dinamika pemberdayaan masyarakat berbasis potensi...
TRANSCRIPT
DINAMIKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS POTENSI DESA
(Studi Kasus Pengolahan Limbah di Desa Daleman Kec. Tulung Kab. Klaten)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh: FASKAN ADITAMA
11150540000024 PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
Faskan Aditama
i
ABSTRAK
Faskan Aditama
Dinamika Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Desa (Studi Kasus Pengolahan Limbah di Desa Daleman Kec. Tulung Kab. Klaten)
Limbah industri Pati Onggok (Tepung Aren) yang telah beroperasi di Desa Daleman sejak tahun 1960-an, menyebabkan pencemaran lingkungan di perairan sungai karena dibuang begitu saja tanpa diolah terlebih dahulu. Dengan bantuan dana hibah yang diberikan oleh Kedutaan Besar Negara Denmark bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk membangun mesin IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) menimbulkan dinamika pemberdayaan masyarakat yang mengantarkan BUMDes menuju pengembangan potensi desa.
Penelitian ini dilakukan menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pertanyaan penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah dinamika pemberdayaan masyarakat dalam mengolah limbah menjadi biogas di Desa Daleman untuk mengelola potensi desa dan (2) Apakah potensi manfaat yang akan didapatkan oleh masyarakat jika BUMDes di Desa Daleman mengoptimalkan pengelolaan limbah.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dinamika pemberdayaan masyarakat berbasis potensi desa melalui pengelolaan limbah pada prosesnya menghasilkan ragam potensi manfaat bagi masyarakat. Adapun ragam potensi dari optimalisasi pengelolaan limbah yang akan dilakukan oleh BUMDes adalah hasil olahan limbah ke biogas dijadikan sebagai alternatif pengganti gas elpiji, memodali pembangunan objek wisata outbound, memberikan peluang kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), mengembangkan aset milik desa, meningkatkan perekonomian warga di Desa Daleman.
Kata Kunci: Dinamika, Pengolahan Limbah, Potensi Desa.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat yang tak
terhitung. Berkat kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Shalawat beserta Salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam serta
kepada para keluarganya dan sahabatnya atas teladan yang baik,
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan lancar.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna
mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan secara
moril maupun dukungan secara materil. Maka penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA., Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., BSW, MSW., Wakil Dekan I
Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
4. Dr. Sihabuddin N, M.Ag., Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Cecep Sastra Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Muhtadi, M.Si., Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si., Sekretaris Program
Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Dr. Tantan Hermansah, M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan
dengan sangat baik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Dr. Abdul Rozak, MA., Dosen Pembimbing Akademik
mahasiswa PMI’15 yang telah membina etika dan moral saya
beserta kawan-kawan lainnya didalam proses perkuliahan.
10. Dosen-dosen pengajar selama perkuliahan; Prof. Dr. H. Asep
Usman Ismail, MA., Drs. Yusra Kilun, M.Pd., Nurul
Hidayati, S.Ag., M.Pd., Wati Nilamsari, M.Si., Rosita
Tandos, M.ComDev., Ph.D., M. Hudri, M.Ag. Dicky
Andika, M.Si beserta seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
selalu memberikan ilmunya selama perkuliahan.
v
11. Kedua orangtua, Much Shoeab Mustajib dan Sri Harmini
atas segala perhatian, kasih sayang, semangat, motivasi, dan
do’a yang diberikan kepada penulis terutama dalam
menyelesaikan penulisan skripsi.
12. Sahabat kosan, Iqbal Maulana, Burhan Rabbany, Yori
Febriyanto, Ahmad Syahroni dan sahabat hidup Anggi Fitri
Rahayu yang turut menemani, mendampingi dan mengiringi
proses perjalanan dalam rutinitas perkuliahan.
13. Kawan-kawanku sekalian, keluarga besar Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam khususnya angkatan tahun
2015, Yauma, Soleh, Halim, Cenov, Firzi, Imam, Fakhriy,
Fajar, Iqbal, Irul, Desta, Salman, Haidar, Dini, Putri, Riza,
Munah, Septi, Cici, Laily, Sarah, Sabil, Mety, Kiki, Ardini,
Tami, Inung, Rian Bagong dan tidak lupa juga kepada
Abangda Mughni Labib PMI 2013, Reza Fahlevi PMI 2014
yang selalu turut mengiringi proses perjalanan tugas-tugas
kuliah, terutama pada momen Praktikum II di Desa Daleman.
14. Keluarga besar RINGKAS (Riungan Kajian Sosial) dan
SMGI-Raya (Serikat Mahasiswa Gerakan Indonesia Raya),
Bung Rizky Suryana, Bung Riswan Sulaiman, Bung Aldi
Yusuf Suhendi, Bung Maslam Danuri, Bung Firman Feylani,
Bung Raihan Ibrahim, Bung Agi Mukmin, Sarinah Sandra,
Sarinah Nelly, beserta kawan-kawan yang lainnya.
Terimakasih atas kontribusinya dalam membentuk mental,
prinsip, dan karakter jati diri mahasiswa kepada peneliti
dengan pengaruh dinamika yang dilewati bersama-sama.
vi
15. Rahmad Sugiarto, Camat di Kecamatan Tulung yang telah
mengizinkan peneliti untuk melakukan wawancara dengan
masyarakat di Desa Daleman.
16. Aparatur Desa Daleman, Mursito SH. selaku Kepala Desa,
Kesdik HS. selaku Sekretaris Desa, Sugijarto selaku ketua
BUMDes, yang telah membantu proses penelitian dan para
narasumber dalam penelitian ini, yang telah meluangkan
waktu dalam memberikan informasi terkait penelitian.
17. Kepada adik sepupu, Febrian Adiwibowo yang selalu
mendampingi peneliti selama proses penelitian berlangsung.
18. Keluarga Besar Mbah Padmo Sukarto dan Mbah Hadi
Wirjatno, yang senantiasa mendukung dan mendoakan.
19. Kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan
sebutkan satu persatu.
Semoga semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini mendapat balasan kebaikan dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis, pemerintah desa, masyarakat desa,
dan acuan bagi peneliti lainnya yang hendak menulis skripsi.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciputat, 22 Oktober 2019
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 6
D. Metodologi Penelitian .................................................................. 7
1. Jenis Penelitian ........................................................................ 7
2. Pendekatan Penelitian .............................................................. 10
3. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. 13
4. Sumber Data ........................................................................... 14
5. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 15
a. Wawancara....................................................................... 15
b. Observasi.......................................................................... 18
viii
c. Dokumentasi .....................................................................20
6. Teknik Analisis Data ...............................................................22
7. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................23
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................25
F. Sistematika Penulisan......................................................................29
BAB II: TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Dinamika......................................................................31
1. Dinamika Masyarakat ..............................................................32
2. Dinamika Sosial .......................................................................34
3. Dinamika Kebudayaan.............................................................37
4. Dinamika Kelompok................................................................41
5. Dinamika Konflik.....................................................................45
6. Dinamika Psikologis ................................................................49
B. Pengertian Pemberdayaan ..............................................................52
1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat .........................................52
2. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat..........................................54
3. Proses Pemberdayaan Masyarakat...........................................55
C. Pengertian ABCD..........................................................................58
D. Pengertian Potensi Desa................................................................61
1. Potensi Fisik.............................................................................63
ix
2. Potensi Non-fisik ..................................................................... 65
E. Kerangka Berpikir ......................................................................... 67
BAB III: GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Desa Daleman................................................................... 69
B. Pemerintahan Desa Daleman......................................................... 70
1. Struktur Organisasi .................................................................. 70
2. Tugas dan Fungsi ..................................................................... 71
3. Visi dan Misi ........................................................................... 76
C. Kondisi Desa Daleman .................................................................. 77
1. Aspek Geografis ...................................................................... 77
2. Luas Wilayah ........................................................................... 77
3. Jumlah Penduduk .................................................................... 79
4. Bangunan dan Sarana Umum .................................................. 82
5. Perekonomian Desa ................................................................ 84
6. Organisasi ................................................................................ 85
7. Objek Wisata ........................................................................... 85
8. Stakeholder .............................................................................. 86
9. Potensi Desa............................................................................ 86
10. Kondisi Perekonomian............................................................. 86
D. Peta Desa dan data BPS................................................................ 87
x
BAB IV: TEMUAN LAPANGAN
A. Dinamika Pemberdayaan dalam Pengelolaan Limbah ..................89
1. Realitas Limbah Industri Tepung Aren ...................................89
2. Upaya Penanggulangan Limbah ..............................................92
3. Respon Bantuan dari Lembaga ................................................95
4. Faktor Pendukung dan Penghambat .........................................98
5. Kelembagaan BUMDes Daleman ............................................104
B. Ragam Potensi Optimalisasi Pengelolaan Limbah ........................107
1. Sebagai Alternatif dari Gas Elpiji ............................................108
2. Memodali Objek Wisata Outbound .........................................109
3. Memberikan Peluang kepada UMKM ....................................112
4. Mengembangkan Aset Milik Desa ..........................................113
5. Meningkatkan Perekonomian Warga ......................................115
BAB V: PEMBAHASAN
A. Dinamika Pemberdayaan dalam Pengelolaan Limbah ..................117
1. Dinamika Sosial pada Realitas Limbah ...................................119
2. Dinamika Kebudayaan dalam Penanganan Limbah ................120
3. Dinamika Masyarakat dan Bantuan Lembaga .........................121
4. Dinamika Kelompok sebagai Faktor Pendukung.....................124
5. Dinamika Konflik sebagai Faktor Penghambat .......................126
xi
6. BUMDes dan Refleksi ABCD ................................................ 127
B. Ragam Potensi Optimalisasi Pengelolaan Limbah........................ 129
1. Dinamika Psikologis terhadap Potensi Biogas ........................ 130
2. Objek Wisata sebagai Potensi Desa........................................ 132
3. Pemberdayaan Masyarakat bagi UMKM ............................... 134
4. Pengembangan Aset Milik Desa............................................. 136
5. Pemberdayaan Masyarakat di Desa Daleman.......................... 139
BAB VI: PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 141
B. Implikasi ........................................................................................ 145
C. Saran ............................................................................................. 146
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 147
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Informan Desa Daleman ......................................................18
Tabel 3.1 Luas Wilayah .......................................................................77
Tabel 3.2 Luas Lahan Tanah ...............................................................78
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ...............................79
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ..........................80
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan .........................81
Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Penderita Cacat......................................81
Tabel 3.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ...................................82
Tabel 3.8 Jumlah Tempat Ibadah ........................................................82
Tabel 3.9 Jumlah Sarana Kesehatan ....................................................83
Tabel 3.10 Jumlah Sarana Pendidikan .................................................83
Tabel 3.11 Jumlah Sarana Olahraga ....................................................84
Tabel 3.12 Jumlah Sarana Kesenian ....................................................84
Tabel 3.13 Jumlah Sarana Umum ........................................................84
Tabel 3.14 Jumlah Industri dan Perdagangan ......................................85
Tabel 3.15 Jumlah Koperasi................................................................85
Tabel 3.16 Jumlah Pengusaha Jasa .....................................................85
Tabel 3.17 Objek Wisata .....................................................................86
Tabel 3.18 Jumlah Murid dan Guru SD..............................................88
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ................................................ 67
Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi ............................................... 70
Gambar 3.2 Bagan Struktur Pemerintahan Desa ................................ 71
Gambar 3.3 Peta Desa Daleman .......................................................... 87
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ABCD : Assset Based Community Developmet
BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BKK : Bantuan Keuangan Khusus
BPD : Badan Perwakilan Desa
BPS : Badan Pusat Statistik
BPTP : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
BUMDes : Badan Usaha Milik Desa
GAPOKTAN : Gabungan Kelompok Tani
IPAL : Instalasi Pengolah Air Limbah
KUD : Koperasi Unit Desa
LHK : Lingkungan Hidup dan Kehutanan
LPMD : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
RPJMDes : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SDA : Sumber Daya Alam
SDM : Sumber Daya Manusia
UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat-surat
Lampiran 2 Dokumentasi
Lampiran 3 Transkip Wawancara
Lampiran 4 Daftar Informan
1
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang kaya
akan sumber-sumber energi terbarukan yang potensial,
namun proses pengembangannya belum cukup optimal.
Berbagai kasus pencemaran lingkungan yang terjadi
diakibatkan oleh limbah dari berbagai kegiatan industri,
rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini
disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah
tersebut belum mendapatkan perhatian serius. Kebanyakan
dari limbah tersebut biasanya langsung dibuang tanpa
pengolahan terlebih dahulu dan kurang mendapatkan
perhatian dari kalangan pelaku industri, terutama kalangan
industri kecil dan menengah karena beranggapan bahwa
pengolahan limbah merupakan beban yang sangat mahal
(Sugiharto, 1987: 21).
Secara umum, ekosistem tersusun atas dua komponen
yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Kedua
komponen tersebut merupakan unsur lingkungan yang
menjadi sumber kehidupan masyarakat. Komponen biotik
terdiri atas segala sesuatu yang bernyawa (tumbuhan, hewan,
manusia serta mikro-organisme) dan mahluk hidup yang
berperan paling dominan adalah manusia. Sedangkan
komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa
dan bukan makhluk hidup, baik secara alamiah maupun hasil
2
rekayasa manusia seperti tanah, air, udara, dan lain-lain.
Setiap komponen memiliki fungsinya masing-masing
sehingga membentuk suatu ekosistem atau lingkungan hidup
(Ningrum, 2005: 4).
Keberadaan lingkungan menjadi potensi sumber daya
bagi kelangsungan hidup manusia karena dari lingkungan
masyarakat bisa mendapatkan unsur-unsur yang
diperlukannya untuk produksi dan konsumsi. Sumber daya
tersebut akan berdaya guna apabila masyarakat tersebut
memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
pengelolaannya (Soemarwoto, 1983: 66). Hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran Surat Al-A’raaf
ayat 56 :
Artinya : 56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-A’raaf : 56)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa bumi sebagai tempat
tinggal dan tempat hidup manusia beserta makhluk yang
lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat-Nya.
Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan,
daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk
3
dipelihara, dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
oleh manusia.
Usaha pembuatan Pati Onggok (Tepung Aren) di Desa
Daleman telah beroperasi sejak tahun 1960-an. Pati yang
berbahan baku dari pohon aren tersebut biasanya digunakan
untuk pembuatan mie suun, cendol, dan juga untuk tambahan
pengolah kue. Sudah selama puluhan tahun usaha tersebut
telah beroperasi akan tetapi pengusaha pati onggok masih
mengalami kesulitan untuk membuang dan mengolah
limbah. Sehingga sisa dari pengolahan pati onggok itu
menyisakan dua limbah yang cukup mencemari lingkungan
yakni berupa limbah padat dan limbah cair.
Untuk limbah cair biasanya hanya dibuang di sungai dan
saluran air. Bahkan ketika memasuki musim penghujan,
limbah tersebut selalu menggenang di permukiman warga
dan lahan persawahan. Sedangkan untuk limbah padat ada
dua jenis yang dihasilkan, diantaranya adalah jenis halus dan
juga kasar. Namun demikian, untuk limbah yang halus
biasanya oleh masyarakat masih bisa dimanfaatkan untuk
bahan dasar produksi jamur, pakan ternak dan budidaya
cacing. Sedangkan untuk yang kasar hanya dibuang di
halaman warga.
Atas kondisi tersebut, maka para aparatur desa terus
berupaya untuk mengatasi permasalahan limbah yang sudah
semakin mencemari lingkungan dengan dilakukannya
audiensi kepada pihak Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
yang tentunya dilewati melalui proses birokrasi yang dimulai
4
dari tingkat kecamatan. Setelah itu, pihak Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah mengadakan telekonferensi dengan
duta besar Negara Denmark untuk mengatasi permasalahan
ini. Terutama untuk pengolahan limbah cair yang memang
selama ini telah mencemari sungai dan saluran air di Desa
Daleman. Bahkan, akibat dari limbah itu selama ini
masyarakat cukup kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
Berdasarkan hasil dari telekonferensi tersebut, Desa Daleman
mendapat sokongan dana bantuan dari Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah yang bekerja sama dengan Pemerintah Negara
Denmark senilai Rp. 13 miliar. Limbah pati onggok yang ada
di Desa Daleman, Kecamatan Tulung akan diolah menjadi
biogas untuk dimanfaatkan sebagai kebutuhan rumah tangga
yang nantinya pengelolaan ini akan diserahkan kepada
BUMDes Daleman (Ayub, Sorot Klaten, 9 November 2017).
Saat ini, pemerintah Indonesia telah mencanangkan
Program Desa Mandiri Energi yang bertujuan untuk
mengatasi permasalahan energi di masyarakat khususnya
pedesaan. Program pemerintah tersebut merupakan salah satu
cara memperkenalkan teknologi biogas kepada masyarakat
sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Energi biogas adalah salah satu dari banyak macam sumber
energi terbarukan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
saat ini, karena energi biogas dapat diperoleh dari air
buangan rumah tangga, kotoran cair dari peternakan ayam,
sapi, babi, sampah organik dari pasar, industri makanan dan
5
limbah buangan lainnya (Herriyanti, Jurnal IKIP, 1 Mei
2015: 39).
Desa Daleman merupakan salah satu desa yang memiliki
banyak potensi, salah satunya adalah potensi energi berupa
biogas untuk bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan
memanfaatkan limbah dari industri pati onggok dalam
memenuhi kebutuhan energi sehari-hari yang selama ini telah
mencemari aliran sungai. Oleh karena itu, hal inilah yang
mendorong penulis untuk meneliti tentang proses yang
dilalui oleh para warga dan aparatur Desa Daleman dalam
menangani persoalan limbah tersebut. Maka, penelitian ini
berjudul: “Dinamika Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Potensi Desa (Studi Kasus Pengolahan Limbah di Desa
Daleman Kec. Tulung Kab. Klaten)”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, sebagai
langkah agar pembahasan tetap relevan dan tidak
meluas, peneliti memberikan batasan terhadap masalah
yang diangkat hanya pada proses dinamika yang terjadi
dalam pemberdayaan serta manfaat yang didapat oleh
masyarakat dari pengoptimalan olahan limbah dan
pengembangan potensi di Desa Daleman.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
6
a. Bagaimankah dinamika pemberdayaan masyarakat
dalam mengolah limbah menjadi biogas di Desa
Daleman untuk mengelola potensi desa?
b. Apakah potensi manfaat yang akan didapatkan oleh
masyarakat jika BUMDes di Desa Daleman
mengoptimalkan pengelolaan limbah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui dinamika pemberdayaan masyarakat
dalam mengolah limbah menjadi biogas di Desa
Daleman untuk mengelola potensi desa.
b. Mengetahui ragam potensi manfaat yang akan
didapatkan oleh masyarakat jika BUMDes di Desa
Daleman mengoptimalkan pengelolaan limbah.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini secara teoritis yaitu untuk
menambah khazanah ilmu dakwah, khususnya yang
berhubungan dengan unsur-unsur masyarakat Islam.
Adapun secara praktis penelitian ini yaitu:
a. Manfaat Akademis
1) Penelitian ini sebagai salah satu persyaratan
dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S1)
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan
bagi peneliti khususnya menyangkut tentang
7
Dinamika Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Potensi Desa (Studi Kasus Pengolahan Limbah
di Desa Daleman Kec. Tulung Kab.Klaten).
3) Menambah khazanah keilmuan, khususnya
memperkaya metode dalam pengembangan
masyarakat. Disamping itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk menemukan dan mengembangkan teori-
teori bagi penelitian sejenisnya.
b. Manfaat Praktisnya adalah hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi kelembagaan atau
yayasan swasta lainnya dengan memahami model-
model dinamika dari pemberdayaan masyarakat
yang berlandaskan pengembangan potensi desa
untuk pembangunan berkelanjutan.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian tentang dinamika pemberdayaan
masyarakat berbasis potensi desa di Desa Daleman ini
menggunakan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus
merupakan penjelasan dan uraian yang menyeluruh.
Artinya penjelasan tersebut adalah tentang bagaimana
suatu aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu
komunitas, suatu program ataupun situasi sosial
diuraikan secara jelas dan rinci.
Penelitian studi kasus adalah studi yang mendalam
mengenai unit sosial tertentu. Hasil penelitiannya bisa
8
memberikan gambaran yang luas dan mendalam
mengenai unit sosial tertentu. Menurut Danim dalam
Gunawan bahwa penelitian studi kasus, subjek yang
diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan
fokus yang diteliti sangat luas dimensinya (Gunawan,
2013: 112).
Penelitian studi kasus bisa menggunakan berbagai
macam metode. Mulai dari wawancara (riwayat hidup),
pengamatan, penelaahan dokumen, hasil survei, dan data
apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci.
Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang
individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti
bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan
mendalam mengenai subjek yang diteliti. Penelitian studi
kasus merupakan penelitian yang berupaya menelaah
dan mencari data yang relevan dan mencari data
sebanyak mungkin mengenai subjek yang diteliti
(Mulyana, 2010: 201).
Studi kasus merupakan studi yang mendalam
hanya pada kelompok orang atau peristiwa. Teknik studi
kasus merupakan sebuah deskripsi terhadap individu.
Penelitian studi kasus seperti puzzle yang harus
dipecahkan. Ada tiga langkah dasar menggunakan studi
kasus yaitu, pengumpulan data, analisis, dan menulis.
Penggunaan studi kasus bagi para peneliti adalah bahwa
kasus yang diteliti harus memiliki masalah yang harus
dipecahkan. Peneliti dapat memahami apa masalahnya,
9
dan memungkinkan dikembangkan suatu analisis untuk
memecahkan masalah tersebut (Bungin, 2007: 132).
Menurut Yin, Van Wynsberghe, Khan, Creswell
dalam Gunawan (2013: 125-130) karakteristik penelitian
studi kasus adalah sebagai berikut: (1) menempatkan
objek penelitian sebagai kasus; (2) memandang kasus
sebagai fenomena yang bersifat kontemporer; (3)
dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya; (4)
menggunakan berbagai sumber data; (5) menggunakan
teori sebagai acuan penelitian.
Studi kasus (case study) termasuk salah satu jenis
penelitian kualitatif. Jenis penelitian studi kasus
memfokuskan secara intensif pada satu objek tertentu
yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang
latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu
peristiwa yang sedang berlangsung saat ini serta
interaksi di lingkungan sosial tertentu yang bersifat apa
adanya. Penelitian studi kasus dapat meneliti individu,
kelompok, institusi atau masyarakat (Gunawan, 2013:
112). Dalam kehidupan sehari-hari semua peristiwa,
kejadian, dan manusia yang terlibat di dalamnya
membentuk kompleksitas yang mungkin sangat tidak
rapi. Kondisi itulah yang menjadi fokus utama case
study. Case study bertujuan menggunakan bukti empiris
untuk memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan
(Herdiansyah, 2012: 76).
10
Case study merupakan satu metodologi penelitian
yang menggunakan bukti empiris untuk membuktikan
apakah suatu teori dapat diimplementasikan pada suatu
kondisi atau tidak. Case study didefinisikan sebagai
pendekatan penelitian yang melakukan eksplorasi suatu
fenomena dan penelitian konteksnya dengan
menggunakan data dari berbagai sumber. Fokus utama
case study adalah menjawab permasalahan penelitian
yang dimulai dengan kata tanya bagaimana atau
mengapa. Case study digunakan untuk meneliti peristiwa
atau fenomena terkini dan masih berlangsung. Peneliti
tidak dapat mengendalikannya (tidak seperti dalam
penelitian eksperimen) dan mungkin saja semua kejadian
yang diamati terjadi dalam waktu yang bersamaan
(Herdiansyah, 2012: 76).
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, yaitu mengenai dinamika
pemberdayaan masyarakat berbasis potensi desa di Desa
Daleman, penulis menggunakan pendekatan kualitatif,
penelitian dengan pendekatan kualitatif yang dimaksud
adalah untuk memahami fenomena yang dilami oleh
masyarakat misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007: 7).
11
Penelitian kualitatif bertujuan mengembangkan
konsep sensitivitas pada masalah. Penelitian ini berupaya
menjelaskan kenyataan yang berkaitan dengan teori dan
mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih dari
fenomena atau peristiwa yang dihadapi. Penelitian
kualitatif biasanya mengungkapkan permasalahan dalam
kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta,
kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olahraga,
seni, dan budaya. Sehingga dapat dijadikan sebagai
kebijakan dalam mencapai kesejahteraan bersama
(Gunawan, 2013: 80-81)
Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga
kemungkinan terhadap “masalah” yang dibawa peneliti
dalam penelitian. Pertama “masalah” yang dibawa oleh
peneliti tetap, artinya sebelum dimulai penelitian dan
setelah selesai penelitian masalah yang diteliti sama
sehingga sejak awal hingga akhir penelitian tidak
berubah. Kedua, “masalah” yang dibawa peneliti setelah
memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas dan
memperdalam masalah yang telah disiapkan. Ketiga
“masalah” yang dibawa peneliti lapangan berubah total,
sehingga harus “ganti” masalah (Sugiyono, 2014: 205).
Pendekatan kualitatif merujuk pada konsep
“mutu” yang berarti kualitas. Artinya penelitian
kualitatif lebih menekankan kepada kualitas atau bersifat
mutu. Pendekatan kualitatif berupaya menemukan
kebenaran dalam wilayah-wilayah konsep mutu. Mutu
12
dapat bermakna sebagai segala komponen atau faktor
yang karena kelengkapan unsurnya serta keterkaitannya
satu sama lain sehingga menunjukkan kekuatan dari
komponen tersebut (Farihah, 2006: 37).
Penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah
penelitian yang memfokuskan analisis proses dari proses
berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika
hubungan antarfenomena yang diamati, dan
menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif juga
menggunakan data dari kuantitatif untuk mendukung
data kualitatif. Namun, pendekatan kualitatif lebih
ditekankan pada kedalaman berpikir formal dari peneliti
dalam menjawab permasalahan yang dihadapi
(Gunawan, 2013: 80).
Model penelitian berbasis aset (Asset Based
Community Development) atau ABCD secara konsep
berfokus pada aset yang dimiliki masyarakat sebagai
basis utama pengembangan program. Pendekatan ini
mencurahkan perhatian pada “gelas setengah isi”,
dimana kekuatan, kapasitas, dan aset komunitas digali
sedemikian rupa agar semuanya bisa menjadi fondasi
yang kuat untuk program pengembangann masyarakat.
Masyarakat merupakan aset yang berharga bagi sebuah
desa. Pendekatan ini hadir untuk menumbuhkan mental
positif serta memberikan semangat bagi masyarakat
untuk terbiasa mengekplorasi potensi diri sendiri.
Berbagai elemen masyarakat desa dapat digabungkan
13
dengan melihat keterampilan atau potensi yang ada pada
setiap masyarakat baik potensi SDM, maupun SDA
(Christoper Dereu, 2013: 96).
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Desa Daleman
Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten Provinsi
Jawa Tengah. Lokasi ini dipilih karena beberapa
alasan. Pertama, di lokasi tersebut terdapat rumah
orangtua ibu dari peneliti yang memang bisa
ditinggali untuk menetap selama proses
penggalian data. Kedua, di lokasi tersebut pernah
dilakukan kegiatan Praktikum II oleh peneliti pada
pertengahan tahun 2018 bersama dengan kawan-
kawan Prodi PMI angkatan tahun 2015. Ketiga,
dari proses kegiatan praktikum tersebut peneliti
mendapatkan isu pencemaran lingkungan dari
limbah industri pati onggok yang sedang dalam
masa pengelolaan. Oleh karena itu, peneliti
mengangkat isu tersebut untuk dijadikan penelitian
skripsi guna memperoleh gelar sarjana strata satu.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dibatasi sebagaimana isi surat
bimbingan yang dikeluarkan oleh Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi bahwa masa
penyusunan dan penyelesaian skripsi dilakukan
dalam kurun waktu selama enam bulan terhitung
14
sejak 09 Mei 2019 sampai dengan 09 November
2019. Pada proses penggalian data yang telah
peneliti laksanakan, dilakukan selama dua bulan
yakni pada awal bulan Juli 2019 sampai dengan
akhir bulan Agustus 2019.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi dua macam yaitu, data primer dan data
sekunder, lebih jelasnya sebagai berikut :
a. Data Primer, yaitu data utama yang diperoleh
langsung dari informan atau narasumber. Data
yang diperoleh berupa hasil dari observasi, baik itu
dari apa yang dilihat dan didengar, serta dari hasil
wawancara mendalam dengan informan. Data
primer pada penelitian ini didapat dari hasil
wawancara dengan Aparatur Desa, masyarakat
desa, pihak industri pati onggok (tepung aren)
serta ketua kontraktor pembangunan mesin IPAL
(Instalasi Pengolah Air Limbah).
b. Data Sekunder, yaitu data kedua yang peneliti
peroleh berasal dari sumber buku-buku, dokumen
pemerintahan desa, data-data yang dipublikasikan
melalui internet seperti jurnal, artikel dan berita
online yang dianggap relevan oleh peneliti.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah proses yang
paling strategis dalam suatu penelitian, karena tujuan
15
utama dari penelitian tersebut ialah untuk mendapatkan
sebuah data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data, maka data yang peneliti dapatkan tidak akan
terpenuhi sesuai dengan standar data yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2014: 224).
Adapun teknik pengumpulan data yang akan
digunakan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang
dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau
memiliki tujuan tertentu. Percakapan tersebut
dilakukan oleh dua pihak, yakni pewawancara
(interviewer) dan terwawancara (interviewee).
Pewawancara adalah orang yang mengajukan
pertanyaan sedangkan terwawancara adalah orang
yang memberikan jawaban dari pertanyaan
tersebut (Moleong, 2007: 186).
Salah satu metode wawancara adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam
secara umum merupakan proses memperoleh
informasi untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab antara pewawancara dan informan.
Wawancara yang dilakukan bisa menggunakan
pedoman atau tidak. Wawancara dilakukan kepada
informan yang terlibat dalam kehidupan sosial
yang relatif lama. Dengan demikian, ciri khusus
16
wawancara mendalam adalah keterlibatan dalam
kehidupan informan (Bungin, 2007: 111).
Lebih lanjut menurut Bungin (2007: 111)
Informan adalah orang yang diwawancarai oleh
pewawancara. Informan memberikan informasi
atau keterangan mengenai objek yang diteliti.
Informan adalah orang yang diperkirakan
menguasai dan memahami data, informasi,
ataupun fakta dari suatu objek penelitian.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian
ini dilaksanakan kepada beberapa pihak. Untuk
memperoleh data yang akurat wawancara dalam
penelitian ini dilakukan kepada:
1) Aparatur Desa Daleman
Peneliti melakukan wawancara kepada tiga
orang Aparatur Desa Daleman yang dilakukan
guna mendapatkan data yang akurat mengenai
dinamika pengelolaan limbah industri pati
onggok di Desa Daleman serta peranan
BUMDes Daleman dalam mengembangkan
potensi desa. Pada saat di lapangan peneliti
melakukan wawancara dengan Bapak Mursito
selaku Kepala Desa, Bapak Kesdik selaku
Sekretaris Desa dan Bapak Sugijarto selaku
Ketua BUMDes Daleman.
2) Masyarakat Desa Daleman
17
Peneliti melakukan wawancara kepada
lima orang warga desa yang tercemari aroma
tidak enak dari limbah industri pati onggok di
sepanjang aliran sungai. Wawancara dengan
masyarakat ini dilakukan guna mendapatkan
data mengenai tanggapan dan harapan
masyarakat dari adanya bantuan pengelolaan
limbah. Pada saat di lapangan peneliti
melakukan wawancara dengan Mbah Selamet,
Mbah Yati, Bapak Ma’ruf, Ibu Tati, dan
Bapak Sarwi. Mereka adalah warga desa yang
terdampak limbah pati onggok.
3) Pihak Industri Pati Onggok
Peneliti melakukan wawancara kepada
empat orang pengusaha dan pekerja di industri
pati onggok yang limbahnya telah mencemari
lingkungan sungai. Wawancara dengan pihak
industri pati onggok ini dilakukan guna
mendapatkan data mengenai upaya yang
dilakukan pihak industri dalam menangani
limbah hasil olahan pati onggok (tepung aren).
Pada saat di lapangan peneliti melakukan
wawancara dengan Bapak Taufik selaku
selaku pekerja, Bapak Ayib selaku pekerja,
Bapak Nasrul selaku pemilik usaha dan Bapak
Abu selaku pengusaha pati onggok yang
18
rumahnya pernah digunakan untuk uji coba
pemakaian biogas.
4) Ketua Kontraktor Mesin IPAL
Peneliti melakukan wawancara dengan
seseorang yang paling bertanggung jawab atas
pembangunan dan pengoperasian mesin IPAL
(Instalasi Pengolah Air Limbah) yakni Bapak
Dede selaku Ketua Kontraktor PT. SISKEM.
Daftar informan wawancara, sebagai berikut:
Tabel 1.1: Informan Desa Daleman
No Informan Jumlah
1 Aparatur Desa 3
2 Masyarakat Desa 5
3 Pihak Industri Pati Onggok 4
4 Ketua Kontraktor Mesin IPAL 1
Jumlah total informan 13 Sumber: diolah oleh Peneliti
b. Observasi
Teknik pengumpulan data selanjutnya yang
dilakukan peneliti ialah dengan melakukan
observasi yang juga termasuk dalam metode
penelitian kualitatif. Observasi atau pengamatan
merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
menggunakan pancaindra sebagai alat utamanya.
