disertasi komunikasi kultural terhadap kepemilikan …

209
i DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA ROMPU KECAMATAN MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2017 CULTURAL COMMUNICATION OWNERS AGAINST ROMPU FAMILY TOILET IN THE VILLAGE OF NORTH LUWU DISTRICT OF MASAMBA YUSUF : P1000314011 PROGRAM DOKTOR (S3) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

i

DISERTASI

KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA ROMPU KECAMATAN

MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2017

CULTURAL COMMUNICATION OWNERS AGAINST ROMPU

FAMILY TOILET IN THE VILLAGE OF NORTH LUWU DISTRICT OF MASAMBA

YUSUF : P1000314011

PROGRAM DOKTOR (S3) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018

Page 2: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

ii

PENGESAHAN UJIAN PROMOSI

KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA ROMPU KECAMATAN

MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2017

Disusun dan diajukan oleh :

ANDI YUSUF Nomor Pokok P1000314011

Menyetujui, Komisi Penasehat

Prof. Dr.dr. H. Muhammad Syafar, MS Promotor

Prof. Dr. Anwar Daud, SKM.,M.Kes Dr. Darmawansyah, SE.,MS Ko.Promotor Ko.Promotor

Ketua Program Studi Doktor (S3)

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc,Ph.D

Page 3: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Andi Yusuf

Nomor Pokok : P1000314011

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat S3 Unhas

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa disertasi yang saya tulis ini

benar benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan

disertasi ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

atas perbuatan tersebut.

Makassar, Januari 2018

Yang menyatakan

Andi Yusuf

Page 4: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas berkah

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi

ini dengan judul “Model Komunikasi Kultural Terhadap Kepemilikan

Jamban Keluarga di Desa Rompu Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu

Utara Provinsi Sulawesi Selatan” Shalawat dan salam senantiasa

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya, serta

para pengikutnya sampai akhir zaman.

Disertasi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Doktor pada Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat

Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Penulisan dan penyusunan disertasi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Pada kesempatan yang sangat berharga ini, saya dengan

tulus menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

Prof. Dr. dr. H. Muhammad Syafar,MS, selaku Promotor di tengah

kesibukannya yang sangat padat, waktu yang sangat sempit, beliau masih

bersedia menjadi Promotor, senantiasa memberi arahan dengan penuh

kesabaran.

Page 5: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

v

Prof. Dr. Anwar Daud, SKM.,M.Kes, selaku Ko-Promotor atas

bimbingan, arahan dan petunjuk yang sangat bermanfaat dalam

pemahaman konsep dan penyususnan disertasi ini.

Dr. Darmawansyah,SE.,MS, selaku Ko-Promotor atas arahan dan

petunjuk yang sangat bermanfaat dalam pemahaman dan penyususnan

disertasi ini.

Dr. dr. Burhanuddin Bahar, MS, Dr. Muhammad Farid, M.Si,

Dr. Agus Bintara Birawida,S.Kel.,M.Kes, selaku penguji Internal yang

berkenan meluangkan waktu di sela sela kesibukan beliau beliau untuk

menjadi penguji serta arahan dan masukan yang bermanfaat sebagai

perbaikan dalam penyusunan disertasi ini.

dr. Oedojo Soedirham,MPH.,MA.,Ph.D, selaku penguji Eksternal

yang berkenan meluangkan waktu disela sela kesibukan beliau untuk

menjadi penguji eksternal serta arahan dan masukan yang bermanfaat

sebagai perbaikan dalam penyususnan disertasi ini.

Secara khusus penghargaan dan ucapan terima kasih juga saya

sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA, Rektor Universitas

Hasanuddin, yang telah memberi izin dan kesempatan untuk

menimbah ilmu di Program Doktor pada Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin.

2. Prof. Dr. Muhammad Ali, SE.,MS Direktur Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin Makassar yang telah memperkenankan

Page 6: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

vi

penulis untuk mengikuti pendidikan Doktor pada Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes, Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin yang telah banyak

memberikan motivasi dalam penyelesaian disertasi ini.

4. Prof. Dr. dr. Veni Hadju,M.Sc,Ph.D, Ketua Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat yang telah memperkenankan penulis untuk

mengikuti pendidikan Doktor pada Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin Makassar.

5. Segenap Dosen dan staf program Doktor Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

6. Bupati Luwu Utara yang telah memberikan izin bagi penulis

melakukan penelitian di Desa Rompu Kecamatan Masamba

Kabupaten Luwuw Utara.

7. Camat Masamba yang telah memberikan izin bagi penulis

melakukan penelitian di Desa Rompu Kecamatan Masamba

Kabupaten Luwu Utara.

8. Rusdi, S.Pd.I selaku Kepala Desa Rompu telah bersediah dan

menerima penulis untuk melakukan penelitian di Desa Rompu

Kecamatan Maamba Kabupaten Luwu Utara.

Seluruh staf Administrasi Program Doktor pada Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin yang telah membantu administrasi

untuk penyelesaian studi Doktor. Teman teman Program Doktor Ilmu

Page 7: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

vii

Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu atas dukungan dan motivasinya dalam penelitian hingga

penyusunan disertasi ini.

Terima kasi kepada Pemerintah Kabupaten Luwu Utara yang telah

banyak membantu dalam kelancaran penelitian ini, responden dan

keluarga yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian ini serta seluruh pihak terkait yang turut berkontribusi

pada penelitian ini.

Kesempatan ini pula, perkenankan saya menghaturkan ucapan

terima kasih terkhusus pada ayahanda Andi Muhammad Semmang Opu

Dg. Pasandre (almarhum) dan Ibunda Hj. Suhrah Puang Tobaga yang

sangat kami cintai, sayangi, patuhi, banggakan yang telah banyak

mengorbankan segala apa yang dimiliki dicurahkan kepada penulis terkait

percepatan penyelesaian penulisan, serta semua saudara saya yang telah

membantu baik moril maupun material dan memberikan doa kepada

penulis untuk dapat mendorong menyelesaikan studi di program Doktor.

Terkhusus pada penulis cintai, sayangi, kepada anak saya Andi

Ardiansyah Pasandre dan Andi Astriani Pasandre dengan sabar dan

penuh pengertian selalu memberikan dorongan pada penulis untuk dapat

segerah menyelesaikan studi ini.

Terima kasih pula pada semua pihak yang telah memberikan

kontribusi sehingga penulisan ini dapat terselesaikan, terhusus pada

teman teman di STIK, Pascasarjana STIK Tamalatea dan STIPAR

Page 8: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

viii

Tamalatea, Politeknik Kemenkes Depkes Makassar dan AIGI

Amanagappa Makassar. Semoga apa yang telah diberikan pada penulis

akan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT, dan kita semua diberi

kesehatan dan keselamatan serta umur yang panjang Amin Ya Rabbal

Alamin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa disertasi ini masih sangat

jauh untuk dikatakan sempurna. Olehnya itu, saran, kritik dan masukan

yang sifatnya korektif dan konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan.

Semoga Disertasi ini mempunyai manfaat untuk kemajuan ilmu

pengetahuan dan anak bangsa ke depan Amin Yarabbal Alamin.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Januari 2018

Andi Yusuf

Page 9: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

viii

ABSTRAK Andi Yusuf, Komunikasi Kultural Terhadap Kepemilikan Jamban Keluarga di Desa Rompu Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara Dibimbing oleh : Muhammad Syafar, Anwar Daud, Darmawansyah Komunikasi dapat dikatakan sempurna jika ia mampu memperlihatkan semua aspek aspek yang mendukung terjadinya sebuah proses. Secara sederhana model komunikasi dapat digambarkan sebagai gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai perubahan pengetahuan, regulasi, partisipasi dan kemitraan sebelum dan sesudah di laksanakan komunikasi kultural terhadap kepemilikan jamban keluarga. Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperiment yaitu pre test dan post test yaitu kelompok intervensi dan kelompok control. Populasi adalah kepala keluarga di Desa Rompu Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara dengan metode purposive samling didapatkan sampel sebesar 150 orang yang dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok. Analisis yang digunakan adalah uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan pada awal pengukuran dengan pengukuran kedua, ketiga dan pengukuran ke empat, ada perubahan pengetahuan tentang regulasi pada uji chi square saat awal pengukuran dan akhir pengukuran pada semua kelompok (p<0,05), ada perubahan pengetahuan tentang partisipasi pada uji chi square saat awal pengukuran dan akhir pengukuran pada semua kelompok (p<0,05),dan ada perubahan pengetahuan tentang kemitraan pada uji chi square saat awal pengukuran dan akhir pengukuran pada semua kelompok (p<0,05), Kata Kunci : Pengetahuan, regulasi, partisipasi dan kemitraan.

Page 10: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

ix

ABSTRACT

Andi Jusuf, Cultural Communication Owners Against Rompu Family toilet in the village of North Luwu District of Masamba (Supervised by: Muhammad Syafar, Anwar Daud, Darmawansyah)

Communication can be said to be perfect if it able to show all aspects of the favor of the occurrence of a process. In a simple model of communication can be described as a simple overview of the communication process that shows a link between the components of communication with other components.

The purposes of this study were to assess changes in knowledge, regulation, participation and partnerships before and after the cultural communication carried on to the ownership of the family latrines. This study design is quasy experiment with pre-test and post-test, namely the intervention and control groups. Population was the head of the family in the village Rompu Masamba District of North Luwu using purposive sampling obtained a sample of 150 people, divided into three (3) groups. The analysis was using chi square test. The results showed that there are differences in knowledge at the first measurement, the second measurement, third measurement and fourth measurement, there are changes in the regulation of knowledge about chi square test measurements at the beginning and end of the measurement in all groups (p <0.05), there were changes in knowledge about participation in chi square test measurements at the beginning and end of the measurement in all groups (p <0.05), and no change in knowledge about the partnership at chi square test measurements at the beginning and end of the measurement in all groups (p <0.05).

Keywords: Knowledge, Regulation, Participation And Partnership. `

Page 11: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….i

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………..ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ………………………………..iii KATA PENGANTAR …………………………………………………… …iv ABSTRAK …………………………………………………………………...vi ABSTRACT ………………………………………………………………….ix DAFTAR ISI …………………………………………………………………x DAFTAR TABEL ……………………………………………………………xii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… ..xiii DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………xiv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………..……………………………………….1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………12

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………..13

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………...14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Komunikasi …………………………………. ... 15

B. Kultural …………………………………………………………… 33

C. Jamban …………………………………………………………….38

D. Perilaku …………………………………………………………….49

E. Pengetahuan ………………………………………………………59

F. Regulasi ……………………………………………………………65

Page 12: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

xi

G. Partisipasi …………………………………………………………. 66

H. Kemitraan …………………………………………………………. 92

I. Kerangka Teori ……………………………………………………100

J. Kerangka Konsep …………………………………………………101

K. Definisi Operasioal ………………………………………………..102

L. Hipotesis ……………………………………………………………103

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ……………………………………………………104

B. Alur Penelitian…………………………………………………….. 106

C. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………….110

D. Populasi dan Sampel ……………………………………………. 111

E. Pengumpulan Data ………………………………………………. 112

F. Pengolahan dan Analisa Data ………………………………….. 113

G. Etika Penelitian …………………………………………………… 117

H. Kontrol Kualitas …………………………………………………… 119

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian …………………………………………………… 121

B. Pembahasan ……………………………………………………... 134

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……………………………………………………… 159

B. Saran ……………………………………………………………. 160

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

xii

DAFTAR TABEL

Table 3.1 : Skema rancangan penelitian ………………………………. 104

Tabel 3.2 : Analisis pemilihan uji statistic ……………………………… 116

Table 3.3 : Standarisasi instrumen …………………………………….. 120

Table 4.1 : Sebaran karakteristik responden ………………………….. 122

Table 4.2 : distribusi responden kepemilikan jamban ………………… 123

Table 4.3 : Perubahan skor pengetahuan responden sebelum dan

sesudah intervensi ………………………………………….. 125

Table 4.4 : Pengetahuan keberadaan regulasi pemilikan jamban ……126

Table 4.5 : Perubahan partisipasi masyarakat sebelum dan sesudah

intervensi …………………………………………………… 127

Table 4.6 : Perubahan pengetahuan tentang kemitraan dalam

pembuatan jamban …………………………………………..129

Table 4.7 : Perubahan kepemilikan jamban …………………………….130

Table 4.8 : Alasan Penambahan Jamban Keluarga …………………...131

Table 4.9 : Pengetahuan, Regulasi, Partisipasi, Kemitraan dengan

perubahan kepemilikan jamban ………………………….. 132

Page 14: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Model dasar komunikasi …………………………………. 20

Gambar 2.2 : Model komunikasi formula Lasswell ……………………. 20

Gambar 2.3 : Model proses komunikasi ………………………………… 21

Gambar 2.4 : Alur penularan penyakit dari tinja ke manusia …………. 44

Gambar 2.5 : Pemutusan alur penularan penyakit ………………………45

Gambar 2.6 : Penyakit yang ditularkan oleh tinja ………………………. 49

Gambar 2.7 : The theory plannet behavior ……………………………… 50

Gambar 2.8 : Tangga partisipasi menurut Arnstein ……………………. 85

Gambar 2.9 : Kerangka teori …………………………………………… 100

Gambar 2.10 : Kerangka Konsep ……………………………………… 101

Gambar 2.11 : Definisi operasional………………………………………102

Gambar 3.1 : Alur penelitian …………………………………………… 110

Gambar 4.1 : Perubahan skor pengetahuan responden …………….. 124

Gambar 4.2 : Pengetahuan keberadaan regulasi pemilikan jamban .. 127

Gambar 4.3 : Perubahan partisipasi masyarakat sebelum dan

sesudah intervensi ……………………………………… 128

Gambar 4.4 : Perubahan pengetahuan tentang kemitraan ………… 130

Gambar 4.5 : Perubahan kepemilikan jamban …………………………131

Gambar 4.6 : Hasil temuan dilapangan …………………………………133

Page 15: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kusioner

2. Output Analisis Data

3. Rekomendasi persetujuan etik

4. Surat pengantar izin penelitian dari Universitas Hasanuddin

5. Surat Izin Penelitian dari Kesbang Luwu Utara

6. Surat keterangan telah selesai penelitian

7. Modul penelitian.

8. Dokumentasi penelitian

9. Daftar Riwayat Hidup

Page 16: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sebagai mahluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan

dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya,

bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu

ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat,

orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan

terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan

menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawah orang

kehilangan keseimbangan jiwa. Menurut Everett Kleinjan dari East West

Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan

manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia

perlu berkomunikasi.

Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan

yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Wilbur Schramm menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah

dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab

tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa

masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan

komunikasi. Apa yang mendorong manusia sehingga ingin berkomunikasi

dengan manusia lainnya. Teori dasar biologi menyebut adanya dua

Page 17: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

2

kebutuhan, yakni kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja

merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu

mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat

terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut

peran serta yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat

ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Fasilitas rumah tinggal yang

berkaitan dengan kesehatan adalah ketersediaan jamban sendiri dengan

tangki septik (Dinkes Sulsel 2015)

Selain perilaku, riwayat keturunan, pelayanan kesehatan dan

kesehatan lingkungan merupakan salah satu faktor penting dari status

kesehatan. Keempat elemen ini disamping berpengaruh langsung

terhadap kesehatan juga saling mempengaruhi satu sama lain. Kesehatan

lingkungan merupakan faktor mutlak dalam kehidupan sosial

kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau

determinan dalam kesejahteraan penduduk. Dimana lingkungan yang

sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan

meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan

kesehatan khususnya bidang hygiene dan sanitasi masih sangat besar.

Untuk itu perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi

Page 18: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

3

nasional dari pendekatan sektor dengan penyediaan subsidi perangkat

keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit terjadinya perubahan

perilaku hygiene dan peningkatan akses sanitasi.

Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan

lingkungan yang harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga.

Hubungan yang paling mendasar dengan kualitas lingkungan dalam hal

penggunaan jamban adalah ketersediaan fasilitas dan jemis

penampungan tinja yang digunakan. Berbagai cara telah dilakukan untuk

mengatasi masalah tersebut agar tidak menjadi ancaman bagi kesehatan

lingkungan.

Pelaksanaan sanitasi total berbasis masyarakat dengan lima pilar

akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat

yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keterlanjutan

budaya hidup bersih dan sehat. Pelakasanaan STBM dalam jangka

panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang

diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong

terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan melalui metode

pemicuan yang mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran

secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri

sesuai kemampuan.21. Masa yang akan datang pemerintah lebih focus

pada pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan pengembangan

wilayah yang

Page 19: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

4

berkesadaran lingkungan, sementara pihak pengguna infrastruktur dalam

hal ini masyarakat secara keseluruhan harus disiapkan dengan kesadaran

lingkungan yang lebih baik (tahu sesuatu atau tahu bersikap yang

semestinya). Masa datang kita dihadapkan dengan penggunaan IPTEK

yang lebih maju dan lebih kompleks yang memerlukan profesionalisme

yang lebih baik dengan jenjang pendidikan yang memadai.

Proses pembangunan masa datang diperlukan adanya teknologi

kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upaya pada metodologi

mengukur dampak kesehatan dari pencemaran yang ditimbulkan oleh

adanya pembangunan, indikator ini harus mudah, murah untuk diukur juga

sesitif menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan.

Perumusan pokok pokok pengertian kesehatan lingkungan selain

didasarkan atau berorientasi pada kesehatan masyarakat seperti

pelestarian alam, system lingkungan, kelengkapan body of knewledge

dalam kesatuan pendekatan multidisipliner dan hal hal lain tentang

kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan adalah kondisi lingkungan

yang mampu menopang keseimbangan yang dinamis antara manusia dan

lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang

sehat, aman, nyaman dan bersih.

Buang Air Besar (BAB) dalam Millenium Development Goals

(MDGs). Menyatakan Buang Air Besar disebut sebagai sanitasi yang layak

adalah bila penggunaan fasilitas tempat Buang Air Besar milik sendiri atau

bersama, jenis kloset yang digunakan jenis leher angsa ‘latrine’ dan

Page 20: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

5

tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau

sarana pembuangan air limbah atau SPAL (Bank Dunia, 2014).

Pembuangan tinja/kotoran manusia yang tidak memenuhi

kesehatan dapat menjadi sumber penularan berbagai macam penyakit.

Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan

suatu buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang

kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti: diare, typhus,

muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk

serta estetika. Semakin besar persentase yang buang air besar

sembarang tempat maka ancaman penyakit semakin tinggi intensitasnya

Banyak faktor yang menjadi penyebab masyarakat enggan

membuat dan menggunakan jamban keluarga diantaranya yaitu:

rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pentingnya jamban

keluarga, sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima

informasi yang bermanfaat bagi dirinya. Disamping itu adanya sikap dan

tindakan yang mengarah pada kebiasaan hidup masyarakat yang selalu

membuang kotoran disembarang tempat (Sadiman AS, 2009).

Sanitasi lingkungan haruslah mendapatkan perhatian khusus dalam

menilai kondisi kesehatan masyarakat. Sebab pada hakekatnya keadaan

lingkungan yang optimal membawa pengaruh positif terhadap terwujudnya

status kesehatan lingkungan yang optimal pula. Pembuangan kotoran

manusia, apabila tidak dikelolah dengan baik, seringkali mencemarkan air

Page 21: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

6

bersih, sehingga air tersebut dapat menyebarkan penyakit. Atau dapat

juga langsung mencemari permukaan tanah (Dainur, 1995;35). Jamban

keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang

tinja atau kotoran manusia yang lasim disebut kakus/wc (Pebriani dkk,

2012).Jamban keluarga sebaiknya dibangun, dimiliki dan digunakan untuk

satu keluarga dengan penempatan yang mudah dijangkau oleh penghuni

rumah baik itu berada dalam dan luar bangunan rumah.Pemanfaatan

jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap dan

tindakan masyarakat.

Data Bank Dunia tahun 2014 diperkirakan sejumlah 2,5 miliar

penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap jamban layak atau sarana

pembuangan limbah manusia. Dan 1 miliar penduduk dunia yang

melakukan buang air besar sembarangan di sungai dan ladang. Di

Indonesia setengah dari populasi masyarakat perdesaan tidak memiliki

akses sanitasi layak, dan dari 57 juta orang yang melakukan BABS, 40

juta diantaranya tinggal di perdesaan.

Dean (2013) juga menegaskan bahwa perilaku BABS menjadi

variable penting yang memengaruhi kualitas hidup seseorang

kedepannya. Sebanyak lebih dari 70 % masyarakat India melakukan

perilaku BABS yang berdampak terjadinya stunting pada balita.

Rendahnya sanitasi dan kondisi ekonomi yang sulit, ikut mendukung

kondisi tersebut, menunjukan adanya hubungan signifikan antara perilaku

BABS dengan terjadinya stunting pada balita.

Page 22: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

7

Murwati (2012) menuliskan berdasarkan hasil Riskesdas 2010,

penduduk Indonesia yang BABS mencapai angka besar 36,4 %. Salah

satu pemicunya adalah ketersediaan akses sanitasi dasar yang hanya

sebesar 55,5 % . dari hasil penelitian keluarga yang BABS dan tidak

memiliki jamban berisiko 1,32 kali anaknya terkena diare akut dan 1,43

kali terjadi kematian pada anak usia dibawah lima tahun. Tidak

tersedianya sarana jamban berisiko 17.25 kali terkena diare pada bayi dan

balita.

Data profil Kesehatan Indonesia, Sulawesi Selatan pada tahun

2014 persentase jamban sehat baru mencapai 72,97%.10 Jamban adalah

tempat pembuangan kotoran manusia atau tinja yng diperuntukan bagi

suatu/beberapa keluarga dengan konstruksi yang memenuhi syarat

kesehatan yakni yang mempunyai lantai yang kedap air/tidak licin,

mempunyai tempat pembuangan air yang berfungsi dengan baik serta

mempunyai dinding dan atap.

Data Profil Kesehatan Kabupaten Luwu Utara tahun 2015 yang

terdiri dari 14 Kecamatan dengan jumlah penduduk 302,687 jiwa, dengan

jumlah sarana jamban leher angsa 42.175 dengan jumlah penduduk

pengguna sebanyak 194.357 (21,69 %), dan untuk Kecamatan Masamba

jumlah penduduk pengguna jamban 27.741 dan jumlah sarana jamban

leher angsa adalah 6.070 (21,88 %). Desa Rompu jumlah penduduk

pengguna jamban 1466 dan jumlah sarana jamban adalah 246 (16,78 %)

jamban (Data Puskesmas Masamba).

Page 23: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

8

Holly B. Shakya dalam penelitiannya di India adalah perubahan

teoritis dalam proporsi jamban masyarakat sebagai fungsi transitivitas

pada tingkat yang berbeda dari proporsi jamban masyarakat. Kami

mengunakan metode analisis jaringan social algoritmik untuk

mengidentifikasi kelompok masyarakat dan memprediksi perilaku

kesehatan dipengaruhi social, jamban kepemilikan di pedesaan

India.Sanitasi yang buruk termasuk kurangnya air bersih, toilet tidak

berfungsi merupakan perbaikan utama terhadap morbiditas dan mortalitas

akibat penyakit menular khususnya di India (2008, 39-41).

Sejalan hasil penelitian (Ikhsan Ibrahim, 2012),24 bahwa ditinjau

dari sudut kesehatan lingkungan, kotoran manusia merupakan masalah

yang sangat penting.Pembuangan tinja secara layak merupakan

kebutuhan kesehatan yang paling diutamakan. Pembuangan tinja secara

tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air,

tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi

kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterborne disease akan

muda berjangkit. Yang termasuk waterborne disease adalah typhoid,

paratyphoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan

sebagainya (Chandra, 2006).

Penggunaan jamban yang disertai partisipasi keluarga akan baik,

bila didukung oleh beberapa factor. Diantaranya factor yang berasal dari

dalam diri individu disebut factor internal seperti pendidikan, pengetahuan,

sikap, tindakan atau kebiasaan, pekerjaan, pendapatan, jenis kelamin,

Page 24: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

9

umur, suku dan sebagainya. Adapun faktor dari luar individu disebut faktor

eksternal seperti fasilitas jamban baik meliputi jenisnya, kebersihannya,

kondisinya, ketersediannya termasuk kecukupan air bersih dan pengaruh

lingkungan seperti penyuluhan oleh petugas kesehatan termasuk tokoh

adat dan agama tentang penggunaan jamban sehat (Depkes RI,2005).

Gambaran keadaan jamban di Desa Pintu Langit Jae Kecamatan

Sidimpuan Angkola Julu tahun 2011 dari 259 rumah yang diperiksa

tentang kepemilikan jamban terdapat sekitar 236 rumah atau 80 % yang

tidak memiliki jamban. Masyarakat yang berada di Desa Pintu Langit Jae

selama ini melakukan aktivitas buang air besar pada jamban umum yang

dibangun dari program PNPM yang berjumlah 4 buah. Angka ini sangat

jauh dibawah target indikator kesehatan yaitu 80 % keluarga harus

memiliki jamban (profil kesehatan Sidimpuan, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara (penjajakan awal) peneliti dengan

beberapa kepala keluarga yang menggunakan jamban umum sebagai

tempat pembuangan tinja disebabkan karena :

1. Faktor ekonomi dimana pendapatan rumah tangga yang masih

rendah membuat masalah kesehatan bukan merupakan

prioritas seperti halnya untuk memiliki jamban dalam rumah

sendiri serta memperbaiki kondisi jamban yang tidak memenuhi

syarat kesehatan sehingga layak untuk di pakai.

Page 25: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

10

2. Rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat untuk

menjaga kebersihan jamban dan akibat penggunaan jamban

yang tidak sehat.

3. Kualitas pendidikan masyarakat yang relative rendah juga

sangat berpengaruh.

Kepemilikan dan penggunaan jamban sehat merupakan salah satu

indicator program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), ditatanan

rumah tangga. Berdasarkan hasil kajian PHBS secara Nasional

persentase rumah tangga yang menggunakan jamban sehat sebesar 39

%, diperkotaan 60 %, jauh lebih tinggi disbanding pedesaan 23 %.

Persentase rumah tangga yang menggunakan jamban sehat di Provinsi

Jawa Barat sedikit diatas rata rata nasional yaitu 39,6%. Sedangkan target

yang diharapkan pada akhir tahun 2009 adalah 80% keluarga memiliki

akses terhadap jamban (Erlinawati Pane).

Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan yang optimal. Peningkatan derajat kesehatan

yang optimal tersebut diselenggarakan melalui pendekatan, pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

Dalam upaya pencapaian sasaran ini yang utama dilaksanakan sesuai

paradigma sehat yaitu upaya promotif dan preventif,

Page 26: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

11

tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative guna membangun partisipasi

masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025

adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi tingginya dapat terwujud (RPJM Depkes RI,2009).

Keberhasilan penyuluhan kesehatan pada masyarakat termasuk

kepemilikan jamban keluarga tergantung kepada komponen

pembelajaran. Media penyuluhan kesehatan merupakan salah satu

komponen dari proses pembelajaran yang akan mendukung komponen-

komponen yang lain. Media diartikan sebagai segala bentuk atau saluran

yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi (Sadiman,

dkk. 2008).

Media penyuluhan sebenarnya tidak hanya berfungsi sebagai

pelengkap yaitu membantu pemberi informasi untuk pengingat, namun

media mempunyai fungsi atensi yaitu memiliki kekuatan untuk menarik

perhatian. Media yang menarik akan memberikan keyakinan, sehingga

perubahan kognitif afeksi dan psikomotor dapat dipercepat.

Pengelompokan media berdasarkan perkembangan teknologi dibagi

menjadi media cetak, audiovisual dan komputer. Audiovisual merupakan

salah satu media yang menyajikan informasi atau pesan secara audio dan

visual (Setiawati dan Dermawan, 2008).

Page 27: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

12

Jenis media yang saat ini tersedia dan digunakan masih sangat

terbatas yaitu leaflet dan lembar balik, namun jika fasilitas mendukung

seperti tempat penyuluhan, LCD dan laptop kadang-kadang

menggunakan slide powerpoint (Pulungan, 2008). Penelitian Basuki tahun

2006 mengemukakan bahwa metode penyuluhan mempunyai hubungan

yang bermakna dengan peningkatan pengetahuan. Keberhasilan suatu

penyuluhan dapat dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan dan sikap

yang mendukung terjadinya perubahan perilaku tersebut. Berdasarkan

uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti komunikasi kultural

terhadap penggunaan jamban sehat.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut maka muncul pertanyaan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Apakah ada pengaruh pengetahuan terhadap kepemilikan jamban

keluarga di Desa Rompu Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu

Utara Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Apakah ada pengaruh regulasi terhadap kepemilikan jamban

keluarga di Desa Rompu Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu

Utara Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Apakah ada pengaruh partisipasi terhadap kepemilikan jamban

keluargadi Desa Rompu Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu

Utara Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 28: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

13

4. Apakah ada pengaruh kemitraan terhadap kepemilikan jamban

keluarga di Desa Rompu Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu

Utara Provinsi Sulawesi Selatan.

