diktat pkn baru 2013 satu spasi.pdf

88
  1 BAB I PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NASIONAL A. PANCASILA DALAM PENDEKATAN FILSAFAT Untuk mengetahui secara mendalam tentang Pancasila, perlu pendekatan filosofis. Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mendalam mengenai Pancasila. 1. Nilai-Nilai yang Terkandung pada Pancasila Berdasarkan pemikiran filsafati, Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai (Kaelan;2000). Rumusan Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV adalah sebagai berikut: Ketuhanan Yang Maha Esa Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan/  perwakilan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Idonesia. Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai yang merupakan perasaan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah 1.  Nilai Ketuhanan; 2.  Nilai Kemanusiaan; 3.  Nilai Persatuan; 4.  Nilai Kerakyatan; 5.  Nilai keadilan.  Nilai itu selanjutnya menjadi sumber nilai bagi penyelanggaraan kehid upan  bernegara Indonesia. Beberapa pengertian tentang nilai diberikan sebagai berikut:  Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik dan berguna ba gi manusia. Nilai adalah suatu  penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut jenis dan minat. Nilai adalah suatu  penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena saat itu: - Berguna (useful); - Keyakinan (beliefe); - Memuaskan (satisfying); - Menarik (interesting); - Menguntungkan (profitable); - Menyenangkan (pleasant); Ciri-ciri dari nilai adalah sebagai berikut: - Suatu realitas abstrak. - Bersifat normatif. - Sebagai motivator (daya dorong) manusia dalam bertindak.  Nilai bersifat abstrak, seperti sebuah ide, dalam arti tidak dapat ditangkap melalui indra, yang dapat ditangkap adalah objek yang memiliki nilai. Contohnya keadilan, kecantikan, kedermawanan, kesederhanaan adalah hal-hal yang bersifat abstrak. Meskipun abstrak, nilai merupakan suatu realitas, sesuatu yang ada yang dibutuhkan manusia.

Upload: rizkirahman

Post on 06-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

    DAN IDEOLOGI NASIONAL

    A. PANCASILA DALAM PENDEKATAN FILSAFAT

    Untuk mengetahui secara mendalam tentang Pancasila, perlu pendekatan

    filosofis. Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang

    mendalam mengenai Pancasila.

    1. Nilai-Nilai yang Terkandung pada Pancasila Berdasarkan pemikiran filsafati, Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya

    merupakan suatu nilai (Kaelan;2000). Rumusan Pancasila sebagaimana terdapat

    dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV adalah sebagai berikut:

    Ketuhanan Yang Maha Esa

    Kemanusiaan yang adil dan beradab

    Persatuan Indonesia

    Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan/

    perwakilan

    Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Idonesia.

    Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai yang

    merupakan perasaan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah

    1. Nilai Ketuhanan; 2. Nilai Kemanusiaan; 3. Nilai Persatuan; 4. Nilai Kerakyatan; 5. Nilai keadilan.

    Nilai itu selanjutnya menjadi sumber nilai bagi penyelanggaraan kehidupan

    bernegara Indonesia.

    Beberapa pengertian tentang nilai diberikan sebagai berikut:

    Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik dan berguna bagi manusia. Nilai adalah suatu

    penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut jenis dan minat. Nilai adalah suatu

    penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu

    tingkah laku manusia, karena saat itu:

    - Berguna (useful); - Keyakinan (beliefe); - Memuaskan (satisfying); - Menarik (interesting); - Menguntungkan (profitable); - Menyenangkan (pleasant);

    Ciri-ciri dari nilai adalah sebagai berikut:

    - Suatu realitas abstrak. - Bersifat normatif. - Sebagai motivator (daya dorong) manusia dalam bertindak. Nilai bersifat abstrak, seperti sebuah ide, dalam arti tidak dapat ditangkap melalui

    indra, yang dapat ditangkap adalah objek yang memiliki nilai. Contohnya keadilan,

    kecantikan, kedermawanan, kesederhanaan adalah hal-hal yang bersifat abstrak.

    Meskipun abstrak, nilai merupakan suatu realitas, sesuatu yang ada yang dibutuhkan

    manusia.

  • 2

    Nilai bersifat normative, suatu keharusan (das sollen) yang menuntut

    diwujudkan dalam tingkah laku.

    Nilai menjadi pendorong/motivator hidup manusia. Tindakan manusia

    digerakkan oleh nilai. Misalnya, kepandaian. Setiap siswa berharap menjadi pandai dan

    pintar. Karena mengharapkan nilai itu, setiap siswa tergerak untuk melakukan berbagai

    perilaku supaya menjadi pandai.

    Nilai juga meliki tingkatan.

    Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat dikelompokkan dalam tingkatan sebagai berikut.

    a. Nilai-nilai kenikmatan b. Nilai-nilai kehidupan c. Nilai-nilai kejiwaan d. Nilai-nilai kerohanian Dalam filsafat Pancasila juga disebutkan bahwa ada 3 (tiga) tingkatan nilai, yaitu:

    1. Nilai dasar 2. Nilai instrumental 3. Nilai praktis

    Secara singkat dinyatakan bahwa nila dasar pancasila adalah nilai ketuhanan,

    nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

    Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional dari negara

    Indonesia memiliki konsekuensi logis untuk menerima dan menjadikan nilai-nilai

    Pancasila sebagai acuan pokok bagi pengaturan penyelenggaraan bernegara.

    2. Mewujudkan nilai Pancasila sebagai Norma Bernegara

    Setiap norma pasti mengandung nilai. Nilai sekaligus menjadi sumber bagi

    norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin terwujud norma. Sebaliknya, tanpa dibuat

    norma, nilai yang hendak dijalankan itu mustahil terwujudkan. Contah ada norma yang

    berbunyi Dilarang merokok. Norma tersebut dimaksudkan agar terwujud nilai kesehatan.

    Norma yang kita kenal dalam kehidupsn sehari-hari ada 4 (empat) yaitu sebagai

    berikut.

    a. Norma agama Sumber norma ini adalah ajaran-ajaran kepercayaan atau agama yang oleh

    pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan.

    b. Norma moral (etik) Norma ini disebut juga dengan norma kesusilaan atau etika atau budi pekerti.

    Asal atau sumber norma kesusilaan adalah dari manusia sendiri yang berdifat

    otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap

    batin manusia.

    c. Norma kesopanan Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kepatuhan atau kepantasan yang

    berlaku dalam masyarakat. Sanksi atas pelanggaran norma kesopanan berasal

    dari masyarakat setempat.

    d. Norma hukum Norma hukum berasal dari luar diri manusia. Norma hukum berasal dari

    kekuasaan luar diri manusia yang memaksakan kepada kita.

    Etika Kehidupan Berbangsa Sebagai Berikut.

    a. Etika Ssosial dan Budaya

    Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan

    kembali kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi dengan menggugah,

  • 3

    menghargai, dan mengembangkan budaya lokal dan nasional serta menyiapkan

    budaya yang dimaksud untuk mampu melakukan adaptasi dan tindakan proaksi

    sejajar dengan tuntutan globalisasi.

    b. Etika Pemerintah dan Politik Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih,

    efesien, dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang

    bercirikan keterbukaan, rasa bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat,

    menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk menerima

    pendapatan yang lebih benar walau datang dari orang per orang ataupun

    kelompak orang, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.

    c. Etika Ekonomi dan Bisnis Etika ini dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi, baik oleh

    pribadi, institusi maupun mengambil keputusan dalam bidang ekonomi, dapat

    melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan: persaingan yang jujur,

    berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan

    ekonomi dan kemauan asing, dan terciptanya suasana kondusif untuk

    pemberdayaan ekonomi rakyat melalui usaha-usaha bersama secara

    berkesinambungan.

    d. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib

    social, ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan

    dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada.

    e. Etika Keilmuan dan Disiplin Kehidupan Etika keilmuan diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu

    pengetahuan dan teknologi agar mampu berpikir rasional, kritis, logis, dan

    objektif. Di samping itu, etika ini mendorong tumbuhnya kemampuan

    menghadapi hambatan, rintangan, dan tantangan dalam kehidupan, mampu

    mengubah tantangan menjadi peluang, mampu menumbuhkan kreativitas untuk

    penciptaan kesempatan baru, dan tahan uji serta pantang menyerah.

    Norma etik atau moral memiliki kelemahan, yaitu tidak memiliki sanksi

    yang kuat dan memuaskan terutama untuk mengatur perilaku hidup bernegara.

    B. MAKNA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

    1. Landasasn Yuridis dan Historis sebagai Dasar Negara Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara ini merupakan kedudukan yuridis

    formal oleh karena tertuang dalam ketentuan hukum Negara, dalam hal ini UUD

    1945 pada bagian pembukaan alinea IV.

    Secara historis dapat pula dinyatakan bahwa Pancasila yang dirumuskan para

    pendiri bangsa (the founding fathers) itu dimaksudkan untuk menjadi dasarnya

    Indonesia merdeka.

    2. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara Pancasila sebagai dasar (filsafat) Negara mengandung makna bahwa nilai-nilai

    yang terkandung dalam Pancasila menjadi dasar ataw pedoman bagi

    penyelenggaraan Negara.

