perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengelolaan ......kota surakarta dalam implementasi program...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGELOLAAN ANGGARAN PEMBIAYAAN
DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA
DALAM PROGRAM PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT
SURAKARTA (PKMS)
TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh:
TRI SUPARWANTI
K7408157
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGELOLAAN ANGGARAN PEMBIAYAAN
DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA
DALAM PROGRAM PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT
SURAKARTA (PKMS)
TAHUN 2011
Oleh:
TRI SUPARWANTI
K7408157
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Tri Suparwanti. PENGELOLAAN ANGGARAN PEMBIAYAAN DINASKESEHATAN KOTA SURAKARTA DALAM PROGRAM PEME-LIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA (PKMS) TA-HUN 2011. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas SebelasMaret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui dari sumber manasajakah anggaran pembiayaan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam programPKMS 2011 (2) Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan anggaran pembiayaanDinas Kesehatan Kota Surakarta dalam implementasi program PKMS 2011 (3)Untuk mengetahui bagaimana alokasi anggaran pembiayaan Dinas KesehatanKota Surakarta dalam implementasi program PKMS 2011 (4) Untuk mengetahuiapa sajakah kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kota Surakartadalam pengelolaan anggaran pembiayaan kesehatan dalam implementasi programPKMS 2011(5) Untuk mengetahui bagaimana bentuk pelaporan keuangan diDinas Kesehatan Kota Surakarta dalam program PKMS Tahun 2011
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitianadalah UPT PKMS Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Sumber data berasal darikepala UPT PKMS dan bagian keuangan Dinas Kesehatan Kota Surakarta.Sampel diambil dengan purposive sampling, dimana memilih informan yangmemiliki informasi secara mendalam dan dapat dipercaya untuk dijadikan sumberdata. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara dandokumentasi atau arsip. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumberdan metode. Analisis data menggunakan teknik analisis interaktif. Prosedurpenelitian meliputi tahap pra lapangan, tahap lapangan, tahap analisis data, dantahap penyusunan laporan penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Sumberanggaran pembiayaan PKMS ini seluruhnya murni berasal dari APBD (2)pengelolaan anggaran pembiayaan kesehatan terlaksana cukup baik, hal iniditunjukkan dari cakupan indikator transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif,namun untuk indikator efisien dan efektif kurang berjalan dengan baik (3) Dasarperhitungan beban anggaran pembiayaan PKMS 2011 = (Rp5.000,00/jiwa/bulan)x 12 bulan x 335.970 = Rp 18.062.390.000,00 (4) Kendala-Kendala : a. PihakUPT PKMS tidak memiliki data yang cukup tentang jumlah masyarakat Surakartayang terdaftar dalam jaminan kesehatan Askes PNS, Asuransi Kesehatan Swasta,Jamkesmas dan Asuransi Kesehatan lainnya. b. Ada masyarakat yang merasamendapatkan kepesertaan yang tidak sesuai. Padahal masyarakat tersebutmerupakan warga yang tidak mampu, tetapi da-lam verifikasi dilapangan, merekatermasuk kedalam kepesertaan kartu Silver. Oleh karena itu mereka merasa tidakdimasukkan dalam kepesertaan yang tepat. (5) Pelaporan keuangan dilakukansetiap bulan. Laporan keuangan tersebut terdiri atas anggaran dan realisasipencapaian belanja anggaran tahun 2011.
Kata kunci: program PKMS, pengelolaan anggaran pembiayaan kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Tri Suparwanti. THE FUNDING BUDGET MANAGEMENT OF SURA-KARTA CITY’S HEALTH SERVICE IN SURAKARTA COMMUNITYHEALTH CARE PROGRAM (PKMS) IN 2011. Thesis, Teaching Training andEducation Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. July 2012.
The objectives of research are (1) to find out the source of fundingbudget for Surakarta City’s Health Service in PKMS program of 2011, (2) to findout how the funding budget management of Surakarta City’s Health Service is inthe implementation of PKMS program in 2011, (3) to find out how the allocationof funding budget Surakarta City’s Health Service is in the implementation ofPKMS program in 2011, (4) to find out the obstacles the Surakarta City’s HealthService encounters in the funding budget management in the implementation ofPKMS program in 2011, and (5) to find out how the financial report form is inSurakarta City’s Health Service in PKMS program in 2011.
This study was a descriptive qualitative research. The object of researchwas UPT PKMS of Surakarta City’s Health Service. The data source derived fromthe chairman of UPT PKMS and financial division of Surakarta City’s HealthService. The sample was taken using purposive sampling, in which the informantshaving in-depth information and reliable to be data source were selected.Techniques of collecting data were observation, interview, and document orarchive. Data validation used was source triangulation. The data analysis wasdone using an interactive technique of analysis. The procedure of researchincluded pre-field, field, data analysis, and research report writing stages.
Based on the result of research, it could be concluded that (1) the sourceof PKMS’s funding budget derived purely from APBD (Local expense incomebudget, (2) the management of health funding budget had been implementedsufficiently well; it was indicated by the range of transparency, accountability andparticipative indicators, but the efficient and effective indicators proceededpoorly, (3) the rationale of 2011 PKMS expenditure budget burden calculation =(IDR 5,000.00/jiwa/bulan) x 12 months x 335.970 = IDR 18,062,390,000.00 (4)The obstacles included: a. The UPT PKMS did not have adequate data about thenumber of Surakarta people enlisted in health security including Askes PNS(health insurance for civil servant), Private Health Insurance, Jamkesmas (publichealth benefit) and other health insurances. B. Some people felt that they obtainedinappropriate membership, whereas they were categorized into the poor, but in theverification in the field, they were included into Silver card membership. For thatreason, they felt not included into appropriate membership. (5) Financial reportingwas made every month. Such the financial report consisted of budget and therealization of 2011 budget expenditure achievement.Keywords: PKMS program, health funding budget
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
Berangkat dengan penuh keyakinan
Berjalan dengan penuh keikhlasan
Istiqomah dalam menghadapi cobaan
(TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madj)
Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh
hati anda.
(Heather Pryor)
Cara terbaik untuk keluar dari permasalahan adalah memecahkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Ibu dan bapak tersayang (Ibu Ngatinem dan Bapak Pariyo) yang selalu menjadi
inspirasi buatku, terimakasih untuk kasih sayang, perhatian, semangat, motivasi
serta doa yang telah diberikan kepadaku selama ini.
Mas Yatno, Mbak Ayu, Mbak Ana dan Dek Fathir yang selalu menghadirkan
senyuman di setiap hari-hariku.
Mas Ikro yang selalu ada buatku, terimakasih untuk motivasi serta kasih saying.
Sahabat-sahabat tercintaku Gobil SC (Wiwit, Muti, Siti, Asa, Osin, Memey, Kiki),
Isti, Piyul, Mas Henggo, dan Mas Sukma, terimakasih atas nasehat serta dukungan
sehingga saya tidak mudah putus asa.
Sepeda motor Kharisma bututku yang setia menghantarkan kemana pun aku pergi.
Teman-Teman Akuntansi 2008.
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang mem-
beri ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesai-
kan skripsi dengan judul ” PENGELOLAAN ANGGARAN PEMBIAYAAN
DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DALAM PROGRAM PE-
MELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA (PKMS)
TAHUN 2011”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK
Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarah-
an dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Ketua Bidang Keahlian Khusus Akuntansi Program Pendidikan Ekonomi.
5. Drs. Sukirman, MM, selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Sohidin, SE, M.Si, Akt, selaku Pembimbing II yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Ida Angkalita, selaku kepala UPT PKMS Dinas Kesehatan Surakarta yang
telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam
penelitian.
8. Ibu, Bapak, semua keluarga dan teman-teman yang selalu mendoakan,
membimbing dan memotivasiku sehingga dapat menyusun skripsi dengan
lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan ka-
rena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGAJUAN...................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. iv
HALAMAN REVISI................................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK ......................................................................... vii
HALAMAN ABSTRACT ....................................................................... viii
HALAMAN MOTTO .............................................................................. ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... x
KATA PENGANTAR .............................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv
DAFTAR TABEL..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Perumusan Masalah ........................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 7
B. Penelitian yang Relevan ......................................................... 22
C. Kerangka Pemikiran ............................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 26
B. Metode Penelitian ................................................................... 27
C. Sumber Data ........................................................................... 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
D. Teknik Sampling .................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 29
F. Validitas Data ........................................................................ 32
G. Analisis Data ......................................................................... 33
H. Prosedur Penelitian ................................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 36
B. Temuan Hasil Penelitian ........................................................ 42
C. Pembahasan ............................................................................ 46
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 72
B. Implikasi ................................................................................. 73
C. Saran ...................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 75
LAMPIRAN ............................................................................................. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir ................................................................... 25
Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian....................................................... 35
Gambar 3. Skema Value for Money.......................................................... 53
Gambar 4. Proses Penyusunan dan Pelaporan APBD............................... 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .................................................. 26
Tabel 2. Jumlah Peserta PKMS 2011...................................................... 53
Tabel 3. Jumlah Peserta PKMS............................................................... 52
Tabel 4. Jumlah Kunjungan Puskesmas dan RSUD Banjarsari .............. 53
Tabel 5. Jumlah Kunjungan Rumah Sakit............................................... 54
Tabel 6. Pendanaan PKMS .................................................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara............................................................ 78
Lampiran 2. Ceklist ................................................................................... 81
Lampiran 2. PKMS ................................................................................... 84
Lampiran 3.Perda Kota Surakarta Nomor 4 tahun 2003........................... 104
Lampiran 4. Laporan Realisasi Anggaran................................................. 109
Lampiran 5. Bagan Organisai Dinas Kesehatan Kota Surakarta............... 111
Lampiran 6. Foto Penelitian ...................................................................... 149
Lampiran 5. Surat Ijin ............................................................................... 152
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan merupakan bagian penting dari pembangunan
nasional secara menyeluruh, karena menyentuh hampir semua aspek kehidupan.
Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam kurun waktu Tahun 2011 s/d 2015 secara
bertahap mewujudkan masyarakat Surakarta yang sehat, mandiri, dan berbudaya,
hal tersebut sesuai visi Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2011 s/d 2015.
Guna mewujudkan visi yang dimaksud, Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun
2011 menetapkan enam program prioritas yang ingin dicapai yaitu:
a. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
b. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
c. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
d. Program Upaua Kesehatan
e. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
f. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Sedang sasaran prioritas untuk program prioritas Dinas Kesehatan Kota Surakarta
yang ingin dicapai untuk program Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang ingin
dicapai adalah :
a. Menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita
b. Menurunkan angka kesakitan demam berdarah, HIV/Aids dan TB Paru
c. Menurunkan prosentase balita gizi buruk dan gizi kurang
d. Tersedianya jaminan Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Surakarta
(PKMS)
e. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bersertifikasi ISO
f. Pemberdayaan Posyandu Balita dan Lansia
Guna mencapai program dan sasaran tersebut Dinas Kesehatan Kota
Surakarta pada tahun 2011 telah melaksanakan 15 program utama dan 40 kegiatan
dengan anggaran Rp63.293.090.469,00.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Sesuai dengan penjabaran di atas, diketahui salah satu sasaran prioritas
Dinas Kesehatan Kota Surakarta adalah adanya jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Surakarta (PKMS). Program PKMS merupakan upaya Pemerintah
Kota Surakarta untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan kesehatan
dan peningkatan derajat kesehatan yang optimal, dengan memberikan jaminan ke-
sehatan bagi seluruh masyarakat Kota Surakarta, terutama bagi masyarakat yang
tergolong miskin. Jaminan kesehatan yang diberikan berwujud upaya ke-sehatan
yang berjenjang dan komprehensif. Upaya kesehatan ini dilakukan agar kesehatan
masyarakat dapat terpelihara sehingga menciptakan masyarakat Kota Surakarta
yang sehat dan produktif.
Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) ini di-
luncurkan pada tanggal 2 Januari 2008, diawali dengan keprihatinan bahwa masih
adanya masyarakat miskin di Kota Surakarta yang masih belum tercover pem-
biayaan kesehatan melalui program Jamkesmas, selain itu Pemerintah Kota
Surakarta juga berharap bahwa seluruh masyarakat yang tinggal dan berdomisili
di Kota Surakarta dapat terlindungi kesehatannya. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
sejak diluncurkannya program PKMS pada tahun 2008 sampai dengan akhir bulan
Oktober 2011 ini sudah 78,6% penduduk Kota Surakarta yang terlindungi ke-
sehatannya baik melalui Jamkesmas, Askes PNS, Askes sosial lain maupun
PKMS.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H(1) dan Undang-Undang Nomor
36/ 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak
memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab
mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi ma-
syarakat miskin dan tidak mampu. Kenyataan yang terjadi, derajat kesehatan ma-
syarakat miskin masih rendah, hal tersebut tergambarkan dari angka kematian
bayi kelompok masyarakat miskin yang mana tiga setengah sampai dengan empat
kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin (Departemen Kesehatan
R.I,2008: 2). Dengan demikian, adanya program pemerintah dalam rangka pem-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
bangunan derajat kesehatan masyarakat, seperti program PKMS ini, secara tidak
langsung akan mendorong terciptanya kualitas sumber daya manusia.
Upaya untuk mendorong terciptanya kualitas sumber daya manusia yang
unggul merupakan permasalahan klasik bagi bangsa Indonesia. Berdasarkan data
dari UNDP (United Nation Development Program) pada tahun 2006, melaporkan
bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada setingkat diatas
Vietnam atau berada diperingkat 108 diantara negara diseluruh dunia (Sutarto,
2008: 18). Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia
Indonesia masih rendah dan berada di bawah negara-negara lain didunia. Untuk
itu, diperlukan suatu upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan kualitas
sumber daya manusia tersebut. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap pe-
nyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti
kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, peri-
laku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap ke-
sehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah. Angka Kematian Bayi
(AKB)/Infant Mortality Rate (IMR) merupakan isu global dalam kesehatan ma-
syarakat yang termasuk salah satu indikator derajat kesehatan, selain angka ke-
matian ibu (AKI), angka kematian balita (AKABA), angka harapan hidup (Life
Expectancy), dan status gizi. AKB dihitung dari kematian yang terjadi antara saat
setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. AKB Indonesia
telah menurun dari 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 2003 menjadi 26,9/1000
kelahiran hidup pada tahun 2007, tetapi masih tinggi dibandingkan anggota
ASEAN lain, yaitu peringkat ketiga setelah Laos dan Burma.
