divisi 6-1

28
Edisi Desember 2005 SEKSI 6.8 PERKERASAN BETON SEMEN PORTLAND 6.8.1 URAIAN Pekerjaan ini meliputi pembuatan lapisan perkerasan beton semen-portland, sebagaimana disyaratkan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang tertera pada Gambar atau instruksi Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini mencakup juga pembuatan perkerasan beton semen. 6.8.2 KETENTUAN YANG MENGIKAT Ketentuan pada Tabel 7.1.3.(1) dan 7.1.3(2) (Beton Struktur) dan Pasal 7.3 (Baja Tulangan) merupakan bagian dari Pasal ini. 6.8.3 MATERIAL (a) Agregat Material pokok untuk perkerasan beton harus sesuai dengan ketentuan Tabel 7.1.3.(1) dan 7.1.3(2), kecuali agregat kasar harus berupa batu pecah. (b) Baja Tulangan (i) Baja tulangan (reinforcing steel) harus sesuai dengan ketentuan Pasal 7.3 dan detailnya tertera pada Gambar. (ii) Tulangan baja untuk jalur jalan kendaraan harus berupa anyaman baja atau tulangan profil sebagaimana terlihat pada Gambar. Tulangan anyaman baja harus sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 55, tulangan ini harus berupa lembaran-lambaran datar dan merupakan suatu jenis yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. (iii) Tulangan tarik harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan AASHTO M 31. (c) Bahan pengisi sambungan ( joint filler ) Bahan pengisi tuang (Poured filler) untuk sambungan harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M 173. 6 - 114

Upload: annas-frendytre

Post on 23-Sep-2015

23 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tu

TRANSCRIPT

DIVISI 6

Edisi Desember 2005

SEKSI 6.8

PERKERASAN BETON SEMEN PORTLAND

6.8.1 URAIAN

Pekerjaan ini meliputi pembuatan lapisan perkerasan beton semen-portland, sebagaimana disyaratkan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang tertera pada Gambar atau instruksi Konsultan Pengawas.

Pekerjaan ini mencakup juga pembuatan perkerasan beton semen.6.8.2 KETENTUAN YANG MENGIKAT

Ketentuan pada Tabel 7.1.3.(1) dan 7.1.3(2) (Beton Struktur) dan Pasal 7.3 (Baja Tulangan) merupakan bagian dari Pasal ini.

6.8.3 MATERIAL

(a) Agregat

Material pokok untuk perkerasan beton harus sesuai dengan ketentuan Tabel 7.1.3.(1) dan 7.1.3(2), kecuali agregat kasar harus berupa batu pecah.

(b)Baja Tulangan

(i)Baja tulangan (reinforcing steel) harus sesuai dengan ketentuan Pasal 7.3 dan detailnya tertera pada Gambar.

(ii)Tulangan baja untuk jalur jalan kendaraan harus berupa anyaman baja atau tulangan profil sebagaimana terlihat pada Gambar. Tulangan anyaman baja harus sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 55, tulangan ini harus berupa lembaran-lambaran datar dan merupakan suatu jenis yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

(iii)Tulangan tarik harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan AASHTO M 31.

(c)Bahan pengisi sambungan (joint filler)

Bahan pengisi tuang (Poured filler) untuk sambungan harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M 173.

Bahan pengisi padat (Preformed filler) untuk sambungan harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M 33, AASHTO M 153, AASHTO M 213, atau AASHTO M 220, seperti ketentuan dalam Gambar atau instruksi Konsultan Pengawas dan harus diberi lubang untuk memasang dowel. Filler untuk setiap sambungan harus berupa satu lembaran untuk seluruh kedalaman dan lebar yang diperlukan untuk sambungan, kecuali bila ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas. Bila boleh digunakan lebih dari satu lembar, ujung yang bersentuhan harus dikencangkan sampai rapat, dengan penjepit atau cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

(d) Membran Kedap Air ( Slip Sheet Membrane )

Membran atau sekat untuk lapisan tahan air dibawah perkerasan harus berupa lembaran Polyethene dengan tebal 125 mikron. Bila diperlukan sambungan, maka harus dibuat overlaping sekurang-kurangnya harus 300 mm.

(e) Curing Materials

Curing Materials harus sesuai dengan ketentuan berikut, atau material lain yang disetujui Konsultan Pengawas :

Liquid Membrane-Forming Compounds forAASHTO M 148

Curing Concrete - type 2 White Pigmented

(f)Beton

(i)Bahan Pokok Campuran

Persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran akan didasarkan pada hasil percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh Kontraktor sesuai ketentuan Tabel 7.1.3.(1) dan 7.1.3(2) dari Spesifikasi ini.

Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton padat tidak boleh kurang dari 300 kg. Pemakaian semen yang terlalu tinggi tidak dikehendaki dan Kontraktor harus mendasarkan disain campurannya (mix design) pada campuran yang paling hemat yang memenuhi semua persyaratan.

Agregat kasar dan halus harus sesuai dengan ketentuan Tabel 7.1.3.(1) dan 7.1.3(2). Untuk menentukan perbandingan agregat kasar dan agregat halus, proporsi agregat halus harus dibuat minimum. Bila perbandingan yang tepat telah ditentukan dan disetujui, maka setiap perubahan terhadap perbandingan itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

Kontraktor boleh memilih agregat kasar sampai ukuran maksimum 40 mm, asal tetap sesuai dengan alat yang digunakan dan kerataan permukaan tetap dapat dijamin. Bila menurut pendapatnya perlu, Konsultan Pengawas dapat meminta Kontraktor untuk mengubah ukuran agregat kasar. Perbandingan air dan semen untuk agregat kering didasarkan pada persyaratan kekuatan beton, tapi tidak boleh lebih dari 0,50 berat total semen.

Plasticiser atau bahan additive pengurang air tidak boleh digunakan, kecuali ada ijin tertulis dari Konsultan Pengawas. Bahan additive campuran untuk mempercepat proses pengerasan dan yang mengandung kalsium klorida tidak boleh digunakan.

(ii) Kekuatan Beton

Kuat lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2 pada umur 28 hari, bila di tes dengan third point method menurut AASHTO T 97.

Mengenai kuat tekan beton minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80 % dari kuat lentur (flexural strength) minimum. Konsultan Pengawas dengan pertimbangannya dapat merubah ketentuan ini.

