disusun oleh: s.850908125 fakultas keguruan dan · pdf filelampiran 4 soal tes prestasi...
TRANSCRIPT
xiii
Eksperimentasi pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement divison (stad)
dengan iringan musik pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari motivasi
belajar siswa kelas ix SMP Negeri Sekabupaten Tembang
tahun pelajaran 2009/2010
TESIS
Disusun Oleh:
Sumarsono S.850908125
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIATS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
xiii
Eksperimentasi pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement divison (stad)
dengan iringan musik pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari motivasi
belajar siswa kelas ix SMP Negeri Sekabupaten Tembang
tahun pelajaran 2009/2010
TESIS
Disusun Oleh : Sumarsono
S.850908125
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal................................................
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Tri Atmojo K., M. Sc., Ph. D. Drs. Budi Usodo, M. Pd. NIP. 19630826 198803 1 002 NIP. 19680517 199303 1 002
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M. Si. NIP. 19660225 199302 1 002
xiii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVIS0N (STAD)
DENGAN IRINGAN MUSIK PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI SEKABUPATEN REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
TESIS
Disusun Oleh : Sumarsono
S850908125
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal................................................
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si ........................
NIP : 19660225 199301 1 002
Sekretaris : Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. ........................
NIP : 19530915 197903 1 003
Anggota :
1.Drs. Tri Atmojo K. , M.Sc.,Ph.D ........................
NIP : 19630826 198803 1 002
2.Drs. Budi Usodo, M.Pd. ........................
NIP : 19680517 159303 1 002
Surakarta, Januari 2010
Direktur Program PascaSarjana Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Prof. Dr. Suranto, M.Sc., P.h.D Dr. Mardiyana, M.Si. NIP 19570820 198503 1 004 NIP 19660225 199301 1 002
xiii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a : Sumarsono
N I M : S850908102
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul EKSPERIMENTASI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISON (STAD) DENGAN IRINGAN MUSIK PADA POKOK BAHASAN
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI SEKABUPATEN REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010. adalah betu-betul karya saya sendiri. Hal-hal
yang bukan karya saya, dalam Tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2010
Yang membuat pernyataan
SUMARSONO
xiii
MOTTO
* Manusia wajib menuntut ilmu. Karena orang yang berilmu akan
dimuliakan Allah.
* Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang sempurna karena
dilengkapi dengan akal dan pikiran. Maka dengan akal itu manusia dapat
menciptakan dan menemukan ilmu/teori-teori dan segala bentuk
kecanggihan yang ada di dunia ini. Dan dengan akal dan pikiran itu pula
manusia akan menemukan dan percaya tentang kekuasaan Allah.
* Lebih baik berbuat benar tanpa pujian daripada berbuat salah tanpa
hukuman. (Pengarang tidak diketahui)
* Tiga dari 10 Dorthy Law Nolte’s Poem adalah :
* Bila kita memperlakukan anak dengan baik, maka ia belajar
dengan keadilan.
* Bila kita besarkan anak dengan rasa aman, maka ia belajar
menaruh kepercayaan.
* Bila kita membesarkan anak dengan kasih sayang dan
persahabatan maka ia belajar cinta dan kehidupan.
xiii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati Tesis ini saya persembahkan Kepada :
1. Alm. Bapak Paris dan Alm. Ibu Ramiati
2. Bapak dan Ibu Mashadi
3. Istri tercinta Ninik Wiharti
4. Anak-anakku yang tersayang : Amalia Maulidia Husna (Amel), dan
Amalia Sholikah Nur Nikmaturrohmah (Nikmah).
5. Kakak dan adik.
xiii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tesis ini. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat
1 Direktur dan Asisten direktur yang telah memberikan izin kepada
penulis.
2 Dr. Mardiyana, M.Si sebagai ketua program studi pendidikan matematika
pascasarjan UNS yang telah banyak memberikan pengarahan kepada
penulis.
3. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. sebagai dosen penguji.
4. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc,Ph.D sebagai dosen pembimbing I, sekaligus
sebagai penguji yang selama ini selalu membimbing tesis dengan baik.
5. Budi Usodo, M. Pd. sebagai dosen pembimbing II sekaligus penguji yang
telah banyak memberi pengarahan dan bimbingan tanpa jemu untuk
perbaikan dan selesainya tesis ini.
6. Bapak /ibu dosen pasca sarjana pendidikan matematika yang selama ini
telah membina dan membimbing selama belajar.
7. Bapak Drs. Noor Effendi selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Rembang yang telah memberikan izin penelitian..
xiii
8. Hj. Suparti, S.Pd selaku kepala SMP Negeri 6 Rembang yang telah
memberikan izin belajar dan penelitian guna pembuatan tesis.
9. H.Suripto S.Pd. yang telah memberikan izin penelitian di SMP Negeri 2
Pamotan.
10. Muzamil S.Pd. yang selama ini memberikan izin kepada penulis dalam
rangka penelitian guna pembuatan tesis.
11. Bapak Drs. Joko Sutrisno, M.Pd.selaku validator.
12. Semua rekan-rekan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu pelaksanaan penelitian hingga selesai penulisan tesis ini
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt.
Surakarta, Januari 2010
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................
PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................................
PENGESAHAN PENGUJI ......................................................................
PERNYATAAN .......................................................................................
MOTTO ....................................................................................................
PERSEMBAHAN ....................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
DAFTAR TABEL .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
ABSTRAK ................................................................................................
ABSTRACT ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................
A. Latar belakang ....................................................................
B. Identifikasi Masalah ...........................................................
C. Pembatasan Masalah ..........................................................
D. Perumususan Masalah ........................................................
E. Tujuan Penelitian ................................................................
F. Manfaat Penelitian ..............................................................
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS ....................................................................
A. Kajian Pustaka ...................................................................
B. Penelitian Yang Relevan ....................................................
C. Kerangka Berpikir ..............................................................
D. Hipotesis ............................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................
A. Tempat Subyek, dan Waktu Penelitian ..............................
B. Jenis Penelitian ...................................................................
C. Populasi dan Sampel ...........................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xi
xii
xiv
xvi
1
1
5
5
6
7
7
9
9
34
35
37
39
39
39
42
xiii
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................
E. Teknik Analisis Data .........................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................
A. Diskripsi Data ...................................................................
1. Hasil Pengembangan Instrumen ..................................
B. Hasil Uji Prasyarat Analisi ................................................
1. Uji Keseimbangan ........................................................
2. Uji Normalitas ..............................................................
3. Uji Homogenitas ...........................................................
C. Hasil Uji Hipotesis .............................................................
D. Hasil Uji Lanjut Hipotesis .................................................
1. Komperasi Ganda Antarkolom .....................................
2. Komperasi Ganda Antarsel pada Kolom
yang Sama ....................................................................
3. Komperasi Ganda Antarsel pada Baris
Yang Sama ...................................................................
E. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................
1. Hipotesis Pertama ........................................................
2. Hipotesis Kedua............................................................
3. Hipotesis Ketiga ...........................................................
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .......................
A. Kesimpulan .......................................................................
B. Implikasi ............................................................................
1. Implikasi Teoritis .........................................................
2. Implikasi Praktis ..........................................................
C. Saran .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................
42
51
62
62
62
67
67
67
68
68
69
69
70
71
73
73
73
74
77
77
78
78
79
79
80
83
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Nilai Rataan Matematika UAN ........................................
2. Tabel 2.1 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif ................................
3. Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .................
4. Tabel 3.1 Perincian Waktu Penelitian .............................................
5. Tabel 3.2 Desain Penelitian ..............................................................
6. Tabel 3.3 Interval motivasi ...............................................................
7. Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran ...........................................................
8. Tabel 3.5 Rangkuman Analisis Variansi ..........................................
9. Tabel 4.1 Rangkuman Uji Coba Instrumen
Tes Prestasi Belajar ...........................................................
10. Tabel 4.2 Rangkuman Uji Instrumen Angket Motivasi ...................
11. Tabel 4.3 Rangkuman Jumlah Siswa dan Rataan Motivasi .............
12. Tabel 4.4 Rangkuman Rataan Prestasi belajar Siswa ......................
13. Tabel 4.5 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
Sel Tak Sama ...................................................................
14. Tabel 4.6 Rangkuman data Komparasi Ganda Antarkolom.............
15. Tabel 4.7 Rangkuman Komparasi Ganda Antarsel
pada Kolom yang Sama ...................................................
16. Tabel 4.8 Rangkuman Komparasi Ganda Antarsel
Pada Baris yang Sama......................................................
2
18
39
40
44
48
60
63
64
66
66
68
69
71
72
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Silabus Mata Pelajaran Matematika SMP ..................
2. Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran matematika .......
3. Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes prestasi Belajar .....................................
4. Lampiran 4 Soal Tes Prestasi Belajar ...........................................
5. Lampiran 5 Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian .......................
6. Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Angket Motivasi
Belajar Matematika......................................................
7. Lampiran 7 Angket motivasi Belajar Matematika
Siswa SMP..................................................................
8. Lampiran 8 Lembar Validasi Instrumen ........................................
9. Lampiran 9 Lembar Vaidasi Angket ..............................................
10. Lampiran 10 Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar ...........................
11. Lampiran 11 Uji Reliabilitas Angket ...............................................
12. Lampiran 12 Data Induk Penelitian .................................................
13. Lampiran 13 Data Induk Motivasi Eksperimen 1 ............................
14. Lampiran 14 Data Induk Motivasi Eksperimen 2 ............................
15. Lampiran 15 Data Induk Kemampuan Awal Siswa
Kelas Eksperimen ......................................................
16. Lampiran 16 Uji Normalitas Prestasi Belajar
Kelas Eksperimen 1 ...................................................
17. Lampiran 17 Uji Normalitas Prestasi Belajar
Kelas Eksperimen 2 ...................................................
18. Lampiran 18 Uji Normalitas Prestasi Belajar
Motivasi Tinggi ............................................................
19. Lampiran 19 Uji Normalitas Prestasi Belajar
Motivasi sedang ............................................................
20. Lampiran 20 Uji Normalitas Prestasi Belajar
Motivasi Rendah ...........................................................
83
84
159
160
167
168
169
176
177
178
182
186
189
191
193
197
201
205
208
212
xiii
21. Lampiran 21 Uji Homogenitas Prestasi Belajar siswa
Kelas Eksperimen 1 ...................................................
22. Lampiran 22 Uji Homogenitas Prestasi Belajar siswa
Kelas Eksperimen 2 ...................................................
23. Lampiran 23 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa ....................
24. Lampiran 24 Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ................
25. Lampiran 25 Uji Komparasi Ganda Antarkolom .............................
26. Lampiran 26 Komparasi Ganda Antarsel
pada Kolom yang Sama ..............................................
27. Lampiran 27 Uji Komparasi Ganda Antarsel
pada Baris yang sama .................................................
28. Lampiran 28 Surat izin Penelitian Dari Kantor
Kesatuan Bangsa, dan Perlindungan Masyarakat ........
29. Lampiran 29 Surat Izin Penelitian Dari Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten Rembang ....................................................
30. Lampiran 30 Surat Izin Penelitian Dari SMP N 6 Rembang ............
31. Lampiran 31 Surat Izin Penelitian Dari SMP N 2 Pamotan .............
32. Lampiran 32 Surat Izin Penelitian Dari SMP N I Gunem ................
214
216
218
220
231
233
236
240
241
242
243
244
xiii
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya prestasi hasil belajar matematika siswa SMP Negeri di Kabupaten Rembang. Alternatif pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diiringi musik Tujuan penelitian untuk mengetahui: (1) apakah prestasi belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri di Kabupaten Rembang yang menggunakan model pembelajaran STAD dengan iringan musik lebih baik dari pada pembelajaran kooperatif tipe STAD yang tidak diiringi musik pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung?.2) Apakah siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik prestasi belajarnya dari pada siswa yamg motivasi sedang atau rendah pada pokok bahasan bangun ruang sis lengkung?. 3) Manakah diantara penggunaan model tipe STAD yang diiringi musik dan model STAD tanpa iringan musik yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik untuk siswa kelas IX SMP Negeri Rembang ditinjau dari motivasi?.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan populasinya adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri di Rembang . Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified cluster random sampling. Dengan menggunakan stratified random sampling maka di dapatkan SMP Negeri 2 Pamotan sebagai sekolah kelompok atas, SMP Negeri 1 Gunem sebagai kelompok tengah dan SMP Negeri 6 Rembang sebagai kelompok bawah menurut ranking sekolah SMP Negeri se kabupaten Rembang yang dibagi menjadi tiga kelompok. Selanjutnya dengan menggunakan cluster random sampling diambil 2 kelas dari SMP Negeri 2 Pamotan dan 2 kelas dari SMP Negeri 1 Gunem dan 2 kelas dari SMP Negeri 6 Rembang yang masing-masing sekolah 1 kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan 1 kelas sebagai kelas eksperimen 2. Untuk kelas eksperimen 1 seluruhnya sebanyak 98 siswa dan kelas eksperimen 2 sebanyak 100 siswa. Teknik pengumpulan data kemampuan awal siswa dengan menggunakan nilai murni semester genap tahun pelajaran 2008/2009, dan untuk prestasi belajar memakai tes, sedangkan motivasi belajar menggunakan angket untuk mengetahui kreteria motivasi belajar siswa. Teknik analisis datanya menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama.
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan taraf signifikasi 0,05 maka penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) pembelajaran dengan Model STAD iringan musik dan STAD tanpa iringan musik memberikan hasil prestasi belajar siswa berbeda. Namun dengan melihat rataan dari prestasi belajar yang dihasilkan oleh masing-masing penggunaan model STAD iringan musik dan tanpa iringan musik, maka model pembelajaran STAD iringan musik lebih baik dari pada model pembelajaran STAD tanpa iringan musik (2) Motivasi siswa yang tinggi, sedang dan rendah memberikan hasil prestasi belajar siswa yang berbeda.
Dari uji lanjut pasca anava antar kolom diperoleh bahwa siswa yang mempunyai motivasi tinggi maka mempunyai prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang mempunyai motivasi sedang, dan siswa yang mempunyai motivasi sedang mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi rendah. Sedangkan siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai
xiii
prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi rendah. Dalam hal ini maka hipotesis kedua dikatakan teruji untuk hasil prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi sedang. Begitu juga untuk prestasi belajar pada siswa yang mempunyai motivasi sedang lebih baik daripada prestasi belajar pada siswa yang mempunyai motivasi rendah, dan siswa yang bermotivasi tinggi lebih baik prestasinya daripada yang mempunyai motivasi rendah. (3) Pada pembelajaran dengan model STAD dengan iringan musik dan pembelajaran dengan model STAD tanpa iringan musik mempunyai prestasi belajar yang sama dari siswa yang mempunyai motivasi tinggi, begitu pula siswa yang bermotivasi rendah, sedangkan siswa yang mempunyai motivasi sedang pembelajaran STAD dengan iringan musik memberikan prestasi yang lebih baik daripada pembelajaran STAD tanpa iringan musik.
