diskon dalam perdagangan ditinjau dari hukum islam …eprints.ums.ac.id/67395/10/10. naskah...
TRANSCRIPT
DISKON DALAM PERDAGANGAN DITINJAU DARI
HUKUM ISLAM (Studi Kasus Penerapan Diskon Pada Bisnis
Clothing Sukoharjo)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Hukum Fakultas Hukum
Oleh:
HENDY PUTRA ADITAMA
C 100 120 103
PROGRAM STUDI HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
DISKON DALAM PERDAGANGAN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus Penerapan Diskon Pada Bisnis Clothing Sukoharjo)
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hukum penggunaan diskon dalam transaksi jual beli menurut perspektif hukum Islam dan persepsi masyarakat terhadap penerapan diskon dalam transaksi jual beli menurut perspektif hukum Islam. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan (library research). Metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Teknis analisis data ini merupakan analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditinjau dari segi akadnya, praktik transaksi Discount buy one get one di Distro Forinstinc Sukoharjo tidak terungkap secara lisan tetapi kerelaan antara penjual dan pembeli serta berada dalam satu tempat. Jadi bisa dikatakan transaksi jual beli kaitannya dengan Discount buy one get one di Distro Forinstinc Sukoharjo sudah memenuhi ketentuan rukun dan syarat yakni adanya penjual dan pembeli, akad dan obyek. Suatu harga penjualan lebih murah karena tidak semua clothing menjadikan harga normal sebagai patokan dan kunci utama clothing yaitu mengadakan diskon itu sendiri dan membuat promosi media clothing dengan mengurangi harga aslinya/dengan sistem Buy 1 Get 1 menjadikan trik paling ampuh untuk sebuah clothing. Dasar yang digunakan untuk menerima praktik diskon adalah dengan terpaku oleh sebuah industri clothing walaupun dengan diskon tetapi tidak dengan cara promosi yang berlebihan yaitu dengan tidak membohongi target konsumen/ publik karena pada dasarnya penjualan di clothing bisa menganut tentang agama yang pada dasarnya dengan kejujuran di setiap penjualan maka konsumenpun tidak terkelabuhi di setiap penjualan. Kata Kunci: diskon, perdagangan, hukum Islam.
Abstract
The purpose of this study is to know the legal use of discounts in sale and purchase transactions according to the perspective of Islamic law and public perceptions of the application of discounts in the sale and purchase transactions according to the perspective of Islamic law. This research is a literature study. Methods of data collection through literature study. Technical analysis of this data is an interactive analysis. The results show that in terms of akadnya, the practice of discount buy one get one in Distro Forinstinc Sukoharjo not revealed verbally but willingness between the seller and the buyer and are in one place. So it can be said sale and purchase transactions related to Discount buy one get one in Distro Forinstinc Sukoharjo already meet the provisions of harmonious and the terms of the existence of the seller and buyer, akad and object. A selling price is cheaper because not all clothing makes the normal price as a benchmark and the main clothing key is to hold the discount itself and create a media clothing promotion by reducing the original price / with the system Buy 1 Get 1 make the most powerful tricks for a clothing. The basis used to accept the practice of discount is to be glued by a clothing industry even with a discount but not by way
2
of excessive promotion that is not to lie to target consumers / public because basically sales in clothing can embrace about religion that basically with honesty in every sale then consumers are not deceived in every sale. Keywords: discounts, trade, Islamic law. 1. PENDAHULUAN
Dewasa ini, banyak sekali usaha-usaha di berbagai bidang, misalnya usaha dari
industri bisnis tempat-tempat kuliner, industri bisnis fotografi, sampai industri
bisnis jasa laundry kiloan. Usaha-usaha tersebut menyajikan banyak macam
barang dan/atau jasa dengan segala kelebihannya masing-masing yang bertujuan
untuk menarik perhatian konsumen dan kemudian konsumen tersebut
memutuskan untuk membeli barang dan/jasa tersebut demi memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari.