    Pancasila sebagai dasar Negara mengandung makna bahwa Pancasila harus kita

    letakkan dalam keutuhannya dengan pembukaan UUD 1945 , dieksplorasikan pada

    dimensi-dimensi yang melekatnya padanya, yaitu

  • 4

    a. Dimensi realitasnya, dalam arti nilai yang terkandung di dalamnya dikonkretisasikan sebagai cerminan objektif yang tumbuh dan berkembang

    dalam masyarakat;

    b. Dimensi idealitasnya, dalam arti idealism yang terkandung di dalamnya bukanlah sekadar utopi tanpa makna, melainkan diobjektifkan sebagai sebuah

    kata kerja untuk menggairahkan masyarakat dan terutama para penyelenggara Negara menuju hari esok yang lebih baik;

    c. Dimensi fleksibilitasnya, dalam arti pancasila bukan barang yang beku, dogmatis dan sudah selesai. Pancasila terbuka bagi tafsir baru untuk memenuhi

    kebutuhan zaman yang terus berubah. Pancasila tanpa kehilangan nilai dasarnya

    yang hakiki tetap actual, relevan dan fungsional sebagai tiang penyangga

    kehidupan berbangsa dan bernegara.

    C. IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Hans Naswiaki berpendapat bahwa kelompok norma hukum Negara terdiri atas

    4 (empat) kelompok besar,yaitu

    1. Staatsfundamentalnorm atau norma fundamental Negara, 2. Staatgrundgesetz atau aturan dasar/pokok Negara, 3. Formellgesetz atau undang-undang, 4. Verordnung dan Autonome Satzung atau aturan pelaksana dan aturan otonom. Pancasila sebagai cita hukum memilki dua fungsi,yaitu

    a) Fungsi regulative, artinya cita hukum menguji apakah hukum yang dibuat adil atau tidak bagi masyarakat;

    b) Fungsi konstitutif, artinya fungsi yang menentukan bahwa tanpa dasar cita hukum maka hukum yang di buat akan kehilangan maknanya sebagai hukum.

    Pancasila sebagai Negara dapat disebut sebagai:

    1. Norma dasar; 2. Staatsfundamentalnorm; 3. Norma pertama; 4. Pokok kaidah Negara yang fundamental; 5. Cita Hukum (Rechtsidee)

    Adapun tata urutan perundangan adalah sebagai beriku.

    1. Undang-Undang Dasar 1945. 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 3. Undang-Undang. 4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu). 5. Peraturan Pemerintah. 6. Keputusan Presiden. 7. Peraturan Daerah.

    Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

    Perundang-undangan juga menyebutkan adanya jenis dan hierarki peraturan perundang-

    undangan sebagai berikut.

    a. UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. c. Peraturan Pemerintah. d. Peraturan Presiden. e. Peraturan Daerah.

    D. MAKNA PANCASILA SEBAGIAN IDEOLOGI NASIONAL 1. Pengertian Ideologi

    Berikut diberikan beberapa pengertian ideologi

  • 5

    a. Peatrick Corrbett menyatakan, ideologi sebagai setiap struktur kejiwaan yang tersusun oleh seperangkat keyakinan mengenai penyelenggaraan hidup

    bermasyarakat beserta pengorganisasiannya, seperangkat keyakinan mengenai

    sifat hakikat manusia dan alam semesta yang ia hidup di dalamnya, suatu

    pernyataan pendirian bahwa kedua perangkat keyakinan tersebut independen,

    dan suatu dambaan agar keyakinan-keyakinan tersebut di hayati dan pernyataan

    pendirian itu diakui sebagai kebenaran oleh segenap orang yang menjadi

    anggota penuh dari kelompok social yang bersangkutan.

    b. A.S Hornby menyatakan bahwa, ideology adalah seperangkat gagasan yang membantuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh

    seorang atau sekelompok orang,

    c. Soejono Soemargono menyatakan secara umum ideologo sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut

    bidang :

    1 Politik

    2 sosial

    3 kebudayaan, dan

    4 agama

    d. Gunawan Setirdja merumuskan ideology sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.

    e. Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologim sebagai suatu system pemikiran dapat dibedakan menjadi idelologi tertutup dan terbuka.

    a. Ideology tertutup merupakan suatu system pemikiran tertutup. Ideology ini mempunyai cirri sebagai berikut.

    o Merupakan cita-cita suatu kelompak orang untuk mengubah dan memperbarui masyarakat.

    o Atas nama ideology dibenarkan pengorbanan-pengorbananyang dibebankan kepada masyarakat.

    o Isinya bukan nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan

    dengan mutlak.

    b. Ideology terbuka merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ideology terbuka mempunyai cirri-ciri sebagai berikut.

    o Bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksa dari luar melainkan digali dan diambil dari moral,budaya masyarakat itu sendiri.

    o Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan hasil musyawarah dari consensus masyarakat tersebut.

    o Nilai-nilai itu sifatnya dasar,secara garis besar saja sehingga tidak langsung operasional.

    Ada dua fungsi utama ideology dalam masyarakat (Ramlan Surbakti,1999).

    Pertama, sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu

    masyarakat. Kedua, sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur

    penyelesaian konflik yang terjadi dimasyarakat.

    2. Landasan dan Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Ketetapan bangsa Indonesia bahwa Pancasila adalah ideologi bagi negara dan

    bangsa Indonesia adalah sebagai tertuang dalam Ketetapan MPR No.

    XVII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang

    Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetya Pancakarsa) dan

    Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai dasar Negara.

  • 6

    Adapun makna pancasila sebagai ideologi nasional menurut ketetapan tersebut

    adalah bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila menjadi cita-cita

    normatifpenyelenggaraan bernegara.

    Pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia memiliki makna sebagai berikut:

    1) Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi cita-cita normatif penyelenggaraan bernegara;

    2) Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama dan olehkarena itu menjadi salah satu sarana pemersatu (integrasi)

    masyarakat Indonesia.

    E. IPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL 1. Perwujudan Ideologi Pancasila sebagai Cita-cita Bernegara.

    Dalam ketetapan tersebut dinyatakan bawa Visi Indonesia Masa Depan terdiri

    dari tiga visi,yaitu

    1. Visi ideal, yaitu cita-cita luhur sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu pada

    Alenia kedua dan keempat;

    2. Visi antara, yaitu Visi Indonesia 2020 yang belaku sampai dengan tahun 2020; 3. Visi Lima Tahunan, sebagaiman termaktub dalam Garis-Garis Besar Haluan

    Negara.

    Untuk mengukur tingkat keberhasilan perwujudan visi Indonesia 2020

    dipergunakan indikator-indikator utama sebagai berikut.

    1. Religious. 2. Manusiawi. 3. Bersatu. 4. Demokratis. 5. Adil. 6. Sejahtera. 7. Maju. 8. Mandiri. 9. Baik dan Bersih dalam Penyeenggaraan Negara.

    2. Perwujudan Pancasila sebagai kesepakatan atau Nilai integrative Bangsa Pancasila sebagai sarana pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian

    konflik itulah yang terkandung dalam nilai integrative pancasila. Pancasila sudah

    diterima oleh Masyarakat Indonesia sebagai sarana pemersatu, artinya sebagai suatu

    kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya disetujui

    sebagai milik bersama.

    F. PENGAMALAN PANCASILA Pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara dapat dilakukan dengan cara:

    1. Pengamalan secara objektif Pemalan secara objektif adalah dengan melaksanakan dan menaati peraturan

    perundang-undangan sebagai norma hokum Negara yang berlandaskan

    pancasila.

    2. Pengamalan secara subjektif Pengamalansecara subjektif adalah dengan menjalankan nilai-nilai pancasila

    yang berwujud norma etik secara pribadiatau sekelompak dalam bersikap dan

    bertingkah laku pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

  • 7

    BAB 2

    HAKIKAT IDENTITAS NASIONAL

    BANGSA

    1. Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan

    hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan

    hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat.

    2. Bangsa dalam Arti Politis Bangsa dalam pengartian politik adalah suau daerah yang sama dan

    mereka tunduk pada kedaluatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke

    luar dan kedalam.

    3. Cultural Unity dan Political Unity Cultural unity adalah bangsa dalam pengertian antropologi/sosiologi,

    sedangkan political unity adalah bangsa dalam pengertian politik kenegaraan.

    4. Proses Pembentuk Bangsa-Negara Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa-negara, yaitu

    model ortodoks yaitu model ortodoks. (ramlan Surbakti, 1999). Pertama, model

    ortodoks yaitu bermula dari adanya suatu suatu bangsa terlebih duhulu, untuk

    kemudian bangsa itu membentuk suatu Negara tersendiri. Kedua, model

    mutakhir yaitu berawal dari adanya Negara terlebih dahulu yang terbentuk

    melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk Negara merupakan sekumpulan

    suku bangsa dan ras.

    A. IDENTITAS NASIONAL 1. Factor Pembentuk Identitas Bersama

    a. Primordial Faktor primodial merupakan identitas yang menyatukan masyarakat

    sehingga mereka dapat membentuk bangsa-negara.

    Contoh, bangsa Yahudi membentuk Negara Israel.

    b. Sacral Factor sacral dapat berupa kesamaan agamayang dipeluk masyarakat atau

    ideology doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Contoh,

    Negara Uni Sovyet diikat oleh kesamaan ideology komunis.

    c. Tokoh Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh

    masyarakat dapat pula menjadi factor yang menyatukan bangsa-negara.

