dik bab 2

95
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Membaca 1. Hakikat Membaca Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan itu merupakan satu kesatuan yang bisa dipisahkan. Menurut Kusmana (2009: 73) memgemukakan bawa ”membaca merupakan kegiatan memaknai lambing-lambang bunyi atau lambing otografis tertulis dalam kegiatan berbahasa. Penekanan itu akan diwujudkan jika seseorang terlebih dahulu memahami fonologis dari lambing tersebut dan memehami makna morfologis dalam kaitan untaian kata pada suatu tata kalimat”. Poerwodarminta (1976:71) mengatakan bahwa “membaca yaitu melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan untuk mengetahui isinya”. Tarigan (1983:2) mengungkapkan “membaca yaitu proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan”. 11

Upload: mi-usup

Post on 07-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

kklklkjjlli

TRANSCRIPT

BAB II

12

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Membaca1. Hakikat Membaca Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan itu merupakan satu kesatuan yang bisa dipisahkan. Menurut Kusmana (2009: 73) memgemukakan bawa membaca merupakan kegiatan memaknai lambing-lambang bunyi atau lambing otografis tertulis dalam kegiatan berbahasa. Penekanan itu akan diwujudkan jika seseorang terlebih dahulu memahami fonologis dari lambing tersebut dan memehami makna morfologis dalam kaitan untaian kata pada suatu tata kalimat. Poerwodarminta (1976:71) mengatakan bahwa membaca yaitu melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan untuk mengetahui isinya. Tarigan (1983:2) mengungkapkan membaca yaitu proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan. Pendapat lain dikemukakan oleh Broto (1979:58) membaca yaitu mengungkapkan lambang bunyi. Dari pendapat-pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan membaca yaitu proses pengucapan tulisan untuk mendapatkan isi yang terkandung di dalamnya.Dalam kehidupan sehari-hari, peranan membaca tidak dapat dipungkiri lagi. Beberapa peranan yang dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca di antaranya (1) kegiatan membaca dapat membantu memecahkan masalah; (2

dapat memperkuat suatu keyakinan/kepercayaan pembaca; (3) sebagai suatu pelatihan, memberi pengalaman estetis, meningkatkan prestasi, memperluas pengetahuan.

Kegiatan membaca tidak timbul secara alami tetapi ada faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor dalam (intern) pembaca dan faktor luar (ekstern) pembaca. Faktor yang berasal dari dalam diri pembaca itu antara lain tuntutan kebutuhan pembaca, adanya rasa persaingan antar sesamanya, sedangkan faktor yang berasal dari luar pembaca meliputi tersedianya waktu, tersedianya sarana yang diperlukan pembaca, adanya dorongan dari luar (guru misalnya), adanya penghargaan dalam waktu-waktu tertntu. Tetapi khusus untuk membaca Al-quran, masalah tersedianya waktu, harus diusahakan sebisa mungkin ada waktu yang bisa dipakai untuk membaca Al-Quran, karena membaca Al-quran menurut ajaran Islam hukumnya wajib.Membaca yang baik yaitu membaca yang sesuai dengan atauran baca (tanda baca), dan intonasi yang baik pula jika membacanya dengan suara yang keras (kedengaran oleh orang lain). Intonasi yang baik dimaksudkan agar yang mendengar kita membaca tidak salah pengertian dan agar mereka mengetahui kapan kalimat diawali (permulaan kalimat), dan kapan kalimat itu berakhir (akhir kalimat).Membaca Al-quran yang baik yaitu yang sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan dalam ilmu tajwid termasuk makharijul huruf juga harus sesuai dengan aturannya. Pelajaran membaca merupakan landasan untuk

tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Seandainya dasar tersebut kurang kuat, niscaya pengaruhnya cukup besar dan sangat terasa, khususnya bagi para siswa.2. Pengertian MembacaMembaca adalah (1) melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati), (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, (3) mengucapkan, (4) mengetahui atau meramalkan, (5) menduga, memperhitungkan, memahami (Moeliono, 1994:72). Batasan ini menjelaskan bahwa membaca merupakan suatu proses menegtahui dan memahami segala sesuatu yang terdapat dalam bacaan, baik dengan dilisankan maupun hanya dalam hati. Pengertian ini sejalan dengan pendapat Hudgson (dalam Tarigan, 1987:7) yang mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilkakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Finocchiaro dan Bonomo (dalam Tarigan, 1987:8) juga mengemukakan bahwa membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis.Membaca bukan semata-mata proses visual, tetapi membaca melibatkan dua macam informasi, yang pertama yaitu datangnya dari apa yang ada di depan mata dan yang kedua yaitu datangnya dari apa yang ada di belakang mata (Smith dalam Baradja, 1990:105). Selanjutnya, Baradja menerangkan bahwa membaca adalah suatu aktivitas untuk memahami ide-ide penulis melalui suatu teks. (1990:112). Dari sisi lain dapat dikatakan bahwa penulis mencoba mengkomunikasikan isi pesannya melalui suatu teks kepada pembaca. Isi pesan ini, bisa berupa ide, fakta, ungkapan isi hati.Nuraeni(1996/1997 : 12) mengemukakan beberapa pengertian membaca.a. Membaca adalah perbuatan yang bertujuan dan dilakukan dengan sdar serata sekaligus menggunakan beberapa jenis keterampilan, mengamati, memahami, dan memikirkan.b. Membaca adalah suatu keterampilan yang akan mendapatkan kemampuan tertinggi pada akhir pelajaran.c. Membaca adalah memahami bahasa tulisan.d. Membaca adalah proses yang aktif yang melibatkan interaksi antara pembaca dan tulisan (bacaan).e. Membaca merupakan kegiatan untuk memperolah berbagai informasi untuk memperluas cakrawala pengetahuan pembacanya.Dari uraian tersebut di atas, dapatlah dirumuskan tiga pengertian membaca. Pertama adalah pengertian yang sempit, yang mengnggap membaca itu hanyalah proses pengenalan simbol-simbol tertulis saja, suatu proses pengenalan kata-kata. Kedua adalah pengertian yang sedikit luas, yang memandang mekanisme membaca di samping sebagai proses pengenalan kata-kata, membaca juga sebagai proses perpaduan dan penataan bebrbagai unsure makna, sehingga menjadi suatu kesatuan ide yang utuh dan bermakna. Ketiga adalah pengertian secara luas yang memandang membaca sebagai suatu proses yang memberikan reaksi kritis dan kreatif terhadap bacaan dalam mengemukakan signifikansi, nilai, fungsi,dan hubungan isi bacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang lebig luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan pengarang (yang menulis).3. Tujuan MembacaTujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan, makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud, tujuan, kita dalam membaca. Berikut ini penulis kemukakan pendapat Anderson (1972:214).a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokohuntuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula atau pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan masalah. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for sequensi or organization).d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperhatikan, oleh sang pengarang kepada pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal (reading for inference).Jika tujuan membaca yang diutarakan di atas dikaitkan dengan tujuan membaca Al-quran, sebetulnya sama saja, tetapi tujuan membaca Al-quran ada lebihnya yaitu menambah keimanan atau memantapkan keyakinan terhadap Allah SWT, dan untuk menenangkan hati, karena salah satu manfaat atau faidah membaca Alquran adalah bisa menciptakan suasan hati yang nyaman tenang dan merasa aman. Adapun keutamaan mempelajari Al-quran adalah sebagai berikut.

