diktat geohidrologi
DESCRIPTION
asdddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddsssssssssssssddddTRANSCRIPT
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
BAB IKONSEP DASAR AIR TANAH
1.1. Pendahuluan
Airtanah dipelajari dalam ilmu geohidrologi. Geohidrologi adalah cabang ilmu hidrologi yang mempelajari keberadaan, persebaran, pergerakan serta sifat fisik dan kimia air di bawah permukaan tanah. Selain ilmu geohidrologi ada beberapa cabang ilmu hidrologi lainnya, diantaranya adalah Potamologi yang mempelajari tentang air permukaan (sungai), Limnologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang genangan air secara alamiah (danau dan rawa), Hidrometeorologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara meteorologi dan hidrologi (hujan, suhu udara, penguapan) serta Kriologi adalah ilmu yang mempelajari tentang salju dan es.
Selain ilmu-ilmu hidrologi seperti yang terkait di atas, ada istilah lain yang hampir sama dengan pengertian geohidrologi yaitu hidrogeologi. Hidrogeologi adalah cabang ilmu hidrologi yang mempelajari airtanah tetapi lebih ditekankan pada material geologi.
Dalam Bab I ini akan dibahas secara mendalam konsep dasar airtanah. Hal-hal yang akan dibahas adalah pengertian airtanah, kedudukan airtanah dalam daur hidrologi, hubungan geohidrologi dengan ilmu-ilmu lainnya, sumber airtanah serta agihan dan aliran airtanah. Isi Bab ini sangat penting karena merupakan konsep dasar dalam mempelajari airtanah secara keseluruhan.
1.2. Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa diharapkan akan dapat menjelaskan konsep dasar airtanah dan manfaat mempelajari airtanah.
1.3. Pengertian Airtanah
1
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi (tidak termasuk es di kutub), 96% merupakan airtanah, sedangkan 4% sisanya terdapat di waduk, danau serta uap air di udara. Airtanah (groundwater) adalah air yang berada di bawah permukaan tanah pada zone jenuh air, dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar daripada tekanan udara. Sumber utama airtanah adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah mengikuti suatu proses yang disebut daur hidrologi, yang secara skematis dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Skematik Siklus Hidrologi (J. Bier, 1978)
Proses-proses utama yang berlangsung dalam siklus hidrologi meliputi proses evaporasi, evapotranspirasi, dan presipitasi. Proses evaporasi adalah proses penguapan air ke atmosfer dari tubuh-tubuh air yang ada di bumi baik dari laut, sungai atau danau. Sedangkan evapotranspirasi adalah gabungan dari proses penguapan air yang terkandung di tanah yaitu soil moisture dari zona perakaran dan aktivitas vegetasi (transpirasi) dengan proses evaporasi.
Selanjutnya proses hujan (presipitasi) akan mengembalikan air tersebut dari atmosfer ke daratan dan lautan. Sebagian air hujan tertampung di danau/rawa (depression storage), sebagian mengalir di darat (overland flow), membentuk aliran permukaan (surface runoff/direct run off), sebagai bagian dari
2
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
aliran sungai (stream flow) dan sebagian lagi terserap (infiltrasi) di daerah recharge menjadi airtanah.
Berdasarkan sebarannya di permukaan bumi, ternyata ketersediaan airtanah di suatu daerah tidak sama. Ada daerah potensi airtanahnya tinggi, tetapi ada pula yang potensinya rendah. Tinggi rendahnya potensi airtanah di suatu daerah tergantung pada beberapa faktor di bawah ini :
1. Besar kecilnya curah hujan2. Banyak sedikitnya vegetasi3. Kemiringan lereng4. Derajat porositas dan permeabilitas batuan
1.4. Hubungan Geohidrologi dengan Ilmu-Ilmu Lainnya
Dalam studi air tanah tidak dapat dilepaskan pengetahuan lain yang mendukungnya, antara lain geologi, geomorfologi, geofisika, geokimia, tanah tanah serta radiologi. Geologi adalah ilmu yang mempelajari kulit bumi. Pengetahuan geologi diperlukan untuk mengetahui formasi batuan yang dapat menyimpan air atau sering disebut akuifer.
Ilmu geomorfologi diperlukan dalam menentukan daerah-daerah yang mengalami erosi dan pengedapan. Airtanah umumnya banyak terdapat di daerah pengedapan, sedangkan di daerah erosi seperti di peneplane sukar dijumpai airtanah. Ilmu geofisika diperlukan untuk mencari dan menentukan jenis-jenis akifer. Cabang-cabang geofisika seperti geolistrik, geomagnetic dan seismic sangat diperlukan dalam menentukan lokasi akuifer.
Ilmu geokimia sangat membantu untuk mengetahui kondisi air tanah dan meteorology sangat diperlukan dalam studi air tanah karena interaksi tanah dan air dan udara sangat erat dalam daur hidrologi. Ilmu radiologi diperlukan untuk mengetahui asal dan gerakan air tanah serta pencemaran yang terjadi pada akuifer.
