diktat petunjuk praktikum perawatan metode kanguru

27
1 Universitas Udayana DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU OLEH: Ns. Kadek Cahya Utami, S.Kep., M.Kep. PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SEPTEMBER 2016

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

1 Universitas Udayana

DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM

PERAWATAN METODE KANGURU

OLEH:

Ns. Kadek Cahya Utami, S.Kep., M.Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

SEPTEMBER

2016

Page 2: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

2

Universitas Udayana

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga Diktat Petunjuk Praktikum

Perawatan Metode Kanguru, dapat diselesaikan dengan baik.

Diktat ini saya buat dengan tujuan untuk memberikan penjelasan tentang manfaat

dan langkah-langkah perawatan metode kanguru. Hal ini sangat bermanfaat untuk

melengkapi pengetahuan mahasiswa agar tidak hanya bisa melakukan tindakan

PMK, namun juga mengetahui rasionalisasi dan evidence based yang

melatarbelakangi pentingnya PMK bagi bayi baru lahir, khususnya bayi prematur.

Meskipun upaya semaksimal sudah dilakukan dalam penyusunan diktat ini,

namun saya menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang

ditemukan. oleh karena itu, saya mohon adanya kritik dan saran yang bersifat

membangun guna melengkapi karya tulis ini.

Denpasar, September 2016

Penulis

Page 3: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

3

Universitas Udayana

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................... 4

1.2 TUJUAN............................................................................................................... 6

1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................... 6

1.2.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi PMK........................................................................................................ 7

2.2 Manfaat PMK ....................................................................................................... 8

2.3 Komponen PMK ................................................................................................... 10

2.4 Nyeri pada Bayi Prematur .................................................................................... 15

2.5

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 23

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN .................................................................................................... 25

4.2 SARAN ................................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

4

Universitas Udayana

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Target Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) pada tahun 2015 yaitu 102

kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan 23 kematian bayi per 1.000

kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)

yang menjadi indikator kualitas kesehatan masyarakat di suatu Negara,

ternyata masih tergolong tinggi di Indonesia. Data terakhir dari SDKI 2007

tercatat 228 ibu meninggal tiap 100.000 kelahiran hidup dan AKB dalam

laporan SDKI 2012 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup.

Kasus prematuritas merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatus

0-6 hari yaitu sebesar 32,4% (Riskesdas 2007). Angka kematian akibat

prematuritas 5-7% terjadi di negara berkembang (WHO, 2009). Angka

kematian akibat prematuritas pada tahun 2007 di seluruh dunia yang

mencapai 12 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2010).

Prematuritas adalah suatu kondisi dimana bayi dilahirkan dalam umur

kehamilan yang belum cukup matur dengan berat badan yang sesuai dengan

usia kehamilannya (Hockenberry & Wilson, 2009). Menurut WHO (2009)

prematuritas adalah bayi yang dilahirkan saat umur kehamilan yang belum

mencapai 37 minggu atau 259 hari. Bayi prematur umumnya memiliki

sejumlah karakter khusus dan merupakan petunjuk berharga dalam

menentukan kemampuan fisiologis bayi. Akibat prematuritas adalah dapat

menimbulkan resiko terjadinya serebral palsy, defisit sensori, gangguan

belajar, dan penyakit pernafasan (WHO, 2009). Hal tersebut menyebabkan

bayi prematur harus dihospitalisasi agar tidak menyebabkan komplikasi lebih

lanjut.

Dampak hospitalisasi pada bayi prematur antara lain terganggunya proses

rasa percaya, penurunan sense of control dan nyeri (Hockenberrry & Wilson,

2009). Nyeri pada bayi baru lahir sering tidak teridentifikasi karena

Page 5: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

5

Universitas Udayana

komunikasi pada bayi baru lahir sulit untuk dipahami. Profesional kesehatan

termasuk perawat, terus meremehkan dan mengatasi nyeri secara sporadik

pada bayi dan anak-anak (Boughton dkk, 1998; Broome dkk, 1996).

American academy of paediatric dan Canadian paediatric

merekomendasikan perawatan metode kangguru (PMK) sebagai salah satu

penanganan non farmakologi untuk meminimalkan efek nyeri dari prosedur

heel stick, venepuncture, injeksi, minor prosedur. PMK merupakan cara yang

efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu

kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan

dan kasih sayang (WHO, 2003). PMK saat ini diyakini sebagai suatu terapi

yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur

(Ludington, 2013).

Telah banyak didokumentasikan bahwa hospitalisasi pada neonatus terdapat

400 prosedur yang menstimulus nyeri sejak dirawat di NICU (Cignacco et al

2005, Horrison et al 2006). Prosedur yang paling umum menyebabkan nyeri

adalah heel lanching, venepuncture dan endotracheal intubation (Anand

2001, Harrison et al, 2006).

Management of procedur related pain in neonatus (2005) yang ditulis oleh

Royal Australian College of Physicians dan American academy of pediatrics,

the Canadian pediatric society (2006) merekomendasikan untuk

meminimalisirkan nyeri pada neonatus selama prosedural yang menstimulus

nyeri. Mendefinisikan nyeri dalam persepsi orang lain merupakan hal yang

tidak tepat dan tidak akurat. Carbajal dkk (2008) menemukan bahwa bayi

yang lahir dengan usia gestasi 24 - 42 minggu, rata-rata telah dilakukan

prosedural nyeri sebanyak 98 kali pada 14 hari pertama kehidupan. Oleh

karena itu, perlu direkomendasikan peningkatan perawatan praktek neonatal

nursing, khususnya pengkajian nyeri dan menggunakan metode non

farmakologik selama prosedur nyeri dalam clinical neonatal setting untuk

meminimalisir nyeri.

