dila jurnal
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
Sebuah penelitian prospektif dari pengelolaan talipes equino varus dengan metode
ponseti.
RH chevadaki, shrinvas kalligudi, praven kumar reddy dan ranesh UP
Abstrak
Teknik Ponseti merupakan cara yang terbukti ampuh dalam penanganan deformitas
clubfoot pada pediatric. Peneliti menjelaskan tentang persiapan manajemen yang sekarang
tersebar di pusat kesehatan sekunder maupun tersier. Data diambil dari pasien dengan
clubfoot idiopatik, yang datang ke Rumah Sakit Pendidikan dan Pusat Penelitian Novodaya,
Raichur, sebuah institusi pengajaran antara Agustus 2010 hingga Agustus 2012. Deformitas
unilateral maupun bilateral dimasukkan ke dalam penelitian ini. Total 30 pasien dengan total
44 kaki yang mengalami deformitas. Total 20 pasien sudah mendapatkan penanganan di
tempat pengobatan sebelumnya. Kedua puluh pasien tersebut sudah mendapatkan serial
manipulasi dan pemasangan cast dan above knee cast. Semua pasien datang dengan
komponen deformitas yang tidak terkoreksi. Pengobatan pembedahan korektif disarankan
pada 5 pasien (7 kaki) oleh dokter yang menanganinya. 16 pasien mengalami deformitas
unilateral dan deformitas uniateral ini berkembang menjadi deformitas bilateral. Dari pasien
dengan deformitas unilateral, 9 pasien mengalami deformitas di kaki kanan dan 7 pada kaki
kiri. Hasil yang baik dan jarangnya dibutuhkan intervensi bedah selain tenotomy Archiles,
dapat ditemukan dalam bagian pengobatan metode Ponseti. Jumlah keberhasilan dari metode
ini mencapai 87% dan jumlah dari keberhasilan mengoreksi kaki mencapai 91%. Penelitian
ini mendemonstrasikan tentang pengobatan dari congenital talipes equine varus dengan
penanganan konservatif yaitu metode Ponseti
Pendahuluan
Club Foot, atau talipes equinovarus merupakan deformitas kongenital yang terdiri dari
hindfoot equinus, hindfoot varus, dan forefoot adduksi dan cavus. Deformitas ini sudah
pernah dijelaskan sejak zaman Hippocrates. Istilah talipes berasal dari bahasa Latin yang
berarti kontraksi dari ankle, talus, dan kaki. Istilah ini menggambarkan adanya beban dan
tingkat keparahan dari pasien yang terkena, dan terpaksa berjalan dengan anklenya.
1
Tujuan dari pengobatan penyakit ini adalah memperbaiki semua komponen deformitas
sehingga pasien tidak lagi merasakan nyeri saat berjalan dengan mobilitas baik, tanpa adanya
calus, dan tanpa menggunakan sepatu khusus. Di tahun 1889, L.H. Bradford menyatakan
“Literatur dari pengobatan clubfoot adalah memperbaiki fungsinya dengan keberhasilan yang
beragam. Lebih baik memperbaiki secara penuh daripada setengah sembuh dan menyebabkan
kasus relaps, bukti yang cukup terhadap metode penyembuhan masih belum dipahami.“
Lebih dari 100 tahun, kata-katanya masih digunakan hingga sekarang.
Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi hasil setelah dilakukan pengobatan terhadap clubfoot idiopatik
dengan teknik Ponseti pada anak dibawah usia dua tahun yang datang ke Orthopaedics OPD
di Rumah Sakit Pendidikan dan pusat penelitian Navodaya antara Agustus 2010 hingga
Agustus 2012
Bahan dan Metode
Penelitian ini dilakukan pada Unit Rawat Jalan di Rumah Sakit Navodaya tanpa
adanya biaya tambahan. Penelitian ini sudah diterima dan disah kan sebagai deklarasi
Helsinki di tahun 1964 dan direvisi di tahun 1975
Kriteria Inklusi
Semua anak dibawah 1 tahun yang mengalami congenital talipes equinovarus
idiopatik baik unilateral maupun bilateral dimasukkan ke dalam penelitian
Kriteria Ekslusi
1. Anak yang mengalami clubfeet diatas usia 1 tahun dan anak yang mengalami anomali
kongenital lainnya diekslusikan dari penelitian
2. Anak yang mengalami clubfeet rekuren dan relaps akibat kegagalan pengobatan
pembedahan/konservatif juga diekslusikan
Detail dari Teknik Ponseti
Pengobatan terhadap penyakit ini idealnya dilakukan sesegera mungkin setelah lahir
dengan manipulasi pasif yang diajarkan kepada orangtuanya dan dimulai setelah 7-10 hari
kelahiran.
