada orang lain.
Meskipun perawat mendelegasikan suatu kegiatan kepada
oranglain, perawatt tersebut harus masih tetap bertanggung gugat
untuk tindakan yang didelegasikan dan tindakan pendelegasiannya
itu sendiri. Perawat harus dapat memberi jawaban nalar tentang
mengapa kegiatan tersebut didelegasikan, mengapa orang itu yang
dipilih untuk melakukan kegiatan tersebut dan bagaimana tindakan
135
yang didelegasikan itu dilaksanakan.Kegiatan keperawatan harus
dicatat setelah dilaksanakan, oleh sebab itu dibuat catatan tertulis.
5) Tahap evaluasi
Evaluasi merupakan tahap penilaian terhadap hasil tindakan
keperawatan yang telah diberikan, termasuk juga menilai semua
tahap proses keperawatan. Perawat bertanggung gugat untuk
keberhasilan atau kegagalan tindakan keperawatan.Perawat harus
dapat menjelaskan mengapa tujuan pasien tidak tercapai dan tahap
mana dari proses keperawatan yang perlu dirubah.
b. Mempertahankan Akontabilitas Profesional dalam Asuhan
Keperawatan
1) Terhadap Diri Sendiri
a) Tidak dibenarkan setiap personal melakukan tindakan yang
membahayakan keselamatan status kesehatan pasien.
b) Mengikuti praktek keperawatan berdasarkan standar baru dan
perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi canggih.
c) Mengembangkan opini berdasarkan data dan fakta.
2) Terhadap Klien atau Pasien
a) Memberikan informasi yang akurat berhubungan dengan
asuhan keperawatan.
b) Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan standar yang
menjamin keselamatan, dan kesehatan pasien.
3) Terhadap Profesinya
a) Berusaha mempertahankan, dan memelihara kualitas asuhan
keperawatan berdasarkan standar, dan etika profesi.
b) Mampu dan mau mengingatkan sejawat perawat untuk
bertindak profesional, dan sesuai etik moral profesi.
4) Terhadap Institusi/Organisasi
Mematuhi kebijakan dan peraturan yang berlaku, termasuk
pedoman yang disiapkan oleh institusi atau organisasi.
136
5) Terhadap Masyarakat
Menjaga etika dan hubungan interpersonal dalam memberikan
pelayanan keperawatan yang berkualitas tinggi.
c. Jenis Atau Macam-Macam Tanggung Gugat Perawat
Istilah tanggung gugat, merupakan istilah yang baru berkembang
untuk meminta pertanggung jawaban seseorang karena kelalaiannya
menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Di bidang pelayanan kesehatan,
persoalan tanggung gugat terjadi sebagai akibat adanya hubungan
hukum antara tenaga medis (dokter, bidan, perawat) dengan pengguna
jasa (pasien) yang diatur dalam perjanjian.Tanggung Gugat dapat
diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-
konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya
bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani
menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
profesinya.Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau
tindakan yang dilakukannya.
Macam-Macam Jenis Tanggung Gugat:
1) Contractual Liability.
Tanggung gugat jenis ini muncul karena adanya ingkar janji, yaitu
tidak dilaksanakannya sesuatu kewajiban (prestasi) atau tidak
dipenuhinya sesuatu hak pihak lain sebagai akibat adanya
hubungan kontraktual. Dalam kaitannya dengan hubungan
terapetik, kewajiban atau prestasi yang harus dilaksanakan oleh
health care provider adalah berupa upaya (effort), bukan hasil
(result). Karena itu dokter atau tenaga kesehatan lain hanya
bertanggunggugat atas upaya medik yang tidak memenuhi standar,
atau dengan kata lain, upaya medik yang dapat dikatagorikan
sebagai civil malpractice
137
2) Liability in Tort
Tanggung gugat jenis ini merupakan tanggung gugat yang tidak
didasarkan atas adanya contractual obligation, tetapi atas perbuatan
melawan hukum . Pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas
pada perbuatan yang berlawanan dengan hukum, kewajiban hukum
diri sendiri atau kewajiban hukum orang lain saja tetapi juga yang
berlawanan dengan kesusilaan yang baik & berlawanan dengan
ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap
orang lain atau benda orang lain (Hogeraad, 31 Januari 1919).