Data-data tersebut semakin menunjukkan bahwa upaya kesehatan ma-
syarakat harus menjadi salah satu prioritas kebijakan pemerintah. Oleh karena itu,
upaya kesehatan masyarakat melalui program PKMS tersebut dinilai sebagai
upaya yang tepat untuk mengatasi permasalahan sumber daya manusia. Ber-
dasarkan data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, pada bulan
November tahun 2007 tercatat sebanyak 107.004 jiwa termasuk dalam kuota
Askeskin/Jamkesmas dan 88.000 jiwa termasuk dalam ASKES PNS. Sedangkan
masyarakat Kota Surakarta yang belum memiliki asuransi/jaminan kesehatan ter-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
catat 343.325 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat
Kota Surakarta yang belum memiliki asuransi/jaminan kesehatan. Sampai tahun
2011 penduduk kota Surakarta yang men-jadi peserta PKMS sejumlah 213.436
peserta silver, 12.818 peserta gold dengan total 226.254 peserta (45,31%) dari
jumlah penduduk kota Surakarta sebanyak 499.337 penduduk. Sedangkan untuk
keseluruhan penduduk Kota Surakarta yang telah mendapatkan jaminan kesehatan
baik dari PKMS, Jamkesmas, Askes PNS dan Askes Swasta lainnya sebesar
82,75%. masyarakat.
Setelah berjalan kurang lebih hampir 4 tahun, implementasi program
PKMS tetap membutuhkan perhatian dari masyarakat, hal tersebut sebagai wujud
partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan melalui program PKMS
ini. Selain itu, sebaik apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, namun
apabila dalam implementasinya tidak sesuai dengan perencanaan, maka kebijakan
tersebut akan berjalan tidak efektif dan tidak efisien. Untuk itu, sebagai wujud
nyata upaya pembangunan kesehatan di kabupaten/kota dalam implementasi pro-
gram PKMS ada beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan, yaitu diantaranya
adalah mengenai manajemen pembangunan kesehatan dan pembiayaan kesehat-
an masyarakat (Sutarto, 2008). Pembiayaan kesehatan adalah kaitannya dengan
pengelolaan pembiayaan kesehatan dalam program PKMS, mengingat bahwa
anggaran merupakan salah satu faktor utama dalam upaya pembangunan ke-
sehatan yang komprehensif, sehingga perlu diperhatikan bagaimana pengelolaan
anggaran pembiayaan kesehatan dalam program PKMS ini. Apakah pe-
ngelolaannya sudah sesuai dengan perencanaan anggaran program PKMS ter-
sebut, karena hanya dengan pengelolaan anggaran yang baik, maka diharapkan
akan tercipta akuntabilitas anggaran. Oleh karena itu, penulis mengambil judul pe-
nelitian “PENGELOLAAN ANGGARAN PEMBIAYAAN DINAS KE-
SEHATAN KOTA SURAKARTA DALAM PROGRAM PEMELIHARAAN
KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN 2011”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dikemukan diatas, agar
peneliti dapat mengkaji secara jelas dan terarah, maka diperlukan rumusan yang
akan dibahas sebagai berikut:
1. Dari sumber mana sajakah anggaran pembiayaan kesehatan Dinas Ke-
sehatan Kota Surakarta dalam program PKMS 2011?
2. Bagaimana pengelolaan anggaran pembiayaan kesehatan Dinas Kesehatan
Kota Surakarta dalam implementasi program PKMS 2011?
3. Bagaimana alokasi anggaran pembiayaan kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Surakarta dalam implementasi program PKMS 2011?
4. Bagaimana bentuk laporan keuangan di Dinas Kesehatan Kota Surakarta
dalam program PKMS Tahun 2011?
5. Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kota
Surakarta dalam pengelolaan anggaran pembiayaan kesehatan dalam im-
plementasi program PKMS 2011?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dari sumber mana sajakah anggaran pembiayaan ke-
sehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam program PKMS 2011?
2. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan anggaran pembiayaan ke-
sehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam implementasi program
PKMS 2011?
3. Untuk mengetahui bagaimana alokasi anggaran pembiayaan kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam implementasi program PKMS
2011?
4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk laporan keuangan di Dinas Ke-
sehatan Kota Surakarta dalam program PKMS Tahun 2011?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
5. Untuk mengetahui apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas
Kesehatan Kota Surakarta dalam pengelolaan anggaran pembiayaan ke-
sehatan dalam implementasi program PKMS 2011?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk penulis,
instansi, dan bagi masyarakat. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat menerapkan disiplin ilmu
yang didapat selama di bangku kuliah dan menambah pengetahuan serta
wawasan tentang masalah yang terjadi secara nyata di dalam instansi
khususnya masalah yang berhubungan dengan pengelolaan anggaran pem-
biayaan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam implementasi
program PKMS 2011.
2. Bagi Instansi
Hasil dari kegiatan penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam meningkatkan manajemen pengelolaan anggar-
an instansi khususnya dalam implementasi program PKMS 2011.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk
penelitian sejenis yang lebih mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengelolaan Anggaran Pembiayaan Kesehatan
Anggaran Pemerintah adalah jenis rencana yang menggambarkan
rangkaian tindakan atau kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka
rupiah untuk suatu jangka waktu tertentu. Anggaran Pemerintah merupakan
pedoman bagi segala tindakan yang akan dilaksanakan dan di dalam anggaran
disajikan rencana-rencana penerimaan dan pengeluaran dalam satuan rupiah
yang disusun menurut klasifikasinya secara sistematis (Sabeni dan Ghozali,
2001: 39). Sementara itu menurut Freeman (2003) dalam buku Deddy,
Maulidah dan Iswahyudi (2007: 19) menyatakan bahwa, “Anggaran adalah
sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya pada kebutuhan-kebutuhan
yang tidak terbatas (the process of allocating resources to unlimited
demands)”. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pe-merintah telah
bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan
instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga yang ada.
Beberapa fungsi utama anggaran sektor publik, antara lain: (Mardiasmo,
2002: 122)
1. Anggaran sebagai alat perencanaan (planning tool).Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tu-juan organisasai, anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakantindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yangdibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintahtersebut.
2. Anggaran sebagai alat pengendalian (control tool).Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk menghubungkanantara proses perencanaan dan proses pengendalian. Sebagai alat pe-ngendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan danpengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat di-pertanggungjawabkan kepada publik.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal (fiscal tool).Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untukmenstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.melaluianggaran publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal peme-rintah, sehingga dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi eko-nomi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, danmengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapatmempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai alat politik (political tool).Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan ke-butuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik,anggaran merupakan political tool sebagai bentuk komitmen eksekutifdan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk ke-pentingan tertentu.
5. Anggaran sebagai alat komunikasi dan koordinasi (coordination andcommunication tool).Setiap unit kerja dalam pemerintahan terlibat dalam proses penyusunananggaran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagiandalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akanmampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pen-capaian tujuan organisasi. Disamping itu, anggaran publik juga ber-fungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkunganeksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organi-sasi untuk dilaksanakan.
6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja (performance measurementtool).Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif)kepada pemberi wewenang (legislatif) kinerja eksekutif akan dinilaiberdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan ang-garan. Kinerja manajer publik akan dinilai berdasarkan berapa yangberhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan pe-nilaian kinerja.
7. Anggaran sebagai alat motivasi (motivation tool).Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer danstafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam men-capai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Adapun beberapa sistem penyusunan anggaran, yaitu : ( Sabeni dan
Ghozali, 2001: 40)
1. Sistem Anggaran Tradisional (traditional budget system)Adalah suatu cara menyusun anggaran yang tidak didasarkan pada pe-mikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untukmencapai suatu tujuan yang telah ditentukan, penyusunan sistem ang-garan lebih didasarkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran. Titik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
berat perhatian pada sistem anggaran ini terletak pada segi pelaksanaandan pengawasan pelaksanaan anggarannya. Dengan kata lain menekan-kan perhatian pada segi administrasinya saja (Baswir, 1999: 27-28)
2. Sistem Anggaran Kinerja (performance budget system)Sistem ini berorientasi kepada pendayagunaan dana yang tersedia un-tuk mencapai hasil yang optimal dari kegiatan yang dilaksanakan. Sis-tem penyusunan anggaran ini tidak hanya didasarkan kepada apa yangdibelanjakan saja, tetapi juga didasarkan pada tujuan-tujuan atau renca-na-rencana tertentu yang untuk pelaksanaannya perlu disusun dan di-dukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan biaya atau dana yangdipakai tersebut harus dijalankan secara efektif dan efisien. Dengan katalaian, titik perhatiannya pada segi manajemen anggaran (Baswir, 1999:29)
3. Sistem Anggaran Program (planning programming budgeting system)Perhatian banyak ditekankan pada penyusunan rencana dan program,dengan kata lain menekankan pada segi persiapan anggaran ( Baswir,1999:30).
Anggaran dibedakan menjadi 2 macam, yakni APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Be-
lanja Daerah). APBN sendiri merupakan anggaran yang dikelola oleh pe-
rintah pusat. Siklus Anggaran adalah: “Masa atau jangka waktu mulai saat
anggaran disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan
undang-undang”. Siklus anggaran adalah adalah merupakan tahap-tahap ang-
garan, dengan demikian siklus anggaran terdiri dari beberapa tahap atau fase
yaitu sebagai berikut: (Sabeni dan Ghazali, 2001: 55)
a. Tahap penyusunan anggaran
b. Tahap pengesahan anggaran
c. Tahap pelaksanaan anggaran
d. Tahap pengawasan pelaksanaan anggaran
e. Tahap pengesahan perhitungan anggaran
Sedangkan APBD merupakan anggaran yang dikelola oleh pe-
merintah daerah baik di propinsi maupun kota/kabupaten. Mengenai pe-
ngelolaan keuangan daerah ini, pemerintah pusat telah mengeluarkan peratur-
an, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan
dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Peraturan tersebut dikeluarkan
sebagai pedoman pengelolaan dan pertanggungjawaban yang bersifat umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dan lebih menekankan pada hal yang bersifat prinsip, norma, asas, dan lan-
dasan umum dalam pengelolaan keuangan daerah (Yani, 2002: 231).
Sementara itu, dalam rangka otonomi daerah maka pengelolaan
APBD sepenuhnya menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah
daerah, sehingga menurut UU No.25 Tahun 1999, dalam menetapkan APBD
tidak boleh melebihi dari anggaran penerimaan daerah (Yani, 2002: 233).
Selain itu, dalam pengelolaan keuangan daerah tersebut harus sesuai dengan
asas-asas umum pengelolaan keuangan daerah (APBD), antara lain: (Yani,
2002: 234-236)
1. Pengelolaan keuangan suatu daerah dilakukan secara tertib, taat padaperaturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparandan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatut-an.
2. Segala bentuk pemungutan penerimaan daerah bertujuan untuk memenuhitarget yang ditetapkan dalam APBD dan semua pengeluaran daerah danikatan yang membebani daerah dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yangditetapkan dalam APBD.
3. Tahun fiskal APBD sama dengan tahun fiskal APBN.4. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dicatat dan dikelola APBD5. APBD, perubahan APBD dan perhitungan APBD ditetapkan dengan
peraturan daerah dan merupakan dokumen daerah.6. APBD disusun dengan pendekatan kinerja.7. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung
dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yangcukup.
8. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraanyang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumberpendapatan.
9. Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggiuntuk setiap jenis belanja.
10. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat atas bebanAPBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk,membiayai pengeluaran tersebut.
11. Perkiraan sisa lebih perhitungan APBD tahun lalu dicatat sebagai saldoawal pada APBD tahun berikunya, sedangkan realisasi sisa lebih per-hitungan APBD tahun lalu dicatat sebagai saldo awal perubahan.
12. Semua transaksi keuangan daerah baik penerimaan daerah maupunpengeluaran daerah dilaksanakan melelui kas daerah.
13. Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya tidak tersangkadisediakan dalam bagian anggaran tersendiri. Anggaran pengeluaran tidaktersangka dikelola oleh bendahara umum daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
14. Pengeluaran yang dibebankan pada pengeluaran yang tidak tersangka ada-lah untuk penangnan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidaktersangka lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraankewenangan pemerintah daerah.
15. Daerah dapat membentuk dana cadangan guna membiayai kebutuhan danayang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.
16. Dana cadangan dibentuk dengan kontribusi tahunan dari penerimaanAPBD, kecuali dari Dana Alokasi Khusus, pinjaman daerah dan dana da-rurat.
Reformasi anggaran tidak hanya pada aspek perubahan struktur
APBD, namun juga diikuti dengan perubahan proses penyusunan anggaran.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam era otonomi daerah disusun
dengan pendekatan kinerja. Berbagai perubahan tersebut harus tetap ber-
pegang pada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah (anggaran) yang
baik. Prinsip manajemen keuangan yang diperlukan untuk mengontrol ke-
bijakan keuangan daerah tersebut meliputi: (Mardiasmo, 2002: 29-30)
1. AkuntabilitasAkuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambil keputusan berperilakusesuai dengan mandat yang diterimanya. Untuk ini, perumusan kebijak-an, bersama-sama dengan cara dan hasil kebijakan tersebut harus dapatdiakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal denganbaik.
2. Value for MoneyValue for money merupakan jembatan untuk menghantarkan peme-rintah daerah mencapai good governance. Value for money tersebut ha-rus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggarandaerah. Untuk mendukung dilakukannya pengelolaan dana publik (pu-blic money) yang mendasarkan konsep value for money, maka di-perlukan Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah dan Anggaran Daerahyang baik.