2
1. Cast Pertama (Mengurangi Cavus)
Pengelolaan pertama terhadap penyakit ini adalah memperbaiki deformitas
pada cavus dengan memposisikan forefoot sejajar dengan hindfoot. Cavus yang
merupakan bagian medial terpaksa melakukan pronasi akibat hubungan forefoot
dengan hindfoot. Cavus selalu fleksibel pada bayi yang baru lahir dan hanya
membutuhkan pengangkatan pada penyinaran pertama pada forefoot untuk mencapai
sudut longitudinal normal kaki. Menyejajarkan forefoot dengan hindfoot untuk
menghasilkan sebuah sudut yang dibutuhkan untuk abduksi yang efektif terhadap
kaki dalam upaya memperbaiki adductus dan varus. Cara ini dilakukan dalam posisi
ini. Orangtua diberitahu terkait cara ini walaupun cara ini dapat menahan deformitas
yang lebih parah.
2. Manipulasi
Manipulasi ini termasuk abduksi dari kaki dibawah, distabilkan caput talus.
Dengan menentukan bagian kpela dari talus. Semua komponen dari deformitas
clubfoot, kecuali ankle equinus, dapat diperbaiki secara simultan. Untuk
meningkatkan perbaikan ini, kita harus mengetahui lokasi dari caput talus yang sangat
penting untuk dikoreksi.
Setelah mengetahui lokasi dari talus. Tahap ini sagat penting. Pertama, palpasi
maleulos dengan menggunakan jempol dan jari telunjuk pada satu tangan ketika jari
dan metatarsel ditahan dengan tangan lainnya. Kemudian, pindahkan ibu jari dan jari
telunjuk ke bagian lengan yang mempalpasi caput talus ke depan bagian ankle
mortise. Karena letak navicular tidak sesuai dengan posisinya dan tuberositas juga
berhubungan langsung dengan medial maleolus kita dapat merasakan bagian lateral
dari caput talus yang ditutupi oleh kulit di depan bagian maleolus lateralis. Bagian
anterior dari calcaneus juga terdapat dibawah caput talus
Stabilisasi dari Talus. Dengan cara meletakkan jempol pada bagian caput
talus. Menstabilisasi bagian talus dapat menjadikan poin sehingga kaki dapat
melakukan abduksi. Stabilisasi dari persendian ankle sementara kaki diabduksi dan
mencegah terjadinya kekakuan dari ligamen posterior calcaneal fibular untuk menarik
fibula ke bagian posterior saat manipulasi
3
Manipulasi kaki berikutnya, setelah mengabduksi kaki dalam posisi supinasi
dengan posisi kaki yang distabilkan dengan jempol di sekitar kaput talus, dimana hal
ini dapat dilakukan tanpa menyebabkan rasa tidak nyaman pada bayi. Pertahankan
posisi ini dengan tekanan yang cukup selama 60 detik, lalu lepaskan.
Ketahui bagian lateral dari navicular dan bagian anterior dari calcaneus yang dapat
meningkat setelah koreksi deformitas clubfoot dilakukan. Koreksi penuh sangat
mungkin setelah dilakukan tahap keempat atau kelima. Untuk kaki yang lebih kaku,
beberapa tahap lagi mungkin dibutuhkan.
3. Cast kedua, ketiga, dan keempat: Dalam fase pengobatan, adductus dan varus sudah
dikoreksi. Jarak antara maleolus medialis dan tuberositas dari navicular saat dipalpasi
dengan jari dapat menggambarkan tingkat koreksi dari bagian navicular. Ketika
clubfoot dikoreksi, jarak perkiraan sekitar 1.5-2 cm dan navicular menutupi
permukaan anterior dari bagian caput talus. Serupa, jarak antara displacement lateral
dari tuberositas anterior di calcaneus pada bagian caput talus menunjukkan adanya
peningkatan dari sudut talocalcaneal, dan menunjukkan adanya perbaikan pada bagian
varus.
Equinus
Deformitas equinus dapat diperbaiki dengan koreksi dari adductus dan varus. Bagian
ini dikoreksi karena calcaneus melakukan dorsifleksi dan abduksi dibawah talus. Tidak ada
upaya langsung pada saat dilakukan koreksi equinus hingga bagian tumit varus dikoreksi.