    Contoh, Mahatma Ghandi di India.

    d. Bhineka Tunggal Ika Prinsip bhineka tunggal ika pada dasarnya adalah kesediaan warga

    bangsa untuk bersatu dalam perbedaan (unity in diversity). Yang disebut

    bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada

    lembaga yang disebut Negara dan perintahnya, tanpa menghilangkan

    keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, dan agamanya.

    e. Sejarah Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu, seperti sama-sama

    menderita karena penjajahan, tidak hanya elahirkan solidaritas tetapi juga

    melahirkan tekad dan tujuan yang sama antaranggota masyarakat itu.

    f. Perkembangan ekonomi

  • 8

    Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi

    pekerjaan dan profesi sesuai denan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin

    tinggi mutu dan variasi kebutuhan masyarakat, semakin saling bergantung

    diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan saling bergantung dalam emenuhi

    kebutuhan hidup.

    g. Kelembagaan Factor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa berupa lembaga-

    lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi,

    angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik.

    2. Identitas Cultural Unity atau Identitas kesukubangsaan Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau

    bangsa dalam arti sosiologis antropologis. Cultural unity disatukan leh adanya

    kesamaan ras dalam hal ras, suku, agama, adat dan budaya, keturunan (darah)

    dan daerah asal (homeland). Unsure-unsur ini menjadi identitas kelompok

    bangsa yang bersangkutan sehingga bias dibadakan dengan bangsa lain.

    3. Identitas Political Unity dan identitas kebangsaan Political unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politk yaitu bangsa-

    negara. Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut untuk

    bernegara. Negara yang terbentuk berasal dari satu bangsa dengan identitas

    primordial yang sama.

    B. HAKIKAT NEGARA 1. Arti Negara

    Menurut Kamus Besar Indonesia, Negara mempunyai dua pengertian berikut.

    Pertama, Negara adalah organisasi disuatu wilayah yang mempunyai kekuasaan

    tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya. Kedua, Negara adalah kelompok social

    yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi dibawah

    lembaga politik dan pemerintah yang efaktif, mempunyai satu kesatuan politik,

    berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.

    Pengertian Negara dari pendapat para ahli, antara lain sebagai berikut.

    1. Georg Jellinek Negara ialah organisasi kekuasaan deri sekelompok menusia yang telah

    berkediaman diwilayah tertentu.

    2. Kranenburg Negara adalah organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau

    bangsanya sendiri.

    3. Roger F. Soultau Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau

    mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.

    4. Soenarko Negara adalah organisasi kekuasaan masyarakat yang mempunyai daerah

    tertentu dimana kekuasaan Negara berlaku sepenuhnya sebagai sovereign.

    5. Georg Wilhelm Fredrich Hegel Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sitesis dari

    kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal.

    6. R. Djokosoetono Negara ialah suatu organisasi masyarakat atau kumpulan manusia yang berada

    dibawah suatu pemerintahan yang sama.

    7. Jean Bondin

  • 9

    Negara adalah suatu persekutuan keluarga dengan segala kepentingannya yang

    dipimpin oleh akal deri suatu kuasa yang berdaulat.

    8. Mirriam Budiarja Negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah

    pejabat dan yang berhasil menuntut dari warganya ketaatan pada perundangan

    melalui penguasaan control dari kekuasaan yang sah.

    2. Unsur-Unsur Negara Dapat disimpulkan bahwa Negara adalah organisasi yang didalamnya harus

    ada rakyat, wilayah yang premanen dan pemerintah yang berdaulat (baik

    kedalam maupun keluar). Unsur-unsur Negara meliputi:

    a. Rakyat Yaitu orang-orang yang bertempat tinggal diwilayah itu, tunduk pada

    kekuasaan Negara dan mendukung Negara yang bersangkutan.

    b. Wilayah Yaitu daerah yang menjadi kekuasaan Negara serta menjadi tempat tinggal

    bagi rakyat Negara.

    c. Pemerintah yang berdaulat Yaitu penyelenggara Negara yang memiliki kekuasaan menyelenggarakan

    pemerintah di negara tersebut.

    Unsur deklaratif adalah unsur yang sifatnya menyatakan, bukan unsure yang

    mutlak.

    Sebagai organisasi kekuasaan, Negara memiliki sifat memaksa,monopoli

    dan mencakup semua.

    a. Memaksa, artinya memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan ketertiban dengan memakai kekerasan fisik secara legal.

    b. Monopoli, artinya memiliki hak menetapkan tujuan bersama masyarakat. c. Mencakup semua, atinya semua peraturan dan kebijakan Negara berlaku

    untuk semua orang tanpa terkecuali.

    3. Teori terjadinya negara a. Proses tarjadinya Negara secara teoritis

    secara teoritis yang dimaksud adalah , para ahli politik dan hokum tata Negara berusaha membuat teoretisasi tentang terjadinya Negara.

    Beberapa teori terjadinya Negara adalah sebagai berikut.

    1) Teori Hukum Alam Menurut teori hukum alam, terjadinya Negara adalah sesuatu yang ilmiah.

    Bahwa segala sesuatu itu berjalan menurut hukum alam, yaitu mulai dari

    lahir, berkembang, mencapai puncaknya, layu, dan akhirnya mati.

    2) Teori Ketuhanan Menurut teori ketuhanan, terjadinya Negara adalah karena kehendak tuhan,

    didasari kepercayaan bahwa segala sesuatu berasal dari tuhan dan terjadi

    atas kehendak tuhan.

    3) Teori Perjanjian] Menurut teori perjanjian, Negara terjadi sebagai hasil perjanjian antar

    manusia/individu. Manusia berada dalam dua keadaan, yaitu keadaan

    sebelum bernegara dan keadaan setelah bernegara.

    Pendapat lain dikemukakan oleh G. Jellienk, yaitu terjadinya Negara dapat

    dilihat secara primer dan sekunder. Menurut jellienk, terjadinya Negara secara

    primer melalui empat tahapan,yaitu

    a. Persekutuan masyarakat, b. Kerajaan,

  • 10

    c. Negara, dan d. Negara demokrasi.

    Perkembangan Negara secara sekunder membicarakan tentang bagaimana

    terbentuknya Negara beru yang dihubungkan dengan masalah pengakuan.

    b. Proses Terjadinya Negara di Zaman Modern Negara-negara di dunia ini terbentuk karena melalui beberapa proses, seperti:

    a. Penaklukan atau occupatie, b. Pelaburan atau fusi, c. Pemecahan, d. Pemisahan diri, e. Perjuangan atau revolusi, f. Penyerahan/pemberian, dan g. Pendudukan atas wilayah yang belum ada pemerintahan sebelumnya.

    4. Fungsi dan Tujuan Negara Fungsi Negara merupakan gambaran apa yang dilakukan Negara untuk

    mencapai tujuannya.

    Di bawah ini adalah fungsi Negara menurut beberapa ahli,antara lain sebagai

    berikut.

    a. John Locke Seorang sarjana Inggris membagi fungsi Negara menjadi tiga fungsi, yatu

    1) Fungsi legislative, untuk membuat peraturan; 2) Fungsi eksekutif, untuk melaksanakan peraturan; 3) Fungsi federative, untuk mengurusi urusan luar negeri dan urusan

    perang damai.

    b. Montesquieu Tiga fungsi Negara menurut Montesquieu adalah

    1) Fungsi legislative, membuat undang-undang; 2) Fungsi eksekutif, melaksanakan undang-undang; 3) Fungsi yudikatif, untuk mengawasi agar semua peraturan ditaati (fungsi

    mengadili), yang popular dengan nama Trias Politika.

    c. Van Vollen Hoven Seorang sarjana dar negeri Belanda, menurutnya fungsi Negara dibagi

    dalam:

    1) Regeling, membuat peraturan; 2) Bestuur, menyelenggarakan pemerintahan; 3) Rechtspraak, fungsi mengadili; 4) Politie, fungsi ketertiban dan keamanan; Ajaran Van Vollen Hoven tersebut terkenal dengan catur praja.

    d. Goodnow Menurut goodnow, fungsi Negara secara prinsipil dibagi menjadi dua

    bagian:

    1. Policy making, yaitu kebijaksanaan Negara untuk waktu tertentu, untuk selurah mayarakat.

    2. Policy eksekuting, yaitu kebijaksanaan yang harus dilaksanakan untuk tercapainya policy making.

    C. BANGSA DAN NEGARA INDONESIA 1. Hakikat Negara Indonesia Menurut Ir. Soekarno, yang dimaksud dengan bangsa Indonesia adalah seliruh

    manusia yang menurut wilayahnya telah di tentukan untuk tinggal secara

    bersama di wilayah nusantara dari ujung barat (sabang) sampai ujung timur

  • 11

    (merauke) yang memiliki Le desir detre ensemble (pendapat Ernest Renan) dan Charaktergemeinschaft (pendapat Otto Van Bauer) yang telah menjadi satu.

    Factor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia, sebagai berikut.

    1) Adanya persamaan nasib, 2) Adanya keinginan bersama untuk merdeka, 3) Adanya kesatuan tempat tinggal, 4) Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai

    suatu bangsa.