a. Manusia yang paling baik adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al-quran. Hal tersebut sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Buhkori, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan ad-Darimi yaitu Dari Utsman bin Affan r.a. ia berkata, Rasululloh SAW bersabda: orang yang laing baik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-quran dan mengajarkannya.b. Bacaan Al-quran mendatangkan rahmat dan ketentraman. Hal tersebut sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Muslim, Tirmidzi, Ibdu Majah dan Abu Daud, yaitu Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasululloh SAW bersabda : tidak ada orang-orang yang berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Al-quran, kecuali akan memperoleh ketentraman diliputi rahmat, dikitari oleh para Malaikat dan nama mereka di sebut-sebut oleh Allah di kalangan Malaikat.c. Al-quran akan memberikan syafaat kepada pembacanya. Hal tersebut sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Muslim, yaitu Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata saya mendengar Rasulullah SAW bersabda bacalah Al-quran, karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaat kepada para pembacanya.d. Orang mumin yang membaca Al-quran ibarat buah jeruk, buahnya harum dan rasanya manis. Hal tersebut sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Jamaah, yaitu Dari Abu Musa al-Asyariy r.a. ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Orang mumin yang membaxa Al-quran dan mengamalkan isinya, ibarat buah jeruk manis, rasanya enak dan buahnya harum. Sedangkan orang mumin yang tidak membaca Al-quran tetapi mengamalkan isinya, ibarat buah kurma, rasanya enak dan manis tetapi tidak ada baunya. Adapun perumpamaan orang munafiq yang membaca Al-quran, maka ibarat minyak wangi, baunya harum tapi rasanya pahit. Sedangkan munafiq yang tidak membaca Al-quran, ibarat buah handhalah, rasanya pahit dan baunya busuk.e. Orang yang pandai membaca Al-quran akan bersama para Malaikat. Hal tersebut sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Muslim, yaitu Dari Aisyah r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : orang yang membaca Al-quran dan ia pandai (hafal) dalam membacanya, ia akan bersama para Malaikat yang menjadi utusan, yang mulia lagi suci. Sedangkan orang yang membaca Al-quran tetapi terbata-bata (kesulitan) serta kesukaran dalam membacanya, ia akan memperoleh dua pahala.f. Pahala membaca satu huruf Al-quran sama dengan satu amal kebaikan. Hal tersebut sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ad-Darimi, yaitu Dari Abdullah bin Masud r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-quran), maka ia akan memperoleh pahala satu amal kebaikan, dan pahala satu amal kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif adalah satu huruf, Lam adalah satu huruf dan Mim adalah satu huruf juga.4. Kebiasaan MembacaKebiasaan adalah suatu kegiatan atau sikap, baik yang bersifat fisik maupun mental yang telah mendarah daging pada diri seseorang (Tampubolon 1990:227). Dapat dipahamai bahwa terbentuknya suatu kebiasaan tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi pembentukan itu membutuhkan waktu yang relatif lama. Selain waktu, faktor keinginan dan kemauan serta motivasi perlu ada. Jika seseorang, misalnya ingin bangun pagi sekitar jam 4 menjadi sutau kebiasaan, maka pada dirinya terlebih dahulu ada keinginan dan kemauan untuk mulai melakukannya, dan untuk seterusnya melakukan hal itu secara teratur, sehingga akhirnya kegiatan itu mendarah daging. Tetapi keinginan dan kemauan perlu diperkuat oleh motivasi. Dalam hal bangun pagi jam 4, mempunyai motivasi adalah untuk medapatkan kesegaran, kesehatan jasmani, agar tidak terlambat mengerjakan ibadah dan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain. Di samping faktor keinginan, kemauan dan motivasi, faktor lingkungan juga berperan. Jika lingkungan tidak mendukung dan bahkan menghambat, maka kebiasaan sukar, atau bahkan tidak akan terbentuk, walaupun ada keinginan, kemauan dan motivasi.Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pembentukan kebiasaan membaca pun membutuhkan waktu relatif lama. Dalam usaha pembentukan kebiasaan membaca terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa intelegensi Question (IQ), minat, sikap, bakat, serta motivasi. Sedangkan faktor eksternal berupa faktor lingkungan atau faktor latar belakang sosial ekonomi. (Nurhadi 2004 : 13).Seseorang yang mempunyai minat dan motivasi yang tinggi, dapt dipastikan akan memperolah pemahaman yang lebih baik terhadap topic tersebut. Dengan pandangan tersebut bahwa pada hakikatnya membaca adalah proses yang kompleks dan rumit, mengidentifikasikan bahwa kemampuan membaca itu adalah kemampuan spesifik. Latar belakang kemampuan internal dan faktor eksternal seseorang menyebabkan setiap orang mempunyai kemampuan membaca yang berbeda-beda, dan cara serta kebiasaan yang berbeda dengan orang lain.Membentuk kebiasaan membaca yang efektif memakan waktu yang relative lama. Oleh karena itu, usaha-usha pembentukan kebiasaan hendaklah dimulai sedini mungkin, yaitu sejak masa kanak-kanak. Usaha pembentukan dalam arti peletakan pondasi minat yang baik dapat dimulai sesudah anak mulai dapat mempergunakan bahasa lisan. Uasaha yang dapat dilakukan pada taraf permualaan ini adalah merangsang daya visual dan motorik anak untuk sekedar bacaan. Contohnya anak diberikan bacaan bergambar yang mudah dan menarik, membacakan riwayat-riwayat yang bermanfaat, seperti riwayat-riwayat pejuang Islam. Membacakan riwayat-riwayat tersebut merupakan salah satu usaha untuk peletakan minat membaca.Terdapat kebiasaan-kebiasaan membaca Al-quran yang tidak efektif dan efesien, sehingga tujuan dari membaca pun tidak tercapai, kebiasaan-kebiasaan tersebut di antaranya sebagai berikut.a. tidak konsentrasi dalam membaca;

b. tempat membaca yang sembarang;

c. posisi badan yang tidak baik Tidak sesuai dengan ilmu tajwid;

d. tidak mempunyai waktu yang rutin untuk membacae. idak mengetahui arti atau makna dan tujuan surat yang dibaca.Pada umumnya orang tidak sadar dengan masalah membacanya. Kebanyakan orang telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik dalam kecepatan membacanya, cara atau sikap membaca, maupun dalam tingkat pemahamannya. Ini merrupakan suatu masalah para pembaca yang sudah menjadi kebiasaan, dan sulit untuk merubahnya terkecuali ada keinginan, kemauan, dan motivasi pada diri orang tersebut, untuk mau memperbaiki kebiasaan yang tidak efektif dan efisien itu. Apalagi dalam Al-quran disebut kita harus bisa dan biasa dalam membaca, sesuai firman Allah dalam surat Al-alaq ayat 1-5.(((((((( (((((((( ((((((( ((((((( (((((( ((( (((((( (((((((((( (((( (((((( ((( (((((((( (((((((( (((((((((( ((( ((((((( (((((( (((((((((((( ((( (((((( (((((((((( ((( (((( (((((((( (((artinya :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.(3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. (4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5).B. Menulis1. Pengertian MenulisMenulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang tersebut kalau mereka memahami lambang tersebut. (Tarigan, 1986:21). Pendapat ini menunjukan, bahwa dengan menulis dapat terjadi komunikasi antar penulis dengan pembaca.Hal tersebut dapat terjadi apabila penulis dan pembaca memahami lambang-lambang yang dipergunakan untuk menulis tersebut. Misalnya seseorang dikatakan sedang menulis huruf lain atau huruf arab, kalau ia memahami lambang dari huruf tersebut. Akan tetapi, tidak dikatakan seseorang sedang menulis huruf latin atau huruf arab, kalau ia tidak memahami lambang dan huruf tersebut. Dalam hal ini dia hanya melukis huruf latin atau melukis huruf arab (Muchlosoh, 1994:254).Menulis merupakan suatu keterampilan yang dapat dipelajari. Mempelajari menulis berarti berlatih menulis, bukan belajar tentang menulis. Keterampilan menulis mensyaratkan adanya kemampuan bukan sekedar pengetahuan. Banyak pakar mengatakan bahwa menulis erat kaitannya dengan bakat seseorang. Pendapat ini menyebutkan tidak semua orang dapat dan mampu menulis. Alasan lain, menulis sebagai bakat tak dapat dipelajari, sebab bakat tidak dapat diutarakan. Menulis sebagai suatu keterampilan, berarti bahwa setiap orang akan mampu melakukannya, apabila bekemauan keras dan berlatih.Manusia mulai menulis, mula-mula berbentuk lambang-lambang alam sekitarnya, kemudian berkembang secara sempurna menjadi tulisan-tulisan huruf atau fonem. Lahirnya tulisan yang semula hanya sederhana berupa sebuah atau beberapa kata, tetapi semuanya melambangkan suatu kesatuan makna dan situasi yang utuh yang menjadi kegiatan membaca. huruf-huruf yang tersusun serangkai dalam kalimat disebut tulisan (Hartini, 1993:9).Menulis merupakan kegiatan produktif dalam berbahasa. Suatu proses psikolinguistik, bermula dengan formulasi gagasan lewat atauran semantic, lalu ditata dengan aturan sintaksis, kemudian digelarkan dalam tatanan sistem tulisan. Kemampuan menulis merupakan kemampuan individual yang setiap orang berbeda kemampuannya. Setiap orang sebaiknya memiliki kemampuan ini. Apalagi mereka yang masuk dalam kelompok profesi, seperti : guru, ilmuan, atau cendekiawan. Ada pepatah yang mengatakan bahwa apa yang dipikirkan seseorang adalah apa yang ditulis orang tersebut. kemampuan menulis harus terus menerus dibina, karena kegiatan ini besar manfaatnya untuk mengembangkan profesi dalam lingkungan pendidikan, dalam hal ini guru (Mulyasa, 1993.2. Fungsi MenulisFungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan. Oleh karena itu,pada prinsipnya hasil menulis (tulisan) dapat menyampaikan pesan yang dituangkan dalam tulisannya.Mengingat proses komunikasi ini dilakukan secara tidak langsung, agar tulisan itu berfungsi dengan baik sebagaimana yang diharapkan, maka isi tulisan, serta lambang grafiknya harus benar-benar dipahami oleh penulis ataupun pembacanya. (Muchlisoh, 1994 : 254).3. Tujuan MenulisTujuan menulis adalah untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan sikap kepada para pembaca. Ungkapan tersebut dapat penulis sampaikan melalui tulisannya. Responsi atau jawaban yang diharapkan penulis diperolehnya dari pembacanya. (Tarigan, 1982: 254).Hal tersebut di atas, sangat berkaitan erat dengan tujuan menulis. Hipple, (dalam Tarigan, 1973: 309-311) mengemukakan tujuan menulis adalah assignment purpose (tujuan penugasan), altruistic purpose (tujuan alturistik), informational purpose (tujuan penerangan), self expresif purpose (tujuan pernyataan diri), creative purpose (tujuan kreatif), problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah). a. Assignment Purpose (tujuan penugasan)Penulis tidak memiliki tujuan, untuk apa dia menulis, penulis hanya menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri. Misalnya siswa dirugaskan menulis surat-surat Al-Quran arau disuruh membuat laporan oleh gurunya.b. Atruistic purpose (tujuan altruistik)Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembacanya lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Penulis harus berkeyakinan, bahwa pembaca adalah teman hudupnya.

