dinamika perjuangan pelajar islam indonesia di...

103
DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI ERA ORDE BARU Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Mirzan Insani NIM: 201033200785 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M.

Upload: vuduong

Post on 02-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI ERA ORDE BARU

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Mirzan Insani NIM: 201033200785

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M.

Page 2: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul DINAMKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI ERA ORDE BARU telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada tanggal 12 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Program Strata Satu (S-1) pada program Study Ilmu Politik.

Jakarta 12 Maret 2010

Sidang Munaqasyah,

Ketua Merangkap Anggota,

Wiwik Siti Sadjaroh, MA NIP. 196902101994032004.

Anggota,

Pembimbing,

Dr. Sirojuddin Aly, MA NIP: 19540605 2001121001

Penguji I Penguji II

Dra. Haniah Hanafie, M,Si Drs. Agus Nugraha, M,Si NIP. 196105242000032002 NIP. 196808012000031001

Page 3: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (satu) di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Maret 2010

Mirzan Insani

 

Page 4: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

iii

KATA PENGANTAR

”Ma… jika malam gelap Simpan tangismu dalam sehelai sapu tangan besok pagi jadikan merpati…

Menengadahlah pelangi sedang menapak dimuara amarahmu Genggam satu saja kau lempar ke wajah aku..

Ma, bendung air matamu dengan kata-kata Pertama untaikan dalam sajak besok pagi jadikan bait puisi..

Tengoklah hujan sedang menyirami bara risaumu Biarkan melaut untuk menguap kembali menjadi awan”

Syukur terhatur kehadhirat Allah Tuhan yang Maha Ghafur atas segala

rakhmat yang meruang dan mewaktu dengan segala ketakziman yang ada.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke-haribaan Muhammad SAW,

keluargamu, sahabat-sahabatmu, dan siapapun yang mengikutimu, seperti curah

hujan atas bumi, seperti pancaran matahari pada semesta raya.

Akhirnya, skripsi ini selesai. Ada proses panjang yang sebelumnya

memang harus dilalui. Di sana, penulis mengalami banyak peristiwa dan bertemu

dengan nama-nama. Entah kenapa, peristiwa dan nama-nama itu seperti fase-fase

yang tanpa terasa membawa penulis pada fase terakhir studi. Kehidupan memang

memiliki aturan sendiri yang mungkin lepas dari logika manusia.

Terima kasih penulis haturkan kepada :

1. Dekan, Pembantu Dekan, dan seluruh Bapak serta Ibu Dosen Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan pengajaran selama masa belajar penulis.

2. Ibu Wiwik St Syajaroy, MA selaku ketua Jurusan Pemikiran Politik

Islam, Bapak Rifki Mukhtar, Ketua Program Ushuluddin dan Filsafat

Page 5: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

iv

3. Bapak Dr. Siradjuddin Ali, MA., selaku pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulisan skripsi ini.

4. Sungkem Sujudku kepada Kedua orang tua tercinta, Bapak Sujono

dan Ma Royanah atas keikhlasan, do’a serta airmata restu mereka.

Tanpa keduanya penulis tidak akan berada di dunia dan menjalani

kehidupan yang merupakan sekolah yang tidak pernah menawarkan

ijazah.

5. Saudara-saudaraku, Kakakku tercinta Mas Aan Raekhan dan Yu Dewi,

Adikku Lukman Effendi dan Endang serta sikecil Keyla Zahra

Lazuardani sebagai bagian dalam satu niscaya yang tak terpisahkan

menuju doa yang sempurna. Tak lupa para Lilik, Budhe, sepupu, Um,

Bulik, untuk kerukunan dan remojongannya. Bayu, Tegar (Mas Dang

saged Lulus)

6. Teruntuk mata telagaku Juwita Ratna Wulan yang menemani dan

banyak membantu menyelesaikan penulisan dan support yang

membangun untuk keoptimisan dalam penyelesaian studyku, serta

ketabahanmu

7. Untuk doamu kepadaku Rokhana semoga segalanya ada jawaban

pangampurane Nok.

8. Bambang Prihadi guruku diteater atas inspirasi kebersahajaannya.

9. Keluarga Besar UKM Teater Syahid dan Lab Teater Syahid banyak

memberikan pembelajaran yang tak ternilai.

10. Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia Daerah Ciputat

memperkenalkanku tentang bagaimana menangis yang baik dan bijak.

Page 6: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

v

11. Saudara sehatiku Mas Kirno, Sub, Agus, Bapa Sakim yang

menyelamiku dalam makna yang bernama “diam”

12. Kleng Pablo atas teriakan dan tepukan punggung untuk terus maju

menyelesaikan study ini.

13. Keluarga Bani Solikhin Mba Zizah, Mas Untung, Mas Joyo, Mba

Endah, tak lupa Bonis atas cita yang sepadan

14. Ozhy Tatu teman diskusi dan layout selama dalam penulisan

15. Kang Gino dan Sokhibi pijakan pertemanan awalku memasuki kota

Jakarta dan Studyku di IISIP.

16. Bapak Utomo Dananjaya demikian banyak keakraban tentang

memeluk kehidupan yang selalu dianggap hijau.

17. Mas Radhar Pancadahana dan FTI (Federasi Teater Indonesia) atas

transfer pengetahuan dalam mencari celah kemungkinan

18. Temen-temen seperjuangan semua kang Aseng tralala, Wong Zdolim,

Bang Echo Chotib, Mas Aris, Sir Ilham, Olief, Julung, Jula, Lina,

Yuni, Yanche, Alam, Yova, Kancil, Parto, Widi, Akbar, Rendi, Big

Dady, Washadi, Welda, Bangkit, Iman, Dimas, Kis, Wilda, Uswah,

Dien, dan temen-temen yang tidak saya sebutkan satu persatu.

Trimakasih semuanya

12 Maret, 2010.

PENULIS.

Page 7: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… iii-v

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. vi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………………………… 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………………… 9

D. Metode Penelitian…………………………………………………………….. 10

E. Sistematika Penulisan………………………………………………………… 11

BAB II. LATAR BELAKANG PENDIRIAN, PEMBENTUKAN DAN

PENGKADERAN

A. Keadaaan Umat islam Paska Kemerdekaan………………………………….. 12

B. Motovasi Dasar Pendirian Pelajar Islam …………………………………….. 21

C. Proses Pendirian Pelajar Islam Indonesia …………………………………… 24

D. Dasar-dasar Pandangan Pelajar Islam Indonesia tentang Kekuasaan………... 33

E. Kaderisasi Pelajar Islam Indonesia…………………………………………... 35

F. Pelajar Islam Indonesia, Arena Belajar Demokrasi………………………….. 38

BAB III. KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE BARU

A. Setting Politik Orde Baru ……………………………………………………. 41

Page 8: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

vii

A. 1. Politik dalam Masa Peralihan……………………………… 42

B. 2. Ideologi Pembangunan dan Dwifungsi ABRI……………... 43

B. Pengetatan Struktur Politik ………………………………………………….. 47

C. Implikasi Setting Politik Orde Baru Terhadap Islam………………………… 50

BAB IV. DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN

PEMERINTAH ORDE BARU

A. Undang-undang Keormasan Nomor 8/1985: Puncak Pertentangan………….. 56

B. Umat Islam dan Undang-undang Keormasan……………………………. 62

C. Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia dan Undangundang Keormasan…. 65

D. Pelajar Islam Indonesia Melampaui Batas Akhir dan Tunduk pada Undang-

undang Keormasan…………………………………………………………. 76

E. Sumbangan Pelajar Islam Indonesia Terhadap Pembangunan Nasional………. 81

E.1. PII dan Gerakan Amal Sholeh……………………………………………... 82

E.2. PII dan Masa Depan Kepemimpinan Nasional……………………………. 83

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 85

B. Saran-Saran……………………………………………………………………… 86

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umumnya para analis bersepakat, bahwa pasang surut hubungan Islam

dengan negara di Orde Baru telah memasuki babak baru sejak pertengahan tahun

1980-an dan makin jelas pada era 1990-an. Afan Gaffar menganggap, fenomena

tersebut sebagai fenomena politik akomodasi setelah sebelumnya hubungan itu

berada dalam suasana yang antagonistik.1Hubungan yang demikian ini ditandai

oleh dua hal. Pertama, di kalangan kekuatan-kekuatan politik Islam, persoalan

formalitas ideologi Islam dalam negara tampaknya tidak lagi menjadi ide atau

gagasan yang perlu dikedepankan. Gagasan itu adalah mendirikan negara Islam

atau menjadikan Islam sebagai dasar negara. Tampaknya terjadi perubahan

persepsi di kalangan generasi baru Islam. Mereka ini tidak lagi membicarakan

bagaimana membangun negara Islam atau bagaimana membangun suatu negara

yang menerapkan kaidah-kaidah (syari’ah) politik Islam dalam kehidupan

kenegaraan di Indonesia. Perubahan persepsi ini, menurut Afan, tidak dapat

dilepaskan dari makin banyaknya kelompok Islam yang terpelajar sebagai salah

satu hasil dari pembangunan Orde Baru.2 Kedua, di tingkat kenegaraan,

pemerintah tampak melakukan akomodasi terhadap berbagai kepentingan

1 Afan Gaffar, ”Islam Dalam Era Orde Baru, Mencari Bentuk Artikulasi yang Tepat”

(Ulumul Qur’an, 1993) Vol. IV, hal-2 2 Afan Gaffar, “ Islam Dalam Era Orde Baru, Mencari Bentuk Artikulasi yang Tepat”

Vol. IV, hal-2

1

Page 10: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

2

(aspirasi) umat Islam. Berbagai indikator dapat ditunjukkan untuk mendukung

pernyataan ini:

1). Pada masa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan,

kebijakan pendidikan mulai berubah. Misalnya, pemberlakuan kembali

liburan puasa dan pelajar muslimah boleh memakai jilbab di sekolah-

sekolah umum/negeri.

2). Pendidikan yang bersesuaian dengan ajaran Islam diakomodasi dalam

beberapa pasal Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan

Nsional.

3). Undang-undang tentang peradilan Agama yang mengakui

pemberlakuan syari’ah Islam digolongkan dalam Pengadilan Agama di

Indonesia.

4). Pengiriman seribu da’i ke berbagai daerah oleh Yayasan Amal Bakti

Muslim Pancasila sekaligus dengan pembiayaannya.

5). Pengangkatan berbagai tokoh/intelektuan yang dianggap dekat dengan

Islam ke dalam kabinet pemerintah maupun lembaga DPR/MPR.

6). Berdirinya Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI).

Penjelasan terhadap munculnya fenomena akomodasi terhadap Islam oleh

Negara ini umumnya dilakukan secara makro. Umat Islam dalam hal ini

dipandang sebagai suatu entitas yang keseluruhannya melibatkan diri dalam arus

besar gerak politik Orde Baru. Dengan kata lain, berbagai penjelasan mengenai

pasang naiknya hubungan Islam dengan Negara sejak pertengahan era 1980-an

masih menyisakan satu pertanyaan besar. Pertanyaan itu ialah apakah fenomena

politik akomodasi di atas menyentuh kelompok-kelompok yang dianggap berada

Page 11: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

3

di luar mainstream, baik secara formal maupun substansial? Pertanyaan ini juga

menurut penjelasan mengenai bagaimanakah perjalanan dan perkembangan

persepsi serta respon kelompok-kelompok Islam terhadap negara.

Dengan demikian, pada dasarnya umat Islam mengambil dua sikap. Sikap

utama atau yang menjadi main stream adalah menerima kebijakan tersebut.

Sedangkan sikap menolak adalah sikap yang dapat digolongkan sebagai sikap

diluar main stream. Lebih tegasnya, sebagai kelompok yang menolak kebijakan

itu, Pelajar Islam Indonesia dapat dikatakan telah berada di luar kerangka politik

formal Orde Baru.

Selain itu kebijakan pemerintah Orde Baru yang mengedepankan ide

tentang penyeragaman asas bagi segenap organisasi politik dan kemasyarakatan

dengan menggunakan asas Pancasila, pertama kali disampaikan oleh Presiden

Soeharto dalam pidato kenegaraan tahunannya pada tanggal 16 Agustus 1982.

Untuk organisasi kemasyarakatan, ide ini- setelah melalui berbagai proses-

akhirnya diwujudkan menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang

Keormasan dan diundangkan melalui Lembaran Negara Nomor 2638 tanggal 17

Juni 1985.3 Salah satu pasal dalam Undang-Undang itu mewajibkan setiap

organisasi kemasyarakatan agar mencantumkan Pancasila sebagai asas organisasi

dan tidak ada asas lain selain itu.4 Setiap organisasi kemasyarakatan ketika itu

diberi batas waktu hingga 17 Juni 1987 untuk menyesuaikan asasnya dan

mendaftarkan diri ke Departemen Dalam Negeri.5

3 Tempo, Nomor 46 Tahun 1988. 4 Undang-Undang Keormasan Nomor 8 Tahun 1985 5 Lihat, Departemen Agama, “Ensiklopedia Islam di Indonesia”, (Jakarta: Departemen

Agama, 1993), Jilid III, hal,922 bandingkan dengan Tempo, Nomer 46 Tahun 1988

Page 12: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

4

Sejak awal pencetusan ide tentang penyeragaman asas organisasi

kemasyarakatan ini, respon atau sikap ini nampak konsisten. Pernyataan-

pernyataan resmi PII selama tenggang waktu lima tahun (1982-1987) menunjukan

adanya konsistensi ini.

PII merupakan organisasi pelajar tertua yang lahir setelah kemerdekaan

Indonesia,6 bergerak di bidang sosial-pendidikan dan dakwah. PII didirikan di

Yogyakarta tanggal 4 Mei 1947. Meskipun organisasi ini bernama pelajar, namun

yang terhimpun di dalamnya tidak hanya pelajar dalam arti formal. Di PII juga

akan ditemui mahasiswa (sarjana dan pascasarjana), juga pemuda-pemuda yang

sudah bekerja. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat PII mendefenisikan

“pelajar” dalam arti luas dan longgar, mengacu kepada pengertian bahwa belajar

itu sepanjang hayat.

Sebagai organisasi yang lahir pada masa mempertahankan dan mengisi

kemerdekaan, PII telah menunjukan komitmennya yang besar terhadap

keberlangsungan hidup bangsa dan negara. Bahkan pada awal-awal

pergerakannya, sesuai dengan konteks ketika itu, gerak PII lebih banyak diwarnai

oleh keikutsertaannya- bersama komponen bangsa yang lain- mempertahankan

kemerdekaan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat salah satu motivasi berdirinya

PII bertolak dari tanggungjawab sebagai organ bangsa yang ketika itu sedang

mempertahankan kemerdekaan dari rongrongan kolonial Belanda dengan agresi

militernya.7

6 Departemen Agama, “Ensiklopedia Islam di Indonesia”, (Jakarta: Departemen Agama,

1993), Jilid III, hlm.922 7 Departemen Agama, “Ensiklopedia Islam di Indonesia” Jilid III, hal, Ibid

Page 13: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

5

Pengakuan atas peran PII itu antara lain tercermin dalam amanat

almarhum Jendral Soedirman (Panglima Besar Angkatan Perang RI) pada resepsi

hari bangkit (HARBA) I PII, tanggal 4 Mei 1948 :

“Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada anak-anak PII, sebab saya tahu bahwa telah banyak korban yang telah diberikan oleh PII kepada negara.Teruskanlah perjuanganmu, hai anak-anaku Pelajar Islam Indonesia. Negara kita adalah negara baru, didalamnya penuh onak dan duri, kesukaran dan rintangan banyak kita hadapi. Negara membutuhkan pengorbanan pemuda dan segenap bangsa Indonesia”.8

Di samping motivasi kebangsaan, motivasi pertama yang melandasi

pendirian PII adalah motivasi yang berasal atau bertitik tolak dari ajaran agama.9

Ayat al-Qur’an yang menjadi rujukan motivasi ini adalah Surat Ali Imran (3) ayat

104 yang memberi isyarat agar ada diantara sekelompok orang (organisasi) Islam

yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran. Motivasi ini sangat

mempengaruhi kepribadian kader-kader PII pada umumnya. Segenap warga PII

berkeyakinan bahwa eksistensi organisasi bukanlah sekedar memenuhi social

need, melainkan merupakan perangkat fardhu kifayah ( kewajiban secara

kelompok) dalam rangka pengembangan dakwah Islam.

Dengan dasar motivasi itu, sebagai organisasi Islam PII telah menunjukan

komitmen dan kepedulian yang tinggi dan konsisten kepada Islam. Perjalanan

historis PII telah membawanya pada posisi yang dianggap sebagai kelompok kritis

(kadang dianggap radikal) dan sangat dekat dengan Majelis Syura Muslimin

Indonesia (Masyumi M. Natsir). M. Rusli Karim menggambarkan PII sebagai

organisasi massa-pelajar yang sangat konsisten mengamalkan ajaran Islam dan

8 Documenta Selecta Pelajar Islam Indonesia, PB PII. Telah disesuaikan dengan ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). 9 Tim IAIN Syahid Jakarta, “Ensiklopedi Islam Indonesia” (Jakarta: Djambatan 1992)

Jilid I, hal, 759.

Page 14: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

6

pandangan politiknya sering disamakan dengan Majelis Syura Muslimin

Indonesia (Masyumi).10 Jadi, tidaklah mengherankan kalau di tingkat kehidupan

berbangsa dan bernegara PII menjadi sangat peduli dan kritis pada kebijakan-

kebijakan pemerintah terutama yang menyangkut kepentingan Islam dan umat

Islam.

Untuk membahas masalah ini secara nasional setidaknya PII telah

melaksanakan empat kali pertemuan. Pembahasan pertama dilakukan dalam

Muktamar Nasional ke-16 di Jakarta pada tahun 1983. Pembahasan kedua pada

tahun1984 di Jawa Barat lewat acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas).

Tahun berikutnya melalui Musyawarah Instruktur Nasional (MIN) di Bandar

Lampung. Akhirnya, pada Muktamar Nasional ke-17 tahun 1986,PII tetap

mempertegas sikapnya sebagaimana tercermin dalam Pokok-Pokok Pikiran

Pengurus Besar (PB) PII tentang penyusunan Undang-undang Keormasan yang

merupakan hasil Rapimnas tahun 1984 :

1. Menolak setiap perangkat atau hukum yang secara sengaja atau tidak

sengaja akan mengeliminir atau mencoret Islam secara tersirat atau tersurat

dari Anggaran Dasar atau perangkat organisasi kemasyarakatan, terutama

yang bernafaskan islam.

2. Mengakui Al-Islam sebagai satu-satunya asas bagi berorganisasi

kemasyarakatan yang bernafaskan Islam dalam melaksanakan kegiatan-

kegiatannya.

10 M. Rusli Karim, HMI, hal, 127-128

Page 15: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

7

3. Menolak setiap perangkat aturan atau hukum yang secara birokratis-

administratif akan membatasi nilai-nilai Islam.11

Pokok-pokok pikiran tersebut dengan jelas menunjukan analisa dan

prediksi PII yang memandang Undang-undang Keormasan sebagai perangkat

ideologis pemerintah untuk mengeliminasi Islam dari bumi Indonesia.

Sejak itulah legalitas formal PII sebagai organisasi kemesyarakatan tdak

diakui lagi. Sejak itu pula sesungguhnya PII secara kelembagaan telah berada

diluar kerangka politik formal Orde Baru. Akan tetapi, di sini pula kita melihat

adanya pola hubungan yang unik antara pemerintah Orde Baru dengan PII sebagai

salah satu Kelompok Masyarakat. Pengurus dan kader PII sendiri tidak mau

menganggap organisasinya ilegal karena terbukti seluruh kegiatan utama mereka

dapat tetap dilaksanakan sebagaimana sebelumnya. Mereka menyebut situasi ini

“informal”.12 Dengan istilah itu mereka ingin mengatakan, bahwa kegiatan-

kegiatan PII tetap berlangsung, meskipun tidak dipublikasikan dan tentu saja

mengalami berbagai penurunan baik kualitas maupun kuantitas. Kegiatan terbuka

PII yang terakhir sebetulnya adalah muktamar di Surabaya (1-7 Januari 1980).13

Setelah itu, kegiatan PII tidak dipublikasikan. Pada dasarnya pemerintah

mengetahui aktivitas PII, tetapi membiarkan saja.14

Ketiadaan legalitas formal ternyata tidaklah mengurangi dinamika di

dalam tubuh PII. Pada tahun 1995 melalui Muktamar Nasional PII yang ke-20 di

11 PII, “Pokok-pokok pikiran PB PII tentang Penyusunan Undang-Undang Keormasan”,

Jakarta: Rapimnas, 1984. 12 Lihat, PII, “Pokok-pokok pikiran PB PII tentang Penyusunan Undang-Undang

Keormasan”, Jakarta: Rapimnas, 1984. 13 PII, Jakarta: Rapimnas, 1984. 14 Keterangan Hartono Mardjono, S.H (ketika itu Wakil Ketua DPA RI ) pada acara

“Advanced Leadership Training PII” (Jakarta, Juni 1991)

Page 16: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

8

Cisalopa, Jawa Barat, PII secara kompak berketetapan hati untuk menerima asas

tunggal Pancasila dan mendaftarkan diri ke Departemen Dalam Negeri .15

Alasan yang dikemukakan adalah , 1) Pancasila bagi umat Islam dan bsgi

PII sudah tidak perlu dipermasalahkan; dan 2) mengingat kondisi obyektif para

pelajar (terutama pelajar sekolah menengah umum), maka PII perlu

megoptimalisasikan perannya. Hal ini tidak mungkin dilakukan tanpa memakai

jalur formal.

Sebagai tindak lanjut kesepakatan tersebut, pada tanggal 9 Desember 1996

secara resmi PII mendaftarkan diri ke Departemen Dalam Negeri sebagai salah

satu tahap akhir upaya formalisasinya.16 Untuk mendukung peresmian kembali

PII ini, dilakukanlah lobby yang cukup intensif hingga mereka mengantongi

rekomendasi dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Agama,

Majelis Ulama Indonesia, ABRI (sekarang TNI ), dan dari tokoh-tokoh

masyarakat.17 Dukungan yang jelas juga diberikan oleh Menteri Negara Riset dan

Teknologi.18 Bahkan PII telah pula berkirim surat langsung kepada Soeharto

sebagai presiden orde baru di masanya.

Perkembangan PII di era 1980-an dan 1990-an seperti telah diuraikan

tersebut dapat menunjukkan dua hal yang masing-masing memuat dua fenomena

yang tampak bertentangan. Pertama, pada tahun 1985 PII menyatakan diri

menolak pemberlakuan asas tunggal Pancasila, sedangkan sepuluh tahun setelah

itu yakni tahun 1995, PII menyatakan sebaliknya. Kedua, pada tahun 1985 alasan

PII menolak asas tunggal Pancasila bersifat ideologis, sedangkan tahun1995 saat

15 Hasil Muktamar Nasional ke-20 PII, (Jakarta, 1995). 16 Republika, 20 Januari dan 24 Juni 1997. 17 Suara Merdeka, 4 Mei 1996. Juga Berkas Registrasi PII, Jakarta: PB PII, 1997. 18 Ummat.

Page 17: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

9

mereka mendaftarkan diri ke Departemen Dalam Negeri alasannya pragmatis.

Kedua fenomena yang tampak bertentangan ini tentunya menarik untuk dikaji.

