distribusi makrozoobentos pada sedimen bar … · pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan...

53
DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR (PASIR PENGHALANG) DI INTERTIDAL PANTAI DESA MAPPAKALOMPO KABUPATEN TAKALAR SKRIPSI Oleh : HAIDIR MUHAIMIN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: vutram

Post on 02-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR (PASIR PENGHALANG) DI INTERTIDAL PANTAI DESA

MAPPAKALOMPO KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

Oleh : HAIDIR MUHAIMIN

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

Page 2: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

Abstrak

HAIDIR MUHAIMIN (L11108269) “Distribusi Makrozoobentos pada Sedimen Bar (Pasir Penghalang) di Intertidal Pantai Desa Mappakalompo Kec. Galesong Kab. Takalar” di bawah bimbingan Marzuki Ukkas sebagai pembimbing utama dan Rohani Ambo Rappe sebagai anggota

Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan. Makrozoobentos dapat hidup dan ditemukan pada berbagai jenis substrat, sedimen maupun berdasarkan bentuk sedimentasi khususnya pada sedimen bar yang memiliki karakteristik yaitu hanya muncul pada saat surut dan tenggelam pada saat pasang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan keragaman makrozoobentos pada sedimen bar yang terbentuk di daerah intertidal pantai wisata Desa Mappakalompo Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Maret 2013.

Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, yaitu sampel makrozoobentos dan sedimen. Sampel yang diperoleh di lapangan, dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan Manajemen Pantai. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel atau grafik dan dianalisis secara secara statistik menggunakan one-way ANOVA.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sedimen bar yang merupakan salah satu fenomena sedimentasi yang terjadi akibat adanya pengaruh dari pasang surut, arus, dan gelombang. Dimana dalam sedimen bar ini terakumulasi oleh sedimen dan bahan organik yang berasal dari laut lepas dan pesisir pantai, hal ini mengakibatkan keberadaan makrozoobentos yang beragam berdasarkan jenisnya. Akan tetapi, tidak ada pengaruh yang signifikan berkaitan dengan distribusi makrozoobentos di daerah sedimen bar maupun di daerah yang bukan sedimen bar.

Kesimpulan yang diperoleh Ditemukan sebanyak 37 spesies makrozoobentos yang tersebar di 4stasiun yang terdiri dari 14 spesies dari kelas Gastropoda dan 23 spesies dari kelas Bivalvia. Tingkat keseragaman dan keanekaragaman makrozobentos yang ditemukan dalam penelitian ini cukup beragam, berkaitan dengan sedimen bar yang merupakan salah satu bentuk sedimentasi.

Kata Kunci : Makrozoobentos, Sedimen Bar, Bivalvia, Gastropoda

Page 3: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

i

DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR (PASIR PENGHALANG) DI INTERTIDAL PANTAI DESA

MAPPAKALOMPO KABUPATEN TAKALAR

Oleh :

HAIDIR MUHAIMIN

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

Page 4: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Distribusi Makrozoobentos Pada Sedimen Bar (Pasir Penghalang) Di Intertidal Pantai Desa Mappakalompo Kabupaten Takalar

Nama Mahasiswa : Haidir Muhaimin Nomor Pokok : L 111 08 269 Program Studi : Ilmu Kelautan

Skripsi telah diperiksa

dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama,

Ir. Marzuki Ukkas, DEA NIP. 195808011985031001

Pembimbing Anggota,

Dr. Ir. Rohani AR, M. Si NIP.196909131993032004

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Prof. Dr. Ir. A. Niartiningsih, MP NIP. 196112011987032002

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan,

Dr. Ir. Amir Hamzah Muhidin, M.Si NIP. 196311201993031002

Tanggal Lulus: 30 Mei 2013

Page 5: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

iii

RIWAYAT HIDUP

Haidir Muhaimindilahirkan pada tanggal 7 April 1991 di Kota

Makassar, Sulawesi Selatan. Anak pertama dari tiga

bersaudara, dari pasangan Hasanuddin dan St. Murni.

Menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Inpres Mangasa Kab.

Gowa pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di

SMP Negeri 1 Sungguminasa pada tahun 2005, dan Sekolah

Menengah Atas di SMA Negeri 11 Makassar pada tahun

2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi di universitas negeri terbesar di Indonesia Timur, Universitas Hasanuddin.

Penulis diterima masuk pada Jurusan Ilmu Kelautan melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menggeluti dunia kemahasiswaan, penulis juga aktif dalam

beberapa organisasi ekstra kampus, seperti pernah mengikuti OMBAK

(Oreantasi Mahasiswa Baru Kelautan) yang dilaksanakan SEMA Ilmu kelautan

UNHAS pada tahun 2008. Menjadi pengurus Senat Mahasiswa Ilmu Kelautan

Periode 2011-2012 dan anggota komunitas pencinta alam kelautan (SETAPAK

22), terlibat dalam kegiatan Musyawarah Nasional HIMITEKINDO di Pulau

Baranglompo dan Transplantasi Karang di Pulau Pajjenekang Kab. Pangkep.

Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir pada tahun 2011, yaitu

Praktik Kerja Lapang (PKL) dengan judul “Identifikasi Tumbuhan Pantai Jenis

Pescaprae dan Baringtonia di Desa Tasiwalie Kec. Suppa Kab. Pinrang” dan

Kuliah Kerja Nyata Reguler di Desa Patobong, Kecamatan Mattirosompe,

Kabupaten Pinrang. Ketertarikan dalam bidang Bioekologi selama menjalani

dunia perkuliahan yang akhirnya menginspirasi penulis untuk melakukan

penelitian dengan judul “Distribusi makrozoobentos pada Sedimen Bar (Pasir

Penghalang) di Intertidal Pantai Desa Mappakalompo Kec. Galesong kab.

Takalar”.

Page 6: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang

berjudul “Distribusi makrozoobentos pada Sedimen Bar (Pasir Penghalang) di

Intertidal Pantai Desa Mappakalompo Kec. Galesong kab. Takalar” sebagai salah

satu syarat kelulusan di Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin.

Shalawat serta salam kepada Nabiullah Muhammad SAW atas segala nikmat

dan rahmatnya kepada penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan cobaan dan

hambatan, namun berkat usaha, kemauan dan doa serta dukungan dari berbagai

pihak sehingga penulis dapat mengatasinya. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak Hasanuddin dan Ibu St. Murniyang telah

membesarkan, memberikan dukungan moril maupun materil untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang tinggi dan senantiasa menjadi

cermin kehidupan dan pembimbing akhlak bagi penulis.

2. Bapak Ir. Marzuki Ukkas, DEAselaku pembimbing utama sekaligus

membantu menemukan ide-ide tema penelitian dan ibuDr. Ir. Rohani AR,

M.Siselaku pembimbing kedua yang telah meluangkan banyak

waktu,pikiran dan tenaga untuk membimbing, memotivasi, memberikan

saran, ilmu dan perhatian selama penulis menyelesaikan laporan akhir.

3. Para dosen penguji BapakProf. Dr. Amran Saru, ST, M.Si, Dr. Supriadi,

ST, M.Si, Dr. Mahatma Lanuru, ST, M.Sc, dan dosen penguji pengganti

Bapak Dr. Khairul Amri, ST, M.Sc.Stud, dan Dr. Wasir Samad, S.Si, M.Si

Page 7: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

v

yang telah meluangkan waktu dalam memberikan perhatian, kritik dan

saran terhadap skripsi penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Rohani AR, M.Si selaku penasehat akademik yang senantiasa

menjadi orang tua kedua dalam memberi masukan dan motivasi selama

menjalani kegiatan akademik.

5. Teman-teman seperjuangan di masa SMA yang menjadi panutan dan

memberi motivasi secara langsung maupun tidak langsung bagi penulis

untuk Asikin Yahya, Amd (Bojes), Rizka Juwita, SE (Ai), Anang

Mardiansyah, S.Kom, Mario Utama Bachlar, SE, Muh. Ayyub, S.Kom,

Mujibul khair, Risha Rifki, Ramdhan kadir, SE, Wahyudin Murlan, SE, Iqbal

(pace), Egi, Ali, Anca dan semua teman yang belum sempat diucapkan

satu persatu.

6. Dian Puspitasari K yang telah menemani penulis dalam segala kondisi

senang maupun susah, memberi dorongan dan solusi sehingga mampu

keluar dari masalah, memberi cintanya serta menjadi motivasi tersendiri

bagi penulis untuk menyelesaikan studi.

7. Teman-teman MEZEIGHT (Marine Science Zero Eight) yang telah banyak

meluangkan waktu bagi penulis untuk Anto Kopas, Dayat, Anto Samin,

Anca, Rival, Rahmadi, Haerul, Accank, Matte, Herman, Ucca, Nik, Mufti,

Nirwan, Ivan, Adi sabbang, Kiki, Cikal, Januar, Rufi, Baso, terkhusus untuk

Halid yang menjadi penghibur dan menemani tertawa sepanjang hari.

Kemudian untuk para srikandi MEZEIGHT Rabuana, Anggi, Haska, Emma,

Ipah, Anti aras, Anti, Darmiati, Adlien, Rizka dan Rara dan semua teman

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Tawa candamu tidak akan

kulupakan saudara, semoga kalian masih tetap seperti dulu dan tak

berubah sampai kapanpun. Amin.

Page 8: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

vi

8. Keluarga besar senat mahasiswa ilmu kelautan yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, semoga kalian masih bisa menjaga simpul-simpul

yang hampir putus.

9. Pak Acid dan Cabu’ menjadi orang pertama yang menyediakan tempat

untuk menuntut ilmu di kelas.

10. Mone, Dg. Te’ne dan Dg. Bunga, terima kasih atas kesediaannya

memenuhi kebutuhan gizi bagi penulis selama ini.

11. Teman-temanKKN Reguler Unhas Gel.82, Marsel, Jo, Salim, Hadi, Sri,

Gege, Novi dan Friska, semoga kita bisa berkumpul lagi.

12. Teman-teman Kelautan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang

telah menemani penulis selama kuliah di jurusan ilmu kelautan. Terima

kasih untuk semua bantuan, motivasi, kebersamaan, dan canda tawamu di

koridor yang tidak pernah padam.

Dengan rendah hati penulis berharap, semoga skripsi yang memiliki banyak

kekurangan ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi kepada para

pembaca. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk

perbaikan penulisan di masa yang akan datang.

