diskusi
DESCRIPTION
bhsabsansnaTRANSCRIPT
BAB III
DISKUSI
Dalam diskusi ini akan dibahas mengenai:
1. Diagnosis
2. Penanganan
3. Komplikasi
4. Prognosis
5. Kesimpulan
6. Saran
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kebidanan
serta pemeriksaan laboratorium, penderita didiagnosis dengan G4P2A1 28 tahun
hamil 40-41 minggu, inpartu kala II + PEB.
Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita hamil yang keempat, pernah
melahirkan 2 kali dan abortus 1 kali, hari pertama haid terakhir 30 Maret 2015.
Saat datang, terlihat adanya tanda-tanda inpartu seperti pelepasan darah campur
lendir dari jalan lahir air dan his yang teratur. Dari riwayat penyakit dahulu tidak
didapatkan penderita mengalami hipertensi.
Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah penderita 160/110 mmHg, edema
pada kedua tungkai bawah dan pada pemeriksaan laboratorium urin kualitatif
didapatkan proteinuria (albumin +++). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa diagnosis pre-eklampsia berat ditegakkan jika didapatkan satu
atau lebih gejala dan tanda: tekanan darah 160/110 mmHg diukur dalam
keadaan rileks, proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam atau plus 3 pada
pemeriksaan kualitatif, oliguria yaitu urine < 500 ml/ 24 jam disertai kenaikan
kreatinin plasma.6,9,10
Pada kasus ini faktor predisposisi dari pre-eklampsia adalah obesitas. Hal
ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa faktor predisposisi dari
terjadinya pre-eklampsia antara lain adalah primigravida, molahidatidosa,
15
kehamilan ganda, diabetes melitus, hidrops foetalis, bayi besar, umur lebih dari 35
tahun, penyakit ginjal dan hipertensi sebelum kehamilan serta obesitas.9
Penanganan
Berdasarkan diagnosis maka diambil sikap:
- MgSO4 sesuai protokol
- Percepat kala II
- Konsul mata, konsul interna
- EKG
- Lapor konsulen
- Observasi TTV, his, BJA
Setelah diagnosis ditegakkan pada kasus ini maka penderita secepatnya
ditangani dengan pemberian MgSO4, hal ini dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya kejang (Eklampsia), disamping itu juga dapat menurunkan tekanan
darah dan menambah diuresis.8,10
Cara pemberian: 6
Dosis awal 4 gram MgSO4 20 % (20 cc) IV, kecepatan 1 gram permenit
disusul 8 gram MgSO4 40 % (20 cc) IM diberikan pada bokong kiri dan
kanan masing-masing 4 gram.
Dosis pemeliharaan diberikan 4 gram IM setelah 6 jam pemberian dosis awal,
selanjutnya diberikan 4 gram IM tiap 6 jam.
Syarat-syarat pemberian: 6
1. Harus tersedia antidotum, yaitu calsium glukonac 10 % (1 gram dalam 10
cc) diberikan IV pelan-pelan
2. Refleks patella (+) kuat
3. Frekuensi pernapasan > 16 kali permenit
4. Produksi urin > 30 cc dalam 1 jam sebelumnya.
Penanganan aktif berupa terminasi kehamilan dengan cara percepat kala II
dilakukan berdasarkan indikasi umur kehamilan aterm dan adanya tanda-tanda
inpartu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
16
penanganan aktif dilakukan berdasarkan indikasi umur kehamilan > 37
minggu dengan syarat indikasi lahir pervaginam terpenuhi.6
Penanganan aktif berupa terminasi kehamilan.
Cara terminasi kehamilan: 6
a. Belum inpartu
1. Induksi persalinan
Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop 6
2. Seksio sesarea bila syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya
kontra indikasi tetes oksitosin, atau bial 8 jam sejak dimulainya tetes
oksitosin belum masuk kedalam fase aktif.
b. Sudah inpartu
Kala I
Fase laten: Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop 6
Fase aktif: Dilakukan amniotomi, bila his tidak adekuat diberikan tetes
oksitosin dan bial 6 jam setelah amniotomi belum terjadi
pembukaan lengkap, dilakukan seksio sesarea.
Kala II
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus
buatan.
Konsul penyakit dalam dan mata dan EKG dimaksudkan untuk mengetahui
adanya gangguan di bidang tersebut sehubungan dengan PEB.
Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada pre-eklampsia adalah perdarahan otak,
solutio plasenta, hipofibrinogenemia, hemolisis, kelainan mata, edema paru,
nekrosis hati, sindroma HELLP, kelainan ginjal, lidah tergigit, trauma dan
fraktur.11 Pada kasus ini tidak ada komplikasi pada ibu maupun anak.
Prognosis
Pada kasus ini keadaan ibu dan anak setelah melahirkan baik, dimana
tekanan darah post partum menurun dan apgar score pada anak adalah 3-5-7, serta
17
selama perawatan di ruangan ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Maka
prognosisnya adalah dubia ad bonam.
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
didapatkan diagnosis G4P2A1 28 tahun hamil 40-41 minggu, inpartu kala II + PEB,
dimana pada anamnesis dijumpai riwayat peningkatan tekanan darah selama
kehamilan, yaitu pada saat usia kehamilan 20 minggu dan tidak ada riwayat
tekanan darah tinggi sebelum hamil. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan
darah 160/110 mmHg dan edema pada kedua tungkai, sedangkan pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya proteniuria (+3). Berdasarkan
temuan tersebut maka dilakukan terminasi kehamilan dengan cara percepat kala II
dengan menggunakan esktraksi vakum untuk menyelamatkan ibu dan janin.
Prognosis pada pasien ini adalah baik, dimana setelah melahirkan tekanan darah
ibu stabil.
Saran
Pada setiap kehamilan perlu dilakukan ANC yang baik dan teratur agar
dapat memantau kondisi ibu dan janin, dimana pada kasus ini dapat dipantau
kenaikan tekanan darah yang secara tiba-tiba, peningkatan kadar protein dalam
urin dan adanya edema.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Penatalaksanaan Hipertensi dalam
Kehamilan. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Available at: http://www.pogi.or.id
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SI, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY
(eds). WilliamObstetrics 23rded. New York: McGraw Hill, 2010
3. Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2010
4. The American Congress of Obstetrician and Gynecologist. Hypertension in
Pregnancy. Obstetrics & Gynecology, Vol 122. 2013
5. Deeker GA. Risk For Preeclampsia. Clinical Obstetrics and Gynecologi, 1999
6. Churchill D, Beevers DG. Definitions and Classification System of The
Hipertensive Disorders in pregnancy. BMJ Books. London.1999
7. Pengurus Besar POGI. Gestosis. Dalam: Standar pelayanan medik obstetri dan
ginekologi, bagian I. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2000; 1-8.
8. Hipertensi selama kehamilan. Dalam: Kapita selekta kedaruratan obstetri dan
ginekologi. Jakarta: EGC, 1994: 235-45.
9. Tim Pengajar Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT. Pedoman diagnosis dan
terapi obstetri dan ginekologi. Manado: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi
FK UNSRAT, 1996
10. Pritchard JA, McDonald PC, Gant NF. Williams Obstetri, edisi 17. Surabaya:
Airlangga University Press, 1991
19