Kemudian, bila diletakkan dalam konteks hubungan Islam dan Negara

Indonesia, fenomena PII juga menarik. Pertama, apakah dinamika PII sejalan

dengan dinamika hubungan Islam dan Negara ataukah sebaliknya, dan

bagaimanakah menjelaskan fenomena yang tampak bertentangan dalam tubuh PII

itu? Kedua, apakah politik akomodasi dapat menjelaskan fenomena PII pada satu

dasawarsa terakhir ini? Pertanyaan seperti ini akan berimpliksi kepada penjelasan

mengenai pola hubungan Negara denagn PII sebagai kelompok yang secara

formal berada di luar kerangka politik formal Orde Baru akibat penolakannya

terhadap pemberlakuan asas tunggal Pancasila tahun 1985. Ketiga, fenomena

upaya PII memformalkan dirinya kembali ini mengingatkan kita pada upaya

Masyumi merehabilitasi dirinya pada awal Orde Baru. Meski di sisi lain dalam

beberapa hal dapat dibenarkan. Misalnya, dari segi afiliasi politik, PII dikenal

dekat dengan Masyumi. Bahkan, PII dikenal sebagai “Masyumi bercelana

pendek”.19

Di samping itu, ada perubahan suasana dari yang bersifat antagonistik

kepada suasana yang akomodatif dari era 1980-an hingga 1990-an. Kemudian, ada

lobby yang cukup intensif yang dilakukan PII kepada pihak-pihak pemerintah

yang sedang berkuasa. Upya mencermati lobby PII ini akan membawa kita kepada

kesimpulan yang menarik tentang peran masyarakat dalam berhubungan dengan

negara.

19 Istilah ini antara lain dipakai oleh AM. Fatwa. Lihat Republika, 10 Juli 1997.

Page 18: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

10

B. Pembatasan dan Perumusan masalah

Pembatasan dalam penulisan ini berkisar tentang Hubungan dan

Pergerakan Pelajar Islam Indonesia (PII) dengan pemerintahan Orde Baru.

Adapun perumusan masalahnya adalah:

1. Dimanakah posisi PII dalam dinamika hubungan Isalam dan Negara dari

tahun 1980 hingga 1995?

2. Mengapa terjadi perubahan sikap PII dari menolak asas tunggal Pancasila

pada tahun 1985 menjadi menerima pada tahun 1995.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola

hubungan yang terjadi antara negara di era Orde Baru dan PII serta, meletakkan

dan menjelaskan posisi PII sebagai kelompok kaum muda Islam yang kritis, di

dalam dinamika politik Orde Baru.

Adapun manfaat dari penulisan skripsi tersebut adalah:

1. Melihat kembali pola hubungan antara negara dan masyarakat di Indonesia

yang secara teoritik telah terkonstruksi.

2. Sebagai bahan pelengkap informasi mengenai pergerakan Islam di

Indonesia kontemporer, terutama pergerakan kaum mudanya.

D. Metode Penelitian

Data diperoleh melaui studi kepustakaan (library research) sebagai

sumbernya yaitu buku-buku, artikel, jurnal, majalah, internet, dan dokumentasi-

dokumentasi yang berkaitan dengan pokok permasalahan, dalam pembahasan

Dinamika hubungan dengan pemerintah Orde Baru, wawancara mendalam dengan

Page 19: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

11

key information. Untuk sumber primer sebagi acuan penulis menggunakan Buku

karya Djayadi Hanan “Gerakan Pelajar Islam Dibawah Bayang-Bayang Negara

Studi kasus Pelajar Islam Indonesia tahun 1980-1997.

Penelitian ini bersifat kualitatif. Maksudnya, mendekati perjalanan PII

dalam setting naturalnya, dan berupaya memahami atau menginterprestasikan

fenomena PII sesuai dengan pemaknaan yang diberikannya.20 Data yang

digunakan juga bersifat kualitatif. Data kualitatif adalah data yang biasa berbentuk

kata-kata, bukan angka-angka.21

Selain itu, untuk pedoman penulisan skripsi ini, berpedoman pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), yang diterbitkan

oleh CeQDA Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

E. Sistematika Penulisan

Demi mempermudah penelitian, pembahasan, dan penulisan skripsi ini,

maka penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab, dengan

sistematika sebagai berikut:

Bab I. Merupakan Pendahuluan yang membahas Latar Belakang, Tujuan dan

Kegunaan Penelitian, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Methodologi

Pembahasan, terakhir Sistematika Penulisan.

Bab II. Menelusuri dan melihat keadaan keadaan umat Islam Indonesia pasca-

kemerdekaan hingga lahirnya PII, dan bagaimana PII berkiprah hingga

menjadi sangat sering bersentuhan dengan politik.

20 Norman K. Denzin dan Yvonna S. Loncoln,“Entering The Field of Qualitative

Research” (Handbook of Qualitative Research, California; SAGE Publication, Inc., 1994), hal, 2. 21 Mathew B. Miles, A. Michael Huberman, “Qualitative Data Analysis” (California:

SAGE Publicatyin, Inc., 1996), hal, 1.

Page 20: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

12

Bab III. Adalah mengkonsepsikan peran dalam setting politik Orde Baru dan

bagaimana implikasi setting poltik Orde baru terhadap Islam

Bab IV. Merupakan pandangan atau ide-ide yang berkembang dan dikembangkan

di PII berkaitan dengan ideologi, kekuasaan, dan Negara (pemerintahan)

serta berbagai proses perkembangannya.

Bab V. Adalah Bab Penutup yang menyajikan Kesimpulan dan saran-saran.

Page 21: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

BAB II

LATAR BELAKANG PENDIRIAN, PEMBENTUKAN DAN

PENGKADERAN

A. Keadaan Umat Islam Pasca kemerdekaan

Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus

1945, memberikan tiga warisan kepada bangsa Indonesia. Warisan itu adalah

keadaan yang ditinggalkan oleh penjajah Belanda selama lebih dari tiga ratus lima

puluh tahun, warisan pemerintahan fasis Jepang, dan situasi internal bangsa

Indonesia akibat gabungan dari hal tersebut. Bagi Umat Islam, kemerdekaan yang

ada memang merupakan hal yang sangat disyukuri dan ditunggu-tunggu. Umat

Islam memang memiliki legitimasi historis untuk merasa paling berkepentingan

dengan kemerdekaan tersebut:1

1. Sebagian besar wilayah Nusantara dihuni oleh umat Islam dan hamper

disemua wilayah yang mayoritas Islam terjadi perlawanan yang sangat

gigih terhadap penjajah. Misalnya, perang Aceh, perang di daerah Jawa

pada umumnya, perang di Kesultanan Palembang, Kesultanan

Banjarmasin, Kerajaan Gowa dan Tallo, Kerajaan di daerah Ternate dan

Tidore, dan lain-lain.

2. Ajaran Islam sangat berkepentingan dengan pelaksanaan syariat Islam

secara bebas dan diatur oleh orang Islam sendiri. Itu berarti bahwa umat

Islam harus memiliki kemerdekaan dan tanah air sendiri yang berdaulat.

1Ahmad Adby Darban, “Sejarah Lahirnya Pelajar Islam Indonesia”, (Yogyakarta :

Panitia Daerah Muktamar XIV Pelajar Islam Indonesia, 1976) hal, 5-7

12

Page 22: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

13

3. Para penjajah yang menyengsarakan rakyat jelas-jelas dalam pandangan

Islam adalah kafir. Berjuang memerdekakan diri dari orang kafir adalah

sebuah jihad yang demikian besar dan mulia.

4. Umat Islam berjumlah mayoritas sehingga apabila kemerdekaan

dipandang sebagai penyelesaian terbaik bagi bangsa ini, maka umat Islam-

lah yang akan mendapatkan kebaikan yang lebih banyak. Pemahaman

yang paling fundamental bagi umat Islam menunjukkan, bahwa penjajah

adalah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam dan fitrah manusia.

Di manapun dan kapanpun penjajah harus diperangi dan dibasmi.2

Penjajah Belanda yang bercokol demikian lama di Indonesia memiliki

kebijakan khusus berkenaan dengan Islam. Hal ini terjadi karena Belanda

menyadari sepenuhnya, bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam

dan berarti pengaruh Islam merupakan variable yang tidak boleh dan tidak dapat

diabaikan. Pemerintah kolonial Belanda sejak lama sebetulnya sudah

mengkhawatirkan kekuatan Islam. Ajaran Islam yang utama dalam kehidupan

sosial yakni, amar ma’ruf dan nahiy munkar sangat berdimensi revolusioner.3

Pada dasarnya, dalam setiap agama manapun terlebih Islam mengajak

pemeluknya untuk selalu berbuat kebaikan dan memerangi segala bentuk

keburukan dan kejahatan dalam hidup. Belanda melihat bahwa Islam-lah yang

paling berkepentingan untuk menentang berbagai bentuk eksploitasi yang mereka

lakukan terhadap bangsa Indonesia. Dalam perspektif ini, Belanda beranggapan

bahwa ajaran Islam pada hakekatnya memang suatu revolusi yakni, revolusi

2lihat misalnya, Ahmad Adby Darban, “Sejarah Lahirnya Pelajar Islam Indonesia”,

(Yogyakarta : Panitia Daerah Muktamar XIV Pelajar Islam Indonesia, 1976), hal, 6-7. 3 Ahmad Adby Darban, “Sejarah Lahirnya Pelajar Islam Indonesia”, (Yogyakarta :

Panitia Daerah Muktamar XIV Pelajar Islam Indonesia, 1976), hal, 6.

Page 23: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

14

dalam menghapuskan dan menentang segala bentuk eksploitasi seperti

kapitalisme, imperialisme, komunisme, atau fasisme.4

H. Aqib Suminto5 menyimpulkan, bahwa Belanda melakukan tiga jenis

kebijakan politik terhadap Islam; Pertama. Kebijakan netral terhadap agama.

Kebijakan ini dalam prakteknya ternyata berbeda. Sampai tahun-tahun terakhir

kekuasaannya, pemerintah Belanda lebih banyak campur tanggan terhadap agama.

Kesulitan pemerintah Belanda bersikap netral karena politik-identitas antara Islam

dan Kristen. Pada umumnya, pemeluk Islam pasti orang bumiputra, sedangkan

Kristen pada umumnya dianut juga oleh penjajah.

1. Politik asosiasi kebudayaan. Inti politik ini menghendaki agar di bidang

kemasyarakatan bumiputra menyesuaikan diri dengan kebudayaan

Belanda. Jalan yang ditempuh adalah melalui asosiasi dan pemanfaatan

adat serta asosiasi pendidikan.

2. Memberikan perhatian secara khusus dan serius pada perkembangan

paham tarekat dan pan-Islamisme. Bagi Belanda, dua gerakan paham ini

sangat potensial untuk menimbulkan fanatisme di kalangan umat Islam.

Ketiga kebijakan ini kemudian diadministrasikan oleh kantoor voor

Islandsche zaken, yakni suatu institusi yang berwenang memberikan

nasihat kepada pemerintah dalam masalah-masalah bumiputra.6

Sementara itu, menurut Adaby Darban inti kebijakan pemerintah kolonial

Belanda adalah melakukan usaha-usaha untuk menghalangi perkembangan dan

4 Mohammat Natsir, “Capita Selecta”, (Jakarta : Pustaka Pendis, 1957) hal, 23. 5 H. Aqib Suminto, “Politik Islam Hindia Belanda”, (Jakarta : LP3ES, 1986) hal, 19. 6 H. Aqib Suminto, “Politik Islam Hindia Belanda”, hal, 21

Page 24: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

15

kebangkitan agama Islam dengan cara yang halus. Kebijakan ini ditempuh dengan

melakukan beberapa hal sebagai berikut:7

1. “Kristening politik’” yaitu, suatu usaha untuk melemahkan kekuatan

bumiputra dengan jalan memasukkan pengaruh agama lain dari tanah

jajahan. Menurut Stoddard,8 tindakan seperti ini dilaksanakan dengan

menggunakan kesucian agama untuk kepentingan busuk kolonialisme di

Indonesia. Hal ini dilakukan Belanda pada masa kekuasaan Gubernur

Jendral Idenburg. Pada masa inilah politik pengkristenan terhadap seluruh

penduduk Nusantara dilakukan sedikit demi sedikit secara teratur dan

terencana. Stoddard menambahkan, bahwa politik ini pada intinya

bukanlah untuk memperkuat kekuasaan penjajah di bumi Nusantara dalam

waktu selama mungkin. Politik model ini memang memungkinkan bila

mengingat perimbangan kekuatan penjajah yang kalah terhadap mayoritas

umat Islam. Atas dasar itu, maka pemerintah Kolonial Belanda

memberikan bantuan pembinaan dan pengembangan agama Kristen.

Melalui restu Ratu Belanda sejak tahun 1901, dibukalah Zending Kristen

untuk beroperasi di Indonesia. Tindak lanjut dari hal ini adalah dengan

mendirikan sekolah-sekolah Kristen. Sekolah-sekolah Kristen inilah yang

memberikan andil yang cukup besar dalam menyokong perkembangan

agama Kristen di Indonesia, dan terutama dalam menyuksekan politik

pemerintah Kolonial Belanda.

7Bandingkan dengan, Drs. H. Ahmad Adaby Darban, S. U, “Refleksi Kilas Balik

Berdirinya PII” dalam HM. Natsir Zubaidi dan Lukman Fathullah Rais, S.H, “Pak Timur Menggores Sejarah, PII Menyiapkan Kader Ummat dan Bangsa” (Jakarta : Bulan Bintang, 1997), hal, 229-239.

8 Lihat F.L. Stoddard, “Dunia Baru Islam” (Jakarta : Gunung Agung, 1966), hal, 295.

Page 25: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

16

2. Politik-asosiasi (associatie politik), yakni politik untuk menghubungkan

antara dunia Barat dan Timur. Dengan politik ini diharapkan kebudayaan

Barat akan mudah masuk ke Nusantara. Implikasi berikutnya tentu akan

membuat Belanda makin lama bercokol di Nusantara karena pengaruh

kedekatan kabudayaan tersebut. Politik ini dilaksanakan dengan

mengambil sebagian dari bumiputera untuk dididik dengan kehidupan dan

gaya budaya Barat. Selanjutnya, kelompok ini akan dijadikan sebagai

pegawai pemerintah atau orang-orang yang memegang kekuasaan guna

membantu pemerintah kolonial.9

Tokoh utama politik-asosiasi ini adalah Prof. Dr. Christian Snouck

Hurgronje, seorang orientalis Belanda yang paham agama Islam. Melalui

pendidikan, para pelajar diupayakan untuk mulai jauh dan terpisah dari ajaran

agama mereka. Juga diupayakan agar para pelajar tidak akrab dengan nilai-nilai

patriotisme. Kecintaan akan segala hal yang berbau dan berpola Barat sangat

ditanamkan, khususnya yang berhubungan dengan Belanda. Dalam hal ini,

Belanda menundukkan kaum bumiputera yang mayoritas umat Islam.

Sementara itu, penjajahan Jepang selama sekitar tiga setengah tahun juga

meninggalkan berbagai persoalan yang banyak menimpa umat Islam pasca-

kemerdekaan. Pemerintah Jepang memang datang dengan mulut manis dan janji-

janji yang menyejukkan bagi bangsa Indonesia ketika itu. Pendaratan Jepang pada

tanggal 1 Maret 1942 yang disusul dengan penyerahan kedaulatan dari Gubernur

Jenderal Garda van Starkenborgh Stachhouwern, kepada Jenderal Imamura pada 8

Maret 1942 mulanya disambut dengan antusias oleh bangsa Indonesia. Dengan

9 F.L. Stoddard, “Dunia Baru Islam” hal, 295-296

Page 26: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

17

semboyan Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia, dan Nippon

Pelindung Asia), Jepang segera menarik simpati sebagian besar masyarakat

bumiputra.10

Dalam perjalanan selanjutnya, simpati masyarakat kapada Jepang itu

semakin memudar hingga akhirnya berbalik manjadi antipati. Ada tiga langkah

dan kebijakan yang dibuat Jepang hingga membuat rakyat menarik simpatinya

kembali.

1. Segera setelah berkuasa, Jepang memaksakan kehendak untuk mengubah

segala corak kebudayaan rakyat Indonesia. Semua sekolah harus bercorak

Jepang dan menghimbau PII untuk mematuhi akan larangan melanjutkan

segala bentuk kegiatannya. Pemuda dan pelajar dididik secara militer.

Mereka ini kemudian dimobolisasi ke dalam berbagai barisan militer

seperti Seinendan (untuk remaja), Keibondan (untuk pemuda), Fujinkai

(untuk pemudi), dan Hanco (untuk kalangan dewasa). Ringkasnya,semua

diberi corak Jepang.

2. Jepang melaksanakan kerja paksa (romusha) dan menjerat kaum

perempuan Indonesia menjadi budak seks (jugun ianfu) bagi tentara

Jepang. Di zaman Belanda, rakyat mengenal kerja rodi yang juga

merupakan kerja paksa. Para romusha ditempatkan di berbagai pangkalan

militer dan kubu-kubu pertahanan. Untuk menghadapi perlawanan rakyat,

maka dibentuk Kempei Tai (Polisi Militer) yang sangat terkenal sebagai

algojo-algojo Jepang super kejam.

10 F.L. Stoddard, “Dunia Baru Islam” hal, 295

Page 27: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

18

3. Jepang mewajibkan kepada setiap rakyat Indonesia untuk melakukan

sekere yakni penyembahan Tenno Heika (Kaisar Jepang) setiap pagi

dengan cara menghadap ke arah negeri Jepang. Secara aqidah, umat Islam

tidak dapat menerima hal itu karena sama dengan mengantarkan orang

untuk cenderung berbuat musyrik, yaitu salah satu dosa besar yang ada

dalam ajaran Islam.11

Selain ketiga perilaku kejam yang telah dilakukan Jepang, masih ditambah

lagi dengan pemberlakuan Undang-undang Nomor 3 Pemerintah Bala Tentara

Jepang. Undang-undang ini berisi larangan terhadap segala pembicaraan dan

pergerakan, serta anjuran yang bersifat propaganda.

Melihat perilaku Jepang yang semula memberi harapan ini, akhirnya

rakyat Indonesia-terutama umat Islam berkesimpulan, bahwa bangsa berkulit

kuning ini tidak kalah jahatnya dengan bangsa penjajah terdahulu. Bahkan,

terkesan lebih biadab. Inilah yang menyebabkan rakyat menjadi sangat antipati

terhadap Jepang.

Apa yang dilakukan Belanda dan Jepang terhadap Indonesia itu

menghasilkan reaksi yang sama dari umat Islam. Dengan semangat amar-ma’ruf

nahiy munkar umat Islam bangkit sekalipun harus bergerilya dengan segala

tantangan dan kesulitan. Di sini ada anggapan, bahwa pembinaan agama Islam

menjadi factor yang sangat penting hingga kemudian bangsa Indonesia dan umat

Islam memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945.12

11Natsir Zubaidi dan Lukman Fathullah Rais, S.H, “Pak Timur Menggores Sejarah, PII

Menyiapkan Kader Ummat dan Bangsa” (Jakarta : Bulan Bintang, 1997), hal, 231-239.

12 Natsir Zubaidi dan Lukman Fathullah Rais, S.H, “Pak Timur Menggores Sejarah, PII Menyiapkan Kader Ummat dan Bangsa” hal, 229-239.

Page 28: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

19

Secara internal, di kalangan umat Islam sendiri ada berbagai masalah

serius yang harus diselesaikan. Perjuangan umat Islam di Indonesia telah sejak

lama dilakukan. Terutama perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu

kedua bangsa penjajah yang bercokol sangat lama. Perjuangan umat Islam

terutama dalam kaitannya dengan keberadaan Islam sebagai komunitas politik

mulai menghebat sejak awal abad ke-20 dengan munculnya berbagai organisasi.

M. Rusli Karim13 membagi perjuangan itu kedalam era sebelum dan sesudah

merdeka. Pada era sebelum merdeka terdapat tiga jenis organisasi Islam yakni;

1) Syarikat Islam.

2) Muhammadiyah dan

3) Nahdlatul Ulama.

Di samping itu, keberadaan organisasi ini digolongkan sebagai fase awal

perjuangan umat Islam. Selanjutnya, perjuangan umat memasuki fase ideologis

yakni, saat adanya elaborasi berbagai pandangan tentang Negara Islam dan

perjuangan idoelogis pada masa pendudukan Jepang. Fase perjuangan ideologis

ini menurut M. Rusli Karim, berlanjut hingga masa setelah Indonesia merdeka

yang dapat dibagi ke dalam tahap:14

1) Perjuangan tahun 1945.

2) Perjuangan pada fase demokrasi liberal.

3) Perjuangan pada fase demokrasi terpimpin.

4) Perjuangan-perjuangan setelah atau pascademokrasi terpimpin.

Polemik ini memunculkan pola-pola perjuangan yang diidentifikasikan

oleh M. Rusli Karim menurutnya, itu tidak lepas dari adanya berbagai perbedaan

13 M. Rusli Karim, HMI MPO “Kemelut Modernisasi Politik di Indonesia, (Bandung : Mizan, 1997), hal, 53-54.

14 M. Rusli Karim, HMI MPO “Kemelut Modernisasi Politik di Indonesia, hal, 54.

Page 29: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

20

pandangan dan pengalaman di kalangan umat Islam. Perbedaan itu umumnya

berkenaan dengan masalah khilafiyah yang sering kali dibesar-besarkan.15 Tidak

jarang justru membawa perpecahan. Seperti telah diuraikan di muka, Belanda

dengan strategi polotiknya berhasil memperbesar perbedaan dan perpecahan itu.

Bahkan, memelihara dan meningkatkan intensitasnya.

Sisi lain, umat Islam yang telah terpecah-belah dikemudian hari berupaya

untuk bersatu. Dan gagasan ini mewujud pada tanggal 21 September 1937 dengan

terbentuknya Majelis Islam A’laa Indonesia (MIAI). Akan tetapi, MIAI ini tidak

berumur panjang karena para anggotanya tidak kompak atau menyatu.

Dengan konteks ini keberadaan umat Islam yang telah diuraikan di atas,

maka umat Islam pasca kemerdkaan menghadapi keadaan sebagai berikut:

1) Umat Islam tetap terpecah-belah ke dalam berbagai organisasi dan

golongan berdasarkan kategori mazhab atau aliran tertentu.

2) Bangsa Indonesia umumnya dan umat Islam khususnya harus bersiap-

siap menghadapi kembalinya para penjajah ke tanah air melalui berbagai

cara. Padahal, tugas berat dan utama yang harus segera diselesaikan oleh

bangsa Indonesia sebagai bangsa yang baru merdeka adalah menyiapkan

pengelolaan Negara secara politis maupun secara social dan

administratif.16

3) Bangsa Indonesia umumnya dan umat Islam khususnya belum memiliki

kesiapan yang memadai untuk mengelola Negara. Keadaan ini terutama

15 Lihat Habibullah,”Tinjauan Terhadap Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Sejarah

Perjuangannya Sebagai Organisasi Kader, Pendidikan, dan Dakwah” makalah pra-skripsi untuk fakultas Adab IAIN (Jakarta, Desember 1986).

16 Habibullah, makalah pra-skripsi untuk fakultas Adab IAIN (Jakarta, Desember 1986).

Page 30: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

21

disebabkan oleh kondisi pendidikan bangsa Indonesia yang masih sangat

memprihatinkan.17

B. Motivasi Dasar Pendirian Pelajar Islam Indonesia

Dengan dilatarbelakangi keadaan bangsa sebelum kemerdekaan, pendirian

organisasi Pelajar Islam Indonesia dimotivasi oleh dua hal.

1) Motivasi ke-Islam-an.

2) Motivasi Kebangsaan.