Penulis,

Haidir Muhaimin

Page 9: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................. 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ...................................................... 2

1.3 Ruang Lingkup................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3

2.1 Jenis-Jenis Sedimen pada Daerah Pantai ...................... 3

2.2 Bentuk dan Fenomena Sedimentasi Daerah Intertidal .... 6

2.3 Material dan Profil Pantai ................................................ 8

2.4 Sedimen Bar (Pasir Penghalang) .................................... 9

2.5 Zonasi Daerah Intertidal .................................................. 11

2.6 Skema Umum untuk Zonasi Pantai Berpasir ................... 13

2.7 Makrozoobentos ............................................................. 14

2.8 Faktor Pembatas Fisik .................................................... 16

III. METODE PENELITIAN ............................................................. 19

3.1 Waktu dan Tempat........................................................... 19

3.2 Alat dan Bahan ................................................................ 19

3.3 Prosedur Penelitian.......................................................... 20

3.4 Pengolahan data .............................................................. 23

3.5 Analisis Data .................................................................... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 26

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ...................................... 26

4.2 Karakteristik Sedimen Bar(Pasir Penghalang) ................. 27

Page 10: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

viii

4.3 Kaitan Sedimen Bardengan Faktor Pembatas Fisik ......... 29

4.4 Struktur Komunitas Makrozoobentos ............................... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 41

5.1 Kesimpulan ...................................................................... 41

5.2 Saran ............................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 42

LAMPIRAN ..................................................................................... 43

Page 11: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

ix

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Klasifikasi sedimen berdasarkan jenis dan ukuran partikelnya . 3

2. Skala Wenworth untuk klasifikasi partikel-partikel sedimen ...... 21

3. Arus permukaan laut ................................................................ 30

4. Kondisi gelombang laut ............................................................ 30

5. Hasil analisis BOT, jenis dan tekstur sedimen .......................... 32

6. Komposisi jenis makrozoobentos pada setiap stasiun.............. 36

Page 12: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

x

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Bentuk sedimen bar (pasir penghalang) ..................................... 11

2. Peta lokasi penelitian ................................................................. 18

3. Sketsa stasiun pengamatan ....................................................... 20

4. Pasang surut .............................................................................. 29

5. Bahan Organik Total (BOT) pada seluruh stasiun ...................... 32

6. Kelimpahan jenis makrozoobentos pada stasiun 1 ..................... 33

7. Kelimpahan jenis makrozoobentos pada stasiun 2 ..................... 34

8. Kelimpahan jenis makrozoobentos pada stasiun 3 ..................... 34

9. Kelimpahan jenis makrozoobentos pada stasiun kontrol ............ 35

10. Jumlah jenis makrozoobentos pada seluruh stasiun ................... 37

11. Kelimpahan rata-rata individu makrozoobentos pada seluruh stasiun ........................................................................... 38

12. Indeks ekologi makrozoobentos ................................................. 40

Page 13: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Klasifikasi sedimen ............................................................................ 45 2. Jumlah individu pada stasiun kontrol ................................................. 46

3. Jumlah individu pada stasiun 3 ......................................................... 47

4. Jumlah individu pada stasiun 2 ......................................................... 48

5. Jumlah individu pada stasiun 1 ......................................................... 49

6. Hasil analisis One Way Anova mengenai kelimpahan makrozoobentos pada setiap stasiun ........................................................................... 50

7. Hasil analisis One Way Anova mengenai jumlah jenis makrozoobentos Pada setiap stasiun ........................................................................... 51

8. Kelimpahan dan jumlah jenis makrozoobentos pada stasiun 1 ........ 52

9. Kelimpahan dan jumlah jenis makrozoobentos pada stasiun 2 ........ 53

10. Kelimpahan dan jumlah jenis makrozoobentos pada stasiun 3 ........ 54

11. Kelimpahan dan jumlah jenis makrozoobentos pada stasiun kontrol 55

12. Indeks ekologi makrozoobentos ....................................................... 56

13. Bahan organik sedimen ................................................................... 57

14. Data arus permukaan laut ................................................................ 58

15. Data pasang surut ............................................................................ 59

16. Jumlah jenis makrozoobentos pada seluruh stasiun ........................ 60

17. Gambar makrozoobentos ................................................................. 61

Page 14: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

12

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pantai memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan (interfece) antara

ekosistemdarat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan

yang sangat kaya.Pantai dapat didefenisikan sebagai daerahpertemuan antara laut dengan

daratan serta udara, dimana interaksi ketiga komponen tersebut menjadikan wilayah pantai

sangat dinamis, sehingga menyebabkan daerah pantai sangat rentan terhadap setiap

perubahan yang terjadi.

Daerah pantai juga dipengaruhi oleh fenomena sedimentasi dan menyebabkan

banyaknya bentuk-bentuk sedimentasi yang terbentuk, salah satunya adalah sedimen bar

(pasir penghalang). Di dalam berbagai bentuk sedimen bar inilah terdapat keanekaragaman

organisme, khususnya makrozoobentos.

Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem

perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring

makanan.Selain itu tingkat keanekaragaman makrozoobenthos di lingkungan perairan dapat

digunakan sebagai indikator pencemaran karena hewan ini hidup menetap (sesile) dan daya

adaptasinya bervariasi terhadap kondisi lingkungan.(Rosenberg, 1993).

Makrozoobentos dapat hidup dan ditemukan pada berbagai jenis substrat, sedimen

maupun berdasarkan bentuk sedimentasi khususnya pada sedimen bar di suatu wilayah

intertidal. Daerah ini khususnya didominasi oleh substrat bioklastik (berupa pecahan atau

hancuran karang dan biota laut bercangkang dengan komunitas karang, algae dan berbagai

jenis yang hidup bersama dengan karang).

Untuk mengetahui hubungan antara sedimen bar dan penyebaran makrozoobentos

maka, perlu diadakan penelitian karena sedimen bar memiliki karakteristik yang menarik

yaitu hanya muncul pada saat surut dan tenggelam pada saat pasang. Kecenderungan

inilah yang memungkinkan adanya pengaruh terhadap distribusi makrozoobentos.

Page 15: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

13

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan tinjauan mengenai

kondisi awal keragaman makrozoobentos yang hidup pada sedimen bar di pantai Desa

Mappakalompo dan menjadi data pendukung untuk merepresentasikan tentang kondisi awal

di daerah tersebut.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan keragaman makrozoobentos

padasedimen bar yang terbentuk di daerah intertidal pantai wisata Desa Mappakalompo

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

Kegunaan dari penelitian ini adalah memberikan informasimengenai kondisi awal

keragaman makrozoobenthos yang hidup pada berbagai bentuk sedimen bar di pantai Desa

Mappakalompo dan menjadi data pendukung dalam upaya mengeksplorasi kondisi wilayah

tersebut.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini difokuskan pada identifikasi jenis dan perhitungan

kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobentos yang hidup pada sedimen bar di

intertidal pantai Desa Mappakalompo Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis-Jenis Sedimen pada Daerah Pantai

Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses hidrologi

dari suatu tempat ke tempat yang lain, baik secara vertikal maupun secara horizontal.

Seluruh permukaan dasar lautan ditutupi oleh partikel sedimen yang diendapkan secara

perlahan-lahan dalam jangka waktu berjuta-juta tahun (Garrison, 2005).

Page 16: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

14

Sedimen terutama terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran

batu-batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisme laut.

Ukuran-ukuran partikel sedimen sangat ditentukan oleh sifat fisik mereka dan akibatnya

sedimen yang terdapat di berbagai tempat di dunia mempunyai sifat-sifat yang sangat

berbeda satu sama lainnya.

Ukuran partikel sedimen merupakan salah satu cara mudah untuk menentukan

klasifikasi sedimen. Klasifikasi berdasarkan ukuran partikelnya menurut Wentworth (1922)

dalam Dale dan William (1989) adalah :

Tabel 1. Klasifikasi sedimen berdasarkan jenis dan ukuran partikelnya

Jenis Partikel Ukuran (mm)

Boulder > 256 Cobble 64 – 256 Pebble 4 – 64 Granule 2 – 4 Sand 0,062 – 2 Silt 0,004 – 0,062 Clay < 0,004

Chester (1993) membagi sedimen laut menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Nearshore sediment, sebagian besar endapan sedimennya dipengaruhi kuat oleh

kedekatannya dengan daratan sehingga mengakibatkan kondisi fisika kimia dan biologi

sedimen ini lebih bervariasi dibandingkan dengan deep-sea sediment.

2. Deep-sea sediment, sebagian besar mengendap di perairan dalam di atas 500 m dan

banyak faktor seperti jauhnya dari daratan, reaksi antara komponen terlarut dalam kolom

perairan serta hadirnya biomassa khusus yang mendominasi lingkungan laut dalam yang

menyebabkan sedimen ini merupakan habitat yang unik di planet dan memiliki

karateristik yang sangat berbeda dengan daerah continental / near shore.

Menurut asalnya Garrison (2006) menggolongkan sedimen ke dalam 4

bagian yaitu:

1. Sedimen Terrigenous

Page 17: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

15

Jenis sedimen ini berasal dari erosi yang berasal dari benua atau pulau, letusan

gunung berapi dan segumpalan debu. Sedimen ini lebih dikenal dengan batuan yang

berasal dari gunung berapi seperti granit yang bersumber dari tanah liat dan batuan kwarsa

yang menjadi dua komponen penyusun sedimen terrigenous.

2. Sedimen Lithogenous

Sedimen ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat. Ini diakibatkan karena

adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim, seperti adanya pemanasan dan pendinginan

terhadap batu-batuan yang terjadi secara terus-menerus. Partikel-partikel ini diangkut dari

daratan ke laut oleh sungai-sungai. Begitu sedimen mencapai lautan, partikel-partikel yang

berukuran besar cenderung untuk lebih cepat tenggelam dan menetap dari yang berukuran

lebih kecil. Kecepatan tenggelamnya partikel-partikel ini telah dihitung, dimana jenis partikel

pasir hanya memerlukan waktu kira-kira 1,8 hari untuk tenggelam dan menetap di atas

lapisan atas dasar laut yang mempunyai kedalaman 4.000 meter. Sedangkan jenis partikel

lumpur yang berukuran lebih kecil membutuhkan waktu kira-kira 185 hari dan jenis partikel

tanah liat membutuhkan waktu kira-kira 51 tahun pada kedalaman kolom air yang sama.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan jikalau pasir akan segera diendapkan begitu sampai

di laut dan cenderung untuk mengumpul di daerah pantai (Hutabarat dan Stewart, 2000).

3. Sedimen Biogenous

Sedimen ini berasal dari sisa-sisa rangka dari organisme hidup. Jenis sedimen ini

digolongkan ke dalam dua tipe utama yaitu calcareous dan siliceous ooze. Material siliceous

dan calcareous pada waktu itu di ekstrak dari laut dengan aktivitas normal dari tanaman dan

hewan untuk membangun rangka dan cangkang. Kebanyakan organisme yang

menghasilkan sedimen biogenous mengapung bebas di perairan seperti plankton. Sedimen

biogenous paling berlimpah dimana cukup nutrien yang mendorong produktivitas biologi

yang tinggi, selalu terjadi pada wilayah dekat continental margin dan area upwelling.

