dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · web viewpada...

27

Click here to load reader

Upload: trinhkien

Post on 11-Jun-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

BAB VIII

SISTEM PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

1. Pengertian SP2KP Dan MPKP

SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional

yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan

Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara

perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya

(Perry, Potter. 2009).

Model Pelayanan Keperawatan Profesional (MPKP) diartikan sebagai

suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan

perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk

lingkungan yang diperlukan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan

tersebut.

Model pelayanan keperawatan profesional merupakan suatu model

yang memberi kesempatan kepada perawat profesional untuk menerapkan

otonominya dalam mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi

pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Model PKP

terdiri lima subsistem yaitu: nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari

model MKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan

keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan

keputusan, system kompensasi dan penghargaan (Hoffart & Woods, 1996,

dalam Sudarsono, 2000).

2. Jenis model praktek keperawatan profesional

Menurut Sudarsono (2000), berdasarkan pengalaman mengembangkan

model PKP dan masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk

mengembangkan suatu model PKP yang disebut Model Praktek Keperawatan

Profesional Pemula (PKPP). Ada beberapa jenis model PKP yaitu:

85

Page 2: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

a. Model Praktek Keperawatan Profesional III

Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan

keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga

perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang

berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat

melakukan riset sera memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan

asuhan keperawatan.

b. Model Praktek Keperawatan Profesional II

Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan

profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan

kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu

tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi

tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area

spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-

hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat

spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area

spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-

hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat

spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10).

c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.

Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan

profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen

utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan

keperawatan yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode

keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.

d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula

Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP)

merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu

memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model

ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode

pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.

86

Page 3: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

3. Aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik

Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam

segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula

terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan

termasuk pelayanan keperawatan atau kebidanan. Hal ini merupakan

tantangan bagi profesi keperawatan dan kebidanan dalam mengembangkan

profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas

pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan

basis pada etik dan moral yang tinggi.Sikap etis profesional yang kokoh dari

setiap perawat atau bidan akan tercermin dalam setiap langkahnya, termasuk

penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang

muncul. MPKP merupakan model praktek keperawatan profesional yang

mewujudkan nilai-nilai profesional. Nilai-nilai profesional yang diterapkan

pada MPKP adalah:

a. Pendekatan Manajemen ( Management Approach )

b. Penghargaan karir ( compensatory rewards )

c. Hubungan Profesional ( professional relationship)

d. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system ).

a. Pendekatan manajemen (Management Approach)

Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan )

merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam

mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Pendekatan

manajemen yang digunakan dalam pengelolaan keperawatan diruang

MPKP meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan serta pengendalian.

1. Fungsi Perencanaan

Perencanaan merupakan rincian kegiatan tentang apa, bagaimana

masing-masing dan dimana kegiatan akan dilaksanakan.

Perencanaan diruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang

melibatkan seluruh perawat ruang MPKP mulai dari kepala ruangan,

87

Page 4: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

ketua tim dan anggota tim/perawat pelaksana. Perencanaan yang

disusun oleh perawat yang terlihat di ruang MPKP disesuaikan

dengan peran dan fungsi masing-masing. Perencanaan yang

diterapkan adalah rencana harian, mingguan dan bulanan.

a. Rencana Harian

Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift oleh

perawat asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim

dan kepala ruangan.

1) Rencana Harian Perawat Pelaksana

Perawat pelaksana akan membuat rencana yang

ditujukan pada tindakan keperawatan untuk sejumlah

pasien yang dirawat pada shift dinasnya.

2) Rencana harian ketua tim

Isi rencana harian ketua tim adalah penyelenggaraan

asuhan keperawatan pada pasien di timnya, melakukan

supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi

secara langsung dan tidak langsung, serta on the job

trainning yang dirancang, kolaborasi dengan dokter atau

tim kesehatan lainnya yang merawat pasien dalam timnya.

Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi

hari banyak kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan

merencanakan kegiatan sore dan malam.

3) Rencana harian kepala ruangan

Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua

kegiatan yang dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di

ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan asuhan

keperawatan yang berkualitas. Kepala ruangan harus

mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai hubungan

keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhab

tersebut. Demikian pula dengan asuhan keperawatan,

kepala ruangan sebagai narasumber utama atau konsultan

88

Page 5: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada

semua tim di ruangan.

b. Rencana Bulanan

Ketua tim dan kepala ruangan membuat rencana bulanan

berhubungan dengan peningkatan asuhan keperawatan dan

pelayanan keperawatan.

