dilemma perlindungan ham oleh polri dan solusinya

7
 1 DILEMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA A. LATAR BELAKANG  Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sebuah negara berdaulat. Sebagai negara berdaulat maka Republik Indonesia haruslah mengurus kepentingannya sendiri, dalam pengertian ini adalah bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di wilayahnya. Termasuk misalnya mempertahankan wilayah/ territorialnya, mengurus kepentingan  politiknya secara nasional dan internasional, mengurus kepentingan ekonominya sendiri, dan lain sebagainya termasuk didalamnya menjamin keamanan dan ketertiban di dalam negerinya sendiri. Berbagai perangkat Pemerintahan sudah di susun dan dibentuk untuk menjalankan Negara Republik Indonesia ini, seperti menetapkan pejabat Presiden dan para Menteri-menterinya, MPR, DPR, MA, dan lain s ebagainya. Idealnya jika perangkat kenegaraan sudah ada dan sudah berjalan maka negara akan berjalan dengan baik untuk mencapai cita- cita bangsa yaitu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat. Hal ini memungkinkan karena perangkat pemerintahannya sudah ters edia.  Namun dalam kenyataannya pelaksanaannya tidaklah mudah untuk mencapai cita-cita kebangsaaan tersebut, berbagai gangguan muncul dari dalam maupun dari luar negeri yang mengganggu kenyamanan kita bekerja untuk mencapai cita-cita bersama tersebut. Hal ini memang sudah menjadi sifat alamia h dalam keh idupa n bernegara di bagian d unia manapun. Sifat tamak dari unsur negara lain yang ingin menjarah harta kekayaan nasional untuk kepentingan mereka merupakan ancaman dari luar negeri ( asing ) yang terus menerus, tidak hanya dari negara tetangga semata, juga dari negara-negara jauh dibelahan lain bumi ini. Disisi lain, warga masyarakat sebagai bagian dari bangsa Indonesia juga terdiri dari berbagai sifat dan kepribadian yang berbeda-beda dalam hal pemahaman tentang hidup bersama di negara Republik Indonesia ini. Berbagai kepentingan menyeruak menjadi tindakan-tindakan anarkhis dan ini merupakan ancaman dari dalam negeri sendiri yang bisa merusak bahkan menghancurkan Negara Republik Indonesia tercinta ini. Untuk menghadapi ancaman dari luar negeri, sejak awal telah dibentuk perangkat yang  bertugas mengamankan Negara Republik Indonesia ini dari ancaman luar yaitu Tentara

Upload: viscard

Post on 15-Jul-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya

1

DILEMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA

A. LATAR BELAKANG

  Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sebuah negara berdaulat. Sebagai

negara berdaulat maka Republik Indonesia haruslah mengurus kepentingannya sendiri,

dalam pengertian ini adalah bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di wilayahnya.

Termasuk misalnya mempertahankan wilayah/ territorialnya, mengurus kepentingan

 politiknya secara nasional dan internasional, mengurus kepentingan ekonominya sendiri,

dan lain sebagainya termasuk didalamnya menjamin keamanan dan ketertiban di dalam

negerinya sendiri.

Berbagai perangkat Pemerintahan sudah di susun dan dibentuk untuk menjalankan Negara

Republik Indonesia ini, seperti menetapkan pejabat Presiden dan para Menteri-menterinya,

MPR, DPR, MA, dan lain sebagainya. Idealnya jika perangkat kenegaraan

sudah ada dan sudah berjalan maka negara akan berjalan dengan baik untuk mencapai cita-

cita bangsa yaitu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat. Hal ini memungkinkan

karena perangkat pemerintahannya sudah tersedia.