Maraknya usaha-usaha bisnis dewasa ini, bukan berarti para pemilik usaha
diperbolehkan untuk memikirkan kepuasan dan keselamatan konsumennya. Pada
dasarnya kepuasan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya akan tercapai
apabila konsumen tersebut memperoleh barang dan/jasa yang dibutuhkannya itu,
sesuai dengan selera dan tidak merugikan dirinya, baik dari segi ekonomi,
kesehatan, kegunaan serta keselamatannya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan
tersebut dilakukan dengan menarik manfaat atau kegunaan suatu produk. Manfaat
atau kegunaan suatu produk dilihat dari teori ekonomi adalah ditimbulkan dari
kegunaan (utilities), karena bentuk kegunaan karena tempat, kegunaan karena
waktu, dan kegunaan karena kepemilikan.1
Islam memandang kegiatan transaksi bisnis sebagai suatu aktivitas yang
memiliki nilai ganda bagi kehidupan individu dan masyarakat dalam memenuhi
hajat material dan spiritualnya. Melalui interaksi dan transaksi antara penjual dan
pembeli yang kemudian apa yang dikenal dengan pasar, yaitu tempat di mana
antara penjual dan pembeli bertemu dalam rangka melaksanakan aktivitas jual-
beli, atau tempat dimana penjual menawarkan barang maupun jasa kepada
pembeli, mendapat apresiasi positif dalam Islam selama tidak dilakukan di luar
konteks yang digariskan Islam.2
1 Sofjan Sauri, Manajemen Pemasaran Dasar Konsep dan Strategi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1987), hlm.16. 2 Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW, hlm 93.
3
Pembeli atau konsumen seharusnya dalam bertransaksi atau menerima
barang dalam kondisi yang baik dan dengan harga yang wajar. Mereka juga harus
diberitahu ketika ada kekurangan-kelurangan pada suatu barang.3 Dengan
demikian terjadi rasa saling ridha satu sama lain dalam jual-beli. Di zaman yang
semakin modern dan teknologi yang canggih ini. Untuk menarik perhatian dari
ketatnya persaingan bisnis. Para produsen membuat konsumen agar tertarik
membeli barang tersebut dengan cara mengadakan diskon, dan banyak cara untuk
membuat diskon.
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui hukum penggunaan diskon dalam
transaksi jual beli menurut perspektif hukum Islam dan persepsi masyarakat
terhadap penerapan diskon dalam transaksi jual beli menurut perspektif hukum
Islam.
2. METODE
Metode pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting)
sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada
hasil, analisis data kualitatif cendrung dilakukan secara analisa induktif dan
makna merupakan hal yang esensial.4 Jenis penelitian adalah studi kepustakaan
(library research). Penulis mencari bahan-bahan dari sumber tulisan yang
berhubungan dengan permasalahan judul skiripsi. Sumber data penelitian ini
adalah data primer berupa kitab suci Al-Quran, Hadist, Kitab Fikih dan lain-lain.
Data primer dikumpulkan melalui studi kepustakaan. Sumber data sekunder yaitu
data yang di peroleh dari bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan primer seperti, buku teks, Dokumen-dokumen, Analisis data,
Biografi, Kamus, maupun data dari internet (website). Teknik analisis data
dilakukan secara deskriptif kualitatif dan selanjutnya ditarik kesimpulan dengan
menggunakan metode deduktif, yakni menarik fakta atau kesimpulan yang
bersifat umum, untuk dijadikan fakta atau kesimpulan umum yang bersifat
khusus5 sehingga dapat memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan dan
tujuan penelitian.
3 Rafik Isa Beekum, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.72 4 Lexi Moeleong. Metotodologi penelitian Kualitatif, Cet. 13,(Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2002), hlm.135. 5 Sutrisno Hadi. 2007. Metodologi Penelitian Resreach. Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, hlm. 56.