Page 6: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

6

Universitas Udayana

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui efektivitas

pemanfaatan metode kangguru terhadap respon nyeri pada bayi

prematur.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi dari pematuritas, PMK, nyeri

b. Mengetahui manfaat dari PMK

c. Mengetahui komponen dari PMK

d. Mengetahui fisiologis nyeri pada bayi prematur

e. Mengetahui tata laksana nyeri pada bayi prematur

f. Mengetahui efektivitas PMK untuk menurunkan respon nyeri pada

bayi prematur

Page 7: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

7

Universitas Udayana

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.1.1 Prematuritas

Kelahiran prematur menurut WHO adalah kelahiran bayi dengan usia

gestasi kurang dari 37 minggu lengkap (259 hari) sejak hari pertama

haid terakhir. Bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau

kurang saat kelahiran disebut dengan bayi prematur (Hockenberry,

2009). Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan sebelum akhir usia

gestasi 37 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahirnya. Bayi

prematur merupakan kasus terbanyak dari semua pasien yang masuk

ke ruang NICU yang membutuhkan perawatan khusus, karena beresiko

mengalami masalah kesehatan pada masa awal kehidupannya. Masalah

yang sering muncul berhubungan dengan immaturitas organnya,antara

lain : masalah ketidakstabilan suhu tubuh (hipotermi), ketidakstabilan

berat badan (kesulitan penambahan berat badann), sindroma aspirasi,

hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dan lain- lain (Bobak, Lowdermilk,

& Jenses, 2005).

2.1.2 PMK

Metode Kangguru pertama kali diperkenalkan oleh Rey dan Martinez

di Bogota sebagai salah satu alternatif bagi perawatan BBLR yang

telah melewati masa krisis, tapi masih membutuhkan perawatan khusus

untuk pertumbuhannya.

Perawatan metode kanguru adalah suatu metode perawatan BBLR

yang diilhami oleh cara seekor kanguru merawat anaknya yang selalu

lahir prematur. Bayi dalam posisi tegak (upright) atau prone (bila ibu

berbaring), hanya memakai popok dan penutup kepala didekap, di

Page 8: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

8

Universitas Udayana

antara payudara ibu, bersentuhan kulit dengan kulit, dada dengan dada

secara berkesinambungan (Ludington dkk dalam Suradi dkk, 2000).

Perawatan metode kangguru adalah kontak kulit di antara ibu dan bayi

secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI

eksklusif.

2.1.3 Nyeri

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan dan berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual

atau potensial (International Association for the Studyof Pain, 2011).

Nyeri adalah apa pun yang dikatakan oleh orang yang mengalaminya,

ada pada saat orang tersebut mengatakan bahwa itu terjadi (McCaffery

dan Pasero, 1999).

Nyeri bersifat subjektif dan individual. Individu yang memiliki

kemampuan secara verbal akan dengan mudah mengutarakan rasa

sakitnya setelah merasakan nyeri. Akan tetapi, bukan berarti individu

yang tidak mampu mengkomunikasikan rasa nyeri meniadakan

kemungkinan bahwa individu tersebut mengalami sakit dan

membutuhkan penatalaksanaan yang tepat. Pada neonates respon

fisiologik, perilaku, dan hormonal merupakan indikator objektif

mengenai lokasi, intesitas, durasi tentang nyeri (Verklan, M T dan

Walden M, 2010).

2.2 Manfaat PMK

2.2.1 Manfaat Bagi Bayi

a. Stabilisasi suhu tubuh bayi

Panas tubuh ibu akan berpindah secara konduksi melalui kontak

kulit dari dada ibu ke kulit tubuh bayi, sehingga bayi akan tetap

dalam kondisi hangat. Selimut atau penutup tubuh ibu dan bayi

juga diharapkan dapat mempertahankan suhu tubuh bayi dari suhu

lingkungan sekitarnya (Dodd, 2003).

Penelitian yang telah meneliti tentang pengaruh PMK terhadap

suhu tubuh bayi menyatakan bahwa selama rata-rata 25 hari pada

Page 9: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

9

Universitas Udayana

114 responden, menyatakan bahwa suhu tubuh bayi yang dilakukan

PMK mengalami peningkatan yang bermakna (p<0.001, α=0.05).