Percobaan campuran (trial mix) di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor, harus sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan margin dengan probabilitas nilai flexural strength hasil tes yang lebih rendah dari flexural strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1%.

(iii) Pengambilan contoh Beton

Pengambilan contoh beton untuk keperluan pengujian harus sesuai dengan ketentuan Tabel 7.1.3.(1) dan 7.1.3(2) dari Spesifikasi ini.

(iv)Kekuatan karakteristik

Berlaku ketentuan Tabel 7.1.3.(1) dan 7.1.3(2) dari Spesifikasi ini.

6.8.4 PERALATAN

(a) Umum

Peralatan dan alat bantu yang diperlukan untuk menangani material dan melaksanakan pekerjaan dengan jenis, kapasitas dan kondisi mekanis yang disetujui Konsultan Pengawas, harus sudah berada di lokasi kerja sebelum pekerjaan dimulai.

Bila peralatan itu tidak dipelihara kebaikan kerjanya, atau bila peralatan itu terbukti tidak memadai, ketika digunakan oleh Kontraktor, untuk mencapai hasil kerja yang ditentukan, perlatan tersebut harus diperbaiki, atau diganti atau ditambah, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

(i)Batching Plant dan Peralatannya.

Umum

Semua material untuk campuran harus ditakar perbandingannya menurut berat. Batching Plant harus dilengkapi bin, hopper timbangan dan timbangan agregat halus dan untuk masing-masing fraksi ukuran agregat kasar. Bila digunakan semen curah, maka harus disediakan bin (tempat penyimpangan), hopper dan timbangan untuk semen. Tempat penyimpanan material tersebut harus kedap air.

Perlengkapan untuk mencampur komponen lain dari campuran harus disediakan pada batching plant, sesuai dengan permintaan Konsultan Pengaws, bias jenis stationer atau pun jenis yang dapat berpindahpindah. Alat tersebut harus selalu dijaga agar sesuai dengan ketentuan untuk melakukan mekanisme penimbangan yang benar.

(b) Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines)

Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kemungkinan segregasi campuran beton. Mesin penempa (finishing machines) harus dilengkapi dengan tranverse screeds yang dapat bergerak bolak-balik (oscillating type) atau alat lain yang serupa dengan ketentuan sub-Pasal S9.08(6).

(c) Vibrator (Penggetar)

Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat berupa surface pan type atau internal type dengan tabung celup (immersed tube) atau multiple spuds. Vibrator dapat di pasang pada mesin penghampar atau mesin penempa, atau dapat juga dipasang pada kendaraan (peralatan) khusus. Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, load transfer devices, subgrade dan acuan (form) samping. Frekuensi vibrator surface pan tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz), dan Frekuensi internal vibrator tidak boleh kurang dari 5000 impuls per menit (83 Hz) untuk vibrator tabung dan tidak kurang dari 7000 impuls per menit (117 Hz) untuk spud vibrator.

Bila spud vibrator, baik dioperasikan dengan tangan maupun dipasang pada mesin penghampar (spreader) atau penempa (finishing), digunakan di dekat acuan, frekwensinya tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz).

(d) Gergaji Beton (concrete saw)

Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), Kontraktor harus menyediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai untuk membentuk sambungan, dengan mata gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan. Kontraktor harus menyediakan paling sedikit 1 gergaji yang selalu siap dioperasikan (standby). Kontraktor harus menyediakan cadangan pisau gergaji secukupnya, fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam. Peralatan ini harus selalu siap kerja, baik sebelum maupun selama pekerjaan perkerasan beton.

(e)Acuan

Acuan lurus harus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan harus disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m. Acuan ini sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan perkerasan jalan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari kedalamannya. Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai harus digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang. Acuan yang mudah disesuaikan (fleksibel) atau lengkung harus dibuat sedemikian dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Acuan harus dilengkapi dengan sarana yang memadai untuk keperluan pemasangan, sehingga bila telah terpasang acuan tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau penurunan, segala benturan dan getaran dari alat penghampar dan penempa. Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Acuan yang permukaan atasnya miring, bengkok, terpuntir atau patah harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Acuan bekas yang diperbaiki tidak boleh digunakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm. Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung bagian yang bersambungan.

6.8.5 SAMBUNGAN (JOINTS)

Sambungan harus dibuat dengan tipe, ukuran dan pada lokasi seperti yang ditentukan dalam Gambar. Semua sambungan harus dilindungi agar tidak kemasukan material yang tidak dikehendaki sebelum ditutup dengan bahan pengisi.

(a) Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints)

Batang baja ulir (deformed) dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan harus diletakkan tegak lurus dengan sambungan longitudinal memakai alat mekanik atau dipasang dengan besi penahan (chair) atau penahan lainnya yang disetujui, untuk mencegah perubahan tempat. Batang-batang (tie bars) tersebut tidak boleh di cat atau dilapisi aspal atau material lain atau dimasukkan tabung kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya. Bila tertera dalam Gambar dan bila lajur perkerasan yang berdekatan dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk membentuk "keyway" (takikan) sepanjang sambungan konstruksi. Tie bars, kecuali yang terbuat dari baja rel, dapat dibengkokkan dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang dilaksankan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton lajur yang berdekatan dihamparkan atau sebagai pengganti tie bars yang dibengkokkan dapat digunakan 2 batang tie bar yang disambung (two-piece connectors).

Sambungan longitudinal acuan (longitudinal form joint) terdiri dari takikan/ alur ke bawah memanjang pada permukaan jalan. Sambungan tersebut harus dibentuk dengan alat mekanikal atau dibuat secara manual dengan ukuran dan garis sesuai Gambar, sewaktu beton masih mudah dibentuk. Alur ini harus diisi dengan kepingan (filler) material yang telah tercetak (premolded) atau dicor (poured) dengan material penutup sesuai yang disyaratkan.

Sambungan longitudinal tengah (longitudinal centre joint) harus dibuat sedemikian rupa sehingga ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang (transverse joint), bila ada.

Sambungan longitudinal gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan pemotongan beton dengan gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan garis sesuai Gambar. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada Gambar, harus digunakan alat bantu atau garis bantu yang memadai. Sambungan longitudinal ini harus digergaji sebelum berakhirnya masa perawatan beton, atau segera sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan diperbolehkan memasuki perkerasan beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus dibersihkan dan sambungan harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan yang disyaratkan.

