dilemma perlindungan ham oleh polri dan solusinya
TRANSCRIPT
5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya
1
DILEMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA
A. LATAR BELAKANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sebuah negara berdaulat. Sebagai
negara berdaulat maka Republik Indonesia haruslah mengurus kepentingannya sendiri,
dalam pengertian ini adalah bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di wilayahnya.
Termasuk misalnya mempertahankan wilayah/ territorialnya, mengurus kepentingan
politiknya secara nasional dan internasional, mengurus kepentingan ekonominya sendiri,
dan lain sebagainya termasuk didalamnya menjamin keamanan dan ketertiban di dalam
negerinya sendiri.
Berbagai perangkat Pemerintahan sudah di susun dan dibentuk untuk menjalankan Negara
Republik Indonesia ini, seperti menetapkan pejabat Presiden dan para Menteri-menterinya,
MPR, DPR, MA, dan lain sebagainya. Idealnya jika perangkat kenegaraan
sudah ada dan sudah berjalan maka negara akan berjalan dengan baik untuk mencapai cita-
cita bangsa yaitu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat. Hal ini memungkinkan
karena perangkat pemerintahannya sudah tersedia.
Namun dalam kenyataannya pelaksanaannya tidaklah mudah untuk mencapai cita-cita
kebangsaaan tersebut, berbagai gangguan muncul dari dalam maupun dari luar negeri yang
mengganggu kenyamanan kita bekerja untuk mencapai cita-cita bersama tersebut. Hal ini
memang sudah menjadi sifat alamiah dalam kehidupan bernegara di bagian dunia
manapun. Sifat tamak dari unsur negara lain yang ingin menjarah harta kekayaan nasional
untuk kepentingan mereka merupakan ancaman dari luar negeri ( asing ) yang terus
menerus, tidak hanya dari negara tetangga semata, juga dari negara-negara jauh dibelahan
lain bumi ini. Disisi lain, warga masyarakat sebagai bagian dari bangsa Indonesia juga
terdiri dari berbagai sifat dan kepribadian yang berbeda-beda dalam hal pemahaman
tentang hidup bersama di negara Republik Indonesia ini. Berbagai kepentingan menyeruak
menjadi tindakan-tindakan anarkhis dan ini merupakan ancaman dari dalam negeri sendiri
yang bisa merusak bahkan menghancurkan Negara Republik Indonesia tercinta ini.
Untuk menghadapi ancaman dari luar negeri, sejak awal telah dibentuk perangkat yang
bertugas mengamankan Negara Republik Indonesia ini dari ancaman luar yaitu Tentara
5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya
2
atau lengkapnya TNI ( Tentara Nasional Indonesia ) tugasnya adalah melindungi
negara dari serangan musuh. Tentara adalah alat negara yang anggotanya dididik khusus
secara militer karena ketahanan negara dari serangan asing memang memerlukan hal itu.
Sedangkan untuk mengamankan kehidupan masyarakat ada POLRI ( Kepolisian Republik
Indonesia ). Polisi merupakan alat negara yang berfungsi untuk menjaga keamanan
dalam negeri, sebagai alat negara yang berfungsi menjaga kemananan dalam negeri
maka polisi lebih sering berinteraksi dengan masyarakat sebagai objek yang
dilindunginya dalam rangka terciptanya keamanan dan ketertiban di masyarakat. Dua
lembaga negara ini bertugas untuk mengamankan Negara Republik Indonesia ini.
Dalam pemahaman sebelumnya menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia ini
ditetapkan ditangan satu kesatuan yaitu ABRI, Polisi berada didalamnya sehingga sering
disebutkan sebelumnya ABRI terdiri dari ketiga Angkatan ( AD,AL,AU) dan POLRI.
Penggabungan ini disebabkan oleh Munculnya gerakan G 30 S/PKI pada tanggal 30
September 1965 yang menuntut segenap alat negara untuk bersatu dengan kokoh,
meskipun cukup alot, integrasi POLRI ke tubuh ABRI akhirnya dapat berlangsung.