Pancaindra yang digunakan seperti mata, telinga,
penciuman, mulut, dan kulit. Maka, observasi
19
merupakan kemampuan seseorang menggunakan
pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra
mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.
Peneliti yang melakukan pengamatan tidak
hanya menggunakan mata saja, tetapi mengaitkan
apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan
dari pancaindra lainnya, seperti apa yang didengar,
apa yang dirasakan dari sentuhan, apa yang dicium
dari penciumannya, serta apa yang dicicipi.
Metode pengumpulan data observasi adalah
pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan pengindraan. Suatu kegiatan pengamatan bisa
dikategorikan sebagai pengumpulan data jika
memiliki kriteria berikut. (1) pengamatan dalam
penelitian telah direncanakan secara matang; (2)
pengamatan harus berkaitan dengan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan; (3) pengamatan
dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan
proporsi umum dan dipaparkan untuk menarik
perhatian (Bungin, 2007: 118).
Derajat pengamatan dalam penelitian ini
penulis tidak melakukan penyamaran, metode yang
digunakan adalah observasi terbuka dan tertutup.
Pada saat peneliti menggali data, telah terlebih
dahulu menyatakan secara terus terang kepada
narasumber, bahwa sedang dilakukan penelitian.
20
Para informan telah mengetahui sejak awal sampai
akhir tentang aktivitas penelitian. Tetapi dalam
keadaan tertentu peneliti tidak berterus terang atau
tersamarkan dalam observasi, hal ini dilakukan
untuk menghindari jika ada suatu data yang dicari
merupakan data yang masih dirahasiakan. Apabila
berterus terang, dikhawatirkan kepada peneliti
akan berpotensi tidak mendapatkan izin observasi
(Moleong, 2007: 176).
Peneliti telah melakukan observasi secara
rutin meliputi kondisi di lokasi penelitian, meliputi
aktivitas masyarakat Desa Daleman, aktvitas
pekerjaan pada industri pati onggok (tepung aren)
dan aktivitas di area Mesin IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah). Peneliti juga telah
melakukan observasi pada wilayah aliran sungai di
Desa Daleman untuk mengetahui pencemaran
limbah industri yang terjadi di lingkungan sungai.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.
Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek
melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya
21
yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek
bersangkutan (Hardiansyah, 2012: 143).
Menurut Moleong (2007: 217-218) bahwa
dokumen dibedakan menjadi dua, yaitu
dokumentasi pribadi dan dokumentasi resmi.
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan
seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman, dan kepercayaan. Dokumen pribadi
mencakup buku harian, surat pribadi, dan
otobiografi. Sedangkan dokumen resmi terbagi
atas dokumen internal dan dokumen eksternal.
Dokumen internal berupa memo, pengumuman,
instruksi. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan
informasi yang dihasilkan suatu lembaga sosial,
misalnya majalah, bulletin, pernyataan, dan berita
yang disiarkan kepada media massa.
Metode dokumentasi merupakan pencarian
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
notulen rapat, agenda dan lain sebagainya
(Arikunto, 1998: 236).
Dokumen merupakan salah satu bentuk atau
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya
merupakan setiap pernyataan tertulis yang disusun
oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan
pengujian suatu peristiwa atau menyajikan
22
akunting, dan berguna bagi sumber data, bukti,
informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar
ditemukan dan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tumbuhnya pengetahuan terhadap
sesuatu yang diselidiki. Catatan dapat berupa
secarik kertas yang berisi tulisan mengenai
kenyataan, bukti ataupun informasi, dapat pula
berupa foto, pita-kaset, slide, mikro film dan film
(Sedarmayanti dan Syarifudin, 2011: 48).
Dalam penelitian ini, dokumen digunakan
sebagai pelengkap dari pengumpulan data, adapun
dokumen yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi kumpulan arsip dari kantor Desa
Daleman, dokumen dari sumber berita online,
dokumen dari BPS, serta dokumen kumpulan
gambar dari lokasi penelitian berbentuk foto.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif, yakni menelah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dengan
hasil yang diperoleh melalui pengamatan peneliti di
lapangan. Adapun analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data-data ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
menentukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh (Rukhiyat, et al., 2003: 55).
23
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang akan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis,
data tersebut bisa dari orang-orang dari perilaku yang
diamati (Moleong, 2007: 3). Tahapan analisis data
merupakan sebuah proses memilih dari beberapa sumber
maupun masalah yang sesuai dari penelitian yang
dilakukan (Sedarmayanti dan Syarifudin, 2011: 166).
Lebih lanjut Tesch dalam Sedarmayanti dan Syarifudin
(2011, 166) analisis data dibutuhkan agar peneliti
mampu mengembangkan atau memperluas kategori-
kategori dan dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk
menemukan sesuatu yang mendasar dan memberi
gambaran apa adanya. Maka, data yang disajikan oleh
peneliti dalam penelitian ini berupa uraian-uraian
penjelasan dan pemaran dari data yang telah didapatkan
dari sumber data primer serta sumber data sekunder.
7. Pemeriksaaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data merupakan aspek
yang paling penting dalam memastikan kredibilitas data.
Moleong (2007: 21) memaparkan tujuan uji (credibility)
kredibilitas data yaitu untuk menilai kebenaran dari
temuan penelitian kualitatif. Menurut Denzin;1970
dalam Bungin (2009: 253) pada proses pengumpulan
data, studi kasus tidak mungkin bersandar pada hanya
satu metode tetapi kombinasi sejumlah metode.
Kombinasi semacam ini disebut “triangulasi metode
pengumpulan data”.
24
Triangulasi adalah langkah pemaduan berbagai
sumber data, peneliti, teori, dan metode dalam suatu
penelitian tentang suatu gejala sosial tertentu. Pola
triangulasi ini menjadi keharusan dalam studi kasus,
sedikitnya karena dua alasan. Pertama, studi kasus
berorientasi pada pengungkapan “kekhasan” dan
“kompleksitas” suatu kejadian atau gejala sosial. Untuk
itu dibutuhkan beragam kategori informasi atau data
yang tidak mungkin dikumpulkan dengan mengandalkan
hanya satu metode saja. Kedua, kredibilitas studi kasus
akan mencapai taraf yang tinggi apabila proses
pengumpulan data mengkombinasikan sejumlah metode
yang satu sama lain saling mengisi atau saling menutupi
kelemahan. Menurut Stake;1995 dalam Bungin (2009:
255) dalam studi kasus, pola triangulasi yang paling
lazim adalah kombinasi tiga metode utama pengumpulan
data yaitu pengamatan atau observasi, wawancara
mendalam, dan penelusuran dokumen.
Menurut Patton dalam Moleong (2007: 331) ada
empat macam triangulasi yang dapat digunakan dalam
penelitian diantaranya:
1) Triangulasi sumber yaitu pemeriksaan sumber
yang memanfaatkan jenis sumber data yang
berbeda-beda untuk menggali data yang
sejenis.
2) Triangulai metode yaitu pemeriksaan yang
menekankan pada penggunaan metode
25
pengumpulan data yang berbeda dan bahkan
jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber
data yang sama untuk menguji kemantapan
informasinya.
3) Triangulasi peneliti yaitu hasil penelitian baik
diatas atau simpulan mengenai bagian tertentu
atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya
dari beberapa peneliti yang lain.
4) Triangulasi teori yaitu pemeriksaan data
dengan menggunakan perspektif lebih dari
satu teori dalam membahas permasalahan
yang dikaji.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah triangulasi metode, dimana pada proses
pengumpulan data bersandar pada kombinasi tiga
metode utama. Peneliti melakukan triangulasi metode
pengumpulan data meliputi data diantara informan, data
hasil pengamatan, serta sumber berita online.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum peneliti melakukan penelitian, alangkah
baiknya peneliti melakukan peninjauan terhadap skripsi
terdahulu yang memiliki kesamaan dan hampir berkaitan
dengan penelitian yang akan ditulis, sehingga peneliti dapat
membandingkan dengan tema yang akan ditulis. Skripsi yang
relevan tersebut akan dipaparkan, sebagai berikut:
Pertama, Skripsi tersebut berjudul “Produksi biogas
limbah cair industri tapioka melalui peningkatan suhu dan
26
penambahan urea pada perombakan anaerob” yang ditulis
oleh Khori Ex Indarto, mahasiswa Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Jurusan Biologi tahun 2010. Dalam skripsinya
menjelaskan mengenai pengolahan limbah industri tapioka
dalam membentuk energi alternatif (biogas) melalui
peningkatan suhu dan penambahan urea dengan biokonversi
(digester) anaerob. Perbedaan skripsi dari saudara Khori
dengan pembahasan yang akan dibahas oleh peneliti yaitu
dalam skripsi saudara Khori pembahasan lebih berfokus
kepada unsur-unsur kimiawinya, sedangkan dari skripsi
peneliti lebih berfokus pada konteks kehidupan sosial
masyarakat yaitu manfaat dari pengolahan biogas bagi
keberdayaan masyarakat setempat. Selanjutnya dari segi
persamaannya, adalah sama-sama mengangkat tema tentang
pengolahan limbah industri menjadi biogas.
Kedua, Skripsi tersebut berjudul “Pengembangan
Biogas dalam rangka Pemanfaatan Energi Terbarukan di
Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang” yang
ditulis oleh Wahyu Febriyanita, mahasiswi Universitas
Negeri Semarang, Jurusan Geografi tahun 2015. Dalam
skripsi ini saudari Febriyanita menjelaskan bahwa dengan
adanya ketersediaan ternak dan ketersediaan pakan yang
cukup menjadi potensi pengembangan biogas. Perbedaan
dari skripsi peneliti dengan saudari Febriyanita adalah dalam
hal pembahasan yang peneliti angkat berfokus pada dinamika
pemberdayaan masyarakat yang terjadi melalui pemanfaatan
limbah sedangkan pembahasan yang saudari Febriyanita
27
angkat hanya berfokus pada potensi pengembangan biogas
melalui kotoran dari peternakan sapi. Kemudian pada lokasi
penelitian yang dilakukan, skripsi yang peneliti bahas
bertempat di daerah Kabupaten Klaten sedangkan skripsi dari
saudari Febriyanita bertempat di daerah Kabupaten
Semarang. Selanjutnya dari segi persamaannya, adalah sama-
sama mengangkat tema tentang pemanfaatan energi
terbarukan dengan pengembangan biogas.
Ketiga, Skripsi tersebut berjudul “Dampak Teknologi
Biogas terhadap Perilaku Masyarakat Desa Binaan LSM
Trukaaya” yang ditulis oleh Rizki Herendra Hasmara Ardi,
mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Jurusan
Sosiologi tahun 2013. Dalam skripsinya menjelaskan
mengenai perubahan perilaku masyarakat desa binaan yang
berdampak dari adanya sebuah teknologi biogas
menyebabkan proses pemberdayaan yang berkelanjutan tidak
berjalan karena pada saat unit biogas mengalami kerusakan
masyarakat tidak memiliki inisiatif untuk memperbaikinya.
Perbedaan skripsi dari saudara Ardi dengan pembahasan
yang akan dibahas oleh peneliti yaitu dalam skripsi saudara
Ardi pembahasan lebih berfokus kepada perubahan perilaku
masyarakat, sedangkan dari skripsi peneliti lebih berfokus
pada pengembangan potensi desa. Selanjutnya dari segi
persamaannya, adalah sama-sama mengangkat tema tentang
pengolahan limbah industri menjadi biogas serta
pengaruhnya pada aspek sosial masyarakat.
28
Keempat, Skripsi tersebut berjudul “Dinamika Sosial
Ekonomi Masyarakat Nelayan di Desa Pintadia Kecamatan
Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan” yang
ditulis oleh Sri Heryati Yatim, mahasiswa Universitas Negeri
Gorontalo, Jurusan Sosiologi tahun 2015. Dalam skripsinya
menjelaskan tentang kehidupan masyarakat nelayan
bergantungan pada hasil laut yang di pengaruhi oleh musim
alam dan ikan adalah salah satu kebutuhan pokok termasuk
pangan serta lauk pauk yang menjadi pokok penghasilan dari
para nelayan. Perbedaan skripsi dari saudari Sri dengan
pembahasan yang akan dibahas oleh peneliti yaitu dalam
skripsi saudari Sri pembahasan lebih berfokus kepada
kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan, sedangkan
dari skripsi peneliti lebih berfokus pada kehidupan
masyarakat desa di pedalaman yang tercemari limbah
industri. Selanjutnya dari segi persamaannya, adalah sama-
sama mengangkat tema tentang dinamika masyarakat.
Kelima, Skripsi tersebut berjudul “Peran Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat Desa Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014
Tentang Desa (Studi Kasus di BUMDes Tirta Mandiri
Klaten)” yang ditulis oleh Garnies Lellyana Sagita,
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jurusan
Ilmu Hukum tahun 2017. Dalam skripsinya menjelaskan
mengenai Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang
merupakan lembaga usaha desa yang dikelola oleh
masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat
29
perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan
potensi desa serta mengacu pada UU No. 6 Tahun 2014
tentang Desa. Perbedaan skripsi dari saudari Garnies dengan
pembahasan yang akan dibahas oleh peneliti yaitu dalam
skripsi saudari Garnies pembahasan lebih berfokus kepada
UU No. 6 Tahun 2014 sebagai payung hukum bagi lembaga
BUMDes Tirta Mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di desa Ponggok, sedangkan dari skripsi peneliti
lebih berfokus pada peran BUMDes Daleman dalam
mengelola potensi desa. Selanjutnya dari segi persamaannya,
adalah sama-sama mengangkat tema pengembangan potensi
desa yang dilakukan oleh BUMDes.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini berpedoman kepada
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi) yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tahun 2017, isinya terdiri dari enam bab.
Adapun sistematika penulisan tersebut, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang masalah, batasan
dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka
dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang
terkait dengan penelitian ini, yang terdiri dari teori
30
tentang dinamika, pemberdayaan masyarakat,
ABCD, potensi desa, serta kerangka berpikir.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas mengenai gambaran umum
Desa Daleman, mulai dari letak geografis,
gamabaran umum mengenai demografi, kondisi
sosial ekonomi dan lain sebagainya.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN
Bab ini membahas mengenai temuan lapangan,
yaitu Dinamika lembaga BUMDes dalam
mengolah limbah menjadi biogas di Desa Daleman
untuk pengembangan potensi desa. Ragam potensi
manfaat yang akan didapatkan oleh masyarakat
jika BUMDes di Desa Daleman mengoptimalkan
pengelolaan limbah.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini membahas analisis dari temuan lapangan
di Bab IV yang dikaitkan dengan landasan teori
atau tinjauan pustaka dari Bab II.
BAB VI PENUTUP
Bab ini membahas kesimpulan, implikasi dan
saran dari hasil dan temuan yang didapatkan dalam
penelitian.
31
BAB II
TINJAUAN TEORI A. Pengertian Dinamika
Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga
kekuatan, terus bergerak, berkembang dan dapat
menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan yang
dinamis atau selalu berubah. Dinamika juga berarti adanya
interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan
kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena
selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus
menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok
tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang
bersangkutan dapat berubah (Koentjaraningrat, 1981: 227).
Menurut Munir (2001:16), dinamika adalah suatu sistem
ikatan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi
antara unsur-unsur tersebut. Jika salah satu unsur sistem
mengalami perubahan, maka akan membawa perubahan pula
pada unsur-unsur lainnya. Jadi dinamika merupakan sesuatu
hal yang selalu bergerak, berkembang dan berubah-ubah
menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori dinamika
yang dikemukakan oleh Munir (2001:16), untuk dianalisis
dalam pembahasan mengenai dinamika pemberdayaan dalam
pengelolaan limbah, dimana perubahan pola kebijakan yang
terjadi di Desa Daleman diawali dengan pergantian struktur
pemerintahan desa terlebih dahulu sebagai unsur sistem.
32
1. Dinamika Masyarakat
Manusia selalu memiliki rasa untuk hidup
berkelompok akibat dari keadaan lingkungan yang selalu
berubah atau dinamis. Perubahan-perubahan tersebut
memaksa manusia memakai akal, kreativitas, perasaan serta
daya tahannya untuk menghadapinya seperti dalam kondisi
suhu udara dingin membutuhkan jaket yang dibuat di
tukang jahit, dalam kondisi lapar seseorang pergi ke warung
untuk mencari makan, dalam kondisi sakit seseorang
berobat ke rumah sakit untuk kesembuhannya, untuk
mencari ikan di tengah laut seorang manusia membutuhkan
kapal dan lain sebagainya.
Para ilmuwan di bidang sosial sepakat bahwa
kehidupan manusia tidak statis tetapi akan selau berubah
(dinamis), kondisi inilah yang disebut sebagai perubahan
sosial. Menurut More dalam Narwoko (2007: 362)
perubahan sosial diartikan sebagai suatu perubahan penting
dalam struktur sosial, pola-pola perilaku dan sistem
interaksi sosial, termasuk di dalamnya perubahan nilai,
norma, dan fenomena kultural. Sebuah perubahan akan
selalu hadir dalam perjalanan hidup manusia yang menjadi
dinamika kehidupannya. Hanya yang menjadi perbedaan
adalah perubahan tersebut terjadi secara cepat atau lambat,
bahkan seseorang atau sekelompok orang sekalipun yang
hidup di daerah terpencil pasti akan mengalami dinamika
kehidupan.
33
Menurut Salam (2010: 258) Dinamika atau perubahan
masyarakat dapat terjadi karena beberapa faktor, antara
lain:
a. Penyebaraan informasi, meliputi pengaruh dan
mekanisme media dalam menyampaikan pesan-
pesan ataupun gagasan (pemikiran)
b. Modal, antara lain sumber daya manusia ataupun
modal finansial
c. Teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor yang
cepat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan
d. Ideologi atau agama, keyakinan agama atau ideologi
tertentu berpengaruh terhadap porses perubahan
sosial
e. Birokrasi, terutama berkaitan dengan berbagai
kebijakan pemerintahan tertentu dalam membangun
kekuasaannya
f. Agen atau aktor, hal ini secara umum termasuk
dalam modal sumber daya manusia, tetapi secara
spesifik yang dimaksudkan adalah inisiatif-inisiatif
individual dalam “mencari” kehidupan yang lebih
baik.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dinamika masyarakat adalah suatu
prosesi interaksi, problem, tantangan yang terjadi pada
kehidupan sosial suatu masyarakat akan tetapi dalam
problem dan tantangan tersebut akan bersifat dinamis
34
artinya setiap saat kondisi masyarakat yang bersangkutan
dapat berubah.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori
dinamika masyarakat yang dikemukakan oleh More dalam
Narwoko (2007: 362), untuk dianalisis dalam pembahasan
mengenai dinamika pemberdayaan dalam pengelolaan
limbah. Lebih lanjut penulis juga menggunakan teori faktor
perubahan masyarakat yang disampaikan oleh Salam (2010:
258), untuk dianalisis dalam pembahasan mengenai
dinamika masyarakat dan bantuan lembaga.
2. Dinamika Sosial
Dinamika sosial terjadi sebagai akibat adanya interaksi
antara manusia dan antar kelompok, sehingga antara
mereka terjadi proses saling memengaruhi yang
menyebabkan terjadinya dinamika. Dinamika sosial yang
terjadi pada masyarakat dapat berupa perubahan-perubahan
nilai-nilai sosial, norma-norma yang berlaku dimasyarakat,
pola-pola prilaku individu, dan organisasi,susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan maupun kelas-kelas dalam
masyarakat,kekuasaan dan wewenang. Dengan kata lain
perubahan sosial meliputi perubahan-perubahan organisasi
sosial, status, lembaga, dan struktur sosial masyarakat
(Sztompka, , Alimandan, 2004: 3).
Suryoto Bakir dkk (2006: 140) mendefenisikan bahwa
dinamika sosial merupakan gerak masyarakat secara terus
menerus yang menimbulkan perubahan dalam tata
masyarakat yang bersangkutan.
35
Menurut Piotr Sztompka dalam bukunya “sosiologi
perubahan sosial” yang dialih bahasakan oleh Alimandan
(2004: 3), teori hubungan sosiokultural yang berubah-ubah
konsep dasar dinamika sosial dikenal terlebih dahulu untuk
menjaga validitasnya dengan makna yang agak berubah.
a. Perubahan sosial akan berbeda artinya antara suatu
masyarakat tertentu dalam jangka waktu yang
berbeda
b. Proses sosial merupakan rentetan kejadian atau
peristiwa sosial
c. Perkembangan sosial, kristalisasi sosial, dan
artikulasi kehidupan sosial
d. Kemajuan sosial atau perkembangan sosial
dipandang dari sesuatu yang menguntungkan.
Mengutip dari buku “dasar-dasar antropologi” dalam
Koentjaraningrat (1981: 230), beberapa teori yang
menjelaskan penyebab terjadinya dinamika atau perubahan
sosial antara lain sebagai berikut :
a. Teori Evolusi (evolutionary theory)
Teori ini berpijak pada teori Darwin dan
dipengaruhi oleh pemikiran Herbert Spencer. Tokoh
yang berpengaruh pada teori ini adalah Emile
Dhurkein dan Ferdinand Tonnies. Dhurkein
berpendapat bahwa perubahan karena evolusi
mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat,
terutama yang berhubungan dengan kerja.
Sedangkan Tonnies memandang bahwa masyarakat
36
berubah dari masyarakat yang sederhana yang
mempunyai hubungan yang terspesialisasi dan
impersonali. Artinya dengan adanya perubahan
sosial membuat masyarakat menjadi lebih individual
dan sifat kemasyarakatannya semakin berkurang.
b. Teori Konflik
Menurut teori ini konflik berasal pertentangan
kelas antara kelompok tertindas dan kelompok
penguasa sehingga akan mengarah pada perubahan
sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran karl
marx yang menyebutkan bahwa konflik sosial
merupakan sumber yang paling penting dan
pengaruh dalam semua perubahan sosial.
c. Teori Fungsionalis
Teori ini berusaha melacak penyebab perubahan
sosial sampai ketidakpuasan masyarakat akan
kondisi sosialnya yang secara pribadi
mempengaruhi mereka. Teori ini berhasil
menjelaskan perubahan sosial yang tingkatnya
moderat (berkecenderungan kearah dimensi yang
mempertimbangkan pandangan dari pihak lain atau
mengambil jalan tengah).
d. Teori Siklis
Teori ini mempunyai sudut pandang yang
menarik dalam melihat perubahan sosial. Teori ini
beranggapan bahwa perubahan sosial tidak dapat
dikendalikann sepenuhnya oleh siapapun bahkan
37
orang-orang ahli sekalipun. Dalam masyarakat
terdapat siklus yang harus diikutinya. Menurut teori
ini kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban
tidak dapat dielakkan dan tidak selamanya
perubahan sosial membawa kebaikkan.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan,
maka bisa disimpukan bahwa dinamika sosial juga dapat
diartikan sebagai proses perubahan sosial. Pada penelitian
ini penulis menggunakan teori yang disampaikan oleh
Suryoto Bakir dkk (2006: 140), untuk dianalisis dalam
pembahasan dinamika sosial pada realitas limbah.
3. Dinamika Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, karena manusia adalah pendukung
keberadaan suatu kebudayaan. Kebudayaan pada suatu
masyarakat harus senantiasa memiliki fungsi yang dapat
menunjang pemenuhan kebutuhan bagi para anggota
pendukung kebudayaan. Kebudayaan harus dapat menjamin
kelestarian kehidupan biologis, memelihara ketertiban, serta
memberikan motivasi kepada para pendukungnya agar
dapat terus bertahan hidup dan melakukan kegiatan-
kegiatan untuk kelangsungan hidup.
Dalam jangka waktu tertentu, semua kebudayaan
mengalami perubahan. Leslie White mengemukakan bahwa
kebudayaan merupakan fenomena yang selalu berubah
sesuai dengan lingkungan alam sekitarnya dan keperluan
suatu komunitas pendukungnya. Sependapat dengan itu
38
Haviland menyebut bahwa salah satu penyebab mengapa
kebudayaan berubah adalah lingkungan yang dapat
menuntut kebudayaan yang bersifat adaptif. Dalam konteks
ini perubahan lingkungan yang dimaksud bisa menyangkut
lingkungan alam maupun sosial.
Berkaitan dengan perubahan kebudayaan, Kingsley
Davis berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial
dalam masyarakat merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan (Poerwanto, 2000: 142). Perubahan-peribahan
dalam kebudayaan mencakup seluruh bagian kebudayaan,
termasuk kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat,
bahkan dalam bentuk dan aturan-aturan organisasi sosial.
Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas, sudah
tentu ada unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat. Namun demikian setiap
perubahan kebudayaan tidak perlu harus mempengaruhi
sistem sosial masyarakat yang sudah ada sebelumnya.
Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih
menekankan pada ide-ide yang mencakup perubahan dalam
hal norma-norma dan aturan-aturan yang dijadikan sebagai
landasan berperilaku dalam masyarakat. Sedangkan
perubahan sosial lebih menunjuk pada perubahan terhadap
struktur dan pola-pola hubungan sosial, yang antara lain
mencakup sistem status, politik dan kekuasaan, persebaran
penduduk, dan hubungan-hubungan dalam keluarga.
Melihat unit analisis perubahan masing-masing perubahan
tersebut, maka dapat dimengerti mengapa perubahan
39
kebudayaan memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan perubahan sosial.
Dinamika kebudayaan identik dengan perubahan
unsur- unsur kebudayaan universal, yang apabila ditinjau
dalam kenyataan kehidupan suatu masyarakat, tidak semua
unsur mengalami perkembangan yang sama. Ada unsur
kebudayaan yang mengalami perubahan secara cepat, ada
pula yang lambat, bahkan sulit berubah. Menurut
Antropolog Inggris Edward Burnett Tylor dalam Horton &
Hunt yang dialih bahasakan oleh Aminudin (1987: 58)
mengartikan kebudayaan sebagai suatu kompleks
keseluruhan yang meliputi pengetahuan, keyakinan,
kesenian, hukum, moral, adat, semua kemampuan dan
kebiasaan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota
masyarakat; maka tingkat perubahan unsur tersebut menjadi
sangat variatif antara satu masyarakat dengan masyarakat
yang lain.
Untuk memudahkan pengertian mengenai tingkat
kesulitan perubahan unsur-unsur kebudayaan,
Koentjaraningrat (2003: 81) menguraikan 7 (tujuh) unsur
kebudayaan universal yang diasumsikan memiliki tingkat
perubahan dari yang paling mudah sampai yang paling sulit
yaitu: 1) Sistem peralatan hidup dan teknologi; 2) Sistem
mata pencaharian hidup; 3) Organisasi sosial; 4) Kesenian;
5) Sistem pengetahuan; 6) Bahasa; 7) Sistem religi.
Perubahan kebudayaan sebagai suatu kenyataan,
didasari oleh seperangkat teori yang menjelaskan analisis
40
kausal antara konsep-konsep yang relevan. Teori-teori yang
menguraikan proses perubahan sosial dan budaya antara
lain (Pelly & Menanti, 1994 : 200 – 201) :
a. Teori Sosio Historis Siklus dalam asumsi dasarnya
mengemukakan bahwa peradaban manusia
berkembang menurut suatu lingkaran atau siklus.
Tokoh-tokoh teori ini adalah Ibnu Chaldun, Arnold
Toynbee, dan Sorokin.
b. Teori Sosio Historis Perkembangan atau Linear
lebih optimis dibanding penganut teori Sosio
Historis Siklus. Hal ini didasarkan pada
kepercayaan mereka terhadap kesempurnaan
kemampuan manusia; proses perkembangan
peradaban manusia diasumsikan menuruti garis
lurus, makin berkembang makin baik.
c. Teori Psikologi Sosial banyak memberikan
sumbangan dalam perkembangan teori perubahan
sosial terutama teori-teori tentang : (a) kepribadian
kreatif, (b) kepribadian prestasi, dan (c) individu
modern. Asumsi dasar dari teori-teori Psikologi
Sosial yaitu individu-individu dengan kegiatan dan
kreativitasnya akan dapat menggerakkan perubahan
sosial.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan,
maka disimpukan bahwa dinamika kebudayaan dapat
terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan lingkungan
maupun adanya mekanisme akibat munculnya penemuan-
41
penemuan baru atau invensi, difusi, hilangnya unsur
kebudayaan, dan akulturasi.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Leslie White dalam Poerwanto (2000:
142), untuk dianalisis dalam pembahasan mengenai
dinamika kebudayaan dalam penanganan limbah.
4. Dinamika Kelompok
Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara
langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal
balik. Jadi dinamika berarti adanya interaksi dan
interpendensi antara anggota kelompok yang satu dengan
anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara
anggota dengan kelompok secara keseluruhan (Santosa,
2009: 5).
Menurut Eysenck yang dikutip oleh Carolina dan
Jusman (1993: 41) dalam Huraerah (2010: 33), Dinamika
kelompok adalah berkaitan dengan konteks sosial budaya
suatu masyarakat yang berfungsi untuk membantu individu
dan kelompok, sehingga memungkinkan mereka secara
bersama-sama memiliki pola-pola merasakan, menilai,
berpikir dan bertindak. Sedangkan menurut Johnson (2012:
20) mendefinikan dinamika kelompok sebagai suatu
lingkup pengetahuan sosial yang berkonsentrasi pada
pengetahuan tentang hakikat kehidupan kelompok.
Pengertian dinamika ini lebih menekankan pada
gerakan yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri,
artinya sumber gerakkannya berasal dari dalam kelompok
42
itu sendiri, bukan dari luar kelompok. Dalam kajian
Psikologi fokus kajian tentang dinamika kelompok ini lebih
ditekankan kepada aspek psikologis dan tingkah laku
individu dalam kelompok itu sendiri.
Kelompok memiliki aspek sosial dan karakteristik
psikologis yang melihat dirinya sebagai satu bagian dari
kumpulan individu. Dalam kelompok, diantara anggota
saling berinteraksi atau berkomunikasi antara satu sama lain
dan anggota kelompok juga saling mempengaruhi satu
sama lain melalui interaksi sosial.
Winardi (2007: 263), menjelaskan bahwa kelompok
adalah Sekumpulan orang-orang yang saling berinteraksi
satu sama lain secara teratur selama jangka waktu tertentu,
dan mereka beranggapan bahwa mereka saling
bergantungan satu sama lain sehubungan dengan upaya
mencapai sebuah tujuan umum.
Mc.David dan Harari dalam Johnson (2012: 9),
menjelaskan bahwa kelompok adalah suatu sistem yang
tersusun dari dua orang atau lebih yang berhubungan
sehingga sistem dapat menjalankan fungsinya, mempunyai
serangkaian hubungan peran di antara anggotanya dan
mempunyai serangkaian norma-norma yang mengatur
fungsi kelompok dan tiap-tiap anggotanya.
Dari pengertian dinamika dan kelompok di atas penulis
berpandangan bahwa dinamika kelompok merupakan
sebuah gambaran terkait stimulus yang terjadi antara
individu yang satu dengan individu yang lain maupun
43
individu dengan kelompok yang saling bergantungan dan
masing-masing memiliki kemampuan untuk berbuat.
Kelompok sosial bukan merupakan kelompok statis.
Setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan dan
perubahan. Beberapa kelompok sosial sifatnya lebih stabil
daripada kelompok-kelompok sosial lainnya, atau dengan
lain perkataan, strukturnya tidak mengalami perubahan-
perubahan yang mencolok. Ada pula kelompok-kelompok
sosial mengalami perubahan secara cepat, walaupun tidak
ada pengaruh-pengaruh dari luar. Akan tetapi pada
umumnya, kelompok sosial mengalami perubahan sebagai
akibat proses formasi ataupun reformasi dari pola-pola di
dalam kelompok tersebut, karena pengaruh dari luar
(Soekanto, 2005: 163).
Lebih lanjut secara ringkas dapat disebutkan bahwa
persoalan dinamika kelompok adalah semua gejala
kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama dalam
kelompok yang face to face. Ruth Benefit dalam Santosa
(2009: 7), menjelaskan bahwa persoalan yang ada dalam
dinamika kelompok dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Kohesi/persatuan; dalam persoalan kohesi akan
terlihat tingkah laku anggota dalam kelompok,
seperti proses pengelompokan, intensitas anggota,
arah pilihan, nilai kelompok, dan lain sebagainya.
b. Motif/dorongan; persoalan motif ini berkisar pada
interes anggota terhadap kehidupan kelompok,
seperti kesatuan berkelompok, tujuan bersama,
44
orientasi diri terhadap kelompok, dan lain
sebagainya.
c. Struktur; persoalan ini terlihat pada bentuk
pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan
kedudukan antar anggota, pembagian tugas, dan lain
sebagainya.
d. Pimpinan; persoalan pimpinan tidak kalah
pentingnya pada kehidupan kelompok, hal ini
terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, yugas
pimpinan, sistem kepemimpinan, dan lain
sebagainya.
e. Perkembangan Kelompok; persoalan perkembangan
kelompok dapat pula menentukan kehidupan
kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada
perubahan dalam kelompok senangnya anggota
tetap berada dalam kelompok, perpecahan
kelompok, dan lain sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan
di atas, maka dapat disimpukan bahwa dinamika kelompok
adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas
antara anggota satu dengan yang lain serta berlangsung
dalam situasi yang dialami.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori yang
disampaikan oleh Eysenck yang dikutip oleh Carolina dan
Jusman (1993: 41) dalam Huraerah (2010: 33), untuk
dianalisis dalam pembahasan mengenai dinamika kelompok
45
sebagai faktor pendukung dalam pemberdayaan masyarakat
melalui pengelolaan limbah.