    Hakikat Negara kesatuan Republik Indonesia adalah Negara kebangsaan

    modern. Negara kebangsaan modern adalah Negara yang pembentukannya

    didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme- yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama dibawah satu Negara

    yang sama walaupun warga masyarakat tersebut nerneda-neda agama, ras, etnik,

    dan golongannya.

    2. Proses Terjadinya Negara Indonesia Secara teoritis, perkembangan Negara Indonesia terjadi sebagai berikut.

    a. Terjadinya Negara tidak sekedar di mulai dari proklamasi, tetapi adanya pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya.

    b. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. c. Terjadinya Negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa

    Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama.

    d. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan Negara yang meliputi tujuan Negara, bentuk Negara, system pemerintahan Negara , UUD

    Negara, dan dasar Negara.

    3. Cita-Cita,Tujuan, dan Visi Negara Indonesia Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan Negara yang bersatu, berdaulat,

    adil, dan makmur.

    Tujuan Negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam Alinea IV Pembukaan

    UUd 1945. Secara rinci sebagai berikut:

    a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; b. Memajukan kesejahtaraan umum; c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

    perdamaian abadi, dan keadilan social.

    Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia

    yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam

    wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia

    Indoneisa yang sehat, mendiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah

    air, berkesadaran hokum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan

    teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin (Tap MPR No.

    VII/MPR/2001)

    D. IDENTITAS NASIONAL INDONESIA Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya

    nasional.

    Beberapa bentuk identitas Indonesia, adalah sebagai berikut.

    1. Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia 2. Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih 3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya 4. Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila

  • 12

    5. Semboyan negara yaitu Bhineka Tunggal Ika 6. Dasar falsafah Negara yaitu Pancasila 7. Konstitusi (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD 1945 8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat 9. Konsepsi Wawasan Nusantara 10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional

  • 13

    BAB 3

    HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

    Warga Negara adalah bagian dari penduduk suatu Negara. Warga Negara

    memiliki hubungan dengan negaranya. Kedudukannya sebagai Negara menciptakan

    hubungan berupa peranan, hak, dan kewajiban yang bersifat timbal balik.

    Pemahaman yang mengenai hubungan antara warga negar dengan Negara sangat

    penting untuk mengembangkan hubungan yang harmonis, konstruktif, produktif, dan

    demokratis. Pada akhirnya pola hubungan yang baik antara warga Negara dengan

    Negara dapat mendukung kelangsungan hidup bernegara.

    Lebih jauh mengenal hal tersebut, bahasan dalam bab ini meliputi:

    1. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan; 2. Kedudukan Warga Negara dalam Negara; 3. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia.

    A. PENGERTIAN WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN 1. Warga Negara

    Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi

    perkumpulan. Warga negara artinya warga atatu anggota dari suatu negara.

    Jadi, warga negara secara sederhana diartikan sebagai anggota dari suatu negara.

    Istilah warga negara merupakan terjemahan kata citizen (bahasa inggris) yang

    mempunyai arti sebagai berikut:

    1. warga negara ; 2. petunjuk dari sebuah kota ; 3. sesama warga negara, sesama penduduk, orang setanah air ; 4. bawahan atau kawula. Menurut As Hikam dalam Ghazali (2004), warga Negara sebagai terjemahan dari

    citizen artinya adalah anggota dari suatu komunitas yang membentuk Negara itu

    sendiri.

    Dengan memiliki status sebagai warga Negara, orang memiliki hubungan dengan

    Negara. Hubungan itu nantinya tercermin dalam hak dalam hak dan kewajiban. Seperti

    halnya kita sebagai anggota sebuah organisasi, maka hubungan itu berwujud peranan,

    hak dan kewajiban secara timbal balik. Angggota memiliki hak dan kewajiban kepada

    organisasi, demikian pula organisasi memiliki hak dan kewajiban terhadap anggotanya.

    Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal disuatu wilayah Negara

    dalam kurun waktu tertentu.

    2. Kewarganegaraan Istilah kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang

    menunjukkan hubungan atau ikatan antara Negara dengan warga Negara. Menurut

    memori penjelasan dari pasal II Peraturan Penutup Undang-Undang No. 62 Tahun 1958

    tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan diartikan segala jenis

  • 14

    hubungan dengan suatu Negara yang mengakibatkan adanya kewajiban Negara itu

    untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang

    Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang

    berhubungan dengan Negara.

    Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

    a. Kewarganegaraan dalam Arti Yuridis dan Sosiologis. 1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum

    antara orang-orang dengan Negara.adanya ikatan hukum itu menimbulkan

    akibat-akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada dibawah kekuasaan

    Negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum, misalnya akta

    kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan dan lain-lain.

    2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib,

    ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, ikatan lahir ini lahir dari

    penghayatan warga Negara yang bersangkutan.

    Jadi dari sisi kewarganegaraan sosiologis ada hal yang belum terpenuhi yaitu

    persyaratan yuridis yang merupakan ikatan formal orang tersebut dengan negara. Disisi

    lain, terdapat orang yang memiliki kewarganegaraan dalam arti yuridis, namun tidak

    memiliki kewarganegaraan dalam sosiologis. Ia memiliki tanda ikatan hukum dengan

    negara, tetapi ikatan emosional dan penghayatan hidupnya sebagai warga negara tidak

    ada. Jadi, ada kalanya terdapat seorang warga negara hanya secara yuridis saja sebagai

    warga negara, sedangkan secara sosiologis belum memenuhi. Adalah sangat ideal

    apabila seorang warga negara memiliki persyaratan yuridis dan sosiologis sebagai

    anggota dari negara.

    b. Kewarganegaan dalam Arti Formil dan Materiil. 1. Kewarganegaraan dalam arti formil menunjuk pada tempat kewarganegaraan.

    Dalam sistematika hukum, maslah kewarganegaraan berada pada hukum public.

    2. Kewarganegaraan dalam arti materiil menunjuk pada akibat hukum dari dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga Negara.

    Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian

    hukum serta tunduk pada hukum Negara yang bersangkutan. Orang yang sudah

    memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau kewenangan Negara lain.

    Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum yang bukan warga

    negaranya.

    B. KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM NEGARA Hubungan antara warga Negara dengan Negara terwujud dalam bentuk hak dan

    kewajiban antara keduanya. Warga Negara memiliki hak dan kewajiban terhadap

    Negara. Sebaliknya, Negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warganya. Dengan

    istilah sebagai warga Negara, ia memiliki hubungan timbal balik yang sederajat dengan

    negaranya.

    1. Penentu Warga Negara Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua asas

    yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis. Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal

    dari kata solum yang artinya negeri atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis

    yang artinya darah.

  • 15

    a. Asas ius sol yaitu asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan.

    b. Asas ius sanguinis yaitu asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan dari orang tersebut.

    Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek

    perkawinan yang mencakup asas kesatuan hukum dan atas asas persamaan derajat.

    a. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat.

    b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaraan suami atau istri.

    Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga Negara sesuai asas yang

    dianut Negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu

    Negara tidak terikat oleh Negara lain dalam menentukan kewarganegaraan.

    Negara lain juga tidak boleh menentukan siapa saja yang menjadi warga Negara

    dari suatu Negara.

    Secara ringkas problem kewarganegaraan adalah munculnya apatride dan

    bipatride. Apatride adalah istilah untuk orang-orang yang memiliki

    kewarganegaraan rangkap (dua). Bahkan, dapat muncul multipatride yaitu

    istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan banyak (lebih dari

    dua).

    2. Warga Negara Indonesia Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga

    Negara. Ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD 1945 sebagai

    berikut:

    1) Yang menjadi warga Negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai

    warga Negara.

    2) Pneududuk ialah warga Negara Indonesia dan orang asing ynag bertempat tinggal di Indonesia.

    3) Hal-hal mengenai warga Negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

    Berdasarkan hal diatas, kita mengetahui bahwa orang yang dapat menjadi

    warga Negara Indonesia adalah

    a. Orang-orang bangsa Indonesia asli; b. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi

    warga Negara.

    Berdasarkan pasal 26 ayat (2) UUD 1945, penduduk warga Negara

    Indonesia terdiri atas dua yaitu warga Negara dan orang asing. Ketentuan ini

    merupakan hal baru dan sebagai hasil amandemen atas UUD 1945. sebelumnya,

    penduduk Indonesia berdasarkan indische staatregeling 1927 pasal 163, dibagi

    3, yaitu

    a. Golongan eropa, terdiri atas 1) Bangsa Belanda 2) Bukan bangsa Belanda 3) Orang bangsa lain yang hukum keluarganya sama dengan golongan

    Eropa.

  • 16

    b. Golongan Timur Asing, terdiri atas 1) Golongan Tionghoa 2) Golongan Timur Asing bukan Cina

    c. Golongan Bumiputra atau Pribumi, taerbagi atas 1) Orang indonesia asli dan keturunannya 2) Orang lain yang menyesuaikan diri dengan pertama

    Dengan adanya ketentuan baru mengenai penduduk indonesia, diharapkan

    tidak ada lagi pembedaan dan penamaan penduduk Indonesia atas golongan

    pribumi dan keturunan yang dapat memicu konflik antarpenduduk indonesia.

