diferensiasi fungsi posyandu · web viewfokus layanan posyandu juga tidak berubah, yaitu pada ibu...
TRANSCRIPT
DIVERSIFIKASI FUNGSI POSYANDU
SEBAGAI ALTERNATIF REVITALISASI POSYANDU
DI ERA GLOBALISASI
disusun oleh
Agustinus Suyoto, S.Pd
Guru SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Karya tulis ini disusun untuk diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah kategori Guru, yang diselenggarakan oleh panitia Annual Scientific Meeting dan Temu Alumni
2008 Fakultas Kedokteran UGM.
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis berjudul ”DIVERSIFIKASI FUNGSI POSYANDU SEBAGAI
ALTERNATIF REVITALISASI POSYANDU DI ERA GLOBALISASI” yang
ditulis oleh Agustinus Suyoto, S.Pd, Guru SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, Jl. Dr.
Sutomo 16 Yogyakarta ini telah disahkan oleh Kepala SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
pada tanggal 9 Februari 2008
Yogyakarta, 9 Februari 2008
Yang mengesahkan
Dra. Chr. Rini Suharsih
Kepala SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena pendampingan-Nya lah karya tulis
berjudul Diversifikasi Fungsi Posyandu Sebagai Alternatif Revitalisasi Posyandu di Era
Globalisasi telah berhasil saya selesaikan. Karya tulis ini disusun untuk diikutsertakan
dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah dalam rangka menyambut Annual Scientific Meeting
dan Temu Alumni 2008 Fakultas Kedokteran UGM.
Ada beberapa hal yang ingin dicapai dari penulisan karya tulis ini. Pertama, penulis ingin
ikut serta memberikan sumbangan pemikiran demi tercapainya kondisi masyarakat yang
semakin menyadari pentingnya menciptakan lingkungan hidup sehat secara mandiri.
Kedua, penulis ingin menawarkan alternatif untuk meningkatkan peran dan fungsi
POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) dalam kerangka pendidikan kesehatan khususnya
bagi remaja. Dan ketiga, penulis ingin ikut ambil bagian dalam rangkaian kegiatan yang
diadakan oleh panitia.
Secara garis besar, karya tulis ini membahas masalah upaya merevitalisasi peran
POSYANDU dengan melakukan diversifikasi dalam berbagai bidang pelayanan. Sampai
saat ini, pelayanan POSYANDU masih dianggap terbatas pada pelayanan kesehatan bagi
anak-anak usia balita beserta ibunya dan pelayanan kesehatan bagi para lansia.
POSYANDU sebagai pos pelayanan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan yang
dibuat oleh pemerintah, selama ini mengabaikan peran para remaja baik sebagai kader
kesehatan maupun sebagai subyek layanan. Padahal, di era modern ini remaja juga
termasuk kelompok ”rawan kesehatan” namun sekaligus sebagai kelompok ”potensial
srategis” untuk menciptakan masyakarat yang sehat,cerdas, dan berkualitas. Anak usia
SD juga perlu mendapat perhatian karena pada masa itu pertumbuhan mereka memasuki
masa penting. Sedangkan kaum laki-laki perlu diberdayakan demi terwujudkan organisasi
posyandu yang berkualitas dan mandiri. Oleh sebab itu, diversifikasi layanan menjadi
mendesak untuk dilakukan jika Posyandu benar-benar akan difungsikan sebagai garda
depan penciptaan masyakarat sehat, cerdas, dan berkualitas.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi
kedalaman pembahasan maupun keluasan referensi. Untuk itu, penulis sangat berterima
kasih apabila ada usulan-usulan untuk penyempurnaan karya tulis ini.
Semoga, karya ini sedikit banyak mampu memberikan sumbangan pemikiran untuk
pengembangan derajat hidup dan kesehatan masyarakat.
Yogyakaarta, 8 Februari 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………….....……………………i
Lembar Pengesahan ............................................................................................................ii
Kata Pengantar....................................................................................................................iii
Daftar Isi .............................................................................................................................v
Abstraksi ............................................................................................................................vi
Bab I Pendahuluan ............................................................................................................ 1
Bab II Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 4
Bab III Metode Penulisan ................................................................................................ 10
Bab IV Pembahasan ......................................................................................................... 12
Bab V Penutup ................................................................................................................. 17
Daftar Pustaka ...................................................................................................................18
Biodata Penulis .................................................................................................................19
ABSTRAKSI
Setelah terjadinya krisis ekonomi dan dinamika politik di Indonesia, peran Posyandu dalam pelayanan kesehatan semakin merosot. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya kasus di bidang kesehatan.
Untuk mengatasi hal itu, pemerintah telah mencanangkan program revitalisasi Posyandu sejak tahun 1999. Namun sampai saat ini hasilnya belum begitu memuaskan. Salahsatu faktor penyebab kegagalan tersebut adalah kurang bervariasinya program yang disiapkan oleh Posyandu.