PMK dilakukan rata-rata 6 jam sehari pada setiap responden (Ali,

et al.,2009).

b. Stabilisasi laju denyut jantung

Penelitian yang menggunakan alat monitor kontinyu, menemukan

bahwa selama perawatan metode kangguru, laju frekuensi denyut

jantung bayi relatif stabil dan konstan (Ludington-Hoe, et al.,

dalam Perinansia, 2003). Hasil penelitian lain yang menggunakan

pneumokardiogram menemukan frekuensi denyut jantung dan pola

respirasi selama dilakukan PMK lebih stabil dibandingkan

perawatan dalam boks atau perawatan konvensional (Perinansia,

2003).

c. Stabilisasi pernapasan dan saturasi oksigen

Berdasarkan hasil penelitian PMK dapat menjaga kestabilan

saturasi oksigen. Hal ini dapat disebabkan karena posisi bayi yang

tegak, sehingga dipengaruhi gravitasi bumi dan ekspansi paru-paru

lebih maksimal, dengan demikian proses ventilasi dan perfusi lebih

adekuat (Ali, et al., 2009).

d. Pengaruh terhadap berat badan dan pertumbuhan

Pertumbuhan secara keseluruhan bukan hanya berat badan, dapat

meningkat selama perawatan dengan metode kangguru. Hal ini

terjadi, karena bayi dalam keadaan rileks, beristirahat dengan

posisi yang menyenangkan mirip dengan posisi dalam rahim,

sehingga kegelisahan bayi berkurang dan tidur lebih lama

(Ludington-Hoe, dan Golant SK, 1993). Pada keadaan demikian

konsumsi oksigen dan kalori yang ada digunakan untuk

meningkatkan berat badan dan pada saat PMK frekuensi menyusu

meningkat (Ludington-Hoe, dan Golant SK, 1993).

e. Pengaruh terhadap tingkah laku bayi

Page 10: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

10

Universitas Udayana

Pada bayi yang dirawat dengan metode kangguru, respon bayi

prematur yang belum mampu menyeleksi atau mengurangi

pengaruh lingkungan terhadap dirinya seperti ketika mengetuk

inkubator maka frekuensi jantung meningkat, pernafasan menjadi

lebih cepat, warna kulit berubah dari merah menjadi kebiruan,

maka respon ini tidak terjadi apabila kita mengetuk punggung bayi

perlahan pada saat dilakukan PMK (Ludington-Hoe, dan Golant

SK, 1993).

f. Pengaruh terhadap kejadian infeksi

Tidak satu pun laporan tentang penggunaan metode kangguru yang

menyatakan adanya peningkatan kejadian sepsis (Whitelaw A,

1990). Sloan dkk (1994) melaporkan bahwa pada perawatan

dengan inkubator lebih sering terjadi infeksi berat dibandingkan

perawatan dengan metode kangguru. Hal ini tampaknya

disebabkan flora normal kulit ibu lebih aman bagi bayi prematur

yang mendapat ASI dibandingkan organisme yang resisten

terhadap antibiotik yang terdapat di rumah sakit (Alisjahbana dkk,

1998).

2.2.2 Manfaat Bagi Ibu

Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa PMK:

a. Peningkatan Produksi Air Susu Ibu (ASI)

Peningkatan produksi ASI dapat terjadi dengan menguatnya ikatan

emosi ibu-bayi, sehingga terjadi letdown refleks yang penting bagi

pengeluaran ASI. Stress ibu akan berkurang bila diberi kesempatan

mendekap bayinya yang berpengaruh terhadap produksi ASI (Hurst

dkk, 1997).

b. Peningkatan hubungan emosi ibu dan bayi

Ikatan emosional yang disebut attachment atau bounding

merupakan proses hubungan bayi dengan orang tuanya, yang

dimulai sejak kehamilan. Bayi dengan kontak yang dini dengan

ibunya lebih sedikit menangis dan lebih sering tersenyum (Suradi,

2000).

Page 11: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

11

Universitas Udayana

2.2.3 Manfaat Bagi Ayah

a. Ayah memainkan peranan yang lebih besar dalam perawatan

bayinya

b. Meningkatkan hubungan emosional antara ayah-bayi

2.3 Komponen PMK

2.3.1 Posisi kanguru (kangaroo position), yaitu kontak kulit ke kulit antara

ibu dan bayi yang diberikan selang seling atau terus menerus dan dapat

dimulai segera atau ditunda. Dengan tujuan untuk beradaptasi dengan

lingkungan di luar uterus, diletakkan di dada ibu dan dapat menyusu.

2.3.1.1 Posisi Bayi Saat PMK

a. Posisikan bayi diantara kedua payudara ibu, dada bayi

bertemu dengan dada ibu.

Gambar 1 Posisi awal bayi saat dilakukan PMK

Kepala dihadapkan pada salah satu sisi dengan posisi

sedikit ekstensi. Posisi ekstensi ini diharapkan dapat

mempertahankan jalan nafas atas tetap terbuka dan

mempertahankan kontak mata dengan ibu. Hindari kepala

terlalu hiperekstensi atau fleksi. Pinggul diposisikan fleksi

(frog position) dan lengan juga diposisikan fleksi. Gunakan

gaun panjang dengan ikat pinggang atau selimut yang

berfungsi seperti kantong kanguru untuk memfiksasi posisi

bayi agar tetap aman terutama saat ibu berdiri. Pastikan

fiksasi yang digunakan menutupi dada bayi dengan batas

Page 12: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

12

Universitas Udayana

bawah fiksasi setinggi epigastrium ibu, serta tidak

menghambat pergerakan abdomen bayi. Hal ini bertujuan

agar bayi memiliki ruang yang cukup untuk melakukan

pernapasan abdominal.

Gambar 2 Posisi bayi saat dilakukan PMK

Berikan petunjuk cara memasukkan dan mengeluarkan bayi

dari kantong. Bila ibu sudah terbiasa, hal ini akan

mengurangi ketakutan untuk melakukannya.