5. Apakah upaya meningkatkan kepemilikan jamban keluarga

memerlukan komunikasi kultural dengan pendekatan lokal ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mendapatkan pendekatan komunikasi kultural terhadap kepemilikan

jamban keluarga di Desa Rompu Kecamatan Masamba Kabupaten

Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah :

a. Menilai perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah

dilaksanakan Komunikasi Kultural terhadap Kepemilikan Jamban

Keluarga.

b. Menilai pengetahuan tentang Regulasi sebelum dan sesudah

dilaksanakan Komunikasi Kultural terhadap Kepemilikan Jamban

Keluarga

c. Menilai perubahan partisipasi sebelum dan sesudah dilaksanakan

Komunikasi Kultural terhadap Kepemilikan Jamban Keluarga.

d. Menilai perubahan Kemitraan sebelum dan sesudah dilaksanakan

Komunikasi Kultural Terhadap Kepemilikan Jamban Keluarga.

Page 29: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

14

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu kerangka

pengembangan kemitraan berbasis komunitas pada program

kesehatan dalam upaya peningkatan penggunaan jamban keluarga.

2. Manfaat praktis

a. Bagi responden : dapat mengetahui kepercayaan/niat terhadap

penggunaan jamban keluarga.

b. Bagi Masyarakat : dapat berperanserta untuk meningkatkan dan

menggunakan jamban keluarga serta mewujudkan ketersediaan

jamban keluarga yang sehat.

c. Bagi pemerintah : sebagai penguatan kemitraan sector informal

masyarakat sebagai kearifan local guna mempercepat

pembangunan Universal Access Sanitation.

Page 30: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

15

Page 31: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi

1. Konsep Dasar Komunikasi

Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap, perilaku, dan

tindakan yang terampil dari manusia (communication involves both

attitudes and skills). Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi social kalau

dia tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui pertukaran informasi,

ide-ide, gagasan, maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbol-

simbol dengan orang lain. Komunikasi manusia itu melayani segala

sesuatu, akibatnya orang bilang komunikasi itu sangat mendasar dalam

kehidupan manusia.

Komunikasi internasional yang merujuk terutama untuk komunikasi

antara negara negara dan pemerintah.ini adalah komunikasi diplomasi

dan propaganda, dan sering melibatkan kedua situasi antar budaya dan

antara ras. Dalam kasus komunikasi internasional, kebutuhan dan

ekonomi dari negara negara. Bentuk komunikasi adalah sangat ritual yang

berlangsung dalam negara negara netral, Negara Negara bersatu, atau

oleh ketiga pihak diplomatik. Komunikasi antar budaya telah digambarkan

sebagai bentuk multidimensi interaksi antara anggota kelompok nasional,

etnis, ras dan budaya (Amparo, 2006)

Perluasan jaringan komunikasi di dunia dikombinasikan dengan

peningkatan wisata untuk kesenangan atau bisnis, dan migrasi

Page 32: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

16

internasional atau pengungsi mempertinggi kesadaran kita akan

kebutuhan untuk memahami budaya lain dan orang orang lain mereka.62

Littlejohn dan Hawes (1983) teori merupakan penjelasan

(explanation), sedangkan model hanya merupakan representasi. Dalam

pengertian luas, model menunjuk pada setiap representasi simbolis dari

suatu benda, proses atau gagasan ide. Model dipandang sebagai analogi

dari beberapa fenomena. Model dapat berbentuk gambar grafis,verbal

atau matematika. Dengan demikian model dapat diartikan sebagai

representasi dari peristiwa komunikasi.

Pauley (1999) dalam Liliweri (2013) memberikan definisi khusus

atas komunikasi, setelah membandingkan tiga komponen yang harus ada

dalam sebuah persistiwa komunikasi, jadi kalau satu komponen kurang

maka komunikasi tak akan terjadi. Dia berkata komunikasi merupakan :

1. Transmisi informasi

2. Transmisi pengertian

3. Menggunakan symbol symbol yang sama.

Attias (2000) dalam Liliweri (2013) mengatakan definisi komunikai itu

harus mempertimbangkan tiga model komunikasi antara lain

1. Model retorikal dan perspektif dramaturgi.

2. Model transmisi

3. Model ritual

Page 33: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

17

Jadi komunikasi itu :

1. Membuat orang lain mengambil bagian, menanamkan,

mengalihkan, berita atau gagasan.

2. Mengatur kebersamaan

3. Membuat orang yang terlibat memiliki komunikasi

4. Membuat orang saling berhubungan.

5. Mengambil bagian dalam kebersamaan.

Beberapa manfaat model yaitu :

1. Menyediakan representasi visual dari sebuah proses sehingga

dapat lebih cepat memahaminya (fungsi deskriptif).

2. Meringkas penelitian di suatu area.

3. Berhubungan dengan teori atau didasarkan pada penelitian actual.

4. Membantu memahami gangguan komunikasi telah terjadi (fungsi

pemecahan masalah). Dalam hal ini model dapat membantu

komunikasi dan membuatnya menjadi lebih baik.

2. Konsep Dasar Komunikasi

a. Havland dalam bukunya Social Communication mengatakan bahwa

“Komunikasi adalah proses individu atau komunikator mengoperkan

perangsang, biasanya dengan menggunakan lambing lambing

bahasa untuk mengubah tingkah laku individu yang lain

(Komunikan).

Page 34: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

18

b. Dalam organisasi, komunikasi adalah rangkaian pemahaman yang

memadukan anggota organisasi dari atas ke bawah, bawah ke atas

dalam dan dengan berbagai arah.

c. Komunikasi adalah penyampaian informasi, pikiran dan gagasan

dari seseorang kepada orang lain.

d. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh

sesorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah

sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun

tidak langsung melalui media.

Model Komunikasi adalah suatu gambaran yang sistematis dan

abstrak, dimana menggambarkan potensi potensi tertentu yang berkaitan

dengan berbagai aspek dari sebuah proses. Model dibangun agar kita

dapat mengidentifikasi, menggambarkan atau mengkategorikan

komponen komponen yang relevan dari suatu proses. Sebuah model

dapat dikatakan sempurna jika ia mampu memperlihatkan semua aspek

aspek yang mendukung terjadinya sebuah proses.Misalnya dapat

melakukan spesipikasi dan menunjukan kaitan antara satu komponen

dengan komponen lainnya dalam suatu proses, serta keberadaannya

dapat ditunjukan secara nyata.

Secara sederhana model komunikasi dapat digambarkan sebagai

gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan

kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.

Menurut Sereno dan Mortensen, satu model komunikasi merupakan

Page 35: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

19

deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya

komunikasi. Secara garis besar model dapat dibedakan atas dua macam

yaitu model operasional dan model fungsional. Model operasional

menggambarkan proses dengan cara melakukan pengukuran dan

proyeksi kemungkinan kemungkinan operasional, baik terhadap luaran

maupun factor factor lain yang mempengaruhi jalannya suatu proses.

Sedangkan model fungsional berusaha menspesifikasi hubungan tertentu

diantara berbagai unsur dari suatu proses serta menggeneralisasiannya

menjadi hubungan hubungan baru. Model fungsional banyak digunakan

dalam mengkaji ilmu pengetahuan, utamanya ilmu pengetahuan yang

menyangkut tingkah laku manusia (behavioral science).

Selain dari itu model juga dapat membantu untuk memberi

gambaran fungsi komunikasi dari segi alur kerja, membuat hypothesis

riset dan juga untuk memenuhi perkiraan perkiraan praktis dalam strategi

komunikasi. Dalam hal ini ada tiga model komunikasi yang perlu diketahui

dalam memahami komunikasi antar manusia yaitu model analisis dasar

komunikasi,model proses komunikasi,model komunikasi partisipasi.

1. Model analisis dasar komunikasi.

Model ini dinilai sebagai model klasik atau model pemula

komunikasi yang dikembangkan sejak Aristoteles, kemudian Lasswell

hingga Shannon dan Weaver. Aristoteles yang hidup pada saat

komunikasi retorika sangat berkembang di Yunani terutama

keterampilan orang membuat pidato pembelaan dimuka pengadilan

Page 36: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

20

dan rapat rapat umum yang dihadiri oleh rakyat. Atas dasar itu,

Aristoteles membuat model komunikasi yang terdiri atas tiga unsur :

Sumber Pesan Penerima

Gambar 1: Model dasar komunikasi

Model dasar komunikasi yang dibuat Aristoteles telah mempengaruhi

Harold D. Lasswell, seorang sarjana politik Amerika yang kemudian

membuat model komunikasi yang dikenal dengan formula Lasswell

(1948).

Gambar 2 : Model komunikasi formula Lasswell.

Lasswell melihat bahwa suatu proses komunikasi selalu mempunyai

efek atau pengaruh. Karena itu tidak mengherankan kalau model

Lasswell ini banyak menstimuli riset komunikasi, khususnya dibidang

komunikasi massa dan komunikasi politik.

Harold D. Lasswell salah seorang peletak dasar ilmu komunikasi

lewat ilmu politik menyebut tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab,

mengapa manusia perlu berkomunikasi (Cangarah Hafid, 2003).

1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui

komunikasi manusia dapat mengetahui peluang peluang yang ada

untuk dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar pada hal hal yang

Siapa Mengatakan apa Kepada Siapa

siapa Mengatakan

apa

Melalui

apa

Kepada siapa

Dan apa

akibatnya

Page 37: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

21

mengancam dalam sekitarnya. Melalui komunikasi manusia dapat

mengetahui suatu kejadian atau peristiwa. Bahkan melalui

komunikasi manusia dapat mengembangkan pengetahuannya,

yakni belajar dari pengalamannya, maupun melalui informasi yang

mereka terima dari lingkungan sekitarnya.

2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Proses kelanjutan suatu masyarakat sesungguhnya tergantung

bagaimana masyarakat itu bias beradaptasi dengan lingkungannya.

3. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Suatu

masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka

anggota masyarakatnya dituntut untuk melakukan pertukaran nilai,

perilaku dan peranan.(Cangara Hafid,2003)

2. Model Proses Komunikasi

Salah satu model yang banyak digunakan untuk menggambarkan

proses komunikasi adalah model sirkulator yang dibuat oleh Osgood

bersama schramm (1954). Kedua tokoh ini mencurahkan perhatian

mereka pada peranan sumber dan penerima sebagai pelaku utama

komunikasi.

Gambar 3 : Model proses komunikasi.

Message

Encoder Interpreter Decoder

Decoder Interpreter

Encoder

Messag

e

Page 38: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

22

Model ini menggambarkan komunikasi sebagai proses yang dinamis,

dimana pesan ditransmit melalui proses encoding. Encoding adalah

translasi yang dilakukan oleh sumber atas sebuah pesan, dan decoding

adalah translasi yang dilakukan oleh penerima terhadap pesan yang

berasal dari sumber. Hubungan antara encoding dan decoding adalah

hubungan antara sumber dan penerima secara simultan dan saling

mempengaruhi satu sama lain.

Sebagai proses yang dinamis, maka interpreter pada model sirkular

ini bisa berfungsi ganda sebagai pengirim dan penerima pesan. Pada

tahap awal, sumber berfungsi sebagai encoder dan penerima sebagai

decoder. Tetapi pada tahap berikutnya penerima berfungsi sebagai

pengirim (encoder) dan sumber sebagai penerima (decoder), dengan kata

lain sumber pertama akan menjadi penerima kedua dan penerima

pertama akan berfungsi sebagai sumber kedua, dan seterusnya.

3. Bentuk Komunikasi Partisipasi

Dalam proses komunikasi yang memusat, setiap pelaku berusaha

menafsirkan dan memahami informasi yang diterimanya dengan sebaik

baiknya. Dengan demikian pelaku komunikasi dapat memberi reaksi atau

menyampaikan hasil pikirannya dengan baik kepada orang lain.

Dari perspektif perilaku, komunikasi memberi tekanan pada rangsangan

(stimuli) yang dibuat oleh sumber dan reaksi (response) yang diberikan

oleh penerima. Kajian komunikasi disini banyak memakai pendekatan

Page 39: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

23

psikologi, yang mempelajari tentang cara cara bagaimana individu

dipengaruhi oleh pesan.

Perspektif transmisi memandang komunikasi sebagai suatu

pengalihan informasi dari sumber kepada penerima. Model yang

digunakan disini sifatnya linier (satu arah) dan bergerak dari satu tempat

ke tempat lainnya. Perspektif transmisi memberi tekanan pada peranan

media serta waktu yang digunakan dalam menyalurkan informasi.

Perspektif interaksi menekankan bahwa komunikator atau sumber

memberi respon secara timbal balik pada komunikator lainnya. Proses

komunikasi disini melingkar (sirkulator) dengan adanya mekanisme umpan

balik yang saling mempengaruhi (interplay) antara sumber dan penerima.

Perspektif transaksional memberi tekanan pada proses dan fungsi untuk

berbagai dalam hal pengetahuan dan pengalaman. Komunikasi disini

dimaksudkan sebagai suatu proses dimana semua peserta ikut aktif

secara dinamis dalam memenuhi fungsi sosialnya sebagai anggota

masyarakat.

4. Komunikasi Kesehatan

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus)

dalam bentuk lambang atau symbol bahasa atau gerak (non-verbal) untuk

mempengaruhi perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat

berupa suara/bunyi atau bahasa lisan,maupun berupa gerakan, tindakan,

atau symbol symbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain,

dan pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud

Page 40: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

24

pihak yang memberikan stimulus. Oleh sebab itu reaksi atau respon baik

dalam bentuk bahasa maupun symbol symbol ini merupakan pengaruh

atau hasil proses proses komunikasi. Proses komunikasi yang

menggunakan stimulus atau respons dalam bentuk bahasa baik lisan

maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila

proses komunikasi tersebut menggunakan symbol symbol disebut

komunikasi non verbal.

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistimatis untuk

mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan

menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik

menggunakan komunikasi interpersonal, maupun maupun komunikasi

massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku

kesehatan masyarakat. Dan selanjutnya perilaku masyarakat yang sehat

tersebut akan berpengaruh kepada meningkatnya derajat kesehatan

masyarakat.

1. Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi

komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang

dapat memengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat

membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan

kesehatan.

2. Studi yang menekankan peranan teori komunikasi yang dapat

digunakan dalam penelitian dan praktik yang berkaitan dengan

promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.

Page 41: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

25

3. Kegunaan teknik komunikasi dan teknologi komunikasi secara

positif untuk memengaruhi individu, organisasi, komunitas dan

penduduk bagi tujuan mempromosikan kondisi yang kondusif atau

yang memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan

lingkungannya. Kegunaan ini termasuk beragam aktifitas sperti

interaksi interaksi antara profesional kesehatan dengan para pasien

diklinik, self help groups, mailings, hotlines, kampanye media

massa, penciptaan peristiwa.

4. Pendidikan kesehatan yakni suatu pendekatan yang menekankan

pada usaha mengubah perilaku kesehatan audiens (skala makro)

agar mereka mempunyai kepekaan terhadap masalah kesehatan

tertentu yang sudah didefinisikan dalam satuan waktu

tertentu.(Elayne Chlif dan Vicki Freimuth, 1995).

5. Proses untuk mengembangkan atau membangin pesan kesehatan

kepada audiens tertentu dengan maksud mengaruhi pengetahuan,

sikap, keyakinan mereka tentang pilihan perilaku hidup sehat.

6. Seni dan teknik penyebarluasan informasi kesehatan yang

bermaksud memengaruhi dan memotivasi individu, mendorong

lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai peraturan ataupun

sebagai organisasi dikalangan audiens yang mengatur perhatian

terhadap kesehatan. Komunikasi kesehatan meliputi informasi

tentang pencegahan penyakit,promosi kesehatan, kebijaksanaan

pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan,

Page 42: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

26

yang sejauh mungkin mengubah dan membaharui kualitas individu

dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan

mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika. (Health

Communication Partnership’s M/MC health Communication

Materials Database,2004).

7. Proses kemitraan antara para partisipan berdasarkan dialog dua

arah yang didalamnya ada suasana interaktif, ada pertukaran

gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan gagasan mengenai

kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima

untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan yang seimbang

demi membaharui pemahaman bersama (Ratzan, S.C, 1994).

8. Komunikasi yang berkaitan dengan proses pertukaran

pengetahuan, meningkatkan consensus, mengidentifikasi aksi aksi

yang berkaitan dengan kesehatanyang mungkin dapat dilakukan

secara efektif. Melalui proses dialog tersebut maka informasi

kesehatan yang dipertukarkan diantara dua pihak itu bertujuan

membangun pengertian bersama demi penciptaan pengetahuan

baru yang dapat diwariskan bersama. Jadi, dasar dari persetujuan

adalah aksi dan kerjasama.(W.A. and Hornik,R,1999; US

Departement of health and Human Shervices 2000; Clift, E. and

Freimuth, 1995; dan Ratzan,S.C.ed.1994).

5. Tujuan komunikasi kesehatan meliputi :

1.Tujuan strategis.

Page 43: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

27

Pada umumnya program program yang berkaitan dengan komunikasi

kesehatan yang dirancang dalam bentuk paket acara atau paket modul itu

dapat berfungsi untuk :

a. Relay information meneruskan informasi kesehatan dan suatu sumber

kepada pihak lain secara berangkai (hunting).

b. Enable informed decision making memberikan informasi akurat untuk

memungkinkan pengambilan keputusan.

c. Promote healthy behaviors informasi untuk memperkenalkan perilaku

hidup bersih sehat.

c. Promote peer information exchange and emotional support mendukung

pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional

pertukaran informasi kesehatan.

d. Promote self care memeperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri

sendiri.

e. Manage demand for health service memenuhi permintaan layanan

kesehatan.

2. Tujuan Praktis.

Menurut Taibi Kahler (Kahler Communications), Washington,DC.Courses

Process Communication Model, 2003, sebenarnya secara praktis tujuan

khusus komunikasi kesehatan itu meningkatkan kualitas sumber daya

manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan agar dapat :

1. Meningkatkan pengetahuan yang mencakup :

a. Prinsip prinsip dan proses komunikasi manusia

Page 44: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

28

b. Menjadi komunikator yang memiliki etos,patos, logos,

kredibilitas dan lain lain.

c. Menyusun pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi

kesehatan

d. Memilih media yang yang sesuai dengan konteks komunikasi

kesehatan.

e. Menentukan segmen komunikasi yang sesuai dengan konteks

komunikasi kesehatan.

f. Mengelola umpan balik atau dampak pesan kesehatan yang

sesuai dengan kehendak komunikasi dan komunikan.

g. Mengelola hambatan hambatan dalam komunikasi kesehatan

h. Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.

i. Prinsip prinsip riset

2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi efektif,

praktis berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi,

negosiasi, menyelesaikan konflik, menulis, membaca, wawancara,

menjawab pertanyaan, argumentasi dan lain lain.

3. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi.

a. Berkomunikasi yang menyenangkan, empati

b. Berkomunikasi dengan kepercayaan pada diri.

c. Menciptakan kepercayaan public dan pemberdayaan public

d. Membuat pertukaran gagasan dan informasi makin

menyenangkan.

Page 45: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

29

e. Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang

baik.

6. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya,

pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau

mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana

menghindari atau mencegah hal – hal yang merugikan kesehatan mereka

dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan jika

sakit, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan Kesehatan

merupakan upaya untuk membantu individu, keleluarga, dan masyarakat

dalam meningkatkan perilakunya untuk mencapai kesehatan secara

optimal. Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis di mana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer

materi/teori dari seseorang ke orang lain dan pula seperangkat prosedur,

tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri

individu, kelompok, atau masyarakat sendiri ( Wafid Iqbal Mubarak & Nurul

C, 2009).

1) Tujuan dan sasaran Pedidikan Kesehatan

Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya

sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (Notoatmodjo S,

Page 46: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

30

2003:21).Mubarak dan Chayati, (2009) mengatakan bahwa pendidikan

kesehatan meliputi :

a) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

b) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,

dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan

dukungan dari luar.

c) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan

taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat

Sasaran pendidikan kesehatan seperti yang ditetapkan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI 1998) antara lain :

a) Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,

keluarga dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan

dampak yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat

b) Meningkatnya pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan

terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya

hidup dan perilaku seperti AIDS, Kanker, penyakit jantung,

ketergantungan obat dan minuman keras sehingga angka

kesakitan terhadap penyakit tersebut berkurang.

c) Meningkatnya peran swasta / dunia usaha dalam berbagai upaya

pembangunan kesehatan terutama pelayanan kesehatan

pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan yang selama ini

masih dibiayai pemerintah seperti imunisasi, foging untuk DBD,

penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.

Page 47: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

31

d) Meningkatnya kreatifitas, produktifitas dan peran serta generasi

muda dalam mengatasi masalah kesehatan diri, lingkungan dan

masyarakat

e) Meningkatnya dan lebih rasionalnya pembiayaan kesehatan yang

berasal dari masyarakat termasuk swasta terutama melaui

penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan dikelola

berdasarkan JPKM.

2) Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut ( Notoatmodjo. S, 2003: 27 ) ruang lingkup pendidikan

kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek

kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan

kesehatan, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Dimensi sasaran

pendidikan meliputi Pertama sasaran individu kedua, sasaran kelompok

dan ketiga masyarakat. Sementara dimensi pelaksanaan pendidikan

kesehatan seperti pertama di sekolah, dilakukan di sekolah dengan

sasaran murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya

kesehatan sekolah (UKS) kedua Pendidikan kesehatan di pelayanan

kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan masyarakat, balai kesehatan,

rumah sakit umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga

pasien dan ketiga pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan

sasaran buruh atau karyawan.

Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran

yang ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:

Page 48: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

32

a) Metode Berdasarkan Pendekatan Individu

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina

perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu

perubahan perilaku atau inovasi.Pendekatan yang dapat digunakan

pertama bimbingan dan penyuluhan, kedua dengan cara wawancara.

b) Metode berdasarkan kelompok

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Cara ini

dalam promosi kesehatan perlu mempertimbangkan besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.

Kelompok bisa berupa kelompok kecil atau kelompok besar.

c) Metode berdasarkan pendekatan massa.

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan

pesan- pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat.

Sehingga sasaran dari metode ini bersifat umum, seperti tidak

membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial

ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Pendekatan ini

membutuhkan kemampuan untuk mendesain pesan-pesan kesehatan

yang dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat.

3) Faktor berpengaruh dalam pendidikan Kesehatan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan

kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :

a) Tingkat Pendidikan

Page 49: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

33

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah

seseorang menerima informasi yang didapatnya.

b) Faktor Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah

pula dalam menerima informasi baru.

c) Adat Istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat

istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan

d) Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh

orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada

kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi

e) Ketersediaan waktu

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat

aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat

dalam penyuluhan

B. Kultural

Dalam kehidupan sehari hari orang begitu sering membicarakan

soal kultural. Juga dalam kehidupan sehari hari, orang tak mungkin tidak

berurusan dengan hasil hasil kultural. Setiap hari orang melihat,

mempergunakan dan bahkan kadang kadang merusak kultural.

Page 50: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

34

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan

kultural. Dengan demikian tak ada masyarakat yang tidak mempunyai

kultural dan sebaliknya tak ada kultural tanpa masyarakat sebagai wadah

dan pendukungnya.

Kultural mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan

kultural. Kultural merupakan pedoman individual sebagai anggota

masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana

mengungkapkan emosionalnya dan bagaimana berhubungan dengan

orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya.63

Beberapa pakar mendefinisikan kultural sebagai berikut :

a. Melville J.Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan

bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat

didalam masyarakat di tentukan oleh kultural yang dimiliki oleh

masyarakat. Herskovits memandang kultural sebagai sesuatu yang

super organik, karena kultural yang berturun temurun dari generasi

ke generasi tetap hidup terus. Walaupun orang orang yang menjadi

anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian

dan kelahiran. Adapun istilah culture yang merupakan istilah

bahasa asing yang sama artinya dengan kultural, berasal dari kata

latin colere artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah

tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut yaitu colere kemudian

culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk

mengolah dan mengubah alam.

Page 51: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

35

b. EB.Tylor (1871) Kultural adalah kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat

dan lain kemampuan kemampuan serta kebiasaan kebiasaan yang

didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono

Sukanto,2013).

c. Andreas Eppink, kultural adalah keseluruhan pengertian nilai social,

norma social, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur social,

religious, dan lain lain, serta segala pernyataan intelektual dan

artistic yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

d. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi, kultural adalah sarana

hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dsimpulkan bahwa kultural

meliputi system ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia

yang bersifat abstrak. Perwujudan kultural adalah benda yang diciptakan

oleh manusia sebagai makhluk yang kultural berupa perilaku dan benda

benda yang bersifat nyata, pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,

organisasi social, religi, seni, dan lain lain, yang kesemuanya ditujukan

untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakat.

Unsur unsur kultural.

Kultural setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur unsur

besar maupun unsur unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu

kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan.

Page 52: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

36

Melville J. Herskovits mengajukan 4 unsur pokok kultural :

1. Alat alat teknologi

2. System ekonomi

3. Keluarga

4. Kekuasaan politik.

Bronislaw malinowaski yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori

fungsional dalam antropologi menyebut unsur unsur pokok kultural :

A. System norma yang memungkinkan kerjasama antara para

anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.

B. Organisasi ekonomi

C. Alat alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat

bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama.

D. Organisasi kekuatan.

Fungsi kultural bagi masyarakat.

Kultural mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan

masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan

anggota anggota seperti kekuatan alam, maupun kekuatan kekuatan

lainnya didalam masyarakat itu sendiri yang tidak selalu baik baginya.

Factor kebiasaan mempunyai tiga arti menurut Ferdinand Tonnies :

1. Dalam arti yang menunjuk pada suatu kenyataan yang bersifat

obyektif.

2. Dalam arti bahwa kebiasaan tersebut di jadikan kaidah bagi

sesorang norma mana diciptakan untuk dirinya sendiri.

Page 53: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

37

3. Sebagai perwujudan kemauan atau keinginan sesorang untuk

berbuat sesuatu.

Sifat Hakikat Kultural.

1. Kultural terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.

2. Kultural telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu

generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia

generasi yang bersangkutan.

3. Kultural diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya

4. Kultural mencakup aturan aturan berisikan kewajiban kewajiban,

tindakan tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan tindakan

yang dilarang dan tindakan tindakan yang diizinkan.

Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berfikir

merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut

kultural. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi,

tindakan tindakan social,kegiatan kegiatan ekonomi dan politik dan

teknologi, semua itu berdasarkan pola pola kultural.

Kultural adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara

formal kultural didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,

hubungan ruang, konsep alam semesta, objek objek materi dan milik yang

diperoleh sekolompok besar orang dari generasi melalui usaha individu

dan kelompok .

Page 54: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

38

C. Jamban

Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupa

sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu

dalam kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat

dibutuhkan,bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan

efisiensi kerja dan belajar. Departemen Kesehatan telah mencanangkan

Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi

paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang model

pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah

kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor,

dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan

perlindungan kesehatan. Kesehatan lingkungan dan sanitasi lingkungan

merupakan dua hal yang perlu mendapat perhatian dari masyarakat. Di

daerah pedesaan terutama dengan masyarakat berpenghasilan rendah,

penyakit yang penularannya berkaitan dengan air dan lingkungan

terutama penyakit diare masih endemis dan masih merupakan masalah

kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat belum membudaya pada

masyarakat pedesaan karena kurang pengertian dan kesadaran

pentingnya terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (healthy life style).

Dengan demikian penyadaran kesehatan adalah program yang dirancang

untuk membawa perubahan baik di dalam masyarakat sendiri maupun

Page 55: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

39

dalam organisasi dan lingkungannya berupa lingkungan fisik, sosial

budaya.69

Indonesia adalah salah satu negara yang saat ini masih

mengahadapi masalah sanitasi dan perilaku untuk hidup bersih dan sehat.

Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah Indonesia telah membuat

kebijakan mengenai persoalan sanitasi misalnya Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM). STBM terdiri dari 5 pilar yaitu Stop Buang Air Besar

Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Makanan dan

Minuman Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan

Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga. Pembuangan tinja yang

merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang harus memenuhi

sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan kotoran yang baik harus

dibuang kedalam tempat penampungan kotoran yang disebut jamban.

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau

tempat duduk dengan leher angsah (cemplung) yang dilengkapi dengan

unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya ( Proverawati,

2012). Jamban sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari

kehidupan manusia karena jamban dapat mencegah berkembangbiaknya

berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak

dikelola dengan baik (Chandra, 2006).

Page 56: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

40

Arti pembuangan tinja adalah pengumpulan kotoran manusia

disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada

kotoran manusia mengganggu estetika. Berarti jamban keluarga sangat

berguna bagi kehidupan manusia karena jamban dapat mencegah

berkembangnya bermacam penyakit yang disebabkan oleh kotoran yang

tidak dikelolah dengan baik. Jamban atau sarana pembuangan kotoran

yang memenuhi syarat adalah upaya penyehatan lingkungan

permukiman. Sarana jamban yang tidak saniter berperan terhadap

kesehatan masyarakat dan lingkungan.(Josep Soemardji 1999).

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai

lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang

harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni

(urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. (Notoatmodjo,

2003;158).

Pembuangan tinja/kotoran manusia yang tidak memenuhi syarat

kesehatan dapat menjadi sumber penularan berbagai macam penyakit.

Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan

suatu buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang

kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti: diare, typhus,

muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk

serta estetika. Semakin besar persentase yang BABS maka ancaman

penyakit semakin tinggi intensitasnya

Page 57: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

41

Manusia secara naluriah banyak mengambil manfaat terhadap

alam lingkungan, terutama untuk bahan bangunan, air, sumber pangan,

sumber obat-obatan, dan sumber bahan kerajinan (Sastrapraja et al.

1979). Oleh karena itu berbagai unsur sosial, budaya, ekonomi, teknologi,

dan politik yang tumbuh dan berkembang di setiap kelompok etnik

mempengaruhi cara pandang dan pengelolaan terhadap alam lingkungan.

Pengetahuan tersebut membangun system tata nilai budaya sebagai

satuan ide dan gagasan dalam kebudayaan yang mempengaruhi aktivitas

dalam system social (tata cara, perilaku, dan cara hidup kelompok), serta

mempengaruhi kreativitas dalam sistem teknologi (Suparlan 1980).

Jamban adalah tempat pembuangan kotoran manusia atau tinja

yng diperuntukan bagi suatu/beberapa keluarga dengan konstruksi yang

memenuhi syarat kesehatan yakni yang mempunyai lantai yang kedap

air/tidak licin, mempunyai tempat pembuangan air yang berfungsi dengan

baik serta mempunyai dinding dan atap.

Jamban sehat secara prinsip harus mampu memutuskan hubungan

antara tinja dan lingkungan, sebuah jamban dikategorikan sehat (Azwar,

2000), jika :

a. Mencegah kontaminasi kebadan air

b. Mencegah kontak antara manusia dan tinja

c. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta

binatang lainnya.

d. Mencegah bau yang tidak sedap.

Page 58: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

42

e. Konstruksi duduknya dibuat dengan baik, aman dan mudah

dibersihkan.

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan

untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu

keluarga yang lasim disebut kakus atau WC (Madjid, 2000) dalam

Pebriani dkk (2012).

Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan

bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah

berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang

disebabkan oleh kotoran manusia yang itdak dikelola dengan

baik.Ditinjau dari kesehatan lingkungan membuang kotoran ke

sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara

yang menimbulkan bau.Dalam peningkatan sanitasi jamban, kita harus

mengetahui persyaratan pembuangan tinja.

Pembuangan tinja yang kurang baik dapat mengkotori dan

mencemari lingkungan disekitarnya termasuk tanah dan air sebagai

sumber kehidupan masusia. Serta dapat menjadi tempat bersarang

dan berkambang biak berbagai vektor penyakit.

1. Syarat-Syarat Jamban

Jamban yang tidak sehat dan tidak bersih dapat menjadi

sumber penyebaran bakteri yang ada dalam tinja manusia, yang

dibawa oleh hewan perantara seperti serangga atau melalui kontak

Page 59: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

43

langsung, sehingga bakteri dapat masuk kedalam tubuh (Wandasari,

2013).

Jamban keluarga sehat (Depkes RI, 2012), adalah jamban yang

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.

b. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.

c. Tidak mengotori air tanah disekitarnya.

d. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa,

dan binatang-binatang lainnya.

e. Tidak menimbulkan bau.

f. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).

g. Sederhana desainnya.

h. Murah.

i. Dapat diterima oleh pemakainya.

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu

diperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut:

a. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya jamban terlindung dari

panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung

dari pandangan orang (pravace) dan sebagainya.

b. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat

berpijak yang kuat dan sebagainya.

Page 60: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

44

c. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang

tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan

sebagai sebagainya.

d. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas

pembersih.

2. Manfaat dan Fungsi Jamban

Pemeliharaan kesehatan lingkungan dititik beratkan kepada

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang memudahkan

timbulnya penyakit dan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Hal ini tidak terlepas dari perilaku masyarakat dan menjaga kebersihan

diri dan lingkungannya, termasuk dalam penggunaan jamban keluarga.

Gambar 4 : Alur penularan penyakit dari tinja ke manusia (Suyono,

2014;90).

Sumber pencemaran tinja (feses) yang terinfeksi melalui tanah

dapat langsung kemanusia melalui dua cara yaitu dengan perantara

tangan/kuku langsung masuk kesistem pencernaan atau dengan

Tangan

Serangga

Ma Min

Tanah

Air

Tinja ygterinfek

si

Inang baru

Mati

Sakit

Page 61: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

45

perantara makanan, susu atau sayuran masuk kesistem pencernaan.

WHO ( 2008) dalam Suyono (2014) menyatakan bahwa dalam satu

gram tinja manusia mengandung 10.000.000 virus, 1.000.000 bakteri,

1.000 parasit, dan 100 telur parasit.

Pemamfaatan jamban keluarga berguna untuk menjaga

lingkungan agar tetap dalam keadaan bersih, sehat dan tidak berbau.

Memamfaatkan jamban keluarga yang bersih dan sehat juga tidak

mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi

penularan penyakit yang dapat diakibatkan oleh tinja manusia, seperti

diare, kolera, disentri, typus, kecacingan, berbagai penyakit saluran

pencernaan, macam-macam penyakit kulit dan keracunan (wandasari,

2013).

Cuci tangan

Jamban sehat

Gambar 5 : Pemutusan alur penularan penyakit dari tinja ke manusia

Serangga

Makanan

Tanah

Air

Tangan

……..pemutus

an

Tinja yg terinfeksi

Mati

Inang baru

Sakit

Page 62: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

46

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan.

Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin

beberapa hal, yaitu:

a. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit.

b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana

yang aman.

c. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit.

d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan

lingkungan.

Upaya penggunaan jamban berdampak besar bagi penurunan

resiko penularan penyakit.Setiap anggota keluarga harus buang air

besar di jamban. Beberapa hal harus diperhatikan keluarga (Tarigan,

2007):

a. Jamban keluarga berfungsi baik dan dipakai semua anggota

keluarga.

b. Siramlah jamban dengan air sampai bersih setiap menggunakan

jamban.

c. Bersihkan jamban dengan alat pembersih jamban bagi semua

anggota keluarga secara bergiliran minimal 2- 3 kali seminggu.

d. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak pergi ketempat buang

air besar sendiri, hendaknya dilakukan jauh dari rumah, lebih

kurang 10 meter dari sumber air, atau dikebun tempat bermain

anak dengan menggali tanah dan menutupnya kembali, lalu

Page 63: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

47

dibersihkan, jangan biarkan kotoran menempel dianus anak, dan

hindari tanpa alas kaki.

3. Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik.

Adapun cara pemeliharaan yang baik (Depkes RI,2012) adalah

sebagai berikut:

a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

b. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air

c. Tidak ada sampah berserakan

d. Rumah jamban dalam keadaan baik

e. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

f. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada

g. Tersedia alat pembersih

h. Bila ada yang rusak segera diperbaiki. (Depkes, 2012).

Jamban adalah tempat pembuangan tinja dan urine yang

biasanya disebut latrine/kakus/WC (watercloset).Jamban digunakan

sebagai tempat untuk pembuangan kotoran manusia.

Kotoran manusia/Tinja manusia ialah buangan padat yang kotor

dan bau juga media penularan penyakit bagi masyarakat. Kotoran

manusia mengandung organisme pathogen yang dibawa air, makanan,

lalat menjadi penyakit seperti: salmonella, vibriokolera, amuba, virus,

cacing, poliomyelitis, ascariasis, dll. Kotoran mengandung agen

Page 64: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

48

penyebab infeksi masuk saluran pencernaan Warsito (1996) dalam

Tarigan (2007).

4. Penentuan Letak Jamban

Dalam penentuan letak kakus ada dua hal yang perlu

diperhatikan yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus.

Penentuan jarak tergantung pada:

a. Keadaan daerah datar atau lereng

b. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam

c. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah

liat atau kapur.

Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya

peresapan tanah.Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara

sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 sampai dengan 15 meter

atau rata-rata 10 meter.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan letak jamban adalah:

a. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di

sebelah bawah dari letak sumber air.

b. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi

yang sering digenangi banjir.

c. Mudah dan tidak sulit memperoleh air.

Cara penularan penyakit yang berhubungan dengan pembuangan tinja

(jamban) tergantung dari kondisi sanitasi suatu tempat.Secara umum

penyebaran penyakit dari tinja manusia dapat melalui air, tangan,

Page 65: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

49

makanan dan minuman serta tanah. Soemirat (1999) dalam Tarigan

(2007).

Gambar 6 : Penyakit yang ditularkan oleh tinja

No Penyebab Penyakit

(Agent)

Nama Penyakit

A

1.

2

3

4

B

1

2

C

1

2

D

1

2

Bacteria

Vibrio Cholera

Salmonella typhi

Shigella dysentri

Salmonella

Virus

Hepatitis virus A

Volio viruses

Protozoa

Entamoeba histolitica

Ballantidium coli

Helmintes (cacing)

Ascaris lumbricuides

Telechuris trichura

Cholera

Typhoid fever

Shigellosis

Salmonellasis

Vital hepatitis

Poliomyyelitis

Amoebadysentry

Ballantidiasis

Acariasis

Trichinasis

Sumber : Kusnoputranto 1995.

D. Perilaku

Teori perilaku yang direncanakan dikembangkan oleh Ajzen pada

tahun 1988. Teori mengusulkan sebuah model yang dapat mengukur

bagaimana tindakan manusia dipandu. Ini memprediksi terjadinya

perilaku tertentu, asalkan perilaku disengaja. Teori perilaku yang

direncanakan adalah teori yang memprediksi perilaku disengaja, karena

perilaku bisa musyawarah dan direncanakan.

Page 66: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

50

Teori Planned Perilaku telah menjadi terkenal sebagai salah satu

yang paling berpengaruh dan populer konseptual kerangka kerja untuk

studi perilaku manusia dan ada banyak dukungan untuk kemanjuran teori

sebagai prediktor baik niat dan perilaku (Armitage & Conner, 2001).Premis

utama dari teori ini adalah bahwa anteseden langsung dari perilaku adalah

niat seseorang untuk melakukan itu (Bai, Middlestadt, Peng, & Fly, 2009).

Tujuannya adalah tergantung pada fungsi dari tiga faktor penentu

independen: (1) sikap terhadap perilaku, (2) norma subjektif, dan (3)

dirasakan kontrol perilaku

Model ini keluar berjajar pada gambar berikutnya dan merupakan

tiga variabel yang teori menyatakan akan memprediksi niat untuk

melakukan perilaku. Niat adalah prekursor perilaku. Secara alur teori TPB

seperti dicantumkan dalam bagan berikut ini :

Gambar 7 : The Theory Planned Behaviour,Ajzen 1991

Faktor Enabling - Program dan Pelayanan - Sarana dan Prasarana - KemampuanAnggaran

Sikap Perilaku

keyakinan dan evaluasi

hasil

Norma subyektif keyakinan normatif

dan compty motivasi

Behavioural intention

The Theory Planned Behaviour, Ajzen 1991

Perilaku

kontrol perilaku yang

dirasakan Kontrol

keyakinan x pengaruh

keyakinan kontrol

Page 67: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

51

Tingkah Laku

Penelitian, untuk intervensi masalah tingkah laku bukan pekerjaan

yang mudah. Sehingga membutuhkan kehati – hatian dan kepekaan

dalam mendefenisikan dan menentukan target, aksi dan waktu.

Keyakinan/Niat.

Meskipun tidak ada hubungan yang sempurna antara niat perilaku

dan Perilaku aktual, niat dapat digunakan ukuran proksi perilaku.

Pengamatan ini salah satu kontribusi paling penting dari model TPB

dibandingkan dengan sebelumnya model hubungan sikap-perilaku. Oleh

karena itu, variabel dalam model ini dapat digunakan untuk menentukan

efektivitas intervensi implementasi bahkan jika tidak ada mudah ukuran

aktual tingkah laku.

Green dalam Notoatmodjo, ( 2003) bahwa perilaku kesehatan

individu dan masyarakat dipengaruh oleh faktor prilaku kesehatan dan non

prilaku. Sementara faktor prilaku ditentukan oleh pertama faktor

predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma social dan

bentuk lainnya yang ada dalam diri individu dan masyarakat). Kedua

faktor pendukung (ketersediaan sumber atau fasilitas kesehatan) dan

ketiga faktor pendorong (sikap dan prilaku petugas kesehatan, tokoh

masyarakat, kelompok perseorangan). Untuk mensinergikan ketiga hal

tersebut harus di kuatkan kegiatan promosi kesehatan agar prilaku

individu dan masyarakat dapat menerima dengan baik program

kesehatan.

Page 68: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

52

1. Beraktivitas, akan tetapi perilaku secara biologis prilaku

merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme. Sehingga

secara biologis semua makhluk hidup antara manusia dan

binatang mempunyai perbedaan dalam beraktiviats, biasanya

binatang aktivitas sangat monoton tanpa variasi. Menurut

Notoatmodjo aktivitas manusia dapat dibedakan menjadi yakni

pertama aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain dan kedua

aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain.

Sementara menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2005)

merumuskan bahwa prilaku merupakan respon atau reaksi terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Selanjutnya menurut Skiner ada dua jenis

respons yaitu :

a) Respondent respons atau reflektif yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eleciting

stimuli karena menimbulkan respons relatif tetap.

b) Operant respons atau instrumental respons yakni respon yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang

lain.

2. Bentuk Perilaku

Berdasarkan teori S-O-R (stimulus – organisme – respons) maka

prilaku manusia dapat dikelompokan menjadi dua yaitu

a. Perilaku tertutup (cover behavior), prilaku tertutup terjadi bila respons

terhadap stimulur tersebut masih belum diamati orang lain (dari luar)

Page 69: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

53

secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk

perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap

stimulus yang bersangkutan. Bentuk ”unobsevable behavior” atau

conver behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap

b. Perilaku terbuka (over behavior), terjadi apabila respons terhadap

stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati

oleh orang lain dari luar atau ”observable behavior”

Roger (1962) menembangkan teori dari Lewin (19510) tentang 3 tahap

perubahan dengan menekankan pada latar belakang individu yang terlibat

dalam perubahan dan lingkungan dimana perubahan tersebut

dilaksanakan. Roger menjelaskan 5 tahap dalam perubahan, yaitu :

kesadaran, keinginan, evaluasi, mencoba dan penerimaan atau dikenal

juga sebagai IETA (Awareness, Interest,Evaluation, Trial dan Adoption).

Mengadakan suatu perubahan perlu ada langkah yang ditempuh sehingga

harapan atau tujuan akhir dari perubahan dapat tercapai. Langkah

langkah tersebut antara lain :

1. Tahap Awareness.

Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam

mengadakan perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk berubah

apabila tidak ada kesadaran untuk berubah, maka tidak mungkin

tercipta suatu perubahan.

Page 70: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

54

2. Tahap Interest

Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul

perasaan minat terhadap perubahan yang dikenal. Timbul minat yang

mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.

3. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap suatu yang baru agar tidak

terjadi hambatan yang akan ditemukan selama mengadakan

perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam

melakukan perubahan.

4. Tahap Trial

Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap suatu yang baru atau

hasil perubahan dengan harapan suatu yang baru dapat diketahui

hasilnya sesuai dengan kondisi atau situasi yang ada dan memudahkan

untuk diterima oleh lingkungan.

5. Tahap Adoption

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses

penerimaan terhadap suatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan

merasaka adanya manfaat dari suatu yang baru sehingga selalu

mempertahankan hasil perubahan.

Sifat dan Proses Perubahan

Dalam proses perubahan akan menghasilkan penerapan diri konsep atau

ide terbaru, menurut Lancaster 1982, proses perubahan memiliki tiga sifat

diantaranya perubahan bersifat berkembang, spontan dan direncanaka.

Page 71: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

55

1. Perubahan Bersifat Berkembang

Sifat perubahan ini mengikuti dari proses perkembangan yang baik

pada individu, kelompok atau masyarakat secara umum proses

perkembangan ini dimulai dari keadaan atau yang paling besar

menuju keadaan yang optimal atau matang sebagaimana dalam

perkembangan manusia sebagai mahluk individu yang memiliki sifat

yang selalu berubah dalam tingkat perkembangannya.

2. Perubahan Bersifat Spontan

Sifat perubahan ini dapat terjadi karena keadaan yang dapat

memberikan respon tersendiri terhadap kejadian kejadian yang

bersifat alamiah yang diluar kehendak manusia yang tidak diramalkan

atau diprediksi hingga sulit untuk di antisipasi seperti perubahan

keadaan alam, tanah longsor banjir dan lain lain. Semuanya akan

menimbulkan terjadi perubahan baik dalam diri, kelompok atau

masyarakat bahkan pada sistem yang mengaturnya.

3. Perubahan Bersifat Direncanakan

Perubahan bersifat direncanakan ini dilakukan bagi individu, kelompok

atau masyarakat yang ingin mengadakan perubahan yang kearah

yang lebih maju atau mencapai tingkat perkembangan yang lebih baik

dari keadaan yang sebelumnya, sebagaimana perubahan dalam

sistem pendidikan keperawatan di Indonesia yang selalu mengadakan

perubahan sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran dan sistem

pelayanan kesehatan pada umumnya.

Page 72: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

56

Tipe Perubahan

Perubahan merupakan sesuatu yang mungkin sulit diterima bagi

seseorang, kelompok atau masyarakat yang belum memahami makna

perubahan. Tipe tipe perubahan antara lain :

1. Tipe Indoktrinasi

Suatu perubahan yang dilakukan oleh sekelompok atau masyarakat

yang menginginkan pencapaian tujuan yang diharapkan dengan cara

memberi doktrin atau menggunakan kekuatan sepihak untuk dapat

berubah.

2. Tipe Paksaan atau Kekerasan

Merupakan tipe perubahan dengan melakukan pemaksaan atau

kekerasan pada anggota atau seorang dengan harapan tujuan yang

hendak di capai dapat terlaksana.

3. Tipe teknokratik

Merupakan tipe perubahan dengan melibatkan kekuatanlain dalam

mencapai tujuan yang diharapkan terdapat satu pihak merumuskan

tujuan dan pihak lain untuk membantu mencapai tujuan.

4. Tipe Interaksional

Merupakan perubahan dengan menggunakan kekuatan kelompok

yang berinteraksi satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang

harapkan dari perubahan.

5. Tipe Sosialisasi

Page 73: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

57

Merupakan suatu perubahan dalam mencapai tujuan dengan

menggunakan kerjasama dengan kelompok lain tetapi masih

menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

6. Tipe Emultif

Merupakan suatu perubahan dengan menggunakan kekuatan

unilateral dengan tidak merumuskan tujuan terlebih dahulu secara

sungguh sungguh perubahan ini dapat dilakukan pada system

diorganisasi yang bawahannya berusaha.

7. Tipe Alamiah

Perubahan yang terjadi akibat sesuatu yang tidak disengaja tetapi

dalam merumuskan dilakukan secara tidak sungguh sungguh, dseperti

kecelakaan maka seseorang ingin mengadakan perubahan untuk

lebih berhati hati dalam berkendaraan dan lain sebagainya.

Proses Terjadinya Perubahan.

Dalam proses perubahan akan terjadi sebuah siklus. Siklus dalam

sistem perubahan tersebut itulah yang dinamakan seuah proses yang

akan menghasilkan sesuatu dan berdampak pada sesuatu. Dalam proses

perubahan terdapat komponen yang satu dengan yang lain dapat

mempengaruhi seperti perubahan perilaku sosial, perubahan struktural

dan institusional dan perubahan teknologi. Proses perubahan dapat saling

mempengaruhi komponen yang ada, sebagaimana contoh dengan adanya

penemuan teknologi tepat guna, maka di masyarakat akan terjadi

perubahan dalam perilaku sosial kemungkinan masyarakat akan

Page 74: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

58

menggunakan dari teknologi yang dihasilkan. Perilaku sosial di

masyarakat akan dapat berubah struktural institusional dari sistem

organisasi yang ada di masyarakat.

Motivasi Dalam Perubahan.

Pada dasarnya setiap manusia mengalami proses perubahan dan memiliki

sifat berubah, mengingat berubah merupakan salah satu bagian dari

kebutuhan manusia. Berubah timbul karena adanya suatu motivasi yang

ada dalam diri manusia. Motivasi timbul karena ada tuntutan kebutuhan

dasar manusia sedang kebutuhan dasar manusia antara lain :

1. Kebutuhan Fisiologis.

Kebutuhan ini seperti makanan, minuman, tidur,oksigen dan lain lain

yang secara fisiologis dibutuhkan manusia untuk mempertahankan

hidupnya, berdasarkan kebutuhan tersebut, manusia akan selalu ingin

mempertahankan hidupnya dengan jalan memenuhi atau selalu

mengadakan perubahan.

2. Kebutuhan Aman

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia agar mendapat jaminan

keamanan atau perlindungan dari berbagai ancaman bahaya yang

ada sehingga manusia selalu ingin memenuhinya dengan jalan

mengadakan perubahan untuk mempertahankan kebutuhan tersebut,

seperti mendapatkan pekerjaan yang tetap, bertempat tinggal yang

aman dan lebih baik.

3. Kebutuhan Sosial

Page 75: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

59

Ketentuan ini mutlak diperlukan karena manusia tidak akan dapat

hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, sehingga untuk memenuhi

kehidupan sosialnya manusia selalu termotivasi untuk mengadakan

perubahan dalam memenuhi kebutuhan seperti mengadakan kegiatan

sosial kemasyarakatan.

4. Kebutuhan Penghargaan dan Dihargai.

Setiap manusia selalu ingin mengadakan penghargaan dimata

masyarakat akan prestasi, status dan lain lain untuk manusia akan

termotivasi untuk mengadakan untuk mengadakan perubahan.

5. Kebutuhan aktualisasi Diri.

Kebutuhan perwujudan agar diakui masyarakat akan kemampuannya

dan potensi yang dimiliki, akan motivasi seseorang untuk memacu diri

dalam memenuhi suatu kebutuhan. Kebutuhan interpersonal yang

meliputi kebutuhan untuk berkumpul bersama, kebutuhan untuk

melakukan kontrol dalam mendapatkan pengaruh dari lingkungan

dalam menjalankan sesuatu dan kebutuhan untuk dikasihi dapat

menjadikan motivasi tersendiri dalam mengadakan perubahan.

E. Pengetahuan

Manusia secara naluriah banyak mengambil manfaat terhadap

alam lingkungan, terutama untuk bahan bangunan, air, sumber pangan,

sumber obat-obatan, dan sumber bahan kerajinan (Sastrapraja et al.

1979). Oleh karena itu berbagai unsur sosial, budaya, ekonomi, teknologi,

dan politik yang tumbuh dan berkembang di setiap kelompok etnik

Page 76: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

60

mempengaruhi cara pandang dan pengelolaan terhadap alam lingkungan.

Pengetahuan tersebut membangun system tata nilai budaya sebagai

satuan ide dan gagasan dalam kebudayaan yang mempengaruhi aktivitas

dalam system social (tata cara, perilaku, dan cara hidup kelompok), serta

mempengaruhi kreativitas dalam sistem teknologi (Suparlan 1980).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Smaryo

2004). Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya

tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup tersebut (Sunaryo, 2004). Perilaku diawali

dengan adanya pengalaman-pengalaman serta faktor-faktor diluar orang

tersebut (lingkungan) baik fisik maupun nonfisik, kemudian pengalaman

dan lingkungan tersebut diketahui, dispersepsikan diyakini dan

sebagainya sehingga menimbulkan movitasi, niat untuk bertindak, dan

akhirnya terjadilah perwujudkan niat berupa perilaku (Notoatmodjo,2010).

Peran serta merupakan bentuk keterlibatan masyarakat dalam

kegiatan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain :

1) Perilaku Individu

Setiap individu yang membentuk suatu masyarakat mempunyai

perilaku masing-masing, perilaku individu dipengaruhi oleh

(Dep.Kes.RI,1978) antara lain :

Page 77: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

61

a) Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala seuatu yang diketahui oleh manusia

didapatkan berdasarkan pengalaman melalui indra manusia. Pengetahuan

menurut Notoadmodjo, (1993) adalah merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek

tertentu. Untuk lebih maksimalnya peran masyarakat dibutuhkan

kemampuan berkomunikasi untuk mendapatkan informasi, motivasii dalam

mempengahui perilaku seseorang (individu), misalnya melalui tahapan

pengenalan, permintaan, penilaian, percobaan dan penerimaan.

Pengetahuan menurut Poedjawijatna, (1986) merupakan tahap awal bagi

seseorang untuk berbuat sesuatu karena itu kalau dilihat manusia sebagai

individu maka unsur-unsur yang diperlukan agar ia dapat berbuat sesuatu

adalah :

a) Pengetahuan tentang apa yang dilakukannya

b) Keyakinan atau kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa

yang dilakukannya

c) Sarana yang dieperlukan untuk melakukannya

d) Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan

yang dirasakan

b) Sikap Mental

Sikap mental yang dimiliki oleh individu pada hakekatnya adalah

merupakan kondisi psiskis, perasaan, keinginan individu yang

mempengaruhi perbuatan atau prilaku sehari-hari. Sikap mental ini

Page 78: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

62

didapatkan individu seiring dengan perkembangan jiwa yang dipengaruhi

oleh pengalaman, pendidikan atau berintraksi dengan lingkungan sosial di

mana berada. Sikap mental ini akan sangat berpengaruh pada kemauan

dan keinginan untuk mengambil peran di masyarakat. Sikap menurut

Mar’at (1987) merupakan produk dari proses sosialisasi dimana

seseorang breaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya.

Sementara menurut Notoadmodjo (2005) bahwa sikap mempunyai

tingkatan berdasarkan intensitasnya yaitu :

a) Menerima (Receiving) adalah seseorang atau subyek atau subyek mau

menerima stimulus yang diberikan ( obyek)

b) Merespon (Responding), menanggapi disini diartikan memberikan

jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau obyek yang

dihadapi.

c) Menghargai (Valuing), menghargai diartikan subyek atau seseorang

memberikan nilai yang possitif terhadap obyek atau stimulus.

d) Bertanggungjawab (Responsible), seseorang yang telah mengambil

sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil

resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau ada resiko lain

c) Tingkat Kebutuhan setiap individu beragam, misalnya dapat dilihat

tingkat kebutuhan oleh Maslow yang membagi tingkat kebutuhan

manusia. Misalnya tingkat kebutuhan yang dasar yaitu kebutahan

fisiologis yang semua manusia akan berusaha untuk memenuhinya.

d) Tingkat Keterikatan dalam kelompok.

Page 79: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

63

Masyarakat adalah kumpulan dari individu yang terorganisir dalam

suatu sistem sosial atau ikatan. Untuk memenuhi kebutuhan dan

kepentingan atau aspirasi anggotanya sistem sosial tersebut dapat

berupa organisasi atau ikatan politik, ekonomi, sosial budaya ,agama

profesi hukum dan seebagainya.

e) Kemampuan sumber daya.