1.5. Agihan Vertikal Airtanah
Secara vertikal mintakat airtanah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu mintakat aerasi atau tak jenuh di bagian atas dan mintakat jenuh di bagian bawah. Pada mintakat aerasi rongga-rongga tanah ditempati air dan sebagian lain terisi udara. Air yg terdapat di daerah ini disebut air vadose.
3
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Pada mintakat jenuh semua rongga terisi air dan telah mempunyai tekanan hidrostatis. Air yg terdapat di mintakat ini disebut airtanah. Diantara kedua mintakat ini dibatasi oleh bidang muka airtanah yang sering disebut water table atau muka freatik (Gambar 2).
1.5.1. Mintakat Aerasi
Mintakat aerasi terdiri dari mintakat lengas tanah, mintakat air vadose
dan mintakat kapiler. Air yang terdapat di mintakat lengas tanah berada dalam
keadaan kurang jenuh, kecuali jika terjadi peresapan air hujan dan peresapan
sisa irigasi ke permukaan tanah. Mintakat ini terdapat mulai dari permukaan
tanah hingga mintakat akar tanaman. Ketebalannya bervariasi tergantung dari
jenis tanah dan tumbuhannya. Mintakat ini sangat berperan dalam bidang
pertanian.
Gambar 2. Agihan Vertikal Airtanah (Todd, 1980)
4
Impermeable Rock
Water Table
Ground Surface
Zone
of
aera
tion
Intermediate vadose zone
Capilitary zone
Soil water zone
Zone
of
satu
ratio
n
Vado
se w
ater
Grou
ndw
ater
or P
hrea
tic w
ater
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Di bawah mintakat lengas tanah terdapat mintakat air vadose. Mintakat
ini terdapat mulai dari ujung perakaran tanaman hingga mintakat kapiler.
Ketebalannya bervariasi dari 0 hingga 100 meter pada daerah yang muka
airtanahnya sangat dangkal. Pada mintakat ini terdapat dua jenis air yaitu air
pelikuler dan air gravitasi. Air pelikuler tidak mengalami pergerakan karena
tertahan oleh gaya higroskopis dan daya kapiler, sedangkan air gravitasi bergerak
turun karena pengaruh gaya berat.
Mintakat paling bawah dari mintakat aerasi adalah mintakat air kapiler.
Mintakat ini berada mulai dari muka airtanah hingga batas kenaikan airtanah
(water table). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ketebalan mintakat
kapiler tergantung pada ukuran butir penyusun material.
1.5.2. Air Tersedia
Tanah mampu menyerap dan menahan air selama hujan atau saat
dilakukan pengairan. Air yang tertahan di tanah ini, diambil oleh tumbuh-
tumbuhan untuk menunjang kehidupannya. Air jenis ini disebut air tersedia
(available water). Istilah lain air tersedia adalah kapasitas menahan air (water
holding capacity) dan air retensi (retention water).
Kemampuan maksimal tanah menahan air dapat disebut kapasitas
lapang (field capacity), sedangkan batas minimalnya disebut titik layu (Wilting
Point). Pada saat titik layu tercapai tumbuhan tidak mampu lagi mengambil air
dari tanah, jika kapasitas lapang tercapai dan masih terjadi kelebihan air, maka
air akan bergerak turun ke bawah secara gravitatif. Air yang bergerak turun ini
disebut hasil air (water yield).
1.5.3. Mintakat Jenuh
Pada mintakat jenuh, seluruh rongga-rongga tanah telah terisi air. Di
mintakat kesarangan (porosity) merupakan ukuran air dalam satuan volume.
Sebagian air dapat dipompa, meskipun demikian akibat adanya gaya molekuler
5
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
dan tegangan permukaan ada sebagian air yg tertahan di tanah. Air yang
tertahan tersebut dinyatakan dalam istilah specific retention (Sr)
Specific retention adalah rasio antara air yang tertahan di tanah jenuh
pada saat pemompaan dengan volume total batuan atau tanah, dan dinyatakan
dalam satuan persen ( % ). Secara matematis dapat dirumuskan :
Sr = Wr x 100%
V
Dengan Wr adalah volume air yang tertahan di batuan dan V adalah
volume batuan atau tanah.
Kebalikan dari Specific retention adalah specific yield (Sy) yang sering
disebut pula kesarangan efektif. Specific yield adalah rasio antara air yang dapat
diambil selama pemompaan dengan volume total batuan atau tanah, dan
dinyatakan dalam satuan persen ( % ). Secara matematis dapat dirumuskan.
Sy = Wy x 100%
V
Dengan Wy adalah volume air yg dapat diambil selama pemompaan dan
V adalah volume batuan atau tanah.