1) Rencana Bulanan Kepala Ruangan

Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan

evaluasi hasil ke empat pilar atau nilai MPKP dan

berdasarkan hasil evaluasi tersebut, kepala ruangan akan

membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan

kualitas hasil. Dalam fungsi perencanaan, kepala ruangan

membuat laporan tentang evaluasi rencana harian yang

dibuat oleh ketua tim dan perawat pelaksana.

2) Rencana bulanan ketua tim

Setiap akhir bulan ketua im melakukan evaluasi

tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan didalam tim

nya yaitu askep dan kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan

hasil tersebut, dibuat rencana tindak lanjut untuk perbaikan

pada bulan berikutnya. Ketua tim membuat laporan

evaluasi rencana kegiatan harian asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh perawat pelaksana dan melaporkan hasil

audit asuhan keperawatan serta melakukan perbaikan

asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi

langsung.

2. Pengorganisasian

a. Pengorganisasian tenaga

Pengorganisasian diruangan MPKP menggunakan

pendekatan sistem/metode penugasan tim dan SDM perawat

diorganisasikan dengan menggunakan metode penugasan

89

Page 6: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi. Perawat

dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien diruangan. Jumlah

pasien untuk tiap tim 8-10 orang, dan jumlah perawat antara 6-10

orang, untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan

daftar pasien.

b. Klasifikasi Pasien

Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang

dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan

klien :

1) Perawatan Total: klien memerlukan 7 jam perawatan

langsung per 24 jam,

2) Perawatan Parsial : klien memerlukan 4 jam perawatan

langsung per 24 jam,

3) Perawatan Mandiri: klien memerlukan 2 jam perawatan

langsung per 24 jam.

Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di

atas adalah sebagai berikut :

a) Kategori I : Perawatan mandiri/self care

Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri,

penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi

emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat

dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya

ringan dan sederhana.

b) Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care

Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu,

mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar

mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu

atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan

pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini

monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi

fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau

90

Page 7: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

infus ]. Pasien memerlukan bantuan pendidikan

kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10 menit/shift.

Tindakan dan pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 –

60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat

atau reaksi alergi.

c) Kategori III : Perawatan total/intensive care

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri,

semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat.

Pasien memerlukan observasi terus menerus.

3. Pengarahan

Pengarahan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu

program motivasi, manajemen konflik, dan supervisi. Program

motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif bagi

setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian

(reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama.

Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong

kuat untuk focus pada potensi masing-masing anggota.

Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau

kegiatan sedang berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang

melakukan banti balutan, maka katm mengobservasi tentang

pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar kerja dijalankan.

Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat, yang

akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan.

Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau

dokumen yang menguraikan tindakan dan kegiatan yang telah

dilakukan.

Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih

berpengalaman, ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan

91

Page 8: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

kegiatan atau tindakan. Di ruang rawat pengawasan dilakukan

kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.

4. Fungsi Pengendalian

Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu, kualitas

atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar

memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian

difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan

pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan

dokter. Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan

tentang semua kegiatan yang dilakukan. Audit dokumentasi

keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang

sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan.

a. Penghargaan karir (Compensatory Rewards)

Keperawatan merupakan SDM kesehatan yang mempunyai

kesempatan paling banyak untuk melakukan praktek

profesionalnya pada pasien di berbagai tatanan khususnya pada

pasien yang dirawat di rumah sakit serta memberikan asuhan 24

jam terus menerus. Untuk sejumlah pasien diperlukan sejumlah

perawat karena perawat senantiasa ada di antara pasien, berbeda

dengan profesi kesehatan lain yang memerlukan waktu sesaat

dan tidak terus menerus sehinggajumlah mereka tidak sebanyak

perawat.Untuk itu, kemampuan perawat melakukan praktek

keperawatan professional perlu dipertahankan, dikembangkan

dan ditingkatkan melalui manajemen SDM/kinerja perawat yang

konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan iptek

keperawatan.

Untuk MPKP pemula, diharapkan karu dan katim

mempunyai latar belakang pendidikan minimal DIII

Keperawatan serta seluruh perawat pelaksana minimal DIII.

92

Page 9: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

1. Orientasi kerja

Semua perawat yang bekerja di ruang MPKP harus

melalui masa orientasi berupa pemberian informasi

tentang budaya kerja MPKP dan orientasi di ruang rawat

MPKP. Selama masa orientasi dievaluasi kinerja dalam

melaksanakan budaya kerja MPKP.

2. Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB)

Pendidikan keperawatan berkelanjutan dapat berupa

pendidikan formal yaitu peningkatan pendidikan dari SPK

ke DIII keperawatan, DIII Keperawatan ke S1 Ners

Keperawatan, atau S1 Ners ke S2 Keperawatan dan

seterusnya. Selain itu dapat dilakukan pendidikan informal

secara on the job training yaitu pelatihan/bimbingan

secara terus menerus sambil bekerja, misal perawat

pelaksana dapat meningkatkan kompetensinya dengan

bimbingan katim, dapat meningkatkan kemampuan

manajenal katim dengan bimbingan kepala ruangan. Out

the job training yaitu pelatihan yang diselenggarakan

dalam kurun waktu tertentu, misalnya pelatihan 4 hari atau

lebih. Perawat harus meninggalkan pekerjaannya

sementara. Pelatihan yang diikuti akan dirancang sesuai

dengan pengembangan kemampuan yang terkait.

3. Pengembangan Jenjang Karir Perawat

Pengembangan jenjang karir adalah pengembangan

peran dan tanggung jawab. Seorang perawat yang telah

sukses di ruang MPKP merupakan asset keperawatan

untuk pengembangan MPKP di ruang rawat lain, artinya

menjadi pembaharu. Ia dapat pula berperan sebagai

narasumber bagi rumah sakit lain yang ingin

mengembangkan MPKP. Demikian juga perawat asosiet

93

Page 10: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

dapat berkembang menjadi perawat primer dan perawat

primer menjadi karu.

b. Hubungan Profesional ( Profesional Relationship)

Hubungan pnofesional antara anggota tim keperawatan dan

profesi dokter memberi suasana ilmiah dan profesional di ruang

MPKP. Untuk itu direncanakan kegiatan yang akan memberi

kesempatan bagi tenaga kesehatan berbagi pendapat dan

pengalaman, baik dalam pelayanan maupun asuhan pada pasien

dan keluarga. Interaksi antara profesi diselenggarakan berupa:

1) Hubungan profesional antar perawat

a) Operan, yaitu komunikasi dan serah terima antara shift

pagi, sore dan malam. Operan dari malam ke pagi dan

dari pagi ke sore dipimpin oleh katim, sedangkan

openan dan sore ke malam dipimpin oleh

penanggungjawab shift sore.

b) Konfenensi awal (pre conference) yaitu komunikasi

katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan

untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang

dipimpin oleh katim. Jika yang berdinas pada tim

tersebut hanya satu orang, maka pre conference

ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap

perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dan

katim atau PJ tim. Pre conference dipimpin oleh katim

atau PJ tim.

c) Konferensi akhir (post conference) yaitu komunikasi

katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan

sepanjang shift dan sebelum operan berikutnya. Isi post

conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap

perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).

Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.

94

Page 11: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

d) Studi kasus dapat dilakukan pada tingkat tim atau

ruangan pada kasus pasien baru, pasien yang tidak

berkembang, pasien yang meninggal, pasien dengan

masalah yang jarang ditemukan.

e) Rapat keperawatan dapat dilakukan satu bulan sekali

untuk mengevaluasi hasil kerja secara keseluruhan

membagi informasi, peraturan/perkembangan IPTEK

yang dipimpin oleh katim.

f) Pendelegasian tugas yang jelas diberikan kepada

perawat yang mempunyai kemampuan untuk

melakukannya. Kepala ruangan dapat mendelegasikan

tugas kepada katim, demikian pula katim dapat

mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana.

c. Hubungan profesional antara perawat dan dokter

1) Kolaborasi antara katim dan dokter

Katim bertanggungjawab berkolaborasi dengan

dokter yang merawat pasien yang ada di timnya. Jika katim

tidak dinas/tidak di tempat, maka ia harus mendelegasikan

kolaborasi dengan dokter kepda perawat yang merawat

pasien yang bersangkutan. Sesuai dengan pengorganisasian

perawat, maka dokter, fisioterapis dan ahli gizi dapat

berdialog dengan perawat yang bertanggung jawab

terhadap pasien tertentu. Hubugan kemitraan dapat

ditumbuhkan sehingga iklim kerja yang saling menghargai

dapat tencipta.

2) Instruksi dokter melalui telpon dibuatkan pedomannya.

Misalnya perlu ada saksi penerima telpon dan 1x24 jam

kemudian dokter harus mengganti instruksi lisan menjadi

instruksi tertulis.