Sumber daya yang dimiliki oleh suatu masyarakat sangat berpengaruh

untuk berpartisipasi dalam kegiatan.

2) Perilaku Masyarakat

Masyarakat sebagai suatu komunitas yang saling berintraksi satu

sama lain. Dalam berintraksi akan tercermian pola prilaku masyarakat.

Perilaku masyarakat di pengaruhui oleh beberapa faktor yaitu :

a. Politik

Apabila suatu negara memberikan kebabasan (ruang gerak)

masyarakat untuk berekspresi, maka akan mendorong masyarakat untuk

berperan.

b. Ekonomi

Secara umum bahwa kemampuan ekonomi akan mempengaruhi

dalam memainkan peran seseorang di masyarakat di masyarakat. Oleh

karena itu, untuk berperan tidaknya seseorang terkadang diukur oleh

kemampuan ekonominya .

c. Sosial budaya

Page 80: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

64

Setiap masyarakat mempunyai sistem sosial budaya yang berbeda.

Sehingga untuk melihat tinggi atau tidaknya partisipasi di masyarakat

sangat di tentukan oleh nilai-nilai budaya yang dianutnya.

d. Pendidikan

Tingkat pendidikan suatu bangsa akan sangat mempengaruhi

kemampuan dan kepedulian masyarakat untuk terlibat serta dalam suatu

kegiatan sosial

3) Determinan Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk di

batasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik

internal maupun eksternal. Menurut Green faktor perilaku dibentuk oleh

tiga faktor utama, yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang

antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai

dan tradisi.

b. Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan

atau yang memfasiltasI perilaku atau tindakan antara lain umur, status

sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya.

c. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan

adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan.

Page 81: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

65

F. Regulasi

Pengertian regulasi adalah suatu cara yang digunakan untuk

mengendalikan masyarakat dengan aturan tertentu. Istilah regulasi ini

banyak digunakan dalam segala hal sehingga pengertiannya memang

cukup luas.Regulasi ini banyak digunakan untuk menggambarkan

peraturan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Pengertian Regulasi menurut para ahli adalah regulasi merupakan

sebuah istilah yang bisa dipakai dalam segala bidang. Pengrtiannya yang

cukup luas membuat istilah ini mampu mewakili segala segi ilmu.

Pengertian regulasi menurut para ahlipun ikut beragam menyesuaikan

bidang dan segi ilmu yang dikaji tersebut. Regulasi seringkali di kaitkan

dengan suatu peraturan dalam kehidupan. Peraturan tersebut biasa

berupa peraturan yang mengikat suatu kelompok lembaga atau organisasi

untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam kehidupan bersama,

bermasyarakat dan bersosialisasi. Lalu apa kaitan regulasi dengan

peraturan, bidang apa saja yang biasanya terkait dengan istila regulasi.

Semuanya akan diulas dalam pembahasan di bawah ini.

Dalam KBBI (kamus bahasa Indonesia) regulasi diartikan sebagai

sebuah peraturan. Secara lebih lengkap regulasi merupakan cara untuk

mengendalikan manusia atau masyarakat dngan suatu aturan atau

pembatasan tertentu. Penerapan regulasi biasa dilakukan dengan

berbagai macam bentuk, yakni pembatasan hukum yang diberikan oleh

pemerintah, regulasi oleh suatu perusahaan dan sebagainya. Terkait

Page 82: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

66

dengan cakupan regulasi sangat luas dalam pembahasan kali ini akan

dibatasi hanya pada regulasi bisnis dan perekonomian saja. Mengingat

saat ini dunia bisnis tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat

dan menarik minat banyak masyarakat. Akan tepat rasanya bila

membahas mengenai regulasi bisnis secara lebih rinci. Pengertian

regulasi menurut para ahli, regulasi bisnis biasa dibagi menjadi beberapa

kajian yang lebih detail yakni regulasi bisnis di bidang merek dan regulasi

bisnis di bidang perlindungan konsumen.

G. Partisipasi

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu proses

pembangunan masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam

prosesnya. Masyarakat memiliki peranan penting dalam upaya

meningkatkan proses belajar masyarakat. Saat ini pembangunan

berbasis masyarakat banyak dilakukan oleh pemerintah, hal ini

dikarenakan pengaruh masyarakat yang cukup besar dalam

mensukseskan program-program tersebut. Akan tetapi, tidak semua

program berbasis peran serta masyarakat yang dilakukan oleh

pemerintah memberikan hasil yang maksimal. Hal ini dikarenakan

kurangan penekanan dalam hal kemandirian masyarakat itu sendiri yang

mengelola dan menggorganisasi sumber-sumber lokal baik yang bersifat

materiil, pikiran, maupun tenaga (Slamet Sumirat, 2002).

Istilah partisipasi berasal dari bahasa asing yang artinya

mengikutsertakan pihak lain. Secara umum, partisipasi masyarakat berarti

Page 83: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

67

keikutsertaan dan kebersamaan anggotanya dalam suatu kegiatan baik

langsung ataupun tidak langsung.

Keterlibatan itu muncul dari gagasan, perumusan kebijakan, hinga

pelaksanaan program.

Juliantara (2002:87) substansi dari partisipasi adalah bekerjanya

suatu sistem pemerintahan dimana tidak ada kebijakan yang diambil

tanpa adanya persetujuan dari rakyat. Sedangkan arah dasar yang akan

dikembangkan adalah proses pemberdayaan. Lebih lanjut dikatakan

bahwa tujuan pengembangan partisipasi adalah : pertama, bahwa

partisipasi akan memungkinkan rakyat secara mandiri (otonom)

mengorganisasi diri, dan dengan demikian akan memudahkan masyarakat

menghadapi situasi yang sulit, serta mampu menolak berbagai

kecenderungan yang merugikan. Kedua, suatu partisipasi tidak hanya

menjadi cermin konkrit peluang ekspresi aspirasi dan jalan

memperjuangkannya, tetapi yang lebih penting lagi bahwa partisipasi

menjadi semacam garansi bagi tidak diabaikannya kepentingan

masyarakat. Ketiga, bahwa persoalan-persoalan dalam dinamika

pembangunan akan dapat diatasi dengan adanya partisipasi masyarakat

(juliantara, 2002: 89-90).

Literatur klasik selalu menunjukkan bahwa partisipasi adalah

keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai

evaluasi program pembangunan, tetapi makna substansi yang terkandung

dalam sekuen-sekuen partisipasi adalah voice, akses dan control

Page 84: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

68

(Juliantara. 2002: 90-91). Pengertian dari masing-masing sekuen adalah

sebagai berikut :

a. Suara, maksudnya adalah hak dan tindakan warga masyarakat faham

menyampaikan aspirasi, gagasan, kebutuhan, kepentingan dan

tuntutan terhadap komunitas terdekatnya maupun kebijakan

pemerintah.

b. Akses, maksudnya adalah mempengaruhi dan menentukan kebijakan

serta telah aktif mengelola barang-barang publik, termasuk

didalamnya akses warga terhadap pelayanan publik.

c. Kontrol, maksudnya adalah bagaimana masyarakat mau dan mampu

terlibat untuk mengawasi jalannya tugas-tugas pemerintah. Sehingga

nantinya akan terbentuk suatu pemerintahan yang transparan,

akuntabel dan responsive terhadap berbagai kebutuhan masyarakat.

Selanjutnya, Ae (2005: 81) mengemukakan pengertian

perencanaan partisipatif sebagai berikut : “perencanaan partisipatif adalah

perencanaan yang dalam tujuannya melibatkan kepentingan masyarakat,

dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (baik secara langsung maupun

tidak langsung) tujuan dan cara harus dipandang sebagai satu kesatuan.

Suatu tujuan untuk kepentingan rakyat dan bila dirumuskan tanpa

melibatkan masyarakat, maka akan sangat sulit dipastikan bahwa

rumusan akan berpihak pada rakyat”.

Selanjutnya disebutkan pula bahwa dalam keadaan yang paling

ideal keikutsertaan masyarakat merupakan ukuran tingkat partisipasi

Page 85: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

69

rakyat.Semakin besar kemampuan mereka untuk menentukan nasibnya

sendiri, maka semakin besar pula kemapuan mereka dalam

pembangunan. Dengan demikian pengalaman seseorang yang

merupakan akumulasi dari hasil berinteraksi dengan lingkungan hidupnya

setiap kali dalam masyarakat, lokasi geografisnya, latar belakang sosial-

ekonomi-politiknya, keterlibatan religiusnya, sangat menentukan

persepsinya terhadap suatu kegiatan dan keadaan.

Kultural dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berhubungan erat

dengan perilaku manuasia dan kepercayaan, maka ia meliputi berbagai

hal dalam kehidupan manusia, yang diantaranya adalah agama,

pendidikan, struktur sosial ekonomi, pola kekeluargaan, kebiasaan

mendidik anak dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kondisi kehidupan seseorang sehari-harinya sangat mempengaruhi

persepsi pada setiap peristiwa sosial, dimana dalam setiap kegiatan sosial

tersebut selalu melibatkan hubungan antar-subjek dan terbentuknya

makna. Makna tersebut akan menentukan kesanggupan seseoranguntuk

terlibat dan berpartisipasi pada kegiatan tertentu dalam masyarakatnya.

Mikkelsen (2003: 64), partisipasi adalah keterlibatan masyarakat

secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan sendiri oleh

masyarakat. Selain itu, partisipasi juga diartikan Mikkelsen sebagai

keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan lingkungan

kehidupan dan diri mereka sendiri. Kemudian Adi (2007 : 27) menjelaskan

lebih jauh lagi mengenai partisipasi masyarakat terlibat dalam program

Page 86: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

70

pemberdayaan dimulai dari proses pengidentifikasian maslah potensi

yang ada di dalam masyrakat, pemilihan dan pengambilan keputusan

tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya

mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses

mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Mubyarto (dalam Ndaraha, 1990:102), melihat sisi lain dari

partisipasi, partisipasi dimaksud yaitu adanya kesediaan dari masyarakat

untuk membantu berhasilnya setiap program yang dijalankan sesuai

dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri

sendiri. Mubyarto melihat unsur tidak mengorbankan kepentingan sendiri

sebagai sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan. Partisipasi harus

berasal dari masyarakat dan dikelola oleh masyarakat itu sendiri karena ini

adalah tujuan dari proses demokrasi. (Mikkelsen dalam Adi, 2008: 108).

Partisipasi adalah keterlibatan suka rela oleh masyarakat dalam

perubahan dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka

(Mikkelsen, 2001).

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok

masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan

maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran,

tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan

dan menikmati hasil –hasil pembangunan (Sumaryadi, 2010).

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk

memberikan kesempatan dan kewenangan yang lebih luas kepada

Page 87: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

71

masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan berbagai

persoalan. Partisipasi masyarakat mempunyai peranan yang sangat

penting dalam kehidupan masyarakat dalam upaya meningkatkan proses

belajar masyarakat mengarahkan masyarakat menuju masyarakat yang

bertanggung jawab, mengeliminasi perasaan terasing sebagian

masyarakat serta menimbulkan dukungan dan penerimaan dari

pemerintah (Notoatmodjo, 2012).

Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota

masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan

masyarakat tersebut. Dalam hal ini masyarakat sendirilah yang akan

memikirkan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program-

program kesehatan mereka. Didalam partisipasi setiap anggota

masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Sumbangan

tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat

berbentuk daya (tenaga), dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat

diwujudkan dalam 4 M yaitu manpower (tenaga), money (uang), material

(benda-benda lain), dan mind (ide atau gagasan) (Notoatmodjo, 2012).

Partisipasi masyarakat dalam program kesehatan adalah

merupakan (1) suatu proses yang dinamis yang anggota masyarakatnya

baik secara individu maupun kelompok, (2) ikut aktif bertanggung jawab

pada kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri dan masyarakat pada

umumnya, dan (3) meningkatkan kemampuan mereka dalam memberikan

kontribusi pada pembangunan kesehatan. Dari beberapa pengertian

Page 88: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

72

tentang partisipasi masyarakat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud partisipasi masyarakat dalam program kesehatan adalah :

Suatu proses keterlibatan yang bertanggung jawab dalam suatu kegiatan

dari suatu individu yang merupakan suatu kegiatan (unit of action) pada

proses pengambilan keputusan, kontribusi dalam pelaksanaannya dan

pemanfaatan hasil kegiatan, sehingga terjadi peningkatan kemampuan

kelompok tersebut dalam mempertahankan perkembangan yang telah

dicapai serta mengembangkan derajat kesehatan dan kesejahteraan

secara mandiri.

1. Manfaat Partisipasi

Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, konsep partisipasi

masyarakat merupakan salah satu konsep yang penting karena berkaitan

langsung dengan hakikat demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang

berfokus pada rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Menurut Thomsen

yang dikutip oleh Suriana (2008), keuntungan dari partisipasi masyarakat

adalah :

a. Partisipasi memperluas basis pengetahuan dan representasi

b. Partisipasi membantu terbangunnya transparansi komunikasi dan

hubungan-hubungan kekuasaan di antara stakeholders.

c. Partisipasi dapat meningkatkan pendekatan interaktif dan siklikal dan

menjamin bahwa solusi didasarkan pada pemahaman dan

pengetahuan lokal.

Page 89: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

73

d. Partisipasi akan mendorong kepemilikan lokal, komitmen dan

akuntabilitas.

e. Partisipasi dapat membangun kapabilitas masyarakat dan modal

sosial.

2. Jenis – jenis partisipasi masyarakat

Berdasarkan pengertian tentang partisipasi dalam pembangunan

seperti diuraikan di atas, maka partisipasi dalam pembangunan dapat

dibagi menjadi lima jenis (Slamet, 2003) :

a. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input

tersebut dan ikut menikmati hasilnya.

b. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya.

c. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil

pembangunan secara langsung.

d. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi

input.

e. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya.

3. Metode Partisipasi Masyarakat

Notoatmodjo (2012) dua cara yang dapat dilakukan untuk mengajak

atau menumbuhkan partisipasi masyarakat yakni :

a. Partisipasi dengan paksaan (Enforcement participation)

Artinya memaksa masyarakat untuk berkontribusi dalam suatu

program baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan

maupun dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat dan

Page 90: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

74

mudah tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa, dan kaget

karena dasarnya bukan kesadarantetapi ketakutan akibatnya

masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.

b. Partisipasi Dengan Persuasi Dan Edukasi

Yakni suatu partisipasi yang didasarkan pada kesadaran. Sukar

ditumbuhkan dan akan memakan waktu yang lama tetapi bila tercapai

hasilnya ini akan mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara.

Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, penyuluhan, pendidikan

dan sebagainya baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Bentuk – bentuk Partisipasi

Bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu

bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan

juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata

(abstrak).Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda,

tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata

adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan

dan partisipasi representative (Hamijoyo, 2007).

Beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat

dalam suatu program pembangunan: (Hamijoyo, 2007).

a. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-

usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan

bantuan

Page 91: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

75

b. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang

harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

c. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk

tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang

keberhasilan suatu program

d. Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui

keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang

membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat

melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan

sosialnya

e. Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa

ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun

program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga

untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan

pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

f. Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai

tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya

dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam

rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

g. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat

dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan

yang terkait dengan kepentingan bersama (Chapin, 2002).

Page 92: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

76

h. Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara

memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam

organisasi atau panitia (Chapin, 2002).

5. Prinsip – Prinsip Partisipasi Masyarakat

Adapun prinsip-prinsip partisipasi masyarakat , sebagaimana

tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang

disusun oleh Department for International Development (DFID)

(Sumampouw, 2004) adalah:

1) Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang

terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek

pembangunan.

2) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap

orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta

mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam

setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan

jenjang dan struktur masing-masing pihak.

3) Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan

komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga

menimbulkan dialog.

4) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai

pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi

kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

Page 93: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

77

5) Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak

mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena

adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya

dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah

selanjutnya.

6) Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak

lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak,

sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan,

terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu

sama lain.

7) Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat

untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan

yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber

daya manusia.

6. Tipe Partisipasi Masyarakat

Tipe partisipasi menggambarkan derajat keterlibatan masyarakat

dalam proses partisipasi yang didasarkan pada seberapa besar

kekuasaan (power) yang dimiliki masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan. Kegunaan dari adanya tipologi partisipasi ini adalah: (a) untuk

membantu memahami praktek dari proses pelibatan masyarakat, (b) untuk

mengetahui sampai sejauh mana upaya peningkatan partisipasi

masyarakat dan (c) untuk menilai dan mengevaluasi keberhasilan kinerja

dari pihak-pihak yang melakukan pelibatan masyarakat.

Page 94: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

78

Sherry Arnstein (1969) adalah yang pertama kali mendefinisikan

strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara

masyarakat (komunitas) dengan badan pemerintah (agency). Dengan

pernyataannya bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan

masyarakat (citizen partisipation is citizen power), Arnstein menggunakan

metafora tangga partisipasi dimana tiap anak tangga mewakili strategi

partisipasi yang berbeda yang didasarkan pada distribusi kekuasaan

sebagai berikut :

1. Manipulasi (manipulation).

Pada tangga partisipasi ini bisa diartikan relatif tidak ada

komunikasi apalagi dialog; tujuan sebenarnya bukan untuk melibatkan

masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program tapi untuk

mendidik atau ”menyembuhkan” partisipan (masyarakat tidak tahu sama

sekali terhadap tujuan, tapi hadir dalam forum).

Pengelola desa siaga memilih dan mendidik sejumlah orang

sebagai wakil dari publik. Fungsinya, ketika mereka mengajukan berbagai

program, maka para wakil publik tadi harus selalu menyetujuinya.

Sedangkan publik sama sekali tidak diberitahu tentang hal tersebut

Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang

atau telah terjadi; Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana

proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat; Informasi yang

dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok

sasaran.

Page 95: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

79

2. Terapi (therapy).

Pada level ini telah ada komunikasi namun bersifat terbatas. Inisiatif

datang dari pemerintah dan hanya satu arah. Pengelola program sedikit

memberitahu kepada publik tentang beberapa programnya yang sudah

disetujui oleh wakil publik. Publik hanya bisa mendengarkan.

3. Informasi (information).

Pada jenjang ini komunikasi sudah mulai banyak terjadi tapi masih

bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbal balik. Informasi telah

diberikan kepada masyarakat tetapi masyarakat tidak diberikan

kesempatan melakukan tanggapan balik (feed back).

Pengelola menginformasikan macam-macam program yang akan

dan sudah dilaksanakan. Namun hanya dikomunikasikan searah, publik

belum dapat melakukan komunikasi umpan-balik secara langsung.

Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya; Masyarakat tidak

punya kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses

penyelesaian; Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.

4. Konsultasi (consultation).

Pada tangga partisipasi ini komunikasi telah bersifat dua arah, tapi

masih bersifat partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi,

telah ada aturan pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi

masyarakat akan didengarkan, tapi belum ada jaminan apakah aspirasi

tersebut akan dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi.

Page 96: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

80

Pengelola berdiskusi dengan banyak elemen publik tentang

pelbagai agenda. Semua saran dan kritik didengarkan. Tetapi mereka

yang kuasa memutuskan, apakah saran dan kritik dari publik dipakai atau

tidak. Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;Orang luar

mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya sendiri untuk

kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan

memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat; Tidak ada peluang bagi

pembuat keputusan bersama;Para profesional tidak berkewajiban

mengajukan pandangan-pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk

ditindaklanjuti

5. Penentraman (placation).

Level komunikasi ini telah berjalan baik dan sudah ada negosiasi

antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat dipersilahkan untuk

memberikan saran atau merencanakan usulan kegiatan. Namun

pemerintah tetap menahan kewenangan untuk menilai kelayakan dan

keberadaan usulan tersebut. Pengelola berjanji melakukan berbagai saran

dan kritik dari publik. namun janji tinggal janji, mereka diam-diam

menjalankan rencananya semula

6. Kemitraan (partnership).

Tangga partisipasi ini, pemerintah dan masyarakat merupakan

mitra sejajar. Kekuasaan telah diberikan dan telah ada negosiasi antara

masyarakat dan pemegang kekuasaan, baik dalam hal perencanaan,

pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi. Kepada masyarakat yang

Page 97: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

81

selama ini tidak memiliki akses untuk proses pengambilan keputusan

diberikan kesempatan untuk bernegosiasi dan melakukan

kesepakatan.Pengelola memperlakukan publik selayaknya rekan kerja.

Mereka bermitra dalam merancang dan mengimplementasi aneka

kebijakan publik.

7. Pendelegasian kekuasaan (delegated power).

Berarti pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat

untuk mengurus sendiri beberapa kepentingannya, mulai dari proses

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, sehingga

masyarakat memiliki kekuasaan yang jelas dan bertanggung jawab

sepenuhnya terhadap keberhasilan program.Pengelola mendelegasikan

beberapa kewenangannya kepada publik. Contoh, publik punya hak veto

dalam proses pengambilan keputusan.

8. Pengendalian warga (citizen control).

Dalam tangga partisipasi ini, masyarakat sepenuhnya mengelola

berbagai kegiatan untuk kepentingannya sendiri, yang disepakati

bersama, dan tanpa campur tangan pemerintah. Publik yang lebih

mendominasi ketimbang mereka. Bahkan sampai dengan mengevaluasi

kinerja mereka.

Page 98: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

82

Partisipasi publik yang ideal tercipta di level ini

Citizen Power

Tokenism

Non Participation

Gambar 8 : Tangga partisipasi menurut Arnstein (1969)

Tangga terbawah merepresentasikan kondisi tanpa partisipasi

(non participation), meliputi: (1) manipulasi (manipulation) dan (2) terapi

(therapy). Kemudian diikuti dengan tangga (3) menginformasikan

8 Citizen Control

7 Delegated Power

6 Partnership

5 Placation

4 Consultation

3 Informing

2 Therapy

1 Manipulation

Page 99: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

83

(informing), (4) konsultasi (consultation), dan (5) penentraman (placation),

dimana ketiga tangga itu digambarkan sebagai tingkatan tokenisme

(degree of tokenism). Tokenisme dapat diartikan sebagai kebijakan

sekedarnya, berupa upaya superfisial (dangkal, pada permukaan) atau

tindakan simbolis dalam pencapaian suatu tujuan. Jadi sekadar

menggugurkan kewajiban belaka dan bukannya usaha sungguh-sungguh

untuk melibatkan masyarakat secara bermakna. Tangga selanjutnya

adalah (6) kemitraan (partnership), (7) pendelegasian wewenang /

kekuasaan (delegated power), dan (8) pengendalian masyarakat (citizen

control). Tiga tangga terakhir ini menggambarkan perubahan dalam

keseimbangan kekuasaan yang oleh Arnstein dianggap sebagai bentuk

sesungguhnya dari partisipasi masyarakat.

Menurut Linda Ewles dan Ina Simnett (1994) Tingkat partisipasi

masyarakat dalam usaha menyusun kegiatan kesehatan yang diorganisir

oleh suatu lembaga (seperti lembaga daerah atau kesehatan) akan

bervariasi antara tidak berpartisipasi dan sangat berpartisipasi, dengan

tingkatan sebagai berikut:

1. Tidak adanya partisipasi, masyarakat tidak diberi pengetahuan apapun

serta tidak dilibatkan dalam kegiatan apapun.

2. Partisipasi sangat rendah, dimana masyarakat diberitahu suatu

rencana serta mengumumkannya.

3. Masyarakat dikumpulkan atau dengan cara lain sehingga bisa diberi

tahu.

Page 100: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

84

4. Partisipasi serendah rendahnya, dengan diperlukannya dukungan

seperlunya dari masyarakat, agar rencana dapat dilaksanakan.

5. Partisipasi moderat , masyarakat memberi saran melalui proses

konsultasi

6. Partisipasi setinggi tingginya, proses penyusunan rencana dilakukan

bersama sama dengan masyarakat.

7. Partisipasi sangat tinggi, masyarakat telah mendelegasikan

wewenang. Pada tingkatan ini lembaga mengenalkan dan

mempresentasikan sebuah permasalahan kepada masyarakat,

mendefinisikan batasan-batasannya dan meminta masyarakat untuk

menyusun serangkaian keputusan yang dapat diwujudkan dalam

sebuah rencana yang diterima oleh lembaga.

8. Partisipasi paling tinggi, masyarakat mempunyai kendali. Pada

tingkatan ini lembaga meminta masyarakat untuk mengidentifikasi

masalah dan membuat semua keputusan penting mengenai rencana

dan tujuannya. Lembaga akan membantu masyarakat dalam setiap

langkah guna mencapai tujuannya, hingga pengendalian administrasi

pun akan didelegasikan.

Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999) partisipasi bisa diartikan

sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial

dalam situasi tertentu. Tipe partisipasi masyarakat pada dasarnya dapat

kita sebut juga sebagai tingkatan partisipasi yang dilakukan oleh

Page 101: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

85

masyarakat. Dibagi menjadi 7 (tujuh) tipe berdasarkan karakteristiknya

yaitu :

1. Partisipasi pasif/ manipulatif

a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang

atau telah terjadi

b. Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek

tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat

c. Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di

luar kelompok sasaran.

2. Partisipasi dengan cara memberikan informasi

a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-

pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya

b. Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan

mempengaruhi proses penyelesaian

c. Akurasi (hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat

3. Partisipasi melalui konsultasi

a. Masyarakatberpartisipasi dengan cara berkonsultasi

b. Orang luar mendengarkan dan membangun pandangan-

pandangannya sendiri untuk kemudian mendefinisikan

permasalahan dan pemecahannya, dengan memodifikasi

tanggapan-tanggapan masyarakat

c. Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama

Page 102: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

86

d. Para profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-

pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.

4. Partisipasi untuk insentif materil

a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya

seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi,

dan sebagainya

b. Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses

pembelajarannya

c. Masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan-

kegiatan yang dilakukan pada saat insentif yang

disediakan/diterima habis.

5. Partisipasi fungsional

a. Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk

mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek

b. Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-

keputusan utama yang disepakati

c. Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak

luar (fasilitator, dll) tetapi pada saatnya mampu mandiri

6. Partisipasi interaktif

a. Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah

pada perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru

atau penguatan kelembagaan yang telah ada

Page 103: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

87

b. Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplin yang

mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang

terstruktur dan sistematik

c. Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai peran kontrol atas

keputusan-keputusan mereka, sehingga mereka mempunyai andil

dalam seluruh penyelenggaraan kegiatan.

7. Self mobilization

a. Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara bebas

(tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-

sistem atau nilai-nilai yang mereka miliki

b. Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga

lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya

yang dibutuhkan

c. Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya

yang ada.

Untuk pengembangan partisipasi masyarakat, perlu pemahaman

dasar mengenai tingkatan partisipasi. Menurut Cohen dan Uphoff dikutip

oleh Soetomo (2010) membagi partisipasi masyarakat dalam

pembangunan ke dalam 4 tingkatan, yaitu :

a. Partisipasi dalam perencanaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan

masyarakat dalam rapat-rapat. Sejauh mana masyarakat dilibatkan

dalam proses penyusunan dan penetapan program pembangunan dan

Page 104: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

88

sejauh mana masyarakat memberikan sumbangan pemikiran dalam

bentuk saran untuk pembangunan.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi berupa:

partisipasi dalam bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk uang,

partisipasi dalam bentuk harta benda.

c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil,yang diwujudkan keterlibatan

seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek setelah proyek

tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tingkatan ini

berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara

proyek yang telah dibangun.

d. Partisipasi dalam evaluasi, yang diwujudkan dalam bentuk

keikutsertaan masyarakat dalam menilai serta mengawasi kegiatan

pembangunan serta hasil-hasilnya. Penilaian ini dilakukan secara

langsung, misalnya dengan ikut serta dalam mengawasi dan menilai

atau secara tidak langsung, misalnya memberikan saran-saran, kritikan

atau protes.

7. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan partisipasi masyarakat

Keberhasilan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan

dipengaruhi (1) Kegiatan atau program sesuai dengan situasi dan kondisi

sosial dari masyarakat setempat, (2) faktor kepemimpinan dalam

masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam menggerakkan

masyarakat. Sedang sebagai indikator adanya partisipasi masyarakat

keterlibatan yang luas dari masyarakat, dalam hal; (1) pengambilan

Page 105: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

89

berbagai keputusan, (2) pelaksanaan kegiatan, (3) pemanfaatan sarana

yang telah di bangun, dan (4) pemeliharaan sarana tersebut (Compton,

1982).