- Pegang bayi dengan 1 tangan di bawah leher sampai

bagian belakang bayi.

- Fiksasi dengan lembut rahang bagian bawah untuk

mencegah tertutupnya jalan nafas saat bayi diposisikan

tengkurap.

- Letakkan tangan lainnya pada bokong bayi

Gambar 3 Mengeluarkan bayi dari baju kangguru

b. Posisi Menyusui

Posisi PMK sangat ideal untuk menyusui bayi. Segera

setelah bayi menunjukkan tanda kesiapan untuk menyusu,

bantu ibu untuk posisi yang nyaman. Untuk memulai,

Page 13: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

13

Universitas Udayana

pastikan waktu yang tepat untuk menyusu apakah ketika

bayi sedang terjaga atau baru terbangun dari tidur. Langkah

pertama keluarkan bayi dari kantung kangguru, kemudian

posisikan pada posisi menyusu yang nyaman dan perlekatan

yang adekuat. Berikan kesempatan bayi untuk mulai belajar

menghisap selama dia menginginkannya. Jangan

menghentikan fase ini selama bayi masih berusaha

mencoba. Bayi baru lahir membutuhkan ASI secara teratur

setiap 2-3 jam sehingga bila bayi tertidur, ibu bisa mencoba

untuk membangunkannya. Pada awal menyusui ibu bisa

mengoleskan sedikit ASI pada areola, hal ini akan

melembutkan area putting dan akan memudahkan bayi

untuk menempel. Berikan penjelasan kepada ibu tentang

tanda-tanda perlekatan yang baik, yaitu :

- Dagu bayi menempel pada payudara

- Mulut bayi terbuka lebar

- Bibir bawah is turned out

- Sebagian besar areola berada di atas bibir bayi

dibandingkan di bawah

Gambar 4 Posisi Menyusui saat PMK

c. Posisi Istirahat

Setelah memposisikan, jelaskan juga kepada ibu bahwa ibu

boleh beristirahat atau tidur bersama bayinya dengan posisi

semi-recumbent (15°), bila tersedia bisa menggunakan

Page 14: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

14

Universitas Udayana

tempat tidur otomatis untuk mengatur ketinggian yang

diharapkan, namun bila tidak tersedia bisa menggunakan

tumpukan beberapa buah bantal. Posisi ini menurunkan

risiko terjadinya apnoe pada bayi. Bila ibu merasa posisi

tersebut kurang nyaman, ibu dapat memilih posisi apapun,

karena manfaat PMK ini jauh lebih besar dari sekedar

mengurangi risiko apnoe. Pastikan posisi ibu tidak menutup

jalan nafas bayi

Gambar 5 Posisi istirahat dan tidur ibu selama PMK

2.3.2 Nutrisi (kangaroo nutrition), yaitu pemberian ASI eksklusif dan

mendapat suplemen hanya dengan formula pengganti untuk bayi

prematur jika penambahan berat badan tidak tercapai.

2.3.3 Dukungan kanguru (kangaroo support), yaitu pada waktu antenatal

ibu perlu diberikan informasi mengenai PMK ini, sehingga ibu lebih

siap untuk metoda ini apabila bayi lahir dengan berat badan

rendah/prematur. Dukungan dalam bentuk dukungan emosi, fisik dan

pendidikan.

2.3.4 Kepulangan dan pemantauan (kangaroo discharge), yaitu ibu tetap

melakukan kontak kulit ke kulit terus menerus, dilakukan di rumah

sehingga bayi dalam keadaan dan berkembang dengan baik. Bayi

PMK biasanya dapat dipulangkan bila telah memenuhi kriteria di

bawah ini :

Page 15: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

15

Universitas Udayana

- Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak

apnea atau infeksi

- Bayi minum dengan baik

- Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15 gr/kg/hari)

untuk sekurang-kurangnya tiga hari berturut-turut

- Ibu mampu merawat bayi dan datang secara teratur untuk

melakukan follow-up

Selama di rumah, bayi dipantau setiap hari sampai berat badan

bertambah paling sedikit 20gr/hari.

2.4 Nyeri pada bayi prematur

2.4.1 Fisiologis nyeri pada bayi prematur

Syaraf dan sistem endokrin berkolaborasi dalam mempersepsikan nyeri

dan mentransmisikan input sensori tersebut. Sistem neurologi

mengatur respon fisiologi dan psikologi melalui sejumlah reseptor

nyeri yang berlokasi disetiap jaringan. 5 kategori reseptor adalah :

mekanoreseptor, termoreseptor, kemoreseptor, elektromagnetik

reseptor, nociceptor (Jorgensen KM, 1999).

Mekanoreseptor berespon terhadap stimulus mekanik seperti sentuhan,

getaran, tekanan. Bayi prematur dengan pertumbuhan yang lambat,

bayi dengan kelainan memiliki penurunan lemak subkutan yang

merupakan bantalan bony prominen dan memudahkan kontak dengan

alas inkubator. Tekanan tersebut menstimulus mekanoreseptor.

Thermoreseptor sensitif terhadap temperatur. Pengalaman nyeri dan

kerusakan termal berhubungan ketika kontak dengan permukaan yang

panas atau dingin. Hal ini disebabkan karena penurunan lemak pada

daerah subkutan. Contoh ketika kulit bayi langsung kontak dengan

kaset x-ray, stetoskop, cairan dingin antiseptik.

