dinas komunikasi dan...

47
Dinas Komunikasi dan Informatika

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika

Page 2: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunkasi dan Informatika i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Tim Penyusun telah dapat menyelesaikan kajian mengenai: “Indikator Pembangunan Kabupaten Majalengka tahun 2017”.

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemberlakuan otonomi daerah bukan tidak mungkin memunculkan permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu indikator yang dapat mengukur dan mengevaluasi hasil dari pembangunan tersebut adalah Indikator Pembangunan dan kriteria Bank Dunia.

Kajian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan/kebijaksanaan oleh pemerintah daerah maupun dapat digunakan oleh para akademisi maupun masyarakat umum dalam menganalisis hasil kegiatan pembangunan di Kabupaten Majalengka.

Kegiatan ini tidak mungkin dapat terselenggara tanpa bantuan berbagai pihak. Tim penyusun pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam kegiatan ini.

Kabupaten Majalengka, November 2018

Tim Penyusun

Page 3: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunkasi dan Informatika ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... I

DAFTAR ISI II

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... III

DAFTAR TABEL............................................................................................... IV

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG.............................................................................. 1

1.2. TUJUAN .......................................................................................... 2

1.3. RUANG LINGKUP DAN SUMBER DATA ................................................... 3

BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA ................................... 4

2.1 LETAK GEOGRAFIS ............................................................................. 4

2.2 DEMOGRAFI ..................................................................................... 7

2.3 KETENAGAKERJAAN ........................................................................... 9

2.4 SUMBER DAYA MANUSIA ................................................................. 16

2.5 KONDISI FAKTUAL SUB SEKTOR EKONOMI ............................................ 28

BAB 3 METODOLOGI ..................................................................................... 30

3.1. KEMISKINAN ................................................................................... 30

3.2 KONSEP KEMISKINAN BPS ................................................................ 34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 35

4.1. GARIS KEMISKINAN DI KABUPATEN MAJALENGKA ................................... 35

4.2. JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN MAJALENGKA....................... 36

4.3. PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN MAJALENGKA .................. 37

4.4. KUALITAS KEMISKINAN DI KABUPATEN MAJALENGKA ............................... 37

BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 40

5.1 KESIMPULAN .................................................................................... 40

5.2 REKOMENDASI .................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 42

Page 4: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunkasi dan Informatika iii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 PETA KABUPATEN MAJALENGKA .................................................. 6

GAMBAR 2.2. PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA,

TAHUN 2017................................................................................. 8

GAMBAR 2.3. TPAK KABUPATEN MAJALENGKA, TAHUN 2015-2017. .............. 12

GAMBAR 2.4. TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN

MAJALENGKA, TAHUN 2015-2017 (%). ...................................... 14

GAMBAR 2.5. ANALISIS DERAJAT KESEHATAN ................................................. 16

GAMBAR 2.6. PERSENTASE BADUTA BERDASARKAN PENOLONG KELAHIRAN

TERAKHIR DI KABUPATEN MAJALENGKA, TAHUN 2015-2016. .. 18

GAMBAR 2.7. PERSENTASE BADUTA MENURUT LAMANYA DIBERI ASI DI

KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016. .................................. 19

GAMBAR 2.8. PERSENTASE BALITA/BADUTA YANG PERNAH DIBERI ASI

MENURUT JENIS KELAMIN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

2016. .......................................................................................... 20

GAMBAR 2.9. APK MENURUT JENJANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN

MAJALENGKA, TAHUN 2017. ..................................................... 24

GAMBAR 2.10. APM MENURUT JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN DI

KABUPATEN MAJALENGKA, TAHUN 2017. ................................. 25

GAMBAR 2.11. PERBANDINGAN APK DAN APM MENURUT JENJANG

PENDIDIKAN DI KABUPATEN MAJALENGKA, TAHUN 2017 ........ 27

GAMBAR 4.1. PERKEMBANGAN GARIS KEMISKINAN KABUPATEN MAJALENGKA

DAN PROVINSI JAWA BARAT, 2015-2017

(RUPIAH/KAPITA/BULAN). ......................................................... 35

Page 5: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika iv

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1.LETAK GEOGRAFIS DI KABUPATEN MAJALENGKA ............................ 5

TABEL 2.2.PERSENTASE PENDUDUK YANG MENDERITA SAKIT DALAM SATU

BULAN TERAKHIR MENURUT LAMA SAKIT DI KABUPATEN

MAJALENGKA .......................................................................... 21

TABEL 2.3. APK MENURUT JENJANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN

MAJALENGKA, TAHUN 2013-2017 ........................................... 25

TABEL 2.4. APM MENURUT JENJANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN

MAJALENGKA, TAHUN 2013-2017 ........................................... 26

TABEL 2.5. PERSENTASE PENDUDUK USIA 15 TAHUN KEATAS MENURUT

PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN DAN JENIS KELAMIN DI

KABUPATEN MAJALENGKA, TAHUN 2016-2017. ...................... 27

TABEL 2.6.JUMLAH USAHA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI KABUPATEN

MAJALENGKA TAHUN 2016 ..................................................... 29

TABEL 3.1. PERBEDAAN KEMISKINAN MAKRO DAN MIKRO. ........................... 31

TABEL 4.1. GARIS KEMISKINAN KABUPATEN MAJALENGKA , PROVINSI JAWA

BARAT, DAN INDONESIA, 2012 – 2017 (RUPIAH/KAPITA/BULAN)

............................................................................................... 36

TABEL 4. 2. JUMLAH PENDUDUK MISKIN KABUPATEN MAJALENGKA DAN

PROVINSI JAWA BARAT, 2011 – 2017 (000 JIWA) ..................... 37

TABEL 4.3. ANGKA KEMISKINAN (P0) KABUPATEN MAJALENGKA , PROVINSI

JAWA BARAT DAN INDONESIA, 2011-2017 (PERSEN) ............... 37

TABEL 4.4. INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) KABUPATEN MAJALENGKA

DAN PROVINSI JAWA BARAT, 2011 – 2017 .............................. 38

TABEL 4.5. INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) KABUPATEN

MAJALENGKA , PROVINSI JAWA BARAT DAN INDONESIA, 2011 -

2017 ....................................................................................... 39

Page 6: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang tak kunjung terselesaikan di negara Indonesia hingga masa demokrasi saat ini, terbukti dengan masih banyaknya jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan termasuk di Kabupaten Majalengka. Peningkatan jumlah penduduk miskin menguatkan bahwa kemiskinan memiliki permasalahan yang sangat kompleks. Kompleksitas kemiskinan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, kesetaraan gender, dan kondisi lingkungan.

Berbagai macam definisi kemiskinan telah diungkapkan dan menjadi bahan perdebatan oleh pemerhati kemiskinan. Bank Dunia (2005) mendefinisikan kemiskinan adalah deprivasi dalam kesejahteraan. Menurut Amartya Sen (1999), kemiskinan dapat terjadi akibat perampasan kapabilitas (capability deprivation), yakni kebebasan untuk mencapai sesuatu dalam hidup seseorang. Dilihat dari penyebabnya, kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan struktural. Kemiskinan alamiah terjadi karena kelangkaan sumber daya alam sehingga produktivitas masyarakat menjadi rendah, sedangkan kemiskinan struktural terjadi karena alokasi sumber daya yang ada tidak terbagi secara merata.

Keberagaman pandangan tentang kemiskinan menunjukan bahwa kemiskinan merupakan fenomena multi dimensi. Fenomena ini membuat pengukuran kemiskinan menjadi tidak mudah. Namun demikian, kemiskinan tetap harus diukur sebagai gambaran dan bahan pengambilan kebijakan penanggulangan kemiskinan. World Bank Institute (2005), mengemukakan empat alasan kemiskinan harus diukur, yaitu (1) agar orang miskin terus berada dalam agenda dan diperhatikan, (2) pengidentifikasian orang miskin dan keperluan intervensi mengenai pengentasan kemiskinan, (3) pemantauan dan evaluasi proyek atau kebijakan intervensi terhadap orang miskin, dan (4) evaluasi efektivitas lembaga-lembaga pemerintah dalam pengentasan kemiskinan.

Arah kebijakan pembangunan yang akan dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Majalengka akan relatif lebih baik jika didukung oleh ketersediaan data yang berkualitas dan memadai. Sasaran pembangunan akan mencapai hasil yang

Page 7: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 2

tepat dan berkualitas. Keberhasilan pencapaian pembangunan fisik di wilayah Kabupaten Majalengka diharapkan dapat diimbangi dengan upaya menurunnya jumlah penduduk miskin sesuai yang ditargetkan.

