perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengaruh .../pengaruh... · pada tanggal april 2011...

Download perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH .../Pengaruh... · Pada Tanggal April 2011 Pembimbing Utama, Ropitasari, S.SiT, M.Kes Pembimbing Pendamping, Erindra Budi S.kep Ns

If you can't read please download the document

Upload: letruc

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG KMS DI POSYANDU DESA KADILANGU

    SUKOHARJO

    KARYA TULIS ILMIAH

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

    TIKA SOFYAWATI

    R 1110032

    PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    HALAMAN VALIDASI

    PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN

    KADER TENTANG KMS DI POSYANDU DESA KADILANGU

    SUKOHARJO

    PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

    Oleh:

    TIKA SOFYAWATI

    R 1110032

    Telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan di hadapan tim penguji

    Pada Tanggal April 2011

    Pembimbing Utama,

    Ropitasari, S.SiT, M.Kes

    Pembimbing Pendamping,

    Erindra Budi S.kep Ns M.kes

    NIP 197802202005011001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    HALAMAN PENGESAHAN

    PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG KMS DI POSYANDU DESA KADILANGU

    SUKOHARJO

    KARYA TULIS ILMIAH

    TIKA SOFYAWATI R 1110032

    Telah dipertahankan dan disetujui di hadapan Tim Penguji KTI

    Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS

    Pada hari Rabu Tanggal 3 Agustus 2011 Pembimbing Utama Nama : Ropitasari, S.SiT, M.Kes . NIP : Pembimbing Pendamping Nama : Erindra Budi S.Kep. Ns. M.Kes . NIP : 197802202005011001 Ketua Penguji Nama : Putu Suriyasa dr, PKK, MS, SpOK .. NIP : 194811051981111001 Sekretaris Nama : M. Nur Dewi K, S.SiT, M.Kes .. NIP :

    Surakarta, 8 Agustus 2011 Ketua Tim KTI Erindra Budi S.Kep. Ns. M.Kes NIP : 197802202005011001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ABSTRAK

    Tika Sofyawati. R 1110032. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Kader Tentang KMS di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. Latar Belakang: Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) hanya 46,6% kader posyandu pernah mendapat pelatihan tentang KMS. Sehingga perlu dilakukan penelitian tentang pengetahuan kader mengenai KMS. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader tentang KMS Di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo. Metode Penelitian: menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan One Group Pretest-Postest. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan menggunakan Total Sampling dengan jumlah sampel 41. Teknik pengumpulan data dengan alat bantu berupa kuesioner. Uji analisis pada penelitian ini adalah paired t-test dengan menggunakan SPSS yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji one sampel Kolmogorov-smirnov. Hasil Penelitian: berdasarkan analisis secara keseluruhan didapatkan nilai thitung > ttabel ( 10,283 > 2,021) atau p-value < a (signifikan). Ini berarti terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan kader tentang KMS sebelum diberi pendidikan kesehatan dan sesudah diberi pendidikan kesehatan. Kesimpulan: pengetahuan kader tentang KMS sesudah diberi pendidikan kesehatan lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan kader tentang KMS sebelum diberi pendidikan kesehatan, atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tentang KMS dapat meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang KMS.

    Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan Kader, KMS

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ABSTRACT

    Tika Sofyawati. R1110032. The Effect of Health Education on Cadres Knowledge of KMS (Card Toward Healthy) in Posyandu (Integrated Service Post) of Kadilangu Village of Sukoharjo. DIV Midwifery Program Study of Medical Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, 2011

    Background: Based on the survey on Household Health, only 46.6% of posyandu (integrated service post) cadres have ever gotten training about KMS. Thus, there should be a research on the cadres knowledge of KMS (Card Toward Healthy).

    Objective of research: To find out the effect of health education on cadres knowledge of KMS (Card Toward Healthy) in Posyandu (Integrated Service Post) of Kadilangu Village of Sukoharjo.

    Method: This research employed a quasi-Experimental with one group pretest-posttest design. The sampling technique used was total sample consisting of 41 samples. The technique of collecting data used was questionnaire. The analysis was done using paired t-test using SPSS that was tested previously for its data normality using one sample Kolmogorov-smirnov test.

    Result: Considering the overall analysis, it could be found the tstatistic > ttable (14.805 > 2.021) or p-value < (significant). It meant that there was a significant difference of cadres knowledge of KMS before and after given health education.

    Conclusion: The cadres knowledge of KMS after given health education was better than that before given health education, or in other words, it could be concluded that the health education about KMS could improve the Posyandu cadres knowledge of KMS.

    Keyword: Health Education, Cadres knowledge, KMS

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    MOTTO

    Doa orang tua adalah bekal penting dalam perjalanan hidup

    (Penulis)

    Dengan kesabaran manusia dapat memperoleh apa yang diinginkan

    (Penulis)

    Kejujuran adalah dasar dari kebenaran

    (Penulis)

    Belajar tiada henti kunci sukses kemudian hari

    (Penulis)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    PERSEMBAHAN

    v Alloh SWT, dengan ridho dan karuniaNya sehingga Karya Tulis

    Ilmiah ini dapat terselesaikan.

    v Teruntuk bapak dan ibu tercinta, terima kasih atas doa, cinta, kasih

    sayang dan ridho mu serta semuanya yang telah diberikan.

    v Kepada Bu Ropita dan Pak Erindra terima kasih atas bimbingannya

    selama ini.

    v Seluruh dosen dan staff karyawan DIV Kebidanan FK UNS, terima

    kasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan.

    v Buat sahabat-sahabat ku yang telah memberikan dukungan dan

    menemani dalam suka dan duka, I Will Miss U Forever.

    v Para pembaca yang budiman.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul Pengaruh

    Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Kader tentang KMS di Posyandu

    Desa Kadilangu Sukoharjo dapat diselesaikan. Penyusunan karya tulis ilmiah ini

    diajukan sebagai syarat menyelesaikan pendidikan gelar Sarjana Saint Terapan

    Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

    Maret.

    Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat

    bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

    mengucapkan terimakasih kepada Bapak/ Ibu:

    1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K). Ketua Program Studi DIV Kebidanan

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    2. Erindra Budi S.kep Ns M.kes. Ketua Tim KTI Program Studi DIV Kebidanan

    Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    3. Ropitasari, S.SiT, M.Kes. Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan

    ketekunan memberikan dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan, serta

    saran dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini mulai dari awal sampai akhir.

    4. Erindra Budi S.kep Ns M.kes. Pembimbing II yang banyak membantu dan

    memberikan masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5. Ida Ayu Qomari, Amd. Keb. Pembina kader wilayah kadilangu sukoharjo

    yang telah memberikan izin dan kesempatan pada peneliti dalam mengadakan

    penelitian.

    6. Kader posyandu di wilayah kadilangu sikoharjo.

    7. Seluruh staf DIV Kebidanan yang telah membantu administrasi dalam

    penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

    8. Seluruh keluargaku atas cinta, dukungan dan doa yang selalu diberikan

    sehingga proposal karya tulis ilmiah ini selesai pada waktunya.

    9. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian.

    Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum

    sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi

    perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya.

    Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini berguna.

    Surakarta, Juli 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    DAFTAR ISI

    halaman

    HALAMAN JUDUL ....... i

    HALAMAN PERSETUJUAN .. .... ii

    ABSTRAK.............................. ........ iii

    KATA PENGANTAR.................... ..... v

    DAFTAR ISI ....... ...................... vii

    DAFTAR TABEL ....... ............... x

    DAFTAR LAMPIRAN ....... ...... xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah . .......... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................. ....... 3

    C. Tujuan Penelitian .............................................................................. ....... 3

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................ ....... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengetahuan...................................................................... ........................ 6

    B. Pendidikan Kesehatan ..................................................................... ....... 14

    C. Kader Kesehatan ............................................................................. ....... 24

    D. KMS ....................................................................................................... 25

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    E. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Kader Tentang

    KMS ....................................................................................................... 41

    F. Kerangka Konsep................................................................................... . 43

    G. Hipotesis.................................................................................................. 43

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian .................................................................................... 44