Menurut Sadik (1996), Faktor pendukung yang penting lainnya

adalah partisipasi masyarakat secara keseluruhan. Partisipasi aktif

masyarakat, terutama Tokoh Masyarakat (TOMA) dan Tokoh Agama

(TOGA), yaitu mencakup semua tahap: perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan evaluasi program.

Pendapat Abe (2005), bahwa partisipasi masyarakat dilakukan atas

dasar kesadaran sendiri untuk membantu keberhasilan program

pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat (Poskesdes), tidak

mengharapkan besarnya sumbangan yang akan diterima dan partisipasi

tersebut dilakukan sejak perencanaan, implementasi, pengendalian dan

evaluasi program.

Mengutip pendapat Mikkelsen (2001), membedakan adanya empat

pendekatan untuk mengembangkan partisipasi masyarakat.

a. Pendekatan partisipasi pasif, pelatihan dan informasi. Pendekatan ini

berdasarkan pada anggapan bahwa pihak eksternal yang lebih tahu,

lebih menguasai pengetahuan, teknologi, skill dan sumber daya.

Bentuk partisipasi ini tipe komunikasi satu arah, dari atas ke bawah,

hubungan pihak eksternal dan masyarakat lokal bersifat vertikal.

b. Pendekatan partisipasi aktif. Dalam pendekatan ini sudah dicoba

dikembangkan komunikasi dua arah, pada dasarnya masih

Page 106: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

90

berdasarkan pra anggapan yang sama dengan pendekatan yang

pertama, pendekatan ini sudah mulai membuka dialog, guna memberi

kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi secara lebih

intensif dengan para petugas eksternal, contohnya pendekatan

pelatihan dan kunjungan.

c. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan. Pendekatan ini mirip

kontrak sosial antara pihak eksternal dengan masyarakat lokal. Dalam

model ini masyarakat setempat mempunyai tanggung jawab terhadap

pengelola kegiatan yang telah disepakati dan mendapat dukungan dari

pihak eksternal baik finansial maupun teknis. Keuntungan pendekatan

ini adalah memberi kesempatan kepada masyarakat lokal untuk belajar

dalam melakukan pengelolaan pembangunan dan modifikasi atas

model yang disepakati sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

d. Partisipasi atas permintaan setempat. Bentuk ini mencerminkan

kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang diambil oleh

masyarakat setempat. Kegiatan dan peranan pihak eksternal lebih

bersifat menjawab kebutuhan yang diputuskan dan dinyatakan oleh

masyarakat lokal, bukan kebutuhan berdasarkan program yang

dirancang dari luar.

Perlunya peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu

bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowerment) secara aktif

yang berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan

dalam masyarakat (pedesaan). Partisipasi masyarakat, menjadi salah satu

Page 107: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

91

faktor pendukung keberhasilan perencanaan pembangunan diupayakan

menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang

disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat,

berarti dalam penyusunan rencana/program pembangunan dilakukan

penentuan prioritas (urutan berdasar besar kecilnya tingkat

kepentingannya), dengan demikian pelaksanaan (implementasi) program

pembangunan akan terlaksana pula secara efektif dan efisien. (Slamet,

2003).

Mengapa anggota masyarakat diajak untuk berperan serta dan

didorong untuk berpartisipasi. Alasan atau pertimbangannya adalah

anggota masyarakat dianggap mengetahui sepenuhnya tentang

permasalahan dan kepentingannya atau kebutuhan mereka, memahami

keadaan lingkungan sosial dan ekonomi masyarakatnya.mampu

menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian yang terjadi dalam

masyarakat, sehingga mampu merumuskan solusi untuk mengatasi

permasalahan dan kendala yang dihadapi masyarakat. mampu

memanfaatkan sumberdaya pembangunan (sumber daya alam, sumber

daya masyarakat, dana, teknologi) yang dimiliki untuk meningkatkan

produksi dan produktivitas dalam rangka mencapai sasaran

pembangunan masyarakatnya. Anggota masyarakat dengan upaya

meningkatkan kemauan dan kemampuan SDM (sumber daya manusia)

nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan

Page 108: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

92

keswadayaan yang kuat mampu menghilangkan sebagian besar

ketergantungan terhadap pihak luar (Adisasmita, 2006).

Masyarakat harus terlibat dalam pembangunan, mulai dari

perencanaan agar pembangunan dimanfaatkan. Bila dalam perencanaan

masyarakat tidak terlibat maka manfaat pembangunan bagi mereka akan

kecil/tidak ada, karena pembangunan yang dilaksanakan itu akan tidak

selaras dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Akhirnya

manfaatnya pun tidak ada bagi masyarakat.Jika pembangunan itu tidak

banyak bermanfaat atau tidak dirasakan manfaatnya oleh banyak orang di

masyarakat, maka pembangunan itu bukanlah pembangunan untuk

masyarakat.Atau apabila manfaat pembangunan itu bagi masyarakat

hanya sesaat,sebentar alias tidak berkesinambungan, maka

pembangunan itu boleh dibilang pembangunan yang tidak

berkesinambungan atau gagal.(Gardner, et.al, 1996).

H. Kemitraan

Mengingat kemitraan adalah bentuk kerja sama Kemitraan adalah

suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok, atau

organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.

Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan

harapan masing masing, tentang peninjauan kembali terhadap

kesepakatan kesepakatan yang telah dibuat, dan saling berbagi, baik

dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.

Page 109: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

93

Ada 3 kata kunci dalam kemitraan antara lain :

1. Kerjasama antara kelompok, organisasi, individu.

2. Bersama sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama).

3. Saling menanggung resiko dan keuntungan atau aliansi, maka setiap

pihak yang terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerja

sama, dan melepaskan kepentingan masing masing, kemudian

membangun kepentingan bersama. Oleh sebab itu membangun sebuah

kemitraan, harus didasarkan pada hal hal berikut :

1. Kesamaan perhatian (common interest) kepentingan.

2. Saling mempercayai dan saling menghormati.

3. Tujuan yang jelas dan terukur.

4. Kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya

yang lain.

Prinsip-prinsip kemitraan

Dalam membangun sebuah kemitraan ada 3 prinsip kunci yang perlu

dipahami oleh masing masing anggota kemitraan yakni :

a. Persamaan (equity)

Individu, organisasi, atau institusi yang telah bersedia menjalin

kemitraan harus merasa “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”.

Bagaimana besarnya suatu institusi atau organisasi, dan bagaiman

kecilnya suatu institusi atau organisasi, apabila sudah bersedia untuk

menjalin kemitraan harus merasa sama. Oleh sebab itu didalam forum

kemitraan asas demokrasi harus dijunjung, tidak boleh satu anggota

Page 110: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

94

memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi,

dan tidak adanya dominasi terhadap yang lain.

b. Keterbukaan (transparency)

Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau

kelebihan dan apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing

masing anggota harus diketahui oleh anggota yang lain. Demikian pula

berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang satu harus

diketahui oleh anggota yang lain. Maksudnya bukan untuk

menyombongkan yang satu terhadap yang lain, tetapi lebih untuk saling

memahami satu dengan yang lain, sehingga tidak ada rasa saling

mencurigai. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa

saling melengkapi dan saling membantu diantara anggota (mitra).

c. Saling menguntungkan (mutual benefit)

Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau uang

tetapi lebih kepada nonmateri.Saling menguntungkan disini lebih dilihat

dari kebersamaan atau sinergis dalam mencapai tujuan bersama. Ibarat

mengangkat barang atau beban 50 kg, diangkat secara bersama sama

4 orang jelas lebih ringan dibandingkan dengan diangkat sendiri. Upaya

promosi kesehatan dalam suatu komunitas tertentu, jelas akan lebih

efektif bila dilakukan melalui kemitraan beberapa institusi atau

organisasi daripada hanya oleh satu institusi saja.

Page 111: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

95

Kerangka berpikir kemitraan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangkan

kemitraan di bidang kesehatan terdapat 3 institusi kunci organisasi atau

unsur pokok yang terlibat didalamnya. Ketiga institusi pokok tersebut

adalah :

1. Unsur pemerintah, unsur ini terdiri dari berbagai sector pemerintah

yang terkait dengan kesehatan sebagai sector kuncinya,

pendidikan, pertanian, kehutanan, lingkungan hidup, industry dan

perdagangan, agama dan seagainya.

2. Dunia usaha atau unsur swasta (private sectors) atau kalangan

bisnis yakni dari kalangan pengusaha, industriawan, dan para

pemimpin berbagai perusahaan.

3. Unsur organisasi non pemerintah atau sering disebut omop atau

non government organitation (NGO), yang meliputi 2 unsur penting

yakni :

a. Unsur lembaga lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan

organisasi massa (ormas) termasuk yayasan yayasan bidang

kesehatan.

b. Organisasi organisasi profesi seperti IDI, PDGI. IAKMI, PPNI,

dan sebagainya.

Didalam institusi departemen kesehatan terdiri dari berbagai program,

yang seyogianya terlebih dahulu melakukan jaringan kerja lintas program

juga. Setelah itu harus dikembangkan kemitraan yang lebih luas yang

Page 112: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

96

melibatkan sector pemerintahan yang lain, LSM, Organisasi profesi dan

swasta. Dari uraian tersebut maka dalam membangun kemitraan

kesehatan secara konsep terdiri dari 3 tahap :

1. Kemitraan lintas program dilingkungan sector kesehatan sendiri,

direktorat promosi kesehatan, kesehatan keluarga, P2M, lingkungan,

gizi dan sebagainya.

2. Kemitraan lintas sector di lingkungan instansi pemerintahan,

departemen kesehatan , pendidikan nasional, pertanian, kehutanan,

dan sebagainya.

3. Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sector,

lintas bidang dan lintas organisasi yang mencakup :

a. Unsur pemerintah

b. Unsur dunia usaha (bisnis)

c. Unsur LSM dan organisasi massa

d. Unsur organisasi profesi.

Model kemitraan

1. Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk

jaring kerja (networking) atau seing juga disebut building linkages.

2. Kemitraan model ini lebih baik dan solid, masing masing

anggota(mitra) mempunyai tanggungjawab yang lebih besar

terhadap program atau kegiatan bersama.

Page 113: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

97

Langkah langkah penanggulangan kemitraan.

1. Melakukan identifikasi stakeholder (mitra dan pelaku potensial).

2. Membangun jaringan kerjasama antar mitra kerja dalam upaya

mencapai tujuan.

3. Memadukan sumber daya yang tersedia di masing masing mitra kerja.

4. Melaksanakan kegiatan terpadu.

5. Menyelenggaran pertemuan berkala untuk perencanaan, pemantauan,

penilaian dan pertukaran informasi.

Kemitraan dan pemberdayaan pada dasarnya merupakan sebuah

konsep terpisah walaupun dalam praktiknya dapat saling melengkapi.

Pada pola yang sederhana, keterkaitan antara kemitraan dan

pemberdayaan dapat dilihat pada berbagai implementasi kebijakan

pemerintah khususnya terkait peningkatan kesejahteraan kelompok

masyarakat tertentu seperti kelompok petani, nelayan dan pekerja

informal.

Keterkaitan antara kemitraan dan pemberdayaan dapat juga dilihat

dari defenisi kedua konsep tersebut yang intinya adalah sama, yakni

membangun kepercayaan, menciptakan kemandirian, dan peningkatan

kesejahteraan. Kemitraan merupakan suatu bentuk hubungan kjerja yang

terjadi antara dua pihak atau lebih yang berbagi komitmen untuk

mencapai tujuan dengan menggabungkan sumber daya dan

mengkoordinasikan kegiatan bersama. Kemitraan hanya dapat terbentuk

apabila pihak pihak yang terlibat didalamnya telah memiliki kesepakatan.

Page 114: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

98

Konsep kemitraan itu sendiri mengandung proses membangun

kepercayaan, pemecahan masalah bersama dan mengelola hubungan

antara pihak pihak yang terkait didalamnya (Sukada,dkk 2007)

Sementara pemberdayaan dalam penegrtian yang lebih luas dapat

diartikan sebagai upaya meningkatkan kemampuan atau kemandirian

masyarakat. Upaya tersebut dilakukan melalui penciptaan suasana atau

iklim yang memungkinkan masyarakat berkembang, peningkatan

kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai bantuan

dana, pelatihan pembangunan prasarana dan sarana (fisik dan social)

serta kelembagaan, dan perlindungan atau pemilahan kepada yang lemah

untuk mencegah persaingan yang tidak imbang dan menciptakan

kemitraan dan pemberdayaan merupakan suatu strategi yang tepat dalam

meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

(Sumodiningrat,2007 dalam Devi Asiati dan Nawawi 2016).

Kemitraan sebagai upaya untuk mengembangkan usaha kecil

dimulai sejak dicanangkannya Gerakan Kemitraan Usaha Nasional

(GKUN) pada tahun1996,di Jumbaran, yaiu menindaklanjuti kebijakan

pemerintah yang menjadikan kemitraan usaha sebagai program untuk

mengembangkan usaha kecil sebagaimana yang tertuang dalam Undang

Undang Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Gerakan ini dilakukan

sebagai upaya untuk mempersempit kesenjangan yang terjadi antara

usaha kecil dan menengah.

Page 115: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

99

Sumodiningrat (1977) mengemukakan bahwa strategi untuk

memberdayakan masyarakat dalam bentuk kemitraan dapat dilakukan

melalui tiga hal :

1. Menciptakan suasan atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat.

3. Pemberian perlindungan dalam proses pemberdayaan harus

dicegah yang lemah menjadi lebih lemah.

Page 116: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

100

I. KERANGKA TEORI

Lingkungan Perilaku Pelayanan Kesehatan

Kependudukan

Derajat Kesehatan

Behavioural intention compty

Perilaku

Pendidikan Kesehatan

Pendidikan individu

Pendidikan Kelompok

Faktor Reinforcing - Dukungan Keluarga - Dukungan Masyarakat - DukunganPetugas

kesehatan - Dukungan Kebijakan

- Dukungan Media

Faktor Enabling - Program dan Pelayahan - Sarana dan Prasarana - Kemampuan anggaran

Faktor Fredisposing - Pengetahuan - Sikap - Keyakinan - Persepsi

- Nilai

Kepemilikan

Jamban keluarga

Pendidikan Massa

Sikap Perilaku keyakinan dan evaluasi hasil

Norma subyektif keyakinan normatif dan compty motivasi

Kontrol perilaku yang dirasakan Kontrol keyakinan pengaruh keyakinan kontrol

Teori : Blum, Green, Arzen,Mark Conner and Paul Norman

Page 117: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

101

J. KERANGKA KONSEP

Kepemilikan Jamban Keluarga

Komunikasi Kultural

Variabel Independen

Variabel dependen

Assesment Jamban Keluarga

Partisipasi

Regulasi

Pengetahuan

Kemitraan

Keinginan (Niat)

Pendidikan Kesehatan Jamban Sehat

Page 118: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

102

K. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

NO VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1. Pengetahuan Pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki

responden terhadap kepemilikan jamban keluarga

2. Regulasi Mengacu pada Permenkes dan Perda tentang

pembuatan jamban keluarga

3. Partisipasi Keterlibatan masyarakat dalam upaya

pembangunan lingkungan kehidupan dan diri

mereka sendiri terhadap kepemilikan jamban

keluarga

4. Kemitraan Kerjasama antara individu, kelompok atau

organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dalam

kepemilikan jamban keluarga.

5. Komunikasi Kultural

Penyampaian informasi, pikiran dan gagasan dari

seseorang kepada orang lain tentang budaya siri.

6. Jamban Sehat

Jamban yang dimiliki oleh responden harus

memenuhi syarat kesehatan.

Gambar 11 : Definisi Operasional

Page 119: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

103

L. Hipotesis

1. Ada perubahan pengetahuan komunikasi kultural terhadap

kepemilikan jamban keluarga

2. Ada pengaruh regulasi terhadap kepemilikan jamban keluarga

3. Ada pengaruh partisipasi terhadap kepemilikan jamban keluarga

4. Ada hubungan kemitraan terhadap kepemilikan jamban keluarga

Page 120: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

104

Page 121: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

104

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Kuantitatif

dengan menggunakan rancangan quasi intervensi yaitu pre test dan post

test. Kelompok dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yang

terdiri dari kelompo kontrol dan kelompok intervensi, dengan desain pre

test dan post test yaitu Kelompok pertama di berikan kusioner tanpa

modul dan ceramah, kelompok kedua diberikan ceramah tanpa modul

sedangkan kelompok tiga diberikan modul tanpa ceramah. Kelompok

intervensi dan kelompok kontrol dapat mengintervensi komunikasi kultural

terhadap kepemilikan jamban keluarga.

Table 3.1 Skema Rancangan Penelitian

Subyek Pre - Test Perlakukan Post - Test

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

TO

TO

TO

X1

X2

X3

T1 - T2 - T3

T1 - T2 - T3

T1 - T2 - T3

Keterangan :

TO = Pengukuran Awal

X1 = Intervensi pengetahuan tanpa mengikuti cerakah dan modul

X2 = Intervensi pengetahuan mengikuti ceramah tanpa diberikan modul.

X3 = Intervensi pengetahuan diberikan modul tanpa mengikuti ceramah.

Page 122: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

105

T1 = Pengukuran minggu pertama.

T2 = Pengukuran bulan pertama

T3 = Pengukuran bulan ke empat.

Cara perlakuan (intervensi) :

1. Responden diberikan kusioner untuk dijawab sebelum materi

diberikan (pre-test).

2. Responden diberikan kusioner untuk dijawab sebelum diberikan

modul (pre-test).

3. Seminggu setelah pemberian materi para responden diberikan

kusioner dan dijawab pada saat didatangi oleh enumerator di rumah

masing masing responden (pos-test)

4. Seminggu setelah pemberian modul para responden diberikan

kusioner dan dijawab pada saat didatangi oleh enumerator di rumah

masing masing responden (pos-test)

5. Kusioner kembali diberikan setelah 30 hari dengan kusioner yang

sama dan dijawab pada saat didatangi oleh enumerator kepada

responden, baik yang diberikan ceramah maupun yang menerima

modul (pos-test).

6. Kusioner kembali diberikan kepada responden untuk dijawab pada

saat enumerator mendatangi responden dirumahnya masing masing

pada bulan ke empat dengan kusioner yang sama baik yang

menerima ceramah maupun yang menerima modul (pos-test).

Page 123: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

106

Sementara kelompk control dengan pola sebagai berikut :

1. Kusioner diberikan kepada responden untuk di jawab di rumah

masing masing tanpa menerima ceramah maupun modul yang

diberikan oleh enumerator (pre-test).

2. Seminggu setelah pemberian kusioner para responden diberikan

kusioner yang sama dan dijawab pada saat didatangi oleh

enumerator di rumah masing masing responden (pos-test)

3. Kusioner kembali diberikan setelah 30 hari dengan kusioner yang

sama dan dijawab pada saat didatangi oleh enumerator kepada

responden (pos-test).

4. Kusioner kembali diberikan kepada responden untuk dijawab pada

saat enumerator mendatangi responden dirumahnya masing masing

pada bulan ke empat dengan kusioner yang sama (pos-test).

B. ALUR PENELITIAN

1. Persiapan penelitian.

Sebelum melakukan penelitian maka yang perlu dipersiapkan

adalah persuratan atau izin penelitian selain itu pembuatan modul

yang akan dilakukan di lapangan untuk melakukan intervensi

kepala keluarga terhadap kepemilikan jamban keluarga.

2. Pembuatan modul jamban keluarga berbasis komunikasi kultural.

Sebelum pembuatan modul maka dilakukan pendekatan dengan

Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Pemerintah Desa, Puskesmas,

Dinas Kesehatan Kabupaten serta Organisasi Pemuda. Setelah

Page 124: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

107

dilakukan pendekatan dengan berbagai organisasi masyarakat

maka di undang menghadiri rapat Focus Group Discussion (FGD)

untuk menyamakan persepsi mengenai kepemilikan jamban

keluarga. Adapun isi modul adalah

a. Pendahuluan

b. Tujuan penyusunan modul

c. Peta konsep

d. Dasar hukum

e. Pengertian

f. Model jamban

g. Bentuk kepedulian masyarakat

3. Uji coba modul.

Modul yang sudah dibuat dan disepakati bersama pada saat

pertemuan FGD maka dilakukan uji coba pada batas desa tempat

lokasi penelitian dengan menggunakan kusioner sebanyak 10 – 15

kusioner masing masing Desa Pombakka dan Desa Pandak

sebagai batas Desa Rompu.

4. Uji peneliti.

Kusioner di bagikan kepada kepala keluarga terdekat pada batas

desa yang sudah di isi dan dijawab oleh kepala keluarga Desa

Pombakka dan kepala keluarga Desa Pandak maka dilanjutkan

untuk melakukan uji pre-test pada Desa Rompu sebagai desa

tempat penelitan.

Page 125: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

108

5. Pengembangan komunikasi.

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberitahu , mengubah sikap

pendapat, atau perilaku, baik dengan cara lisan ( langsung )

ataupun tidak langsung ( melewati media )

Pengembangan komunikasi terhadap masyarakat di Desa Rompu

adalah bahasa yang utama dipelajari untuk melakukan pendekatan

dan mempelajari bahasa yang digunakan setiap hari sehingga kita

bisa berkomunikasi dengan masyarakat desa.

6. Membentuk tim pendamping.

Sebelum kusioner di berikan kepada masyarakat maka terlebih

dahulu dibentuk tim pendamping untuk membantu peneliti dalam

pengambilan data baik data primer maupun data secunder. Tim

pendamping (enumerator) dibentuk sebanyak 3 orang dan

bertanggungjawab masing masing satu kelompok. Enumerator

diarahkan dan dibina cara pengisian kusioner untuk diberikan

kepada kepala keluarga untuk diisi dan dijawab.

7. Identifikasi subyek.

Untuk mengidentifikasi subyek adalah melalukan penjajakan awal

untuk mencari informasi tentang keberadaan subyek yang berkaitan

dengan karakteristik responden adalah ciri khas responden yang

melekat pada diri responden meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga tentang

Page 126: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

109

kepemilikan jamban keluarga. Kepemilikan jamban keluarga

mayoritas memiliki hanya aplikasi penggunaannya belum maksimal

dia gunakan.

8. Informed consent.

Sebelum melakukan pengisian kusioner oleh responden maka

terlebih dahulu meminta persetujuan (informed consent) pada

subyek. Bila subyek setuju ikut berpartisipasi dalam penelitian,

maka responden diminta membaca dan menandatangani informed

consent.

9. Proses penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah persuratan ada, maka kusioner

dibagikan kepada responden untuk dijawab baik responden yang

diintervensi maupun responden control, dengan melakukan pre test

dan post test.

10. Analisis

Analisis ini digunakan untuk menganalisis data berupa karakteristik

responden dan variabel penelitian dengan menggunakan tabel

distribusi frekwensi. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara variabel independen (katagorik) dengan variabel independen

(katagorik) yaitu pengaruh model komunikasi kultrural terhadap

kepemilikan jamban keluarga, untuk lebih jelasnya dapat dilihat alur

penelitian dibawah ini :

Page 127: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

110

Gambar 3.1 : Alur penelitian

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rompu Kecamatan Masamba

Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan, dimulai bulan

Desember 2016 dan dilanjutkan setelah ujian proposal bulan Januari

2017

Skriming Memiliki Jamban dan Tidak Memiliki Jamban

Kontrol

Tidak ada modul Kom Kultural

PreTest

Modul Kom Kultural

Perlakuan

Post Test

Penggunaan Jamban

Pre Test

Penggunaan Jamban

Post Test

Informed Consent

Assesment Pembuatan

Modul

Analisis

Page 128: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

111

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga

yang memiliki jamban sendiri adalah 246 dan 1466 pengguna jamban

di Desa Rompu Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara sebagai

lokasi penelitian.

2. Sampel

Sampel dihitung berdasarkan populasi seluruh Kepala Keluarga

yang memiliki jamban sendiri di lokasi penelitian, dengan besar sampel

ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

n = pqZNd

pqNZ22

2

)1(

Keterangan :

n : besar sampel

N : besar populasi = 246 jamban

Z : nilai standar normal (α = 0,05) = 1,96

P : perkiraan proporsi sample = 0,5

q : 1 – q = 0,5

d : derajat ketepatan yang diinginkan = 0,05

Berdasarkan rumus tersebut maka dapat ditentukan besar

sampel sebagai berikut :

𝑛 =(246) 1,96 2 (0,5)(0,5)

0,05 2 246−1 + 1,96 2 (0,5)(0,5)

Page 129: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

112

= 236,26

1,57

= 150

Kriteria responden :

a. Memiliki atau tidak memiliki jamban keluarga

b. Bersedia mengikuti penelitian

c. Bertempat tingal di lokasi penelitian.

E. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah keluarga yang memilki

rumah tempat tinggal milik sendiri di lokasi penelitian.

a. Persiapan penelitian

1. Persiapan dimulai dengan mengurus izin penelitian. Penelitian ini

dimulai setalah ada persetujuan dari Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik kabupaten Luwu Utara dan Rekomendasi Komisi Etik

penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, sebagai

laporan kepada Ketua Prodi S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin, Kepala Badan Kesbang Kabupaten Luwu

Utara, Kepala Kecamatan Masamba, dan diteruskan ke Desa

Rompu sebagai lokasi penelitian.

2. Penelitian ini, didahului survey awal dengan membagikan kusioner

sebagai langkah awal untuk mengkaji pengetahuan responden

terhadap kepemilikan jamban keluarga.

3. Hasil Kajian kusioner sebagai dasar untuk mengetahui model

komunikasi kultural yang dilakukan oleh responden.

Page 130: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

113

4. Pendataan awal dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria

responden. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, kelompok 1

sebagai kelompok intervensi dengan menggunakan ceramah dan

memberikan modul dan kelompok 2 sebagai kelompok control.

b. Pelaksanaan penelitian.

Kelompok intervensi

1. Modul yang dibagikan dibawa pulang untuk dibaca dengan waktu

selama seminggu.

2. Seminggu setelah pembagian modul, para responden diberikan

kusioner dan dijawab pada saat dilokasi dan didampingi oleh

peneliti

3. Kusioner kembali diberikan setelah 30 hari dengan kusioner yang

sama.

Sementara kelompk control dengan pola sebagai berikut :

a. Kelompok control tidak diberikan modul untuk dibaca.

b. Setelah itu responden diberikan kusioner untuk dijawab.

c. Kusioner ini kembali dibagikan setelah 30 hari

F. Pengelolaan dan Analisis Data

Hasil data yang dikumpulkan dari kusioner dan wawancara dengan

responden akan dianalisis berdasarkan tahapan berikut :

1. Editing

Pemeriksaan data yang missing dalam kusioner setelah

dilakukan penelitian serta memperbaiki data – data

Page 131: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

114

2. Coding

Pemberian kode pada setiap item dalam kusioner yang

dimaksudkan untuk memudahkan dalam mengolah dan

menganalisis data dengan member

3. Tabulasi

Mengelompokan data dalam bentuk tabel sesuai dengan tujuan

penelitian, agar mudah untuk menganalisis. Setelah data

ditabulasi maka pengelolaan dilakukan dengan computer

program SPSS yang disajikan dalam bentuk table distribusi

frekwensi dan tabulasi silang. Selanjutnya dilakukan uji statistic

dengan tingkat kemaknaan/taraf nyata (0) yang dipilih adalah

0,05. Uji statistic yang digunakan adalah chi square. Interpretasi

kemaknaan jika p < 0(0,05)

4. Processing

Jawaban responden yang diterjemahkan dalam bentuk angka

selanjuntnya diproses agar mudah dianalisis

5. Cleaning

Pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukan dalam master

tabel yang meliputi pemeriksaan ulang terhadap data dan

pengkodean, sehingga apabila ditemukan pengkodean data

yang salah akan diganti berdasarkan pada kusioner. Untuk

menjawab tujuan penelitian yang ingin dicapai dilakukan analisis

data dengan menggunakan program SPSS 21.