Sasaran penanggulangan dan pengentasan kemiskinan di Indonesia dan Kabupaten Majalengka memerlukan penjabaran yang lebih jelas, rinci dan terarah. Hal ini mengingat adanya kecendrungan program-program kemiskinan yang dibuat pemerintah pusat dengan mengenalisir setiap daerah sama. Padahal masing-masing daerah memiliki karakteristik kemiskinan yang berbeda. Karakteristik kemiskinan Majalengka tentu berbeda dengan Cirebon, Kuningan dan lainnya.

Selain itu, masalah mendasar lainnya adalah terkait dengan ketidaktersediaan data kemiskinan yang relevan, yang sebenarnya sangat dibutuhkan untuk program penanggulangan kemiskinan. Selaras dengan karakteristik kemiskinan masing-masing daerah. Program kemiskinan memiliki banyak ragam, namun umumnya data yang dibutuhkan sesuai target program cenderung tidak tersedia, dan jika data tersedia banyak dari data tersebut tidak relevan, tidak terkini dan validasinya masih diragukan.

1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan profil kemiskinan di Kabupaten Majalengka ini antara sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan perkembangan kemiskinan, capaian dan dampaknya

terhadap kualitas manusia di Kabupaten Majalengka; 2. Tersedianya informasi tentang perkembangan kemiskinan di Kabupaten

Majalengka yang diharapkan akan dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam menyusun rencana kegiatan dan program serta kebijakan yang berkaitan dengan program-program penanggulangan dan pengentasan kemiskinan di Kabupaten Majalengka;

3. Sebagai salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan perencanaan pembangunan di Kabupaten Majalengka.

Page 8: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 3

1.3. Ruang Lingkup dan Sumber Data

Ruang lingkup Penyusunan Profil Kemiskinan di Kabupaten Majalengka Tahun 2018 ini adalah mencakup wilayah administratif, serta aspek kependudukan, sosial budaya, ketenagakerjaan, kesehatan, dan pendidikan di Kabupaten Majalengka.

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini sebagian besar berasal dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional periode survey tahun 2018. Juga dilengkapi dengan data hasil Sensus Penduduk, Perhitungan PDRB dan data lain yang dikumpulkan dari berbagai dinas/instansi yang ada kaitannya dengan analisis.

Page 9: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 4

BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

2.1 Letak Geografis

Kabupaten Majalengka secara geografis Kabupaten Majalengka terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 108

0 03’ – 108

0

19’ Bujur Timur, Sebelah Timur 1080 12’ – 108

0 25’ Bujur Timur, Sebelah Utara

antara 60 36’ – 6

0 58’ Lintang Selatan dan Sebelah Selatan 6

0 43’ – 7

0 03’

Lintang Selatan.

Adapun batas wilayah administratif Kabupaten Majalengka adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu

Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya

Sebelah Timur : Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan

Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang Kabupaten Majalengka yang secara administratif terdiri dari 26 kecamatan, 13 kelurahan, dan 334 desa, dengan luas wilayah 1.204,24 km

2 atau 120.424 Ha.

Luas wilayah kecamatan yang terbesar dimiliki oleh Kecamatan Kertajati yaitu 13.836 Ha atau 11,49% dari luas Kabupaten Majalengka. Luas wilayah kecamatan terkecil dimiliki oleh Kecamatan Panyingkiran, yaitu 2.168 Ha atau 1,82% dari luas Kabupaten Majalengka.

Page 10: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 5

Tabel 2.1. Letak Geografis di Kabupaten Majalengka

No Kecamatan

Bujur Timur Lintang Selatan

Ketinggian Sebelah Barat

Sebelah Timur

Sebelah Utara

Sebelah Selatan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Lemahsugih 108 0

08’ 108 0

16’ 6 0

58’ 7 0

01’ 526

2 Bantarujeg 108

0 11’ 108

0 24’ 6

0 57’ 7

0 41’ 365

3 Malausma

4 Cikijing 108 0

17’ 108 0

24’ 6 0

57’ 7 0

03’ 582

5 Cingambul 108 0

17’ 108 0

24’ 6 0

57’ 7 0

03’ 582

6 Talaga 108 0

16’ 108 0

21’ 6 0

58’ 7 0

03’ 626

7 Banjaran 108 0

16’ 108 0

21’ 6 0

58’ 7 0

03’ 626

8 Argapura 108 0

18’ 108 0

25’ 6 0

53’ 6 0

59’ 857

9 Maja 108 0

12’ 108 0

19’ 6 0

50’ 6 0

59’ 600

10 Majalengka 108 0

10’ 108 0

17’ 6 0

45’ 6 0

56’ 141

11 Cigasong 108 0

10’ 108 0

17’ 6 0

45’ 6 0

56’ 141

12 Sukahaji 108

0 15’ 108

0 12’ 6

0 48’ 6

0 56’ 125

13 Sindang

14 Rajagaluh 108 0

19’ 108 0

25’ 6 0

42’ 6 0

51’ 169

15 Sindangwangi 108 0

19’ 108 0

25’ 6 0

42’ 6 0

51’ 169

16 Leuwimunding 108 0

17’ 108 0

23’ 6 0

44’ 6 0

49’ 61

17 Palasah 108 0

16’ 108 0

17’ 6 0

40’ 6 0

47’ 36

18 Jatiwangi 108 0

16’ 108 0

19’ 6 0

45’ 6 0

50’ 50

19 Dawuan 108

0 10’ 108

0 16’ 6

0 40’ 6

0 51’ 51

20 Kasokandel

21 Panyingkiran 108 0

07’ 108 0

12’ 6 0

45’ 6 0

52’ 51

22 Kadipaten 108 0

07’ 108 0

12’ 6 0

45’ 6 0

52’ 51

23 Kertajati 108 0

03’ 108 0

15’ 6 0

37’ 6 0

46’ 30

24 Jatitujuh 108 0

10’ 108 0

18’ 6 0

38’ 6 0

43’ 19

25 Ligung 108 0

15’ 108 0

21’ 6 0

50’ 6 0

45’ 25

26 Sumberjaya 108 0

16’ 108 0

23’ 6 0

40’ 6 0

47’ 36

Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka 2010

Page 11: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 6

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2011-

2031 Gambar 2.1 Peta Kabupaten Majalengka

Page 12: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 7

2.2 Demografi

Pada tahun 2017 Kabupaten Majalengka memiliki penduduk sebesar 1.193.725 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 596.630 laki-laki dan 597.095 jiwa perempuan. Penduduk sejumlah tersebut mendiami wilayah seluas 1.204,24 km

2, sehingga rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Majalengka adalah

991 jiwa per km2. Kepadatan penduduk ini naik dari tahun 2016 yang hanya

sebesar 987 jiwa per km2.

Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2016-2017 di Kabupaten Majalengka mencapai 0,48% dan merupakan laju pertumbuhan penduduk terbesar ke 20 dari 27 kabupaten kota di Provinsi Jawa Barat. Laju pertumbuhan penduduk antara tahun 2010-2017 menunjukkan angka sebesar 0,33% yang merupakan laju pertumbuhan ke 24 terbesar di Provinsi Jawa Barat. Angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Majalengka yang relatif rendah dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota lain di Provinsi Jawa Barat.

Piramida penduduk menunjukkan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, serta tingkat perkembangan penduduk pada setiap kelompok umur yang berbeda. Komposisi penduduk Kabupaten Majalengka menurut struktur umur dan jenis kelamin digambarkan dengan oleh piramida penduduk berikut ini:

Page 13: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 8

Sumber: Kabupaten Majalengka Dalam Angka 2018

Gambar 2.2. Piramida Penduduk Kabupaten Majalengka, Tahun 2017

Secara umum, dari gambaran piramida penduduk Kabupaten Majalengka menunjukkan bahwa komposisi penduduk muda (usia 0 – 15 tahun) semakin besar, dimana menunjukkan tingkat ketergantungan yang tinggi pada rentang usia tersebut. Selanjutnya grafik menunjukkan cembung ditengah, hal ini memperlihatkan bahwa derajat kesehatan penduduk usia produktif yang lahir sekitar 20 tahun yang lalu semakin baik sehingga mampu bertahan hidup hingga saat ini, sedangkan penduduk usia 60 keatas ditunjukkan dengan grafik mengerucut.

Informasi penting lainnya yang dapat diperoleh dari priramida penduduk adalah angka beban ketergantungan (Dependency Ratio). Angka beban ketergantungan menunjukkan seberapa jauh penduduk yang berusia produktif/aktif secara ekonomi harus menanggung penduduk yang belum produktif dan pasca produktif. Angka beban ketergantungan merupakan perbandingan antara penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 – 14 tahun dan usia 65 tahun ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 – 64 tahun). Semakin besar rasio ketergantungan, maka semakin besar beban

Page 14: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 9

tanggungan bagi kelompok produktif. Tinggi dan rendahnya angka ketergantungan dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu angka ketergantungan rendah bila kurang dari 30 persen, angka ketergantungan sedang bila 30 – 40 persen, dan angka ketergantungan tinggi bila sama atau diatas 41 persen.