5. Dinamika Konflik
Menurut Rubenstein (seperti dikutip Marsana Windhu,
1992: 111-117), akar masalah konflik bisa dikatakan
sebagai sebab yang paling mendasar dari munculnya
hubungan-hubungan konflik dan dinamika yang dikarakteri
oleh berbagai bentuk strategi konflik. Perspektif struktural
dalam sosiologi konflik memiliki pandangan bahwa akar
masalah konflik selalu berkaitan dengan kekuasaan (power)
dan angka kepentingan di dalamnya. Kekuasaan secara
sosiologis dimanifestasikan pada bentuk wewenang legal
formal, dan modal-modal ekonomi dan budaya. Walaupun
demikian dalam konteks konflik industrial, kekuasaan lebih
didefiniskan oleh wewenang legal formal negara dan modal
ekonomi pasar. Kekuasaan legal formal negara yang
mampu menciptakan regulasi bekerjasama dengan
kekuasaan ekonomi pasar yang bisa menentukan
keberhasilan ekonomi suatu negara.
Pada pengertian struktural ini, bisa dilihat bagaimana
dua kekuasaan tersebut melakukan perselingkuhan untuk
kepentingan dan tujuan masing-masing pemegang
kekuasaan. Dalam konteks hubungan industri, kekuasaan
yang hanya menguntungkan diri sendiri dan mengabaikan
fakta hubungan-hubungan kerja memiliki kecenderungan
menciptakan kekerasan. Johan Galtung membagi dua
konsep kekerasan, yaitu kekerasan struktural dan langsung.
46
Kekerasan langsung seringkali didasarkan atas penggunaan
kekuasaan sumber (resource power), dan kekerasan
struktural yang didasarkan pada penggunaan kekuasan
struktural. Kekuasaan sumber dibedakan menjadi
kekuasaan punitif yang bersifat menghancurkan, kemudian
kekuasaan ideologis dan kekuasaan renumeratif. Baik
kekuasaan sumber dan kekuasan struktural saling berkaitan,
saling memperkuat. Galtung mengungkapkan kekerasan
struktural dan personal dapat menghalangi untuk memenuhi
kebutuhan dasar. Kebutuhan-kebutuhan dasar ini adalah
kelestarian atau keberlangsungan hidup, kesejahteraan,
kebebasan, dan identitas. Jika empat kebutuhan dasar ini
mengalami tekanan atau kekerasan dari kekuasaan personal
dan struktural, maka konflik kekerasan akan muncul ke
permukaan sosial.
Merujuk pada teori spiral kekerasan oleh Dom Helder
Camara (2005: 102), pada saat negara dan pasar
menggunakan kekuasaan mereka untuk menciptakan
kekerasan dalam bentuk pemberian upah yang kecil dan
tiadanya jaminan keselamatan kerja pada para buruh, yang
terjadi adalah proses respon dalam bentuk kekerasan juga.
Akibatnya pola hubungan konflik adalah conflict spiral,
yaitu suatu kondisi yang membuat para pihak selalu
berkonflik dan saling melakukan aksi balasan.
Konflik dalam masyarakat terjadi karena adanya
perbedaan kepentingan dan sumber daya. Perbedaan
kepentingan antara masyarakat dan pemerintah dalam
47
pembangunan kerap menimbulkan pertentangan yang
bersifat terbuka. Kecemburuan sosial antara si miskin dan si
kaya, serta kehadiran penguasa yang dianggap berat sebelah
menimbulkan konflik yang lebih luas. Sumbangan
pemerintah dalam menciptakan konflik, dapat berawal dari
kebijakan dan tindak- tanduk pemerintah yang alih-alih pro
rakyat dan berkeadilan, malah disinyalir menguntungkan
segelintir manusia yang belum tentu juga bagian dari warga
negara Indonesia yang baik. Pelanggar aturan mendapat
perlindungan yang jelas, sementara warga negaranya yang
taat aturan malah terombang-ambing dalam ketidak pastian
jaminan hukum (Soekanto, 2004: 145).
Akar dari timbulnya konflik yaitu adanya hubungan
sosial, ekonomi, politik yang akarnya adalah perebutan atas
sumber-sumber kepemilikan status sosial dan kekuasaan
yang jumlah ketersediaanya sangat terbatas dengan
pembagian yang tidak merata di masyarakat (Setiadi dan
Kolip, 2011: 361). Fungsi konflik yang positif paling jelas
terjadi pada dinamika kelompok dalam (in-group) melawan
hubungan kelompok luar (out-group). Menurut Coser
(dalam Johnson, 1994: 196-197) kekuatan solidaritas
internal dan integrasi kelompok-dalam akan bertambah
karena adanya permusuhan atau konflik dengan kelompok-
luar bertambah besar. Sebaliknya, apabila kelompok itu
tidak terancam konflik dengan kelompok luar yang
bermusuhan, tekanan yang kuat pada kekompak,
konformitas, dan komitmen terhadap kelompok itu
48
mungkin berkurang. Faktor yang menyebabkan terjadinya
konflik-konflik, diantaranya yaitu:
a. Perbedaan pendirian dan keyakinan orang
perorangan telah menyebabkan konflik antar
individu. Dalam konflik-konflik seperti ini
terjadilah bentrokan-bentrokan pendirian, dan
masing-masing pihak pun berusaha membinasakan
lawannya. Membinasakan disini tidak selalu
diartikan sebagai pembinasaan fisik, tetapi bisa pula
diartikan dalam bentuk pemusnahan simbolik atau
melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak
disetujui. Dalam realitas sosial tidak ada satu pun
individu yang memiliki karakter yang sama
sehingga perbedaan pendapat, tujuan, keinginan
tersebutlah yang mempengaruhi timbulnya konflik
sosial (Narwoko, 2004: 68).
b. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kebudayaan
tidak hanya akan menimbulkan konflik antar
individu, akan tetapi bisa juga antar kelompok.
Pola-pola kebudayaan yang berbeda akan
menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola
prilaku yang berbeda pula dikalangan khalayak
kelompok yang luas (Narwoko, 2004: 68).
c. Perbedaan kepentingan. Mengejar tujuan
kepentingan masing-masing yang berbeda-beda,
kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik
49
untuk memperebutkan kesempatan dan sarana
(Soekanto, 2005: 70).
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan
di atas, maka dapat disimpukan bahwa dinamika konflik
menghasilkan dua faktor, yaitu berfungsi sebagai faktor
positif yang berdampak membangun (konstruktif) dan
faktor negatif yang merusak (destruktif) untuk kedamaian.
Konflik sosial konstruktif secara positif adalah sebagai
pendorong berkembangnya modal kedamaian sosial
sehingga meningkatkan solidaritas antar kelompok.
Sedangkan konflik sosial destruktif adalah juga dapat
menjaga keutuhan kelompok dan integrasi sosial
masyarakat dan skala yang lebih luas, namun jika melampui
batas toleransi dan kapasitas pihak-pihak yang terlibat
dengan tidak dicarikan solusi yang cepat maka hal tersebut
dapat menyebabkan disintegrasi sosial.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori yang
disampaikan oleh Soekanto (2005: 70), untuk dianalisis
dalam pembahasan mengenai dinamika konflik sebagai
faktor penghambat dalam pemberdayaan masyarakat
melalui pengelolaan limbah.
6. Dinamika Psikologis
Menurut Walgito (2010: 15) psikologis adalah ilmu
tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas individu. Perilaku
atau aktivitas-aktivitas tersebut dalam pengertian luas yaitu
perilaku yang tampak atau perilaku yang tidak tampak,
demikian juga dengan aktivitas-aktivitas tersebut di
50
samping aktivitas motorik juga termasuk aktivitas
emosional. Lebih lanjut Walgito menjelasakan bahwa
dinamika psikologis merupakan suatu tenaga kekuatan yang
terjadi pada diri manusia yang mempengaruhi mental atau
psikisnya untuk mengalami perkembangan dan perubahan
dalam tingkah lakunya sehari-hari baik itu dalam pikiranya,
perasaannya maupun perbuatannya (Walgito, 2010: 26).
Dinamika psikologis dijelaskan oleh beberapa ahli
sebagai keterkaitan antara berbagai aspek psikologis dalam
menjelaskan suatu fenomena atau konteks tertentu. Chaplin
mengatakan bahwa dinamika psikologis merupakan sebuah
sistem psikologi yang menekankan penelitian terhadap
hubungan sebab akibat dalam motif dan dorongan hingga
munculnya sebuah perilaku (Chaplin, ,Kartini Kartono,
2006: 78). Selanjutnya Widiasari (Tesis, 2009: UGM)
mengatakan bahwa dinamika psikologis merupakan aspek
motivasi dan dorongan yang bersumber dari dalam maupun
luar individu, yang mempengaruhi mental serta membantu
individu menyesuaikan diri dengan keadaan dan perubahan.
Saptoto (Jurnal Psikologi Indonesia, 2009: 131-137)
mendefenisikan dinamika psikologis sebagai keterkaitan
antara berbagai aspek psikologis yang ada dalam diri
seseorang dengan faktor-faktor dari luar yang
mempengaruhinya. Fathurrochman dan Djalaludin Ancok
(Jurnam Psikologi UGM, 2001: 21-60) menggunakan
istilah dinamika psikologis untuk menjelaskan secara lebih
lanjut hubungan prosedur objektif dengan penilaian
51
keadilan. Sedangkan menurut Halloway, dkk istilah
dinamika psikologis digunakan untuk menerangkan
keterkaitan berbagai aspek psikologis yang ada dalam diri
responden dalam hubungannya dengan kondisi masyarakat.
Menurut Walgito (2010: 127-128) ada beberapa
komponen pada diri manusia yang mempengaruhi dan
membentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
berkaitan dengan dinamika psikologis, diantaranya sebagai
berikut:
a. Komponen kognitif (perseptual), merupakan
komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, dan keyakinan, yang mana berhubungan
dengan seseorang mempersepsi terhadap objek
perilaku atau kejadian yang sedang dialami.
b. Komponen afektif (emosional), komponen ini
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap objek perilaku.
c. Komponen konatif (perilaku), yaitu komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek. Komponen ini menunjukkan besar
kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku
dan komponen ini juga menunjukkan bagaimana
perilaku manusia terhadap lingkungan sekitar.
Saat intensionalitas atau proses kehidupan psikis atau
psikologis manusia selalu terdapat tiga aspek di atas. Ketiga
aspek di atas selalu berlangsung bersama-sama atau
beruntutan. Ketiga fungsi kognisi, emosi dan konasi itu bisa
52
berlangsung lancar dan harmonis. Namun, tidak jarang
disertai banyak konflik seperti konflik diantara pikiran,
perasaan dan kemauan yang saling berbenturan atau
berlawanan (Kartono, 1996: 5).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa
manusia berperilaku selalu mengalami ketiga aspek
psikologis yaitu emosi, kognitif dan sosial. Sebab pijakan
kepribadian manusia berdasarkan pada yang telah
dipikirkan, dirasakan dan diperbuat oleh manusia.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Widiasari (Tesis, 2009: UGM), untuk
dianalisis dalam pembahasan mengenai ragam potensi
optimalisasi pengelolaan limbah. Lebih lanjut peneliti juga
menggunakan teori yang disampaikan oleh Walgito (2010:
26), untuk dianalisis dalam pembahasan mengenai
dinamika psikologi terhadap potensi desa.
B. Pengertian Pemberdayaan
Dalam konsep pemberdayaan menurut Prijono dan
Pranarka (1996: 55), manusia adalah subyek dari dirinya
sendiri. Proses kepada masyarakat agar menjadi berdaya,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan
hidupnya. Selanjutnya mengenai konsep, prinsip dan proses
dari pemberdayaan masyarakat akan diulas, sebagai berikut:
1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan
kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat,
53
sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan
martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan
mengembangkan diri secara mandiri baik dibidang
ekonomi, sosial, agama, dan budaya. Pemberdayaan
masyarakat terutama di pedesaan tidak cukup hanya dengan
upaya meningkatkan produktivitas, memberikan
kesempatan usaha yang sama atau modal saja, tetapi harus
diikuti pula dengan perubahan struktur sosial ekonomi
masyarakat, mendukung berkembangnya potensi
masyarakat melalui peningkatan peran, produktivitas dan
efisiensi (Widjaja, 2003: 169).
Konsep pemberdayaan masyarakat dalam Kartasasmita
(1997: 45), menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat
adalah sebuah konsep pebangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-
centered, participatory, empowering and sustainable”.
Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi
kebutuhan dasar (basic need) atau meyediakan mekanisme
untuk mencegah proses kemiskinan lebih lanjut (safety net),
yang pemikiranya belakangan ini banyak dikembangkan
sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep
pertumbuhan di masa lalu.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan
di atas, maka dapat disimpukan bahwa pada hakekatnya
pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dan upaya
untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan, atau
54
kemampuan kepada individu masyarakat lemah agar dapat
mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan
potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih
alternatif pemecahnya dengan mengoptimalkan sumber
daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori yang
disampaikan oleh Widjaja (2003: 169), untuk dianalisis
dalam pembahasan mengenai pemberdayaan bagi UMKM.
Lebih lanjut peneliti juga menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Kartasasmita (1997: 45), untuk dianalisis
dalam pembahasan mengenai pemberdayaan masyarakat di
Desa Daleman.
2. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Prinsip utama dalam mengembangkan konsep
pemberdayaan masyarakat menurut Drijver dan Sajise
(dalam Sutrisno, 2003: 17) ada lima macam, yaitu:
a. Pendekatan dari bawah (buttom up approach): pada
kondisi ini pengelolaan dan para stakeholder setuju
pada tujuan yang ingin dicapai untuk kemudian
mengembangkan gagasan dan beberapa kegiatan
setahap demi setahap untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya.
b. Partisipasi (participation): dimana setiap aktor yang
terlibat memiliki kekuasaan dalam setiap fase
perencanaan dan pengelolaan.
c. Konsep keberlanjutan: merupakan pengembangan
kemitraan dengan seluruh lapisan masyarakat
55
sehingga program pembangunan berkelanjutan
dapat diterima secara sosial dan ekonomi.
d. Keterpaduan: yaitu kebijakan dan strategi pada
tingkat lokal, regional dan nasional.
e. Keuntungan sosial dan ekonomi: merupakan bagian
dari program pengelolaan.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori prinsip
utama dalam mengembangkan konsep pemberdayaan
masyarakat yang disampaikan oleh Drijver dan Sajise
dalam Sutrisno (2003: 17), untuk dianalisis dalam
pembahasan mengenai pengembangan aset milik desa.
3. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Proses pemberdayaan masyarakat mengandung dua
kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang
menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan
sebagai kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan
pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan
primer dari makna pemberdayaan. Kedua, proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses
menstimulasi, mendorong atu memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui
proses dialog (Pranarka, 1996: 45).
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan
dapat menjadikan masyarakat menjadi lebih berdaya
berkekuatan dan berkemampuan. Kaitannya dengan
56
indikator masyarakat berdaya. Sumardjo (1999: 16),
menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
a. Mampu memahami diri dan potensinya, mampu
merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan
ke depan
b. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
c. Memiliki kekuatan untuk berunding
d. Memiliki bargaining power yang memadai dalam
melakukan kerjasama yang saling menguntungkan
e. Bertanggung jawab atas tindakannya
Kartasasmita (1997: 23) menatakan bahwa proses
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga proses yaitu:
a. Menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling). Titik tolaknya adalah bahwa setiap
manusia memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya tidak ada sumber daya
manusia atau masyarakat tanpa daya. Dalam
konteks ini, pemberdayaan adalah membangun
daya, kekuatan atau kemampuan, dengan
mendorong (encourage) dan membangkitkan
kesadaran (awareness) akan potensi yang dimiliki
serta berupaya mengembangkannya.
b. Memperkuat potensi daya yang dimiliki oleh
masyarakat (empo-wering), sehingga diperlukan
langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau
suasana.
57
c. Memberdayakan juga mengandung arti melindungi.
Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang
lemah menjadi makin lemah, karena kekurang
berdayaannya dalam menghadapi yang kuat.
Tjokrowinoto (2001: 32) menyatakan bahwa meskipun
proses pemberdayaan suatu masyarakat merupakan suatu
proses pemberdayaan, namun dalam implementasinya tidak
semua yang direncanakan dapat berjalan dengan mulus
dalam pelaksanaanya. Tak jarang ada kelompok-kelompok
dalam komunitas yang melakukan penolakan terhadap
pembaharuan ataupun inovasi yang muncul. Lebih lanjut
Tjokrowinoto (2001: 34) menyatakan beberapa kendala
(hambatan) dalam pembangunan masyarakat, baik yang
berasal dari kepribadian individu maupun berasal dari
sistem sosial:
a. Berasal dari Kepribadian Individu; kesetabilan
(Homeostatis), kebiasaan (Habit), seleksi ingatan
dan persepsi (Selective Perception and Retention),
ketergantungan (Depedence), super-ego, yang
terlalu kuat, cenderung membuat seseorang tidak
mau menerima pembaharuan, dan rasa tak percaya
diri (self-Distrust).
b. Berasal dari sistem sosial; kesepakatan terhadap
norma tertentu (Comformity to Norms), yang
“mengikat” sebagian anggta masyarakat pada suatu
komunitas tertentu, kesatuan, dan kepaduan sistem
dan budaya (Systemic and Cultural Coherence),
58
kelompok kepentingan (vested Interest), hal yang
bersifat sakral (The Sacrosanct), dan penolakan
terhadap orang luar (Rejection of Outsiders).
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Tjokrowinoto (2001: 32), untuk
dianalisis dalam pembahasan mengenai dinamika
psikologis terhadap potensi desa. Lebih lanjut peneliti
menggunakan teori yang disampaikan oleh Sumardjo
(1999: 16), untuk dianalisis dalam pembahasan mengenai
pemberdayaan masyarakat di Desa Daleman.
C. Pengertian ABCD
Berdasarkan penelitian luas terhadap karakteristik inisiatif
komunitas yang sukses di Amerika, John McKnight dan Jody
Kretzmann menemukan suatu pendekatan untuk memajukan
kesejahteraan komunitas, yaitu Pengembangan Komunitas
Berbasis Aset atau Asset Based Community Development yang
disingkat ABCD. Asset Based Community Development
(ABCD) merupakan model pendekatan dalam pengembangan
masyarakat. Pendekatan ini menekankan pada inventarisasi
aset yang terdapat di dalam masyarakat yang dipandang
mendukung pada kegiatan pemberdayaan masyarakat (Dereu,
2013: 96).
John McKnight dan Jody Kretzmann menggambarkan
membangun komunitas dari dalam keluar sebagai jalan untuk
menemukan dan mendaftar aset komunitas dalam beberapa
kategori tertentu (misalnya aset pribadi, aset asosiasi atau
institusi), warga komunitas belajar melihat kenyataan mereka
59
sebagai gelas yang setengah penuh. Sebelumnya, mereka
melihat kebutuhan dan masalah, sekarang mereka lebih banyak
melihat sumber daya dan kesempatan (Dereu, 2013: 96).
Dalam Dereu (2013: 97), metode Asset Based Community
Development (ABCD) memiliki lima langkah kunci untuk
melakukan proses riset pendampingan diantaranya:
1. Discover (Menemukan), yaitu proses menemukan kembali
kesuksesan yang dilakukan melalui proses percakapan
atau wawancara dan harus menjadi penemuan personal
tentang apa yang menjadi kontribusi individu yang
memberi hidup pada sebuah kegiatan atau usaha. Pada
tahap discovery, tanggung jawab untuk perubahan
diserahkan kepada para individu yang berkepentingan
dengan perubahan tersebut, yaitu entitas lokal.
2. Dream (Impian), dengan cara kreatif dan secara kolektif
melihat masa depan yang mungkin terwujud, apa yang
sangat dihargai dikaitkan dengan apa yang paling
diinginkan. Pada tahap ini, setiap orang mengeksplorasi
harapan dan impian mereka baik untuk diri mereka sendiri
maupun untuk organisasi. Sebuah mimpi atau visi
bersama terhadap masa depan yang bisa terdiri dari
gambar, tindakan, kata-kata, lagu, dan foto.
3. Design (Merancang), tahap dimana seluruh komunitas
(atau kelompok) terlibat dalam proses belajar tentang
kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai
memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif,
60
dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti
yang sudah ditetapkan sendiri.
4. Define (Menentukan), kelompok pemimpin sebaiknya
menentukan ‘pilihan topik positif’: tujuan dari proses
pencarian atau deskripsi mengenai perubahan yang
diinginkan.
5. Destiny (Melakukan), serangkaian tindakan inspiratif yang
mendukung proses belajar terus menerus dan inovasi
tentang “apa yang akan terjadi.” Hal ini merupakan fase
akhir yang secara khusus fokus pada cara-cara personal
dan organisasi untuk melangkah maju.
Pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan Asset
Based Community Developmnet (ABCD) merupakan
pendekatan yang dilakukan dalam pengembangan potensi di
Desa Daleman. Sebuah pendekatan yang menjadikan potensi
sebagai kekuatan dalam pengembangan sebuah masyarakat.
Melalui pendekatan Pengembangan Masyarakat Berbasis
Asset (Assets Based Community Development/ABCD) ini
secara berkelanjutan dapat membentuk kemandirian
masyarakat dalam meningkatkan pendapatan sehingga
meningkatkan pula kesejahteraannya.
Tujuan penelitian ini adalah meilhat berbagai aset yang
dimiliki Desa Daleman untuk dikembangkan dalam upaya
peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Pada penelitian
ini penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh John
McKnight dan Jody Kretzmann dalam Dereu (2013: 96), untuk
61
untuk dianalisis dalam pembahasan mengenai BUMDes dan
refleksi ABCD.
D. Pengertian Potensi Desa
Pengertian potensi adalah sesuatu yang dapat dijadikan
sebagai sumber yang akan dikelola, baik melalui usaha yang
dilakukan manusia maupun melalui tenaga mesin, dalam
pengerjaannya potensi dapat juga diartikan sebagai sumber
daya yang ada di sekitar kita (Kartasapoetra, 1987: 56).
Menurut Notoatmodjo (2009: 1) yang menjelaskan bahwa
pembangunan suatu bangsa memerlukan dua aset utama atau
“daya” yang disebut sumber daya (resources), yakni sumber
daya alam (natural resources) dan sumber daya manusia
(human resources). Kedua sumber daya tersebut sangat
penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan
bangsa atau wilayah. Tetapi apabila dipertanyakan sumber
daya mana yang lebih penting diantara kedua sumber daya
tersebut, maka jelaslah sumber daya manusia jauh lebih
penting. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa
Inggris to potent yang berarti keras atau kuat. Pengertian lain
kurang lebih semakna, kata potensial mengandung arti
kekuatan, kemampuan, dan daya, baik yang belum maupun
yang sudah terwujud, tetapi masih belum optimal.
Menurut Widjaja (2003: 3) desa adalah sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan
hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran
dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan
62
masyarakat. Selanjutnya secara etimologi bahwa kata desa
berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti tanah air,
tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis,
desa atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or
shops in a country area, smaller than a town”. Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul
dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan
berada di daerah kabupaten.
Menurut A. Rahman. H.I (2007: 3) menjelaskan bahwa
Negara Indonesia merupakan kumpulan dari desa-desa, dan
desa adalah subsistem dari kecamatan, dan kecamatan
merupakan subsistem pemerintahan yang ada diwilayah
kabupaten, sedangkan kabupaten merupakan subsistem dari
wilayah provinsi, dan provinsi merupakan subsistem dari
pemerintahan negara Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa definisi
tentang potensi desa adalah kemampuan, kekuatan atau
sumber daya (fisik dan non fisik) yang dimiliki oleh suatu
daerah namun belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan
secara maksimal. Jadi potensi desa adalah daya, kekuatan,
kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa
tetapi belum dimanfaatkan secara optimal dan mempunyai
kemungkinan untuk dapat dikembangkan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Ahmad Soleh dalam (Jurnal Sungkai, 2017: Vol
5, No 1) menjelaskan bahwa secara garis besar potensi desa
63
dapat dibedakan menjadi dua; Pertama adalah potensi fisik
yang berupa tanah, air, iklim, lingkungan geografis, binatang
ternak, dan sumber daya manusia. Kedua adalah potensi non-
fisik berupa masyarakat dengan corak dan interaksinya,
lembaga-lembaga sosial, lembaga pendidikan, dan organisasi
sosial desa, serta aparatur dan pamong desa. Secara lebih rinci
potensi desa dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Potensi Fisik
Potensi fisik adalah potensi yang berkaitan dengan
sumber daya alam yang ada di desa berupa:
a. Lahan, tidak hanya sebagai tempat tumbuh tanaman,
tetapi juga sebagai sumber bahan tambang dan
mineral. Lahan memiliki jenis tanah yang menjadi
media bagi tumbuhnya tanaman tertentu. Misalnya,
jenis tanah aluvial cocok bagi tanaman padi, jagung,
dan kacang, jenis tanah berkapur cocok bagi
tanaman jati dan tebu. Pada lahan juga
dimungkinkan terjadi eksploitasi bahan tambang
seperti batu bara, batu kapur, pasir kuarsa, batu
marmer, dan sebagainya.
b. Tanah, mencakup berbagai macam kandungan
kekayaan yang terdapat di dalamnya. misalnya
kesuburan tanah, bahan tambang, dan mineral.
c. Air, pada umumnya desa memiliki potensi air yang
bersih dan melimpah. Dari dalam tanah, air
diperoleh melalui penimbaan, pemompaan, atau
mata air. berfungsi sebagai pendukung kehidupan
64
manusia. Air sangat dibutuhkan oleh setiap mahkluk
hidup untuk bertahan hidup dan juga aktivitas
sehari-hari.
d. Iklim, sangat erat kaitannya dengan temperatur dan
curah hujan yang sangat mempengaruhi setiap
daerah. Pada ketinggian tertentu, suatu desa menjadi
maju karena kecocokan iklimnya bagi
pengembangan tanaman dan pemanfaatan tertentu.
Seperti perkebunan buah, tempat rekreasi, dan
tempat peristirahatan sehingga corak iklim sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat desa.
e. Lingkungan geografis, seperti letak desa secara
geografis, luas wilayah, jenis tanah, tingkat
kesuburan, sumber daya alam, dan penggunaan
lahan sangat mempengaruhi pengembangan suatu
desa.
f. Ternak, berfungsi sebagai sumber tenaga dan
sumber gizi bagi masyarakat pedesaan. pada desa
agraris ternak juga dapat menjadi investasi dan
sumber pupuk.
g. Manusia, merupakan sumber tenaga dalam proses
pengolahan lahan petani, sehingga manusia sebagai
potensi yang sangat berharga bagi suatu wilayah
untuk mengelolah sumber daya alam yang ada.
Tingkat pendidikan, ketrampilan dan semangat
hidup masyarakat menjadi faktor yang sangat
menentukan dalam pembangunan desa.
65
2. Potensi Non-fisik
Potensi non fisik adalah segala potensi yang berkaitan
dengan masyarakat desa dan tata perilakunya. Potensi non
fisik lainnya adalah lembaga desa, aparatur desa, adat
istiadat dan budaya. Suatu masyarakat desa yang hidup
dalam waktu yang lama akan membentuk tata kehidupan
tersendiri. Tata kehidupan akan dipengaruhi oleh kondisi
alam wilayah desa itu sendiri. Adapun potensi desa non
fisik tersebut antara lain:
a. Masyarakat desa, cirinya memiliki semangat
kegotongroyongan yang tinggi dalam ikatan
kekeluargaan yang erat (gemeinschaft) merupakan
landasan yang kokoh bagi kelangsungan program
pembangunan dan merupakan kekuatan dalam
membangun pedesaan.
b. Lembaga dan organisasi sosial, merupakan suatu
badan perkumpulan yang membantu masyarakat
desa dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
1) Lembaga desa, seperti Badan Perwakilan Desa
(BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa (LPMD), Tim Penggerak PKK, Rukun
Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), Karang
Taruna dan lain-lain.
2) Lembaga Pendidikan, seperti sekolah, simulasi,
perpustakaan desa, kelompencapir, penyuluhan,
dan lain-lain.
66
3) Lembaga Kesehatan, seperti puskesmas, posyandu,
dan polindes dan lain-lain.
4) Lembaga Ekonomi, seperti Koperasi Unit Desa
(KUD), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Pasar
Desa, lumbung desa dan lain-lain.
c. Aparatur desa dan pamong desa, merupakan sarana
pendukung kelancaran dan ketertiban pemerintahan
desa. peranannya sangat penting bagi perubahan dan
tingkat perkembangan desa. Contohnya : kepala
desa, kepala dusun, kepala adat, dan lain-lain.
Potensi fisik dan nonfisik desa tersebut merupakan faktor
penunjang peranan desa sebagai hinterland, yaitu daerah
penghasil bahan-bahan pokok bagi masyarakat kota.
Sedangkan Berdasarkan potensinya wilayah pedesaan
digolongkan menjadi tiga:
1. wilayah desa berpotensi tinggi, terdapat didaerah berpotensi
subur, topografi rata, dan dilengkapi dengan irigasi teknis
2. wilayah desa berpotensi sedang, terdapat didaerah dengan
lahan pertanian agak subur, topografi tidak rata, serta irigasi
sebagian teknis dan semiteknis
3. wilayah desa berpotensi rendah, terdapat didaerah pertanian
tidak subur, topografi kasar (perbukitan) dan sumber air
bergantung pada curah hujan.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2009: 1), untuk dianalisis
dalam pembahasan mengenai BUMDes dan refleksi ABCD
serta dalam pembahasan mengenai objek wisata sebagai
67
potensi desa. Lebih lanjut peneliti menggunakan teori yang
disampaikan oleh Ahmad Soleh dalam (Jurnal Sungkai, 2017:
Vol 5, No 1), untuk dianalisis dalam pembahasan mengenai
BUMDes dan refleksi ABCD. Kemudian, peneliti juga
menggunakan teori yang disampaikan oleh Notoatmodjo
(2009: 1), untuk dianalisis dalam pembahasan mengenai objek
wisata sebagai potensi desa.
E. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan teori diatas, sebagai langkah untuk
menghindari timbulnya sesuatu penafsiran yang keliru maka
peneliti menggambarkan skema konseptual atau kerangka
berpikir ke dalam bentuk bagan, sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Sumber: diolah oleh Peneliti.
Dinamika Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Desa
Dinamika Pemberdayaan melalui Pengelolaan Limbah
Ragam Potensi Optimalisasi Pengelolaan Limbah
1. Dinamika Masyarakat 2. Dinamika Sosial 3. Dinamika Kebudayaan 4. Dinamika Kelompok 5. Dinamika Konflik 6. Dinamika Psikologis 7. Konsep Pemberdayaan 8. Prinsip Pemberdayaan 9. Proses Pemberdayaan
1. ABCD 2. Potensi Desa
a. Potensi Fisik b. Potensi Non-Fisik
Dinamika yang terjadi mengantarkan kepada penemuan
potensi-potensi desa
68
Pada gambar bagan kerangka berpikir tersebut, dapat
dilihat bahwa dinamika pemberdayaan masyarakat berbasis
potensi desa dalam prosesnya melewati dua tahapan, yaitu
dinamika pemberdayaan melalui pengelolaan limbah dan
ragam potensi optimalisasi pengelolaan limbah. Selanjutnya
dari kedua tahapan tersebut berkaitan dengan berbagai teori
tentang dinamika, pemberdayaan, ABCD dan potensi desa.
Kemudian, didapatkan suatu hipotesis atau dugaan sementara
bahwa dari proses dinamika yang terjadi mengantarkan pola
pemberdayaan kepada penemuan potensi-potensi desa yang
dapat dikembangkan melalui pembangunan bekelanjutan.
69
BAB III
GAMBARAN UMUM A. Sejarah Desa Daleman
Berdasarkan penuturan para pini sepuh yang saat itu masih
hidup adalah bahwa awal mula nama Desa Daleman berasal dari
adanya kedatangan Abdi Dalem Kraton yang babat alas di
wilayah itu sehingga wilayah tersebut disebut sebagai Desa
Daleman. Sebelum menjadi sebuah desa, wilayah Daleman
dahulunya adalah hutan belantara, sampai pada suatu ketika
datang para Abdi Dalem Kraton yang membuka wilayah tersebut
dengan membabat hutan untuk hidup menetap dan beranak-pinak
hingga pada massanya menjadi suatu wilayah yang berpenduduk
banyak. Wilayah yang pada awalnya merupakan hutan itu, saat
ini telah menjadi sebuah desa yang dikenal Desa Daleman.
