distribusi lamun dan mangrove menggunakan citra satelit worldview
TRANSCRIPT
DISTRIBUSI LAMUN DAN MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA
SATELIT WORLDVIEW-2 DI GUGUS PULAU PARI, KEPULAUAN
SERIBU
IHSAN KURNIA GHAZALI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul Distribusi
Lamun dan Mangrove Menggunakan Citra Satelit WorldView-2 di Gugus Pulau
Pari, Kepulauan Seribu adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis ini kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Ihsan Kurnia Ghazali
NIM C54080029
ABSTRAK
IHSAN KURNIA GHAZALI. Distribusi Lamun dan Mangrove
Menggunakan Citra Satelit WorldView-2 di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
Dibimbing oleh SYAMSUL BAHRI AGUS dan ADRIANI SUNUDDIN.
Teknologi satelit penginderaan jauh mempunyai kemampuan untuk
mengidentifikasi dan memantau sumberdaya alam dan lingkungan wilayah pesisir.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui distribusi lamun dan mangrove
menggunakan citra Satelit WorldView-2 di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
Pengolahan citra menggunakan algoritma NDVI untuk mendeteksi vegetasi lamun
dan mangrove, yang menghasilkan nilai NDVI dari -0,987 sampai 0,936. Survei
lapang di padang lamun menggunakan transek 1 m x 1 m yang diletakkan secara
acak, sedangkan untuk mangrove menggunakan transek 10 m x 10 m. Jenis lamun
yang ditemukan adalah Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, dan Thalassia
hemprichii, sedangkan jenis mangrove yang ditemukan adalah Rhizophora
mucronata. Di Pulau Karang Kudus, Pulau Biawak, dan Pulau Pari jenis lamun
yang dominan adalah Enhalus acoroides, sedangkan di Pulau Burung jenis lamun
yang dominan adalah Thalassia hemprichii. Kerapatan rata-rata mangrove di
Pulau Biawak adalah 13 ind/100 m2 dan Pulau Burung memiliki Rhizophora
mucronata dengan kerapatan rata-rata 43 ind/100 m2. Rhizophora mucronata di
Pulau Pari memiliki kerapatan rata-rata 22 ind/100 m2. Hasil klasifikasi citra
WorldView-2 menunjukkan luas lahan untuk lamun sebesar 324.200 m2,
sedangkan untuk mangrove jarang adalah 12.500 m2, mangrove sedang sebesar
32.700 m2 dan mangrove lebat sebesar 47.800 m
2.
Kata kunci: penginderaan jauh, distribusi, lamun, mangrove, Pulau Pari
ABSTRACT
IHSAN KURNIA GHAZALI. Distribution of seagrasses and mangroves
using WorldView-2 Imagery in Pari Island, Kepulauan Seribu. Under direction of
by SYAMSUL BAHRI AGUS and ADRIANI SUNUDDIN.
Satellite remote sensing technology has the ability to identify and monitor
natural resources and environment in coastal areas. The purpose of this research
was to determine the distribution of seagrasses and mangroves using WorldView-
2 imagery in Pari Island, Kepulauan Seribu. NDVI image processing algorithm
for detecting seagrasses and mangroves vegetation was applied, resulting in NDVI
values of -0.987 to 0.936. Groundtruth survey on seagrasses was conducted
haphazardly using transect plot of 1 m x 1 m, while for mangroves was 10 m x 10
m. Observed seagrass species were Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides,
and Thalassia hemprichii, while mangrove was Rhizophora mucronata. Karang
Kudus Island, Biawak Island and Pari Island had dominant seagrass species of
Enhalus acoroides, while in Burung Island was dominated by Thalassia
hemprichii. Average mangroves density in Biawak Island was 13 ind/100 m2 and
Burung Island has Rhizophora mucronata with average density of 43 ind/100 m2.
Rhizophora mucronata in Pari Island had an average density was 22 ind/100 m2.
Classification results of WorldView-2 showed the extent area for seagrasses was
324.200 m2, while for sparse mangrove was 12.500 m
2, medium 32.700 m
2 and
dense 47.800 m2.
Keyword: remote sensing, distribution, lamun, mangrove, Pari Island
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DISTRIBUSI LAMUN DAN MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA
SATELIT WORLDVIEW-2 DI GUGUS PULAU PARI, KEPULAUAN
SERIBU
IHSAN KURNIA GHAZALI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Distribusi Lamun dan Mangrove Menggunakan Citra Satelit
WorldView-2 di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu Nama : Ihsan Kurnia Ghazali
NIM : C54080029
Disetujui oleh
Dr. Syamsul Bahri Agus, S.Pi, M.Si
Pembimbing I
Adriani Sunuddin, S.Pi, M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: 27 Juni 2014
PRAKATA
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas semua rahmat dan karunia yang
telah diberikan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan selesai.
Skripsi dengan judul “Distribusi Lamun dan Mangrove Menggunakan Citra
Satelit WorldView-2 di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu” yang diajukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
atas bimbingan, dorongan, bantuan dan doa dari berbagai pihak terutama kepada :
1. Dr. Syamsul Bahri Agus, S.Pi, M.Si dan Adriani Sunuddin, S.Pi, M.Si. selaku
dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahannya yang diberikan
kepada penulis.
2. Dr. Ir. Vicentius P. Siregar, DEA selaku dosen penguji, atas kritik dan saran
yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
3. Staf Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK-IPB yang telah
membantu dalam menyelesaikan administrasi.
4. Kedua orang tua, Ayah Jaelani dan Ibu Ayi Setiawati serta kakak dan adik
yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan motivasi yang tiada batas
kepada penulis.
5. Keluarga mang Ujang yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis.
6. Warkopers : Ian, Ridho, Fahmi, Cimol, Anstayn dan anggota warkopers
lainnya yang telah memberikan kenyamanan dalam sebuah keluarga.
7. Marine Basecamp ITK 45 yang telah memberikan dukungan.
8. Keluarga besar Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, khususnya teman
teman ITK 45 yang telah memberikan dukungan dan memberikan semangat
kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan
nama satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun
pihak lain dan mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan dan pengembangan
lebih lanjut untuk penelitian ini.