Angka beban ketergantungan Kabupaten Majalengka pada tahun 2017 untuk penduduk muda sebesar 39,03 persen. Angka ini lebih rendah dari tahun 2016 yang mencapai 49,54 persen, namun begitu angka ini tetap memberi arti bahwa ketergantungan di Kabupaten Majalengka relatif tinggi.

2.3 Ketenagakerjaan Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja.

Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan terciptanya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demandfor labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja.

Sementara itu, angkatan kerja (labour force) menurut Soemitro Djojohadikusumo didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga disebut sumber daya manusia.

Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Pada kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan.

Page 15: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 10

Angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk yang termasuk ke dalam usia kerja. Usia Kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 15 tahun ke atas. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk di luar usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas usia kerja. Penduduk yang dimaksud yaitu anak-anak usia dibawah 15 tahun dan penduduk berusia lanjut.

Bagian lain dari penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang termasuk di dalamnya adalah para remaja yang sudah masuk usia kerja tetapi belum bekerja atau belum mencari pekerjaan karena masih sekolah. Ibu rumah tangga pun termasuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja.

Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokkan menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan tenaga kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga Kerja (man power) adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa.

Tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah sangat tergantung pada potensi sumber daya yang dimiliki daerah tersebut. Begitu pula dengan beragamnya kegiatan perekonomian yang ada, sangat tergantung pada sumber daya yang tersedia. Salah satu indikator yang biasa dipakai dalam melihat atau menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah laju pertumbuhan angkatan kerja yang terserap di lapangan pekerjaan. Tingginya angkatan kerja di suatu daerah akan menggerakkan perekonomian daerah tersebut. Apabila hal sebaliknya terjadi, dapat mengakibatkan timbulnya masalah sosial.Gambarankondisi ketenagakerjaan seperti persentase angkatan kerja yang bekerja, dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna untuk melihat prospek ekonomi Kabupaten Majalengka. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah benar-benar digerakkan oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan kemampuan daya beli. Peningkatan pendapatan penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak.

Secara sederhana untuk melihat kualitas pembangunan manusia dapat disandarkan kepada dua pendapat Ramirez dkk (1998):

Page 16: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 11

Pertama, bahwa kinerja ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia, khususnya melalui aktivitas rumah tangga dan pemerintah, aktivitas rumah tangga yang memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia antara lain kecenderungan rumah tangga untuk membelanjakan pendapatan bersih untuk memenuhi kebutuhan (pola konsumsi), tingkat dan distribusi pendapatan antar rumahtangga, dan makin tinggi tingkat pendidikan terutama pendidikan perempuan akan semakin positif bagi pembangunan manusia berkaitan dengan andil yang tidak kecil dalam mengatur pengeluaran rumahtangga.

Kedua, pembangunan manusia yang tinggi akan mempengaruhi perekonomian melalui produktivitas dan kreativitas masyarakat. Pendidikan dan kesehatan penduduk sangat menentukan kemampuan untuk mengelola dan menyerap sumber-sumber pertumbuhan ekonomi.

Dari kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi berhubungan secara simultan, dengan kata lain tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang disertai pemerataan distribusi pendapatan, maka tingkat daya beli, kesehatan dan pendidikan akan lebih baik. Dan pada gilirannya akan memperbaiki tingkat produktivitas tenaga kerja yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Target pertumbuhan ekonomi sebenarnya tidak hanya untuk mencapai tinggi atau rendahnya angka pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi yang diinginkan adalah pertumbuhan yang berkualitas dan digerakkan oleh peningkatan kapasitas produksi masyarakat. Walaupun angka pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, namun kualitas yang jauh lebih tinggi akan mempengaruhi pembangunan manusia. Pertumbuhan yang berkualitas dapat menggerakkan pendapatan perkapita, dan menyerap tenaga kerja yang pada akhirnya dapat memperbaiki pola distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat. Sehingga banyak penduduk yang memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhannya untuk membeli kebutuhan makanan, pendidikan, kesehatan dan perumahan sehingga dapat mempercepat pembangunan manusia.

Pertumbuhan ekonomi akan dapat ditransformasikan menjadi peningkatan kapabilitas manusia jika pertumbuhan itu berdampak secara positif terhadap penciptaan lapangan kerja atau usaha. Lapangan kerja yang diciptakan pada akhirnyaakan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang memungkinkannya “membiayai” peningkatan kualitas manusianya. Kualitas

Page 17: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 12

manusia yang meningkat pada sisi lain akan berdampak pada peningkatan kualitas tenaga kerja yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ketenagakerjaan dari sisi permintaan (menciptakan lapangan kerja) dan sisi penawaran (meningkatkan kualitas tenaga kerja).

Gambar 2.3. TPAK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015-2017.

Sumber: Kabupaten Majalengka dalam Angka Tahun 2018

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kabupaten Majalengka pada tahun 2015 mencapai 67,98 persen. Angka ini lebih tinggi dari TPAK pada tahun 2017 yang hanya mencapai 66,11 persen. Dengan demikian kondisi ini menunjukkan adanya penurunan partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Majalengka selama dua tahun terakhir. Pada tahun 2017, jika dilihat berdasarkan perspektif gender, TPAK perempuan di Kota Majalengka yang mencapai 48,82 persen relatif jauh tertinggal dibandingkan dengan penduduk laki-laki yang mencapai lebih dari 83,76. Terdapat ketimpangan yang sangat tajam dalam pasar kerja, dimana perempuan cenderung kurang memiliki akses untuk memasuki dunia kerja. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar perempuan usia produktif di Kabupaten Majalengka berada pada posisi sebagai ibu rumah tangga. Kondisi tersebut menunjukkan perempuan masih mengalami perlakuan tidak berimbang dengan laki-laki dalam dunia kerja, dimana laki-laki lebih diprioritaskan daripada perempuan, sehingga kesempatan kerja bagi perempuan cenderung sangat kompetitif.

65

66

67

68

2015 2017

67,98

66,11

Page 18: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 13

TPAK merupakan indikator yang menggambarkan seberapa banyak dari penduduk usia kerja yang aktif bekerja dan aktif mencari pekerjaan. Pendapatan rumah tangga perlu diberi perhatian lebih, mengingat dampaknya yang luas terhadap taraf kesejahteraan/kemiskinan. Kemiskinan, sejauh didefinisikan sebagai deprivasi ekonomi, sangat dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga karena hampir semua rumah tangga mengandalkan upah/gaji (bagi yang berstatus buruh/karyawan) atau keuntungan usaha (bagi yang berstatus berusaha). Dengan demikian masalah ketenagakerjaan secara langsung berkaitan dengan masalah kemiskinan. Implikasi logisnya jelas: upaya pengentasan kemiskinan yang merupakan keprihatinan nasional bahkan global (tercermin dari sasaran pertama dan utama Millenimum Development Goals, MDGs) yang salah satunya dapat ditempuh melalui upaya penyelesaian masalah ketenagakerjaan. Dalam hal ini masalah ketenagakerjaan, paling tidak mengandung dua aspek pokok: penyediaan lapangan kerja/usaha dan peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Majalengka pada tahun 2017 sebesar 5,02 persen. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan kondisi tahun 2015 yang mencapai 4,01 persen. Mengingat masih tingginya angka pengangguran, maka harus terus diupayakan penyediaan lapangan pekerjaan melalui kemudahan investasi dan pembangunan infrastruktur. Upaya peningkatan kesempatan kerja dan perbaikan kualitas tenaga kerja yang berdaya saing juga mutlak dilakukan, hal tersebut sangat perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah, masyarakat dan kalangan dunia usaha melalui pendidikan formal maupun informal dengan menerapkan sistem kurikulum berbasis kerja dan biaya yang murah (pro poor).

Page 19: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 14

Gambar 2.4. Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Majalengka, Tahun 2015-2017 (%).