    Orang-orang bangsa lain adalah orang-orang peranakan seperti peranakan

    Belanda, Tionghoa, dan Arab yang bertempat tinggal di Indonesia, yang mengakui

    Indonesia sebagai tumpah darahnya dan bersikap setia kepada Negara REpublik

    Indonesia. Orang-orang ini dapat menjadi warga negara indonesia dengan cara

    naturalisasi atau pewarganegaraan. Cara memperoleh kewarganegaraan indonesia

    diatur dengan undang-undang. Adapun undang-undang yang mengatur tentang warga

    Negara adalah undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan

    Republik Indonesia.

    3. Ketentuan Undang-Undang Mengenai Warga Negara Indonesia Perihal warga Negara Indonesia diatur dengan undang-undang. Sejak

    proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai saat ini, undang-undang yang mengatur

    perihal kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

    a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1946 tentang warga Negara dan penduduk Negara. b. Undang-Undang No. 6 Tahun 1947 tentang perubahan atas undang-undang No. 3

    Tahun 1946 tentang warga Negara dan penduduk Negara.

    c. Undang-undang No. 8 Tahun 1947 tentang memperpanjang waktu untuk mengajukan pertanyaan berhubung dengan kewargaan Negara Indonesia.

    d. Undang-undang No. 11 Tahun 1948 tentang memperpanjang waktu lagi untuk mengajukan pernyataan berhubung dengan kewargaan Negara Indonesia.

    e. Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 tantang kewarganegaraan Republik Indonesia. f. Undang-Undang No. 3 Tahun 1976 tentang perubahan atas Pasal 18 Undang-

    Undang No. 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia.

    g. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia. Undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia atau

    undang-undang-undang sebagai pelaksanaan dari pasal 26 UUD 1945 yang berlaku

    sekarang ini adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan

    Republik Indonesia yang diundangkan pada 1 Agustus 2006. undang-undang ini

    menggantikan undang-undang kewarganegaraan lama, yaitu undang-undang No. 62

    Tahun 1958 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia.

    Pokok materi yang diatur dalam undang-undang ini adalah

    a. Siapa yang menjadi warga Negara Indonesia; b. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia; c. Kehilangan kewarganegaraaan Republik Indonesia; d. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia; e. Ketentuan pidana.

    Beberapa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006

    antara lain sebagai berikut

  • 17

    a. Tentang siapa yang menjadi warga negara Indonesia, dinyatakan bahwa warga Negara Indonesia adalah

    1. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan Negara lain

    sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi warga Negara Indonesia;

    2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga Negara Indonesia;

    3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga Negara Indonesia dan ibu warga Negara asing;

    4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga Negara asing dan ibu warga Negara Indonesia;

    5. anak yang lahir dari luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga Negara Indonesia; tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

    Negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;

    6. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga Negara

    Indonesia;

    7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga Negara Indonesia;

    8. anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan

    pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun

    dan/atau belum kawin;

    9. anak yang lahir diwilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;

    10. anak yang baru lahir yang ditemukan diwilayah Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;

    11. anak yang lahir diwilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaanya;

    12. anak yang lahir diluar wilayah negara republic Indonesia dari seorang ayah dan ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak

    tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang

    bersangkutan;

    13. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraan, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

    mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia;

    14. anak warga negara Indonesia yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18(delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh

    ayahnya yang berkewarganegaraan agar tetap diakui sebagai warga negara

    Indonesia;

    15. anak warga negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan

    tetap diakui sebagai warga negara Indonesia.

    b. Tentang pewarganegaraan Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh

    kewarganegaraan republic Indonesia melalui permohonan. Dalam undang-

    undang juga dinyatakan bahwa kewarganegaraan republic Indonesia dapat juga

    diperoleh melalui pewarganegaraan.

    Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memnuhi

    persyaratan sebagai berikut.

  • 18

    1) Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin; 2) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal diwilayah negara

    republic Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling

    singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut;

    3) Sehat jasmani dan rohani; 4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara pancasila dan undang-

    undang dasar negara republic Indonesia Tahun 1945;

    5) Tidak pernah diajtuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 tahun atau lebih;

    6) Jika dengan memperoleh kewarganegaraan republic Indonesia, tidak menjadi kewarganegaraan ganda;

    7) Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan 8) Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.

    Permohonan pewargaan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam

    bahasa Indonesia diatas kertas bermeterai cukup kepada Presiden melalui Menteri.

    Menteri yang dimaksud adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di

    bidang kewarganegaraan republic Indonesia dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM.

    Menteri meneruskan permohonan sebagaimana dimaksud disertai dengan pertimbangan

    kepada Presiden dalam waktu paling lambat 3 bulan terhitung sejak permohonan

    diterima. Selanjutnya Presiden berwenang mengabulkan atau menolak permohonan

    pewarganegaraan. Pengabulan permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud

    ditetapkan dengan Keputusan Presiden (Keppres).

    Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia dapat

    memperoleh kewarganegaraan republic Indonesia dengan menyampaikan pernyataan

    menjadi warga negara di hadapan pejabat berwenang.

    Pernyataan sebagaimana dimaksud dilakukan apabila yang bersangkutan sudah

    bertempat tinggal diwilayah negara republic Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-

    turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut, kecuali dengan perolehan

    kewarganegaraan tersebut mengakibatkan berkewarganegaraan ganda.

    Orang asing yang telah berjasa kepada negara republic Indonesia atau dengan alasan

    kepentingan negara dapat pula diberi kewarganegaraan republic Indonesia oleh

    Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik

    Indonesia, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang

    bersangkutan berkewarganegaraan ganda.

    c. Tentang kehilangan kewarganegaraan, dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia hilang karena:

    1) Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri; 2) Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang

    bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;

    3) Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat

    tinggal diluar negeri, dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan Republik

    Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;

    4) Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden; 5) Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas

    semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan hanya dapat dijabat oleh warga negara Indonesia;

  • 19

    6) Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut;

    7) Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing;

    8) Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari

    negara lain atas namanya;

    9) Bertempat tinggal diluar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 tahun terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan

    dengan sengaja tidakk menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga

    Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5 tahun

    beikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi

    Warga Negara Indonesia epada Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah

    kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal Perwakilan

    Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang

    bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa

    kewarganegaraan;

    10) Perempuan warga negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum

    negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

    sebagai akibat perkawinan tersebut;

    11) Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum

    negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

    sebagai akibat perkawinan tersebut. Atau jika ingin tetap menjadi warga negara

    Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada

    Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat

    tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan tersebut

    mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Surat pernyataan dapat diajukan oleh

    perempuan setlah 3 tahun sejak tanggal perkawinannya berlangsung;

    12) Setiap orang memperoleh kewarganegaraan republic Indonesia berdasarkan keterangan yang kemudian hari dinyatakan palsu atau terjadi kekeliruan

    mengenai orangnya oleh instansi yang berwenang, dinyatakan batl

    kewarganegaraannya. Menteri mengumumkan nama orang yang kehilangan

    kewarganegaraan repblik Indonesia dalam berita negara republic Indonesia.

    Asas-asas yang dipakai dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang

    Kewarganegaraan Republik Indonesia meliputi:

    a. Asas ius sanginis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan negara tempat kelahiran;

    b. Asas ius soli secara terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak-anak

    sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang;

    c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang;

    d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

    dalam undang-undang ini.

    Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 pada dasarnya tidak mengenal adanya

    kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).

  • 20

    Kewarganegaraan ganda yang diberikan pada anak-anak merupakan suatu

    pengecualian.

    C. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA 1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara

    Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya berupa

    peranan (role). Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai dengan

    status yang dimiliki, dalam hal ini sebagai warga negara. Secara teori, status warga

    negara meliputi statuspasif, aktif, negatif, dan positif. Peranan warga negara juga

    meliputi peranan yang pasif, aktif, negatif dan positif. (Cholisin. 2000)

    Peranan pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap peraturan perundang-

    undangan serta ambil bagian dalam kehidupan bernegara, terutama dalam

    mempengaruhi keputusan public. Peranan positif merupakan aktivitas warga negara

    untuk meminta pelayanan dari negara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Peranan

    negatif merupakan aktivitas warga negara untuk menolak campur tangan negara dalam

    persoalan pribadi.

    Di Indonesia, hubungan antara warga negara dengan negara telah diatur dalam

    UUD 1945. hubungan antara warga negara dengan negara Indonesia tersebut

    digambarkan dengan baik dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban. Baik itu hak

    dan kewajiban warga negara terhadap negara maupun hak dan kewajiban negara

    terhadap warganya. Ketentuan selanjutnya mengenai hak dan kewajiban warga negara

    di berbagai bidang terdapat dalam perturan perundang-undangan di bawah undang-

    undang dasar.

    2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

    Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan

    Pasal 34 UUD 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut.

    1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan layak. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi

    tiap tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini menunjukkan asa keadilan social dan kerakyatan.

    2) Hak membela negara. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi: setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

    3) Hak berpendapat. Pasal 28 UUD 1945, yaitu kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya

    ditetapkan dengan undang-undang.

    4) Hak kemerdekaan memeluk agama. Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945. ayat (1) berbunyi bahwa: negara berdasarkanatas Ketuhanan Yang Maha Esa.ini berarti bahwa bangsa Indonesia percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

    Ayat (2) berbunyi :negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masingdanuntuk beribadat menurut agama dan

    kepercayaannya itu.