ABSTRACT
This research was foreshadowed by the lower mathematics achievement of
the students of SMP Negeri in Rembang Regency. The learning alternative applied was the STAD type of cooperative learning model accompanied with the music. The objective of research is to find out: (1) whether or not the mathematics learning achievement of IX graders of SMP Negeri in Rembang Regency using STAD type of cooperative learning model with music accompaniment is better than that without music accompaniment in the subject matter of curved side structure, (2) whether or not the students with high motivation has better learning achievement that the ones with intermediate or low motivation in the subject matter of curved side structure, and (3) which one resulting in better mathematic learning achievement, STAD type of cooperative learning model with music accompaniment or that without music accompaniment, for the IX graders of SMP Negeri in Rembang Regency viewed from Students’ motivation?
This study belongs to a quasi-experimental research with the population of all XI graders of SMP Negeri in Rembang. The sampling technique employed was stratified cluster random sampling. Using the stratified cluster random sampling it was obtained the following sample: SMP Negeri 2 Pamotan as the upper group school, SMP Negeri 1 Gunem as the middle group school and SMP Negeri 6 Rembang as the lower group school according to the school rank of SMP Negeri throughout Rembang Regency divided into three groups. Furthermore, using the cluster random sampling 2 classes was taken respectively from SMP Negeri 2 Pamotan, SMP Negeri 1 Gunem and SMP Negeri 6 Rembang, each of which consists of one class for the first experiment class and one class for the second
xiii
experiment class. The number of students is 98 for the first experiment class and 100 students for the second experiment class. Technique of collecting data employed for the student’s prior competence was the pure score of even semester test of 2008/2009 school year.For the learning achievement we used a test , while for the learning motivation we used questionnaire for finding out the criteria of students learning motivation. Technique of analyzing data used was a two-way variance analysis with different cell.
Based on the result of two-way variance analysis with different cell at significance level of 0.05 in this research, it can be concluded that: (1) the learning with STAD model with music accompaniment and that without music accompaniment gives the different learning achievement. But considering the mean score of learning achievement resulting from the use of STAD model with music accompaniment and that without music accompaniment, STAD model with music accompaniment is better than that without music accompaniment, and (2) the students’ high, intermediate, and low motivations give different learning achievement.
From the inter-column post-anava advance test, it can be found that the student with high motivation has better learning achievement than the one with intermediate motivation. And the student with intermediate motivation has better learning achievement than the one with low motivation. Meanwhile the student with high motivation has better learning achievement than the one with low motivation. In this case, the second hypothesis is proven that the student with high motivation has better learning achievement than the one with intermediate motivation. Similarly, the student with intermediate motivation has better learning achievement than the one with low motivation, and the student with high motivation has better learning achievement than the one with low motivation. (3) in the STAD type of learning model with music accompaniment and that without music accompaniment, the result is the same both the students with high, and low motivation. Meanwhile in the students with intermediate motivation, STAD type of learning model with music accompaniment gives better learning achievement than that without music accompaniment.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam undang-undang nomor 20 tahun (2003:5) Sistem pendidikan
nasional mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut; Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa, berakhlak mulia sehat serta
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan adalah pondasi pertama bagi tegaknya peradaban. Beberapa
bentuk kekerasan dalam pendidikan yang masih merajalela merupakan indikator
bahwa proses atau aktivitas pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai
kemanusiaan. Pendidik masih kurang memahami tujuan pendidikan yang
merupakan upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar, cerdas
emosional, dan cerdas spiritual tanpa tekanan dan bukan menciptakan manusia
yang kerdil pasif, tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi, sehingga guru
xiii
dituntut mampu menerapkan konsep-konsep pembelajaran. Mampu
mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajarnya serta
menjunjung tinggi rasa kemanusiaan.
Pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru pada umumnya
pembelajaran siswa pasif, guru aktif. Sesuai apa yang disampaikan oleh
Marpaung (2008:1). Pembelajaran matematika masih didominasi oleh
paradigma mengajar yaitu:
a. Pembelajaran berpusat pada guru, guru aktif mentransfer pengetahuan pada pikiran siswa.
b. Matematika disampaikan (diajarkan) pada siswa sebagai produk yang sudah jadi, bukan sebagai proses.
c. Murid menerima pengetahuan secara pasif. sehingga siswa tidak mampu memecahkan masalah yang mengakibatkan rendahnya prestasi.
d. Prestasi dalam ujian nasional, untuk melampui skor 5.0 saja sangat sulit bagi banyak siswa dan menimbulkan masalah dalam masyarakat
Menurut Fatimah (2008) rataan nilai ujian nasional mata pelajaran
matematika Kabupaten Rembang tingkat SMP.
Tabel 1.1 Nilai ujian nasional mata pelajaran matematika
NO. TAHUN PELAJARAN RATAAN 1. 2003/2004 5,47 2. 2004/2005 6,53 3. 2005/2006 6,78 4. 2006/2007 6,01 5. 2007/2008 5,55 6. 2008/2009 6,32
Menurut Penulis rendahnya rataan ini disebabkan oleh kejenuhan siswa dalam
pembelajaran dan motivasi siswa yang rendah. Karena guru menggunakan model
pembelajaran yang monoton. Untuk membangkitkan motivasi guru harus
xiii
merubah paradigma agar mampu memotivasi anak didiknya, dari kurang senang
belajar matematika menjadi senang belajar matematika dengan sarana yang ada.
Dari permasalahan di atas, peneliti mencoba mengkaitkan pembelajaran
matematika dengan kebiasaan bermain musik dan mendengarkan musik, baik
lewat Hp maupun lewat media elektronik lainnya saat siswa istirahat. Hasil
amatan rata-rata siswa senang musik atau lagu-lagu, sehingga mengilhami peneliti
untuk mengkolaborasikan antara model pembelajaran STAD dengan musik.
Maka muncul suatu pertanyaan, mungkinkah suatu proses pembelajaran
matematika diiringi dengan musik? Musik adalah suatu kesenangan dan
kesenangan merupakan motivator. Bentuk suatu motivasi bisa datang dari dalam
(intrisik) juga bisa timbul dari luar (ekstrinsik).
Motivasi ekstrinsik dari faktor guru adalah penggunaan model
pembelajaran yang tidak sesuai dengan bahan ajar ataupun tidak sesuai dengan
situasi dan kondisi anak, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna dan
tidak menyenangkan. Peneliti ingin memberikan pembelajaran matematika pada
pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan model kooperatif tipe STAD.
Sedangkan untuk menciptakan motivasi, suasana dihidupkan dengan iringan-
iringan musik.
Musik adalah salah satu bentuk motivator, sebab musik dapat
mempengaruhi suasana lingkungan yang menyenangkan dan mampu
mempengaruhi cara kerja otak yang diakibatkan dari suasana yang harmonis dan
menyenangkan. Hal ini merupakan jenis motivasi yang menciptakan suasana
belajar yang fun (menyenangkan).
xiii
Dari indikator-indikator yang tampak perlu adanya perubahan model
pembelajaran. Penulis mencoba mengubah model pembelajaran konvensional
menjadi model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD). Pembelajaran tipe STAD merupakan salah satu model dalam
pembelajaran kooperatif yang sederhana dan merupakan yang baik untuk guru
yang baru memakai pendekatan kooperatif dalam kelas.
Menurut Slavin dalam Budi Isdianto (2003:8) STAD merupakan suatu
metode pembelajaran kooperatif yang efektif, pembelajaran ini terdiri dari lima
komponen utama yaitu; penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor
perkembangan dan penghargaan kelompok.
Dari beberapa permasalahan yang timbul perlu adanya model
pembelajaran yang sesuai dengan pokok materi yang diajarkan. Untuk menjawab
pertanyaan itu penulis ingin meneliti seberapa jauh efektivitas model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran matematika yang diiringi
musik pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung pada kelas IX SMP Negeri
di Kabupaten Rembang. Pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Hal ini sesuai apa yang dikatakan Dungga dalam Sutini (2007:3) “Kita
belum pernah bertemu dengan orang dalam keadaan apapun merasa enggan
mendengarkan musik”. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada manusia yang
menolak mendengarkan musik dalam keadaan bagaimanapun, baik sedih,
gembira, kerja atau istirahat, tegang atau santai bahkan sedang berfikir atau
sedang melamun.
xiii
Menurut Don Campbell dalam Hermaya (2002:220) menggambarkan
dalam tinjauan komprehensif terhadap ratusan studi yang berasosiasi dengan
Future of Music Project menemukan bahwa pelajaran musik membantu membaca,
bahasa (termasuk bahasa asing), matematika dan prestasi akademis keseluruhan.
Peneliti juga beranggapan bahwa musik meningkatkan kreativitas, memperbaiki
kepercayaan diri murid, mengembangkan keterampilan sosial, dan menaikan
perkembangan keterampilan motorik persepsi dan perkembangan psikomotor.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah tersebut
sebagai berikut :
1. Masih rendahnya prestasi belajar matematika pada pokok bahasan bangun
ruang sisi lengkung, mungkin disebabkan dari penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat.
2. Pembelajaran matematika membutuhkan suasana dan situasi yang
menyenangkan. Dimungkinkan rendahnya prestasi belajar matematika
disebabkan oleh suasana yang tidak menyenangkan.
3. Kemungkinan rendahnya prestasi belajar akibat dari motivasi siswa yang
rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka penelitian ini
dengan batasan masalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang dipakai dalam penelitian ini dibatasi pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan iringan musik lagu Ebiet G. Ade
xiii
pada kelas eksperimen 1 dan pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa
iringan musik pada kelas eksperimen 2.
2. Pokok bahasan yang dikenai model kooperatif tipe STAD dengan iringan
musik lagu Ebiet G. Ade dan model kooperatif tipe STAD yang tanpa musik
adalah bangun ruang sisi lengkung.
3. Motivasi siswa pada penelitian ini adalah motivasi siswa dalam belajar
matematika.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah tersebut di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah hasil prestasi belajar siswa dengan pembelajaran Kooperatif tipe
STAD dengan iringan musik Ebiet G. Ade lebih efektif (lebih baik) daripada
hasil prestasi belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa
musik pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung?
2. Apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik
daripada siswa yang mempunyai motivasi sedang, motivasi sedang lebih baik
dari motivasi rendah dan motivasi tinggi lebih baik dari pada motivasi rendah
pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung?
3. Manakah yang lebih baik hasil prestasi belajar dengan model kooperatif tipe
STAD iringan musik lagu Ebiet G. Ade ataukah model kooperatif tipe STAD
tanpa iringan musik pada siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang atau
rendah pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung?
E. Tujuan Penelitian
xiii
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui mana yang lebih efektif (lebih baik) hasil prestasi siswa
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD iringan musik lagu Ebiet G.Ade
ataukah pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa musik.
2. Untuk mengetahui mana yang lebih baik hasil prestasi belajar siswa yang
mempunyai motivasi tinggi ataukah siswa yang mempunyai motivasi sedang,
siswa yang mempunyai motivasi sedang lebih baik daripada siswa yang
mempunyai motivasi rendah, dan siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih
baik daripada siswa yang mempunyai motivasi rendah.
3. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik hasil prestasi belajar dengan
model kooperatif tipe STAD iringan musik lagu Ebiet G. Ade ataukah model
STAD tanpa iringan musik pada siswa yang mempunyai motivasi tinggi,
sedang atau rendah.
F. Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan masukan bagi guru matematika di SMP Negeri Kabupaten
Rembang, bahwa pembelajaran matematika dengan iringan musik dapat
digunakan sebagai model alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika.
2. Diharapkan dapat memberikan masukan pada pelaku pendidikan dalam
peningkatan mutu.
3. Dapat memberikan pengalaman sekaligus mengembangkan pengetahuan bagi
peneliti.
xiii
4. Sebagai bahan acuan dalam penelitian pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan iringan musik lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
Pada bab ini akan dibahas kajian pustaka, penelitian yang relevan,
kerangka berpikir dan hipotesis. Kajian pustaka memuat teori-teori yang berkaitan
dengan variabel penelitian. Penelitian yang relevan adalah kajian hasil penelitian
yang terkait dengan permasalahan penelitian. Kerangka berpikir adalah kaitan
antara variabel-variabel yang diteliti sehingga dapat diangkat sebagai suatu
hipotesis. Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap tepat dijadikan
jawaban dari suatu permasalah yang timbul.
A. Kajian Pustala
1. Matematika Sekolah
Menurut Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (1995:637)
matematika adalah ilmu bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan
prosedur operasional yang digunakan dipenyelesaian masalah mengenai bilangan.
Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di Pendidikan
Dasar dan Pendidikan menengah. Matematika sekolah tersebut terdiri dari bagian-
bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-
xiii
kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu kepada perkembangan
Iptek. Ini berarti bahwa matematika sekolah selain memiliki ciri-ciri penting yaitu
1) memiliki obyek dan 2). Memiliki pola pikir deduktif dan konsisten, juga tidak
dapat dipisahkan dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
GBPP (1993:1).
Tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan
sikap siswa serta juga memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan
matematika GBPP (2003:1).
Menurut Rotman dalam Brent Davis (2003) :
“Mathematics is an activity, a practice. If one observes its participants, then it would be perverse not to infer that for large stretches of time they are engaged in process of communicating with themselves and one another; an inference prompted by the constant presence of standartly presented formal written text(notes, textbooks, blackboard lectures, articles, digests, reviews, and the like) being read, written, and exchanged, and of all informal signifying activities that occur when they talk, gesticulate, expound, make guesses, disagree, draw pictures, and so on.”
Matematika adalah satu aktivitas, suatu praktek. Jika mengamati peserta-peserta
nya, lalu itu akan menjadi yang suka bertentangan bukan untuk
menyimpulkan/menduga bahwa untuk rentang waktu yang lama mereka sibuk
dengan proses tentang berkomunikasi hal yang kecil diri mereka satu sama lain,
satu kesimpulan yang diutarakan oleh kehadiran yang tetap dari teks (notes secara
prestasi yang tertulis formal yang diperkenalkan, buku teks, papan tulis memberi
kuliah, artikel-artikel, intisari-intisari, tinjauan ulang, dan semacamnya) seseorang
membaca, menulis, dan menukar, dan semua aktivitas tanda yang informal bahwa
terjadi ketika mereka berbicara, menggerakkan tangan, menguraikan terperinci,
xiii
terkaan-terkaan buatan, tidak sependapat, (menggambar/menarik) gambar-
gambar, dan seterusnya.