Sambungan longitudinal tipe sisip permanen (longitudinal permanent insert type joints) harus dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan bereaksi secara kimiawi dengan bahan kimia beton. Lebar lembaran ini harus cukup untuk membentuk bidang yang diperlemah dengan kedalaman sesuai Gambar. Sambungan dengan bentuk bidang lemah (weaken plane type joint) tidak perlu dipotong (digergaji). Ketebalan kepingan tidak boleh kurang dari 0,5 mm dan harus disisipkan memakai alat mekanik sehingga dijamin tetap berada pada posisi yang tepat. Ujung atas lembaran ini harus berada dibawah permukaan akhir (finished surface) perkerasan sesuai yang tertera pada Gambar.

Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena pekerjaan finishing pada beton. Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu (centre line) jalan dan jangan terlalu besar perbedaan kerataannya. Alat pemasangan mekanik harus menggetarkan beton selama kepingan itu disisipkan sedemikian rupa agar beton yang terganggu kembali rata sepanjang pinggiran kepingan tanpa menimbulkan segregasi.

(b) Sambungan Ekspansi Melintang (Transverse Expansion Joints)

Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (Expansion Joint Filler) harus menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sesuai dengan subgrade dan takikan sepanjang acuan. Filler sambungan pracetak (Freform Joint Filler) harus disediakan dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur. Filler yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan, kecuali bila disetujui Konsultan Pengawas.

Filler sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap pada garis dan alinemen yang semestinya, selama penghamparan dan finishing beton. Perubahan posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5 mm pada alinemen horisontalnya menurut garis lurus. Bila filler di pasang berupa bagian-bagian, maka diantara unit-unit yang berdekatan tidak boleh ada celah. Pada sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton.

(c) Sambungan Kontraksi Melintang (Transverse contraction joints)

Sambungan ini terdiri dari bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat takikan/alur dengan pemotongan permukaan perkerasan, disamping itu bila tertera pada Gambar juga harus mencakup pasangan alat transfer beban (load transfer assemblies).

(i) Sambungan kontraksi kepingan melintang (Transverse strip contraction joints)

Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang kepingan sebagaimana tertera pada Gambar.

(ii) Takikan/Alur (Formed grooves)

Takikan ini harus dibuat dengan menekankan alat kedalam beton yang masih plastis. Alat tersebut harus tetap ditempat sekurang-kurangnya sampai beton mencapai pengerasan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak beton didekatnya, kecuali bila alat itu memang didesain untuk tetap terpasang pada sambungan.

(iii) Sambungan gergajian (sawn contraction joints)

Sambungan ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai yang tercantum pada Gambar, dengan gergaji beton yang disetujui. Setelah sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton yang berdekatan harus dibersihkan.

Penggergajian harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras agar penggergajian tidak menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari 18 jam setelah pemadatan akhir beton. Sambungan harus dibuat/ dipotong sebelum terjadi retakan karena susut. Bila perlu, penggergajian dapat dilakukan pada waktu siang dan malam dalam cuaca apapun. Penggergajian harus ditangguhkan bila didekat tempat sambungan ada retakan. Penggergajian harus dihentikan bila retakan terjadi di depan gergajian. Bila retakan sulit dicegah ketika dimulai penggergajian, maka pembuatan sambungan kontraksi harus dibuat dengan takikan/alur sebelum beton mencapai pengeringan tahap awal sebagaimana dijelaskan di atas. Secara umum, penggergajian harus dilakukan berurutan.

(iv)Sambungan kontraksi acuan melintang (Tranverse formed contraction joints)

Sambungan ini harus sesuai dengan ketentuan Pasal 6.8.5 (a) untuk sambungan acuan longitudinal (longitudinal formed joints).

(v) Sambungan konstruksi melintang (Transverse construction joints)

Sambungan ini harus dibuat bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit. Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya. Bila dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat perkerasan sepanjang minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan sebelumnya harus dipotong dan dibuang sesuai instruksi Konsultan Pengawas.

(d) Alat transfer beban (load transfer devices)

Bila digunakan dowel (batang baja polos), maka harus dipasang sejajar dengan permukaan dan garis sumbu perkerasan beton, dengan memakai pengikat/penahan logam yang dibiarkan terpendam dalam perkerasan.

Ujung dowel harus dipotong agar permukaannya rata. Ukuran bagian dowel yang harus dilapisi aspal atau pelumas lain harus sesuai yang tertera pada Gambar, agar bagian tersebut tidak ada lekatan dengan beton. penutup (selubung) dowel dari PVC atau logam, yang disetujui Konsultan Pengawas, harus dipasang pada setiap batang dowel pada sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan dowel dan bagian ujung yang tertutup harus tahan air.

Sebagai pengganti dowel pada sambungan kontraksi, batang dowel bisa diletakkan dalam seluruh ketebalan perkerasan dengan alat mekanik yang disetujui Konsultan Pengawas.

(e) Menutup Sambungan (Sealing Joint)

Sambungan harus ditutup segera sesudah selesai proses perawatan (curing) beton dan sebelum jalan terbuka untuk lalu lintas, termasuk kendaraan Kontraktor. Sebelum ditutup, setiap sambungan harus dibersihkan dari material yang tidak dikehendaki, termasuk bahan perawatan (membrane curing compound) dan permukaan sambungan harus bersih dan kering ketika diisi dengan material penutup.

Material penutup (joint sealer) yang digunakan pada setiap sambungan harus sesuai dengan yang tertera pada Gambar atau perintah Konsultan Pengawas.

Material penutup harus diaduk selama pemanasan untuk mencegah pemanasan yang berlebihan secara tidak merata. Waktu dituangkan, jangan sampai material ini tumpah pada permukaan beton yang terbuka. Kelebihan material pada permukaan beton harus segera dibersihkan. Penggunaan pasir atau material lain sebagai pelindung material penutup tidak diperbolehkan.

6.8.6 PELAKSANAAN PEKERJAAN

(a)Umum

Sebelum memulai pekerjaan beton semua pekerjaan pondasi Agregat, ducting dan kerb yang berdekatan harus sudah selesai dan disetujui Konsultan Pengawas.

Kecuali untuk daerah yang tercakup dan sesuai Pasal 6.8.6 (f), semua beton harus dihamparkan merata, dipadatkan dan diselesaikan dengan mesin.