    5) Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 yaitu hak dan kewajiban dalam membela negara. Dinyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

    pertahanan dan keamanan negara.

    6) Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945

  • 21

    Yaitu hak untuk mendapatkan pengajaran. Ayat (1) menerangkan bahwa tiap-

    tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Adapun dalam ayat (2)

    dijelaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

    system pengajaran nasional yang diatur dengan UUD 1945.

    7) Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia. pasal 32 UUD 1945 ayat (1) menyatakan bahwa negara memajukan kebudayaan nasional

    Indonesia ditangah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat

    dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

    8) Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan social. Pasal 33 ayat (1), (2), (3), (4), dan 5 UUD 1945 berbunyi:

    9) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

    10) Cabang-cabang yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

    11) Bum, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

    12) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

    berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan

    kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional

    13) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

    9) Hak mendapatkan jaminan keadilan social. Dalam pasal 34 UUD 1945 dijelaskan

    bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara

    Kewajiban warga negara terhadap negara Indonesia, antara lain:

    a. Kewajiban menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

    pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

    kecualinya.

    b. Kewajiban membela negara. pasal 27 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

    c. Kewajiban dalma upaya pertahanan negara. pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan : tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

    pertahanan dan keamanan negara.

    Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban yang dimiliki negara terhadap

    warga negara. hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya

    merupakan kewajiban dan hak warga negara terhadap negara. beberapa ketentuan

    tersebut, antara lain sebagai berikut.

    a. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan. b. Hak negara untuk dibela. c. Hak negara untuk menguasai bumi, air dan kekayaan untuk kepentingan rakyat. d. Kewajiban negara untuk menjamin system hukum yang adil. e. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara. f. Kewajiban negara untuk mengembangkan system pendidikan nasional untuk

    rakyat.

    g. Kewajiban negara untuk jaminan nasional. h. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah.

  • 22

    Secara garis besar, hak dan kewajiban warga negara yang tertuang dalam UUD

    1945 mencakup berbagai bidang. Bidang-bidang ini antara lain: bidang politik dan

    pemerintahan, social, keagamaan, pendidikan, ekonomi dan pertahanan.

    Selain adanya hak dan kewajiban warga negara di dalam UUD 1945, tercantum

    pula adanya hak asasi manusia. Hak asasi manusia perlu dibedakan dengan hak warga

    negara. hak warga negara merupakan hak yang ditentukan dalam suatu konstitusi

    negara. munculnya hak ini adalah karena adanya ketentuan undang-undang dan berlaku

    bagi orang yang berstatus sebagai warga negara. bias terjadi hak dan kewajiban warga

    negara Indonesia berbeda dengan hak warga negara Malaysia oleh karena ketentuan

    undang-undang yang berbeda. Adapun hak asasi manusia umumnya merupakan hak-

    hak yang sifatnya mendasar yang melekat dengan keberadaannya sebagai manusia. Hak

    asasi manusia tidak diberikan oleh negara, tetapi justru memahami keberadaannya oleh

    negara.

    Ketentuan lebih lanjut mengenai berbagai hak dan kewajiban warga negara

    dalam hubungannya dengan negara tertuang dalam berbagai peraturan perundang-

    undangan sebagai penjabaran atas UUD 1945. misalkan dengan undang-undang.

    Contoh.

    Hak dan kewajiban warga negara dibidang pendidikan: 1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional; 2. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

    Hak dan kewajiban warga negara dibidang pertahanan: 1. UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara 2. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian negara RI 3. UU No. 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

    Hak dan kewajiban warga negara di bidang politik terdapat dalam: 1. UU no. 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat di

    muka umum;

    2. UU No. 40 tahun 1999 tentang pers; 3. UU No. 31 Tahun 2002 tentang partai Politik; 4. UU No. 12 Tahun 2003 tentang pemilihan anggota DPR, DPD, dan DPRD; 5. UU No. 23 Tahun 2003 tentang pemilihan presiden dan wakil presiden; dan

    lain-lain.

    Berikut ini contoh hak dan kewajiban warga negara maupun hak dan kewajiban

    negara terhadap warganya dibidang pendidikan berdasarkan undang-undang No. 20

    Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.

  • 23

    BAB 4

    HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA, ORANG TUA,

    MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH

    Bagian Kesatu

    Hak dan Kewajiban Warga Negara

    Pasal 5

    (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

    (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau social berhak memperoleh pendidikan khusus.

    (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adapt yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus

    (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

    (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

    Pasal 6

    (1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.

    (2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.

    Bagian Kedua

    Hak dan Kewajiban Orang Tua

    Pasal 7

    (1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.

    (2) Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.

    Bagian Ketiga

    Hak dan Kewajiban Masyarakat

    Pasal 8

    Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,

    pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

    Pasal 9

  • 24

    Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam

    penyelenggaraan pendidikan.

    Bagian Keempat

    Hak dan Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah

    Pasal 10

    Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing,

    membantu dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Pasal 11

    (1) pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga

    negara tanpa diskriminasi.

    (2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh

    samapai dengan lima belas tahun.

    Peserts Didik

    Pasal 12

    (1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya

    dan diajarkan oleh pendidik yang seagama;

    b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya;

    c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya;

    d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya;

    e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;

    f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengna kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang

    ditetapkan.

    (2) Setap peserta didik berkewajiban: a. menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan

    proses dan keberhasilan pendidikan;

    b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    (3) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    (4) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengna peraturan pemerintah.

  • 25

    BAB 5

    NEGARA DAN KONSTITUSI

    Secara umum negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat

    dipisahkan satu sama lain.

    A. KONSTITUSIONALISME 1. Gagasan tentang Konstitusionalisme

    Pemerintah adalah satu unsur negara. Pemerintahlah yang menyelenggarakan

    dan melaksanakan tugas-tugas demi terwujudnya tujuan bernegara.

    Upaya mewujudkan pemerintahan yang menjamin hak dasar rakyat serta

    kekuasaan yang terbatas itu dituangkan dalam suatu aturan bernegara yang

    umumnya disebut konstitusi (hukum dasar atau undang-undang dasar negara).

    Kekuasaan negara sedemikian rupa sehingga kekuasaan pemerintahan negara

    efektif untuk kepentingan rakyat serta tercegah dari penyelahgunaan kekuasaan.

    Konstitusi dianggap sebagai jaminan yang paling efektif bahwa kekuasaan

    pemerintahan tidak akan disalahgunakan dan hak-hak warga negara tidak

    dilanggar.

    Gagasan bahwa kekuasaan negara harus dibatasi serta hak-hak dasar rakyat

    dijamin dalam suatu konstitusi negara dinamakan konstitusionalisme. Carl J.

    Friedrich berpendapat konstitusionalisme adalah gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat,

    tetapi yang tunduk pada beberapa pembatasan yang dimaksud untuk memberi

    jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan tidak

    disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah.

    Pembatasan yang dimaksud termaktub dalam konstitusi. (Taufiqurrohman Syahuri,2004).

    didalam gagasan konstitusionalisme, isi daripada konstitusi negara bercirikan

    dua hal pokok, yaitu sebagai berikut.

    a. konstitusi itu membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang terhadap warganya.

    b. Konstitusi itu menjamin hak-hak dasar dan kebebasan warga negara.

    2. negara konstitusional konstitusionalisme merupakan gagasan bahwa konstitusi suatu negara harus

    mampu memberi batasan kekuasaan pemerintahan serta memberi perlindungan

    pada hak-hak dasar warga negara.

    Negara konstitusional bukan sekedar konsep formal, tetapi juga memiliki makna

    normative. Didalam gagasan konstitusionalisme, konstitusi tidak hanya

    merupakan suatu dokumen yang menggambarkan pembagian dan tugas-tugas

    kekuasaan tetapi juga menentukan dan membatasi kekuasaan gaar tidak

    disalahgunakan. Sementara itu dilain pihak konstitusi juga berisi jaminan akan

    hak-hak asasi dan hak dasar warga negara. Negara yang menganut gagasan

    konstitusionalisme inilah yang disebut negara konstitusional.

  • 26

    Adnan Buyung Nasution (1995) menyatakan negara konstitusional adalah

    negara yang mengakui dan menjamin hak-hak warga negara serta membatasi

    dan mengatur kekuasaannya secara hukum.

    B. KONSTITUSI NEGARA 1. pengertian konstitusi

    konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis constituer yang artinya membentuk. Pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan

    suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Konstitusi bisa

    berarti pula peraturan dasar mengenai pembentukan negara. Istilah konstitusi

    bisa dipersamakan dengan hukum dasar atau undang-undang dasar. Kata

    konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut: (1)

    segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan; (2) undang-undang dasar

    suatu negara.

    Konstitusi juga dapat diartikan sebagai hukum dasar. Para pendiri negara koita

    (the founding fathers) menggunakan istilah hukum dasar. Dalam penjelasan

    UUD 1945 dikatakan : Undang-Undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagaian hukum dasar yan tertulis, sedang di samping Undang-Undang Dasar

    tersebut berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar

    yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara, meskipun

    tidak tertulis. Hukum dasar tidak tertulis disebut konvensi.

    Terdapat beberapa definisi konstitusi dari para ahli, yaitu

    a. Herman Heller; membagi pengertian konstitusi menjadi tiga: 1) konstitusi dalam pengertian politik sosiologis. Konstitusi mencerminkan

    kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan.