Page 132: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

115

Langkah-langkah analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu :

a. Analisis univariat

Analisis univariat adalah analisis yang ditunjukkan untuk meninjau

gambaran dari masing masing variable penelitian baik variable dependen

(kepemilikan jamban keluarga) maupun variable independen

(pengetahuan, regulasi, partisipasi dan kemitraan).

b. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan variable dependen

dan variable independen dengan menggunakan uji chis-square. Jika nilai

p<0,05 maka Ho di tolak dan Ha diterima, yang menyimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara variable bebas dan variable terikat. Jika p>0,05

maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang menyimpulkan bahwa tidak ada

hubungan.

𝑋2 = Σ(𝑜−𝐸)2

𝐸

Keterangan :

X2 = nilai chi-square

O = nilai yang diobservasi

E = nilai yang diharapkan

c. Analisis multivariat

Analisis multivariat dapat dilakukan dengan menggunakan analisis regresi

logistik ganda. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui:

1. Variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling besar

terhadap variabel dependen.

Page 133: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

116

2. Mengetahui apakah hubungan variabel independen dengan variabel

dependen dipengaruhi oleh variabel lain atau tidak.

3. Bentuk hubungan beberapa variabel independen dengan variabel

dependen apakah berhubungan langsung atau pengaruh tidak

langsung.

Table 3.2 : Analisis pemilihan uji statistic

No Tujuan analisis variabel Uji statisik Rasional Hasil analisis

1.

2.

3.

Untuk mendeskripsikan karakteristik responden.

Untuk menilai perbedaan variable dependen sebelum dan sesudah perlakuan pada tiap kelompok :

Pengetahuan, Regulasi, Partisipasi dan Kemitraan

Untuk menilai perbedaan variable dependen sebelum dan sesudah perlakuan pada tiap kelompok :

Pengetahuan, Regulasi, Partisipasi dan Kemitraan

Distribusi frekuensi

Uji chis-

square

uji chis-

square

Deskripsi frekuensi

dan persentase

Pengukuran dilakukan lebih dari 1 kali dan distribusi data normal

Pengukuran dilakukan lebih dari 1 kali dan distribusi data normal

Terdiri 3 kelompok distribusi homogen.

Ada perbedaan jika p<0.05

Ada perbedaan jika p<0.05

Ada perbedaan jika p<0.05

Page 134: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

117

4.

Untuk menganalisis pengaruh intervensi terhadap variable dependen secara keseluruhan pada semua kelompok.

Pengetahuan, Regulasi, Partisipasi dan Kemitraan

uji chis-

square

Terdiri 3 kelompok distribusi data normal dan homogen

Ada pengaruh jika p<0.05

G. Etika Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan ethical clearence yang

dikeluarkan oleh Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin. Sebelum dilakukan pengisian kusioner oleh responden maka

terlebih dahulu meminta persetujuan (informed consent) pada responden.

Bila responden setuju ikut berpartisipasi dalam penelitian, maka

reeponden diminta membaca dan menandatangani informed consent.

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Peneliti mempertimbangkan hak hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Peneliti

memberikan formulir persetuan sabjek (informed consent) yang terdiri

Page 135: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

118

dari penjelasan manfaat penelitian, penjelasan kemungkinan risiko dan

ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality).

Setiap manusia memiliki hak hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu. Peneliti menjaga anonimitas dan kerahasiaan

identitas subyek dengan cara menggunakan koding (inisial atau

identification number) sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadaan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).

Prinsip keadilan memiliki makna keterbukaan dan adil. Untuk

memenuhi prinsip keterbukaan, peneliti berlaku jujur, hati hati,

professional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan factor factor

ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta

perasaan religious subyek penelitian. Setelah selesai penelitian,

kelompok control diberikan pendidikan kesehatan dengan

menggunakan modul sama dengan kelompok perlakuan.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits).

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

masyarakat mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin

bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi

(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subyek (nonmalefincence)

Page 136: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

119

H. Kontrol Kualitas

Kontrol kualitas kusioner dilakukan dengan uji validitas dan

reliabilitas. Control kualitas tidak hanya pada kusioner akan tetapi semua

proses dalam penelitian mulai persiapan, pelaksanaan sampai

pengolahan data.

1. Standarisasi media pendidikan kesehatan

Sebelum dilakukan penelitian, maka dibuat materi yang akan diberikan

pada saat melakukan pendidikan kesehatan meliputi konsep

kepemilikan jamban dan penggunaannya serta intervensi dalam

penelitian yang akan disampaikan melalui ceramah disertai modul.

Sebelum intervensi dimulai isi materi telah dikonsultasikan kepada

petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara dalam hal ini

petugas kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan dan aparat

desa pada lokasi penelitian.

2. Standarisasi instrument.

Dalam penelitian ini menggunakan instrument yang baku dan

instrument yang dibuat sendiri oleh peneliti. Variable pengetahuan

masyarakat menggunakan instrument yang dibuat oleh peneliti dalam

bentuk kuesioner dan telah diuji validitas dan reliabilitas. Sedangkan

pendidikan kepala keluarga struktur keluarga, pendapat keluarga

diukur dengan menggunakan format biodata dan budaya keluarga

diukur melalui kuesioner yang dibuat oleh peneliti.

Page 137: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

120

Table 3.3 : Standarisasi Instrumen

Variable yang diukur Metode Sumber Instrumen

Jamban

Pengetahuan

Regulasi

Partisipasi

Kemitraan

Kultural

Tanya jawab Tanya jawab

Tanya jawab

Tanya jawab

Tanya jawab

Tanya jawab

Permenkes no. 3 Tahun 2014 ttg STBM Dibuat peneliti

Peraturan Gubernur Sulsel Dibuat peneliti Dibuat peneliti Dibuat peneliti

Kusioner

Kusioner

Kusioner

Kusioner

Kusioner

Kusioner

Page 138: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

121

Page 139: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

121

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rompu Kecamatan Masamba

Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan mulai bulan Januari sampai

bulan Juli 2017. Sampel terbagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu kelompok

control tanpa diberikan apa apa dan kelompok intervensi mengikuti

ceramah dan diberikan modul. Jumlah sampel sebanyak 150 kepala

keluarga terdiri dari 50 KK untuk kelompok control, 50 KK untuk kelompok

intervensi ceramah dan 50 KK untuk kelompok intervensi modul.

Data yang dikumpulkan diolah melalui proses editing, koding,

tabulating, dan selanjutnya dianalisis menggunakan program SPSS. Hasil

analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel, dan grafik disertai

interpretasi. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel tabel dan grafik-

grafik berikut.

1. Deskriptif Karakteristik responden.

Karakteristik responden adalah ciri khas responden yang melekat

pada diri responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

dan jumlah anggota keluarga. Distribusi karakteristik responden dapat

dilihat pada tabel 4.1 berikut :

Page 140: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

122

Tabel 4.1 Sebaran Karakteristik Responden

Karakteristik

Kelompok P I II III

n(50) % n(50) % n(50) %

Kelompok Umur 20 – 29 6 12,0 3 6,0 4 8,0 30 – 39 12 24,0 11 22,0 5 10,0 40 – 49 17 34,0 17 34,0 16 32,0 0,168 50 – 59 10 20,0 5 10,0 12 24,0 ≥60 5 10,0 14 28,0 13 26,0

Jenis kelamin Laki-laki 34 68,0 35 70,0 41 82,0 0,231 Perempuan 16 32,0 15 30,0 9 18,0

Pendidikan Tidak tamat SD 1 2,0 1 2,0 2 4,0 SD 29 58,0 33 66,0 34 68,0 SLTP 6 12,0 6 12,0 7 14,0 0,462 SLTA 14 28,0 8 16,0 5 10,0 PT 0 0,0 2 4,0 2 4,0

Pekerjaan IRT 11 22,0 15 30,0 6 12,0 Wiraswasta 1 2,0 0 0,0 0 0,0 0,276 Buruh 2 4,0 1 2,0 3 6,0 Petani 36 72,0 34 68,0 41 82,0

Jumlah anggota keluarga 1-4 orang 30 60,0 25 50,0 25 50,0 0,512 > 4 orang 20 40,0 25 50,0 25 50,0

Sumber : Data Primer

Keterangan : Kelompok I : ceramah Kelompok II : modul Kelompok III : tanpa ceramah dan modul

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden pada kelompok I

(ceramah) lebih banyak berumur 40-49 tahun (34%), dengan jenis

kelamin laki-laki (68%), dengan pendidikan SD (58%), pekerjaan

sebagai petani (72%), dan jumlah anggota keluarga 1-4 orang

(60%).

Page 141: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

123

Responden pada kelompok 2 (modul) lebih banyak berumur 40-49

tahun (34%), dengan jenis kelamin laki-laki (70%), dengan

pendidikan SD (66%), pekerjaan sebagai petani (68%), dan jumlah

anggota keluarga sama antara 1-4 orang dan lebih dari 4 orang

(50%).

Responden pada kelompok 3 (tanpa ceramah dan modul) lebih

banyak berumur 40-49 tahun (32%), dengan jenis kelamin laki-laki

(82%), dengan pendidikan SD (68%), pekerjaan sebagai petani

(82%), dan jumlah anggota keluarga sama antara 1-4 orang dan

lebih dari 4 orang (50%)

Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa karakteristik

responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan

jumlah anggota keluarga homogen (p>0,05),

2. Kepemilikan jamban dan pemanfaatan jamban Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan kepemilikan jamban

Kepemilikan Jamban

Kelompok I II III

n(50) % n(50) % n(50) %

Awal Ya 33 66,0 38 76,0 40 80,0 Tidak 17 34,0 12 24,0 10 20,0

Akhir Ya 44 88,0 39 78,0 40 80,0 Tidak 6 12,0 11 22,0 10 20,0

Tempat BAB Jamban/WC 16 32,0 18 36,0 29 58,0 Kebun 1 2,0 3 6,0 1 2,0 Sungai 32 64,0 25 50,0 18 36,0 Pekarangan 1 2,0 4 8,2 2 3,9

Sumber : data primer

Page 142: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

124

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada pengukuran awal, umumnya

responden mempunyai jamban yaitu 66% pada kelompok 1 , 76%

pada kelompok 2 dan 80% pada kelompok 3. Pada pengukuran akhir,

responden yang mempunyai jamban pada kelompok 1 sebanyak

88%, kelompok 2 sebanyak 78% dan kelompok 3 sebanyak 80%.

Pemanfaatan jamban pada kelompok 1 32%, kelompok 2 36% dan

kelompok 3 58%. Umumnya responden menggunakan sungai

sebagai tempat buang air besar karena mereka tinggal disekitar aliran

sungai.

3. Sebaran perubahan pengetahuan, regulasi, partisipasi dan

kemitraan

a. Pengetahuan

Distribusi perubahan pengetahuan responden sebelum dan sesudah

intervensi dapat dilihat pada tabel berikut :

Gambar 4.1 Perubahan skor pengetahuan responden

3.78

13.2

17.3618.9

4.48

11.74

13.38

16.84

5.14

7.149.54

11.68

1

3

5

7

9

11

13

15

17

19

T0 T1 T2 T3

rata

-rat

a sk

or

Waktu Pengukuran

Klp I

Klp 2

Klp 3

Page 143: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

125

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pada awal pengukuran, rata-rata

skor pengetahuan tertinggi pada kelompok 3 dan terendah pada kelompok

1. Pada akhir pengukuran skor pengetahuan tertinggi pada kelompok 1,

kemudian kelompok 2 dan terendah pada kelompok 3.

Tabel 4.3. Perubahan Skor Pengetahuan Responden Sebelum Dan Sesudah Intervensi berdasarkan intra kelompok

Pengetahuan T0 T1(∆) T2(∆) T3(∆)

Kelompok I (n=50) 3,78±2,34 9,42±2,37(***) 13,58±2,70(***) 15,12±2,32(***)

Kelompok 2 (n=50) 4,48±3,18 7,26±2,40(***) 8,90±2,87(***) 12,36±3,49(***)

Kelompok 3 (n=50) 5,04±2,60 2,18±0,52(***) 4,50±0,79(***) 6,62±0,78(***)

P 0,000 0,000 0,000

Sumber : Data Primer

p : uji chi square

Tabel 4.3 ditunjukkan bahwa semua responden mempunyai

pengetahuan yang meningkat dibandingkan pada pengukuran awal. Hal

ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan pada awal

pengukuran dengan pengukuran kedua, ketiga dan pengukuran keempat.

Hasil uji statistik dengan uji t berpasangan menunjukkan bahwa skor

pengetahuan responden mulai signifikan pada post test 1 pada semua

kelompok. Berdasarkan uji chi square ditemukan adanya perbedaan

pengetahuan antara ketiga kelompok pada pengukuran post 1, pot 2 dan

Page 144: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

126

post 3. Dari segi peningkatan skor, yang paling tinggi peningkatannya

adalah kelompok 1. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian

informasi dengan model cultural terhadap peningkatan skor pengetahuan

responden.

b. Regulasi

Distribusi perubahan tentang keberadaan regulasi pemilikan jamban

untuk tiap rumah sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.4 Pengetahuan keberadaan regulasi pemilikan jamban

Regulasi

Kelompok

I II III

n(50) % n(50) % n(50) %

Awal Ada 3 6,0 0 0,0 0 0,0 Tidak ada 47 94,0 50 100,0 50 100,0

Akhir Ada 19 38,0 15 30,0 6 12,0 Tidak ada 31 62,0 35 70,0 44 88,0 P 0,000 0,000 0,000

Sumber : Data Primer

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa keberadaan regulasi tentang jamban

menurut responden paling banyak pada kelompok 1 yaitu 19 orang

dan paling sedikit pada kelompok 3 yaitu 6 orang. Hasil uji chi square

menunjukkan bahwa ada perubahan pengetahuan tentang keberadaan

regulasi saat awal pengukuran dengan pada akhir pengukuran pada

semua kelompok (p<0,05).

Page 145: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

127

Gambar 4.2 Pengetahuan keberadaan regulasi pemilikan jamban

c. Partisipasi

Distribusi perubahan tentang partispasi masyarakat sebelum dan

sesudah intervensi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Perubahan partisipasi masyarakat sebelum dan sesudah pemberian intervensi

Partisipasi

masyarakat

Kelompok

I II III

n(50) % n(50) % n(50) %

Awal Ada 2 4,0 0 0,0 0 0,0

Tidak ada 48 96,0 50 100,0 50 100,0 Akhir

Ada 49 98,0 44 88,0 22 44,0 Tidak ada 1 2,0 6 12,0 28 56,0 P 0,000 0,000 0,000

Sumber : Data Primer

3

0 0

19

15

6

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3

awal

akhir

Page 146: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

128

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam

kegiatan paling banyak pada kelompok 1 yaitu 49 orang dan paling

sedikit pada kelompok 3 yaitu 22 orang. Hasil uji chi square

menunjukkan bahwa ada perubahan partisipasi masyarakat saat awal

pengukuran dengan pada akhir pengukuran pada semua kelompok

(p<0,05).

Gambar 4.3 Perubahan partisipasi masyarakat sebelum dan sesudah

intervensi

20 0

49

44

22

0

10

20

30

40

50

60

Kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3

awal

akhir

Page 147: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

129

d. Kemitraan

Distribusi perubahan tentang kemitraan sebelum dan sesudah

intervensi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Perubahan Pengetahuan tentang kemitraan dalam

pembuatan jamban

Kemitraan

Kelompok

I II III

n(50) % n(50) % n(50) %

Awal Ada 2 4,0 0 0,0 1 2,0 Tidak ada 48 96,0 50 100,0 49 98,0

Akhir Ada 44 88,0 40 80,0 26 52,0 Tidak ada 6 12,0 10 20,0 24 48,0 p 0,000 0,000 0,000

Sumber : Data Primer

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kemitraan

menurut responden paling banyak pada kelompok 1 yaitu 44 orang

dan paling sedikit pada kelompok 3 yaitu 26 orang. Hasil uji chi square

menunjukkan bahwa ada perubahan pengetahuan tentang kemitraan

saat awal pengukuran dengan pada akhir pengukuran pada semua

kelompok (p<0,05).

Page 148: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

130

Gambar 4.4. Perubahan Pengetahuan tentang kemitraan

2) Kepemilikan jamban

Distribusi perubahan tentang kepemilikan jamban sebelum dan

sesudah intervensi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Perubahan kepemilikan jamban

Kepemilikan jamban

Kelompok

I II III

n(50) % n(50) % n(50) %

Awal 33 66,0 38 76,0 40 80,0 Akhir 44 88,0 39 78,0 40 80,0

Penambahan 11 1 0

p 0,001 1,000 1,000

Sumber : Data Primer

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa kepemilikan jamban pada kelompok 1

bertambah sebanyak 11 buah sedangkan poada kelompok 2 bertambah

sebanyak 1 buah dan pada kelompok 3 tidak ada penambahan jamban.

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada perubahan jumlah

20 1

44

40

26

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3

awal

akhir

Page 149: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

131

kepemilikan jamban keluarga pada kelompok I (p<0,05) sedangkan

pada kelompok 2 dan kelompok 3 tidak terdapat perbedaan kepemilikan

jamban keluarga sebelum dan sesudah intervensi (p>0,05).

Gambar 4.5 Perubahan kepemilikan jamban

Adanya penambahan jamban pada 12 rumah disebabkan adanya

regulasi pemerintah daerah dan ceramah. Hal ini dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.8 Alasan Penambahan Jamban Keluarga

Alasan penambahan jamban N %

Akibat mendengarkan ceramah 12 100

Peraturan Daerah 12 100

Kerjasama 9 75,0

Bantuan pemerintah 8 66,7

Sumber : data primer

Tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat membuat jamban

keluarga akibat mendengarkan ceramah dan pemberian modul tentang

pentingnya jamban keluarga bagi kesehatan dan adanya peraturan

daerah (100%). Alasan lain masyarakat membuat jamban keluarga

3338 40

4439 40

0

10

20

30

40

50

Kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3

awal

akhir

chi square

Page 150: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

132

adalah adanya kerjasama dengan pihak lain dan bantuan pemerintah

untuk membuat jamban.

4. Hubungan pengetahuan, regulasi, partisipasi dan kemitraan

dengan Kepemilikan jamban.

Hubungan pengetahuan, regulasi, partisipasi dan kemitraan dengan

Kepemilikan jamban dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Pengetahuan, regulasi, partisipasi dan kemitraan dengan

penambahan Kepemilikan jamban

Kelompok Variabel R p

Ceramah Pengetahuan 0,157 0,278

Regulasi tentang jamban 0,307 0,030

Partisipasi masyarakat 0,377 0,007

Kemitraan 0,306 0,031

Modul Pengetahuan 0,091 0,529

Regulasi tentang jamban 0,094 0,518

Partisipasi masyarakat 0,387 0,006

Kemitraan 0,071 0,622

Tidak ada modul Pengetahuan . .

Regulasi tentang jamban . .

Partisipasi masyarakat . .

kemitraan . .

Sumber : data primer

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada kelompok I, regulasi, partisipasi

masyarakat dan kemitraan berhubungan dengan penambahan

kepemilikan jamban keluarga (baru). Variabel partisipasi masyarakat

Page 151: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

133

berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga pada kelompok II.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya regulasi pemerintah desa dan

kemitraan pemerintah desa dengan swasta berhasil membantu

menambah kepemilikan jamban pada kelompok II sedangkan pada

kelompok III tidak ada perubahan jumlah kepemilikan jamban.

Gambar 4.6 : Hasil Temuan Di Lapangan

SASARAN INFRASTRUKTUR STIMULAN

PERUBAHAN

KELUARGA MEMILIKI/MENGG

UNAKAN

JAMBAN

KOMUNIKASI

KULTURAL

LINGKUNGAN

BUDAYA SIRI

“Mokamo mijamba dio wai natiro tiro ki tau lendu”

Page 152: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

134

B. Pembahasan

1. Jamban Keluarga

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk

membuang tinja atau kotoran manusia yang lasim disebut kakus/wc

(Pebriani dkk, 2012). Jamban keluarga sebaiknya dibangun, dimiliki dan

digunakan untuk satu keluarga dengan penempatan yang mudah

dijangkau oleh penghuni rumah baik itu berada dalam dan luar bangunan

rumah. Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat.

Hasil menunjukkan bahwa kepemilikan jamban pada kelompok 1

bertambah sebanyak 11 buah sedangkan pada kelompok 2 bertambah

sebanyak 1 buah dan pada kelompok 3 tidak ada penambahan jamban.

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada perubahan jumlah

kepemilikan jamban keluarga pada kelompok I (p<0,05) sedangkan

pada kelompok 2 dan kelompok 3 tidak terdapat perbedaan kepemilikan

jamban keluarga sebelum dan sesudah intervensi (p>0,05).

Umumnya responden menggunakan sungai sebagai tempat BAB

karena mereka tinggal disekitar aliran sungai. Banyak faktor yang menjadi

penyebab masyarakat enggan membuat dan menggunakan jamban

keluarga diantaranya yaitu: rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat

tentang pentingnya jamban keluarga, sehingga mereka kurang respon

untuk dapat menerima informasi yang bermanfaat bagi dirinya. Disamping

itu adanya sikap dan tindakan yang mengarah pada kebiasaan hidup

Page 153: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

135

masyarakat yang selalu membuang kotoran disembarang tempat (Ottaya,

2012).

Masalah buang air besar dan kebersihan diri merupakan masalah

penting bagi setiap keluarga karena sangan berhubungan dengan

kesehatan keluarga dan masyarakat. Tetapi bagi sebagian besar

masyarakat tradisional didaerah pedesaan belum menganggap masalah

ini penting. Anak bayi sering buang air di pangkuan ibunya, diatas tempat

tidur atau pekarangan rumah. Hal ini biasa terjadi karena selama balita

anak hanya dipakaikan baju biasa tanpa celana.

Hasil penelitian membuktikan bahwa lingkungan fisik yaitu

ketersediaan jamban, ketersediaan air di jamban, jarak jamban dengan

rumah berpengaruh secara negative, yang berarti secara tidak langsung

pada perilaku buang air besar tetapi harus melalui sikap. Pada penelitian

ditemui banyak sampel yang mempunyai jamban dengan ketersediaan air

yang cukup dan jarak yang tidak jauh dari rumah, tetapi masih mempunyai

perilaku buang air besar sembarangan seperti di kali/selokan.

Kondisi ekonomi responden yang sangat kecil membuat responden

harus berfikir kembali untuk membuat jamban. Kondisi rumah yang

ditempati pun dapat dikategorikan sebagai rumah darurat yang tidak sehat

tanpa jamban. Kalaupun ada jamban, terkesan sangat darurat dengan

kondisi yang tidak sehat. Keadaan ini di karenakan jamban hanya sebagai

suatu bagian yang memang seharusnya ada dalam sebuah rumah.

Page 154: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

136

Perekonomian yang sulit, daerah yang susah air, membuat responden

lebih mementingkan untuk memenuhi kebutuhan untuk keluarganya. Jarak

yang jauh dari sumber air bersih membuat responden hanya menyediakan

cukup air untuk kebutuhan masak saja. Untuk mandi dan mencuci baju,

responden biasa melakukan langsung disumber air bersih/sungai.

Fakta lain dengan alasan ekonomi yang sulit dengan jumlah angota

keluarga yang banyak dibandingkan dengan keuangan yang tersedia,

menyebabkan responden harus berfikir lebih cermat untuk membuat

jamban di rumah. Kebutuhan akan pangan masih merupakan prioritas

utama. Alasannya adalah untuk jamban masih bisa buang air besar di

sungai atau di kebun. Sedangkan untuk makan, mereka tidak bisa

meminjam atau meminta pada tetangga.

Sesuai dengan tujuan dari pencapaian universal access

sanitation/akses sanitasi untuk semua masyarakat diharapkan sebisa

mungkin mempunyai jamban sendiri. Bukan jenis yang dipentingkan tetapi

untuk masyarakat ekonomi sulit untuk memiliki jamban masing masing di

rumah. Sedangkan untuk masyarakat yang sudah cukup mampu,

diharapkan mulai beralih dari jamban cemplung ke jamban sehat. Inilah

yang juga didapati dari beberapa responden tidak mempunyai jamban

pada saat melakukan penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada

awal pendataan yang memiliki jamban keluarga untuk kelompok 1 adalah

33 (66%) dan tidak memiliki 17 (34%), kelompok 2 yang memiliki jamban

Page 155: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

137

keluarga adalah 38 (76%) dan tidak memiliki jamban 12 (24%), kelompok

3 yang memiliki jamban keluarga adalah 40 (80%) dan tidak memiliki

jamban keluarga adalah 10 (20%). Sedangkan pada akhir pendataan

jumlah kepala keluarga yang memiliki jamban untuk kelompok 1 adalah

44 (88%) yang tidak memiliki jamban keluarga adalah 6 (12%), untuk

kelompok 2 yang memiliki jamban adalah 39 (78%) dan tidak memiliki

jamban adalah 11 (22%) dan kelompok 3 yang memiliki jamban keluarga

adalah 40 (80%) dan tidak memiliki jamban 10 (20%). Sedangkan yang

lain mereka membang kotorannya bervariasi diantaranya adalah ada yang

disungai, kebun, pekarangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengukuran awal,

umumnya responden mempunyai jamban yaitu 66% pada kelompok 1 ,

76% pada kelompok 2 dan 80% pada kelompok 3. Pada pengukuran

akhir, responden yang mempunyai jamban pada kelompok 1 sebanyak

88%, kelompok 2 sebanyak 78% dan kelompok 3 sebanyak 80%.

Pemanfaatan jamban pada kelompok 1 32%, kelompok 2 36% dan

kelompok 3 58%. Umumnya responden menggunakan sungai sebagai

tempat BAB karena mereka tinggal disekitar aliran sungai.

Kepemilikan jamban keluarga pada intervensi akhir ada

perubahan/peningkatan pada semua kelompok seperti kelompok 1

adalah 11, kelompok 2 adalah 1 dan kelompok 3 tetap tidak ada

perubahan. Perubahan ini dilakukan oleh responden setelah mengikuti

Page 156: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

138

ceramah/sosialisasi tentang pentingnya kepemilikan jamban keluarga.

Untuk lebih jelasnya terterah pada table 4.2 distribusi responden

berdasarkan kepemilikan jamban keluarga dan gambar 4.5 tentang

Perubahan kepemilikan jamban keluarga.

2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu wawasan ilmu sebagai suatu satu hasil

dari penginderakan sesuatu yang dilihat dan dipikirkan. Skinner

menyatakan bahwa pengetahuan adalah yang paling utama dapat

membentuk suatu perilaku. Tetapi tidak selamanya pengetahuan didapat

dari tingkat pendidikan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian, sebagian besar

responden hanya memiliki tinggat pendidikan dasar yaitu hanya lulus SD

saja. Tetapi mereka berhasil menjawab kuesioner yang diberikan dengan

baik. Demikian juga responden yang sebagian kecil adalah lulusan SMP

dan SMA. Mereka menyatakan bahwa pengetahuan tentang jamban

keluarga sangat penting untuk keluarga.

Pengetahuan adalah mediator perubahan perilaku. Meskipun tak

mutlak bahwa pengetahuan yang baik akan melahirkan perilaku yang baik

pula. Namun pengetahuan merupakan cikal bakal bagi terjadinya sebuah

perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

Hasil menunjukkan bahwa pada pengukuran akhir semua responden

mengalami peningkatan skor pengetahuan dibandingkan dengan

pengukuran awal. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan

Page 157: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

139

pengetahuan pada awal pengukuran dibandingkan dengan penkuruan

kedua dan ketiga. Hasil uji chi square nilai p <0,001 untuk semua

kelompok, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan

responden tiap kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada awal pengukuran, rata-

rata skor pengetahuan tertinggi pada kelompok 3 dan terendah pada

kelompok 1. Pada akhir pengukuran skor pengetahuan tertinggi pada

kelompok 1, kemudian kelompok 2 dan terendah pada kelompok 3.

Semua responden mempunyai pengetahuan yang meningkat

dibandingkan pada pengukuran awal. Hal ini menunjukkan bahwa ada

perbedaan pengetahuan pada awal pengukuran dengan pengukuran

kedua, ketiga dan pengukuran keempat. Hasil uji statistik dengan uji t

berpasangan menunjukkan bahwa skor pengetahuan responden mulai

signifikan pada post test 1 pada semua kelompok. Berdasarkan uji anova

ditemukan adanya perbedaan pengetahuan antara ketiga kelompok pada

pengukuran post 1, post 2 dan post 3. Dari segi peningkatan skor, yang

paling tinggi peningkatannya adalah kelompok 1. Hal ini menunjukkan

bahwa ada pengaruh pemberian informasi dengan model komunikasi

cultural terhadap peningkatan skor pengetahuan responden.