    B. Lokasi dan waktu penelitian ............................................................ ...... 45

    C. Populasi Penelitian ............................................................................ ..... 45

    D. Sampel dan Teknik Sampling ........................................................... ..... 46

    E. Estimasi Besar Sampel ............................................................................ 46

    F. Kriteria Restriksi .............................................................................. ...... 47

    G. Pengalokasian Subyek ........................................................................... 47

    H. Definisi Operasional ............................................................................. 47

    I. Intervensi dan Instrumentasi....................................................................48

    J. Pengolahan dan Analisis Data................................................................. 52

    BAB IV. HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 56

    B. Karakteristik Responden ............................................................................. 57

    C. Analisis Perbedaan Pretest dan Posttest ...................................................... 58

    D. Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 61

    E. Hasil Uji Beda ........................................................................................... 61

    BAB V. PEMBAHASAN

    A. Karakteristik Responden ......................................................................... 63

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    B. Analisis Perbedaan Pretest dan Posttest .................................................. 67

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 70

    B. Saran ........................................................................................................ 70

    DAFTAR PUSTAKA ... 72

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    DAFTAR TABEL

    halaman

    Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................... 47

    Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Tentang KMS ............................... 49

    Tabel 3.3 Soal Kuesioner yang Tidak Valid ...................................................... 51

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur........................... 57

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan.................. 57

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan................. 58

    Tabel 4.4 Distribusi Data Penelitian ...... 58

    Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Pretes..............60

    Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Hasil Postes 60

    Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas 61

    Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Skor Pretest dan Skor Posttest............................... .62

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Jadwal pelaksanaan penelitian Karya Tulis Ilmiah

    Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian

    Lampiran 3 Lembar permohonan menjadi subjek penelitian

    Lampiran 4 Lembar persetujuan menjadi subjek penelitian

    Lampiran 5 Lembar Kuesioner

    Lampiran 6 Kunci Jawaban Kuesioner

    Lampiran 7 Hasil Penelitian

    Lampiran 8 Pengolahan data statistik

    Lampiran 9 SAP

    Lampiran 10 Materi SAP

    Lampiran 11 Leaflet

    Lampiran 12 Lembar konsultasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama

    Posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar di

    seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007

    menunjukkan bahwa sebanyak 74.5% (sekitar 15 juta) balita pernah

    ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60.9% diantaraanya

    ditimbang lebih dari 4 kali. Sebanyak 65% (sekitar 12 juta) balita memiliki

    KMS (Kartu Menuju Sehat) (Permenkes RI, 2010).

    Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT : 2008) hanya

    46,6% kader posyandu pernah mendapat pelatihan tentang KMS. Menurut

    58,6% kader yang disurvey, penggunaan KMS adalah untuk memantau

    pertumbuhan balita. Akibatnya pemanfaatan KMS sebagai sarana penyuluhan

    gizi dinilai masih rendah.

    KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana

    utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah

    serangkaian kegiatan yang terdiri dari (1) penilaian pertumbuhan anak secara

    teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS,

    menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan;

    dan (2) menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. (Permenkes RI,

    2010).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    Di Posyandu, telah disediakan KMS yang juga bisa digunakan untuk

    memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Pertumbuhan seorang

    anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan

    atau ukuran tubuh lainnya, tetapi juga memberikan gambaran tentang

    keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang

    sedang dalam proses tumbuh. (DepKes RI, 2003).

    Pelaksanaan program-program posyandu memerlukan kerjasama dari

    beberapa pihak terkait diantaranya perangkat desa, tokoh masyarakat, kader

    kesehatan, pemuda, LSM, dan seluruh warga masyarakat pada umumnya.

    (Syafrudin, 2009). Kader kesehatan merupakan pelaksana program posyandu.

    Salah satu indikator keberhasilan pengembangan program posyandu yakni

    kader kesehatan yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik (Syafrudin,

    2009).

    Keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu akan meningkatkan

    keterampilan karena dengan selalu hadir dalam kegiatan, kader akan

    mendapat tambahan keterampilan dari pembinaan petugas maupun dengan

    belajar dari teman sekerjanya. Pengetahuan sangat penting dalam

    memberikan pengaruh terhadap sikap dan tingkah laku kader terhadap

    pelayanan kesehatan bayi dan balita terutama pengetahuan tentang KMS.

    Oleh karena itu, pengetahuan tentang KMS sangat diperlukan (Ahira, 2010)

    Setelah melakukan studi pendahuluan dengan wawancara kepada ketua

    posyandu Desa Kadilangu didapatkan hasil bahwa pada 35 kader di 5

    posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo yakni Posyandu ekasari, dwisari, trisari,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    catursari dan pancasari 30 kader yang belum mengetahui tentang status

    pertumbuhan balita yang meliputi N1, N2, T1, T2 dan T3. Maka dari latar

    belakang tersebut serta belum adanya penelitian sejenis maka penulis ingin

    meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader

    tentang KMS Di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Adakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader

    tentang KMS Di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

    pengetahuan kader tentang KMS Di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui pengetahuan kader tentang KMS sebelum diberikan

    pendidikan kesehatan.

    b. Mengetahui pengetahuan kader tentang KMS setelah diberikan

    pendidikan kesehatan.

    c. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

    kader tentang KMS.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    D. Manfaat

    1. Manfaat Teori

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

    pengetahuan terutama dalam ruang lingkup kesehatan anak tentang KMS.

    2. Manfaat Praktis

    Memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti. Memberikan

    informasi dan referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam rangka

    meningkatkan pengetahuan kader tentang KMS di Posyandu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Landasan Teori

    1. Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

    orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

    Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

    penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba. Sebagaian

    besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

    (Notoatmodjo, 2003).

    a. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif

    Pengetahuan yang tercakup dalam domain atau area kognitif

    mempunyai enam tingkatan, yaitu:

    1) Tahu (know)

    Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Dapat

    dievaluasi dengan menyebutkan kembali, menguraikan,

    mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya, sebagai ukuran

    bahwa orang tersebut tahu tentang apa dipelajari atau informasi apa

    yang didapat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    2) Memahami (comprehension)

    Seseorang dianggap memahami suatu objek bila ia bisa

    menjelaskan tentang objek tersebut, menyebutkan contoh,

    menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

    3) Aplikasi (application)

    Diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya,

    seperti penggunaan metode, prinsip dan sebagainya.

    4) Analisis (analysis)

    Yaitu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek dalam

    komponen-komponen dan masih ada kaitannya satu sama lain,

    seperti membedakan, memisahkan, mengelompokkan.

    5) Sintesis (synthesis)

    Yaitu kemampuan seseorang dalam menghubungkan bagian-

    bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

    6) Evaluasi (evaluation)

    Diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menilai materi

    atau objek dengan kriteria penelitian yang sudah ada atau yang

    ditentukan sendiri (Notoatmodjo, 2003).

    b. Cara Memperoleh Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2003), secara garis besar ada dua cara

    dalam memperoleh pengetahuan, yaitu cara tradisional dan cara

    modern.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    1) Cara Tradisional

    Cara ini digunakan untuk mendapatkan kebenaran

    pengetahuan sebelum ditemukan metode ilmiah. Periode ini

    antara lain meliputi:

    a) Cara Coba Salah (Trial and Error)

    Dalam metode ini subjek menggunakan beberapa

    kemungkinan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah

    Meskipun masih primitif, namun metode ini telah banyak

    berperan besar dalam membantu penemuan teori-teori dalam

    berbagai bidang ilmu pengetahuan dan membantu

    perkembangan cara berpikir manusia ke arah yang lebih baik.

    b) Cara Kekuasaan atau Otoritas

    Pada prinsipnya, orang lain menerima pendapat yang

    dikemukakan oleh pemegang otoritas atau kekuasaan tanpa

    terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik

    berdasarkan fakta empiris maupun pengalaman pribadi. Hal ini

    karena orang tersebut menganggap bahwa pendapat tersebut

    sudah benar.

    c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

    Pengalaman digunakan dalam menentukan cara memecahkan

    masalah yang berbeda tapi sama.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    d) Melalui Jalan Pikiran

    Dalam mendapatkan pengetahuan, manusia menggunakan

    penalaran. Metode ini pada dasarnya merupakan cara

    melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-

    pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya

    untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan.

    2) Cara Modern

    Dikenal dengan penelitian ilmiah atau metodologi

    penelitian. Proses ini diawali dengan pengkajian terhadap gejala-

    gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatan

    dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil

    kesimpulan.

    c. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki

    seseorang adalah (Hastuti, 2010):

    Menurut pendekatan kontruktivitis, pengetahuan bukanlah fakta

    dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai

    konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun

    lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan

    tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan

    adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang

    yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-

    pemahaman baru. Dalam kehidupan kita, ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi pengetahuan seseorang.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    1) Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

    kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

    berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proes

    belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang

    tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi

    maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,

    baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak

    informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang di

    dapat tentang kesehatan.

    Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

    dimana di harapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka

    orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun

    perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak

    berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

    pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan

    tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

    Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung

    dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang

    akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek

    tertentu. Semakin banyak aspek positif terhadap obyek tersebut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    2) Media massa atau Informasi

    Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

    maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

    (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

    peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia

    bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

    pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai saran

    komunikasi, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap

    pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian

    informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula

    pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

    seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

    memberikan landasan kognitif baru lagi teerbentuknya pengetahuan

    terhadap hal tersebut.

    3) Sosial budaya.

    Kebiasaan dan tradisi yang di lakukan orang-orang tanpa

    melalui penalaran apakah yang di lakukan baik atau buruk. Dengan

    demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun

    tidak melakukan.

    4) Pekerjaan

    Pekerjaan seseorang akan menentukan status ekonomi

    seseorang sehingga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    yang di perlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga pekerjaan akan

    mempengaruhi pengetahuan seseorang.

    5) Lingkungan

    Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

    individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun social.

    Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

    ke dalam individu .

    6) Pengalaman

    Pengalaman seseorang tentang berbagai hal biasanya di

    peroleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya

    misalnya dengan sering mengikuti organisasi di masyarakat

    7) Paritas

    Paritas adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh

    ibu atau jumlah anak yang dikandung yang berpengaruh pada

    kesehatan ibu dan anak. Paritas adalah jumlah ibu hamil yang akan

    melahirkan anak. Semakin sering ibu melahirkan maka semakin

    banyak pengalaman yang diperoleh sehingga dapat mempengaruhi

    pengetahuan ibu.

    8) Akses layanan kesehatan

    Mudah atau sulit dalam mengakses layanan kesehatan akan

    berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang akan kesehatan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    9) Umur

    Umur mempunyai pengaruh terhadap daya tangkap dan

    pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

    berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Sehingga

    pengetahuan kader semakin baik (Notoatmodjo, 2005).

    d. Teori ingatan

    Ingatan (memori) merupakan hal yang berkaitan erat dengan

    pengetahuan, dalam hal ini ingatan tersebut meliputi kemampuan

    memasukkan, menyimpan dan mengingat kembali (Walgito, 2003).

    1) Fungsi memasukkan (learning)

    Dalam ingatan, hal yang dimasukkan dalam memori adalah

    yang pernah didapatkan atau dialami. Penelitian yang telah

    dilakukan menunjukkan pada tiap individu terdapat perbedaan

    dalam hal cepat lambatnya memasukkan apa yang dipelajari atau

    dipersepsi juga dalam hal banyak sedikitnya materi yang dapat

    dimasukkannya.

    2) Fungsi menyimpan (retention)

    Proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak (traces)

    dalam diri seseorang yang biasa disebut dengan memori traces.

    Tidak semua memori traces akan tersimpan dengan baik, karena

    mungkin juga akan berubah atau bahkan hilang.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    Hal yang mempengaruhi penyimpanan adalah lama

    interval, berkaitan dengan lamanya waktu pemasukan dengan

    ditimbulkan kembali. Makin lama intervalnya, retensi akan turun.

    3) Fungsi menimbulkan kembali

    Dalam menimbulkan kembali ingatan, dapat dengan jalan

    mengingat kembali (to recall) atau dengan mengenal kembali (to

    recognize). Pada mengingat kembali, orang bisa menimbulkan

    memori tanpa bantuan objek, sedangkan pada mengenal kembali

    dibutuhkan bantuan objek. Suatu eksperimen berkaitan dengan hal

    ini, menunjukkan bahwa mengenal kembali menunjukkan hasil

    yang lebih baik dibandingkan dengan mengingat kembali.

    Dalam menimbulkan kembali ingatan, kadang tidak

    lengkap atau tidak tepat. Hal ini bisa disebabkan karena cara

    memasukkan yang kurang tepat, persepsi yang salah, atau karena

    gangguan baik fisik maupun emosi

    2. Pendidikan Kesehatan

    a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

    Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku secara

    terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk dapat

    lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan

    merupakan proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat

    dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah

    kesehatan sendiri menjadi mandiri. Sehingga pendidikan kesehatan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu,

    kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik

    pengetahuan, sikap maupun ketrampilan agar tercapai hidup sehat

    secara optimal (Suliha, 2002).

    b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

    Tujuan pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk

    mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

    Selain hal tersebut, tujuan pendidikan kesehatan ialah :

    1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.

    2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

    mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

    3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

    pelayanan kesehatan yang ada.

    4) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih

    besar pada kesehatan (dirinya).

    5) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah

    terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah

    dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitas cacat

    yang disebabkan oleh penyakit.

    6) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi

    perubahanperubahan sistem, cara memanfaatkannya dengan

    efisien dan efektif.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    7) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan

    bagaimana caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada

    sistem pelayanan kesehatan yang formal.

    (Notoatmodjo, 2003, Suliha, 2002)

    c. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

    Ruang lingkup pendidikan kesehatan yaitu :

    1) Dimensi Sasaran

    a) Pendididkan kesehatan individual dengan sasaran individu.

    b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

    c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

    2) Dimensi Tempat Pelaksanaannya.

    a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan

    sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan

    Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).

    b) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di

    Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit

    Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga

    pasien.

    c) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran

    buruh atau karyawan.

    3) Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan

    a) Promosi kesehatan (Health Promotion).

    b) Perlindungan khusus (Specific Protection).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    c) Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and

    Prompt Treatment).

    d) Pembatasan cacat (Disability Limitation).

    e) Rehabilitasi (Rehabilitation).

    (Mubarak, 2006).

    d. Metode Pembelajaran dalam pendidikan Kesehatan

    1) Metode ceramah

    Ceramah ialah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara

    lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok peserta didik.

    2) Metode diskusi kelompok

    Diskusi kelompok ialah percakapan yang direncanakan atau

    dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu

    dengan seorang pemimpin, untuk memecahkan suatu permasalahan

    serta membuat suatu keputusan.

    3) Metode panel

    Panel adalah pembicara yang sudah direncanakan di depan

    pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau

    lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Dalam diskusi panel

    audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan sebagai

    peninjau para panelis yang sedang berdiskusi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    4) Metode forum panel

    Forum panel adalah panel yang didalamnya pengunjung

    berpartisipasi dalam diskusi, misalnya audiens disuruh untuk

    merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

    5) Metode permainan peran

    Bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari

    simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah,

    mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang

    mungkin muncul pada masa mendatang.

    6) Metode simposium

    Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu

    persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan

    keahlian. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang

    masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan

    pembacaan kesimpulan.

    7) Metode demonstrasi

    Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pembelajaran

    dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik

    tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya

    atau hanya sekadar tiruan.

    (Sanjaya, 2008)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    e. Media atau Alat Bantu Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan

    Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh

    pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran dan biasanya dengan

    menggunakan alat peraga pengajaran. Alat peraga pada dasarnya dapat

    membantu sasaran pendidik untuk menerima pelajaran dengan

    menggunakan panca inderanya. Semakin banyak indera yang digunakan

    dalam menerima pelajaran semakin baik penerimaan pelajaran

    (Suliha, 2002).

    Macam-macam media atau alat bantu tersebut adalah sebagai

    berikut:

    1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau

    media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman

    suara.

    2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

    mengandung unsur suara, seperti film slide, foto, transparansi,

    lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti

    media grafis.

    3) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung

    unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat,

    misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara.

    Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    4) Media atau alat bantu berdasarkan pembuatannya

    a) Alat bantu elektronik yang rumit, contohnya: film, film slide,

    transparansi. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus

    seperti film projector, slide projector, operhead projector

    (OHP).

    b) Alat bantu sederhana, contohnya: leaflet, model buku

    bergambar, benda-benda nyata (sayuran, buah-buahan), papan

    tulis, film chart, poster, boneka, phanthom, spanduk. Ciri-ciri

    alat bantu sederhana adalah mudah dibuat, mudah memperoleh

    bahan-bahan, ditulis atau digambar dengan sederhana,

    memenuhi kebutuhan pengajar, mudah dimengerti serta tidak

    menimbulkan salah persepsi.