Adapun, kebijakan politik Belanda dan Jepang terhadap umat Islam dan

bangsa Indonesia sangat berpengaruh kepada generasi muda, utamanya para

pelajar. Akibat politik-asosiasi, misalnya, banyak pelajar Indonesia yang

mendapat pendidikan kurikulum Belanda. Terdapat perbedaaan antara pelajar

didikan Belanda dengan pelajar hasil didikan Tradisional di Indonesia yang

mengutamakan pendidikan Pesantren. Para pelajar didikan Barat umumnya

memiliki pandangan dunia yang lebih luas (rasional) terutama berkenaan dengan

dunia Barat. Di samping itu, mereka juga cenderung banyak meniru Barat dalam

pola hidup maupun budaya pribadi, seperti terlihat pada cara berpakaian, bersikap,

dan tingkah laku sehari-hari. Umumnya, pandangan dan rasa keagamaannya

terkikis seiring dengan perubahan cara berfikir dan cara menyikapi agama. Bagi

17 Lihat habibullah, makalah pra-skripsi untuk fakultas Adab IAIN (Jakarta, Desember

1986). dan bandingkan dengan, Djayadi Hanan, “Gerakan Pelajar Islam di bawah Bayang-

bayang Negara” (Yogyakarta: PB PII & UII Press, 2006) hal, 54.

Page 31: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

22

mereka, hidup haruslah diorientasikan pada dunia, bukan pada Tuhan (religion)

yang hanya berorientasi pada akhirat.18

Terdapat sisi positifnya yang dapat diambil dari hasil pendidikan Barat,

misalnya pada metode penggunaan gaya modern, misalnya memakai kurikulum

dan kelas. Metode ini dapat memberikan keteraturan dan kedinamisan. Sementara

sisi negatifnya terletak pada kemerosotan rasa patriotisme dan masuknya paham

sekularisme ke dalam pikiran para pelajarnya. Dari sisi pekerjaan, umumnya

pelajar hasil pendidikan gaya Belanda ini menjadi pegawai rendahan pada

pemerintah kolonial Belanda. Keadaan seperti ini tentu saja akan mengancam

perkembangan bangsa dan umat Islam ke depan.19

Di satu sisi, untuk mempertemukan dan menyatukan kedua kutub pelajar,

agar terjalin keharmonisan antara keduanya sebagai sesama Muslim. Atas dasar

ini yang menjadi salah satu latar belakang pendirian organisasi Pelajar Islam

Indonesia.

Sementera itu, pada zaman Jepang, akibat adanya tekanan-tekanan

terhadap kemurnian aqidah oleh pemerintahan Jepang (terutama karena adanya

keharusan melakukan sekerei sebagai keinginan Jepang), maka umat Islam pun

menggencarkan pendalaman aqidah bagi para pelajar Islam. Gerakan ini

dilakukan terutama di kampung-kampung dan di sekolah-sekolah melalui

pendidikan agama dan pelaksanaan shalat fardhu secara barjamaah. Adanya

aktivitas keagamaan di sekolah inilah yang turut memberikan andil bagi

18Seperti dituturkan Amin Syahri kepada Bapak Ahmad Adaby Darban, tanggal 11

September 1975 di Kompleks Mu’allimin Jalan Patangpuluhan. Lihat Ahmad Adaby Darban, “Refleksi Kilas Balik Berdirinya PII” hal, 11.

19 Ahmad Adaby Darban, “Refleksi Kilas Balik Berdirinya PII” hal, 11.

Page 32: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

23

kelancaran dan keberhasilan ide pendirian PII.20 Akan tetapi, ada hal yang

berhubungan langsung sebagai latar belakang berdirinya PII, yakni berdirinya

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).21 Sejak HMI didirikan pada 5 Februari

1947, Anton Timur diminta oleh Lafran Pane (pendiri HMI) menjadi Sekretaris

Jendral hingga Kongres I. Anggota-anggota HMI umumnya menempuh

pendidikan menengah pada zaman Belanda. Dengan demikian, mereka lebih

memiliki dasar-dasar tradisi akademik dari pada para santri. Mereka lebih siap

masuk ke Perguruan Tinggi Umum daripada ke Perguruan Tinggi Islam. Dari

HMI inilah Anton Timur, sebagai Pendiri PII mengaku memperoleh tradisi

berpikir akademik yang kemudian dapat digunakan sebagai pisau analisis. Ia pun

merasa lebih terarah dalam memahami pesan-pesan al-Qur’an.22

Dari uraian di atas, terlihat bahwa motivasi ke-Islam-an yang mendorong

pendirian PII didasari oleh keprihatinan terhadap keadaan umat Islam, yang bila

dibiarkan seperti saat itu akan mengalami kebekuan. Sementar itu, motivasi

kebangsaan muncul dari keprihatinan para pendiri PII terhadap nasib bangsa

Indonesia yang baru saja terlepas dari penjajahan yang sangat lama. Dalam jangka

pendek dan panjang, menurut mereka, bangsa ini pasti memerlukan wadah yang

dapat menjadi penjaga keutuhannya sekaligus penyedia kader-kader pengganti

para pimpinannya.

20 Seperti dituturkan oleh Anton Timur Djaelani dalam wawancara pada tanggal 30 April

1997, di Kramat Raya Nomor 9 Jakarta Pusat. 21 Anton Timur Djaelani, “Kebangkitan PII 4 Mei 1947, Dari Bangku Sekolah Ke

Organisasi,” tulisan tidak dipublikasikan, 30 April 1997. 22 Lihat Ahmad Adaby Darban, “Refleksi Kilas Balik Berdirinya PII” hal, 10-11.

Page 33: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

24

C. Proses Pendirian Pelajar Islam Indonesia

Pada tanggal 25 Februari 1947, Yoesdi Ghozali sedang beri’tikaf di

Masjid Besar Kauman, Yogyakarta. Ketika itu, dalam pikirannya terlintas gagasan

untuk membentuk suatu organisasi bagi para pelajar Islam yang dapat mewadahi

segenap lapisan pelajar Islam yang saat itu belum terkoordinasi. Gagasan tersebut

disampaikannya kepada kawan-kawannya saat pertemuan di gedung SMP Negeri

2 Sekodiningratan, Yogyakarta. Selain Yoesdi Ghozali, hadir juga Anton Timur

Djaelani, Amin Syahri, Ibrahim Zarkasyi, dan Noersyaf. Semua yang hadir ini

sepakat untuk mendirikan organisasi Pelajar Islam.23

Di sisi lain, dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang

dilaksanakan pada tanggal 30 Maret hingga 1 April 1947, Yoesdi Ghozali

mengemukakan gagasan tersebut kepada para peserta kongres. Setelah melalui

proses perdebatan karena perbedaan pandangan, akhirnya peserta yang menyetujui

ide ini lebih banyak. Oleh karena itu, kongres kemudian memutuskan untuk

melepas GPII sayap pelajar guna bergabung ke organisasi Pelajar Islam yang akan

dibentuk. Utusan Kongres GPII yang kembali ke daerah-daerah juga diminta

untuk memperlancar berdirinya organisasi khusus Pelajar Islam.24

Kemudian, Ahad tanggal 4 Mei 1947 digelar pertemuan di kantor GPII,

jalan Margomulyo No. 8 Yogyakarta. Dalam pertemuan itu hadir Anton Timur

Djaelani dan Amin Syahri mewakili GPII sayap pelajar yang siap untuk dilebur ke

dalam organisasi Pelajar Islam yang akan dibentuk. Di sana juga telah hadir

Yoesdi Ghozali, Ibrahim Zarkasyi, dan wakil-wakil organisasi Pelajar Islam lokal

yang telah ada. Mereka adalah Yahya Ubeid dari persatuan Pelajar Islam

23 Lihat, Lihat misalnya, Djayadi Hanan, “Gerakan Pelajar Islam di bawah Bayang-bayang Negara” hal, 57.

24Djayadi Hanan, hal 57-59

Page 34: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

25

Surakarta (PPIS), Multazam dan Shawabi dari penggabungan Kursus Islam

Sekolah Menengah (PERSIKEM) Surakarta, serta Dida Gursida dan Supomo NA

dari perhimpunan Pelajar Islam Indonesia (PPII) Yogyakarta. Dalam pertemuan

yang dipimpin oleh Yoesdi Ghozali itulah diputuskan berdirinya organisasi

Pelajar Islam Indonesia (PII). Tepatnya pada pukul 10.00 WIB tanggal 4 Mei

1947.25

Dalam pertemuan anggota GPII, maka ditetapkan Anggaran Dasar (AD)

dan Anggaran Rumah Tangga (ART) PII. Juga ditetapkan susunan pengurus

Besar PII periode pertama, yang terdiri atas Yoesdi Ghozali sebagai ketua umum,

Thoha Mashudi sebagai Wakil I, Mansur Ali sebagai Wakil II, Ibrahim Zarkasyi

sebagai Sekretaris Jenderal, Karnoto sebagai Bendahara, Amin Syahri sebagai

Bagian Pendidikan, dan Anton Timur Djaelani sebagai penanggung jawab Bagian

Penerangan.26

Yoesdi Ghozali sebagai penggagas berdirinya PII ternyata juga telah

menyiapkan lambing organisasi ini.27 Usulan Yoesdi Ghozali pun langsung

disetujui oleh peserta yang hadir dalam pertemuan itu tanpa memerlukan

perdebatan panjang. Demikianlah tampaknya dunia pelajar. Sedangkan hadirin

yang lebih tua, termasuk Anton Timur Djaelani yang saat itu telah menjadi

mahasiswa juga menyetujui.

25 Djayadi Hanan, “Gerakan Pelajar Islam di bawah Bayang-bayang Negara” hal, 58-60 26 Muzakkir, “Perjuangan PII Ditinjau Dari Segi Dakwah di Indonesia” (Yogyakarta,

1979), hal, 55. 27 Lihat juga HM Joesdi Ghozali, S.H., “Dunia Pelajar Islam Indonesia”; “Dasa Warsa

PII”; dan Lagu-lagu PII,” dalam Moh Husnie Thamrin dan Ma’roov (eds.), “Pilar Dasar Gerakan PII, Dasa Warsa Pertama Pelajar Islam Indonesia” (Jakarta : Karsa Cipta Jaya, Mei 1998), hal, 19-34; 114-115; 116-120.

Page 35: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

26

Lambang PII ketika itu terdiri dari warna hijau yang menunjukkan, bahwa

dalam mencapai cita-citanya, Islam dijadikan sebagai lambing perdamaian. Lalu,

ada warna biru yang melambangkan kesetiaan PII kepada cita-citanya itu. Warna

merah putih menunjukkan lambing kebangsaan Indonesia. Bulan-bintang

menunjukan ketinggian Islam sebagai cita-cita yang diperjuangkan PII, dan kubah

yang tinggi membumbung dengan lengkungan membusung melambangkan

keagungan dan kebesaran Islam. Jadi, lambing PII itu berupa bangunan yang

menunjukkan bahwa PII mendirikan organisasinya di atas landasan yang kokoh-

kuat. Intinya, lambing PII itu merupakan implikasi dari motivasi dan orientasi

pendiriannya.28

Pada dasarnya, orientasi awal berdirinya PII bersifat jangka panjang di

didang pendidikan dan kebudayaan. Akan tetapi, segera setelah berdirinya

organisasi ini langsung menghadapi kenyataan lain. Bersama komponen umat

Islam dan bangsa Indonesia lainnya PII harus ikut terjun kedalam revolusi fisik

untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada sisi lain, berdirinya PII mendapatkan reaksi dan IPI (Ikatan Pelajar

Indonesia), yaitu organisasi pelajar yang bersifat umum dan telah ada sebelumnya.

Mereka menilai bahwa pendirian PII akan menimbulkan perpecahan dikalangan

pelajar. Oleh karena itu, diadakanlah pertemuan antara Pelajar Islam Indonesia

(PII) dan Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) pada tanggal 9 Juni 1947 di Gedung

Asrama Teknik Jalan Malioboro, Yogyakarta. Hasil pertemuan ini dituangkan

dalam “Piagam Malioboro” yang isinya antara lain tentang pengakuan hak hidup

PII oleh IPI. Penandatanganan piagam tersebut adalah Sekjen PB IPI Busono

28 Moh Husnie Thamrin dan Ma’roov (eds.), “Pilar Dasar Gerakan PII, Dasa Warsa

Pertama Pelajar Islam Indonesia” (Jakarta : Karsa Cipta Jaya, Mei 1998), hal, 116-120.

Page 36: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

27

Wiwoho dan Sekjen PB PII Ibrahim Zarkasy. Selanjutnya, di mana ada IPI, maka

di situ akan didirikan PII. Keberadaan IPI ketika itu sudah terdapat di seluruh

wilayah Indonesia, khususnya di semua sekolah menengah. Anggota IPI yang

beragama Islam Kemudian membantu berdirinya PII. Sebaliknya, PII juga

bersedia bekerjasama dengan IPI dalam masalah yang bisa dikerjakan secara

kolektif dan bersifat nasional. Dalam perjalanan kedua organisasi itu kemudian

terlihat perkembangan yang menunjukkan kemajuan PII lebih pesat daripada IPI.

IPI kemdian berubah nama menjadi IPPI (Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia) dan

lebih berorientasi pada soal kepemudaan hingga belakangan mulai terpengaruh

paham komunis. Atas dasar itu, PII tidak lagi melanjutkan kerjasama dengan IPPI,

terutama sejak dipimpin oleh Suyono Atmo.29

PII selanjutnya melakukan konsolidasi. Guna menggalang persatuan

seluruh elemen anggota dalam organisasinya, PII menyelenggarakan Kongres I di

Solo pada tanggl 14-16 Juli1947. Hair antara lain utusan dari Jakarta, Aceh,dan

beberapa daerah di Pulau Jawa. Keputusan pentingnya adalah pengesahan

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), dan pemilihan

Pengurus Besar PB (PII). Susunan pengurus besar yang terpilih adalah Noersyaf

(Ketua Umum), Yoesdi Ghozali (Ketua I), Tedjaningsih (Ketua II), Ibrahim

Zarkasy (Sekretaris Jenderal), Karnoto (Bendahara), Anton Timur Djaelani

(Bagian Penerangan), dan Amin Syahri (Bagian Pendidikan).

Selang beberapa hari setelah Kongres PII digelar, terjadi agresi militer

Belanda I tanggal 21 Juli 1947. Republik Indonesia yang baru berusia dua tahun,

kembali harus menghadapi penjajahan Belanda. Akibatnya, PB PII tidak dapat

29 Anton Timur Djaelani, “Kebangkitan PII 4 Mei 1947, Dari Bangku Sekolah Ke Organisasi,” tulisan tidak dipublikasikan, 30 April 1997.

Page 37: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

28

melanjutkan konsolidasi kepengurusannya. Ketua umum PB PII Noorsyaf pulang

ke Bandung untuk bergerilya. Pengurus-pengurus PII yang lain juga pulang

kampung untuk melakukan hal yang sama. Anggota-anggota PII pun banyak yang

bergabung ke Tentara Republik Indonesia, Hizbullah, Sabilillah, Tentara Pelajar,

Mujahidin, Angkatan Perang Sabil dan sebagainya. Kesemuanya dimaksudkan

untuk membantu perjuangan untuk mengusir tentara Belanda. Kondisi inilah yang

menandai perubahan model perjuangan PII dari model perjuangan yang

menggunakan pena menjadi model perjuangan yang menggunakan bedil di medan

tempur.30

Di satu sisi, keikutsertaan PII dalam revolusi fisik ini menunjukkan, bahwa

PII adalah organisasi pelajar yang lahir dalam kobaran api revolusi. Pena dan

bangku sekolah ditinggalkan sementara dan beralih ke pemanggulan senjata untuk

mempertahankan kemerdekaan.

Namun, perubahan cara berjuang yang dipengaruhi oleh situasi nasional

ini melatarbelakangi terbentuknya Brigade PII. Keputusannya ditetapkan dalam

konferensi Besar I tanggal 4-6 November 1947 di Gontor, Ponorogo, Jawa

Timur.31 Konferensi ini diselenggarakan untuk meninjau ulang beberapa program

PII hasil kongres I beberapa bulan sebelumnya, terutama yang berhubungan

dengan pertahanan Negara. Konferensi Besar I inilah yang terkenal sebagai

konferensi perjuangan dengan acara pokok “sumbangan PII dalam pertahanan dan

pembelaan nagara”. Peserta yang menghadiri konferensi terbatas ini hanyalah

daerah-daerah yang secara de Facto di kuasai Republik Indonesia. Keputusan

penting Konferensi Besar I adalah membentuk sayap bersenjata dalam organisasi

30 Tafsir Asasi PII Hasil Kongres V di Kediri, Kedai PII (Ngabean, Yogyakarta), hal, 9. 31 Lihat HA. Halim MA Tuasikal,” Sejarah PII Dari Kongres Ke Kongres,” majalah

Berita Pelajar Islam Indonesia, (Tahun II Nomor 1, Januari 1956).

Page 38: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

29

PII dan dinamakan Brigade PII. Komandannya yang pertama adalah Abdul Fatah

Permana dan dibantu oleh beberapa orang staf. Fungsi Brigade PII adalah untuk

menyalurkan “bakat ketentaraan” anggota-anggota PII. Anggota-anggota PII yang

sebelumnya berada di kesatuan Tentara Republik Indonesia, Hizbullah, Sabilillah,

Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia, dan lain-lain, diminta untuk

menggabungkan diri dari kesatuan Brigade PII. Tugas mereka adalah melakukan

fungsi-fungsi brigade dan berhubungan dengan pemerintah melalui Biro

Perjuangan Kementrian Pertahanan.

Meskipun, PII telah berpengalaman menghadapi Agresi Militer I Belanda,

namun ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II, PB PII tetap kalang kabut

juga. Satu sisi, saat pembentukan pemerintah Darurat R.I. di sumatera pimpinan

Mr. Syarifuddin Prawiranegara, PB PII juga membentuk pimpinan darurat di

Sewugalur, Kulon Progo, Yogyakarta. Hal ini dilakukan karena Gedung Kamar

Bola sebelah timur kantor PB PII dibakar. Untuk pengamanan organisasi,

dokumen-dokumen PII juga dibakar, sedangkan anggota-anggota PB PII ikut

bergerilya ke pelosok-pelosok daerah mengikuti Panglima Besar Jenderal

Soedirman. A. Fatah Permana (Komandan Brigade PII) dan Anwar Haryono

(Gerakan Pemuda Islam Indonesia/GPII) saat itu telah menjai kurir Jenderal

Soedirman.32 Meski demikian, Jenderal Soedirman telah menjadi bagian dalam

salah satu saksi sekaligus pemberi legitimasi keterlibatan PII dalam pergerakan

dan perjuangan kemerdekaan bangsa.

32 Penghargaan dan rasa terima kasih Paak Dirman atas partisipasi PII ini diilustrasikan oleh ucapan Pak Dirman pada hari ulang tahun PII yang pertama. Ucapan itu berbunyai : “Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada anak-anakku PII. Sebab saya tahu, bahwa telah banyak korban yang diberikan PII kepada Negara. Teruskanlah perjuanganmu, hai anak-anakku PII. Negara kita adalah Negara baru, yang didalamnya penuh onak dan duri. Kesukaran dan rintangan banyak kita hadapi. Negara membutuhkan pengorbanan pemuda dan segenap bangsa Indonesia”. Lihat Yoesdi Ghozali, “ Tiga Tahun Berorganisasi,” artikel lepas, (Yogyakarta, 1950), hal, 5.

Page 39: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

30

Keterlibatan PII dalam pergulatan politik bangsa Indonesia kembali

intensif ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada tanggal 18 September

1948. Bagi PII, tindakan PKI ini merupakan tikaman dari belakang pada saat

bangsa Inonesia sedang sibuk mempertahankan kemerdekaan dari rongrongan

Belanda. Dengan demikian, PII ikut terpanggil menumpas pemberontakan PKI

ini. Komandan Brigade PII madiun, Suryosugito33 adalah yang gugur sebelim

pasukan TNI Divisi Siliwangi tiba.

Di bagian lain, pada tanggal 20-25 Desember 1949 di Yogyakarta

dilangsungkan Kongres Muslimin Indonesia. Kongres ini adalah kongres ke-15

umat Islam. Empat belas kongres sebelumnya dilaksanakan pada zaman Belanda.

Kongres ini berhasil membentuk Badan Kongres Muslimin Indonesia (BKMI)34

yang bersifat federatif. Terpilih Gaffar Ismail sebagai Sekretaris Jenderal dan

Anwar Haryono serta Wali Al-Fattah sebagai wakil. Yoesdi Ghozali (PII) juga

aktif dalam BKMI ini. Akan tetapi, perkembangan politik berikutnya tidak

memungkinkan BKMI ini dapat eksis lebih lama.

Berkaitan dengan Kongres Musllimin Indonesia di atas, PII telah

mengadakan kongres pendahuluan pada tanggal 21-23 Desember 1949 di tempat

yang sama dan dihadiri oleh utusan berbagai daerah. Lalu, dalam Kongres

Muslimin Indonesia itu PII mengambil peran penting dengan mencetuskan Panca

Cita yang berisi lima butir pernyataan tekad dan keyakinan yakni;

1) Partai Politik Islam hanya satu yaitu Masyumi

33 Pengakuan Peran PII dalam menghadapi PKI di Madiun Affar ini juga diberikan oleh

Jenderal (Purn) Abdul Haris Nasution. Lihat A.H. Nasution, “Peranan PII Dalam Penumpasan PKI, Pengalaman Pribadi Seorang Jenderal,” artikel yang ditulis untuk penerbitan buku Sejarah PII, 27 Juni 1997.

34 Taufik Ismail, “ Kisah Berserakan Sekitar PII, Dari Fail Pribadi, 1947-1965.” Artikel untuk penerbitan buku Lima Puluh Tahun PII, 1998, hlm.3.

Page 40: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

31

2) Organisasi Pemuda Islam hanya satu yaitu GPII

3) Organisasi Mahasiswa Islam hanya satu yaitu HMI

4) Organisasi Pelajar Islam hanya satu yaitu PII

5) Organisasi Pemandu Islam hanya satu yaitu Pandu Islam Indonesia.35

Dalam Panca Cita ini kemudian menjadi semacam ikatan moral yang

sangat kuat dan menjadi salah satu dasar pemersatu berbagai komponen umat

Islam untuk bergerak di segala arena. Dalam perkembangan berikutnya, pada

Kongres VIII PII di Cirebon tanggal 20-25 Juli 1960, disepakati pula satu

keputusan penting berkaitan dengan formulasi tujuan PII. Semula tujuan PII

berbunyi,“kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam”. Di

samping itu ditambah dengan kata-kata “dan umat manusia”.36

Pada masa kepengurusan PB PII periode Kongres inilah tekanan-tekanan

dari situasi politik eksternal seperti dari penguasa rezim Demokrasi Terpimpin

mulai menguat. Ketika tekanan-tekanan dan intimidasi yang dialami PII dari

rezim Demokrasi Terpimpin itu makin lama makin keras, maka pada tanggal 4

September 1963 PII masuk Front Nasional dan mengurus Moh. Husnie Thamrin

sebagai wakilnya. Situasi politik eksternal di atas justru mendorong PII untuk

menegaskan jatidirinya sebagai organisasi perjuangan. Lantas, pada Konferensi

Besar VI PII di Jakarta (Juli 1961) tercetuslah Ikrar Jakarta yang menyatakan

secara tegas bahwa “PII adalah mata rantai perjuangan umat Islam Indonesia”.37

Situasi politik eksternal PII yang dimaksud adalah makin luas dan

kokohnya dominasi PKI dalam berbagai sektor kehidupan social politik

35____ “Berita Pelajar Islam Indonesia” (Januari 1956), hal, 20. 36___ “Berita Pelajar Islam Indonesia” PB PII Bagian Penerangan, 1960, hal, 5. 37 Lihat Sri Syamsiar Issom, Korps PII Wati, “ Upaya Mobilisasi Kader PII Putri

Menjawab Tantangan Situasi,” makalah untuk penulisan Sejarah PII, (Jakarta, 31 Maret 1998).