Kemoreseptor distimulasi oleh rasa, bau, dan bahan kimia lainnya

(elektrolit dan tekanan oksigen yang tinggi. Elektromagnetik reseptor

distimulus oleh cahaya pada retina. Bayi prematur memiliki

Page 16: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

16

Universitas Udayana

kemampuan yang kurang dalam melindungi dirinya terhadap stimulus

elektromagnetik karena iris belum berkontriksi sampai gestasi 32

minggu.

Yang terakhir adalah nosiseptor merupakan reseptor nyeri yang

merupakan akhir dari syaraf yang bebas dan mentransmisikan jaringan

yang rusak akibat fisik atau kimia. Sistem saraf perifer dan sentral

keduanya berfungsi secara aktif dalam mentransmisi dan mengenali

stimulus terhadap nyeri. Mekanisme timbulnya nyeri ini merupakan

reaksi konkuren dari implus yang dimulai dari sistem saraf perifer,

spinal cord, ke level yang lebih tinggi yaitu supraspinal meliputi

thalamus dan korteks serebri (Melzack, 1996 dalam Verklan MT dan

Walden M, 2010).

Anand dan Hickey (1987) dalam penelitiannya tentang neonatal pain

membuktikan bahwa bayi prematur memiliki neurotransmiter yang

mentransmisikan nyeri dan mengembangkan mekanisme untuk

menghambat nyeri.

System endokrin mensekresikan hormon dalam merespon aktivitas

kimia dan berespon langsung terhadap kontrol sistem saraf sentral.

Hormon-hormon tersebut bersifat neuroregulating yang meningkatkan

dan membloking implus melalui hubungan sinaps. Neurotransmiter

berfungsi untuk meningkatkan transmisi implus melalui celah sinaps.

Neurohormon tersebut adalah epinefrin, norepineprin, dopamine,

asetilkolin (Shapiro C, 1989). Yang termasuk ke dalam neuro

modulator adalah endhorpin atau morpin seperti opiate yang memblok

transmisi implus nyeri. Hormon ini mengikat reseptor opiate pada otak

dan spinal cord, membloking dilepaskannya neurotransmitter (Anand

KJS, 1993).

2.4.2 Respon nyeri pada bayi preterm

Page 17: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

17

Universitas Udayana

System saraf perifer telah sepenuhnya matur dan berfungsi pada

gestasi 20 minggu. Serebral korteks telah sepenuhnya lengkap dengan

komplemen neuron jug pada gestasi 20 minggu dan berfungsi pada

kehamilan 22 minggu (Verklan MT dan Walden M, 2010). Struktur

perifer dan spinal yang mentransmisikan informasi nyeri telah ada dan

berfungsi pada trimester pertama dan kedua. Aksis pituitary adrenal

juga berkembang baik pada saat itu dan reaksi fight or flight dapat

diobservasi dalam merespon pengeluaran katekolamin sebagai respon

terhadap stres (Franck, 1998 dalam Wong, Perry & Hockenberry,

2002). Respon nyeri dapat menurunkan volume tidal, meningkatkan

kebutuhan sistem kardiovaskuler dan meningkatkan metabolism dan

ketidakseimbangan neuroendokrin (Frank & Gregory, 1993).

Prosedural nyeri mengakibatkan perubahan fisiologik pada tubuh

neonatus dimana respon inflamatori kerusakan jaringan dimulai,

respon stress melepaskan perubahan hormonal dan metabolik yang

mempengaruhi kestabilan homeostasis (Bennet, 2001). Prosedural

nyeri yang paling banyak dilakukan pada bayi di ruang NICU meliputi

suctioning pada nasal dan endotrakheal, heel stick, venous dan arterial

puncture (Carbajal et al, 2008).

Wong, Perry dan Hockenberry (2002) menjelaskan nyeri pada bayi

dikaji berdasarkan respon perilaku, respon fisiologis (autonomi) dan

respon metabolik sebagai berikut :

a. Respon perilaku

Bayi berespon terhadap adanya nyeri adalah bersuara atau

menangis. Menangis akibat nyeri memiliki ciri khusus yaitu

melengking dan terus meninggi dan sulit untuk dihibur. Ekspresi

wajah yang tampak yaitu alis ke bawah mengkerut, dahi menonjol

diantara alis, alur vertikal, mata tertutup rapat, pipi menonjol,

hidung melebar menonjol, mulut terbuka persegi ketika menangis

(Jhonston CC, 1990).

b. Respon fisiologis

Page 18: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

18

Universitas Udayana

Respon nyeri dapat merubah parameter fisiologik seperti heart rate,

perubahan frekuensi dan pola nafas, tekanan darah, dan

peningkatan kebutuhan oksigen (Jhonston CC, 1990). Respon

fisiologis dari nyeri pada neonates merupakan ancaman kehidupan

karena berkaitan dengan perubahan fisiologis dari kondisi normal

(Wong, Perry & Hockenberry, 2002). Penelitian yang dilakukan

oleh Stevens et al (2009) membuktikan bahwa perubahan frekuensi

denyut jantung dan saturasi oksigen merupakan indikator utama

dalam respon fisiologis terhadap nyeri pada bayi matur dan

prematur.

c. Respon metabolik

Peningkatan level sirkulasi dari hormon stress seperti kortisol dan

katekolamin, merupakan marker reseptor dari respon nyeri, yang

ditemukan pada darah dan saliva. Hal ini mengindikasikan respon

endokrin terhadap nosiseptor (Fitzgerald M, 1993; Anand KJS,

1993). Bayi akan mengeluarkan epinefrin, norepineprin, glucagon,

kortikosteron, kortissol, 11-deoxycortisosteron, laktat, piruvat dan

slukosa dalam merespon adanya nyeri (Wong, Perry &

Hockenberry, 2002).