Bogor, Oktober 2014
Ihsan Kurnia Ghazali
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
PENDAHULUAN .............................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................ 2
METODE PENELITIAN .................................................................... 2
Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................... 2
Alat dan Bahan .......................................................................... 2
Survey Lapang Mangrove dan Lamun ...................................... 3
Analisis Pengolahan Data Mangrove ......................................... 3
Pengolahan Citra ........................................................................ 3
Pengolahan Citra Vegetasi Mangrove dan Lamun ........... 4
Uji akurasi .................................................................................. 4
Satelit WorldView-2 .................................................................. 5
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 7
Kondisi Habitat Lamun dan Mangrove Berdasarkan Hasil
Suvey Lapang ........................................................................... 7
Lamun ............................................................................... 7
Mangrove .......................................................................... 8
Distribusi Mangrove dan Lamun ............................................... 8
Uji Akurasi Hasil Klasifikasi Citra dengan Survei Lapang ....... 11
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 13
LAMPIRAN ....................................................................................... 15
DAFTAR GAMBAR
1. Lokasi Penelitian di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu .................... 2
2. Transek survei (a) lamun dan (b) mangrove ........................................... 3
3. Contoh perhitungan matrix confusion .................................................... 4
4. Diagram alir pengolahan citra ................................................................ 6
5. Komposisi jenis lamun hasil survei lapang ............................................ 7
6. Histogram kelas NDVI ........................................................................... 9
7. Peta Sebaran Mangrove dan Lamun di Gugus Pulau Pari ....................... 10
DAFTAR TABEL
1. Karakteristik Satelit WorldView-2 ......................................................... 5
2. Rata-rata kerapatan mangrove hasil survei lapang ................................. 8
3. Nilai selang kelas NDVI ......................................................................... 9
4. Luas masing-masing kelas hasil klasifikasi lahan di Gugus Pulau Pari . 11
5. Nilai confusion matrix pada klasifikasi citra dengan survei lapang ....... 11
6. Akurasi producer dan user klasifikasi kelas .......................................... 12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padang lamun adalah suatu hamparan laut yang didominasi oleh vegetasi
lamun dan merupakan ekosistem yang kaya akan akan keanekaragaman hayati.
Padang lamun mempunyai fungsi penting sebagai penunjang kehidupan misalnya
penghasil oksigen, sumber pakan bagi berbagai biota laut, tempat asuhan berbagai
hewan laut, membantu mengurangi sedimentasi dan memperkuat garis pertahanan
garis pantai (Nontji, 2010). Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya
alam wilayah pesisir yang mempunyai peranan penting ditinjau dari sudut sosial,
ekonomi, dan ekologis. Fungsi utama sebagai penyeimbang ekosistem dan
penyedia berbagai kebutuhan hidup bagi manusia dan mahluk hidup lainnya.
Sumberdaya hutan mangrove, selain dikenal memiliki potensi ekonomi sebagai
penyedia sumberdaya kayu juga sebagi tempat pemijahan (spawning ground),
daerah asuhan (nursery ground), dan juga sebagai daerah untuk mencari makan
(feeding ground) bagi ikan dan biota laut lainnya, juga berfungsi untuk menahan
gelombang laut dan intrusi air laut ke arah darat (Suzana et al. 2011).
Pulau Pari merupakan bagian dari Kepulauan Seribu, yang terdiri dari 103
gugus pulau terbentang dari Teluk Jakarta hingga ke utara yang berujung di Pulau
Sebira yang berjarak kurang lebih 150 km dari pantai Jakarta Utara. Pulau Pari
mempunyai luas daratan sekitar 897,71 ha dengan luas perairan mencapai 6.997,5
km2 (Sutiknowati 2012). Gugus Pulau Pari merupakan kelompok pulau karang
yang terdiri dari lima pulau dan goba serta dikelilingi oleh rataan terumbu karang.
Kelima pulau tersebut adalah Pulau Pari, Pulau Tikus, Pulau Tengah dan Pulau
Kongsi (Triyono 2010).
Teknologi satelit penginderaan jauh (inderaja) mempunyai kemampuan
untuk mengidentifikasi dan memantau sumberdaya alam dan lingkungan wilayah
pesisir, seperti habitat lamun, mangrove, karang, pantai, muara sungai, dan
mampu mendeteksi perubahan tataguna lahan wilayah pesisir. Penggunaan
teknologi penginderaan jauh untuk studi pemetaan padang lamun, mangrove dan
karang. Kelebihan teknologi penginderaan jauh adalah mampu merekam data dan
informasi secara luas, berulang dan lebih terinci mendeteksi perubahan habitat
(Mumby et al. 2004), memiliki banyak saluran/kanal/band, sehingga dapat
digunakan untuk menganalisis berbagai pemanfaatan khusus sumberdaya, dapat
menjangkau daerah yang sulit didatangi manusia/kapal (Kutser et al. 2003).
Data citra satelit yang diperoleh dalam bentuk/format digital menjadikan
produk teknologi inderaja mudah dianalisis menggunakan komputer dan harga
dari informasi yang didapat relatif lebih murah. WorldView-2, diluncurkan
Oktober 2009, adalah yang pertama resolusi tinggi 8-band satelit komersial
multispektral. Beroperasi pada ketinggian 770 kilometer, WorldView-2
menyediakan 46 cm resolusi pankromatik dan 1,85 meter resolusi multispektral.
Satelit WorldView-2 memiliki waktu kembali rata-rata 1,1 hari dan mampu
mengumpulkan hingga 1 juta kilometer persegi dari 8-band citra per hari,
meningkatkan kapasitas koleksi DigitalGlobe multispektral untuk koleksi lebih
cepat dan dapat diandalkan (Digital Globe 2009).
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui distribusi lamun dan mangrove
menggunakan Citra Satelit WorldView-2 di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi Penelitian
Kegiatan survei lapang dilakukan pada tanggal 2-5 Oktober 2012. Lokasi
pengamatan berada di Gugus Pulau Pari. Gugusan Pulau Pari berjarak sekitar 35
km dari Jakarta, terletak pada koordinat 05o51'07" LS sampai 05
o52'15" LS dan
106o35'45" BT sampai 106
o38'09" BT. Pemrosesan data citra satelit dilakukan di
Laboratorium Penginderaan Jauh Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK
IPB, Bogor.
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat komputer/laptop yang
dilengkapi dengan perangkat lunak seperti Er Mapper 6.4, Ms. Word 2007, Ms.
Excel 2007 dan ArcGIS 10. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra
Satelit WorldView-2 yang memiliki resolusi temporal 1.8 m x 1.8 m dengan
akuisisi pada tanggal 19 Oktober 2011.
3
Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam survei lapang meliputi peta;
transek 1 m x 1 m; transek 10 m x 10 m; Global Positioning System (GPS) jenis
Garmin 76CSX; roll meter 50 meter; alat tulis; papan jalan; dan datasheet.