Daleman merupakan desa yang berada di kecamatan Tulung,
Kabupaten Klaten, provinsi Jawa Tengah dan mulai berdiri
menjadi pemerintahan desa sejak tahun 1900-an. Kepala Desa
yang tercatat menjabat di Desa Daleman ialah sebagai berikut:
1. Kepala Desa I :Merto Dimejo (1921 s/d 1944)
2. Kepala Desa II :Prawiro Sudarmo (1944 s/d 1963)
3. Kepala Desa III :Mashudi Purnomo (1963 s/d 1989)
4. Kepala Desa IV :Soemarno (1989 s/d 1999)
5. Kepala Desa V :H. Madi Hartono (1999 s/d 2007)
6. Kepala Desa VI :Bahtiar Joko W. (2007 s/d 2013)
7. Kepala Desa VII :Mursito SH. (2013 s/d 2023)
70
Pusat pemerintahan desa pada awalnya berada di dukuh
Daleman, tetapi kemudian dipindahkan ke Kantor Desa yang
baru setelah selesai dibangun.
B. Pemerintahan Desa Daleman
1. Struktur Organisasi
Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi
`
Sumber: diolah oleh peneliti.
SEKRETARIS DESA
KAUR PEMERINTAHAN
Kepala Dusun I
Kepala Dusun II
Kepala Dusun III
KEPALA DESA BPD
KAUR PEMBANGUNAN
KAUR TATA USAHA & UMUM
KAUR KESEJAHTERAAN RAKYAT
71
Gambaran 3.2 Bagan Struktur Pemerintahan Desa
Sumber: dokumen Desa Daleman.
Pada saat peneliti mendapatkan data gambar bagan
struktur pemerintahan Desa Daleman, pemangku jabatan bagian
kaur umum dan perencanaan telah meninggal dunia, maka terjadi
kekosongan pada struktur tersebut seperti yang terlihat pada
bagan struktur pemerintahan desa diatas.
“...bagian kaur umum dan perencanaan pada bagan struktur memang kosong, dikarenakan orang tersebut telah meninggal dunia dan belum diadakan pengganti jadi untuk sementara posisinya masih kosong...” (wawancara dengan Bapak Kesdik, 2019)
2. Tugas dan Fungsi
a. Kepala Desa
1) Menyelengarakan urusan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan;
72
2) Pelaksana tertib administrasi pemerintah
ditingkat desa;
3) Penanggung jawab jalannya penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
masyarakat;
4) Pelaksana Pembina terhadap organisasi
kemasyarakatan yang ada di Desa;
5) Penyusun dan/atau penetapan Peraturan Desa
dengan persetujuan BPD;
6) Penyusun rancangan anggaran pendapatan dan
belanja desa, program kerja tahunan dan program
kerja enam tahunan;
7) Pengadaan kerjasama antar desa atau dengan
pihak ketiga untuk kepentingan desa;
8) Pelaksana koordinasi atas jalannya pemerintahan
desa, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan.
b. BPD
1) Menetapkan peraturan desa bersama kepala desa
dan menampung serta menyalurkan aspirasi
masyarakat;
2) Membahas rancangan peraturan desa bersama
kepala desa;
3) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan desa dan peraturan kepala desa;
4) Mengusulkan pengangkatan atau pemberhentian
kepala desa;
73
5) Mengali, menampung, menghimpun,
merumuskan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat;
6) Memberi persetujuan pemberhentian tetap atau
sementara dari perangkat desa;
7) Menyusun tata tertib BPD.
c. Sekretaris Desa
1) Menyelenggarakan pelaksanaan administrasi
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
serta membantu kepala desa dalam pelayanan
ketatausahaan;
2) Pelaksana urusan surat menyurat, kearsipan dan
pelaporan, urusan keuangan dan administrasi
umum;
3) Pelaksana koordinasi terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh secretariat desa;
4) Pelaksana pengumpulan bahan pengolahan data
dan perumusan program-program;
5) Pelaksana pemantauan dan pelayanan kepada
masyarakat;
6) Pelaksana penyiapan dan penyusun program
kerja tahunan;
7) Pelaksana tugas lain yang diberikan kepala desa.
d. Kaur Pemerintahan
1) Melaksanakan pembinaan wilayah dan
masyarakat;
74
2) Melaksanakan kegiatan administrasi
kependudukan dan catatan sipil;
3) Melaksanakan kegiatan administrasi pertahanan;
4) Pelaksana penyusunan rencana kerja
5) Pelaksana penyusun rencana dan pengumpulan
bahan dalam rangka pembinaan wilayah dan
masyarakat;
6) Pelaksana penyusunan program dan pelayanan
kepada masyarakat dibidang pemerintahan,
ketentraman dan ketertiban;
7) Pelaksana penyusunan program dan
pengadministrasian dibidang kependudukan dan
catatan sipil;
8) Penyiapan data dan melaksanakan pengawasan
dalam rangka penyaluran bantuan kepada
masyarakat, serta pengamanan akibat bencana
alam;
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Desa.
e. Kaur Pembangunan
1) Merencanakan dan melaksanakan pembangunan
desa;
2) Melaksanakan pembinaan perekonomian desa;
3) Melaksanakan pembinaan dibidang pertanian;
4) Melaksanakan pembinaan swadaya masyarakat;
75
5) Pelaksanaan penyusun program kerja dalam
rangka pembangunan, perekonomian, distribusi
dan produksi, pertanian dan pengairan;
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Desa.
f. Kaur Umum dan Perencanaan
1) Melaksanakan ketatausahaan, dokumen dan
kearsipan;
2) Melaksanakan, menyiapkan dan memelihara
perlengkapan dan rumah tangga desa;
3) Penyusun program dan penyelenggara tugas
dibidang ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan
dan inventaris desa;
4) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
kepala Desa.
g. Kepala Dusun
1) Membantu pelaksanaan tugas Kepala Desa dalam
rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa di
wilayah kerjanya;
2) Sebagai pembantu Kepala Desa di wilayah
Dusun;
3) Pelaksana kegiatan pemerintahan,
kemasyarakatan, pembangunan, ketentraman dan
ketertiban di wilayah Dusun;
4) Pelaksana keputusan dan kebijakan Kepala Desa;
5) Pembina ketentraman dan kerukunan warga di
wilayah Dusun;
76
6) Pembina peningkatan swadaya masyarakat;
7) Pelaksana kegiatan penyuluhan program
pemerintah.
3. Visi dan Misi
a. Visi
Terwujudnya masyarakat Desa Daleman yang
aman, tertib, damai, sejahtera lahir dan batin yang
didukung oleh semua elemen masyarakat dan
swadaya masyarakat.
b. Misi
1) Menciptakan Aparatur Desa yang bersih dan
berwibawa.
2) Meningkatkan keamanan dan ketertiban
dilingkungan masyarakat Desa Daleman.
3) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat agar
kebutuhan warganya terpenuhi dengan baik.
4) Mengupayakan peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia masyarakat Desa Daleman yang
bertumpu pada IPTEK dan IMTAQ (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi serta Beriman dan
Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa).
5) Mengupayakan terciptanya lapangan kerja dan
peningkatan ekonomi rakyat.
6) Meningkatkan peranan dan kemampuan wanita
dalam semua aspek kehidupan.
7) Meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat.
77
8) Meningkatkan sarana dan prasarana dasar
pemukiman.
9) Melestarikan adat istiadat dan budaya asli desa.
10) Meningkatkan produksi pertanian.
C. Kondisi Desa Daleman
1. Aspek Geografis
Batas-batas wilayah
Sebelah utara : Desa Wunut, Desa Pucang Miliran
Sebelah timur : Desa Janti, Desa Wangen, Kec.
Polanharjo
Sebelah selatan : Desa Cokro, Kec. Tulung
Sebelah barat : Desa Pucang Miliran
2. Luas Wilayah
Desa Daleman memiliki wilayah seluas 175.601,5 Ha.
Terbagi menjadi tiga wilayah kadusunan, 10 RW dan 18
RT yang meliputi :
Tabel 3.1 Luas Wilayah
No. Dukuh RW RT
1 Daleman I 01
2 Ngaliyan I 02
3 Ngaliyan II 03
4 Padan II 04
5 Padan III 05
6 Mraggen III 13
7 Margohayu IV 11
78
No. Dukuh RW RT
8 Manggung IV 12
9 Cokro Kembang IV 14
10 Cokro Kembang V 15
11 Cokro Kembang V 16
12 Cokro Kembang VI 17
13 Cokro Kembang VI 18
14 Tuban VII 06
15 Margoluwih VII 07
16 Bendo VIII 08
17 Bendo VIII 09
18 Bendo VIII 10 Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017 Luas lahan tanah sebesar 127.530,0 Ha terbagi menjadi :
Tabel 3.2 Luas Lahan Tanah
No. Peruntukan Luas Ket.
1 Luas Sawah 124.530,5 Ha
2 Pemukiman 38.138,5 Ha
3 Pekuburan 11.515,0 Ha
4 Tegal Kas Desa - Ha
5 Jalan 87 Km
6 Irigasi Setengah Tehnis 124.530,5 Ha
7 Irigasi Tehnis - Ha
8 Irigasi Tadah Hujan 5.242,5 Ha
Luas Tanah Kas Desa
1 Tanah Sawah 124.530,5 Ha
79
No. Peruntukan Luas Ket.
2 Tanah Kering (digunakan untuk lapangan, kantor desa, bangunan sekolah, pasar desa)
23,5 Ha
Tanah Bengkok Perangkat Desa
1 Bengkok Kepala Desa 3,4525 Ha
2 Bengkok Sekretaris Desa - Ha
3 Bengkok Kaur
Pemerintahan
0,7400 Ha
4 Bengkok Kaur
Pembangunan
0,5725 Ha
5 Bengkok Kaur Umum 0,5780 Ha
6 Bengkok Kadus I 0,9315 Ha
7 Bengkok Kadus II 0,8880 Ha
8 Bengkok Kadus III 0,8780 Ha Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
3. Jumlah Penduduk
a. Jumlah Kepala Keluarga : 1269 KK
b. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin :
a. Laki-laki : 2681 jiwa
b. Perempuan : 2726 jiwa
c. Jumlah : 5407 jiwa
c. Jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut :
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah Ket.
1 Islam 5238 Orang
80
No. Agama Jumlah Ket.
2 Kristen 11 Orang
3 Katholik 10 Orang
4 Hindu 2 Orang
5 Budha - Orang
Jumlah 4506 Orang Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
d. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian :
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan
Pekerjaan
No. Mata Pencaharian Jumlah Ket.
1 Petani 574 Orang
2 Buruh Tani 789 Orang
3 Buruh Migran
Perempuan
- Orang
4 Buruh Migran Laki-
laki
- Orang
5 PNS 161 Orang
6 Pengrajin Industri
Rumah Tangga
62 Orang
7 Pedagang Keliling 27 Orang
8 Peternak 55 Orang
9 Montir 7 Orang
10 Dokter 4 Orang
11 Perawat 3 Orang
12 TNI 4 Orang
81
No. Mata Pencaharian Jumlah Ket.
13 POLRI 2 Orang
14 Pensiunan PNS/TNI/POLRI
91 Orang
15 Pengusaha kecil & menengah
339 Orang
16 Dukun Kampung - Orang
17 Dosen Swasta 2 Orang
18 Karyawan Perusahaan Swasta
65 Orang
Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017 e. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan :
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan
Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Ket.
1 Tamat SD / MI 545 Orang
2 Tamat SLTP 652 Orang
3 Tamat SLTA 811 Orang
4 Tamat D1-D3 193 Orang
5 Tamat S1-S3 127 Orang Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
f. Jumlah penduduk berdasarkan penderita cacat :
Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Penderita Cacat
No. Pendidikan Jumlah Ket.
1 Tubuh 13 Orang
2 Netra 5 Orang
3 Mental 3 Orang Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
82
g. Jumlah penduduk berdasarkan usia :
Tabel 3.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No. Pendidikan Jumlah Ket.
1 0 – 3 tahun 249 Orang
2 04 – 06 tahun 236 Orang
3 07 – 12 tahun 248 Orang
4 13 – 15 tahun 194 Orang
5 16 – 18 tahun 216 Orang
6 19 tahun keatas 4116 Orang Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
4. Bangunan dan Sarana Umum
a. Balai Desa : 1 buah, Luas 20 m2
b. Kantor Desa : 1 buah, Luas 200 m2
c. Pasar Desa : 1 buah, Luas 8954 m2
d. Gedung Olahraga : 1 buah, Luas (belum diukur)
e. Tempat Ibadah
Tabel 3.8 Jumlah Tempat Ibadah
No. Tempat Ibadah Jumlah Ket.
1 Masjid 16 Buah
2 Musholla 5 Buah
3 Gereja - Buah
4 Wihara - Buah Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
83
f. Kesehatan
Tabel 3.9 Jumlah Sarana Kesehatan
No. Sarana Jumlah Ket.
1 Rumah Sakit - Buah
2 Puskesmas - Buah
3 Puskesmas
Pembantu
- Buah
4 PKD 1 Buah
5 Polindes - Buah
6 Bidan 5 Orang
7 Apotek - Buah
8 Klinik Kesehatan 1 Buah
9 Posyandu 7 Buah Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
g. Pendidikan
Tabel 3.10 Jumlah Sarana Pendidikan
No. Sarana Jumlah Ket.
1 Play Group - Buah
2 TK 3 Buah
3 SD / MI 3 Buah
4 SMP 1 Buah
5 SMA - Buah
6 SMK - Buah
7 PLS - Buah
8 PAUD 1 Buah Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
84
h. Sarana Olahraga
Tabel 3.11 Jumlah Sarana Olahraga
No. Sarana Jumlah Ket.
1 Kolam renang 2 Buah
2 Gedung olahraga 1 Buah
3 Tenis meja 5 Buah
4 Lapangan volly 3 Buah
5 Lapangan bulutangkis 2 Buah
6 Lapangan sepak bola 1 Buah Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
i. Kesenian
Tabel 3.12 Jumlah Sarana Kesenian
No. Sarana Jumlah Ket.
1 Gedung pertunjukan 1 Buah Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
j. Makam : 13 buah
k. Pom Bensin : 1 buah
l. Jalan, Jembatan dan Irigasi
Tabel 3.13 Jumlah Sarana Umum
No. Sarana Jumlah Ket.
1 Jalan poros desa 4,40 Meter
2 Jembatan desa 6 Buah
3 Gorong-gorong 16 Buah
4 Tetek pintu air 16 Buah
5 Sumur pantek 3 Buah Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
85
5. Perekonomian Desa
a. Industri dan Perdagangan
Tabel 3.14 Jumlah Industri dan Perdagangan
No. Jenis Jumlah Ket.
1 Handycraft 1 Buah
2 Mebelair 3 Buah
3 Mini Market - Buah
4 Toko Bangunan 1 Buah
5 Toko Kelontong 21 Buah Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
b. Koperasi
Tabel 3.15 Jumlah Koperasi
No. Jenis Jumlah Ket.
1 Yakin Maju 1 - Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
c. Jasa
Tabel 3.16 Jumlah Pengusaha Jasa
No. Jenis Jumlah Ket.
1 Dokter / Mantri 2 Orang
2 Bengkel Mobil 1 Buah
3 Bengkel sepeda motor 4 Buah
4 Wartel - Buah
5 Penggilingan padi 2 Buah
6 Fotocopy 2 Buah
7 Pengacara - Orang
8 Conter HP 5 Buah Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
86
6. Organisasi
a. Pertanian : GAPOKTAN
b. Perikanan : NILASARI & AMANAH
c. Sosial Masyarakat : Karang Taruna
7. Objek Wisata
Tabel 3.17 Objek Wisata
No. Pendidikan Alamat Ket.
1 Mata Air Cokro Cokro Kembang 1 Buah
2 Umbul Nilo Margosuko 1 Buah
3 Wisata Pancingan Margosuko 1 Buah Sumber: Arsip RPJM Desa Daleman 2017
8. Potensi Strategis
Desa Daleman merupakan salah satu desa di
Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten yang mengandalkan
usaha pada sektor pertanian dan peternakan. Pertanian
merupakan mata pencaharian penduduk desa yang utama
dan peternakan merupakan usaha sampingan utama. Ada
beberapa hal yang menonjol diantaranya beberapa industri
kecil meliputi Home Industri Pembuatan Pati Aren, Mie
So’un, pembuatan tahu, dan banyak UKM yang ada.
9. Kondisi Perekonomian
Keuangan Desa Daleman diambil dari :
a) APBDesa rata-rata pertahun Rp. 214.000.000,-
b) Pendapatan Asli Desa rata-rata per tahun 99.000.000,-
c) ADD per tahun rata-rata Rp. 52.000.000,-
d) Swadaya Masyarakat rata-rata Rp. 15.000.000,-
87
e) Bantuan dari kabupaten Rp. 50.000.000,-
Seluruh data yang diuraikan dalam Bab ini, mengenai
Gambaran Umum Desa Daleman, mulai dari sejarah desa,
struktur pemerintahan desa, visi dan misi, letak geografis, luas
wilayah, demografi penduduk, kondisi sosial budaya ekonomi
dan lain sebagainya. Sumber data tersebut peneliti dapatkan
dari arsip RPJM Desa Daleman Tahun 2017.
D. Peta Desa dan Data BPS
Gambar 3.3 Peta Desa Daleman
Sumber: RPJM Desa Daleman (Gambar Peta Desa Daleman)
88
Tabel 3.18 Jumlah Murid dan Guru Sekolah Non
Depdiknas Swasta Setingkat SD menurut Desa
No. Desa Murid Guru 01 MUNDU 0 0 02 SEDAYU 349 15 03 POMAH 0 0 04 BONO 0 0 05 KIRINGAN 0 0 06 MAJENGAN 0 0 07 DALANGAN 0 0 08 GEDONG JETIS 0 0 09 SOROGATEN 0 0 10 BEJI 213 14 11 KEMIRI 0 0 12 SUDIMORO 194 14 13 TULUNG 219 17 14 MALANG 86 11 15 PUCANG MILIRAN 222 17 16 COKRO 0 0 17 DALEMAN 354 24 18 WUNUT 18 4
Jumlah 1.655 116 Sumber: BPS Kabupaten Klaten (UPTD Kecamatan Tulung, 2019)
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat kita lihat bahwa
Desa Daleman mendapat populasi jumlah Murid dan Guru
dengan anka yang paling tinggi, yaitu mencapai 354 orang murid
dan 24 orang guru. Kemudian pada jumlah total keselruhan murid
SD di kecamatan Tulung dalam angka 2019 sudah mencapai
1.655 orang murid dan 116 orang guru.
89
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN A. Dinamika Pemberdayaan melalui Pengelolaan Limbah
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada tigabelas
narasumber diantaranya terdiri dari: aparatur desa (tiga
orang), masyarakat desa (lima orang), pihak industri pati
onggok atau tepung aren (empat orang), ketua kontraktor
yang bertanggung jawab atas mesin pengolah limbah di Desa
Daleman (satu orang). Hasil temuan lapangan tentang
dinamika yang terjadi di Desa Daleman dalam mengelola
limbah akan diulas menjadi beberapa sub – judul, sebagai
berikut :
1. Realitas Limbah Industri Tepung Aren
Usaha pembuatan pati onggok (Tepung Aren) di Desa
Daleman ini sudah beroperasi sejak kisaran tahun 1960-
an. Pati yang berbahan baku dari pohon aren tersebut
biasanya digunakan untuk pembuatan mie suun, cendol,
dan juga untuk tambahan pengolah kue.
“...industri-industri pati onggok itu, atau yang berbahan dasar dari pohon aren tersebut memang sudah ada sekitar tahun 60’an tapi tidak dicatat kedalam sejarah desa..” (Wawancara dengan Bapak Mursito, 2019)
“...yaa itu bahan dasarnya dari pohon aren mas, kemudian kita olah menjadi mie soun (sejenis bihun), cendol, juga bisa untuk bahan tambahan olahan kue dan lain sebagainya...” (Wawancara dengan Bapak Taufik, 2019)
90
Sudah selama puluhan tahun usaha tersebut telah
beroperasi akan tetapi para pengusaha pati onggok masih
mengalami kesulitan untuk membuang dan mengolah
limbah. Sehingga sisa dari pengolahan pati onggok itu
menyisakan dua limbah yang cukup mencemari
lingkungan yakni berupa limbah padat dan limbah cair.
“...industri-industri kecil ini kan memang sudah ada sejak lama yaa mas, kita hanya nerusin dari warisan orangtua turun-temurun sampe ke kita ini nah memang ternyata dari dulu itu belum ada solusi penanganan limbah dari industri pati onggok ini yang selalu terus bertambah dari situ kita sadar tapi juga bingung mau diapakan karena sudah semakin banyak limbahnya, apalagi ada dua jenis limbah ada yang padat dan ada yang cair. Jadi belipat juga tanggungan limbah yang harus kita pikirkan...” (Wawancara dengan Bapak Nasrul, 2019)
“...yaa itu sudah sejak dulu limbahnya memang sudah dibuang begitu saja ke sungai, karenakan mereka yang kerja gaktau mau di apakan limbahnya yaa sudah dari orang-orang yang sebelumnya dibuang aja ke sungai jadi makin kesini tinggal mengikuti saja...” (Wawancara dengan Bapak Ma’ruf, 2019)
Untuk limbah cair biasanya hanya dibuang di sungai
dan saluran air. Sedangkan untuk limbah padat ada dua
jenis yang dihasilkan, diantaranya adalah jenis halus dan
juga kasar. Namun, untuk limbah yang halus biasanya
oleh masyarakat masih bisa dimanfaatkan untuk bahan
dasar produksi jamur, pakan ternak dan budidaya cacing.
Sedangkan untuk yang kasar hanya dibuang di halaman
rumah warga.
91
“...kalo limbah yang cair biasanya cuma dibuang saja ke sungai atau ke saluran air mas, terus untuk limbah yang padat itukan ada dua jenis yaa mas, pertama ada yang halus dan kedua itu ada yang kasar. Nah untuk limbah yang halus itu biasanya warga ambil untuk dikeringkan dulu baru kemudian diolah dan baru bisa dijual menjadi bahan dasar produksi jamur, pakan ternak dan budidaya cacing, kemudian untuk yang kasarnya itu cuma dibuang aja di halaman warga ada juga yang buang ke sungai jadi campur sama limbah yang cair...” (Wawancara dengan Bapak Ayib, 2019)
“...untuk yang cair memang dibuang ke sungai, tapi untuk yang padat bisa diolah lagi dijual buat pupuk jamur bisa budidaya cacing juga bisa...” (Wawancara dengan Ibu Tati, 2019)
Limbah padat yang bersifat kasar tersebut ternyata
pada realita yang penulis temukan, tidak hanya dibuang
ke halaman warga saja, akan tetapi juga dibuang ke
sungai, apabila halaman rumah warga sudah dipenuhi
dengan limbah padat yang kasar.
“...iyaa limbah padat, justru kita masalahnya ya pada limbah padatnya kalo limbah cairkan tidak begitu terlihat ya soalnya ngalir gitu aja tapi kalau padatkan bertumpuk-tumpuk terlihat makin banyak, sekarang gini ya mas pemakaian untuk ternak andai ada lima truk limbah padat paling yang terpakai hanya satu truk. Nah terus sisa limbahnya kan masih ada empat truk dan itu selalu nambah.. lebih banyak sisanya daripada untuk pakan ternak, memang limbah cair juga mengganggu, tapi bagi kita sebagai pengusaha justru limbah yang padat lebih bermasalah daripada limbah yang cair...” (Wawancara dengan Bapak Abu, 2019)
“...yang bermasalah itu limbah hasil olahan batang pohon aren mencemari lingkungan desa yang
92
padat dan yang cair...” (Wawancara dengan Bapak Mursito, 2019)
2. Upaya Penanggulangan Limbah
Proses pemecahan masalah limbah yang tidak cepat
tanggap dari industri-industri pati onggok yang sudah
lama berdiri tersebut menimbulkan berbagai dampak
merugikan di Desa Daleman terutama pada lingkungan
sungai yang telah tercemar dan berbau tidak enak.
“...yaa jadi bau tidak enak mas, sekarang apalagi dekat dengan penampungan bakteri dari mesin limbah...” (Wawancara dengan Mbah Yati, 2019)
“...disekitar sungai jadi bau tidak sedap apalagi kalo lagi sholat hari raya itukan kalo disini semua kumpul di lapangan jadi satu, dari lapangan itu tercium jelas aroma tidak sedapnya...” Wawancara dengan Mbah Selamet, 2019)
Peran dan kesadaran dari para pengusaha pati onggok
yang kurang peduli terhadap penanganan limbah industri
mengakibatkan wabah pencemaran lingkungan yang kian
hari terus-menerus bertambah. Sedangkan disisi lain
pemecahan solusi penanggulangan limbah tersebut dirasa
sudah sangat terlambat.
“...itu awalnya karena persoalan lingkungan, lingkungan hidup terutama sungai sudah sangat tecemar oleh limbah cair dari industri-industri pati onggok yang ada selama bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, namun penanganannya tak kunjung menemukan jalan keluar, mengakibatkan air sumur di dukuh2 yg terlewati aliran sungai menjadi tak layak untuk digunakan...” (Wawancara dengan Bapak Kesdik, 2019)
93
“...udah lumayan sering mas diadakan uji coba limbah ke biogas untuk mengurangi pencemaran sungai tapi yaa begitu karena kaporitnya banyak jadi gagal terus, yaa akhirnya gak berlanjut...” Wawancara dengan Bapak Taufik, 2019)
Ketika memasuki musim penghujan, limbah industri
tersebut selalu menggenang di permukiman warga dan
lahan persawahan. Bahkan, akibat dari limbah itu selama
ini masyarakat setempat cukup kesulitan mendapatkan air
bersih dari sumur.
“...kalo air susahnya ke sumur-sumur rumah warga tapi kalo ke tanah yg keraskan bisa jadi empuk kalo dicangkul bisa buat tanaman...” (Wawancara dengan Bapak Abu, 2019)
“...disini kan kita airnya masih pake sumur yaa mas, kalo nimba air gitu karena didekat lingkungan sungai mungkin yaa pengaruh airnya jadi keruh...” (Wawancara dengan Mbah Yati, 2019)
Atas kondisi tersebut, maka dilain pihak para aparatur
desa selalu berupaya untuk mengatasi permasalahan
limbah yang sudah semakin mencemari lingkungan.
Sudah dilakukan berbagai cara untuk pemecahan masalah
limbah namun usaha yang dilakukan belum menemukan
solusi penanggulangan limbah yang tepat sasaran.
“...persoalan limbah hasil olahan tersebut tidak dapat teratasi, bahkan dengan serangkaian cara dari kepemerintahan desa yang sebelumnya masih juga tidak membuahkan hasil...” (Wawancara dengan Bapak Mursito, 2019)
“...ini soal limbah itu penanganannya sudah jalan sejak kepala desanya masih Bapak Joko bikin uji coba
94
limbah ke biogas tapi selalu gagal...” (Wawancara dengan Bapak Ayib, 2019)
Akhirnya, aparatur desa mengajukan masalah limbah
di Desa Daleman tersebut kepada Pemerintah Kabupaten
Klaten. Lalu isu lingkungan itu disampaikan kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, kemudian dilakukan
telekonfrensi oleh pihak Provinsi dengan Kedutaan Besar
Negara Denmark yang memang sudah sejak lama menjalin
kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Maka, terjalinlah kerjasama yang melibatkan Kedutaan
Besar Denmark untuk membantu menyelesaikan
permasalahan limbah di Desa Daleman.
“...pada intinya memang kita mengajukan persoalan ini ke pemda kab. klaten yang kemudian meraka juga turut prihatin atas kondisi itu, maka oleh pemkab diajukan kepada pemprov jateng lalu dari situ terjalin proses kerjasama yang melibatkan kedutaan denmark bidang penanganan lingkungan yang juga turut prihatin dan mau membantu menyelesaikan persoalan sungai dan sumur-sumur yang tercemari limbah industri pati onggok di desa daleman...” (Wawancara dengan Bapak Kesdik, 2019)
permasalahan ini kita ajukan kepada Dinas LHK Pemkab. Klaten. Lalu dari Pemkab. Klaten dilakukan peninjauan limbah, kemudian dari pihak Pemkab melakukan audiensi dengan Pemprov Jateng. Setelah itu disposisi kepada Bappeda Jawa Tengah yang kemudian mengadakan telekonfrensi dengan ESP3 Daninda dari denmark, selanjutnya dilakukanlah penelitian atau uji coba oleh BPTP pada tahun 2014-2015. Pada prosesnya dari 2015-2017 itu baru disetujui oleh ESP3 Danida. Maka, mulai dilakukan pembangunan mesin pengolah limbah pada akhir
95
tahun 2017...” (Wawancara dengan Bapak Mursito, 2019)
3. Respon Bantuan dari Lembaga
Pada akhir tahun 2013 setelah pergantian kepala desa
yang baru terpilih yakni, bapak Mursito. Penyelesaian
masalah limbah ini menjadi isu utama selama masa
kepemerintahan desa yang baru. Ada beberapa tahapan
yang dilalui untuk mendapatkan respon bantuan dari
lembaga, sebagai berikut:
Pertama, permasalahan limbah tersebut diajukan
kepada Dinas LHK (Lingkungan Hidup dan Kehutanan)
Pemerintah Kabupaten Klaten oleh bapak Mursito selaku
kepala desa yang baru, sebab sudah hampir memasuki
setengah abad lamanya persoalan limbah di Desa
Daleman tidak kunjung selesai ditangani. Meskipun telah
dilakukan serangkaian upaya penanganan limbah oleh
kepemerintahan desa yang sebelumnya, namun masih
belum membuahkan hasil.
Kedua, setelah pengajuan masalah limbah telah
selesai ditinjau oleh Pemerintah Kabupaten Klaten,
kemudian dilakukan audiensi oleh Pemkab Klaten dengan
Pemprov. Jawa Tengah. Sebab pihak Pemkab Klaten
merasa kekurangan kapasitas untuk menyelesaikan
masalah limbah yang sudah menahun di Desa Daleman
Ketiga, lalu oleh pihak BAPPEDA Jawa Tengah
dilakukan telekonfrensi dengan Royal Danish Embassy
(Kedutaan Besar Denmark) yang kemudian oleh pihak
96
kedubes Denmark diteruskan kepada ESP3 – Danida
(Program bantuan dari Kerajaan Denmark di Indonesia
yang berfokus pada pengelolaan lingkungan, efisiensi
energi dan energi terbarukan, serta pengelolaan
sumberdaya alam).
Keempat, pada tahun 2014 – 2015 dilakukanlah uji
coba atau penelitian oleh Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah (BPTP Jateng). Pada proses yang
panjang rentan tahun 2015 – 2017 setelah dilakukan uji
coba berulang kali sampai mendapatkan solusi potensi
limbah diolah menjadi biogas.
Kelima, pada akhir tahun 2017 setelah mendapatkan
persetujuan dari ESP3 – Danida, maka dilakukanlah
proyek pembangunan mesin IPAL pengolah limbah yang
dikerjakan oleh kontraktor PT. Siskem Aneka Indonesia.
Pada bagian engineering ada COWI (kelompok konsultasi
internasional khusus dalam bidang teknik, ilmu
lingkungan dan ekonomi, dengan berpusat di Lyngby,
Denmark).
Keenam, pengelolaan mesin IPAL tersebut nantinya
akan diserahkan kepada BUMDes Daleman. Targetnya
adalah supaya biogas dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
setempat. Namun, tujuan utama dari dibangunnya mesin
IPAL ini adalah untuk mengurangi dampak pencemaran
lingkungan.
“...Nantinya, pengelolaan ini akan diserahkan kepada BUMDes Daleman. Target yang akan
97
dilakukan yakni biogas ini nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, tujuan utama dari proyek ini adalah mengurangi dampak pencemaran lingkungan...” (Wawancara dengan Bapak Dede, 2019)
“...yaa memang kita sudah diamanahkan apabila mesin IPAL itu sudah beroperasi akan diserahkan pengelolaannya kepada BUMDes. Maka, kedepan akan dilakukan pelatihan dan pendampingan untuk pengoperasian mesin IPAL tersebut kepada anggota BUMDes yang relevan atau kita bisa rekrut anggota baru yang berkopeten dibidangnya...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
Kemudian, pihak-pihak kelembagaan yang terlibat
membantu pembangunan mesin IPAL untuk mengolah
limbah di Desa Daleman, adalah sebagai berikut:
1) Kedutaan Besar Denmark (sebagai pendonor)
2) Pemprov. Jateng (sebagai perantara kerjasama)
3) Pemkab. Klaten (sebagai penerima donor)
4) ESP3 – Danida (sebagai pemilik proyek)
5) COWI (sebagai engineering)
6) PT. SISKEM (sebagai kontraktor)
7) BUMDes (sebagai pengelola)
“...waktu itu saya belum jadi kepala desa karena baru dilantik menjadi kades pada tahun 2013. Kemudian sekitar tahun 2013 akhir, permasalahan ini kita ajukan kepada Dinas LHK Pemkab. Klaten karena sudah hampir setengah abad (40an tahun lebih) tak ada solusi. Lalu dari Pemkab. Klaten dilakukan peninjauan limbah, setelah itu pihak Pemkab melakukan audiensi dengan Pemprov Jateng. Nah terus Bappeda Jawa Tengah adakan telekonfrensi dengan ESP3 Daninda dari denmark, kemudian dilakukan penelitian atau uji coba oleh BPTP pada
98
tahun 2014-2015. Pada prosesnya dari 2015-2017 baru disetujui oleh ESP3 Danida maka mulai dilakukan pembangunan mesin pengolah limbah pada akhir tahun 2017...” (Wawancara dengan Bapak Mursito, 2019)
“...pada intinya memang kita mengajukan persoalan ini ke pemda kab. klaten yang kemudian meraka juga turut prihatin atas kondisi itu, maka oleh pemkab diajukan kepada pemprov jateng lalu dari situ terjalin proses kerjasama yang melibatkan kedutaan denmark bidang penanganan lingkungan yang juga turut prihatin dan mau membantu menyelesaikan persoalan sungai dan sumur-sumur yang tercemari limbah industri pati onggok di desa daleman...” (Wawancara dengan Bapak Kesdik, 2019)
4. Faktor Pendukung dan Penghambat
Pada prosesnya pengelolaan limbah pati onggok di
Desa Daleman mengalami faktor-faktor pendukung dan
penghambat, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
Masalah limbah pati onggok yang telah sekian
lama belum menemukan solusi pemecahan tersebut
pada akhirnya mendapatkan bantuan dari berbagai
kelembagaan pemerintah baik sektor lokal, nasional
hingga lembaga internasional. Sebagaimana yang
telah penulis jabarkan pada poin sebelumnya yakni
“respon bantuan dari lembaga” hal inilah yang
menjadi faktor pendukung dari perjalanan dinamika
pengelolaan limbah, terutama mengenai sokongan
dana hibah yang diterima sebesar 13 Milyar. Tidak
ada keuntungan yang diterima oleh Kedutaan Besar
99
Denmark apabila biogas ini sudah berjalan, karena
dana yang diberikan adalah murni sebagai dana
bantuan untuk penanggulangan masalah limbah. Pada
awalnya limbah pati onggok akan diolah menjadi
listrik yang dianggarkan mencapai 16 milyar, akan
tetapi setelah dilakukan berbagai pertimbangan maka
semua pihak sepakat untuk mengolah limbah menjadi
biogas dan dana yang diperoleh bernilai 13 Milyar.