2.4.3 Pengkajian nyeri pada bayi prematur

Pengkajian nyeri pada bayi umumnya menggunakan data berdasarkan

perubahan fisiologis dan observasi perilaku (Hockenberry & Wilson,

2009). Instrument yang paling banyak digunakan pada bayi premature

adalah Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) untuk usia kehamilan rata-

rata 33,5 minggu (Lawrance J, Alcock D, McGrath P et al, 1993),

CRIES untuk usia kehamilan 32-60 minggu (Bildner J, Krechel SW,

1996), Prematur Infan Pain Profile (PIPP) untuk usia kehamilan 28-40

minggu (Stevens B, Jhonston C, Petryshen P, et al, 1996).

Verklan MT dan Walden M, 2010 menjelaskan instrument yang

digunakan untuk pengkajian nyeri pada bayi :

a. CRIES

Page 19: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

19

Universitas Udayana

- Akronim untuk 5 parameter perilaku dan fisiologik : C = crying;

R = requires oxygen untuk mempertahankan saturasi lebih dari

95%; I = Increased vital sign; E = expression; dan S =

sleeplessness.

- Digunakan pada bayi dengan usia gestasi 32 minggu atau lebih.

- Total skor system 0-10, intepretasinya sama seperti APGAR

skor.

- Bisa digunakan untuk mengkaji nyeri post operasi, namun

beberapa penelitian telah menggunakan instrument ini untuk

procedural nyeri (Ahn, 2006; Belda et al., 2004)

- Total skor di atas 4 atau lebih mengindikasikan nyeri dan

membutuhkan intervensi untuk nyeri

b. Premature Infant Pain Profile (PIPP)

- Terdiri dari 7 item, 4 poin skala digunakan untuk mengkaji nyeri

pada bayi prematur sampai cukup bulan.

- Bisa dipakai untuk mengkaji nyeri pada procedural nyeri dan

nyeri post operasi.

- Multidimensional meliputi heart rate, saturasi oksigen, brow

bulge, eye squezze, nasolabial furrow.

- Itemnya meliputi usia gestasi dan respon perilaku.

- Total skor 7 – 12 mengindikasikan nyeri ringan (mild pain) dan

memerlukan intervensi non-farmakologi. Total skor lebih dari

12 mengindikasikan nyeri sedang sampai berat (moderat to

severe pain) dan memerlukan intervensi farmakologis.

c. Neonatal Infant Pain Scale

- Terdiri dari 6 item skala pengukuran. 5 item perilaku (ekspresi

wajah, menangis, lengan, kaki, dan state of arousal) dan satu

indikator nyeri (pola nafas)

-

d. Neonatal Pain Agitation and Sedatiion Scale

2.5 Tatalaksana nyeri pada bayi prematur

Page 20: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

20

Universitas Udayana

Intervensi non farmakologik dan farmakologik dapat digunakan untuk

meminimalisir nyeri pada bayi (Jorgensen, KM, 1999). Menurut Wong, Perry

dan Hockenberry (2002) penatalaksanaan nyeri pada bayi bertujuan untuk

meminimalisir intensitas, durasi dan dampak fisiologis dan nyeri serta

memaksimalkan kemampuan koping bayi serta pulih dari nyeri.

2.5.1 Farmakologik

2.5.1.1 Non opioid analgesik

Asetaminofen adalah analgetik nonopioid analgesik yang bisa

diberikan secara oral atau rektal. Pengobatan ini diberikan 1

jam sebelum prosedur untuk efek yang terbaik. Monitoring

meliputi pengkajian nyeri untuk menentukan keefektivitasan

pengobatan dan monitoring suhu serta fungsi hati (Jorgensen,

KM, 1999).

2.5.1.2 Narkotik

Morpin sulfat memberikan efek analgetik dan sedatif dengan

menstimulus reseptor opioid otak. Obat ini bisa diberikan

secara intramuskular, subkutan, dan intravena secara bolus

lambat atau infuse continous. Fentanil sitrat juga bisa diberikan

dan lebih paten dari morpin memberikan efek analgesik,

sedasi, dan anastesi. Contoh lain dari golongan narkotik ini

adalah methadone dan morpin (Jorgensen, KM, 1999).

2.5.1.3 Sedativ

Pentobarbital dan midozolam hydroclorid merupakan contoh

dari sedativ yang biasa digunakan sebagai medikasi untuk

nyeri. Status respiratori, tekanan darah, dan fungsi hepar harus

dimonitor selama penggunaan sedativ ini (Anand KJS et al,

1993; Young TE et al, 1998).