Jika semua rongga di dalam batuan atau tanah saling berhubungan, maka
jumlah dari specific retention dan specific yield adalah merupakan porositas atau
kesarangan batuan ( α ) yang dapat dinyatakan dalam rumus :
α = Sr + Sy
6
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Pada tabel 1 dapat dilihat Specific yield dari berbagai batuan yang
dikemukakan oleh Johnson :
Table 1. Specific Yield dari Berbagai Batuan Menurut Johnson (Todd, 1980)
1.6. Gerak Airtanah
Gerak air tanah dalam akuifer ditanah dipengaruhi oleh konduktivitas
dan gradien hidrolik. Fenomena ini telah diamati oleh Darcy dengan eksperimen
saringan pasir. Konduktivitas hidrolik adalah konstanta ukuran kelulusan dari
suatu medium, sedangkan gradien hidrolik adalah kemiringan lapisan tanah.
1.6.1. Laju Aliran Airtanah
7
Material Specific Yield ( % )
Kerikil kasar
Kerikil sedang
Kerikil halus
Pasir kasar
Pasir sedang
Pasir halus
Debu
Lempung
Batu pasir halus
Batu pasir sedang
Batu gamping
Sanddune
Sekis
Tuff
23
24
25
27
28
28
8
8
21
27
14
38
26
21
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Berdasarkan hukum Darcy diketahui bahwa gerak airtanah dipengaruhi
oleh konduktivitasi hidrolik dan gradien hidroliknya. Pada gambar 3 dapat dilihat
suatu akuifer di dataran alluvial dengan lebar 1000 m dan tebal 50 m. Bila
permeabilitas akuifernya 78 m/hari dan gradien hidroliknya (i) 0,01, maka
kecepatan Aliran airtanahnya adalah :
V = K x i = 78 x 0,01 = 0,78 m/hari
dan total laju aliran atau debit airtanah di seluruh akuifer adalah :
Q = A x V = 50 x 1000 x 0,78 = 37,500 m3/hari
atau 0,43 m3/detik
Gambar 3. Penampang Akuifer Bebas Dataran Aluvial (Todd, 1980)
1.6.2. Jaringan Aliran
Garis aliran dan garis ekuipontensial dapat dipetakan dalam dua dimensi
untuk membentuk jaringan aliran ( ficy net ). Garis aliran adalah garis yang
menujukan arah aliran airtanah, sedangkan garis ekuipontensial adalah garis yg
menunjukkan ketinggian kontur airtanah (gambar 4).
8
1000 m
Stream Ground Surface
Water tableAlluvium50 m
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Gambar 4. Jaring Aliran yang dibentuk oleh Garis Aliran dan Garis Ekuipotensial
1.6.3. Arah Aliran Airtanah
Untuk menentukan arah aliran airtanah secara lokal, dapat dilakukan
dengan menggunakan tiga buah sumur yang diketahui ketinggian muka
airtanahnya. Dengan membuat garis kontur airtanah pada ketinggian tertentu
dapat ditentukan arah alirannya, dengan cara manarik garis aliran tegak lurus
garis kontur tersebut, garis aliran pada peta kontur muka air tanah.
9
Flow line
Equipotential line
25 m
50 m
75 m
62.4
61.2
60.8
Groundwater contours
Direction ofGroundwater Flow
Water table elevation
Gambar 5. Memperkirakan Arah Aliran Airtanah denganmenggunakan Tiga Busur Sumur
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
1.7. Fluktuasi Muka Airtanah
Muka airtanah dalam hal ini muka freatik pada akuifer bebas atau muka
piezometrik pada akuifer tertekan merupakan elevasi tekanan atmosfer dari
akuifer. Setiap perubahan tekanan pada airtanah akan mengakibatkan
perubahan muka airtanah. Misalnya perbedaan pengisian dan penambilan
airtanah akan mengakibatkan muka airtanah berubah. Faktor lainnya adalah
variasi aliran, perubahan cuaca, pasangsurut, urbanisasi, gempa bumi,
pembebanan dari luar serta penurunan tanah.
1.7.1. Jenis-jenis Fluktuasi Muka Airtanah Berdasarkan Waktu
Jenis-jenis fluktuasi muka airtanah berdasarkan waktu diantaranya
adalah :
1. Fluktuasi Sekuler, yaitu perubahan muka airtanah dalam kisaran tahunan.
Musim kemarau yang melebihi atau kurang dari keadaan normal serta curah
hujan yang terjadi di atas atau di bawah rata-rata tahunan merupakan
penyebab terjadinya fluktuasi sekuler. Perlu diperhatikan bahwa besar
kecilnya curah hujan bukan merupakan satu-satunya indicator terjadinya
fluktuasi airtanah.
2. Fluktuasi Seasional, yaitu perubahan muka airtanah dalam kisaran musiman.
Hal ini terjadinya karena adanya musim penghujan dan musim kemarau.
3. Fluktuasi Sesaat, yaitu perubahan muka airtanah dalam kisaran waktu
pendek. Fluktuasi ini terjadi karena adanya pemompaan sesaat, misalnya
saja pemompaan airtanah untuk kebutuhan rumah tangga yang
menyebabkan perubahan muka airtanah di sekitarnya.
1.7.2. Aliran dan Pengaruhnya terhadap Fluktuasi Muka Airtanah
Aliran permukaan (sungai) dapat berfungsi sebagai pemberi air (influent
stream) dan sebagai penerima air (effluent stream). Sebagai pemberi air apabila
kedudukan aliran pemukaan lebih dangkal dibandingkan kedudukan muka
10
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
airtanah. Sebagai penerima air apabila kedudukan aliran permukaan lebih dalam
dibandingkan kedudukan muka air tanah.