    (Sanjaya, 2008, Suliha, 2002)

    5) Sasaran Pendidikan Kesehatan

    a) Sasaran Primer

    Yang menjadi sasaran utama pendidikan kesehatan adalah

    masyarakat pada umumnya.

    b) Sasaran Sekunder

    Yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan

    lainnya karena dengan memberikan pendidikan kesehatan

    padanya diharapkan selanjutnya kelompok yang bersangkutan

    akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat

    sekitar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    c) Sasaran Tersier

    Yaitu para pembuat keputusan/kebijakan baik tingkat

    pusat maupun daerah, karena kebijakan yang dibuatnya akan

    berpengaruh pada sasaran sekunder dan sasaran primer

    (Notoatmodjo, 2003).

    6) Evaluasi Hasil Pendidikan Kesehatan

    Evaluasi dalam kesatuan sistemik pembelajaran mutlak

    dibutuhkan karena berfungsi sebagai tolok ukur terhadap

    keberhasilan, ketercapaian suatu pembelajaran. Menurut Fatah

    (2006) dalam Prasetyo (2009), evaluasi juga merupakan suatu

    pembuatan pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang

    disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.

    Menurut Lubis (2009), dalam penyampaian materi

    pendidikan ada hal yang penting dilakukan, yaitu pretes, dilakukan

    oleh pendidik dengan mengajukan pertanyaan kepada sasaran

    pendidikan tentang topik yang akan disampaikan.

    Tujuan dari pelaksanaan pretes adalah menyiapkan siswa

    dalam belajar, karena dengan pretes pikiran siswa akan terfokus

    pada persoalan yang harus dipelajarinya; untuk mengetahui tingkat

    kemajuan siswa sehubungan dengan proses pembelajaran yang

    dilakukan; untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki

    oleh siswa mengenai bahan ajar yang menjadi topik dalam proses

    pembelajaran (Mulyasa, 2006 dalam Lubis 2009).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    Sedangkan jenis-jenis evaluasi menurut Prasetyo (2009), yaitu:

    a) Evaluasi formatif

    (1) fungsi : untuk memperbaiki proses belajar mengajar atau

    memperbaiki program satuan pelajaran yang telah

    digunakan.

    (2) tujuan : untuk mengetahui sejauh mana penguasaan murid

    tentang bahan yang telah diajarkan.

    (3) aspek yang dinilai : pengetahuan, ketrampilan, sikap dan

    penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan.

    (4) Waktu : setiap akhir pelaksanaan satuan program belajar

    mengajar.

    b) Evaluasi sumatif

    (1) Fungsi : untuk menentukan angka/nilai murid setelah

    mengikuti program pengajaran dalam satu catur wulan,

    semester, akhir tahun.

    (2) Tujuan : untuk mengetahui taraf hasil relajar yang dicapai

    oleh murid.

    (3) Aspek yang dinilai : pengetahuan, ketrampilan, sikap dan

    penguasaan murid tentang materi pelajaran yang sudah

    diberikan.

    (4) Waktu : akhir cawu, semester, akhir tahun atau akhir

    jangka waktu tertentu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    c) Evaluasi placement

    (1) fungsi : untuk mengetahui keadaan anak termasuk

    keadaan seluruh pribadinya.

    (2) tujuan : untuk menempatkan anak didik pada kedudukan

    yang sebenarnya, berdasar kemampuan serta keadaan

    lainnya.

    (3) Aspek yang dinilai : pengetahuan, ketrampilan, sikap dan

    lain-lain.

    (4) Waktu : sebelum anak mengikuti PBM yang permulaan.

    d) Evaluasi diagnostik

    (1) fungsi : untuk mengetahui masalah-masalah apa yang

    diderita atau mengganggu anak didik.

    (2) Tujuan : untuk mengatasi atau membantu pemecahan

    kesulitan atau hambatan yang dialami anak didik

    mengenai pencapaian program pengajaran.

    (3) Aspek : hasil relajar, latar belakang kehidupan anak,

    keadaan keluarga, lingkungan dan lain-lain.

    (4) Waktu : setiap saat.

    Dalam pelaksanannya, evaluasi dapat dilaksanakan

    dengan tes tertulis, lisan dan perbuatan dalam bentuk angket,

    wawancara, observasi, atau kuesioner.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    3. Kader Kesehatan

    Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta aktif

    masyarakat dalam pelayanan terpadu yang disebut juga sebagai promotor

    kesehatan desa yang dipilih oleh masyarakat setempat secara sukarela

    dalam pengembangan kesehatan masyarakat. (Zulkifli, 2003).

    Prasyarat menjadi seorang kader kesehatan yaitu sanggup bekerja

    secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai

    kredibilitas yang baik, memiliki jiwa pengabdian masyarakat, mempunyai

    perilaku yang dapat menjadi panutan masyarakat , mampu membaca dan

    menulis, dan sanggup membina masyarakat sekitarnya. (Zulkifli, 2003)

    Menurut Depkes RI 2009 fungsi kader dalam menjalankan

    perannya sebagai pengembang program desa siaga yaitu :

    a. Membantu tenaga kesehatan dalam pengelolaan program desa siaga

    melalui kegiatan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)

    b. Membantu memantau kegiatan dan evaluasi desa siaga

    c. Membantu mengembangkan dan mengelola UKBM serta hal yang

    terkait

    d. Membantu mengidentifikasi dan melaporkan kejadian di masyarakat

    yang dapat berdampak pada masyarakat

    e. Membantu dalam memberikan pemecahan masalah kesehatan yang

    sederhana kepada masyarakat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    4. KMS (Kartu Menuju Sehat)

    a. Pengertian KMS

    Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif

    untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak

    lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan

    anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila

    kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan

    indikasi risiko kelebihan gizi (Permenkes RI, 2010).

    Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva

    pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat

    badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau

    risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat

    dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum

    masalahnya lebih berat (Permenkes RI, 2010).

    Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan

    utama Posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang

    tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar

    (RISKESDAS) 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74.5% (sekitar 15

    juta) balita pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir,

    60.9% diantaraanya ditimbang lebih dari 4 kali. Sebanyak 65%

    (sekitar 12 juta) balita memiliki KMS.

    Bentuk dan pengembangan KMS ditentukan oleh rujukan atau

    standar antropometri yang dipakai, tujuan pengembangan KMS serta

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    sasaran pengguna. KMS di Indonesia telah mengalami 3 kali

    perubahan. KMS yang pertama dikembangkan pada tahun 1974

    dengan menggunakan rujukan Harvard. Pada tahun 1990 KMS revisi

    dengan menggunakan rujukan WHONCHS. Pada tahun 2008, KMS

    balita direvisi berdasarkan Standar Antropometri WHO 2005.

    b. Fungsi KMS

    Fungsi utama KMS ada 3, yaitu;

    1) Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS

    dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat

    digunakanuntuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal,

    atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan

    anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak

    tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami gangguan

    pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai

    dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko

    mengalami gangguan pertumbuhan.

    2) Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat

    riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak,

    pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan

    dan imunisasi.

    3) Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan

    dasar perawatan anak seperti pemberian makanan anak, perawatan

    anak bila menderita diare.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    c. Kegunaan KMS

    1) Bagi orang tua balita

    Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya.

    Dianjurkan agar setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk

    ditimbang. Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan

    tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan

    tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau

    membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat.

    Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah

    mendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan mendapatkan

    kapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

    2) Bagi kader

    KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan

    pemberian kapsul vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila

    berat badan tidak naik 1 kali kader dapat memberikan penyuluhan

    tentang asuhan dan pemberian makanan anak. Bila tidak naik 2 kali

    atau berat badan berada di bawah garis merah kader perlu merujuk

    ke petugas kesehatan terdekat, agar anak mendapatkan

    pemerikasaan lebih lanjut.

    KMS juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada

    ibu bila berat badan anaknya naik serta mengingatkan ibu untuk

    menimbangkan anaknya di posyandu pada bulan berikutnya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    3) Bagi petugas kesehatan

    Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis

    pelayanan kesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi

    dan kapsul vitamin A. Bila anak belum menerima pelayanan maka

    petugas harus memberikan imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai

    dengan jadwalnya.

    Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh

    masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan. KMS juga

    dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita

    tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi dan pemberian

    kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif

    dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunya anak

    balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya.

    d. Penjelasan umum Kartu Menuju Sehat (Kms) Balita

    KMS-Balita dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS

    anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan

    terdapat tulisan Untuk Laki- Laki. KMS anak perempuan berwarna

    dasar merah muda dan terdapat tulisan untuk Perempuan. KMS terdiri

    dari 1 lembar (2 halaman) dengan 5 bagian didalamnya sebagai

    berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    e. Langkah-Langkah Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)

    Langkah-langkah pengisian KMS adalah sebagai berikut;

    1) Memilih KMS sesuai jenis kelamin.

    KMS Anak Laki-Laki untuk anak laki-laki dan KMS Anak

    Perempuan untuk anak perempuan.

    2) Mengisi identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS.

    Tuliskan data identitas anak pada halaman 2 bagian 5: Identitas

    anak. Contoh, catatan data identitas Aida Fitri adalah sebagai

    berikut :

    3) Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak

    a) Tulis bulan lahir anak pada kolom umur 0 bulan.

    b) Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara

    berurutan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Contoh: Aida lahir pada bulan Februari 2008

    c) Apabila anak tidak diketahui tanggal kelahirannya, tanyakan

    perkiraan umur anak tersebut.

    d) Tulis bulan saat penimbangan pada kolom sesuai umurnya.

    e) Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara

    berurutan.

    Contoh: Penimbangan dilaksanakan pada akhir bulan Agustus

    2008. Bila Ibu/pengasuh mengatakan anak baru saja berulang

    tahun yang pertama bulan lalu, berarti umur anak saat ini 13

    bulan. Tulis Agustus dibawah umur 13 bulan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    4) Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak

    a) Letakkan (plot) titik berat badan hasil penimbangan.

    (1) Tulis berat badan di bawah kolom bulan saat penimbangan

    (2) Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak

    (umur) dan garis datar (berat badan).

    Contoh: Aida dalam penimbangan bulan Juni 2008 umurnya

    4 bulan dan berat badannya 6 kg.

    (3) Tulis berat badan di bawah kolom bulan saat penimbangan

    (4) Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak

    (umur) dan garis datar (berat badan).

    b) Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu Jika

    bulan sebelumnya anak ditimbang, hubungkan titik berat badan

    bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk garis lurus.

    Contoh: Aida lahir pada bulan Februari 2008 dengan berat

    badan lahir 3,0 kg. Data berat badannya adalah sebagai berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    (1) Bulan Maret, berat badan Aida 3,3 kg.

    (2) Bulan April, berat badan Aida 4,7 kg.

    (3) Bulan Mei, Aida tidak datang ke Posyandu.

    (4) Bulan Juni, berat badan Aida 6,0 kg.

    (5) Bulan Juli, berat badan Aida 6,6 kg.

    (6) Bulan Agustus, berat badan Aida 6,6 kg.

    (7) Bulan September, berat badan Aida 6,3 kg.

    Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis pertumbuhan

    tidak dapat dihubungkan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    5) Mencatat setiap kejadian yang dialami anak

    Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami anak. Contoh :

    (1) Pada penimbangan di bulan Maret anak tidak mau makan

    (2) Saat ke Posyandu di bulan Agustus, anak sedang mengalami

    diare

    (3) Penimbangan selanjutnya di bulan September anak sedang

    demam

    6) Menentukan status pertumbuhan anak

    Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu

    dengan menilai garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung

    kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat

    Badan Minimum (KBM). Kesimpulan dari penentuan status

    pertumbuhan adalah seperti tertera sebagai berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    Contoh diatas menggambarkan status pertumbuhan berdasarkan

    grafik pertumbuhan anak dalam KMS:

    (1) TIDAK NAIK (T); grafik berat badan memotong garis

    pertumbuhan dibawahnya; kenaikan berat badan < KBM ( KBM (>900 g)

    (3) NAIK (N), grafik berat badan mengikuti garis

    pertumbuhannya; kenaikan berat badan > KBM (>500 g)

    (4) TIDAK NAIK (T), grafik berat badan mendatar; kenaikan

    berat badan < KBM (

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    (5) TIDAK NAIK (T), grafik berat badan menurun; grafik berat

    badan < KBM (

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    9) Isi kolom Pemberian ASI Eksklusif

    Beri tanda ( ) bila pada bulan tersebut bayi masih diberi ASI saja,

    tanpa makanan dan minuman lain. Bila diberi makanan lain selain

    ASI, bulan tersebut dan bulan berikutnya diisi dengan tanda (-).

    f. Status Pertumbuhan

    Berikut merupakan status pertumbuhan balita menurut Permenkes

    RI, 2010 antara lain :

    1) N = Pertumbuhan baik

    a) N1 : BB naik, grafik BB pindah masuk ke pita diatasnya

    disebut juga Tumbuh Kejar

    b) N2 : BB naik, grafik BB tetap pada pita yang sama disebut

    juga Tumbuh Normal

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    2) T = Pertumbuhan tidak baik

    a) T1 : BB naik, grafik BB pindah, masuk ke pita di bawahnya

    disebut juga Tumbuh Tidak Memadai

    b) T2 : BB tetap disebut juga Tidak Tumbuh

    c) T3 : BB berkurang disebut juga Tumbuh Negatif

    g. Tindak lanjut hasil penimbangan

    Tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pertumbuhan balita adalah

    sebagai berikut:

    1) Berat badan naik (N):

    a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke

    Posyandu.

    b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik

    pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana

    c) Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan

    berikan nasihat tentang pemberian makan anak sesuai golongan

    umurnya.

    d) Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.

    2) Berat badan tidak naik 1 kali

    a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke

    Posyandu

    b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik

    pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    c) Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare,

    panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak

    d) Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan

    tidak naik tanpa menyalahkan ibu.

    e) Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan

    anak sesuai golongan umurnya.

    f) Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.

    3) Berat badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah Garis Merah

    (BGM)

    a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke

    Posyandu dan anjurkan untuk datang kembali bulan berikutnya.

    b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik

    pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana

    c) Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare,

    panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak.

    d) Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan

    tidak naik tanpa menyalahkan ibu.

    e) Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan

    anak sesuai golongan umurnya

    f) Rujuk anak ke Puskesmas/Pustu/Poskesdes.

    h. Indikator isi dari KMS

    7 indikator isi dari KMS menurut Depkes RI, 2000 sebagai berikut :

    1) Tentang pertumbuhan dan perkembangan anak balita

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    2) Imunisasi

    3) Penanggulangan diare

    4) Pemberian kapsul vitamin A dan kondisi kesehatan anak

    5) Pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI

    6) Pemberian makanan anak atau balita dan rujukan ke Puskesmas

    atau Rumah sakit

    7) Berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua

    balita tentang kesehatan anaknya

    5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Kader

    Tentang KMS

    Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya atau kegiatan

    menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya,

    pendidikan kesehatan berupaya agar seseorang menyadari atau mengetahui

    bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari

    atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan, kemana harus mencari

    pengobatan bila sakit, dan sebagainya. Kesehatan bukan hanya untuk

    diketahui atau disadari dan disikapi, melainkan harus dikerjakan atau

    dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti tujuan akhir dari

    pendidikan kesehatan adalah agar individu dapat meningkatkan

    pengetahuannya sehingga dapat mempraktikkan hidup sehat bagi dirinya

    sendiri dan bagi masyarakat, atau dapat berperilaku hidup sehat (health life

    style).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    Pendidikan kesehatan tentang KMS merupakan kombinasi dari

    pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi, memungkinkan dan

    mendorong adopsi secara sukarela perilaku-perilaku yang kondusif bagi

    kesehatan balita kepada kader yang secara langsung menangani balita di

    posyandu. Tujuan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan

    dan kepedulian kader posyandu itu sendiri yang diperlukan bagi promosi

    kesehatan. Sehingga dengan promosi kesehatan yang seimbang dengan

    pengetahuan yang telah didapat kader melalui pendidikan kesehatan

    tentang KMS dapat menggunakan KMS tersebut sebagai sarana untuk

    promosi kesehatan ibu balita yang datang ke posyandu sehingga ibu balita

    tersebut juga mengerti dan bersama kader dapat meningkatkan status gizi

    balita.