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hukum Penggunaan Diskon dalam Transaksi Jual Beli Menurut
Perspektif Hukum Islam
Dalam hukum Islam permasalahan tentang jual beli sudah diatur dengan jelas dan
dikuatkan dengan nash-nash al-Qur'an maupun Hadits Nabi SAW. dan juga
pendapat para ulama'. Jual beli itu usaha yang lebih baik dengan adanya catatan
(mabrur) yang secara umum diartikan atas dasar suka sama suka dan bebas dari
penipuan dan pengkhianatan dan itu merupakan prinsip pokok dalam transaksi.6
Berdasarkan dalil-dalil yang diungkapkan, jelas sekali bahwa praktek akad
atau kontrak jual beli mendapatkan pengakuan dan legalitas dari syara' adalah sah
untuk dilaksanakan dan bahkan dioprasionalkan dalam kehidupan manusia. Sesuai
dengan ketentuan ulama' fiqh bahwa dalam jual beli ada rukun dan syarat sahnya
jual beli. Diantara yang terkait dalam jual beli adalah adanya penjual dan pembeli
(subyek), barang (obyek) dan akad.
3.1.1 Penetapan Harga Dalam Islam
Dalam kondisi musim kekeringan dan perang, Ibnu Taimiyah merekomendasikan
penetapan harga oleh pemerintah ketika terjadi ketidaksempurnaan memasuki
pasar. Misalnya, jika para penjual menolak untuk menjual barang dagangan
mereka kecuali jika harganya mahal dari pada harga normal (al-qimah al-
ma’rifah) dan pada saat yang sama penduduk sangat membutuhkan barang-barang
tersebut. Maka mereka diharuskan menjualnya pada tingkat harga yang setara,
contoh sangat nyata dari ketidaksempurnaan pasar adalah adanya monopoli dalam
perdagangan makanan dan barang-barang serupa. Dalam kasus seperti itu, otoritas
harus menetapkan harganya untuk penjualan dan pembelian mereka. Pemegang
monopoli tak boleh dibiarkan bebas melaksanakan kekuasaannya. Sebaliknya
otoritas harus menetapkan harga yang disukainya, sehingga melawan
ketidakadilan terhadap penduduk. 7
Hubungannya dengan masalah musyawarah penetapan harga, Ibnu
Taimiyah menjelaskan sebuah metode yang menunjukkan pendahulunya Ibnu
6 Ibid., hlm. 194 7 Zainal Arifin dan Dahlia Husein, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Gema Insani pers, Jakarta,1999).h.673
5
Habib, menurutnya imam (kepala pemerintah harus menjalankan musyawarah
dengan para tokoh perwakilan dari para wujuh ahl al-suq). Pihak lain juga
diterima hadir dalam musyawarah karena mereka harus juga dimintai
keterangannya. Setelah melakukan perundingan dan penyelidikan tentang
pelaksanaan jual dan pemerintah harus secara persuasif menawarkan ketetapan
harga yang didukung oleh peserta musyawarah. Jadi, keseluruhannya harus
bersepakat tentang hal ini, harga itu tidak boleh ditetapkan tanpa persetujuan dan
izin mereka.
Dari Imam Jalaludin As-Suyuti berpendapat, bahwasannya ketika labours
dan owners menolak membelanjakan tenaga, material, modal dan jasa untuk
produksi kecuali dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga pasar wajar,
pemerintah boleh menetapkan harga pada tingkat harga yang adil dan memaksa
mereka untuk menjual faktor-faktor produksinya pada harga wajar.8
3.1.2 Dasar Hukum Penetapan Harga
Diriwayatkan dari Anas RA, pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW, harga-
harga barang naik di kota Madinah, kemudian para sahabat meminta Rasulullah
SAW menetapkan harga. Maka Rasululah bersabda:
Sesungguhnya Allah SWT Dzat Yang Maha Menetapkan harga, yang Yang Maha Memegang, Yang Maha Melepas, dan Yang Memberikan rezeki. Aku sangat berharap bisa bertemu Allah SWT tanpa seorang pun dari kalian yang menuntutku dengan tuduhan kedzaliman dalam darah dan harta. (HR. Abu Dawud, dan dinyatakan shahih oleh At-Thirmidzi dan Ibnu Hibban).