Menurut Lunandi dengan metode ceramah lebih dapat dipastikan

tersampaikannya informasih yang telah disusun dan disiapkan, mudah

mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelasditangkap oleh

responden. Ceramah akan berhasil apabilah penceramah menguasai

Page 158: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

140

materi dan mampu memelihara minat peserta 35 – 60 menit serta lebih

baik jika cermah dibantu alat alat media cetak dan elektronik. Hal ini

sejalan dengan Teori Peluru (Bullet Theory) mengungkapkan bahwa

efektifitas pesan dengan menggunakan media dapat langsung mengenai

sasaran yang dituju.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden mempunyai

pengetahuan yang meningkat dibandingkan pada pengukuran awal. Hal

ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan pada awal

pengukuran dengan pengukuran kedua, ketiga dan pengukuran keempat.

Hasil uji statistik dengan uji t berpasangan menunjukkan bahwa skor

pengetahuan responden mulai signifikan pada post test 1 pada semua

kelompok. Berdasarkan uji chi square ditemukan adanya perbedaan

pengetahuan antara ketiga kelompok pada pengukuran post test 1, pot

test 2 dan post test 3. Dari segi peningkatan skor, yang paling tinggi

peningkatannya adalah kelompok 1. Hal ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh pemberian informasi dengan model cultural terhadap

peningkatan skor pengetahuan responden, untuk lebih jelasnya terterah

pada table 4.3 perubahan skor pengetahuan responden sebelum dan

sesudah intervensi pada setiap kelompok. Untuk lebih jelasnya terdapat

pada table 4.3 perubahan skor pengetahuan responden sebelum dan

sesudah intervensi berdasarkanintra kelompok, serta terterah pada

gambar 4.1 Perubahan skor pengetahuan responden.

Page 159: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

141

Pengetahuan bukan sesuatu sifatnya berhenti akan tetapi

memerlukan proses untuk memperolehnya. Pengetahuan adalah sesuatu

pembentukan yang terus menerus oleh sesorang yang setiap saat

mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman pemahaman baru.

Pengetahuan dalam pandangan konstruktivitas bukanlah fakta dari suatu

kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif

sesorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya.

Pengetahuan menurut Notoatmodjo 2007 merupakan hasil dari tahu

dan ini setelah melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Panca

indra manusia merupakan media mendapatkan pengetahuan. Akan tetapi

secara umum manusia mendapatkan pengetahuan melalui indra

penglihatan (membaca) dan pendengaran. Burhan (1971:83 dalam

Prawoto) mengatakan bahwa pada umumnya orang setiap hari

menggunakan waktu komunikasi 45 % untuk mendengarkan, 30 % untuk

berbicara, 16 % untuk membaca dan 9 % untuk menulis.

Membaca berarti menangkap arti sebuah lambang atau tanda dan

memberi makna. Membaca usaha yang dilakukan seseorang untuk

memahami sesuatu yang mengandung arti. Membaca mengantarkan

sesorang untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam

kehidupan. Setiap orang berbeda cara menangkap dan menyimpan

informasi apa yang dibaca. Perbedaan ini berhubungan dengan

kemahiran membaca. Kemahiran membaca bisa dibagi kemahiran aspek

mekanik atau visual dengan menggerakan mata pada waktu membaca

Page 160: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

142

dan aspek pemahaman berhubungan dengan menangkap isi bacaan.

Aspek mekanik berhubungan dengan indra mata, sedangkan aspek

pemahaman berkaitan dengan otak pembaca.

Mendengar merupakan awal dari penerimaan pesan dari

komunikator. Mendengarkan adalah suatu proses menangkap sesuatu

yang dikaitkan dengan proses mendengarkan. Penelitian diwilayah

pedesaan memberikan ceramah dan modul agar responden mendapatkan

informasi tentang jamban keluarga dengan memaksimalkan indra

penglihatan dengan cara membaca modul dan indra pendengaran dengan

mengikuti cerama atau sosialisasi yang diberikan oleh narasumber.

Pengetahuan atau informasi yang benar tentang suatu objek

adalah hal penting utama untuk membentuk suatu konsep yang benar

terhadap sesuatu sehingga proses perubahan perilaku secara berurutan

dapat terbentuk secara optimal. Notoatmodjo 2005 yang mengatakan

bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri dan

orang lain, dalam kaitannya dengan media.

3. Regulasi

Regulasi merupakan aturan yang digunakan untuk mengendalikan

perilaku manusia atau masyarakat dengan cara pembatasan-pembatasan.

Regulasi ini bisa di terapkan dalam berbagai bentuk seperti regulasi dalam

bidang sosial adalah norma merupakan aturan yang hukumnya mengikat

dan tidak bisa dibantahkan. Biasanya norma-norma yang sudah diajarkan

Page 161: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

143

akan lebih mempererat kehidupan sosial karena biasanya akan

memunculkan sanksi-sanksi yang sudah dibuat apabila melanggar

peraturan yang sudah dibuat. Biasanya sanksi-sanksi ini berupa denda

dalam bentuk uang atau sanksi sosial seperti mengucilkan seseorang

yang melakukan tindakan tidak terpuji.

Data yang diperoleh pada awal penelitian untuk kelompok 1 ada

yang tahu tentang regulasi sebanyak 3 (6,0%) responden dan tidk tahu

47 (94,0 %) responden, sedangkan kelompok 2 dan kelompok 3 sama

sekali tidak tahu tentang regulasi. Setelah dilakukan intervensi maka

kelompok 1 ada 19 (38,0%) responden mengerti tantang regulasi dan 31

(62,0%) responden yang tidak mengerti tentang regulasi. Untuk kelompok

2 setelah intervensi ada 15 (30,0%) responden yang mengerti tentang

regulasi dan 35 (70,0%) responden yang tidak tahu tentang regulasi. Pada

kelompok 3 ada 6 (12,0 %) responden yang tahu tentang regulasi dan 44

(88,0 %) yang tidak tahu tentang regulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan regulasi tentang

jamban menurut responden paling banyak pada kelompok 1 yaitu 19

orang dan paling sedikit pada kelompok 3 yaitu 6 orang. Hasil uji Mc

Nemar menunjukkan bahwa ada perubahan pengetahuan tentang

keberadaan regulasi saat awal pengukuran dengan akhir pengukuran

pada semua kelompok (p<0,05). Pemahaman masyarakat tentang

regulasi rata rata pendidikan responden adalah pendidikan dasar bahkan

Page 162: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

144

ada yang tidak tamat sekolah dasar sehingga mereka tidak bisa untuk

memberikan jawan yang tepat/benar. Untuk lebih jelasnya terlihat pada

table 4.4 tentang pengetahuan keberadaan regulasi pemilikan jamban dan

terlihat pula pada Gambar 4.2 Pengetahuan keberadaan regulasi

pemilikan jamban.

4. Partisipasi

Menurut Mikkelsen (2003: 64),66 partisipasi adalah keterlibatan

masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan sendiri

oleh masyarakat. Selain itu, partisipasi juga diartikan sebagai keterlibatan

masyarakat dalam upaya pembangunan lingkungan kehidupan dan diri

mereka sendiri.

Tujuan Partisipasi.

1. Menciptakan visi bersama

2. Membangun rencana

3. Mengumpulkan gagasan

4. Menentukan prioritas

5. Menjaga Aspirasi

6. Mengumpulkan informas

Page 163: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

145

Peranan Partisipasi Masyarakat

1. Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota

masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan

masyarakat tersebut.

2. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan,

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-

program kesehatan masyarakat. Institusi kesehatan hanya sekedar

memotivasi dan memberikan bimbingan kepada masyarakat.

3. Di dalam partisipasi masyarakat dituntut suatu kontribusi bukan

hanya dalam hal dana atau financial tapi dapat juga berbentuk daya

(tenaga), dan ide (pemikiran).

Nilai-nilai partisipasi masyarakat

1. Partisipasi masyarakat adalah cara yang paling murah.

2. Partisipasi masyarakat akan membuat semua masyarakat untuk

belajar bertanggung jawab terhadap derajat kesehatannya sendiri.

3. Partisipasi masyarakat didalam pelayanan kesehatan adalah

sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari bawah dengan

rangsangan dan bimbingan dari atas, bukan sesuatu yang

dipaksakan dari atas.

4. Partisipasi masyarakat akan menjamin suatu perkembangan yang

langsung, karena dasarnya adalah kebutuhan dan kesadaran

masyarakat sendiri.

Page 164: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

146

5. Melalui partisipasi, setiap anggota masyarakat dirangsang untuk

belajar berorganisasi, dan mengambil peran yang sesuai dengan

kemampuanya masing-masing.

Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat.

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang

terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari

kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai

dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang

berpartisipasi dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa

mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur”

yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang

terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai

peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan

emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.

Pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap

Page 165: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

147

lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan

kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan

seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan

diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi

kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi

dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk

berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang

mapan perekonomian.

5. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan

berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam

lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung

lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan

lingkungan tersebut.

Data yang diperoleh pada awal penelitian untuk kelompok 1 ada

yang tahu tentang partisipasi sebanyak 2 (4,0%) responden dan tidk tahu

48 (96,0 %) responden sedangkan kelompok 2 dan kelompok 3 sama

sekali tidak tahu tentang partisipasi. Setelah dilakukan intervensi maka

kelompok 1 ada 49 (98,0%) responden mengerti tantang partisipasi dan 1

Page 166: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

148

(2,0%) responden yang tidak tahu tentang partisipasi. Untuk kelompok 2

setelah intervensi ada 44 (88,0%) responden yang mengerti tentang

partisipasi dan 6 (12,0%) responden yang tidak tahu tentang partisipasi.

Pada kelompok 3 ada 22 (44,0 %) responden yang tahu tentang

partisipasi dan 28 (56,0 %) yang tidak tahu tentang partisipasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam

kegiatan paling banyak pada kelompok 1 yaitu 49 orang dan paling

sedikit pada kelompok 3 yaitu 22 orang. Hasil uji chi square

menunjukkan bahwa ada perubahan partisipasi masyarakat saat awal

pengukuran dengan akhir pengukuran pda semua kelompok (p<0,05).

Untuk lebih jelasnya terlihat pada table 4.5 perubahan partisipasi

masyarakat sebelum dan sesudah pemberian intervensi dan terlihat pula

pada gambar 4.3 Perubahan partisipasi masyarakat sebelum dan sesudah

intervensi

5. Kemitraan.

Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu,

kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu

tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan

tentang komitmen dan harapan masing masing, tentang peninjauan

kembali terhadap kesepakatan kesepakatan yang telah dibuat, dan saling

berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.

Ada 3 kata kunci dalam kemitraan antara lain :

1. Kerjasama antara kelompok, organisasi, individu.

Page 167: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

149

2. Bersama sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama).

3. Saling menanggung resiko dan keuntungan.

Kemitraan sebagaimana dimaksud UU No. 9 Tahun 1995, adalah

kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan

usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha

menengah atau usaha besar dengan prinsif saling memerlukan, saling

memperkuat dan saling menguntungkan. Pembinaan dan pengembangan

UKM, Koperasi dan Pertanian oleh BUMN dapat berupa pinjaman modal,

penjaminan dan investasi atau pembinaan teknis dalam bentuk hibah

khusus untuk membiayai pendidikan dan latihan, pemagangan, promosi,

pengkajian dan penelitian.

Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok

atau organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan

melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang

berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-

masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila

diperlukan. minimal antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing

pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama maupun

keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling

mengisi sesuai kesepakatan yang muncul. Keinginan dua pihak menjalin

suatu kerja sama pada prinsipnya didasari atas keinginan masing-masing

Page 168: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

150

pihak agar dapat memenuhi kebutuhan usaha satu sama lain (Thoby

Mutis).

Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu,

kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu

tugas atau tujuan tertentu (Notoatmodjo).

Tujuan Kemitraaan

Secara rinci tujuan kemitraan meliputi beberapa aspek, yang

diantaranya yaitu :

a) Tujuan dari Aspek Ekonomi

b) Tujuan dari Aspek Sosial dan Budaya

c) Tujuan dari Aspek Teknologi

d) Tujuan dari Aspek Manajemen

Prinsip Kemitraan

1. Prinsip Kesetaraan (Equity) individu, organisasi atau institusi

yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama

atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai

tujuan yang disepakati.

2. Prinsip Keterbukaan, keterbukaan terhadap kekurangan atau

kelemahan masing-masing anggota serta berbagai sumber daya

yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain.

Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai

berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan

Page 169: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

151

menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara

golongan (mitra).

3. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)Individu,

organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan

memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan

kontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan

menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama

Data yang diperoleh pada awal penelitian untuk kelompok 1 ada

yang tahu tentang kemitraan sebanyak 2 (4,0%) responden dan tidk tahu

48 (96,0 %) responden sedangkan kelompok 2 sama sekali tidak tahu

tentang kemitraan dan kelompok 3 ada 1 (2,0%) yang tahu tentang

kemitraan yang tidak tahu tentang kemitraan adalah 49 (98,0%). Setelah

dilakukan intervensi maka kelompok 1 ada 44 (88,0%) responden

mengerti tantang kemitraan dan 6 (12,0%) responden yang tidak tahu

tentang kemitraan. Untuk kelompok 2 setelah intervensi ada 40 (80,0%)

responden yang mengerti tentang kemitraan dan 10 (20,0%) responden

yang tidak tahu tentang kemitraan. Pada kelompok 3 ada 26 (52,0 %)

responden yang tahu tentang kemitraan dan 24 (48,0 %) yang tidak tahu

tentang kemitraan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang

kemitraan menurut responden paling banyak pada kelompok 1 yaitu 44

orang dan paling sedikit pada kelompok 3 yaitu 26 orang. Hasil uji Mc

Page 170: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

152

Nemar menunjukkan bahwa ada perubahan pengetahuan tentang

kemitraan saat awal pengukuran dengan akhir pengukuran pda semua

kelompok (p<0,05). Untuk lebih jelasnya terlihat pada table 4.6 tentang

perubahan pengetahuan tentang kemitraan dalam pembuatan jamban

dan terlihat pula pada gambar gambar 4.4. Perubahan Pengetahuan

tentang kemitraan

Temuan di lapangan.

1. Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan,

sebab tanpa komunikasi tak kan pernah terjadi pertukaran ide

ataupun gagasan mengenai banyak hal. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Everet M.Rogers, bahwa komunikasi adalah

proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu

penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah

laku.105. Komunikasi didefinisikan sebagai usaha penyampaian

pesan antar manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi

minimal terdiri dari 3 (tiga) unsur antara lain :

a. Pengirim (komunikator)

b. Penerima (komunikan)

c. Pesan

2. Kultural

Kultural adalah suatu pola hidup menyeluruh. Yang bersifat

kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek kultural turut

menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur kultural ini terbesar

Page 171: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

153

dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Oleh karena itu kita

sebagai warga negara Indonesia yang dikenal dengan kaya akan

kultural, harus menjaga dan melestarikan kultural Indonesia.

Masyarakat Indonesia terdiri atas aneka ragam suku bangsa,

agama, dan ras. Keadaan geografis Indonesia yang terdiri atas

beribu-ribu pulau. Keadaan lingkungan alam yang berbeda-beda

pada wilayah kepulauan Indonesia sehingga menimbulkan

keanekaragaman kehidupan ekonomi.

Resiko terbesar dari dampak perubahan kultural atas kesehatan

dialami mereka yang rentan lokasi geografisnya atau paling rentan

tingkat sumber daya sosial dan ekonominya.

3. Komunikasi Kultural.

Pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

istiadat,dan lain kemampuan kemampuan serta kebiasaan

kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota

masyarakat.

4. Sasaran

Peradaban atau perubahan yang dilakukan oleh responden

terhadap kepemilikan jamban keluarga dan sekaligus

menggunakannya.

5. Lingkungan

Page 172: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

154

Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan mahluk hidup termasuk didalamnya manusia dan

perilakunya yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

6. Infrastruktur dan stimulant

Infrastruktur adalah kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem

struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sebagai layanan

dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi

dengan baik. Infrastruktur sama saja dengan prasarana yaitu

segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses.

Stimulus adalah suatu yang menjadi cambuk bagi peningkatan

prestasi atau semangat bekerja atau pendorong, penggiat dan

perangsang.

7. Perubahan

Selama melakukan penelitian yang dimulai dengan pre test hingga

post test pada kelompok 1, 2 dan 3 pada umumnya di tingkat

pengetahuan tentang kepemilikan jamban semua kelompok dapat

berubah.

8. Memiliki dan menggunakan jamban.

Hasil penelitian tentang kepemilikan jamban ada perubahan pada

saat melakukan pengukuran awal pada kelompok 1 dan kelompok

2 ada peningkatan/penambahan jumlah jamban sedangkan

Page 173: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

155

kelompok 3 tetap tidak ada penambahan jamban. Setelah

dilakukan sosialisasi mengenai jamban maka mereka sadar dan

mengerti tentang dampak bahayanya kalau tidak memiliki jamban

dan tidak digunakan. Begitupun juga responden yang menerima

modul menyadari bahwa betapa bahayanya kalau kita tidak

memiliki jamban keluarga, dan mereka sudah menggunakannya

setelah peneliti memantau pada saat akhir penelitian di lokasi

penelitian.

Setelah selesai intervensi awal maupun akhir tentang kepemilikan

dan penggunaan jamban keluarga, maka dilakukan pendekatan

untuk mendapatkan informasi dari responden mengenai

penambahan jamban, responden memberikan gambaran bahwa

setelah menerima ceramah dan modul dan selama ini kami tidak

pernah menghadiri penyuluhan olehnya itu kami sangat

terpengaruh pada saat mengikuti ceramah. Kami lebih cepat

mengerti pada saat ceramah atau tatap muka secara langsung

dibandingkan dengan menggunakan modul.

Pada dasarnya bahwa masyarakat di Desa Rompu adalah

mayoritas pendidikanya sangat rendah (tamat SD) sehingga perlu

memberikan informasi secara langsung karena mereka dapat

tersentuh pada saat diberikan ceramah atau modul. Disisi lain

tingkat pendapatan atau factor ekonomi sangat rendah pula.

Begitupun juga tingkat pekerjaan bahwa rata rata responden

Page 174: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

156

bahkan masyarakat di Desa Rompu 100 % pekerjaannya adalah

petani sehingga penghidupannya sangat rendah dibandingkan

dengan desa lainnya. Masyarakat di Desa Rompu sangat aktif

dalam kegiatan kemasyarakatan dan 100 % beragama Islam

sehingga kegiatan keagamaan selalu diadakan, disitulah tempat

yang perlu diberikan motivasi dan diberikan pemahaman atau

berupa ceramah. Terlihat pada saat dilakukan pre test hasilnya

sangat rendah. Setelah dilakukan ceramah dan diundang

masyarakat sebagai responden, maka dilakukan post test

(intervensi) terhadap responden dan diberikan kusioner untuk di

jawab dan mereka dapat menjawab sesuai dengan apa yang

mereka dapatkan pada saat mengikuti ceramah. Mereka

memberikan masukan dan saran untuk kegiatan selanjutnya agar

kiranya kami diberikan suatu pemahaman dengan menggunakan

media dan memberikan penyuluhan atau ceramah untuk

memudahkan mereka lebih bisa melakukan apa yang diinginkan.

Pada saat akhir penelitian yang dilakukan maka peneliti memantau

keadaan responden yang telah mengikuti ceramah dan pemberian modul,

maka ada penambahan jamban keluarga sebanyak 12 responden pada

kelompok 1 dan kelompok 2 sedangkan kelompok 3 tidak ada perubahan

karena kelompok kontrol yang tidak diberikan apa apa baik itu ceramah

maupun pemberian modul. Adapun alasan membuat dan menggunakan

jamban keluarga disebabkan karena adanya budaya siri (perubahan

Page 175: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

157

perilaku). Masyarakat di Desa Rompu adalah mayoritas Suku Bugis yang

dikenal menjunjung rasa persaudaraan dan rasa hormat antar tetangga,

dan Bugis memiliki masyarakat yang ramah, bersahabat dengan orang

luar. Masyarakt Bugis adalah salah satu masyarakat yang kompleks, rasa

saling mengsuport adalah hal yang unik dari masyarakat Bugis (Christian

Pelras).

Persaudaraan adalah kunci dari aspek seluruh masyarakat, hal

tersebut merupakan bentuk perhatian yang paling utama bagi

anggotamasyarakat yang merupakan struktur yang bersifat standar pada

Bugis. Kasus yang bisa di temukan pada Bugis, sebuah prinsip

kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hal yang penting dan agar

bisa salin memahami bagaimana keterkaitan berbagai aspek di

masyarakat dalam proses perkawinan.

Budaya siri yang dimaksud oleh responden adalah merubah faktor

kebiasaan atau perlakuanya yang tadinya menggunakan jamban secara

terbuka atau buang air besar sembarangan tanpa menggunakan

pelindung, sehingga setelah mengikuti ceramah dan diberikan

pemahaman oleh responden mengenai akibat atau dampak penyakit yang

ditimbulkan oleh tinja seperti diare, sakit perut maka responden punya niat

akan membuat jamban untuk menghindari penyakit tersebut. Responden

yang tidak memiliki jamban akan terkena penyakit tersebut. Disisi lain

bahwa responden telah menyadari bahwa ini merupakan perlakuan yang

Page 176: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

158

tidak baik (etika) apabila kita membuang air besar di tempat terbuka atau

sembarangan (sungai).

Selain itu dengan adanya Peraturan Pemerintah dan Peraturan

Daerah responden atau masyarakat dapat mengerti sehingga responden

membuat dan menggunakan jamban keluarga di dalam rumah masing

masing. Disinilah letaknya masyarakt di Desa Rompu telah mengatakan

“Mokamo mijamba dio wai natiro tiro ki tau lendu” mereka tidak mau

lagi buang air besar di sungai karena terlihat setiap orang lewat dapat

melihatnya pada saat mereka buang air besar di sungai.

Perubahan bisa terjadi setiap saat dan merupakan proses yang

dinamik serta tidak dapat dielakan. Berubah berarti beranjak dari keadaan

yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada

dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan dan

kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan

pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implisit dan eksplisit atau

bersifat tertutup dan terbuka.

Perubahan perlu ada langkah langkah yang ditempuh sehingga

harapan atau tujuan akhir dari perubahan dapat tercapai (Roger) antara

lain, awareness, interest, evaluation, trial, adoption.

Page 177: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

159

Page 178: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

159

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasar analisis data, pembahasan dan uji hipotesis yang dilakukan

dibuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada perubahan pengetahuan responden sebelum dan sesudah

dilakukan pre test dan post test, kepemilikan jamban keluarga ada

penambahan setelah dilakukan inetervensi sehingga keluarga dapat

menggunakan jamban keluarga akibat mengikuti ceramah dan

pemberian modul.

2. Pemberian ceramah dan modul meningkatkan pengetahuan

responden tentang regulasi kepemilikan jamban

3. Pemberian ceramah dan modul meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam kegiatan kemasyarakatan

4. Pemberian ceramah dan modul meningkatkan pengetahuan

responden tentang kemitraan bersama pemerintah dan swasta untuk

memiliki jamban keluarga.

5. Perubahan kepemilikan jamban dipengaruhi oleh factor kesadaran,

perasaan minat,tujuan dan langkah dalam melakukan perubahan

dengan kondisi dan situasi yang dimiliki oleh responden.

6. Perubahan perilaku ditentukan oleh adanya factor kebiasaan oleh

responden yang tidak memiliki jamban keluarga menjadi memiliki

jamban keluarga

Page 179: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

160

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Perlunya masyarakat mendapat informasi tentang jamban keluarga

dari pihak pemerintah maupun pihak swasta dalam bentuk komunikasi.

2. Perlunya pemerintah desa membuat regulasi yang mengatur tentang

kepemilikan jamban keluarga tiap rumah

3. Agar masyarakat dapat aktif dalam bentuk partisipasi masyarakat

untuk meningkatkan kepedulian kepemilikan jamban keluarga di setiap

rumah.

4. Agar pemerintah membanguan kemitraan dengan pihak lain untuk

meningkatkan kepemilikan jamban keluarga.

Page 180: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

161

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Kumar and Anshu Taunk, 2010 “A study of sanitation of toilets in elementary and senior secondary schools located in rural areas of Uttarakhand state in India”, Delhi High court, India Adrian Holliday,Martin Hyde,and John Kullman 2004 “Intercultural Communication”, Francis. Agustina Dorce Rabungan,2016 “Hubungan Antara Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Dengan Pemanfaatan Jamban Keluarga Di Desa Palesan Kecamatan Rembon KABUPATEN TANA Toraja” STIK Tamalatea Makassar Alo Liliweri, 2013 “Dasar dasar Komunikasi Kesehatan” Pustaka Pelajar Yogyakarta. Albino R.Shaidullina,2015 “The Curriculum Project on professional and pedagogical teackher communication culture formation”, Mediterranean journal of social sciences MCSER Publishing,Rome, Italy Alireza Hazrati, 2015 “Intercultural communication and discourse analysis: The case of Aviation English”, Payame Noor University, Tahran, Iran. Amparo Garcia-Carbonell,2006 “Budaya dan Komunikasi” Universidad Politecnica de Valencia,Spanyol Anhari Achadi (2008) “Regulasi Pengendalian Masalah Rokok di Indonesia”, Jurnal Kesmas Nasional Vol.2 No.4, Februari 2008. Arni,Dr.Muhammad,2002 “Komunikasi Organisasi”, PT.Bumi Aksara. Armaidi Darmawan,(2016) “Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular”,FKIK Universitas Jambi. Arianti Ayu Puspita,Agus Sachari,Andar Bagus Sriwarna,(2016) “Dinamika Budaya Material pada Desain Furnitur Kayu di Indonesia”, ITB Bandung. Atmdaji Sutikno,Galih Dianing Fitri (2016) “Studi Kemitraan SMK Dengan Dunia Usaha Dan Industri(Studi Kasus Di SMK PGRI 3 Malang)”, Malang.

Page 181: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

162

Azwar, 2000, “Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan”, Mutiara Sumber Widya Press, Jakarta. Beamer dan Varner 2008, “Communication Studies”, Jurnal Antropologi Sosial Budaya Etnovisi Vol. II No.1 Bakrie Abbas 2007, “Komunikasi Internasional Peran dan Permasalahannya,” Edisi 1 Jakarta Yayasan Kampus Tercinta ISIIP. Bernd Kupka and Andre Everett,2007 “The Rainbow Model of Intercultural Communication Competence: A Reveier and Extencion of Existing Research”, University of Otago . Brian H.Spitzberg,1989 “A Model of Intercultural Communication Competence”, Diego State University. Bridget Tombleson,Katharina Wolf,2016 “Rethinking the sircuit of cultural:How participatory cultural has transformed cross-cultural communication”, Curtin University,Parth,GPO Box U1987 WA 6845 Australia. Billyardi Ramdhan,dkk 2015 “Perspektif Kultural Pengelolaan Lingkungan pada Masyarakat Adat Cikondang Kabupaten Bandung Jawa Barat”, IPB Bogor Budi Wiratno,(2016) “Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan”,Pascasarjana Universitas Surakarta. Cangara Hafid, 2003 “Pengantar ilmu komunikasi” Raja Grafindo Persada, Jakarta Chaterine Setiawan, Suzy Azeharie, (2017) “Studi Komunikasi Antarpribadi Dengan Orang Tua Tiri”, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara. Chandra, 2006, “Pengantar Kesehatan Lingkungan”. Kedokteran EGC, Jakarta. Christian Pelras, 1984 “The Bugis “ Blackwell Publishers. Dermawan, A.C., dan Setiawati, S. (2008). “Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan”. Jakarta: Trans info media. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. 2015. “Profil kesehatan Sulawesi selatan tahun 2008”. Dinkes Sulsel, Makassar

Page 182: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

163

Dean S Ghosh A,Cumming,O (2013) “Open defecation and childhood stunting in India”. An Ecological analysis of new data from 112 districts plos one September 2013 vol. 8 Issue 9 e73784;10 page. Deddy Mulyana 1994,”Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” Edisi 1 Bandung Remaja Rosdakarya. Deddy Mulyana,2014 “Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang orang Berbeda Budaya”, PT.Remaja Rosdakarya Bandung. Decky Ferdiansyah,(2016) “Metode Pendekatan Keluarga, Terobosan Baru Dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia”, Bappeda Provinsi Lampung. Dwi Agung Nugroho Arianto,Syamsul Arifin,(2016) “Pengaruh Usia Pendidikan dan Budaya Terhadap Kepatuhan Lalulintas di Wilayah Hukum Polres Jepara”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNISNU Jepara. Darmina,Hartati Bahar,Sabril Munandar,(2016)”Pola Makan Dan Pola Pencarian Pengobatan Ibu Hamil Dalam Perseps Budaya Suku Muna Kabupaten Muna”,Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari Devi Asiati dan Nawawi 2016 “Kemitraan di Sektor Perikanan Tangkap,Strategi untuk kelangsungan Usaha dan Pekerjaan, Jurnal Kependudukan Indonesia, Edi Santoso, Mite Setiansah, 2012 “Teori Komunikasi” Graha Ilmu Yogyakarta. Erlinawati Pane, 2009, “Pengaruh Perilaku Keluarga Terhadap Penggunaan Jamban”, Kesmas Elisabeth Tarigan, 2007, “Factor factor yang mempengaruhi partisipasi keluarga dalam penggunaan jamban di Kota Kabanjahe”, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Eike M.Rinke,Maria Roder,2011 “Media Ecologies,communication culture, and temporal-spatial unfolding:Three components in a communication model of the Egyptian Regime Change”, University of Mannheim. Edlira Cerkezi,Alba Dumi,Evis Celo,Enida Pulaj,2013 “Intercultural communication, innovations and standardization of cultural identity in teaching method”, University Albnia.