Soedjadi (1993:13) mengemukakan bahwa karakteristik matematika yang
penting antara lain :
1. Matematika disusun secara deduktif - aksiomatik
2. Matematika dijiwai oleh kesepakatan-kesepakatan.
3. Matematika mempunyai banyak analogi-analogi.
4. Matematika dapat mandiri dan membantu bidang lain.
5. Matematika memiliki bidang abstrak.
Depdiknas (2005:21) matematika sekolah adalah matematika yang
diajarkan di sekolah dasar sekolah menengah pertama, sekolah menengah umum.
Matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari
matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan
kependidikan dan perkembangan Iptek. Matematika sekolah tidaklah sepenuhnya
sama dengan matematika ilmu.Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki
perbedaan antara lain dalam hal 1) Penyajian, 2) Pola piker, 3) Keterbatasan
semesta dan 4) Tingkat keabstrakan.
Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan pada tingkatan
sekolah dasar dan sekolah menengah,guna membentuk penataan nalar dan
keterampilan pada matematika.
2. Belajar Matematika
Menurut Biggs dalam Juliette D. G. Goldman (2002) mengatakan bahwa:“Learning is.... a way of interacting with the world. As we learn conception of phenomena change, and we see the world differently. The
xiii
acquisition of information in itself does not bring about such a change, but the way we structure that information and think with it does. Thus education is about conceptual change, not just the acquisition of information.”
Pembelajaran adalah.... suatu cara saling berinteraksi dengan dunia. Ketika
kita belajar konsep perubahan penomena, dan kita melihat dunia dengan cara yang
berbeda. Pengadaan informasi dengan sendirinya tidak membawa tentang
perubahan itu, tetapi jalan kita bentuk bahwa informasi dan berpikir dengan
mengerjakan. Jadi; Dengan demikian pendidikan adalah suatu perubahan konsep,
tidak hanya suatu informasi.
Pembelajaran matematika adalah suatu penanaman konsep matematika
yang terjadi sebuah proses tranformasi dari konsep pengetahuan dan tindakan
kepada seseorang. Sedangkan Simon (2004:36) mengatakan bahwa :
“Learning mathematics is a process of transforming ones ways of knowing (conceptions) and acting”.
Belajar matematika adalah sebuah proses transformasi,cara seseorang dari
konsep pengetahuan dan tindakan.
Belajar matematika adalah ibarat orang buta berkacamata hitam di dalam
gedung yang gelap mencari topi hitam, sehingga bisa dikatakan belajar
matematika sama dengan belajar abstrak. Setda (2004) mengatakan belajar
bertujuan agar siswa mampu menggunakan atau menerapkan matematika yang
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan dalam belajar pengetahuan lain.
Dengan belajar matematika diharapkan pula diperoleh kemampuan bernalar pada
diri siswa yang tercermin melalui mampu berpikir kritis, logis, sistematis dan
xiii
memiliki sifat obyek, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik
dalam bidang matematika, bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Hanafi dan Abdul Manan (1998:18) belajar merupakan proses
yang memungkinkan makhluk-makhluk ini berubah perilakunya cukup cepat
dalam cara yang kurang lebih sama, sehingga perubahan yang sama tidak akan
terjadi lagi pada setiap situasi baru.
Menurut Herman Hudoyo (1990:1) mengatakan belajar merupakan
kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap
seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang. Seseorang dikatakan belajar
bila terjadi perubahan tingkah laku.Sehingga dalam diri orang itu terjadi suatu
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Jadi belajar
matematika dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi perubahan tingkah laku
yang berkaitan dengan matematika.
Dari berbagai pendapat dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses
yang terjadi pada diri seseorang atau siswa yang ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan perilaku. Perubahan perilaku itu sebagai hasil belajar yang
diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan tersebut dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
perubahan pengetahuan pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan
atau perubahan aspek lain yang ada pada individu orang yang belajar, sehingga
dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah suatu proses yang terjadi
pada seseorang yang mengakibatkan terjadinya perubahan yang berkenaan dengan
matematika.
xiii
3. Prestasi Belajar Matematika
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995:787) prestasi
akademis hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau
perguruan tinggi yang bersifat kognitif, biasanya ditentukan melalui pengukuran
dan penilaian. Prestasi belajar penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru.
Menurut Secada dalam Turmudi (2008:81) bahwa prestasi belajar
matematika adalah seberapa banyak seseorang mengetahui atau memiliki
pengetahuan matematika.
Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar
matematika adalah seberapa banyak seseorang mengetahui atau memiliki
pengetahuan matematika yang ditentukan melalui pengukuran atau penilaian.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Helen M. Doerr mengatakan (2003:110-136)
“A modeling approach to the teacing and learning of mathematica shifts the focus of the learning activity from finding a solution to apasticular problem to creating a system of relationships that is generalizable and reusable”. Model pendekatan dalam mengajar dan belajar matematika difoluskan
pada aktivitas belajar dengan menemukan pemecahan masalah secara khusus
untuk menggabungkan system gabungan secara umum dan menyatu.
Menurut Isjoni (2005:15) cooperative learning berasal dari kata
Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Dalam
xiii
cooperative learning siswa tersebut aktif pada proses pembelajaran sehingga
membentuk dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi, dapat
memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
“Johnson (dalam Isjoni 2005:15) mengemukakan “Cooperanon means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other as learning”.
Berdasarkan uraian di atas cooperative learning mengandung arti bekerja
bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif siswa
mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota keompok. Belajar
kooperatif memanfaatkan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka
dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.
Salah satu model pembelajaran matematika yang bermakna dan
menyenangkan adalah pembelajaran kooperatif. Tim instruktur Propinsi Jawa
Tengah (2000:2) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif :
1. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik)
2. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap siswa yang lebih positif.
3. Menambah motivasi dan percaya diri.
4. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman
sekelasnya.
5. Mudah diterapkan dan tidak mahal.
Menurut Budi Isdiyanto (2003:1) Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok 4 – 5 siswa
dengan tingkat kemampuan, jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda.
xiii
Slavin (2008:4) mengemukakan beberapa motivasi 1) mampu meningkatkan
pencapaian prestasi para siswa, 2) dapat mengembangkan hubungan antar
kelompok, 3) mampu bersosialisasi, 4) mampu memecahkan masalah secara
kelompok.
a. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif .
1) Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup
sepenanggungan bersama”.
2) Siswa mempunyai rasa tanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3) Siswa dalam kelompok harus berpandangan bahwa mereka semua
memiliki tujuan yang sama.
4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang
juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6) Siswa harus membagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja selama belajar.
7) Siswa akan dimintai pertanggungjawabannya secara individual materii
yang ditangani kelompok kooperatif.
b. Ciri-ciri model kooperatif
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
xiii
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
3) Bilamana mungkin anggota kelompok dibentuk dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang berbeda-beda.
4) Penghargaan berorientasi kepada kelompok ketimbang individu.
c. Tujuan pembelajaran dan hasil belajar.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran yaitu :
1) Hasil Belajar Akademik
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan
sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.
Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar.
Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas. Kelompok atas akan bertindak
sebagai tutor, kelompok bawah jadi memperoleh bantuan khusus dari
teman sebayanya. Siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan
akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor.
xiii
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu efek penting dari model
pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas terhadap perbedaan
menurut ras, budaya kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting berikut dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Selain
unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang
sulit, model ini sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan
kerjasama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif secara umum mempunyai 6
fase sebagai berikut :
Tabel 2.1 Fase-fase model pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.
Fase 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok.
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
xiii
Fase 6 Memberi penghargaan
Guru mencari cara-cara baik untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu/kelompok.
(Depdiknas ,2005: 16)
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran tipe STAD (Pembagian Pencapaian Tim Siswa) merupakan
pembelajaran yang terdiri dari beberapa siklus kegiatan yang teratur. Uraian
kegiatan pembelajaran tipe STAD menurut Budi Isdiyanto (2003:8) sebagai
berikut :
1. Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran
sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut
mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari
keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.
a. Pembukaan
1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan
mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan
demontrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata,
atau cara lain.
2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk
menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran
tersebut.
xiii
3) Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan
syarat mutlak.
b. Pengembangan
1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan
dipelajari siswa dalam kelompok.
2) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami
makna bukan hafalan.
3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan.
4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau
salah.
5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok
masalahnya.
c. Latihan Terbimbing
1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang
diberikan.
2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan
soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri
sebaik mungkin.
xiii
3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama.
Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan
langsung diberikan umpan balik.
4) Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok tugas anggota kelompok adalah menguasai
materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk
menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat
digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk
mengevaluasi diri mereka dan teman atau satu kelompok.
Pada saat pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif, guru
perlu mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama. Guru juga perlu
memberikan bantuan dengan cara memperjelas perintah, mereview konsep
atau menjawab pertanyaan. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru
sebagai berikut :
1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersama-
sama dan pindah ke meja kelompok.
2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok
Kelompok manapun yang tidak dapat menyepakati nama kelompok pada
saat itu boleh memilih kemudian.
3) Bagikan lembar kegiatan siswa.
4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga, atau
satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika
mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal
xiii
sendirian dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu
tidak dapat menjawab suatu pertanyaan, teman satu kelompoknya
bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan
jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antar
teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha
menjawab pertanyaan itu.
5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka
yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100.
Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar
tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa agar
mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-
teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika
mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman-
teman sekelompok sebelum bertanya guru.
6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas,
guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan
baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk men-dengarkan
bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebaginya.
3. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan
apa yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis
digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam
nilai perkembangan kelompok.
xiii
1) Skor Perkembangan Individu
Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan
disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
Menurut Slavin dalam Isjoni (2009:53) Skor perkembangan individu
dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan skor awal setiap siswa
memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangam skor
maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.
Penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa
terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Adapun penghitungan skor perkembangan individu adalah:
Skor Kuis Poin kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10-1poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
2) Penghargaan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan ini adalah
menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu serta
memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian
penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan
individu dalam kelompoknya.
xiii
Menurut Slavin dalam Isjoni (2009:53) Perhitungan Skor kelompok
dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor
individu dan hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah kelompok. Pemberian
penghargaan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan
menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super.
Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian
penghargaan terhadap kelompok adalah : a) kelompok dengan skor rata-
rata 15, sebagai kelompok baik, b) kelompok dengan skor rata-rata 20
sebagai kelompok hebat, dan c) kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai
kelompok super
6. Musik Pembelajaran
Alasan mengapa musik sangat penting untuk lingkungan Quantum
Learning Bobbi De Porter & Mike Hernacki dalam Nilansari (1992:72)
mengemukakan bahwa musik sebenarnya berhubungan dan mempengaruhi
kondisi psikologis anda, selama mengerjakan mental yang berat, tekanan darah
dan denyut jantung anda cenderung meningkat, gelombang-gelombang otak anda
meningkat, otot-otot anda menjadi tegang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut
jantung dan tekanan darah menurun, dan otot-otot mengendor. Relaksasi yang
diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi.
Musik Menurut Monty dan Ros Wiyani (2004: 17) memberikan nuansa yang
bersifat menghibur, sifat menghibur ini menumbuhkan suasana yang
menggembirakan dan menyenangkan bagi seorang anak. Secara umum, musik
menumbuhkan gelombang vibrasi, dan vibrasi itu menimbulkan stimulasi pada
xiii
gendang pendengaran. Stimulasi itu ditransmisikan susunan saraf pusat (limbic
system) di sentral otak yang merupakan gendang ingatan, lalu hypothalamus atau
kelenjar sentral pada susunan saraf pusat akan mengatur segala sesuatunya untuk
mengaitkan musik dengan respon tertentu.
Lazanov (1991:101-116) mengatakan bahwa :
“That music concert submitted carefully can open spandrel to study, reach insane mind, created understanding of matter is being studied carefully, activated long-range memory, and lessend hour (clock learning as a whole). Konser yang disampaikan dengan baik dapat membuka gerbang kepada
pembelajaran, menjangkau pikiran tak sadar, menciptakan pemahaman materi
yang sedang dipelajari dengan baik, mengaktifkan memori jangka panjang dan
mengurangi jam pelajaran secara keseluruhan.
Menurut Bobbi De Porter dalam Nilansari (2005:73) musik berpengaruh
pada guru dan siswa. Sebagai seorang guru anda dapat menggunakan musik untuk
menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung
lingkungan belajar. Musik membantu siswa bekerja lebih baik dan mengingat
lebih banyak. Musik merangsang meremajakan dan memperkuat belajar, baik
secara sadar maupun tidak sadar.
Menurut Bobbi De Porter dalam Alwiyah Abdurrahman ( 2005:72) irama,
ketukan dan keharmonisan musik mempengaruhi fisiologi manusia terutama
gelombang otak dan detak jantung, disamping membangkitkan perasaan dan
ingatan.Lo Zanov dalam Alwiyah Abdurrahman (2005:72) mengatakan detak
jantung orang dalam keadaan normal adalah 60 sampai 80 kali per menit.
Kebanyakan musik barat sesuai detak jantung manusia, yang sesuai dalam kondisi
xiii
belajar optimal. Memainkan musik Mozart akan mengkordinasikan nafas, irama
jantung dan irama gelombang otak. Musik ini mempengaruhi pikiran tak sadar
merangsang reseptivitas dan persepsi.
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995:676) musik
adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara diurutan, kombinasi, dan
hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai
kesatuan dan kesinambungan.
Pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2008:61) mengatakan pembelajaran
ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedang belajar dilakukan oleh siswa.
Musik pembelajaran adalah suatu alunan alat atau nada sebagai alat
ekpresi sebagai penunjang pemahaman suatu masalah sebagai upaya membantu
keberhasilan pembelajaran. Menurut Monty P. dan Roswiyani (2004:17) musik
memberikan nuansa yang menggerakkan dan menyenangkan bagi seorang anak,
musik juga mampu meningkatkan fungsi kognitif (nalar) yang penting dalam
aktivitas.
Don Campbell dalam Hermaya (2002:220) mengemukakan musik
membawa suasana positif dan santai bagi banyak kelas, juga memungkinkan
integrasi indera yang diperlukan untuk ingatan jangka panjang. Musik dapat juga
digunakan secara berhasil untuk menimbulkan kegairahan, melepaskan stress
sebelum ujian dan untuk memperkuat pokok bahasan, bahwa pelajaran musik
xiii
membantu membaca, bahasa, matematika dan prestasi akademis secara
keseluruhan
Nur Rahadian Sari (2005:18,45) berpendapat bahwa musik meningkatkan
potensi kecerdasan secara garis besar, otak kanan dan otak kiri mempunyai
kemampuan sebagai berikut: otak kanan mendengarkan musik, memanfaatkan
paduan warna menarik, ciptakan aneka symbol baru, belajar kelompok, teka-teki,
humor, lelucon, dan kreativitas. Otak kiri membaca, berhitung, membuat
rangkuman, mengerjakan PR, menganalisa, membuat penalaran dan menghafal.