3. Kejujuran dalam Pengelolaan Keuangan Publik (probity)Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yangmemiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatanuntuk korupsi dapat diminimalkan.
4. TransparansiTransparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijak-an-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasioleh DPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerahpada akhirnya akan menciptakan horizontal accounttability antara pe-merintah daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta pemerintahandaerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, dan rensponsif terhadapaspirasi dan ke-pentingan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5. PengendalianPenerimaan dan pengeluaran daerah ( APBD ) harus sering dimonitor,yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan dengan yang dicapai.Untuk itu perlu dilakukan analisis varians (selisih) terhadap penerimaandan pengeluaran daerah agar dapat sesegera mungkin dicari penyebabtimbulnya varians dan tindakan antisipasi ke depan.
Sedangkan menurut Juli Panglima Saragih dalam pengelolaan ke-
uangan publik ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan sesuai de-
ngan konsep good governance. Prinsip-prinsip dasar tersebut, sebagai be-
rikut: (Saragih, 2003: 120-121)
1. TransparansiMensyaratkan adanya keterbukaan pemerintah (birokrasi) didalam penge-lolaan keuangan daerah. Sehingga masyarakat dapat mengetahui sejauhmana pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat.
2. EfisienPengelolaan keuangan daerah harus didasarkan suatu pemikiran bahwa se-tiap pengeluaran anggaran daerah harus diupayakan seefisien mungkin gu-na menghasilkan output yang memadai. Dengan kata lain, standar pe-layanan minimal merupakan target yang harus dicapai sesuai dengan pro-porsi biaya yang ditetapkan.
3. EfektifDalam proses pelaksanaan kebijakan keuangan daerah (APBD), haruslahtepat sasaran.
4. AkuntabilitasDalam pengelolaan keuangan daerah (APBD) maka dituntut adanya per-tanggungjawaban secara institusional kepada DPRD dan terbuka kepadamasyarakat.
5. PartisipatifKebijakan pembangunan dalam APBD harus mengakomodasi kepentinganmasyarakat, baik dalam perumusan maupun pelaksanaan hingga pertang-gungjawabannya.
2. Prinsip-Prinsip Dasar sesuai Good Governance
a. Partisipasi
Menurut Krina (2003: 19), partisipasi adalah keterlibatan ma-
syarakat dalam setiap aktivitas proses pengelolaan keuangan yang di-
lakukan pemerintah daerah pada saat penyusunan arah dan kebijakan, pe-
nentuan strategi dan prioritas serta advokasi anggaran. Menurut Mardismo
(2009: 18) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam membuat ke-
putusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga per-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
wakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun
atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan,
Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat
dalam pengambilan keputusan disetiap kegiatan penyelenggaraan pe-
merintah.
Menurut Krina (2003 : 23) tujuan partisipasi adalah tuntutan dari
masyarakat agar mereka harus diberdayakan, diberikan kesempatan, dan
diikutsertakan untuk berperan dalam proses-proses birokrasi mulai dari
tahap perencanaan pelaksanaan dan pengawasan atau kebijakan publik.
b. Transparansi
Transparansi (Krina, 2003: 14) adalah prinsip yang menjamin
akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi ten-
tang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan,
proses pembuatan dan pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai. Me-
nurut UNDP (Mardiasmo, 2009 : 18) transparasi dibangun atas dasar ke-
bebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan ke-
pentingan publik secara langsung dapat diperoleh mereka yang mem-
butuhkan. Transparasi dapat diketahui banyak pihak mengenai pe-
ngelolaan keuangan daerah dengan kata lain segala tindakan dan kebijakan
harus selalu dilaksanakan secara terbuka dan diketahui oleh umum.
Tujuan transparasi adalah menyediakan informasi keuangan
yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (Good Governance). Menurut Krina (2003 : 15)
bentuk transparasi yaitu:
c. Akuntabilitas
Akuntabilitas (Krina, 2003: 9) adalah prinsip yang menjamin
setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawab-
kan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak yang terkena dampak pe-
nerapan kebijakan. Menurut Mardiasmo (2009 : 18) Akuntabilitas adalah
pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Efektivitas dan Efisiensi
Dalam kondisi Good governance Efektivitas dan Efisiensi ber-
arti bahwa output dari seluruh proses dan institusi tepat sasaran atau sesuai
dengan kebutuhan masyarakat disamping efisien dalam pemanfaatan sum-
ber daya untuk melakukannya. Menurut Mardiasmo (2009 : 4-5) efisiensi
adalah pencapian output yang maksimum dengan input tertentu atau de-
ngan penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu.
Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan
standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Secara sedarhana efek-
tivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
Proses penyusunan dan penetapan anggaran harus dilakukan
secara bertahap dan komprehensif sehingga menghasilkan anggaran yang
dapat mengakomodir seluruh program, proyek maupun kegiatan dari
berbagai macam dinas maupun kantor yang ada. Termasuk di dalamnya
anggaran pembiayaan kesehatan dari Dinas Kesehatan yang ada. Pem-
biayaan Kesehatan sendiri dapat diartikan sebagai upaya, menghimpun
berbagai kegiatan penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan berbagai
sumber daya keuangan secara terpadu dan saling mendukung (Sutarto,
2008:165) mengenai sumber dana dari pembiayaan kesehatan ini, di-
golongkan dalam 2 (dua) jenis, yakni :
1. Pertama, dana pemerintah dalam hal ini berasal dari APBD.
2. Kedua, dana masyarakat adalah dana yang berasal dari pengumpulan
dana masyarakat (Sutarto, 2008:166).
Namun demikian, tetap saja yang menjadi sumber dana paling utama
adalah APBD sehingga pembiayaan kesehatan harus dimasukkan dalam
RAPBD setiap daerah.
Untuk menjaga akuntabilitas pengelolaan anggaran pembiayaan ke-
sehatan, pemerintah daerah harus menerapkan prinsip-prinsip transparansi da-
lam pengelolaan anggaran pembiayaan kesehatan. Adapun beberapa hal yang
patut dilakukan untuk transparansi anggaran, antara lain :
1. Penyeragaman klasifikasi pengeluaran dan pendapatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. Penyediaan infrastruktur untuk pelaporan data secara elektronik
3. Standarisasi praktek analisis jaringan keuangan/anggaran
4. Pelaporan hasil-hasil anggran secara menyeluruh
5. Membentuk asosiasi professional untuk para tenaga kerja.
Kemudian terkait mengenai besaran pembiayaan kesehatan yang di-
ambilkan dari APBD adalah sekurang-kurangnya 5% dari PDRB atau 15%
dari APBD (Sutarto, 2008: 168). Alokasi tersebut digunakan untuk pemenuh-
an kebutuhan usaha atau upaya-upaya kesehatan yang dilakukan oleh pe-
merintah daerah sebagai salah satu wujud pemeliharaan kesehatan bagi ma-
syarakatnya.
3. Implikasi Otonomi Daerah Terhadap Sektor Kesehatan
Keinginan untuk menciptakan suatu sistem pemerintahan yang ber-
dasarkan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan partisipasi masyarakat, efi-
sisen dan efektif menuntut diselenggarakannya praktek otonomi daerah dan
desentralisasi. Pemerintah merespon dengan mengeluarkan UU No. 22 Tahun
1999 tentang pemerintahan daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Per-
imbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua Undang-undang
ter-sebut membawa implikasi pada perubahan berbagai sektor dalam sistem
sosial masyarakat kita, salah satunya adalah pada sektor kesehatan.
Menurut Hartono (1996), bentuk desentralisasi di sektor kesehatan
meliputi :
1. Struktur Otoritas Kesehatan
2. Jaringan dan fungsi-fungsi penting
3. Tanggung jawab dan wewenang yang didelegasikan dan,
4. Akuntabilitas
(Mardiasmo, 2002: 75)
Akibat pelaksanaan desentralisasi kesehatan adalah adanya per-
ubahan-perubahan penting dalam sistem kesehatan nasional. Perubahan ter-
sebut secara garis besar terdiri atas dua hal sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a. Perubahan dalam sistem dan proses organisasional.
1) Pembangunan kebijakan kesehatan (health policy development).
2) Kebutuhan penghitungan dan informasi (needs assessment and infor-
mation).
3) Perencanaan dan alokasi sumber daya (planning and resource allo-
cation).
4) Pembiayaan dan manajemen keuangan (financing and financial mana-
gement).
5) Perencanaan dan manjemen sumber daya manusia (human resources
planning and management).
6) Koordsinasi antar sektoral (intersectoral coordination).
7) Partisipasi masyarakat (public participation).
b. Keadilan, efisiensi dan kualitas pelayanan kesehatan
Ditentukan oleh faktor-faktor :
1) Sumber daya keuangan sektor publik
2) Pola alokasi sumber daya secara keseluruhan (nasional)
3) Distribusi sumber daya manusia
4) Pemanfaatan pelayanan
5) Jangkauan dan ketersediaan pelayanan
6) Perubahan dalam sistem-sistem pendukung
7) Ketersediaan obat-obatan dasar
4. Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (PKMS)
Program PKMS merupakan upaya Pemerintah Kota Surakarta untuk
mempercepat pencapaian sasaran pembangunan kesehatan dan peningkatan
derajat kesehatan yang optimal. Adapun beberapa tujuan yang berkesinam-
bungan dari program ini adalah sebagai berikut :
a. Memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh masyarakat
Surakarta.
b. Terpeliharanya kesehatan masyarakat.
c. Masyarakat sehat dan produktif.
d. Sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Anggaran yang dialokasikan bagi program ini sepenuhnya berasal dari
APBD Kota Surakarta yakni sebesar 16, 479 miliar rupiah sehingga program
PKMS ini merupakan kebijakan yang murni dari Pemerintah Kota Surakarta
dalam bidang kesehatan. Untuk pelaksanaannya sendiri dimulai pada tanggal 2
Januari 2008. Program PKMS ini hanya ditujukan khusus kepada seluruh
masyarakat Surakarta, terutama yang tidak termasuk dalam program Askes
PNS, Askes swasta, Askeskin, Jamkesemas, dan Askes lainnya. Adapun ben-
tuk-bentuk pelayanan yang diberikan yaitu :
a. Pelayanan Dasar
Dilaksanakan di semua Puskesmas (rawat jalan dan rawat inap)
b. Pelayanan Persalinan
Dilaksanakan di Puskesmas rawat inap dan RSD Kota Surakarta
c. Pelayanan rujukan
Dilaksanakan di RS DR. Moewardi, RSOP, RS Jiwa Surakarta, RS Kasih
Ibu, RS DR.Oen Surakarta, RS Panti Waluyo, RS PKU Muhammadiyah
Surakarta, RS Brayat Minulyo, RS Slamet Riyadi, RSI Kustati, RS Tri
Harsi, RSD Kota Surakarta.
Program PKMS mengklasifikasikan para pesertanya berdasarkan je-
nis kartu yang diperoleh. Adapun 2 jenis kartu kepesertaan, yakni :
1. Gold : diberikan kepada penduduk miskin atau mendekati miskin sesuai
dengan kriteria BPS, tetapi belum masuk dalam program askeskin (Jam-
kesmas).
2. Silver : Bagi semua penduduk Kota Surakarta yang bukan Kriteria kartu
Gold.
Prinsip-prinsip pelayanan kesehatan dalam program PKMS ini ter-
bagi ke dalam 2 macam, antara lain:
1. Komprehensif : Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif.
2. Berjenjang, terbagi dalam :
a. Rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas
b. Rawat jalan spesialistik (jiwa)
c. Rawat inap di Rumah Sakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Program PKMS ini didukung dengan adanya PERDA No. 47 Tahun 2007
tentang Retribusi Pelayanan Daerah sehingga dalam pembiayaannya pun juga
dibatasi, adapun bentuk-bentuk pembiayaannya, yaitu:
1. Pelayanan-pelayanan kesehatan di Puskesmas dan RSD Kota Surakarta
pembiayaanya dari Pemerintah Kota Surakarta.
2. Pelayanan kesehatan rujukan pembiayaannya dilakukan dengan system
cost sharing.
Mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan melalui program
PKMS ini terdapat pelayanan rujukan di rumah sakit pemerintah/swasta sesuai
dengan MOU (Memorandum of Understanding ) / kesepakatan dengan Peme-
rintah Kota Surakarta, antara lain:
1. Akomodasi rawat inap kelas III
2. Penunjang diagnostik antara lain adalah: laboratorium klinik, radiologi,
dan elektromedik.
3. Tindakan medis kecil dan sedang
4. Operasi kecil dan sedang
5. Pemberian obat sesuai formularium rumah sakit untuk Program Askes-
kin/ Jamkesmas
6. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik, dan penyuluhan kesehatan
7. Pelayanan gawat darurat
Sedangkan, ada beberapa jenis pelayanan yang tidak dijamin dalam Program
PKMS ini, antara lain:
1. Kaca mata
2. Indra ocular lensa
3. Alat bantu dengar
4. Alat bantu gerak
5. Pelayanan penunjang diagnostic canggih
6. Bahan, alat, tindakan yang bertujuan kosmetika
7. General check-up
8. Protesis gigi tiruan
9. Operasi jantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
10. Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya men-
dapatkan keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi
11. Jika pindah kelas perawatan yang lebih tinggi
12. Keluarag Berencana
13. Obat-obatan diluar formularium
Selain itu, ada beberapa pelayanan kesehatan yang dibatasi, yaitu :
1. Cuci darah: Kartu Silver maksimal 6 kali/ tahun, dalam 1 bulan hanya 1
kali. Sedangkan kartu Gold dibayar penuh oleh Pemerintah Kota
Surakarta.
2. Chemoterapy: Kartu Silver hanya 1 paket. Sedangkan kartu Gold dengan
fasilitas Askeskin/ Jamkesmas.