Thurman dan Trujillo (2004) menyatakan bahwa dua campuran kimiawi yang paling umum

terdapat dalam sedimen biogenous adalah calcium carbonat (CaCO3), dimana tersusun dari

Page 18: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

16

mineral calcite) dan silica (SiO2). Seringkali silica secara kimiawi dikombinasikan dengan air

untuk menghasikan SiO2 . nH2O.

4. Sedimen Hydrogenous

Sedimen hydrogenous terdiri dari mineral yang mempercepat proses presipitasi dari

laut. Jenis partikel ini dibentuk sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut. Reaksi kimia yang

terjadi disini bersifat sangat lambat, dimana untuk membentuk sebuah nodule yang besar

diperlukan waktu selama berjuta-juta tahun dan proses ini kemudian akan berhenti sama

sekali jika nodule telah terkubur di dalam sedimen. Di pusat perputaran, jauh dari benua,

partikel sedimen terakumulasi sangat lambat.(Garrison, 2006).

2.2 Bentuk dan Fenomena Sedimentasi Daerah Intertidal

Pengendapan merupakan proses terbawanya material hasil pengikisan dan pelapukan

oleh air, angin, atau gletser ke suatu wilayah kemudian diendapkan. Semua batuan dan

material hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi

suatu batuan yang dinamakan batuan sedimen. Batuan sedimen yang kemudian

terakumulasi ini lama-kelamaan akan menjadi suatu bentuk bentang alam di bumi. Bentuk

bentang alam yang dihasilkan dari proses pengendapan ini akan berbeda disuatu tempat

dan tempat lainnya berdasarkan media yang menjadi pembawa material endapan. Jenis

pengendapan berdasarkan media pengangkutnya antara lain (Hallaf, 2006):

1. Pengendapan oleh air sungai. Pengendapan ini terjadi karena pengikisan daerah aliran

sungai oleh arus sungai.

2. Pengendapan oleh air laut. Pengendapan ini biasa terjadi karena adanya pengaruh arus

dan gelombang di daerah pesisir laut. Batuan sedimen hasil pengendapan oleh air laut

disebut sebagai sedimen marine.

3. Pengendapan oleh angin. Pengendapan yang terjadi oleh angin dapat terjadi apabila

material (pasir) disuatu tempat terkikis oleh angin dan kemudian diendapkan di suatu

Page 19: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

17

tempat dan menjadi gumuk pasir (sand dune). Pengendapan ini dapat terjadi di daerah

pantai maupun gurun. Batuan hasil pengendapannya disebut sedimen aeolis.

Daerah pantai merupakan zona campuran atau perbatasan yang mengalami

perubahan, baik perubahan luas areal daratan karena sedimennya atau persen

pengurangan luas areal karena pengikisan (Carter 1988). Zona dapat pula dicirikan menurut

kategori fisik (darat dan laut), biologi atau kultur (budaya masyarakat).

Sementara Mappa dan Kaharuddin (1991) dalam Ihklas (2001), mengungkapkan

bahwa pantai merupakan daerah interaksi antara laut dan daratan (daerah daratan yang

ternasuk pantai yang masih dipengaruhi oleh daratan seperti pengaruh sedimentasi, sungai

dan salinitas yang relatif rendah (<32%) untuk daerah tropis). Dasar pembentukan pantai

berbeda-beda, ada yang terdiri dari batuan-batuan, lumpur, tanah liat, pasir dan kerikil, atau

campuran antara dua atau lebih tipe-tipe ini secara bersama-sama.

Berdasarkan bentuk dan tipe pantai secara umum, ada beberapa jenis pantai di

Indonesia (Anonim, 2002), yaitu :

a. Pantai tertutup, yaitu pantai yang umumnya berada dalam teluk dan terlindung dari

pengaruh-pengaruh alam ( ombak, arus kencang dan angin ).

b. Pantai tertutup ( golfe ), dalam bentuk teluk dengan ukuran yang lebih besar dan

biasanya masih terasa pengaruh alam.

c. Pantai memanjang atau yang berbentuk bulan sabit, biasanya material yang membentuk

jenis pantai ini adalah sedimen yang dapat berpindah seperti pasir dan batuan.

d. Pantai berbatu, daerah tebing berbatu meliputi 80% diseluruh permukaan bumi. Daerah

ini yang kurang dipelajari sehingga menyebabkan daerah tersebut terbentuk secara

natural atau alamiah.

e. Tebing pantai ( cliff ), daerah yang biasanya dicirikan dengan dinding pantai terjal yang

langsung berhubungan dengan laut. Pada daerah yang terlindung, keberadaan tebing

pantai ini terdapat agak jauh dari pantai, sedangkan pantai itu sendiri dikarakteristikan

pada pantai berpasir. Jenis pantai tebing dapat ditemukan dalam dua tipe, yaitu tebing

Page 20: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

18

pantai dengan material lepas yang gampang hancur atau runtuh, dan tebing karang yang

umumnya keras dan tidak mudah hancur.

Bentuk tebing pantai dengan material lepas pada umumnya dipengaruhi oleh keadaan

alam seperti ombak, arus pantai, angin, atau yang diakibatkan secara tidak langsung oleh

kegiatan manusia di wilayah pantai.

f. Pantai berpasir dan bukit pasir, daerah yang jumlahnya sekitar 20% daerah pantai

diseluruh dunia, yang umumnya terbentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari

sungai atau yang terjadi karena pengaruh ombak dan arus yang mengantarkan sedimen

tersebut ke arah pantai.

2.3 Material dan Profil Pantai

Sedimen tersebut berupa pasir atau batu yang berasal dari sungai yang terdapat

disekitar pantai tersebut. Disamping berasal dari sungai atau daratan, material yang

menyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di daerah

pantai itu sendiri. Pada daerah dimana terdapat angin keras, biasanya terjadi pada daerah

atau pantai yang berhadapan dengan laut lepas, akan terjadi akumulasi pantai yang

berlebihan dimana angin akan mengantarkan sedimen berupa pasir dan menumpuk

didaerah tersebut.

Disamping itu, dapat juga ditemukan beachrock, yang juga merupakan bagian dari

jenis pantai ini, tapi jarang ditemukan pada daerah tropikal. Beachrock merupakan bentukan

dari material pasir bioklastik (pasir dari hancuran biota laut) yang menyatu dan membentuk

material keras sehingga dapat juga berfungsi sebagai pelindung pantai.

Pada daerah tropis, sedimen yang ada di pantai biasanya berasal dari hancuran atau

pecahan biota laut yang hidup disekitarnya, antara lain hancuran kerang-kerangan,

hancuran karang, hancuran alga karang, sponge atau hancuran biota laut lainnya.

Sementara daerah pantai yang letaknya dekat dengan aliran sungai akan menerima

sedimen yang berasal dari sungai itu sendiri, antara lain lumpur, pasir, dan batu kerikil

hingga batuan berukuran besar.

Page 21: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

19

Bentuk dan tipe pantai seperti ini banyak dijumpai kegiatan pariwisata, terutama jika

terdapat ekosistem terumbu karang dibagian depan pantai. Jenis material yang

mendominasi pantai dapat berasal dari daratan, jika letak pantai tersebut dekat dengan

sungai, atau didominasi oleh material yang berasal dari laut lainnya (Anonim, 2002).

2.4 Sedimen Bar (pasir penghalang)

Karakteristik sedimen dapat menentukan morfologi fungsional dan tingkah

laku hewan bentos. Tipe substrat dapat memberikan kendali terhadap distribusi

organisme bentos di perairan. Adaptasi terhadap tipe substrat akan menentukan

morfologi, cara makan dan adaptasi fisiologi organisme terhadap suhu, salinitas

dan faktor kimia lainnya (Hutabarat dan Stewart, 2000). Ukuran partikel sedimen juga

berperan penting dalam menentukan jenis benthos laut (Levinton, 1982).

Sedimen Bar merupakan salah satu bentuk sedimentasi marine yaitu sedimentasi

yang diangkut oleh air laut. Hal ini disebabkan oleh pengendapan air laut dikarenakan

adanya gelombang. Hasil pengendapan oleh air laut ini membentuk bar. Bar adalah gosong-

gosong pasir penghalang gelombang yang terbentuk oleh endapan dari gelombang dan

arus. Bar merupakan bagian dari pantai, yang tampak pada saat air surut. Sedimen Bar atau

biasa disebut sand bar adalah sejenis gosong yang terdiri dari pasir dan bersifat sebagai

penghalang yang tampak pada saat sedang surut dan hilang pada saat pasang.

Sedimen bar ini memiliki banyak macam model atau bentuk, misalnya berbentuk

seperti kipas, bulat, dan ada yang memanjang sejajar dengan garis pantai.

Suatu hal lumrah bila diketemukan dua atau lebih dari dua bar berkembang sejajar

dengan pantai. Bar yang lebih dalam terbentuk pertama kali oleh gelombang yang lemah

dapat maju lebih jauh ke arah bagian laut yang lebih dangkal (Hallaf,2006).

Sedimen bar terjadi akibat proses sedimentasi yang membentuk endapan dari

gelombang dan arus sepanjang pantai. Ketika gelombang menghempas yang merupakan

kekuatan pukulan untuk memecahkan batuan yang ada di pantai. Butiran-butiran halus dari

pecahan batuan (material klastis), seperti kerikil atau pasir, kemudian diangkut sepanjang

Page 22: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

20

pesisir (zona pasang surut), yaitu bagian yang terkadang kering dan terkadang berair oleh

gerak pasang surut atau oleh arus sepanjang pesisir. Proses pemindahan bahan-bahan

penyusun pantai yang terangkut disebut beachdrift, yaitu pergeseran-pergeseran pasir atau

kerikil oleh gelombang sampai diendapkan dan membentuk endapan pasir (Hallaf,2006).

Beberapa bentuk sedimen bar yang dikenal antara lain, fleche, tombolo, pantai

dengan bagian depannya terdapat akumulasi sedimen (terpisah dari pantai itu sendiri)

dipisahkan oleh laguna, atau dengan bagian depan terakumulasi sedimen berbentuk

segitiga.