2.5.1.4 Anastesi topikal

Page 21: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

21

Universitas Udayana

Eutectic mixture of local anaesthetics (EMLA) cream dengan

dosis pada bayi prematur < 1500 gram 0,5 cm2 atau 0,20 gr,

premature > 1500 gram 1 cm2 atau 0,30 gram dan bayi cukup

bulan 2 cm2 atau 0,50 gram.

2.5.2 Non farmakologik

Penatalaksanaan nyeri secara nonfarmakologis banyak diterapkan

dengan pendekatan developmental care (Als H, 1995).

2.5.2.1 Intervensi lingkungan

Intervensi lingkungan bertujuan untuk menurunkan stress

pada bayi saat dilakukan perawatan, dimana bayi selalu

terpapar oleh berbagai stimulus misal cahaya yang berlebihan,

suara gaduh, frequent handling serta prosedur menyakitkan

yang berulang (Buonocore & Bellieni, 2008).

2.5.2.2 Pembedongan

Pembedongan adalah restrain bayi menggunakan kain untuk

membatasi pergerakannya (Buonocore & Bellieni, 2008). Corff

et al dalam Buonocore dan Bellieni (2008) menjelaskan bahwa

bayi yang dibedong (posisi miring atau terlentang dengan

lengan dan kaki fleksi) memperlihatkan secara signifikan

penurunan denyut jantung pada 6-10 menit setelah

penusukkan, tangisan lebih pendek, waktu terbangun lebih

singkat serta perubahan status tidur yang lebih sedikit setelah

penusukan.

2.5.2.3 Non Nutritive sucking (NNS)

Pada bayi prematur seperti yang dilaporkan oleh Stevens et al

dalam Buonocore & Bellieni (2008), NNs efektif untuk

menurunkan nyeri selama prosedur penusukan tumit, begitu

juga Corbo, Mansi dan Stagni (2000) yang meneliti tentang

pengaruh NNS selama prosedur penusukan tumit pada bayi

dalam rentang usia 26-39 minggu dengan hasil terjadi

Page 22: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

22

Universitas Udayana

penurunan waktu menangis, peningkatan denyut jantung,

selama prosedur tetapi tidak berpengaruh terhadap frekuensi

pernapasan. Penelitian lain yang juga membuktikan bahwa

sukrosa bisa menurunkan nyeri yang memiliki efek stimulasi

analgesik (Anand 2001, Mitchell dan Waltman, 2003, Harrison

et al 2006, Leef 2006).

2.5.2.4 Skin to skin contact (kangaroo care)

Gray et al (2000) mengemukakan bahwa kontak kulit antara

ibu dengan bayi selama 10-15 menit terbukti dapat

menurunkan intensitas mennagis, menyeringai, dan denyut

jantung selama prosedur penusukan tumit pada bayi cukup

bulan. Kristen et al (2001) menjelaskan skin to skin contact

adalah suatu ikatan yang unik diantara ibu dan bayinya

terutama pada bayi prematur. Jhonston et al (2003) melakukan

penelitian pada 74 bayi prematur dengan usia gestasi > 32

minggu dan menggunakan PIPP sebagai alat untuk mengkaji

apakah kangaroo care memiliki dampak yang positif terhadap

penurunan nyeri selama prosedural nyeri. Penelitian tersebut

membuktikan bahwa ada pengurangan yang signifikan

terhadap respon nyeri yaitu facial expression.

2.5.2.5 Musik

Musik didefinisikan sebagai stimulus pendengaran yang

memiliki elemen-elemen yang terorganisir yaitu melodi, ritme,

harmoni, timbre, bentuk dan gaya. Sebaliknya, suara

lingkungan yang muncul tanpa kontrol baik dalam volume

maupun asal suara dinyatakan sebagai noise (Kemper &

Danhauer, 2005).

2.5.2.6 Breast milk

Page 23: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

23

Universitas Udayana

Shah et al (2006) mengevaluasi keefektivitasan breastfeeding

dan ekspresi yang terlihat selama breastmilk dalam

meminimalisir dampak dari prosedural nyeri pada neonates.

Dilakukan 11 randomise dan quasi eksperiment trial pada bayi

full term dan prematur selama pelaksanaan venepuncture dan

heel lanching. Neonates yang melakukan breastfeeding selama

prosedur nyeri menunjukkan reduksi tingkah laku dan respon

fisiologis nyeri selama prosedural (Shah et al 2006).

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Efektifitas PMK dalam penurunan respon nyeri pada bayi prematur

Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa PMK sebagai tata laksana

nyeri nonfarmakalogi khususnya pada bayi prematur. Tujuan dari manajemen

nyeri nonfarmakologi ini adalah untuk menerapkan penggunaan metode

kangguru selama prosedural nyeri sehingga efek nyeri dan distress bisa

diminimalisir.

Ludington-Hoe, Golent (1993) melakukan penelitian di Columbia

membuktikan bahwa bayi dengan metode kangguru tidak semuanya menangis

saat diambil darahnya. Anderson dkk (1998) meneliti kadar kortisol pada bayi

yang dipisahkan dari ibunya dibandingkan dengan yang dirawat sendiri oleh

ibunya. Secara teoritis kadar kortisol akan meningkat bermakna pada bayi

yang dirawat terpisah dari ibu. Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang

menenangkan sehingga menurunkan stress ditandai dengan kadar kortisol

yang rendah (Charpak et al, 2005).