Hadits tersebut mengandung pengertian mengenai keharaman penetapan
harga (termasuk upah dalam transaksi persewaan atau perburuhan) walau dalam
keadaan harga-harga sedang naik, karena jika harga ditentukan murah akan dapat
menyulitkan pihak penjual. Sebaliknya, menyulitkan pihak pembeli jika harga
ditentukan mahal. Sementara penyebutan darah dan harta pada hadist tersebut
diatas hanya merupakan kiasan.
Selain itu, karena harga suatu barang adalah hak pihak yang bertransaksi
maka kepadanya merekalah diserahkan fluktuasinya. Karenanya, imam atau
8 Muhammad Fakhruddin. 2018. Penetapan Harga Jual Beli Tiket Tarif Lebaan Bus Jurusan Bima Mataram di Bima dalam Perspektif Ekonomi Islam. Skripsi. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, hlm. 27.
6
penguasa tidak layak untuk mencampuri haknya kecuali jika terkait dengan
keadaan bahaya terhadap masyarakat umum.
Adapun analisis praktek Discount buy one get one dalam transaksi jual
beli di Distro Forinstinc dilihat dari rukun dan syarat yaitu:
Pertama, Segi subyeknya. Melihat dari ketentuan syarat tentang akad jual
beli dalam Islam bahwa akid (penjual dan pembeli) harus baligh, berakal,
keinginanya sendiri.9 Seperti yang dikatakan oleh Sayyid Sabiq bahwa orang yang
disyariatkan adalah berakal dan dapat membedakan (memilih). Akad orang bodoh,
anak kecil dan orang mabuk tidak sah.10
Menurut pengamatan penulis, transaksi jual beli di Distro Forinstinc
Sukoharjo baik penjual dalam hal ini diwakili oleh karyawan toko adalah sudah
dewasa dan berakal, dan bagi pembeli yang khususnya mempunyai kartu anggota
(member) juga sudah dewasa dan berakal, dengan indikasi setiap pemohon kartu
member harus menunjukkan KTP terlebih dahulu. Jadi transaksi jual beli
kaitannya potongan harga di Distro Forinstinc dari segi subyek sudah memenuhi
syara'.
Kedua, Segi Objeknya. Syarat barang yang diperjualbelikan atau
diakadkan dalam Islam: ada barangnya (dalam majlis), dapat dimanfaatkan, milik
sendiri. Dari beberapa syarat obyek barang yang diakadkan di atas, dalam praktek
transaksi jual beli di Distro Forinstinc sudah terpenuhi, Hanya pada poin yang
ketiga yakni bukan milik sendiri, akan tetapi sudah diwakili oleh para karyawan
Distro Forinstinc.
Ketiga, Segi Akadnya. Ditinjau dari segi akad jual beli bagi 3 bagian,
yakni dengan lisan, dengan perantara dan dengan perbuatan. Akad jual beli yang
dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan oleh kebanyakan orang, bagi
orang bisu diganti dengan isyarat, dan ijab qabul tersebut dilakukan dalam satu
majlis (satu tempat). Sedangkan praktik transaksi Discount buy one get one
dengan di Distro Forinstinc Sukoharjo tidak terungkap secara lisan tetapi kerelaan
antara penjual dan pembeli serta berada dalam satu tempat. Jadi bisa dikatakan
9 Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994. hlm. 60 10 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah jilid 12, Alih Bahasa Kamaludin, Marzuki dkk, Bandung: Al- Ma'arif, 1996. hlm. 51
7
transaksi jual beli kaitannya dengan Discount buy one get one di Distro Forinstinc
Sukoharjo sudah memenuhi ketentuan rukun dan syarat yakni adanya penjual dan
pembeli, akad dan obyek.