Survei Lapang Mangrove dan Lamun
Survei di padang lamun dengan menggunakan transek (1 m x 1 m), yang
diletakkan secara acak dimana titik stasiun menyebar di sekitar perairan Pulau
Pari. Nilai penutupan lamun dan spesies lamun yang terdapat dalam transek
berdasarkan acuan yang dikeluarkan oleh Seagrass-Wacth (Mc Kenzie 2003).
Survei mangrove dilakukan dengan menggunakan transek (10 m x 10 m),
yang diletakkan secara acak. Tegakan mangrove dihitung untuk mengetahui nilai
kerapatan mangrove yang terdapat dalam transek (10 m x 10 m).
Gambar 2. Transek survei (a) lamun dan (b) mangrove
Analisis Pengolahan Data Mangrove
Analisis pengolahan data yang dihitung adalah kerapatan mangrove.
Kerapatan jenis (Di) merupakan jumlah tegakan ke-1 dalam unit area (Bengen,
2002). Rumus penentuan kerapatan jenis :
𝓓𝓲 = 𝓝𝓲
𝓐 ............................................................(i)
Di = Kerapatan jenis spesies ke-i (ind/m2)
Ni = Total Individu spesies ke-i
A = Luas transek kuadrat (m2)
Pengolahan Citra
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan data primer maupun
sekunder dan pengolahan citra vegetasi lamun dan mangrove. Citra vegetasi
lamun dan mangrove didapatkan dari pengolahan Citra Satelit WorldView-2
multispektral. Pengolahan citra ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu
pemotongan citra (cropping), koreksi geometrik, koreksi radiometrik, survei
lapang, klasifikasi dengan training area (Supervised), algortima NDVI dan layout.
b b
10 m
10 m (b)
(a) 1 m
1 m
4
Pengolahan Citra Vegetasi Mangrove dan Lamun
Algoritma NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) membutuhkan
kanal red dan infrared dalam penginderaan jauh untuk mengevaluasi apakah
target yang diobservasi mengandung vegetasi hijau hidup atau tidak. NDVI
berdasarkan low level dari reflektansi yang disebabkan oleh fotosintesis (Maglione
et al. 2013). Penajaman citra dengan algoritma NDVI untuk mendeteksi vegetasi
lamun dan mangrove. Formula NDVI menggunakan persamaan sebagai berikut :
NDVI = (NIR-R)/(NIR+R) ...........................................................(ii)
Keterangan:
NIR : Nilai reflektansi spektral pada kanal Inframerah dekat
R : Nilai reflektansi spektral pada kanal Merah
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dengan nilai indeks
vegetasi tinggi memberi gambaran bahwa di areal yang diamati memiliki tingkat
kehijauan tinggi, seperti areal hutan rapat dan lebat. Sebaliknya nilai indeks
vegetasi yang rendah mengindikasikan bahwa di areal tersebut memiliki tingkat
kehijauan yang rendah atau lahan vegetasi rendah atau kemungkinan bukan objek
vegetasi.
Uji Akurasi
Uji akurasi digunakan untuk mengetahui ketepatan dari citra hasil klasifikasi
dengan kondisi yang sebenarnya. Uji akurasi hasil klasifikasi citra dengan
membandingkan hasil survei lapang (ground check). Penilaian uji akurasi
menggunakan matriks kesalahan atau matrix confusion (Congalton dan Green,
2009). Contoh perhitungan matrix confusion dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Contoh perhitungan matrix confusion (Congalton dan Green, 2009)
Matriks confusion digunakan untuk menentukan overall accuracy (OA),
producer accuracy (PA), dan user accuracy (UA). Perhitungan persamaan untuk
OA, PA, dan UA sebagai berikut:
5
𝐎𝐀 = n ij 𝑘
𝑖𝑗=1
n............................................................... (iii)
𝐏𝐀 = n jj
n+j ............................................................... (iv)
𝐔𝐀 = n ii
n i+ ............................................................... (v)
Keterangan :
k = jumlah kolom dan baris pada matiks
n = jumlah pengamatan
nij = jumlah pengamatan pada kolom ke-ij dan baris ke-ij
nii = jumlah pengamatan pada kolom ke-i dan baris ke-i
ni+ = junlah marginal baris ke-i
njj = jumlah pengamatan pada kolom ke-j dan baris ke-j
n+j = jumlah marginal kolom ke-j
Satelit WorldView-2
Satelit WorldView-2 diluncurkan pada bulan Oktober tahun 2009. Satelit
WorldView-2 menyediakan data pankromatik dengan resolusi 0,5 m dan data
multispektral yang dibagi menjadi 8 band dengan resolusi 2 m. Band
multispektral satelit WorldView-2 memiliki nilai rentang spektral dari 400 nm
sampai 1040 nm. (Eckert 2012).
Tabel 1. Karakteristik Satelit WorldView-2
Tanggal peluncuran Oktober 2009
Ketinggian orbit 770 km
Tipe orbit Sun-synchronous
Sudut Inklinasi orbit 97,2o
Periode orbit 100 min
Lebar sapuan (nadir) 16,4 km
Mode akuisisi Synchronous
Putaran ke lokasi yang sama 1,1 hari (GSD 1 m)
14 hari (nadir)
Sensor band Pankromatik resolusi 0,5 m
Multispektral resolusi 2 m
o Coastal (400-450 nm)
o Blue (450-510 nm)
o Green (510-580 nm)
o Yellow (585-625 nm)
o Red (630-690 nm)
o Red edge (705-745 nm)
o Near infrared-1 (770-895 nm)
o Near infrared-2 (860-1040 nm)
6
Gambar 4 merupakan diagram alir pengolahan Citra Satelit WorldView-2
untuk menghasilkan peta sebaran mangrove dan lamun.
Citra Satelit
Worldview-2
Koreksi Radiometrik,
Koreksi Geometrik
Cropping Citra
Gugus Pulau Pari
Supervised,
Algoritma NDVI
Uji Akurasi Survei Lapang
Peta Sebaran
Mangrove dan
Lamun
Gambar 4. Diagram alir pengolahan citra
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Habitat Lamun dan Mangrove Berdasarkan Hasil Survei Lapang
Lamun
Survei lapang dilakukan di Gugus Pulau Pari. Data yang diperoleh berupa
penutupan dan jenis lamun. Berdasarkan hasil survei didapatkan jenis lamun
antara lain Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, dan Thalassia hemprichii.