2.3 Potensi Ekonomi Kabupaten Majalengka Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Majalengka merupakan daerah agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang dipergunakan untuk sawah. Luas lahan sawah pada Tahun 2017 sebesar 50.405 Ha., dan yang menggunakan irigasi mencapai 36,87 %. Sedangkan untuk luas lahan kering mencapai 70.389 Ha. dan 23,69 % digunakan sebagai kebun. Produksi padi sawah mengalami peningkatan yaitu dari 758.093 ton pada tahun 2016 menjadi 860.609 ton pada Tahun 2017 atau sekitar 13,52 %. Hal tersebut sejalan dengan penambahan luas panen, yaitu dari 113.450 Ha pada tahun 2016 menjadii 129.663 Ha pada Tahun 2016 atau meningkat sekitar 14,29 %. Produksi tanaman pangan lain mengalami perubahan produksi jika dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya tahun 2016 hal tersebut sejalan dengan perubahan luas panen, diantaranya : jagung, kedelai, kacang hijau dan ubi kayu. Produksi tanaman sayuran Tahun 2017 banyak yang mengalami perubahan di bandingkan tahun 2016, yaitu : bawang daun, bawang merah, cabai besar, kacang panjang, Kentang dan ketimun. Luas tanaman dan luas panen tanaman buah-buahan pada umumnya tidak

0

1

2

3

4

5

6

2015 2017

4,01

5,02

Page 20: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 15

menyebar di semua kecamatan, kecuali tanaman pisang, mangga, nangka dan pepaya. Perkebunan Perkebunan memegang peranan cukup penting dalam mengembangkan industri, khususnya agroindustri, oleh karena itu peningkatan mutu dan produksi menjadi tujuan dalam pembangunan sub sektor perkebunan. Luas tanaman perkebunan rakyat untuk beberapa jenis tanaman umumnya tidak mengalami banyak perubahan dari tahun 2016 ke Tahun 2017. Produksi perkebunan yang paling dominan di Kabupaten Majalengka adalah Tebu. Perikanan Topografinya Kabupaten Majalengka secara umum tidak memiliki perikanan laut. Namun untuk produksi perikanan darat, pada tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan dengan produksi tahun 2016. Produksi perikanan darat didominasi oleh tempat usaha kolam air tenang dengan produksi 7.867,36 ton. Peternakan Pembangunan sub sektor peternakan adalah untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat disamping meningkatkan pendapatan peternak serta menciptakan komoditi yang baik bagi perkembangan industri ternak. Produksi komoditi peternakan pada umumnya mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya, terutama pada jenis daging sapi dan ayam ras. Daging sapi pada tahun 2016 diproduksi sebanyak 2.157.080 Kg meningkat menjadi 2.158.900 Kg pada tahun 2017. Pada periode yang sama daging ayam ras semula 3.342.860 Kg menjadi 3.367.282 Kg pada tahun 2017.

Page 21: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 16

2.4 Sumber Daya Manusia

Kesehatan Tujuan dari pembangunan manusia dibidang kesehatan adalah untuk mencapai umur panjang yang sehat. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari tingkat mortalitas dan morbiditas penduduknya. Menurut Henrik L Blum, peningkatan derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor penentu, yaitu: Faktor lingkungan berpengaruh sebesar 45 persen, Perilaku kesehatan sebesar 30 persen, Pelayanan kesehatan sebesar 20 persen dan Kependudukan/keturunan berpengaruh sebesar 5 persen. Hubungan derajat kesehatan dengan keempat faktornya digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Departemen Kesehatan RI

Gambar 2.5. Analisis Derajat Kesehatan

Berdasarkan bagan di atas, maka peningkatan kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan merupakan faktor yang sangat memungkinkan untuk diintervensi dengan cepat, dan kontribusinyapun mencapai 65 persen. Sedangkan perubahan perilaku, meskipun dapat diintervensi, namun perubahannya memerlukan waktu yang cukup lama.

Page 22: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 17

Kementerian Kesehatan telah mencanangkan visi pembangunan kesehatan, yaitu tercapainya penduduk dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan arah kebijakan bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial yang dirangkum ke dalam sembilan butir kebijakan sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). Kesembilan butir tersebut antara lain: meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, memelihara dan meningkatkan mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan SDM, dan lain-lain. Selanjutnya kebijakan tersebut dijabarkan ke dalam tujuh program kesehatan pokok, antara lain: peningkatan lingkungan sehat, perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat, upaya kesehatan, perbaikan gizi masyarakat, peningkatan kemampuan dan pengadaan sumber daya kesehatan, dan lain-lain.

Angka Harapan Hidup saat dilahirkan (AHHo) / Expectation of Life at Birth (e0), Angka Kematian Bayi (AKB) / Infant Mortality Rate (IMR), angka kematian kasar, dan status gizi, merupakan indikator yang mencerminkan derajat kesehatan. Dari indikator-indikator tersebut yang disepakati digunakan sebagai acuan untuk mengukur kemajuan pembangunan manusia adalah Angka Harapan Hidup saat dilahirkan (AHHo).

Menurut pendapat Singarimbun (1988: vii-viii) ada beberapa faktor yang memiliki kekuatan dalam menurunkan angka kematian, khususnya kematian bayi dan anak, yaitu:

• Adanya kemajuan ekonomi dalam meningkatkan taraf hidup; • Adanya kemajuan teknologi kesehatan; • Adanya kesadaran perbaikan sanitasi dan higiena; dan • Adanya peningkatan persediaan makanan dan perbaikan gizi.

Page 23: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 18

Resiko kematian bayi lebih besar bagi bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi, dibandingkan dengan ibu yang memiliki gizi cukup. Pada umumnya kekurangan gizi berkorelasi positif dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah. Penyebab tingginya angka kematian bayi selain karena masalah infeksi/penyakit dan berat bayi lahir rendah, juga berkaitan erat dengan kondisi pada fase kehamilan, pertolongan kelahiran yang aman dan perawatan bayi pada saat dilahirkan.

Menurut data Susenas tahun 2016, baduta yang lahir hanya mendapatkan pertolongan persalinan dari non tenaga kesehatan (non nakes) seperti dukun sudah tidak ada, hal ini mencerminkan bahwa kesadaran dari masyarakat Majalengka dalam menentukan pilihan penanganan persalinan sudah cukup tinggi.

Gambar 2.6 menunjukkan komposisi penanganan persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis maupun non medis.

Gambar 2.6. Persentase Baduta Berdasarkan Penolong Kelahiran terakhir di Kabupaten Majalengka, Tahun 2015-2016.

Telah disinggung bahwa selain faktor penanganan pada saat persalinan, tinggi rendahnya AKB juga dipengaruhi oleh kualitas gizi berupa pemberian air susu

0

20

40

60

80

100

TENAGAKESEHATAN NON KESEHATAN

98,77

1,23

98,36

1,64

TENAGA KESEHATAN NON KESEHATAN

2015 98,77 1,23

2016 98,36 1,64

Page 24: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 19

ibu (ASI) dan makanan, serta pemberian imunisasi. Di samping itu, pencapaian AHH berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga terutama ibu. Usia perkawinan pertama yang semakin meningkat, akan membuat wanita semakin dewasa dalam membina rumahtangganya, termasuk dalam perilaku kesehatannya. Pada saat mempunyai keturunan, wanita dewasa dan berpendidikan cukup akan berusaha memberikan yang terbaik bagi bayinya, termasuk dalam pemberian ASI. Berdasarkan data Susenas 2017, usia perkawinan pertama wanita (singulate mean age of marriage /SMAM) di Kabupaten Majalengka berkisar 18 tahun ke atas dengan persentase 77,11 persen.

Pemberian ASI yang seharusnya didapat seorang anak dengan berbagai keunggulannya, mungkin saja tidak dapat dilakukan kerena bebagai alasan, seperti meninggalnya ibu pasca persalinan, ASI yang tidak keluar, atau keluar tapi volumenya tidak mencukupi kebutuhan bayi/ baduta. Asupan gizi lain bisa diberikan sebagai makanan pendamping ASI.

Gambar 2.7. Persentase Baduta Menurut Lamanya Diberi ASI di Kabupaten Majalengka Tahun 2016.

0

10

20

30

40

50

60

< 12 12-15 16-19 20-23

57,63

22,45

10,06 9,85

Page 25: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 20

Gambar 2.8. Persentase Baduta yang Pernah Diberi ASI menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Majalengka Tahun 2016-2017.

Dilihat menurut jenis kelamin, Persentase baduta laki-laki yang mendapat

asupan ASI dari tahun 2016-2017 sebesar 100 persen dan 94,42 persen, lebih

besar dari baduta perempuan yang hanya mencapai 93,54 persen dan 90,6

persen.

Jangka waktu pemberian ASI dapat mempengaruhi anak baik dari sisi gizi maupun sisi psikosogi, dan kedua hal tersebut akan berdampak pada perkembangan anak selanjutnya. Gambar 2.7 menunjukkan bahwa 57,63 persen dari total baduta tahun 2016 telah mendapatkan asupan ASI selama kurang dari 12 bulan.