3. Operasi besar.
5. Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
adalah melalui kebijakan-kebijakan peningkatan kualitas kesehatan masya-
rakat. Kesehatan masyarakat sendiri tidak bisa dicapai secara instan, harus
dilakukan secara bertahap dan komprehensif. Dalam hal ini pemerintah harus
menjadikan pembangunan kesehatan sebagai salah satu arus utama pem-
bangunan (mainstream) namun dengan tidak mengabaikan program-program
pem-bangunan lainnya (Sutarto, 2008: 17).
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia, secara res-
mi pertama kali dengan didirikannya Stovia (School Tot Opleding Van Indiche
Arsien) oleh dr. Bosch pada tahun 1851 (Notoadmojo, 2007: 9). Sekolah yang
ditujukan untuk pendidikan dokter bagi warga pribumi. Setelah ini banyak
sekali bermunculan sekolah-sekolah kedokteran dan pengembangan pe-
nanganan kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat merupakan upaya-
upaya integritas dari ilmu sanitasi dengan ilmu kesehatan (Notoatmodjo,
2007:14). Sedangkan Winslow memberikan batasan kesehatan masyarakat,
yakni kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni yang di-
lakukan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kesehatan, melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk: Perbaik-
an sanitasi lingkungan
1. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
2. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
3. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan
4. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
(dalam Notoatmodjo, 2007: 14)
Batasan-batasan yang tersebut di atas menekankan pada upaya-upaya
pengorganisasian masyarakat, dan lebih lanjut lagi Winslow juga menyatakan
hakikat dari pengorganisasian masyarakat dalam rangka mencapai tujuan-tu-
juan kesehatan masyarakat, adalah menghimpun potensi masyarakat atau sum-
ber daya (resources) yang ada di dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-
upaya : preventif, kuratif, promotif dan rehabilitative kesehatan mereka sendiri
(dalam Notoatmodjo, 2007: 15). Selain itu, Ikatan Dokter Indonesia Amerika
juga memberikan batasan kesehatan masyarakat, adalah ilmu dan seni yang
dilaksanakan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
usaha atau upaya-upaya pengorganisasian masyarakat (Notoatmodjo, 2007:
16). Sesuai batasan tersebut,dalam hal ini ditekankan pada usaha-usaha peng-
organisasian masyarakat, dalam hal ini masyarakat mengambil peranan yang
sangat penting terhadap upaya kesehatan masyarakat sendiri, sehingga ma-
syarakat harus berpartisipasi secara aktif dalam rangka peningkatan kesehatan
masyarakat.
Namun demikian, dalam upaya kesehatan masyarakat tetap di-
perlukan adanya unsur pemerintah sebagai pembuat, pengatur, serta pengarah
program-program kesehatan masyarakat serta penyedia layanan kesehatan ke-
pada masyarakat. Program-program kesehatan yang digulirkan oleh peme-
rintah merupakan program yang diarahkan dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakatnya. Melihat pada situasi, kondisi dan potensi
yang berbeda dari setiap daerah maka akan menimbulkan masalah yang ber-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
beda-beda pula. Dengan masalah yang berbeda-beda ini juga akan menuntut
solusi penyelesaian yang berbeda pula di setiap daerah.
Pembangunan kesehatan masyarakat pada hakekatnya merupakan
pembangunan manusia seutuhnya (Sutarto, 2008:15) sehingga dalam pem-
bangunan kesehatan terlebih dahulu diperlukan analisis-analisis terhadap per-
masalahan yang ada. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan terhadap
solusi atau pemecahan atas permasalahan-permasalahan kesehatan yang di-
tuangkan kedalam kebijakan-kebijakan pembangunan kesehatan masyarakat.
Menurut Bloom terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi derajat ke-
sehatan, antara lain perilaku, lingkungan, upaya kesehatan, dan genetik atau
keturunan. Tambahnya lagi bahwa faktor upaya kesehatan memegang peranan
sekitar 20% (dalam Sutarto, 2008:21). Berdasarkan hal tersebut maka
program-program upaya kesehatan menjadi salah satu agenda pemerintah
dalam men-ciptakan kualitas kesehatan masyarakat. Secara umum, jenis upaya
kesehatan dikategorikan kedalam beberapa kategori, antara lain : (Sutarto,
2008: 75)
1. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
Diartikan sebagai upaya kesehatan yang ditunjuk kepada perorangan
dengan mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
dasar, spesialistik maupun subspealistik.
2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Diartikan sebagai upaya kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat
dengan mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
dasar, spesialistik maupun subspealistik.
3. Upaya Kesehatan Kewilayahan (UKW)
Diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh lintas sektor secara ter-
padu dalam rangka mendukung pembangunan kesehatan masyarakat
dan pembangunan berwawasan kesehatan.
Untuk mendukung upaya-upaya kesehatan maka pemerintah harus
mengeluarkan program-program kesehatan yang komprehensif. Program-pro-
gram yang mendudukkan upaya kesehatan promotif, upaya preventif, upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kuratif dan upaya rehabilitatif dalam kedudukan dan peran yang sama pen-
tingnya (Sutarto, 2008: 20). Selain itu, pemerintah juga harus menciptakan sis-
tem kesehatan daerah yang berbasis pada upaya-upaya kesehatan yang kom-
prehensif tersebut. Dalam upaya kesehatan masyarakat ada beberapa kategori
upaya penyelenggaraan kesehatan masyarakat. Adapun beberapa kategori
tersebut, antara lain : (Sutarto, 2007: 127)
1. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
Dalam upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama ini didayagunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar, yang mana ditujukan
kepada masyarakat-masyarakat sekitar. Bentuk penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat ini dikenal dengan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas).
2. Upaya kesehatan masyarakat tingkat kedua
Dalam upaya kesehatan masyarakat tingkat kedua ini mendayagunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spealistik yang ditujukan
kepada masyarakat. Struktur yang tampak diwujudkan dalam bentuk
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Pengelolaan
Anggaran Pembiayaan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Program PKMS
tahun 2011 adalah sebagai berikut :
1. “Analisis Kinerja dan Pengelolaan Anggaran Pembiayaan Dinas Ke-
sehatan Kota Surakarta dalam Program Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Surakarta (PKMS) tahun 2008”, disusun oleh Mufti Anas,
Universitas Sebelas Maret, tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja dan pengelolaan anggaran pembiayaan kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam program PKMS. Dari penelitian
ini dapat diketahui bahwa secara umum kinerja dan pengelolaan
anggaran pembiayaan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam program
PKMS berjalan dengan baik. Namun demikian, dalam pelaksanaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
masih ditemui berbagai kendala, antara lain adanya penduduk siluman
yang dengan mudah mendapatkan KTP Surakarta karena kurangnya
pengawasan administratif, kurang maksimalnya pelayanan kesehatan
karena sumber daya manusia yang terbatas dan pelaksanaan program
yang kurang efektif karena masih terkonsentrasi pada pelayanan
kesehatan kuratif dan rehabilitatif.
2. “Kebijakan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS)
Dalam Pelayanan Kesehatan”, tesis ini disusun oleh Nunuk Herawati
mahasiswa program studi magister ilmu hokum progrsm pascasarjana
UMS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan Peme-
liharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) di Surakarta, untuk
mengetahui pelaksanaan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta
(PKMS) di Surakarta dan untuk mengetahui model pelaksanaan PKMS
di masa depan yang dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
penduduk Surakarta.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka Berpikir merupakan suatu uraian yang menjelaskan variabel-
variabel serta keterkaitan yang terumuskan dalam perumusan masalah. Kerangka
berpikir ini dapat membantu penulis dalam menentukan tujuan dan arah penelitian
serta dalam pemilihan konsep-konsep yang benar. Secara ringkas, komponen uta-
ma dalam kerangka pemikiran ini antara lain :
1. Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (PKMS)
2. Implementasi dari program PKMS selama periode 1 tahun yaitu tahun 2011.
3. Sumber anggaran pembiayaan kesehatan dalam program PKMS 2011.
4. Analisis Pengelolaan anggaran pembiayaan kesehatan dalam program PKMS,
dalam analisis tersebut menggunakan pengukuran berdasarkan indikator Juli
Panglima Saragih, yaitu transparan, efisien, efektif, akuntabilitas, dan parti-
sipatif ( Saragih, 2003: 120-121)
5. Alokasi anggaran pembiayaan kesehatan dalam program PKMS 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
6. Kendala-kendala dalam pengelolaan anggaran pembiayaan kesehatan pada
program PKMS.
7. Penerapan Laporan Keuangan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pro-
gram PKMS 2011.
Implementasi Kebijakan
Rekomendasi
Gambar. 1. Kerangka Berpikir
KendalaKendala
SumberAnggaran
AlokasiAnggaran
PKMSPemeliharaan
KesehatanMasyarakatSurakarta
PengelolaanAnggaran
Indikator:1. Transparansi2. Efisien3. Efektif4. Akuntabilitas5. Partisipasi
PembangunanKesehatan
Masyarakat
LaporanKeuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Kualitas hasil penelitian tergantung dari data yang didapat disamping
proses pengelolahan yang dilakukan. Oleh karena itu, tempat dan waktu pene-
litian, instrumen pengumpulan data, desain penelitian, alat-alat analisis, dan lain-
lain yang dianggap penting dalam menilai kualitas hasil penelitian untuk me-
ngetahui keabsahan metode.
A. Tempat dan Waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan suatu sumber bagi penulis untuk men-
dapatkan data-data yang dibutuhkan mengenai masalah yang akan diteliti. Pe-
nelitian yang penulis lakukan ini bertempat di Surakarta, yaitu Dinas Ke-
sehatan Kota Surakarta dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut me-
rupakan institusi pelaksana dari kebijakan Program PKMS. Dengan kata lain
merupakan lokasi yang secara langsung berhubungan dengan objek peneliti-
an, yang digunakan sebagai sumber untuk memperoleh data.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama enam bulan yang dimulai dari
bulan Januari sampai dengan Juni 2012. Berikut adalah jadwal rencana pe-
nelitian:Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
KegiatanTahun 2012
Jan Feb Mar April Mei Junia. Perencanaan Penelitian
1. Pengajuan Judul2. Pengajuan Proposal3. Perijinan
b. Pelaksanaan Penelitian1. Pengumpulan Data2. Analisis Data3. Penarikan Kesimpulan
c. Penyusunan Laporan
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
B. Metode Penelitian
Menurut Moh. Nazir (2005: 44), “Metode Penelitian adalah bagaimana
secara berurut suatu penelitian dilakukan, yaitu dengan alat apa dan prosedur
bagaimana suatu penelitian dilakukan”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
dipahami bahwa untuk menjawab dari permasalahan masalah dalam suatu pe-
nelitian diperlukan adanya metode penelitian.
Menurut Winarno Surakhmad (2004: 132):
Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang tertuju padapemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Penelitian deskriptiflebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif.Diantaranya adalah penelitian yang menuturkan, menganalisa danmengklasifikasikan penyelidikan dengan survey, teknik test, studi kasus,studi komparatif, dan studi opersional.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kua-
litatif. Dengan metode ini, akan dihasilkan berupa deskripsi dalam bentuk narasi
yang rinci dan mendalam, lebih mudah dipahami dan secara langsung manfaatnya
bisa memaparkan lebih jelas dan rinci sebagai usaha perbaikan untuk kedepannya.
C. Sumber Data Penelitian
Menurut H.B. Sutopo (2002: 49), “Sumber data merupakan bagian yang
sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis
sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau kedalaman yang
diperoleh”. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data. Betapapun
menariknya suatu permasalahan atau topik penelitian bila sumber datanya tidak
tersedia maka tidak akan punya arti karena tidak bisa diteliti dan dipahami. Jenis
data yang diperlukan untuk digali dan dikaji sangat tergantung dari rumusan
masalahnya. Dengan kata lain pemahaman mengenai masalah penelitian dapat
dijadikan sebagai dasar untuk menentukan jenis data atau informasi yang paling
inti dan diperlukan untuk digali.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut Lofland dan
Lofland dalam Lexy Moelong (2001: 112) adalah kata-kata dan tindakan, se-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
lebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Informan
Informan adalah seseorang untuk memberikan informasi mengenai suatu
kondisi atau keadaan yang berhubungan dengan penelitian yang sedang
dilakukan. Dalam penelitian ini, yang menjadi informan adalah pegawai-pe-
gawai Dinas Kesehatan Kota Surakarta, terutama yang langsung menjadi
pelaksana Program PKMS, dan masyarakat pengguna kartu PKMS, baik gold
maupun silver.
2. Dokumen
Dokumen yang digunakan berupa arsip-arsip dan laporan-laporan dalam
pelaksanaan Program PKMS tahun 2011.
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pe-
musatan sumber data dalam penelitian yang mengarah pada seleksi. Seperti yang
dikatakan oleh Bogdan dan Biklen (1982) dalam H.B. Sutopo (2002: 55) cuplikan
dalam penelitian kualitatif sering dinyatakan sebagai internal sampling. Dalam
cuplikan yang bersifat internal, cuplikan diambil untuk mewakili informasinya
dengan kelengkapan dan kedalamannya yang tidak perlu ditentukan oleh jumlah
sumber datanya, karena jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan infor-
masi tertentu secara lengkap dan benar daripada informasi yang diperoleh dari
jumlah narasumber yang lebih banyak.
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Sumber data yang digunakan di sini tidak sebagai sumber data yang
mewakili populasinya melainkan lebih cenderung mewakili informasinya.
Menurut H.B Sutopo (2002: 56):
“Maksud dari purposive sampling adalah kecenderungan peneliti untukmemilih informannya berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang di-anggap memiliki informasi yang berkaitan dengan permasalahannya se-cara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yangmantap.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Bahkan dalam pelaksanaan pengumpulan data sesuai dengan sifat pe-
nelitian kualitatif yang lentur dan terbuka, pilihan informan dan jumlahnya dapat
berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memper-
oleh data. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling yang diteliti,
dalam penelitian ini, unit sampling yang diteliti merupakan Dinas Kesehatan Kota
Surakarta, sehingga dengan teknik purposive sampling ini diharapkan dapat
menentukan sampel yang tepat dan mampu memberikan informasi yang dibutuh-
kan selama penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan teknik tertentu sangat diperlukan dalam pe-
nelitian karena teknik-teknik tersebut dapat menentukan lancar atau tidaknya
suatu proses penelitian. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah
berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk
mengumpulkan informasi dari sumber data diperlukan teknik wawancara
yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk wawan-
cara mendalam. Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk bisa me-
nyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pri-
badi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau per-
sepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan sebagainya sehingga dari adanya
beragam konstruksi tersebut bisa diproyeksikan dalam harapan yang bisa
terjadi di masa yang akan datang.
Wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan
secara tidak terstruktur sebagai teknik wawancara mendalam karena peneliti
merasa tidak tahu mengenai apa yang terjadi sebenarnya. Untuk itu wawan-
cara ini dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended), dan
mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak
secara formal terstruktur unuk menggali pandangan subjek yang diteliti ten-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
tang banyak hal informasi secara lebih jauh, lengkap, dan mendalam. Wa-
wancara mendalam ini dilakukan pada waktu dan kondisi konteks yang
dianggap paling tepat guna mendapatkan data yang rinci, jujur dan men-
dalam.
2. Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung ter-
hadap objek peneliti dan mencatat fenomena yang diselidiki melalui peng-
lihatan dan pendengaran. Teknik informasi ini digunakan untuk menggali da-
ta dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lo-
kasi, dan benda serta rekaman gambar.
Menurut pendapat Spradley dalam H. B. Sutopo (2002: 64) men-
jelaskan bahwa pelaksanaan teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi 2
yaitu:
a. Observasi tak berperan
Dalam observasi tak berperan, peneliti sama sekali kehadirannya dalam
melakukan observasi tidak diketahui oleh subjek yang diamati.
b. Observasi berperan
Pada observasi yang dilakukan dengan mendatangi peristiwanya, ke-
hadiran peneliti di lokasi sudah menunjukan peran yang paling pasif,
sebab kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh yang diamati, dan
bagaimanapun hal itu membawa pengaruh pada yang diamati.
1) Berperan pasif : mengenai perilaku dan kondisi lingkungan penelitian
bisa dilakukan observan baik secara formal ataupun informal. Secara
formal dapat diamati misalnya pertemuan, kegiatan kelas, aktivitas
kerja di pabrik, atau perilaku tertentu misalnya di pasar, di kantor, di
sawah, atau di dalam rumah tangga untuk memperhatikan kehidupan
sehari-hari dari suatu keluarga, dan sebagainya. Secara informal peng-
amatan dapat dilakukan selama kunjungan, misalnya mengamati si-
tuasi berbagai hal yang ditemui, seperti kondisi bangunan, ke-
lengkapan mebel khusus pegawai yang menunjukkan statusnya, dan
juga iklim organisasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2) Berperan aktif : peneliti tidak bersikap pasif sebagai pengamat, tetapi
memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi
yang berkaitan dengan penelitiannya, dengan mempertimbangkan ak-
ses yang bisa diperolehnya, yang bisa dimanfaatkan bagi pengum-
pulan data.
3) Berperan penuh : peneliti memang memiliki peran dalam lokasi
studinya, sehingga benar-benar terlibat dalam suatu kegiatan yang di-
telitinya misalnya benar-benar sebagai penduduk, atau sebagai ang-
gota lembaga atau organisasi yang sedang dikaji.
Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan oleh peneliti adalah
observasi berperan pasif. Pada observasi ini peneliti mendatangi lokasi objek
yang keberadaan peneliti sudah diketahui oleh pihak yang diamati. Dalam
kondisi seperti itu, peneliti bisa mengamati dan menggali informasi yang
dibutuhkan dari informan menurut kondisi yang sebenarnya. Observasi dalam
penelitian ini adalah mengamati dan mencatat hal-hal yang berkaitan penge-
lolaan anggaran pembiayaan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta da-
lam program PKMS.
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2002: 135) “Dokumentasi dari asal katanya
dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksana-kan
metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku,
majalah, dokumen, peraturan, dan sebagaianya. Dokumen yang diguna-kan
dalam penelitian ini berupa dokumen dan rekaman yang berhubungan dengan
pengelolaan anggaran pembiayaan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta
dalam program PKMS.
Dalam tenik mencatat dokumentasi menurut Yin (1987) disebut
sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam hal sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya sehingga dari pernyataannya ter-
sebut peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam doku-
men, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat. Oleh karena itu dalam
menghadapi dokumen tertulis, peneliti harus bisa bersikap kritis dan teliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
F. Validitas Data
Sutopo (2002: 78) menjelaskan bahwa pada dasarnya “trianggulasi me-
rupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiper-
spektif”. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan dalam menarik kesimpulan yang
mantap dari adanya suatu penelitian, diperlukan tidak hanya dari satu cara
pandang. Seperti yang dijelaskan oleh Patton (1984) bahwa trianggulasi sebagai
teknik pemeriksaan data dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1. Triangulasi sumber
Teknik trianggulasi sumber menurut Patton (1984) juga disebut sebagai
trianggulasi data. Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengum-
pulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda
yang tersedia. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu,
bisa lebih teruji kebenarannya dengan data yang diperoleh dari sumber ber-
beda jenisnya. Hal itu dapat dicapai dengan jalan (1) membandingkan data
hasil pengamatan data hasil wawancara, (2) membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
2. Triangulasi metode
Teknik ini dilakukan dengan cara menggunakan teknik atau metode yang ber-
beda untuk memperoleh data yang sama.
3. Triangulasi peneliti
H.B. Sutopo (2002: 81) menjelaskan “trianggulasi peneliti adalah hasil pene-
litian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau ke-
seluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti ”. Dari pandangan
dan tafsir yang dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap semua informasi
yang berhasil digali dan dikumpulkan berupa catatan, diharapkan bisa terjadi
pertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan hasil
penelitian.
4. Trianggulasi teori
Trianggulasi ini dilakukan dengan menggunakan perspektif lebih dari satu
teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dari beberapa perspektif
teori tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap dan mendalam,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
tidak hanya sepihak, sehingga bisa dianalisis dan ditarik simpulan yang lebih
utuh dan menyeluruh. Teknik pemeriksaan data dalam penelitian ini dengan
menggunakan triangulasi sumber dan metode. Hal ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil dari pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen.
Dengan demikian hasil akhir dari analisis mencapai tingkat mutu dan ke-
validan.
G. Analisis Data
Proses analisis dalam penelitian kualitatif, secara khusus pada dasarnya
dilakukan secara induktif, interaktif dari setiap unit datanya, bersamaan dengan
proses pelaksanaan pengumpulan data, dan dengan proses siklus. Secara seder-
hana oleh Miles dan Huberman (1984) dalam H.B. Sutopo (2002: 94) me-
nyatakan bahwa terdapat dua model pokok dalam melaksanakan analisis
penelitian kualitatif yaitu (1) model analisis jalinan data mengalir dan (2) model
analisis interaktif.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
interaktif. H.B. Sutopo (2002: 95) mengemukakan tiga komponen analisis data
aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik antar komponennya,
maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus.
Ketiga komponen tersebut meliputi:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi dari semua jenis informasi yang tertulis lengkap dalam catatan la-
pangan (fieldnote). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan pene-
litian.
2. Sajian data
Sajian data merupakan suatu kegiatan informasi, deskripsi dalam bentuk na-
rasi lengkap untuk selanjutnya dapat melakukan simpulan penelitian. Sajian
data ini disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data,
dan disajikan dengan menggunakan kalimat dan bahasa peneliti secara logis
dan sistematis sehingga mudah dipahami. Dalam penelitian ini, peneliti yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
setelah mengumpulkan data dari reduksi data kemudian memaparkan hasil
yang diteliti dalam bentuk narasi mengacu pada rumusan masalah.
3. Penarikan simpulan dan verifikasi
Kegiatan ketiga yaitu penarikan simpulan dan verifikasi. Dari awal pengum-
pulan data, peneliti harus sudah memahami segala sesuatu mengenai apa yang
diteliti karena hal tersebut sudah merupakan kesimpulan namun kesimpulan
tersebut masih bersifat sementara. Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai
pada waktu proses pengumpulan data sudah berakhir. Agar simpulan bisa di-
pertanggungjawabkan maka harus diadakan verifikasi. Yang mana verifikasi
merupakan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data
kembali dengan cepat. Dalam penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan
dari data-data atau informasi yang diperoleh kemudian melakukan verifikasi
dengan menelusuri informasi kembali untuk dapat menanggulangi bila ter-
dapat kekeliruan dalam memasukkan informasi.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap dalam penelitian mulai dari
awal sampai akhir penulisan penelitian. Dalam penelitian ini prosedur atau lang-
kah-langkah pembuatan laporan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan dilakukan mulai dari pembuatan usulan penelitian, pro-
posal penelitian, menyusun rancangan penelitian, memilih objek penelitian,
pencarian berkas perijinan lapangan dan menyiapkan perlengkapan peneli-
tian. Jadi, peneliti belum terjun langsung ke lokasi penelitian.
2. Tahap Lapangan
Tahap lapangan ini dilakukan dari penggalian data yang relevan dengan tu-
juan penelitian. Tahap ini peneliti mulai mengeksplorasi data yang ada di la-
pangan kemudian dikumpulkan untuk memasuki dikumpulkan untuk me-
masuki tahap analisis data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data dilakukan bersamaan dengan tahap pengumpulan data
untuk menghindari data yang tercecer karena dianggap tidak berguna atau
hilang. Proses analisis data dalam penelitian ini meliputi: pengelompokan da-
ta, penganalisaan data kemudian ditarik suatu kesimpulan dari analisis yang
telah dilakukan sebelumnya. Setelah itu persiapan penyajian data secara jelas
dan rinci dalam suatu laporan.
4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian
Penyusunan laporan penelitian ini merupakan tahap akhir dari prosedur-
prosedur sebelumnya. Pada tahap ini hasil dari pengumpulan data diolah dan
dianalisa kemudian dilaporkan dalam bentuk skripsi.
Bagan prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Bagan prosedur penelitian
ProposalPenelitian
PersiapanPelaksanaan
Pengumpulan Datadan Analisis
PenarikanKesimpulan
Triangulasidan Review
AnalisisAkhir Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Kesehatan Kota Surakarta mempunyai tugas pokok me-
nyelenggarakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasar-
kan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Untuk menyelenggarakan
tugas-tugas pokok tersebut, Dinas Kesehatan Kota Surakarta memiliki be-
berapa fungsi yang harus dilaksanakan. Adapun fungsi-fungsi tersebut se-
bagai berikut :
a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas
b. Penyusunan rencana program kerja, pengendalian, evaluasi dan pe-
laporan
c. Penyelenggaraan promosi kesehatan
d. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
e. Penyelenggaraan upaya kesehatan
f. Penyelenggaraan bina kesehatan
g. Penyelenggaraan dan pembinaan teknis rumah sakit dan kesehatan khu-
sus
h. Pengawasan dan pengendalian kefarmasian, makanan, minuman serta
obat tradisional
i. Penyelenggaraan registrasi, akreditasi dan ijin praktek
j. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
k. Peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan
l. Peningkatan kesehatan ibu dan anak
m. Pembinaan kesehatan remaja dan usia lanjut
n. Penyelenggaraan sosialisasi
o. Pembinaan jabatan fungsional
p. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Berdasarkan beberapa fungsi diatas terlihat bahwa Dinas Kesehat-
an Kota Surakarta memiliki fungsi yang penting terkait dengan pelaksana-
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
an tugas pokoknya. Dari beberapa fungsi tersebut ada 2 (dua) fungsi yang
dinilai menjadi fungsi utama, yakni: pertama, fungsi penyelenggaraan
upaya kesehatan. Fungsi penyelenggaraan upaya kesehatan merupakan
suatu bentuk peran serta sekaligus tanggung jawab yang harus dilaksana-
kan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta selaku institusi publik dibidang
kesehatan. Untuk menjalankan fungsi tersebut, Dinas Kesehatan Kota
Surakarta menjabarkannya kedalam kebijakan-kebijakan upaya kesehatan.
Kebijakan-kebijakan tersebut dijabarkan kembali kedalam program-pro-
gram yang dapat secara langsung diaplikasikan kepada masyarakat. Salah
satu diantara program tersebut adalah program Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Surakarta (PKMS). Program PKMS sendiri dinilai sebagai
suatu program terobosan guna meningkatkan keterjangkauan pelayanan
kesehatan kepada seluruh masyarakat Kota Surakarta, terutama bagi ma-
syarakat miskin yang tidak termasuk kedalam program Jamkesmas, Askes-
kin, dan asuransi kesehatan yang lain. Program ini juga dinilai mampu
menjadi suatu bentuk upaya Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk me-
ningkatkan derajat kesehatan masyarakat sebagai wujud nyata pem-
bangunan kesehatan masyarakat. Selain itu, program penyelenggaraan
upaya kesehatan ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Surakarta telah
melaksanakan upaya pembangunan kualitas sumber daya manusia melalui
upaya kesehatan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kedua,
fungsi peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sebagai impli-
kasi dari fungsi penyelenggaraan upaya kesehatan adalah terciptanya ke-
sehatan masyarakat dan lingkungan. Maka dari itu, diperlukan suatu upaya
kesehatan yang komprehensif dan berjenjang. Upaya kesehatan yang kom-
prehensif merupakan upaya kesehatan kuratif, rehabilitatif, promotif, dan
preventif yang dijalankan secara seimbang. Upaya kesehatan tersebut ber-
fungsi saling melengkapi dan menjadi pedoman penyelenggaraan pelayan-
an kesehatan masyarakat. Kemudian, upaya kesehatan yang berjenjang
merupakan upaya yang harus dijalankan secara berkesinambungan mulai
dari upaya kesehatan perseorangan/individu, upaya kesehatan masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
hingga upaya kesehatan kewilayahan. Upaya kesehatan tersebut mencakup
jenjang dokter keluarga, puskesmas, hingga rujukan ke rumah sakit. Upaya
kesehatan masyarakat dan kewilayahan tersebut menjadi tanggung jawab
dan tugas dari pemerintah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan lingkungan diperlukan upaya nyata dari pemerintah,
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Maka diharapkan Dinas Kesehatan Kota Surakarta mampu meningkatkan
kinerjanya dengan melaksanakan tugas pokok, fungsi-fungsi dan tanggung
jawabnya sesuai dengan pedoman yang ada.