1.7.3. Faktor-faktor yang menyebabkan fluktuasi muka airtanah
1. Evapotranspirasi
Akuifer bebas dengan muka airtanah tidak terlalu dalam akan mengalami
fluktuasi harian yang disebabkan oleh evapotranspirasi. Evapotranspirasi
menyebabkan terjadinya pelepasan airtanah ke atmosfer. Besar kecilnya
pelepasan airtanah oleh evapotranspirasi tergantung pada mintakat kapiler.
Kedalaman perakaran tumbuhan serta factor-faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi itu sendiri. White (Todd, 1980) memberikan rumus untuk
menghitung kehilangan airtanah akibat evapotranspirasi.
2. Keadaan Cuaca
Perubahan tekanan udara, hujan dan angina menyebabkan fluktuasi muka
airtanah. Kenaikan tekanan udara menyebabkan penurunan muka airtanah
terutama airtanah pada akuifer tertekan.
3. Pasangsurut
Perubahan tinggi rendahnya air sungai dan pasangsurut di laut ternyata
berpengaruh terhadap muka airtanah .
4. Urbanisasi
11
Gambar 6. Sungai Influent ( a ) dan sungai Effluent ( b )
( a )( b )
Crosssections
Planviews
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Urbanisasi menyebabkan perubahan muka airtanah akibat bertambahnya
pengambilan airtanah dan berkurangnya imbuh airtanah. Ketidakseimbangan
antara besarnya pengambilan air dari sumur dengan imbuh dari air sisa
rumahtangga merupakan penyebab penurunan muka airtanah. Disamping itu
berkurangnya ruang terbuka sebagai daerah resapan semakin mengurangi
besarnya imbuh airtanah.
5. Gempa bumi
Hasil observasi menunjukkan gempa bumi mempunyai pengaruh terhadap
airtanah. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan dan kenaikan muka airtanah
pada sumur, perubahan debit mataair, pemunculan mataair baru serta erupsi
air dan lumpur dari tanah.
6. Pembebanan dari luar
Sifat yang elastis pada akuifer tertekan menyebabkan terjadinya perubahan
tekanan hidrostatis bila terjadi perubahan pembebanan. Contoh sederhana
adalah perubahan muka airtanah pada sumur yang dekat dengan jalan kereta
api.
7. Penurunan tanah
Perubahan muka airtanah dapat disebabkan oleh penurunan permukaan
tanah. Penurunan permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya
penurunan muka airtanah di suatu daerah.
12
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
BAB II AKUIFER
2.1. Pendahuluan
Airtanah tidak dijumpai di semua tempat. Keterdapatan air tanah
tergantung dari pada ada tidaknya lapisan batuan yang dapat mengandung air
tanah yang disebut akuifer. Demikan pula keadalam air tanah juga tidak selalu
sama, ini tergantung dari ke dalam akuifernya.
2.1.1. Pengertian
Airtanah terdapat pada berbagai formasi geologi, terutama pada akuifer
(aquifer). Akuifer adalah formasi batuan yang dapat menyimpan dan melalukan
air. Akuifer sering pula disebut reservoir airtanah atau formasi air. Contoh
material yang dapat berfungsi sebagai akuifer adalah pasir dan kerikil lepas.
Formasi batuan yang merupakan kebalikan dari akuifer adalah akuifug (aquifug),
yaitu formasi batuan yang tidak dapat menyimpan maupun melalukan air.
Contoh akuifug adalah granit.
Sifat batuan yang lain selain akuifer dan akuifug adalah akuiklud
(aquiklude) dan akuitard (aquitard). Akuiklud adalah formasi batuan yang dapat
menyimpan air tetapi tidak dapat melalukannya dalam jumlah yang berarti,
misalnya lempung, serpih, tuf halus dan batuan lain yang butirannya berukuran
lempung. Akuitard adalah formasi batuan yang mempunyai susunan sedimikian
rupa sehingga dapat menyimpan air tetapi hanya dapat melalukanya dalam
jumlah yang terbatas , misalnya tampak pada rembesan atau kebocoran-
kebocoran.
2.1.2. Tipe Akuifer
Pada umumnya akuifer meliputi wilayah luas dan dapat dilihat sebagai
waduk air di bawah tanah (underground storage reservoir). Air masuk ke waduk
13
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
ini sebagai imbuhan alami ataupun buatan, dan mengalir keluar secara gravitasi
ataupun melalui sumur buatan.
Pada umumnya akuifer airtanah dikelompokkan menjadi dua, yaitu
akufer bebas (unconfined aquifer) dan akuifer tertekan (confined aquifer).
Pengelompokkan ini tergantung pada jenis muka airtanahnya. Akuifer Bocor
(leaky aquifer) atau sering pula disebut semi confined aquifer mewakili kombinasi
akuifer bebas dan akuifer tertekan.