“...Nanti kita tunjukan terhadap negara Denmark yang selama ini sudah mau kerja sama sistem pengelolaan limbah di Desa Daleman itu dan pengelolaan ini tidak main-main, anggarannya cukup besar, yaitu mencapai Rp 16 miliar...” (Wawancara dengan Bapak Ganjar Pranowo, Gubernur Provinsi Jawa Tengah, oleh Wartawan Fokus Jateng, 2017)
“...dana bantuan yang diberikan senilai Rp. 13 Milyar digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari pembangunan pabrik mesin pengolah limbah, membayar para kontraktor, membeli seluruh bahan-bahan peralatan dan mesin yang dibutuhkan dan lain sebagainya...” (Wawancara dengan Bapak Kesdik, 2019)
Antusiasme para aparatur desa beserta masyarakat
dalam menyikapi bantuan dari Kedutaan Besar
Denmark yang bekerjasama dengan Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten
Klaten yang turut membantu persoalan limbah di
Desa Daleman menuai berbagai respon yang positif.
Selaku kepala desa bapak Mursito mengaku merasa
lega setelah limbah pati onggok akan terkelola dengan
100
baik. Berikut salah satu kutipan tanggapan dari bapak
Camat mengenai bantuan pengelolaan limbah :
”...Ini mungkin langkah awal dan mudah-mudahan terealisasi. Sebab, dulu di sini sering ada sosialisasi, namun hasilnya belum bisa diharapkan seperti sekarang ini. Dulu benar-benar warga terlihat apatis tentang sosialisasi itu...” (kata Camat Tulung Rahmad Sugiarto, saat ditemui wartawan Fokus Jateng di Desa Daleman usai sosialisasi proyek pengelolaan limbah onggok, Senin 23 Oktober 2017)
Bagi para warga, pemencahan masalah limbah
tesebut sudah sangat ditunggu sejak lama dan mereka
sangat berharap persoalan limbah tersebut dapat
menemukan solusi yang tepat guna. Masyarakat
berharap bantuan pengelolaan limbah yang diberikan
oleh berbagai kelembagaan tersebut dapat dikelola
dengan sebaik mungkin agar para warga desa dapat
turut merasakan kebermanfaatannya, minimal bisa
menetralisir aroma bau pada aliran sungai yang sudah
sejak lama meresahkan mereka, lalu dapat pula
menghentikan pencemaran lingkungan yang selama
ini telah merusak ekosistem disekitar sungai akibat
dari limbah pati onggok tersebut.
”...Kalau limbah itu bermanfaat tentunya semua akan merasakan dari segi positifnya. Tidak hanya dapat baunya saja. Warga sudah menunggu sejak lama...” (Wawancara dengan Bapak Sarwi, 2019)
“...kalo saya berharap banyak, karena katanya mesin yang sekarang dibangun itu sudah terlalu canggih jadi peluang untuk gagal setelah yang sudah sudah itu sekarang hanya tinggal sedikit, saya yakin
101
pasti kemungkinan besar berhasil, sebab sudah sejak lama prihatin bau di sungai...” (Wawancara dengan Bapak Ma’ruf, 2019)
b. Faktor Penghambat
Pada saat pembangunan mesin pengolah limbah
sedang berjalan, seiring dengan itu terdapat pula
permasalahan yang terjadi dalam proses dinamika
pengelolaan limbah pati onggok di Desa Daleman
yaitu berupa hambatan-hambatan yang dialami oleh
kepemerintahan Desa Daleman yang sebelumnya dan
disertai pandangan pesimistis dari sebagian besar
pengusaha industri atas limbah cair pati onggok yang
didominasi oleh zat kaporit.
“...ini soal limbah itu penanganannya sudah jalan sejak kepala desanya masih Bapak Joko bikin uji coba limbah ke biogas tapi selalu gagal...” (Wawancara dengan Bapak Ayib, 2019)
“...Sebenarnya kepala desa sebelum saya, sudah mencoba menangani limbah pati onggok ini. Namun, waktu itu selalu gagal. Gagal tersebut bukan karena anggaran, tapi saat itu memang belum menemukan solusi untuk memisahkan antara bakteri dan kaporit (bahan pemutih) yang digunakan sebagai bahan dasar pewarna pati aren tersebut...” (Wawancara dengan Bapak Mursito, Kepala Desa Daleman, oleh Wartawan Fokus Jateng, 2017)
Usaha untuk mengatasi pencemaran lingkungan di
sungai-sungai wilayah Desa Daleman dengan cara
mengolahnya menjadi biogas, sebetulnya telah
melewati berbagai upaya dari kepemerintahan desa
yang sebelumnya. Akan tetapi tidak berhasil karena
102
terdapat banyak kandungan zat kaporit yang
mendominasi cairan limbah tersebut, sebab pada
proses pengolahan bihun atau mie soun oleh industri
pati onggok bahan bakunya sudah dicampuri oleh
kaporit untuk pewarnaan.
“...itu karena kaporit banyak kandungannya, kan kaporit untuk memutihkan patinya, itu yg membuat biogas susah terolah, yaa itu kalo ada air kaporit kan kuman2 bakterinya jadi mati...” (Wawancara dengan Bapak Abu, 2019)
“...kita itu kalo menuangkan kaporit takarannya bisa sampai satu ember cat besar...”(Wawancara dengan Bapak Nasrul, 2019)
Dari pihak pengusaha industri-indistri pati onggok
sudah terlanjur putus asa atau pesismis dari keyakinan
akan berhasilnya pengolahan limbah tersebut. Kondisi
demikian didasari atas kegagalan yang selalu terjadi
pada setiap tahapan uji coba yang sudah beberapa kali
dilakukan sebelumnya, hal tersebutlah yang membuat
para pengusaha industri-industri pati onggok menjadi
sangat pesimis akan keberhasilan pengelolaan limbah
meskipun telah dibantu oleh banyak pihak.
“...yaa kemarin-kemarin sih yaa mas yang saya tau udah berkali kali uji coba tapi selalu gagal waktu itu, jadi kayaknya gakbegitu lancar proskpeknya yaa mas, warga-warga disini itu kebanyakan kurang mendukung dan sudah pesimis begitupun saya sendiri juga tidak yakin akan berhasil, karena sudah berkali kali selalu gagal terus...” (Wawancara dengan Bapak Abu, 2019)
103
Dilain pihak seiring dengan berjalannya waktu,
pasokan-pasokan buangan limbah dari industri-
industri pati onggok mengalami penurunan volume
yang disebabkan oleh karena berkurangnya para
pengusaha industri pati onggok tersebut sehingga
menyebabkan potensi biogas untuk dibagikan kepada
600 KK (Kepala Keluarga) menjadi berkurang.
“...awalnya ditargetkan 1000 KK lalu menurun menjadi 600 KK tapi karena pasokan bahan bakunya (limbah) berkurang jadi bisa menurun sampai 300 KK yang disalurkan bahkan bisa sangat mengurang hanya menjadi 100 KK yang tersalurkan...” (Wawancara dengan Bapak Dede, 2019)
“...udah sedikit sekarang mas, karena sudah banyak berkurang di dukuh Bendo paling yang kecil-kecilan ada 10 usaha yang besar ada tujuh, belum tau ditambah dari dukuh margoluweh yaa paling sekitar 30-an...” (Wawancara dengan Bapak. Abu, 2019)
Berkurangnya para pengusaha industri pati onggok
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
karena modal usaha yang cukup sulit untuk dijangkau
dalam membeli bahan baku, dari bahan dasar batang
pohon aren yang dibeli di luar daerah.
“...yaa karena modalnya mungkin, apalagi bahan dasarnya sudah sulit didapatnya kan bukan dari sini yaa paling ngambil dari wonosobo, pacitan dan lain-lain ngambilnya dari luar daerah jadi harus menambah keluar modal lagi...” (Wawancara dengan Bapak. Abu, 2019)
104
Mahalnya biaya operasional dari mesin IPAL yang
sulit terjangkau oleh APBD juga merupakan faktor
yang menghambat realisasi pengolahan limbah
menjadi biogas, sebab untuk mengoperasikan mesin
IPAL dibutuhkan pasokan daya listrik yang memakan
biaya besar. Maka, tanggungan biaya operasional
mesin IPAL tersebut diserahkan kepada Pemerintah
Kabupaten Klaten dan dari sebagian pihak desa hanya
berharap agar limbah yang mencemari sungai supaya
bisa diolah dan layak buang.
“...tapikan untuk mencapai keuntungan biogas itu sangat jauh apalagi dipotong biaya operasional listriknya saja sudah sangat mahal bahkan APBDes pun angkat tangan tidak sanggup karena memang menjalankan mesin yaang sudah sangat canggih, untuk itu diperlukan dana sekitar 7 (tujuh) juta/bulan makanya kita serahkan pemkab agar bisa terus berjalan, jadi suatu bangunan untuk menyelamatkan lingkungan bukan bisnis dari biogas yg disalurkan, intinya supaya layak buang air limbahnya itu prioritas utama kita...” (Wawancara dengan Bapak Kesdik, 2019)
5. Kelembagaan BUMDes Daleman
Pada akhir tahun 2017 kelembagaan BUMDes di
Desa Daleman baru benar-benar berjalan secara optimal
sebagai BUMDes yang terstruktur dan mengelola aset
desa, hal ini dikarenakan pada kelembagaan BUMDes
yang sebelumnya dengan nama Sembada Lestari masih
bersifat fiktif, artinya belum tertata secara terstruktur
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai BUMDes.
105
Pembentukan BUMDes di Desa Daleman itu terjadi
karena menyesuaikan dan mengikuti amanat dari Undang
Undang Dasar yang baru, yakni mengacu pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Selain itu, kehadiran BUMDes di Desa
Daleman ini juga merupakan hal yang wajib sebagai
pengkajian untuk bantuan pengelolaan limbah menjadi
biogas, karena nantinya pengelolaan tersebut akan
diserahkan kepada BUMDes Daleman.
“...BUMDes Daleman itu mulai transional itu desember 2017 (betul2 proses), karena sebelumnya ada tapi masih fiktif karena syarat suatu desa untuk mendapat bantuan dari pemerintah itu harus ada BUMDes, dulu sudah ada semacam BUMDes namanya sembada lestari tapi masih fiktif. Seperti mengelola aset2 desa itukan tugasnya BUMDes. Awalnya karena ada bantuan biogas awal 2018 maka untuk pengkajian itu dibuatlah BUMDes Daleman pada desember 2017. Jadi yang jelas adanya Bumdes itu bukan masalah agar dapat bantuan, tetapi memang karena amanat dari UUD (UU Nomor 6 thn 2014 tentang Desa dan PP Nomor 43 tentang Pelaksanaan UU)...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
BUMDes Daleman juga terdaftar sebagai anggota
BUMDes GO, yaitu jaringan kelembagaan BUMDes se-
Kabupaten Klaten yang saat ini memiliki anggota
sebanyak 20 kelembagaan BUMDes di Kabupaten Klaten,
jaringan BUMDes GO ini merupakan wadah untuk saling
berbagi ide dan pengalaman antara para pengelola
BUMDes yang ada di dalamnya.
106
“...Kita juga terhubung dengan forum BUMDes se-Kabupaten Klaten ini total ada 20 BUMDes yang terjaring didalamnya namanya BUMDes GO...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
BUMDes Daleman saat ini telah mengelola beberapa
aset desa diantaranya adalah gedung serba guna Esti
Dharmo, pemandian Lumbung Tirto, dan mata air alami
Umbul Nilo yang saat ini sedang dalam proses
pengembangan menjadi destinasi wisata mata air dengan
konsep outbound yang ditargetkan beroperasi pada tahun
2020 mendatang.
“...Sekarang ini BUMDes mengelola Gedung di dk. Cokro namanya gedung Esti Dharmo yang disewakan untuk pernikahan dan lain sebagainya, kemudian ada pemandian lumbung tirto (kolam renang) dan umbul Nilo (sumber mata air) yg sekarang sedang mulai proses pengembangan inysaAllah tahun 2020 jadi, nah keuntungan dari aset2 desa tersebut masuk ke dana desa...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
BUMDes Daleman pada proses persiapan dalam
pengelolaan biogas yang dihasilkan dari pengelolaan
limbah menggunakan mesin Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL). Konsep perencanaan dalam pengelolaan
biogas tersebut kedepannya apabila sudah berjalan akan
dijual dengan estimasi dana yang lebih murah dibanding
Gas Elpiji, selanjutnya pada tahap pengoperasian mesin
IPAL itu sendiri nantinya akan diadakan pelatihan dan
pendampingan khusus kepada anggota BUMDes untuk
bisa mengoperasikan mesin IPAL tersebut. Apabila dalam
107
prosesnya mengalami kendala berupa kerugian, maka
pihak BUMDes akan mengadakan studi lebih lanjut untuk
menemukan jalan keluar agar hasilnya bisa mendapatkan
keuntungan dan pemasukan untuk dana desa yang
nantinya akan digunakan untuk pengembangan objek
wisata.
“...Jangka panjangnya ya pasti kita hitung, misalnya satu kilo seperti gas itu nanti kita hitung berapa kan ada meterannya setiap masuk rumah ada meteran, dan harus lebih murah daripada Gas Elpiji untuk perhitungannya itukan nanti langsung masuk ke rumah-rumah, gas itu gak masuk ke tabung tapi langsung masuk ke rumah langsung masuk ke tungku pengapian, disitu ada keran, nah keran seperti air itu pas dibuka langsung hidup. Jadi meterannya berapa itu kita lihat dari situ, gambarannya seperti itu, kalo mau mengelola nanti kita adakan pelatihan untuk yang bertanggung jawab mengelola nantinya siapa. Sebab mesin IPAL itu peralatan modern kalo gakada pelatihan malah semrawut, paling engga disamping pelatihan nanti juga ada pendampingan, kalo tidak begitu nanti tidak berjalan. Nanti kalo kita tidak mendapatkan keuntungan atau biaya habis maka kita akan berusaha untuk studi lebih lanjut, terus kalo sudah ada keuntungan itu kita kembangan untuk objek wisata sebagai rencana yang sudah ada didepan mata...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
B. Ragam Potensi Optimalisasi Pengelolaan Limbah
Pada proses dinamika pemberdayaan masyarakat di Desa
Daleman melalui pengelolaan limbah oleh BUMDes Daleman
menghasilkan berbagai ragam manfaat yang akan didapatkan
oleh masyarakat apabila BUMDes mengoptimalkan potensi
108
yang ada. Pembahasan tersebut akan diulas kembali menjadi
sub-sub poin, sebagai berikut :
1. Sebagai Alternatif dari Gas Elpiji
Pada proses pengelolaan limbah menjadi biogas,
mesin pengolahnya atau yang biasa disebut Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL) dibangun pada lahan sawah
milik kas desa yang lokasinya tepat berada dibelakang
kantor Desa Daleman.
“...dulu sebelum dibuat jadi pabrik mesin pengolah limbah tanah itu merupakan lahan sawah milik desa atau kas desa...” (Wawancara dengan Bapak Sarwi, 2019) Pada awalnya limbah yang mencemari lingkungan
perairan sungai di Desa Daleman tersebut, rencananya
akan diolah menjadi energi listrik. Namun, seiring waktu
berjalan konsepnya berubah menjadi biogas.
“...dari situ limbah cair ada potensi jadi biogas dan limbah padat dimanfaakan untuk pakan ternak pupuk dan lain-lain, itupun untuk limbah cair harus dipancing dengan kandungan rumin (dalam perut sapi pembibitan bakteri makan air limbah) dari sapi terlebih dahulu agar menghasilkan biogas atau untuk (starter) sebagai pancingan awal untuk pembibitan bakteri...” (Wawancara dengan Bapak Mursito, 2019) Kedutaan Besar Negara Denmark dalam memberikan
bantuan dana pembangunan mesin IPAL tidak mencari
keuntungan, apabila nantinya program bantuan tersebut
berhasil memperoleh keuntungan (outcome) dari proses
pengolahan limbah menjadi biogas tersebut. Jadi dana
109
bantuan yang diberikan oleh Kedutaan Besar Negara
Denmark adalah murni sebagai dana hibah.
Limbah yang diolah menjadi biogas menggunakan
mesin Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL), proses
pengelolaannya akan diserahkan kepada BUMDes
Daleman dan apabila olahan limbah tersebut berhasil
menjadi biogas akan dijual lebih murah dari Gas Elpiji.
“...jadi itu istilahnya kalo antar negara disebutnya hibah dan itu bantuan yang murni, artinya tidak ada keuntungan yang diambil oleh negara denmark...” (Wawancara dengan Bapak Kesdik, 2019)
“...tidak ambil untung, karena itukan dana hibah sebesar 13 milyar murni dihibahkan memang untuk diserahkan ke desa dan menjadi aset desa yang akan dikelola BUMDes...” (Wawancara dengan Bapak Mursito, 2019)
“...Gambaran saya paling tidak kalo nanti itu sudah jadi bisa dijual lebih murah dari Gas Elpiji...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
Pada proses sosialisasi dengan masyarakat desa yang
dilakukan oleh pihak Kontraktor, ditemukan bahwa tidak
semua masyarakat antusias dalam penggunaan biogas
sebagai alternatif dari Gas Elpiji.
“...masyarakat belum tentu mau beralih dari elpiji ke biogas karena ada resiko-resiko yang dipikirkan masyarakat, apakah nanti terbakar atau meledak...” (Wawancara dengan Bapak Dede, 2019)
2. Memodali Objek Wisata Outbound
BUMDes Daleman telah terhubung dengan jaringan
BUMDes GO yang merupakan wadah dari kelembagaan
110
BUMDes se-Kabupaten Klaten untuk saling berbagi ide
dan pengalaman antara para pengelola BUMDes yang ada
di dalamnya, termasuk BUMDes Daleman yang saat ini
mentargetkan pengembangan desa wisata outbound.
“...kita sudah buat konsep master plann yang besar, intinya supaya terkordinasi untuk menampilkan yang berbeda dengan ciri khas disetiap destinasi mata air dimasing-masing BUMDes, yang insyaAllah 5-10 tahun kedepan sudah bisa terwujud dan proses pembangunan sudah berjalan dikerjakan di Umbul Nilo tahun 2020 target kita pembangunan tahap pertama bisa selesai...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019) Potensi utama yang ada di Kabupaten Klaten adalah
sumber mata air yang sangat melimpah hal itu merupakan
suatu alasan berdirinya pusat pabrik air minum Aqua di
Klaten, bahkan Klaten dijuluki sebagai kota sejuta mata
air, dimana setiap desa terdapat sumber mata air
melimpah yang masing-masing desa memiliki konsep
untuk pengembangan sumber mata air di daerahnya
menjadi destinasi wisata. Contohnya saja Desa Ponggok
yang saat ini telah berhasil menjadikan umbul ponggok
sebagai destinasi wisata berfoto di dalam air dengan
berbagai konsep unik menyelam (snorkling), sehingga
menyebabkan para wisatawan lokal bahkan sampai
wisatawan mancanegara sangat antusias mengunjungi
umbul ponggok.
“...Jadi nanti kita buat tempat wisata air, karena rata rata di klaten itukan air bahkan dapet julukan kota sejuta mata air makanya industri air minum aqua
111
pun ada di klaten. Nah karena semua air kita buat kesepakatan agar masing-masing tidak sama dan mempunyai ciri khas tersendiri, umpamanya antara umbul ponggok dan umbul nilo di daleman, jika ponggok sudah memiliki ciri khas snorkling foto menyelam didalam air dengan berbagai hiasan property...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019) Dari forum BUMDes Go tersebutlah kebijakan
pengembangan desa wisata di setiap desa harus dibagi
dengan variasi konsep yang berbeda-beda. Maka,
BUMDes Daleman memilih untuk menjadikan Umbul
Nilo sebagai destinasi wisata berkonsep Outbound.
“...maka di umbul nilo nanti kita buat wisata edukatif seperti permainan yang mendidik seperti bumi perkemahan outbound dan lain sebgainya...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019) Dengan adanya bantuan dana hibah dari Kedutaan
Besar Negara Denmark untuk pembangunan mesin IPAL
yang anggarannya sangat besar mencapai 13 miliyar
tersebut, maka sisa dari anggaran pembangunan mesin
IPAL tersebut bisa turut membantu modal pengembangan
destinasi wisata Umbul Nilo di Desa Daleman.
“...memang saat ini modal pengembangan umbul Nilo itu kita pakai dari anggaran dana milik desa, namun tidak menutup kemungkinan apabila pembangunan IPAL itu ada sisa dana bisa digunakan untuk menambahkan modal pengembangan destinasi wisata umbul Nilo...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
112
3. Memberikan Peluang kepada UMKM
Pengembangan dari Umbul Nilo menjadi objek
destinasi wisata juga dapat memberikan peluang usaha
bagi para masyarakat khususnya penggiat UMKM.
Apabila pengembangan destinasi wisata Umbul Nilo telah
selesai dan berhasil menarik para wisatawan, maka hal ini
dapat membuka peluang usaha yang besar bagi para
masyarakat desa untuk menjual produk-produk lokal dari
usaha para warga maupun industri setempat untuk
kemudian dipasarkan pada lokasi wisata Umbul Nilo.
Lebih lanjut Bapak Sugijarto selaku ketua BUMDes
Daleman merencanakan untuk diadakan kerjasama
dengan Dinas Perindustrian sebagai naungan untuk
membantu pelatihan wirausaha dan membantu para warga
yang kekurangan modal usaha.
“..., terus yang punya produk-produk seperti misalnya makanan khas tradisional supaya dibungkus yang bagus dan akan dipasarkan di sana, apa saja seperti produk dari UMKM serta industri setempat itu nanti kita pasarkan di sana, kalo memang itu berkembang nanti kita minta dinas perindustrian supaya memberikan pendidikan ataupun pelatihan (dengan anggaran dinas bukan dari kita). Nanti kerjasama dengan kita, bagi pengusaha yang kurang modal kita berikan...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019) Kemudian secara konseptual dalam pendistribusian
produk-produk UMKM maupun hasil usaha warga dari
industri setempat, penyalurannya akan diproses secara
sistematis yang dimanajemen oleh setiap dasa wisma,
113
yaitu PKK beserta para pembina kesejahteraan warga
terkait yang bertanggung jawab, sehingga dapat
menanggulangi masalah pengangguran di desa.
Manajemen permodalan dan perhitungan hasil
untung/rugi akan dikelola oleh para dasa wisma yang
merupakan bagian dari PKK, apabila telah berhasil maka,
akan diadakan kerjasama antar desa untuk memutar hasil
produk dari industri setempat untuk dapat disuplai ke
destinasi-destinasi wisata antar desa.
“...rencananya seperti itu dan ini melewati dasa wisma – dasa wisma, dasa wisma itu yaa bagian dari PKK atau kelompok-kelompok dari masyarakat desa daleman membuat keripik singkong umpamanya atau buat apa, silahkan dipake baik-baik modalnya berapa yaa digunakan sebaik-baiknya, kan nanti ada hasilnya minimal mengurangi pengangguranlah, kemudian kita akan kerjasama dengan desa sekitar jadi tidak ada egoisme individu desa agar bisa disuplay dimanapun dan melalui jaringan tersebut pasaran produk bisa meluas...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
4. Mengembangkan Aset Milik Desa
Ada banyak aset desa yang dapat dikembangkan di
Desa Daleman, salah satunya adalah kantor desa lama
yang menjadi pusat pemerintahan desa pertama dari Desa
Daleman dengan bangunan yang masih kokoh, akan tetapi
selama puluhan tahun tidak berpenghuni juga tidak
terpakai, karena pusat pemerinahan desa telah berpindah
di kantor balai Desa Daleman yang baru atau yang saat ini
digunakan, rencananya apabila program destinasi wisata
114
Umbul Nilo telah betul-betul berjalan dan sukses merauk
keuntungan. Maka, aliran dana dari keuntungan tersebut
akan diputar untuk memodali pembangunan sanggar
kebudayaan dengan memanfaatkan bekas bangunan
kantor desa yang sudah tidak terpakai.
Konsep pembuatan sanggar pusat kebudayaan di Desa
Daleman tersebut, telah direncanakan sebelum pergantian
masa jabatan kepemerintahan desa, yakni pada saat kepala
desa masih dijabat oleh Bapak Bacthtiar Joko Widodo
yang pada saat ini telah digantikan oleh Bapak Mursito.
“...dulu saya pernah merencanakan pembuatan sanggar budaya dengan memanfaatkan kantor desa yang lama, karena sangat disayangkan bangunan yang masih kokoh tapi tidak terawat, saya pernah diskusikan hal ini dengan kepala desa sebelumnya yaitu pak Joko, rencananya konsep ini akan saya teruskan kepada pak Mursito apabila pengembangan umbul nilo selesai dan dana desa sudah mencukupi...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
Kemudian aset-aset desa yang sudah ada seperti
pemandian lumbung tirto dan gedung serba guna juga
akan dikembangkan oleh BUMDes Daleman, terutama
perlengkapan dan kebutuhan untuk memfasilitasi kinerja
BUMDes terlebih dahulu, setelah itu diarahkan untuk
pengembangan gedung serba guna dan pemandian
limbung tirto agar menambah serta menarik minat para
pengunjung di lumbung tirto dan penyewa di gedung
serba guna karena telah menjadi semakin nyaman.
115
“...kan BUMDes ada pengurusnya nanti pengurusnya ini butuh perlengkapan apa saja bakan dibelikan oleh desa, seperti laptop, meja kerja dan lain sebagainya segala kebutuhan yang diperlukan BUMDes. Lalu penambahan fasilitas dan perlengkapan dari aset yang dimiliki seperti kursi dan meja kipasangin lampu dsb.. di gedung persewaan maupun fasilitas untuk lumbung tirto dan umbul nilo...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
5. Meningkatkan Perekonomian Warga
Dari semua aspek wacana pengembangan dan
pembangunan yang telah diuraikan diatas. Maka, apabila
semuanya telah sukses berjalan secara maksimal tentunya
akan meningkatkan taraf kesejahteraan bagi masyarakat di
Desa Daleman, karena nantinya dari objek wisata Umbul
Nilo tersebut juga akan dibangun ruang sewa untuk
diskusi dan rapat yang pengelolaan modalnya akan
diajukan kepada pihak BKK (bantuan keuangan khusus).
“...Yaa mestinya seperti itu, intinya yaa kalo desa itu makmur dana itu nanti digodog untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, saya gambarkan saja sekarang di pengembangan Wisata Umbul Nilo itu kita akan buat tempat persewaan untuk rapat mengenai pengelolaan dan lain sebagainya kita serahkan ke BKK...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
Kemudian dari segi kebiasaan masyarakat terutama
pada perilaku pengusaha industri pati onggok dalam hal
membuang limbah juga akan terselesaikan, perilaku
membuang limbah industri ke sungai secara perlahan akan
hilang dengan timbulnya kesadaran dari masyarakat
116
terutama para pelaku industri, karena telah ada himbauan
bahwa lingkungan desa akan dijadikan sebagai objek
wisata, maka area lingkungan desa terutama aliran sungai
harus bersih dari pencemaran limbah industri.
“...dalam konteks sosial masyarakatnya paling tidak bisa membantu menanam kesadaran kepada masyarakat terkhusus pelaku industri supaya bisa berubah pelan-pelan, sedikit-sedikit agar tidak bergitu saja dengan gampang membuah limbah dari olahan industrinya ke aliran sungai, karena memang sangat mencemari...” (Wawancara dengan Bapak Dede, 2019)
“...kami sudah melakukan himbauan kepada para pengusaha industri pati onggok agar tidak membuang limbah ke sungai terutama karena sedang ada pengembangan umbul nilo, supaya bersih dan pencemaran bisa terhindari...” (Wawancara dengan Bapak Kesdik, 2019)
Perubahan perilaku yang timbul dari kesadaran
masyarakat terhadap pola membuang limbah tersebut,
apabila dapat terwujud, menjadikannya sebagai faktor
utama yang mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan
masyarakat setelah beroperasinya mesin IPAL dan
berjalannya wisata outbound di Umbul Nilo.
“...kita lihat nanti kedepannya kalo olahan limbah sudah mulai beroperasi dan outbound di umbul nilo sudah bisa berjalan, maka kesadaran masyarakat untuk tidak sembarangan membuang sampah atau limbah menjadi pendorong dalam proses tumbuhnya kesejahteraan di masyarakat...” (Wawancara dengan Bapak Sugijarto, 2019)
117
BAB V
PEMBAHASAN A. Dinamika Pemberdayaan melalui Pengelolaan Limbah
Analisis mengenai dinamika lembaga BUMDes Daleman
dalam mengolah limbah menjadi biogas untuk mengelola
potensi desa yang akan penulis uraikan menggunakan analisis
deskriptif. Sehingga pembahasan dalam analisis deskriptif
disajikan dalam bentuk uraian dan pemaran yang bersifat
naratif. Keberadaan limbah industri pati onggok (Tepung
Aren) yang mencemari lingkungan perairan sungai di Desa
Daleman menyebabkan timbulnya dinamika dalam konteks
sosial, budaya dan kelompok secara konflik dan psikologis di
masyarakat. Selain itu, dari timbulnya masalah pencemaran
lingkungan yang didasari oleh adanya limbah industri
tersebut, melalui proses dinamika yang terjadi, mengantarkan
Desa Daleman kepada pengembangan potensi-potensi desa
yang dapat dikelola oleh BUMDes Daleman.
Proses dinamika yang terjadi di Desa Daleman berjalan
secara dinamis atau mengalami perubahan sosial. Hal ini
berdasarkan pada teori tentang dinamika menurut Munir
(2001:16), bahwa dinamika adalah suatu sistem ikatan yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara unsur-
unsur tersebut. Jika salah satu unsur sistem mengalami
perubahan, maka akan membawa perubahan pula pada unsur-
unsur lainnya. Hal ini berkaitan dengan pergantian sistem
kepemerintahan yang berubah dari tingkat desa hingga tingkat
118
provinsi turut mempengaruhi perubahan khususnya di Desa
Daleman, artinya permasalahan limbah di Desa Daleman ini
sudah sangat lama menjadi isu yang cukup penting dalam hal
pencemaran lingkugan di perairan sungai bahkan sudah
hampir setengah abad yang secara berangsur-angsur pula
telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi masalah
pencemaran lingkungan perairan sungai yang disebabkan oleh
limbah industri pati onggok, akan tetapi seiring berjalannya
waktu dan pergantian sistem kepemerintahan berganti. Maka,
isu pencemaran lingkungan tersebut menjadi isu utama.
Pada tahun 2013 terpilihnya Bapak Mursito sebagai
Kepala Desa yang baru membawa misi untuk menangani
pencemaran lingkungan di perairan sungai Desa Daleman.
Lebih lanjut ditingkat Provinsi, terpilihnya Bapak Ganjar
Pranowo sebagai Gubernur Provinsi Jawa Tengah juga turut
menghadirkan perubahan di Desa Daleman, dari hal tersebut
dapat membawa Kedutaan Besar Negara Denmark untuk turut
membantu menanggulangi permasalahan lingkungan di Jawa
Tengah yang mana Desa Daleman masuk kedalam daftar
penerima bantuan. Seperti teori dinamika masyarakat yang
dikemukakan oleh More dalam Narwoko (2007: 362), bahwa
perubahan sosial diartikan sebagai suatu perubahan penting
dalam struktur sosial, pola-pola perilaku dan sistem interaksi
sosial, termasuk di dalamnya perubahan nilai, norma, dan
fenomena kultural. Sebuah perubahan akan selalu hadir dalam
perjalanan hidup manusia yang menjadi dinamika
kehidupannya. Hanya yang menjadi perbedaan adalah
119
perubahan tersebut terjadi secara cepat atau lambat, bahkan
seseorang atau sekelompok orang sekalipun yang hidup di
daerah terpencil pasti akan mengalami dinamika kehidupan.