Musik merupakan suatu alat yang mampu memberikan suasana belajar
yang santai dan menyenangkan dan mampu memberikan motivasi belajar yang
baik, musik mampu mempengaruhi 1). Perkembangan anak bayi 2). Membantu
perkembangan bahasa 3). Menjadi jembatan belajar membaca 4). Memberikan
perangkat bagi mental untuk memecahkan masalah 5). Meningkatkan
keterampilan kognitif 6). Menumbuhkan rasa percaya diri.
Pelatihan dengan musik memberi lebih dari sekedar hubungan sebab
akibat terhadap pekembangan bagian-bagian tetentu dari otak secara panjang.
Musik memacu keterkaitan yang lebih besar daripada yang dapat diberikan oleh
stimulus lainnya terhadap belahan otak sebelah kiri dengan yang kanan dan antara
bidang-bidang di dalam otak yang bertanggung jawab atas emosi dan ingatan.
Dengan mendengarkan musik akan menyeimbangkan perkembangan positif dari
otak manusia.
Jenis musik yang dipakai peneliti adalah jenis musik yang bersifat klasik.
Berkaitan dengan model pembelajaran, ada beberapa prinsip yang menjadi
xiii
pertimbangan untuk memilih jenis musik yaitu : fungsional, tersedia, murah,
menarik, Depdiknas dalam Sutini (2006:3).
Agar pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan perlu iringan musik
yaitu musik lagu Ebiet G. Ade. Menurut Sutini (2007 : 23) lagu-lagu Ebiet G. Ade
mampu meningkatkan apresiasi puisi dengan baik, sehingga penulis ingin
menggunakan lagu Ebiet G. Ade sebagai iringan pada pembelajaran matematika.
Lagu tersebut merupakan lagu klasik yang mampu memberikan nuansa tersendiri
bagi pendengarnya, dan jika digunakan untuk iringan pembelajaran matematika
tentu dapat meningkatkan motivasi belajar matematika. Dengan demikian musik
lagu Ebiet G. Ade mampu meningkatkan prestasi belajar dengan baik.
Peneliti memilih musik lagu Ebiet G. Ade dengan pertimbangan sebagai
berikut :
1. Lagu-lagu Ebiet G Ade bernuansa pendidikan.
2. Lagu-lagu Ebiet G Ade bernuansa religius.
3. Lagu-lagu Ebiet G Ade murah dan mudah didapat.
4. Lagu-lagu Ebiet G Ade mampu menumbuhkembangkan semangat belajar.
Adapun album lagu Ebiet G Ade yang dipakai adalah :
a. Tembang Puisi dan Kehidupan
b. Perjalanan
c. Bahasa Langit
d. Akustik
e. Seraut Wajah
f. Camelia.
xiii
Dalam pembelajaran STAD iringan musik ada beberapa tahapan atau fase
yang perlu kita lalui, sehingga pembelajaran ini akan lebih terarah. Pembelajaran
ini harus disesuaikan dengan tujuan dari kurikulum yang hendak dicapai dan harus
mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
siswa.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif secara umum mempunyai
6 fase sebagai berikut :
Tabel 2.2 Sintaks/Fase pembelajaran dengan iringan musik dalam
kooperatif tipe STAD:
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1
Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan motivasi
belajar siswa serta
menyampaikan tujuan di
berikan iringan musik
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai serta memotivasinya dan
memberikan tujuan iringan musik
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat
bacaan.
Fase 3
Mengorganisasi siswa dalam
kelompok serta mempersiap-
kan alat musik
Guru memberikan penjelasan bagaimana
membentuk kelompok dan membantu
setiap kelompok serta menghidupkan musik
lagu Ebiet G. Ade.
xiii
Fase 4
Membimbing siswa bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada
saat siswa mendiskusikan tugas dengan
diiringan musik pelan-pelan.
Fase 6
Kuis
Guru memberikan arahan pengisian kuis
serta membahasnya bersama sama.
Fase 7
Pemberian penghargaan dan
tanggapan tentang musik.
Guru memberikan cara-cara baik untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu atau kelompok serta
mencari tanggapan siswa tentang belajar
dengan musik.
7. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:666) motivasi adalah
1) Dorongan yang timbul pada seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu. 2) usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat
kepuasan dengan perbuatannya.
Menurut Winkel (1991 :93) menyatakan bahwa motivasi adalah daya
penggerak dalam diri siswa yang meninbulkan kegiatan belajar dan memberi
arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan belajar yang dikehendaki siswa
tercapai.
2. Motivasi belajar
xiii
Motivasi belajar merupakan suatu dorongan sehingga seseorang
terangsang untuk melakukan pekerjaan. W.S Winkel (1984:27) mengatakan
bahwa sesuatu yang merupakan daya penggerak yang telah tumbuh akan
berubah menjadi motif, dan motif yang berkembang menjadi aktif pada saat
tertentu, jika kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan /dihayati.
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka
tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.
Herman Hudoyo (1990:97) berpendapat bahwa motivasi merupakan
kodrat manusia , bahwa ia mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu
karena alasan tertentu. Kekuatan pendorong yang ada dalam diri orang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai sesuatu tujuan. Mulyasa
(2008:174) menyatakan bahwa kebanyakan peserta didik kurang bernafsu
untuk belajar terutama pada mata pelajaran matematika dan guru yang
menurut mereka sulit atau menyulitkan. Untuk kepentingan tersebut guru
dituntut untuk membangkitkan nafsu belajar peserta didik. Pembangkitan
nafsu atau selera belajar ini sering disebut motivasi belajar. Syaiful Sagala
(2008:102) mengatakan bahwa tindakan belajar yang memotif dapat dikatakan
sebagai tindakan belajar yang dilakukan oleh anak didik didorong kebutuhan
yang dirasakannya, sehingga tindakan itu tertuju ke arah suatu tujuan yang
diharapkan.
xiii
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
suatu dorongan atau daya penggerak di dalam diri siswa untuk melakukan
aktivitas belajar yang didorong oleh suatu kebutuhan untuk dapat menentukan
nasibnya sendiri.
3. Teori Motivasi
Slavin dalam Nurulita (2008:34) mengatakan bahwa prespektif
motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada
penghargaan atau struktur tujuan di mana para siswa bekerja. Dautsch dalam
Slavin (2008) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan yaitu 1). Kooperatif, di
mana usaha berorentasi tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada
pencapaian tujuan anggota yang lain. 2). Kompetitif, di mana usaha
berorentasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota
lainnya. 3). Individualistik, di mana usaha berorentasi tujuan dari tiap individu
tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.
Menurut Winkel (1991:93) bahwa motivasi berkaitan erat dengan :
1) penghayatan suatu kebutuhan. 2) dorongan anak memenuhi kebutuhan.
3) Pencapaian tujuan yang memenuhi kebutuhan tersebut. Komponen utama
motivasi ada tiga 1) kebutuhan, 2) dorongan 3) tujuan. Dimyati dan Mudiono
(1999:15) mengatakan bahwa kebutuhan timbul jika terjadi keinginan yang
dimiliki tidak seimbang yang diharapkan.Dorongan merupakan kekuatan
mental untuk memenuhi harapan atau pencapaian tujuan.
xiii
Beberapa prinsip motivasi adalah memberikan stimulan, penguatan,
sokongan, arahan pada perilaku seseorang yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip belajar yang ditemukan oleh para ahli ilmu belajar. Belajar merupakan
suatu proses perubahan. Perubahan-perubahan dalam belajar sulit diamati
secara langsung, kapan terjadinya perubahan itu, kapan perubahan itu
maksimal. Hal ini sangat sulit kita ketahui. Kita hanya bisa mengamati
perubahan perilaku tersebut setelah dilakukan penilaian.
Dari beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
motivasi terdiri atas dua bentuk yaitu: 1) motivasi intrinsik, suatu motivasi
dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan
bersamaan dan berkaitan dengan kegiatan belajar, peserta didik mengerjakan
tugas-tugas matematika kerna ingin mendalami matemati .2) motivasi
ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai
dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar. Motivasi siswa dalam hal ini adalah motivasi belajar
matematika tingkat tinggi, sedang dan rendah. Motivasi yang tinggi akan
memberikan korelasi yang positif dengan hasil belajar yang maksimal.
Dari penelitian Wan Zah Wan Ali disimpulkan bahwa :
“Overall, students’ motivations was found to be high and majority of the respondents were in the high level for effort but were only moderate for self efficacy. Significant difference was established in overall motivation scores between the female and male respondents, but not for the subscales effort, self-efficacy and worry. Respondents with higher CGPA obtained higher overall scores for motivation. Significant positive correlations were established between effort, self-efficacy, and overall motivation with students’ overall academic achievement. Likewise, significant positive correlations were established between effort, self-efficacy, worry, and overall motivation with students’ average mathematics achievement.”
xiii
Secara keseluruhan, motivasi siswa tinggi, dan sebagian besar responden
mempunyai tingkat usaha yang tinggi tetapi memiliki tingkat ketangguhan
sedang. Perbedaan yang siknifikan terlihat/terbentuk pada tingkat/angka motivasi
yang menyeluruh pada responden laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak terlihat
pada tingkat usaha, ketangguhan, dan kekhawatiran. Responden dengan CGPA
lebih tinggi memperoleh tngkat/ angka motivasi keseluruhan yang lebih tinggi.
Korelasi positif yang signifikan terlihat antara usaha, ketangguhan dan motivasi
menyeluruh dengan prestasi akademik siswa secara menyeluruh. Korelasi positif
yang signifikan juga terlihat/ terbentuk antara usaha, ketangguhan, dan motivasi
menyeluruh dengan pencapaian rata-rata siswa dalam matematika.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sutini 2007 yang berjudul “Penggunaan Media
Audio Syair Lagu Ebiet G Ade untuk Meningkatkan Apresiasi dan Prestasi
Siswa Dalam Pembelajaran Puisi”. Kesimpulan penggunaan media audio syair
lagu Ebiet G Ade dapat menghasilkan apresiasi puisi dengan baik sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 1
Karangkobar. Relevansinya adalah sama-sama menggunakan iringan musik
Ebiet G. Ade. Sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian Sutini lagu
Ebiet G. Ade sebagai iringan pembelajaran bahasa Indonesia, tetapi dalam
penelitian ini lagu Ebiet G. Ade sebagai iringan pembelajaran matematika.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Noornia tahun 2007 Universitas Negeri Jakarta
yang berjudul Metode Belajar kooperatif Student Teams Achievement
Divisions Sebagai Bentuk Penerapan Model Belajar dan Pembelajaran
xiii
Konstruktivis. Kesimpulan dengan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, prestasi belajar pada pembelajaran matematika dapat
meningkat. Relevansinya dengan penelitian ini adalah pembelajaran model
kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan prestasi belajar matematika,
sedangkan perbedaanya adalah dalam penelitian Noornia menggunakan
model STAD tanpa iringan musik sedangkan peneliti menggunakan model
STAD dengan iringan musik.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori di atas kerangka pemikiran dalam penelitian ini
bahwa hasil belajar salah satunya dapat dilihat dari prestasi belajar. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pristasi belajar diantaranya faktor motivasi baik motivasi
insternal maupun motivasi eksternal. Motivasi internal yang tinggi akan
menghasilkan hasil belajar yang tinggi pula, sedangkan motivasi eksternal adalah
berupa model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran harus disesuaikan
dengan materi dan kondisi lain yang ada sehingga kompetensi yang bakal dicapai
betul-betul sesuai dengan harapan.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu alternatif pembelajaran
yang sesuai dengan filsafat kontruktivisme, di mana siswa diberikan kebebasan
untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Pembelajaran tersebut merupakan
pembelajaran yang efektif dan bermakna. Pembelajaran dengan model STAD
adalah pembelajaran yang didasarkan pada kebersamaan dan sepenanggungan
dalam sebuah kelompok kecil antara empat sampai lima orang,setiap kelompok
xiii
bertanggung jawab pada anggota kelompok, artinya bila ada salah satu anggota
yang masih kesulitan maka yang mampu harus membantunya.
Pada pembelajaran dengan model STAD nilai kelompok diperoleh dari
poin yang dikumpulkan masing-masing individu dan dibagi jumlah anggota
kelompok,sehingga dalam pembelajaran ini ditekankan pada anggota kelompok
harus betul-betul paham seratus persen, agar mendapatkan poin maksimal. Untuk
pembelajaran pada kelompok eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran
STAD dengan iringan musik,sedangkan untuk eksperimen 2 menggunakan model
pembelajaran dengan STAD tanpa iringan musik. Dalam penelitian ini akan
diuraikan kaitan antara model pembelajaran dan motivasi terhadap prestasi belajar
siswa. Adapun uraiannya sebagai berikut :
1. Kaitan penggunaan model pembelajaran STAD dengan iringan musik lagu
Ebiet G. Ade dengan model STAD tanpa iringan musik terhadap prestasi
belajar matematika.
Pembelajaran dengan model STAD dengan iringan musik lagu Ebiet G. Ade
memberikan suasana yang menyenangkan sehingga mampu meningkatkan
motivasi yang maksimal, sedangkan pembelajaran dengan model STAD tanpa
iringan musik kurang menyenangkan karena suasana hanya terfokus pada
materi pelajaran saja akibatnya kurang menarik. Sehingga diduga
pembelajaran dengan model STAD iringan musik lagu Ebiet G. Ade
memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan pembelajaran
model STAD tanpa iringan musik.
2. Kaitan motivasi siswa terhadap prestasi belajar.
xiii
Sudah diuraikan di atas bahwa motivasi salah satu dorongan yang kuat dalam
proses belajar mengajar, motivasi yang tinggi memberikan prestasi belajar
siswa yang tinggi pula. Sehingga diduga siswa yang mempunyai motivasi
yang tinggi lebih baik prestasi belajarnya dibanding dengan siswa yang
bermotivasi sedang, siswa yang bermotivasi sedang lebih baik dari pada siswa
yang bermotivasi rendah dan siswa yang bermotivasi tinggi lebih baik prestasi
belajarnya dari pada siswa yang bermotivasi rendah, pada pokok bahasan
bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP Negeri Rembang.
3. Kaitan model pembelajaran dan motivasi siswa terhadap prestasi belajar.
Model pembelajaran yang kurang tepat akan memberikan suasana yang
kurang enak, proses pembelajaran tidak membuahkan hasil yang maksimal.