1. Akuifer bebas (unconfined aquifer)
Akuifer ini sering disebut juga dengan akuifer tidak tertekan menggantung
( perched aquifer ) akuifer ini terjadi bila tubuh air tanah terpisahkan Dan
akuifer ini umumnya ditemukan pada kedalaman yang relative dangkal
yaitu dari 40 meter yang dinamakan dengan formasi batuan yang kedap
air.
2. Akuifer tertekan (confined aquifer)
Akuifer jenis ini sering juga disebut sebagai akifer artesis. Bila air tanah
disumur dapat mengalir dipermukaan tanah disebut sumur mengalir
(flowing well). Dan bila air tanah disumur kenaikannya tidak mencapai
permukaan tanah disebut sumur artesisi (artesian well )
3. Akuifer bocor (Leaky Aquifer)
Akuifer di alam jarang sekali yang seluruhnya tertekan atau seluruhnya
bebas, karena adanya kebocoran. Akuifer jenis ini disebut akuifer Bocor
(Leaky Aquifer) atau akuifer semi tertekan. Akuifer ini sering di jumpai di
daerah lembah alluvial dan daratan, yang air tanahnya terletak di bawah
lapisan yang setengah kedap air atau akuitard.
14
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
4. Akuifer Ideal
untuk kepentingan perhitungan matematis timbunan dan aliran, akuifer
sering diasumsikan sebagai akuifer ideal akuifer ideal. Adalah akuifer yang
materialnya homogen dan kelulusannya sama ke segala arah (isotropis).
2.1.3. Material Batuan Pembentuk Akuifer
Ada berbagai formasi geologi yang dapat berfungsi sebagai akuifer
adalah sebagai berikut :
1. Endapan Aluvial
Berdasarkan cara terbentuknya akuifer di daerah ini dapat dibagi menjadi
4 kategori :
a) Daerah Aliran Air (water courses)
Daerah ini tersusun oleh endapan aluvial yang terletak di kanan
kiri sungai. Apabila muka air sungai lebih tinggi dari muka air
tanah, potensi air tanahnya akan cukup besar. Faktor yang
menyebabkan daerah ini mempunyai kandungan air tanah tinggi
karena tersusun oleh material lepas dan sungai mensuplai air ke
akuifer.
b) Lembah Yang Tertimbun (abandoned or buried valleys)
Lembah ini dahulu merupakan sungai. Tetapi karena terjadi
perubahan lintasan sungai, daerah ini menjadi suatu lembah
bekas sungai yang mempunyai potensi air tanah tinggi. Akuifer
didaerah ini merupakan akuifer yang baik dan mengandung
banyak air terutama di musim penghujan.
c) Daerah Daratan (extensive plain)
15
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Merupakan suatu daerah luas dengan material endapan yang
belum mengalami pemampatan. Kerikil dan pasir merupakan
bahan pembentuk akifer yang dominan. Imbuh air tanah biasanya
diperoleh dari perkolasi air hujan.
2. Lembah antar gunung (intermountain valleys)
Letak lembah ini dikeliling oleh gunung. Materialnya berupa kerikil dan
pasir dalam jumlah yang sangat banyak yang berasal dari pegunungan di
sekitarnya. Daerah ini umumnya berupa lembah-lembah tersendiri yang
terpisah oleh gunung dan menerima imbuh air dari resapan di gunung
tersebut. Lembah antar gunung ini diataranya adalah :
a) Batu Gamping
Batu gamping mempunyai variasi yang besar dalam densitas,
kesarangan dan kelulusan. Variasi ini tergantung dari derajat
penampatan dan perkembangan rekahan pada saat
pembentukannya lubang-lubang.
b) Batuan Vulkanik
Batuan vulkanik dapat membetuk akuifer dengan kelulusan tinggi,
seperti misalnya basalt. Basalt mempunyai karakteristik berpori-
pori, yang merupakan bekas lubang gas dan mempunyai banyak
retakan.
c) Batupasir
Batuan pasir dan konglomerat terbentuk dari kerikil dan pasir
yang tersemen. Kesarangan dan hasil airnya telah berkurang,
akibat semen. Bila batu pasir dan konglemerat menpunyai banyak
retakan, maka batuan ini mempunyai hasil air yang baik.
d) Batuan beku dan malihan
16
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Kedua jenis batuan ini relative kedap air dan merupakan akuifer
jelek. Meskipun demikian jika mengalami pelapukan, pada batuan
ini dapat dibuat sumur kecil untuk kebutuhan rumah tangga.
BAB IIIKARAKTERISTIK AKUIFER
17
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
4.1. Pendahuluan
Kondisi akuifer tidak selalu sama, meskipun dalam perhitungan
matematis airtanah, seringkali akuifer dianggap homogen dan isotropis (akuifer
ideal). Kondisi suatu akuifer dikontrol oleh koefisien timbunan, kesarangan,
kelulusan dan keterusannya. Keempat parameter inilah yang menentukan
karakteristik suatu akuifer.