95

Page 12: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

3) Studi kasus multidisiplin, yaitu membahas kasus bersama-

sama tim terkait. Misalnya setiap pasien baru dibahas

bersama tindakan dan berbagai pihak untuk kepentingan

pasien. Hal ini perlu agar terlaksana asuhan terpadu dan

holistik.

4) Rapat ruang rawat, bersama seluruh petugas kesehatan yang

bekerja di ruangan tersebut untuk membahas hasil total

pelayanan kesehatan ruang rawat.

4. Manajemen Dan Pemberian Asuhan Keperawatan

Sistem pemberian asuhan keperawatan dibagi dua yaitu manajemen

asuhan keperawatan untuk pasien dan pendidikan kesehatan bagi keluarga.

A. Manajemen asuhan keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan terkait erat dengan metode

penugasan perawat. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

menggunakan pendekatan proses keperawatan. Formulir pengkajian

disediakan sama dengan yang digunakan pada ruang rawat lain di RS.

Perawat primer/katim bertanggung jawab melakukan pengkajian dan

menetapkan masalah dan diagnosa keperawatan.

Kemampuan pengkajian, penetapan masalah, dan tindakan yang

tepat merupakan kemampuan intelektual. Implementasi tindakan

keperawatan akan dilakukan oleh perawat pelaksana yang ditetapkan

sesuai dengan daftar pasien. Pendokumentasian juga dilakukan oleh

yang melakukan tindakan. Kemampuan melaksanakan tindakan

keperawatan merupakan kemampuan yang harus dilatih agar mencapai

tujuan sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami pasien.

Kemampuan ini harus disupervisi dan didokumentasikan oleh katim

dalam rangka penilaian kinerjanya.

B. Pendidikan kesehatan bagi keluarga

Pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien merupakan paket

asuhan keperawatan yang tidak dapat dipisahkan dan asuhan

96

Page 13: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

keperawatan pada pasien. Sejak keluarga mengantarkan pasien untuk

dirawat di rumah sakit dan keluarga setuju dirawat di ruang MPKP maka

keluarga merupakan bagian dan sistem pemberian asuhan keperawatan

pasien.

Program pendidikan kesehatan disesuaikan dengan masalah yang

dialami oleh pasien. Perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang

penyakit masalah yang dialami, tanda dan gejalanya, tindakan yang dapat

keluarga lakukan dan follow up yang perlu dilakukan di rumah.

5. Pengembangan Profesional Diri

Pelayanan keperawatan di masa mendatang harus dapat

memberikan consumer minded terhadap pelayanan yang diterima. Hal ini

didasarkan pada tren perubahan saat ini dan persaingan yang semakin ketat.

Oleh karena itu, perawat dapat mendefinisikan, mengimplementasikan, dan

mengukur perbedaan bahwa praktik keperawatan harus dapat dijadikan

sebagai indikator agar kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang

profesional di masa depan terpenuhi. Sementara kualitas layanan keperawatan

pada masa mendatang belum jelas, peran perawat harus dapat menunjukkan

dampak yang positif terhadap sistem pelayanan kesehatan. Ada 4 hal yang

harus dijadikan perhatian utama keperawatan di Indonesia:

1) Definisi peran perawat,

2) Komitmen terhadap identitas keperawatan,

3) Perhatian terhadap perubahan dan tren pelayanan kesehatan kepada

masyarakat,

4) Komitmen dalam memenuhi tuntutan tantangan sistem pelayanan

kesehatan melalui upaya yang kreatif dan inovatif (Nursalam, 2001).

Menurut Nursalam (2001), peran perawat di masa depan harus

berkembang seiring dengan perkembangan iptek dan tuntutan kebutuhan

masyarakat. Sehingga perawat dituntut mampu menjawab dan mengantisipasi

terhadap dampak dari perubahan. Sebagai perawat profesional, maka peran

yang diemban adalah CARE yang meliputi:

97

Page 14: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

Keterangan:

C = Communication

Ciri khas perawat profesional di masa depan dalam memberikan pelayanan

keperawatan harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, cepat. Artinya

setiap melakukan komunikasi (lisan maupun tulis) dengan teman sejawat dan

tenaga kesehatan lainnya harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan didukung

suatu fakta yang memadai. Profil perawat masa depan yang terpenting adalah

mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Hal ini

dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya persaingan/pasar bebas pada abad

ke-21 ini.