2. Struktur Organisasi
Untuk mendukung terselenggaranya upaya kesehatan masyarakat
tersebut, maka Dinas Kesehatan Kota Surakarta harus memiliki struktur
organisasi yang jelas. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas maka
jelas pula tugas pokok dan fungsi serta tanggung jawab masing-masing
bagian. Sehingga dapat tercipta transparansi dan akuntabilitas kewenangan
dalam Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Berdasarkan pada Peraturan Wali-
kota Kota Surakarta Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Penjabaran Tugas Po-
kok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Surakarta, bahwa Dinas Ke-
sehatan Kota Surakarta dikepalai oleh seorang Kepala Dinas. Kepala Di-
nas tersebut memiliki kewenangan dalam memimpin pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta secara keseluruh-
an. Adapun Kepala Dinas tersebut, membawahi :
a. Sekretariat
b. Bidang Promosi Kesehatan
c. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
d. Bidang Upaya Kesehatan
e. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat
f. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
g. Kelompok Jabatan Fungsional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Masing-masing bidang tersebut memiliki tugas pokok dan fungsi
untuk menyiapkan program-program yang dapat diaplikasikan secara lang-
sung kepada masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya. Terkait dengan
adanya program PKMS ini, maka Pemerintah Kota Surakarta melalui Di-
nas Kesehatan Kota Surakarta membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas
untuk mengelola program PKMS maka dari itu, dibentuklah UPTD Pe-
meliharaan Kesehatan Masyarakat. UPTD Pemeliharaan Kesehatan Ma-
syarakat ini bertugas dalam pelaksanaan program PKMS secara keseluruh-
an, sehingga UPTD Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ini memiliki ke-
wenangan sekaligus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program
PKMS. Secara umum, UPTD Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ini me-
miliki tugas pokok dan fungsi, yaitu :
a. Mengelola anggaran pembiayaan kesehatan
Anggaran pembiayaan program PKMS merupakan salah satu
sumber daya utama dalam pelaksanaan program, anggaran tersebut
harus dikelola sesuai dengan kebutuhan program. Untuk tahun anggar-
an pertama program PKMS ini, ada beberapa kebutuhan program yang
harus dipenuhi, antara lain pembayaran klaim, sosialisasi, adminis-
trasi, perlengkapan, dan sebagainya. Maka dalam pengelolaan anggar-
an pembiayaan program ini harus dilakukan sesuai dengan aturan dan
menerapkan konsep VFM, serta dilengkapi dengan akuntabilitas pe-
ngelolaan. Dengan adanya pengelolaan anggaran pembiayaan kesehat-
an yang efektif, efisien dan transparan diharapkan akan meningkatkan
akuntabilitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta selaku institusi publik,
sehingga dapat menunjukkan kinerja yang dilaksanakan. Dengan kata
lain, dengan akuntabilitas anggaran yang baik maka akan mendorong
terciptanya kinerja organisasi yang baik pula.
b. Mengawasi dan memberikan pelayanan
Dinas Kesehatan Kota Surakarta memiliki kewenangan da-
lam pengawasan terhadap pelayanan kesehatan program PKMS yang
diberikan oleh rumah sakit mitra, yaitu pelayanan kesehatan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
diatur dalam butir-butir kesepakatan/MOU. Sedangkan terkait dengan
standar pelayanannya disesuaikan dengan standar pelayanan kesehatan
umum, dengan pengawasan tersebut diharapkan dapat me-ningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit. Namun demikian, Dinas
Kesehatan Kota Surakarta juga memberikan pelayanan bagi peserta
program PKMS, tetapi pelayanan yang diberikan berupa pelayanan
administratif peserta, pelayanan administratif ini ditujukan untuk pe-
serta kartu Gold.
c. Mengkoordinir verifikasi kepesertaan
Proses verifikasi peserta program PKMS merupakan suatu
bentuk strategi Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk memberikan
keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Karena
masyarakat yang benar-benar miskin akan mendapatkan penjaminan
lebih besar daripada masyarakat yang mampu. Proses Verifikasi ini
juga berkaitan dengan jumlah anggaran yang nantinya akan dikeluar-
kan untuk kebutuhan program. Verifikasi ini dilakukan melalui 2
(dua) tahap verifikasi, yakni verifikasi berkas persyaratan dan verifi-
kasi ke lapangan. Ini dilakukan untuk menghindari adanya ketidak-
sesuaian klasifikasi peserta Gold dan Silver, karena adanya ketidak-
sesuaian data yang ada dengan kondisi sebenarnya dilapangan.
d. Mengkoordinasi kerja sama dengan Pemberi Pelayanan Kesehatan(PPK)
Dalam hal ini terkait dengan kerjasama dalam penyelenggara-
an pelayanan kesehatan sebagai upaya kesehatan program PKMS, di-
nas Kesehatan memiliki kewenangan untuk melakukan kesepakatan
dengan rumah sakit apapun yang dinilai memiliki kemampuan mem-
berikan pelayanan kesehatan yang baik. Hal tersebut diwujudkan
dengan adanya MOU yang dibuat dengan beberapa rumah sakit selaku
PPK. Selain itu, Dinas Kesehatan memiliki tugas untuk melakukan
koordinasi terkait dengan MOU yang ada, termasuk didalamnya me-
ngenai proses pembayaran klaim, verifikasi formularium, laporan ke-
giatan-kegiatan, dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dan melakukan kontrol
terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan, sehingga dengan ko-
ordinasi tersebut program PKMS ini dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
e. Mengadakan kerjasama lintas sektoral
Kerja sama lintas sektoral dilakukan dalam rangka untuk ke-
lancaran tugas Dinas Kesehatan, salah satu diantaranya adalah terkait
dengan persyaratan administrasi kepesertaan program PKMS, pro-
gram ini hanya diperuntukkan bagi masyarakat Kota Surakarta, oleh
karena itu dibutuhkan KTP atau KK yang memang benar-benar warga
Kota Surakarta. Hal yang ditakutkan adalah adanya penduduk luar
kota yang dapat dengan mudah memperoleh KTP atau KK Kota
Surakarta hanya untuk memanfaatkan program PKMS ini. Untuk itu,
diperlukan kerja sama dengan Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan,
supaya permasalahan mengenai warga “siluman” dapat diatasi secepat
mungkin, karena permasalahan ini juga akan berpengaruh terhadap
pe-ngelolaan anggaran pembiayaan program PKMS. Permasalahan
ter-sebut ditakutkan akan meningkatkan alokasi anggaran, namun de-
mikian, kerja sama dengan unsur kelurahan, RW dan RT setempat ha-
rus menjadi prioritas yang lebih utama. Karena merekalah yang me-
ngetahui dan mengalami kondisi sebenarnya di lapangan.
3. Melakukan tertib administrasi
Tertib administrasi merupakan bagian dari tugas Dinas Ke-
sehatan sehari-hari, hal ini mencakup administrasi kepegawaian, surat
menyurat, inventarisasi perlengkapan, administrasi keuangan, ad-
ministrasi pembukuan, dan lain sebagainya. Semua hal tersebut di-
laporkan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban yang akan diberi-
kan dari bawahan ke atasan maupun antar mitra PPK. Laporan per-
tanggungjawaban ini sendiri dilakukan secara berkala sesuai dengan
ketentuan yang ada, sedangkan terkait dengan masalah keuangan akan
dilaporkan dalam bentuk surat pertanggungjawaban (SPJ), dimana se-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
luruh nota-nota pengeluaran dilampirkan didalamnya, sehingga jelas
alokasi anggaran yang telah dikeluarkan. Laporan pertanggungjawab-
an tersebut merupakan suatu bentuk akuntabilitas publik, sekaligus
bentuk responsibilitas terhadap tugas pokok, fungsi, tanggung jawab
dan pengelolaan anggaran yang ada.
Pelaksanaan terhadap tugas pokok dan fungsi serta pengelola-
an anggaran pembiayaan kesehatan diatas menjadi bahan penilaian
kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program
PKMS, sehingga dengan penilaian tersebut diharapkan akan me-
ningkatkan kinerjanya.
B. Deskripsi Temuan Penelitian
Dalam penelitian ini permasalahan yang dikaji adalah mengenai pe-
ngelolaan anggaran, pengelolaan anggaran merupakan faktor penting dalam im-
plementasi program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta ( PKMS ).
Anggaran pembiayaan kesehatan adalah sumber dana yang sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup program PKMS sehingga program PKMS dapat ber-
jalan sesuai dengan apa yang telah diharapkan sebelumnya, selain itu anggaran
merupakan salah satu hal yang seringkali disalahgunakan pemakaiannya oleh
karena itu anggaran menjadi hal yang sangat disoroti atau diperhatikan oleh ma-
syarakat.
Melalui penelitian yang telah dilakukan dengan pihak terkait yaitu Ke-
pala UPTD Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Surakarta yaitu
Ibu Ida Angklaita di Dinas Kesehatan Kota Surakarta, maka diperoleh hasil temu-
an penelitian sebagai berikut:
1. Sumber Anggaran
Anggaran PKMS ini seluruhnya berasal dari APBD, hal ini sesuai dengan
pernyataan Ibu Ida Agklaita :
“ya, semua anggaran PKMS ini seluruhnya berasal dari APBD yaitu APBD
murni atau Pendapatan Asli Daerah (PAD)”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Sedangkan untuk penarikan uang administrasi sebesar Rp1.000,00 yang
ditujukan kepada peserta PKMS kartu silver, ibu Ida mengatakan :
“kita tidak ada biaya, kalau uang yang seribu itu untuk kepesertaan, jadi nanti
masuknya ke kas daerah”
2. Pengelolaan Anggaran
a. Transparansi
Transparansi merupakan salah satu hal yang sangat penting
dalam pengelolaan anggaran, Dinas Kesehatan telah melakukan proses
pengelolaan anggaran sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada.
Seperti ditegaskan oleh Ibu Ida, “begini ya mbak, kami melaksanakan
semuanya sesuai dengan apa-apa saja yang tercantum di APBD”.
Dinas Kesehatan memperoleh anggaran Rp18.062.390.000,00
untuk program PKMS tahun 2011, namun dalam perjalanannya anggar-
an tersebut tidak terpakai seluruhnya, namun hanya terpakai sebanyak
Rp16.478.104.715,00. Sesuai dengan pernyataan ibu Ida :
“untuk tahun 2011, kita dapet anggaran sekitar 18 milyar sekian ya,
itupun sisa, tapi semua target sudah terpenuhi”.
Terkait dengan prosedur pencairan dananya ibu Ida menjelas-
kan:
“begitu klaim masuk, kita verifikasi kalau sudah oke maksudnya kalau
sudah ada kesepakatan mana yang kita potong sesuai ketentuan-
ketentuan dan sebagainya ya langsung saja kita ajukan ke APBD”.
Selain itu transparansi juga ditunjukan dengan adanya tindakan
pemerintah yang proaktif memberikan informasi lengkap tentang
kebijakan dan layanan PKMS yang disediakan kepada masyarakat. Jalur
komunikasi dilakukan melalui brosur, leaflet, Koran, radio RRI, acara
rutin di TATV setiap bulan, sosialisasi di tiap kelurahan, PKK, dan
sosialisasi di puskesmas-puskesmas.
Selain itu saat peneliti menanyakan tentang adanya isu
penggelembungan dana atau mark up oleh pihak Rumah Sakit Mitra, Ibu
Ida menjawab: “oh,tentu saja tidak ada, itu hanya omongan-omongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
dari pihak-pihak yang tidak paham dan terkesan sok tau. Kami disini
telah melaksanakan semuanya sesuai dengan prosedur yang ada.”
b. Efisien
Dalam PKMS 2011 ini, semua target dan sasaran telah ter-
penuhi. Dinas kesehatan menargetkan peserta sebanyak 335.970 jiwa
namun dalam realisasinya jumlah peserta yang mendaftar sebanyak
226.254 jiwa. Terkait dengan tidak adanya kesesuaian antara jumlah
peserta yang ditargetkan dengan jumlah peserta yang behasil dipenuhi,
Ibu Ida menjelaskan :
“begini ya, untuk target 335.970 jiwa itu adalah termasukdidalamnya warga yang tercatat dalam Jamkesmas, Askes, atau-pun Jamsostek. Karena kami kesulitan untuk mencari data datatersebut, kita tidak punya data untuk mereka yang tercatat dijamsostek karena pencatatanya bukan berdasarkan tempat ting-gal tapi tempat bekerja. Jadi untuk “miss” yang satu sekian itumungkin saja mereka tercatat di Jamkeskas, mereka tercatat diaskeskin, mereka tercatat di askes PNS atau tercatat di Jam-sostek.”
c. Efektif
Menurut Ibu Ida, tingkat efektivitas pengelolaan anggaran dana
program PKMS sudah berjalan dengan baik, ini didasarkan pada pe-
manfaatan anggaran dana PKMS sudah sesuai dengan kebutuhan ma-
syarakat pengguna.
d. Akuntabilitas
Sejalan dengan pernyataan ibu Ida :
“begini, Akuntabilitas dari pengelolaan anggaran dana programPKMS saya rasa sudah berjalan dengan baik, hal ini dikarenakanmekanisme laporan pertanggungjawaban yang dijalankan sesuaidengan ketentuan. Terlebih lagi, Dinas Kesehatan juga member-lakukan verifikasi yang ketat terhadap proses pencairan anggarandana, terkait dengan pembayaran klaim terhadap rumah sakit mi-tra”.