    Tujuan pendidikan kesehatan tentang KMS yang disampaikan

    kepada kader adalah untuk memberikan informasi tentang KMS yang terus

    mengalami perubahan. Hal ini dilakukan agar pengetahuan KMS

    meningkat, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

    untuk terbentuknya perilaku. Adanya pendidikan kesehatan tentang KMS

    yang disampaikan di posyandu sangat diharapkan oleh kader (Devy dkk,

    2001). Dengan pengetahuan tentang KMS yang baik diharapkan kader

    tidak mengalami kesulitan yang berkaitan dengan KMS sehingga dapat

    menggunakan KMS dengan tepat. Sesuai dengan perubahan tentang KMS

    dengan revisi terbaru, diharapkan dengan pendidikan kesehatan tentang

    KMS kader dapat lebih memahami KMS tersebut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    B. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

    Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep

    Keterangan:

    : Variabel yang diteliti

    : Variabel yang tidak diteliti

    (Aditama, 2010)

    C. Hipotesis

    Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader

    tentang KMS.

    Pretest pengisian kuesioner KMS

    Pendidikan Kesehatan tentang Pengisian KMS

    Faktor yang mempengaruhi:

    1. Pengetahuan 2. pendidikan 3. Pendapatan

    keluarga 4. Sosial budaya

    perubahan pengetahuan (kognisi)

    Postest pengisian kuesioner KMS

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    BAB III

    METODOLOGI

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan One

    Group Pretest-Postest.

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment

    designs) yang dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Disebut

    demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti

    cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan

    tertentu (Arikunto, 2006). Belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh

    karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap

    terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan

    variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel

    independen (Sugiyono, 2008).

    One group pretest-posttest design yaitu salah satu bentuk dari penelitian

    pre-eksperimental dimana suatu kelompok diberi pretes, kemudian diberi

    perlakuan dan setelah itu dilakukan posttes padanya. Dengan demikian hasil

    perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan

    keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2008). Desain tersebut dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

    O1 X O2

    44

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    Keterangan:

    O1 : Pretest

    O2 : Postest

    X : Perlakuan

    (Taufiqurrohman, 2008)

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo pada

    Bulan Januari-Juli 2011.

    C. Populasi Penelitian

    Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang

    akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).

    1. Populasi target

    Populasi yang menjadi sasaran aktif yang parameternya akan diketahui

    melalui penelitian (Taufiqurrohman, 2008). Pada penelitian ini populasi

    target yang digunakan adalah seluruh seluruh kader aktif posyandu.

    2. Populasi aktual

    Merupakan populasi yang lebih kecil yang diambil dari populasi target

    dengan pertimbangan kepraktisan (Taufiqurrohman, 2008). Pada penelitian

    ini populasi target yang digunakan adalah seluruh kader aktif posyandu di

    Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo pada Bulan Juni-Juli 2011, yaitu

    sebanyak 41 responden.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    D. Sampel dan Teknik Sampling

    Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan

    dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).

    Cara pengambilan sampel dengan cara Non probability Sampling

    dengan teknik sampel Total Sampling" yaitu teknik penentuan sampel dengan

    cara mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan

    bila populasinya kecil, seperti bila sampelya kurang dari tiga puluh maka

    anggota populasinya tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel

    penelitian (Nursalam, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kader

    aktif posyandu di wilayah kadilangu sukoharjo pada Bulan Juni-Juli 2011

    berjumlah 41 orang.

    E. Estimasi Besar Sampel

    Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus

    (Notoatmodjo, 2005):

    ( )

    Orang 301,4141

    41,01

    41

    )01,0(41141

    )1,0(41141

    1

    2

    2

    ==+

    =

    +=

    +=

    +=

    n

    n

    n

    dNN

    n

    Dapat disimpulkan bahwa total estimasi besar sampel dalam penelitian

    ini adalah 30 kader aktif posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo.

    N = Besar populasi

    n = Besar sampel

    d =Tingkat kepercayaan 0,1 (10%)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    F. Kriteria Restriksi

    1. Kriteria Inklusi

    a. Kader aktif posyandu balita di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo.

    b. Bersedia menjadi responden.

    2. Kriteria Eksklusi

    Kader aktif posyandu tetapi saat dilakukan pengambilan data yang

    bersangkutan tidak hadir.

    G. Pengalokasian Subjek

    Subyek yang mendapat perlakuan dalam penelitian ini tidak

    dikelompokkan karena penelitian ini menggunakan desain penelitian one

    group pre-test and post-test dimana subjek mendapatkan pre-test adalah

    subjek yang sama yang akan diberikan post-test. Adapun penentuan subjek

    sebagai sampel penelitian yaitu dengan teknik sampel jenuh.

    H. Definisi Operasional

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Operasional Skala Ukur 1. Bebas:

    Pendidikan Kesehatan

    Kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kepada kelompok tentang KMS.

    _

    2. Terikat: Pengetahuan kader tentang KMS

    Pengetahuan kader sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang KMS.

    Skala Rasio

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    I. Intervensi dan Instrumentasi

    1. Intervensi

    Intervensi dalam penelitian ini berupa pendidikan kesehatan tentang KMS.

    Teknik pengumpulan datanya sebagai berikut:

    Gambar 4. Kerangka Kerja Penelitian

    Alur penelitian :

    a. Melakukan peninjauan atau survey tempat penelitian di Posyandu

    Desa Kadilangu Sukoharjo .

    b. Menghitung populasi.

    c. Menetapkan sampel sesuai dengan kriteria.

    d. Responden di berikan pretes mengisi kuesioner tentang KMS.

    e. Responden diberikan pendidikan kesehatan tentang KMS.

    f. Rsponden diberikan jarak waktu 1 bulan.

    g. Responden di berikan postes mengisi kuesioner tentang KMS.

    h. Data terkumpul dan dilakukan pengolahan data.

    Kader posyandu melaksanakan posyandu pada bulan Mei-Juni 2011 di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo

    Diukur pengetahuan tentang KMS (pretest)

    Diberi pendidikan kesehatan tentang KMS

    Diukur pengetahuan tentang KMS (postest)

    Jarak waktu 1 bulan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    2. Instrumentasi

    a. Alat Penelitian

    Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah leaflet dan SAP

    yang digunakan untuk penyuluhan dan kuesioner yang digunakan untuk

    mengetahui pengetahuan kader tentang KMS sebelum dan sesudah

    pemberian pendidikan kesehatan.

    Kuesioner pengetahuan berisi pernyataan-pernyataan tertutup tentang

    KMS yang berjumlah 35 pernyataan dengan menggunakan skala guttman

    yaitu dichotomous choice sehingga responden hanya memilih jawaban

    benar atau salah. Pada pertanyaan favorable, jika jawaban benar skor

    1 dan jawaban salah skor 0. Sedangkan pada pertanyaan unfavorable,

    jika jawaban benar skor 0 dan jawaban salah skor 1.

    Kisi-kisi kuesioner pengetahuan tentang KMS adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Tentang KMS

    Variabel Indikator Nomor soal Jumlah Favourable (+) Unfavourable ( - )

    Pengetahuan Pengertian KMS 1,4,5,7,8,9 2,3,6 9 Kader Fungsi KMS 11,13,14 10,12 5 Tentang Cara pengisian KMS 15,16,19,20 17,18,22,25,26 12 KMS 21,23,24 Status Pertumbuhan 27,30,31,32 28,29 6 Imunisasi 33 1 Vitamin A 34 1 ASI 35 1 Jumlah 35

    Agar kuesioner tersebut memenuhi kriteria sebagai alat ukur,

    maka sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, dilakukan uji

    validitas dan reliabilitas.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    1) Uji validitas

    Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

    kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen

    dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya

    diukur (Arikunto, 2006).

    Pertanyaan valid apabila memiliki nilai korelasi positif dan

    nilai xyr lebih besar dari tabelr dengan taraf signifikansi 0,05. Uji

    validitas ini menggunakan program Statistical Package for Social

    Science (SPSS) 17 for Windows. Jumlah responden untuk uji

    validitas data sebanyak 30 responden. Sehingga harga tabelr sebesar

    0,361.

    Uji Validitas dilaksanakan di Posyandu Desa Kudu

    Sukoharjo tanggal 2 Mei 2011 dengan menyebarkan kuesioner

    sebanyak 35 soal kepada responden yang diuji dengan jumlah 30

    kader, jumlah pernyataan yang tidak valid sebanyak 5 item.

    Instrumen yang tidak valid tidak dapat digunakan sehingga

    dihilangkan (Hidayat, 2007). Maka jumlah pernyataan menjadi 30.