Tubuh manusia memerlukan makanan untuk menjaga kelangsungan hidup. Kebutuhan akan gizi bervariasi sesuai dengan tingkatan umur. Seiring dengan perkembangan usia, semakin besar, anak membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak. Kebutuhan gizi remaja akan berbeda dengan bayi dan balita, sama halnya dengan kebutuhan gizi dewasa akan berbeda dengan kebutuhan gizi remaja maupun orang tua. Orang yang mengalami kekurangan zat gizi berpeluang besar mengalami hambatan dalam pertumbuhan, baik itu fisik maupun mental. Secara lahiriah salah satunya dapat terlihat dari ukuran

84

86

88

90

92

94

96

98

100

Laki-laki Perempuan Total

100

93,54

96,75

94,42

90,6

92,69 2016

2017

Page 26: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 21

tubuh di bawah rata-rata ukuran tubuh normal, kurangnya kecerdasan, selalu lesu, mata minus, dan berbagai permasalahan akibat kurang gizi lainnya.

Sisi lain yang menunjukkan adanya peningkatan derajat kesehatan diperlihatkan oleh rata-rata hari sakit yang dialami penduduk dari tahun ketahun semakin menurun. Hal ini sejalan dengan perkembangan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadahi dan kemudahan akses masyarakat ke tempat berobat yang semakin mudah serta program gratis berobat yang telah dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Majalengka beberapa tahun yang lalu. Dengan berbagai kemudahan yang ada tersebut memberikan efek positif terhadap kesehatan penduduk yakni, penyakit yang diderita penduduk akan lebih cepat tertangani dan terdeteksi lebih awal dan pada akhirnya akan memperpendek rentang waktu hari sakit sebagaimana tertera pada table 3.1.

Tabel 2.2. Persentase Penduduk yang Menderita Sakit dalam Satu Bulan Terakhir menurut Lama Sakit di Kabupaten Majalengka

Tahun Rata-Rata Lama Sakit (Hari)

2014 6,67

2015 6,56

2016 8,43

2017 6,28

Pendidikan

Sebagaimana digariskan dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan berbangsa dan bernegara adalah ”mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan ini hanya akan dapat dicapai melalui pendidikan, oleh karena itu pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dinyatakan bahwa: setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan kemudian dalam ayat 2 ditegaskan: setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Untuk mengaktualisasikan amanah UUD 1945 tersebut, maka pemerintah Indonesia mengatur penyelenggaraan pendidikan melalui Undang-undang mengenai Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). UU No. 2 tahun 1989 dipandang tidak memadai lagi serta perlu disempurnakan sesuai amanat perubahan UUD ’45 menjadi dasar Pendidikan di Indonesia diselenggarakan sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang ditetapkan dalam UU No. 20 tahun 2003 sebagai pengganti. Pendidikan nasional adalah pendidikan berdasarkan UUD dan Pancasila yang berakar pada nilai-nilai agama,

Page 27: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 22

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sisdiknas dimaksudkan sebagai arah dan strategi pembangunan nasional bidang pendidikan.

Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) mutlak dilakukan karena SDM berkualitaslah yang akan mampu bersaing dengan SDM negara lain. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah khususnya pemerintah daerah perlu lebih mengedepankan upaya peningkatan kualitas SDM melalui program-program pembangunan yang lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pendidikan baik formal maupun non formal. Karena sudah saatnya masyarakat menyadari bahwa pendidikan merupakan kebutuhan yang penting. Dalam institusi terkecil seperti rumahtangga, pendidikan seyogyanya telah menjadi kebutuhan utama. Pemerintah sudah seharusnya menjadi fasilitatator hal tersebut, karena bagaimanapun juga SDM yang bermutu merupakan syarat utama bagi terbentuknya peradaban yang baik.

Rata-rata Lama Sekolah

Indikator rata-rata lama sekolah (RLS) menggambarkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang diukur dalam aspek pendidikan. Semakin tinggi nilainya semakin tinggi mutu SDM suatu masyarakat. Cakupan usia pada penghitungan RLS adalah penduduk usia 25 tahun keatas, dengan asumsi bahwa pada umur 25 tahun proses pendidikan telah usai.

Undang-undang mengamanahkan kepada penyelenggara Negara untuk menyediakan anggaran setidaknya 20 persen untuk dialokasikan bagi dunia pendidikan. Hal ini masih sulit untuk dipenuhi karena minimnya anggaran pemerintah secara keseluruhan. Negara masih harus menjalankan pembangunan di sektor lain. Namun hal ini setidaknya menunjukkan keseriusan negara terhadap arti penting pendidikan bagi warganya.

Keadilan dalam memperoleh pendidikan memang belum merata. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengenyam pendidikan dirasa masih relatif mahal. Padahal kondisi tersebut akan merendahkan martabat pendidikan itu sendiri sebagai salah satu media pembebasan manusia dari cengkraman kemiskinan. Hal itu mungkin terjadi akibat komersialisasi pendidikan yang mereduksi hakikat pendidikan sehingga akan meminggirkan kalangan tidak mampu.

Page 28: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 23

Secara umum pembangunan pendidikan di Kabupaten Majalengka relatif terus membaik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya rata-rata lama sekolah (RLS). Rata-rata lama sekolah Kabupaten Majalengka pada tahun 2016 mencapai 6,89 tahun dan tumbuh sedikit pada tahun 2017 menjadi 6,90 tahun.

Tingkat Partisipasi Sekolah

Pada awal tahun 1972, ketika program life long education disosialisasikan, kesadaran akan pembangunan manusia ini telah disuarakan oleh Edgar Faure, Ketua The International Commision for Education Development, yang menekankan bahwa pendidikan merupakan tugas negara yang paling penting. Hal senada oleh pemerintah telah dituangkan pada Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab IV (Hak Dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat Dan Pemerintah) pasal 6 ayat 1, yang mengatakan bahwa “Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar”, dan pasal 11 ayat 2 “Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin tersedianya dana, guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.” Hal ini berarti bahwa sepatutnya sudah tidak ada lagi anak usia 7-15 tahun yang tidak bersekolah, atau tingkat partisipasi sekolahnya 100 persen. Bila kondisi tersebut dicapai, akan dapat dijadikan modal untuk memperkuat daya saing dibidang pendidikan, sehingga di masa mendatang kualitas kesejahteraan masyarakat Kabupaten Majalengka, utamanya dibidang pendidikan tidak hanya berbicara pada skala provinsi tetapi juga ditingkat nasional.

Partisipasi sekolah di Kabupaten Majalengka, khususnya untuk jenjang pendidikan lanjutan dan tinggi, masih relatif rendah. Kondisi ini juga didukung oleh kurang meratanya kesempatan bagi sebagian penduduk dalam mengakses pendidikan. Secara demografis ditentukan segmentasi usia yang harus mendapatkan kesempatan sekolah terletak pada selang usia 7-18 tahun, secara operasional kelompok umur tersebut dipilah menjadi tiga; yaitu usia 7-12 tahun untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), usia 13-15 tahun untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan umur 16-18 tahun untuk tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Page 29: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 24

Gambar 2.9. APK Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Majalengka, Tahun 2017.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur partisipasi pendidikan diantaranya adalah Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Indikator-indikator tersebut menunjukkan seberapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah.

Angka partisipasi kasar adalah proporsi anak sekolah baik laki-laki maupun perempuan pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka ini memberikan gambaran secara umum mengenai jumlah anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu, dan biasanya tidak memperhatikan umur siswa. APK suatu jenjang pendidikan bisa mempunyai nilai lebih dari 100. Hal ini disebabkan oleh adanya siswa yang berusia di luar batasan usia sekolah (baik lebih muda ataupun lebih tua). Pada gambar 2.9 di atas, APK SD/MI di Kabupaten Majalengka adalah 104,19 persen. Artinya terdapat 4,19 persen siswa, baik lebih muda maupun lebih tua, yang berusia di luar batasan usia sekolah SD, sudah/masih bersekolah pada jenjang pendidikan sekolah dasar.

104,19

89,96 84,6

16,14

0

20

40

60

80

100

120

SD/MI SMP/MTs SMK/SMA/MA PT

Page 30: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 25

Tabel 2.3. APK Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Majalengka, Tahun 2013-2017

APK 2013 2014 2015 2016 2017

SD 108,85 107,06 109,77 104,84 104,19

SMP 83,90 89,24 97,14 64,33 89,96

SM 68,38 70,34 60,69 64,67 84,60

PT 7,42 15,56 11,84 15,79 16,14

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Menurut jenis kelamin, pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTA memiliki komposisi yang sama yakni partisipasi siswa laki-laki lebih mendominasi dibandingkan siswa perempuan. Sedangkan, Partisipasi siswa perempuan lebih banyak dibandingkan siswa laki-laki pada jenjang pendidikan SD.

