disperindag bersiap menghadapi mea

3
Disperindag Bersiap Menghadapi MEA MedanBisnis - Banda Aceh. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh Safwan SE MSi mengatakan, akhir tahun 2015 penyatuan (unifikasi) pasar masyarakat negara-negara anggota ASEAN (MEA) akan dimulai. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah kehadiran pasar bebas tersebut membuat Provinsi Aceh merasa siap atau justru pengusaha daerah akan dilindas atau dikalahkan para pesaing. Menurut Safwan, dalam pasar bebas MEA ini, baik kualitas produk maupun keterampilan tenaga kerja menjadi penentu, apakah sebuah negara yang ikut di dalamnya mampu bersaing dengan negara anggota ASEAN lain, atau tidak. Pada MEA nanti, semua produk akan bersaing bebas termasuk hasil pekerjaan tangan (handycraf) dan home industry yang tergabung dalam UMKM. Karena itu, Aceh khusus dari sektor tersebut sudah siap mengahadapi MEA 2015. "Apalagi pekerjaaan tangan itu, pertumbuhannya cukup baik hingga mencapai 12%," kata Safwan kepada MedanBisnis, Selasa (10/6). Sementara untuk menyongsong pasar bebas itu, pihaknya terus mempersiapkan beberapa industri kecil. Bahkan saat ini sudah membangun sebuah pabrik penyamakan kulit. "Nanti hasil prosesing pabrik itu akan diekspor ke luar negeri, dan ini salah satu yang kita andalkan menghadapi MEA nanti," kata Safwan Namun yang menjadi perhatian, dari sektor pertanian dan perikanan. Kedua sektor itu perlu dipersiapkan karena MEA akan mendorong liberalisasi pangan melalui integrasi kedua sektor tersebut. Pada sektor pertanian dan perikanan, sepertinya Indonesia belum siap, karena belum ada penanganan khusus agar kedua sektor itu bisa bersaing. "Jadi sektor pertanian berbeda dengan industri, kalau di sektor ini ada produk home industri dan ada produk UMKM, tapi kalau

Upload: hangtuah1

Post on 04-Dec-2015

225 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Disperindag Bersiap Menghadapi MEA

TRANSCRIPT

Page 1: Disperindag Bersiap Menghadapi MEA

Disperindag Bersiap Menghadapi MEA

MedanBisnis - Banda Aceh. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh Safwan SE MSi mengatakan, akhir tahun 2015 penyatuan (unifikasi) pasar masyarakat negara-negara anggota ASEAN (MEA) akan dimulai. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah kehadiran pasar bebas tersebut membuat Provinsi Aceh merasa siap atau justru pengusaha daerah akan dilindas atau dikalahkan para pesaing.

Menurut Safwan, dalam pasar bebas MEA ini, baik kualitas produk maupun keterampilan tenaga kerja menjadi penentu, apakah sebuah negara yang ikut di dalamnya mampu bersaing dengan negara anggota ASEAN lain, atau tidak.

Pada MEA nanti, semua produk akan bersaing bebas termasuk hasil pekerjaan tangan (handycraf) dan home industry yang tergabung dalam UMKM. Karena itu, Aceh khusus dari sektor tersebut sudah siap mengahadapi MEA 2015.

"Apalagi pekerjaaan tangan itu, pertumbuhannya cukup baik hingga mencapai 12%," kata Safwan kepada MedanBisnis, Selasa (10/6). 

Sementara untuk menyongsong pasar bebas itu, pihaknya terus mempersiapkan beberapa industri kecil. Bahkan saat ini sudah membangun sebuah pabrik penyamakan kulit. "Nanti hasil prosesing pabrik itu akan diekspor ke luar negeri, dan ini salah satu yang kita andalkan menghadapi MEA nanti," kata Safwan

Namun yang menjadi perhatian, dari sektor pertanian dan perikanan. Kedua sektor itu perlu dipersiapkan karena MEA akan mendorong liberalisasi pangan melalui integrasi kedua sektor tersebut. Pada sektor pertanian dan perikanan, sepertinya Indonesia belum siap, karena belum ada penanganan khusus agar kedua sektor itu bisa bersaing.

"Jadi sektor pertanian berbeda dengan industri, kalau di sektor ini ada produk home industri dan ada produk UMKM, tapi kalau sektor pangan, ya belum jelas programnya," katanya.

Memang ada juga komoditas pertanian Aceh yang sudah diekspor. "Tapi masih banyak komoditas pertanian kita yang kalah bersaing dengan negara tetangga, seperti buah-buahan dan hortikultura. Terbukti bawang masih kita impor, jagung, sayur-mayur, buah-buahan dan lainnya," katanya.

Intinya, sampai saat ini belum ada program yang khusus dijalankan pemerintah untuk menghadapi pasar bebas ASEAN itu. "Katakanlah pembinaan kepada petani agar bisa bersaing dan nantinya hasil pertaniannya bisa masuk ke negara lain. Atau paling tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sendiri, bukan justru tergusur oleh produk pertanian asing," imbuhnya.

Page 2: Disperindag Bersiap Menghadapi MEA

Belum SiapSementara Wakil Ketua Kadin Aceh Mansurdin SH mengaku berbagai kalangan termasuk para pelaku usaha di Aceh merasa belum siap untuk bersaing secara bebas sehingga pemerintah dan para pengusaha Aceh merasa gamang di kalangan negara-negara ASEAN.

"Meski provinsi ini memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan, seperti di sektor perkebunan seperti kopi, nilam dan kakao, tapi kita belum siap menghadapi MEA," ujarnya.Kemudian ada juga sektor lain seperti pertanian, pariwisata dan sebagainya. Namun, jika semua potensi tersebut tidak dikelola dengan baik, akan sia-sia karena pendapatannya tidak masuk ke kas daerah, melainkan dikuasai orang asing.

Menurut Mansurdin, rasa gamang para pengusaha memasuki pasar bebas MEA cukup berdasar. Sebab, fakta dan data tentang kemampuan serta kekuatan yang dimiliki Aceh bahkan Indonesia pada banyak sektor nyaris tertinggal alias kalah dibanding negara-negara anggota ASEAN.

Namun di balik kekhawatiran mengenai siapkah menghadapi MEA, menurut Mansurdin, masih ada pengusaha Aceh yang optimis Aceh bisa menyongsong MEA. Sebab sejumlah produk asal Aceh disebut mampu bersaing pada MEA 2015 dengan produk sejenis dari negara ASEAN lain.

Mansurdin juga mengapresiasi Disperindag Aceh yang telah menyiapkan diri menyambut MEA ini. Walaupun kesiapan yang dimaksud belum 100% maksimal, karena masih terkendala soal sumber daya manusia (SDM).

"Jadi Aceh berbeda dengan Medan, Sumutera Utara, produk asal Medan seperti industri konvensional yakni sepatu dan konveksi, sudah masuk ke pasar Malaysia, Singapura dan Thailand," kata Mansurdin. (ht anwar ibr riwat)