4.1.1. Koefisien Timbunan (Storage coefficient)
Air yang diimbuhkan atau diluahkan dari akuifer merupakan perubahan
volume timbunan di dalam akuifer. Koefisien timbunan didefinisikan sebagai
volume air yang dilepaskan atau disimpan oleh akuifer per unit perubahan
kedudukan muka airtanah. Atau dapat juga diartikan sebagai volume air yang
dilepaskan dari akuifer pada saat muka piezometrik mengalami penurunan pada
jarak tertentu.
4.1.2. Kesarangan (porosity)
Batuan atau tanah yang mempunyai ruang-ruang dan tidak pasif dapat
ditempati airtanah. Ruang-ruang ini disebut ruang antara butir atau pori. Pori ini
sangat penting dalam studi airtanah, karena pori-pori berfungsi sebagai
penyimpan air. Kesarangan (α) batuan adalah rasio antara volume pori dengan
total volume batuan, yang dirumuskan sebagai berikut :
α = V1 / Vdengan, V1 adalah volume pori-pori dan V adalah total volume batuan.
18
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Besar kecilnya kesarangan batuan tergantung dari ukuran butir, bentuk dan susunan partikel, keseragaman butir serta derajat sementasi dan kompaksi (Gambar 7).
Dalam kaitannya dengan kesarangan, terdapat beberapa istilah
kesarangan yang dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a. kesarangan efektif, jumlah pori yang saling berhubungan
dibagi dengan total volume.
b. Kesarangan primer, bila pori batuan terbentuk bersama- sama
dengan terbentuknya batuan
c. Kesarangan sekunder, bila pori terbentuk setelah
terbentuknya batuan.
Table 4. Kesarangan dari berbagai jenis batuan
19
Gambar 7.
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
4.2. Kelulusan / permeabilitas (Permeability)
20
Material Kesarangan ( %)
Kerikil Kasar 28
Kerikil Sedang 32
Kerikil Halus 34
Pasir Kasar 39
Pasir Sedang 39
Pasir Halus 43
Debu 46
Lempung 42
Batu Pasir berbutir halus 33
Batupasir berbutir sedang 37
Batu gamping 30
Dolomite 26
Sekis 38
Serpih 6
Tuf 41
Basalt 17
Gabro lapuk 43
Granit lapuk 45
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Kelulusan suatu batuan atau tanah didefinisikan sebagai kemampuan
batuan atau tanah untuk melalukan cairan. Definisi ini hanya menekankan pada
medium dan terlepas dari cairannya. Untuk menghindari kerancuan dengan
konduktivitas hidrolik yang memasukkan sifat-sifat airtanah digunakan kelulusan
intrinsik (k) yang dirumuskan :
k = K µ
ρ . g
dengan, k = permeabilitas
K = konduktivitas hidrolik
µ = viskositas
ρ = densitas fluida
g = percepatan gravitasi
21
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
BAB IVMATAAIR
4.1. Pendahuluan
Mataair merupakan fenomena alam yang menarik dan sering
menimbulkan tanda tanya bagi yang tidak memahaminya. Bagaimana mungkin
airtanah dapat keluar sendiri ke permukaan tanah tanpa ditimba atau dipompa.
Meskipun demikian adanya mataair di beberapa tempat sangat menolong bagi
penduduk di sekitarnya.
4.1.1. Pengertian mataair
Mataair (spring) adalah Pemusatan pengeluaran airtanah yang muncul di
permukaan tanah sebagai arus dari aliran air. Mataair dibedakan dengan
rembesan (seepage). Rembesan (seepage) adalah mataair yang keluar secara
perlahan-lahan dan menyebar pada permukaan tanah. Keadaan mataair sangat
bervariasi. Menurut Tolman (1937), Faktor-faktor yg mempengaruhi keadaan
mataair adalah :
1. Curah hujan,
2. Karakteristik hidrologi material permukaan tanah terutama
permiabilitasnya,
3. Topografi,
4. Karakteristik hidrologi formasi akuifer dan
5. Struktur geologi
22
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
4.1.2. Klasifikasi Mataair
1. Klasifikasi Mataair berdasarkan Sifat Pengaliran :
a. Mataair menahun (perennial springs), mataair yg mengeluarkan air
sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh curah hujan.
b. Mataair musiman (intermittent springs), mataair yg mengeluarkan
airnya pada musim-musim tertentu dan sangat tergantung dari curah
hujan.
c. Mataair periodik (periodic springs), mataair yg mengeluarkan airnya
pada periode tertentu.
2. Klasifikasi Mataair berdasarkan Suhu Air :
a. Mataair dingin (cold springs), mataair yg suhu airnya rendah, sumber air
berasal dari cairan salju atau es.
b. Mataair normal (nonthermal or ordinary temperature springs), mataair
yg suhu airnya hampir sama dengan suhu udara disekitarnya.
c. Mataair panas (thermal springs), mataair yg suhu airnya lebih tinggi
dari suhu udara di sekitarnya.