Para ilmuwan di bidang sosial sepakat bahwa kehidupan
manusia tidak statis tetapi akan selau berubah (dinamis),
kondisi inilah yang disebut sebagai perubahan sosial.
Berikut dinamika dinamika lembaga BUMDes Daleman
dalam mengolah limbah menjadi biogas untuk mengelola
potensi desa:
1. Dinamika Sosial pada Realitas Limbah
Realitas limbah industri tepung aren atau yang biasa
dikenal dengan limbah pati onggok yang terjadi di desa
daleman, seiring dengan perkembangan zaman sejak
tahun 1960 hingga puncaknya ditahun 2013 mengalami
perubahan dalam proses tata kelola limbah yang pada
awalnya dibiarkan begitu saja pembuangan limbahnya ke
aliran sungai dengan gerak dinamis dari masa ke masa
mulailah timbul kesadaran dari masyarakat dan aparatur
desa untuk menangani dan mencari solusi pengelolaan
limbah yang telah lama mencemari lingkungan sungai
serta didorong pula oleh perubahan tata masyarakat yang
berangkutan, yaitu silih bergantinya penduduk secara
turun-temurun antar generasi. Hal ini seperti teori
dinamika sosial yang dikemukakan oleh Suryoto Bakir
dkk. (2006: 140), yang mendefenisikan bahwa dinamika
sosial merupakan gerak masyarakat secara terus menerus
120
yang menimbulkan perubahan dalam tata masyarakat
yang bersangkutan.
2. Dinamika Kebudayaan dalam Penanganan Limbah
Setelah puluhan tahun usaha pati onggok beroperasi,
namun masih mengalami kesulitan untuk membuang dan
mengolah limbahnya, akibatnya sisa dari pengolahan pati
onggok (Tepung Aren) itu menyisakan dua limbah yang
cukup mencemari lingkungan terutama diperairan sungai
hingga menimbulkan berbagai dampak merugikan, yaitu
aroma yang tidak sedap dan matinya kehidupan ikan-ikan
dikarenakan air yang tidak layak buang tersebut, telah
mendominasi perairan sungai hingga menyebabkan warna
air yang juga turut menghitam.
Pada awalnya memang didasari atas budaya dan
kebiasaan para pengusaha pati onggok yang kurang peduli
terhadap penanganan limbah industri, mengakibatkan
wabah pencemaran lingkungan yang kian hari terus-
menerus bertambah. Sikap kurang peduli dari kesadaran
dan peran yang belum terbangun dari masyarakat, pada
akhirnya mengantarkan mereka pada situasi terdesak
karena rumitnya situasi desa, yaitu saat memasuki musim
penghujan, limbah industri tersebut selalu menggenang di
permukiman warga dan lahan persawahan. Bahkan, akibat
dari limbah itu selama ini masyarakat setempat cukup
kesulitan mendapatkan air bersih dari sumur. Situasi
terdesak dari permasalahan lingkungan yang terjadi
mengakibatkan pola kesadaran dan peran dari masyarakat
121
untuk lebih peduli persoalan lingkungan mendorong
kebudayaan atau kebiasaan perilaku masyarakat berubah
menjadi lebih mengutamakan kestabilan lingkungan,
seperti teori dinamika kebudayaan yang dikutip oleh
Poerwanto (2000: 142), Leslie White mengemukakan
bahwa kebudayaan merupakan fenomena yang selalu
berubah sesuai dengan lingkungan alam sekitarnya dan
keperluan suatu komunitas pendukungnya. Sependapat
dengan itu Haviland menyebut bahwa salah satu penyebab
mengapa kebudayaan berubah adalah lingkungan yang
dapat menuntut kebudayaan yang bersifat adaptif. Dalam
konteks ini perubahan lingkungan yang dimaksud bisa
menyangkut lingkungan alam maupun sosial.
3. Dinamika Masyarakat dan Bantuan Lembaga
Dampak lingkungan yang semakin memburuk
tersebut, kemudian mendorong para aparatur desa untuk
menangani permasalahan limbah industri pati onggok
dengan melibatkan berbagai kelembagaan. Pada proses
ini, pola yang terjadi sesuai dengan teori dinamika
masyarakat menurut Salam (2010: 258), Dinamika atau
perubahan masyarakat dapat terjadi karena beberapa
faktor, antara lain sebagai berikut:
a. Penyebaraan informasi, meliputi pengaruh dan
mekanisme media dalam menyampaikan pesan-
pesan ataupun gagasan (pemikiran). Hal ini
mengkonfirmasi pola yang dilakukan para aparatur
desa dalam proses mediasi yang melibatkan bantuan
122
dari lembaga-lembaga untuk menanggulangi limbah
industri pati onggok yang mencemari lingkungan
sungai, yang dilalui dengan mengajukan masalah
limbah di Desa Daleman tersebut kepada Dinas
LHK (Lingkungan Hidup dan Kehutanan)
Pemerintah Kabupaten Klaten. Lalu, setelah
dilakukan proses peninjauan isu lingkungan itu
disampaikan kepada BAPPEDA Provinsi Jawa
Tengah, kemudian dilakukanlah telekonfrensi oleh
pihak Provinsi Jawa Tengah dengan Kedutaan Besar
Negara Denmark yang memang sudah sejak lama
menjalin kerjasama dengan Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah. Maka, terjalinlah kerjasama yang
melibatkan Kedutaan Besar Negara Denmark untuk
membantu menyelesaikan permasalahan limbah di
Desa Daleman.
b. Modal, antara lain sumber daya manusia ataupun
modal finansial. Hal ini juga mengkonfirmasi alur
yang selanjutnya terjadi dari proses sebelumnya,
yaitu bantuan modal dari Kedutaan Besar Negara
Denmark yang diberikan untuk membangun mesin
IPAL sebesar 13 milyar atas jalinan kerjasama yang
sudah terjadi pada proses sebelumnya.
c. Teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor yang
cepat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini juga mengkonfirmasi pola
yang terjadi selanjutnya di Desa Daleman, yaitu
123
teknologi berupa mesin IPAL (Instalasi Pengolah
Air Limbah) yang dibangun untuk menanggulangi
pencemaran lingkungan sungai yang terjadi. Dari
mesin IPAL tersebut diharapkan dapat membawa
perubahan yang lebih baik untuk Desa Daleman
dengan diolahnya limbah menjadi biogas yang
bermanfaat bagi masyarakat setempat.
d. Ideologi atau agama, keyakinan agama atau ideologi
tertentu berpengaruh terhadap porses perubahan
sosial. Dalam hal ini juga berkaitan dengan
keyakinan dari para lembaga-lembaga yang turut
memberikan kontribusi bantuan, keyakinan tersebut
direalisasikan dengan upaya pembangunan mesin
IPAL yang telah selesai dan segera beroperasi.
e. Birokrasi, terutama berkaitan dengan berbagai
kebijakan pemerintahan tertentu dalam membangun
kekuasaannya. Hal ini mengkonfirmasi pola yang
terjadi di Desa Daleman hingga tingkat Provinsi
yaitu pergantian struktur pemerintahan desa dan
provinsi yang menyebabkan proses alur birokrasi
juga turut berubah sebagaimana yang telah peneliti
uraikan pada pemaparan diawal bab ini, yaitu Pada
tahun 2013 terpilihnya Bapak Mursito sebagai
Kepala Desa yang baru membawa misi untuk
menangani pencemaran lingkungan di perairan
sungai Desa Daleman. Lebih lanjut ditingkat
Provinsi, terpilihnya Bapak Ganjar Pranowo sebagai
124
Gubernur Provinsi Jawa Tengah juga turut
menghadirkan perubahan di Desa Daleman, dari hal
tersebut dapat membawa Kedutaan Besar Negara
Denmark untuk turut membantu menanggulangi
permasalahan lingkungan di Jawa Tengah yang
mana Desa Daleman masuk kedalam daftar
penerima bantuan.
f. Agen atau aktor, hal ini secara umum termasuk
dalam modal sumber daya manusia, tetapi secara
spesifik yang dimaksudkan adalah inisiatif-inisiatif
individual dalam “mencari” kehidupan yang lebih
baik. Hal ini juga berkaitan dengan proses bantuan
dari lembaga yang mendukung, dimana dari agen
atau aktor tersebut terdapat sumber daya manusia
dari beberapa kelembagaan, sebagai berikut:
1) Kedutaan Besar Denmark (sebagai pendonor)
2) Pemprov. Jateng (sebagai perantara kerjasama)
3) Pemkab. Klaten (sebagai penerima donor)
4) ESP3 – Danida (sebagai pemilik proyek)
5) COWI (sebagai engineering)
6) PT. SISKEM (sebagai kontraktor)
7) BUMDes (sebagai pengelola)
4. Dinamika Kelompok sebagai Faktor Pendukung
Antusiasme dari para aparatur desa dan masyarakat
atas bantuan Kedutaan Besar Denmark yang bekerjasama
dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah
Kabupaten Klaten yang turut membantu persoalan limbah
125
di Desa Daleman menuai berbagai respon yang positif.
Bagi sebagian besar masyarakat, pemencahan masalah
limbah sudah sangat ditunggu sejak lama dan mereka
sangat berharap persoalan limbah tersebut dapat
menemukan solusi yang tepat guna.
Masyarakat berharap bantuan pengelolaan limbah
yang diberikan oleh berbagai kelembagaan tersebut dapat
dikelola dengan sebaik mungkin agar para warga desa
dapat turut merasakan manfaatnya. Hal ini berkaitan
dengan teori dinamika kelompok menurut Eysenck yang
dikutip oleh Carolina dan Jusman (1993: 41) dalam
Huraerah (2010: 33), menjelaskan bahwa Dinamika
kelompok adalah berkaitan dengan konteks sosial budaya
suatu masyarakat yang berfungsi untuk membantu
individu dan kelompok, sehingga memungkinkan mereka
secara bersama-sama memiliki pola-pola merasakan,
menilai, berpikir dan bertindak. Teori ini mengkonfirmasi
yang dikatakan oleh Bapak Sarwi dan Bapak Ma’ruf,
bahwa masyarakat telah menunggu sejak lama proses
penanggulangan limbah dari industri pati ongok yang
mencemari perairan sungai, apabila limbah itu dapat
bermanfaat dan berhasil diolah menjadi biogas, tentunya
semua masyarakat akan merasakan dari segi positifnya,
karena mesin IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah) yang
dibangun merupakan teknologi canggih dengan tinkat
kegagalan yang sedikit.
126
5. Dinamika Konflik sebagai Faktor Penghambat
Pesimistis atau pandangan yang meragukan atas
keberhasilan dari pengolahan limbah menjadi biogas oleh
sebagian besar pengusaha industri pati onggok,
menyebabkan timbulnya suatu gesekan antara para
pengusaha yang pesimis dengan masyarakat yang optimis.
Kondisi demikian didasari atas kegagalan yang selalu
terjadi pada setiap tahapan uji coba yang sudah beberapa
kali dilakukan sebelumnya, hal tersebutlah yang membuat
para pengusaha industri-industri pati onggok menjadi
sangat pesimis akan keberhasilan pengelolaan limbah
meskipun telah dibantu oleh banyak pihak.
Menurut Soekanto Dinamika Konflik dalam
masyarakat salah satunya terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan, tujuan, sarana dan sumber daya (Soekanto,
2005: 70). Hal ini berkaitan dengan faktor penghambat
yang terjadi di Desa Daleman, yakni perbedaan
kepentingan antara masyarakat dengan pengusaha
industri, yaitu masyarakat yang sangat optimis atas
keberhasilan pengolahan limbah menjadi biogas
dikarenakan sudah merasa terganggu dan berharap
mendapat pasokan biogas yang lebih murah disamping
terhentinya aroma tidak sedap dari limbah yang
mencemari sungai. Sedangkan para pengusaha industri
yang pesimis dikarenakan mereka lebih memikirkan
keuntungan daripada mengelola limbah serta hanya
127
sekedar mengharapkan supaya air limbah yang diolah
dapat menjadi lebih layak buang.
6. BUMDes dan Refleksi ABCD
Pengembangan potensi Desa Daleman dimulai dari
penguatan BUMDes terlebih dahulu. Menurut
Notoatmodjo (2009: 1) pembangunan suatu bangsa
memerlukan dua aset utama atau “daya” yang disebut
sumber daya (resources), yakni sumber daya alam
(natural resources) dan sumber daya manusia (human
resources). Kedua sumber daya tersebut sangat penting
dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan
bangsa atau wilayah. Tetapi apabila dipertanyakan sumber
daya mana yang lebih penting diantara kedua sumber daya
tersebut, maka jelaslah sumber daya manusia jauh lebih
penting. Jadi, BUMDes Daleman lebih dahulu dibentuk
untuk membangun dan mengembangkan aset-aset desa.
John McKnight dan Jody Kretzmann dalam Dereu
(2013: 96), menggambarkan membangun komunitas dari
dalam keluar sebagai jalan untuk menemukan dan
mendaftar aset komunitas dalam beberapa kategori
tertentu (misalnya aset pribadi, aset asosiasi atau institusi),
warga komunitas belajar melihat kenyataan mereka
sebagai gelas yang setengah penuh. Sebelumnya, mereka
melihat kebutuhan dan masalah, sekarang mereka lebih
banyak melihat sumber daya dan kesempatan. Hal ini
mengkonfirmasi yang dikatakan oleh ketua BUMDes
Bapak Sugjarto, bahwa pada akhir tahun 2017
128
kelembagaan BUMDes di Desa Daleman baru mulai
berjalan secara optimal sebagai BUMDes yang terstruktur
dan mengelola aset desa, hal ini dikarenakan pada
kelembagaan BUMDes yang sebelumnya dengan nama
Sembada Lestari masih bersifat fiktif, artinya belum
tertata secara terstruktur untuk menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai BUMDes.
BUMDes Daleman pada proses persiapan dalam
pengelolaan biogas yang dihasilkan dari pengelolaan
limbah menggunakan mesin Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL). Konsep perencanaan dalam pengelolaan
biogas tersebut kedepannya apabila sudah berjalan akan
dijual dengan estimasi dana yang lebih murah dibanding
Gas Elpiji, selanjutnya pada tahap pengoperasian mesin
IPAL itu sendiri nantinya akan diadakan pelatihan dan
pendampingan khusus kepada anggota BUMDes untuk
bisa mengoperasikan mesin IPAL tersebut.
Pembentukan BUMDes di Desa Daleman itu terjadi
karena menyesuaikan dan mengikuti amanat dari Undang
Undang Dasar yang baru, yakni mengacu pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Selain itu, kehadiran BUMDes di Desa
Daleman ini juga merupakan hal yang wajib sebagai
pengkajian untuk bantuan pengelolaan limbah menjadi
biogas, karena nantinya pengelolaan tersebut akan
diserahkan kepada BUMDes Daleman.
129
Pengertian lain kurang lebih semakna, seperti yang
dikemukakan Notoatmodjo (2009: 1), kata potensial
mengandung arti kekuatan, kemampuan, dan daya, baik
yang belum maupun yang sudah terwujud, tetapi masih
belum optimal. BUMDes Daleman saat ini telah
mengelola beberapa aset desa diantaranya adalah gedung
serba guna Esti Dharmo, pemandian Lumbung Tirto, dan
mata air alami Umbul Nilo yang saat ini sedang dalam
proses pengembangan menjadi destinasi wisata mata air
dengan konsep outbound.
Menurut Ahmad Soleh dalam (Jurnal Sungkai, 2017:
Vol 5, No 1) menjelaskan bahwa secara garis besar
potensi desa dapat dibedakan menjadi dua; Pertama
adalah potensi fisik yang berupa tanah, air, iklim,
lingkungan geografis, binatang ternak, dan sumber daya
manusia. Kedua adalah potensi non-fisik berupa
masyarakat dengan corak dan interaksinya, lembaga-
lembaga sosial, lembaga pendidikan, dan organisasi sosial
desa, serta aparatur dan pamong desa.
B. Ragam Potensi Optimalisasi Pengelolaan Limbah
Proses dinamika yang terjadi karena adanya masalah
pencemaran lingkungan sungai akibat dari limbah industri
pati onggok, pada akhirnya mengantarkan BUMDes untuk
mengelola potensi-potensi yang ada di Desa Daleman, dari
proses tersebut, kemudian melahirkan ragam potensi manfaat
yang akan didapatkan oleh masyarakat apabila BUMDes
Daleman mengoptimalkan pengelolaan limbah. Hal ini seperti
130
yang dijelaskan oleh Ahmad Soleh (Jurnal Sungkai, 2017:
Vol 5, No 1), bahwa BUMDes merupakan bagian dari potensi
desa yang sifatnya non-fisik, yaitu berupa masyarakat dengan
corak dan interaksinya, lembaga-lembaga sosial, lembaga
pendidikan, dan organisasi sosial desa, serta aparatur dan
pamong desa. BUMDes merupakan kelembagaan sosial
desa.merupakan bagian dari potensi desa yang sifatnya non-
fisik, yaitu berupa masyarakat dengan corak dan interaksinya,
lembaga-lembaga sosial, lembaga pendidikan, dan organisasi
sosial desa, serta aparatur dan pamong desa. BUMDes
merupakan kelembagaan sosial desa.
Pada proses pembangunan desa, Ketua BUMDes memiliki
peran penting dalam mendorong konsep pengembangan
potensi di Desa Daleman. Hal ini berkaitan dengan yang
dikatakan oleh Widiasari (Tesis, 2009: UGM), mengatakan
bahwa dinamika psikologis merupakan aspek motivasi dan
dorongan yang bersumber dari dalam maupun luar individu,
yang mempengaruhi mental serta membantu individu tersebut
menyesuaikan diri dengan keadaan dan perubahan. Lebih
lanjut penulis ulas dalam sub-sub pembahasan, sebagai
berikut:
1. Dinamika Psikologis terhadap Potensi Biogas
Walgito menjelaskan bahwa dinamika psikologis
merupakan suatu tenaga kekuatan yang terjadi pada diri
manusia yang mempengaruhi mental atau psikisnya untuk
mengalami perkembangan dan perubahan dalam tingkah
lakunya sehari-hari baik itu dalam pikiranya, perasaannya
131
maupun perbuatannya (Walgito, 2010: 26). Apa yang
dikemukakan oleh Walgito, mengkonfirmasi realitas
dalam proses pengembangan potensi di Desa Daleman
bahwa dinamika yang dirasakan oleh Bapak Sugijarto
mengantarkannya kepada konsep pengembangan potensi
desa. Bapak Sugijarto sebagai salah satu aktor dari sekian
banyak aparatur desa atau orang-orang berpengaruh bagi
masyarakat turut merasakan dan mengalami bagaimana
kondisi yang terjadi di Desa Daleman, hal tersebut
memberikan pengaruh bagi mental dan psikisnya untuk
mendorong perkembangan dan perubahan menuju
keberdayaan masyarakat yang sejahtera. Diantara konsep
yang digambarkan oleh Bapak Sugijarto, yang pertama
adalah menjadikan biogas dari hasil pengolahan limbah
sebagai alternatif pengganti Gas Elpiji bagi warga desa.
Tjokrowinoto (2001: 32) menyatakan bahwa
meskipun proses pemberdayaan suatu masyarakat
merupakan suatu proses pemberdayaan, namun dalam
implementasinya tidak semua yang direncanakan dapat
berjalan dengan mulus dalam pelaksanaanya. Tak jarang
ada kelompok-kelompok dalam komunitas yang
melakukan penolakan terhadap pembaharuan ataupun
inovasi yang muncul. Hal ini mengkonfirmasi apa yang
dikatakan oleh Bapak Dede, yaitu apabila bogas telah
berhasil beroperasi, meskipun kemungkinannya sedikit,
namun juga belum tentu semua masyarakat setuju dan
mau beralih dari gas elpiji ke biogas. Sebab memiliki
132
resiko terbakar atau meledak, karena penggunannya
langsung dari selang biogas dinyalakan dengan korek api,
hal ini yang dipikirkan oleh sebagian besar masyarakat.
Distribusi pasokan selang biogas telah tersalurkan
kepada 600 Kepala Keluarga di Desa Daleman, apabila
dioperasikan dengan harga jual yang lebih murah dari Gas
Elpiji maka akan didapatkan dana sekitar Rp.9.000.000,-
(sembilan juta rupiah) dengan estimasi biaya Rp.15.000,-
(lima belas ribu rupiah) dari tiga kilogram biogas yang
tersalurkan kepada 600 Kepala Keluarga. Lebih lanjut
untuk biaya operasional mesin IPAL diperkirakan untuk
listrik dan lain sebagainya mencapai Rp.7.000.000,- (tujuh
juta rupiah) setiap bulan. Namun, tanggungan biaya
operasional tersebut telah diserahkan kepada pihak
Pemerintah Kabupaten Klaten.
2. Objek Wisata sebagai Potensi Desa
Desa Daleman memiliki berbagai potensi yang dapat
dikembangkan, salah satu aset utama yang diprioritaskan
adalah mata air Umbul Nilo yang akan dibangun menjadi
obek wisata outbound. Potensi utama yang ada di
kabupaten Klaten adalah sumber mata air yang sangat
melimpah. Hal itu merupakan suatu alasan berdirinya
pusat pabrik air minum Aqua di Klaten, bahkan Klaten
dijuluki sebagai kota sejuta mata air, dimana setiap desa
terdapat sumber mata air melimpah yang masing-masing
desa memiliki konsep untuk pengembangan sumber mata
air di daerahnya menjadi destinasi wisata. Contohnya saja
133
Desa Ponggok yang saat ini telah berhasil menjadikan
umbul ponggok sebagai destinasi wisata berfoto di dalam
air dengan berbagai konsep unik menyelam (snorkling),
sehingga menyebabkan para wisatawan lokal hingga
wisatawan mancanegara turut antusias mengunjungi
umbul ponggok. Seperti yang dikemukakan oleh
Kartasapoetra (1987: 56), menjelaskan bahwa potensi
adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber yang
akan dikelola, baik melalui usaha yang dilakukan manusia
maupun melalui tenaga mesin, dalam pengerjaannya
potensi dapat juga diartikan sebagai sumber daya yang
ada di sekitar kita.
Menurut Notoatmodjo (2009: 1), menjelaskan bahwa
pembangunan suatu bangsa memerlukan dua aset utama
atau “daya” yang disebut sumber daya (resources), yakni
sumber daya alam (natural resources) dan sumber daya
manusia (human resources). Kedua sumber daya tersebut
sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu
pembangunan bangsa atau wilayah. Dapat dilihat dari
jumlah murid dan guru sekolah non depdiknas swasta
setingkat SD di Desa Daleman (Tabel 2.7), dapat kita lihat
bahwa Desa Daleman memiliki populasi jumlah Murid
dan Guru dengan angka yang paling tinggi, yaitu
mencapai 354 orang murid dan 24 orang guru. Kemudian
pada jumlah total keselruhan murid SD di kecamatan
Tulung dalam angka 2019 sudah mencapai 1.655 orang
murid dan 116 orang guru. Dari potensi jumlah siswa SD
134
tersebut maka terbangun konsep untuk membuat objek
wisata mata air dengan tema outbound. Apabila objek
wisata Outbound Umbul Nilo di Desa Daleman ini telah
beroperasi, besaran keuntungan yang akan diperoleh dapat
mencapai kisaran Rp.3.000.000,- (tiga juta rupiah) dengan
estimasi biaya masuk sekitar Rp.10.000,- (sepuluh ribu)
per-orangnya, untuk jumlah murid di Desa Daleman saja.
Namun, jika dikalkulasikan dengan jumlah keseluruhan
murid di Kecamatan Tulung estimasi dana yang didapat
bisa sekitar Rp.16.000.000,- (enam belas juta rupiah)
dalam satu kali pemasukan.
3. Pemberdayaan Masyarakat bagi UMKM
Pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan tidak
cukup hanya dengan upaya meningkatkan produktivitas,
memberikan kesempatan usaha yang sama atau modal
saja, tetapi harus diikuti pula dengan perubahan struktur
sosial ekonomi masyarakat, mendukung berkembangnya
potensi masyarakat melalui peningkatan peran,
produktivitas dan efisiensi (Widjaja, 2003: 169).
Berdasarkan yang disampaikan oleh Widjaja diatas,
mengkonfirmasi arah pemberdayaan masyarakat yang
terjadi di Desa Daleman, yaitu dengan dibangunnya
Umbul Nilo sebagai destinasi wisata, maka membuka
peluang kepada para masyarakat desa khususnya penggiat
UMKM untuk memasarkan produk-produk hasil olahan
mereka di objek wisata Umbul Nilo Desa Daleman.
Artinya pola yang dilakukan tidak hanya sekedar
135
meningkatkan produktivitas dan memberikan modal saja,
akan tetapi juga disertai pembangunan fasilitas yang
mendukung berkembangnya potensi masyarakat melalui
peningkatan peran, produktivitas dan efisiensi.
Peran yang dimaksud adalah peran BUMDes seperti
yang dikatakan oleh Bapak Sugijarto bahwa BUMDes
Daleman merencanakan untuk diadakan kerjasama
dengan Dinas Perindustrian sebagai naungan untuk
membantu pelatihan wirausaha dan membantu para warga
yang kekurangan modal usaha. Lalu, produktivitas yang
dimaksud adalah pengembangan dari Umbul Nilo menjadi
objek destinasi wisata membuka peluang usaha yang
besar bagi para masyarakat desa untuk menjual produk-
produk lokal dari usaha para warga maupun industri
setempat untuk kemudian dipasarkan pada lokasi wisata
Umbul Nilo. Kemudian, efisiensi yang dimaksud adalah
dalam hal pendistribusian produk UMKM maupun hasil
usaha warga dari industri setempat, penyalurannya akan
diproses secara sistematis yang dimanajemen oleh setiap
dasa wisma, manajemen permodalan dan perhitungan
hasil untung maupun rugi akan dikelola oleh para dasa
wisma yang merupakan bagian dari PKK, apabila telah
berhasil maka, akan diadakan kerjasama antar desa untuk
memutar hasil produk dari industri setempat untuk dapat
disuplai ke destinasi-destinasi wisata antar desa.
Dasa wisma merupakan bagian dari PKK terdiri dari
kelompok ibu-ibu yang berasal dari 10 KK (kepala
136
keluarga) serta bertanggung jawab untuk pengumpulan
dana, tertib administrasi, dan lain sebagainya untuk
mempermudah jalannya suatu program.
4. Pengembangan Aset Milik Desa
Dalam pengembangan aset milik desa, mengacu pada
prinsip utama dalam mengembangkan pemberdayaan
masyarakat menurut konsep yang dijelaskan oleh Drijver
dan Sajise (dalam Sutrisno, 2003: 17), yaitu:
a. Pendekatan dari bawah (buttom up approach): pada
kondisi ini pengelolaan dan para stakeholder setuju
pada tujuan yang ingin dicapai untuk kemudian
mengembangkan gagasan dan beberapa kegiatan
setahap demi setahap untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Dalam hal ini, para
aparatur Desa Daleman telah merumuskan terlebih
dahulu konsep pengembangan objek wisata Umbul
Nilo, yang kemudian disetujui oleh para stakeholder
atau orang-orang yang berpengaruh di desa untuk
kemudian dijalankan secara bertahap. Artinya fokus
utama adalah pembangunan objek wisata Umbul
Nilo, namun pada penerapanya lebih dulu dimulai
dengan pengolahan limbah menjadi biogas yang
dibantu oleh banyak pihak, lalu setelah menyisakan
dana bantuan yang besar barulah dimulai
pembangunan destinasi wisata outbound Umbul Nilo
di desa, yang secara berkelanjutan dimanfaatkan hasil
keuntungannya untuk mengembangkan aset milik
137
desa, seperti membangun sanggar kebudayaan dan
perbaikan fasilitas perlengkapan aset milik desa yang
sudah dikelola.
b. Partisipasi (participation): dimana setiap aktor yang
terlibat memiliki kekuasaan dalam setiap fase
perencanaan dan pengelolaan. Dalam hal ini, di Desa
Daleman sendiri telah membagikan peran kepada para
aktor yang berpartisipasi dalam proses pemberdayaan
masyarakat yang dimulai melalui pengelolaan limbah,
setiap aktor yang terlibat memiliki kekuasaan atau
peran dan fungsinya masing-masing dalam setiap fase
perencanaan dan pengelolaan, seperti yang telah
penulis ulas pada pembahasan mengenai respon
banuan dari lembaga, sebagai berikut:
1) Kedutaan Besar Denmark (sebagai pendonor)
2) Pemprov. Jateng (sebagai perantara kerjasama)
3) Pemkab. Klaten (sebagai penerima donor)
4) ESP3 – Danida (sebagai pemilik proyek)
5) COWI (sebagai engineering)
6) PT. SISKEM (sebagai kontraktor)
7) BUMDes (sebagai pengelola)
c. Konsep keberlanjutan: merupakan pengembangan
kemitraan dengan seluruh lapisan masyarakat
sehingga program pembangunan berkelanjutan dapat
diterima secara sosial dan ekonomi. Dalam hal ini,
yang dilakukan oleh BUMDes dalam pembangunan
Desa Daleman turut melibatkan peran serta dari
138
semua elemen masyarakat melalui jaringan BUMDes
GO yaitu manajemen pengembangan dan pemasaran
yang alurnya diarahkan ke setiap desa.
d. Keterpaduan: yaitu kebijakan dan strategi pada
tingkat lokal, regional dan nasional. Hal ini juga
mengkonfirmasi pola yang dilakukan oleh aparatur
desa daleman yang melibatkan unsur kebijakan dan
strategi dari keterpaduan tingkat lokal, regional dan
nasional bahkan hingga tingkat internasional. Artinya
pada tingkatan lokal yang dilibatkan oleh aparatur
desa Daleman adalah BUMDes, lalu pada tingkatan
regional adalah Pemerintah Kabupaten Klaten, pada
tingkatan nasional adalah Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah, kemudian ditingkat internasional melibatkan
Kedutaan Besar Negara Denmark.
e. Keuntungan sosial dan ekonomi: merupakan bagian
dari program pengelolaan. Dalam hal ini, yang terjadi
di Desa Daleman pada aspek keuntungan sosial yang
merupakan bagian dari program pengelolaan adalah
terselesaikannya masalah pencemaran lingkungan dan
kebermanfaatan limbah setelah diolah menjadi biogas
bagi masyarakat, lalu keuntungan ekonomi yang
merupakan bagian dari program pengelolaan adalah
taraf kesejahteraan masyarakat yang meningkat dari
pengembangan sumber air Umbul Nilo menjadi objek
wisata outbound yang turut memberikan sumbangsih
bagi peningkatan aset-aset milik desa yang telah
139
terkelola serta peluang besar masyarakat khususnya
UMKM untuk memasarkan produk hasil olahannya
yang dimanajemen oleh dasa wisma.
5. Pemberdayaan Masyarakat di Desa Daleman
Sumardjo, (1999: 16) menyebutkan ciri-ciri warga
masyarakat berdaya yaitu:
a. Mampu memahami diri dan potensinya, mampu
merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke
depan). Dengan kesadarannya akan kearifan lokal
yang dimiliki, maka para aparatur Desa Daleman
menentukan konsep pengembangan berkelanjutan.
b. Mampu mengarahkan dirinya sendiri. Setelah proses
memahami diri dan potensinya, kemudian dilanjutkan
kepada proses pelaksanaan pengelolaan potensi desa.
c. Memiliki kekuatan untuk berunding. Para aparatur
Desa Daleman dengan kekuatan guyub rukun yang
masih kokoh, senantiasa melakukan diskusi untuk
merundingkan pengembangan potensi desa.
d. Memiliki bargaining power yang memadai dalam
melakukan kerjasama yang saling menguntungkan.
BUMDes Daleman telah membentuk jaringan
kerjasama yang saling meguntungkan melalui
jaringan BUMDes Go, yaitu organisasi perkumpulan
BUMDes se-Kabupaten Klaten.
e. Bertanggung jawab atas tindakannya. Pada saat sudah
dipercaya untuk mengelola aset desa, BUMDes
140
Daleman akan secara totalitas bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi desa.
Kartasasmita (1997: 23), mengatakan bahwa proses
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga proses yaitu:
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang (enabling).
Pemberdayaan adalah membangun daya, kekuatan
atau kemampuan, dengan mendorong dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki
dan berupaya mengembangkannya. Dalam konteks
ini, BUMDes Daleman telah menyiapkan berbagai
konsep wacana pembangunan kedepan bagi para
masyarakat desa.
b. Memperkuat potensi daya yang dimiliki oleh
masyarakat (empo-wering), sehingga diperlukan
langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau
suasana. BUMDes Daleman disamping mengelola
IPAL, juga telah melakukan pengembangan Umbul
Nilo sebagai objek wisata sebagai potensi utama yang
diperkuat untuk mengelola potensi-potensi yang lain.
c. Memberdayakan juga mengandung arti melindungi.
Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang
lemah menjadi makin lemah. Terwujudnya wacana
pembangunan di Desa Daleman akan menuntaskan
masalah pengangguran dengan modal yang diberikan
kepada para UMKM dan masyarakat berupa fasilitas
dan fasilitator.