Dengan demikian, penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu ide atau gagasan bagi kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistik dapat tercapai.a. Persuasive purposePenulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar para pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan atau diutareakan oleh penulis. Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan sebuah priduksi barang dagangan atau dalam kegiatan politik.b. Informational PurposePenulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca. Dalam hal ini, penulis berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis.c. Self Expresive Purpose Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri kepada pembaca. Dengan melalui tulisannya, pembaca dapat memahami siapa sebenarnya penulis itu.d. Creative Purpose Di sini penulis bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari itu. Dalam informasi yang disajikan oleh penulis, para pembaca bukan hanya sekedar tahu apa yang disajikan oleh penulis, tetapi juga terharu membaca tulisan tersebut.f. Problem Solving PurposePenulis berusaha memecahkan masalah yang dihadapi dengan tulisannya. Penulis berusaha memberi kejelasan kepada para pembaca tentang begaimana cara pemecahan suatu masalah. (Muchlisoh, 1994: 255-256). Tujan-tujuan menulis yang diutarakan di atas, adalah tujuan menulis secara umum. Tetapi dalam penelitian ini, tujuan dari menulis Al-quran adalah di sampaing tujuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberilkan guru kepada siswanya, ada tujuan umum dari menulis Alquran yaitu menyampaikan pesan-pesan serta riwayat/sejarah yang terkandung di dalamnya.C. Al-Quran1. Pengertian Al-QuranAlquran merupakan pedoman yang dijadikan sebagai penerang hidup manusia. Al-quran sebagai suara langit yang telah datang di bumi dengan sempurna. Al-quran juga disebut Al-Kitab adalah memuat sejumlah 6666 ayat yang terdiri dari 114 surat, yaitu yang pertama kali diturunkan di Gua Hira (Makah). Wahyu pertama (surat pertama) yang diturnkan di Gua Hira menyerukan :a. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan.

b. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

c. Bacalah, dan tuhanmulah yang paling pemurah.d. Yang mengajar manusia dengan perantaraan Qalalan (tulis-baca).e. Ia mengajarkan manusia akan apa yang tidak atau belum diketahuianya.

Itulah wahyu yang pertama kali turun. Ayat tersebut memberi pengertian luas dan mendalam di bidang keagamaan dan kebudayaan. Keduanyanya adalah faktor yang harus dilalui dalam menjalankan tugas hidup secara vertical dan horizontal.Sedangkan wahyu penutup (surat terakhir) diturunkan sebagai pertanda Islam dengan akidah dan syariahnya telah cukup lengkap dalam arti tidak boleh atau terlarang menambah atau mengubah, sakalipun manusia memandang lebih baik dan lebih sempurna apa yang mereka adakan.2. Huruf Al-quranHuruf Al-quran terdiri dari 30 huruf di antaranya adalah sebagai berikut.

1.=Alif

2=Ba

3=Ta

4=Tsa

5=Ja

6=Hha

7=Kha

8=Dal

9=Dzal

10=Ra

11=Zay

12=Sin

13=Syin

14=Shad

15=Dhad

16=Tha

17=Zha

18=Ain

19=Ghin

20=Fa

21=Qaf

22=Kaf

23=Lam

24=Mim

25=Nun

26=Wau

27=Ha

28=Lamalif

29=Hamzah

30=Ya

3. Tanda Baca Al-quran (Harakat)

Harakat atau tanda baca Al-quran di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Harakat di atas : = a (Fat-hah) b. Harakat di bawah :.= i (Kasrah)

c. Harakat di depan:.= u (Dhammah)

d. Harakat Dhamah terbalik := u (Panjang)

e. Harakat Mati

:..= Sukun

f. Harakat Fathah berdiri di atas huruf :.= a (Panjang)

g. Harakat Fathah berdiri di bawah :..= i (Panjang)

h. Harakat dua Fathah (Fathatain) : .= an

i. Harakat dua Kasrah (Kasratain) : ..= in

j. Harakat dua dhommah (dhammatain) : .. = un

k. Tasydid : = Rangkap.4. Ilmu Tajwid

Tajwid menurut bahasa artinya membaguskan, sedangkan menurut istilah adalah mengeluarkan setiap huruf dari tempatnya dengan memberikan hak-haknya dan sifat-sifat yang dimilikinya.

Dengan demikian pengertian ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari, bagaimana cara mengeluarkan huruf yang tepat serta semua ketentuan yang berkaitan dengan membaca Al-quran, baik dari segi lafazh maupun maknanya.

Hukum mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu kifayah, sedangkan membaca Al-quran sesuai dengan kaidah ilmu tajwid hukumnya fardhu ain, sesuai dengan firman Allah SWT. yaitu pada surat Al-muzammil ayat 4, yaitu .dan bacalah Al-quran dengan tartil. Pada garis besarnya, rangkuman pembahasan ilmu Tajwid antra lain membahas : tempat kelua huruf (makharijul huruf), Hukum panjang dan pendeknya suatu bacaan , Aturan mulai dan mengakhiri bacaan. 5. Makharijul Huruf

Makharijul huruf terdiri dari dua kata, yaitu Makharij dan al-huruf. Makharij, jama dari kata makhraj, artinya tempat keluar. Dan kata al-huruf berasal dari kata Harfun artinya huruf. Jadi istilah Makharijul huruf adalah tempat-tempay kelusrnya huruf-huruf hijaiyyah pada waktu membunyikannya. Dalam bahasa Indonesia, Makharijul huruf sama dengan fonetik.

Dalam membaca Al-quran harus secara tepat membunyikan huruf-hurufnya, sesuai dengan tempat keluarnya (makhrajnya), agar bacaan menjadi fasih dan benar. Macam-macam Makharijul huruf di antaranya adalah :a. Al-jauf ( ( Maksudnya adalah tempat kelusrnya huruf yang terletak pada rongga mulut. Huruf-huruf yang keluar dari rongga mulut ada tiga, yaitu, Alif, Wau, dan Ya mati.b. Al-Halaq ( )Maksudnya adalah tempat keluarnya huruf yang terletak di tenggorokan. Huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan di antaranya, dari pangkal tenggorokan yaitu Hamzah, dan Ha ( ) dari tengah tenggorokan yaitu Ain dan Ha (), dari ujung tenggorokan yaitu Ghin, dan Kha ().c. Al-lisan ( )Maksudnya adalah tempat kelusrnya huruf yang terletak pada lidah. Huruf-huruf tersebut diantaranya, dari pangkal lidah dihimpitkan ke langit-langit atas yaitu Qaf (), dari pangkal lidah sedikit di bawah tempat keluarnya huruf Qaf yaitu Kaf (), dari tengah lidah, artinya di tengah-tengah lidah dan pertengahan langit-langit bagian atas, yaitu Jim (), Syin ( ), dan Ya (), dari tepi lidah dan yang mendekatinya adalah geraham sebelah kiri atau sebelah kanan yaitu Dhad ( ), dari tepi lidah mulai dari bawah sampai ujungnya dan di antara yang berdekatan dengan langit-langit bagian atas yaitu Lam, dari ujung lidah di bawah makhraj Lam yaitu Nun, dari ujung lidah dan agak ke tengah (lebih dalam) dari makhraj Nun yaitu Ra, dari ujung lidah serta pangkal gigi sebelah atas, dengan menegakan langit-langit yaitu, Tha, Dal ( ), dan Ta (), dari antara ujung lidah dan di atas gigi depan atas dan bawah yaitu Shad ( ), Zay ( ), dan Sin (), dari ujung lidah dan ujung gigi depan sebelah atas yaitu Zha ( ), Tsa ( ), dan Dzal ( ).d. Asy-syafatain ( )Syafatain artinya dua bibir. Maksudnya adalah tempat keluarnya huruf yang terletak pada dua bibir. Huruf huruf tersebut di antaranya, dari dalam bibir bawah bagian dalam, bersama ujung gigi depan sebelah atas, yaitu Fa, dari antara dua bibir yaitu, Wau, Ba, Mim.e. Al-Khaisyum ( )Khaisyum artinya pangkal hidung. Maksudnya adalah tempat keluarnya huruf yang terletak pada pangkal hidung sebelah dalam dengan mengeluarkan bunyi Ghunnah (dengung, sengau), huruf-huruf tersebut diantaranya, Mim yang bertasydid, Nun yang bertasydid, Nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf Ba dinamakan Iqlab, Nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf Idgham, Nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf Ikhfa. 6. Hukum Nun mati dan Tanwin

Dalam ilmu tajwid, apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah, baik dalam satu kata atau dua kata, maka kemungkinannya ada 4 kemungkinan, yaitu (a) izhhar(b) idgham, (c) iqlab, (d)ikhfa.