Pada kaki yang sangat fleksibel, equinus dapat diperbaiki dengan tambahan beberapa tahap
tanpa dilakukan tenotomy, namun jika meragukan, lebih baik dilakukan tenotomy.
Aplikasi, Moulding dan Pelepasan
Keberhasilan dari penanganan ponseti membutuhkan teknik yang sangat baik. Dokter
yang sudah pernah melakukan tahapan koreksi clubfoot dapat melakukannya dengan lebih
mudah dibandingkan dokter yang baru belajar mengoreksi clubfoot.
Hasil
Hasil yang diharapkan adalah skor dibawah 1.5 pada kaki dan dapat melakukan rotasi
eksternal hingga 70º dan 15º dorsofleksi. Orangtua juga disarankan untuk melakukan tahapan
plaster sebagai replica untuk penilaian dari koreksi terapi ini.
4
Protokol Bracing (Pembidaian)
Bracing dilakukan sesegera mungkin setelah cast terakhir dilepaskan, 3 minggu
setelah dilakukan tenotomy. Brace terdiri dari bagian sepatu lurus yang dihubungkan dengan
bar (batangan) dengan bagian jempol terbuka. Untuk kasus unilateral, brace diatur dengan
sudut rotasi eksteral 60-70º pada bagian clubfoot dan 30-40º untuk ukuran normal. Pada
kasus bilateral, brace ini diatur dengan sudut 70º rotasi eksternal pada setiap sisi. Bar harus
mempunyai panjang yang mencukupi sehingga bagian tumit dari sepatu sejajar dengan lebar
bahu.
Brace yang terlalu rendah merupakan salah satu alasan dari kurangnya kepatuhan pasien. Bar
harus disambung 5-15º dengan koneksitas dari anak untuk menahan kaki anak dalam posisi
dorsifleksi
Brace harus digunakan sepanjang hari (siang dan malam) untuk 3 bulan pertama
setelah cast pertama dilepaskan. Setelah itu, anak harus menggunakan brace selama 12 jam
saat malam hari dan 2-4 jam pada tengah hari dengan total pemakaian mencapai 14-16 jam
selama periode 24 jam. Protokol ini diteruskan hingga anak berusia 3-4 tahun.
Follow-Up
Setelah pemasangan brace untuk pertama kali ketika cast terakhir dilepaskan, anak
harus dievaluasi mengikuti jadwal berikut
- 2 minggu untuk mengotrol apakah terdapat komplikasi
- 3 Bulan kemudian untuk memriksa ketaatan pemakaian brace pada malam hari dan
tidur siang
- Setiap 4 bulan hingga berusia 3 tahun untuk memantau tingkat kepatuhan dan
mengecek terjadinya relaps
- Setiap 6 bulan hingga berusia 4 tahun
- Setiap 1-2 tahun hingga terjadi maturitas skeletal.
Setelah anak berusia 1 tahun lebih, anak mulai menggunakan sepatu khusus clubfoot.
Sepatu ini ditandai dengan adanya ankle foot orthoses, dengan batas medial yang lurus,
adanya lengkungan lateral, tidak ada tumit, dan adanya pengikat ankle diantara jarak dari
bagian tumit untuk memonitor posisi dorsifleksi yang dikoreksi pada ankle melalui
penggunana sepatu tersebut. Dennis Brown Splint juga tetap digunakan pada malam hari
selama 4 jam, Ketika memungkinkan, manipulasi ringan dapat dilakukan oleh orangtua anak.
5
PIRANI SEVERITY SCORING
Kita menggunakan pirani severity scoring yang dikembangkan oleh Catterall dan
Shafique pirani untuk mengevaluasi koreksi dari clubfoot kongenital yang tidak dioperasi
pada saat berusia 1 tahun lebih. Penilaian ini terbukti efisiensi dan mempunyai sedikit
variabilitas inter-ontra. Mencatat jumlah deformitas agar dokter yang mengobati mengetahui
perjalanan dari pengobatan tersebut, dan mengetahui kapan tenectomy harus dilakukan, serta
meyakinkan orangtua terhadap proses dari pengobatan ini.