  Namun dalam kenyataannya pelaksanaannya tidaklah mudah untuk mencapai cita-cita

kebangsaaan tersebut, berbagai gangguan muncul dari dalam maupun dari luar negeri yang

mengganggu kenyamanan kita bekerja untuk mencapai cita-cita bersama tersebut. Hal ini

memang sudah menjadi sifat alamiah dalam kehidupan bernegara di bagian dunia

manapun. Sifat tamak dari unsur negara lain yang ingin menjarah harta kekayaan nasional

untuk kepentingan mereka merupakan ancaman dari luar negeri ( asing ) yang terus

menerus, tidak hanya dari negara tetangga semata, juga dari negara-negara jauh dibelahan

lain bumi ini. Disisi lain, warga masyarakat sebagai bagian dari bangsa Indonesia juga

terdiri dari berbagai sifat dan kepribadian yang berbeda-beda dalam hal pemahaman

tentang hidup bersama di negara Republik Indonesia ini. Berbagai kepentingan menyeruak 

menjadi tindakan-tindakan anarkhis dan ini merupakan ancaman dari dalam negeri sendiri

yang bisa merusak bahkan menghancurkan Negara Republik Indonesia tercinta ini.

Untuk menghadapi ancaman dari luar negeri, sejak awal telah dibentuk perangkat yang

 bertugas mengamankan Negara Republik Indonesia ini dari ancaman luar yaitu Tentara

5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya

atau lengkapnya TNI ( Tentara Nasional Indonesia ) tugasnya adalah melindungi

negara dari serangan musuh. Tentara adalah alat negara yang anggotanya dididik khusus

secara militer karena ketahanan negara dari serangan asing memang memerlukan hal itu.

Sedangkan untuk mengamankan kehidupan masyarakat ada POLRI ( Kepolisian Republik 

Indonesia ). Polisi merupakan alat negara yang berfungsi untuk menjaga keamanan

dalam negeri, sebagai alat negara yang berfungsi menjaga kemananan dalam negeri

maka polisi lebih sering berinteraksi dengan masyarakat sebagai objek yang

dilindunginya dalam rangka terciptanya keamanan dan ketertiban di masyarakat. Dua

lembaga negara ini bertugas untuk mengamankan Negara Republik Indonesia ini.

Dalam pemahaman sebelumnya menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia ini

ditetapkan ditangan satu kesatuan yaitu ABRI, Polisi berada didalamnya sehingga sering

disebutkan sebelumnya ABRI terdiri dari ketiga Angkatan ( AD,AL,AU) dan POLRI.

Penggabungan ini disebabkan oleh Munculnya gerakan G 30 S/PKI pada tanggal 30

September 1965 yang menuntut segenap alat negara untuk bersatu dengan kokoh,

meskipun cukup alot, integrasi POLRI ke tubuh ABRI akhirnya dapat berlangsung.

Keterpaduan ABRI dan Polisi diharapkan menjadi kekuatan Hankam yang tangguh

untuk menghalau setiap pemberontakan dan pengacau yang mengancam keamanan

negara dan bangsa Indonesia. Integrasi ABRI dengan Polri di kongkritkan dengan

Keppres no. 79/1969 yang

Integrasi POLRI dan ABRI yang dimaksudkan untuk memperkuat sistem pertahanan dan

keamanan berbuah kepada perubahan pola pikir polisi yang lebih bersifat militeristik 

dan lebih bersifat preventif dalam melaksanakan tugasnya, sehingga peran dasar polisi

sebagai abdi masyarakat yang melayani, melindungi dan mengayomi

cenderung hilang. Perubahan sikap dasar kepolisian yang cenderung bersifat

militeristik sebagai akibat dari integrasi dengan ABRI merupakan hal yang sepatutnya

dihindari, sebab Polisi merupakan aparatur negara yang bertujuan untuk menegakkan

hukum dan melayani masyarakat, oleh sebab itu analoginya polisi harus lebih

dekat dengan masyarakat dibanding dengan ABRI atau TNI itu sendiri.