Studi yang dilakukan oleh Moncey (1997) yang hasilnya sama seperti

penelitian Modi dan Glover (1998) menjelaskan bahwa respon nyeri bisa

berkurang karena Kangaroo Care (KC) mampu mendeaktivasi HPA

(Hipothalamo pituitary-Adrenal) dan merubah respon nyeri terhadap stimulus.

Page 24: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

24

Universitas Udayana

KC juga merupakan bentuk sentuhan yang mendukung kemampuan bayi

dalam berespon terhadap stimulus nyeri yang moderat karena KC

meningkatkan sekresi opioid peptide (Weller A, Rozin Aa, Goldstein A, et al

2002; Weller A, dan Felldman R, 2003).

Kangaroo care sebagai salah satu metode nonfarmakologi pada bayi dalam

mengurangi nyeri selama prosedur minor seperti heel lancing telah dibuktikan

juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Gray dkk (2000) bahwa KC benar

dapat mengurangi nyeri pada bayi cukup bulan. Melakukan selama 15 menit

kemudian dilanjutkan prosedur heel prick dan selama fase recovey telah

terbukti mampu menurunkan respon nyeri pda bayi premature (Castrol et al,

2008). Penelitian lain juga membuktikan bahwa KC mampu menurunkan

respon nyeri fisiologis dan perilaku yang ditandai dengan waktu pemulihan

yang lebih singkat pada uji tusuk tumit (Jhonson et al, 2008).

Efektivitas PMK terhadap respon nyeri dibuktikkan oleh Meriati (2010) dalam

penelitiannya yang berjudul efektivitas metode kangguru mengurangi rasa

nyeri pada penyuntikan intramuskular (IM) pada bayi baru lahir RS St.

Elizabet Medan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan terhadap rasa nyeri antara kelompok intervensi yang dilakukan

metode kangguru dan kelompok kontrol yang tidak dilakukan metode

kangguru. Dakam pembahasannya sesuai penelitian yangn dilakukan oleh

Henderson (2006) salah satu tujuan dari pelaksanaan metode kangguru yaitu

memberikan rasa nyaman dan kedamaian bagi ibu dan bayinya sehingga dapat

mengurangi nyeri. Penurunan nyeri dimulai dari syaraf yang berdiameter besar

berusaha menghantar transmisi impuls nyeri dari signal otak turun melalui

spinal cord sehingga menurunkan prostaglandin yang bersifat subjektif.

Page 25: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

25

Universitas Udayana

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Perawatan Metode Kanguru merupakan salah satu metode non traumatik

untuk menstabilkan kondisi bayi, khususnya pada bayi prematur. Selain

memberikan manfaat pada bayi, PMK juga memberikan manfaat kepada ibu

seperti meningkatkan bounding attachment dan meningkatkan produksi ASI.

Salah satu penelitian terbaru menyatakan bahwa metode kanguru dapat

menurunkan intensitas nyeri pada bayi prematur yang dilakukan tindakan

invasif. Penurunan nyeri dimulai dari saraf yang berdiameter besar berusaha

menghantar transmisi impuls nyeri dari signal otak turun melalui spinal cord

sehingga menurunkan prostaglandin yang bersifat subjektif

4.2 Saran

Perawatan Metode Kanguru diharapkan dapat diaplikasikan secara luas di

Ruang Perawatan Risiko Tinggi, khususnya di NICU atau Perinatologi untuk

mengurangi stres yang dialami bayi dan menstabilkan fungsi kardiovaskuler

bayi premature.

Page 26: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

26

Universitas Udayana

DAFTAR REFERENSI

Alligood, Martha R. (2010). Nursing theory utilization & application. St.Louis

Missouri: Elsevier Mosby.

Alligood, Martha R. (2014). Nursing theorists and their work, (8th ed.). St.Louis

Missouri: Elsevier Mosby.

Banasuru, Aripin. (2013). Falsafah dan falsafah ilmu, dari hakikat ke tanggung

jawab. Bandung : Alfabeta.

Houghton, Catherine, et al. (2012). Linking aims, paradigm and method in

nursing research. Nurse Researcher, 20 (2). Retrieved from

http://search.proquest.com/docview/1325690495?accountid=17242

Margareta & Fagerberg. (2010). Developing concepts in caring science based on a

lifeworld perspective. International Journal of Qualitative Methods 4.

Retrieved from http://www.ualberta.ca/backissues/asp.pdf

Peterson, Sandra J. & Bredow, Timothy S. (2004). Middle range theories;

Application to nursing research. Philadephia : Lippincott William & Wilkins.

Potter & Perry, (2009). Fundamentals of nursing, (7th ed.). Missouri : Mosby

Elsevier, Inc.

Reed, Pamela G. et al. (2004). Perspective on nursing theory. Philadelphia :

Lippincott Williams & Wilkins.

Shaw, Maureen C. (1993). The discipline of nursing : Historical roots, current

perspective, future directions. Journal of Advance Nursing, 18, 1651-1656.

Page 27: DIKTAT PETUNJUK PRAKTIKUM PERAWATAN METODE KANGURU

27

Universitas Udayana

VandenBos, G. R (Ed.). (2007). APA dictionary of psychology. Washington, DC:

American Psychological Association.