(b) Pemasangan Acuan

Acuan harus dipasang dimuka bagian perkerasan yang sedang dilaksanakan, agar mempermudah pelaksanaan dan persetujuan pekerjaan yang harus memperhatikan bentuk permukaan yang berdekatan. Acuan harus dipasang pada tempatnya dengan menggunakan sekurang-kurangnya 3 paku untuk setiap 3 m bagian panjang acuan. Patok (pin) ini harus diletakkan pada masing- masing sisi setiap sambungan. Acuan harus kokoh dan tidak goyah. Toleransi acuan dari garis yang sebenarnya tidak boleh lebih dari 5 mm. Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga kokoh, tanpa terlihat adanya lentingan atau penurunan, terhadap benturan dan getaran dari peralatan pemadat dan penempa. Acuan harus bersih dan dilapisi pelumas sebelum beton dihamparkan.

Alinemen dan elevasi kelandaian acuan harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki oleh Kontraktor segera sebelum beton dihamparkan. Bila acuan berubah posisinya atau kelandaiannya tidak stabil, maka harus dibetulkan dan diperiksa ulang.

(c) Penghamparan beton

Beton harus dihampar dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga dihindari terjadinya pemindahan atau pengerjaan ulang. Apabila truk mixer, truk pengaduk, atau alat angkutan lainnya tidak dilengkapi dengan alat penumpah beton tanpa menimbulkan segregasi material, maka beton harus diturunkan ke alat penghampar dan dihamparkan secara mekanis sedemikian rupa untuk mencegah segregasi. Penghamparan harus dilakukan secara kontinyu di antara sambungan melintang tanpa sekatan sementara. Bila penghamparan perlu dilakukan dengan tangan, harus memakai sekop. Pekerja tidak boleh menginjak hamparan beton memakai sepatu yang kotor.

Bila lajur yang dikerjakan bersambungan dengan lajur perkerasan yang telah selesai lebih dahulu, dan peralatan mekanik harus bekerja di atas lajur tersebut, kekuatan beton lajur itu harus sudah mencapai sekurang-kurangnya 90 % dari kekuatan beton 28 hari. Jika hanya peralatan finishing yang melewati lajur existing, pekerjaan ini bisa dilakukan setelah umur betonnya mencapai 3 hari.

Beton harus dipadatkan secara merata, pada tepi dan sepanjang acuan, dan pada kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dibenamkan ke dalam beton. Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat.

Beton harus dituangkan sedekat mungkin dengan sambungan kontraksi dan sambungan ekspansi tanpa merusaknya, tetapi tidak dituangkan langsung dari corong curah ke arah perlengkapan sambungan kecuali corong curah tersebut telah ditempatkan sedemikian rupa sehingga penumpahan beton tidak menggeser posisi sambungan.

(d) Penempatan baja tulangan

Setelah beton dituangkan, baja tulangan harus ditempatkan agar sesuai dengan bentuk penampang melintang yang tercantum pada Gambar. Bila beton dihamparkan dalam dua lapisan, lapisan bawah harus dihampar sehingga anyaman kawat baja atau bar mat dapat diletakkan di atas beton dengan tepat. Baja tulangan harus langsung diletakkan di atas hamparan beton tersebut, sebelum lapisan atasnya dituangkan. Lapisan bawah beton yang sudah dituangkan lebih dari 30 menit tanpa diikuti penghamparan lapisan atas harus dibongkar dan diganti dengan beton baru atas biaya Kontraktor. Bila perkerasan beton dibuat langsung dalam satu lapisan, baja tulangan harus diletakkan sebelum beton dihamparkan, atau ditempatkan pada kedalaman sesuai ketentuan Gambar pada beton yang masih lembek, setelah terhampar, dengan memakai alat mekanik atau vibrator.

Pada sambungan antara anyaman kawat baja, kawat pertama dari anyaman itu harus terletak diatas anyaman yang sebelumnya, dengan bagian yang saling tindih (overlap) tidak kurang dari 450 mm.

Baja tulangan harus bersih dari kotoran, minyak, cat, lemak, dan karat yang akan mengganggu kelekatan baja dengan beton.

(e) Finishing dengan Mesin

Begitu dituangkan, beton harus segera disebarkan, dipadatkan dan diratakan dengan mesin finishing. Mesin harus melintasi setiap bagian permukaan jalan beberapa kali dengan interval yang semestinya untuk menciptakan kepadatan yang memadai dan permukaan yang rata. Bagian atas acuan harus tetap bersih dan gerakan mesin diatas acuan jangan sampai bergetar atau goyah sehingga mengganggu kecermatan pekerjaan finishing.

Pada lintasan pertama mesin finishing, beton didepan screed harus dibuat rata pada keseluruhan jalur yang dikerjakan.

(f)Finishing dengan Tangan

Bila luas perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau bila tempat kerja sangat terbatas untuk dilaksanakan dengan metode seperti yang ditentukan dalam sub-Pasal (e) di atas, beton harus dihampar dan diratakan dengan tangan tanpa segregasi atau pemadatan awal.

Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrator, harus ditekan sampai level tertentu sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui pemadatan, permukaannya akan lebih tinggi dari pada acuan samping. Beton harus dipadatkan dengan balok pemadat dari baja atau dari kayu keras beralas baja dengan lebar tidak kurang dari 75 mm, tinggi tidak kurang dari 225 mm, dan daya penggerakannya tidak kurang dari 250 watt per meter lebar perkerasan beton. Balok diangkat dan digerakkan maju sedikit demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Juga bisa dipakai pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama. Bila ketebalan beton melebihi 200 mm , atau bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, untuk menyempurnakan pemadatan dapat dilakukan vibrasi internal tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5 m panjang perkerasan beton dipadatkan, balok vibrasi harus mengulang lagi dengan pelan-pelan pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk menghaluskan permukaan.

Permukaan jalan harus di ukur kerataannya dengan paling sedikit 2 kali lintasan mal datar yang digeserkan, dengan panjang tidak kurang dari 1,8 m. Bila permukaan lapisan rusak karena mal datar (straight-edge), karena permukaan tidak rata, balok vibrasi harus digunakan lagi, lalu diikuti dengan mal-datar lagi.

Bila penghamparan perkerasan beton harus dilakukan dengan dua lapisan, lapisan pertama harus dihamparkan, dan dipadatkan sampai level tertentu sehingga baja tulangan setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera setelah itu lapisan atas beton dituangkan dan difinishing.