    Dari 30 sisa pernyataan yang telah diuji validitas dianggap telah

    mewakili dari indikator pertanyaan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner yang Tidak Valid

    No. Indikator Butir pernyataan Jumlah awal

    Jumlah akhir

    1 Pengerian KMS 1,2,3,4*,5,6,7,8*,9 9 7 2 Fungsi KMS 10,11,12,13,14,15* 6 5 3 Cara Pengisian

    KMS 16,17,18,19,20, 21,22,23,24,25,26*

    12 11

    4 Status Pertumbuhan

    27*,28,29,30,31,32 6 5

    5 Imunisasi 33 1 1 6 Vitamin A 34 1 1 7 ASI 35 1 1 Jumlah 35 30

    Keterangan: Nomor soal dengan tanda (*) = soal yang tidak valid.

    2) Uji Reliabilitas

    Untuk melakukan pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini

    digunakan metode koefisien Cronbach Alpha.

    Menurut Ghozali (2002), keputusan uji adalah bila ri > 0.6 maka

    instrumen dinyatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

    Setelah uji validitas pada responden di Posyandu Desa Kudu

    Sukoharjo, dari item pernyataan yang valid kemudian dilakukan uji

    reliabilitas dengan program SPSS (Statistical Package for Social

    Science) For Windows versi 17.0 menggunakan rumus Cronbach

    Alpha. Hasilnya, reliabilitas kuesioner pengetahuan tentang KMS

    diperoleh ri = 0,936 dengan nilai ri tersebut > 0,6, sehingga

    disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini memiliki tingkat

    reliabitas yang tinggi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    49

    J. Pengolahan dan Analisis Data

    1. Pengolahan data

    Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan

    data, proses pengolahan data penelitian dilakukan dengan tahap-tahap

    sebagai berikut:

    a. Editing

    Proses editing dilakukan pada saat penelitian di Posyandu

    untuk memeriksa data yang sudah terkumpul dan jika ada kekurangan

    langsung dilengkapi tanpa dilakukan panggantian jawaban responden.

    b. Coding

    Pada tahap ini dilakukan dengan memberi kode pada semua

    variabel agar mempermudah dalam pengolahan data. Hasil jawaban

    kuesioner mengenai pengetahuan kader tentang KMS. Dengan kode :

    1) Benar : kode 1

    2) Salah : kode 0

    c. Tabulating

    Melakukan tabulating yaitu membuat tabulasi untuk

    pengorganisasian data yang sudah terkumpul agar mudah dijumlah,

    disusun, dan ditata untuk disajikan serta dianalisa.

    d. Entry data

    Data dipindahkan ke dalam file komputer dengan bantuan

    program komputer. Kemudian peneliti memakai SPSS (Statistical

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    50

    Package for Social Science) For Windows versi 17.0. untuk mengolah

    data yang sudah tersedia.

    2. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan:

    a. Analisis Univariat

    Analisis univariat merupakan analisis terhadap tiap variabel dari hasil

    penelitian untuk menghasilkan distribusi frekunsi dan persentase dari

    tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).

    Variabel yang dianalisis secara univariat pada penelitian ini adalah

    karakteristik responden, variabel pengetahuan kader tentang KMS

    sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dan variabel pengetahuan

    kader tentang KMS setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

    Persentase hitung diperoleh dengan menggunakan rumus:

    %100xnx

    P

    =

    Keterangan:

    P : persentase

    x : jumlah yang dihasilkan

    n : jumlah semua jawaban benar

    a. Analisis bivariat yaitu menganalisis variabel-variabel penelitian guna

    menguji hipotesis penelitian serta untuk melihat gambaran hubungan

    antara variabel penelitian (Notoatmodjo, 2005). Analisis ini untuk

    membandingkan data yang dikumpulkan dari satu sampel yang akan

    mempunyai dua data yaitu nilai pre test dan post test sehingga

    digunakan uji t-test berpasangan atau paired t-test (Riwidigdo, 2009).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    51

    Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diteliti yaitu

    pengetahuan kader tentang KMS sebelum dilakukan pendidikan

    kesehatan dan pengetahuan kader tentang KMS setelah dilakukan

    pendidikan kesehatan.

    Sebelum dilaksanakan uji t-test terlebih dahulu dilakukan uji

    normalitas data dengan uji one sampel Kolmogorov--smirnov. Proses

    analisis data dibantu dengan menggunakan SPSS(Statistical Package

    for Social Science) 17.0 for Windows. Dalam analisis ini, suatu

    hipotesis (Ha) dapat diterima apabila nilai t hitung lebih besar dari t

    tabel dengan derajat kesalahan yang bernilai 0,05 (Sugiyono, 2007).

    Sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan ketentuan

    sebagai berikut:

    (1) Ha : Jika ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest

    dengan skor posttest.

    (2) Ho : Jika tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor

    pretest dengan skor posttest.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    52

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo terdiri dari lima posyandu yang

    pertama Posyandu Ekasari terletak di rumah ketua posyandu RT 2 RW 2 dengan

    strata purnama, Posyandu Dwisari terletak di rumah warga RT 2 RW 4 dengan

    strata purnama, Posyandu Trisari terletak di rumah warga RT 1 RW 3 dengan

    strata purnama, Posyandu Catursari terletak di rumah warga RT 3 RW 1 dengan

    strata purnama dan Posyandu Pancasari terletak di rumah warga RT 11 RW 2

    dengan strata madya. Warga di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo sangat

    antusias untuk menjadi kader. Hal ini dikarenakan warga menganggap menjadi

    kader adalah suatu kebanggaan dalam pengabdian masyarakat sehingga merasa

    terhormat.

    Posyandu di Desa Kadilangu rutin dilaksanakan dua kali pertemuan.

    Pertemuan pertama untuk penyuluhan kader oleh tenaga kesehatan. Pertemuan

    kedua digunakan kegiatan posyandu. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

    pretes dan pendidikan kesehatan pada pertemuan pertama dan melakukan posttes

    pada pertemuan kedua.

    Selanjutnya akan disajikan hasil pengumpulan data dari hasil penelitian

    Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader tentang KMS Di

    Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo. Data dari hasil penelitian tersebut

    disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

    52

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    53

    B. Karakteristik Responden

    1. Umur

    Berikut adalah distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

    No Umur Frekuensi Prosentase (%) 1 16-20 1 2.43 2 21-25 3 7.32 3 26-39 3 7.32 4 31-35 11 26.83 5 36-40 7 17.07 6 41-45 5 12.20 7 46-50 9 21.95 8 51-55 2 4.88 Jumlah 41 100

    Sumber: data primer, Juni 2011

    Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa umur responden sebagian

    besar berumur 31-35 tahun ada 11 orang (26.83%) dan sebagian kecil

    berumur 16-20 tahun ada 1 orang (2.43%).

    2. Pendidikan

    Berikut adalah distribusi frekuensi responden berdasarkan

    pendidikan.

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan

    Tingkat pendidikan Frekuensi Prosentase (%) SD 5 12.20

    SLTP 9 21.95 SLTA 20 48.78

    PT 7 17.07 Jumlah 41 100

    Sumber: data primer, Juni 2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    54

    Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden sebagian besar

    berpendidikan SLTA ada 20 orang (47.78%) dan sebagian kecil

    berpendidikan SD ada 5 orang (12.20%).

    3. Pekerjaan

    Berikut adalah distribusi frekuensi responden berdasarkan

    pekerjaan.

    Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

    Pekerjaan Frekuensi Persentase Bekerja 12 29.27

    Tidak Bekerja 29 70.73 Jumlah 41 100

    Sumber: data primer, Juni 2011

    Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden

    tidak bekerja atau berstatus ibu rumah tangga ada 29 orang (70.73%) dan

    sebagian kecil bekerja ada 12 orang (29.73%).

    C. Analisis Perbedaan Pretest dan Postest

    1. Pengetahuan kader tentang KMS

    Pengetahuan kader tentang KMS diukur dua kali yaitu sebelum

    responden diberi pendidikan kesehatan tentang KMS (pretest) dan

    sesudahnya (postest).