Di sisi lain peneliti juga menanyakan kepada masyarakat pengguna yangbernama Ibu Wanti dan Bapak Joko perihal akuntabilitas laporankeuangan PKMS tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Ibu Wanti menyatakan : “wah, kalau masalah laporan keuangan saya gaktahu mbak, gak paham, yang saya tahu pokoknya kalo saya sakit danpriksa ke puskesmas itu gratis, pelayanannya yang penting memuaskan”.Begitu juga yang dikemukakan oleh Bapak Joko : “saya gak tahu mbakkalau masalah seperti itu, dulu waktu opname cuma disuruh tanda tangansaja pada nota pembayaran, terus dari pihak rumah sakit juga tidakmembeda-bedakan meskipun saya memakai PKMS”
e. Partisipatif
Secara umum pengelolaan anggaran dana program PKMS sudah
berjalan secara partisipatif, ini ditunjukkan dengan penggunaan anggaran
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat dapat men-
jangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas tanpa harus merisaukan
pembayaran. Seperti pernyataan ibu Ida : “kalau partisipatif, saya rasa
iya. Dengan pembayaran klaim itu masyarakat dapat terbantu.”
3. Alokasi Anggaran
Dasar perhitungan beban anggaran pembiayaan PKMS 2011 =
(Rp5.000,00/jiwa/bulan) x 12 bulan x 335.970 = Rp 18.062.390.000,00
Untuk nominal Rp 5.000/jiwa/bulan tersebut mengikuti ketentuan dari
Jamkesmas.
Alokasi anggaran dana tersebut direncanakan digunakan untuk :
a. Program Pelayanan Administrasi seperti penyediaan jasa surat menyurat,
penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik, penyediaan jasa
kebersihan kantor, penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja, penyediaan
alat tulis kantor, penyediaan barang cetakan, penggandaan dan sebagai-
nya.
b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana seperti penyediaan peralatan,
perlengkapan kantor dan pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor.
c. Program Upaya Kesehatan Masyarakat seperti honorarium panitia pe-
laksana kegiatan, uang lembur PNS, belanja premi asuransi kesehatan
dan belanja cetak form klaim PKMS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4. Pelaporan Keuangan
Saat ditanya mengenai laporan keuangan program PKMS, Ibu Ida
menyatakan : “kami mengadakan pelaporan untuk tiap bulannya, itu berupa
anggaran dan realisasi anggaran”
5. Kendala-Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan anggaran
Saat ditanya tentang adakah kendala yang dihadapi, Ibu Ida menjawab :
“sejauh ini kita tidak menghadapi kendala apapun, semuanya berjalan dengan
baik bahkan dananya berlebih kan?”
C. Pembahasan
1. Sumber Anggaran
Sumber dana dari pembiayaan kesehatan digolongkan ke dalam 2
jenis :
a. Dana pemerintah ( APBD )
Berasal dari :
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) : pajak daerah, retribusi daerah,
perusahaan milik daerah, lain-lain PAD yang sah.
2) Dana Perimbangan : PPh Perseorangan, PBB, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Daerah
3) Pinjaman Daerah
4) Lain-lain penerimaan yang sah
Dalam program PKMS ini, sumber anggaran pembiayaan kesehatan se-
luruhnya murni berasal dari pemerintah yaitu APBD yaitu Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
b. Dana masyarakat adalah dana yang berasal dari pengumpulan dana
masyarakat.
Terkait dengan program PKMS ini, ditariknya biaya administrasi sebesar
Rp1.000,00 untuk kepesertaan PKMS silver yang nantinya akan masuk
ke kas daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Pengelolaan Anggaran
Organisasi publik merupakan lembaga yang menjalankan roda pe-
merintahan yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Dengan de-
mikian, pemerintah harus menjalankan segala kegiatan pemerintahan dengan
baik dan bersih agar kepercayaan masyarakat tidak memudar salah satunya
dalam pengelolaan keuangan pemerintahan. Masalah berkaitan dengan pe-
ngelolaan keuangan harus diperhatikan karena dalam praktiknya menimbul-
kan tantangan baru bagi pemerintah yaitu tuntutan masyarakat agar peme-
rintah dapat menciptakan serta menyelenggarakan pemerintahan yang baik,
jujur dan bertanggungjawab. Tantangan tersebut muncul karena masih ba-
nyaknya persoalan yang dihadapi pemerintah yang belum dapat diselesaikan.
Perlu diketahui bahwa tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan
kepada masyarakat dengan menggunakan sumber dana dari masyarakat yang
diperoleh dari pajak, retribusi, utang, obligasi pemerintah, laba BUMN/
BUMD, penjualan aset Negara, bantuan dan hibah (Mardiasmo, 2009 : 8).
Banyak pendapat mengatakan pemerintahan yang baik adalah pemerintahan
yang menerapkan prinsip Good Governance di mana prinsip tersebut saling
berkaitan.
Konsep good governance pada awalnya didasari gagasan yang si-
fatnya interdependensi dan interaksi antara pemerintah, masyarakat dan sek-
tor swasta secara sehat dan seimbang. Oleh karena itu, agar proses imple-
mentasi kebijakan publik dapat dilaksanakan dengan efektif dan berhasil, ma-
ka interaksi antara negara, masyarakat, dan pihak swasta harus didasari unsur
partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi. Hingga saat
ini, sudah banyak daerah yang menerapkan sistem pemerintahan yang sesuai
dengan prinsip good governance khususnya dalam melakukan pengelolaan
keuangan daerah. Suatu pemerintahan baik dan bersih dapat berpartisipasi ak-
tif dan melibatkan masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan baik se-
cara langsung maupun tidak langsung yang dijalankan secara transparan se-
hingga setiap keputusan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Dengan demikian untuk menjadikan pemerintahan yang baik pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sumber daya publik khususnya pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan
pemerintah secara berdaya guna dan berhasil guna.
Terkait dengan hal tersebut, untuk mengetahui apakah prinsip-prin-
sip tersebut telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam
program PKMS 2011 maka peneliti mengadakan pembahasan sebagai beri-
kut:
a. Transparansi
Transparasi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan
bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai dalam penyelenggaraan
pemerintah tersebut. Menurut UNDP (Mardiasmo, 2009 : 18) transparasi
dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi, sehingga informasi
yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat di-
peroleh mereka yang membutuhkan. Transparasi dapat diketahui banyak
pihak mengenai pengelolaan keuangan daerah dengan kata lain segala tin-
dakan dan kebijakan harus selalu dilaksanakan secara terbuka dan di-
ketahui oleh umum.
Dalam hal ini, transparansi penggunaan anggaran kesehatan oleh
Dinas Kesehatan terlihat berjalan dengan baik, karena Dinas Kesehatan
telah melakukan proses pengelolaan anggaran sesuai dengan peraturan-
peraturan yang ada serta anggaran dana kesehatan ini penggunaanya
dilakukan sesuai dengan kebutuhan PKMS.
Selain itu keterbukaan informasi terhadap peneliti, menunjukan
bahwa transparansi pengelolaan anggaran PKMS memang cukup baik.
Prosedur pencairan dana dalam program ini pun juga jelas, apabila ada
klaim masuk lalu diverifikasi setelah itu diajukan ke APBD. Oleh karena
itu untuk adanya penyelewengan dana oleh pihak-pihak terkait dirasa
kemungkinannya sangat kecil.
Transparansi juga ditunjukan dengan adanya tindakan pemerintah
yang proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
layanan PKMS yang disediakan kepada masyarakat. Jalur komunikasi
dilakukan melalui brosur, leaflet, koran, radio RRI, acara rutin di TATV
setiap bulan, sosialisasi di tiap kelurahan, PKK, dan sosialisasi di
puskesmas-puskesmas.
b. Efisien
Efisiensi adalah pencapaian output yang maksimum dengan input
tertentu atau dengan penggunaan input yang terendah untuk mencapai
output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang di-
kaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini, anggaran dana yang telah ditetapkan dalam pro-
gram PKMS digunakan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pengeluaran
tersebut harus direncanakan ke dalam estimasi-estimasi anggaran program
PKMS terlebih dahulu. Estimasi-estimasi tersebut melewati tahap-tahap
perencanaan yang matang, hal ini dilakukan agar pengeluaran-pengeluar-
an yang terjadi tidak melebihi dari estimasi yang direncanakan. Sehingga
pengeluaran tersebut terkontrol dengan baik sesuai dengan proporsi es-
timasi anggaran yang ada dan dilaksanakan dengan efisien. Seperti yang
terlihat dalam Laporan Anggaran dan Realisasi Belanja Anggaran UPT
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Namun apabila dikaitkan dengan jumlah target dan sasaran yang
telah terpenuhi dalam program PKMS tahun 2011, maka pengelolaan
anggaran tersebut dapat dikatakan belum efisien. Terbukti dari data beri-
kut ini :
Tabel 2. Jumlah Peserta PKMS 2011
Target Peserta PKMS 2011
(seluruh warga masyarakat
Surakarta)
Realisasi
(Jumlah Peserta yang
mendaftar)
Selisih
335.970 jiwa 226.254 jiwa 109.716 jiwa
Dari data di atas dapat diketahui bahwa ada ketidaksesuaian antara jumlah
target peserta dengan realisasi atau jumlah peserta yang mendaftar.
Peserta PKMS adalah semua warga masyarakat Surakarta yang
tidak mendapatkan jaminan kesehatan Askes PNS, Asuransi Kesehatan
Swasta, Jamkesmas dan Asuransi Kesehatan lainnya serta berdomisili dan
bertempat tinggal di kota Surakarta minimal 3 (tiga) tahun.
Dari keterangan yang disampaikan oleh Ibu Ida Angklaita selaku
kepala UPT Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta selisih antara
target peserta PKMS 2011 dengan realisasi pesertanya sebanyak 109.716
jiwa tersebut dikarenakan pihak UPT PKMS sendiri tidak memiliki data
yang cukup tentang jumlah masyarakat Surakarta yang terdaftar dalam
jaminan kesehatan ASKES PNS, Asuransi Kesehatan Swasta, Jamkesmas
dan Asuransi Kesehatan lainnya. Untuk selisih sebanyak 109.716 jiwa ter-
sebut di dalamnya adalah warga masyarakat yang telah terdaftar di dalam
jaminan kesehatan selain PKMS.
Terkait dengan hal tersebut, walaupun anggaran untuk PKMS ta-
hun 2011 berlebih atau sisa namun pelaksanaanya masih dikatakan belum
efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c. Efektif
Secara sedarhana efektivitas merupakan perbandingan outcome
dengan output. Agar lebih jelas lagi pemahaman mengenai efisiensi dan
efektivitas dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 1. Skema Value For Money
(Mardiasmo, 2009: 5)
Program PKMS diberikan untuk memberikan jaminan kesehatan
masyarakat Kota Surakarta khususnya masyarakat miskin yang belum ter-
cover dalam program Jamkesmas, Askes PNS dan Askes Swasta lainnya.
Menurut data yang peroleh dari Dinas Kesehatan, sampai tahun 2011 pen-
duduk kota Surakarta yang menjadi peserta PKMS sejumlah 213.436
peserta silver, dan 12.818 peserta gold dengan total peserta 226.254
peserta (45,31%) dari jumlah penduduk Kota Surakarta 499.337
penduduk. Sedangkan untuk jumlah keseluruhan penduduk kota Surakarta
yang telah mendapatkan jaminan kesehatan baik PKMS, Jamkesmas,
Askes PNS dan Askes Swasta lainnya sebesar 82,75%.
Berikut ini peneliti sajikan hasil pelaksanaan Program PKMS Tahun 2011
1) Peserta PKMS
Tabel 3. Jumlah Peserta PKMS
No Jenis Kartu PKMS Jumlah
1 Silver 213.436
2 Gold 12.818
TOTAL 226.254
EKONOMI EFISIENSI EFEKTIVITAS
NILAI INPUT INPUT OUTPUT OUTCOME
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2) Jumlah Kunjungan PKMS
Tabel 4. Jumlah Kunjungan Puskesmas dan RSUD Banjarsari
No Jumlah Kunjungan Tahun 2011
1 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan
PKMS
318.377
2 Jumlah Kunjungan Rawat Inap
PKMS
472
3 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan
RSUD Surakarta
22.165
4 Jumlah Kunjungan Rawat Inap
RSUD Surakarta
691
Tabel 5. Jumlah Kunjungan RS
No Jumlah Kunjungan RS Tahun 2011
1 RSUD Dr.Moewardi 2.768
2 RS. Brayat Minulya 624
3 RS. Kasih Ibu 2.189
4 RS. Dr. Oen 549
5 RS. PKU Muhammadiyah 1.075
6 RS. Panti Waluyo 472
7 RS. Kustati 818
8 RS. Orthopedi 130
9 RS. Slamet Riyadi 182
10 RS. Triharsi 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
11 RS. Jiwa Surakarta 1.828
12 PMI 616
13 BBKPM 5.056
Jumlah 16.310
3) Pendanaan PKMS
Tabel 6. Pendanaan PKMS
No Jumlah Dana Tahun 2011 (Rp)
1 Jumlah dana total 17.829.315.000
2 Realisasi dana 16.252.216.934
3 Sisa anggaran 1.577.098.066
4 Jumlah dana untuk klaim 16.176.352.825
(10.845.289.953)
5 Jumlah klaim masuk 16.176.352.825
(10.845.289.953)
6 Jumlah dan klaim yang sudah
SP2D
15.160.442.203
7 Sisa klaim yang belum terbayar -
4) Peserta PKMS yang menjalani HEmodialisa ( Cuci Darah)
- PKMS Gold : 58 orang
- PKMS Silver : 25 orang
5) Peserta PKMS yang menjalani Kemoterapi
- PKMS Gold : 42 orang
- PKMS Silver : 5 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Kebijakan program PKMS merupakan kebijakan yang bertujuan
meningkatkan kualitas serta memelihara kesehatan seluruh masyarakat
Kota Surakarta yang diwujudkan melalui penjaminan pelayanan kesehat-
an masyarakat. Program PKMS ini dilaksanakan sejalan dengan visi dan
misi pembangunan kesehatan masyarakat Kota Surakarta sehingga da-
lam pelaksanaannya juga sesuai dengan tujuan Dinas Kesehatan selaku
institusi pemerintah yang bertanggung jawab dibidang kesehatan, yakni
meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta kondisi
lingkungannya. Tujuan tersebut mengindikasikan bahwa program PKMS
dilaksanakan berdasarkan koridor-koridor aturan yang jelas. Aturan-atur-
an tersebut secara jelas termaktub dalam MOU dengan rumah sakit mitra.