Untuk itu guru dituntut mampu memberikan model pembelajaran yang tepat
dengan topik yang dibahas serta memperhatikan kondisi yang ada, termasuk
kondisi tentang motivasi siswa yang harus dipacu, diberikan stimulan agar
motivasi siswa akan maksimal. Untuk siswa yang mempunyai motivasi tinggi
dengan kedua model diduga mempunyai prestasinya tetap tinggi, sedang siswa
yang bermotivasi sedang dan rendah pada umumnya kurang respon terhadap
pelajaran, dengan model STAD yang diiringi musik mereka akan lebih tertarik
dan lebih senang sehingga diduga siswa yang mempunyai motivasi sedang dan
rendah prestasinya akan lebih baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa
terdapat interaksi pengaruh penggunaan model pembelajaran dan motivasi
terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi
lengkung kelas IX SMP Negeri sekabupaten Rembang.
xiii
D. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap tepat dijadikan jawaban
dari suatu permasalahan yang timbul. Hipotesis merupakan kesimpulan yang nilai
kebenarannya perlu diuji, melihat permasalahan di atas dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
1. Pembelajaran matematika kooperatif tipe STAD dengan iringan musik lagu
Ebiet G. Ade memberikan peningkatan prestasi belajar matematika lebih baik
dari pada dengan kooperatif tipe STAD tanpa iringan musik pada pokok
bahasan bangun ruang sisi lengkung.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik
daripada siswa yang mempunyai motivasi sedang atau rendah pada pokok
bahasan bangun ruang sisi lengkung.
3. Prestasi belajar matematika siswa yang bermotivasi sedang dan rendah dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diiringi musik lagu Ebiet G.
Ade lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang tidak
diiringi musik, sedangkan siswa yang mempunyai motivasi tinggi memberikan
prestasi sama, antara model kooperatif tipe STAD dengan iringan musik lagu
Ebiet G. Ade dengan model Pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa iringan
musik.
xiii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dilakukan di SMP Negeri Kabupaten
Rembang dengan subyek penelitian siswa kelas IX semester gasal tahun
pelajaran 2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai
dengan Januari 2010 yang meliputi perencanaan penelitian, pelaksanaan
analisis data dan penyusunan laporan.Perincian waktu penelitian sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Perincian waktu penelitian
No. Nama Kegiatan Agust
2009
Sept
2009
Okt
2009
Nov
2009
Des
2009
Jan
2010
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Analisis data
xiii
4. Penyusunan Laporan
B. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan peneliti merupakan penelitian eksperimen
semu (Quasi Experimental). Peneliti bermaksud memberikan perlakuan terhadap
sampel. Selanjutnya peneliti ingin mengetahui seberapa jauh efek dari perlakuan
tersebut. Perlakuan yang dimaksud adalah pembelajaran matematika dengan
model kooperatif tipe STAD dengan iringan musik lagu-lagu Ebiet G. Ade pada
kelas eksperimen 1 dan model kooperatif tipe STAD tanpa musik untuk kelas
eksperimen 2.Desain penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 x 3.
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Motivasi (b)
Rendah (b1)
Sedang (b2)
Tinggi (b3)
Kooperatif STAD dengan musik (a1)
ab1.1 ab1.2 ab1.3 Model Pembelajaran
(a) Kooperatif STAD tanpa musik (a2)
ab2.1 ab2.2 ab2.3
Rancangan penelitian tersebut berbentuk matrik yang terdiri dari enam sel.
Secara umum setiap selnya dapat dijelaskan sebagai berikut : Model
pembelajaran (a), dan motivasi (b). Indek a1 menunjukan model pembelajaran
STAD dengan iringan musik dan a2 menunjukan model pembelajaran STAD
tanpa iringan musik. Indek b1, b2 dan b3 menunjukan motivasi tinggi,sedang dan
rendah. Indek ab1.1 menunjukan kelompok siswa yang mempunyai motivasi tinggi
xiii
yang diberi perlakuan model pembelajaran STAD dengan iringan musik, ab12
menunjukan kelompok siswa yang mempunyai motivasi sedang yang diberi
perlakuan model pembelajaran STAD dengan iringan musik dan ab13 adalah
kelompok siswa yang mempunyai motivasi rendah diberikan perlakuan model
pembelajaran STAD dengan iringan musik. Sedangkan untuk ab21 adalah
kelompok siswa yang mempunyai motivasi tinggi diberikan perlakuan
pembelajaran model STAD tanpa iringan musik, ab22 adalah kelompok siswa yang
mempunyai motivasi sedang diberikan perlakuan pembelajaran model STAD
tanpa iringan musik dan ab23 adalah kelompok siswa yang mempunyai motivasi
rendah dan diberikan pembelajaran dengan model STAD tanpa iringan musik.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian dari hal yang diteliti. Dalam penelitian ini populasinya
adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri se-Kabupaten Rembang terdiri dari
40 SMP Negeri.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari obyek yang dijadikan penelitian. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006:131) sampel ialah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster
random sampling (sampling random kelas stratifikasi) karena terdapat
tingkatan atau strata dalam populasi. Menurut Budiyono (2003:37) sampling
random stratifikasi adalah sampling random yang dikenakan kepada populasi
xiii
strata-strata, kemudian dari strata-strata tersebut ditarik anggota kelas-kelas
sampel secara random dari sub populasinya (yaitu strata-strata tersebut).
Sampel dalam penelitian ini secara teknik adalah dengan mengambil secara
acak 1 sekolah dari kelompok atas, 1 sekolah dalam kelompok tengah, dan 1
sekolah dari kelompok bawah, pengelompokan berdasarkan hasil UNAS
2008/2009. Sampel kelas kelompok atas adalah siswa SMP Negeri 2 Pamotan,
SMP Negeri 1 Gunem sebagai kelas kelompok tengah dan SMP Negeri 6
Rembang sebagai kelompok bawah. Selanjutnya dengan cara random diambil
2 kelas dari masing-masing sekolah, 1 kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan 1
kelas sebagai eksperimen 2, sehingga diperoleh sampel dalam penelitian ini
adalah untuk SMP Negeri 2 Pamotan kelas IXE sebagai eksperimen 1 dan
IXD sebagai eksperimen 2. Untuk SMP Negeri 1 Gunem kelas IXA sebagai
eksperimen 1 dan IXB sebagai eksperimen 2, sedangkan SMP Negeri 6
Rembang IXC sebagai eksperimen 1 dan IXB sebagai eksperimen 2.Sehingga
diperoleh sampel siswa kelas IXE dari SMP N 2 Pamotan, siswa kelas IXB
dari SMP N I Gunem, dan siswa kelas IXC dari SMP N 6 Rembang sebanyak
98 siswa sebagai sampel eksperimen 1 sedangkan, siswa kelas IXD dari SMP
N 2 Pamotan, siswa kelas IXA dari SMP N I Gunem dan siswa kelas IXB dari
SMP N 6 Rembang merupakan sampel kelas eksperimen 2 sebanyak 100
siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel :
xiii
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaranSTAD
dengan menggunakan iringan musik dalam pembelajaran
matematika dan motivasi belajar siswa.
1) Model Pembelajaran
a) Definisi operasional
Yang dimaksud model pembelajaran adalah suatu prosedur yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
terdiri dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD diiringi musik
untuk kelas eksperimen 1, dan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD tanpa iringan musik untuk kelas eksperimen 2.
b) Indikator
Berupa langkah-langakah dari masing-masing model pembelajaran.
c) Skala pengukuran : interval
d) Simbol A
2) Motivasi Belajar Matematika
a) Definisi Operasional
Motivasi belajar matematika adalah Keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar matematika yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar itu agar tujuan yang dikehendaki oleh siswa
tercapai.
b) Indikator
xiii
Skor angket motivasi belajar siswa.
c) Skala Pengukuran
Interval, kemudian diubah menjadi skala ordinal dengan tiga kategori:
tinggi, sedang dan rendah.
Tabel 3.3 Interval motivasi
No Interval Keterangan
1 B < mean – 0,5. SD Rendah
2 Mean – 0,5 . SD ≤ B ≤ mean + 0,5 . SD Sedang
3 B > mean + 0,5 . SD Tinggi
d) Simbol B
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika
siswa.
1). Definisi operasional
Prestasi belajar matematika adalah hasil tes prestasi belajar matematika
siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.setelah
pembelajaran selesai.
2). Skala Pengukuran : interval
3). Indikator : nilai tes prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan
bangun ruang sisi lengkung.
4). Simbol : AB
xiii
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data menggunakan metode
pokok dan metode bantu. Metode pokok yang digunakan adalah metode tes,
metode angket, sedangkan metode bantu adalah metode dokumentasi.
a. Metode Angket
Budiyono (2004:47) mengatakan bahwa metode angket adalah cara
pengumpulan data melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek
peneliti, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara
tertulis. Angket yang akan digunakan memuat pertannyaan seputar motivasi
belajar siswa dengan pertanyaan pilihan ganda dan lima alternatif jawaban.
Pemberian skor untuk setiap item positif, untuk menjawab a skor 5, menjawab
b skor 4, menjawab c skor 3, menjawab d skor 2 dan menjawab e skornya 1.
Sedangkan untuk item negatif untuk menjawab a skor 1, menjawab b skor 2,
menjawab c skor 3, menjawab d skor 4 dan menjawab e skornya 5, data yang
diperoleh digunakan untuk motivasi belajar siswa.
b. Metode Tes
Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah
pertayaan atau suruhan kepada subyek penelitian, Budiyono (2004 ;54).
Dalam penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah pilihan ganda yang
digunakan untuk pengumpulan data tentang prestasi hasil belajar matematika
kelas IX SMP dalam pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.
c. Metode dokumentasi
Budiyono (2003:54) mengatakan bahwa metode dokumentasi adalah cara
xiii
pengumpulan data dengan melihatnya dalam dukumen-dukumen yang ada.Dalam
penelitihan ini metode dukumentasi digunakan untuk mengetahui data nilai
kemampuan awal. Nilai kemampuan awal diambil dari kelas VIII semester genap
yang selanjutnya untuk mengetahui keseimbangan rata-rata antara kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 serta menganalisa data penelitian.
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan soal-soal tes untuk
memperoleh data tentang prestasi belajar matematika dan soal-soal angket untuk
memperoleh data tentang motivasi belajar matematika, untuk soal-soal tes pada
pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung pada kelas IX semester gasal SMP
Negeri Rembang tahun pelajaran 2009/2010 berdasarkan kesamaan karakteristik
subyek uji coba dengan sample penelitian.
Sebelum diujikan pada sampel penelitian, terlebih dahulu diujicobakan
pada siswa di luar kelas penelitian, dikandung maksud untuk mengetahui seberapa
jauh instrument yang akan dipakai, baik instrumen tes maupun instrumen angket
sesuai standar instrumen atau tidak.
a. Pengembangan instrumen
Langkah-langkah dalam penyusunan tes sebagai berikut :
1) Menyusun tujuan,tujuan harus sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
2) Menyusun kisi-kisi perangkat sesuai dengan pokok bahasan yang akan
diujikan dalam hal ini bangun ruang sisi lengkung, sesuai dengan
indikator.
xiii
3) Menyusun butir tes
4) Melakukan validitasi isi
Curtis L.Pyke (2003:406-432) mengatakan :
”The reading and spatial ability scores were obtained from reliable and valid published instrument”. Membaca dan kemampuan dalam penilaian diperoleh dari instrumen yang
valid dan reliabel
Menurut Budiyono (2003:58) suatu instrumen valid menurut validitas isi
apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari
keseluruhan isi hal yang akan diukur. Uji validitas isi dalam penelitian ini
dengan melakukan uji validitas terhadap soal tes yang dibuat dengan subtansi
materi bangun ruang sisi lengkung, serta kesesuaian dengan kisi-kisi yang
dibuat untuk menguji apakah isi tes sudah sesuai dengan isi kurikulum yang
hendak diukur. Agar tes hasil belajar mempunyai validitas isi, perlu
diperhatikan hal hal berikut (Budiyono, 2003:58) :
a). Bahan uji harus dapat mengukur seberapa jauh tjuan pembelajaran
tercapai baik ditinjau dari materi atau proses pembelajaran.
b). Titik berat bahan yang akan diujikan harus seimbang dengan titik berat
bahan yang diajarkan.
c). Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak diajarkan untuk menjawab
pertanyaan tes dengan benar.Untuk menilai apakah instrument tes
mempunyai validitas isi yang tinggi, biasanya penilaian ini dilakukan oleh
para pakar (experts judgment). Dalam hal ini para pakar menilai apakah
kisi-kisi yang dibuat oleh pembuat tes telah menunjukkan bahwa
xiii
klasifikasi kisi-kisi telah mewakili kisi-kisi yang akan diukur. Langkah
selanjutnya, para penilai, menilai apakah masing-masing butir tes yang
telah disusun cocok atau relevan dengan kisi-kisi yang ditentukan.
5). Uji Coba Tes
a) Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal.
Tingkat kesukaran (difficulty indek) atau kita singkat TK dapat
didefinisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar
Crocker dan Algina dalam Purwanto (2009:99). Difinisi itu dapat
dinyatakan dengan sebuah rumus dimana TK adalah jumlah peserta
yang menjawab benar dibagi banyaknya peserta.
TK = PB
åå
, Keterangan :
TK : Tingkat kesukaran
å B : Banyaknya peserta tes yang dapat menjawab soal benar.
åP : Jumlah peserta tes
Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran
No Interval Keterangan 1 0,00 – 0,32 Sukar 2 0,33 – 0,66 Sedang 3 0,67 – 1,00 mudah
(Purwanto,2009:100)
b). Daya pembeda untuk menghitung dipakai rumus
DB =R
RTT BB
SS
-SS
, Keterangan
xiii
DB =Daya Pembeda
∑TB=Jumlah peserta yang menjawab benar kelompok atas kemampuan
tinggi.
∑T = Jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi
∑RB = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang
mempunyai kemampuan rendah.
∑R = Jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan
rendah.
Klasifikasi DB adalah -1,00 ≤ DB ≤ 1,00, butir soal yang mempunyai
DB baik jika DB ≥ 0,30. Untuk penelitian ini memakai soal yang
mempunyai daya beda yang baik yaitu DB ≥ 0,30.
(Purwanto,2009:192)
1. Uji Reliabilitas tes
Reliabilitas instrumen dipakai untuk menentukan bahwa tes
mempunyai keajegan atau keterandalan instrumen tes yang akan
digunakan dalam mengambil data hasil prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Reliabilitas instrumen
menggunakan rumus Kuder – Richardson (KR-20) sebagai berikut :
÷÷ø
öççè
æ -÷øö
çèæ
-= å
2
2
11 1 t
iit
s
qps
nn
r
r11 = Indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
2ts = variansi total
xiii
pi = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir ke i
qi = 1 – pi, soal dikatakan reliabel jika r11 > 0,7 reliabilitas tinggi.