Jenis lamun yang ditemukan mempunyai jenis substrat antara lain pasir, pasir
berlumpur dan lumpur berpasir.
Gambar 5. Komposisi jenis lamun hasil survei lapang
Gambar 5 menunjukkan komposisi jenis lamun berdasarkan survei lapang.
Lamun di Pulau Karang Kudus dan Pulau Biawak memiliki komposisi lamun
yang terdiri atas Cymodocea rotundata (17,26%), Enhalus acoroides (63,71%)
dan Thalassia hemprichii (19,03%). Thalassia hemprichii menjadi jenis yang
mendominasi hamparan lamun di Pulau Burung dengan komposisi sebesar
77,18%, diikuti oleh Enhalus acoroides (12,75%) dan Cymodocea rotundata
(10,07%,). Komposisi lamun di Pulau Pari terdiri atas Cymodocea rotundata
(0,60%), Enhalus acoroides 86,07% dan Thalassia hemprichii (13,33%).
Berdasarkan komposisi lamun di Pulau Karang Kudus dan Pulau Biawak
jenis lamun yang dominan adalah Enhalus acoroides. Di Pulau Burung, jenis
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Cym
od
oce
a r
otu
nd
ata
En
ha
lus
aco
roid
es
Th
ala
ssia
hem
pri
chii
Cym
od
oce
a r
otu
nd
ata
En
ha
lus
aco
roid
es
Th
ala
ssia
hem
pri
chii
Cym
od
oce
a r
otu
nd
ata
En
ha
lus
aco
roid
es
Th
ala
ssia
hem
pri
chii
PulauKarang
Kudus, Pulau Biawak
Pulau Burung Pulau Pari
Per
sen
tase
Pulau Karang
Kudus, Pulau BiawakPulau Bururng Pulau Pari
8
lamun yang dominan adalah Thalassia hemprichii. Jenis lamun yang dominan di
Pulau Pari adalah Enhalus acoroides.
Dominansi komposisi lamun Enhalus acoroides di gugus Pulau Pari
disebabkan jenis lamun Enhalus acoroides bersifat monospesifik atau vegetasi
tunggal (Kiswara 2010). Sebaran lamun yang bersifat monospesifik disebabkan
karena adanya lingkungan habitat yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan
spesies. Dahuri et al. 2001 menyatakan distribusi lamun tergantung oleh faktor
kecerahan, temperatur, salinitas, substrat dan kecepatan arus.
Mangrove
Berdasarkan hasil survei lapang, data yang diperoleh berupa jenis mangrove,
jenis substrat dan kerapatan mangrove (Di). Jenis mangrove yang didapatkan
adalah Rhizophora mucronata. Jenis mangrove yang ditemukan mempunyai
subtrat pasir dan pasir berlumpur dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata kerapatan mangrove hasil survei lapang
Lokasi Jenis Substrat Kerapatan (Di)
(ind/100m2)
Pulau Biawak pasir, pasir berlumpur 13
Pulau Burung Pasir 43
Pulau Pari pasir berlumpur 22
Tabel 2 menunjukkan rata-rata kerapatan mangrove hasil survei lapang.
Pulau Biawak memiliki Rhizophora mucronata dengan kerapatan rata-rata 13
ind/100 m2. Pulau Burung memiliki Rhizophora mucronata dengan kerapatan
rata-rata 43 ind/100 m2. Pulau Pari memiliki Rhizophora mucronata dengan
kerapatan rata-rata 22 ind/100 m2.
Distribusi Mangrove dan Lamun
Pengolahan citra menggunakan algoritma NDVI (Normalized Difference
Vegetation Index) akan menghasilkan nilai digital pada citra yang berbeda
tergantung citra yang digunakan. Algoritma NDVI pada citra Satelit WorldView-2
menghasilkan nilai digital dari -0,987 sampai 0,936 (Gambar 6). Nilai NDVI
berkisar dari -1 sampai 1 (Guastaferro et al. 2012). Nilai NDVI yang diperoleh
dari -0,987 sampai 0 merupakan objek laut, sedangkan nilai 0 sampai 0,936
merupakan objek di darat dan vegetasi di darat.
Tabel 3 menunjukkan nilai selang NDVI (Normalized Difference
Vegetation Index) pada masing - masing kelas. Kelas lamun (-0,987 – -0,36) dan
kelas pasir (-0,36 – 0) memiliki nilai selang NDVI lebih kecil dari nol karena
merupakan objek laut. Kelas mangrove jarang (0 – 0,37), kelas mangrove sedang
(0,37 – 0,47) dan kelas mangrove lebat (0,47 – 0,936) memiliki nilai selang NDVI
lebih besar dari nol. Hal ini disebabkan faktor kondisi alam yang menutupi lahan
tersebut tergolong vegetasi darat.
9
Gambar 6. Histogram kelas NDVI
Tabel 3. Nilai selang kelas NDVI
No Kelas Nilai selang NDVI
1 Lamun -0,987 – -0,36
2 Pasir -0,36 – 0
3 Mangrove Jarang 0 – 0,37
4 Mangrove Sedang 0,37 – 0,47
5 Mangrove Lebat 0,47 – 0,936
Berdasarkan pengolahan citra dengan klasifikasi terbimbing dan
menggunakan algoritma NDVI didapatkan klasifikasi sebaran mangrove dan
lamun. Hasil klasifikasi mangrove dan lamun berdasarkan nilai NDVI, sehingga
didapatkan kelas laut, darat, pasir, lamun, mangrove jarang, mangrove sedang dan
mangrove lebat. Hal tersebut terlihat pada Gambar 7.
Hasil klasifikasi citra terlihat sebaran mangrove dan lamun di Gugus Pulau
Pari. Mangrove dan lamun tersebar di Pulau Biawak dan Pulau Karang Kudus,
Pulau Burung, dan Pulau Pari (Gambar 7). Di Pulau Biawak, distibusi mangrove
terdapat di sebagian pulau. Lahan mangrove berada di sisi timur dan utara pulau.
Distribusi mangrove di Pulau Burung, terlihat lahan mangrove hampir berada di
seluruh pulau. Distribusi mangrove di Pulau Pari, terlihat bahwa lahan mangrove
hanya tersebar di bagian utara pulau saja.
Distribusi lamun terdapat di antara Pulau Karang Kudus dan Pulau Biawak.