Izhhar menurut bahasa artinya terang atau jelas. Sedangkan menurut istilah ilmu tajwid, izhhar adalah apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf Halqi yang 6, yaitu - --- maka hukum dibacanya disebut izhhar.adapun cra membacanya, harus jelas dan terang. Jadi membaca nun mati atau tanwin itu dengan jelas, tidak boleh berdengung apabila diiringi oleh salah satu huruf yang 6 tersebut di atas. Keran huruf ini termasuk huruf-huruf halqi, maka ia juga disebut izhhar halqi.

Idgham menurut bahasa artinya memasukan atau mencampurkan. Sedangkan menurut istilah ilmu tajwid, idgham adalah membaca dua huruf yang dicampurkan dengan cara memasukan huruf pertama ke dalam huruf yang kedua, yaitu nun mati atau tanwin dimasukan atau dicampurkan sehingga melebur ke salah satu huruf idgham.Huruf-huruf idgham itu ada 6, yaitu : - - . .

Huruf-hurf tersebut dihimpun dalam kalimat Idgham dibagi menjadi dua macam, yaitu :a. Idgham Bhigunnah Yaitu memasukan huruf nun mati atau tanwin ke dalam huruf-huruf yang termasuk idgham bighunnah, dengan bacaan dengung ke hidung. Huruf-huruf idgham bighunnah ada empat yaitu . Yang dikumpulkan dalam kalimat b. Idgham Bila GhunnahYaitu memasukan huruf nun mati atau tanwin ke dalam huruf-huruf yang termasuk idgham Bila Ghunnah, dengan bacaan tanpa dengung ke hudung. Huruf-huruf idgham Bila Ghunah ada 2, yaitu Lam dan Ra.Iqlab menurut bahasa berarti membalik atau menukar. Sedangkan menurut istilah adalah apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf Ba, maka disebut iqlab.Cara membaca iqlab adalah bunyi nun mati atau tanwin berubah menjadi bunyi huruf Mim dan dibaca dengan dengung atau ditahan. Perubahan bunyi yang dimaksud di atas adalah menukar bunyi nun atau tanwin itu hanya dalam bunyinya saja, adapun tulisannya tidak berubah. Hanya saja di atas huruf Ba biasanya ditulis huruf Mim, agar memudahkan bagi yang membacanya atau tidak ada kesalahan membacanya.Ikhfa menurut bahasa artinya adalah samara. Sedangkan menurut istilaa adalah menyamarkan atau menyembunyikan bunyi nun mati atau tanwin, dibaca antara izhhar dan idgham, atau bunyi antara N dengan bunyi huruf yang ada dihadapannya, tetapi pada umumnya berbunyi NG dengan dengung jika bertemu dengan huruf ikhfa. Huruf-huruf ikhfa ada 15, yaitu : - Bacaan ikhfa dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :

a. Ikhfa AlaYaitu bacaannya lebih lama dari ghunnahnya (pengucapan ghunnahnya agak kurang). Adapun hurufnya ada tiga, yaiutu : b. Ikhfa AdnaYaitu dibacanya lebih pendek dari gunnahnya. Penekanan ghunnah di sini jelas nampak dengan timbulnya suara NG ketika diucapkan, adapun huruf-hurufnya adalah c. Ikhfa AusathYaitu bacaan ikhfa dan gunahnya sama. Perlu diingat bahwa lama pengucapan ghunahnya tetap antara 2 atau 3 harakat. Sedangkan huruf-hurufnya adalah selain huruf-huruf ikhfa Ala dan ikhfa Adna.7. Qalqalah, Mad, dan Waqafa. Qalqalah Qalqalah menurut bahasa yaitu bergerak dan bergetar. Sedangkan menurut istilah adalah suara tambahan (pantulan) yang kuat dan jelas yang terjadi pada huruf bersukun setelah menekan pada makhraj huruf tersebut.Qalqalah berlaku bila huruf qalqalah itu mati, atau mati karena dihentikan. Jika kit abaca, bunyinya tidak terus menghilang, melainkan masih terdengar juga, juga perlahan-lahan. Adapun huruf-huruf qalqalah itu ada 5 yaitu . Yang dikumpulkan menjadi kalimat Macam-macam qalqalah, pada garis besarnya terbagi kepada 2 macam, yaitu:1) Qalqalah Shughra yaitu apabila huruf qalqalah itu mati (sukun) pada kata asalny (pada umumnya terletak di tengah-tengah kata), maka disebut qalqalah shughra. Shughra artinya kecil. Cara bacanya yaitu dengan pantulan tidak terlalu kuat.2) Qalqalah Kubra yaitu apabila huruf qalqalah mati bukan pada asalnya, dia mati karena dihentikan atau diwaqafkan dan berada pada akhir kata, maka disebut qalqalah kubra. Kubra artinya besar. Cara membacanya harus lebih mantap dengan memantulkan suara dengan pantulan yang kuat.b. Hukum Membaca Mad Dari segi bahasa mad artinya Ziyadah atau lebih. Sedangkan menurut istilah yaitu memanjangkan suara bacaan suatu huruf dari huruf mad. Hukum mad ada 3, yaitu :

1) Wau sukun yang terletak setelah huruf yang berharakat dhammah. Contoh : - - 2) Ya sukun yang terletak setelah huruf yang berharakat kasrah, contoh : - - 3) Alif mati yang terletak setelah huruf yang berharakat fatah, contoh : - - c. WaqafWaqaf menurut bahasa artinya berhenti. Sedangkan menurut istilah yaitu menghentikan bacaan, baik untuk tidak diteruskan (berhenti sampai disitu) atau untuk sekedar bernafas dan melanjutkan kembali bacaan. Ada beberapa cara untuk waqaf atau menghentikan bacaan Al-quran, yaitu :1) Mematikan huruf yang akhir, jika dia tidak mati. Contoh tertulis Al aalamiina, apabila diwaqaf, bacaannya menjadi Al aalamiin.

2) Menhilangkan satu tanda baca atau harakat pada huruf akhir, apabila ia tanwin fathahatain, contoh aliiimaan menjadi aliima.3) Bila huruf akhirnya itu Ta Marbuthah dan berbaris hidup, maka apabila di waqaf, Ta itu diganti dan dibaca menjadi Ha sukun, contoh : rahmatun menjadi rahmah.

4) Bila huruf terakhir itu berbaris dan huruf sebelumnya mati, maka mewaqafkannya adalah dengan mematikan hurf akhit. Dengan demikian, ada dua huruf yang mati (dua huruf matinya dibunyikan). Conto : Yaumin menjadi yaum.5) Bila huruf terakhir itu bertasydid, maka bila diwaqafkan cukup dengan mematikan huruf akhir tersebut. Sedangkan tasydidnya tetap (tidak dibuang). Contoh lahunn menjadi lahun.BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian Untuk tercapainya tujuan penelitian maka diperlukan metode penelitian yang harus disesuaikan dengan masalah yang diteliti, tujuan yang hendak dicapai dan objek yang dijadikan sumber data. Berdasarkan karakteristik permasalahan, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik yang bersifat korelasional, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang berarti dari kebiasaan membaca Al-Quran terhadap kemampuan menulis Al-Quran. Alasan penggunaan metode ini yaitu karena variabel yang sedang diteliti meruapakan suatu yang sedang atau telah berlangsung, sehingga peneliti tidak lagi memberikan perlakuan khusus terhadap variabel yang diteliti.B. Desain Penelitian

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa metode yang digunakan adalah metode metode deskriptif analitik yang bersifat korelasional. Berdasarkan hal itu, maka desain yang korelasi sederhana. Untuk lebih jelasnya desain penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 1

Desain PenelitianKeterangan :

X

: variabel Independen

Y

: Variabel dependen

rxy

: Kofesien korelasi Y dengan Y

C. Variabel PenelitianDalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu varaiabel bebas dan varaibel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan membaca Al-quran, dan yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan menulis Al-quran. Beberapa indikator mengenai kebiasaan membaca Al-quran antara lain : (1) volume ketika membaca, (2) gerakan mata dan kepala, (3) gerakan bibir, (4) tempat membaca, (5) memahami Ilmu tazamid, (6) memahami arti atau makna dan tujuan dari surat yang dibaca, (7) waktu membaca. Untuk mengetahui ketercapain indikator-indikator tersebut di atas, maka peneliti membuat instrumen dalam bentuk angket sebanyak 10 item yang disebarkan kepada siswa. Sementara indikartor kemampuan menulis Al-quran di antaranya sebagai berikut. (1) kejelasan huruf, (2) kejelasan tanda harkat, (3) ketepatan harakat yang ditulis, (4) Ketepatan huruf dan, (5) ketepatan rangkaian huruf dalam lafad. Untuk mengetahui ketercapain indikator kemampuan menulis Al-qur,an tersebut, peneliti memberikan test berupa tes menulis langsung, yaitu siswa menuliskan surat Al-quran yang didiktekan atau dibacakan oleh guru. D. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah test dan nontest.