A = Activity

Prinsip melakukan aktivitas/pemberian asuhan keperawatan harus dapat bekerja

sama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim medis

sebagai mitra kerja dalam memberikan asuhan kepada pasien. Aktivitas tersebut

harus ditunjang dengan menunjukkan kesungguhan dan sikap empati dan

bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diemban. Hal ini diperlukan pada

saat ini dan masa yang akan datang dalam upaya mewujudkan jati diri perawat

dan menghilangkan masa lalu keperawatan yang hanya bekerja seperti robot dan

berada pada posisi inferior dari tim kesehatan lainnya. Yang penting diantisipasi

di masa depan adalah ketika memberikan asuhan harus berdasarkan ilmu yang

dapat/tepat diaplikasikan di institusi tempatnya bekerja.

R = Review

Prinsip utama dalam melaksanakan peran tersebut adalah moral dan etik

keperawatan. Dalam setiap memberikan asuhan keperawatan kepada klien,

perawat harus selalu berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar

keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan. Hal ini penting guna

menghindarkan kesalahan-kesalahan yang dapat berakibat fatal terhadap

konsumen dan eksistensi profesi keperawatan yang sedang mencari identitas diri.

Dalam melaksanakan peran profesionalnya, perawat harus menerapkan prinsip-

prinsip etik yang meliputi: (1) Justice: keadilan, 2) Autonomy: asas menghormati

autonomi, 3) beneficience (asas manfaat) dan non-maleficiency, 4) Veracity: asas

98

Page 15: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

kejujuran, 5) confidentiality; asas kerahasiaan. Untuk menghindari kesalahan

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, maka perlu diterapkan

tindakan keperawatan dengan prinsip “CWIPAT”–Check the order,Wash your

hands, Identitify the clients, Provide savety and privacy, Assess the problem; and

Teach or Tell the clients (Nursalam, 2001).

E = Education

Dalam upaya meningkatkan kualitas layanan keperawatan di masa depan, perawat

harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan secara kontinu

menambah ilmu melalui pendidikan formal/nonformal, sampai pada suatu

keahlian tertentu.

Sedangkan karakteristik “Nurse Millenium” yang diharapkan adalah:

Keterangan:

C = Career

Di masa depan, perawat dalam memberikan asuhan kepada klien, harus

mempunyai dasar pendidikan dan keahlian yang memadai. Keahlian dan dasar

pendidikan yang tinggi merupakan indikator jaminan kualitas layanan kepada

konsumen dan menghindarkan dari kesalahan-kesalahan yang fatal.

Perawat juga dituntut untuk menguasai tentang konsep manajemen secara

keseluruhan, khususnya manajemen keperawatan. Di masa depan, bukanlah

sesuatu yang aneh apabila seorang perawat menduduki jabatan sebagai “top

manager” di sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk mencapai karier

tersebut, maka perawat harus terus bekerja keras.

A = Activity

Perawat harus memahami tentang semua tindakan yang dia lakukan, baik dari segi

keilmuan maupun etik dan moral keperawatan. Hal ini sesuai dengan tuntutan

masa depan akan pelaksanaan pelayanan keperawatan yang profesional.

99

Page 16: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

R = Role

Dalam melaksanakan perannya di masa depan, perawat dituntut mampu bekerja

sama dengan profesi lain. Perawat harus dapat membedakan peran yang

dimaksudkan.

E = Enhancement

Prinsip utama pelayanan keperawatan adalah pengembangan diri secara terus

menerus seiring dengan perkembangan zaman yang dinamis dan selalu berubah

setiap saat. Perawat dituntut untuk menunjukkan independensi dalam memberikan

asuhan dan tumbuhnya rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini bisa ditempuh

dengan mempersiapkan dan membekali diri yang baik mulai dari sekarang.

100

Page 17: dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewPada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan

DAFTAR PUSTAKA

Christenen, Pj & Kenney, Jw (1995), Nursing Process Application of Conceptual Models, Fourth Edition, Mosby, St Louis Baltimore

Creven, Ruth (1996), Fundamental of ursing Human Health and Fungtion, Philadelphia, Lippincot

Curtine Leok (1991), Nursing Ethices Theories & Maryland, Rolent t, Brody Co

Deloughery, G.L. (1991), Issues and Trends in Nursing, Mosby Year Book, St Louis Baltimore.

Hidayat, A.A. (2004), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Kozier, B (1997), Fundamental of Nursing : Concept and Procedure, , California, Addison Wesley Publishing Co.

Ruth, M & Sall (19899), Essential of Nursing Leadership & Management, Philadelphia, FA Davis Co

101