Page 41: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

32

masyarakat. Dengan dilatarbelakangi hal ini dan situasi intern PII ketika itu, maka

PB PII periode Ahmad Djuwaeni (hasil Muktamar IX di Medan tahun 1962)

mengeluarkan Khittah Perjuangan PII. Khittah ini memberikan semacam rambu-

rambu agar garis perjuangan yang dilakukan PII kian jelas karena bersifat jangka

panjang, sementara pengurusnya selalu berganti-ganti sesuai batas periode

kepengurusan.38

Pada Konferensi Besar VII PII tanggal 13-18 Oktober 1963 di Bandung,

PII secara nasional sepakat menolak Manifesto Politik (manipol) yang menjadi

garis politik pemerintah karena bertentangan dengan Islam dan berorientasi paham

komunis. Sikap-sikap dan kebijakan-kebijakan PII terhadap rezim ketika itu

makin memperluas jurang perbedaan antara PII dengan pemerintah.39

Hal-hal ini yang kemudian mengantarkan PII ke peran yang lebih besar

dalam menumbangkan Orde Lama. Dengan demikian, bagi Pelajar Islam

Indonesia (PII), kewajiban pelajar itu tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu duniawi

(umum), tetapi juga ilmu-ilmu ukhrowi. Atau, ilmu-ilmu mengenai batin dan

ilmu-ilmu mengenai zahir, yang rasional dan menggunakan otak. Jadi, dalam

organ pelajar Islam itu terkumpul lengkap dua macam kepentingan ilmu yaitu

ilmu-ilmu rohani dan ilmu-ilmu jasmani.

Di satu sisi berangkat dari pemahaman penulis bahwa, kata “siswa” tidak

digunakan karena berasal dari bahasa Sansekerta, dan munculnya kata itu pun

karena ada kata “mahasiswa”.40 Jadi, pada waktu berdirinya PII, kata “siswa”

38 Ahmad Djuwaeni, “ Khittah Perjuangan dan Majelis Dakwah PII, Sebuah Upaya

Menegaskan Missi,” makalah yang diolah dari hasil wawancar, (Jakarta, 12-13 Juni 1997). 39 Ahmad Djuwaeni, makalah yang diolah dari hasil wawancar, (Jakarta, 12-13 Juni

1997). 40 Anton Timur Djaelani, “Kebangkitan PII 4 Mei 1947, Dari Bangku Sekolah Ke

Organisasi,” tulisan tidak dipublikasikan, 30 April 1997.

Page 42: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

33

belum digunakan. Sementara, kata “pelajar“ mempunyai arti yang lebih luas dan

mendalam. “Pelajar” yang dimaksudkan di sini adalah kelompok yang belajar

mulai dari tingkat ibtid’iyah (SD), tsanawiyah (SLTP) hingga ‘aliyah (SMU).

Sementara, belajar merupakan kewajiban bagi semua orang. Sedangkan kelompok

yang telah memasuki perguruan tinggi memang namanya “mahasiswa” dan

“pelajar“ dalam bahasa Inggris memiliki terjemahan yang sama yakni student

sehingga secara implisit PII menamakan semuanya sebagai “pelajar“. Akan tetapi,

PII memang lebih diorientasikan sebagai organisasi untuk kelompok anak Sekolah

Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, termasuk pelajar sekolah persiapan.

Pengurus PII bisa saja telah menjadi mahasiswa, tetapi tidak diprioritaskan karena

sudah ada HMI yang mewadahinya dan lebih dulu berdiri.

D. Dasar-dasar Pandangan Pelajar Islam Indonesia tentang Kekuasaan

Seorang Muslim meyakini bahwa sumber kekuasaan yang mutlak adalah

Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai kholifah, manusia hanya diberi mandat oleh

Allah untuk mengelola bumi dengan petunjuk dan kehendak-Nya. Pemanfaatan,

pengembangan, dan pendistribusian kekuasaan (allocation of power) harus berada

dalam kerangka pengabdian kepada Allah.41 Sumber-sumber hukum yang

mengatur kekuasaan ini secara hirerarkis adalah al-Qur’an, Sunah Rosul, dan

ijtihat dalam produk-produk hukum yang dikembangkan manusia dengan

bersandar pada nilai-nilai al-Qur’an dan Sunah Rosul (al-hadits).42

Kekuasaan atau posisi seseorang di tengah masyarakat sangat terikat pada

hirerarki ketaatan kepada Allah dan Rasul, dan lalu ketaatan pada pemimpin dan

41 Djayadi Hanan, “Gerakan Pemuda Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara” (Yogjakarta:PB PII & UII Press, 2006) hal, 100

42 Lihat, Djayadi Hanan, hal 100. Lihat juga, Q.s. Adz-Dzaariyat, ayat 56

Page 43: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

34

pemegang kekuasaan lainnya.43 Oleh karena itu, legimitasi (keabsahan) pemegang

kekuasaan dalam masyarakat atau Negara diukur sjauh tetap berlandaskan pada

ajaran Allah. Bila kekuasaan seseorang telah abash menurut aqidah dan qaidah

Islam, maka setiap muslim wajib mendukung dengan memberikan ketaatan,

kepatuhan, dan partisipasi sekaligus control berdasarkan ajaran al-Qur’an pula.

Apabila kekuasaan seseorang itu secara terang-terangan atau terselubung

menentang syari’ah Allah, maka secara otomatis pemegangnya kehilangan hak

ketaatan dari rakyat. Terhadap penguasa yang telah melakukan pelanggaran hak

dan kezaliman yang berat pada rakyat, umat Islam wajib melakukan perubahan

sesuai potensi dan kemampuan masing-masing. Siapapun yang tidak setuju

dengan kezaliman dan kekuasaan sewenang-wenang itu, baik secara terang-

terangan maupun diam-diam, terbebas dari tanggungjawab di akhirat. Sebaliknya,

bagi siapapun yang setuju atau mendukung kezaliman dan kesewenagan ini, akan

menanggung siksa di akhirat.44

Berkaitan dengan siapa yang harus ditaati setelah Allah dan Rasul, ada

penekanan husus yaitu kepada para pemimpin “diantaara kamu” (minkum), bukan

“diantara mereka” (minhum).45 Berarti, pemimpin itu haruslah dari kalangan

orang-orang beriman yakni orang yang memiliki komitmen pada Allah dan atuan-

Nya.

43 Menurut Al-Quran, apabila engkau berselisih tentang sesuatu, kembalikanlah kepada

Allah dan Rasul. Lihat., materi-materi training PII, terutama yang berkaitan dengan aqidah dan idiologi.

44 Lihat., materi-materi training PII 45 Lihat, Mutamimul Ula, “Kepemimpinan Dalam Islam” (Jakarta: STDI RISKA, 1986)

hal, 5

Page 44: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

35

Banyak ayat dalam al-Qur’an yang melarang penyerahan kepemimpinan

itu pada orang di luar Islam46 seperti larangan mengikuti jalan (metode) di luar

orang beriman; larangan menjadikan setan menjadi penolong; larangan

menjadikan orang kafir sebagai wali; larangan menjadikan sanak-saudara dan para

orang tua yang condong kepada kekufuran sebagai pemimpin orang beriman;

larangan tunduk kepada manusia secara berlebihan; dan sebagainya.

Sikap PII terhadap pemerintah digariskan dalam Khittah Perjuangan yang

menyebutkan, bahwa “Pelajar Islam Indonesia (PII) bersedia atau dapat

membantu kebijaksanaan pemerintah secara paratisipatif, korektif, dan konstruktif

selama menguntungkan Islam dan umat Islam.”47 Garis besar dasar-dasar

pandangan PII terhadap kekuasaan ini tercermin sikap-sikapnya pada situasi

tertentu dari zaman ke zaman.

E. Kaderisasi Pelajar Islam Indonesia

PII bertipologi sebagai organisasi kader sekaligus sebagai organisasi

massa (pelajar). Dalam pembangunan pemikiran, sikap, dan watak organisasi PII,

proses kaderisasi memegang peranan yang sangat penting. Hal ini juga ditunjang

oleh pengembangan sistem kaderisasi yang dilakukan secara terus-menerus

dengan kurikulum yang selalu dikembangkan.

Pengembangan sistem kaderisasi PII telah dimulai sejak tahun 1952

dengan nama Latihan Kader. Kegiatannya dilaksanakan secara sederhana tanpa

konsepsi yang terencana dan tanpa standarisasi yang baik. Pola kaderisasi ini terus

46 Djayadi Hanan, “Gerakan Pemuda Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara”

(Yogjakarta:PB PII & UII Press, 2006) hal, 102 47 Lihat, Khitah Perjuangan PII, bandingkan dengan Djayadi Hanan, “Gerakan Pemuda

Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara” (Yogjakarta:PB PII & UII Press, 2006) hal, 103

Page 45: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

36

dikembangkan baik dari segi sistem, kurikulum, maupun pelaksanaannya. Dari

segi pengembangan konsep, kaderisasi PII dapat dibagi ke dalam dua periode

yaitu sebelum 1990-an dan sesudah 1990-an. Sedangkan dari segi pelaksanaannya

dapat dibagi menjadi masa sebelum 1985, masa 1985 hingga awal 1990-an, dan

masa sesudah 1990-an.

Pengembangan konsep kaderisasi PII sebelum 1990-an mendapatkan

bentuk yang sesuai sejak tahun 1979 hingga berbentuk panduan dan silabus pada

tahun 1985. konsep ini ditinjau dan diperbarui kembali pada tahun 1997, dan

diberi nama Takdib.48

Sesuai tujuannya, kegiatan kaderisasi merupakan bagian dari usaha

pendidikan PII. Pada hakikatnya kader adalah seseorang yang disiapkan untuk

mengemban tugas masa depan dengan kemampuan, kualitas, dan kualifikasi

tertentu. Kader adalah anggota inti organisasi dan diharapkan mampu bersikap

idealis sekaligus realistik.56 “Idealis” di sini berarti senantiasa berusaha mengubah

keadaan yang ada ke arah kondisi yang lebih baik dan ideal, serta tidak boleh

putus asa menghadapi realitas yang pahit sekalipun. Sedangkan “realistis” berarti

mampu melihat realitas dan berpijak tegar di atasnya.

Jadi, kaderisasi adalah kebulatan proses yang mengarah pada terciptanya

kader-kader atau anggota inti organisasi yang berlangsung mulai dari rekrutmen

anggota, pembinaan hingga pelaksanaan tugas-tugas, atau dalam bentuk seluruh

kegiatan PII yang ada hubungannya dengan kegiatan anggota.49 Oleh karena itu,

ada dua jenis kader yang mengikuti dan menggerakan organisasi PII. Pertama,

kader material yakni mereka yang melakukan usaha dan program kerja dengan

48 Lihat, Muhamad Jauhari, “Konsep Kader PII” (Jakarta: Panitia CIN, 1982) 49 Taufik DAhlan, “Sistem Kaderisasi PII” (Jakarta: Panitia CIN, 1982) hal, 1

Page 46: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

37

atau tanpa melalui training-training formal. Kedua, kader formal yaitu kader yang

telah mengikuti dan mempunyai piagam training formal PII. Seluruh kegiatan PII

sesungguhnya merupakan proses kaderisasi, namun secara khusus kegiatan

kaderisasi dilangsungkan melalui training. Melalui kaderisasi inilah diharapkan:50

a. Tumbuh dan berkembangnya suasana untuk berjuang di jalan Allah

sehingga melembaga menjadi suatu norma.

b. Berkembangnya kesadaran untuk senantiasa melaksanakan ajaran

Islam hingga menjadi norma kelompok.

c. Tumbuh dan suburnya hasrat untuk selalu sukses-studi sehingga setiap

kader senantiasa berusaha untuk menambah pengetahuan dan

keterampilan.

d. Berkembangnya sikap saling mengingatkan dalam hal kebenaran dan

kesabaran, keikhlasan, dan keterbukaan.

e. Setiap kesadaran diikuti dengan usaha-usaha yang nampak seperti

kegiatan kelompok belajar, pengabdian social, kegiatan kemanusiaan,

dan lain-lain

Adapun jenis dan jenjang training PII terbagi sebagai berikut:51

1) Training kepemimpinan (leadership training) yang terdiri atas

Ledership Basic Training (LBT) dan Leadership Advance Training (LAT).

2) Training keagamaan yang dikenal sebagai Mental Training (Mentra).

3) Training sosial kemasyarakatan yang disebut Perkampungan Kerja

Pelajar (PKP).52

50 Lihat PB PII, “Kumpulan Keputusan dan Ketetapan Muktamar Nasional ke-21 PII”

(Jakarta:,1998) hal, 120-121. 51 Muchil Abdi, “ Pengaruh Training PII Terhadap Kepribadian Muslim” dalam skripsi

sarjana S-1 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 1987.

Page 47: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

38

LBT merupakan jenjang training PII yang pertama. Aktivitas kader yang

telah mengikuti LBT ini ialah di Pengurus Komisariat (PK). Anggota yang aktif

dapat mengikuti jenjang training kedua yaitu Mentra atau PKP. Setelah itu, kader

dapat diangkat ke pengurus Daerah (PD). Setelah aktif di Pengurus Daerah maka

kader dapat mengikuti jenjang LAT. Namun, karena alasan-alasan khusus dan

tanpa perlu melewati Mentra atau PKP.

Selain training formal, di PII juga ada training-training khusus. Training

ini terdiri atas Training Centre kepengurusan dan Training Badan Otonom yang

terdiri atas: training PII-wati (berkaitan dengan persoalan-persoalan

kemuslimahan), training Brigade (diorientasikan pada aspek-aspek ketahanan

organisasi; dan Coaching Instruktur (training untuk menyediakan tenaga-tenaga

instruktur).

F. Pelajar Islam Indonesia, Arena Belajar Berdemokrasi

Tiga tingkat training di PII (Basic,Mental/Intermediate, Advance)

merupakan kunci mutlak bagi karir seorang kader di pengurusan. Kunci mutlak

yang dimaksud di sini tidak berkaitan dengan prestasi atau promosi administrative

kader dalam kepengurusan, melainkan berkaitan dengan kemampuan kader

menginternalisasi ajaran Islam sebagai sikap atau prinsip, dan lalu

mengeksternalissasinya sebagai tindakan keseharian.

Sebagian besar materi atau wacana dalam training PII di atas bersifat

terbuka yang ditandai oleh metode andragogi, dinamika kelompok, debat, dan

dialog. Pemandu atau instruktur tidak berfungsi sebagai komandan atau sumber

52 Lihat, Paduan Training PII, Jakrta: POIN, 1979.

Page 48: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

39

kebenaran, melainkan sebagai fasilitator yang merangkum berbagai

perkembangan pemikiran setiap peserta. Ciri utama yang menandai setiap forum

training adalah penekanan sikap demokratis dan kebebasan berpendapat pada

setiap peserta sehingga berwatak mandiri dan percaya diri. Pada setiap akhir

materi, tidak ada kesimpulan yang bulat oleh pemandu atau instruktur sebab

peserta memang diharapkan menemukan tafsir-tafsir kritis baru. Dalam kacamata

modernis, training-training PII ini lebih bersifat semacam achievement motivation

training atau training yang memotivasi kepeloporan dan kepemimpinan secara

Islam.

Jadi, dapat dikatakan bahwa training-training PII merupakan wahana

pengetahuan untuk belajar berdemokrasi. Selain karena peserta training PII

diambil dari unsure-unsur Pesantren (sekolah Islam) dari sekolah umum yang

wacana keilmuan masing-masing berbeda, juga karena sifat federatif struktur

organisasi PII dari pusat hingga wilayah/daerah propinsi lainnya kadang-kadang

berbeda jauh, terutama dalam memandang ilmu dan pengetahuan, politik dan

ideologi dalam konteks Negara. Dengan demikian, ada kader PII yang sangat

menekankan sikap keagamaan (ibadah formal) sebagai nilai yang mengatasi

persoalan-persoalan seperti ilmu dan pengetahuan, politik, dan ideologi, tetapi ada

juga yang menekankan sikap politik dan akademis (ibadah social) sebagai nilai

yang justru harus muncul dari sikap religius. Perbedaan ini sesungguhnya tipis,

tetapi akan tampak tajam dalam hal-hal yang bersifat praktis seperti dalam hal

memilih studi, organisasi pasca PII, profesi, karir, atau peran dalam kegiatan

kemasyarakatan.53

53 Djayadi Hanan, “Gerakan Pemuda Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara”

(Yogjakarta:PB PII & UII Press, 2006) hal,105-107

Page 49: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

40

Hasil training yang beragam itulah yang membuat PII meningkat, baik

secara internal (dalam organisasi atau kepengurusan) maupun secara eksternal

(dalam masyarakat) seperti soal pilihan politik masing-masing kader. Intinya,

tidak ada penyeragaman pilihan secara politis, kecuali dalam hal etika dan prinsip-

prinsip keislaman.

Page 50: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

BAB III

KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE BARU

A. Setting Politik Orde Baru

Berakhirnya Demokrasi Terpimpin yang sekaligus menandai kelahiran

Orde Baru dilatarbelakangi oleh krisis ekonomi dan politik. Kondisi ekonomi saat

itu sangat buruk namun kita tidak akan membahas lebih dalam,yang akan dikaji

lebih luas adalah dari segi politik.

Dari segi politik, percobaan kudeta melalui G-30-S pada tahun 1965

beserta pukulan balik yang menyertainya telah membawa korban bagi para

perwira Angkatan Darat dan lebih dari setengah juta penduduk.1 Faksi-faksi yang

ada di tubuh militer, potensial untuk meledakkan perang saudara. Di samping itu,

kelompok Soeharto juga mendapat tekanan dari para perwira radikal dalam tubuh

Angkatan Darat serta komponen-komponen kekuatan politik Islam yang berada di

kesatuan-kesatuan aksi dan parlemen untuk menyeret Soekarno ke pengadilan.

Padahal, jika tuntutan ini dipenuhi justru akan menimbulkan perang saudara.

Berdasarkan kondisi politik dan perekonomian yang kurang baik ini, maka

secara sederhana dapat dimaklumi kalau yang terpikir oleh pemerintah adalah

bagaimana mengatasi krisis dalam kedua bidang itu. Siapapun yang tampil

memerintah pasti dihadapkan pada sedikit pilihan. Pilihannya adalah mencegah

agar krisis tidak makin memburuk dengan menerapkan suatu strategi stabilitas

1Lihat juga Pramoedya Ananta Toer dan Stanley Adi Prasetyo, (eds.) Memoar Oei Tjoe

Tat, Pembantu Presiden Soekarno, (Jakarta : Hasta Mitra), 1995, hal,52

41

Page 51: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

42

politik dan ekonomi.2 Lantas, yang dilakukan Soeharto adalah membangun

serangkaian struktur dan proses politik yang memungkinkan penanganan dua hal

sekaligus. Pertama, memberikan dukungan bagi transformasi ekonomi. Kedua,

mengendalikan akibat-akibat krisis, terutama dengan menjinakkan dan mencegah

oposisi agar tidak mengganggu program ekonomi pemerintah.

A. 1. Politik dalam Masa Peralihan

Sebagian besar pendukung Orde Baru meyakini bahwa penyebab krisis

adalah konflik politik yang diwarnai oleh pertarungan ideology. Karena itu,

mereka percaya bahwa masa depan Indonesia seharusnya bebas dari politik yang

bebas dari ideology. Konflik ideologis merupakan konflik yang tak berkesudahan,

dan di zaman Soekarno mengimbas pada keruntuhan ekonomi nasional. Aktor

dalam konflik-konflik itu adalah partai-partai politik yang di dalamnya terdapat

banyak politisi sipil.3 Pemerintah Orde Baru kemudian merancang suatu

mekanisme yang dapat meminimalkan konflik sosial dan memaksimalkan

produktivitas ekonomi.4 Ialah mekanisme ketertiban politik untuk menjamin

pembuatan dan pelaksanaan kebijakan yang cepat, dan efisien. Langkah lanjutan

dan mekanisme ini adalah :

1. Menciptakan politik yang bebas dari konflik ideologis, berdasarkan

ketertiban dan kesepakatan (konsensus). Langkah ini menghasilkan

penyederhanaan partai-partai politik yang semula multipartai menjadi tiga

2 Pramoedya Ananta Toer dan Stanley Adi Prasetyo, (eds.) Memoar Oei Tjoe Tat,

Pembantu Presiden Soekarn, hal, 21. 3 Lihat Mochtar Mas’oed, Negara, Kapital, dan Demokrasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

1994, hlm. 36-37. 4 Mochtar Mas’oed, Negara, Kapital, dan Demokrasi, hal, Ibid

Page 52: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

43

partai, dan penyederhanaan badan perwakilan serta penerapan “politik

berdasarkan konsensus”.

2. Membatasi partisipasi politik yang pluralistik. Partisipasi rakyat diarahkan

terutama pada penerapan program pembangunan yang dirancang oleh elit

politik.5

Di sisi lain, rumusan dasar strategi yang akan ditempuh itu membenarkan

“penundaan” terhadap pelaksanaan demokrasi karena pendekatan stabilitas lebih

dikedepankan dalam menjalankan pembangunan ekonomi. Penekanan pada

masalah ketertiban ini terdapat dalam pernyataan politik para pemimpin Orde

Baru. Versi yang paling mencolok terdapat dalam tulisan-tulisan Ali Moertopo.

Gagasan-gagasan tentang penyempitan partisipasi politik dengan pembatasan

politik-kepartaian ini banyak dikembangkan terutama oleh para intelektual sipil di

sekeliling Ali Moertopo. Ali Moertopo adalah orang kepercayaan Soeharto.

Karena menguatnya kedudukan kelompok ini, maka dengan cepat mereka dapat

memperoleh posisi yang sangat berpengaruh selama awal kekuasaan Orde Baru.6

B. 2. Ideologi Pembangunan dan Dwifungsi ABRI

Akar pemikiran sosial politik yang melandasi setting politik Orde Baru

dapat ditelusuri pada konsep pemikiran tentang developmentalisme

(pembangunanisme) yang pada masa itu sedang popular di seluruh dunia,

terutama di Negara-negara dunia ketiga yang baru merdeka. Pemikiran-pemikiran

tentang peran militer dalam suatu Negara termasuk di bidang politik, juga menjadi

5 Ali Moertopo, Strategi Politik Nasional, Jakarta : CSIS, 1980, hlm. 47. 6 Mochtar Mas’oed, Ekonomi, hal, 146.

Page 53: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

44

relevan karena dapat dikatakan bahwa militerlah yang berkuasa selama perjalanan

Orde Baru.

Di lain tempat, jauh sebelum Orde Baru lahir, telah ada sejumlah

intelektual awal abad ke-20 yang berpendidikan Barat. Kebanyakan mereka

dipengaruhi oleh pemikir sosialis Eropa.7 Sepanjang 1950-1960-an intelektual ini

berkumpul secara informal di sekitar pemimpin bertipe administrator seperti

Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan yang terpenting bahwa mereka juga berada

di sekitar politisi Partai Sosialis Indonesia (PSI).

Para intelektual ini mengembangkan sejenis ideologi yang berdasarkan

pada nilai-nilai modernis-sekuler, pragmatisme, rasionalisme, dan

internasionalisme.8 Contoh pernyataan ideologis mereka yang berpengaruh pada

Orde Baru sebagaimana dikutip oleh Liddle ialah:

“Suatu perekonomian industrial, suatu masyarakat yang egaliter, dan suatu Negara kesejahteraan yang aktif berdasarkan asas-asas demokrasi.”9 Sarana untuk mencapai tujuan itu didasarkan pada pandangan yang elitis dan pragmatis: Pencapaian tujuan ini… akan memerlukan pendirian sebuah partai yang kuat yang terdiri dari kader-kader sosialis yang akan mampu menolak bujukan komunisme totaliter, menghancurkan warisan-warisan feodalistik…melalui pendidikan serta menciptakan iklim ketertiban dan efisiensi pragmatis sehingga perencanaan ekonomi yang rasional bisa dilakukan”.10

Melalui nilai-nilai modernis-sekuler ini tetap hidup di sekitar intelektual

dan aktivis mahasiswa di Jakarta dan Bandung sepanjang 1960-an sekalipun PSI

sudah dibubarkan sejak pemerintahan Orde Lama (tahun 1960). Ketika Orde Baru

lahir, pada saat bersamaan pikiran-pikiran ini sedang memperoleh kekuatan

7 Mochtar Mas’oed, Negara. Hal, 38. 8Mochtar Mas’oed, Negara. Hal, 38. 9 R. William Liddle, Modernizing Indonesian Politics,” dalam R. William Liddle (ed.),

Political Participation in Modern Indonesia, New Haven, Conn: Yale University Southeast Asian Studies, 1973, hlm. 179.