    Tabel 4.4 Distribusi Data Penelitian

    Kelompok data Mean Standar Deviasi Posttest Pengetahuan 26.02 2.779 Pretest Pengetahuan 20.34 4.672

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    55

    Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa rata-rata skor pretest

    pengetahuan kader posyandu tentang KMS adalah sebesar 20,34. Angka

    ini menunjukkan bahwa responden rata-rata mampu menjawab dengan

    benar kurang lebih 68% dari semua pertanyaan. Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa pengetahuan kader posyandu sebelum diberi

    pendidikan kesehatan dapat digolongkan sudah cukup baik. Adapun rata-

    rata skor posttest pengetahuan kader posyandu tentang KMS adalah

    sebesar 26,02. Angka ini menunjukkan bahwa responden rata-rata mampu

    menjawab dengan benar kurang lebih 87% dari semua pertanyaan.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kader

    posyandu sesudah diberi pendidikan kesehatan dapat digolongkan sudah

    sangat baik. Apabila dibandingkan secara deskriptif terlihat adanya

    peningkatan skor (kurang lebih 6 point) pengetahuan kader posyandu

    tentang KMS dari sebelum ke sesudah diberi pendidikan kesehatan.

    D. Hasil Uji Normalitas

    Analisis data dalam penelitian ini menggunakan paired samples t test

    Metode ini termasuk metode parametrik yang mensyaratkan data berdistribusi

    normal. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

    one sample kolmogorov-smirnov test. Pengujian dilakukan pada taraf

    signifikansi 5% sehingga nilai kritis distribusi z yang digunakan sebagai

    pembanding adalah sebesar 1,96. Hasil pengujian disajikan pada tabel 4.1.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    56

    Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas

    Kelompok Data Z p Posttest Pretest

    1,225 0,728

    0,100 0,665

    Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa uji normalitas terhadap pretest

    maupun posttest menghasilkan nilai zhitung yang terletak di antara 1,96 dan

    1,96 atau menghasilkan nilai signifikansi (p) > 0,05. Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa semua data yang digunakan dalam penelitian ini

    berdistribusi normal.

    E. Hasil Uji Beda Pretest dan Posttest Pengetahuan tentang KMS

    Analisis komparasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

    perbedaan yang signifikan antara skor pretest dengan skor posttest

    pengetahuan tentang KMS. Rumusan hipotesis yang diuji adalah sebagai

    berikut:

    H0 : tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dengan skor

    posttest

    Ha : ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dengan skor

    posttest

    Perbedaan didefinisikan sebagai selisih yang diperoleh dari skor

    posttest dikurangi skor pretest. Hasil pengujian disajikan dalam tabel berikut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    57

    Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Skor Pretest dan Skor Posttest

    Mean Posttest Pretest t df p Posttest Pretest

    5,683 10,283 40 0,000

    Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa rata-rata selisih (skor posttest

    dikurangi skor pretest) bernilai positif yaitu sebesar 5,683, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa terjadi peningkatan skor dari sebelum ke sesudah

    pendidikan kesehatan. Uji statistik terhadap peningkatan skor tersebut

    menghasilkan nilai thitung > ttabel (10,283 > 2,021) atau p < 0,05 dengan derajat

    kebebasan (df) sebesar 40 dan pada taraf signifikansi 5%maka diputuskan

    bahwa H0 ditolak atau Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

    bahwa ada perbedaan (peningkatan) yang signifikan antara skor pretest dengan

    skor posttest, atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pendidikan

    kesehatan tentang KMS dapat meningkatkan pengetahuan kader posyandu

    tentang KMS.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    58

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

    kader tentang KMS dilaksanakan di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo dimana

    kegiatan rutin di Posyandu Desa Kadilangu dilaksanakan dua kali pertemuan.

    Pertemuan pertama untuk penyuluhan kader oleh tenaga kesehatan. Pertemuan

    kedua digunakan untuk kegiatan posyandu. Dalam penelitian ini peneliti

    melakukan pretes dan pendidikan kesehatan pada pertemuan pertama dan

    melakukan posttes pada pertemuan kedua. Kendala dalam penelitian ini adalah

    ketika dilaksanakan postets setelah selesainya kegiatan posyandu sehingga kader

    mengerjakan kuesioner secara terburu-buru bahkan ada yang mengerjakan

    kuesioner posttest dirumah kader sehingga peneliti harus mengambil hasil posttest

    di rumah kader.

    A. Karakteristik Responden

    Pada tabel 4.1 menunjukkan tentang karakteristik responden

    berdasarkan umur dimana umur mempunyai pengaruh terhadap daya tangkap

    dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

    pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan kader semakin

    baik Notoatmodjo (2005). Hasil penelitian menunjukkan distribusi umur

    responden, sebagian besar berumur 31-35 tahun ada 11 orang (26.83%) dan

    sebagian kecil berumur 16-20 tahun ada 1 orang (2.43%). Hal ini berarti

    58

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    59

    terdapat rentang umur dimana pengetahuan seseorang semakin baik yakni

    pada rentang umur dewasa hingga batas umur tua dimana seseorang akan

    cenderung berpengetahuan menurun. Sesuai dengan penelitian yang telah

    dilakukan oleh Pangestuti (2008) bahwa faktor yang paling berpengaruh

    terhadap kemampuan menafsirkan pesan pertumbuhan anak dalam KMS

    adalah keaktifan kader, pendidikan, partisipasi sosial dan umur kader.

    Pada tabel 4.2 menunjukkan tentang karakteristik responden

    berdasarkan pendidikan dimana pendidikan adalah suatu usaha untuk

    mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah

    dan berlangsung seumur hidup. Menurut Airin (2010) Pendidikan

    mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin

    mudah orang tersebut untuk menerima pengetahuan. Namun kesadaran untuk

    menempuh pendidikan perguruan tinggi masih kurang. Hasil penelitian

    menunjukkan distribusi responden sebagian besar berpendidikan SLTA ada

    20 orang (47.78%) dan sebagian kecil berpendidikan SD ada 5 orang

    (12.20%). Hal ini berarti pendidikan dalam penelitian ini mayoritas masuk

    dalam kategori SLTA. Sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh

    Rosphita (2007) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan

    kader, pendidikan kader dengan ketrampilan menginterpretasikan hasil

    penimbangan (N dan T) dan menggambar grafik pertumbuhan anak.

    Pada tabel 4.3 menunjukkan tentang karakteristik responden

    berdasarkan pekerjaan dimana pekerjaan seseorang akan menentukan status

    ekonomi seseorang sehingga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    60

    yang di perlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga pekerjaan akan

    mempengaruhi pengetahuan seseorang Notoatmodjo (2005). Hasil penelitian

    menunjukkan sebagian besar responden tidak bekerja atau berstatus ibu

    rumah tangga ada 29 orang (70.73%) dan sebagian kecil bekerja ada 12 orang

    (29.73%). Kader di posyandu merupakan pengabdian masyarakat yang

    memerlukan waktu dari kader itu sendiri. Sehingga mayoritas kader yang

    dapat memberikan waktu untuk posyandu adalah kader yang tidak bekerja.

    Sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Airin (2010) bahwa

    terdapat pengaruh karakteristik kader (meliputi : paritas, pendidikan,

    pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap) terhadap pengetahuan kader.

    B. Analisis Perbedaan Pretest dan Postest

    Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik menghasilkan nilai t sebesar

    10,283 dengan signifikansi (p) sebesar 0,000. Pengujian dilakukan dengan

    derajat kebebasan (df) sebesar 40 dan pada taraf signifikansi 5% sehingga

    nilai kritis distribusi ttabel yang digunakan sebagai pembanding adalah sebesar

    2,021. Terlihat bahwa thitung > ttabel (10,283 > 2,021) atau p < 0,05 maka

    diputuskan bahwa H0 ditolak atau Ha diterima. Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa ada perbedaan (peningkatan) yang signifikan antara skor

    pretest dengan skor posttest, atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa

    pendidikan kesehatan tentang KMS dapat meningkatkan pengetahuan kader

    posyandu tentang KMS. Sehingga ada pengaruh pendidikan kesehatan

    terhadap pengetahuan kader tentang KMS.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    61

    Hasil dari penelitian didapatkan hasil posttest lebih baik daripada hasil

    pretest hal ini disebabkan karena adanya suatu perlakuan yaitu sebelum

    posttest kader diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini sesuai dengan

    pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa setelah seseorang mengalami stimulus

    atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat

    terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dapat

    melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui dan disikapinya.

    Sedangkan menurut Machfoed (2005), pendidikan kesehatan merupakan

    proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan

    masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses

    belajar. Perubahan tersebut mencangkup pengetahuan, sikap dan ketrampilan

    melalui proses pendidikan kesehatan. Pada hakikatnya dapat berupa emosi,

    pengetahuan, pikiran, keinginan, tindakan nyata dari individu, kelompok dan