Page 183: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

164

Fefi Nurdiana Widjayanti,Muhammad Rizal,(2016) “Sistem Kemitraan Dalam Usaha Tani Peternakan Ayam Broiler Di Kabupaten Jember”,Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiya Jember. Gabriella,2008 “Pendekatan Teoritis unruk Komunikasi antar Budaya”, University Pertahanan Nasional Miklos Zrinyi Budapest, Hungaria Harsono Suwardi, 1999 “Komunikasi Dalam Organisasi” Jakarta LPPM UI. Holly B. Shakya, dkk,2014, “Association Between Social Network Communities and health Behavior An Observasional Sociocentric Network Study of Latrine Ownership in Rural India”, Am. J, Public health Haerul,Haedar Akib,Hamdan,(2016) “Implementasi Kebijakan Program Makassar Tidak Rantasa (MTR) di Kota Makassar”, UNM Makassar. Habibi, Nurdiyana, Surahmawati, Nurul Chaerunnisa, (2017) “Gambaran Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Fungsi Manajemen Pada Program Pengendalian Penyakit Menular (P2M) di Puskesmas Tamangapa Makassar”, FKIK UIN Alauddin Makassar. Ikhsan Ibrahim,dkk, 2012, “Factor factor yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban di Desa Pintu Langit Jae Kec. Padangsidimpuan Angkola Juku”, Universitas Sumatera Utara Medan Judith N.Martin/Thomas K.Nakayama,2010 “Intercultural Comunication in Contexts”, Arizona State Univercity/Nortfteastern Univercity. Jung Won Ahn PhD,2017 “Struktural Equation Modeling of cultural competence of nurses caring for foreign patients”,Departemen of Nursing Chung Ang University Soul Korea. Junios, Rina,2014 ”Pengaruh Pemberian Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tentang Teknik Mencuci Tangan Terhadap Pengetahuan Mencuci Tangan di SD N 55 Batang Piarau Lubuk Basung Kabupaten Agam” STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Koentjaraningrat 1997, “Pengantar Antropologi II”, Rineka Cipta Jakarta. Kokarevich M.N,2015 “Model of tolerance of intercultural communication”, National ResearchTomsk Polytechnic University Rusia.

Page 184: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

165

KARTINI,2014 “Pengaruh Edukasi Dalam Kelas Ibu Hamil Terhadap Pertumbuhan Janin Dalam Kandungan Di Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara” PPs.Unhas

Lidia Widia (2017) “Hubungan Antara Kemitraan Bidan dan Dukun Dalam Program Jamkesda Dengan Peningkatan Persalinan Di Tolong Oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Batulicin I Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu”,Jurnal Darul Azhar Vol.2No.1 Agustus2016. Marylin SJ,2016, “Pendekatan Ekletik Holistik Untuk Mengurangi Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS)”, Surabaya 2016 Mark Conner and Paul Norman 2005, “Predicting Health Behaviour”, New York. Murwati M (2012) “Faktor Host dan Lingkungan yang memepengaruhi perilaku buang air besar sembarangan (Open Defecation).” Tesis Prodi Magister Epidemiologi Semarang, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

Maria Claudia Cuc,2014 “Development of a Communikation system for capitalizing cultural diversity” Babes Bolyai University, Fakulty Psychology and Sciences of Education,Romania. Mardewi Wahyuningsih, “Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat” FISH, UNESA

Maulana Arif,2012 “Pengembangan Komunikasi Perlu Dikembangkan”, http:/www.unpad.ac.id/2012/10 Miftahul Munir,Ujianto,Slamet Riyadi,(2016) “Pengaruh Karakteristik Individu, Self Efficacy Dan Team Work Terhadap Komitmen Dan Produktifitas Kader Kesehatan Di Kabupaten Tuban”, Provinsi Jawa Timur. M.Yusuf,(2016) “Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia” FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh. M.Isnain Umasangaji,(2016) “Partisipasi Masyarakat Pada Program Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur”, Jurnal Holistik Muhammad Sugianto,Amrul Djana,Abdullah Ismail,(2016) “Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kemitraan di Desa Koloray

Page 185: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

166

Kabupaten Pulau Morotai”,FISIP Universitas Muhammadiyah Maluku Utara. M.Wawan Kurniawan,Purwanto,S.Sudarno,(2013) “Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra UMKM Batik Yang Berkelanjutan di Kabupaten Sukoharjo”,Pascasarjana UNDIP Semarang. Notoatmojo Sukidjo, 2003 “Pendidikan dan Perilaku Kesehatan” Rineka Cipta, Jakarta Nova Maulana 2014 “Sosiologi dan Antropologi Kesehatan”, Nuha Medika Yogyakarta. Notoatmojo Soekitdjo 2012,”Ilmu Kesehatan Masyarakat”,PT. Rineka Cipta,Jakarta. Noor Ariyani,Anggorowati,(2017) “Komunikasi Efektif Dalam Kualitas Pelayanan” Universitas Diponegoro Semarang Indonesia. Nia Erfina,(2017) “Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Desa Separi Kecamatan Tenggarong Seberang”, FISIP Universitas Mulawarman. Normina (2016) “Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan”, STIA Al-Washliyah Barabai. Onong Uchjana Effendy, 2007 “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” Remaja Rosdakarya Bandung. Program Pascasarjana, 2015 “Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Edisi 4”, Universitas Hasanuddin Makassar.

Profi Kesehatan 2015, “Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara” Masamba 2016. Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang “Sanitasi Total Berbasis Masyarakat” Depkes RI, Proverawati, 2012 “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”, Nuha medika Yogyakarta. Peraturan Pemerintah RI No. 66/ 2014 “Kesehatan Lingkungan” Kementrian Kesehatan Jakarta 2015. Ridwan Aang, 2016, “Komunikasi Antarbudaya” CV. Pustaka Setia Bandung.

Page 186: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

167

Rahma Ayu Febrianti, Surya Dharma, Evi Naria,2012 “Factor factor yang berhubungan dengan penggunaan jamban keluarga dan kejadian diare di Desa Tulang Sembilar Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara”, PPs.FKM Universitas Sumatera Utara. Ribka Sembiring, 2015 “Faktor factor yang berhubungan dengan penggunaan jamban keluarga di Desa Pegagan Julu III Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi”, FKM Universitas Sumatera Utara. Rita Indrayati,2013 “Faktor factor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Tilihakan Hulu Kab. Indragiri Hilir”, PPs.UT Jakarta. Reny Cahyani dan Dian Rahmawati.2015 “Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi Permukiman Kelurahan Putat Jaya Kota Surabaya”,ITS Surabaya

Rulyana,Gema, 2012 “Kenapa Manusia Berkomunikasi” http:/gemarullyana.blogspot.com Rizqy Amelia,R.Topan Aditya Rahman,Wenny Widitria, (2016) “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS (ABCDE) Di Kelas XI SMK Negeri 3 Banjarmasin, STIKES Sari Mulia Banjarmasin. Redi Panuju,(2017) “Pengawasan Iklan Pelayanan Kesehatan Tradisional di Televisi, Universitas dr.Soetomo Indonesia. Ryanti Tiballa,(2017) “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Swatga Bara Kabupaten Kutai Timur”, FISIP Universitas Mulawarman.

Rudi,Lukman Hakim,Ansyari Mone,(2017) “Kemitraan Pemerintah Dengan Asita Dalam Promosi Kunjungan Wisata Di Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan”, Universitas Muhammadiyah Makassar. Sadiman, A.S., dkk. 2009. “Media pendidikan pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya” Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sztompka Piotr,2011, “Sosiologi Perubahan Sosial”, Prenada Media Group, Jakarta.

Page 187: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

168

Setiadi Elly.M, dkk, 2011, “Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya”, Prenada Media Group, Jakarta. Soekanto Soerjono, 1990, “Sosiologi Suatu Pengantar”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Slamet Sumirat, 2002, “Kesehatan Lingkungan” Gajah Mada Universyti Press, Yogyakarta.

Sutedjo, 2003 “Analisis Perilaku Masyarakat dalam penggunaan jamban keluarga pada dua desa di Kabupaten Rembang” PPs.UNDIP Semarang. Selcuk Yake,Fatih Semercioz,2016 “Relationships between personality traits, cultural intelligence and intercultural communication competence” Istanbul University Turkey.

Simon Kirby,Monica Tamariz,Hanna Cornish,Kenny Smith,2015 “Compression and communication in the cultural evolution of linguistic structure”, School of Psychology University of Stiring United Kingdom Sri Rezki Yanti 2017 “Understanding Intercultural Communication (Kontak Yang Tidak Bisa Dihindari)”, PPs.FISIP Universitas Hasanuddin. Syamsu Rijal,(2017) “Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Makassar”, Fakultas Kehutanan Unhas. Shara Dewi Lutfi Amri,(2016) “Persepsi Masyarakat Tentang Kesenian Kuda Lumping Dwi Tunggal Budaya Dalam Pelestarian Budaya Nusantara di Dusun Silo Desa Tegalsari Kecamata Bruno Kabupaten Purworejo”, FKIP Universitas PGRI Yogyakarta. Sukada,dkk 2007, “CSR for Better Life Indonesian Context Membumikan Bisnis Berkelanjutan Memahami Konsep dan Praktik Tanggungjawab Sosial Perusahaan Jakarta Indonesia Bisnis Link. Tjiptoherijanto Prijono,dkk, 1994, “Ekonomi Kesehatan”, Rineka Cipta Jakarta. Taufik Rihatno,Yufiarti,Sri Nuraeni,(2017) “Pengembangan Model Kemitraan Sekolah Dan Orang Tua Pada Pendidikan Anak Usia Dini”, Universitas Negeri Jakarta.

Page 188: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

169

Undang undang no 36 tahun 2009 tentang “Kesehatan” Wirawan IB, 2011, “Teori Teori Sosial”, Kencana Prenada Media Group Jakarta. Willia B.Gudykunst “Comunicating With Straners”,California State University, Fullerto. Yasemin Afacan,2014 “Public toilet:an exploratory study on the demends, needs, and expectation in Turkey,” Departemen of Interior architecture and environmental Univercity Turkey. Zikri Fachrul Nurhadi 2015 “Teori komunikasi dalam perspektif penelitian kualitatif ” Ghalia Indonesia Bogor.

Page 189: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

170

Kusioner Responden

Komunikasi Kultural Terhadap Kepemilikan Jamban Keluarga Di Desa Rompu Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nomor Sampel/Rumah : ……………………………

2. Alamat Responden : ……………………………

a. Dusun : ……………………………

b. Desa : ……………………………

3. Nama Responden : ……………………………

4. Umur : ……………………………

5. Jenis Kelamin : ……………………………

6. Pendidikan : ……………………………

7. Pekerjaan : ……………………………

8. Agama : ……………………………

9. Jumlah Anggota Keluarga : …….. Orang

B. KEPEMILIKAN JAMBAN

1. Apakah bapak/ibu memiliki jamban keluarga a. Ya b. Tidak

2. Jika ya, milik siapa

a. Milik sendiri

b. Milik tetangga

c. Milik Pemerintah

3. Jenis jamban apa yang bapak/ibu miliki ?

a. Wc Jongkok/Leher angsa

b. WC Cemplung

4. Jika tidak memiliki jamban, apa alasan bapak/ibu

a. Tidak ada biaya

b. Masih ada sungai

c. Tidak tahu

Page 190: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

171

C. PENGGUNAAN JAMBAN

1. Apakah jamban yang bapak/ibu miliki dapat digunakan ?

a. Ya b. Tidak

2. Bila tidak, dimanakah bapak/ibu membuang hajat selain di

jamban/wc ?

a. Kebun

b. Sungai

c. Pekarangan

3. Apakah jamban/wc bapak/ibu selalu dibersihkan

a. Ya selalu

b. Kadang kadang

c. Tidak pernah

4. Jika jamban/wc digunakan, berapakali dibersihkan dalam

sebulan

a. Seminggu sekali

b. Dua minggu sekali

c. Sebulan sekali

D. PENGETAHUAN RESPONDEN

1. Pernakah bapak/ibu mendengar tentang jamban /wc

a. Pernah b. Tidak pernah

2. Jika tidak pernah, apakah Bapak/Ibu berkeinginan untuk

mengetahui tentang jamban/wc ?

a. Ya, ingin b. Tidak ingin

3. Dimanakah bapak/ibu tahu tentang jamban/wc

a. TV,radio

b. Petugas Kesehatan

c. Tetangga/teman

4. Menurut bapak/ibu, apa yang dimaksud jamban/wc

a. Tempat buang air besar dan air kecil

b. Sebagai tempat mandi dan mencuci

c. Tidak tahu

Page 191: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

172

5. Apakah bapak/ibu tahu manfaat jamban

a. Tahu, sebutkan ………………………………

b. Tidak tahu

6. Apakah bapak/ibu tahu jenis penyakit yang biasa ditularkan

melalui tinja ?

a. Tahu, sebutkan ……………………………

b. Tidak tahu

7. Darimanakah bapak/ibu tahu tentang penyakit melalui tinja?

a. Surat kabar/Televisi

b. Penyuluhan dari petugas kesehatan

c. Mendengar dari teman/tetangga

d. Tidak tahu

8. Apakah bapak/ibu bisa menjelaskan bagaimana tinja bisa

mencemari sumber air minum dan makanan ?

a. Bisa, jelaskan …………………………

b. Tidak bisa

9. Apakah bapak/ibu tahu jarak jamban yang baik dari sumber

air minum :

a. Tahu, sebutkan ……… meter

b. Tidak tahu

10. Apakah bapak/ibu tahu jamban/ wc yang sehat.

a. Tahu, sebutkan ………………………

b. Tidak tahu

E. PERATURAN (REGULASI)

1. Apakah di desa ini ada peraturan kepemilikan jamban/wc

a. Ada b. Tidak ada

2. Jika ada, bagaimana bentuk peraturan mengenai

kepemilikan jamban/ wc,

a. Tertulis b. Tidak tertulis

Page 192: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

173

F. PARTISIPASI

1. Apakah ada partisipasi di desa ini

a. Ada b. Tidak ada

2. Bagaimana bentuk partisipasi di desa ini

a. Gotong royong b. Motivasi

3. Siapakah yang menggerakan partisipasi masyarakat di desa

a. Tokoh Masyarakat

b. Kepala Desa

c. Diri Sendiri

G. KEMITRAAN

1. Apakah di desa ini ada kemitraan ?

a. Ada b. Tidak ada

2. Jika ada, bentuk kemitraan apa yang ada di desa ini,

Sebutkan ………………………

H. Kultural.

1. Membuang tinja di sungai itu adalah lebih baik

a. Ya b. Tidak

2. Membuang tinja di sungai bukan masalah, sehingga tidak

perlu membuat jamban/wc

a. Ya b. Tidak

3. Agar tidak terkena penyakit, dianjurkan untuk membuang

tinja di jamban/wc

a. Ya b. Tidak

4. Setiap rumah harus memiliki Jamban/wc.

a. Ya b. Tidak

5. Semua anggota keluarga menggunakan jamban/wc

a. Ya b. Tidak

Page 193: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

174

Kusioner Wawancara Penambahan Jamban Keluarga

1. Selama ini dimana keluarga bapak/ibu buang air besar ?

a. ………………………………..

b. ………………………………..

c. ………………………………..

2. Apakah alasan bapak/ibu membuat jamban ?

a. ………………………………..

b. ………………………………..

c. ………………………………..

3. Apakah tujuan bapak/ibu membuat jamban ?

a. ………………………………..

b. ………………………………..

c. ………………………………..

4. Apakah bapak/ibu tahu manfaat jamban ?

a. ………………………………..

b. ………………………………...

c. …………………………………

5. Penyakit apakah yang dapat ditimbulkan tinja bila BAB

sembarang tempat ?

a. ………………………………..

b. ………………………………..

c. ………………………………..

Page 194: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

175

Page 195: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

MODUL

MODUL

JAMBAN KELUARGA

PROGRAM DOKTOR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

Page 196: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

MODUL

JAMBAN KELUARGA

Penyusun:

Prof. Dr. dr. H. Muh. Syafar, MS

Dr. Darmawansyah, SE.,MS

Andi Yusuf, SKM, M.Kes

Editor & Layouter :

Junaedy

Ada 3 konsep dalam membangun kemitraan

kesehatan :

1. Kemitraan lintas program dilingkungan sector

kesehatan sendiri, Direktorat Promosi

Kesehatan, Kesehatan Keluarga, P2M,

Lingkungan, Gizi dan sebagainya.

2. Kemitraan lintas sector di lingkungan instansi

pemerintahan, Departemen Kesehatan ,

Pendidikan Nasional, Pertanian, Kehutanan, dan

sebagainya.

3. Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas

program, lintas sector, lintas bidang dan lintas

organisasi yang mencakup :

a. Unsur pemerintah

b. Unsur dunia usaha (bisnis)

c. Unsur LSM dan organisasi massa

d. Unsur organisasi profesi.

24 ii

Page 197: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

Untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan

pada hal hal berikut :

1. Kesamaan perhatian (common interest) kepentingan.

2. Saling mempercayai dan saling menghormati

3. Tujuan yang jelas dan terukur

4. Kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga,

maupun sumber daya yang lain

23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan

karunianya-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan modul jamban

keluarga ini. Modul ini bertujuan untuk

memberikan informasi kepada kepala keluarga

tentang kepemilikan jamban keluarga agar

dapat menggunakan jamban yang sehat.

Penyusun

iii

Page 198: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

IDENTITAS RESPONDEN

Nama Kepala Keluarga : ……………………….....

Tempat/Tgl. Lahir : ………………………….

Agama : ………………………….

Pendidikan :………………………….

Pekerjaan : ………………………….

Alamat Rumah : ……………………………

Desa/Kelurahan : ……………………………

Kecamatan : ……………………………

Kabupaten/Kota : ……………………………

iv 22

Model Kemitraan

1. Model kemitraan yang paling sederhana

adalah dalam bentuk jaring kerja

(networking) atau seing juga disebut

building linkages.

2. Kemitraan model ini lebih baik dan solid,

masing masing anggota(mitra)

mempunyai tanggungjawab yang lebih

besar terhadap program atau kegiatan

bersama.

Page 199: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

Daftar Isi

Pendahuluan

Tujuan Penyusunan Modul

Peta Konsep

Dasar Hukum

Pengertian

Model Jamban

Bentuk Kepedulian Masyarakat

v

Ada 3 kata kunci dalam kemitraan antara lain :

1. Kerjasama antara kelompok, organisasi,

individu.

2. Bersama sama mencapai tujuan tertentu

(yang disepakati bersama).

3. Saling menanggung resiko dan

keuntungan.

Mengingat kemitraan adalah bentuk kerja

sama atau aliansi, maka setiap pihak yang

terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri

untuk bekerja sama, dan melepaskan

kepentingan masing masing, kemudian

membangun kepentingan bersama.

21

1 2 3 4 5

13

14

Page 200: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

PENDAHULUAN

Berbagai jenis jamban yang dapat digunakan di daerah

pedesaan disajikan dalam bentuk gambar yang disertai

dengan kelebihan, kekurangan, lama pemakaian dan

perkiraan bahan yang diperlukan. Format penyajian disusun

untuk mempermudah pemilihan opsi bangunan dan

pembahasan preferensi warga desa (yang bergantung pada

keinginan dan kemampuan mereka untuk membayar). Setelah

pilihan dibuat maka manual konstruksi jamban dapat

digunakan untuk mengetahui langkah-langkah pembangunan

konstruksi secara terperinci, kebutuhan bahan dan

sebagainya.

Modul ini bertujuan untuk membantu setiap yang

berminat dan bekerja dalam bidang kesehatan khususnya

sanitasi, dan peningkatan pengetahuan dan kemampuan

tentang opsi jamban, menciptakan permintaan sanitasi, dan

mengupayakan realisasi konstruksi jamban. Penggunaan

modul ini meliputi aparat pemerintah, LSM, tokoh agama,

tokoh masyarakat dan organisasi pemuda memungkinkan

masyarakat yang layak secara teknis dan terjangkau.

1

C. Kemitraan

Kemitraan adalah suatu kerjasama

formal antara individu-individu, kelompok-

kelompok, atau organisasi-organisasi

untuk mencapai suatu tugas atau tujuan

tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada

kesepakatan tentang komitmen dan

harapan masing-masing, tentang

peninjauan kembali terhadap kesepakatan

kesepakatan yang telah dibuat, dan saling

berbagi, baik dalam resiko maupun

keuntungan yang diperoleh.

20

Page 201: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

Tujuan Penyusunan Modul

Memberikan informasi sarana jamban sehat sehingga membatasi terjadinya kontaminasi.

Membantu masyarakat dalam mengenali sarana jamban sehat yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.

Sebagai alat bantu komunikasi dalam pemilihan teknologi sarana jamban

2

Manfaat Partisipasi Masyarakat adalah :

a. Partisipasi memperluas basis pengetahuan

dan representasi

b. Partisipasi membantu terbangunnya

transparansi komunikasi dan hubungan-

hubungan kekuasaan di antara stakeholders.

c. Partisipasi dapat meningkatkan pendekatan

interaktif dan siklikal dan menjamin bahwa

solusi didasarkan pada pemahaman dan

pengetahuan lokal.

d. Partisipasi akan mendorong kepemilikan lokal,

komitmen dan akuntabilitas.

e. Partisipasi dapat membangun kapabilitas

masyarakat dan modal sosial.

19

1

2

3

Page 202: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

PETA KONSEP

BentukKepedulianM

asyarakat

Model

JambanSehatdanJam

banLokal

Faktor yang

berpengaruhpadaJa

mbanKeluarga

Modul

PengertianJamban

TujuanPenyusunanM

odul

DasarHukumJamban

3

Partisipasi Masyarakat dapat diwujudkan dalam

4 M yaitu :

1. Manpower(tenaga),

2. Money(uang),

3. Material(benda-benda lain), dan

4. Mind(ide atau gagasan) (Notoatmodjo,

2012

18

Page 203: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

DASAR HUKUM

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66

Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat

4

Partisipasi masyarakat dalam program kesehatan

1. Suatu proses yang dinamis yang

anggota masyarakatnya baik secara

individu maupun kelompok,

2. Ikut aktif bertanggung jawab pada

kesehatan dan kesejahteraan mereka

sendiri dan masyarakat pada umumnya

3. Meningkatkan kemampuan mereka

dalam memberikan kontribusi pada

pembangunan kesehatan

17

Page 204: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

PENGERTIAN JAMBAN

Jamban adalah tempat pembuangan kotoran

manusia atau tinja yang diperuntukan bagi

suatu/beberapa keluarga dengan konstruksi yang

memenuhi syarat kesehatan yakni yang

mempunyai lantai yang kedap air/tidak licin, mempunyai tempat

pembuangan air yang berfungsi dengan baik

serta mempunyai dinding dan atap.

5

Partisipasi masyarakat dalam program

kesehatan adalah : Suatu proses

keterlibatan yang bertanggung jawab dalam

suatu kegiatan dari suatu individu yang

merupakan suatu kegiatan (unit of action)

pada proses pengambilan keputusan,

kontribusi dalam pelaksanaannya dan

pemanfaatan hasil kegiatan, sehingga

terjadi peningkatan kemampuan kelompok

tersebut dalam mempertahankan

perkembangan yang telah dicapai serta

mengembangkan derajat kesehatan dan

kesejahteraan secara mandiri.

16

Page 205: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

A. Partisipasi Partisipasi adalah keterlibatan suka rela oleh

masyarakat dalam perubahan dalam

pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan

mereka (Mikkelsen, 2001).

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan.

MANFAAT JAMBAN

Mencegah pencemaran ke badan air

Mencegah kontak antara manusia dengan tinja

Tinja tidak dapat dihinggapi

serangga

Mencegah bau yang tidak

sedap

Konstruksi duduknya kuat,

aman mudah dibersihkan

6 15

Page 206: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

Fungsi Jamban meliputi

1. Peningkatan estetika

2. Lingkungan yang lebih bersih

3. Bau berkurang, sanitasi dan kesehatan meningkat

4. Keselamatan lebih baik (tidak perlu pergi ke

ladang atau sungai di malam hari).

5. Memutuskan penyebaran penyakit yang terkait

dengan sanitasi.

Pemanfaatan jamban keluarga berguna untuk

menjaga lingkungan agar tetap dalam keadaan bersih,

sehat dan tidak berbau. Memanfaatkan jamban

keluarga yang bersih dan sehat juga tidak mengundang

datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi

penularan penyakit yang dapat diakibatkan oleh tinja

manusia, seperti Muntaber, Diare, Kolera, Disentri,

Typus, Kecacingan, berbagai penyakit saluran

pencernaan, macam-macam penyakit kulit dan keracun

7

Bentuk Kepedulian Masyarakat

A. Regulasi Pengertian regulasi adalah suatu cara yang digunakan untuk mengendalikan masyarakat dengan aturan tertentu. Istilah regulasi ini banyak digunakan dalam segala hal sehingga pengertiannya memang cukup luas. Regulasi ini banyak digunakan untuk menggambarkan peraturan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Pengertian Regulasi menurut para ahli adalah regulasi merupakan sebuah istilah yang bisa dipakai dalam segala bidang. Pengertiannya yang cukup luas membuat istilah ini mampu mewakili segala segi ilmu. Pengertian regulasi menurut para ahlipun ikut beragam menyesuaikan bidang dan segi ilmu yang dikaji tersebut. Regulasi seringkali di kaitkan dengan suatu peraturan dalam kehidupan. Peraturan tersebut bisa berupa

peraturan yang mengikat suatu kelompok lembaga atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam kehidupan bersama, bermasyarakat dan bersosialisasi.

14

Page 207: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

MODEL JAMBAN

WC Cemplung

WC Jongkok

13

Alur Penularan Penyakit Melalui Tinja Kepada Manusia

Tangan

Serangga

Ma Min

Tanah

Air

Tinja ygterinfeksi

Inang baru

Mati

Sakit

8

Page 208: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

Pemutusan Alur Penularan Penyakit Dari Tinja Ke Manusia

Serangga

Makanan

Tanah

Air

Tangan

Tinja yg terinfeksi

Mati

Inang baru

Sakit

9

12

Page 209: DISERTASI KOMUNIKASI KULTURAL TERHADAP KEPEMILIKAN …

Penentuan Letak Jamban

Penentuan jarak tergantung pada:

a. Keadaan daerah datar atau lereng.

b. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau

dalam.

c. Sifat, macam dan susunan tanah berpori

atau padat, pasir, tanah liat atau kapur.

Faktor tersebut di atas merupakan faktor

yang mempengaruhi daya peresapan tanah.

Di Indonesia pada umumnya jarak yang

berlaku antara sumber air dan lokasi jamban

berkisar antara 8 sampai dengan 15 meter

atau rata-rata 10 meter.

11

Pemeliharaan Jamban

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan

kering

2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air

3. Tidak ada sampah berserakan

4. Rumah jamban dalam keadaan baik

5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran

yang terlihat

6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada

7. Tersedia alat pembersih

8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki.

(Depkes, 2012).

10