Keterpaduan ABRI dan Polisi diharapkan menjadi kekuatan Hankam yang tangguh
untuk menghalau setiap pemberontakan dan pengacau yang mengancam keamanan
negara dan bangsa Indonesia. Integrasi ABRI dengan Polri di kongkritkan dengan
Keppres no. 79/1969 yang
Integrasi POLRI dan ABRI yang dimaksudkan untuk memperkuat sistem pertahanan dan
keamanan berbuah kepada perubahan pola pikir polisi yang lebih bersifat militeristik
dan lebih bersifat preventif dalam melaksanakan tugasnya, sehingga peran dasar polisi
sebagai abdi masyarakat yang melayani, melindungi dan mengayomi
cenderung hilang. Perubahan sikap dasar kepolisian yang cenderung bersifat
militeristik sebagai akibat dari integrasi dengan ABRI merupakan hal yang sepatutnya
dihindari, sebab Polisi merupakan aparatur negara yang bertujuan untuk menegakkan
hukum dan melayani masyarakat, oleh sebab itu analoginya polisi harus lebih
dekat dengan masyarakat dibanding dengan ABRI atau TNI itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan terwujudnya peran dasar polisi sebagai abdi masyarakat yang
melayani, melindungi dan mengayomi maka pemerintah mengeluarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya
3
Indonesia, dan pada Bab I terkait dengan ketentuan umum dimuatlah peran dasar yang
seharusnya disandang oleh POLRI yaitu seperti yang bisa kita lihat berikut ini :
5. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat
sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalamrangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya
keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan
masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan
masyarakat.
6. Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnyakeamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
7. Kepentingan umum adalah kepentingan masyarakat dan/atau kepentingan bangsa dan
negara demi terjaminnya keamanan dalam negeri.
Untuk mengetahui sejauh mana implikasi dari Undang-Undang No.2 Tahun 2002 terhadap
pelaksanaan fungsi dan peran POLRI marilah kita sejenak melakukan kilas balik melihat
semangat penyusunan Undang-Undang Kepolisian N0.2 Tahun 2002 tersebut.
Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan tugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebelum Undang-Undang No.2 Tahun 2002 adalah Undang-Undang
No.28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai penyempurnaan
dari Undang-Undang No.13 Tahun 1961 dan masih mengacu kepada Undang-Undang No.20
Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan dan Keamanan Negara yang
watak militernya masih dominan dan belum memuat paradigma reformasi.
Seharusnya dengan lahirnya Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 maka
segala sesuatu terkait dengan tugas dan integritas POLRI sudah selesai, namun nyatanya
belum.
Keliru bila memandang permasalahan Pelanggaran HAM oleh anggota POLRI dapat
5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya
4
diselesaikan dengan lahirnya Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 ini.
Pembenahan Undang-Undang adalah langkah awal agar ke depan tidak ada kebingunan terkait
dengan peran POLRI . Tetapi hal itu belum merubah Budaya Organisasi, lebih ±lebih kalau
diharapkan itu bisa sekaligus merubah sikap, perilaku anggota Polisi satu persatu. Harapan
seperti itu terlalu jauh. Buktinya dari hari ke hari Pelanggaran HAM oleh anggota Polisi makin
banyak, berbagai kasus baru muncul termasuk yang baru adalah kejadian di Mesuji, lombok,
padahal pelanggaran HAM sebelumnya belum tuntas seperti kasus penembakan o l e h aparat
kepolisian terhadap warga masyarakat di Poso, dan Jaya Wijaya.
B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahannya adalah apakah yang harus ditempuh agar anggota Polisi bisa menjalankan
tugasnya secara efektif sebagai pelindung Hak Azasi Manusia tanpa harus dituduh sebaliknya
sebagai Pelanggar HAM ?
C. PEMBAHASAN
Pertama, dalam menjalankan tugas, polisi memiliki kekuasaan diskresi. Suatu kewenangan
yang memberinya hak untuk melakukan penilaian sendiri. Diskresi dilakukan apabila tidak
ada solusi lain dalam menangani suatu peristiwa. Salah satu kekuasaan diskresi ini adalah
kewenangan menggunakan kekerasan fisik, termasuk pemakaian kekuatan yang mematikan
(to use of deadly force).