1. TestUntuk memperoleh data tentang kemampuan menulis peserta didik, digunakan instrumen yaitu tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelejensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,2006:150). Untuk mengungkap hasil belajar peserta didik dalam menulis Al-Quran tes yang digunakan adalah tes uji produk. Adapun indikator-indikator dan penskoran yang dikembangkan penulis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.Tabel 3.1Kisi-Kisi Kemampuan Menulis Peserta didik

NoKriteria JawabanSkorBobotSkor Maksimal

1Kejelasan huruf

a. Tepatb. Kurang tepatc. Tidak tepat3

2

1515

2Kejelasan harkata.Tepat

b. Kurang tepat

c.Tidak tepat3

2

1515

3Ketepatan harkata. Tepatb. kurang tepatc. Tidak tepat3

2

11030

4Ketepatan hurufa. Tepatb. Kurang tepatc. Tidak tepat3

2

11030

5Ketepatan rangkaian huruf dalam lafada. a. Tepat

b. b. Kurang tepat

c. c. Tidak tepat3

2

11030

Skor Maksimal120

Selanjutnya, alat tes tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mitra kelas VII Almuawanah Singajaya Garut . Konsultasi tersebut bertujuan untuk diketahui tingkat kualitas alat tes. Setelah diadakan konsultasi, maka selanjutnya jika perlu diadakan revisi I. Untuk memperoleh perangkat tes yang memenuhi syarat, selanjutnya alat tes tersebut diujicobakan di luar anggota sampel penelitian tetapi masih satu populasi. Setelah diujicobakan, selanjutnya data hasil uji coba diolah yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kualitas alat tes. Kemudian diadakan revisi II jika perlu sesuai dengan hasil analisis uji coba instrumen meliputi: uji validitas, uji reliabelitas, uji tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

a. Uji Validitas Secara lengkap, langkah-langkah uji validitas penelitian ini mengacu pada pendapat (Sundayana, 2014: 59) sebagai berikut.1) Menghitung harga korelasi setiap butir alat ukur dengan rumus Person/ Produck Moment, yaitu:

rxy: Koefisen korelasi

X: Skor item butir soal

Y: Jumlah skor total tiap soal

N : Jumlah responden

2) Melakukan perhitungan dengan uji t dengan rumus: r

: Koeffisien korelasi r hitungn : jumlah responden

3) Mencari t tabel = t (dk=n-2)4) Membuat simpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut.

Jika t hitung >berati valid, atau

Jika t hitung berarti tidak validDengan menggunakan program SPSS, kriteria penggujian adalah jika nilai sig.< (0,05) soal valid, selabiknya jika nilai sig > (0,05) soal tidak valid. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kevalidan instrumen yang penulis buat, maka penulis mencoba melakukan uji coba instrumen ke kelas yang berbeda dengan memiliki karakteristik tidak beda jauh dengan objek penelitian nanti. Perhitungan validitas dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.2Hasil Perhitungan Validitas InstrumenNo Item SoalTingkat signifikasi ()Sig(2-Tailed)Interprestasi

10,050,000Valid

20,050,000Valid

30,050,000Valid

40,050,000Valid

50,050,000Valid

(Sumber:Lampiran B)b. Uji ReliabelitasUntuk mengukur reliabilitas perangkat soal pilihan ganda dan perangkat soal uraian, digunakan rumus reliabelitas rumus Cronbachs Alphadengan menggunakan program SPSS. Sebagai tolak ukur untuk mengetahui tinggi rendahnya koefisien reliabilitas perangkat tes dapat digunakan indeks pada tabel 3.3 berikut ini.Tabel 3.3Klasifikasi Koefesien Reliabelitas

Koefisien ReliabelitasInterprestasi

0,00 r < 0,20Sangat Rendah

0,20 r < 0,40Rendah

0,40 r < 0,60Sedang/ Cukup

0,60 r < 0,80Tinggi

0,80 r < 1,00Sangat Tinggi

Hasil perhitungan reliabelitas instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4Hasil Uji Reliabelitas Instrumen

Tabel 4.2 memperlihatkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen koefesiean reliabilitas sebesar 0,793. Artinya 0,793 berada pada koefisien reliabelitas 0,60 r < 0,80. Dengan demikian, reliabilitas instrumen tergolong katagori tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian memiliki keandalan yang konsisten.c. Uji Daya PembedaDaya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara warga belajar atau peserta didik yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan warga belajar atau peserta didik yang tidak kurang atau belum menguasai materi yang ditanyakan. Adapun rumus untuk mencari daya pembeda adalah sebagai berikut. Untuk soal tipe uraian

Keterangan:DP: Daya Pembeda

SA: Jumlah skor kelompok atas

SB: Jumlah skor kelompok bawah

IA: Jumlah skor ideal kelompok atas

IB: Jumlah skor ideal kelompok bawah

Kriteria penafsiran daya pembeda menurut Sundayana (2014: 77) adalah sebagai berikut ini.

Tabel 3.5Klasifikasi Daya Pembeda

Indeks Daya PembedaKriteria

DP 0,00

0,00 < DP 0,20

0,20 < DP 0,40

0,40 < DP 0,70 0,70 < DP 1,00sangat jelek

jelek

cukup

baik

sangat baik

Hasil uji coba daya pembeda instrumen dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran BTabel 3.6Hasil Uji Coba Daya Pembeda

No. Item SoalSASBIADPInterprestasi

12151102250,47Baik

21901152250,33Cukup

33802004500,40Cukup

43402304500,24Cukup

5370200450038Cukup

(Sumber:Lampirand. Indek Kesukaran Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Adapu rumus indeks kesukaran adalah sebagai berikut ini. Untuk soal tipe uraian:

IK: Indeks Kesukaran

SA: Jumlah skor kelompok atas

SB: Jumlah skor kelompok bawah

IA: Jumlah skor ideal kelompok atas

IB: Jumlah skor ideal kelompok bawah

Kriteria penafsiran indeks kesukaran menurut Sundayana (2014: 77) adalah sebagai berikut ini.

Tabel 3.7Klasifikasi Indek Kesukaran

IK 0,00terlalu sukar

0,00 < IK 0,30Sukar

0,30 < IK 0,70Sedang

0,70< IK 1,00Mudah

TK = 1,00teralu mudaah

Hasil perhitungan indeks kesukaran dapat dilihat pada tabel 3.8 di bawah ini. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B

Tabel 3.8Hasil Uji Coba Indeks Kesukaran SASBIAIBIKInterprestasi

2151102252250.72Mudah

1901152252250.68Sedang

3802004504500,64Sedang

3402304504500,63Sedang

3702004504500,63Sedang

2. Nontest Non tes dalam penelitian ini berbentuk angket. Angket (kuesioner), merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sugiyono (2009; 199). Angket yang digunakan adalah angket tertutup, artinya responden hanya memilih jawaban yang sudah disediakan dan yang sesuai dengan keinginan responden. Angket yang disusun berupa kebiasaan membaca Al-quran bertujuan untuk mengukur kebiasaan membaca Al-quran yang bersangkutan. Angket kebiasaan membaca Al-quran ini terdiri dari 10 butir pertanyaan dengan alternatif jawaban a = 5, b = 4, c = 3, d = 2, e = 1.Selanjutnya, angket tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Konsultasi tersebut bertujuan untuk diketahui tingkat kualitas alat ukur. Setelah diadakan konsultasi, maka selanjutnya jika perlu diadakan revisiI. Untuk memperoleh perangkat alat ukur yang memenuhi syarat, selanjutnya angket tersebut diujicobakan di luar anggota sampel penelitian tetapi masih satu populasi. Setelah diujicobakan, selanjutnya data hasil uji coba diolah yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kualitas alat ukur. Kemudian diadakan revisi II jika perlu sesuai dengan hasil analisis uji coba instrumen meliputi: uji validitas dan uji reliabelitas. Perhitungan validitas dan reliabelitas perlakuannya seperti instrument bebtuk test engan menggunakan program SPSS. Perhitungan validitas dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini.Tabel 3.9Hasil Perhitungan Validitas InstrumenNo Item SoalTingkat signifikasi ()Sig(2-Tailed)Interprestasi

10,050,000Valid

20,050,003Valid

30,050,000Valid

40,050,028Valid

50,050,000Valid

60,050,019Valid

70,050,000Valid

80,050,000Valid

90,050,008Valid

100,050,010Valid

Sementara perhitungan reliabelitas instrument nontes penelitian dapat dilihat tabel 3.10 di bawah ini.