1. Lidah pasir atau fleche, merupakan bentukan daratan yang menjorok ke laut atau secara

horizontal pantai, dimana proses pembentukannya terjadi akibat terbawanya sedimen

oleh arus pantai yang secara perlahan-lahan membentuk daratan baru. Pada beberapa

daerah, fleche dapat memanjang hingga puluhan kilometer, sehingga telah menyerupai

daratan. Fleche biasanya akan bergerak tergantung arus dan letaknya. Pada daerah

dengan arus dan angin kencang, fleche dapat berpindah tempat dan akan terus

bertambah, sedangkan pada keadaan yang sebaliknya, fleche berkembang secara

perlahan. Pada pantai tertututp, sedimen akan bergerak atau berpindah sesuai dengan

arah arus yang datang, demikian juga terjadi pada pantai yang kedua sisinya terlindung

oleh batu karang.

2. Tombolo, merupakan salah satu bentukan daratan yang terbentuk oleh penyatuan dua

pulau yang berdekatan dimana terjadi proses akumulasi sedimen pantai yang dibawa

oleh dua arus pantai yang berlawanan arah.

3. Delta, salah satu bentuk sedimentasi yang cenderung di angkut dari hulu dan diendapkan

di muara sungai dan disebabkan oleh adanya pengaruh ombak dan pasang surut.

4. Gosong karang, atau pulau karang yang baru terbentuk merupakan daratan baru yang

hanya muncul di permukaan laut pada saat air surut. Gosong biasanya didominasi oleh

substrat bioklastik (berupa pecahan atau hancuran karang dan biota laut bercangkang

dengan komunitas karang, algae dan berbagai jenis yang hidup bersama dengan karang)

(Anonim, 2002).

Page 23: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

21

5. Gosong pasir, gundukan atau endapan pasir yang muncul pada saat surut.

6. Dunne, endapan di daerah pantai (supratidal) yang cenderung terjadi karena diakibatkan

oleh pengaruh angin.

7. Pasir penghalang, endapan pasir yang muncul di depan garis pantai baik terletak sejajar,

tegak lurus dan bergerombol pad adaerah intertidal pantai.

Gambar 1. Bentuk sedimen bar (pasir penghalang)

2.5 Zonasi Daerah Intertidal

Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif, unik dan

mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Kawasan pesisir memilki sejumlah

fungsi ekologis berupa penghasil sumberdaya, penyedia jasa kenyamanan, penyedia

kebutuhan pokok hidup dan penerima limbah (Bengen, 2002).

Salah satu bagian dari ekosistem di kawasan pesisir dan laut adalah kawasan

intertidal (intertidal zone). Wilayah pesisir atau coastal adalah salah satu sistim lingkungan

yang ada, dimana zona intertidal atau lebih dikenal dengan zona pasang surut adalah

merupakan daerah yang terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia,

merupakan pinggiran yang sempit sekali – hanya beberapa meter luasnya – terletak di

antara air tinggi (high water) dan air rendah (low water) (Nybakken, 1992).

Letak zona intertidal yang dekat dengan berbagai macam aktifitas manusia, dan

memilikii lingkungan dengan dinamika yang tinggi menjadikan kawasan ini sangat rentan

terhadap gangguan. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap segenap kehidupan

di dalamnya. Pengaruh tersebut salah satunya dapat berupa cara beradaptasi. Adaptasi ini

Sedimen bar

Page 24: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

22

diperlukan untuk mempertahankan hidup pada lingkungan di zona intertidal. Keberhasilan

beradaptasi akan menentukan keberlangsungan organisme di zona intertidal.

Daerah intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan gelombang

tiap saat. Daerah ini juga sangat terpengaruh dengan dinamika fisik lautan yakni pasang

surut. Menurut Nybakken (1992), zona intertidal merupakan daerah yang paling sempit

diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi sampai pada

surut terendah. Zona ini hanya terdapat pada daerah pulau atau daratan yang luas dengan

pantai yang landai. Semakin landai pantainya maka zona intertidalnya semakin luas,

sebaliknya semakin terjal pantainya maka zona intertidalnya akan semakin sempit.

Karena tepi pantai ini bergantian tertutup oleh laut dan terkena udara, organisme

hidup di lingkungan ini harus memiliki adaptasi yang baik untuk kondisi basah dan kering.

Bahaya termasuk menjadi hancur atau terbawa oleh gelombang kasar, paparan suhu sangat

tinggi, dan pengeringan. Khas penduduk pantai berbatu pasang surut termasuk bulu babi,

anemon laut, teritip, chitons, kepiting, isopoda, kerang, bintang laut, dan moluska banyak

gastropoda laut seperti limpets, whelks, dan bahkan gurita.

Pada dasarnya pantai dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan bentuk substrat

utama penyusun pantai, yaitu pantai berbatu, pantai berpasir, dan pantai berlumpur. Ketiga

jenis pantai tersebut memiliki bentuk zonasi yang berbeda. Selain pantai berbatu zona

intertidal juga banyak ditemukan pada jenis pantai yang lain.

2.6 Skema Umum Untuk Zonasi Pantai Berpasir

Pada umumnya pantai berpasir lebih banyak dikenal oleh manusia dibanding dengan

jenis pantai yang lain. Hal ini dikarenakan pantai berpasir memiliki manfaat yang sangat

banyak dibanding dengan pantai jenis yang lainnya. Pada jenis pantai ini juga dapat

ditemukan berbagai ekosistem lain seperti ekosistem padang lamun, dan ekosistem terumbu

karang.

Pantai berpasir adalah pantai dengan ukuran substrat 0.002-2 mm. Jenis pantai

berpasir termasuk dalam jenis pantai dengan partikel yang halus. Sama halnya pada pantai

Page 25: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

23

berbatu pada pantai berpasir juga dibagi dalam beberapa zonasi (Dahl, 1952 and Salvat,

1964 in Raffaelli and Hawkins, 1996) yaitu:

1. Mean High Water of Spring Tides (MHWS) rata-rata air tinggi pada pasang purnama.

Zona ini berada pada bagian paling atas. Pada daerah ini berbatasan langsung dengan

daerah yang kering dan sering terekspose.

2. Mean Tide Level (MLS) rata-rata level pasang surut. Zona ini merupakan daerah yang

paling banyak mengalami fluktuasi pasang surut. Pada daerah ini juga dapat ditemukan

berbagai ekosistem salah satunya ekosistem padang lamun.

3. Mean Water Low of Spring Tides (MLWS) rata-rata air rendah pada pasang surut

purnama. Zona ini merupakan zona yang paling bawah. Pada daerah ini fluktuasi pasang

surut sangat sedikit yang berpengaruh karena daerah ini tidak terkena fluktuasi tersebut.

Daerah ini juga bisa ditemukan ekosistem terumbu karang.

Menurut Nybakken (1992) zonasi yang terbentuk pada pantai berpasir sangat

dipengaruhi oleh faktor fisik perairan. Hal ini nampak dari hempasan gelombang dimana jika

kecil maka ukuran partikelnya juga kecil, tetapi sebaliknya jika hempasan gelombang besar

maka partikelnya juga akan besar. Pada pantai berpasir hempasan gelombangnya kecil

menyebabkan butiran partikelnya kecil.

2.7 Makrozoobentos

Organisme bentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan atau tinggal di

dalam sedimen dasar. Organisme bentos meliputi organisme nabati yang disebut fitobentos

dan organisme hewani disebut zoobentos (Odum, 1971). Berdasarkan ukurannya maka

organisme benthos dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu makrozoobentos dan

mikrozoobentos. Makrozoobentos adalah organisme yang tersaring oleh saringan bertingkat

dengan ukuran 0,5 mm (Lind,1979 dalam Ihlas, 2001), sedangkan Hutabarat dan Evans

(1995) mengklasifikasikan zoobenthos menjadi tiga kelompok yaitu mikrofauna yang

ukurannya lebih kecil dari 0,1 mm, meiofauna yang berukuran 0,1 mm dan makrofauna yang

ukurannya lebih besar dari 1,0 mm.

Page 26: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

24

Makrozoobentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di

permukaan sedimen dasar perairan serta memiliki ukuran panjang lebih dari 1 mm

(Nybakken, 1982; Mann, 1982; Odum, 1971).

Peran makrozoobentos di dalam ekosistem akuatik adalah :

1) Melakukan proses mineralisasi dan daur ulang bahan organik (Lind, 1979);

2) Sebagai bagian dalam rantai makanan detritus dalam sumber daya perikanan (Odum,

1971); dan

3) Sebagai bioindikator perubahan lingkungan (Hawkes, 1976).

Makrozoobentos memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar,

mobilitas yang rendah, mudah ditangkap serta memiliki kelangsungan hidup yang panjang.

Oleh karena itu, peran makrozoobentos dalam keseimbangan suatu ekosistem

perairan termasuk lahan budidaya dapat menjadi indikator kondisi ekologi terkini pada suatu

kawasan tertentu.

Sejalan dengan kebiasaan makannya, Odum (1971) membagi pula hewan bentos atas

:

(a) Filter-feeder yaitu hewan yang menyaring partikel-partikel detritus yang masih melayang-

layang dalam perairan misalnya Balanus (Crustacea), Chaetopterus (polychaeta) dan

Crepudila (Gastropoda).

(b) Deposit-feeder yaitu hewan benthos yang memakan partikel-partikel detritus yang telah

mengendap pada dasar perairan misalnya Terebella dan Amphitrile (Polychaeta), Tellina

dan Arba.

Distribusi hewan makrozoobentos sangat ditentukan oleh sifat fisika, kimia dan biologi

perairan. Sifat fisika yang berpengaruh langsung terhadap hewan makrozoobentos adalah

kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan, substrat dasar dan suhu perairan. Sedangkan sifat

kimia yang berpengaruh langsung adalah derajat keasaman dan kandungan oksigen terlarut

(Odum, 1971).

Ditambahkan oleh Krebs (1978) bahwa faktor biologi perairan yang mempengaruhi

komunitas hewan bentos adalah kompetisi (persaingan ruang hidup dan makanan), predator

Page 27: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

25

(pemangsa) dan tingkat produktivitas primer. Masing-masing faktor biologi tersebut dapat

berdiri sendiri akan tetap ada kalanya faktor tersebut saling berinteraksi dan bersama-sama

mempengaruhi komunitas pada suatu perairan.

Pengaruh fluktuasi faktor-faktor fisis dan adaptasi yang dimiliki secara evolusioner

ditentukan lebih lanjut oleh substrat dari pantai tersebut. Beberapa organisme memilki organ

pemegang untuk mempertahankan posisi mereka dari hempasan gelombang di sepanjang

pantai berbatu. Di sepanjang pantai berpasir, organisme sering mempunyai kemampuan

lebih untuk membuat lubang atau pembenaman diri dalam pasir. Organisme yang

menyesuaikan diri pada pantai-pantai berbatu harus mampu melawan benturan fisis

sedangkan organisme yang beradaptasi pada pantai berpasir harus mempertahankan

kehidupannya dalam kelompok matrik fisis (perubahan lingkungan). Distribusi organisme

dikedua habitat tersebut seringkali menunjukkan suatu pengelompokan tertentu, yang

menggambarkan sebahagian dari kemampuan mereka untuk melawan lingkungan fisis yang

eksrtim (Mc.Naughton,1992 dalam Ihlas, 2001).