Kekerasan polisi adalah setiap tindakan polisi yang bersifat eksesif dalam penggunaan
kekerasan sehingga mengakibatkan timbulnya kerusakan fisik dan mental anggota
masyarakat yang menjadi korban. Penggunaan kekerasan oleh polisi secara eksesif tidak
terlepas dari pendapat Hartjen (1979) bahwa sebagian besar perilaku polisi merupakan fungsi
atas perhatian mereka terhadap bahaya, efisiensi, dan kecurigaan.
Tidak hanya di Indonesia, kekerasan tersebut juga terjadi di luar negeri, misalnya di Inggris
dan Amerika Serikat. Pada 1981 di Inggris, polisi yang kebetulan berkulit putih pernah
bertindak brutal dan diskriminatif terhadap kelompok minoritas kulit hitam. Di AS juga
pernah terjadi kekerasan polisi terhadap minoritas kulit hitam, dikenal dengan peristiwa
Rodney King. Kedua contoh itu mengakibatkan kerusuhan rasial yang hebat. Kekerasan
polisi di Indonesia, Inggris, dan AS tersebut menunjukkan perubahan perilaku pragmatis
menjadi agresi.
5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya
5
Kekerasan polisi itu tidak terlepas dari beberapa faktor determinan, seperti disampaikan Neil
Smelser (Theory of Collective Behavior, 1963), yaitu
1. Structural conduciveness (faktor kondusivitas struktural ini tentu bagi polisi cukup tinggi
karena mereka terikat dalam organisasi yang unsur komandonya cukup kuat),
2. Structural strain (faktor ketegangan struktural di dalam kepolisian rendah karena
organisasi kepolisian bersifat linear), growth and spread of generalized belief (bertalian
dengan perkembangan hal-hal yang dipercayai umum, seperti pemahaman polisi atas
perubahan sikap masyarakat terhadap kekerasan yang dilakukan polisi atau pemahaman
polisi atas tindak kekerasan),
3. P recipating factors (faktor pemicu lahirnya tindakan kolektif),
4. M obilization of participants for action (mobilisasi terjadi berdasarkan struktur), dan
5. T he operation of social control (kontrol sosial terhadap polisi kurang berfungsi).
6. Selain kekerasan polisi terhadap masyarakat, kekerasan masyarakat terhadap polisi
ternyata juga sering terjadi. Dengan slogan serve and protect , polisi memiliki tugas dan
tanggung jawab berat. Untuk mewujudkannya, polisi kerap dihadapkan pada pilihan
sulit, misalnya kondisi emosional dan tekanan.
Inilah hal-hal yang musti dibenahi disamping juga perlunya diberikan peningkatan kesadaran
anggota POLRI melalui pelatihan-pelatihan. Tujuan pelatihan-pelatihan tersebut adalah untuk memberikan kematangan emosi dan kematangan berfikir bagi anggota Polri. Sudah saatnya
juga POLRI untuk meningkatkan kualitas input, tidak lagi merekrut anggota dari tingkatan
lulusan SMA. Sekarang lulusan Universitas sudah banyak tersedia, apalagi jangan sampai
menerima lulusan SMP. Bukan merupakan teka teki lagi bahwa ada perbedaan kematangan
dalam emosional dan berfikir pada lulusan SMA dengan lulusan perguruan Tinggi. Walaupun
dari segi lain akan menimbulkan peningkatan kebutuhan gaji, tapi karena itu memang solusi
maka betapa pahitnyapun µobat¶ harus diusahakan untuk didapat dan diminum. Ringkasnya
diperlukan peningkatan soft skill dan itu harus dibantu dengan input yang lebih berkualitas.
Kedua, kontrol dalam penanganan kasus yang berkaitan dengan pelanggaran HAM tentunya
memiliki cara yang berbeda dengan kontrol terhadap penanganan kasus pelanggaran
tindakan disiplin/indisipliner anggota POLRI, sebab masalah ini menyangkut hilangnya
hak asasi warga negara sebagai akibat dari tindakan sewenang-wenang aparat
5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya
6
kepolisian. Untuk kasus seperti ini maka peran lembaga lain mutlak sangat diperlukan,
seperti DPR dan berbagai kalangan LSM yang mempunyai keperdulian terhadap Polisi
dan perlindungan HAM, untuk kasus seperti ini maka penanganan internal kepolisian saja
tidak cukup sebab dikhawatirkan penanganan kasus tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya.