Lamun yang ditemukan jenis Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, dan
Thalassia hemprichii. Jenis lamun yang paling banyak ditemukan adalah Enhalus
acoroides. Distribusi lamun di Pulau Burung terdapat di bagian utara pulau. Jenis
lamun yang paling banyak ditemukan adalah Thalassia hemprichii.
Di Pulau Pari, distribusi lamun dominan ditemukan di bagian utara pulau,
sedangkan di bagian selatan pulau sedikit lamun yang ditemukan. Distribusi
lamun dibagian utara dominan ditemukan lamun jenis Enhalus acoroides,
walaupun ditemukan lamun jenis lain yaitu Thalassia hemprichii dan Cymodocea
1
2
3
4
5
10
rotundata. Di bagian selatan pulau di temukan dua jenis lamun, yaitu Enhalus
acoroides dan Thalassia hemprichii.
Gambar 7. Peta Sebaran Mangrove dan Lamun di Gugus Pulau Pari
Pengolahan citra WorldView-2 menggunakan algoritma NDVI
menghasilkan luas tujuh kelas klasifikasi lahan yang terdiri atas (1) kelas darat,
(2) kelas pasir, (3) kelas lamun, (4) kelas mangrove jarang, (5) kelas mangrove
sedang, dan (6) kelas mangrove lebat. Luas lahan untuk masing-masing kelas hasil
ditunjukkan pada Tabel 4.
Dapat diketahui bahwa, pasir merupakan kelas yang memiliki luas lahan
terbesar di Gugus Pulau Pari. Kelas Darat memiliki luas lahan sebesar 619.800 m2,
sedangkan lamun 324.200 m2. Luas lahan mangrove terbagi menjadi tiga kelas,
yaitu mangrove jarang, mangrove sedang, dan mangrove lebat. Luas lahan
mangrove jarang adalah 12.500 m2. Mangrove sedang memiliki luas lahan 32.700
m2 dan mangrove lebat memiliki luas lahan sebesar 47.800 m
2. Luas lahan
mangrove lebat memiliki luasan yang paling besar dibandingkan dengan luasan
lahan mangrove jarang dan mangrove sedang.
11
Tabel 4. Luas masing-masing kelas hasil klasifikasi lahan di Gugus Pulau Pari
Kelas Luas Lahan (m2) Luas Lahan (Ha)
Darat 619.800 61,98
Pasir 7.059.600 705,96
Lamun 324.200 32,42
Mangrove Jarang 12.500 1,25
Mangrove Sedang 32.700 3,27
Mangrove Lebat 47.800 4,78
Uji Akurasi Hasil Klasifikasi Citra dengan Survei Lapang
Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui keakuratan data hasil klasifikasi.
Uji akurasi yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan hasil klasifikasi citra
dengan survei lapang (ground check). Pengukuran uji akurasi hasil klasifikasi
menggunakan confusion matrix (Congalton dan Green, 2009). Pengambilan titik
yang diambil sebanyak 212 titik hasil klasifikasi citra dengan survei lapang. Titik
yang diambil digunakan untuk referensi dalam perhitungan nilai User Accuracy
(UA), Producer Accuracy (PA), dan Overall Accuracy (OA).
Kelas yang terdapat dalam confusion matrix klasifikasi citra dengan survei
lapang adalah kelas pasir, kelas lamun, kelas mangrove jarang, kelas mangrove
sedang, dan kelas mangrove lebat (Tabel 5). Total titik yang benar didapatkan
sebanyak 151. Nilai keseluruhan akurasi atau overall accuracy pada klasifikasi
citra dengan survei lapang sebesar 71,23%. Hal ini menunjukkan bahwa kelas
yang diklasifikasi sebanyak 71,23% telah terklasifikasi secara benar.
Tabel 5. Nilai confusion matrix pada klasifikasi citra dengan survei lapang
Surv
ei L
apan
g
Klasifikasi Citra
Kelas Pasir Lamun Mangrove
Jarang
Mangrove
Sedang
Mangrove
Lebat
Total
baris
Pasir 3 2
5
Lamun 30 111
141
Mangrove Jarang 1
11 11 7 30
Mangrove Sedang
11 6 17
Mangrove Lebat
4 15 19
Total kolom 34 113 11 26 28 212
Total benar = 151
Total titik survei lapang = 212
Total akurasi (OA) = 151/212 * 100% = 71,23%
Tabel 6 menunjukkan nilai akurasi producer dan user hasil klasifikasi kelas.
Producer’s accuracy adalah nilai piksel pada kelas yang diklasifikasikan secara
tepat. Nilai producer accuracy yang paling besar terdapat pada kelas mangrove
lebat sebesar 78,95%, sedangkan yang paling rendah terdapat pada kelas
mangrove jarang sebesar 36,67%.
12
User’s accuracy adalah nilai piksel secara aktual mewakili tiap kelas di
lapangan. Hasil klasifikasi menunjukkan nilai user accuracy yang paling besar
terdapat pada kelas mangrove jarang sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
kelas mangrove jarang terklasifikasi secara tepat di lapangan. Nilai user accuracy
yang paling rendah terdapat pada kelas pasir sebesar 8,82%. Hal ini menunjukkan
bahwa hanya 8,82% kelas pasir terklasifikasi secara benar.
Tabel 6. Akurasi producer dan user klasifikasi kelas
Producer Accuracy User Accuracy
Kelas Akurasi % Kelas Akurasi %
Pasir 3/5 60 Pasir 3/34 8,82
Lamun 111/141 78,72 Lamun 111/113 98,23
Mangrove Jarang 11/30 36,67 Mangrove Jarang 11/11 100
Mangrove Sedang 11/17 64,71 Mangrove Sedang 11/26 42,31
Mangrove Lebat 15/19 78,95 Mangrove Lebat 15/28 53,57
Adanya perbedaan nilai producer accuracy dan user accuracy pada masing-
masing kelas klasifikasi. Perbedaan nilai akurasi ini disebabkan citra yang
digunakan memiliki resolusi temporal 1.8 m x 1.8 m sedangkan GPS yang
digunakan saat survei lapang memiliki presisi 3-5 m dari posisi sebenarnya.