Makrozoobentos yang mendiami zona intertidal cukup banyak jumlahnya, mereka

hidup dan menyesuaikan diri dengan cara perubahan fisik maupun tingkah laku. Beberapa

contoh terlihat pada filum Mollusca. Organisme tersebut mampu melakukan adaptasi

dengan cara menggali lubang atau membenamkan diri pada pasir sehingga ombak dan

perubahan suhu akibat terjadinya surut tidak menjadi persoalan bagi mereka (Nybakken

1982).

2.8 Faktor Pembatas Fisik

2.8.1 Arus

Menurut Dean dan Dalrymple (2002), perputaran/sirkulasi arus di sekitar pantai dapat

digolongkan dalam tiga jenis, yaitu: arus sepanjang pantai (Longshore current), arus seret

(Rip current), dan aliran balik (Back flows/cross-shore flows). Sistem sirkulasi arus tersebut

seringkali tidak seragam antara ketiganya bergantung kepada arah/sudut gelombang

datang. Pada kawasan pantai yang diterjang gelombang menyudut terhadap garis pantai,

arus dominan yang akan terjadi adalah arus sejajar pantai (longshore current). Sedangkan

Page 28: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

26

apabila garis puncak gelombang datang sejajar dengan garis pantai, maka akan terjadi 2

kemungkinan arus dominan di pantai. Yang pertama, bila di daerah surf zone terdapat

banyak penghalang bukit pasir (sand bars) dan celah-celah (gaps) maka arus yang terjadi

adalah berupa sirkulasi sel dengan rip current yang menuju laut. Kemungkinan kedua, bila di

daerah surf zone tidak terdapat penghalang yang mengganggu maka arus dominan yang

terjadi adalah aliran balik (back flows).

2.8.2 Gelombang Laut

Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus

permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan

oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak,

alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang. Gelombang dapat

membentuk dan merusak pantai dan berpengaruh pada bangunan-bangunan pantai. Energi

gelombang akan membangkitkan arus dan mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah

tegak lurus pantai (cross-shore) dan sejajar pantai (longshore).

2.8.3 Pasang Surut Air Laut

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek

sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung

dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil

dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari

dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat dari pada jarak

matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan

menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang

surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan

matahari.

Pasang surut memiliki pengaruh yang besar terhadap kemunculan sedimen bar dan

proses transpor sedimen. Apabila pasang, maka sedimen bar ini tidak akan muncul dan

akan terlihat kembali di saat surut. Hal ini tentunya juga berpengaruh terhadap keberadaan

organisme bentos disekitarnya.

Page 29: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

27

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai bulan Maret

2013.Pengambilan sampel makrozoobenthos dan sedimen dilakukan di Pantai Boe, Desa

Mappakalompo, Kabupaten Takalar (Gambar 2).Analisis tekstur sedimen dilakukan di

Page 30: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

28

Laboratorium Geomorfologi dan Manajemen Pantai, sedangkan analisis sampel

makrozoobenthos dilakukan di Laboratorium Ekologi Laut, Jurusan Ilmu Kelautan,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah roll meter untuk mengukur

jarak setiap stasiun, sekop untuk mengambil sampel sedimen dan makrozoobenthos, Sieve

net dengan mesh size berukuran 1 mm untuk pemisahan makrozoobenthos dengan

sedimen, Global Positioning System (GPS) untuk menetukan titik stasiun, cool box untuk

menyimpan sampel, baki sebagai wadah sampel makrozoobenthos di laboratorium, pinset

untuk mengambil sampel makrozoobenthos dari baki, makroskop dan mikroskop untuk

mengamati dan membantu dalam proses identifikasi sampel, timbangan digital untuk

menimbang sedimen, ayakan sedimen untuk mengayak sampel sedimen, oven untuk

mengeringkan sampel sedimen, breaker glass sebagai wadah sampel sedimen, kamera

Page 31: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

29

untuk mendokumentasikan sampel dan aktifitas selama penelitian, alat tulis menulis untuk

mencatat hasil pengamatan.

Bahan-bahan yang digunakan adalah kantong sampel sebagai tempat menyimpan

sampel, kertas label untuk memberi label tiap kantong sampel, aquades untuk

membersihkan alat, alkohol 70% untuk mengawetkan sampel.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Prosedur di Lapangan

Tahapan prosedur yang dilakukan selama pengambilan data di lapangan antara lain:

3.3.1.1 Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi studi literatur, konsultasi dengan pembimbing, survei awal kondisidi

lapangan, serta mempersiapkan alat-alat yang digunakan selama penelitian di lapangan.

3.3.1.2 Penentuan Stasiun

Berdasarkan hasil survei awal, penentuan lokasi dilakukan berdasarkan bentuk

sedimenbar dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan karakteristik lokasi penelitian

pada zona intertidal.Stasiun pengamatan (Gambar 3) terdiri dari 3 stasiun yang berupa

sedimen bar dengan 1 stasiun yang bukan sedimen bar sebagai pembanding.Dalam setiap

stasiun dilakukan 5 kali ulangan plot (Gambar 3). Stasiun I adalah sedimen bar yang terletak

di dekat Hatchery. Stasiun II adalah sedimen bar yang terletak di pesisir pantai. Stasiun III

adalah sedimen bar yang terletak di daerah dekat muara sungai.Sedangkan 1 stasiun

tambahan yaitu daerah yang bukan sedimen bar, diperlukan sebagai kontrol dari sedimen

bar lainnya.

Gambar 3. Sketsa stasiun pengamatan

3.3.2 Pengambilan Data

3.3.2.1 Pengambilan Sampel Makrozoobentos

Page 32: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

30

Sampel makrozoobentos diambil dengan menggunakan sekop yang memiliki

luasan30×20 cm, setelah itu sampel makrozoobentos disaring dengan menggunakan

ayakan. Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan pada 3 titik dalam setiap plot

ulangan.Setelah itu dilakukan tahap penyortiran yaitu memisahkan antara makrozoobentos

yang masih bercampur dengan sedimen. Kemudian diidentikasi di bawah stereomakroskop

dengan bantuan buku identifikasi makrozoobentos (Siput dan Kerang Indonesia, Bunjamin

Darman).Penyortiran dan identifikasi makrozoobentos dilakukan di Laboratorium Ekologi

Laut Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

3.3.2.2 Pengambilan Sampel Sedimen

Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada setiap plot ulangan di setiap stasiun.

Untuk mengukur ukuran partikel digunakan metode penyaringan kering (dry sieving)

berdasarkan skala Wenworth. Saringan yang digunakan adalah saringan bertingkat yang

mempunyai ukuran antara 2 mm-0,063 mm. Sedimen yang diambil terlebih dahulu

dikeringkan melalui sinar matahari dan panas oven dengan suhu 1050C.

Metode yang digunakan mengklasifikasikan substrat pasir dan lumpur dengan

prosedur sebagai berikut:

1. Sampel sedimen yang telah kering ditimbang sebanyak ± 100 gram, lalu diayak

menggunakan sieve net bertingkat selama 15 menit dengan gerakan konstan sehingga

didapatkan pemisahan partikel sedimen berdasarkan masing-masing ukuran ayakan (2

mm, 1 mm, 0,5 mm, 0, 25 mm, 0, 125 mm, 0,063 mm dan < 0, 063 mm

2. Sampel dipisahkan dari masing-masing ukuran ayakan hingga bersih lalu ditimbang

% Berat = (Berat Hasil Ayakan / Berat awal) x 100%

Untuk mengetahui jenis sedimen, digunakan skala Wenworth sebagai berikut :

Tabel 2. Skala Wentworth untuk mengklasifikasi partikel-partikel sedimen Terminologi Diameter (mm)

Page 33: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

31

Kerikil Bolder (boulder) Bongkah (Cobble) Kerakal (Pebble) Kerikil (Granule) Pasir ( Sand ) Pasir sangat kasar (Very Coarse

Sand) Pasir Kasar (Coarse Sand) Pasir Sedang (Medium Sand) Pasir Halus (Fine Sand) Pasir Sangat Halus (Very Fine

Sand) Lumpur (Mud) Lanau (Silt) Lempung (Clay)

> 256 64 – 256 4 – 64 2 – 4 1 - 2 0,5 – 1 0,25 – 0,5 0,125 – 0,25 0,0625 – 0,125 0,0039 – 0,0625 < 0,0039

(Sumber Hutabarat dan Evans, 2000)

3.3.2.3 Pengambilan Data Bahan Organik (BOT) Sedimen

Adapun prosedur kerja dari kandungan bahan organik dari sedimen sebagai berikut:

1) Menimbang berat cawan petri.

2) Menimbang berat sampel sedimen yeng telah dikeringkan sebanyak kurang lebih 5 gram

dan mencatatnya (cawan petri + sampel kurang lebih 5 gram) sebagai berat awal.

3) Memanaskan dengan tanur pada suhu 600oC selama kurang lebih 3 jam.

4) Setelah mencapai 3 jam sampel dikeluarkan dari tanur dan di dinginkan dengan

menggunakan desikator.

5) Menimbang kembali sampel (cawan petri + sampel setelah ditanur) yang sudah

dipanaskan sebagai berat akhir.

kandungan bahan organik

Berat BOT

% Bahan Organik = x 100%

Berat sampel

Dimana : BCK = Berat Cawan Kosong ( gram)

BS = Berat Sampel ( gram)

BSP = Berat Setelah Pijar ( gram)

3.3.2.4 Pengambilan Data Parameter Lingkungan

Berat BOT = (BCK + BS) – BSP)

Page 34: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

32

Data parameter lingkungan menggunakan data sekunder dari Badan Meteorologi,

Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Paotere Makassar.