Gambar 2.10. APM Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Majalengka, Tahun 2017.

Masih terdapatnya murid yang mengikuti jenjang pendidikan tertentu yang tidak sesuai dengan kelompok umur pendidikannya dapat dilihat dari selisih antara APK dan APM. Pada jenjang pendidikan SD misalnya, capaian APK SD Kabupaten Majalengka pada tahun 2017 sebesar 104,19 persen masih relatif cukup besar selisihnya dengan capaian APM SD yang sebesar 95,83 persen.

94,66

83,54

60,23

97,09

73,03 66,23

0

20

40

60

80

100

120

SD SMP SMA

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Page 31: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 26

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar 8,36 persen murid yang bersekolah di SD tidak sesuai dengan kelompok umur pendidikannya (7-12 tahun).

Tabel 2.4. APM Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Majalengka, Tahun 2013-2017

APM 2013 2014 2015 2016 2017

SD 98,34 98,67 97,10 95,00 95,83

SMP 79,26 85,61 82,42 79,62 78,50

SM 56,33 59,15 48,68 64,43 63,10

PT 6,21 11,59 10,49 15,62 12,82

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Besarnya disparitas/kesenjangan tersebut utamanya disebabkan karena kecenderungan orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya lebih awal, baik pada tataran pendidikan prasekolah maupun pendidikan sekolah dasar serta adanya siswa yang berusia lebih dari 12 tahun masih bersekolah di SD.

Proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya dapat ditunjukkan oleh Angka Partisipasi Murni (APM). APM selalu lebih rendah dibandingkan APK, karena APM membatasi usia siswa sesuai dengan usia sekolah dan jenjang pendidikan sehingga angkanya lebih kecil. APM adalah indikator yang menunjukkan proporsi penduduk yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan dan usianya sesuai dengan usia sekolah pada jenjang pendidikan tersebut. APM yang bernilai 100 menunjukkan bahwa semua penduduk bersekolah tepat waktu, sesuai dengan usia sekolah dan jenjang pendidikannya. APM SD di Kabupaten Majalengka pada tahun 2017 adalah sebesar 95,83 persen, artinya 96 persen siswa usia sekolah SD bersekolah tepat waktu, sesuai dengan usia sekolah dan jenjang pendidikannya.

Page 32: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 27

Gambar 2.11. Perbandingan APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan di

Kabupaten Majalengka, Tahun 2017

Pendidikan yang ditamatkan

Tabel 2.5. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan dan Jenis kelamin di Kabupaten Majalengka, Tahun 2016-2017.

Jenjang Pendidikan Tahun 2016 Tahun 2017

laki-laki perempuan Total laki-laki perempuan Total

Tdk punya ijazah SD - - - 57 85 142

SD/SDLB/M Ibtidaiyah

143 1.034 1.177 60 661 721

SMP/SMPLB/M Tsanawiyah/Paket B

970 3.666 4.636 579 2.310 2.889

SMU/SMK/SMULB/M Aliyah/Paket C

6.579 5.824 12.403 6.691 5.681 12.372

D.1/D.2/D.3/sarjana muda

136 388 524 564 1.066 1.630

DIV/S1 dan S2/S3 718 802 1.520 909 1.045 1.954

Total 8.546 11.714 20.260 8.860 10.848 19.708

Pola pendidikan anak di Kabupaten Majalengka, pada sebagian besar masyarakatnya telah mengedepankan kesetaraan gender. BPS Majalengka

0

20

40

60

80

100

120

SD SMP SMA PT

95,83

78,5

63,1

12,82

104,19 89,96

84,6

16,14

APM

APK

Page 33: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 28

mencatat penduduk perempuan maupun laki-laki relatif berimbang pada jenjang SMA/SMK/MA hingga S3 (tabel 2.5).

Pendidikan merupakan elemen penting pembangunan dan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat. Tidak itu saja, pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup individu, masyarakat dan bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan kebutuhan jaman. Penduduk dengan kemampuannya sendiri diharapkan dapat meningkatkan partisipasinya dalam berbagai kegiatan, sehingga di masa mendatang mereka dapat hidup lebih layak.

2.5 Kondisi Faktual Sub Sektor Ekonomi

Pesatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Teknologi (TIK) khususnya industri komunikasi selama beberapa tahun terakhir telah menyebabkan pergeseran penggunaan telepon tetap kabel menjadi telepon seluler, bahkan penggunaan internet pun saat ini dengan mudah dilakukan melalui telepon seluler. Perkembangan yang semakin tinggi era komunikasi inipun ikut serta mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat yang dikenal dengan istilah “Ekonomi Digital”. Tahun 2015 berdasarkan data dari Internet World Statistik, Indonesia berada pada urutan kedelapan negara dengan pengguna interner terbesar di dunia. Tingginya penggunaan internet ini mencerminkan iklim keterbukaan informasi dan penerimaan masyarakat terhadap perkembangan teknologi dan perubahan menuju masyarakat informasi. Kebutuhan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan akan informasi semakin tinggi juga dapat dilihat di Kabupaten Majalengka. Berdasarkan data Susenas 2016 yang dipublikasikan oleh BPS Kabupaten Majalengka, Rumah Tangga yang mengakses internet terbanyak melalui telepon selular mencapai 94 persen. Jika dilihat dari tujuan penggunaan internet untuk sosial media/jejaring sosial, 78,14 persen untuk mendapat informasi/berita, 36,29 persen untuk mengerjakan tugas sekolah/kuliah, 19,17 persen untuk akses email, 8,2 persen untuk bisnis online (membeli/menjual), 49,5 persen untuk hiburan, 3,17 persen untuk fasilitas finansial dan 0,30 persen untuk akses lainnya.

Page 34: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 29

Kontribusi kategori informasi dan komunikasi terhadap PDRB Kabupaten Majalengka saat ini masih menunjukkan peranan mencapai 3 persen. Pada periode 2011-2016 peranan ini relatif stabil pada kisaran 3 persen. Namun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka pada periode yang sama kontribusi kategori informasi dan komunikasi cenderung berada diatas laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka. Jumlah usaha kategori informasi dan komunikasi di Kabupaten Majalengka berdasarkan hasil sensus ekonomi tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini.

Tabel 2.6. Jumlah Usaha Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Majalengka Tahun 2016

Jenis Usaha Jumlah Usaha

Prosentase

Penerbitan 3 0,07

Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik

13 0,92

Penyiaran dan Pemrograman 14 0,32

Telekomunikasi 4.337 97,70

Pemrograman, Konsultasi Komputer dan Kegiatan ybdi

49 1,10

Jasa Informasi 23 0,52

Total 4.439 100,00

Sumber : BPS Kab. Majalengka 2016

Page 35: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 30

BAB 3

METODOLOGI

3.1. Kemiskinan

3.1.1. Penjelasan Teknis dan Teori

Kemiskinan; suatu kondisi kehidupan dimana terdapat sejumlah penduduk tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok (basic needs) minimum dan mereka hidup di bawah tingkat kebutuhan minimum tersebut (Todaro dan Smith, 2007).

Kemiskinan relatif; kemiskinan karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran penduduk sehingga dengan menggunakan definisi ini berarti “orang miskin selalu hadir bersama kita” (BPS, 2015).

Kemiskinan Absolut; kemiskinan yang ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin (BPS, 2015).

Kemiskinan struktural; kemiskinan yang ditengarai atau didalihkan bersebab dari kondisi struktur, atau tatanan kehidupan yang tak menguntungkan”. Suyanto (1995:59). Dikatakan tak menguntungkan karena tatanan itu tak hanya menerbitkan akan tetapi juga melanggengkan kemiskinan di dalam masyarakat (BPS, 2015).

Comparable; angka kemiskinan akan terbanding antara satu wilayah dengan wilayah lain hanya jika garis kemiskinan absolut yang sama digunakan di kedua wilayah tersebut. Bank Dunia memerlukan garis kemiskinan absolut agar dapat membandingkan angka kemiskinan antar negara (wilayah).

Page 36: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 31

Indikator Kemiskinan; menurut Foster-Greer-Thorbecke (1984), berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada 3 indikator kemiskinan yang digunakan, yaitu:

a. Pertama, Head Count Index (HCI-P0), yaitu persentase penduduk miskin yang berada di bawah Garis Kemiskinan (GK).

b. Kedua, Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

c. Ketiga, Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Tabel 3.1. Perbedaan Kemiskinan Makro dan Mikro.