141
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan
Keberadaan industri Pati Onggok (Tepung Aren) di Desa
Daleman yang berdiri sejak tahub 1960-an menimbulkan pola
dinamika dalam kehidupan masyarakat desa. Hal ini didasari
oleh persoalan limbah industri yang mencemari lingkungan
desa terutama pada perairan sungai, dikarenakan pihak
industri yang masih mengalami kesulitan untuk membuang
dan mengolah limbah. Selain itu, dengan pola dinamika yang
terjadi juga menyebabkan kondisi desa menjadi bergerak pada
proses pembangunan dan pengembangan potensi desa. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai dinamika
pemberdayaan masyarakat berbasis potensi desa melalui
pengolahan limbah di Desa Daleman, dapat disimpulkan:
1. Dinamika Pemberdayaan melalui Pengelolaan Limbah
a. Realitas Limbah Industri Tepung Aren
Industri Pati Onggok menyisakan dua limbah yang
cukup mencemari lingkungan, yakni berupa limbah
padat dan limbah cair. Untuk limbah cair biasanya
hanya dibuang di sungai dan saluran air. Sedangkan
untuk limbah padat ada dua jenis yang dihasilkan,
diantaranya adalah jenis halus dan juga kasar.
Namun, untuk limbah yang halus biasanya oleh
masyarakat masih bisa dimanfaatkan untuk bahan
dasar produksi jamur, pakan ternak dan budidaya
142
cacing, tetapi untuk yang kasar hanya dibuang di
halaman rumah warga. Limbah padat yang bersifat
kasar tersebut ternyata pada realita yang penulis
temukan, tidak hanya dibuang ke halaman warga saja,
akan tetapi juga dibuang ke sungai, apabila halaman
rumah warga sudah dipenuhi dengan limbah padat
yang kasar.
b. Upaya Penanggulangan Limbah
Para aparatur desa mengajukan masalah limbah di
kepada Pemerintah Kabupaten Klaten. Selanjutnya
isu lingkungan itu diteruskan kepada Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah, yang kemudian dilakukanlah
suatu telekonfrensi. Maka, terjalinlah kerjasama yang
melibatkan Kedutaan Besar Negara Denmark dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk membantu
menyelesaikan permasalahan limbah.
c. Respon Bantuan dari Lembaga
Kemudian, pihak-pihak kelembagaan yang terlibat
membantu pembangunan mesin IPAL untuk
mengolah limbah di Desa Daleman, adalah sebagai
berikut:
1) Kedutaan Besar Denmark (sebagai pendonor)
2) Pemprov. Jateng (sebagai perantara kerjasama)
3) Pemkab. Klaten (sebagai penerima donor)
4) ESP3 – Danida (sebagai pemilik proyek)
5) COWI (sebagai engineering)
6) PT. SISKEM (sebagai kontraktor)
143
7) BUMDes (sebagai pengelola)
d. Faktor Pendukung dan Penghambat
1) Faktor Pendukung
Antusiasme para aparatur desa dan optimisme
dari masyarakat dalam menyikapi bantuan dari
Kedutaan Besar Denmark yang bekerjasama
dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan
Pemerintah Kabupaten Klaten merupakan faktor
pendukung pembangunan mesin IPAL.
2) Faktor Penghambat
Hambatan-hambatan yang dialami pemerintah
desa yang sebelumnya dan pandangan pesimistis
dari sebagian besar pengusaha industri atas
limbah cair pati onggok yang didominasi oleh zat
kaporit, menjadi faktor penghambat pengolahan
limbah menjadi biogas.
e. Kelembagaan BUMDes Daleman
Pembentukan BUMDes di Desa Daleman terjadi
karena menyesuaikan serta mengikuti amanat dari
Undang Undang Dasar yang baru, yakni mengacu
pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Selain itu,
kehadiran BUMDes di Desa Daleman ini juga
merupakan hal yang wajib sebagai pengkajian untuk
bantuan pengelolaan limbah menjadi biogas. Pada
akhir tahun 2017 BUMDes berjalan secara optimal.
144
2. Ragam Potensi Optimalisasi Pengelolaan Limbah
a. Sebagai Alternatif dari Gas Elpiji
Limbah yang diolah menjadi biogas menggunakan
mesin IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah), untuk
pengelolaannya akan diserahkan kepada BUMDes
Daleman dan apabila olahan limbah ke biogas mulai
beriperasi akan dijual lebih murah dari Gas Elpiji.
b. Memodali Objek Wisata Outbound
Dengan adanya bantuan dana hibah dari Kedutaan
Besar Negara Denmark untuk pembangunan mesin
IPAL yang dianggarkan sangat besar mencapai 13
miliyar tersebut akan menyisakan anggaran. Maka,
sisa dari anggaran pembangunan mesin IPAL tersebut
dapat turut membantu modal pengembangan destinasi
wisata Outbound Umbul Nilo di Desa Daleman.
c. Memberikan Peluang kepada UMKM
Pengembangan dari Umbul Nilo menjadi objek
destinasi wisata juga dapat memberikan peluang
usaha bagi para masyarakat khususnya penggiat
UMKM. Apabila pengembangan destinasi wisata
Umbul Nilo telah selesai dan berhasil menarik para
wisatawan, maka hal ini dapat membuka peluang
usaha yang besar bagi para masyarakat desa untuk
menjual produk-produk lokal dari usaha para warga
maupun industri setempat untuk kemudian dipasarkan
pada lokasi wisata Umbul Nilo.
145
d. Mengembangkan Aset Milik Desa
Ada banyak aset desa yang dapat dikembangkan di
Desa Daleman, diantaranya sanggar seni kebudayaan
jawa, pemandian Lumbung Tirto, dan gedung sewa
serba guna Ngesti Darmo.
e. Meningkatkan Perekonomian Warga
Aspek yang paling utama dari poin ini adalah
pengentasan masalah pengangguran. Sebab apabila
semua poin diatas telah sukses berjalan secara
maksimal akan meningkatkan taraf kesejahteraan bagi
masyarakat di Desa Daleman, karena nantinya dari
objek wisata Umbul Nilo tersebut, selain untuk
outbound juga akan dibangun ruang sewa untuk
diskusi dan rapat tentunya akan menarik jumlah
pengunjung dan menguntungkan UMKM, dari situlah
warga pengangguran jadi berkurang. Selain itu, pola
hidup dari perilaku membuang limbah dapat teratasi
secara perlahan. Sebab telah ada himbauan bagi para
warga desa bahwa lingkungan desa akan dijadikan
sebagai objek wisata, maka area lingkungan desa
terutama pada aliran sungai harus bersih dari
pencemaran limbah industri.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah disimpulkan,
peneliti menangkap adanya implikasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
sehubungan dengan dinamika pemberdayaan masyarakat
146
berbasis potensi desa. Maka, peneliti dapat berimplikasi
beberapa hal berikut:
1. Industri pati onggok sebagai aset milik desa, sebetulnya
telah membantu sebagian masyarakat desa dari masalah
pengangguran, pada dasarnya pemilik usaha dan pekerja
yang ada didalamnya merupakan masyarakat setempat.
2. Aparatur desa sebagai penggerak dan fasilitator desa telah
berjasa membangun kerjasama dengan lembaga-lembaga
strategis dari sektor lokal, nasional hingga internasional.
3. Masyarakat desa sebagai bagian dari yang terlibat dalam
proses dinamika diharapkan dapat turut serta membantu
seluruh elemen untuk meningkatkan kesejahteraan desa.
C. Saran
Berdasarkan implikasi yang telah diuraikan, maka peneliti
memberikan saran, sebagai berikut:
1. Bagi pihak industri pati onggok, harus mengubah pola
kebiasaan membuang limbah ke sungai, guna menjaga
kenyamanan seluruh elemen masyarakat.
2. Bagi pihak aparatur desa, alangkah lebih baik melakukan
transparasi dana bantuan 13 milyar tersebut, dengan
menguraikan semua estimasi biaya penggunaannya.
3. Bagi masyarakat desa, hendaknya mendukung kebijakan
pembangunan dan pengembangan potensi-potensi yang
ada di desa dengan turut menjaga kelestarian lingkungan
destinasi wisata serta aset-aset desa yang lainnya.
147
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bakir, Suyoto.R dan Sigit Suryanto. (2006). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Edisi Terbaru. Batam: Karisma Publishing Group.
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Bungin, Burhan. (2009). Analisis Penelitian Data Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo.
Camara, Dom Helder. (2005). Spiral Kekerasan. pengantar oleh Lambang Trijono. Yogyakarta: Resist Book.
Chaplin, J. P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono, 2006). Jakarta: PT. Raja Graindo Persada.
Deddy, Mulyana. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Dereau, Christoper. (2013). Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan. TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) PhaseII.
Farihah, Ipah. (2006). Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Gunawan, Iman. (2013). Metode Penelitiaan Kualitatif :Teori dan Pratilik. Jakarta: Bumi Aksara.
148
Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Hidayat, Syarifudin dan Sedarmayanti. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung : Mandar Maju
Horton B., dan Chester L. (1987). Sosiologi. Jilid I. Terjemahan Aminudin Ram dan Tita Sobari. Jakarta: Erlangga.
Huraerah, Abu dan Purwanto. (2010). Dinamika Kelompok, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Johnson, David W., dan Frank P. Johnson, (2012), Dinamika Kelompok: Teori dan Ketrampilan, edisi Sembilan. Jakarta: Indeks.
Johnson, Doyle Paul. (1994). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Erlangga
Kartasasmita, Ginanjar. (1997). Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang Berakar Para Masyarakat. Yogyakarta: UGM Press.
Koentjaraningrat. (1981). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. (2003). Pengantar Antropologi Jilid I. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munir, B. (2001). Dinamika Kelompok, Penerapan dalam Laboratorium Ilmu Perilaku. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Narwoko J.Dwi. dan Suyanto Bagong. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada media.
149
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. (2007). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media Group.
Nitimihardjo, Carolina dan Jusman Iskandar. (1993). Dinamika Kelompok. Bandung: Sekolah Tinggi Kesejateraan Sosial.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Panarka, A.M.W. dan Vidyandika Moeljarto. (1996). Pemberdayaan (Empowerment), Penyunting : Onny S. Prijono dan A.M.W. Pranarka, Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan Implementasi, Jakarta: CSIS.
Pelly, Usman dan Asih Menanti. (1994). Teori-Teori Sosial Budaya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Poerwanto. (2000). Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahman, A , H.I. (2007). Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rukhiyat, Adang dkk. (2003). Panduan Penelitian Bagi Remaja. Jakarta: CV. Tumaritis.
Santosa, Slamet. (2009). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana. Preneda Media Group.
Soekanto, Soerjono. (2004). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
150
Soemarwoto, Otto. (1983) Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.
Sugiharto. (1987). Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI- Press.
Sugiyono. (2014) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sumardjo. (1999). Transformasi Model Penyuluhan Pertania Menuju Pengembangan Kemandirian Petani (Kasus di Propinsi Jawa Barat). Disertasi: Institut Pertanian Bogor.
Sutrisno. (2003). Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta : Rajawali Press.
Sztompka, Piotr. (1993). Sosiologi Perubahan Sosial (terjemahan Alimandan, 2004). Jakarta: Prenada Media Group.
Tjokrowinoto, Moeljarto. (2004). Pembangunan Dilema Dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Walgito, Bimo. (2010). Pengantar Psikologi Umum. cetakan ke 19. Yogyakarta: C.V Andi.
Widiasari, Yuki. (2009). Dinamika Psikologis Pencapaian Successful Aging pada Lansia yang Mengikuti Program Yandu Lansia, [Tesis]. Yogyakarta: UGM.
Widjaja, A.W. (2003). Otonomi Desa Merupakan Otonomi Bulat, dan Utuh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Winardi. (2007). Manajemen Konflik (Konflik Perubahan dan Pengembangan). Bandung: Pustaka Setia.
Windhu, I Marsana. (1992). Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
151
Artikel dan Jurnal:
Ayub, Maulana. (2017). “Dapat Bantuan dari Denmark, Limbah Pati di Daleman Bakal Diolah Jadi Biogas”, (Berita Online: http://klaten.sorot.co/berita-3999-dapat-bantuan-dari-denmark-limbah-pati-di-daleman-bakal-diolah-jadi-biogas.html) Sorot Klaten, 09 November 2017.
Faturochman, dan Ancok, Djalaludin. (2001). “Dinamika Psikologis Penilaian Keadilan”. Jurnal Psikologi (UGM, Yogyakarta). NO. 1, 41 - 60. ISSN : 0215 - 8884.
Herriyanti, Andhina Putri. (2015). “Pengelolaan Limbah Ternak Sapi Menjadi Biogas”. Jurnal (IKIP Veteran, Semarang), Vol. XXII, No. 01.
Jaka. (2017). “Pengelohan Limbah Pati Onggok di Klaten Dianggarkan Rp 16 Miliar”. (Berita Online: https://www.solotrust.com/read/1287/Pengelohan-Limbah-Pati-Onggok-di-Klaten-Dianggarkan-Rp-16-Miliar.html) Solotrust, 23 Oktober 2017.
Larsono, Joko. (2017). “Pemprov Jateng Gandeng Denmark Mengolah Limbah Pati Onggok Jadi Energi Listrik di Klaten”. (Fokus Jateng, 23 Oktober 2017, Berita Online: https://www.fokusjateng.com/2017/10/23/pemprov-jateng-gandeng-denmark-menggolah-limbah-pati-onggok-jadi-energi-listrik-di-klaten.html)
Larsono, Joko. (2017). “Soal Pengolahan Limbah Pati Onggok Jadi Energi Listrik, Ini Kata Camat Tulung Klaten”. (Fokus Jateng, 24 Oktober 2017, Berita Online: https://www.fokusjateng.com/2017/10/24/soal-pengolahan-limbah-pati-onggok-jadi-energi-listrik-ini-kata-camat-tulung-klaten.html)
152
Ningrum, Epon. (2005). “Pendayagunaan Lingkungan bagi Pemberdayaan Masyarakat”. Jurnal (UPI, Bandung), Vol. IV, No. 01.
Salam, Aprinus. (2007). “Perubahan Sosial dan Pertanyaan tentang Kearifan Loka”l. Jurnal (Studi Islam dan Budaya Ibda’), 5 (2): 257-275.
Saptoto, Ridwan. (2009). “Dinamika Psikologis Nerimo dalam Bekerja: Nerimo sebagai Motivator atau Demotivator?”. Jurnal Psikologi Indonesia (UGM, Yogyakarta), Vol VI, No. 2, 131-137, ISSN. 0853-3098.
Soleh, Ahmad. (2017). “Strategi Pengembangan Potensi Desa”. Bandung: Jurnal Sungkai, Vol 5, No 1: 32-52.
Dokumen dan Undang-undang:
BPS Kabupaten Klaten. (2019). UPTD Kecamatan Tulung dalam Angka 2019. Klaten: Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. Dipublikasikan.
Peraturan Pemerintah (PP). Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Tim Perumus RPJMDes. (2014). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Daleman Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten Periode 5 Tahun. Klaten : RPJMDes Daleman.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat-surat.
Pada saat proses penggalian data di lapangan berlangsung,
peneliti juga melakukan kunjungan ke perpustakaan Universitas
Gajah Mada guna melengkapi referensi untuk tinjauan pustaka.
Lampiran 2: Dokumentasi.
Proses wawancara:
Kondisi desa:
Lampiran 3: Transkip Wawancara.
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Bapak Mursito (Kepala Desa) Waktu : 08 Juli 2019
1. Apakah bapak mengetahui Tesis S2 mahasiswa UGM Fakultas Sains pada tahun 2011 yang meneliti tentang biogas hasil limbah pati onggok di dukuh bendo? Oh, waktu itu saya belum jadi kepala desa karena baru dilantik menjadi kepala desa pada tahun 2013, jadi Tesis mahasiswa UGM tentang biogas di dukuh bendo pada tahun 2011 itu ada dijaman kepala desa sebelum saya yaitu bapak Bachtiar Joko Widagdo. Namun tidak berjalan dan tidak menghasilkan biogas karena gagal akibat adanya kandungan kaporit yang banyak.
2. Industri pati onggok/tepung aren sudah sejak kapan pak? Ya ada sudah sejak kisaran tahun 60’an tapi tidak dicatat dalam sejarah.
3. Itu awalnya bagaimana pak dari akar masalah sampai proses pengajuannya? Pada tahun 2013 akhir permasalahan ini diajukan kepada DLH pemkab klaten karena sudah hampir setengah abad (40an tahun lebih) terbengkalai, kemudian dari pemkab klaten dilakukan peninjauan limbah, setelah itu pemkab melakukan audiensi dengan pemprov jateng. kemudian oleh Pemda Bapeda jawa tengah dan SP3 Daninda dari denmark melakukan peninjauan kembali atau penelitian dan uji coba oleh BPTP pada tahun 2014-2015, dari situ limbah cair didapat ada potensi jadi biogas, itupun untuk limbah cair harus dipancing dengan kandungan rumin, dari sapi terlebih dahulu agar menghasilkan biogas atau sebagai pemancing awal untuk pembibitan bakteri. Pada prosesnya dari 2015-2017 baru disetujui oleh SP3 maka mulai dilakukan pembangunan mesin pengolah limbah pada januari 2018, rencana selesai desember 2018, mungkin bulan agustus atau september 2019 ini bisa dan
diresmikan karena memang pembangunan sudah sampai ke tahap akhir.
4. Jadi bisa yaa pak limbah yang mencemari sungai itu digunakan? Yaa bisa saja, itu pakai limbah apapun bisa, jadi dalam mesinnya itu an -aerobik nanti dimasukan limbahnya agar bakterinya berkembang dan bisa cukup menghasilkan gas, saluran pipa sudah sampai sebanyak 600 KK. Kemudian nanti ketika sudah berjalan pengelolaan biogas ini akan diserahkan kepada BUMDes Daleman.
5. Nanti rencananya itu hasil biogs yang tersebar akan dijual lebih murah dari elpiji ya pak? Yaa kita belum tau, maksimal yaa bisa sama/setara harganya dengan elpiji karena nanti biaya operasional mesin pengolahnya pasti tinggikan mestinya bisa sama dengan harga elpiji. Tapikan dari segi keamanan dan efisienkan tidak perlu repot-repot beli cabut/pasang ganti gakusah ambil sudah setiap hari ada tersedia.
6. Apabila sudah mulai jalan yang mengelola langsung BUMDes yaa pak dana dari penjualan biogas? kalo sudah berjalan langsung BUMDes semua yang kelola
7. Apakah Denmark ikut ambil untung pak? tidak ambil untung, karena itukan dana hibah sebesar 13 milyar murni dihibahkan memang untuk diserahkan ke desa dan menjadi aset desa yang akan dikelola BUMDes
8. Kalo mesin dan perlengkapannya itu dari mana pak? Yaa semuanya dari denmark, tapikan bahannya dari sini
9. Bisa jadi nanti dana yang dikelola bumdes bisa dimanfaatkan lagi yaa pak? Yaa mungkin nanti untuk operasional itu diserahkan ke pemda karena desa gaksanggup membiayai jadi disubsidi untuk biaya oprasional (listrik dll).
10. Apakah pihak kecamatan ikut campur tangan? Hanya meresmikan saja, artinya kecamatan mungkin kalo ada itung-itungan lewatnya situ dan bila ada acara seremonial pembukaan maupun peresmian, kecamatan ikut dilibatkan. Untuk lebih jelas lengkapnya mengenai BUMDes bisa langsung mewawancari pak sugiarto ketua BUMDes Daleman dan untuk rumah yang pernah diuji coba biogas itu di rumah pak abu dukuh Bendo.
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Bapak Kesdik (Sekretaris Desa) Waktu : 10 Juli 2019
1. Apa yang mendasari kedutaan besar negara denmark mau memberikan bantuan, pak? itu awalnya karena persoalan lingkungan, lingkungan hidup terutama sungai sudah sangat tecemar oleh limbah cair dari industri-industri pati onggok yang ada selama bertahun-tahun bahkan sudah puluhan tahun, namun penanganannya tidak kunjung menemukan jalan keluar, sehingga mengakibatkan air sumur di dukuh-dukuh yang terlewati aliran sungai menjadi tak layak untuk digunakan, pada intinya memang kita mengajukan persoalan ini ke pihak pemda kab. klaten yang kemudian meraka pun turut prihatin atas kondisi tersebut maka oleh pemkab diajukan kepada pemprov jateng naah dari situ terjalinlah proses kerjasama yang melibatkan kedutaan denmark bidang penanganan lingkungan yang juga turut prihatin dan mau membantu menyelesaikan persoalan sungai dan sumur-sumur yang tercemari limbah industri pati onggok di desa daleman, jadi apabila nanti itu berhasil yang paling menjadi prioritas utama adalah supaya air limbah menjadi layak buang, untuk menjadikannya biogas merupakan alternatif yang kedua, jadi begitu tujuannya seperti itu, karena ternyata sempel data yang diambil waktu itu KK penduduk masih banyak yang usaha pati onggok namun setelah dilakukan pengecekan ulang ternyata sudah sangat jauh berkurang dan juga mengurangi potensi besarnya aliran limbah cair dari industri pati, jadi untuk memenuhi kebutuhan gasnya juga berkurang, awalnya lebih dari 1000 jadi berkurang 600 bahkan mungkin bisa berkurang lagi, jadi yang penting menyelamati lingkungan supaya sungai itu bersih dan tidak tercemar.
2. Apakah kedutaan denmark mengambil keuntungan pak?
Oh tidak, jadi itu istilahnya kalo antar negara disebutnya hibah dan itu bantuan yang murni, artinya tidak ada keuntungan yang diambil oleh negara denmark.
3. itu kerjasamanya langsung dinaungi pemprov ya pak? iyaa itu bappeda provinsi jateng dan dinas lingkungan hidup kab. klaten, yaa karena sebelumnya dari awal itu udah banyak pihak yang beberapakali melakukan uji coba memberikan bantuan untuk menyelesaikan masalah limbah tersebut namun selalu gagal, kemudian dari denmark bisa turut membantu.
4. Kalo prilaku dari para pengusaha industrinya sendiri apakah sudah ada kesadaran untuk peduli limbah pak? waah itu sudah sulit karena kebiasaan yang sejak lama terbangun, jadi mungkin kesadaran itu ada tapi untuk aksinya itu belum ada.
5. Industri pati onggok sudah sejak tahun berapa pak industri itu ada? itu udah lama mungkin dari sekitar tahun 50-an sebelum ada mesin pembelah, dulu cuma dipotongin manual.
6. Berarti sekarang ada peluang untuk berhasil dari yang sebelumnya gagal yaa pak? yaa kalo tujuan utama mengatasi sungai kemungkinan bisa ada harapan, namun untuk biogas secara maksimal itu belum bisa diprediksi meskipun mesin pengolah limbahnya sudah sangat canggih yaa, karena pengusaha produksi pationggok sudah sangat berkurang.
7. kenapa itu kendalanya bisa berkurang, pak? yaa namanya juga usaha pasti ada pasang surut disamping mahalnya bahan baku utama dari pohon aren yang impor dari luar daerah mungkin karena turunnya keuntungan dan peminatnya, karena bertambahnya pesaing, itu yang menyuplai limbahnya jadi ikut berkurang karena banyak yang berhenti berusaha.
8. Disini tidak ada bahan baku utama pohon aren itu dari luar daerah kenapa banyak yang minat jadi buat bihun yaa pak? yaa naamanyaa sudah turun temurun tinggalan dari zaman dulu jadi sudah tidak bisa digantikan mungkin dulu disini banyak bahan baku utamanya namun makin lama
berkurang terus menerus sampai hilang, maka yaa sekarang ini harus mendatangkan atau membeli dari luar daerah pacitan, kalimatan atau jawabarat.
9. Jadi intinya yang penting air lmbah ini supaya menjadi layak buang yaa pak? yaa kemarin setelah saya pahami itu intinya supaya sungai tidak luas mencemarinya, apalagi kalo nanti sudah sampai mencemari industri pabrik Aqua itukan malah akan makin merepotkan, karena aliran limbahnya juga mengarah ke pabrik aqua, makanya sebelum terjadi sudah langsung dinaungi pemkab dan pemprov karena dari pihak desapun sudah mengusahakan dengan segala cara namun tidak kunjung menemukan jalan keluar.
10. Apa harapan dari bapak apabila biogas ini bisa berjalan? kalo nanti dia pake biogas itu secara ekonomis bayarnya gimana lebih murah atau malah lebih mahal? kalo lebih murah khawatir malah warga mintanya gratis itu masalahnya, kalo harapan saya kan gak seperti itu tapikan mereka berpikir orang tempatnya sendiri kok bayar begitu. terutama yang menyuplai limbah dari pengusaha itu ketakutannya adalah begitu sulitnya pola pikir warga desa yang merasa sangat pribumi, mereka bilang bahannya dari kita kok harus bayar yaa itu kekhawatiran saya, karena ada kasus kemarin PDAM buka usaha dari mata air situ tapikan pompa air modalnya dari PDAM biayanya sesuai peraturan bupati, tapi warga berfikir masa airnya dari tempat sendiri harus bayar, waktu bappenas menunjuk itu dari pemda juga pesimis apalagi diserahkan bumdes karena bumdes kalo disuruh kelolakan mereka maunya ada untung, tapikan untuk mencapai keuntungan biogas itu sangat jauh apalagi dipotong biaya operasional listriknya saja sudah sangat mahal bahkan APBDes pun angkat tangan tidak sanggup karena memang menjalankan mesin-mesin yang sudah sangat canggih, bisa 7 juta/bulan makanya kita serahkan pemkab agar bisa terus berjalan, jadi suatu bangunan untuk menyelamatkan lingkungan bukan bisnis dari biogas yang disalurkan, intinya supaya layak buang air limbahnya, itu prioritas utama kita.
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Bapak Sugijarto (Ketua BUMDes) Waktu : 14 Juli 2019
1. Bagaimana awal bumdes ada pak? BUMDes Daleman itu mulai transional pada desember 2017 betul-betul mulai proses, karena sebelumnya sudah ada tapi masih fiktif karena syarat suatu desa untuk mendapat bantuan dari pemerintah itu harus ada BUMDes, dulu sudah ada semacam BUMDes namanya sembada lestari tapi masih fiktif. Seperti mengelola aset-aset desa itukan tugasnya BUMDes. Awalnya karena ada bantuan biogas pada awal 2018 maka untuk pengkajian itu dibuatlah BUMDes Daleman pada desember 2017, untuk bantuan langsung dari kedutaan negara denmark itu kalo sudah jadi yang mengelola bumdes yang targetnya selesai pada akhir 2018 tapi hingga sekarng masih mundur-mundur terus peresmiannya belum bisa beroperasi.
2. Apakah pihak kedutaan denmark mengambil keuntungan pak? tidak ada, itu bantuan murni seperti hibah, bantuan itu untuk pengelolaaan limbah supaya bisa dikelola limbah cair yang mencemari sungai itu. Nah, nanti mestinya kalo sudah berjalan dan menghasilkan biogas seharusnya mendapat untung. Gambaran saya paling tidak kalo nanti itu sudah jadi bisa dijual bakal lebih murah dari elpiji.
3. Untuk saat ini apa saja yang dikelola oleh BUMDes pak? Sekarang ini BUMDes mengelola Gedung di dukuh Cokro namanya gedung Ngesthi Dharmo yang disewakan untuk acara pernikahan dan lain sebagainya, kemudian ada pemandian lumbung tirto (kolam renang) dan umbul Nilo (sumber mata air) yang sekarang sedang mulai proses pengembangan inysaAllah tahun 2020 jadi. Nah keuntungan dari aset desa tersebut masuk ke dana desa.
4. Jadi cikal bakal adanya bumdes itu karena memang sebagai syarat untuk dapat bantuan ya pak?
Enggak bukan begitu, jadi yang jelas adanya Bumdes itu bukan masalah itu yaa (agar dapat bantuan), tapi memang karena amanat dari UUD (UU No 6 thn 2014 tentang Desa dan PP 142 No. 43 tentang Pelaksanaan UU)
5. Berarti diBUMdes tidak ada dinamika forum dalam proses pembentukannya pak? Kalo dinamika forum mungkin nanti ada setelah BUMdes sudah betul-betul eksislah dan hasil pendapatannya besar itu mungkin dinamikanya ada, tapi kalo masih merintis seperti saat ini tidak ada karena belum banyak hasil pendapatannya, yang kelola sekarang itu pejuang semua.
6. Maksudnya pejuang sukarela, pak? Iyaa, bukan sukarela ikhlas tapi memang kita mendapat amanat dari desa untuk mengelola bumdes yang gakada hasilnya. Untuk sementara itu, insyaAllah disinikan yang dipasrahkan orang-orang akademis yang sudah pensiun seperti saya ini, saat ini dalam strukturpun dibagi menjadi dua, yaitu direktur 1 & 2, sekretaris 1 & 2, bendahara 1 & 2, yang utama itu sudah pada tua kepala 55 tahun keatas seperti saya, sedangkan yang kedua itu diisi para wakil yang masih muda-muda yang memang dipersiapkan untuk generasi muda penerus kepengurusan BUMDes Daleman, jadi ketika sudah eksis pada periode selanjutnya biar dikelola sama yang muda-muda agar lebih progresif.
7. Bapak sudah sejak kapan jadi ketua BUMDes? Yaa tahun 2017 itu mulainya desember 2017 dengan nama bumdes yang sebelumnya bernama sembada lestari yang saya bilang masih fiktif, jadi karena keharusan setiap desa memiliki Bumdes untuk mengelola aset-aset desa. dimana hasil keuntungan yang dikelola itu masuk ke dana desa maka saya diberikan amanat untuk merintis Bumdes.
8. Kalo sembada lestari ada sejak kapan pak? Sebelumnya, beberapa tahun sebelumnya itukan kadang-kadang dapat bantuan tapi harus ada semacam bumdes yaa sama tapi tidak eksis, maka ketika berubah menjadi BUMDes harus eksen dan saya digalakan oleh teman-teman agar merintis BUMDes itu, karenakan kalo langsung diurus oleh pemerintahan desa hasilnya rancu yaa makanya aset-aset tersebut diserahkan kepada
BUMDes untuk dikelola. Jadi karena nama saya ada dan tercantum dalam struktur saya harus bisa berbuat manfaat maka untuk merintis BUMDes ini saya ikuti jaringan BUMDes GO forum BUMDes se-kabupaten Klaten sering ada seminar dan rapat-rapat itu saya ikuti berjalan sambil belajar dan menerapkan kerja praktek.
9. Dana bumdes hari ini dimanfaatkannya kemana pak? Dana bumdes jadikan sekarang pemasukan dari gedung persewaan, naah di gedungkan ada karyawan satu orang yang merawat kebersihan dll.. dia mengambil penghasilan dari jualan di gedung nanti honornya gakada, cuman nanti setelah satu tahun itu dikalkulasikan pendapatannya berapa persen (%) dia baru bisa kasih itu saja nanti memang masih merintis kadang satu tahun Rp. 2 juta dapatnya, tapi hariannya itu tidak saya otak atik dia jualan makanan minuman kepada orang yang main badminton di gedung bisa untuk hariannya, kadang-kadang ada disewa untuk pernikahan, saya bilang untuk parkir dan sebagainya itu urusan mas hadi silahkan, tapi hasil sewa gedung dll.. itu pemasukannya ke BUMDes.
10. Lalu diBUMDes dananya untuk apa pak? Di BUMDes nanti ada pembagiannya, di BUMdes kan masih, itu masuk harta bumdes umpamanya Rp. 8 juta, terus nanti untuk karyawan Rp. 2 juta terus nanti berapa persen (%) untuk pengurus bumdes, nanti sisanya baru kita kasihkan ke desa, jadi setelah dipotong cost/biaya atau hasil kotor dipotong biaya baru kita kasihkan ke desa itu dari hasil gedung satu tahun, hilang listrik hilang tenaga kerja hilang kebersihan dari operasioanal dan lain sebagainya. Nah berjalannya kan seperti itu di Umbul nilo juga akan seperti itu yaa mungkin karena dari umbul nilo itu besar maka kita buat time schedulenya bisa setiap tiga bulan atau berapa bulan nanti kita hitung lalu disetor supaya desa juga berjalan, kalo tidak begitu desa juga tidak berjalan, nanti tiga bulan kita kasihkan, tiga bulan kita kasihkan gitu.
11. Jika Biogas nanti sudah berjalan, rencana jangka panjanganya bagaimana pak? Jangka panjangnya ya pasti kita hitung, misalnya satu kilo seperti gas itu nanti kita hitung berapa, kan ada
meterannya setiap masuk rumah ada meteran, dan harus lebih murah dari pada elpiji untuk perhitungannya itukan nanti langsung masuk ke rumah-rumah, gas itu gak masuk ke tabung tapi langsung masuk ke rumah langsung masuk ke tungku pengapian, disitu ada keran, keran seperti air itu pas dibuka langsung hidup. Nah meterannya sudah berapa itu kita lihat dari situ, gambarannya seperti itu, kalo mau mengelola nanti kita adakan pelatihan yang untuk bertanggungjawab mengelola nantinya siapa, kan mesin-mesin peralatan modern kalo gakada pelatihan malah semrawut, paling engga disamping pelatihan nanti juga ada pendampingan, kalo engga gitu nanti gak jalan, nanti kalo kita tidak mendapatkan keuntungan atau biaya habis maka kita akan berusaha untuk studi, terus kalo sudah ada keuntungan itu kita kembangkan menjadi objek wisata sebagai rencana yang sudah didepan mata.