3.4 Pengolahan Data

3.4.1 Pengolahan Data Makrozoobentos

3.4.1.1 Kelimpahan (K)

Kelimpahan organisme makrozoobentos dihitung dengan menggunakan rumus

Shanon-Wiener (Odum 1971):

Y = . x a

Keterangan :

Y = Kelimpahan individu (ind/m2)

a = Jumlah makrozoobentos yang tersaring

b = Luas bukaan sekop (cm2)

10000 = nilai konversi dari cm2 ke m2

3.4.1.2 Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman organisme makrozoobenthos dihitung dengan menggunakan

rumus Shannon-Wiener (Odum 1971):

H’ = -∑ ni/N x In ni/N

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

ni = Jumlah individu setiap jenis

N = Jumlah total individu

3.4.1.3 Indeks Keseragaman

Indeks keseragaman organisme makrozoobentos dihitung dengan menggunakan

rumus Evennes Indeks (Odum 1971):

E = H’ / LnS

Keterangan:

E = Indeks keseragaman jenis

Page 35: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

33

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

S = Jumlah jenis organisme

3.4.1.4 Indeks Dominansi

Indeks dominansi organisme makrozoobenthos dihitung dengan menggunakan rumus

Odum (1971) :

C = ∑ (ni/N)2

Keterangan :

C = indeks dominasi

ni = jumlah individu setiap spesies

N = jumlah total individu

3.5 Analisis Data

Struktur komunitas makrozoobentos dibandingkan antar stasiun pengamatan. Data

hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel atau grafik dan dianalisis secara

secara statistik menggunakan one-way ANOVA.

Page 36: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 KondisiUmum Lokasi Penelitian

Kawasan Pantai Boe merupakan wilayah Desa Mappakalompo Kecamatan Galesong

kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Kabupaten Takalar adalah salah satu kabupaten

dalam wilayah propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki luas 566,51 km2 dan berada pada

posisi 5,300-5,380 LS dan119.22-118.390 BT. Kabupaten Takalar berbatasan dengan Kota

Makassar dan Kabupaten Gowa pada sebelah Utara, Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten

Gowa sebelah Timur, Laut Flores pada sebelah Selatan dan Selat Makassar pada sebelah

Barat. Di Kabupaten Takalar terdapat banyak wilayah pantai yang dimanfaatkan sebagai

objek ekowisata pantai, baik pada lahan di belakang garis pantai maupun pada perairan

pantai depan garis pantai (Sumber Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Takalar).

Pantai Boe di Desa Mappakalompo, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar

merupakan salah satu bagian dari wilayah pesisir Kabupaten Takalar yang memiliki potensi

yang besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata pantai. Oleh karena pantai Boe ini

sudah ±10 tahun belakangan telah ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal, terutama pada

hari libur dan pada akhir pekandengan jumlah pengunjung dapat mencapai sekitar ratusan

sampai seribu orang.Kondisi kawasan ini masih alami, kecuali sebagian kecil telah

dikonversi menjadi lahan pertambakan, tetapi hingga sekarang kurang dikelola dengan baik.

Pertambakan di wilayah pantai ini selain terkesan menganggur juga penanaman mangrove

di dalam tambak yang berumur ±5-10 tahun, sehingga menarik menjadi kawasan yang bisa

dimanfaatkan secara terpadu dengan alam pantai berpasir. (Armos, 2013).

Page 37: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

35

Lahan di belakang pantai berupa empang dan kebun campuran. Dari hasil pengukuran

diketahui bahwa luas empang yaitu ±2 ha dan luas kebun campuran yaitu ±1 ha. Jenis

mangrove yang berada di dalam empang memiliki dua jenis mangrove yaitu Rhizophora

mucronata dan Rhizophora stylosa yang merupakan hasil penanaman oleh petani tambak

sedangkan di ekosistem mangrove alami terdapat 4 jenis mangrove yaitu Avicenia lanata,

Bruguiera sp Rhizophora stylosa dan Rhizophora mucronata. Mangrove tersebut ditanam di

sekitar pematang dan di tengah-tengah tambak. Tujuan penanaman mangrove di sekitar

pinggir tambak dengan tujuan untuk memperkuat struktur pematang dari tambak itu sendiri.

Sedangkan mangrove yang ditanam dengan rapi di tengah tambak bertujuan untuk

mengembalikan kesuburan tanah pada tambak dan sebagai daerah tempat ikan berlindung,

mencari makan (feeding ground), mengasuh dan membesarkan (nursery ground) dan

sebagai tempat untuk bertelur (spawning ground).

Empang tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budidaya ikan bandeng

(Chanos chanos). Empang tersebut masih mendapat pengaruh air tawar dari sungai Saro’

yang bermuara di sebelah Selatan pantai Boe. Namun tidak semua empang dapat

dimanfaatkan oleh karena pada musim kemarau sistem drainase kurang baik karena suplai

air laut tidak begitu banyak yang masuk ke lahan tambak sehingga hanya beberapa lahan

tambak saja yang cukup tergenang oleh air dan dapat dimanfaatkan. Empang lainnya yang

berada di depan kebun campuran ukurannya juga cukup luas. Empang tersebut

dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kegiatan perikanan tambak seperti budidaya

ikan dan udang. (Armos, 2013).

4.2 Karakteristik Sedimen Bar (Pasir Penghalang)

Daerah pantai Desa Mappakalompo merupakan salah satu tipe pantai berpasir yang

umumnya terbentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari sungai atau yang terjadi

karena pengaruh ombak dan arus yang mengantarkan sedimen tersebut ke arah pantai.

Dari fenomena seperti inilah, maka memungkinkan terbentuknya sedimen bar di pantai

tersebut dimana proses pembentukannya terjadi akibat terbawanya sedimen oleh arus

pantai yang secara perlahan-lahan membentuk daratan baru. Letak sedimen bar ini terpisah

Page 38: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

36

dengan pesisir pantai dan mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Sedimen bar ini

muncul karena adanya pengaruh pasang surut maupun arus yang menuju ke arah pantai,

yang membawa sedimen dari dasar laut ke arah pantai sehingga terjadi proses sedimentasi

di daerah intertidal dan membentuk sebuah penghalang atau sedimen bar. Sedimen

tersebut berupa pasir atau batu yang berasal dari sungai yang terdapat disekitar pantai

tersebut. Disamping berasal dari sungai atau daratan, material yang menyusun pantai ini

juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di daerah pantai itu sendiri.

(Anonim, 2002).

Daerah kawasan Pantai Boe memiliki karakteristik yang cukup menarik, karena terjadi

fenomena sedimentasi berupa sedimen bar. Sedimen bar ini merupakan salah satu bentuk

sedimentasi berupa pasir yang berfungsi sebagai penghalang dan hanya tampak pada saat

air laut sedang surut.

Karakteristik sedimen dapat menentukan morfologi fungsional dan tingkah laku hewan

bentos. Tipe substrat dapat memberikan kendali terhadap distribusiorganisme bentos di

perairan. Adaptasi terhadap tipe substrat akan menentukanmorfologi, cara makan dan

adaptasi fisiologi organisme terhadap suhu, salinitasdan faktor kimia lainnya (Hutabarat dan

Evans, 2000). Ukuran partikel sedimen juga berperan penting dalam menentukan jenis

benthos laut (Levinton, 1982).

Sedimen bar terjadi akibat proses sedimentasi yang membentuk endapan dari

gelombang dan arus sepanjang pantai. Ketika gelombang menghempas yang merupakan

kekuatan pukulan untuk memecahkan batuan yang ada di pantai. Butiran-butiran halus dari

pecahan batuan (material klastis), seperti kerikil atau pasir, kemudian diangkut sepanjang

pesisir (zona pasang surut), yaitu bagian yang terkadang kering dan terkadang berair oleh

gerak pasang surut atau oleh arus sepanjang pesisir. Proses pemindahan bahan-bahan

penyusun pantai yang terangkut disebut beachdrift, yaitu pergeseran-pergeseran pasir atau

kerikil oleh gelombang sampai diendapkan dan membentuk endapan pasir (Hallaf,2006).

4.3 Kaitan Sedimen Bar dengan Faktor Pembatas Fisik

4.3.1 Pasang Surut

Page 39: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

37

Pasang surut memiliki pengaruh yang besar terhadap kemunculan sedimen bar dan

proses transpor sedimen. Apabila pasang, maka sedimen bar ini tidak akan muncul dan

akan terlihat kembali di saat surut. Hal ini tentunya juga berpengaruh terhadap keberadaan

organisme benthos disekitarnya.

Berdasarkan data yang diperoleh muka air tertinggi (maksimum) terjadi pada tanggal

12 Januari 2013 dengan nilai elevasi sebesar 140 cm sedangkan muka air terendah pada

tanggal 4 Januari 2013 dengan nilai elevasi 125 cm. Hal ini menunjukkan bahwa sedimen

bar hanya muncul pada saat surut.

Gambar 4.

Grafik pasang surut

4.3.2 Arus Permukaan Laut

Berdasarkan data yang diperoleh, kecepatan arus rata-rata di daerah penelitian yaitu

dari daerah hatchery (stasiun 1) sampai muara sungai saro’ (stasiun 3) diperoleh nilai 0,069

m/s. Dalam hal ini, kecepatan arus dapat mempengaruhi kemunculan sedimen bar dan

proses sedimentasi pada sedimen bar dapat terjadi lebih cepat. Menurut Dean dan

Dalrymple (2002), perputaran/sirkulasi arus di sekitar pantai dapat digolongkan dalam tiga

jenis, yaitu: arus sepanjang pantai (Longshore current), arus seret (Rip current), dan aliran

balik (Back flows/cross-shore flows). Di daerah pantai Desa Mappakalompo, garis puncak

gelombang datang sejajar dengan garis pantai yang mana daerah ini merupakan daerah

Page 40: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

38

surf zone terdapat banyak penghalang bukit pasir (sand bars) dan celah-celah (gaps) maka

arus yang terjadi adalah berupa sirkulasi sel dengan rip current yang menuju laut. (Tabel 3).

Tabel 3. Arus permukaan laut (Armos, 2013)

Stasiun

Kecepatan Arus (m/s) Rata-rata

Kec. Arus (m/s) Saat

Pasang Saat Surut

I 0.057 0.100 0,078 II 0,059 0,077 0,069 III 0.053 0.082 0,067 IV 0,056 0,0734 0,064

0,0695

4.3.3 Gelombang

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

(BMKG), gelombang tertinggi pada umumnya adalah 3.5-5.0 m. Kondisi gelombang seperti

ini mengakibatkan keberadaan sedimen bar sangat tidak memungkinkan karena gelombang

yang tinggi membuat sedimen bar ini tidak muncul dan tenggelam. Energi gelombang akan

membangkitkan arus dan mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai

(cross-shore) dan sejajar pantai (longshore).

Tabel 4. Kondisi gelombang laut pada bulan Januari (Sumber, BMKG)

Lokasi Tinggi Gel.