Untuk mencapai tujuan terwujudnya peran dasar polisi sebagai abdi masyarakat yang

melayani, melindungi dan mengayomi maka pemerintah mengeluarkan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik 

5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya

Indonesia, dan pada Bab I terkait dengan ketentuan umum dimuatlah peran dasar yang

seharusnya disandang oleh POLRI yaitu seperti yang bisa kita lihat berikut ini :

5. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat

sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalamrangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya

keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang

mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan

masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk 

  pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan

masyarakat.

6. Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnyakeamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,

serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

7. Kepentingan umum adalah kepentingan masyarakat dan/atau kepentingan bangsa dan

negara demi terjaminnya keamanan dalam negeri.

Untuk mengetahui sejauh mana implikasi dari Undang-Undang No.2 Tahun 2002 terhadap

  pelaksanaan fungsi dan peran POLRI marilah kita sejenak melakukan kilas balik melihat

semangat penyusunan Undang-Undang Kepolisian N0.2 Tahun 2002 tersebut.

Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan tugas Kepolisian Negara

Republik Indonesia sebelum Undang-Undang No.2 Tahun 2002 adalah Undang-Undang

 No.28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai penyempurnaan

dari Undang-Undang No.13 Tahun 1961 dan masih mengacu kepada Undang-Undang No.20

Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan dan Keamanan Negara yang

watak militernya masih dominan dan belum memuat paradigma reformasi.

Seharusnya dengan lahirnya Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 maka

segala sesuatu terkait dengan tugas dan integritas POLRI sudah selesai, namun nyatanya

 belum.

Keliru bila memandang permasalahan Pelanggaran HAM oleh anggota POLRI dapat

5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya

diselesaikan dengan lahirnya Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 ini.

Pembenahan Undang-Undang adalah langkah awal agar ke depan tidak ada kebingunan terkait

dengan peran POLRI . Tetapi hal itu belum merubah Budaya Organisasi, lebih ±lebih kalau

diharapkan itu bisa sekaligus merubah sikap, perilaku anggota Polisi satu persatu. Harapan

seperti itu terlalu jauh. Buktinya dari hari ke hari Pelanggaran HAM oleh anggota Polisi makin

 banyak, berbagai kasus baru muncul termasuk yang baru adalah kejadian di Mesuji, lombok,

 padahal pelanggaran HAM sebelumnya belum tuntas seperti kasus penembakan o l e h aparat

kepolisian terhadap warga masyarakat di Poso, dan Jaya Wijaya.

B.  RUMUSAN MASALAH

Permasalahannya adalah apakah yang harus ditempuh agar anggota Polisi bisa menjalankan

tugasnya secara efektif sebagai pelindung Hak Azasi Manusia tanpa harus dituduh sebaliknya

sebagai Pelanggar HAM ?

C.  PEMBAHASAN

Pertama, dalam menjalankan tugas, polisi memiliki kekuasaan diskresi. Suatu kewenangan

yang memberinya hak untuk melakukan penilaian sendiri. Diskresi dilakukan apabila tidak 

ada solusi lain dalam menangani suatu peristiwa. Salah satu kekuasaan diskresi ini adalah

kewenangan menggunakan kekerasan fisik, termasuk pemakaian kekuatan yang mematikan

(to use of deadly force).

Kekerasan polisi adalah setiap tindakan polisi yang bersifat eksesif dalam penggunaan

kekerasan sehingga mengakibatkan timbulnya kerusakan fisik dan mental anggota

masyarakat yang menjadi korban. Penggunaan kekerasan oleh polisi secara eksesif tidak 

terlepas dari pendapat Hartjen (1979) bahwa sebagian besar perilaku polisi merupakan fungsi

atas perhatian mereka terhadap bahaya, efisiensi, dan kecurigaan.