Islam telah mengajarkan bahwa segala perbuatan yang berhubungan
dengan sesama manusia harus berlandaskan pada akad dan manfaat terhadap
sesamanya dan juga bahwa setiap perbuatan yang merugikan pihak lain itu
dilarang terutama dalam pemakaian barang dan/atau jasa, karena Allah SWT.
telah mengisyaratkan bahwa transaksi ekonomi dalam rangka memenuhi
kebutuhan manusia harus dengan cara yang baik dan benar, yaitu harus saling
merelakan dan cara-cara yang bathil dilarang oleh agama. Dalam surat An- Nisa'
ayat 29 yang berbunyi:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (Q.S. An-Nisa’: 29).
Setiap pembeli ataupun konsumen seharusnya menerima barang dalam
kondisi baik dan dengan harga yang wajar. Mereka juga harus diberitahu apabila
terdapat kekurangan-kekurangan pada suatu barang.11
Dalam praktek jual beli di Distro Forinstinc terdapat berbagai cara
bertransaksi, seperti jual beli pada umumnya dan ada juga jual beli dengan
pemberian Discount buy one get one yang dilaksanakan oleh Distro Forinstinc
kepada konsumen.
Pelanggan Distro Forinstinc adalah sebutan untuk para konsumen Distro
Forinstinc. Para pelanggan Distro Forinstinc akan mendapatkan berbagai macam
keuntungan dan kejutan spesial dari Distro Forinstinc contohnya seperti merchant
for "pelanggan Distro Forinstinc" dimana pelanggan Distro Forinstinc akan
mendapatkan Discount buy one get one, penawaran dan promo menarik di
11 Rafiq Isa Beekum, Op.Cit., hlm. 72
8
merchant-mechant yang bekerjasama dengan kartu pelanggan Distro Forinstinc
di Indonesia.
3.2 Persepsi Masyarakat terhadap Penerapan Diskon dalam Transaksi Jual
Beli Menurut Perspektif Hukum Islam
Secara deskriptif dan sederhana, proses transaksi jual beli di Distro Forinstinc,
pihak konsumen harus terlebih dahulu datang langsung ke toko Distro Forinstinc
untuk memilih produk yang termasuk bagian dari promo, selanjutnya konsumen
waktu membayar secara otomatis akan mendapatkan Discount buy one get one
yang diinginkan.
Forinstinc Fams adalah sebutan untuk para pelanggan setia Distro
Forinstinc. Para Forinstinc Fams akan mendapatkan berbagai macam keuntungan
dan kejutan special dari Distro Forinstinc contohnya seperti merchant for
"Forinstinc Fams" dimana Forinstinc Fams akan mendapatkan discount buy one
get one, penawaran dan promo menarik di merchant-mechant yang bekerjasama
dengan Distro Forinstinc di Semarang, Pacitan, dan Jakarta. Ketentuan-ketentuan
di atas, ditujukan bagi para konsumen sebagai fasilitas dari promo yang diberikan
oleh pihak Distro Forinstinc, dan promo-promo tersebut hanya berlaku dalam
setiap periode tertentu dan tergantung jenis-jenis produk tertentu.
Berbagai cara penjualan dilakukan untuk mencapai target penjualan atau
pengutamaan meraih pangsa-pangsa pasar serta keuntungannya, dilakukan pelaku
usaha dengan mengupayakan barang dan atau jasa (produk) yang ditampilkan
menarik dengan harga yang terjangkau.12 Cara tersebut antara lain dilakukan
secara obral, undian, pemberian hadiah, atau sejenisnya dengan maksud ingin
memperoleh perhatian atas produk atau usaha yang dilakukan. Namun adakalanya
terjadi ekses seperti penjualan obral dilakukan pada saat barangnya berada pada
posisi over stock atau mode produk tersebut sudah tidak mutakhir, yang lebih
banyak dikenal dengan istilah cuci gudang.
Hemat penulis, transaksi jual beli kaitannya dengan Discount buy one get
one yang diberikan oleh pengelola Distro Forinstinc adalah memang benar-benar
12 Hasil wawancara dengan Pratiwi Kridaningtyas, salah satu investor Distro Forinstinc, pada hari Sabtu 26 Agustus 2017 jam 19.30 wib.