3. Klasifikasi Mataair berdasarkan Tenaga Penyebab :
a. Tenaga non-gravitasi (ex : mataair vulkanik (volcanic
springs), mataair celah (fissure springs) biasa disebut dgn mataair
panas.
b. Tenaga gravitasi :
1. Mataair cekungan (depression springs), mataair yg disebabkan
permukaan tanah memotong muka airtanah.
23
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Gambar 8. Mataair Cekungan
2. Mataair kontak (contact springs), mataair yg muncul pada daerah
kontak antara batuan lulus air dan kedap air.
Gambar 9. Mataair Kontak
3. Mataair artesis (artesian springs), mataair yg airnya berasal dari
airtanah tertekan.
24
Gambar 10. Mataair Artesis
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
4. Mataair pada batuan kedap (impervious rock springs), mataair yg
terjadi pada saluran atau retakan di batuan kedap.
5. Mataair retakan atau pipa (tubular or fracture springs), mataair yg
terjadi dari pipa lava, pelarutan atau retakan batuan yg
berhubungan dengan airtanah.
25
Gambar 11. Mataair Pelarutan
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
4. Klasifikasi Mataair berdasarkan Tipe Material Pembawa Air :
- Klas I, mataair yg muncul dari material lulus air yg tipis.
26
Gambar 12. Mataair Klas I
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
- Klas II, mataair yg muncul dari material lulus air yg tebal.
27
Gambar 13. Mataair Klas II
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
- Klas III, mataair yg muncul pada perselingan batuan lulus dan
kedap air.
- Klas IV, mataair yg muncul dari saluran pelarutan.
- Klas V, mataair pada lava.
28
Gambar 14. Mataair Klas III
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
- Klas VI, mataair yg muncul pada retakan batuan.
4.2. Fenomena Hidrotermis
Sering dijumpai mataair yang airnya panas. Air yang berasal dari mataair
panas biasanya mempunyai kandungan mineral tinggi. Fenomena hidrotermis
merupakan fenomena pelepasan air dan uap, yg selalu berasosiasi dengan
batuan vulkanik dan cenderung berada pada daerah gradien hidrotermis besar.
Fenomena hidrotermis erat kaitannya dengan mataair panas. Air yg
berasal dari mataair panas biasanya mempunyai kandungan mineral tinggi.
Geyser merupakan mataair panas yang mengeluarkan airnya secara periodic dan
biasanya terdapat pada daerah vulkanik. Geyser terjadi akibat tenaga uap panas
pada saluran air di bawah tanah.
29
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
BAB VHIDROTHERMAL
5.1. Pendahuluan
Hidrotermal dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu dari hidrologi yg
mempelajari seluruh aspek hidrologi yang ada hubungannya dengan manifestasi
panas bumi.
Manifestasi panas bumi di Indonesia cukup melimpah, hanya saja
pemanfaatan dari energi tersebut belum dikelola secara maksimal. Hal ini juga
terkendala dari biaya pengolahan yang cukup tinggi dan keterbatasan literatur
tentang panas bumi di Indonesia. Saat ini negara yang telah memanfaatkan
energi panas bumi adalah Selandia Baru.
5.1.1. Manifestasi Panas Bumi
Adapun karakteristik dari manifestasi panas bumi adalah sebagai
berikut :
1. Mataair panas, mataair yg memiliki temperature > 60° (lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu normal disekitarnya)
2. Fumarola, semburan dominan steam
Mofet, semburan dominan CO2
Sulfatara, semburan dominan sulfur
3. Batuan teralterasi, batuan yg telah berubah karena reaksi hidrotermal,
biasa teralterasi :
- Lemah, tekstur asli tampak, menjadi lempung abu-abu kemerahan
30
Gambar 15. Fenomena Geotermis
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
- Sedang, tekstur asli hampir hilang, menjadi kaolin
- Kuat, tekstur asli hilang, menjadi silika
4. Kubangan lumpur panas (daerah kawah)
5. Bekas lubang-lubang letusan phreatik, dimensi 3 – 10 m
6. Steam jet, biasa disebut geyser / semburan air panas.
5.1.2. Sistem panas bumi
Ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki pada sistem panas bumi,
diantaranya adalah :
1. Sumber panas (magma, intrusi dekat permukaan)
2. Batuan reservoir harus bersifat permeable dalam menyimpan fluida panas
3. Batuan penutup impermeable
4. Retakan / rekahan / sesar, sebagai porositas sekunder tempat
bergeraknya fluida panas ke permukaan
5. Terdapat Recharge Area (daerah pengisian air)
Komponen system panas bumi :
- Hot out flow
- Caps rock
- Cold recharge (water media)
- Reservoir rock
- Heat sources (intrusion)
- Geology structure (fault, joint etc)
Lapangan-lapangan yg produksi listrik di Indonesia :
- Kamojang (Pertamina); 120 mw
- Gunung Salak (Unocal); 120 mw
- Darajat (Amoseas); 60 mw
- Dieng (Geodipa); 55 mw
- Lahendong (pertamina); 2 mw
31
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
5.1.3. Proses perpindahan panas (heat transfer)
Beberapa proses perpindahan panas yang dapat terjadi pada suatu
media tertentu, diantaranya adalah :
- Konduksi (rambatan), terjadi pada benda padat
- Konveksi (hantaran), terjadi pada benda cair
- Radiasi (pancaran), terjadi pada benda gas
Proses perpindahan panas dari sistem panas bumi sebagian besar transfer panas
yang berlangsung didominanasi oleh adanya proses konduksi dan konveksi.