Tidak hanya di Indonesia, kekerasan tersebut juga terjadi di luar negeri, misalnya di Inggris

dan Amerika Serikat. Pada 1981 di Inggris, polisi yang kebetulan berkulit putih pernah

  bertindak brutal dan diskriminatif terhadap kelompok minoritas kulit hitam. Di AS juga

  pernah terjadi kekerasan polisi terhadap minoritas kulit hitam, dikenal dengan peristiwa

Rodney King. Kedua contoh itu mengakibatkan kerusuhan rasial yang hebat. Kekerasan

  polisi di Indonesia, Inggris, dan AS tersebut menunjukkan perubahan perilaku pragmatis

menjadi agresi.

5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya

Kekerasan polisi itu tidak terlepas dari beberapa faktor determinan, seperti disampaikan Neil

Smelser (Theory of Collective Behavior, 1963), yaitu

1.  Structural  conduciveness (faktor kondusivitas struktural ini tentu bagi polisi cukup tinggi

karena mereka terikat dalam organisasi yang unsur komandonya cukup kuat),

2.  Structural    strain (faktor ketegangan struktural di dalam kepolisian rendah karena

organisasi kepolisian bersifat linear),  growth and   spread  of    generalized belief  (bertalian

dengan perkembangan hal-hal yang dipercayai umum, seperti pemahaman polisi atas

 perubahan sikap masyarakat terhadap kekerasan yang dilakukan polisi atau pemahaman

 polisi atas tindak kekerasan),

3.   P recipating   factors (faktor pemicu lahirnya tindakan kolektif),

4.   M obilization of    participants  for  action (mobilisasi terjadi berdasarkan struktur), dan

5.  T he operation of    social  control  (kontrol sosial terhadap polisi kurang berfungsi).

6.  Selain kekerasan polisi terhadap masyarakat, kekerasan masyarakat terhadap polisi

ternyata juga sering terjadi. Dengan slogan  serve and   protect , polisi memiliki tugas dan

tanggung jawab berat. Untuk mewujudkannya, polisi kerap dihadapkan pada pilihan

sulit, misalnya kondisi emosional dan tekanan.

Inilah hal-hal yang musti dibenahi disamping juga perlunya diberikan peningkatan kesadaran

anggota POLRI melalui pelatihan-pelatihan. Tujuan pelatihan-pelatihan tersebut adalah untuk memberikan kematangan emosi dan kematangan berfikir bagi anggota Polri. Sudah saatnya

  juga POLRI untuk meningkatkan kualitas input, tidak lagi merekrut anggota dari tingkatan

lulusan SMA. Sekarang lulusan Universitas sudah banyak tersedia, apalagi jangan sampai

menerima lulusan SMP. Bukan merupakan teka teki lagi bahwa ada perbedaan kematangan

dalam emosional dan berfikir pada lulusan SMA dengan lulusan perguruan Tinggi. Walaupun

dari segi lain akan menimbulkan peningkatan kebutuhan gaji, tapi karena itu memang solusi

maka betapa pahitnyapun µobat¶ harus diusahakan untuk didapat dan diminum. Ringkasnya

diperlukan peningkatan soft skill dan itu harus dibantu dengan input yang lebih berkualitas.

Kedua, kontrol dalam penanganan kasus yang berkaitan dengan pelanggaran HAM tentunya

memiliki cara yang berbeda dengan kontrol terhadap penanganan kasus pelanggaran

tindakan disiplin/indisipliner anggota POLRI, sebab masalah ini menyangkut hilangnya

hak asasi warga negara sebagai akibat dari tindakan sewenang-wenang aparat

5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya

kepolisian. Untuk kasus seperti ini maka peran lembaga lain mutlak sangat diperlukan,

seperti DPR dan berbagai kalangan LSM yang mempunyai keperdulian terhadap Polisi

dan perlindungan HAM, untuk kasus seperti ini maka penanganan internal kepolisian saja

tidak cukup sebab dikhawatirkan penanganan kasus tidak akan berjalan sebagaimana

mestinya.