10 Sebagaimana dikutip oleh Mochtar Mas’oed dari Liddle. Negara. Hal, 39.

Page 54: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

45

baru.11 Pertama, kembalinya sejumlah intelektual berpikiran reformis yang baru

saja memperoleh derajat doctor dari berbagai universitas di Amerika Serikat.

Kedua, tersedianya teori-teori sosial baru yang mendukung perjuangan para

intelektual itu. Ada tiga teori utama yang berpengaruh ketika itu, ialah :

1. hipotesis dari Lipset yang menyatakan, bahwa demokrasi polotik

umumnya terjadi setelah keberhasilan pembangunan ekonomi.

Persyaratannya tergantung pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang

tinggi.12

2. Adanya argumen Daniel Bell tentang “matinya ideologi” (the end of

ideology). Politik Ideologi menurut Bell, tidak ada lagi dan digantikan oleh

politik konsensus.13 Dengan kata lain, Bell menyatakan bahwa intensitas

politik ideology telah berkurang seiring dengan peningkatan pembangunan

ekonomi.

3. Teori dari Hutington tentang akibat negatif dari mobilisasi sosial yang tak

terkendali pada masyarakat sedang berkembang. Oleh karena itu, menurut

Huntington partisipasi politik harus disalurkan secara tertib.14

Di kalangan militer terdapat pula perkembangan yang serupa. Kaum

militer dapat menerima dasar berpikir modernisasi-politik seperti ini karena dua

hal:

1) Memang sebagai orientasi pemikiran para intelektual dalam merespon

ekonomi terpimpin Soekarno.

11 Mochtar Mas’oed dari Liddle, Negara. Hal, 39. 12 Lihat Seymour Martin Lipset, Political Man, The Social Basis of Politics, Garden City,

New York: Anchor Books, 1963, bab 2. 13 Lihat Daniel Bell, The end of Ideology, New York: Collier, 1960, hlm. 397. 14 Lihat Samuel Huntington, Political Development and Political Decay, World Politics,

1965, vol. 17 No. 3 (April). Lihat juga Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik Di Negara Berkembang, terj. Drs. Sahat Simamora, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, terutama Bab III

Page 55: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

46

2) Kalangan elit militer yang menjadi actor dominant Orde Baru memang

sebelumnya telah akrab dengan pemikiran diatas. Mereka mengenal

pemikiran-pemikiran itu sejak menempuh pendidikan di Sekolah Staf

Komando Angkatan Darat (Seskoad) Bandung. Tentu saja karena sebagian

besar para pengajar di Seskoad adalah para intelektual yang telah

menempuh pendidikan ekonomi di Amerika Serikat. (Mayor Jendral)

Soeharto bahkan mengundang para ahli ekonomi ini untuk menjadi tim

penasehatnya.15

Di samping itu, kecenderungan umum pemerintahan militer adalah selalu

menjadikan pertumbuhan ekonomi yang pesat sebagai parameter strategis untuk

memperoleh sumber legitimasi dalam memerintah. Hal ini dilakukan karena

pemerintahan militer umumnya tidak cukup punya keabsahan untuk

memerintah.16

Selain menerima ide-ide developmentalism yang berakar pada nilai-nilai

modernitas sekuler Barat, militer juga berupaya mencari rumusan yang bisa

memberinya legitimasi untuk berpolitik. Usaha ini dimulai pada tahun-tahun

1950-an dan 1960-an.17 Pada akhir 1950-an, rumusan ini ditemukan dalam suatu

system perwakilan fungsional dan suatu ideology yang pada masa Orde Baru

disebut Dwifungsi ABRI. Untuk pengembangan gagasan ini, TNI AD menjadikan

Seskoad sebagai think-thank-nya.18

15 Bruce Glassburner, “ Political Economy and The Soeharto Regime”, BIES, Vol. XIV,

No. 3 Nov. 1978, hlm. 33. 16 Lihat Yahya Muhaimin, “ Kemana Mobilitas Sosial”, makalah seminar HIPIS di

Palembang, Maret 1984. 17 Mochtar Mas’oed, Negara, hal 41. 18 Ulf Sundhaussen, “The Military in Research on Indonesia Politics”, Journal of Asian

Studies, vol. 31, No. 2 (februari)

Page 56: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

47

Gabungan antara pembangunan pemikiran ekonomi dan ketertiban militer

inilah yang menjadikan proyek modernisasi di Indonesia berwujud ideology

“developmentalisme yang direvisi”. Revisi ini merupakan hasil pengembangan

yang dilakukan para intelektual sipil di sekitar Ali Moertopo. Oleh karena itu,

nilai-nilai pembangunan ekonomi tetap dipertahankan seperti soal pembuatan

kebijakan public yang rasional, efisiensi, efektivitas, dan pragtisme. Dengan

ringkas dapat dikatakan, bahwa pada akhir 1960-an di Indonesia telah

berkembang ideology yang memberi pembenaran pada pengorbanan politik demi

pembangunan ekonomi.

Kerangka pemikiran pembangunan ekonomi itulah yang dijadikan

landasan terkuat Orde Baru dalam melakukan berbagai re-organisasi sehingga

kemudian tercipta suatu struktur politik yang sangat kuat dan dominant dalam

kehidupan masyarakat.

B. Pengetatan Struktur Politik

Dalam seluruh aspek kehidupan kenegaraan maupun kemasyarakatan tidak

ada yang luput dari re-organisasi atau re-strukturisasi yang dilakukan oleh rezim

Orde Baru. Sumber utama pemikiran Orde Baru adalah sekelompok perwira dan

intelektual yang ada di sekitar Ali Moertopo. Kelompok perwira dan intelektual

ini berfungsi sebagai dapur cabinet (kitchen cabinet).19 Mereka diangkat sebagai

staf pribadi (Spri) Presiden Soeharto. Cara kerja seperti ini ternyata sangat efektif.

Kemudian, untuk menjamin implementasi kebijakan-kebijakan pemerintah, maka

perwira-perwira ABRI ditempatkan (dikaryakan) ke dalam jabatan-jabatan sipil

19 Ulf Sundhaussen, “The Military in Research on Indonesia Politics”, Journal of Asian

Studies, vol. 31, No. 2 (februari), hlm. 50.

Page 57: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

48

sambil mengintensifkan jaringan intelejen atau dengan metode-metode

konvensional guna meningkatkan sentralisasi dan efisiensi birokrasi. Selanjutnya,

dibuat pula pola-pola pengendalian melalui perwakilan kepentingan di badan

legislative sehingga badan itu lebih mencerminkan kepentingan pemerintah.

Metode yang digunakan Soeharto ialah dengan membujuk sendiri para

pendukungnya dan membuat mekanisme undang-undang yang sesuai. Kebijakan

pengendalian badan legislative ini merupakan lanjutan dari taktik yang pernah

dilakukan oleh Soekarno.

Pengendalian juga dilakukan pada kelompok-kelompok dan organisasi-

organisasi sosial-kemasyarakatan melalui pola korporatisasi. Prinsip

restrukturisasi melalui pola korporatisasi organisasi-organisasi sosial-

kemasyarakatan ini dilakukan agar perwakilan kepentingan hanya tersalur lewat

wadah tunggal berdasarkan kategori kepentingan masing-masing. Perwakilan

tunggal itu kemudian diletakkan di bawah payung Golongan Karya (Golkar).

Lantas, terbentuklah berbagai asosiasi seperti Himpunan Kerukunan Tani

Indonesia (HKTI), Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), Persatuan Guru

Republik Indonesia (PGRI), Sentral Organisasi Kekaryaan Sawadiri Indonesia

(SOKSI), Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), Komite Nasional

Pemuda Indonesia (KNPI), Dharma Wanita, Karang Taruna, dan lain-lain. Selain

itu, dilakukan pula peningkatan jumlah perwira militer dan teknokrat sipil di

dalam departemen dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya. Sementera,

jabatan-jabatan strategis di daerah-daerah diupayakan pula diisi oleh (titipan)

“orang pusat”, terutama oleh perwira ABRI.

Page 58: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

49

Hasil konkret dari langkah-langkah di atas adalah birokrasi sipil yang

sangat terkendali di bawah pemerintah (presiden). Dengan demikian, semua

proses pembuatan kebijakan public yang vital dilakukan secara tersentralisasi.

Salah satu contohnya adalah dalam pembuatan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) yang semuanya ditentukan oleh pusat (Jakarta) termasuk

pendistribusiannya ke daerah-daerah.

Selain pengendalian birokrasi sipil, Orde Baru juga melakukan integrasi

Angkatan Bersenjata. Hal ini dilakukan agar konflik-konflik antar-angkatan tidak

terulang seperti pernah terjadi di era Soekarno. Dengan begitu, sekaligus seluruh

kekuatan ABRI pun terkendali.

Tindakan berikutnya adalah penyederhanaan politik kepartaian. Hal ini

dilakukan dengan mereorganisasi Sekretariat Golongan Karya (Sekber Golkar),

dan “memaksa” partai-partai politik peserta Pemilihan Umum melakukan fusi.

Cara pengendalian terhadap partai politik ini dilakukan melalui berbagai modus.

Pertama, melalui mekanisme recall. Kedua, mengintrodusir persyaratan bagi

setiap anggota partai politik yang ingin duduk sebagai pimpinan sehingga harus

seizin pemerintah. Ketiga, mengintervensi partai politik melalui kongres,

musyawarah, atau muktamarnya. Keempat, mengupayakan monoloyalitas pegawai

negeri hanya pada golongan karya. Kelima, menciptakan konsep massa

mengambang (floating mass) dengan melarang partai politik beraktivitas di

pedesaan, kecuali bila akan Pemilihan Umum.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa setting politik yang dibangun oleh

Orde Baru telah berfungsi sangat efektif, walaupun otoriter. Afan Gaffar

Page 59: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

50

menyebut system politik Orde Baru ini sebagai “extremely strong state”.20 Sistem

politik yang demikian tentu saja sangat memusat pada lembaga kepresidenan

sehingga presiden sendiri dapat mengontrol semua sumber kekuatan politik.

Sumber-sumber itu mencakup political recruitment, proses pembuatan dan

pelaksanaan anggaran, dan sumber-sumber legitimasi konstitusional yang melekat

pada sumber-sumber itu.

C. Implikasi Setting Politik Orde Baru terhadap Islam

Pada awal Orde Baru, umat Islam berharap banyak pada rezim yang telah

terbentuk agar diberi peran yang lebih besar dalam politik maupun bidang

kenegaraan lainnya. Harapan ini sangat wajar mengingat peran besar yang

dimainkan umat Islam menjelang kelahiran Orde Baru, sebagaimana telah

digambarkan dalam Bab II.

Akan tetapi, segera umat Islam mengalami kekecewaan yang bertubi-tubi.

Berbagai harapan dan tuntutan itu ditolak satu-persatu oleh penguasa Orde Baru

karena dicurigai bertentangan dengan terminologi “pembangunanisme” Negara

yang mengedepankan pragmatisme, rasionalisme, deideologisasi, depolitisasi,

pendekatan teknokratis, program oriented, ekonomi sebagai panglima, dan

sebagainya.

Orde Baru memandang politisi-politisi Islam selalu menjadi sumber

konflik politik pada masa Soekarno. Jadi, politik Islam dianggap tidak cocok

dengan kredo utama Orde Baru yakni pembangunan eonomi dan stabilitas politik.

20 Lihat Afan Gaffar, “Public Policy and Income Distribution, An Indonesian Case

Study”, makalah pada AIDCOM International Seminar on “Economic Development and Liberal Democracy: Compatibility or Conflict?”, Penang, Malaysia, 4-5 Desember 1996.

Page 60: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

51

Kecurigaan dan penolakan atas politik Islam juga disebabkan karena elit Orde

Baru yakni militer dikuasai oleh kelompok abangan dan priyayi-sekuler.21

Perseteruan golongan santri dengan kelompok ini memang telah terjadi

sejak pra-kemerdekaan.22 Dalam perkembangan selanjutnya, dapur pemikiran

politik Orde Baru lebih banyak dikuasai oleh kelompok Tanah Abang (Centre For

Strategic and International Studies) yang kebanyakan terdiri dari intelektual

secular dan beragama katolik.23

Pada masa Orde Baru, Islam ditempatkan sama seperti agama (religion)

seperti konsep Barat. Karena itu, agama dan politik dianggap sebagai dua hal yang

berbeda dan tak ada hubungannya. Kebijakan-kebijakan terhadap umat Islam pun

mirip dengan siasat Snouck Hurgronje yang menganjurkan pendekatan “toleransi

kembar” yakni membiarkan perkembangan ibadah ritual Islam sembari melarang

kegiatan-kegiatan yang secara politis membahayakan.24

Secara khusus, pandangan pemerintah terhadap Islam ini

diimplementasikan melalui Departemen Agama. Pada masa Soekarno,

Departemen Agama ini biasanya diisi oleh tokoh berlatar belakang akademis dan

cenderung pragmatis seperti Prof. Dr. Mukti Ali, atau tokoh militer seperti

Alamsyah Ratuperwiranegara, atau diplomat seperti Munawir Sjadzali. Melalui

Departemen Agama inilah pemerintah menghendaki agar pembangunan agama

diletakkan sebagai bagian dari prinsip pembanguna ekonomi.25 Dalam konsep

21 Lihat Harold Crouch, hlm. 35. 22 Lihat Fachry Ali dan Bachtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam, Rekonstruksi

Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru, Mizan, 1986, hlm. 79. 23 Lihat Aminuddin., hlm. 75-81. 24 Lihat Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit, Jakarta : Pustaka Jaya, 1980.

Juga Lihat Kenneth E. Ward, The 1971 Election in Indonesia, An East Java Case Study, Monash Centre of South East Asian Studies, 1974, hlm. 198.

25 TAP MPR RI 1983, Deppen RI, 1985. hlm. 58.

Page 61: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

52

wawasan nusantara, misalnya, agama dianggap sebagai salah satu dari nilai

kesatuan bangsa, kesatuan politik dan kesatuan budaya.26

Kebijakan Orde Baru untuk pembangunan agama sangat berorientasi fisik-

material. Untuk agama Islam, pembangunan ini sangat dititikberatkan pada sarana

kehidupan dan peningkatan pelayanan ibadah. Dana aktivitas pembangunan

masjid disediakan hamper dua kali lipat disbanding dana untuk sector

pendidikan.27 Juga masih ditambah dengan dana dan penunjang lain baik dari

Departemen Agama sendiri, maupun dari Instruksi Presiden (Inpres) atau Yayasan

Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP).28 Pemerintah juga mendirikan atau

memprakarsai pendirian berbagai lembaga Islam seperti Perguruan Tinggi

Dakwah Islam Indonesia (PTDII), Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam

(GUPPI), Dewan Masjid Indonesia (DMI-1972), Majelis Ulama Indonesia (MUI-

1975), dan Majelis Dakwah Islamiyah (MDI-1978). Lembaga-lembaga ini

berfungsi sebagai pagar untuk mengarahkan kehidupan sosial umat Islam atau

sebagai instrument korporatis Negara Orde Baru.

Sementara itu, untuk mengendalikan penyebaran dan sosialisasi ajaran

Islam dibuatlah peraturan yang berkaitan dengan materi dan cara-cara berceramah

atau berkhotbah. Intinya, tidak boleh menceramahkan atau mengkhotbahkan

masalah-masalah politik.29 Untuk mengawasi dan menindas pelanggaran atas

kebijakan ini digunakanlah Instrumen Komando Pemulihan Keamanan dan

26 TAP MPR RI 1983, Deppen RI, hlm. 54. 27TAP MPR RI 1983, Deppen RI,. 28 Abdul Munir Mulkhan, Perubahan Perilaku Politik dan Polarisasi Ummat Islam 1965-

1987 Dalam Perspektif Sosiologis, Jakarta : Rajawali Pers, 1991, hlm. 100-102. 29 Departemen Agama, Pedoman Pembinaan Masjid, 1981, hlm. 95-97.

Page 62: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

53

Ketertiban (Kopkamtib) sehingga keterlibatan aparat militer menjadi sengat

efektif.30

Menurut Abdul Munir Mulkhan, modus pandangan pemerintah dalam

bentuk kebijakan-kebijakan terhadap umat Islam di Indonesia itu dilatarbelakangi

oleh lima hal.31

1. Agama didekati sebagai variable di luar variable sosial dan politik.

2. Perilaku umat dipandang sebagai perilaku individual.

3. Agama ditempatkan dalam kedudukan yang sacral dan transeden tanpa

hubungan structural dan fungsional dengan kehidupan keimanan di tingkat

praktik.

4. Dalam batas-batas tertentu, secara politis agama ditempatkan sebagai

legitimasi atas kebijakan konsep pembangunan.

5. Seluruh struktur kehidupan beragama dikaitkan dengan Pancasila sebagai

ideologi sosial-politik dan sistem kebangsaan.

Latar belakang kebijakan pemerintah terhadap Islam ini sangat bersesuaian

dengan orientasi pemikiran politik penjaga dapur Orde Baru yang dikenal sebagai

kelompok Tanah Abang. Kelompok ini pada awalnya adalah staf pribadi (Spri)

Soeharto yang kemudian memiliki hubungan erat dengan Centre for Strategic and

International Studies (CSIS).32

CSIS didirikan oleh Ali Moertopo dan kawan-kawannya pada tahun 1971

sebagai alat untuk mengekspresikan kepentingannya.33 Belakangan, CSIS menjadi

kelompok kepentingan politik yang berperan besar bagi pemerintah Orde Baru

30 Lihat Crouch., Op. cit., hlm. 250. 31 Mulkhan., Op. cit., hlm. 108. 32 Aminuddin., Op. cit., hlm. 78-79. 33 Leo Suryadinata, Golkar dan Militer, Studi Tentang Budaya Politik, Jakarta: LP3ES,

1992, hlm. 33.

Page 63: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

54

dan menduduki berbagai tempat di Golongan Karya.34 Kelompok ini terdiri atas

para purnawirawan militer, intelektual-intelektual sekuler, dan orang-orang

Katolik yang sangat tidak bersimpati kepada kaum muslim. Bagi mereka, Islam

merupakan potensi yang sangat membahayakan bila diberi kesempatan berkuasa.

Karena Islam cenderung dipandang dalam kacamata “Darul Islam”, maka mereka

cenderung ingin menghancurkan Islam.35 Bahkan agen-agen intelijen yang berada

di bawah pengaruh Ali Moertopo menempatkan kelompok Islam sebagai

sasaran/target utama dari rangkaian operasi mereka.36 Dengan demikian, tidak

heran bila kebijakan politik Orde Baru banyak merugikan Umat Islam. Kebijakan

ini merupakan perpaduan dari orientasi pemikiran sosial-politik Orde Baru dengan

kepentingan kelompok konseptor dan operator kebijakan tersebut.

Beberapa rencana kebijakan pemerintah yang anti nilai-nilai agama terlihat

dari usaha Golongan Karya dalam menghapuskan mata pelajaran agama di

sekolah untuk diganti Pendidikan Moral Pancasila (PMP), penghapusan

Departemen Agama, dan sekulerisasi undang-undang Perkawinan. Usaha

penghapusan pelajaran agama bisa ditolak karena ditolak karena dikecam sendiri

oleh ulama Golongan Karya.37 dibatalkan setelah mendapat protes keras umat

Islam, dan lalu direvisi.

34 Merupakan kenyataan yang ironis bahwa meskipun mayoritas penduduk Indonesia

adalah muslim namun sebagian besar posisi-posisi pemerintahan ketika itu dipegang oleh non-muslim atau muslim abangan. Kaum non-muslim terutama adalah Katolik, dan kebanyakan mereka berada di bawah pengaruh CSIS.

35 Afan Gaffar, “Partai Politik, Elite, dan massa Dalam Pembangunan Nasional”, dalam Ahmad Zaini Abar, Beberapa Aspek Dari Pembangunan Orde Baru, Solo: Ramadhani, 1990, hlm. 22.

36 Lihat Heru Cahyono, Peranan Ulama Dalam Golkar 1971-1980, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992, hlm. 130-131.

37 Muhammad Kamal Hassan, Modernisasi Indonesia, Respon Cendikiawan Muslim, (Jakarta: Lingkaran Studi Indonesia, 1987), hlm. 218.

Page 64: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

55

Sebagai partai besar tentunya Golongan Karya sangat kecewa. Bahkan,

salah seorang tokohnya menyatakan:

“Hukum perkawinan seharusnya tidak mengikuti ajaran-ajaran suatu agama. Negara kita bukanlah negar agama, mengapa kita harus memperhatikan prinsip-prinsip agama dalam membuat hukum.” Selanjutnya, tokoh ini menyatakan:”…memang rancangan itu mendukung ketetapan yang bertentangan ajaran agama Islam mengenai perkawinan…kalau kita selalu memperhatikan ajaran agama, kita tidak akan pernah maju”.38

Pada sisi lain, CSIS dalam buku Master Plan Pembangunan Bangsa

menyampaikan asumsi dasar yang menyatakan bahwa bangsa ini terhambat

kemajuannya karena terbelenggu oleh nilai-nilai Islam. Menurut mereka, yang

perlu dikikis bukanlah orang Islam Indonesia, tetapi nilai-nilai yang melekat pada

orang Islam yang merintangi pembangunan. “Kita tidak memusuhi orangnya,

tetapi ajaran-ajaran yang bisa membahayakan pembangunan. Kan orang Islam itu

bangsa kita juga? Tak mungkin kita memusuhinya,” demikian kata Liem Bian Kie

yang menjadi kepala proyek Master Plan Pembangunan Bangsa itu. Lalu, Liem

menegaskan, bahwa adanya korban merupakan hal yang tak terhindarkan.39

38 Diungkapkan oleh Drs. Sugiharto, ketua utusan Golkar dalam suatu rapat. Lihat

Zyrlirosa Jamil, Sikap Politik PII Dalam Menolak Asas Tunggal. Faktor-faktor yang menyebabkannya, skripsi FISIPOL UI, 1991.

39 Sebagaimana dikutip A.Q. Djaelani, Musuh-Musuh Islam Melakukan Ofensif Terhadap Ummat Islam Indonesia, Sebuah Pembelaan, Jakarta: Masyarakat Pelajar Press, 1985,hlm. 122.