Tabel 3.10 memperlihatkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen koefesiean reliabilitas sebesar 0,817. Artinya 0,817 berada pada koefisien reliabelitas 0,80 r < 1,00. Dengan demikian, reliabilitas instrumen tergolong katagori sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian memiliki keandalan yang konsisten.E. Populasi dan Sampel PenelitianMenurut Arikunto (2002: 102), Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan diambil dengan menggunkan teknik tertentu .Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Almuawanah Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut sebanyak dua kelas masing masing terdiri atas 36 peserta didik jumlah seluruhnya adalah 68. Sedangkan yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah satu kelas yang diambil secara cluster random dari kelompok kelas yang ada, yaitu kelas VIIA yang berjumlah 34 peserta didik.F. Prosedur PenelitianProsedur penelitian dilakukan dalam tahap-tahap sebagai berikut :1. tahap persiapan

a. Mengurus Surat izin penelitian

b. Memebirikan tembusan kepada instansi yang terkait

c. Mengadakan observasi ke sekolah

d. Menentukan waktu penelitian.2. tahap pelaksanaanSetelah seluruh persiapan dilaksanakan, selanjutnya pelaksanaan penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut.

a. Tahap penyususnan instrumen penelitia

1) Membuat kisi-kisi instrumen (tes dan angket)

2) Membuat instrumen tentang menulis Al-quran

3) Membuat intrumen tentang kebiasaan membaca Al-quran.

b. Tahap pengumpulan data

1) Penyebaran angketAngket kebiasaan membaca Al-quran diberikan kepada peserta didik yang dijadikan sampel pada penelitian ini.

2) Test uji kemampuan menulis Al-Quran.G. Teknik Pengolahan Data1. Pengolahan Data Tanggapan Peserta Didik (Angket)Untuk pengolahan data angket akan dilakukan analisis persial perindikator. Adapun langkah-langkah sebagai berikut ini. Rumus :

FX : Prekwensi nilai indikator

N: Jumlah item pada indikator yang dianalisis

Untuk mengtahui nilai man (M) yang diperoleh dai perhitungan di atas,karena rentang nilainya berkisar dari 1,0 sampai 50 maka berdasarkan teknik pembulatan ketentuan kualifikas katagori adalah sebagai berikut.

M < 1,5

: Tidak Baik

1,5 M < 2,50: Kurang Baik

2,50 M < 3,5: Cukup Baik3,5 M < 4,5: BaikM > 4,5

: Sangat Baik 2. Teknik Pengolahan Hasil BelajarUntuk mengetahui hasil belajar peserta didik akan dilakukan analisis deskiptif meliputi nilai rata-rata, median, modus, dan simpangan baku. Perhitungan akan menggunakan program SPSS 20.3. Uji Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y

Teknik pengolahan data meliput uji prasyarat, dan pengujian hipotesis. Langkah-langkah adalah sebagai berikut ini.a. Uji Prasyarat Teknik pengolahan data penelitian ini akan menggunakan analisis regresi dan korelasi. Teknik analisis regresi sederhan digunakan sebagaai alat untuk melihat hubungan fungsional anatar variable untuk tujuan peramalan, dimana dalam modeltersebut ada variable bebas diberi notasi x dan variable terikat diberi notasi y. Sebelum memanfaatkan analisis regresi dan kolerasi dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat. Uji prasyarat meliputi:b. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakan data tersebut normal atau tidak dan untuk menentukan langkah selanjutnya apakan menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik.1) menghitung nilai rata-rata simpangan bakunya;

2) susunlah data dari terkecil sampai data terbesar pada tabel;

3) menghitung nilai x nilai z dengan rumus: z = ;

4) menghitung luas z dengan mengunakan rumus table z;

5) menghitung nilai proporsi data yang lebih kecil atau sama dengan data tersebut;

6) menghitung selisih luas z dengan nilai proporsi;

7) menghitung selisih maksimal (Lmaks) dari langkah 6;

8) menentukan nilai luas liliefors (Ltabel); L tabel = L (n-1) dan;

9) Kiriteria kenormalan : jika L maks < L tabel maka data berdistribusi normal.

Pengujian normalitas data dengan bantuan program SPSS yaitu menggunakan uji Kolmogorv Smirnov jika data lebih dari 50 buah, dan kuarang dari 50 buah sebaiknya digunakan Shopiro Wilk. Kriteria pengujian jika nilai sig.> (0,05) maka data ,Jika seandainya populasi berdistribusi normal maka selanjutnya menentukan persamaan dan linearitas regresi

b. Persamaan Regresi

Y = a + bx

1) menentukan nilai a

2) menentukan nilai b

c. Menentukan linear regresi

1) jumlah kuadrat (Jka) Jka = 2) Jumlah kudrat regresi b terhadap a dengan rumus: JK b/a = b 3) jumlah kuadrat residu dengan rumus :JkR = 4) jumlah kuadrat kekeliruan dengan rumus: JkKK = 5) derajad kebebasan kekeliruan.

dbKK = n k

6) derajad kebebasan ketidak cocokan

dbTC = k 2

7) jumlah kuadrat ketidak cocokan

JkTC = Jkr JkKK

8) rata-rata kuadrat kekeliruan

RkKK = 9) rata-rata kuadrat ketidak cocokan

RkTC = 10) F ketidak cocokan FTC (F hitung):

FTC = 11) menentukan F tabel

F 0.05 (dbTC / dbKK) = F 0.05 (dbTC / dbKK) =Kesimpulan

Jika F hitung < F tabel maka regresi linear, dan

Jika F hitung < F tabel maka tidak linearJika kedua sampel berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji korelasi product moment, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

d. Uji Korelasi

1) Menentukan nilai r dengan rumus:

rxy =

2) Menafsirkan harga r dengan kriteria

0,00 0,20 tidak ada korelasi

0,21 0,40korelasi rendah

0,41 0,60korelasi sedang

0,61 0,80korelasi tinggi

0,81 1,00korelasi sangat tinggi atau sempurna.e. Pengujian signifikansi dan koefesien determinasi

1) Setelah harga rxy diperoleh, kemudian disubstitusikan ke dalam rumus t, yaitu: thitung = thitung

: nilai t

r

: nilai koefesien korelasi

n

: jumlah sampelKaidah keputusan : Jika thitung > ttabel berarti signifikan

Jika thitung < ttabel berarti tidak signifikanJika dari hasil pengujian koefiesien korelasi menghasilkan korelasi yang sgnifikan, maka besar pengaruh anatara kebiasaan membaca Al-Quran teradap kemampuan menulis akan dicari koefesien determinasi.2) Uji Koefesien Determinasi Rumus : KD = (rxy)2 x 100%Untuk memudahkan dalam perhitungan, maka peneliti mencoba melakukan pengolahan data akan menggunakan program SPSS Ver. 20.BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian1. Profil Madrasah

a. Identitas Madrasah Nama Madrasah: MTS Almuawanah Singajaya III

Alamat: Kampung Ganeas Desa Singajaya Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut

Berdiri: 1 juli 2010

Status, luas tanah: Status milik Yayasan dan luas 950 m

Status dan Akreditasi: Swasta dan Terakreditasi B

Penyelenggara: Yayasan Almuawanah

Alamat Yayasan: Kampung Pancasura Desa Pancasura Kecamatan Singajaya Garut

Kepada Madrasah: Djajah Hamzah, BA

b. Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Almuawanah IIIMTs. Almuawanah Singajaya 3 berlokasi Kampung Ganeas Desa Singajaya Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut. Pada 1 Juli 2010 berkat tokoh-tokoh yang berada di wilayah kampung Ganeas berdirilah MTs Almuawanah Singajaya 3 di bawah naungan Yayasan Almuawanah. Didirikanya MTs tersebut atas dasar tuntuntan warga masyarakat dan kondisi sekolah setingkat MTs jauh dari kampung Ganeas Desa Singajaya Kecamatan Singajaya, sehingga dengan kondisi tersebut anak-anak di kampung tersebut kebanyakan hanya mengenyam pendidikan SD.c. Visi dan Misi