(g) Pelepaan (Floating)

Setelah ditempa dan dikonsolidasikan, beton harus diperhalus lagi dengan bantuan alat-alat lepa, dengan salah satu metoda berikut :

(i) Metode manual

Untuk ini dapat digunakan pelepa longitudinal dengan panjang tidak kurang dari 350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar tidak melentur atau melengkung. Pelepa longitudinal dioperasikan dari atas jembatan yang dipasang merentangi kedua sisi acuan tapi tanpa menyentuh beton, digerakkan seperti gerakan mengergaji, sementara pelepa selalu sejajar dengan garis sumbu jalan (centre line), dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi perkerasan ke sisi lain. Gerakan maju sepanjang garis sumbu jalan harus berangsur-angsur dengan pergeseran tidak lebih dari setengah panjang pelepa. Kelebihan air atau cairan harus dibuang.

(ii)Dengan mesin

Pelepa mekanik harus jenis yang disetujui Konsultan Pengawas dan dalam keadaan dapat dioperasikan dengan baik. Pelepa harus disesuaikan dengan bentuk permukaan jalan yang dikehendaki dan dengan mesin finishing melintang (transverse finishing machine).

Juga dapat digunakan mesin yang mempunyai pelepa pemotong dan pelepa penghalus yang dipasang pada dan dikendalikan melalui rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan dengan alat beroda 4 atau lebih, yang bertumpu pada acuan samping.

Bila perlu setelah pelepaan dengan salah satu metode di atas, untuk menutup dan menghaluskan lubang-lubang pada permukaan beton dapat digunakan pelepa dengan batang pegangan yang panjang (bertangkai), dengan papan panjang tidak kurang dari 1,5 m dan lebar 150 mm. Pelepa ini tidak boleh digunakan pada seluruh permukaan beton sebagai pengganti atau pelengkap salah satu metode pelepaan di atas. Bila penempaan dan pemadatan dikerjakan tangan dan bentuk permukaan jalan tidak memungkinkan digunakannya pelepa longitudinal, pelepaan permukaan dilakukan secara melintang dengan pelepa bertangkai. Setelah pelepaan air dan sisa beton yang ada dipermukaan harus dibuang dari permukaan jalan dengan mal datar sepanjang 3,0 m atau lebih. Setiap geseran harus dilintasi lagi dengan ukuran setengah panjang mal datar.

(h) Memperbaiki Permukaan

Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek, bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa, dikonsolidasi dan di finishing lagi. Daerah yang menonjol/berlebih harus dipotong dan di finishing lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus terus diperiksa dan dibetulkan sampai tak ada lagi perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan tampang melintang yang ditentukan.

Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straightedge) tidak boleh melebihi toleransi yang ditentukan dalam Spesifikasi.

(i)Membentuk Tepian

Segera setelah beton ditempa dan dipadatkan, tepian perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada sambungan harus diselesaikan dengan alat untuk membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu yaitu, bila tak ditentukan lain pada Gambar, adalah 12 mm.

(j)Penyelesaian Permukaan

Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan pengawet (curing) digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis sumbu (centre line) jalan.

Pengkasaran ini dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 100 mm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-masing pusat untaian maksimum 10 mm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 90 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 0,75 mm

(k) Menguji Permukaan

Begitu beton mengeras, permukaan jalan harus diuji memakai mal datar (straightedges) 3,0 m. Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih dari 12,5 mm sepanjang 3,0, itu harus ditandai dan segera diturunkan dengan alat gurinda yang telah disetujui sampai bila dites lagi, ketidak rataannya tidak lebih dari 3 mm. Bila penyimpangan dari penampang melintang yang sebenarnya lebih dari 12,5 mm, lapisan jalan harus dibongkar dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri.

Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m ataupun kurang dari lebar lajur yang kena bongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m, harus ikut dibongkar dan diganti.

(l)Pengawetan (curing)

Permukaan beton yang terbuka harus segera dilapisi pengawet (curing compound) setelah di finishing dengan sikat, dengan menyemprotkan bahan pengawet pada permukaan menggunakan penyemprot atau alat lain yang disetujui dengan kecepatan 0,22 - 0,27 lt/m2 untuk penyemprotan mekanis atau 0.27 - 0.36 lt/m2 untuk penyemprotan manual. Bahan ini tak boleh masuk ke alur pada alur-alur sambungan.

Setelah pekerjaan finishing selesai dan kerusakan pada beton tak akan terjadi, seluruh permukaan beton tersebut harus segera dilapisi penutup, dapat berupa karung goni, dan dirawat dengan metode tertentu sesuai dengan Pasal 7.1.5 (4). Bila gagal menyediakan bahan penutup dan air yang cukup untuk perawatan yang memadai dan memenuhi persyaratan lainnya dengan semestinya, maka pekerjaan beton harus dihentikan.

(m)Membongkar Acuan

Kecuali bila ditentukan lain, acuan tidak boleh dibongkar dari beton yang baru dihamparkan sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar dengan hati-hati agar beton tidak rusak. Setelah dibongkar, bagian sisi plat beton harus dirawat (curing) sesuai dengan sub-Pasal (l) di atas.

Daerah rongga (honey comb) yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan didempul dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2 agregat halus.

Rongga (honey comb) yang besar dianggap sebagai kerusakan, harus dibongkar dan diganti. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m panjangnya atau kurang dari lebar seluruh lajur yang terkena pembongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran yang berdekatan dengan sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan diganti.

6.8.7 PERCOBAAN PENGHAMPARAN

Kontraktor harus menyediakan peralatan dan menunjukkan metode pelaksanaan pekerjaan dengan cara menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak kurang dari 30 m di lokasi yang disediakan oleh Kontraktor di luar daerah kerja permanen. Percobaan tambahan mungkin akan diinstruksikan oleh Konsultan Pengawas, bila percobaan pertama dinilai tidak memuaskan.

Setelah percobaan pertama disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka percobaan sepanjang minimum 150 m tapi tidak lebih dari 300 m harus dilakukan di daerah kerja permanen. Percobaan ini harus menunjukkan seluruh aspek pekerjaan dan harus mencakup setiap tipe sambungan yang digunakan dalam pekerjaan.