    2) Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah hukum.

    Konstitusi dalam hal ini sudah mengandung pengertian yuridis.

    3) Kostitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tinggi yang berlaku dalam suatu negara.

    b. K.C Wheare mengartikan konstitusi sebagai keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara, eberupa kumpulan peraturan yang

    membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu

    negara. c. Prof. Prayudi Atmosudirdjo merumuskan konstitusi sebagai berikut.

    1) konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses perjuangan bangsa yang bersangkutan.

    2) Konstitusi suatu negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita, kehendak, dan perjuangan bangsa Indonesia.

    3) Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas, dan kebudayaan suatu bangsa.

    Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit, sebagai berikut.

    a. konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak tertulis.

    b. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis, yaitu undang-undang dasar. Dalam pengertian ini undang-undang dasar

    merupakan konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.

  • 27

    Pada prinsipnya, tujuan konstitusi adalah untuk membatasi kewenangan

    tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah dan

    merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.

    2. Kedudukan Konstitusi konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat

    dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Selain itu, konstitusi juga

    merupakan ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding fathers, serta

    memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan

    suatu negara yang mereka pimpin.

    Konstitusi secara umum berisi hal-hal yang mendasar dari suatu negara. Hal-hal

    mendasar itu adalah aturan-aturan norma-norma dasar yang dipakai sebagai

    pedoman pokok bernegara.

    Meskipun konstitusi yang ada didunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan,

    bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang

    sama, yaitu sebagai (a) hukum dasar, dan (b) hukum tertinggi.

    a. Konstitusi sebagai Hukum Dasar Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar karena ia berisi aturan dan

    ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara.

    Secara khusus konstitusi memuat aturan-aturan tentang badan-badan

    pemerintahan dan sekaligus memberikan kewenangan kepadanya.

    Jadi, konstitusi menjadi (a) dasar adanya dan (b) sumber kekuasaan bagi

    setiap lembaga negara. Oleh karena konstitusi juga mengatur kekuasaan

    badan legislative (pembuat undang-undang), maka UUD juga merupakan (c)

    dasar adanya dan sumber bagi isi aturan hukum yang ada di bawahnya.

    b. Konstitusi sebagai hukum tertinggi Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam

    tata hukum negara yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa aturan-aturan

    yang terdapat dalam konstitusi, secara hierarkis mempunyai keudukan lebih

    tinggi (superior) terhadap aturan-turan lainnya.

    3. isi, tujuan dan fungsi konstitusi negara konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara. Konstitusi

    menjadi dasar utama bagi penyelenggaraan bernegara. Karena itu konstitusi

    menempati posisi penting dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu

    negara. Prof. Hamid S. Attamimi mengatakan bahwa konstitusi atau undang-

    undang dasar merupakan pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus

    merupakan petunjuk bagaimana suatu negara harus dijalankan.

    Hal-hal yang diatur dala, konstitusi negara umumnya berisi tentang pembagian

    kekuasaan negara, hubungan antarlembaga negara, dan hubungan negara

    dengan warga negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum dan secara garis

    besar. Aturan-aturan itu selanjtnya dijabarkan lebih lanjut pada aturan

    perundangan di bawahnya.

    Menurut Mirriam Budiardjodalam bukunya dasar-dasar ilmu politik, konstitusi

    atau undang-undang dasar memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut.

  • 28

    1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan eksekutif, legislative, dan yudikatif. Dalam negara federal, yaitu masalah pembagian

    kekuasaan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian,

    prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi lembaga negara.

    2. Hak-hak asasi manusia. 3. Prosedur mengubah undang-undang dasar. 4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari

    undang-undang dasar. Hal ini untuk menghindari terulangnya hal-hal yang

    telah diatasi dan tidak dikehendaki lagi.

    Apabila kita membaca pasal demi pasal dalam UUD 1945 maka kita dapat

    mengetahui beberapa hal yang menjadi isi daripada konstitusi Republik

    Indonesia ini. Hal-hal yang diatur dala UUD 1945 antara lain:

    1. Hal-hal yang sifatnya umum, misalnya tentang kekuasaan dalam negara dan identitas-identitas negara.

    2. Hal yang menyangkut lembaga-lembaga negara, hubungan antarlembaga negara, fungsi, tugas, hak dan kewenanannya.

    3. Hal yang menyangkut hubungan antara negara dengan warga negara, yaitu hak dan kewajiban negara terhadap warganya ataupun hak dan kewajiban

    warga negara terhadap negara, termasuk juga hak asasi manusia.

    4. Konsepsi atau citra negara dalam berbagai bidang, misalnya bidang pendidikan, kesejahteraan, ekonomi, sosial dan pertahanan.

    5. Hal mengenai perubahan undang-undang dasar. 6. Ketentuan-ketentuan peralihan atau ketentuan transisi Sejalan dengan membatasi kekuasaan pemerintahan maka konstitusi secara

    ringkas memiliki 3 tujuan, yaitu

    a Memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik; b Melepaskan control kekuasaan dari penguasa itu sendiri; c Memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan

    kekuasaannya (ICCE UIN, 2000).

    Selain itu, konstitusi negara bertujuan menjamin pemenuhan hak-hak dasar

    warga negara. Konstitusi negara memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut (Jimly

    Asshiddiqie, 2002)

    a. Fungsi penentu atas pembatas kekuasaan negara. b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antaroragan negara. c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara dengan warga

    negara.

    d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.

    e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (dalam demokrasi adalah kepada organ negara.

    f. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation) serta

    sebagai center of ceremony.

    g. Fungsi sebagai sarana pengendalianmasyarakat, baik dalam arti sempit yaitu bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang sosial ekonomi.

    h. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat.

  • 29

    C. UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARA REPUBLIK INDONESIA Konstitusi negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan

    oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus

    1945. dalam tata susunan peraturan perundangan, UUD 1945 menempati tingkat

    tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok

    staatsgrundgesetz atau aturan dasar/pokok negara yang berada di bawah Pancasila

    sebagai Grundnorm atau norma dasar.

    1. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di

    Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat periode,

    yaitu sebagai berikut.

    a Periode 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal

    aturan peralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.

    b Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 berlaku UUD RIS. UUD RIS terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.

    c Periode 17 Agustus 1950 5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 yang terdiri atas 6 bab, 146 pasal, dan bebrapa bagian.

    d Periode 5 Juli 1959 sekarang kembali berlaku UUD 1945. Khusus untuk periode keempat berlaku UUD 1945 dengan pembagian

    berikut:

    a. UUD 1945 yang belum diamandemen; b. UUD 1945 yang sudah diamandemen (tahun 1999, tahu 2000, tahun 2001,

    dan tahun 2002).

    Amandemen tersebut adalah:

    1) Amandemen ke 1 pada siding umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999; 2) Amandemen ke 2 pada siding tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000; 3) Amandemen ke 3 pada siding tahunan MPR, disahkan 10 November 2001. 4) Amandemen ke 4 pada siding tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002. Undang-undang dasar negara republic Indonesia pertama kali ditetapkan oleh

    PPKI (panitia persiapan kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18 Agustus 1945.

    Undang-undang dasar yang ditetapkan oleh PPKI tersebut sebenarnya

    merupakan hasil karya BPUPKI(badan penyelidik usaha persiapan

    kemerdekaan Indonesia) melalui siding-sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945

    sampai 1 Juni 1945 dan tanggal 10 Juli sampai 16 Juli 1945. hasil karya

    BPUPKI berupa rancangan pembukaan hukum

    Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang menghasilkan 3

    keputusan penting, yaitu sebagai berikut.

    i. mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum dasar sebagai UUD negara kesatuan Republik Indonesia.

    ii. memilih Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai presiden dan wakil presiden.

    iii. Membentuk suatu Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membantu presiden.

    Beberapa perubahan tersebut antara lain:

    iv. istilah hukum dasar diganti menjadi undang-undang dasar;

  • 30

    v. kata mukadimah diganti menjadi pembukaan; vi. "dalam suatu hukum dasar" diubah menjadi "dalam suatu undang-undang dasar"

    vii. diadakannya ketentuan tentang perubahan undang-undang dasar yang sebelumnya tidak ada;

    viii. rumusan Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti menjadi Katuhanan Yang Maha Esa.

    Penetapan UUD 1945 sebagai konstittusi negara Indonesia oleh PPKI dilakukan

    dua tahap, yaitu sebagai berikut.

    a. pengesahan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terdiri dari 4 alinea.

    b. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat aturan

    tambahan.

    Jadi, pada waktu itu yang disahkan PPKI adalah UUD negara Indonesia yang terdiri

    atas dua bagian yaitu bagianm pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-

    pasalnya.

    Adapun bagian penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang dimuat

    dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946.

    berdasarkan hal itu, maka naskah undang-undang dasar negara Indonesia yang

    dimuat secara resmi dalam berita republic Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15

    Februari 1946, terdiri atas:

    a. pembukaan, b. batang tubuh, dan c. penjelasan. Konstitusi RIS atau UUD RIS 1945 terdiri atas:

    a. Mukadimah yang terdiri atas 4 alinea. b. Bagian batang tubuh yang terdiri atas 6 bab, 197 pasal dan lampiran. Beberapa ketentuan pokok dalam UUD 1949 antara lain :

    a. bentuk negara adalah serikat, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. b. System pemerintahan adalah parlementer. Dalam system pemerintahan ini,

    kepala pemerintahan dijabat oleh seorang perdana menteri. Perdana menteri RIS

    adalah Moh. Hatta.