Kurangnya kompatibel antara citra dan GPS yang digunakan sangat
mempengaruhi hasil akurasi yang didapatkan. Selain itu, pembagian selang kelas
berdasarkan nilai NDVI yang kurang detail dapat menyebabkan hasil survei
lapang masuk dalam kelas klasifikasi yang lain.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Algoritma NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) pada citra
Satelit WorldView-2 menghasilkan nilai digital dari -0,987 sampai 0,936. Nilai
NDVI untuk lamun berkisar -0,987 sampai -0,36 dan mangrove berkisar 0 sampai
0,936. Jenis lamun yang ditemukan adalah Cymodocea rotundata, Enhalus
acoroides, dan Thalassia hemprichii. Jenis mangrove yang ditemukan adalah
Rhizophora mucronata. Pulau Pulau Karang Kudus dan pulau Biawak jenis lamun
yang dominan adalah Enhalus acoroides dan kerapatan mangrove sebesar 13
ind/100 m2. Pulau Burung jenis lamun yang dominan adalah Thalassia hemprichii
dan kerapatan mangrove sebesar 43 ind/100 m2. Pulau Pari jenis lamun yang
dominan adalah Enhalus acoroides dan kerapatan mangrove sebesar 22 ind/100
m2. Hasil klasifikasi menunjukkan luas lahan untuk lamun sebesar 324.200 m
2.
Luas lahan mangrove jarang adalah 12.500 m2, mangrove sedang memiliki luas
lahan 32.700 m2 dan mangrove lebat memiliki luas lahan sebesar 47.800 m
2.
13
Saran
Diperlukan survei lapang data GPS yang mewakili setiap kelas klasifikasi
untuk melakukan uji akurasi. GPS yang digunakan sebaiknya memiliki tingkat
akurasi yang tinggi untuk citra yang memiliki resolusi tinggi. Pembagian selang
kelas nilai NDVI harus lebih tepat agar peta hasil klasifikasi lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D. G. 2002. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut – Institut Pertanian
Bogor. Bogor, Indonesia.
Congalton R.G. and Green K. 2009.Assessing The Accuracy of Remotely Sensed
Data : Principles and Practices. Lewis Publishers. New York. xv + 179 hlm.
Dahuri R., R. Jacub, P.G Sapta, dan M. J . Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Terpadu, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Digital Globe. 2009. The benefits of the 8 spectral bands of WorldView-2. White
paper. Longmont (US): DigitalGlobe,Inc.
Eckert, S. 2012. Improved Forest Biomass and Carbon Using Texture Measures
from WorldView-2 Satellite Data. Remote Sensing, ISSN 2074-4292: 810-
829.
Guastaferro F., C. Oliviero, C. Parente and R. Santamaria. 2012. Improving
Geometric Resolution of NDVI Results with Panchromatic and Multispectral
Data Fusion. Proceedings of the IEEE GOLD Conference, Jun. 4-5,
GianniniEditore, Italy: 76-78.
Kiswara, W. 2010. Studi Pendahuluan: Potensi Padang Lamun sebagai Karbon
Rosot dan Penyerap Karbon di Pulau Pari, Teluk Jakarta. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia, ISSN 0125-9830, 36(3): 361-376.
Kutser T., A.G. Dekker and W. Skirving. 2003. Modeling Spectral Discrimination
of Great Barier Reef Benthic Communities by Remote Sensing Instruments.
Limnology and Oceanography 48 (1-2): 497-510.
Maglione P., P. Claudio, and V. Andrea. 2013. Using WorldView-2 satellite
imagery to support geoscience studies on Phlegraen area. American Jurnal of
Geoscience, ISSN 1948-9846: 1 -12.
Mc. Kenzie, L. J. 2003. Guidelines for The Rapid Assessment of Seagrass
Habitats in The Western Pacific. Department of Primary Industries
Queensland, Northern Fisheries Centre. SeagrassWacth. Cairns. Australia.
Mumby P.J., A.J. Edward, J.E. Arias-Gonzakz, K.C. Linderman, P.G. Blackwel,
A. Gall, M.I. Gorcynska, A.R. Harborne C.L. Pescod, H.Renken, C.C.C.
Wabnitz, and G. Llewellyn. 2004. Mangrove Enhance The Biomass Of Coral
Reefs Fish Management and Mapping of Carbbean Coral Reefs. Biological
Conservation 88: 155-168.
Nontji, A. 2010. Pengelolaan Padang Lamun Pembelajaran dari Proyek Trismades.
Prosiding Seminar Biologi: Biodeversitas dan Bioteknologi Sumberdaya
Akustik, ISBN 978-979-16109-4-0: 12-19.
Sutiknowati, L. I. 2012. Kualitas Air yang Mendukung Potensi Budidaya di
Perairan Pesisir Pulau Pari: Aspek Mikrobiologi. Jurnal Segara: Pusat
14
Penelitian dan Pengembangan Laut dan Pesisir Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan,
ISSN 1907-0659. Vol. 8 Edisi 2 2012: 65-75.
Suzana B.O.L, Timban J., Kaunang R. dan Ahmad F. 2011. Valuasi Ekonomi
Sumberdaya Hutan Mangrove di Desa Palaes Kecamatan Likupang Barat
Kabupaten Minahasa Utara. Volume 7 Nomor 2 (Mei, 2011): 29-38.
Triyono. 2010. Persepsi Masyarakat Pulau Pari Tentang Kondisi Ekosistem dan
Sumberdaya Hayati di Perairan Pulau Pari, Kepulaun Seribu, DKI Jakarta.