Kontraktor harus menyampaikan kepada Konsultan Pengawas, paling lambat satu bulan sebelum tanggal pelaksanaan percobaan pertama, uraian terperinci mengenai instalasi, peralatan dan metode pelaksanaan pekerjaan. Pembangunan instalasi tidak boleh dilakukan selama percobaan.

Kontraktor tidak boleh melanjutkan menghamparkan perkerasan beton sebagai pekerjaan permanen sebelum ada persetujuan terhadap hasil percobaan, atau belum ada ijin dari Konsultan Pengawas untuk melaksanakan percobaan lanjutan.

Agar pekerjaan "percobaan lanjutan" disetujui, hasil pekerjaan tersebut harus sesuai dengan Spesifikasi tanpa ada pekerjaan perbaikan.

Bila hasil "percobaan lanjutan" tidak sesuai dengan Spesifikasi, Kontraktor harus menyiapkan lokasi percobaan lanjutan yang lain. Panjang jalan "percobaan lanjutan" yang tidak sesuai dengan Spesifikasi harus dibongkar, kecuali bila Konsultan Pengawas menentukan lain.

6.8.8 PERLINDUNGAN PERKERASAN BARU

Kontraktor harus melindungi perkerasan dan perlengkapannya dari lalu lintas umum dan lalu lintas proyek. Hal ini meliputi penyediaan tenaga pengatur lalu lintas, dan pemasangan dan pemeliharaan rambu-rambu dan lampu, jembatan, atau jalan sementara/pengalih, dan lain-lain.

Kerusakan pada perkerasan, yang terjadi sebelum ada persetujuan akhir, harus diperbaiki atau harus diganti, sebagaimana petunjuk Konsultan Pengawas.

6.8.9 PEMBUKAAN TERHADAP LALU LINTAS

Konsultan Pengawas akan menentukan kapan perkerasan bisa dibuka untuk lalu lintas. Jalan tidak boleh dibuka untuk lalu lintas sebelum hasil test terhadap sampel yang dicetak dan dilapisi pengawet menurut AASHTO T 23 mencapai kekuatan lentur minimum tidak kurang dari 90% kekuatan minimum umur 28 hari, sebagaimana Tabel 7.1.3(1) dan 7.1.3(2) pada Spesifikasi ini, ketika ditest dengan third point methode. Bila tidak ada test, perkerasan tak boleh dibuka untuk lalu lintas sebelum 14 hari dari saat beton dihamparkan. Sebelum lalu lintas dibuka, perkerasan harus dibersihkan dan penutup (sealing) sambungan sudah sempurna.

6.8.10 TOLERANSI KETEBALAN PERKERASAN

Ketebalan perkerasan akan ditentukan dengan metoda "average caliper measurement of cores" diuji menurut AASHTO T 148.

Untuk menentukan penyesuaian harga satuan perkerasan, bagian perkerasan yang dianggap sebagai satu kesatuan yang terpisah adalah perkerasan sepanjang 300 m pada setiap lajur lalu lintas diukur dari ujung perkerasan dimulai dari station kecil (sesuai stationing jalannya). Bagian yang terakhir dalam setiap lajur adalah sepanjang 300 m ditambah sisanya yang kurang dari 300 m. Dari setiap bagian ini, akan diambil contoh berupa core drill secara random oleh Konsultan Pengawas. Bila pengukuran core dari suatu bagian ternyata kekurangan-ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka pembayarannya dilakukan secara penuh. Jika kekurangan-ketebalannya lebih dari 5 mm tapi tidak lebih dari 25 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka akan diambil dua core lagi pada interval tidak kurang dari 90 m, dan dipakai untuk menentukan tebal rata-rata bagian tersebut. Penyesuaian harga satuan ditentukan dalam sub-Pasal 6.8.12.

Daerah-daerah lain seperti persimpangan, jalan masuk, penyeberangan, jalur ramp, toll plaza, dan lain-lain digolongkan sebagai satu bagian, dan ketebalan setiap unit akan diukur tersendiri. Daerah yang tidak beraturan dari suatu bagian dapat dianggap termasuk ke dalam bagian lain. Dalam hal ini Konsultan Pengawas dapat memilih satu core untuk setiap 1000 m2 jalan, atau bagian dari itu, dalam setiap bagian. Bila kekurangan-ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari yang ditentukan, maka akan dibayar secara penuh. Bila kekurangan-ketebalannya lebih dari 5 mm tapi tidak lebih dari 25 mm, akan diambil lagi dua core dari bagian tersebut, dan ditentukanlah ketebalan rata-rata dari ketiga core itu. Bila tebal rata-rata itu kekurangan-ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka akan dibayar penuh. Bila kekurangan-ketebalannya lebih dari 5 mm tetapi tidak lebih dari 25 mm, harga satuan yang disesuaikan sebagaimana ditentukan dalam sub-Pasal S9.08 (12)(b) akan dibayarkan untuk bagian perkerasan tersebut.

Dalam menghitung ketebalan rata-rata perkerasan, tebal perkerasan yang melebihi ketebalan yang disyaratkan lebih dari 5 mm digolongkan sebagai ketebalan yang ditentukan plus 5 mm, sedangkan yang kurang dari ketebalan yang ditentukan lebih dari 25 mm tidak akan dipakai dalam menentukan tebal rata-rata.

Bila kekurangan-ketebalan core lebih dari 25 mm dari ketebalan yang ditentukan, ketebalan sesungguhnya pada daerah ini akan ditentukan dengan mengambil lagi beberapa core dengan interval tidak kurang dari 3,0 m sejajar dengan garis sumbu jalan pada setiap arah, sampai ditemukan core yang penyimpangannya tidak lebih dari 25 mm. Daerah yang kekurangan ketebalannya lebih dari 25 mm akan dievaluasi oleh Konsultan Pengawas, dan bila menurutnya perlu dibongkar, daerah tersebut harus dibongkar dan diganti dengan beton dengan tebal seperti yang tertera dalam Gambar. Core yang diambil dengan maksud untuk penelitian di atas tidak akan digunakan dalam menghitung tebal rata-rata untuk menentukan penyesuaian Harga Satuan.