9
sebagai Discount buy one get one. Artinya Discount buy one get one yang
diberikan kepada konsumen di Distro Forinstinc sesuai dengan yang
dipromosikan, yakni bukan merupakan "seolah-olah" seperti yang disebutkan oleh
Undang-undang, karena dengan indikasi bahkan barang (produk) yang dijual
kepada konsumen yang bukan merupakan pengguna kartu member adalah sama
barangnya dan harganya berbeda.
Penawaran diskon mempunyai efek yang positif terhadap persepsi
konsumen dalam konteks hubungan antara nilai produk dengan penawaran. Pada
teori transaction utility disebutkan bahwa dua tipe nilai dapat dihasilkan melalui
diskon harga. Pertama, diskon dapat menghasilkan acquisition utility atau nilai
standar ekonomi dengan cara menurunkan jumlah uang yang harus dibayarkan
dan konsumen tetap mendapatkan keuntungan yang sama dari produk tersebut.
Yang kedua diskon dapat menimbulkan transaction utility yang dimana konsumen
akan membandingkan harga yang telah didiskon dengan reference price yang ia
miliki sebelumnya13
Berdasarkan hasil wawancara dengan Aka (BADSINNER)14, diketahui
bahwa penetapan diskon sebagai target pasar konsumen, karena konsumen
terkadang tidak bisa membeli produk dengan harga normal maka di buat dengan
diskon, diskon dikonsep dengan cara baik dengan semenarik mungkin guna
konsumen tertarik terhadap diskon itu sendiri karena yang saya bangun adalah
konsumen militant yaitu konsumen yang dari fansbase tertentu atau komunitas.
Adapun dasar yang dikemukakan adalah bahwa membuat diskon yaitu ketika
orang atau konsumen banyak yang menanyakan dan di event tertentu dengan bisa
membuat dengan harga normal.
Joan (Ask/Undscr), berpendapatan bahwa suatu harga penjualan lebih
murah karena tidak semua clothing menjadikan harga normal sebagai patokan dan
kunci utama clothing yaitu mengadakan diskon itu sendiri dan membuat promosi
media clothing dengan mengurangi harga aslinya/dengan sistem Buy 1 Get 1
13 Darke and Chung 2005. Effects of pricing and promotion on consumer perceptions: it depends on how you frame it 14 Hasil Wawancara dengan AKA ( BADSINNER )
10
menjadikan trik paling ampuh untuk sebuah clothing.15 Dasar yang digunakan
untuk menerima praktik diskon adalah dengan terpaku oleh sebuah industri
clothing walaupun dengan diskon tetapi tidak dengan cara promosi yang
berlebihan yaitu dengan tidak membohongi target konsumen / publik karena pada
dasarnya penjualan di clothing bisa menganut tentang agama yang pada dasarnya
dengan kejujuran di setiap penjualan maka konsumenpun tidak terkelabuhi di
setiap penjualan.
Berdasarkan hasil wawancara, pemberian hadiah menjadi pilihan bagi
pemilik maupun pembeli atau konsumen. Pemilik berhak memberikan hadiah
sebagai upaya menarik minat konsumen untuk data dan membeli. Sementara
persepsi atas pemberian hadiah menurut konsumen, merupakan hak bagi
konsumen karena telah menjadi langganan tetap, dan hadiah merupakan bentuk
penghargaan. Hadiah juga dapat diberikan kepada konsumen yang baru atau
pertama kali datang untuk membeli kaos. Pemberian hadiah dianggap sebagai hal
yang tidak bermasalah, pemilik dan konsumen boleh memberikan dan menerima
hadiah.
Wawan salah satu konsumen Distro Forinstinc yang telah menjadi
langganan menyatakan bahwa untuk pemberian hadiah itu dapat menjadi daya
tarik sehingga Distro Forinstinc ini dapat lebih ramai pemberian hadiah juga
sebagai ungkapan bahwa pemilik pakaian toko pakaian ini tidak semata-mata
mencari keuntungan belaka tetapi juga mencoba untuk membuat komunitas yang
mampu mendukung kelangsungan hidup Distro Forinstinc.