Pelaksanaannya pun dikontrol secara ketat dan berkesinambungan
oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta, permasalahan-permasalahan teknis
dalam pelayanan kesehatan dapat dikurangi seminimal mungkin. Secara
teknis, aturan-aturan tersebut mencakup tata laksana dan prosedur pe-
layanan kesehatan, jenis-jenis pelayanan yang diberikan, pemberian resep
yang disesuaikan dengan daftar formularium obat dan pelayanan obat
rumah sakit menerapkan prinsip one day dose dispensing. Dengan atur-
an-aturan tersebut maka para peserta program PKMS akan mendapatkan
pelayanan yang berkualitas namun tetap proporsional. Kemudian terkait
dengan permasalahan dalam pembiayaan pelayanan kesehatan tersebut,
disesuaikan dengan kartu PKMS yang dipergunakan. Selain kesesuaian
pelaksanaan program dengan visi dan misi Dinas Kesehatan yang di-
tuangkan dalam MOU. Program PKMS sendiri juga memiliki prinsip-
prinsip pelaksanaan pelayanan kesehatan yang harus dijalankan oleh Di-
nas Kesehatan Kota Surakarta maupun puskesmas-puskesmas dan rumah
sakit mitra. Prinsip-prinsip tersebut, antara lain :
- Komprehensif, yaitu : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
- Berjenjang, yaitu : rawat jalan, rawat inap di puskesmas, rawat jalan
spesialistik (jiwa) dan rawat inap di rumah sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Prinsip-prinsip di atas secara jelas mengatur tatalaksana
pelayanan kesehatan yang diberikan dalam program PKMS. Berdasarkan
prinsip-prinsip tersebut, maka pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
bukan hanya sekedar pada jenis pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif
dan rehabilitatif, tetapi pelayanan juga harus dilaksanakan secara
preventif dan promotif. Namun dalam pelaksanaan program PKMS ini,
terlihat hal yang paling menonjol adalah pelayanan kesehatan pada
puskesmas-pus-kesmas dan rumah sakit. Pelayanan kesehatan tersebut
merupakan pe-layanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif
saja, hal tersebut terlihat dengan data-data kegiatan program PKMS yang
sebagian besar menunjukkan banyaknya masyarakat Surakarta yang
memanfaatkan kar-tu PKMS di puskesmas-puskesmas dan rumah sakit
mitra. Hal ini me-nunjukkan adanya ketimpangan pelaksanaan prinsip-
prinsip program PKMS ini.
Disatu sisi pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan re-
habilitatif memang penting, namun pelayanan kesehatan yang bersifat
komprehensif adalah dilakukan secara preventif dan kuratif juga. Apabila
pelayanan kesehatan yang preventif dan promotif ini tidak mendapat por-
si pelaksanaan program PKMS yang sama dengan pelayanan kesehatan
kuratif dan rehabilitatif. Maka hal yang dikhawatirkan adalah semakin
banyaknya orang yang pergi ke puskesmas atau rumah sakit (dengan kata
lain orang yang sakit) dan bukan semakin banyaknya orang yang tidak
pergi ke puskesmas atau rumah sakit (dengan kata lain orang yang sehat).
Kemudian mengenai pelaksanaan program PKMS dengan prin-
sip berjenjang sudah berjalan sesuai dengan prinsip tersebut. Prinsip-
prinsip tersebut menyatu ke dalam berbagai jenis pelayanan kesehatan
yang dijamin dalam program PKMS ini. Pelayanan kesehatan yang di-
jamin mulai dari rawat jalan dan rawat inap hingga pelayanan obat-
obatan baik di puskesmas maupun rumah sakit sesuai dengan kartu yang
digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Sesuai dengan penjelasan di atas, maka pengelolaan anggaran
PKMS 2011 dapat dikatakan belum berjalan dengan efektif disebabkan
karena pengeluaran terbesar dilakukan untuk pelayanan kesehatan yang
bersifat kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif tidak mendapatkan perhatian yang sama
dengan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif.
d. Akuntabilitas
Akuntabilitas (Krina, 2003: 9) adalah prinsip yang menjamin se-
tiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawab-
kan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak yang terkena dampak pe-
nerapan kebijakan. Menurut Mardiasmo (2009 : 18) Akuntabilitas adalah
pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.
Menurut Tjahjanulin (2002 : 54) Akuntabilitas adalah kewajiban bagi
pengelola keuangan daerah untuk bertindak selaku penanggung jawab dan
penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijaksanaan yang ditetap-
kannya. Bentuk akuntabilitas menurut Krina (2003 : 11) sebagai berikut :
1) Keputusan harus dibuat secara tertulis dan tersedia bagi setiap warga
yang membutuhkan. Cara untuk mengetahui keputusan harus dibuat
secara tertulis dan tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan yaitu
adanya proses perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan keuangan
daerah dan masyarakat dapat mengetahui informasi tentang program
dan kebijakan pembangunan di daerah.
2) Akurasi dan kelengkapan informasi. Cara untuk mengetahui akurasi
dan kelengkapan informasi yaitu informasi yang berkaitan dengan
program/kebijakan telah disampaikan kepada masyarakat dan infor-
masi yang telah disampaikan kepada masyarakat adalah lengkap men-
cangkup seluruh program/kebijakan di daerah. Penjelasan sasaran ke-
bijakan yang diambil dan dikomunikasikan, cara untuk mengetahui
penjelasan sasaran kebijakan yang diambil dan dikomunikasikan yaitu
setiap keputusan dalam pengambilan kebijakan dan program pem-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
bangunan pemerintah di daerah telah disosialisasikan kepada masya-
rakat dan telah tersedia informasi secara tertulis yang dapat diketahui
oleh masyarakat tentang program dan kebijakan di daerah.
3) Kelayakan dan konsistensi.
Cara untuk mengetahui kelayakan dan konsistensi yaitu da-
lam pelaksanaan kebijakan pembangunan harus sesuai dengan ke-
putusan yang telah disepakati oleh masyarakat sebelumnya, kebijakan
dan program yang dilaksanakan apakah layak dan sesuai dengan ke-
butuhan masyarakat dan dalam pelaksanaan telah sesuai dengan
kesepakatan kebijakan yang telah disepakati.
4) Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan.
Cara untuk mengetahui penyebarluasan informasi mengenai
suatu keputusan yaitu adanya hasil sebuah keputusan kebijakan daerah
yang disebarkan melalui media masa dan masyarakat dapat menge-
tahui informasi program dan kebijakan pembangunan.
Akuntabilitas dari pengelolaan anggaran dana program PKMS su-
dah berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan mekanisme laporan per-
tanggungjawaban yang dijalankan sesuai dengan ketentuan. Terlebih lagi,
Dinas Kesehatan juga memberlakukan verifikasi yang ketat terhadap pro-
ses pencairan anggaran dana, terkait dengan pembayaran klaim terhadap
rumah sakit mitra. Pengelolaan anggran dana program PKMS tidak ter-
lepas dari adanya mekanisme pertanggungjawaban, hal ini dilakukan me-
lalui mekanisme Surat Pertanggungjawaban (SPJ) sebagai bentuk pe-
laporan secara institutional. Mengingat sumber dana program PKMS yang
berasal dari APBD, maka surat pertanggungjawaban tersebut juga akan
diserahkan kepada DPRD. Namun demikian secara internal kelembagaan
juga dilakukan mekanisme pertanggungjawaban program PKMS. Surat
pertanggungjawaban yang dibuat dilengkapi dengan lampiran klaim-klaim
dari Rumah Sakit sehingga terdapat bukti-bukti yang kuat atas penggunaan
anggaran dana program PKMS, selain itu, Dinas Kesehatan juga me-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
lakukan verifikasi terhadap klaim-klaim yang diajukan oleh pihak rumah
sakit mitra. Verifikasi dilakukan secara detail dan ketat per klaim per
orang, verifikasi ini dilakukan terkait dengan penggunaan obat-obatan
yang sesuai dengan daftar formularium obat, proses verifikasi klaim di-
lakukan tiap bulan. Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa pelaporan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan juga melalui proses verifikasi yang ketat
dan mendetail sehingga akuntabilitas program PKMS ini tidak diragukan
lagi.
Apabila dikaitkan terhadap masyarakat pengguna PKMS itu
sendiri, masyarakat pengguna PKMS merasa tidak berkepentingan
langsung terhadap akuntabilitas laporan keuangan PKMS. Masyarakat
tidak peduli dengan laporan keuangan PKMS, yang mereka butuhkan
adalah pelayanan PKMS berjalan dengan baik dan memuaskan.
e. Partisipasi
Menurut Mardismo (2009 : 18) Partisipasi adalah keterlibatan ma-
syarakat dalam membuat keputusan baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasi-
nya, partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan
berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif. Berdasarkan pendapat ter-
sebut maka dapat disimpulkan, partisipasi adalah prinsip bahwa setiap
orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan disetiap
kegiatan penyelenggaraan PKMS oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
Secara umum, pengelolaan anggaran dana program PKMS sudah
berjalan secara partisipatif, yaitu ditunjukkan dengan penggunaan anggar-
an yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat yang kesulitan
ekonomi sangat terbantu dengan adanya program PKMS, karena ma-
syarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas tanpa
harus merisaukan pembayaran. Namun demikian, dalam pengelolaan
anggaran tersebut masih terjadi permasalahan terkait dengan ketidak-
sesuaian verifikasi antara peserta PKMS Gold dan Silver.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Anggaran dana program PKMS digunakan untuk berbagai macam
kebutuhan program PKMS, dalam hal ini kebutuhan tersebut sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, terutama bagi masyarakat yang me-
manfaatkan program PKMS ini. Ini ditunjukkan dengan alokasi anggaran
dana PKMS yang sebagian besar digunakan untuk pembayaran klaim
rumah sakit, padahal diketahui bahwa klaim tersebut merepresentasikan
betapa banyak kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan sekaligus
juga menunjukkan bahwa dengan adanya program PKMS ini, kesempatan
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan menjadi semakin
besar dan mudah tanpa harus merisaukan berapa biayanya.
Namun demikian, timbul permasalahan terkait dengan verifikasi
kepesertaan program PKMS tersebut yaitu ada masyarakat yang merasa
mendapatkan kepesertaan yang tidak sesuai. Masyarakat tersebut merupa-
kan warga yang tidak mampu, tetapi dalam verifikasi dilapangan, mereka
termasuk kedalam kepesertaan kartu Silver (agak mampu), sehingga
mereka merasa tidak dimasukkan dalam kepesertaan yang tepat, seharus-
nya mereka diikutkan dalam kepesertaan kartu Gold (kurang mampu). Se-
lain itu, juga diduga terdapat mark up atau penggelembungan klaim oleh
pihak Rumah Sakit.
3. Alokasi Anggaran
Dasar perhitungan beban anggaran pembiayaan PKMS 2011 =
(Rp5.000,00/jiwa/bulan) x 12 bulan x 335.970 = Rp 18.062.390.000,00
Untuk nominal Rp 5.000/jiwa/bulan tersebut mengikuti ketentuan dari
Jamkesmas. Dasar perhitungan beban anggaran tersebut didasarkan pada
jaminan atau asuransi yang akan diberikan per jiwa. Sehingga beban anggaran
pada APBD tahun 2011 juga akan dihitung berdasarkan berapa banyak
peserta PKMS yang telah memanfaatkan pelayanan kesehatan, baik di
puskesmas maupun di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, memungkinkan
bahwa anggaran tersebut akan mengalami ke-kurangan ataupun kelebihan
bergantung pada jumlah peserta yang me-manfaatkan pelayanan kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
melalui program PKMS tersebut. Selain itu, walaupun program PKMS ini
merupakan inisiasi dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang
Sistem Jaminan Nasional, tetapi alokasi anggaran yang dipergunakan murni
berasal dari APBD Kota Surakarta tahun 2011, sehingga secara keseluruhan
program PKMS ini merupakan kebijakan pem-bangunan kesehatan
masyarakat yang berasal dari daerah. Untuk nominal Rp 5.000/jiwa/bulan
tersebut mengikuti ketentuan dari Jamkesmas. Alokasi anggaran dana
tersebut direncanakan digunakan untuk :
a. Program Pelayanan Administrasi seperti penyediaan jasa surat menyurat,
penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik, penyediaan jasa
kebersihan kantor, penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja, penyediaan
alat tulis kantor, penyediaan barang cetakan, penggandaan dan se-
bagainya.
b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana seperti penyediaan peralatan,
perlengkapan kantor dan pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor.
c. Program Upaya Kesehatan Masyarakat seperti honorarium panitia pe-
laksana kegiatan, uang lembur PNS, belanja premi asuransi kesehatan dan
belanja cetak form klaim PKMS.
4. Pelaporan Keuangan
Proses Penyusunan dan Pelaporan APBD adalah sebagai berikut :
RAPBD ditolak
Gambar 2. Proses Penyusunan dan Pelaporan APBD
Arah dankebijakan umumAPBD
Strategi danprioritas APBD
RancanganAPBD
PembahasanAPBD
PersetujuanAPBD
Pemdamemakai
APBD tahunlalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dinas Kesehatan Kota Surakarta memiliki 3 UPT yaitu : UPT Pe-
meliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta, UPT Laboratorium Kesehatan
dan UPT instalasi Farmasi. Berikut peneliti sajikan laporan realisasi anggar-
an dari ke tiga UPT tersebut serta laporan realisasi anggaran dari Dinas
Kesehatan yang telah melewati tahap pemeriksaan dari Inspektorat, BPKP
dan BPK:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63