Prosiding Seminar Biologi: Biodiversitas dan Bioteknologi Sumberdaya
Akustik, ISBN 978-979-16109-4-0: 638-645.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil survei lapang mangrove
Transek Way Point LS BT Kerapatan (Di)
(ind/100 m2)
1 400 -5,8522 106,6224 8
2 401 -5,85249 106,622 10
3 402 -5,85257 106,622 7
4 403 -5,85256 106,6218 13
5 409 -5,85288 106,6202 15
6 413 -5,85366 106,6194 20
7 414 -5,85433 106,6194 15
8 416 -5,85467 106,62 17
9 419 -5,85367 106,62 7
10 420 -5,85328 106,6203 18
11 421 -5,85318 106,6206 19
12 422 -5,85291 106,6211 13
13 430 -5,85394 106,6181 8
14 438 -5,85315 106,6144 12
15 439 -5,85286 106,6148 14
16 440 -5,85348 106,614 23
17 441 -5,85398 106,6135 8
18 443 -5,86317 106,5989 7
19 444 -5,86323 106,599 24
20 445 -5,86403 106,599 56
21 446 -5,86419 106,5989 19
22 447 -5,86449 106,5986 71
23 448 -5,86471 106,5986 67
24 449 -5,86477 106,5985 79
25 450 -5,86509 106,5987 52
26 451 -5,86523 106,5987 69
27 452 -5,86542 106,5989 41
28 453 -5,86562 106,5989 51
29 454 -5,86574 106,599 19
30 455 -5,86588 106,599 35
31 456 -5,86217 106,5983 31
32 491 -5,86259 106,6105 27
33 492 -5,86264 106,6106 9
34 493 -5,86251 106,6109 16
35 494 -5,86225 106,6113 21
36 495 -5,86216 106,6115 23
37 496 -5,86207 106,6116 28
38 497 -5,86202 106,6117 21
39 498 -5,86178 106,6122 18
40 499 -5,86167 106,6124 13
16
Lanjutan
41 500 -5,8614 106,6126 17
42 501 -5,86107 106,6126 41
43 502 -5,8612 106,6125 36
44 503 -5,8606 106,6129 32
45 504 -5,86048 106,6131 37
46 505 -5,86067 106,6132 26
47 506 -5,86056 106,6135 35
48 507 -5,86028 106,6137 28
49 508 -5,86025 106,6134 13
50 509 -5,86017 106,6137 21
51 510 -5,86 106,6139 22
52 511 -5,85979 106,6139 19
53 512 -5,85924 106,6142 24
54 513 -5,85734 106,6146 18
55 514 -5,85785 106,6145 13
56 515 -5,85672 106,6165 13
57 516 -5,85656 106,6168 20
58 517 -5,85635 106,6169 19
59 518 -5,85621 106,6177 13
60 519 -5,85613 106,6185 18
61 520 -5,85607 106,6188 23
62 521 -5,85592 106,6193 17
63 522 -5,85573 106,6196 23
64 523 -5,85575 106,6201 18
65 524 -5,85563 106,6208 33
66 525 -5,85542 106,6213 27
17
Lampiran 2 Hasil survei lapang lamun
Transek Way
Point LS BT Keterangan Penutupan
1 404 -5,852516 106,621418 Thalassia hemprichii 30
2 405 -5,85255 106,62135 Thalassia hemprichii 40
3 406 -5,852589 106,621267 Thalassia hemprichii 25
4 407 -5,852439 106,62105 Thalassia hemprichii 30
5 408 -5,852715 106,620147 Thalassia hemprichii 25
6 410 -5,852733333 106,6198833 Thalassia hemprichii 65
7 411 -5,852878 106,619585 Enhalus acoroides 60
8 412 -5,8533 106,6194833 Enhalus acoroides 70
9 415 -5,854814 106,619473 Enhalus acoroides 20
10 417 -5,85465 106,6199333 Enhalus acoroides 40
11 418 -5,854465 106,620089 Enhalus acoroides 50
12 423 -5,853 106,62125 Enhalus acoroides 40
13 424 -5,852833333 106,6214 Cymodocea rotundata 40
14 425 -5,855233333 106,6189167 Enhalus acoroides 80
15 426 -5,855133333 106,6189833 Enhalus acoroides 55
16 427 -5,854673 106,618964 Enhalus acoroides 80
17 428 -5,854284 106,618848 Cymodocea rotundata 65
18 429 -5,854057 106,618589 Enhalus acoroides 55
19 431 -5,853947 106,617935 Enhalus acoroides 80
20 432 -5,854533333 106,61725 Enhalus acoroides 25
21 433 -5,854583333 106,6166167 Enhalus acoroides 40
22 434 -5,8547 106,6162833 Cymodocea rotundata 40
23 435 -5,854483333 106,6159167 Cymodocea rotundata 25
24 436 -5,854616667 106,6154 Enhalus acoroides 25
25 437 -5,854356 106,614968 Cymodocea rotundata 25
26 457 -5,862466 106,599298 Thalassia hemprichii 60
27 458 -5,862433333 106,5992667 Thalassia hemprichii 50
28 459 -5,8624 106,5992833 Cymodocea rotundata 70
29 460 -5,862366667 106,5993 Thalassia hemprichii 40
30 461 -5,862333333 106,5993 Thalassia hemprichii 25
31 462 -5,862316667 106,5993167 Cymodocea rotundata 5
32 463 -5,862266667 106,5993167 Thalassia hemprichii 5
33 464 -5,86225 106,5993167 Thalassia hemprichii 50
34 465 -5,862233333 106,5993167 Thalassia hemprichii 25
35 467 -5,862183333 106,5993333 Thalassia hemprichii 25
36 468 -5,862166667 106,5993667 Thalassia hemprichii 30
37 469 -5,862133333 106,5993667 Thalassia hemprichii 5
38 470 -5,862116667 106,5993667 Thalassia hemprichii 40
39 471 -5,862083 106,5993833 Pasir -
40 472 -5,86205 106,5993833 Pasir -
41 473 -5,86205 106,5994167 Pasir -
18
Lanjutan
42 474 -5,862694 106,598898 Thalassia hemprichii 25
43 475 -5,862674 106,598849 Thalassia hemprichii 70
44 476 -5,86265 106,5988833 Thalassia hemprichii 25
45 477 -5,862616667 106,5988667 Thalassia hemprichii 25
46 478 -5,862616667 106,5988333 Thalassia hemprichii 25
47 479 -5,862633333 106,5988333 Enhalus acoroides 25
48 480 -5,862583333 106,5988 Thalassia hemprichii 40
49 481 -5,862566667 106,59875 Enhalus acoroides 25
50 482 -5,86255 106,59875 Enhalus acoroides 5
51 483 -5,862533333 106,5987167 Enhalus acoroides 5
52 484 -5,86253 106,5987 Pasir -
53 485 -5,8625 106,59865 Enhalus acoroides 5
54 486 -5,862466667 106,5986167 Enhalus acoroides 5
55 487 -5,8624 106,5985667 Enhalus acoroides 5
56 488 -5,86235 106,5985 Pasir -
57 489 -5,862307 106,598482 Enhalus acoroides 5
58 490 -5,862219 106,598451 Enhalus acoroides 5
59 526 -5,853244 106,624324 Thalassia hemprichii 25
60 527 -5,853063 106,624301 Thalassia hemprichii 25
61 528 -5,853064 106,624391 Thalassia hemprichii 25
62 529 -5,852936 106,624509 Thalassia hemprichii 25