4. PENUTUP
Ditinjau dari segi subjeknya, transaksi jual beli di Distro Forinstinc Sukoharjo
baik penjual dalam hal ini diwakili oleh karyawan toko adalah sudah dewasa dan
berakal, dan bagi pembeli yang khususnya mempunyai kartu anggota (member)
juga sudah dewasa dan berakal, dengan indikasi setiap pemohon kartu member
harus menunjukkan KTP terlebih dahulu. Jadi transaksi jual beli kaitannya
potongan harga di Distro Forinstinc dari segi subyek sudah memenuhi syara'.
15 Hasil Wawancara dengan Joan (Ask / Undscr)
11
Syarat barang yang diperjualbelikan atau diakadkan dalam Islam: ada
barangnya (dalam majlis), dapat dimanfaatkan, milik sendiri. Dari beberapa syarat
obyek barang yang diakadkan di atas, dalam praktek transaksi jual beli di Distro
Forinstinc sudah terpenuhi. Hanya pada poin yang ketiga yakni bukan milik
sendiri, akan tetapi sudah diwakili oleh para karyawan Distro Forinstinc.
Ditinjau dari segi akadnya, praktik transaksi Discount buy one get one di
Distro Forinstinc tidak terungkap secara lisan tetapi kerelaan antara penjual dan
pembeli serta berada dalam satu tempat. Jadi bisa dikatakan transaksi jual beli
kaitannya dengan Discount buy one get one di Distro Forinstinc Sukoharjo sudah
memenuhi ketentuan rukun dan syarat yakni adanya penjual dan pembeli, akad
dan obyek.
Transaksi jual beli kaitannya dengan Discount buy one get one yang
diberikan oleh pengelola Distro Forinstinc adalah memang benar-benar sebagai
Discount buy one get one. Artinya Discount buy one get one yang diberikan
kepada konsumen di Distro Forinstinc sesuai dengan yang dipromosikan, yakni
bukan merupakan "seolah-olah" seperti yang disebutkan oleh Undang-undang,
karena dengan indikasi bahkan barang (produk) yang dijual kepada konsumen
yang bukan merupakan pengguna kartu member adalah sama barangnya dan
harganya berbeda.
Suatu harga penjualan lebih murah karena tidak semua clothing
menjadikan harga normal sebagai patokan dan kunci utama clothing yaitu
mengadakan diskon itu sendiri dan membuat promosi media clothing dengan
mengurangi harga aslinya/dengan sistem Buy 1 Get 1 menjadikan trik paling
ampuh untuk sebuah clothing. Dasar yang digunakan untuk menerima praktik
diskon adalah dengan terpaku oleh sebuah industri clothing walaupun dengan
diskon tetapi tidak dengan cara promosi yang berlebihan yaitu dengan tidak
membohongi target konsumen/ publik karena pada dasarnya penjualan di clothing
bisa menganut tentang agama yang pada dasarnya dengan kejujuran di setiap
penjualan maka konsumenpun tidak terkelabuhi di setiap penjualan.
DAFTAR PUSTAKA
Darke and Chung. 2005. Effects of pricing and promotion on consumer perceptions: it depends on how you frame it.
12
Lexi J. Moleong. 2002. Metotodologi penelitian Kualitatif, Cet. 13. Bandung: PT. Remaja Rosda karya.
Muhammad Fakhruddin. 2018. Penetapan Harga Jual Beli Tiket Tarif Lebaan Bus Jurusan Bima Mataram di Bima dalam Perspektif Ekonomi Islam. Skripsi. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Nazar Bakry. 1994. Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rafik Isa Beekum. 2004. Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sayyid Sabiq. 1996. Fiqh Sunnah jilid 12. Alih Bahasa Kamaludin, Marzuki dkk. Bandung: Al- Ma'arif.
Sofjan Sauri. 1987. Manajemen Pemasaran Dasar Konsep dan Strategi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sutrisno Hadi. 2007. Metodelgi Penelitian Resreach. Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung.
Zainal Arifin dan Dahlia Husein. 1999. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani pers.