(Budiyono,2003:69)
b. Pengembangan Angket
Langkah –langkah dalam penyusunan angket sebagai berikut :
1) Menyusun tujuan, tujuan harus sesuai dengan indikator angket.
2) Menyusun kisi-kisi angket sesuai dengan indikatornya.
3) Menyusun butir angket.
4) Melakukan validitasi isi.
Untuk menilai apakah instrumen angket motivasi belajar matematika
tersebut mempunyai validitas isi, penilaian ini dilakukan oleh para pakar
atau validator (expert judgement), butir yang tidak disetujui akan dibuang
atau direvisi.
5) Uji instrumen angket
a) Uji reliabilitas angket
Penelitian ini akan menggunakan uji reliabilitas dengan teknik Cronbach
Alpha
÷÷ø
öççè
æ-÷
øö
çèæ
-= å
2
2
11 11 t
i
s
s
nn
r
r11 = koefisien reliabilitas
n = jumlah butir,
si2 = variansi butir,
xiii
st2 = variansi total
Dalam penelitian ini instrumen angket dikatakan reliabel jika
memenuhi r11 ≥ 0,07.
b) Konsistensi internal butir angket
))()()((
))((2222 YYnXXn
YXXYnrxy
S-SS-S
SS-S= , dengan :
rxy : Indek konsistensi internal untuk butir ke- i
n : Banyaknya subyek yang dikenai tes (istrumen)
X : Skor untuk butir ke- i ( dari ubyek uji coba )
Y : Total skor ( dari subyek uji coba )
Jika indeks konsistensi internalnya untuk butir ke- i kurang dari 0, 3
maka butir tersebut harus dibuang.
(Budiyono, 2003:65)
E. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian ini menggunakan program statistik, dengan tingkat
signifikan sebesar 0,05. Teknik analisis data meliputi uji pendahuluan yaitu uji
keseimbangan, sedangkan uji prasarat analisis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas seagai berikut :
1. Uji Keseimbangan
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen 1 dan
eksperimen 2 dalam keadaan seimbang atau tidak sebelum dikenai perlakuan.
Statistik uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan mean
xiii
yang berarti dari dua sampel. Data yang digunakan adalah nilai UAS murni
semester genap kelas VIII tahun pelajaran 2008/2009. Statistik uji yang
digunakan adalah uji t.
a. Hipotesis
Ho : m1 = m2 (kelompok mempunyai kemampuan awal sama)
H1 : m1 ≠ m2 (kelompok mempunyai kemampuan awal berbeda)
b. Tingkat signifikan a = 0,05
c. Statistik uji
21
21
11
)(
nns
xxt
p +
-= ~t(n1+n2 – 2)
2
)1()1(
21
222
2112
-+-+-
=nn
snsnsp
t : t hitung
1x : rata-rata nilai ulangan kelompok eksperimen 1
2x : rata nilai ulangan kelompok eksperimen 2
21s : Variansi kelompok eksperimen 1
22s : Variansi kelompok eksperimen 2
n1 : Jumlah siswa kelompok eksperimen.1
n2 : Jumlah siswa kelompok eksperimen 2
d. Daerah kritik Dk = {t | t < - ν,
2αt atau t >
ν,2αt }
e. Keputusan uji :
xiii
Ho ditolak jika t Î DK
(Budiyono 2004 : 151)
2. Uji Prasyarat
a) Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang didapat dan populasi
yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas digunakan uji
Lilliefors.
1) Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
2) Tingkat signifikan (a = 5%)
3) Statistik uji
L = maks )()( ii zSzF -
Dengan
sXX
z ii
-= , (s = standar deviasi)
F (zi) = P (Z ≤ zi), Z ~ N (0,1)
s (zi) : Proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh zi
4) Daerah kritik
Dk = {L | L > La : n } dibandingkan dengan Ltabel yang diperoleh
dari Lillefors
xiii
5) Keputusan uji
Ho ditolak jika L hitung terletak di daerah kritik.
6) Kesimpulan
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, jika Ho
diterima
(Budiyono 2004: 170)
b). Uji Homogenitas
Uji homogenitas dipakai untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak (uji Bartlet).
1) Hipotesis
Ho : 222
21 ... ksss === (variansi populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2) Tingkat signifikan a = 0,05
3) Statistik uji
)loglog(303,2 22
jj sfRKGfc
S-=c
Keterangan :
)1(22 ~ -kcc
k = banyaknya sampel
N = banyaknya seluruh nilai
j = 1, 2, 3
xiii
f = N – k = derajat bebas untuk RKG
fj = nj – 1 = derajat bebas 2js ; j = 1,2,…., k
SSj = å å-n
XX
22 )(
dan
RKG = Rataan kuadrat galat åå=
j
j
f
)SS(
c = úúû
ù
êêë
é-
-+ å ffk j
11)1(3
11
4) Kriteria uji
Ho ditolak jika )1,(22
-> kacc
5) Keputusan uji
Ho ditolak jika 2c terletak didaerah kritik.
6) Kesimpulan
Populasi homogen jika Ho diterima
(Budiyono, 2004 : 177)
3. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian dengan analisis data digunakan variansi dua
jalan 2x3 dengan frekuensi sel tak sama.
a. Tujuan
Analisis variansi dua jalan yang merupakan tindak lanjut dari
analisis variansi satu jalan bertujuan untuk membandingkan rata-rata
beberapa populasi baik rata-rata baris maupun rata-rata kolom dalam
sel. Anava dua jalan bertujuan untuk menguji signifikansi perbedaan
xiii
efek baris, kolom, dan kombinasi efek baris dan kolom terhadap variabel
terikat.
Hipotesis penelitian dengan analisis dua jalan 2 x 3 dengan sel tak
sama, dengan model sebagai berikut :
Yijk = m + ai+ bj + (ab)ij + eijk
Keterangan :
Yijk = data (nilai) ke k pada baris ke-i dari kolom ke-j
m = rerata dari seluruh data
ai = efek baris ke i terhadap Xijk
bj = efek kolom ke j terhadap Xijk
(ab)ij = kombinasi efek baris ke i dan kolom ke j terhadap Xijk
Kombinasi efek baris ke i dan kolom ke j pada variabel terikat.
eijk = galat eksperimen yang berdistribusi normal.
i = baris ke 1, 2. p = banyaknya baris = 2
j = kolom ke 1, 2, dan 3 q = banyaknya kolom = 3
k = 1, 2, ..., nij, nij = cacah pengamatan per sel.
(Budiyono, 2004 : 213)
b. Prosedur
Ada tiga pasang hipoteses yang diuji dengan analisis variansi dua jalan.
Tiga pasang tersebut adalah :
H0A : ai = 0 untuk setiap i = 1, 2
H1A : paling sedikit ada satu ai yang tidak nol
H0B : bj = 0, untuk setiap j = 1, 2, 3
xiii
H1B : paling sedikit ada satu bj yang tidak nol
H0AB : (ab)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, dan j = 1, 2, 3
H1AB : paling sedikit ada satu (ab)ij yang tidak nol
Tiga pasang hipotesis di atas ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis
berikut :
H0A : tidak ada perbedaan efek antar baris (faktor A) terhadap
variabel terikat
H1A : ada perbedaan efek antar baris (faktor A) terhadap variabel
terikat
H0B tidak ada perbedaan efek antar kolom (faktor B) terhadap
variabel terikat
H1B : ada perbedaan efek antar kolom (faktor B) terhadap variabel
terikat
H0AB : tidak ada interaksi antar variabel bebas faktor A dan faktor B)
terhadap variab terikat.
H1AB : ada interaksi antar variabel bebas faktor A dan faktor B)
terhadap variabel terikat.
c. a = 5 %
d. Komputasi
1) Komponen jumlah kuadrat
nij = banyaknya data amatan pada sel ij
hn = rataan harmonis frekuensi seluruh sel ij
N =
åij ijn
pq1
N = banyaknya data seluruh amatan.
N = åij
ijn
xiii
SSij = åå ú
û
ùêë
é
-k ijk
kijk
ij n
x
x
2
2 = Jumlah kuadrat deviasi data
amatan pada sel ij
ijAB = rataan pada sel ij
Ai = åi
ijAB = jumlah rataan pada baris ke i
Bj = åj
ijAB = jumlah rataan pada kolom ke j
G = åy
ijAB = jumlah rataan semua sel
Besaran analisis varian
1 pqG 2
= 3 = åi
i
q
A2
5 = 2)( ijij
ABå
2 = åij
ijSS 4 = åj
j
p
B 2
2) Formula jumlah kuadrat
JkA = { })1()3( -hn = Jumlah kuadrat baris
JkB = { })1()4( -hn = Jumlah kuadrat kolom
JkAB = { })4()3()5()1( --+hn
= Jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom.
JkG = (2)
JkT = JkA + JkB + JkAB + JkG
JKT = Jumlah kuadrat total
3) Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat.
xiii
dkA = p – 1
dkAB = (p – 1) (q – 1)
dkT = N – 1
dkB = q – 1
dkG = N – pq
4) Rataan kuadrat, RkA = dkAJkA
, RkB =dkBJkB
RkAB = dkABJkAB
RkG = dkGJkG
e. Statistik uji
1) Untuk H0A adalah Fa = RkGRkA
merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq.
2) Untuk H0B adalah Fb = RkGRkB
yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan
N – pq
3) Untuk H0AB adalah Fab = RkGRkAB
yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1) dan
N – pq.
f. Daerah kritik
Untuk masing-masing nilai F di atas daerah kritiknya :
1) Daerah kritik untuk Fa adalah
Dk = { Fa | Fa > Fα ; p – 1, N – pq}
xiii
2) Daerah kritik untuk Fb adalah
Dk = { Fb | Fb > Fα ; q – 1, N – pq}
3) Daerah kritik untuk Fab adalah
Dk = { Fab | Fab > Fα ; (p – 1) (q – 1), N – pq}
Tabel 3.5. Rangkuman Analisis Variansi
Sumber Variansi
Efek utama Jk db Rk Fobs Fα
A Baris jkA dkA RkA Fa Fα ; (p – 1) , N – pq B Kolom jkB dkB RkB Fb Fα ; (q – 1) , N – pq Interaksi AB jkAB dkAB RkAB Fab Fα ; ( p – 1 ) (q – 1) , N – pq Kesalahan jkG dkG RkG Total jkT dkT
g. Keputusan uji
H0A ditolak jika Fa > Fα ; (p – 1) , N – pq
H0B ditolak jika Fb > Fα ; (q – 1) , N – pq
H0AB ditolak jika Fab > Fα ; ( p – 1 ) (q – 1) , N – pq
(Budiyono, 2004:227 – 230)
4. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut Anava (komparasi ganda) adalah uji lanjut apabila uji analisis
varian H0 ditolak. Tujuannya untuk melakukan analisis rerata setiap pasangan
kolom, baris dan setiap pasangan sel. Metode ini yang dipakai adalah metode
Scheffe.
Beberapa langkah dalam menerapkan metode Scheffe yaitu :
a) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
xiii
b) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
c) Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Analisis variansi dua jalan.
Untuk komparasi rerata antar kolom.
)11
(
)( 2
ji
jiji
nnRKG
XXF
+
-=-
Untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama.
)11
(
)( 2
ikij
jiikij
nnRKG
XXF
+
-=-
Untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
kjij
kjijkjij
nnRKG
XXF
11
2
d) Menentukan tingkat signifikan α = 0,05
e) Menentukan daerah kritik ( DK ) dengan menggunakan rumus sebagai
berikut. Pada analisis variansi dua jalur.
Daerah kritik untuk komparansi antar kolom.
)1({ ->= qFFDK Fa ; q – 1, N – pq }
Daerah kritik untuk komparansi antar sel pada baris yang sama dan pada
kolom yang sama.
)1({ ->= pqFFDK Fa ; pq – 1, N – pq }
xiii
f) Menentukan keputusan uji ( beda rerata ) untuk setiap pasang komparasi
rerata.
g) Menyusun rangkuman analisis ( komparasi ganda )
( Budiyono, 2004: 201 – 204)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Hasil Pengembangan Instrumen
a. Uji Validitas Isi
Untuk uji validasi isi pada soal tes pristasi belajar siswa dari 40 soal
kategori valid, sedangkan untuk soal motivasi belajar sebanyak 35 soal semuanya
dinyatakan valid (lihat Tabel 4.1, 42, Lampiran 8 dan 9).
b. Tingkat Kesukaran
Hasil uji tingkat kesukaran instrumen tes diperoleh 25 soal tes semua
dikategori sedang, karena terletak antara 0,33 sampai 0,66 dan 15 soal butir tes
dikategorikan mudah karena terletak di atas 0,66, kriteria berada pada (Tabel 3.4
Hal 42) dari 40 butir soal akan dipakai 30 butir soal sebagai instrumen tes prestasi
belajar siswa. (lihat Tabel 4.1 dan Lampiran10)
c. Daya Beda dan Konsistensi Internal
Berdasarkan hasil perhitungan uji daya pembeda instrumen tes maka dapat
dilihat bahwa dari 40 soal tes, terdapat 31 soal yang memiliki daya beda lebih dari
0,3, dalam tes prestasi belajar soal yang daya bedanya kurang dari 0,3 maka soal
itu perlu dibuang sebanyak 9 butir soal peneliti hanya memakai soal sebanyak 30
xiii
butir dengan daya pembeda lebih dari 0,3. (Tabel 4.1, Lampiran 10).Untuk butir
soal motivasi semuanya memiliki konsistensi internal di atas 0,30 sehingga butir
soal motivasi layak dipakai.(lihat Tabel 4.1, Lampiran11)
d. Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas soal motivasi ternyata diperoleh hasil yang reliabel
dengan r11= 0,845 yang berarti di atas standar minimum yaitu 0,70.Sedangkan
untuk soal tes prestasi belajar tingkat reliabilitasnya = 0,904 juga diatas standar
minimum sebesar 0,70. yang berarti tingkat reliabilitasnya tinggi. (Perhitungan
secara rinci dapat dilihat pada (Lampiran 10 dan 11).