Score Tanda Klinis
0 Normal
0.5 Normal-Sedang
1. Abnormal Berat
Midfoot Score. Tiga penanda untuk menilai midfoot score (MS), dengan menilai jumlah
deformitas midfoot antara 0-3
1. Curved Lateral Border [A]
2. Medial Crease [B]
3. Talar Head Coverage [C]
Hindfoot Score. Tiga tanda untuk menilai Hindfoot Score (HS), menilai jumlah dari
deformitas Hindfoot antara 0-3
1. Posterior Crease (D)
2. Rigid Equine (E)
3. Empty Heel (F)
Hasil
Terdapat 30 pasien dengan 44 kaki yang mengalami gangguan dan dimasukkan dalam
penelitian. Peneliti memantau variabel berikut
- Usia pasien dari kunjungan pertama di institusi peneliti
- Pengobatan sebelumnya dan tipe pengobatan yang dilakukan’
- Jumlah cast yang dilakukan
- Jumlah cast yang dibutuhkan di institusi eneliti
- Kebutuhan untuk dilakukannya tenotomy percutaneus tendoarchiles, dan
- Tingkat kepatuhan dari penggunaan brace-foot abduction
6
Variabel ini dihubungkan dengan kebutuhan untuk dilakukan operasi perbaikan dan
insidensi terjadinya relaps. Fisher exact test, t test, dan odds ratio digunakan dengan sesuai.
Biostatistik
Data biostatistik dalam penelitian ini adalah
1. Total 26 (83%) pasien merupakan pria
2. 20 (66%) pasien merupakan anak pertama
3. 4 (17 %) pasien mempunyai riwayat keluarga dengan deformitas clubfoot
4. Kebanyakan anak (90%) cukup bulan, tanpa adanya komplikasi saat kehamilan dan
persalinan
5. Pada saat cast ponseti awal, semua pasien berusia kurang dari 12 bulan. Ponseti skor
berkisar dari 5-6
6. Total 20 pasien mempunyai beberapa bentuk pengobatan sebelum mengunjungi
institusi peneliti. 20 anak sudah mendapatkan serial manipulasi dan penggunaan cast
di tempat pengobatan sebelumnya. Jumlah dari casting yang digunakan berkisar dari
2-10. 50% dari pasien ini menggunakan below-knee cast dan sisanya above-knee cast.
Semua pasien datang ke klinik peneliti dengan komponen deformitas yang masih
belum terkoreksi. Pembedahan korektif dianjurkan pada 5 pasien (7 kaki) oleh dokter
yang mengobatinya.
7. 16 pasien mengalami deformitas unilateral, dan jumlah deformitas unilateral melebihi
jumlah deformitas bilateral dalam penelitian ini. Dari deformitas unilateral, 9 kaki
merupakan kaki kanan, dan 7 merupakan kaki kiri
Melalui pengobatan plaster, penaganan khusus dilakukan untuk memberitahu orang-
tua terkait peran mereka dalam mengalami komplikasi vaskular atau komplikasi lainnya.
Konseling ini efektif dan dapat dilakukan beberapa kali dengan cara menghubungi
orangtua melalui telepon dan saran yang adekuat dapat diberikan
Hasil dari Pengobatan Plaster
Koreksi Clubfoot didapatkan pada semua pasien. Untungnya tidak ada pasien yang
mengalami deformitas terlalu berat yang tidak dapat dikoreksi. Hasil dari koreksi ini
dijelaskan dengan kaki yang mempunyai skor dibawah 1.5 dengan koreksi penuh dari
equinus.
7
Jumlah Cast
Koreksi didapatkan setelah penggunaan 6-8 cast. 56% kaki membutuhkan 6 cast untuk
koreksi. Ast terakhir biasanya ditinggalkan selama 2 minggu dan 3 minggu jika tenotomy dari
tendoachilles dilakukan.
18% kaki membutuhkan 8 cast untuk koreksi dan hal ini diindikasikan karena terdapat
komplikasi minor dan tingkat keparahan deofrmitas. Hal ini berdasrkan literatur yang ada
dimana metode ponseti biasanya membutuhkan koreksi dengan menggunakan 5-6 cast.