Page 65: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

BAB IV

DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA

DENGAN PEMERINTAH ORDE BARU

A. Undang-undang Keormasan Nomor 8/1985: Puncak Pertentangan

Salah satu cara Orde Baru memantapkan kekuasaan dan mengeliminasi

Islam-politik ialah dengan mengembangkan ideologi Pancasila. Bila sebelumnya

Pancasila hanya dikenal sebagai konsensus nasional, maka pada zaman Orde

Baru mulai dijadikan sumber dari segala sumber hukum, jiwa seluruh rakyat

Indonesia, kepribadian dan pandangan hidup yang telah diuji kebenaran,

keampuhan dan kesaktiannya, serta penuntun dan pegangan hidup bagi sikap

dan tingkah-laku setiap manusia Indonesia.1 Pancasila juga dianggap sebagai

anugrah Tuhan berdasarkan kodrat manusia, dan bukan pemberian negara,

masyarakat atau golongan.2

Keinginan pemerintah menyeragamkan tafsiran mengenai Pancasila

merupakan motivasi dari pencanangan asas tunggal bagi seluruh organisasi

politik (orpol) dan organisasi kemasyarakatan (ormas). Pemerintah khawatir

pada pihak yang masih “ragu-ragu” terhadap Pancasila mengingat masih ada

identitas atau asas lain selain Pancasila di dalam Anggaran Dasar

(AD)/Anggaran Rumah Tangga (ART) ormas dan orpol. Sikap pemerintah ini

juga tidak terlepas dari gerak perlawanan umat Islam ketika MPR membahas

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dan Aliran Kepercayaan

1 Lihat naskah Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, bagian Pendahuluan. 2 Kalimat-kalimat ini antara lain dapat kita temukan pada buku-buku pelajaran SMP

untuk SLTA yang di terbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

56

Page 66: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

57

untuk dimuat ke dalam GBHN pada tahun 1978. Dalam pidato tanpa teksnya di

Pekanbaru tanggal 27 Maret 1980 Soeharto menyatakan:

“Dari perkembangan pembentukan Undang-undang Kepartaian dan Golongan Karya sampai kepada pelaksanaan Sidang Umum MPR masih membuktikan pula akan keragu-raguan daripada Pancasila, terutama proses dari ketetapan MPR No. II mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, sampai kepada walk out. Begitu pula dari penyelesaian Undang-undang Pemilihan Umum, perubahan atau perbaikan Undang-undang Pemilihan Umum, dan yang akhir-akhir ini juga masih belum menampakkan usaha bersama dan kesepakatan kita. Dan ada yang walk out pula. Karena itulah… kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan memilih patner, kawan, teman yang benar-benar mempertahankan Pancasila dan tidak sedikit pun ragu-ragu terhadap Pancasila itu”3 Ketika itu, fraksi Partai Persataun Pembangunan (PPP) melakukan walk

out dari sidang. Jadi, tampaknya pemerintah benar-benar menginginkan agar

Pancasila dijadikan tolak ukur segala sesuatu, termasuk oleh agama.

Sebetulnya masalah asas Pancasila dalam organisasi kemasyarakatan

telah dibahas sejak tahun 1966 dalam paket Rancangan UU Kepartaian,

Keormasan, dan Kekaryaan. Namun, karena tidak ada kesamaan pendapat

diantara fraksi di DPR-Gotong Royong saat itu, maka pembahasannya ditunda.4

Pemerintah sadar bahwa negara belum kuat sehingga perhatian lebih

dipusatkan pada konsolidasi di tingkat suprastruktur terutama lembaga legislatif

dan eksekutif. Setelah Pemilihan Umum 1971 berlangsung sukses, pemerintah

mempersoalkan lagi asas Pancasila ini. Akan tetapi, hanya berhasil

mendesakkannya pada organisasi-organisasi politik dengan tetap membiarkan

ciri asas masing-masing.5 Berdasarkan legitimasi dari Pemilihan Umum 1971,

pemerintah melanjutkan pembinaan struktur politik dengan menata kekuatan

3 Lihat Syamsuddin Haris, PPP dan Politik Orde Baru, Jakarta,: Grasindo, 1991, hlm. 47. Lihat juga P. Bambang Siswoyo, Sekitar Petisi 50, Solo: CV Mayasari, 1983.

4 Ali Moertopo, Strategi Politik Nasional, Jakarta: CSIS, 1974, hlm. 55. 5 Lihat UU No.3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.

Page 67: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

58

infrastruktur yakni organisasi-organisasi kemasyarakatan, dan sukses hingga

Pemilihan Umum 1977. Setelah itu, pemerintah pun memasyarakatkan Pancasila

melalui program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang

telah dimasukkan ke dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sembari

terus memikirkan gagasan asas tunggal untuk tahun berikutnya.6

Akan tetapi, karena masyarakat dianggap belum siap, maka Rancangan

UU Keormasan ini batal diajukan. Apalagi pemerintah sedang dikejar persiapan

Pemilihan Umum 1982. Setelah Pemilu 1982, tepatnya pada Sidang Umum

MPR 1983, pemerintah memperoleh legitimasi kembali untuk merealisasikan

gagasan tentang asas tunggal bagi organisasi politik (orpol) dan organisasi

kemasyarakatan (ormas).7

Hal penting yang perlu dikemukakan berkaitan dengan pengembangan

Pancasila ini ialah menyangkut dasar-dasar yang dipakai pemerintah Orde Baru

dalam memaknai hingga menetapkannya sebagai asas tunggal. Pancasila yang

lahir kurang lebih satu jam dari pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945 telah

menjadi konsensus nasional sejak kemerdekaan Indonesia. Masing-masing

golongan masyarakat di Indonesia dapat menerima konsep Pancasila dalam

pidato Soekarno itu dengan alasan bahwa sila-silanya sesuai dengan nilai-nilai

yang mereka anut. Umat Islam juga dapat menerimanya, rneskipun kecewa

dengan pencoretan tujuh kata dalam sila pertama Pancasila sebagaimana

tertuang dalam Piagam Jakarta. Umat Islam berharap dapat mewarnai Pancasila

6 Departemen Dalam Negeri RI, “Pokok-Pokok Pikiran yang Melandasi Penyusunan

RUU Organisasi Kemasyarakatan,” makalah, 17 Agustus 1979. 7 Sabar Simatupang memaparkan proses pembahasan RUU Keormasan Tahun 1985 ini

dalam skripsinya berjudul “Peranan dan Interaksi Kekuatan-Kekuatan Politik di DPR RI: Studi Kasus Proses Pembahasan RUU Keormasan Tahun 1985,” Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, Jakarta, 1990.

Page 68: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

59

terutama melalui sila Ketuhanan Yang Maha Esa karena dianggap mengandung

inti ajaran Islam yaitu prinsip Tauhid. Permasalahan pun timbul ketika

menyinggung soal penjabaran Pancasila yang akan diterapkan dalam kehidupan

bernegara. Dalam sidang Konstituante 1955, Pancasila dibicarakan kembali

karena memang memungkinkan. Kelompok yang dikenal sebagai nasionalis

Islam menunjukkan berbagai kekurangan Pancasila sebagai ideology dan

mengajukan Islam sebagai alternatifnya.8

Sebagaimana diketahui, debat tentang hal ini berlangsung berlarut-larut

hingga dihentikan oleh Soekarno dengan sebuah Dekrit Presiden tanggal 5 Juli

1959. Dekrit itu menyatakan pemberlakuan kembali Pancasila yang tercantum

dalam Pembukaan UUD 1945 yang dijiwai Piagam Jakarta sebagai dasar negara.

Jadi, dengan penerimaan kelompok Islam terhadap rumusan ini, maka persoalan

Pancasila sebagai dasar negara dianggap selesai.9

Pada masa Demokrasi Terpimpin, Soekarno berupaya mengembalikan

Pancasila kepada gagasan lamanya. Bagi Soekarno, Pancasila dapat diperas

menjadi Trisila dan lalu menjadi Ekasila yakni Gotong Royong. Soekarno juga

mengeluarkan pelengkap dan penjabar Pancasila yang ia sebut sebagai

Manifesto-Politik, Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia,

Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, Kepribadian Indonesia (Manipol-

Usdek) yang memuat nilai-nilai Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom).

Untuk menjelaskan hubungan Pancasila dengan Manipol-Usdek, Soekarno

8 Ahmad Syafii Maarif, Studi tentang Percaturan Dalam Konstituante. Islam dan

Masalah Kenegaraan, Jakarta, LP3ES, 1996. 9Endang Saefuddin Anshori “Pancasila Sebagai Dasar Negara RI: Merupakan Hasil

Puncak Kesepakatan Nasional,” dalam Peraturan Agama Dalam Pemantapan Ideologi Negara Pancasila, Departemen Agama RI: Jakarta, 1985, hlm. 58.

Page 69: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

60

mengutip qiyas dalam Islam. Menurutnya, Pancasila itu semacam al-Qur'annya

sedangkan Manipol-Usdek adalah Al-haditsnya.10

Selanjutnya, Soekarno mengharuskan organisasi sosial politik

menyesuaikan diri pada Manipol-Usdek sebagai tanda kesetiaan terhadap

revolusi yang telah menjadi mitos gerakan kebangsaan ketika itu. Usaha-usaha

Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin itu oleh Orde Baru dipandang telah

menyelewengkan Pancasila. Sebenarnya, Orde manakah yang paling

menyeleweng? Apakah Orde Soekarno yang dianggap mengkhianati konsensus

tentang Pancasila yang dijiwai Piagam Jakarta seperti dikemukakan oleh

kelompok Islam? Ataukah Orde Soeharto? Ternyata, rujukan Orde Baru tidak ke

Orde Soekarno karena Orde Soeharto membentuk sendiri (Panitia Pancasila)

yang anggotanya terdiri dari para mantan (Panitia Sembilan) yang masih hidup.

Panitia Pancasila inilah yang bertugas menafsirkan Pancasila sejak 10 Januari

1975 hingga menghasilkan butir-butir (Uraian Pancasila) yang ditandatangani

tanggal 18 Maret 1975 dan diserahkan ke Presiden Soeharto pada tanggal 23

Juni 1975. Naskah (Uraian Pancasila) ini ternyata ditolak karena tidak sesuai

dengan aspirasi elit Orde Baru.11

Sebagai gantinya, maka dibentuklah Tim (Perumus) yang diketuai oleh

Roeslan Abdulgani (juru bicara Manipol-Usdek di zaman Soekarno). Tim inilah

yang menghasilkan butir-butir Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

(P4) yang diberi nama Ekaprasetia Pancakarsa. Seperti telah diuraikan di muka,

P4 ini kemudian dimasukkan ke dalam GBHN Tahun 1978 bersamaan dengan

mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP).

10 Ketetapan Tudjuh Bahan-Bahan Pokok Indoktrinasi, Bandung: Dua-R, tanpa tahun, hlm. 87

11 Muhammad Hatta, dkk, Uraian Pancasila, Jakarta: Mutiara, 1978.

Page 70: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

61

Bila semangat dan nilai yang dibawa rumusan P4 hasil Tim Perumus ini

dicermati, maka tentu berbeda dengan rumusan Pancasila sebelumnya. Nilai-

nilai tradisional Jawa tampak amat kental mewarnainya. Menurut Soeharto,

Pancasila itu berasal dari ajaran nenek-moyang kita jauh sebelum Hindu, Budha,

Islam, dan Kristen datang ke Indonesia.”12 Ajaran nenek moyang itu kini lebih

dikenal dengan sebutan Elmu Klenik atau Kejawen. Elmu ini mengandung tiga

prinsip yakni kasunyatan (kenyataan hidup), sangkan paraning dumadi (dari

mana asal kejadian manusia dan akan ke mana akhir hidupnya), dan

kasumparning hurip (kesempurnaan hidup).

Nilai-nilai kejawen memang mengalami perkembangan pesat pada era

Orde Baru. Bila pada tahun 1950 tercatat 75 aliran kebatinan, maka pada tahun

1972 jumlahnya menjadi 644 buah.13 Bahkan, Konferensi Pekerja Golongan

Karya yang pertama pada tanggal 13-17 Maret 1972 menghasilkan antara lain

sekretariat umum bagi aliran-aliran kepercayaan sebagai satu wadah tunggal

untuk semua organisasi kebatinan. Kemudian, dalam Musyawarah Nasional

Golongan Karya tanggal 8 September 1973 di Surabaya istilah

“Kebatinan/Kejawen” diganti dengan “Aliran Kepercayaan Kepada Tuhan Yang

Maha Esa”. Pada tahun 1973 itu pula Pemerintah menjelaskan program

penayangan rutin Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di Televisi RI yang

muatannya sangat bernuansa Kejawen.14

Perubahan istilah “Kebatinan” menjadi “Aliran Kepercayaan” merupakan

upaya pemerintah mencari dasar hukum agar dapat dimasukkan ke dalam GBHN

12 Amanat Presiden Soeharto, Surakarta: Yayasan Pendukung Bapak Pembangunan,

1982, hlm. 11 13 Lihat N. Daldjoeni, “Buku Tentang Kebatinan,” Kompas, 25 Agustus 1973. 14 Muhammad Kamal Hassan, Modernisasi Indonesia, Respon Cendekiawan Muslim,

Jakarta: Lingkaran Studi Indonesia, 1987, hlm. 187.

Page 71: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

62

sebab kata “Tuhan Yang Maha Esa” dan “Kepercayaan” memang termuat dalam

Pasal 29 UUD 1945, walaupun tidak ada hubungannya dengan Kebatinan.

Meskipun pemerintah tidak memaksudkan Aliran Kepercayaan ini sebagai suatu

“agama”, namun kenyataannya disejajarkan dengan agama. Hal ini terlihat jelas

dalam buku-buku Pendidikan Moral Pancasila untuk Sekolah Dasar dan

Menengah. Tidak heran kalau kemudian menimbulkan keresahan dan protes dari

berbagai tokoh Islam. Di samping itu, Aliran Kepercayaan ini juga mendapat

jatah yang sama dalam acara Mimbar Agama di TVRI, sejajar dengan agama

Islam, Kristen (Protestan/Katolik), Hindu, dan Budha.

Dengan demikian, pada tahun 1980-an Orde Baru memang sudah

mempunyai “segala hal” untuk tampil perkasa di depan rakyat sehingga apapun

yang diinginkan elit penguasanya akan dapat dipaksakan ke seluruh lapisan

masyarakat. Bagi umat Islam, orientasi sosial-politik negara Orde Baru seperti

modernisasi (nilai-nilai modernitas sekuler), pendekatan keamanan dan

stabilitas, dan hegemoni ideologi melalui Pancasila atau aparatur

birokrasi/militer ternyata sangat banyak merugikan umat Islam. Hegemoni

ideologi asas tunggal Pancasila, misalnya, mau tidak mau akan menimbulkan

perdebatan di kalangan umat Islam hingga ke wilayah teologis (aqidah) yaitu

wilayah yang esensial dalam ajaran Islam.

B. Umat Islam dan Undang-undang Keormasan

Penyikapan umat Islam terhadap Undang-undang Nomor 8/1985 tentang

Keormasan umumnya terfokus pada masalah asas tunggal Pancasila. Sebetulnya

asas tunggal Pancasila hanyalah salah satu pasal saja dari sejumlah pasal Undang-

Page 72: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

63

undang Keormasan itu. Sikap umat Islam di sini umumnya dapat dibagi dalam

beberapa kategori. Dalam penafsiran terhadap Pancasila, tentu saja terdapat

banyak perbedaan persepsi antara umat Islam dengan pemerintah. Umat Islam

menempatkan Pancasila dalam perspektif agama Islam, sedangkan pemerintah

meletakkan konsep sosial Islam justru dalam perspektif Pancasila.15

Keberatan kalangan umat Islam dengan pemberlakuan asas tunggal

Pancasila ini berkait erat dengan beberapa pokok masalah. Pertama, menjadikan

Pancasila sebagai asas tunggal dianggap bertentangan dengan agama (Islam) oleh

sejumlah umat Is1am.16 Deliar Noer bahkan membuat satu buku yang khusus

mengupas hubungan Islam dengan asas tunggal Pancasila ini.17 Asas tunggal yang

hakiki bagi umat Islam adalah Dienul Islam. Deliar Noer juga mengungkapkan,

bahwa penafsiran Pancasila itu tidak boleh tunggal (hanya versi pemerintah saja)

sebab setiap perbedaan penafsiran tidak berarti bertentangan. Kedua, menjadikan

Pancasila sebagai asas tunggal berarti juga menyeleweng atau bertentangan

dengan UUD 1945 sendiri, terutama Pasal 29. Argumen ini antara lain

dikemukakan oleh K.H. Noer Ali dan Syafruddin Prawiranegara.18 Ketiga,

konsep asas tunggal itu bersifat a-historis dan berarti mengkhianati perjuangan

para tokoh pendiri bangsa Indonesia. Hal ini antara lain dikemukakan A. Qadir

Djaelani. Menurutnya:

15 Lihat Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22Juni 1945 dan Sejarah Konsensus

Antara Nasionalis Islami dan Nasionalis Sekuler tentang Dasar Negara Republik Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 1986.

16 Tokoh yang mendukung argument ini antara lain adalah K.H. Noer Ali (BKSPP), KH. Malik Ahmad (Muhammadiyah), KH. A.R. Fachruddin (Muhammadiyah), Moh. Natsir (DDII), Syarifuddin Prawiranegara, Deliar Noer, dan Abdul Qadir Jaelani.

17 Deliar Noer, Islam, Pancasila dan Asas Tunggal, Jakarta: Yayasan Pengkhidmatan, 1983.

18 Pokok-Pokok Pikiran BKSPP mengenai Asas Tunggal dan RUU Organisasi Kemasyarakatan, 6 September 1984. Lihat juga surat terbuka Syafruddin Prawiranegara kepada Soeharto tanggal 7 Juli 1983.

Page 73: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

64

“Penguasa colonial Belanda maupun Jepang yang kejam itu tidak pernah melarang penggunaan Islam sebagai asas partai maupun organisasi social kemasyarakatan. Oleh karena itu, satu sikap pengkhianatan dan sadis, apabila sesudah Republik Indonesia ini berdiri dan berkuasa, melarang partai dan organisasi-organisasi Islam untuk mempergunakan “Asas Islam”. Padahal, dengan asas Islam itu partai dan organisasi-organisasi Islam medirikan dan membesarkan Negara Republik Indonesia”. 19 Di samping itu, konsep asas tunggal itu bersifat politis untuk

meminggirkan umat Islam. Tokohtokoh Islam yang keberatan ini umumnya

menyepakati dan menerima bahwa posisi Pancasila yang sesungguhnya adalah

sebagai dasar negara, bukan sebagai asas.

Selain tokoh yang keberatan dengan penerapan Pancasila sebagai asas

tunggal ini, ada pula tokoh atau kelompok Islam yang secara verbal menyatakan

bahwa hal itu tidak menjadi masalah. Argumen yang diajukan umumnya

berangkat dari kesimpulan bahwa Pancasila itu tidak bertentangan dengan Islam

sejauh masih tertera sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Apalagi, Pancasila juga

merupakan hasil perjuangan umat Islam. Khusus Nahdlatul Ulama (NU),

penerimaan terhadap asas tunggal Pancasila dilakukan dengan menggunakan

kaidah-kaidah darurat yang dibenarkan oleh agama Islam.

Secara khusus, sesungguhnya ada satu persoalan yang mengganjal dan

dilematis dalam memilih/menerima Pancasila sebagai asas tunggal ini. Ada

kesenjangan persepsi terhadap Pancasila itu sendiri. Penerimaan umat Islam selalu

disandarkan pada Pancasila yang dijiwai Piagam Jakarta, sedangkan yang

dimaksudkan sebetulnya oleh pemerintah Orde Baru adalah Pancasila yang telah

diberi muatan/ tafsir seperti dalam butir-butir Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (P4). Jadi, penerimaan ini seolah-olah hanya untuk

19 Lihat Abdul Qadir Djaelani, “Pancasila dengan Segala Pengertiannya,” dalam Noor

M.D., Pancasila Pandangan Tokoh-tokoh Islam, Bogor, 1990.

Page 74: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

65

menghibur diri bahwa Pancasila asas tunggal itu adalah Pancasila yang tetap

berada dalam cahaya agama (Islam). Sekali lagi, hal ini sebetulnya membuktikan

bahwa rakyat tidak berdaya saat berhadapan dengan hegemoni negara yang

sedemikian kuat. Bahkan, ketika kebijakan negara itu menjurus kepada

pengaturan atas isi kepala setiap orang agar patuh melahap suatu ideologi.20

Ketidakberdayaan rakyat semakin terlihat ketika asas tunggal Pancasila

telah menjadi kebijakan politik-hukum melalui Undang-undang Keormasan

Nomor 8 Tahun 1985. Semua organisasi, termasuk yang pada awalnya menolak

dengan gigih, akhirnya terpaksa menerima dan menyesuaikan diri pada UU

Keormasan. Tentu saja dengan segala alasan dan legitimasi politisnya.

C. Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia dan Undangundang

Keormasan

Strategi PII menghadapi Manipol-Usdek pada masa Orde Lama ternyata

kurang utuh dan kompak dibanding ketika menghadapi pembahasan hingga

pemberlakuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan. Pada masa Orde Lama, PB PII Periode 1962-1964 yang

dipimpin Ahmad Djuwaeni telah menyiapkan berbagai kemungkinan seandainya

PII betul-betul dibubarkan karena menentang Manipol-Usdek. Salah satu bentuk

persiapan PB PII itu antara lain ialah mendirikan yayasan-yayasan di daerah-

daerah untuk alternatif wadah kegiatan. Antisipasi seperti ini tidak terlihat atau

20 Guillermo O’Donnell menyebutkan hal ini sebagai “consensus diam-diam”. Antara

pemerintah dan masyarakat sebetulnya masih ada persoalan, tetapi karena kepentingan keamanan persoalan itu dianggap selesai. Lihat Guillermo O’Donnell dan Philippe C. Schmitter, Transisi Menuju Demokrasi, Jakarta: LP3ES, 1993, hlm. 78.

Page 75: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

66

kurang mendapatkan perhatian PB PII Periode 1983-1986 di bawah pimpinan

Mutamimul Ula.

Dalam periode Mutamimul Ula sebenarnya ada pengondisian secara

sistematis terhadap PII se-Indonesia. Jalur utama yang dipakai adalah training

konvensional. Bila diperhatikan pada buku-buku panduan training yang dipakai

mulai periode ini nampak, bahwa muatan ideologis dalam setiap materi di setiap

jenjang training sangat kental. Opini yang sangat dominan muncul di setiap lokal

pen-training-an PII ketika itu adalah tentang ketidaksetujuan menggunakan asas

tunggal Pancasila yang termaktub dalam salah satu pasal Rancangan Undang-

undang Keormasan Nomor 8 Tahun 1985. Akan tetapi, pendapat dan sikap yang

muncul dari para peserta dalam training itu tetap beragam. Hal ini bisa terjadi

karena efek dari pengkondisian training, kemahiran instruktur dalam

menggunakan metode training yang dikenal sebagai dynamic group, atau

pendapat pribadi para peserta training yang memang tidak akan dibantah.21

Sikap PB PII periode 1983-1986 terhadap Rancangan UU Keormasan

dituangkan dalam sebuah pernyataan tentang Pokok-Pokok Pikiran PB PII

Tentang Rancangan Penyusunan Undang-undang Keormasan yang dikeluarkan

tanggal 25 Maret 1984. Ada tiga butir penting dari pernyataan itu. Pertama,

menolak setiap perangkat aturan atau hukum yang secara sengaja atau tidak

sengaja, akan mengeliminasi atau mencoret Islam secara tersirat atau tersurat dari

Anggaran Dasar atau perangkat organisasi kemasyarakatan, terutama yang

bernafaskan Islam. Kedua, menolak setiap perangkat aturan dan atau hukum yang

secara birokratis-administratif akan membatasi hak-hak asasi manusia terutama

21 Ahmad Marzoeki, “Reformalisasi PII dari Deklarasi Cisarua ke Persetujuan Cibubur,”

tulisan untuk buku 50 tahun PII, tanpa tahun.

Page 76: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

67

dalam mengembangkan nilai-nilai Islam. Ketiga, mengakui al-Islam sebagai satu-

satunya asas bagi organisasi-organisasi kemasyarakatan yang bernafaskan Islam

dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya.

Dari tiga butir pemikiran PB PII di atas, nampak bahwa persoalan yang

hendak dikemukakan berkaitan dengan UU Keormasan, sebetulnya tidaklah

semata akan menghadapkan PII kepada Pancasila. Persoalan penting yang hendak

diangkat ialah menyangkut hak asasi manusia (HAM), khususnya berkaitan

dengan kebebasan memeluk agama dan melaksanakan kewajiban agamanya itu.