12. Apabila BUMDes sudah maju dan pendapatan sudah maksimal, apa rencana pengembangan kedepan pak? Yaa mestinya seperti itu, intinya yaa kalo desa itu makmur dana itu nanti digodog untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, saya gambarkan saja sekarang di pengembangan Wisata Umbul Nilo itu kita akan buat tempat persewaan untuk rapat mengenai pengelolaan dan lain sebagainya kita serahkan ke BKK, terus yang punya produk-produk seperti misalnya makanan khas tradisional supaya dibungkus yang bagus dan akan dipasarkan di sana, apa saja seperti produk dari UMKM serta industri setempat itu nanti kita pasarkan di sana, kalo memang itu berkembang nanti kita minta dinas perindustrian supaya memberikan pendidikan ataupun pelatihan dengan anggaran dinas bukan dari kita. Nanti kerjasama dengan kita, bagi pengusaha yang kurang modal kita berikan, rencananya seperti itu dan ini melewati dasa wisma-dasa wisma, dasa wisma itu yaa bagian dari PKK atau kelompok-kelompok dari masyarakat Desa Daleman membuat keripik singkong umpamanya atau buat apa, silahkan dipake baik-baik modalnya berapa yaa digunakan sebaik-baiknya kan nanti ada hasilnya, minimal bisa mengurangi pengangguranlah. Kemudian kita akan kerjasama dengan desa sekitar, jadi tidak ada egoisme
individu desa agar bisa disuplai dimanapun dan melalui jaringan tersebut pemasaran produk bisa meluas.
13. Lalu dana dari BUMDes yang diberikan ke desa itu digunakan untuk apa pak? Yaa dana itu kembali lagi untuk operasional BUMDes sendiri, kan BUMDes ada pengurusnya nanti pengurusnya ini butuh perlengkapan apa saja bakalan dibelikan oleh desa, seperti laptop, meja kerja dan lain sebagainya segala kebutuhan yang diperlukan BUMDes. Lalu penambahan fasilitas dan perlengkapan dari aset yang dimiliki seperti kursi dan meja kipas angin lampu dan sebagainya di gedung persewaan maupun fasilitas untuk lumbung tirto dan umbul nilo, untuk nilo itu nanti paling banyak itu bumdes punya nanti tinggal diperbesar dari indofood sudah ditawari, dari BNI sudah ditawari kerjasama, indofood itu kita jadikan agen utama kalo mau, yaa kita kaji dulu untung ruginya BNI nanti buka kantong seperti buka kass atau transfer atau pengiriman hasilnya berapa, nah nanti kalo transaksi itu besar tau-tau dapet bonus berapa ratus juta gituu itu dari BNI. Kita juga terhubung dengan forum BUMDes se-kabupaten Klaten ini total ada 20 BUMDes yang terjaring didalamnya namanya BUMDes GO
14. Bagaimana jaringan forum bumdes go sekabupaten klaten ini berjalan pak? Jadi nanti kita buat tempat wisata air, karena rata-rata di klaten itukan air bahkan dapet julukan kota sejuta mata air makanya industri air minum aqua pun ada di klaten. Nah karena semuanya air, kita buat kesepakatan agar masing-masing tidak sama dan mempunyai ciri khas tersendiri, seumpamanya antara umbul ponggok dan umbul nilo di daleman, jika ponggok sudah memiliki ciri khas snorkling foto menyelam di dalam air dengan berbagai hiasan property maka di umbul nilo nanti kita buat wisata edukatif seperti permainan yang mendidik seperti bumi perkemahan outbound dan lain sebgainya, itu nanti luas pembangunannya menggunakan tanah milik kas desa yang saat ini masih sawah, kita sudah buat konsep master plann yang besar, intinya supaya terkordinasi untuk menampilkan yang berbeda dengan ciri khas disetiap
destinasi mata air dimasing-masing BUMDes, insyaAllah 5-10 tahun kedepan sudah bisa terwujud dan proses pembangunan sudah berjalan dikerjakan di Umbul Nilo, 2020 target kita pembangunan tahap pertama bisa selesai.
15. Dana yang digunakan untuk pengembangan umbul nilo didapat dari mana pak? memang saat ini modal pengembangan umbul Nilo itu kita pakai dari anggaran dana milik desa, namun tidak menutup kemungkinan apabila pembangunan IPAL itu ada sisa dana bisa digunakan untuk menambahkan modal pengembangan destinasi wisata Umbul Nilo
16. Apa pengembangan yang akan dilakukan setelah umbul nilo? dulu saya pernah merencanakan pembuatan sanggar budaya dengan memanfaatkan kantor desa yang lama, karena sangat disayangkan bangunan yang masih kokoh tapi tidak terawat, saya pernah diskusikan hal ini dengan kepala desa sebelumnya yaitu Bapak Bachtiar Joko Widagdo, rencananya konsep ini akan saya teruskan kepada Bapak Mursito apabila pengembangan umbul nilo selesai dan dana desa sudah mencukupi.
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Bapak Dede (Ketua Kontraktor) Waktu : 15 Juli 2019
1. Ada berapa KK yang tersalurkan biogas? Awalnya ditargetkan 1000 KK lalu menurun menjadi 600 KK tapi karena pasokan bahan bakunya (limbah) berkurang jadi bisa menurun sampai 300 KK yang disalurkan bahkan bisa sangat mengurang hanya menjadi 100 KK yang tersalurkan.
2. Selain limbah, apakah juga menggunakan kotoran sapi untuk produksi biogas? Yaa kita gunakan bakteri dari sapi itu sebagai pemicu, jadikan bakteri dari rumin dan kotoran sapi itu kita kumpulkan disatu wadah, lalu kemudian nanti kita campurkan dengan limbah dari sungai yang telah melalui proses penyaringan kaporit terlebih dahulu, sebagai makanan untuk perkembangbiakan bakteri tersebut agar semakin banyak
3. Kotoran sapinya dapet dari mana paak? masih dari sekitar sini perbatasan boyolali – klaten kok
4. Apa saja kendala selama proses pengolahan limbah pak, apakah dapat teratasi? Kendalanya yaa kaporit, sebetulnya tidak bisa diatasi kaporitnya karena kandungannya yang sangat tinggi, tapi bisa terjadi kaporitnya menurun, bisa lebih menurun lagi bila ditambah mesin treatmen agar air limbah jadi layak buang. Kemarin analisis dari UGM dan Dinas LHK kaporitnya masih tinggi.
5. Mesin apa yang digunakan untuk mengolah imbah ke biogas? Alat ini namanya instalasi pengolah air limbah pati aren, atau bisa disingkat IPAL, nah dari mesin ini ada kemungkinan biogas, pasti akan ada gas, tapi asumsi sekarang untuk sementara karena biogas belum beroperasi, namun bila sudah terealisasikan baru bisa disalurkan ke masyarakat.
6. Apa target yang ingin dicapai dari adanya mesin IPAL, pak? dalam konteks sosial masyarakatnya paling tidak bisa membantu kesadaran masyarakat pelan pelan sedikit sedikit, kalo memang berhasil walau kemungkinan bisa jadi biogas gak banyak, tapikan toh kalo nanti jadi masyarakat belum tentu mau beralih dari Elpiji ke biogas karena banyak resiko-resiko yang dipikirkan masyarakat nanti apakah kebakar meledak atau apa itukan gakpake kompor secara langsung dari selang-selang yang disalurkan pake korek api nyalainnya.
7. Sudah sejak kapan proyek IPAL berjalan? ini sudah diteliti sejak 2013, dibangun mesin IPAL desember 2017, juli saya menang tender, september pengesahan, desember dimulai.
8. Tender itu apaa yaa pak? itu seperti manajemen sih siapa yang konsepnya disetujui dari seleksi seperti saembara.
9. Apakah setiap hari rutin mengontrol pak? semuanya dikontrol yang utama itu tempat udara kalo gak dikontrol kempes itu nanti untuk wadah biogas bila sudah jadi.
10. Ini server disini tinggal klik dari sini semua udh berjalan terkontrol terpusat disini pak? iya benar begitu, ini udah terlalu canggih mesinnya..
11. Kapan mesin ini bisa mulai beroperasi pak? Masih menunggu satu rangkaian mesin pelengkap lagi setelah itu baru bisa dimulai, mungkin bulan agustus sudah bisa dimulai.
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Bapak Abu (rumah uji coba biogas) Waktu : 20 Juli 2019
1. Jadi awalnya bagaimana pak kok bisa di rumah bpk sbg tempat uji coba? Iya karena disini lokasinya yang paling dekat dengan tempat ambil air limbah dan dari mesin pengolahnya, jadikan kalo lebih deket biar efisien dan gaksusah ambil air limbahnya.
2. itu selangnya sudah sampe ke sini pak? udah tapi banyak yang mati sih gaksampe kesini airnya
3. Kapan uji coba dilakukan disini pak? Yaa sekitar 2 (dua) tahun yang lalu sebelum dibangunnya pabrik mesin pengolah limbah. yaa sekitar tahun 2016 uji coba disini,
4. Itu pas uji coba disini pake apa pak, langsung ke kompor atau bagaimana? pake air limbah dari pati onggok dan kotoran sapi, bancen (rumin) isi perut sapi,
5. Kendala kendalanya ada gak pak dari uji coba itu? itu karena kaporit banyak kandungannya, kan kaporit untuk memutihkan patinya, itu yang membuat biogas susah terolah, yang ada kaporitkan nanti harus diolah disaring dulu.
6. Jadi semenjak ada mesin baru dari kedutaan denmark itu belum diuji coba pak? belum, kayaknya belum sih disini cuma uji coba untuk sampling aja sebelum bangun mesin disana
7. Itu pipa-pipanya udah ada disini pak? Sudah, udah ada galian lewat tanah dikubur pipanya
8. Itu pas uji coba disini pake apa pak? kan itu kecil-kecilan yaa uji cobanya pake penampungan untuk gas langsung pake korek api
9. Ada masalah pas uji coba pak? yaa itu kalo ada air kaporit kan kuman-kuman bakterinya jadi mati, yaa kemarin-kemarin sih yaa mas yang saya tau udah berkali kali uji coba tapi selalu gagal waktu itu, yaa
memang pas disini gasnya keluar tapi gakbanyak karena kendala ait kaporit itu, jadi semuanya butuh kotoran sapi itu untuk starnya, kalo limbah tahu pasti jadi kalo yang pati onggok inikan karena kaporit itu bagi saya masih sanksi.
10. Itu dari kedutaan denmark setau bapak ambil keuntungan gak dari dana hibahnya? engga sih kayaknya setau saya itu bener-bener dana bantuan
11. Ini programnya dari pemrov pak? yaa begitu pengelolaan air limbah bisa kemungkinan bisa diolah, dibuangnya ke kali jadi udah bersih begitu, kan itu dua alternatif dibersihin bisa kalo ada gas bisa buat biogas
12. Andai kedepan biogas ini berhasil bisa berjalan mungkin akan ditarik bayaran ya pak gimana tanggapannya? belum tau sih yaa saya kemungkinannya kesana akan seperti apa
13. Adakah harapan supaya masalah limbah selesai dan bersih sungai tak lagi tercemar dan biogas berjalan pak? tapi kayaknya gakbegitu lancar proskpeknya yaa mas, warga-warga disini itu kebanyakan gak respect dan sudah pesimis gakbakalan jadi begitupun saya sendiri juga gak yakin bakal berhasil, karena udah berkali-kali kan itu gagal terus, kalo salah sedikit kejatuhan satu harus bikin lagi airnya sedikit, apalagi sekarang airnya gakbegitu mencukupi karena udah gakbanyak yang mengalir kesana juga, terus misal bisa sajakan itu saluran kesumbat jadi makin sedikit, kan air itu harusnya selalu ada penambahan buat kumannya itu.
14. Ada gak pak ide dari bapak ttg altermatif menyelesaikn persoalan limbah selain diolah jadi biogas? kalo akusih yaa setelah pengalaman dari pabrik-pabrik menurut saya itu cukup diolah disaring airnya jadi layak buang ke sungai gitu aja supaya bersih gitu agar tidak langsung dibuang ke sungai biar gak mencemari, saya sih gakterlalu berharap biogas kan sudah lebih praktis pake elpiji, kalo bagi pengusaha kayak saya gini sih justru yang
paling dipermasalahkan limbah padatnya mas. pembuangan dari industri-industri ini paling banyak itu yaa yang limbah padatnya itu walaupun bisa buat pakan ternak bisa jamur bisa tapikan untuk disalurkan kesana hanya sedikit, tetep saja menyisakan banyak limbah padat yang ujungnya paling dibuang ke sungai lagi-lagi nambah mencemari sungai mas kalo orang sini mereka yaa udah biasa dari dulu begitu.
15. Ada berapa pengusaha industri pati onggok di desa ini pak? udah sedikit sekarang mas karena sudah banyak berkurang di dukuh Bendo paling yang kecil-kecilan ada 10 usaha yang besar ada 7, belum tau ditambah dari dukuh margoluweh yaa paling sekitar 30-an,
16. Apa yang menyebabkan berkurang pak? yaa karena modalnya mungkin, apalagi bahan dasarnya sudah susah didapatnya bukan dari sini paling ngambil dari wonosobo, pacitan dan lain-lain ngambilnya dari luar daerah jadi harus keluar modal lagi
17. Sebagian besar pengusaha seperti bapak ini justru malah yang paling bermasalah limbah padat? iyaa limbah padat kitakan masalahnya dilimbah padat kalo airkan gakbegitu anu ya soalnya ngalir gitu aja kalo padatkan numpuk-numpuk terlihat makin banyak, sekarang gini mas pemakaian untuk ternak andai ada 5 truk limbah padat paling yang dipake cuma satu trek nah terus sisa limbahnya kan masih 4 truk dan itu selalu nambah, lebih banyak sisanya daripada untuk pakan ternak, memang air mengganggu yaa semua limbah pasti mengganggu padat ataupun cair, kalo disini padat lebih bermasalah daripada air, kalo air susahnya ke sumur-sumur tapi kalo ke tanah yang keraskan bisa jadi empuk kalo dicangkul bisa buat tanaman
18. Jadi harapan bapak sebaiknya cukup hanya diolah jadi bersih saja yaa pak takperlu ke biogas? iya kalo akusih gitu, sekarangkan limbah air dikelola jadi gas pasti ada kendala yaa kaporitnya itu susah karena banyak, jadi sih mungkin tapi kalo 100% itu engga yakin bisa, kalo limbah tahu itu baru bisaa pasti jadi apalagi dari kotoran sapi itu pasti jadi, kalo mau lebih jelas bisa mas
wawancara yang suka kontrol ke mesin limbah itu dia dari UGM kayaknya nah itu malah lebih banyak kalo tanya kesitu detailnya mas bisa kesana kalo udah bawa izin dari pak kepala desa kan enak gampang mereka yang ngurusin dari awal. mereka tinggal menginap di tempat pak handoyo yang kontaktor pabrik mesin limbah mas bisa tanya kesana, ada penanggung jawabnya yang ngurusin dari awal tinggal disitu, yaa itu lebih bagus mas.
19. Kalo Harapan dari masyarakat apa pak? yaa memang yang mengharapkan mungkin ada mas tapi kebanyakan kan gini mas pemikiran kayak kita-kita ini orang bodoh, aah paling gagal lagi, udahlah kan terbiasa biasa pake elpiji lebih gampang tinggal beli sudah ada kok malah gampang, sekarang pake biogas itu takut meledak perjalanan biogasnya kan kompornya platina alatnya dilepas nyalainnya langsung pake korek api dulu pas yang diuji coba disini sih gitu mas.
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Bapak Nasrul (Pengusaha Aren) Waktu : 21 Juli 2019
1. Sejak kapan bapak memulai usaha? sekitar tahun 2005 saya sudah mulai merintis bisnis turun temurun dari keluarga ini mengolah Tepung Aren
2. Limbahnya di kemanakan pak? Limbah padat itu dirimbun dulu di halaman rumah, untuk nanti dijual lagi, kalo yang cair dialirkan ke sungai
3. Apakah sudah dilakukan upaya penanggulangan limbah pak? industri-industri kecil ini kan memang sudah ada sejak lama yaa mas, kita hanya nerusin dari warisan orangtua turun-temurun sampe ke kita ini nah memang ternyata dari dulu itu belum ada solusi penanganan limbah dari industri pati onggok ini yang selalu terus bertambah dari situ kita sadar tapi juga bingung mau diapakan karena sudah semakin banyak limbahnya, apalagi ada dua jenis limbah ada yang padat dan ada yang cair. Jadi belipat juga tanggungan limbah yang harus kita pikirkan
4. Berapa takaran kaporit yang dituangkan pak? kita itu kalo menuangkan kaporit takarannya bisa sampai satu ember cat besar
5. Adakah harapan supaya masalah limbah selesai dan bersih sungai tak lagi tercemar dan biogas berjalan pak? yaa pastinya ada, dan upaya pun sudah dilakukan berulangkali, semoga hasil akhir yang ini bisa berhasil
6. Ada berapa pengusaha industri pati onggok di desa ini pak? Mungkin sekitar 30-an yaa mas, kurang tau juga karena pemiliknya juga kadang ada yang kelola bersama, tapi mungkin sekarang hanya tinggal 20an sudah berkurang
7. Apa yang menyebabkan berkurang pak? Karena impor bahan bakunya dari luar daerah dan harganya cenderung naik, mungkin karena makin terbatas
8. Sebagian besar pengusaha seperti bapak ini justru malah yang paling bermasalah limbah padat? Yaa karena yang cairkan sudah mengikuti arus sungai, sedangkan yang padat malah meyempitkan akses jalan dan halaman rumah
9. Jadi harapan bapak sebaiknya cukup hanya diolah agar menjadi bersih saja yaa pak takperlu ke biogas? Bagi saaya minimal air limbah jadi layak buang saja sudah cukup mas
10. Kalo Harapan dari masyarakat apa pak? Masyarakat sebagian besar ada yang berharap bisa terselesaikan tapi disini rata-rata cenderung sudah pesimis
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Bapak Ayib (Pekerja Pati Onggok) Waktu : 27 Juli 2019
1. Sejak kapan bapak bekerja mengolah tepung aren? Saya cuma meneruskan saja ikut kerja sejak tahun 2008
2. Sisa limbah olahannya dikemanakan pak? kalo limbah yang cair biasanya cuma dibuang saja ke sungai atau ke saluran air mas, terus untuk limbah yang padat itukan ada dua jenis yaa mas, pertama ada yang halus dan kedua itu ada yang kasar. Nah untuk limbah yang halus itu biasanya warga ambil untuk dikeringkan dulu baru kemudian diolah dan baru bisa dijual menjadi bahan dasar produksi jamur, pakan ternak dan budidaya cacing, kemudian untuk yang kasarnya itu cuma dibuang aja di halaman warga ada juga yang buang ke sungai jadi campur sama limbah yang cair
3. Apakah sudah dilakukan upaya penanggulangan limbah pak? ini soal limbah itu penanganannya sudah jalan sejak kepala desanya masih Bapak Joko bikin uji coba limbah ke biogas tapi selalu gagal
4. Berapa takaran kaporit yang dituangkan pak? biasanya satu liter setiap ember bahan baku untuk pemutih jadi tepung aren
5. Adakah harapan supaya masalah limbah selesai dan bersih sungai tak lagi tercemar dan biogas berjalan pak? Haarapannya ada mas, tapi kalo diliat dari berkali-kali persobaan saya jadi pesimis biogas akan berjalan
6. Ada berapa pengusaha industri pati onggok di desa ini pak? Kalo gak salah sekitar 40an yaa mas, kurang tau juga sekarang tinggal dikit mungkin saat awal-awal bisa sampe 70-an yang bisnis ini
7. Apa yang menyebabkan berkurang pak? Karena bahan baku utama yang semakin mahal dan jarang
8. Sebagian besar pengusaha seperti bapak ini justru malah yang paling bermasalah limbah padat? Iyaa jadinya kita buang ke sungai juga karena peminatnya untuk budidaya jamur lebih sedikit daripada limbah yang dihasilkan
9. Jadi harapan bapak sebaiknya cukup hanya diolah agar menjadi bersih saja yaa pak takperlu ke biogas? Alhamdulillah kalo jadi berhasil, tapi yaa yang utama bisa mengolah air limbah jadi layak buang saja mas
10. Kalo Harapan dari masyarakat apa pak? Banyak berharap masyarakat disini agar limbah tidak mencemari lagi baunya, tapi yaa gimana kita lihat saja perkembangan yang sekarang ini nantinya.
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Bapak Taufik (Pekerja Pati Onggok) Waktu : 28 Juli 2019
1. Sejak kapan bapak bekerja mengolah tepung aren? Saya sudah mulai merintis sebagai pekerja ini sejak sekitar tahun 2004 mas
2. Apa saja yang dihasilkan dari produksi pati onggok pak? yaa itu bahan dasarnya dari pohon aren mas, kemudian kita olah menjadi mie soun (sejenis bihun), cendol, juga bisa untuk bahan tambahan olahan kue dan lain sebagainya
3. Apakah sudah dilakukan upaya penanggulangan limbah pak? udah lumayan sering mas diadakan uji coba limbah ke biogas untuk mengurangi pencemaran sungai tapi yaa begitu karena kaporitnya banyak jadi gagal terus, yaa akhirnya gak berlanjut
4. Berapa takaran kaporit yang dituangkan pak? Setiap satu ember serabut dari batang aren itu kita penuhi secukupnya agar warnanya bagus
5. Adakah harapan supaya masalah limbah selesai dan bersih sungai tak lagi tercemar dan biogas berjalan pak? Yaa pasti semuanya berharap begitu mas, saya juga sama
6. Ada berapa pengusaha industri pati onggok di desa ini pak? Mungkin sekitar 30an yaa mas, dulu bisa sampe 50an
7. Apa yang menyebabkan berkurang pak? karena beberapa faktor diantaranya bahan baku utama yang sudah jarang dan harus beli dari luar daerah
8. Sebagian besar pengusaha seperti bapak ini justru malah yang paling bermasalah limbah padat? Iyaa karena limbah yang padat ini sebetulnya bisa dijual tapi jumlah yang memesan dengan limbah yang terus bertambah jumlahnya jauh perbandingannya lebih banyak stok limbah yang bertambah
9. Jadi harapan bapak sebaiknya cukup hanya diolah agar menjadi bersih saja yaa pak takperlu ke biogas? Lebih baik yang diutamakan membersihkan air limbah dulu supaya tidak mencemari sungai, karena untuk jadi biogas juga masih terhambat zat kaporit
10. Kalo Harapan dari masyarakat apa pak? Tentu masyarakat banyak berharap supaya air sungai segera bersih seperti air-air pada umumnya di daerah sini
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Bapak Sarwi (Warga Desa) Waktu : 03 Agustus 2019
1. Bapak kesehariannya kerja apa? sehari-harinya kerja serabutan mas, kadang bantu panen atau nanem di sawah kadang juga nguli bangunan
2. Sejak kapan industri pati onggok ada pak? Sudah lama, gaktau kapan persisnya dari saya kecil sudah ada
3. Itu Limbahnya mencemari sungai yaa pak? Iyaa, memang kebanyakan industri disini belum sekalian mengolah limbah hasil produksi mereka
4. Apakah ada upaya dari pihak industri untuk mengolah limbahnya pak? Mungkin saja sebenernya sudah, tapi masih kerepotan, udah dicoba bantu sama UGM buat dijadiin biogas tapi gak berhasil
5. Kenapa gagal terus pak? Katanya itu sih mas kebanyakan kaporitnya kan buat pewarna
6. Limbah industri pati onggok dikemanakan pak? Ada yang dijual lagi ada yang dibuang gitu aja ke sungai
7. Bapak di rumah masak menggunakan apa? Sudah pakai kompor mas
8. Apabila mesin IPAL sudah beroperasi, ada harapan gak pak yang bisa disampaikan? Kalau limbah itu bermanfaat tentunya semua akan merasakan dari segi positifnya. Tidak hanya dapat baunya saja. Warga sudah menunggu sejak lama
9. Lahan yang sekarang dibangun mesin olah limbah, sebelumnya itu tempat apa pak? Dulu sebelum dibuat jadi pabrik mesin pengolah limbah tanah itu merupakan lahan sawah milik desa atau kas desa
10. Kalo nanti biogasnya sudah bisa berjalan, bapak mau coba pakai? Mau-mau saja justru itu yang saya tunggu
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Mbah Yati (Warga Desa) Waktu : 04 Agustus 2019
1. Mbah, industri pati onggok sudah ada sejak kapan? Itu sudah ada sejak lama kok mas dari saya masih kecil mungkin sekitar tahun 50-an
2. Kalo pencemaran limbah yang di sungai sudah dari kapan mbah? Dulu awalnya memang belum terlalu berpengaruh ke sungai tapi karena emakin lama banyak penduduk dan pengusaha industri yang bertambah yaa jadi bau tidak enak mas, sekarang apalagi dekat dengan penampungan bakteri dari mesin limbah, terus disini kan kita airnya masih pake sumur yaa mas, kalo nimba air gitu karena didekat lingkungan sungai mungkin yaa pengaruh airnya jadi keruh
3. pihak pati onggoknya memang tidak mengurusi limbahnya yaa mbah? Engga sih itu dari dulu memang sudah langsung dibuang ke aliran sungai
4. Limbah yang padatnya dibuat apa mbah? Yaa sama mas kalo dihalaman warga sudah menumpuk paling dibuangnya kesungai
5. Itukan sudah ada mesin olah limbah jadi biogas, nanti kalo biogasnya sudah jadi ada harapan gak mbah? Iya mas itu emang udah terus-terusan dites buat jadi biogas tapi sampai sekarang belum jadi, kalo saya yang penting sungainya bisa bersih dan baunya hilang
6. Memang kenapa mbah kok selalu gagal terus? Katanya sih ada kaporitnya gitu mas yang susah dhilangkan
7. Jadi yang penting sungai bisa bersih yaa mbah? Iyaa betul mas, karena kan nanti makin bau terus
8. Mbah kalo masak pakai apa? Kalo saya masih menggunakan tungku mas, itukan ada ranting-ranting pohon yang ditumpuk selalu ada saja dikumpulkan suami saya
9. Berarti belum pake kompor gas ya mbah? Iyaa mas lebih gampang pake tungku kan sudah terbiasa seperti itu
10. Kalo nanti biogasnya sudah bisa berjalan, mbah mau coba pakai? Engga mas takutnya malah meledak atau kebakar gitu, saya mencari aman saja dengan cara biasanya pakai tungku lebih gampang
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Mbah Selamet (Warga Desa) Waktu : 10 Agustus 2019
1. Mbah sehari-hari kerjanya apa? Saya ya ke sawah saja mas setiap hari
2. Kalo usaha pati onggok itu sudah ada sejak kapan yaa mbah? Itu sekitar tahun 50 atau 60-an gitu yaa, sudah lupa saya
3. Itu limbahnya bikin bau sungai yaa mbah? Yaa tidak hanya bau saja mas, tapi lama-lama juga jadi masuk area persawahan paling seiring pas musim hujan karena tinggi airnya sama dengan arus aliran sungai, disekitar sungai jadi bau tidak sedap apalagi kalo lagi sholat hari raya itukan kalo disini semua kumpul di lapangan jadi satu, dari lapangan itu tercium jelas aroma tidak sedapnya
4. Kalo limbah yang padat dibuangnya ke sungai juga ya mbah? Iyaa, begitulah mas masih belum pada sadar susah
5. Itu merusak tanaman sawah yaa mbah? Itu tergantung jenis tanamannya mas, kadang ada gunanya juga sih kalo masuk musim kemarau kayak begini kering tanahnya jadi empuk dan gampang ditanami, tapi kalo gak cocok sama air sungai yang sudah kecampur zat bau yaa gak jadi tumbuh mas
6. Di rumah kalo masak pakai apa mbah? Kalo saya sudah pakai kompor mas
7. Berarti pakai gas elpiji yaa mbah? Betul mas sudah pakai gas elpiji
8. Itukan sudah ada mesin olah limbah jadi biogas, nanti kalo biogasnya sudah jadi mau ganti ke biogas? Kalau dapet gratis yaa mau saja mas
9. Kalo bayar gimana mbah? Yang penting bisa lebih murah dari gas elpiji mas
10. Jadi ada harapan ya mbah untuk biogasnya jadi? Iya mas, kalo saya selalu mendukung apapun hal yang baik bagi masyarakat desa
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Ibu Tati (Warga Desa) Waktu : 11 Agustus 2019
1. Ibu kesehariannya kerja apa? Yaa begini mas, saya hanya usaha warung saja
2. Sejak kapan industri pati onggok ada bu? Dari kapan yaa itu mas saya kurang tau yaa mas udah ada gitu aja ngertinya
3. Itu Limbahnya mencemari sungai yaa bu? Iyaa betul mas apalagi setiap solat id, jamaah sampai mengeluh karena tercium aroma tidak enak dari sungai kan berdekatan lokasi lapangannya
4. Apakahada upaya dari pihak industri untuk mengolah limbahnya bu? Kurang tau juga mas, kayaknya sih engga ada, sempet ada bantuan dari UGM tapi gagal
5. Kenapa gagal terus bu? Karena anu mas kaporit
6. Limbah industri pati onggok dikemanakan bu? untuk yang cair memang dibuang ke sungai, tapi untuk yang padat bisa diolah lagi dijual buat pupuk jamur bisa budidaya cacing juga bisa
7. Di rumah masak menggunakan apa bu? Sudah pakai kompor mas
8. Apabila mesin IPAL sudah beroperasi, ada harapan gak pak yang bisa disampaikan? Yaa semoga bisa berhasil, warga udah ngarep-ngarep
9. Itukan sudah ada mesin olah limbah jadi biogas, nanti kalo biogasnya sudah jadi mau ganti ke biogas gak pak? maau mas, lebih ramah dan bisa bantu kebersihan sungai
10. Memangnya gak ada kesadaran yaa bu dari pihak industri pati onggok untuk mengolah limbahnya? ada mas tapikan kerepotan karena fokus produksi
HASIL WAWANCARA Dinamika Pemberdayaan Masyarakat berbasis Potensi Desa
Informan : Bapak Ma’ruf (Warga Desa) Waktu : 14 Agustus 2019
1. Bapak kesehariannya kerja apa? Karena sudah pensiun dari PM, saya sekarang menghabiskan waktu untuk berkebun
2. Sejak kapan industri pati onggok ada pak? Denger dari cerita-ceritanya sih sekitar tahun 1960-an mas
3. Itu Limbahnya mencemari sungai yaa pak? Iyaa betul mas bikin bau
4. Apakah ada upaya dari pihak industri untuk mengolah limbahnya pak? Tentunya ada usaha tapi belum menuai hasil
5. Kenapa gagal terus pak? Kebanyakan kaporit jadi gakbisa diolah ke biogas
6. Limbah industri pati onggok dikemanakan pak? yaa itu sudah sejak dulu limbahnya memang sudah dibuang begitu saja ke sungai, karenakan mereka yang kerja gaktau mau di apakan limbahnya yaa sudah dari orang-orang yang sebelumnya dibuang aja ke sungai jadi makin kesini tinggal mengikuti saja
7. Apabila mesin IPAL sudah beroperasi, ada harapan gak pak yang bisa disampaikan? kalo saya berharap banyak, karena katanya mesin yang sekarang dibangun itu sudah terlalu canggih jadi peluang untuk gagal setelah yang sudah sudah itu sekarang hanya tinggal sedikit, saya yakin pasti kemungkinan besar berhasil, sebab sudah sejak lama prihatin bau di sungai
8. Bapak di rumah masak menggunakan apa? sudah pakai kompor mas
9. Itukan sudah ada mesin olah limbah jadi biogas, nanti kalo biogasnya sudah jadi mau ganti ke biogas gak pak? Yaa mau mau saja mas itukan fasilitas dari desa, kita malah jadi gak repot beli angkat-angkat gas tapi bisa langsung pakai biogas karenakan pasokan selangnya sudah langsung terhubung ke rumah-rumah
10. Memangnya gak ada kesadaran yaa pak dari pihak industri pati onggok untuk mengolah limbahnya? Yaa nyatanya saja sekarang sungai jadi kotor bau tercemar mas, mungkin ada upaya yang dilakukan tapi gak terlalu ada niat sampai kesitu, bisa jadi malah mengurangi keuntungan karena untuk mengolahnya pasti dipotong biaya operasional juga.
Lampiran 4: Daftar Informan.
No. Nama Keterangan Waktu
01 Mursito, SH Kepala Desa 08/07/19
02 Kesdik H.S. Sekretaris Desa 10/07/19
03 Sugijarto Ketua BUMDes 14/07/19
04 Dede Ketua Kontraktor 15/07/19
05 Abu Pengusaha Aren 20/07/19
06 Nasrul Pengusaha Aren 21/07/19
07 Ayib Pekerja Pati Aren 27/07/19
08 Taufik Pekerja Pati Aren 28/07/19
09 Sarwi Warga 03/08/19
10 Mbah Yati Warga 04/08/19
11 Mbah Slamet Warga 10/08/19
12 Bu Tati Warga 11/08/19
13 Pak Ma’ruf Warga 14/08/19