Beberapa peristiwa pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat kepolisian sendiri
sampai saat ini belum dapat terungkap ke publik seutuhnya, dikarenakan akan banyak
kepentingan yang masuk dalam penanganan kasus ini salah satunya kepentingan
kepolisian itu sendiri. Oleh sebab itu kontrol publik atau sosial ( social control ) yang
dilakukan oleh masyarakat, LSM, dan Media Masa; serta Kontrol Kelembagaan yang
tergolong kedalam kontrol eksternal yang dilakukan oleh DPR mutlak diperlukan.
Dalam beberapa kesempatan DPR telah berupaya mengusut pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh aparat kepolisian, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan meminta
penjelasan Kapolri perihal perkembangan jalannya pengusutan beberapa kasus, seperti
kasus penembakan aparat kepolisian terhadap warga masyarakat di Poso, dan Jaya
Wijaya.
Pengusutan pelanggaran HAM bukan untuk menjatuhkan POLRI di mata masyarakat,tetapi lebih kepada perbaikan kinerja dan kualitas pelayanan kepolisian kepada masyarakat,
disamping juga sebagai bentuk penyadaran akan tugas dan wewenang polisi sebagai aparat
penegak hukum dan pelindung HAM.
D. K ESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemisahan TNI dengan POLRI sudah merupakan langkah tepat, karena sifat
kebutuhan adanya POLRI adalah untuk Mengayomi dan melayani Masyarakat. POLRI
tidak bisa memaksimalkan fungsinya bila masih bersifat militer.
2. Lahirnya Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 merupakan suatu
terobosan yang µluar biasa¶ dari segi mengembalikan POLRI kembali kepangkuan
masyarakat, sebagai sahabat masyarakat.
5/13/2018 DILEMMA PERLINDUNGAN HAM OLEH POLRI DAN SOLUSINYA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dilemma-perlindungan-ham-oleh-polri-dan-solusinya
7
3. Di sisi lain ternyata pelanggaran-pelanggaran HAM oleh Anggota Polri masih terjadi
bahkan semikian dekat frekuensinya.Namun bisa dipastikan bukanlah salah Undang-
Undang yang memisahkan institusi POLRI dari ABRI, melainkan lebih pada langkah
µpenerapan¶ Jiwa Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002. Undang-
undang masih merupakan baju baru, tapi belum merubah pola pikir militerisme.
4. Perlu diperhatikan hal-hal yang menjadikan seorang anggota POLRI menjadi µberdiri¶
dipersimpangan jalan saat berhadapan langsung dengan permasalahan yang harus
ditangani dengan masalah keselamatan dirinya sendiri sebagai pribadi.
Saran
1. Perlu adanya peningkatan soft kompetensi Anggota POLRI dalam hal menghadapi
Bermacama ragam maysarakat yang berbeda-beda budaya. Pembekalana ilmu
psychologi dan problem solving kelihatannya mutlak di sandangkan pada pribadi-
pribadi Anggota Polri tidak hanya pistol ataupun senapan. Pendektan Pemikiran
persuasif harus dijadikan budaya bagi Anggota POLRI keseluruhan.
2. Perlu adanya keerjasama dengan pihak-pihak lain seperti Media, LSM, DPR agar
lembaga-lembaga tersebut proporsional dalam memberikan opini terkait Institusi
POLRI.
DAFTAR PSUTAKA
1. http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-
utama/ 2. Bachtiar, Da¶i, ImplikasiUndang-Undang No. 2 Tahun 2002 Dalam Pelaksanaan fungsi
dan Peran POLRI, Sambutan di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, 21 Sepetember
2006
3. Nitibaskara, TB Ronny Rahman, Kekerasan Terhadap Polisi - Analisisi Politik
Selasa, 7 Juni 2011
4. Sastra, Suryama M. AnggotaKomisi 3 DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera(research assistance by Yusa Djuyandi)
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentangn K epolisianNegara Republik Indonesia
014 - RIZA SYAFRIZAL CITASUARA, SE,MM