Beberapa peristiwa pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat kepolisian sendiri

sampai saat ini belum dapat terungkap ke publik seutuhnya, dikarenakan akan banyak 

kepentingan yang masuk dalam penanganan kasus ini salah satunya kepentingan

kepolisian itu sendiri. Oleh sebab itu kontrol publik atau sosial ( social   control ) yang

dilakukan oleh masyarakat, LSM, dan Media Masa; serta Kontrol Kelembagaan yang

tergolong kedalam kontrol eksternal yang dilakukan oleh DPR mutlak diperlukan.

Dalam beberapa kesempatan DPR telah berupaya mengusut pelanggaran HAM yang

dilakukan oleh aparat kepolisian, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan meminta

  penjelasan Kapolri perihal perkembangan jalannya pengusutan beberapa kasus, seperti

kasus penembakan aparat kepolisian terhadap warga masyarakat di Poso, dan Jaya

Wijaya.

Pengusutan pelanggaran HAM bukan untuk menjatuhkan POLRI di mata masyarakat,tetapi lebih kepada perbaikan kinerja dan kualitas pelayanan kepolisian kepada masyarakat,

disamping juga sebagai bentuk penyadaran akan tugas dan wewenang polisi sebagai aparat

 penegak hukum dan pelindung HAM.

D. K ESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.  Pemisahan TNI dengan POLRI sudah merupakan langkah tepat, karena sifat

kebutuhan adanya POLRI adalah untuk Mengayomi dan melayani Masyarakat. POLRI

tidak bisa memaksimalkan fungsinya bila masih bersifat militer.

2.  Lahirnya Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 merupakan suatu

terobosan yang µluar biasa¶ dari segi mengembalikan POLRI kembali kepangkuan

masyarakat, sebagai sahabat masyarakat.

5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya

3.  Di sisi lain ternyata pelanggaran-pelanggaran HAM oleh Anggota Polri masih terjadi

  bahkan semikian dekat frekuensinya.Namun bisa dipastikan bukanlah salah Undang-

Undang yang memisahkan institusi POLRI dari ABRI, melainkan lebih pada langkah

µpenerapan¶ Jiwa Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002. Undang-

undang masih merupakan baju baru, tapi belum merubah pola pikir militerisme.

4.  Perlu diperhatikan hal-hal yang menjadikan seorang anggota POLRI menjadi µberdiri¶

dipersimpangan jalan saat berhadapan langsung dengan permasalahan yang harus

ditangani dengan masalah keselamatan dirinya sendiri sebagai pribadi.

Saran

1.  Perlu adanya peningkatan soft kompetensi Anggota POLRI dalam hal menghadapi

Bermacama ragam maysarakat yang berbeda-beda budaya. Pembekalana ilmu

  psychologi dan problem solving kelihatannya mutlak di sandangkan pada pribadi-

  pribadi Anggota Polri tidak hanya pistol ataupun senapan. Pendektan Pemikiran

 persuasif harus dijadikan budaya bagi Anggota POLRI keseluruhan.

2.  Perlu adanya keerjasama dengan pihak-pihak lain seperti Media, LSM, DPR agar 

lembaga-lembaga tersebut proporsional dalam memberikan opini terkait Institusi

POLRI.

DAFTAR PSUTAKA

1.  http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-

utama/ 2.  Bachtiar, Da¶i, ImplikasiUndang-Undang No. 2 Tahun 2002 Dalam Pelaksanaan fungsi

dan Peran POLRI, Sambutan di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, 21 Sepetember 

2006

3.  Nitibaskara, TB Ronny Rahman, Kekerasan Terhadap Polisi - Analisisi Politik 

Selasa, 7 Juni 2011

4.  Sastra, Suryama M. AnggotaKomisi 3 DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera(research assistance by Yusa Djuyandi)

5.  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentangn K epolisianNegara Republik Indonesia 

014 - RIZA SYAFRIZAL CITASUARA, SE,MM