Penjelasan Kemiskinan Makro Kemiskinan Mikro Metodologi Survei Sensus Konsep Kemampuan memenuhi

kebutuhan dasar Berdasar ciri-ciri rumah tangga miskin

Sumber data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

PSE’05, PPLS’08, PPLS’11, PBDT’15

Variabel

Pengeluaran rumah tangga variabel individu dan rumahtangga (selain pengeluaran)

Target Geographical targeting Individual targeting Manfaat

Perencanaan & evaluasi program

Penyaluran bantuan langsung & program perlindungan sosial

Penyaluran program perlindungan sosial

Tidak operasional Operasional

Biaya Hemat biaya Mahal Menjawab Berapa jumlah dan %

penduduk miskin Siapa dan dimana penduduk miskin

Caveat

Tidak dapat menunjukkan “siapa” dan “dimana” penduduk miskin

Tidak dapat dilakukan dengan survey sehingga pemutakhiran datanya ‘mahal’

Page 37: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 32

Pendataan kemiskinan mikro yang pernah dilakukan BPS antara lain:

a. Pendataan Sosial Ekonomi (PSE) 2005 Bertujuan untuk mendata rumah tangga sasaran (RTS) by name by

address untuk penyaluran BLT 2005/2006, juga digunakan untuk RASKIN dan ASKESKIN.

b. Survei Pelayanan Dasar Kesehatan dan Pendidikan (SPDKP) 2007 SPDKP bertujuan untuk menyediakan data bagi Program Keluarga

Harapan (PKH): c. Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008 Bertujuan untuk membangun satu database untuk semua program

pengentasan kemiskinan dalam bantuan dan pelindungan sosial: BLT, Raskin, Jamkesmas, PKH, Beasiswa, bantuan kelompok rentan lain

d. Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011. Bertujuan seperti halnya PPLS 2008, hanya saja cakupannya 40 persen

penduduk ekonomi menengah ke bawah. e. Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 Bertujuan memutakhirkan basis data mikro untuk perencanaan

program perlindungan sosial. Dibangun dari hasil pendataan PPLS 2011 oleh BPS, data program dan lainnya

3.1.2. Kriteria Kemiskinan

Kriteria Kemiskinan; ada beberapa pendekatan penghitungan kemiskinan, antara lain:

a. Pendekatan Kebutuhan Dasar; mencakup komponen kebutuhan dasar dan karakteristik kebutuhan dasar serta hubungan keduanya dengan garis kemiskinan. Pendekatan kebutuhan dasar juga digunakan BPS sejak pertama kali dalam menghitung angka kemiskinan. Komponen kebutuhan dasar yang digunakan BPS ini terdiri dari kebutuhan makanan dan bukan makanan yang disusun menurut daerah perkotaan dan perdesaan yang diambil berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Mulai tahun 1998 pendekatan kebutuhan dasar yang digunakan BPS telah dilakukan penyempurnaan, di mana jumlah komponen kebutuhan dasar terdiri atas 52 jenis komoditi makanan dan 51 komoditi bukan makanan di daerah perkotaan dan 47 komoditi di daerah perdesaan. Kriteria kemiskinan dengan pendekatan kebutuhan

Page 38: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 33

dasar selalu digunakan BPS untuk menghitung kemiskinan makro yang di release setiap tahunnya.

b. Pendekatan Non-moneter (BPS); pada tahun 2000 BPS pernah melakukan Studi Penentuan Kriteria Penduduk Miskin (SPKPM 2000) untuk mengetahui karakteristik-karakteristik rumah tangga yang mampu mencirikan kemiskinan secara konseptual (pendekatan kebutuhan dasar/garis kemiskinan). Informasi ini berguna untuk penentuan sasaran rumah tangga program pengentasan kemiskinan (intervensi program). Karena dengan berbagai keterbatasan, cakupan wilayah studi ini meliputi tujuh provinsi. Dari hasil SPKPM 2000 tersebut, diperoleh 8 variabel yang dianggap layak dan operasional untuk penentuan rumah tangga miskin di lapangan.

c. Pendekatan Keluarga Sejahtera (BKKBN); Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 1999 pernah menerapkan konsep dan definisi kemiskinan dengan melakukan pendataan keluarga secara lengkap. Pendataan keluarga tersebut menggunakan konsep/pendekatan kesejahteraan keluarga. BKKBN membagi kriteria keluarga ke dalam lima tahapan, yaitu Keluarga Pra Sejahtera (Pra-KS), Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III), dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III-Plus). Menurut BKKBN kriteria keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin adalah Keluarga Pra Sejahtera (Pra- KS) dan Keluarga Sejahtera I (KS I).

d. Pendekatan US$ (Bank Dunia); Untuk membandingkan kemiskinan antarnegara, Bank Dunia menggunakan perkiraan konsumsi yang dikonversikan ke dollar Amerika dengan menggunakan paritas (kesetaraan) daya beli (purhasing power parity, PPP) per hari, bukan dengan nilai tukar US$ resmi. Angka konversi PPP adalah banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa dimana jumlah yang sama tersebut dapat dibeli sebesar US$ 1 di Amerika Serikat. Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan internasional sebesar 1,25 dollar AS per kapita per hari. Artinya, penduduk yang dianggap miskin di semua negara di dunia ini adalah penduduk yang memiliki pengeluaran kurang dari PPP US$ 1,25 per hari. Garis kemiskinan sebesar 1,25 dollar AS per kapita per hari merupakan revisi atau penyempurnaan terhadap garis kemiskinan

Page 39: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 34

internasional yang digunakan Bank Dunia sebelumnya, yakni sebesar 1 dollar AS per kapita per hari. Saat ini ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia adalah:

i. PPP US $1,25 perkapita per hari yang diperkirakan ada sekitar 1,38 miliar penduduk dunia yang hidup di bawah ukuran tersebut;

ii. PPP US $ 2 perkapita per hari, yaitu sekitar 2,09 miliar penduduk yang hidup di bawah ukuran tersebut.

3.2 Konsep Kemiskinan BPS

Kemiskinan; kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumahtangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya. Secara operasional penduduk miskin merupakan merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulannya di bawah garis kemiskinan (BPS, 2012).

Garis kemiskinan; nilai finansial dalam bentuk uang dari kebutuhan minimum kebutuhan dasar manusia sehingga mampu memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan.

Garis Kemiskinan Makanan; nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis.

Garis Kemiskinan Non-Makanan; nilai pengeluaran kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi (kelompok pengeluaran) di perkotaan dan 47 jenis komoditi (kelompok pengeluaran) di perdesaan.

Page 40: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 35

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Garis Kemiskinan di Kabupaten Majalengka

BPS dalam mengukur kemiskinan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Nilai kebutuhan dasar minimum digambarkan dengan garis kemiskinan (GK), yaitu batas minimum pengeluaran per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non makanan, yang memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak.

Gambar 4.1. Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Majalengka dan Provinsi Jawa Barat, 2015-2017 (rupiah/kapita/bulan).

Pada gambar 4.1 di atas terlihat bahwa garis kemiskinan Kabupaten Majalengka terus meningkat dari tahun ke tahun. Garis kemiskinan Kabupaten Majalengka pada tahun 2017 sebesar Rp 409.559,- per kapita per bulan. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan garis kemiskinan sebesar Rp 393.071,- per kapita per bulan, maka terjadi kenaikan sebesar 4,2 persen. Pada waktu yang

0,000

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

2015 2016 2017

Majalengka Jawa Barat Indonesia

Page 41: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 36

sama, kenaikan ini lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Barat yang mencapai 6,0 persen dan nasional mengalami kenaikan sebesar 7,8 persen.

Meningkatnya garis kemiskinan secara umum dapat disebabkan oleh banyak faktor, selain inflasi inti (makanan dan minuman), faktor seperti perumahan, BBM, listrik, air bersih serta penyaluran beras sejahtera (rastra) juga turut mempengaruhi garis kemiskinan. Badan Pusat Statistik Majalengka (2017) mencatat rumah tangga penerima Ranstra pada tahun 2016 sebanyak 5,03 persen. Sementara berdasarkan sumber penerangan utama yang menggunakan listrik PLN sebanyak 98,89 persen, Listrik Non PLN sebanyak 0,86 persen dan bukan listrik 0,25 persen.

Tabel 4.1. Garis Kemiskinan Kabupaten Majalengka , Provinsi Jawa Barat, dan Indonesia, 2012 – 2017 (rupiah/kapita/bulan)

Tahun 2015 2016 2017

Majalengka 379,354 393,071 409,559

Jawa Barat 306,876 324,992 344,427

Indonesia 330,211 354,087 400,995

Sumber: Susenas Maret 2015 – 2017, BPS

4.2. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Majalengka

Pada periode 2015-2017 perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Majalengka relatif fluktuatif. Tahun 2017 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi 150,25 ribu jiwa atau turun 1,47 persen terhadap tahun 2016. Kabupaten Majalengka banyak mengalami penurunan jumlah penduduk miskin sepanjang tahun 2011 sampai dengan tahun 2017.