5.1.4. Alterasi Hidrotermal
- Proses perubahan mineral primer menjadi mineral sekunder akibat
pengaruh dari reaksi kimia dari fluida panas.
- Mineral-mineral hidrotermal hasil alterasi dapat mencerminkan kondisi
sub surface
- Dapat digunakan untuk mendeduksi “thermal history” yaitu reservoir
dalam kondisi heating up ataukah colling down
5.1.5. Sesar / fault
- Berperan penting dalam reservoir panas bumi, karena merupakan jalur
bergeraknya fluida
- Sesar / retakan merupakan porositas sekunder
5.1.6. Klasifikasi kimiawi, terutama dari kandungan silika (SiO2);
- Rhyollite, lebih dari 68% SiO2
- Dacite, 62 – 68 % SiO2
- Andesite, 53 – 62 % SiO2
- Basalt, kurang dari 53 % SiO2
32
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
5.1.7. Klasifikasi Fluida geothermal :
1. Air Chlorida (chloride water), merupakan tipe umum dan dipakai
untuk penggerak turbin.
- Cl- merupakan anion utama
- Unsur-unsur lain : K + , Na + , Ca ++ , Mg ++
- Konsentrasi SiO2 tinggi
- PH netral, bisa sedikit asam atau basa
Karakteristik dari mata air chloride yaitu adanya endapan silika amorf
(sinter), karena airnya jenuh silika.
2. Air asam sulfat, memiliki kandungan sulfat tinggi, lebih dari 1000
ppm, karena diakibat dua proses :
- Pemanasan steam pada air asam sulfat, terjadi oksidasi H2S
pada zona vadose (diatas water table), shg menghasilkan asam
sulfat
- Akibat gas-gas volatil dari magma (H2O, CO2, SO2, HCL)
mengalami kondensasi menjadi fasa cair.
3. Air Bikarbonat, memiliki karakteristik :
- kandungan HCO3 tinggi
- Cl- rendah
- terjadi akibat adanya batuan limestone di bawah permukaan
- dicirikan oleh adanya endapan travert (CaCO3), sinter disekitar
mataair panas.
33
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
5.1.8. Siklus Pembangkit Listrik (Geothermal Power Cycles)
Siklus pembangkit listrik dapat diKlasifikasikan menjadi beberapa model
yang didasarkan pada :
1. Direct dry steam
2. Separated steam
3. Single flash steam
4. Double flash steam
5. Multi flash steam
6. Brine / Freon binary cycle
7. Brine / isobutene binary cycle
34
Cl -
HCO3SO4
Air Klorida
Air Asam Sulfat Air Bikarbonat
Gambar 16. Segitiga Triner Fluida Panas Bumi
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
5.1.9. Prinsip-Prinsip Heat Transfer
Ada beberapa pengertian tentang sistem heat transfer, diantaranya
adalah :
- Heat transfer adalah proses perpindahan / aliran panas dari region panas
(temperatur tinggi) ke region dingin (temperatur rendah)
- Coefficient of heat transfer adalah laju heat transfer per satuan area per
satuan temperatur (W / m2 °C)
- Heat flux (q) merupakan laju aliran panas per satuan area (W / m2)
- Overall heat transfer coefficient adalah thermal conductance per satuan
area (W / m2 °C)
- Specific thermal capacity = specific heat (C) dapat didefinisikan sebagai
besaran panas yang diperlukan untuk menaikkan satu satuan massa
materi dan kenaikan satu satuan temperatur (J / Kg °C)
- Thermal conductivity (k) adalah kuantitas panas yg ditransfer per satuan
waktu, per satuan area, per satuan gradien temperatur (W / m2 °C)
- Thermal conductance (C) merupakan laju aliran panas per satuan
temperatur (W / m °C)
- Thermal resistance (R) adalah kebalikan dari thermal conductance (°C/W)
- Thermal diffusivity (α) merupakan ratio k / ρ . cp (m2/s)
DAFTAR PUSTAKA
35
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Domenico & Schwarts, 1990, Physical & Chemical Hydrogeology, John Wiley &
Sons, Toronto Canada
Fetter, C.W, 1980, Applied Hydrogeology, Third Edition, Merrill Pubs.co.
Colombus Ohio United States of America
Freeze R.A. & Cherry, 1979, Groundwater, Prentice Hall, Inc. United State of
America
Heath, 1983, Basic Groundwater Hydrogeology, USGS Paper, United States of
America
J. Bier, 1978, Hydraulics of Groundwater, Mc Graw & Hill, United States of
America
Mandel & Shiftan, 1981, Groundwater Resources: Investigation and
Development, Academic Press Inc, USA.
Todd, DK., 1984, Groudwater Hydrology, 2nd ed, John Willey & Sons, New York
USA
36