Selain masalah ini dijamin dalam Pasal 29 UUD 1945, juga telah disepakati

masyarakat internasional sebagai hak asasi manusia yang paling asasi. Akan

tetapi, ketika itu persoalan HAM dan demokratisasi memang belum populer di

Indonesia sehingga sering secara sederhana masalah PII ini disimpulkan sebagai

“penolakan PII terhadap asas tunggal Pancasila” atau lebih ekstrem lagi yaitu

“penolakan PII terhadap Pancasila”.

Dalam masalah yang berkaitan dengan UU Keormasan khususnya pada

ormas-ormas Islam, biasanya hanya difokuskan pada persoalan asas tunggal.

Sedangkan bagi PII, asas tunggal merupakan salah satu permasalahan saja dari

UU Keormasan. Permasalahan lain yang juga sangat penting adalah

independensi organisasi. Kehadiran UU Keormasan juga dipandang bisa

memperlemah independensi organisasi PII sehubungan dengan adanya

“pembinaan dari pemerintah” (Bab VI Pasal 11 UUK). Apalagi dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan UU

Keormasan Nomor 8 Tahun 1985 Bab VI Pasal 14 dinyatakan:

“Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, pembinaan organisasi kemasyarakatan diupayakan untuk berhimpun dalam wadah

Page 77: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

68

pembinaan dan pengembangan yang sejenis agar lebih berperan dalam melaksanakan fungsinya.” Pada Bab III buku ini telah dinyatakan bahwa persoalan independensi

bagi PII lebih penting untuk dipertahankan. Pada tahun 1973, misalnya, PII tidak

menyetujui pembentukan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang

mengindikasikan adanya gejala monolitik dalam pembinaan generasi muda agar

terarah pada jalur politik pemerintah. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan

“youth culture” dan akan mematikan kreativitas generasi muda. Adalah fakta

bila kemudian keberadaan KNPI juga mendapatkan gugatan di sana sini,

termasuk oleh Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) pendukungnya

seperti terjadi dalam Kongres VIII KNPI tanggal 28 Oktober - 4 Nopember 1996

di Jakarta.22

Ketika UU Keormasan resmi diundangkan pada tanggal 17 Juni 1985,

PB PII masih tetap belum mengubah sikapnya. Walaupun demikian, dalam masa

transisi penyesuaian terhadap UU Keormasan itu nampaknya PB PII belum

menyiapkan lembaga alternatif. Bahkan, sampai dengan pelaksanaan Muktamar

XVII pada tanggal 18-21 September 1986 di Cisarua, Jawa Barat, PII masih

tetap mempertahankan sikapnya yang tidak mau menyesuaikan diri pada UU

Keormasan.

PB PII periode 1983-1986 ini lebih mengutamakan intensifikasi

sekaligus ekstensifikasi proses kaderisasi dalam menghadapi berbagai

kemungkinan yang bakal dihadapi PII sehubungan dengan pemberlakuan UU

Keormasan. Dalam kata lain, proses kaderisasi lebih pokok daripada eksistensi

dan formalitas lembaga. Pilihan ini memang sesuai dengan suasana pergerakan

22 Kompas, 30 Oktober 1996

Page 78: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

69

di kalangan umat Islam Indonesia ketika itu. Apalagi kaum pergerakan

Indonesia, khususnya generasi muda Islam, mulai banyak berhubungan dan

mempelajari pergerakan Islam internasional seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir

dan keberhasilan Revolusi Islam di Iran. Banyak pergerakan Islam di Indonesia

yang hanya kelihatan aktivitasnya, tetapi sulit mengetahui nama dan kelompok

afiliasinya. Dari fenomena inilah langkah PB PII periode 1983-1986 dapat

diteropong karena arah bergeraknya memang condong ke sana.

Meskipun berada dalam suasana yang belum menentu karena polemik

UU Keormasan, aktivitas PII tetap berjalan. Pada tanggal 17-21 Februari 1985,

misalnya, PB PII menyelenggarakan Musyawarah Instruktur Nasional (MIN) di

Bandar Lampung. Musyawarah Instruktur Nasional ini menghasilkan Buku

Panduan Training yang materi-materinya sudah diperbarui dan terdiri dari

panduan Basic Training, Mental Training, Perkampungan Kerja Pelajar, dan

Advance Training. Namun, sistem training yang digunakan tetap mengacu pada

hasil Pekan Orientasi Instruktur Nasional (POIN) tanggal 1-6 April 1979 di

Cibubur, Jakarta. Musyawarah Instruktur Nasional juga menetapkan program

kaderisasi yang disebut Sebelas Bintang, Satu Matahari plus Rembulan. Program

Sebelas Bintang terdiri dari training-training alternatif yang meliputi Studi Islam

Awal Mula (SIAM), Bimbingan Keilmuan dan Kepelajaran (BKK), Latihan

Hubungan Antar Manusia (Labungsia), dan training konvensional. Program Satu

Matahari adalah Leadership Advance Training (LAT) dan ditambah program

Satu Rembulan pasca-LAT.

Kemudian, pada bulan Desember 1986 di Cisarua, Jawa Barat, PII

melaksanakan Muktamar ke-17. Acara yang dilaksanakan tanpa izin dari aparat

Page 79: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

70

keamanan ini akhirnya memilih Chalidin Yacob sebagai Ketua Umum setelah

mengalahkan Dindin Syafruddin. Chalidin Yacob tampaknya berbeda dengan

Mutamimul Ula yang intensif menekuni dunia pergerakan Islam dan proses

pengkaderan. Akibatnya, di tangan Chalidin Yacob program Sebelas Bintang,

Satu Matahari plus Rembulan tidak berjalan serius. Dalam hal ini, Dindin

Syafruddin sebetulnya lebih tepat melanjutkan rencana yang dirintis oleh

Mutamimul Ula itu. Kapasitas dan intensitas Dindin memang lebih besar

dibanding Chalidin Yacob ketika itu. Akan tetapi, menjelang Muktamar PII ke-

17 sudah beredar suara-suara yang kurang mendukung Dindin sebagai kandidat

Ketua PB PII, khususnya suara dari Keluarga Besar (KB)23 PII yang masih

memiliki pengaruh di PII. Chalidin Yacob sendiri banyak mendapatkan

dukungan dari sejumlah Pengurus Wilayah PII dari luar Jawa sebab ia memang

sering dikirim/ditugaskan oleh PB PII ke kader-kader PII di luar Jawa.

Chalidin Yacob juga nampaknya lebih cenderung menginginkan PII

menyesuaikan diri pada UU Keormasan. Kesan inilah yang ditangkap oleh

beberapa Keluarga Besar (alumni) PII yang ditemui Chalidin Yacob. Namun,

arus bawah di PII secara nasional tidak menghendaki PII menyesuaikan diri

pada UU Keormasan sehingga Chalidin pun harus tunduk dan melaksanakan

aspirasi nasional tersebut. Belakangan ada pula kader PII yang menyayangkan

tidak terpilihnya Dindin sebagai pengganti Mutamimul Ula.

Untuk menetapkan sikap, arah, dan strategi PII dalam menghadapi UU

Keormasan yang masa toleransi (registrasi persetujuannya) hampir habis, PB PII

menyelenggarakan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) pada tanggal 10-14

23 Keluarga Besar atau KB PII adalah sebutan untuk mantan-mantan anggota atau alumni PII. Saat ini para anggota KB ini telah membentuk suatu wadah yang diberi nama Perhimpunan Keluarga Besar PII disingkat Perhimpunan KB PII.

Page 80: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

71

Mei 1987 di Cisarua, Bogor. Dalam arena Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas)

inilah lahir Deklarasi Cisarua yang menyatakan sikap istiqomah PII hingga tetap

tidak bisa menyesuaikan diri pada UU Keormasan Nomor 8 Tahun 1985.

Sesungguhnya, Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) ini tidak

berlangsung semulus yang terlihat dari luar karena ada satu catatan penting yang

disepakati untuk tidak diekspos ke publik/pers. Dari 18 Pengurus Wilayah PII

yang hadir dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) itu, hanya Pengurus

Wilayah PII Yogyakarta Besar yang tidak setuju pada sikap penolakan PII

terhadap UU Keormasan. Namun, demi pertimbangan untuk menjaga keutuhan

organisasi PII secara nasional, Ketua Umum Pengurus Wilayah PII Yogyakarta

Besar periode 1986-1988, Ananta Heri Pramono,24 akhirnya ikut

menandatangani Deklarasi Cisarua. Deklarasi Cisarua inilah yang menjadi

ketetapan pertama dari forum Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dengan

Nomor TAP/Rapimnas-PII/1987. Deklarasi Cisarua ini pun disepakati hanya

bersifat intern, atau tidak akan dipublikasikan ke pihak luar.

Lahirnya Deklarasi Cisarua menunjukkan bahwa semangat persatuan

untuk menjaga keutuhan jamaah benar-benar dijaga oleh para aktivis PII ketika

itu. Sikap dan pandangan tetap berbeda, namun segala hal yang menyangkut

persoalan bersama harus dipikul bersama pula. Adalah suatu konsekuensi yang

tak bisa dihindari bila suatu saat kehendak mayoritas harus diikuti tanpa

bermaksud menafikan aspirasi minoritas. Watak ini sering ditanamkan pada para

kader PII sebagaimana digariskan oleh Rasulullah SAW: “Inna ummatii laa

lajtami’u ‘ala dhalal faidzaa roatum ikhtilaafan fa’alaikum bissawaadil

24 Sebagaimana diceritakan pada saat TC dan Raker I PB PII Periode 1995-1998.

Page 81: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

72

a’zhami” (Umatku tidak akan bersepakat atas kesesatan, maka jika kamu

melihat perselisihan ikutilah kelompok yang terbanyak).25

Sehari setelah penandatanganan Deklarasi Cisarua; Mohammad Natsir

(mantan pimpinan Masyumi) memberikan ceramah kepada para peserta Rapat

Pimpinan Nasional (Rapimnas). Dalam ceramah itu M. Natsir menyodorkan

alternatif Anggaran Dasar PII yang sudah disesuaikan dengan UU Keormasan.

Sebetulnya sejak awal M. Natsir telah meminta kesempatan berbicara khusus di

forum Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) itu sebelum keputusan diambil. M.

Natsir tampaknya berharap dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk

dijadikan pertimbangan oleh peserta Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PII

dalam menyikapi Undang-undang Keormasan Nomor 8/1985. Akan tetapi, saran

M. Natsir ini ditolak sehingga ia hanya diberi kesempatan tampil setelah

keputusan diambil.26 Tentu saja hal ini terlambat karena sehari sebelumnya

Deklarasi Cisarua telah ditandatangani. Menurut Agus Salim27 (kelak menjadi

Ketua Umum PB PII 1989-1992, pengganti Chalidin Yakob), seandainya M.

Natsir menyampaikan ceramahnya sebelum penandatanganan Deklarasi

Cisarua, maka hasilnya mungkin lain atau mungkin tidak ditandatangani.

Tanggal 15 Juni 1987, dua hari menjelang berakhirnya masa toleransi

penyesuaian organisasi kemasyarakatan (ormas) pada UU Keormasan, forum

Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) pun dilanjutkan di Jakarta dan diikuti oleh

utusan dari 9 Pengurus Wilayah PII. Karena situasinya dipandang sangat

mendesak dan ada pula perbedaan kemampuan masing-masing Pengurus

25 HR. Ibnu Majah II: 1330, dan Ahmad IV: 978. 26 Wawancara dengan Asmara Hadi Usman, Februari 2010, di Jakarta. 27 Sebagaimana dijelaskan Agus Salim kepada penulis pada tanggal 24 Oktober dan 2

Nopember 1997.

Page 82: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

73

Wilayah PII dalam mengonsolidasikan aktivitas kader di tiap-tiap wilayahnya,

maka forum Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) mengeluarkan ketetapan

Nomor TAP/2/Rapimnas-PII/1987 yang berisi lima butir keputusan yaitu:

1. Memberikan kewenangan kepada Pengurus Besar PII untuk

mengeluarkan Maklumat Ekstern tentang sikap PII yang tidak bisa

menyesuaikan diri pada UU No. 8 Tahun 1985.

2. Memberikan kewenangan kepada Pengurus Besar PII atau Pengurus

Wilayah PII untuk membekukan/memvakumkan kepengurusan PII di

bawahnya.

3. Memberikan hak kepada Pengurus Wilayah PII dan Pengurus Daerah

PII untuk membekukan diri secara kelembagaan.

4. Memberikan hak kepada personal Pengurus Wilayah PII atau

Pengurus Daerah PII untuk mengundurkan diri dari kepengurusan

PII.

5. Pelaksanaan butir 2, 3, dan 4 dalam ketetapan ini dipilih oleh

pengurus yang bersangkutan berdasarkan kondisi masing-masing.

Butir keputusan nomor 1 yang bersifat kewenangan itu dapat

dilaksanakan dan dapat pula tidak, mengingat situasi sosial-politik nasional

masih panas. Ketika itu, Pemilihan Umum 1987 baru saja dilaksanakan. Partai

Persatuan Pembangunan (PPP) mengalami penggembosan oleh sebagian tokoh-

tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Kejadian ini sangat memukul aspirasi umat Islam

karena:

1. Kondisi PPP masih lebih tepat dianggap sebagai representasi umat

Islam Indonesia dibanding Golongan Karya (Golkar) atau Partai

Page 83: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

74

Demokrasi Indonesia (PDI), meskipun saat itu semua partai politik

sudah sama-sama berasaskan Pancasila.

2. Mayoritas umat Islam berafiliasi ke Nahdlatul Ulama (NU),

meskipun secara administratif tidak terdaftar sebagai anggota.

Melalui peristiwa penggembosan PPP itu tampak bahwa secara

umum kondisi umat Islam sedang mengalami “keretakan” ukhuwah.

Pada saat yang sama, sebagian organisasi kemasyarakatan Islam sudah

menyesuaikan diri pada UU Keormasan. Hal inilah yang menjadi bahan

pertimbangan PB PII sehingga tidak mempublikasikan Maklumat Ekstern

mengenai sikap PII terhadap UU Keormasan. Juga karena dipandang tidak

menyelesaikan masalah, di samping akan memancing polemik yang sia-sia di

kalangan umat Islam.

Secara eksternal, Deklarasi Cisarua sebenarnya dimaksudkan untuk

memicu solidaritas lembaga atau organisasi kemasyarakatan Islam lainnya.28

Para aktivis PII menganalogikan situasi yang dihadapinya itu sama dengan

situasi pada masa Orde Lama ketika PII menolak Nasakom dan Manipol-Usdek.

Ketika itu, PII menyediakan diri sebagai benteng terakhir dalam

mempertahankan asas Islam. Ternyata analogi ini salah karena tidak ada satu

pun organisasi kemasyarakatan Islam yang berani mendukung sikap PII dalam

menolak UU Keormasan itu.

Mau tidak mau ada yang berubah di PII setelah Rapat Pimpinan Nasional

(Rapimnas) yang melahirkan Deklarasi Cisarua. Meski secara kelembagaan

PII sudah mengambil sikap tegas, namun secara individual setiap aktivis PII

28 Suara Hidayatullah, 08/VIII/Desember 1994

Page 84: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

75

masih meraba-raba dalam menafsirkan tindakan pemerintah terhadap PII

sekaligus konsekuensi-konsekuensi politik yang akan menimpa para kadernya.

Bagaimanapun, hal itu akan berkaitan dengan masa depan para kader PII yang

masih panjang.

Akibat kondisi di atas, kegiatan kaderisasi PII setiap liburan sekolah

semakin minim publikasi (samar-samar). Pendekatan personal menjadi satu-

satunya cara dalam rekruitmen anggota dan kadang juga terkesan “mengelabui”

calon kader. Kenyataan ini sering pula diungkapkan oleh mantan-mantan peserta

Leadership Basic Training (LBT). Seringkali peserta LBT mengira akan diajak

mengikuti pesantren kilat. Bahkan, ada yang mengira akan diajak piknik.

Institusi PII pun baru diketahui pada saat pelaksanaan LBT itu. Oleh karena itu,

banyak juga kader yang telah mengikuti LBT malas aktif di PII. LBT sendiri

secara tidak resmi sering dipandang sebagai batas minimal seseorang telah

berstatus menjadi anggota PII.

Meski masih ada jalur perekrutan lain yaitu dari putra-putri alumni PII

(Keluarga Besar PII), namun langkah ini terbukti tidak juga membawa banyak

hasil. Problemnya, banyak juga alumni PII yang tidak setuju dengan sikap

penolakan PII terhadap UU Keormasan. Di samping itu, tidak selalu pula putra-

putri alumni atau Keluarga Besar PII berminat menjadi aktivis PII. Keluarga

Besar PII yang mendukung sikap PII pun tidak selalu mengarahkan putra--

putrinya menjadi kader PII. Alasan para alumni yang sering dikemukakan ialah

demi memberikan kebebasan kepada putra-putrinya dalam beraktivitas sehingga

tidak ada paksaan atau tekanan. Alasan ini cukup logis, tetapi tampak ambivalen

karena setidaknya putra-putri mereka dikondisikan mengenal PII. Ternyata

Page 85: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

76

memang tidak semua alumni atau Keluarga Besar PII mau dan mampu

melakukannya.

Dengan demikian, bukan hanya anggota PII yang menyusut, tetapi juga

personal di segenap institusi kepengurusan. Selain itu, kualitas personal

pengurus PII juga mengalami penurunan karena pemilihan seseorang menjadi

pengurus tidak lagi berdasarkan kemampuan dan karakter, melainkan

berdasarkan kemauan saja. Inilah yang menyebabkan metode penyeleksian

pengurus menjadi lemah.

D. Pelajar Islam Indonesia Melampaui Batas Akhir Tunduk pada

Undang-undang Keormasan

Tanggal 17 Juni 1987, ketika batas waktu penyesuaian organisasi

kemasyarakatan terhadap UU Keormasan telah habis, PB PII tetap tidak

membuat pernyataan menyesuaikan diri pada UU Keormasan. Dari Departemen

Dalam Negeri (Mendagri) sendiri belum ada isyarat tindakan yang akan

dikenakan kepada PII. Akan tetapi, pada tanggal 21 Juli 1987, seusai rapat kerja

dengan Komisi II DPR RI, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Supadjo Rustam

menyatakan bahwa sampai tanggal 17 Juni 1987 masih ada dua organisasi

kemasyarakatan yang belum mendaftarkan diri yaitu PII dan GPM (Gerakan

Pemuda Marhaenis). Oleh karena itu, kedua organisasi ini dianggap tidak ada

atau telah membubarkan diri. Pernyataan Mendagri ini dilansir oleh berbagai

media cetak harian tanggal 22 Juli 1987.29 Namun sehari kemudian, tanggal 23

Juli 1987, Direktorat Jenderal Sosial Politik Depdagri membuat dan

29 Jawa Pos, 22 Juli 1987

Page 86: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

77

mengirimkan surat panggilan kepada PB PII. Terkesan ada dualisme sikap di

Depdagri terhadap PII. Surat panggilan dari Direktorat Jenderal Sosial Politik

Depdagri secara tidak langsung justru mengakui keberadaan PII, dan berbanding

terbalik dengan pernyataan Menteri Dalam Negeri Supadjo Rustam yang

menganggap PII sudah tidak ada/bubar.

Menurut Agus Salim,30 untuk pertemuan tanggal 23 Juli 1987 memang

pihak Departemen Dalam Negeri yang mengundang dalam rangka

mengkonfirmasi PB PII sehubungan dengan keberadaan PII. Undangan itu

dikirim justru karena adanya suara-suara yang menyatakan bahwa PII telah

membubarkan diri. Delegasi PB PII yang terdiri dari Chalidin Yacob, Muchlis

Abdi, Agus Salim, Shaleh Hamid, dan Abdul Baqir Zein diterima dan berdialog

dengan Moch. Barir, Direktur Pembinaan Masyarakat Depdagri. Dalam dialog

itu, Moch Barir mengatakan, bahwa bila belum mendaftarnya PB PII ke

Departemen Dalam Negeri karena lupa, maka PB PII harus meminta maaf dan

kemudian secepatnya mendaftarkan diri. Sinyalemen Moch. Barir ini dibantah

dan diuraikan oleh Muchlis Abdi yang mengatakan bahwa registrasi ke Depdagri

dalam persepsi PB PII hanya berlaku untuk organisasi kemasyarakatan yang

sudah menyesuaikan diri pada UU Keormasan. Karena hingga detik itu PII

belum bisa menyesuaikan diri pada UU Keormasan, maka PB PII pun tidak

wajib melakukan registrasi ke Depdagri. Apalagi batas waktu yang ditetapkan

Depdagri untuk melakukan registrasi sudah terlampaui. PII sendiri belum bisa

menyesuaikan diri pada UU Keormasan karena belum ada ketetapan dari forum

30 Sebagaimana dijelaskan Agus Salim kepada penulis pada tanggal 24 Oktober dan 2

Nopember 1997.

Page 87: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

78

Muktamar PII yang memang belum diselenggarakan. Forum Muktamar sendiri

adalah forum tertinggi di PII untuk pengambilan kebijakan tingkat nasional.

Kepada delegasi PB PII itu, Moch. Barir menyampaikan empat hal.

a) Depdagri mengundang PB PII karena ingin mengecek kepastian PII yang

akan membubarkan diri. Menurut informasi yang diperoleh Depdagri,

keputusan PII diambil dalam rapat tanggal 17 Juni 1997 di Warung

Buncit, Jakarta Selatan.31 Peristiwa ini menunjukkan adanya penurunan

kemampuan intelijen para aktivis PII. Informasi yang seharusnya bersifat

sangat rahasia ternyata bisa bocor keluar dalam waktu yang relatif cepat.

b) Bahwa setiap pemimpin, menurut Moch. Barir, harus berani menanggung

resiko. Oleh karena itu, menurutnya, PB PII harus berani mengambil

keputusan menyesuaikan diri pada UU Keormasan tanpa harus

menunggu pelaksanaan Muktamar. Ketiga, pemerintah tidak akan

membubarkan PII karena dikhawatirkan menimbulkan reaksi yang

mengarah pada tindak kekerasan. Pembubaran PII hanya akan

menimbulkan anggapan bahwa umat Islam memiliki kesalahan kepada

pemerintah.

c) Pemerintah masih memberi peluang kepada PII untuk melakukan

registrasi ke Depdagri, meski batas waktu yang ditetapkan telah lewat.

Akan tetapi, ada catatan bahwa PII harus mengubah kata “Pelajar”

dengan nama atau kata yang lain, meskipun singkatannya tetap PII.

Perubahan semacam ini telah dilakukan oleh Ikatan Pelajar Nahdlatul

Ulama (IPNU) yang menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (IPNU) dan

31 Rapat yang dimaksud ini agaknya lanjutan Rapimnas di Pasar Jum’at yang menghasilkan Ketetapan Rapimnas Nomor TAP/2/Rapimnas-PII/1987 sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya.

Page 88: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

79

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang menjadi Ikatan Remaja

Muhammadiyah (IRM).32 Kemudian, pada hari Senin, 27 Juli 1987,

Ketua Umum PB PII Chalidin Yakob kembali lagi ke kantor Departemen

Dalam Negeri guna membicarakan masalah eksistensi PII dan ia diterima

lagi oleh Moch. Barir, Direktur Pembinaan Masyarakat Depdagri.33

Berpijak dari situasi dan kondisi serta untuk menanggapi pernyataan

jajaran elit Departemen Dalam Negeri di atas, Chalidin Yacob meminta

wartawan agar tidak mendramatisasi keadaan. Lalu, Chalidin Yacob

menegaskan bahwa sesuai dengan Anggaran Dasar, PII hanya bisa dibubarkan

melalui Muktamar. Sekaligus dijelaskannya pula mengenai segala sesuatu yang

berkaitan dengan ketentuan perundangan yang masih berlaku, tetap dalam proses

pembahasan. Meskipun situasinya demikian, roda organisasi PII tetap berjalan.