Jawa Barat banyak mengalami penurunan jumlah penduduk miskin sepanjang tahun 2011-2017. Hal ini sejalan dengan yang dialami oleh Kabupaten Majalengka. Tabel berikut menunjukkan jumlah penduduk miskin sepanjang tahun 2011 sampai dengan tahun 2017 untuk kabupaten Majalengka dan Provinsi Jawa Barat.

Page 42: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 37

Tabel 4. 2. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Majalengka dan Provinsi Jawa Barat, 2011 – 2017 (000 jiwa)

Wilayah 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Provinsi Jawa Barat

4.650,9 4430.2 4.375,2 4.239,0 4,435.70 4,224.32 4,168.44

Kabupaten Majalengka

178.6 168.6 164.9 158 167.50 152.50 150.26

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

4.3. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Majalengka

Pola persentase penduduk miskin di Kabupaten Majalengka menyerupai pola Provinsi Jawa Barat pada tingkat pertumbuhan penduduk miskin. Pada periode tahun 2011-2016, persentase penduduk miskin Kabupaten Majalengka dan Provinsi Jawa Barat banyak mengalami penurunan, akan tetapi pada tahun 2015 keduanya mengalami kenaikan.

Tabel 4.3. Angka Kemiskinan (P0) Kabupaten Majalengka , Provinsi Jawa Barat dan Indonesia, 2011-2017 (persen)

Wilayah 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Provinsi Jawa Barat 10,57 9,88 9,61 9,18 9,53 8,95 8,71

Kabupaten

Majalengka 14,98 14,46 14,07 13,42 14,19 12,85 12,60

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

4.4. Kualitas Kemiskinan di Kabupaten Majalengka

Persoalan kemiskinan bukan hanya berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman (poverty gap index, P1) dan tingkat keparahan (poverty severity, P2) kemiskinan. Selain menekan jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan seharusnya juga dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Seperti terlihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 bahwa pada periode 2011-2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten Majalengka cukup fluktuatif. Satu hal yang perlu dicatat bahwa pola kedua indeks di Kabupaten Majalengka menyerupai pola pada tingkat

Page 43: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 38

Provinsi Jawa Barat. Kedua indeks tersebut sama-sama turun pada tahun 2014 dan meningkat kembali pada tahun 2015. Tetapi berbeda dengan kondisi nasional. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan pada tingkat nasional walaupun dari tahun ke tahun fluktuatif akan tetapi relatif lebih stabil.

Indeks Kedalaman Kemiskinan disajikan pada Tabel 4.4 Pada periode tahun 2011-2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Majalengka berkisar antara 1,98 sampai dengan 2,52. Pada tahun 2011 indeksnya sebesar 2,11 dan pada tahun 2012 naik menjadi 2,52. Pada tahun 2015 dan 2016 Indeks Kedalaman Kemiskinan berturut- turut naik menjadi 2,34 dan turun pada tahun 2016 menjadi 2,06, namun pada tahun 2017 kembali menurun menjadi 1,93. Keadaan ini menindikasikan bahwa dalam periode 2015-2016, rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauhi garis kemiskinan. Artinya bahwa kesenjangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan semakin melebar.

Tabel 4.4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Majalengka dan Provinsi Jawa Barat, 2011 – 2017

Wilayah 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Provinsi Jawa Barat 1,93 1,62 1,65 1,39 1,63 1,49 1,45

Kabupaten

Majalengka 2,11 2,52 2,24 1,98 2,34 2,06 1,93

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Seperti halnya Indeks Kedalaman Kemiskinan, pola yang sama juga terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan. Secara umum indeks keparahan kemiskinan di Kabupaten Majalengka dalam periode 2011-2017 fluktuatif. Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Majalengka pada periode tahun 2011-2017 berkisar antara 0,46 sampai dengan 0,69. Indeks Keparahan Kemiskinan meningkat dari 0,646 pada tahun 2011 menjadi 0,69 pada tahun 2012, yang mana mirip polanya dengan indeks kedalaman kemiskinan. Turun drastis sampai dengan tahun 2014 kemudian naik kembali pada tahun 2015, selanjutnya menurun dari tahun 2016-2017. Hal ini menunjukkan cukup stabil dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2017.

Page 44: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 39

Tabel 4.5. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Majalengka , Provinsi Jawa Barat dan Indonesia, 2011 - 2017

Wilayah 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Provinsi Jawa Barat 0.52 0.42 0.44 0.33 0.43 0.37 0,37

Kabupaten

Majalengka 0.46 0.69 0.55 0.48 0.60 0.52 0,45

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Page 45: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 40

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengentasan kemiskinan akan mampu berjalan lebih efektif jika pertumbuhan yang dihasilkan diimbangi dengan kebijakan redistribusi pendapatan, aset, kekayaan serta ketrampilan yang akan membawa pada kondisi distribusi yang lebih merata. Pertumbuhan ekonomi yang memberikan dampak terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh komposisi pertumbuhan sektoral. Pertumbuhan pada sektor ekonomi dimana penduduk miskin terkonsentrasi akan memberikan dampak pengurangan kemiskinan yang lebih besar daripada pertumbuhan sektor ekonomi dan sosial lainnya.

Secara umum perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Majalengka pada periode 2012-2017 relatif fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi 150,26 ribu jiwa atau turun 1,47 persen terhadap tahun 2016. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada periode yang sama berkisar antara 1,98 sampai dengan 5,70, begitu pula jika dilihat dari garis kemiskinan juga mengalami kenaikan mencapai 4,02 persen. Sementara pada periode yang sama Indeks keparahan kemiskinan cenderung fluktuatif berada pada kisaran antara 0,46 sampai dengan 1,86.

5.2 Rekomendasi

Ukuran keberhasilan suatu kebijakan pembangunan daerah, diukur dari seberapa besar kebijakan tersebut membawa dampak terhadap peningkatan atau tidaknya kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Kemiskinan di Kabupaten Majalengka mengalami perkembangan yang fluktuatif dan cenderung menurun.

Agar penanggulangan kemiskinan tepat sasaran, fokus dan lokusnya tepat, maka dibutuhkan data dengan indikator kemiskinan yang sensitif dengan kondisi riil kemiskinan masyarakat Majalengka dari berbagai instansi yang

Page 46: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 41

terkait membentuk forum data. Dengan data-data yang tersedia diberbagai instansi tersebut, dapat dilakukan penyusunan database kemiskinan dengan bertolak pada indikator yang sudah dihasilkan dari survey-survey selama ini. Dengan dibangunnya database kemiskinan, diharapkan indikator dan hasil survey dipublikasi dan dapat diketahui masyarakat, pihak-pihak yang berkepentingan menggunakan indikator dan hasil survey tersebut memperoleh feedback dari masyarakat.

Fungsi penting forum data tersebut adalah melibatkan instansi atau otoritas yang mempunyai data-data kemiskinan melakukan koordinasi, mensosialisasikan hasil survey (indikator yang disurvey), verifikasi, validasi, integrasi dan rekomendasi-rekomendasi. Forum data yang dibentuk dapat dilakukan dengan memaksimalkan Kelompok Kerja (Pokja) Data Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD), melalui ketentuan Peraturan Bupati atau lainnya.

Selain untuk kepentingan Pemda, database yang sudah disusun tersebut dapat digunakan oleh Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), akademisi untuk kepentingan advokasi maupun riset-riset yang akan memunculkan gagasan, usulan atau rekomendasi baru untuk perbaikan penanggulangan kemiskinan. Sehingga menjadi penting melakukan penyusunan database kemiskinan berdasarkan data survey yang sudah tersedia.

Page 47: Dinas Komunikasi dan Informatikadata.majalengkakab.go.id/media/files/ebook/Indikator_Pembangunan… · permasalahan-permasalahan baru di daerah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

Dinas Komunikasi dan Informatika 42

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Majalengka, 2018. Kabupaten Majalengka Dalam Angka 2018.

Badan Pusat Statistik Majalengka, 2017. Kabupaten Majalengka Dalam Angka 2017.

-----------------------------------------,2017.Statistik Kesejahteraan Rakyat Majalengka Tahun 2017.

-----------------------------------------,2016. Statistik Kesejahteraan Rakyat Majalengka Tahun 2016.

-----------------------------------------,2016. Sensus Ekonomi, Analisis Hasil Listing Potensi Ekonomi Kabupaten Majalengka Tahun 2016.

-----------------------------------------,2017. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2016.

Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031