Laut(m) Sig Max Selat Makassar bagian selatan 1.0-1.8 3.5-5.0

4.3.4 Bahan Organik Total (BOT), Jenis dan Tekstur Sedimen

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan bahan organik (BOT), terlihat bahwa

kandungan bahan organik tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 2,079 sedangkan

kandungan bahan organik terendah terdapat pada stasiun 4 (stasiun kontrol) dengan nilai

1,015. Tingginya kandungan bahan organik pada stasiun I dipengaruhi oleh akibat dari

limbah rumah tangga dimana daerah stasiun 1 merupakan daerah yang dekat dengan

pemukiman penduduk dan limbah industri hatchery dimana masing-masing memberikan

Page 41: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

39

sumbangan bahan organik ke perairan. Kandungan bahan organik dalam perairan akan

mengalami peningkatan, antara lain sebagai akibat dari limbah rumah tangga, pertanian,

industri, hujan dan aliran air permukaan. Keadaan seperti ini menyerupai hasil penelitian

dengan judul “Struktur Komunitas Makrozoobentos di Intertidal Pantai Desa Dompas

Kabupaten Bengkalis Riau” (Fajriansyah, 2011). Berbeda dengan stasiun 4 (stasiun kontrol)

dimana kandungan bahan organiknya terendah, rendahnya kandungan bahan organik yang

terdapat pada Stasiun 4 diduga disebabkan substrat dasar dari stasiun ini memiliki fraksi

pasir. Keadaan ini sesuai menurut (Clark dalam Ardi, 2002) bahwa sedimen berpasir

memiliki kandungan bahan organik lebih sedikit dibandingkan sedimen lumpur, karena dasar

perairan berlumpur cenderung mengakumulasi bahan organik yang terbawa oleh aliran air,

dimana tekstur dan ukuran partikel yang halus memudahkan terserapnya bahan organik.

Tekstur sedimen yang di dominasi oleh fraksi pasir menyebabkan dominannya organisme

Kelas Bivalvia. Hal ini didukung oleh pernyataan Lind (1979) bahwa fraksi pasir merupakan

habitat yang paling disukai oelh makrozoobentos. Pada dasarnya kondisi lingkungan dan

parameter fisika seperti bahan organik (BOT) dan fraksi sedimen tidak berpengaruh

terhadap distribusi makrozoobentos. Hal ini diakibatkan oleh karakteristik sedimen bar yang

bersifat tidak permanen, artinya hanya muncul pada saat surut dan hilang pada saat

pasang.

Gambar 5. Bahan organik total pada seluruh stasiun

Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:

0

0.5

1

1.5

2

2.5

1 2 3 4

Page 42: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

40

Tabel 5. Hasil analisis BOT, jenis dan tekstur sedimen Stasiun st 1 st 2 st 3 st kontrol BOT (gr) 2,079 1,419 1,257 1,015

Jenis sedimen (Q2) (mm)

Pasir sedang (0,265)

Pasir sedang (0,355)

Pasir sedang (0,450)

Pasir sedang (0,455)

Tekstur sedimen (dominasi) Pasir Pasir Pasir Pasir

4.4 Struktur Komunitas Makrozoobentos

4.4.1 Komposisi Jenis Makrozoobentos

Ditemukan 37 jenis makrozoobentos pada 3 stasiun sedimen bar dan 1 stasiun yang

bukan sedimen bar (stasiun kontrol), 14 spesies dari kelas Gastropoda dan 23 spesies dari

kelas Bivalvia, dengan total jumlah individu pada empat stasiun sebanyak 426 individu.

Stasiun 1 didominasi oleh spesies Terebra affinis dengan persentase sebesar 12%. Terebra

affinis merupakan salah satu spesies dari kelas gastropoda, Gastropoda lebih banyak

dijumpai karena organisme ini didukung oleh struktur tubuh yang bercangkang dan dapat

memperkecil pengaruh hempasan ombak dan sifat hidupnya yang menempel dan dapat

menggali lubang pada substrat dimana mereka hidup. Sementara substrat yang dominan

pada stasiun 1 yaitu substrat pasir sedang (Gambar 6).

Page 43: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

41

Gambar 6. Kelimpahan jenis makrozoobentos berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan

pada seluruh stasiun 1.

Stasiun 2 didominasi oleh spesies Trachycardium subrugosum dengan persentase

sebesar 15%. Trachycardium subrugosum merupakan salah satu spesies dari kelas bivalvia.

Pada stasiun ini, subtrat yang mendominasi yaitu substrat pasir sedang (Gambar 7).

Gambar 7. Kelimpahan jenis makrozoobentos berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan pada seluruh stasiun 2.

Stasiun 3 didominasi oleh spesies Fragum fragum dengan nilai persentase sebesar

21%. (Gambar 8).

Pseudostomatella papyracea

2%

Rhinoclavis aspera

4%

Mastonia sp2% Viriola corrugata

2%

Turricula javana1%

Ficus gracilis1%

Cerithium sp5%

Terebra affinis12%

Fragum fragum2%Tellina remies

7%

Tapes dorsatus2%

Trachycardium subrugosum

8%

Tellina tokunagai

10%Dosinia insularum6%

Tellina timorensis1%

Placemen chlorotica4%

Fulfia papyracea2%

Quadrans gargadia7%

Corculum cardissa2%

Pitar manillae4%

Gaffarium pectinatum2%

Hemidonax donaciformis

11%

Soletellina donacioides

3%

Littorina scabra5%

Vexillum exasperatum

12%

Mastonia sp9%

Strombus gibberulus1%

Terebra affinis4%

Notocallista kingii6%

Eucrassatella kingicola4%

Pitar manillae6%

Trachycardium subrugosum

15%

Dosinia insularum6%

Mactra pusilla9%

Notacallista diemenensis

4%

Tellina radiata4%

Tellina tokunagai1%

Soletellina donacioides3%

Quadrans gargadia3%

Tapes dorsatus5%

Placemen chlorocita1%

Fragum fragum

1%

Page 44: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

42

. Gambar 8. Kelimpahan jenis makrozoobentos berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan

pada seluruh stasiun 3.

Stasiun kontrol didominasi oleh spesies Mastonia sp dengan nilai persentase sebesar

14%. (Gambar 9).

Gambar 9. Kelimpahan jenis makrozoobentos berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan

pada seluruh stasiun kontrol.

Komposisi jenis yang ditemukan berdasarkan jumlah jenis pada masing-masing

stasiun pengamatan menunjukkan bahwa jumlah makrozoobentos yang tertinggi terdapat

pada stasiun I yaitu 23 spesies. Makrozoobentos yang terdapat didominansi oleh kelas

Bivalvia. Komposisi jenis makrozoobentos pada seluruh stasiun didominasi oleh Kelas

Bivalvia (Tabel 6). Pada stasiun 1, Kelas Bivalvia mendominasi dengan nilai komposisi jenis

Cerithium kobelti12%

Pseudostomatella papyracea

1%

Mastonia sp2%

Nassarius venustus1%

Vexillum exasperatum6%Cerithidea cingulata

2%

Quadrans gargadia5%

Notocallista diemenensis

7%

Trachycardium subrugosum

7%

Dosinia insularum

11%

Fragum fragum21%

Pitar manillae7%

Placemen chlorocita1%

Eucrassatella kingicola1%

Glycymeris grayana1%

Mactra pusilla5% Tellina

remies7%

Tellina tokunagai3%

Hemidonax donaciformis

3%

Cerithium kobelti

10%Vexillum

exasperatum13%

Turricula javana8%

Mastonia sp14%

Rhinocalvis aspera8%

Trachycardium subrugosum

9%

Eucrassatella kingicola

6%

Tellina timorensis3%

Dosinia insularum6%

Fragum fragum8%

Soletellina donacioides

7%

Hemidonax donaciformis

4%

Pitar manillae5%

Page 45: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

43

sebesar 65,217%. Pada stasiun 2, Kelas Bivalvia juga mendominasi dengan nilai komposisi

jenis sebesar 73,684%. Sedangkan pada stasiun 3 dan stasiun kontrol, Kelas Bivalvia masih

mendominasi dengan nilai komposisi jenis sebesar 68,421% dan 66,667%. Dominannya

jumlah spesies dari kelas Bivalvia di lokasi penelitian berkaitan dengan substrat

penyusunnya yaitu terdiri dari pasir sedang pada semua stasiun pengamatan. Hal ini

dikarenakan kelas Bivalvia termasuk dalam kelompok organisme yang dapat hidup pada

daerah dengan sedimen mulai dari lumpur sampai pasir kasar. Kelas Bivalvia masuk dalam

kategori organisme pemakan suspensi dan deposit (Nybakken, 1992). Tidak adanya

perbedaan yang cukup signifikan terhadap jumlah jenis dan kelimpahan makrozoobentos

disebabkan oleh adanya persamaan substrat pada setiap stasiun yaitu substrat pasir

sedang. (Gambar 9).

Tabel 6. Komposisi jenis makrozoobentos pada setiap stasiun berdasarkan jumlah individu.

N0. Class St 1 %

St 2 %

St 3 %

St Kontrol %

1. Gastropoda 8 34,783 5 26,316 6 31,579 5 33,333 2. Bivalvia 15 65,217 14 73,684 13 68,421 10 66,667

Total 23 100 19 100 19 100 15 100

Kelas Bivalvia memiliki kemampuan untuk menggali sedimen dan menyaring partikel-

partikel yang tersuspensi dengan menggunakan sifon yang terdapat pada bagian tubuh

Bivalvia dan menjulurkannya ke permukaan untuk memperoleh makanan. Bahan organik

yang terdeposit diperoleh dengan cara menggali lubang kemudian menyaring bahan organik

tersebut (Nybakken, 1992).

Hal ini didukung oleh pernyataan Lind (1979) yang menyatakan bahwa substrat pasir

merupakan habitat yang paling disukai makrozoobentos. Banyaknya jenis makrozoobentos

pada stasiun kontrol disebabkan karena stasiun kontrol merupakan daerah yang permanen,

dimana makrozoobentos telah berasosiasi dengan daerah tersebut, berbeda dengan

sedimen bar yang merupakan daerah yang tidak permanen sehingga jumlah jenis

makrozoobentos dapat berubah. Dari hasil analisis uji anova diperoleh nilai f hitungnya

Page 46: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

44

sebesar 1,067 dengan nilai signifikan sebesar 0,397 (>0,05),berarti tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antar stasiun dalam hal ini jumlah jenis makrozoobentos.

Gambar 10. Jumlah jenis makrozoobentos antar stasiun

4.4.2 Kelimpahan Makrozoobentos

Kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun I dan stasiun III yaitu 406,6 Ind/m2.

Tingginya kelimpahan makrozoobentos tersebut diakibatkan oleh tingginya bahan organik

yang dapat mempengaruhi organisme dasar. Menurut Wood (1987) menyatakan bahwa

bahan organik yang mengendap di dasar perairan merupakan sumber makanan bagi

organisme bentik, sehingga jumlah dan laju pertambahannya dalam sedimen mempunyai

pengaruh yang besar terhadap populasi organisme dasar.Allard dan Moreau dalam APHA

(1992) menyatakan bahwa kelimpahan hewan benthos pada suatu perairan sangat

dipengaruhi oleh berbagai factor lingkungan baik biotik maupun abiotik.