Data ketika itu menunjukkan bahwa PII memiliki 26 Pengurus Wilayah dan

1.080 Pengurus Daerah dengan anggota aktif sekitar 4,5 juta orang.34

Sementara bagi aktivis dan mantan aktivis PII lainnya, persoalan

pembubaran PII tidak dipandang sebagai masalah yang serius. Misalnya mantan

Ketua Pengurus Wilayah PII Yogyakarta Besar, dr. M. Thoyibi yang

menyatakan, bahwa bukan merupakan masalah bila pemberlakuan UU

Keormasan membuat PII dianggap tidak ada. Menurutnya, perjuangan

menyuarakan aspirasi tidak harus melalui sebuah wadah yang formal. Jadi,

kader PII harus bisa memisahkan antara membela wadah dan aspirasi. Bagi dr.

M. Thoyibi, sebuah aspirasi tidak harus disalurkan melalui wadah sebab hal itu

32 Catatan pribadi Agus Salim. 33 Tempo,1 Agustus 1987 34 Terbit, 30 Juli 1987

Page 89: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

80

lebih banyak tergantung pada kemampuan berkomunikasi.35 Lain halnya bagi

Sekretaris Umum Pengurus Wilayah PII Aceh, Jamaluddin Tami, dan Ketua

Umum Pengurus Wilayah PII Jawa Tengah, Zubair Syafawi yang mengatakan,

bahwa bukan merupakan suatu masalah andaikata PII bubar. Namun begitu,

keduanya memandang penting adanya wadah baru semacam PII yang tetap

berasaskan Islam.36

Di tengah polemik tentang keberadaan PII berkaitan dengan ketentuan

UU Keormasan, di Jawa Timur justru pemerintah daerahnya memperpanjang

batas akhir pendaftaran ulang organisasi kemasyarakatan hingga selama dua

tahun berikutnya. Menurut Kepala Direktorat Sosial Politik Jawa Timur, Hasril

Harun, kebijakan ini diambil dengan tujuan memberikan kesempatan kepada

organisasi kemasyarakatan yang belum mendaftar agar mempersiapkan diri. Di

Jawa Timur sendiri, menurutnya, ada 250 buah organisasi kemasyarakatan,

tetapi yang mendaftarkan diri ke Direktorat Sosial Politik hingga bulan Agustus

1987 baru 207 organisasi. Ketika batas akhir pendaftaran jatuh tempo tanggal 17

Juni 1987 berdasarkan ketentuan UU Keormasan, jumlah yang mendaftar baru

125 organisasi kemasyarakatan. Menurut Hasril Harun, sebagian besar

organisasi kemasyarakatan yang belum mendaftar itu disebabkan karena belum

memiliki kelengkapan seperti layaknya organisasi. Juga karena belum

mencantumkan asas tunggal Pancasila di dalam Anggaran Dasar (AD)/Anggaran

Rumah Tangga (ART).37 Kondisi di Jawa Timur ini dengan sendirinya menjadi

penggagal pernyataan Menteri Dalam Negeri Supardjo Rustam di Jakarta pada

tangga121 Juli 1987.

35 Eksponen, No. 43 Th. XV 23 Agustus 1987 36 Tempo, 1 Agustus 1987 37 Jawa Pos, 27 Agustus 1987

Page 90: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

81

E. Sumbangsih Pelajar Islam Indonesia Terhadap Pembangunan

Nasional

Kiprah dan Pergerakannya telah teruji dan memberi kontribusi yang besar

bagi ummat dan bangsa. Gagasan untuk mendirikan PII adalah upaya untuk

menutup adanya jurang pemisah yang sekian lama diciptakan oleh penjajah antara

pelajar umum (hasil didikan pola belanda) dengan santri (pelajar Islam) hasil

didikan pesantren yang sesungguhnya adalah sama-sama “pelajar” dari keluarga

muslim. Adalah Seorang Pelajar bernama Joesdi Ghozali yang menjadi inspirator

pembentukan wadah bagi para pelajar Islam yang ketika itu belum terkoordinasi,

cita-cita itu dirintis dalam pertemuan di Gedung SMP Negeri II Secodiningratan,

Jalan Senopati Yogyakarta dengan dihadiri oleh Joesdi Ghozali, Anton Timur

Djaelani, Amir Syahri, Ibrahim Zarkasji dan Noorsjaf yang menghasilkan

kesepakatan pembentukan yang akan diusulkan dalam forum kongres Gerakan

Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang dilangsungkan pada tanggal 30 Maret – 1

April 1947 di Gedung Muallimin, Yogyakarta.

Dalam Kongres GPII itulah Anton Timur Djaelani yang menjabat sebagai

Pimpinan Pusat GPII bagian pelajar mengemukakan masalah GPII bagian pelajar

dan pada saat itulah Joesdi Ghozali mengemukakan ide tentang perlunya

organisasi pelajar yang terpisah sehingga kemudian timbullah diskusi diantara

para utusan kongres yang sebagian besar akhirnya menyetujui lepasnya GPII

bagian pelajar untuk dilebur menjadi Organisasi Pelajar Islam Indonesia. Dalam

Kongres itu juga disusun draft AD/ART PII yang dibagikan kepada semua utusan

untuk dibahas di daerahnya masing-masing. Pada Hari Ahad, 4 Mei 1947

Page 91: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

82

diadakan pertemuan di Gedung GPII, Jalan Margomulyo 8 Yogyakarta yang

secara resmi menetapkan AD/ART dan Mendeklarasikan penggabungan beberapa

organisasi pelajar seperti Perhimpunan Pelajar Islam Indonesia Yogyakarta (PPII),

Gerakan Pemuda Islam Indonesia Bagian Pelajar, Persatuan Pelajar Islam

Surakarta (PPIS) dan Persatuan Kursus Islam Sekolah Menengah Surabaya

(Perkisem) atas dasar kesamaan azas dan cita – cita. Pada tanggal 4 Mei itulah

Pengurus Besar PII Pertama terbentuk dan sejak itulah tanggal 4 Mei dijadikan

Hari Kebangkitan PII, disingkat HARBA PII, hari lahirnya kesadaran dan

tanggung jawab sebagai Pelajar Islam terhadap agama, nusa dan bangsa.38

E.1. PII dan Gerakan Amal Sholeh

Setelah PKI Bubar dan pemerintahan beralih dari orde lama ke orde baru

maka PII mengubah haluannya yakni tidak lagi terjun ke kancah politik praktis

dengan kembali kepada ideologi perjuangan semula sebagai organisasi pelajar

dengan mengaktulisasikan diri dalam Program GAS (Gerakan Amal Sholeh) yang

terkenal dengan slogan Kembali ke Masjid, kembali ke Bangku Sekolah dan

Kembali ke Kampung. GAS merupakan usaha PII untuk ikut menanggulangi

krisis moral yang melanda generasi muda sekaligus mengarahkan PII untuk

bergiat dalam pendidikan dalam rangka membangun bangsa dan negara yang

diridhoi Allah SWT.

38Lihat, Badrut Tamam Gaffas dan Badriyah Handayani, “Pak Timur Menggores Sejarah”, (Penerbit PT. Bulan Bintang, Cetakan I tahun 1997)

Page 92: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

83

Sebagai organisasi massa sosial dan pendidikan, PII telah mempunyai

suatu sistem latihan yang efektif bagi generasi muda yaitu :

1. Latihan Kepemimpinan (Leadership Training) bagi para anggotanya dari

mulai tingkat dasar sampai tingkat lanjutan

2. Latihan Kejiwaan (Mental Training) dan pesantren kilat yang terbuka

untuk semua generasi muda.

3. Latihan Kerja Kemasyarakatan (Perkampungan Kerja Pelajar/Pemuda) dan

Brigade Pembangunan yang terbuka untuk semua generasi muda.

E.2. PII dan Masa Depan Kepemimpinan Nasional

Pergerakan Pelajar Islam Indonesia dengan pemberdayaan potensi pelajar

dan generasi muda yang senantiasa diperjuangkannya, menjadikan PII membuka

jalan bagi mempersiapkan kader – kader pemimpin yang berkepribadian dan

berperadaban Islam. Jadi tidaklah berlebihan jika kini banyak nama – nama

alumni PII yang berkiprah dan berperan strategis di berbagai bidang termasuk

juga dalam hiruk pikuk pentas politik negeri ini. Meski PII memiliki kedekatan

sejarah dan emosional dengan Partai Masyumi yang dikenal sebagai Keluarga

Besar Bulan Bintang namun PII maupun Keluarga Besar PII tetap independen dan

tidak ber-afiliasi pada salah satu partai politik tertentu. Kendati sebagian besar

mantan petinggi PII melabuhkan pilihan politiknya kepada PBB (Partai Bulan

Bintang / Partai Bintang Bulan) diantaranya Dr. Anwar Haryono, Hussein Umar,

Abdul Qodir Djaelani, Hartono Marjono, dan banyak yang tidak tersebutkan

namun tidak sedikit mantan aktivis PII yang berkiprah di partai lain seperti AM

Page 93: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

84

Saefuddin dan Husni Thamrin di Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Abdul

Hakam Naja dan AM Fatwa di Partai Amanat Nasional (PAN) dan beberapa

diantaranya juga menjadi deklarator dan pimpinan Partai Keadilan Sejahtera

(PKS) seperti Mutammimul Ula. Dan beberapa alumni PII yang kini banyak

menjabat sebagai menteri-menteri dalam kabinet beberapa periode kebelakang

setelah reformasi, dalam bidang kebudayaan kita punya tokoh seorang Taufik

Ismail, Kuntowidjoyo. Di bidang pendidikan banyak tokoh-tokoh yang

memberikan kontribusi dalam pengembangan lembaga-lembaga pendidikan di

tanah air seperti Dr Arief Rahman, Utomo Dananjaya, dan beberapa alumni yang

ada didaerah-daerah dipelosok tanah air.39

Maka jelas bahwa, dibalik fakta ini PII sebagai organisasi pelajar dituntut

untuk tampil independen dan tidak larut dalam pragmatisme politik sebab PII

dengan Gerakan Amal Sholeh-nya senantiasa dinanti kiprah dan sumbangsih-nya

dalam mempersiapkan kader-kader ummat dan bangsa yang berkepribadian

Islami.

39Badrut Tamam Gaffas dan Badriyah Handayani, “Pak Timur Menggores Sejarah”,

(Penerbit PT. Bulan Bintang, Cetakan I tahun 1997)

Page 94: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

BAB V

KESIMPULAN

Tak terejawantahkan lagi sebagai organisasi yang lahir pada masa

mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, PII telah menunjukan komitmennya

yang besar terhadap keberlangsungan hidup bangsa dan negara. Bahkan pada

awal-awal pergerakannya, sesuai dengan konteks ketika itu, gerak PII lebih

banyak diwarnai oleh keikutsertaannya- bersama komponen bangsa yang lain-

mempertahankan kemerdekaan

Sebagaimana telah dijelaskan pada setiap bab dalam skripsi ini dapat

disimpulkan, bahwa kehadiran PII tidak dapat dilepaskan dari konteksnya sebagai

bagian dari gerakan Islam pada umumnya dan pergerakan yang berorientasi ke-

Indonesia-an pada khususnya. Dengan latar belakang dan motivasi ke-Islam-an

PII coba mensikapi apa yang terjadi di bumi Nusantara atas segala

keterpecahbelahan umat Islam. Hingga lahirlah apa yang di kenal dengan pelajar

umum dan pelajar santri, kemudian berkembang memberi motivasi yang lebih

lugas, sebagai respon atas modernisasi yang dijalankan negara Orde Baru.

Sebagaimana organisasi Islam lainnya, PII di sisi lain berupaya memoderenkan

umat Islam sekaligus mensikapi modernisasi yang berjalan akibat persentuhan

umat Islam dengan nilai-nilai Barat. Dalam hal ini di kenal dengan sebutan

developmentalism (pembangunanisme), atau tepatnya developmentalism yang

direvisi.

Sudah umum di ketahui bahwa setiap organisasi apapun bentuk visi dan

misinya, dalam perjalanannya akan mengalami pasang surut hal ini terjadi karena

69 

Page 95: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

  86

adanya pengkaderan. Pengkaderan menjadi model yang dikembangkan PII dalam

perjalanannya ternyata bertentangan dengan model masyarakat yang diinginkan

oleh negara Orde Baru. Pertentangan itu berada pada dua level. Pertama, dari sisi

pandangan keagamaan dan ideologi, Orde Baru mengembangkan nilai-nilai

modernis-sekuler sehingga agama cenderung dipandang sebagai variabel yang

terlepas jauh dari politik dan kenegaraan. Bahkan, agama (Islam) dianggap

sebagai ancaman. Orientasi pembangunan ekonomi Orde Baru juga tidak memberi

tempat yang cukup bagi agama kecuali bila dapat direkayasa untuk kepentingn

politik pembangunannya. Kedua, dari sisi hubungan negara dengan masyarakat,

Orde Baru mengembangkan pola hubungan yang hegemonik sebagaimana telah

ditunjukkan pada berbagai model kepolitikan Orde Baru di Bab I, II, dan III.

Untuk merespon hubungan yang hegemonik ini PII lebih mengembangkan sikap,

oposisi secara kritis seperti tampak dalam dua dekade awal perjalanan negara

Orde Baru.

SARAN-SARAN

Akhir dari studi ini penulis berupaya mengkrucutkannya secara spesifik,

bahwa PII sebagai kelompok yang secara terus menerus mengembangkan

penguatan independensi dan nilai-nilai demokrasi ternyata tetap tidak berdaya

berhadapan dengan Negara atau rezim Orde Baru yang mengembangkan pola

hubungan hegemonik terhadap rakyatnya. Hal ini berlangsung justru bersamaan

dengan penguatan nilai-nilai PII yang didasarkan pada prinsip-prinsip pokok

seperti aqidah dan ideologi Islam.

Meski demikian saran yang dapat penulis sampaikan, bahwa kita sebagai

Page 96: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

  87

warga dan bangsa Indonesia yang mencintai tanah airnya hendaklah tidak

melupakan sejarah, walau di dalamnya mengandung sebuah nilai kejahatan atau

kebaikan, apapun peninggalannya, keduanya mengandung nilai pembelajaran dan

pengetahuan, sebagai wawasan untuk generasi berikutnya agar tidak melupakan

sejarah sebuah bangsa. Sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai

sejarahnya.

 

Page 97: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Muchil., Pengaruh Training PII Terhadap Kepribadian Muslim, IAIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1987.

Adi Prasetyo, Stanley, (eds.) Memoar Oei Tjoe Tat, Pembantu Presiden Soekarno,

Jakarta: Hasta Mitra, 1995.

Cahyono, Heru, Peranan Ulama Dalam Golkar 1971-1980, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1992.

Darban, Adby, Ahmad, Sejarah Lahirnya Pelajar Islam Indonesia Yogyakarta :

Panitia Daerah Muktamar XIV Pelajar Islam Indonesia, 1976.

Djaelani, A.Q., Musuh-Musuh Islam Melakukan Ofensif Terhadap Ummat Islam

Indonesia, Sebuah Pembelaan, Jakarta: Masyarakat Pelajar Press,

1985.

Djuwaeni , Ahmad, Khittah Perjuangan dan Majelis Dakwah PII, Sebuah Upaya

Menegaskan Missi, Jakarta, 12-13 Juni 1997.

Effendy, Bachtar., Merambah jalan baru Islam, Rekontruksi Pemikiran Islam

Indonesia masa Orde Baru, Bandung: Mizan,1986.

Gaffar Affan, Islam Dalam Era Orde Baru, Mencari Bentuk Artikulasi yang

Tepat, Ulumul Qur’an, Vol. IV, 1993.

HA. Halim MA Tuasikal, Sejarah PII Dari Kongres Ke Kongres, Tahun II Nomor

1, Januari 1956.

74

Page 98: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

75

Habibullah, Tinjauan Terhadap Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Sejarah

Perjuangannya Sebagai Organisasi Kader, Pendidikan, dan Dakwah,

Jakarta, Desember 1986.

Hanan, Djayadi, Gerakan Pemuda Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara,

Yogjakarta:PB PII & UII Press, 2006.

Hassan, Kamal, Muhammad, Modernisasi Indonesia, Respon Cendikiawan

Muslim, Jakarta: Lingkaran Studi Indonesia, 1987.

Hatta, Muhammad, Uraian Pancasila, Jakarta, Mutiara, 1978.

Ismail, Taufik, Kisah Berserakan Sekitar PII, Dari Fail Pribadi, 1947-1965,

Artikel Lima Puluh Tahun PII, 1998.

J. Benda, Harry, Bulan Sabit dan Matahari Terbit, Jakarta : Pustaka Jaya, 1980.

Jauhari, Muhamad., Konsep Kader PII, Jakarta: Panitia CIN, 1982.

Kamal Hasan, Muhammad, Modenisasi Indonesia, Respon Cendikiawan Muslim,

Jakarta: Lingkar Studi Indonesia, 1987.

Lukman, S.H, Pak Timur Menggores Sejarah, PII Menyiapkan Kader Ummat dan

Bangsa, Jakarta : Bulan Bintang, 1997.

Ma’roov (eds.), Pilar Dasar Gerakan PII, Dasa Warsa Pertama Pelajar Islam

Indonesia, Jakarta : Karsa Cipta Jaya, Mei 1998.

Mardjono, Hartono, S.H Advanced Leadership Training PII , Jakarta, Juni 1991.

Martin, Lipset, Seymour, Political Man, The Social Basis of Politics, Garden City,

New York: Anchor Books, 1963.

Page 99: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

76

Mas’oed, Mochtar, Negara, Kapital, dan Demokrasi, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 1994.

Muhaimin, Yahya, Kemana Mobilitas Sosial, makalah seminar HIPIS di

Palembang, Maret 1984.

Mulkhan, Munir, Abdul, Perubahan Perilaku Politik dan Polarisasi Ummat Islam

1965-1987 Dalam Perspektif Sosiologis, Jakarta : Rajawali Pers, 1991.

Moertopo, Ali, Strategi Politik Nasional, Jakarta: CSIS, 1974,

Muzakkir, Perjuangan PII Ditinjau Dari Segi Dakwah di Indonesia, Yogyakarta,

1979.

Nasution, A.H. Peranan PII Dalam Penumpasan PKI, Pengalaman Pribadi

Seorang Jenderal, PII, 27 Juni 1997.

Natsir, Mohammad, Capita Selecta, Jakarta : Pustaka Pendis, 1957.

Nelson, Joan, Partisipasi Politik Di Negara Berkembang, terj. Jakarta: Rineka

Cipta, 1994.

Noer, Deliar, Islam, Pancasila dan Asas Tunggal, Jakarta: Yayasan

Pengkhidmatan, 1983.

Rahrdjo, M. Dawam, Basis Sosial pemikiran Islam di Indonesia sejak Orde Baru,

Prisma No. 3, Maret 1981.

Saefuddin Anshori, Endang, Pancasila Sebagai Dasar Negara RI: Merupakan

Hasil Puncak Kesepakatan Nasional,” dalam Peraturan Agama

Dalam Pemantapan Ideologi Negara Pancasila, Departemen Agama

RI: Jakarta, 1985.

Page 100: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

77

Sri Syamsiar Issom, Upaya Mobilisasi Kader PII Putri Menjawab Tantangan

Situasi, Jakarta, 31 Maret 1998.

Stoddard, F.L., Dunia Baru Islam , Jakarta : Gunung Agung, 1966.

Suminto, Aqib, H, Politik Islam Hindia Belanda, Jakarta : LP3ES, 1986.

Suryadinata, Leo, Golkar dan Militer, Studi Tentang Budaya Politik, Jakarta:

LP3ES, 1992.

Syafii Maarif, Ahmad, Studi tentang Percaturan Dalam Konstituante. Islam dan

Masalah Kenegaraan, Jakarta, LP3ES, 1996.

Taufik Dahlan., Sistem Kaderisasi PII, Jakarta: Panitia CIN, 1982.

Timur Djaelani , Anton, Kebangkitan PII 4 Mei 1947, Dari Bangku Sekolah Ke

Organisasi, 30 April 1997.

Ula, Mutamimul., Kepemimpinan Dalam Islam, Jakarta: STDI RISKA, 1986.

________, Ensiklopedia Islam di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama,

Jilid III 1993. ________, Documenta Selecta, Pelajar Islam Indonesia, PB PII. ________, Tim IAIN Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta: Djambatan, Jilid

I, 1992. ________, Tempo, Nomor 46 Tahun 1988. ________, Undang-Undang Keormasan, Nomor 8 Tahun 1985. ________, PII, Pokok-pokok pikiran PB PII tentang Penyusunan Undang-

Undang Keormasan, Jakarta: Rapimnas, 1984. ________, Muktamar Nasional ke-20 PII, Jakarta, 1995.

Page 101: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

78

________, Republika, 20 Januari dan 24 Juni 1997. ________, Suara Merdeka, 4 Mei 1996. ________, Berita Pelajar Islam Indonesia, PB PII Bagian Penerangan,

1960. ________, Berita Pelajar Islam Indonesia, Januari 1956. ________, Tafsir Asasi PII Hasil Kongres V, Ngabean, Yogyakarta. ________, HMI MPO Kemelut Modernisasi Politik di Indonesia, Bandung :

Mizan, 1997. ________, Paduan Training PII, Jakarta: POIN, 1979. ________, PB PII, Kumpulan Keputusan dan Ketetapan Muktamar Nasional

ke-21 PII, Jakarta,1998. ________, Departemen Agama, Pedoman Pembinaan Masjid, 1981. ________, TAP MPR RI 1983, Deppen RI, 1985. ________, UU No.3 tentang Partai Politik dan Golongan Karya, 1975

Page 102: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan

BIODATA CALON WISUDA 1. Nama : Mirzan Insani 2. Tempat, Tanggal lahir : Tegal, 12 maret 1981 3. NIM : 201033200785 4. Jurusan/Prodi : Study Ilmu politik 5. Program : Strata Satu (S.1) 6. Judul skripsi : DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM

INDONESIA DI ERA ORDE BARU 7. Pembimbing : Dr. Sirojuddin Aly, MA 8. Penguji : Dra. Haniah Hanafie, M,Si Drs. Agus Nugraha, M,Si 9. Tanggal lulus : 12 Maret 2010 10. Nomor Ijazah : 11. Indeks Prestasi/yudisium : 3, 22/ Amat Baik 12. Jabatan dalam oraganisasi

Kemahasiswaan : 1. Ketua Pelajar Islam Indonesia Daerah Ciputat (2005-2007)

2. Ketua UKM Teater Syahid (2006-2008) 3. Ketua Bela Diri Pernapasan “MAHATMA” cabang UIN (2008-sekarang)

13. Alamat Asal : RT/RW: 03/08 Desa: Jatilaba

Kecamatan: Margasari Kabupaten: Tegal - Jawa Tengah 52463 Telp: 081808694311 14. Alamat Sekarang : JL Abdul Ghani komplek

Perkebunan No. 46 Cempaka Putih Ciputat Timur- Tangerang Selatan-Banten Telp: 081808694311

15. Nama Ayah : Sujono 16. Pendidikan Terakhir Ayah : D2 pendidikan 17. Pekerjaan Ayah : Kepala Sekolah Dasar Negeri Jatilaba 03 18. Nama Ibu : Royanah 19. Pendidikan Terakhir Ibu : SD 20. Pekerjaan Ibu : Dagang Jakarta, 18 Maret 2010

Calon Wisudawan

Mirzan Insani NIM: 201033200785

Page 103: DINAMIKA PERJUANGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5342/1/MIRZAN... · DINAMIKA HUBUNGAN PELAJAR ISLAM INDONESIA DENGAN ... dilepaskan