63 530 -5,852847 106,624464 Thalassia hemprichii 40
64 531 -5,852754 106,624628 Thalassia hemprichii 40
65 532 -5,852467 106,624426 Cymodocea rotundata 25
66 533 -5,852231 106,624482 Enhalus acoroides 25
67 534 -5,852183333 106,6246 Enhalus acoroides 40
68 535 -5,851887 106,624606 Enhalus acoroides 40
69 536 -5,851976 106,624883 Enhalus acoroides 40
70 537 -5,85215 106,6248167 Enhalus acoroides 5
71 538 -5,852556 106,624843 Enhalus acoroides 5
72 539 -5,852916 106,625116 Thalassia hemprichii 40
73 540 -5,853077 106,62526 Thalassia hemprichii 50
74 541 -5,853402 106,625694 Thalassia hemprichii 40
75 542 -5,853166 106,625774 Thalassia hemprichii 40
76 543 -5,852337 106,625456 Thalassia hemprichii 25
77 544 -5,852461 106,625843 Enhalus acoroides 25
78 545 -5,852714 106,625943 Enhalus acoroides 20
79 546 -5,853509 106,626437 Enhalus acoroides 40
80 547 -5,853203 106,626707 Enhalus acoroides 40
81 548 -5,852534 106,626649 Enhalus acoroides 60
82 549 -5,852101 106,626809 Enhalus acoroides 50
83 550 -5,852478 106,626954 Enhalus acoroides 40
84 551 -5,853238 106,627257 Thalassia hemprichii 50
19
Lanjutan
85 552 -5,852835 106,627372 Thalassia hemprichii 40
86 553 -5,855446 106,631876 Thalassia hemprichii 20
87 554 -5,855463 106,632237 Thalassia hemprichii 40
88 555 -5,85577 106,63224 Thalassia hemprichii 25
89 556 -5,855616667 106,6319333 Thalassia hemprichii 5
90 557 -5,855919 106,630522 Enhalus acoroides 20
91 558 -5,855704 106,630269 Enhalus acoroides 25
92 559 -5,856048 106,629856 Enhalus acoroides 40
93 561 -5,856157 106,629455 Enhalus acoroides 40
94 562 -5,855871 106,629026 Enhalus acoroides 25
95 563 -5,856233 106,628792 Enhalus acoroides 40
96 564 -5,856037 106,628411 Enhalus acoroides 40
97 565 -5,856433333 106,6282167 Enhalus acoroides 5
98 566 -5,861306 106,616616 Enhalus acoroides 40
99 567 -5,861499 106,61694 Enhalus acoroides 40
100 568 -5,861496 106,616582 Enhalus acoroides 25
101 569 -5,868567 106,609899 Enhalus acoroides 25
102 570 -5,868747 106,610279 Enhalus acoroides 60
103 571 -5,869216667 106,61035 Enhalus acoroides 20
104 572 -5,869237 106,610159 Enhalus acoroides 40
105 573 -5,868893 106,609864 Enhalus acoroides 50
106 574 -5,868061 106,60968 Enhalus acoroides 40
107 575 -5,867884 106,609539 Enhalus acoroides 40
108 576 -5,867631 106,60935 Enhalus acoroides 40
109 577 -5,867484 106,609446 Enhalus acoroides 20
110 578 -5,864476 106,607937 Enhalus acoroides 50
111 579 -5,864382 106,608141 Enhalus acoroides 50
112 580 -5,864218 106,608432 Enhalus acoroides 80
113 581 -5,863769 106,60885 Enhalus acoroides 90
114 582 -5,863516667 106,60895 Enhalus acoroides 80
115 583 -5,863283333 106,6092167 Enhalus acoroides 80
116 584 -5,863066667 106,6093 Enhalus acoroides 80
117 585 -5,8629 106,60965 Enhalus acoroides 80
118 586 -5,862618 106,609799 Enhalus acoroides 60
119 587 -5,86251 106,61002 Enhalus acoroides 60
120 588 -5,862306 106,610317 Enhalus acoroides 80
121 589 -5,86209 106,61041 Enhalus acoroides 60
122 590 -5,861804 106,610728 Enhalus acoroides 60
123 591 -5,861783 106,611091 Enhalus acoroides 80
124 592 -5,861546 106,611325 Enhalus acoroides 40
125 593 -5,861365 106,611395 Enhalus acoroides 80
126 594 -5,861168 106,611462 Enhalus acoroides 80
127 595 -5,86069 106,61181 Enhalus acoroides 50
20
Lanjutan
128 596 -5,860533333 106,6117167 Enhalus acoroides 80
129 597 -5,860416667 106,6118667 Enhalus acoroides 80
130 598 -5,860187 106,612249 Enhalus acoroides 60
131 599 -5,85975 106,6122833 Enhalus acoroides 60
132 600 -5,8595 106,6126833 Enhalus acoroides 80
133 601 -5,859383333 106,6130833 Enhalus acoroides 60
134 602 -5,859382 106,613437 Enhalus acoroides 60
135 603 -5,8593 106,6135833 Enhalus acoroides 50
136 604 -5,859233333 106,6136833 Enhalus acoroides 60
137 605 -5,858883333 106,6139667 Enhalus acoroides 50
138 606 -5,8587 106,6140333 Enhalus acoroides 60
139 607 -5,858516667 106,6141 Enhalus acoroides 50
140 608 -5,858283333 106,6142 Enhalus acoroides 60
141 609 -5,858016 106,614366 Enhalus acoroides 80
142 610 -5,85775 106,61445 Enhalus acoroides 80
143 611 -5,857233333 106,6142833 Enhalus acoroides 80
144 612 -5,857083333 106,6142667 Enhalus acoroides 50
145 613 -5,8568 106,6144333 Enhalus acoroides 80
146 614 -5,856762 106,614578 Enhalus acoroides 60
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi, pada tanggal 04 Juli 1991. Penulis merupakan
anak kandung dari Ayah Jaelani dan Ibu Ayi Setiawati, anak kelima dari tujuh
bersaudara.
Pada tahun 2006 – 2008 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Bekasi, Jawa Barat. Tahun 2008 penulis lulus seleksi
sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB.
Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis menjadi asisten praktikum
mata kuliah Dasar-Dasar Instrumentasi Kelautan tahun 2011 dan 2012. Penulis
juga aktif dalam kegiatan organisasi, seperti anggota divisi Advokasi dan Kajian
Perikanan Kelautan (AKPK) – BEM FPIK IPB 2009-2010 dan anggota divisi
Akustik dan Insrtumentasi Kelautan (AIK) – Himpunan Mahasiswa Ilmu dan
Teknologi Kelautan (HIMITEKA) 2010-2011.
Penulis menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
dengan skripsi yang berjudul “Distribusi Lamun dan Mangrove Menggunakan
Citra Satelit WorldView-2 di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu”.