e. Rangkuman Uji Instrumen
Bedasarkan hasil uji validitas isi instrumen, uji tingkat kesukaran
instrumen, uji daya beda instrumen dan uji reliabilitas instrumen dapat dirangkum
dalam tabel berikut :
Tabel. 4.1 Rangkuman Uji coba Instrumen Tes Prestasi Belajar
No Validitas Isi Tingkat Kesulitan
Daya Beda Kriteria
1 Valid 0,687 0.380 Baik 2 Valid 0,687 -0,130 Jelek 3 Valid 0,688 0,500 Baik 4 .Valid 0,531 0,190 Jelek 5 .Valid 0,531 0,190 Jelek 6 Valid 0,625 -0,130 Jelek 7 Valid 0,563 0,130 Jelek 8 Valid 0,688 0,500 Baik 9 Valid 0,469 0,310 Jelek 10 Valid 0,563 0,500 Baik 11 Valid 0,500 0,500 Baik
xiii
12 Valid 0,688 0,380 Baik 13 Valid 0,656 0,190 Baik 14 Valid 0,656 0,690 Baik 15 Valid 0,688 0,630 Baik 16 Valid 0,594 0,560 Baik 17 Valid 0,594 0,440 Baik 18 Valid 0,688 0,250 Jelek 19 Valid 0,688 0,000 Jelek
20 Valid 0,594
0,560 Baik
21 Valid 0,625 0,250 Jelek 22 Valid 0,594 0,440 Baik 23 Valid 0,688 0,500 Baik 24 Valid 0,688 0,630 Baik 25 Valid 0,656 0,560 Baik 26 Valid 0,688 0,380 Baik 27 Valid 0,688 0,500 Baik 28 Valid 0,500 0,630 Baik 29 Valid 0,375 0,500 Baik 30 Valid 0,688 0,630 Baik 31 Valid 0,438 0,380 Baik 32 Valid 0,625 0,750 Baik 33 Valid 0,688 0,500 Baik 34 Valid 0,688 0,630 Baik 35 Valid 0,656 0,560 Baik 36 Valid 0,656 0,690 Baik 37 Valid 0,656 0,440 Baik 38 Valid 0,531 0,560 Baik 39 Valid 0,688 0,380 Baik 40 Valid 0,656 0,440 Baik
Tabel. 4.2. Rangkuman Uji Instrumen Angket Motivasi No. Validitas Isi Konsistensi Internal Kriteria 1 Valid 0,367 Baik 2 Valid 0,753 Baik 3 Valid 0,402 Baik 4 Valid 0,349 Baik 5 Valid 0,554 Baik 6 Valid 0,316 Baik 7 Valid 0,372 Baik 8 Valid 0,330 Baik 9 Valid 0,416 Baik
xiii
10 Valid 0,514 Baik 11 Valid 0,817 Baik 12 Valid 0,362 Baik 13 Valid 0,303 Baik 14 Valid 0,582 Baik 15 Valid 0,349 Baik 16 Valid 0,485 Baik 17 Valid 0,357 Baik 18 Valid 0,413 Baik 19 Valid 0,543 Baik 20 Valid 0,337 Baik 21 Valid 0,394 Baik 22 Valid 0,580 Baik 23 Valid 0,387 Baik 24 Valid 0,413 Baik 25 Valid 0,456 Baik 26 Valid 0,356 Baik 27 Valid 0,520 Baik 28 Valid 0,327 Baik 29 Valid 0,475 Baik 30 Valid 0,336 Baik 31 Valid 0,490 Baik 32 Valid 0,417 Baik 33 Valid 0,616 Baik 34 Valid 0,358 Baik 35 Valid 0,420 Baik
Berdasarkan uji instrument instrument 35 soal dinyatakan mempunyai
konsistensi internal yang baik. Dari 35 soal tersebut peneliti hanya memilih 30
soal sebagai instrument penelitian.
f. Data Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan pengambilan data motivasi siswa dengan melalui angket
motivasi yaitu rata-rata nilai untuk kelas eksperimen 1 adalah 122,89 dan rata-
rata kelas eksperimen 2 adalah 123,48 sedangkan rata nilai prestasi belajar siswa
kelas Eksperimen 1 adalah 69,28, sedangkan untuk kelas eksperimen 2 adalah
xiii
64,87. Berdasarkan hasil pengolahan data motivasi siswa maka dapat dilihat
standart deviasi untuk kelas Eksperimen 2 adalah 9,56. Sedangkan standart
deviasi untuk kelas eksperimen 1 adalah 10,53. Dari standart deviasi maka dapat
dilihat kriteria motivasi siswa yang dibagi menjadi tinggi, sedang dan rendah,
kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
Kelompok tinggi dengan skor ≥ SDX21
+
Kelompok sedang dengan skor SDX21
- < skor < SDX21
+
Kelompok tinggi dengan skor ≤ SDX21
-
Setelah data motivasi siswa dikelompokkan menjadi kemampuan tinggi,
sedang dan rendah maka hasil pengolahan data tersebut dilihat dalam rangkuman
berikut : (Perhitungan terperinci pada Lampiran 14)
Tabel. 4.3. Rangkuman Jumlah Siswa dan rataan Motivasi
Motivasi
Tinggi Sedang Rendah
n X n X n X
SD Jumlah
Siswa
Kelas
Eksperimen
2
25 136,00 50 122,76 25 112,40 10,53 100
Kelas
Eksperimen
1
25
136,08
49
122,45
24
110,04
9,56 98
Jumlah
Siswa 50 99 49
189
xiii
Berdasarkan uji prestasi belajar setelah dilakukan pembelajaran dengan
model STAD tanpa iringan musik dan model STAD dengan iringan musik lagu
ebit G. Ade maka hasil pengolahan data tersebut dilihat pada rangkuman berikut :
Tabel. 4.4. Rangkuman Rataan Prestasi Belajar Siswa
Tinggi Sedang Rendah
Rataan Marginal Total Ket
Kls.Eksperimen 1 78,0552 69,9300 58,8300 69,2844 206,8152 A1 Kls.Eksperimen 2 75,5244 65,0016 53,9460 64,8684 194,4720 A2 Rataan Marginal
76,7898 67,4409 56,3382
Total 153,5796 134,9316 112,7760 401,2872 G
B. Hasil Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen 1 dan
kelas Eksperimen 2 menggunakan uji t dengan α = 0,050. Adapun hasil
perhitungannya dapat dilihat bahwa tobs = 0,089 sedangkan untuk ttabel = 1,960.
Hal ini menyatakan bahwa sampel pada kelas Eksperimen 1 mempunyai
kemampuan awal yang seimbang dengan kelas eksperimen 2, karena tobs < ttabel.
( Perhitungan terperinci pada Lampiran 14.1)
2. Uji Normalitas
Uji normalitas prestasi belajar siswa untuk kelas Eksperimen 1,
Lobs = 0,0703 sedangkan untuk L tabel = 0,0895. Hal ini menyatakan bahwa sampel
pada kelas Eksperimen 1 mempunyai populasi yang berdistribusi normal, karena
Lobs < L tabel. Adapun untuk kelas eksperimen 2 dapat dilihat Lobs = 0,0764
sedangkan untuk Ltabel = 0,0886. Hal ini menyatakan bahwa sampel pada kelas
eksperimen 2 mempunyai populasi yang terdistribusi normal, karena Lobs <L tabel,
xiii
untuk uji normalitas motivasi tinggi Lobs= 0,0868 sedangkan Ltabel= 0,1254. Hal
ini menyatakan bahwa sampel pada siswa bermotivasi tinggi berdistribusi
normal,karena Lobs< Ltabel. Untuk uji normalitas siswa bermotivasi sedang adalah
Lobs = 0,0872 sedangkan Ltabel = 0,0891 maka bisa dikatakan sampel siswa
bermotivasi sedang berdistribusi normal sebab Lobs < Ltabel (lihat Lampiran 21).
Untuk uji normalitas siswa motivasi rendah Lobs = 0,1023 sedangkan Ltabel =
0,1266 sehingga dikatakan sampel siswa yang bermotivasi rendah berdistribusi
normal sebab Lobs < Ltabel (lihat Lampiran 16-20).
3.Uji Homogenitas
Uji homogenitas prestasi belajar siswa untuk kelas Eksperimen 1 dapat
dilihat χ2obs = 4,7275 sedangkan untuk χ2
tabel = 5,9910. Hal ini menyatakan bahwa
semua variansi pada kelas Eksperimen 1 yang terdiri dari tiga kriteria mempunyai
homogenitas yang sama, karena χ2obs < χ2
tabel. Adapun untuk kelas eksperimen 2
dapat dilihat χ2obs = 0.7335 sedangkan untuk χ2
tabel = 5,9910. Hal ini menyatakan
bahwa semua variansi pada kelas eksperimen 2 yang terdiri dari tiga kriteria
mempunyai homogenitas yang sama, karena χ2obs< χ2
tabel.( Perhitungan terperinci
pada Lampiran 14.3).
C. Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan hasil perhitungan (Perhitungan terperinci pada Lampiran 23
halaman 132) pengujian penelitian dengan menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama (2 X 3) maka dapat dilihat pada tabel rangkuman
berikut (lihat Lampiran 15)
Tabel .4.5. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
xiii
Sumber JK dk RK Fobs Ftabel
Model pembelajaran (A) 753,9513 1 753,9510 18,6115 3,84
Motivasi Siswa (B) 12389,2340 2 6194,6200 152,9160 3,00
Interaksi (AB) 809,8119 2 404,9060 9,9952 3,00
G 7,7779 192 40,5100
Total 21730,8990 197
Berdasarkan tabel rangkuman analisis variansi dua jalan sel tak sama
terlihat dan disimpulkan bahwa :
1. Pembelajaran dengan model STAD dengan iringan musik lagu Ebiet G.Ade
berbeda dari pada dengan model STAD tanpa iringan musik. Dengan melihat
reratanya, untuk rerata skor tes eksperimen 1 sebesar 69,2644 sedang untuk
rerata eksperimen 2 yaitu 64,8684, maka model STAD 1 iringan musik lebih
baik dari pada STAD tanpa iringan musik.
2 Pada motivasi belajar siswa yang berbeda maka memberikan prestasi belajar
yang berbeda pula.
3 Terdapat interaksi antara model pembelajaran STAD dengan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar siswa.
D. Hasil Uji Lanjut Hipotesis
1. Komparasi Ganda Antar Kolom
Uji lanjut analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan
menggunakan metode Scheffe. Hasil perhitungan komparasi ganda antar kolom
dapat dilihat pada tabel berikut : (Perhitungan terperinci pada Lampiran 16)
Tabel 4.6. Rangkuman Data Komparasi Ganda Antar Kolom
xiii
Hasil H0 Ftabel Keputusan
71,6767 µ.1 = µ.2 (3-1). 3,00 = 6 H0 ditolak
99,7399 µ.2 = µ.3 (3-1). 3,00 = 6 H0 ditolak
255,5205 µ.1 = µ.3 (3-1). 3,00 = 6 H0 ditolak
Dari tabel rangkuman data komparasi ganda antar kolom dan antar baris
terlihat sehingga dapat disimpulkan bahwa :
1. Prestasi belajar pada siswa yang bermotivasi tinggi berbeda dengan siswa
yang bermotivasi sedang. Dengan melihat rataan masing-masing kolom
maka diperoleh untuk siswa yang mempunyai motivasi tinggi berbeda dari
pada prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi sedang.
2. Prestasi belajar pada siswa yang bermotivasi sedang berbeda dengan siswa
yang bermotivasi rendah. Dengan melihat rataan masing-masing kolom
maka diperoleh untuk siswa yang mempunyai motivasi sedang berbeda dari
pada prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi rendah.
3. Prestasi belajar pada siswa yang bermotivasi tinggi berbeda dengan siswa
yang bermotivasi rendah. Dengan melihat rataan masing-masing kolom
maka diperoleh untuk siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik dari
pada prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi rendah
2. Komparasi Ganda Antar Sel pada Kolom yang Sama
Uji lanjut analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan
menggunakan metode Scheffe. Hasil perhitungan komparasi ganda antar sel pada
kolom yang sama dapat dilihat pada tabel berikut : (Perhitungan terperinci pada
Lampiran 17).
Tabel 4.7. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom Yang Sama
xiii
Hasil H0 Ftabel Keputusan
1,9764 µ11 = µ21 (6-1), 2,21 = 11,05 H0 diterima
14,8382 µ12 = µ22 (6-1), 2,21 = 11,05 H0 ditolak
7,2102 µ13 = µ23 (6-1), 2,21 = 11,05 H0 diterima
Dari tabel rangkuman data komparasi ganda antar sel pada kolom yang
sama dapat disimpulkan :
1. Pada siswa yang mempunyai motivasi tinggi prestasi belajar siswa dengan
menggunakan model STAD iringan musik lagu Ebiet G. Ade sama dengan
model STAD tanpa iringan musik
2. Pada siswa yang mempunyai motivasi sedang prestasi belajar siswa dengan
menggunakan model STAD iringan musik lagu Ebiet G.Ade menghasilkan
prestasi yang berbeda dari pada model STAD tanpa iringan musik.
3. Pada siswa yang mempunyai motivasi rendah prestasi belajar siswa dengan
menggunakan model STAD yang diiringi musik lagu Ebiet G. Ade sama
dengan model STAD tanpa iringan musik.
3. Komparasi Ganda Antar Sel pada Baris yang sama
Uji lanjut analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan
menggunakan metode Scheffe. Hasil perhitungan komparasi ganda antar sel pada
baris yang sama dapat dilihat pada tabel berikut : (Perhitungan terperinci pada
lampiran 18)
Tabel 4.8. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel pada Baris yang Sama
xiii
Hasil H0 Ftabel Keputusan
26,9781 µ11 = µ12 (6-1), 2,21 = 11,05 H0 ditolak
48,9970 µ12 = µ13 (6-1), 2,21 = 11,05 H0 ditolak
111,7212 µ11 = µ13 (6-1), 2,21 = 11,05 H0 ditolak
45,5565 µ21 = µ22 (6-1), 2,21 = 11,05 H0 ditolak
50,2866 µ22 = µ23 (6-1), 2,21 = 11,05 H0 ditolak
143,6770 µ21 = µ23 (6-1), 2,21 = 11,05 H0 ditolak
Dari tabel rangkuman data komparasi ganda antar sel pada kolom yang
sama dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada pembelajaran model STAD tanpa musik, prestasi belajar siswa motivasi
tinggi berbeda dari pada siswa motivasi sedang.
2 Pada pembelajaran model STAD tanpa iringan musik lagu, prestasi belajar
siswa motivasi sedang berbeda dari pada siswa yang mempunyai motivasi
rendah.
3 Pada pembelajaran model STAD tanpa iringan musik, prestasi belajar siswa
motivasi tinggi berbeda dari pada siswa motivasi rendah.