Durasi
Waktu rata-rata setelah cast pertama dari tendoachilles tenotomy/ koreksi penuh dari
deformitas didapatkan dalam 36 hari. Peneliti menyadari bahwa pasien baru membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk koreksi penuh dibandingkan pasien yang sudah mendapatkan
koreksi sebagian. Peneliti juga menyarankan untuk mempelajari kurva dengan cara
mempelajari dan menguasai teknik ini. Literatur menyebutkan bahwa koreksi biasanya
didapatkan dalam waktu sekitar 20 hari
Tenotomy Percutaneus
Percutaneus tendoachilles tenotomy (Gambar 4) dilakukan pada 87% (38 kaki) kasus. Hal ini
sesuai dengan literatur yang ada yang menyatakan bahwa tenotomy dibutuhkan pada lebih
dari 80% kasus. Hal yang harus diingat bahwa semua serial kasus yang tersedia pada literatur
merupakan pasien yang berusia 0-24 bulan. Peneliti mempunyai populasi pasien berusia 18
bulan kurang dengan umur rata-rata 5 bulan dan semua kaki menunjukkan respon yang bagus
terhadap prtokol teknik ini. Dorsifleksi post tenotomy rata-rata dapat mencapai 15º
Bracing
Hanya 27 pasien yang dapat mempertahankan penggunaan brace abduction. 3 pasien
(4 kaki) tidak dapat meneruskan bracing setelah koreksi plaster. Dari 27 pasien, semua pasien
dipasangkan Dennis-Brown Splint untuk setiap protokol. 25 pasien dipasangkan brace. Salah
satu dari pasien mengalami kerusakan brace sehingga harus diganti. Sau pasien mempunyai
brace yang menyebabkan komplikasi awal. Namun masalah ini langsung teratasi dengan cara
mengganti brace dan mengobati kompliksi. Akhirnya semua pasien dapat mengikuti protokol
ini.
8
Tingkat kepatuhan orangtua dalam brace protokol dinyatakan cukup. Orangtua
menyadari peran mereka dalam mempertahan koreksi menggunakan sepatu yang sesuai dan
mengubah ukuran sepatu seiring anaknya tumbuh
Follow Up
Periode minimal dari follow-up sekitar 10 bulan jika memungkinkan pada semua
pasien. Kebanyakan pasien mulai berjalan pada usia 14 bulan. 8 pasien dipantau hingga 12
bulan dan 10 pasien hingga 16 bulan penelitian. Ketatnya protokol untuk follow-up dalam
penggunaan ponseti dilakukan selama penelitian. Di setiap follow-up kaki diamati terkait
tanda awal terjadinya relaps. Keculi pada 4 kaki yang mengalami relaps, semua kaki
mempunyai skor deformitas 0.5 yang menunjukkan follow up yang baik.
Hasil
Skor awal dan akhir diamati secara statsitik dengan menggunakan uji T bepasangan
disertai nilai T 46.38 dengan nilai P kurang dari 0.001. Terdapat pengurangan bermakna
dalam skor untuk pre-level sebelum dilakukannya intervensi (Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3)
Kegagalan
Ketiga pasien yang tidak terpantau mempunyai skor akhir 2.5. Satu pasien dengan bilateral
clubfoot mengalami clubfoot idiopathic kompleks atau atipikal setelah pemasangan cast
keempat pada kaki kiri. Jadi, casting dipertahankan pada kaki kiri hingga 3 minggu.
Manipulasi dan casting dimulai kembali dari awal. Skor akhir utuk kaki kiri adalah 2. Kasus
ini juga dipertimbangkan sebagai kasus gagal (Gambar 5). Alasan dari kegagalan pada 3
pasien pertama adalah karena ketidakpatuhan dalam protokol bracing. Kegagalan dalam
kasus akhir dapat disebabkan oleh teknik casting yang salah
9
Pembahasan
Metode konservatif untuk penanganan CTEV idiopatik disarankan pada kebanyakan
Ahli Tulang Anak sedini mungkin setelah bayi lahir. Terdapat banyak protokol konservatif
untuk penanganan deformitas CTEV idiopathic. Secara tradisional, Metode Kite dan Ponseti
merupakan protokol metode yang paling sering digunakan. Pada beberapa tahun terakhir,
Metode Ponseti merupakan metode yang digunakan dalam manajemen konservatif terhadap
deformitas CTEV idiopathic. Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk membuktikan
efisiensinya. Setelah manipulasi serial dan pengobatan cast untuk menetapkan koreksi
menjadi masalah yang penting. Beberapa foot abduction ortshoes seperti Dennis Brown
Splint, Steenbeek Foot Abduction orthshoes dan Dobb brace disarankan untuk manajemen
orthotic penting terhadap pencegahan rekurensi dari CTEV
Peneliti, dalam penelitian ini mengevaluasi efektifitas dari casting Ponseti sebagai
mode koreksi dan penanganan terhadap Deformitas CTEV idiopathic. Terdapat 30 pasien
dengan 44 kaki yang dimasukkan ke penelitian. Peneliti mengevaluasi variabel tertentu
seperti usia pasien saat kunjungan pertama di insitusi (Gambar 2), Pengobatan sebelumnya
dan tipe pengobatannya, jumlah cast yang dipakai, jumlah cast yang dibutuhkan di institusi,
kebutuhan untuk dilakukan tenotomy percutaneus tendoarchiles dan tingkat kepatuhan dari
penggunaan foot-abduction brace. Variabel ini menunjukkan adanya hubungan dan
kebutuhan antara pembedahan korektif dan tingkat kejadian dari relaps. Fisher exact test,
t test, dan odds ratio digunakan sesuai kebutuhan. Data biostatistik yang ada dijelaskan ke
dalam peneltiian. Total 26 (83%) pasien pria, Kite melaporkan dalam serial kasusnya bahwa
1509 kasus dimana 70%nya pria dan 30% wanita. Dalam serial kasus Turco dari 468 pasien,
334 (71.36%) merupakan pria dan 134 (28.63%) merupakan wanita dengan rasio seks 2.5:1.