1) Visi MTs Almuawanah III Singajaya Terwujudnya sekolah berwawasan iman dan taqwa, IPTEK Visi dan Misi , seni budaya, dan menghasilkan peserta didik yang cerdas jasmani dan rohani, kreatif dan kompetitif2) Misi MTs Almuawanah III Singajayaa) Mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

b) Mewujudkan lulusan yang berakhlak, mulia, trampil, sehat jasmani dan rohani, kreatif dan kompetitif.

c) Mewujudkan pendidikan yang memiliki kompetensi dan kualifikasi yang di persyratkan oleh Badan Standar Pendidikan Nasional (BNSP)d) Mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung proses pembelajaran sesuai dengan standar.

e) Mewujudkan standar penilaian sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan.

c. Keadaan Guru

Tabel 4.1Keadaan Guru MTs Almuawanah Singjaya IIINoNamaL/PPDDIKJurusanMengajar

1Djadjah Hamza, BALD-2Bahasa InggrisBTQ

2Asep Iskandar, S.Pd.LS-1Bahasa InggrisBhas. Inggris

3Susi Susanti, S.Pd.PS-1MatematikaMatematika

4Igis Pronowa, S.Pd.PS-1Bahasa IndonesiaBhs. Indonesia

5Evi Sumpiana, S.Pd. M.Pd.LS-2BiologiIPA Terpadu

6Dedeh Kurniasih, S, Pd.PS-1PKNPKN, TIK

7EristaPSLTAAkidah Akhlak

8DhitaPSLTAFiqih

9IisPSLTASKI, Seni Budaya

10SaepulmilahLSLTABahasa Arab

11Awan Setiawan, S.Pd.LSLTAIPS Terpadu

12Muhamad SidikLSLTAAl-Quran Hadis

13Iwan KLSLTAPJOK

14AisyahPSLTABahasa Sunda, PLH

15Imas MasitohPSLTATU

d. Kondisi BangunanTabel 4.2Bangunan Kondisi MTs Almuawanah Singajaya IIINoNama RuangRincian RuangKondisi SekolahKet

Jumlah RuangLuas

(m2)BaikSedangRusak

1.Kelas6321

2.Laboratorium

3.Perpustakaan11

5.Lain-Lain :

a. Kepala Sekolahb. TUc. Gurud. WC Guru/Siswa

e. Lapangan Upacara1

1

1

1

11010

63

6

451

1

1

1

1

e. Data Peserta Didik dalam 2 ( dua ) tahun terakhir Tabel 4.3Data Peserta Didik 2 (dua ) Tahun TerakhirTahun PelajaranKelas 7Kelas 8Kelas 9Jml.Tot

7+8+9

Jml. SiswaJml.

RombelJml

SiswaJml.

RombelJml

.SiswaJml.

Rombel

2013/201436125120371

2014/20153813512598

f. Stuktur Kurikulum Tabel 4.4Struktur Kurikulum MTs Almuawanah Singajaya IIIKOMPONENKelas dan Alokasi Waktu

A. VIIVIIIIX

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama Islama. Qurdist

b. Aqidah Akhlak

c. Fiqih

d. SKI2

2

2

22

2

2

22

2

2

2

2. Pendidikan Kewarganegaraan222

3. Bahasa Arab

4. Bahasa Indonesia444

5. Bahasa Inggris444

6. Matematika444

7. Ilmu Pengetahuan Alam444

8. Ilmu Pengetahuan Sosial444

9. Seni Budaya222

10. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan222

11. Teknologi Informasi dan Komunikasi2

2

2

B. Muatan Lokal

a. Bahasa Sunda

b. PLHc. BTQ2

222

222

22

C. Pengembangan Diri 2*)2*)2*)

Jumlah444444

2. Deskripsi Angket Kebiasaan Membaca Al-Quran SiswaUntuk mengetahui kebiasaan membaca Al-Quran siswa penulis mengajukan 10 item pertanyaan kepada 38 responden. Setelah di dapat, dengan mengacu kepada perinsip penskoran, yaitu untuk pertanyaan positif a =5, b=4, c= 3, d=2, dan e=1. Pertanyaan negative sebaliknya. Perhitungan secara deskroptif kebiasaan membaca Al-Quran siswa adalah sebagai berikut ini. Item pertama mengajukan tentang membaca Al-Quran dengan suara nyaring. Diketahui responden memjawab selalu, =21, sering = 12, kadang-kadang =1, pernah =1, dan tidak pernah=3. Angka rata-rata adalah (21 x 5) + (12 x4) + (1 x 3) + (1x2) + ( 3x 1) = 161: 38 = 4,23 berada pada interval 3,5 M < 4,5termasuk kategori baik.Item kedua mengajukan tentang membaca Al-Quran dengan selalu dengan menunjuk baris bacaan dan kepala serta mata mengikuti alat penunjuk. Responden menjawab selalu, = 20, sering = 13, kadang-kadang =4, pernah =0, dan tidak pernah =1. Angka rata-rata adalah (20 x 5) + (13 x4) + (4 x 3) + (0 x 2) + ( 1x 1) = 165: 38 = berada pada interval 3,5 M < 4,34 termasuk kategori baik.Item ketiga mengajukan tentang kebiasaan membaca Al-Quran dengan gerakan bibir dan lidah. Responden menjawab selalu, = 16, sering = 12, kadang-kadang = 3, pernah = 2, dan tidak pernah = 0. Angka rata-rata adalah (16 x 5) + (12 x 4) + (9 x 3) + (1 x 2) + ( 0 x 1) = 157: 38 = 4,1 berada pada interval 3,5 M < 4,5 termasuk kategori baik.Item keempat mengajukan tentang membaca di tempat yang rutin seperti di rumah, mesjid dan lain-lain. Responden menjawab selalu = 9, sering = 13, kadang-kadang = 12, pernah =4, dan tidak pernah =0. Angka rata-rata adalah (9 x 5) + (12 x 4) + (12 x 3) + (4 x 2) + ( 0 x 1) = 137: 38 =3,60 berada pada interval 3,5 M < 4,5 termasuk kategori cukup baik.Item kelima mengajukan tentang membaca adalah tempat yang nyaman untuk membaca. Responden menjawab selalu = 14, sering = 9, kadang-kadang = 11, pernah =2, dan tidak pernah =3. Angka rata-rata adalah (14 x 5) + (9 x4) + (11 x 3) + (1 x 2) + ( 3 x 1) =144: 38 = 3,79 berada pada interval 3,5 M < 4,5 termasuk kategori baik.Item keenam mengajukan tentang pemahaman makharijul huruf dan sifat-sifat huruf. Responden menjawab sangat memahami = 10, memahami = 12, cukup memahami =14, kurang memahami = 2 dan tidak tidak memahami = 0. Angka rata-rata adalah (10 x 5) + (12 x4) + (14 x 3) + (2x2) + ( 0x 1) = 144: 38 = 3,77 berada pada interval 3,5 M < 4,5termasuk kategori baik.Item ketujuh mengajukan tentang pemahaman hukum bacaan. Responden menjawab sangat memehami = 12, memehami = 9, cukup memehami = 11, kurang memahami = 6, dan tidak tidak memahami =0. Angka rata-rata adalah (12 x 5) + (9 x 4) + (11 x 3) + (6 x 2) + ( 0 x 1)=151 : 38 = 3,97 berada pada interval 3,5 M < 4,5 termasuk kategori baik.Item kedelapan mengajukan tentang pemahaman pelapalan huruf-huruf. Responden menjawab sangat memehami = 8, memahami = 15, cukup memehami = 9, kurang memahami = 6, dan tidak memehami =0. Angka rata-rata adalah ( 8 x 5) + ( 15 x 4) + (9 x 3) + (6 x 2) + ( 0 x 1) = 151: 38 = 3,97 berada pada interval 3,5 M < 4,5 termasuk kategori baik.Item kesembilan mengajukan tentang memahami arti/makna dan maksud dari surat yang dibaca. Responden menjawab sangat memahami = 6, memahami = 16, cukup memahami = 10, kurang memahami =4, tidak pernah = 2. Angka rata-rata adalah (6 x 5) + (16 x4) + (10 x 3) + (4 x 2) + ( 2 x 1) = 149 : 38 = 3,92 berada pada interval 3,5 M < 4,5 termasuk kategori baik.Item kepuluh mengajukan tentang menggunkan waktu yang dianggap baik untuk membaca, misalnya setelah shalat maghrib, dan setelah shalat subuh. Responden menjawab selalu = 10, sering = 15, kadang-kadang = 6, pernah =5, dan tidak pernah =2. Angka rata-rata adalah (10x 5) + (15 x4) + (6 x 3) + (5 x 2) + ( 2 x 1) = 150: 38 = 3,95 berada pada interval 3,5 M < 4, termasuk kategori baik.Berdasarkan perhitungan perindikator di atas maka nilai rata-rata kebiasaan siswa membaca Al-Quran adalah sebagai berikut : 4,23 + 4,34 + 4,1+ 3,6 + 3,79 + 3,77 + 3, 97 + 3,97 + 3,92 + 3,95 = 39, 64 : 10 = 3, 96. Nilai 3, 96 termasuk kategori baik.