4. Pada pembelajaran model STAD dengan iringan musik lagu Ebiet G. Ade,
prestasi belajar siswa motivasi tinggi berbeda dari pada siswa motivasi sedang
5. Pada pembelajaran medel STAD yang di iringi musik lagu Ebiet G.
Ade,prestasi belajar siswa motivasi sedang berbeda dari pada siswa motivasi
rendah.
xiii
6. Pada pembelajaran model STAD diiringi musik lagu Ebiet G. Ade, prestasi
belajar siswa motivasi tinggi berbeda dari pada siswa rendah.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan α =0,05
diperoleh Fobs=18,6115 lebih dari Ftabel = 3,84 sehingga H0A ditolak. Ini berarti
model STAD iringan musik lagu Ebiet G. Ade memberikan hasil prestasi belajar
yang berbeda dengan pembelajaran dengan model STAD tanpa iringan musik
pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung SMP kelas IX . Dengan melihat
rataan prestasi belajar siswa dikatakan bahwa pembelajaran dengan model STAD
diiringi musik lagu Ebiet G. Ade berbeda dari pada pembelajaran model STAD
tanpa iringan musik.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan α =0,05
diperoleh Fobs= 152,916 lebih dari Ftabel = 3,0000 sehingga H0B ditolak. Ini berarti
siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang, dan rendah memberikan hasil
prestasi belajar siswa yang berbeda pada pokok bahasan bangun ruang sisi
lengkung kelas IX SMP.
Berdasarkan perhitungan komparasi ganda antar kolom dengan α =0,05
diperoleh F1-2=71,6767 lebih besar dari Ftabel = 6,0000 sehingga H0 ditolak. Ini
berarti, siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai prestasi belajar
berbeda dari pada siswa yang bermotivasi sedang. Selanjutnya, pada kolom kedua
dan ketiga diperoleh F2-3 = 99,7299 lebih dari Ftabel = 6,0000 sehingga H0
xiii
ditolak. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa yang mempunyai motivasi sedang
mempunyai prestasi belajar berbeda dari pada siswa yang bermotivasi rendah.
Pada kolom kesatu dan ketiga diperoleh F1-3 = 255,5205 lebih dari Ftabel = 6,0000
sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa siswa yang mempunyai motivasi tinggi
mempunyai prestasi belajar berbeda dari pada siswa yang motivasinya rendah.
Dalam hal ini maka hipotesis kedua dikata teruji untuk hasil prestasi belajar siswa
yang mempunyai motivasi tinggi berbeda dari pada siswa yang mempunyai
motivasi sedang. Begitu juga untuk prestasi belajar pada siswa yang mempunyai
motivasi sedang berbeda daripada prestasi belajar pada siswa yang mempunyai
motivasi rendah dan prestasi belajar siswa yang bermotivasi tinggi berbeda dari
pada prestasi siswa yang bermotivasi rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan α =0,05
diperoleh Fobs= 9,9952 lebih dari Ftabel = 3,000 sehingga H0AB ditolak. Ini berarti
Model STAD diiringi musik lagu Ebiet G. Ade dan motivasi siswa terdapat
interaksi terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi
lengkung.
Berdasarkan perhitungan komparasi ganda antar sel pada kolom yang
sama dengan α = 0,05. Pada kolom pertama diperoleh F11-21 = 1,9764 kurang dari
Ftabel = 11,0500 dan sehingga H0 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa siswa
yang diberikan pembelajaran model STAD yang diiringi musik mempunyai
prestasi yang sama dengan pembelajaran model STAD tanpa iringan musik
terhadap prestasi belajar matematika pada siswa yang mempunyai motivasi tinggi.
xiii
Selanjutnya pada kolom kedua diperoleh F12-22 = 14,8382 lebih dari Ftabel =
11,0500 sehingga H0 ditolak, maka dapat dikatakan bahwa model STAD yang
diiringi musik lagu Ebiet G. Ade mempunyai prestasi berbeda dari pada dengan
pembelajaran model STAD tanpa iringan musik terhadap prestasi belajar
matematika pada siswa yang mempunyai motivasi sedang. Pada kolom ketiga
diperoleh F13-23 = 7,7102 kurang dari Ftabel = 11,0500 sehingga H0 diterima, maka
dapat disimpulkan bahwa model STAD diiringi musik lagu Ebiet G. Ade
mempunyai prestasi yang sama dengan pembelajaran model STAD tanpa iringan
musik terhadap prestasi belajar matematika pada siswa yang mempunyai motivasi
rendah. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa hipotesis penelitian ke tiga tidak
teruji karena pada motivasi tinggi dan rendah dengan menggunakan Model STAD
dengan musik prestasinya sama dengan siswa yang bermotivasi tinggi dan rendah
pada pembelajaran STAD tanpa musik.
Pada hasil yang lain untuk komparasi ganda antar sel pada baris pertama
kolom kesatu dan kolom ke dua diperoleh F11-12 = 26,9781 lebih dari Ftabel =
11,0500 sehingga Ho ditolak. Hal ini dikatakan bahwa siswa bermotivasi tinggi
pada model STAD dengan musik berbeda prestasi belajarnya dari pada siswa yang
bermotivasi sedang pada model yang sama.pada baris pertama kolom kedua dan
baris pertama dengan kolom ketiga F12-13 = 48,9970 lebih besar dari Ftabel =11,05.
Dengan demikian siswa yang mempunyai motivasi sedang berbeda prestasi
belajarnya dari pada prestasi siswa yang mempunyai motivasi rendah pada model
STAD dengan musik. Untuk kolom ke satu dan kolom ke tiga pada baris pertama
adalah F11-13 = 111,7212 lebig dari F tabel = 11,05. Sehingga untuk siswa
xiii
bermotivasi tinggi berbeda prestasinya dari pada siswa bermotivasi rendah pada
pembelajaran STAD dengan musik.
Berdasarkan perhitungan komparasi ganda antar sel pada baris kedua
dengan kolom pertama dan kolom kedua adalah F21-22 = 45,5565 lebih dari Ftabel
=11,05 maka dikatakan bahwa untuk motivasi tinggi berbeda prestasing dibanding
siswa yang bermotivasi sedang pada model STAD tanpa iringan musik. Untuk
baris kedua kolom kedua dan kolom keiga F22-23 = 50,2866 lebih besar dari pada
Ftabel = 11,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini mempunyai arti bahwa prestasi belajar
siswa yang bermotivasi sedang berbeda dari pada siswa yang bermotivasi rendah
pada pembelajaran model STAD tanpa musik. Pada sel baris kedua kolom
pertama dan kolom ke tiga F21-23 = 143,6770 lebih besar dari pada Ftabel = 11,05.
Sehingga Ho ditolak, maka dikatakan bahwa pada pembelajaran dengan model
STAD tanpa musik pada siswa yang bermotivasi tinggi berbeda dari pada siswa
yang bermotivasi rendah. Hal ini berarti bahwa siswa yang bermotivasi tinggi
prestasinya berbeda dari pada siswa yang bermotivasi rendah prestasi belajar
siswa pada motivasi tinggi sama dengan siswa yang mempunyai motivasi rendah.
Sehingga bisa dikatakan bahwa untuk pembelajaran model STAD dengan musik
maupun model STAD tanpa musik memberikan prestasi yang berbeda jika
ditinjau dari kategori yang berbeda.
xiii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat
diambil kesimpulan :
1. Penggunaan model STAD dengan iringan musik lagu Ebiet G. Ade pada
pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung
lebih baik daripada pembelajaran dengan penggunaan model STAD tanpa
iringan musik pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.kelas IX SMP
Negeri se-Kabupaten Rembang.
2. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada
siswa yang mempunyai motivasi sedang, siswa yang mempunyai motivasi
sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai
motivasi rendah, sedangkan siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik
prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi rendah. Dalam
pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung
kelas IX SMP Negeri se- Kabupaten Rembang.
xiii
3 Pada pembelajaran dengan model STAD dengan iringan musik dan
pembelajaran dengan model STAD tanpa iringan musik mempunyai prestasi
yang sama dari siswa yang mempunyai motivasi tinggi, dan siswa yang
mempunyai motivasi rendah. Sedangkan siswa yang mempunyai motivasi
sedang pada pembelajaran dengan model STAD iringan musik memberikan
prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang bermotivasi sedang pada
pembelajaran model STAD tanpa iringan musik.pada pokok bahasan bangun
ruang sisi lengkung pada kelas IX SMP Negeri se-Kabupaten Rembang.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Dari analisis hasil penelitian dapat ditunjukkan prestasi belajar siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan model STAD yang diiringi musik lagu Ebiet
G. Ade lebih baik prestasi belajarnya dari pada siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model STAD tanpa iringan musik.Sedangkan siswa yang
mempunyai motivasi tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dari pada siswa
yang mempunyai motivasi sedang,untuk siswa yang mempunyai motivasi sedang
mempunyai prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang mempunyai motivasi
rendah,sedangkan siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai prestasi
belajar lebih baik dari pada siswa yang mempunyai motivasi rendah.baik dalam
pembelajaran dengan model STAD dengan iringan musik maupaun pembelajaran
dengan model STAD tanpa iringan musik.
Pada siswa yang mempunyai motivasi tinggi jika diberikan pembelajaran
dengan model STAD dengan musik maupun dengan STAD tanpa musik
xiii
memperoleh prestasi belajar yang sama.Sedangkan siswa yang mempunyai
motivasi rendah jika diberikan pembelajaran dengan model STAD dengan iringan
musik maupun diberikan pembelajaran dengan model STAD tanpa musik akan
mendapatkan prestasi belajar yang sama pula. Untuk siswa yang mempunyai
motivasi sedang prestasi belajarnya lebih baik jika diberikan pembelajaran dengan
model STAD dengan iringan musik dari pada diberikan pembelajaran dengan
model STAD tanpa iringan musik.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan penelitian dan dapat
digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
pada bidang studi matematika dengan memperhatikan motivasi siswa yang
berbeda. perlu juga untuk diperhatikan oleh guru bidang studi matematika bahwa
pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan pokok bahasan yang
dipelajari,serta mampu dalam penggunaan model pembelajaran tipe STAD dengan
iringan musik.
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan Impilkasi di atas maka ada beberapa saran
yang perlu untuk disampaikan, diantaranya :
1. Segenap guru matematika dan calon guru matematika hendaknya dapat
memilih model yang tepat sesuai dengan pokok bahasan yang akan dipelajari
sehingga dapat diperoleh peningkatan hasil prestasi belajar yang signifikan.
xiii
2. Dalam pembelajaran matematika hendaknya guru banyak melibatkan siswa
secara aktif, dimana siswa mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri
sehingga pembelajaran matematika lebih bermakna.
3. Untuk peneliti lain yang berminat menjadikan penelitian ini sebagai acuan
dalam penelitiannya maka dapat untuk memperluas variabel bebasnya
sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ary Nilansari, 2002. Memanfatkan Kekuatan Musik Untuk Mempertajam Pikiran.Yogyakarta: PT.Gramedia Pustaka.
Budiyono, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret
University Press Budiyono, 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University
Press. Budi Isdiyanto, 2003. Modul Pembelajaran Kooperatif . Semarang : BPG
Curtis.L,Pyke, 2003.The Use of Symbols,Word, and Diagrams as Indicators of Mathematcal Coqnition: A Causal Model.Journal for Research in Mathematcs Education.Volume 24.Number 5.NCTM
Davis,2003. Understanding Learning System: Mathematics Education
Complexcity Science, Journal for Research in Mathematich Education , Volume 34,Nomor 2,page 137-167.
Dep P dan K, 1993 . Garis-Garis Besar Program Pengajaran . Jakarta: Dep P
dan K
Dep P dan K, 1995 . Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka. ---------------, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua. Jakarta: Balai
Pustaka. Depdiknas, 2003. Undang-Undang Sisdiknas . Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2004 . KTSP . Jakarta: Depdiknas
xiii
Depdiknas, 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika I. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas, 2005. Materi Pelatihan Matematika 3. Jakarta: Depdiknas.
Fatimah, 2008. Pelatihan Guru Mapel Matematika. Rembang.
Helen M. Doerr. 2003. A Modeling Perspective on Studet, Mathematical Reasoning About Data. Journal for Research in Mathematics Education. Volume 24.Number 2.NTCM
Herman Hudoyo, 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika . Malang: IKIP
Malang. Isjoni, 2005. Cooperative Learning. Bandung: ALFABETA Juliette D.G.Golman,2002.Contructivist Pedagogies of interactivity on A CD-
RDM to enhance Academic Learning at A Tertiary Institution,International. Journal of Education Technology,Volume 3,nomor 1.
Losanov,Georgi.1991.On Some Problems of the Anatomy,Physiology and Biochemistry of cerebral activities in the global artistic approach in modem suggestopedagogigc training . The journal of the cociety accederative Learnpng and Teaching Volume 16,Number 2,page 101-116.
Marpaung, 2008. Makalah Dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika
tanggal 21 Juni 2008 di Singa Raja (Bali) Monty P. Satiadarma, dan Roswiyani P. Zahra, 2004. Cerdas Dengan Musik.
Jakarta: Puspa Swara. Mulyasa, 2008. Menjadi Guru profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto, 1984. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nilan sari, 2005. Quantum Teaching. Bandung: PT Misan Pustaka.
Nur Rahardian Sari, 2005. Musik dan Kecerdasan Otak Bayi. Bogor: KH Kharisma Buka Aksara.
Purwanto, 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Jogyakarta: Pustaka Pelajar. Qohin Abd, 2008. Minat dan Kebermaknaan Dalam Pembelajaran Fun (derap
guru) . Semarang: LPMP.
xiii
Russefenddi Gagne, 1988. Pengantar Kepada Guru Dalam Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika. Bandung.
Setda, 2004. Modul Pembelajaran Matematika Rembang: Pemkab. Simon Marfin A, 2004. explicating a mechanism for conceptual learning, journal
for research, in mathematics education, volume 35, nomor 5, hal.105-329.
Slavin, (penerjemah Nurulita: 2008) Cooperative Learning. Bandung: Nusa media.
Soedjadi, 1994. Memantapkan Matematika Sekolah Sebagai Wahana Pendidikan
dan Pembudayaan Penalaran (makalah Seminar).Surabaya Sri Wardhani, 2006. Permasalahan Pembelajaran dan Penilaian Kemahiran
matematika. Makalah disampaikan pada diklat instruktur, Pengembangan Matematika, Pengembangan Matematika SMP tanggal 29 Mei s.d. 10 Juni 2006 . Yogyakarta: Depdiknas .
Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sutini, 2007. Penggunaan Audio Syair Lagu Ebiet G. Ade Untuk Meningkatkan
Apresiasi Dan Prestasi Siswa Dalam Pembelajaran Puisi. Surakarta: UNS.
Syaiful Sagala, 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Turmudi, 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. Jakarta:
Leuser Ceta Pustaka.
Winkel WS, 1978. Psikologi Pengajaran . Jakarta: Gramedia. ---------------, 1984. Psikologi PendidikanEvaluasi Belajar. Jakarta: PT Gramedia. Wan Zah wan Ali, 2009. Reseach dan fakulty of Educational studies, Eropa
jurnal volume = 7, no 4.
xiii