6.8.11 METODE PENGUKURAN

Jumlah yang akan dibayar dengan mata pembayaran tersebut di bawah ini adalah jumlah meter persegi perkerasan beton yang telah selesai dan disetujui, pada pekerjaan permanen. Lebar yang diukur adalah lebar perkerasan yang tertera pada penampang melintang rencana, daerah-daerah tambahan seperti jalur ramp dan toll plaza, atau sebagaimana petunjuk tertulis Konsultan Pengawas. Panjang akan diukur oleh Konsultan Pengawas, yaitu sepanjang garis sumbu setiap badan jalan.

Sambungan dan baja tulangan yang diperlukan dalam pekerjaan dari Pasal ini tidak akan diukur untuk pembayaran tersendiri.

Perkerasan hasil percobaan penghamparan yang dilaksanakan di luar daerah pekerjaan permanen tak akan diukur untuk pembayaran tersendiri.

Pengeboran perkerasan existing dan bahan pengisi akan dibayar per buah.

6.8.12 DASAR PEMBAYARAN

(a) Umum

Jumlah perkerasan beton hasil pengukuran tersebut di atas akan dibayar menurut Harga Satuan Kontrak per meter persegi. Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan material, termasuk beton klas P, baja tulangan, acuan, dowel, tie bar, dan material sambungan, penghamparan percobaan, pengambilan core untuk penentuan harga; dan seluruh material, tenaga kerja, peralatan dan kebutuhan insidental yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan menurut Gambar.

Untuk perkerasan yang ketebalannya kurang dengan kekurangan-ketebalan lebih dari 5 mm, tapi tidak lebih dari 25 mm, akan dibayar menurut Harga Satuan yang disesuaikan, seperti ditentukan di bawah ini.

Tidak ada pembayaran tambahan untuk jalan yang ketebalan rata-ratanya melebihi ketebalan yang tertera dalam Gambar.

(b) Penyesuaian Harga

Bila ketebalan rata-rata perkerasan kurang dengan kekurangan-ketebalan lebih dari 5 mm, tidak lebih dari 25 mm, pembayaran didasarkan pada harga yang telah disesuaikan sebagai berikut :

Kekurangan-ketebalanProsentase Harga Satuan

berdasarkan hasil core Kontrak yang dibayarkan

0 - 5 mm 100 %

6 - 8 mm 80 %

9 - 10 mm 72 %

11 - 12 mm 68 %

13 - 19 mm 57 %

20 - 25 mm 50 %

Bila kekurangan-ketebalan perkerasan lebih dari 25 mm dan Konsultan Pengawas menentukan daerah itu tidak perlu dibongkar dan diganti, maka untuk daerah tersebut tidak akan dibayar.

Bila kekuatan perkerasan beton tidak sesuai dengan ketentuan, tetapi persyaratan lain sudah sesuai, Konsultan Pengawas mungkin akan menyetujui perkerasan beton itu, bila nilai rata-rata dari empat hasil test yang berurutan tidak kurang dari 80% kekuatan minimum yang ditentukan, dan akan diatur dengan penyesuaian harga sebagai berikut :

Untuk setiap 1% atau kurang dari kekurangan-kekuatan beton (concrete strength deficiency), yang dihitung dengan rumus di bawah ini :

100% - Kekuatan sebenarnya (aktual) x 100%

45

maka perkerasan beton yang demikian itu akan dibayar dengan pengurangan sebesar 2% dari Harga Satuan Kontrak.

Nomor Mata PembayaranUraianSatuan Pengukuran

6.8.1Perkerasan Beton (t=27 cm), Double Wire Meshmeter persegi

6.8.2Perkerasan Beton (t=27 cm), Single Wire Meshmeter persegi

6.8.3Perkerasan Beton (t=27 cm) tanpa Wire Mesh

6.8.4Asphaltic Joint Filler, tebal 20 mmmeter persegi

6.8.5Joint Sealentmeter panjang

SEKSI 6.9WET LEAN CONCRETE

6.9.1 URAIAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, material; dan pelaksanaan semua pekerjaan yang berkaitan dengan pembuatan lapisan perataan (leveling course) dan pekerjaan pelebaran perkerasan dengan wet lean concrete, termasuk persiapan lapisan alas, pengangkutan dan penyiapan agregat, pencampuran, pengadukan, pengangkutan, penuangan, pemadatan, finishing, pengawetan, pemeliharaan dan pekerjaan insidental lainnya yang berkaitan. Semua pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi, dan instruksi Konsultan Pengawas.

6.9.2 LAPISAN ALAS

Bila wet lean concrete ini ditentukan untuk levelling course, maka sebelum dilaksanakan, lapisan alas harus bersih dari kotoran, lumpur, batu lepas, atau bahan asing lainnya, dan diperiksa kepadatannya, kerataan finishing dan permukaannya oleh Konsultan Pengawas. Daerah yang tidak memenuhi ketentuan Spesifikasi harus dibongkar, diperbaiki atau direkonstruksi sebagaimana perintah Konsultan Pengawas. Tidak ada pembayaran langsung untuk pekerjaan pembongkaran, perbaikan, atau rekonstruksi ini, karena merupakan tanggung jawab Kontraktor.

6.9.3 LAPISAN ALAS PASIR (SAND BEDDING)

Bila wet lean concrete ditentukan untuk pekerjaan pelebaran jalan, maka beton itu harus diletakkan di atas alas yang sudah rata terdiri pasir alam setebal 4 cm. Pasir alam yang tertinggal (tidak lolos) saringan No. 200 dan yang fraksi halusya non-plastis, dapat digunakan. Pasir dengan kadar air yang memadai dihamparkan di atas subgrade dan diratakan. Alas yang sudah rata ini harus dapat dipadatkan dengan roller yang paling besar yang dapat dipakai. Sebelum pengerjaan wet lean concrete, alas pasir harus dibasahi dengan air.

6.9.4 MATERIAL

Agregat, semen dan air harus memenuhi ketentuan Pasal 7.1.2 dalam Spesifikasi ini. Ukuran maksimum agregat harus dipilih oleh Kontraktor dan disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian wet lean concrete, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

6.9.5 PERBANDINGAN CAMPURAN

Perbandingan jumlah semen dan agregat dalam kondisi kering jenuh (saturated surface dry condition) harus memadai untuk memenuhi ketentuan kuat pecah beton menurut Pasal ini, dan untuk menjaga konsistensi campuran. Perbandingan itu tidak boleh kurang dari 1 : 2 : 4.

6.9.6 CETAKAN (ACUAN)

Wet lean concrete untuk levelling course harus dituang dalam cetakan baja atau kayu secara cut-off screeding, dengan landai dan elevasi tertentu.