Dari hasil analisis uji anova diperoleh nilai f hitungnya sebesar 0,813 dengan nilai

signifikan sebesar 0,505 (>0,05), berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar

stasiun dalam hal ini kelimpahan makrozoobentos. (Lampiran 6).

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 kontrol

Page 47: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

45

Gambar 11. Kelimpahan Rata-rata Individu makrozoobenthos pada seluruh stasiun 4.4.3 Indeks keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (C)

Makrozoobentos

Berdasarkan hasil penghitungan ini diperoleh nilai indeks keanekaragaman (H’)

tertinggi ditemukan di stasiun kontrolyaitu 1,59, sedangkan stasiun 1, 2, dan 3 masing-

masing memiliki nilai yang sama yaitu 1,51.Keanekaragaman (H’) mempunyai nilai terbesar

jika semua individu berasal dari genus atau spesies yang berbeda-beda, sedangkan nilai

terkecil jika semua individu berasal dari satu genus atau satu spesies saja (Odum, 1971).

Dari nilai yang diperoleh, diketahui bahwa komunitas makrozoobentos yang ditemukan

pada lokasi penelitian agak beragam. Nilai keanekaragaman tinggi diperoleh jika ditemukan

banyak individu dan semua individu berasal dari jenis atau genera yang berbeda–beda dan

akan mempunyai nilai kecil atau sama dengan nol jika suatu individu berasal dari beberapa

atau satu jenis saja (Odum, 1971).

Untuk nilai indeks keseragaman (E), Stasiun 1 dan 2memiliki nilai yang paling tinggi

yaitu 0,43.Stasiun1 dan 2 memiliki indeks keseragaman yang lebih baik dibandingkan

stasiun lainnya karena jumlah individu dari tiap jenis makrozoobentos yang ditemukan lebih

merata. Keseragaman hewan bentos dalam suatu perairan dapat diketahui dari indeks

keseragamannya. Semakin kecil nilai indeks keseragaman organisme maka penyebaran

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4

Page 48: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

46

individu tiap jenis tidak sama, ada kecenderungan didominasi oleh jenis tertentu (Odum,

1971).

Untuk nilai indeks dominasi (C), stasiun kontrol memiliki nilai tertinggi yaitu 0,79

sedangkan nilai indeks dominansi terendah terdapat pada stasiun 3.Nilai indeks dominansi

ini menunjukkan bahwa ada jenis tertentu yang mendominasi pada semua stasiun.Nilai

indeks dominansi yang tinggi menyatakan bahwa konsentrasi dominansi yang rendah,

artinya tidak ada jenis yang mendominasi komunitas tersebut. Sedangkan nilai dominansi

yang rendah menyatakan konsentrasi dominasi yang tinggi, artinya terdapat jenis yang

mendominansi dalam komunitas tersebut, karena jika ada jenis yang mendominasi maka

keseimbangan komunitas akan menjadi tidak stabil dan akan mempengaruhi

keanekaragaman dan keseragaman (Odum, 1971).

Gambar 12. Indeks ekologi makrozoobentos

Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi, jika kelimpahan

masing-masing jenis tinggi dan sebaliknya keanekaragaman jenis rendah jika hanya

terdapat beberapa jenis yang melimpah. Indeks keragaman jenis (H’) organisme pada suatu

perairan menurut Shanon dan Wiener (dalam Odum, 1971) yaitu : jika H’< 1 berarti

keanekaragaman rendah, artinya jumlah individu tak seragam dan ada salah satu jenis yang

1.51 1.51 1.511.59

0.43 0.43 0.41 0.41

0.76 0.76 0.75 0.79

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

1 2 3 4

Stasiun

indeks keanekaragaman

indeks keseragaman

indeks dominansi

Page 49: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

47

dominan. jika 1 ≤ H’ ≤ 3 berarti keanekaragaman sedang artinya jumlah individu tidak

seragam dan jika H’ ≥ 3 berarti keanekaragaman tinggi artinya jumlah individu mendekati

seragam dan tidak ada jenis yang dominan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa nilai indeks keanekaragaman

pada semua stasiun yaitu 1 ≤ H’ ≤ 3 berarti keanekaragaman sedang yang artinya jumlah

jenis tidak seragam pada semua stasiun.

Menurut Simpson dalam Odum (1996) nilai indeks dominansi <0,5 berarti tidak ada

jenis yang mendominansi sedangkan apabila indeks dominansi > 0,5 berarti ada jenis

tertentu yang mendominansi.

Krebs (dalam Suherdi, 1992) mengemukakan bahwa nilai indeks keseragaman (e)

terletak antara nol dan satu. Bila nilai e = 1, berarti perairan dianggap seimbang. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Hartati dan Awaluddin (2007), bahwa semakin besar nilai

keseragaman menunjukkan keseragaman jenis yang besar, artinya kepadatan individu tiap

jenis dapat dikatakan sama dan cenderung tidak didominasi oleh jenis tertentu, sebaliknya

semakin kecil nilai keseragaman menunjukkan keseragaman jenis yang kecil, artinya

kepadatan individu tiap jenis dapat dikatakan tidak sama dan cenderung didominasi oleh

jenis tertentu.

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Ditemukan sebanyak 37 spesies makrozoobentos yang tersebar di

3stasiunsedimen bar dan 1 stasiun yang bukan sedimen bar (stasiun kontrol) yang

terdiri dari 14 spesies dari kelas Gastropoda dan 23 spesies dari kelas Bivalvia.

2. Tingkat keseragaman dan keanekaragaman makrozoobentos yang ditemukan

dalam penelitian ini cukup beragam, walaupun tidak ada pengaruh yang cukup

Page 50: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

48

signifikan berkaitan dengan jumlah jenis maupun kelimpahan makrozoobentos

pada sedimen bar yang berbeda.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai parameter fisik yang

mempengaruhi sedimen bar ini karena merupakan salah satu fenomena menarik

dalam suatu proses sedimentasi dan memiliki kaitan terhadap komunitas

makrozoobentos yang hidup di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2002. Modul Sosialisasi dan Ruang Orientasi Penataan Ruang Laut, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Armos, N. H. 2013. Studi Kelayakan Lahan Pantai Wisata Desa Mappakalompo Kec.

Galesong Ditinjau Berdasarkan Biogeofisik. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Barnes, R.S.K and R.N. Hughes. 1999. An Introduction to Marine Ecology. 3rd ed. Great

Britain, The University Press of Cambridge.

Bengen, G, 2002. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.IPB, Bogor.

Chester, R. 1993. Marine Geochemistry. Unwin Hyman Ltd. London.

Dale, E. I. dan William J. W. 1989. Oceanography : An Introduction. 3th Edition.

Page 51: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

49

Wadsworth Publishing Company Belmart. California.

Dave G. Raffaelli, Stephen J. Hawkins. 1996. Intertidal Ecology. Springer. University of Southampton, Southampton, Hampshire, UK.

Dean, R.G. dan Dalrymple, R.A., 2002. Coastal Processes with EngineeringAplication.

Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom. Garrison, T. 2005. Oceanography: An Invitation to Marine Science. 5ed.Thomson Learning,

Inc. USA.

Garrison, T. 2006. Essentials of Oceanography. 4ed. Thomson Learning, Inc.USA.

Hallaf, Abdul. 2006. Modul Geomorfologi Indonesia. UNM: Geografi. Hawkes. 1976. Principle Standard Methods for Determining Ecological Criteria on Hydrobiocoenose. Pergamon Press, Oxford.

Hawkes, H. A. 1979. Invertebrates as Indicators of River Water Quality. In:

Biological Indicator of Water Quality. James, A dan L. Evison. Ed. John Willey &Sons. Great Britain.

Hutabarat, S. dan S. M. Evans. 2000. Pengantar Oseonografi. UI Press. Jakarta.

Ihlas. 2001. Struktur Komunitas Makrozoobentos Pada Ekosistem Hutan Mangrove di Pulau Sarapa Kecamatan Liukang Tupabiring Kabupaten Pangkep. Sulawesi Selatan.

Krebs, C. J.1978. A review of Chitty's hypothesis of population regulation. Canadian Journal

of Zoology 56: 2463-2480 Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution And Abundance. Third Edition. Harper And Row Publisher. Philadelphia. Levinton, J. S., 1982. Marine Ecology. Prientice – Hall inc. London.

Lind, O. T. 1979. Hand Book of Common Method in Limnology. CV. Mosby. St.Louis,

Toronto. London.

Mann, K. H. 1982. Ecology of Costal Water: System Approach. Blackwell Scientific Publisher. London

Mappa, H. dan Kaharuddin. 1991. Geologi Laut. Himpunan Mahasiswa Geologi. Fakultas Teknik. Universitas Hasanuddin. Makassar.

McNaughton, J. 1990. Ekologi umum. Yogyakarta: Penerbit UGM Press.

McNaughton, S.J. dan Wolf, Larry, L. 1992. Ekologi Umum Ed. Kedua. Gadjah Mada University Press.

Nybakken. 1982. Marine Biology. Harper & Row. New York.

Nybakken, J. W. 1992, Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerjemah: H.Muhammad Eidman. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

Page 52: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

50

Nybakken. 1997. Marine Ecology. 4th edition. Addison Wesley Longman, Inc. (Menlo Park, Calif). New York.

Odum, E. P. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta, Gajah Mada University Press.

Raffaelli, D and S. Hawkins.,1996, Intertidal Ecology, Chapman and Hall, Oxford, UK.

Rossenberg, H. M. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic Macroinvertebrates.

Chapman and Hall, New York. London.

Sissenwine, M. P., and A. A. Rosenberg. 1993. Marine fisheries at a critical juncture. Fisheries, 18(10): 6–14.

Stephenson, T.A., Stephenson, A., 1972. Life Between Tide-Marks on Rocky Shores. W.H.

Freeman, USA, 425 pp.

Sumich, J. L. 1992. An introduction to the biology of marine life. Fifth edition.WCB Wm.C.Brown Publishers. United States of America, 2460 Kerper Boulevard Dubuque IA 52001.

Thurman, H. V. and A. P. Trujillo. 2004. Introductory Oceanography. Pearson

Prentice Hall. New Jersey. 608 hlm.

Triatmodjo, B. 1999, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta. Wenworth, C.K., 1922. A scale of grade and class term for clastic sediment. Jour. Geol. 30 : 337 – 392

Page 53: DISTRIBUSI MAKROZOOBENTOS PADA SEDIMEN BAR … · Pengamatan dilakukan dengan mengambil data dan sampel dari lapangan, ... dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Geomorfologi dan

51