3) Strict Liability
Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa
kesalahan (liability whitout fault) mengingat seseorang harus
bertanggung jawab meskipun tidak melakukan kesalahan apa-apa;
baik yang bersifat intensional, recklessness ataupun negligence.
Tanggung gugat seperti ini biasanya berlaku bagi product sold atau
article of commerce, dimana produsen harus membayar ganti rugi
atas terjadinya malapetaka akibat produk yang dihasilkannya,
kecuali produsen telah memberikan peringatan akan kemungkinan
terjadinya risiko tersebut
4) Vicarious Liability
Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh
bawahannya (subordinate).Dalam kaitannya dengan pelayanan
medik maka RS (sebagai employer) dapat bertanggung gugat atas
kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang bekerja dalam
kedudukan sebagai sub-ordinate (employee).
F. Perjanjian/Kontrak dalam Keperawatan
Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi
antara dua atau lebih partai untuk mengerjakan sesuatu atau tidak.Dalam
konteks hukum, kontrak sering disebut dengan perikatan atau perjanjian.
Perikatan artinya mengikat orang yang satu dengan orang lain.
138
Hukum perikatan di atur dalam UU Hukum Perdata pasal 1239:
“semuaperjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak
mempunyai nama tertentu, tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang
termasuk dalam bab ini dan bab yang lalu.” Lebih lanjut menurut ketentuan
pasal 1234 KUHPdt, setiap perikatan adalah untuk memberikan, berbuat
sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu. Perjanjian dapat diaktakan sah bila
memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat janji
(Consencius)
2) Ada kecakapan terhadap pihak-pihak untuk membuat perjanjian
(Capacity)
3) Ada sesuatu hal tertentu (a certain subject matter) dan ada sesuatu sebab
yang halal
4) Kontrak perawat pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan
keperawatan
5) Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan diterima di tempat kerja
6) Kontrak perawat pasien digunakan untuk melindungi hak-hak kedua
belah pihak yang bekerjasama
7) Kontrak juga untuk menggugat pihak yang melanggar kontrak yang di
sepakati.
139
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Mengetahui Legislasi Praktik Keperawatan. http://bkulpenprofil.blogspot.com/2013/10/mengetahui-legislasi-praktik-keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.
Dewi, Virgiyati Tungga. 2013. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat.http://virgiyatitd.blogspot.com/2013/04/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat.html. Diakses tanggal 16 September 2014.
Dicky.2013. Pola Hubungan Kerja Perawat dalam Praktik Profesional.http://putrakietha.blogspot.com/2013/11/pola-hubungan-kerja-perawat-dalam.html#ixzz3DUpWd8di. Diakses tanggal 16 September 2014.
Didit, Ditya. 2011. Praktik Keperawatan. http://dityanurse.blogspot.com/2011/04/praktik-keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.
Hazel. 2014. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat.http://yonokomputer.com/2014/03/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat/. Diakses tanggal 16 September 2014.
Kozier, Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Krista. 2011. Praktek Keperawatan Profesional. http://ns-krista.blogspot.com/2011/11/praktek-keperawatan-profesional.html. Diakses tanggal 16 September 2014.
Lukman.2011. Prinsip Moral dan Legalisasi.http://lukman-goresanpenakehidupan.blogspot.com/2011/05/prinsip-moral-dan-legalisasi.html. Diakses tanggal 16 September 2014.
Moshii, El. 2013. Makalah Aspek Legal Keperawatan. (http://el-moshii.blogspot.com/2013/11/makalah-aspek-legal-keperawatan.html.Diakses 16 September 2014
140
Nukienut. 2011. Tanggung Jawab Perawat. http://nutnyildnyild.blogspot.com/2011/05/tanggung-jawab-perawat.html. Diakses tanggal 16 September 2014.
Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Prasetyo, Agus. 2013. Aspek Hukum dalam Praktek Keperawatan.http://akpermalahayatimedan.blogspot.com/2013/05/aspek-hukum-dalam-praktek-keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.
Rizka, Aditya. 2012. Aspek Legal Praktik dalam Keperawatan. http://theadityarizka.blogspot.com/2012/11/aspek-legal-praktik-dalam-keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.
Shabrina Azzahra. 2012. Isu Legal Dalam Praktik Keperawatan.http://shabrinaazz.blogspot.com/2012/12/isu-legal-dalam-praktik-keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.
141