    Konstitusi yang berlaku sesudah UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar

    Sementara (UUDS) 1950. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950

    dimaksudkan sebagai pengganti dari UUD RIS 1949 setelah Indonesia kembali ke

    bentuk negara kesatuan. Perubahan UUD RIS menjadi UUDS 1950 dituangkan

    dalam Undang-Undang Federal No. 7 Tahun 1950 tentang perubahan konstitusi

    republic Indonesia serikat menjadi Undang-Undang Republik Indonesia.

    UUDS 1950 terdiri atas:

    a. Mukadimah yang terdiri dari 4 alinea b. Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 146 pasal. Isi pokok yang diatur dalam UUDS 1950 antara lain :

    a. Bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik ; b. System pemerintahan adalah parlementer menurut UUDS 1950;

  • 31

    c. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar tetap sebagai pengganti dari UUDS 1950.

    UUDS 1945 berlaku dari tanggal 17 Agustus 1945 samapai 5 Juli 1949. dalam

    sejarahnya lembaga konstituante yang diberi tugas menyusun undang-undang dasar

    baru pengganti UUDS 1950 tidak berhasil meyelesaikan tugasnya. Situasi ini

    kemudian memicu munculnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. pada tanggal 5 Juli 1959

    presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang isinya sebagai berikut:

    1. Menetapkan pembubaran konstituante; 2. Menetapkan berlakunya UUDS 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950; 3. Pembentukan MPRS dan DPAS

    UUD 1945 berlaku dari tanggal 5 Juli 1959 sampai tahun 1999. UUD 1945 ini berlaku

    pada dua masa pemerintahan yaitu

    a. Masa pemerintahan presiden Soekarno dari tanggal 5 Juli 1959 sampai 1966 ; b. Masa pemerintahan Presiden Soekarno dari tahun 1966 sampai 1998.

    2. Proses Amandemen UUD 1945

    Istilah amandemen sebenarnya merupakan hak, yaitu hak parlemen untuk mengubah

    atau mengusulkan perubahan rancangan undang-undang. Perkembangan selanjutnya

    muncul istilah amandemen UUD yang artinya perubahan UUD. Istilah perubahan

    konstitusi itu sendiri mencakup dua pengertian (Taufiqurohman Syahuri, 2004), yaitu

    a. Amandemen konstitusi b. Pemabruan konstitusi

    Dalam hal pembaruan konstitusi, perubahan yang dilakukab adalah baru secara

    keseluruhan. Jadi, yang berlaku adalaha konstitusi yang baru, yang tidak lagi ada

    kaitannya dengan konstitusi lama atau asli. System ini dianut oleh negara seperti

    Belanda, Jerman dan Prancis.

    Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan memperbaharui

    konstitusi negara Indonesia agar sesuai dengan prinsip-prinsip negar demokrasi.

    Dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945 maka konstitusi kita harapkan

    semakin baik dan lengkap menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan dan

    kehidupan kenegaraan yang demokratis.

    UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasar negara republic Indonesia juag mampu

    menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan. Untuk itu perlu dilakukan

    perubahan terhadap UUD 1945 yang sejak merdeka sampai masa pemerintahan

    Presiden Soeharto belum pernah dilakukan perubahan.

    Tentang perubahan undang-undang dasar dinyatakan pada Pasal 37 UUD 1945 sebagai

    berikut:

    (1) Usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar dapat diagendakan dalam siding Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3

    dari jumlah anggota majelis permusyawaratan rakyat.

    (2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta

    alasannya.

    (3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota

    Majelis Permusyawaratan Rakyat.

  • 32

    (4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan dekurng-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari

    seluruh anggota majelis permusyawaratan rakyat.

    (5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.

    a. Amandemen Pertama Terjadi pada Sidang Umum MPR Tahun 1999, disahkan 19 Oktober 1999

    MPR dalam sidang umum tahun 1999 mengeluarkan keputusan mengenai UUD

    1945 dengan perubahan yang kemudian dikenal dengan perubahan pertama.

    Perubahan pertama atas UUD 1945 tersebut diambil dalam suatu putusan majelis

    pada tanggal 19 Oktober 1999. perubahan atas UUD 1945 berlaku sejak tanggal

    ditetapkannya putusan yaitu 19 Oktober 1999.

    Pada perubahan pertama ini MPR RI mengubah pasal 5 ayat (1), pasal 7, pasal 9,

    pasal 13 ayat (2), pasal 14, pasal 15, pasal 17 ayat (2) dan (3), pasal 20 dan pasal 21

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. jadi, pada

    perubahan pertama, yang diamandemen sebanyak 9 pasal.

    b. Amandemen kedua terjadi pada siding tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000

    MPR dalam sidang tahunan tahun 2000 mengeluarkan putusan mengenai UUD

    1945 dengan perubahan yang kemudian dikenal dengan perubahan kedua.

    Perubahan kedua atas UUD 1945 tersebut diambil dalam suatu putusan majelis dan

    ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000.

    Pada perubahan kedua MPR RI mengubah dan/atau menambah pasal 18, pasal

    18A,pasal 18B, pasal 19, pasal 20 ayatt (5), pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B, bab

    IXA, pasal 25E, bab X, pasal 26 ayat (2) dan ayat (3), pasal 27 ayat (3), bab XA,

    pasal 28A, pasal 28B, pasal 28C,pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F, pasal 28G, pasal

    28H, pasal 28I, Pasal 28J, bab XII, pasl 30, bab XV, pasal 36A, pasal 36B dan pasal

    36C undang-undang dasar negara republic Indonesia. tahun 1945.

    Jadi pada perubahan kedua yang diamandemen sebanyak 25 pasal.

    c. Amandemen ketiga terjadi pada siding tahunan MPR, Disahkan 10 November 2001

    MPR dalam sidang tahunan tahun 2001 mengeluarkan putusan mengenai UUD

    1945 dengan perubahan yang kemudian dikenal dengan perubahan ketiga.

    Perubahan ketiga atas UUD 1945 tersebut diambil dalam suatu jurusan majelis dan

    ditetapkan berlaku tanggal 9 november 2001.

    Pada perubahan ketiga yang diamandemen sebanyak 23 pasal.

    d. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10Agustus 2002

    MPR dalam sidang tahunan tahun 2002 kembali mengeluarkan putusan mengenai

    UUD 1945 dengan perubahan yang kemudian dikenal dengan perubahan keempat.

    Perubahan ke empat atas UUD 1945 tersebut diambil dalam suatu keputusan

    majelis pada tanggan 10 Agustus 2002.

    Pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal dan 3 pasal

    aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.

  • 33

    Dengan cara amandemen ini, UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku, hanya beberapa

    ketentuan yang sudah diganti dianggap tidak berlaku lagi. Yang berlaku adalah

    ketentuan-ketentuan yang baru. Nasakah perubahan merupakan bagian yang tak

    terpisahkan dari undang-undang dasar negara republic Indonesia tahun 1945.

    Dengan demikian, naskah UUD 1945 kita terdiri atas:

    1. Naskah asli UUD 1945 2. Naskah perubahan pertama UUD 1945 3. Naskah perubahan kedua UUD 1945 4. Naskah perubahan ketiga UUD 1945 5. Naskah perubahan keempat UUD 1945.

    3. Isi undang-undang dasar negara Indonesia tahun 1945 UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pembukraan dan

    bagian pasal-pasal. Hal ini didasarkan atas pasal II aturan tambahan naskah UUD

    1945 perubahan keempatyang menyatakan dengan ditetapkannya peruban undang-undang dasar ini, undang-undang dasar negara republic Indonesia tahun 1945 terdiri

    atas pembukaan dan pasal-pasal.

    Bagian pembukaan pada umumhya berisi pernyataan luhur dan cita-cita dari bangsa

    yang bersangkutan. Namun tidak semua konstitusi negara memiliki bagian

    pembukaan ini. Konstitusi Malaysia, Singapura dan Australia tidak memiliki bagian

    pembukaan.

    Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting dalam konstitusi negara

    Indonesia. pembukaan UUD 1945 berisi 4 alinea sebagai pernyataan luhur bangsa

    Indonesia. selain berisi pernyataan kemerdekaan, ia juga berisi cita-cita dan

    keinginan bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu mencapai masyarakat yang

    merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Tiap-tiap alinea pembukaan UUD

    1945 memiliki makna dan cita-cita tersendiri sebagai satu kesatuan.

    Alinea pertama berisi pernyataan objektif adanya penjajahan terhadap Indonesia.

    selanjutnya mengandung pernyataan subjektif bangsa Indonesia bahwa penjajahan

    harus dihapuskan karena tidak sesuai denngan perikemanusiaan dan perikeadilan.

    Alinea kedua berisi pernyataan bahwa perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia

    selama ini telah mampu menghasilkan kemerdekaan. Akan tetapi, kemerdekaan

    bukanlah tujuan akhir perjuangan. Kemerdekaan adala