Pria : Wanita
16 pasien mengalami deformitas unilateral dan kemuadian berkembang mejadi
bilateral dalam penelitian ini. Dari kaki unilateral, 9 merupakan kaki kanan dan 7 merupakan
kaki kiri, Chung mengamati dari 50% kasus bilateral, dari serial turkos, 468 pasien
mempunyai 56% deformitas bilateral, 22% kaki kanan dan 21% kaki kiri. Pada awal
pemasangan cast ponseti, semua pasien yang lebih muda dari 12 bulan.
10
Skor ponsteti awal berkisar dari 5-6. Total 20 pasien mendapatkan beberapa
pengobatan sebelum kunjungan awal di institusi ini. Semua 20 pasien yang mengalami serial
manipulasi dan casting yang dilakukan di tempat lain. Jumlah cast yang digunakan berkisar
2-10. Stephen MD melaporkan bahwa 2.5 bulan pengobatan dari serialnya menggunakan pts.
50% dari pasien ini mendapatkan below-knee cast dan sisanya above-knee cast. Semua
pasien datang ke klinik dengan komponen deformitas yang belum dikoreksi. Pembedahan
disarankan pada 5 pasien (7 kaki). Melalui jalur pengobatan khusus plaster yang meminta
orangtuanya untuk menyadari peran mereka dalam mengamati komplikasi vaskular dan
lainnya. Konseling ini efektif dan dalam beberapa kesempatan orangtua terkadang
menghubungi melalui telefon dan mendapatkan saraf yang adekuat.
Fig. 1: Cavus – Yellow Arc. The cavus is corrected by supinating the forefoot and aligning it with
hindfoot
11
Table 2: Initial Score
Frequency PercentValid 5 9 30
6 6 206 15 50Total 30 100
Table 3: Final Score
Frequency PercentValid .0 24 80
.5 1 3.31.0 3 10.01.5 1 3.32.5 1 3.3
Total 30 100.0
Table 4: Complications
Downward slippage of the cast 8(feet)Erythema 12
Pressure sore 4Cast intolerance 2Cast saw injury 2
12
Table 1: Paired t-Test
Paired Differences t df pvalueMean Std deviation
Pair initialscore- Final
score
5.350 0.632 46.382 29 <0.001
Kesimpulan
Dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa metode Ponseti sangat bersahabat
terhadap pasien dan tergolong sebagai metode yang murah dan mudah untuk mengoreksi
deformitas clubfoot. Hal ini berdasarkan pemahaman pengetahuan dimana deformitas masih
dapat dibentuk. Hasil dari penelitian ini hampir serupa dengan literatur yang ada dimana
koreksi dari deformitas ini bergantung dari variasi individu. Semua hal in membutuhkan
prinsip dasar dari metode awal Peran dari orangtua terhadap protokol pengobatan terutama
dalam fase kedua terkait jadwal follow up.
3 dari 4 kegagalan dan semua kasus relaps dalam penelitian ini dikarenakan
kurangnya dukungan orangtua dalam menjaga kaki anaknya tetap dalam brace atau sepatu
secara benar. Ada keterbatasan dalam penelitian ini namun pemahaman kurva untuk
menyempurnakan metode ini sangat penting untuk menghindari eror terkait metode Ponseti.
Eror ini dapat menyebabkan kegagalan.
13