3. Kemampuan Menulis Al-Quran Siswa

Di bawah ini akan diungkapkan data deskriptif kemampuan menulis Al-Quran siswa. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.5 Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.Tabel 4.5Hasil perhitungan Deskriptif

Menulis Al-Quran Siswa

Tabel di atas, rangkuman perhitungan deskriptif hasil belajar siswa. Diperoleh nilai rata-rata sebesar 81, median 83, modus 79, simpangan baku 9,857 nilai terendah 58, dan nilai tertinggi 100.4. Analisis StatistikAnalisis statistik yang dilakukan terhadap kedua variabel yaitu kebiasaan membaca Al-Quran dan kemampuan menulis Al-Quran siswa,. Langkah-langkah analisis statistic diawali dengan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji linieritas terhadap data yang terkumpul.a. Uji Normalitas Tiap-Tiap Kelompok

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan arah statistik parametrik atau nonparametrik. Hasil perhitungan uji normalitas angket (variabel X) dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.6Hasil Uji Normalitas Variabel X

Tabel di atas menunjukkan uji normalitas angket (variabel X). Hasil perhitungan diperoleh nilai sig sebesar 0,062. Karena nilai sig 0,62 > (0,05), maka variabel X berdistribusi normal.

Sementara itu, uji Normalitas data kemampuan menulis Al-Quran siswa (variabel Y) dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini.Tabel 4.7Uji Validitas Data Kemampuan Menulis Al-Quran Siswa

Tabel di atas menunjukkan uji normalitas data kemampuan menulis Al-quran siswa ( variabel Y). Hasil perhitungan diperoleh nilai sig sebesar 0,331. Karena nilai sig 0,331 > (0,05), maka variabel Y berdistribusi normal.b. Uji Persamaan Regresi Linier

Perhitungan persamaan regresi menggunakan program SPSS. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4. 8 di bawah ini .Tabel 4.8Uji Persamaan Regresi

Tabel di atas juga, memperlihatkan nilai sig 0,000 dan 0,000 < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai 25, 298 dan 1,1470 (kolom B) adalah signfikan artinya persamaan yang paling tepat untuk kedua variabel adalah Y = 25,298 + 1,470 x.

Karena hasil perhitungan uji normalitas dan linieritas data berdistribusi normal dan linier, maka data penelitian ini memenuhi syarat analisis koefesien korelasi (r).c. Korelasi dan Determinasi

Hasil Perhitungan korelasi dan determinasi dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9Uji Korelasi dan Determinasi

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan nilai kofesien korelasi (R) = 0,930 bila harga ini diklasifikasikan termasuk katetori sangat tinggi. Selanjutnya untuk kofesien determinasi (R Square) = 0,865 (86%). Hal ini memberikan pengertian bahwa kemampuan menulis Al-quran siswa 86 % akan ditentukan oleh kebiasaan membaca Al-Quran siswa dan 14 % dipengaruhi oleh faktor lain.

Untuk melihat keberartian pengaruh ini dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.

Tabel 4.10Uji Signifikasi Korelasi

Tabel di atas menunjukkan keberatian pengaruh. Dari pengujian Anova dipeoleh nilai F hitung 229,695 dengan nilai sig 0,000. Karena nilai sig 0,000 < (0,05) maka kofiesien korelasi signifikan. Dengan demikian, terdapat pengaruh yang signifikan kebiasaan membaca Al-Quran terhadap kemampuan menulis Al-Quran siswa.

B. Pembahasan

Hasil analisis yang telah dikemukakan sebelumnya, dihubungkan dengan konsep-konsep yang dikemukakan pada bab dua, merupakan dasar untuk pembahasan sesauai dengan tujuan akhir penelitian. Pembahasan akan dilakukanHasil analisis yang telah dikemukakan sebelumnya, dihubungkan dengan konsep-konsep yang dikemukakan pada bab dua, merupakan dasar untuk pembahasan sesauai dengan tujuan akhir penelitian. Pembahasan akan dilakukan terhadap hasil temuan yang diperoleh berdasarkan analisis statistik (kuantitatif) maupun analisis kualitatif. Namun, yang akan dijadikan pijakan dipusatkan pada temuan hasil penelitian kuantitatif.

Dengan melihat hasil analisis yang dikemukakan di atas kebiasaan siswa membaca Al-Quran mencapai rata-rata sebesar 3,96 termasuk kategori baik. Sementara itu, kemampuan mrnulis Al-Quran nilai rata-rata sebesar 81, median 83, modus 79, simpangan baku 9,857 nilai terendah 58, dan nilai tertinggi 100. Kemudian berdasarkan pengolahan data secara statistik menunjukan bahwa pengaruh kebiasaan membaca Al-Quran termasuk kategori sangat tinggi, hal ini dilihat dari koefesien kolrelasi mencapai R 0,930. Sementara itu, kofesien determinasi (R Square) = 0,865 atau 86%.

Faktor pengaruh kebiasaan membaca Al-Quran yangat tinggi terhadap kemampuan menulis Al-Quran, terjadi karena indikator-indikator kebiasaan membaca Al-Quran memililiki keterkaitan kuat terhadap terhadap kemapuan menulis Al-Quran . Indikator yang paling berpengaruh dari beberapa indikotor kebiasaan membaca Al-Quran adalah pemahaman terhadap ilmu tajmid, pemahaman terhadap arti/makna, dan waktu yang digunakan untuk membaca. Dengan memahami ilmu tajwid, siswa akan mudah mengetahui makharijul huruf, tanda baca dan sifat-sifat hurf, sehingga akan menentukan dalam ketepatan penulisan huruf dan tanda bacanya. Dengan memahami arti dari apa yang dibaca,BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, serta didasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, diperoleh simpulan sabagai berikut ini.

1. Kebiasaan membaca Al-Quran di kelas VII MTs Almuawanah Singajaya Garut tahun pelajaran 2014-2015 termasuk kategori baik

2. Kemampuan menulis Al-Quran di kelas VII MTs Almuawanah Singajaya Garut tahun pelajaran 2014-2015, secara umum sudah dapat dikatakan trampil. Hal ini telihat rata-rata sebesar 81, median 83, dan modus 79.3. Kebiasaan membaca Al-Quran berpengaruh signifikan terhadap kemampuan menulis Al-Quran . Hal ini terlihat pada perhitungan Anova dipeoleh sig 0,000 < (0,05). B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut ini.

1. Bagi Guru, hasil penelitian kebiasaan membaca Al-Quran berpengaruh positif terhadap keterampilan membaca. Oleh karena itu, membca Quran bisa dijadikan strategi alterlatif dalam meningkatkan keterampilan menulis Al-Quran .2. Bagi Madrasah, hasil penelitian kebiasaan membaca Al-Quran berpengaruh positif terhadap keterampilan membaca. Oleh karena itu, membca Al-Quran atau Tadarusan bisa dijadikan mata pelajaran muatan lokal dalam meningkatkan keterampilan menulis Al-Quran .3. Peneliti selanjutnya, penelitian ini penggunaan kebiasaan membaca Al-Quran berpengaruh positif terhadap keterampilan menulis Al-Quran , karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi pada penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad. (2004). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Sinar Baru Bandung.Aminudin. (1997). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru.Arifin H.M. (1995). Kapita Selekta Pendidikan (Islam Dan Umum). Jakarta : Bumi Aksara.Arikunto Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta Jakarta.Danim Sudarwan (2002). Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga kependidikan. Pustaka Setia Bandung.

Departemen Agama RI. (2000). Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.Herrhyanto Nar, Akib Hamid H.M. ((2006). Statistik Dasar. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Terbuka.Karsana, A. (1986). Buku Materi Pokok Keterampilan Menulis. Jakarta : Karunika.Kusmana, Shherli. 2010. Guru Bahasa Indonesia professional. Jakarta: KetsaMansyur (1992). Strategi Belajar Mengajar. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Universitas Terbuka.Margono S. (2000). Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta Jakarta.

Nurhadi (2004). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung : Sinar Baru Alasindo.Sanjaya, Wina (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Strandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.Sujana, Tegep (2005), Psikologi Pendidikan. STAIDA Muhammadiyah Garut.Sugiono, 2013. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta,

Sundayana, R. 2014. Statistik Penelitian Pendidikan . Bandung . Alfa Beta.

Surya Mohamad. (2004) Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Pustaka Bani Quraisy Bandung.Tampubolon, D.P. (1990). Kemampuan Membaca. Bandung : Angkasa.Tarigan, H.G. (1981). Membaca Sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Tarigan. H.G. (1982). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung Angkasa.

X

Y

rxy

11

_1486663283.unknown