6.9.7 SAMBUNGAN

Sambungan longitudinal harus berjarak sekurang-kurangnya 20 cm dari sambungan longitudinal perkerasan beton yang akan dihampar di atasnya.

Sambungan konstruksi melintang harus dibuat pada akhir setiap pekerjaan pada hari itu, dan harus membentuk permukaan vertikal melintang yang benar.

6.9.8 PENCAMPURAN, PENGANGKUTAN, PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN

Wet lean concrete harus dicampur, diangkut, dituang, disebar dan dipadatkan menurut ketentuan Pasal 6.8.4(a) dan 7.1.4.

6.9.9 FINISHING

Setelah pemadatan dan diratakan sampai bidang dan elevasi yang benar, wet lean concrete harus dilepa (floating) sampai permukaan rata dan tak ada permukaan yang lebih rendah atau pun daerah yang terbuka. Kemudian permukaan harus diuji dengan paling sedikit dua kali geseran mal datar (straight-edge) dengan bilah mal tidak kurang dari 1,8 m.

6.9.10 PERAWATAN BETON (CURING)

Wet lean concrete harus segera dirawat, setelah finishing selesai, untuk jangka waktu tidak kurang dari 7 hari. Perawatan untuk permukaan harus dilakukan dengan salah satu metoda berikut :

(a)Dilapisi penutup sampai lapisan perkerasan berikutnya dihamparkan dengan lembaran plastik kedap air, dijaga agar tidak lepas dari permukaan, dan dengan sambungan yang saling menindih (overlap) sekurang-kurangnya 300 mm dan dijaga sedemikian rupa untuk mencegah penguapan.

(b)Seluruh permukaan disemprot merata dengan bahan white pigmented curing compound.

(c)Seluruh permukaan disemprot air secara kontinyu, dan kondisi kelembaban dijaga agar tetap selama masa perawatan.

6.9.11 PENGUJIAN KEKUATAN

Untuk ini harus disediakan silinder test kuat tekan beton (compressive strength), dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, yang dibuat dari beton material wet lean concrete yang diambil di lapangan.

Satu silinder mewakili 50 m wet lean concrete yang dihamparkan, dan tidak kurang dari tiga silinder harus dibuat setiap hari.

6.9.12 KETENTUAN KUAT PECAH BETON (CRUSHING STRENGTH)

Kuat pecah beton rata-rata pada umur 7 hari dari setiap kelompok (group) contoh (spesimen) yang diambil pada setiap pelaksanaan pekerjaan tidak boleh kurang dari 30 kg/cm2.

Bila rata-rata kuat pecah beton pada lebih dari satu kelompok di antara lima kelompok yang berurutan ternyata kurang 30 kg/cm2, maka kadar semen harus ditambah sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas, sampai hasilnya menunjukkan bahwa campuran tersebut memenuhi syarat.

6.9.13 PENOLAKAN PEKERJAAN

Bila ketentuan-ketentuan kuat pecah beton diikuti, nilai kuat pecah beton yang rendah belum tentu menyebabkan hasil pekerjaan ditolak.

Konsultan Pengawas akan menentukan daerah yang keropos, segregasi, cacat atau rusak, serta daerah yang tidak memenuhi ketentuan kerataan permukaan. Material tersebut harus dibongkar sampai seluruh ketebalan lapisan, dan diganti dengan material campuran yang baru sesuai dengan Spesifikasi. Perbaikan dengan cara penambalan permukaan tidak boleh dilakukan.

6.9.14 KERATAAN PERMUKAAN

Wet lean concrete harus dibentuk dan diselesaikan sesuai dengan garis, landai dan penampang permukaan seperti tertera pada Gambar Rencana. Penyimpangan pada permukaan yang sudah selesai tidak boleh lebih dari 3 cm dari elevasi yang direncanakan. Penyimpangan permukaan ini juga, tidak boleh lebih dari 1 cm pada mal datar (straight edge) 3 m ketika diterapkan sejajar dengan dan tegak lurus dari garis sumbu (centre line) badan jalan.

Mal datar harus dipergunakan dengan cara overlap 1/2 dari panjangnya. Perbedaan penyimpangan dari elevasi yang dikehendaki untuk lapisan perata (levelling course) untuk perkerasan beton antara dua titik dalam jarak 20 m, tidak boleh lebih dari 1,5 cm.

6.9.15 PEMELIHARAAN

Peralatan atau pun kendaraan lalu lintas, termasuk kendaraan untuk keperluan pelaksanaan, tidak boleh memasuki permukaan yang sudah selesai, selama 7 hari pertama masa perawatan.

Setelah masa perawatan, peralatan dan kendaraan yang diperlukan untuk meneruskan pekerjaan diperbolehkan memasuki daerah wet lean concrete.

Wet lean concrete harus dijaga agar selalu dalam kondisi baik, sebelum menghamparkan lapisan berikutnya. Kerusakan akibat apa pun harus diperbaiki dengan mengganti lapisan pada daerah itu, atas tanggungan biaya Kontraktor sendiri.

6.9.16 METODE PENGUKURAN

Jumlah wet lean concrete untuk levelling course akan dibayar berdasarkan jumlah meter persegi dari levelling course itu, yang telah diselesaikan dan disetujui sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi dan petunjuk Konsultan Pengawas.

Alas pasir akan dibayar berdasarkan jumlah meter persegi lapisan alas yang sudah selesai dan disetujui.

Untuk penambahan kandungan semen atau untuk kelebihan ketebalan lapisan dari ketebalan minimum tidak ada tambahan pembayaran.

6.9.17 DASAR PEMBAYARAN

Jumlah wet lean concrete dan lapisan alas pasir, yang telah ditentukan di atas, akan dibayar menurut Harga Kontrak untuk masing-masing butir pembayaran di bawah ini. Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, peralatan dan material yang diperlukan, termasuk pembuatan lapisan alas, alas pasir, pencampuran, persiapan, pengangkutan, penghamparan, pemadatan, finishing, pengawetan, pemeliharaan dan pekerjaan lain yang diperlukan, sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi dan petunjuk Konsultan Pengawas.

Nomor Mata PembayaranUraianSatuan Pengukuran

6.9.1Wet Lean Concretemeter kubik

6.9.2Sand Bedding (t = 4 cm)meter persegi

16 - 116