Untuk mendukung keberhasilan program revitalisasi Posyandu perlu dilakukan upaya diversifikasi bentuk layanan dan subyek layanan. Diversifikasi bentuk layanan Posyandu meliputi program layanan penyuluhan bagi remaja usia subur, program kegiatan peningkatan perekonomian keluarga, program studi banding anggota, program rekreasi bersama, program aksi kebersihan bersama, program peduli orang sakit, dan program kunjungan khusus. Sedangkan program diversifikasi subyek layanan meliputi perluasan subyek layanan pada anak-anak usia SD, remaja usia subur, dan kaum laki-laki. Di samping subyek layanan yang sudah ada yaitu balita, ibu hamil dan menyusui, serta lansia, subyek di atas perlu dimasukkan dalam target layanan dengan spesialisasi khusus pada masing-masing subyek.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Krisis ekonomi dan dinamika kehidupan berpolitik bangsa Indonesia baik secara
langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada derajat hidup dan kesehatan
masyarakat. Pengaruh tersebut mencakup dua sisi sekaligus. Pada satu sisi masyarakat
cenderung bergerak ke arah budaya transparansi di mana masyarakat dan media massa
tidak lagi menutup-nutupi segara persoalan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Termasuk persoalan-persoalan yang pada era sebelumnya dianggap tidak layak
dipublikasikan, seperti bencana kelaparan, wabah penyakit, dan kasus-kasus gizi buruk
pada anak-anak di bawah umur. Sedangkan pada sisi lain ditemukan fakta bahwa
kemampuan ekonomi sebagian masyarakat semakin menurun. Artinya secara perlahan-
lahan karena pengaruh krisis ekonomi berkepanjangan jumlah penduduk miskin dan di
bawah standar sejahtera semakin hari semakin meningkat.
Akibat dua hal di atas, masyakarakat Indonesia menjadi tahu bahwa terjadi banyak kasus
kesehatan yang bermunculan ke permukaan. Misalnya kasus penyakit polio, gizi buruk,
wabah flu burung, wabah demam berdarah, dan sebagainya. Munculnya kasus-kasus
tersebut pada satu sisi sedikit banyak dibantu oleh peran media massa yang memang
mendapat kebebasan lebih luas dalam melakukan pemberitaan kepada masyarakat. Tentu
saja akibat pemberitaan kasus-kasus tersebut, masyarakat menjadi semakin mengerti
bahwa masih terdapat banyak masalah dalam bidang kesehatan masyakarat. Gambaran
yang telah tertanam bahwa melalui sistem pelayanan kesehatan yang dibangun selama
bertahun-tahun derajat kesehatan masyakarat khususnya anak-anak dan balita meningkat
perlahan-lahan memudar. Dan berubah menjadi keresahan di kalangan masyakarat.
Melihat kasus-kasus di bidang kesehatan mengemuka lagi, pemerintah tampaknya tidak
tinggal diam. Pemerintah merespon berbagai kasus tersebut dengan membenahi kembali
sistem pelayanan kesehatan. Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) banyak yang
direnovasi agar dapat difungsikan sebagai rumah sakit dengan fasilitas rawat inap.
Tenaga medis diprioritaskan untuk diproses sebagai pegawai pemerintah. Bahkan
pemerintah juga telah mencanangkan program pemberdayaan kembali (revitalisasi) Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Program Revitalisasi Posyandu yang dicanangkan pemerintah tampaknya tidak main-
main. Hal ini dapat dilihat dari besarnya alokasi dana yang disediakan oleh pemerintah
untuk program ini. Beberapa petunjuk pelaksanaan revitalisasi juga telah dikeluarkan
oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.
Sampai saat ini program revitalisasi yang telah digulirkan oleh pemerintah sejak tahun
1999 ini tampaknya belum mampu secara signifikan meningkatkan peran Posyandu
dalam membangun masyarakat. Berbagai kendala dilaporkan terjadi di lapangan.
Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi faktor penghambat keberhasilan program
revitalisasi posyandu. Pertama, stigma yang diberikan oleh masyakarat yang
menganggap bahwa persoalan posyandu merupakan persoalan para ibu dan kaum
perempuan. Kedua, anggapan bahwa subyek layanan posyandu hanya terbatas pada anak
balita dan ibu hamil. Ketiga, opini masyakarat yang menganggap bahwa posyandu
merupakan kegiatan murni sosial yang diselenggarakan atas dasar sukarela dan
kesadaran. Keempat, anggapan bahwa layanan kesehatan komersial lebih berkualitas bila
dibandingkan dengan layanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah.
B. MASALAH
Yang menjadi persoalan dalam revitalisasi Posyandu adalah strategi macam apa yang
perlu dirumuskan demi tercapainya target revitalisasi Posyandu. Strategi baru ini perlu
ditemukan agar posyandu benar-benar mampu menjadi garda terdepan dalam penciptaan
masyakarat Indonesia yang memiliki derajat kesehatan tinggi dan kesadaran tinggi akan
pentingnya pemeliharaan kesehatan.
C. GAMBARAN SOLUSI (HIPOTESIS)
Salahsatu alternatif agar program revitalisasi posyandu mencapai hasil yang diharapkan,
yaitu posyandu benar-benar berfungsi sebagai kelompok terdepan dalam peningkatan
derajat kesehatan masyakat adalah dengan melakukan diversifikasi fungsi Posyandu.
Jika selama ini Posyandu hanya difungsikan sebagai pos layanan bagi anak usia balita
dan ibu hamil, serta lansia, ke depan posyandu perlu difungsikan secara lebih bervariasi.
Sehingga semakin banyak anggota masyarakat yang ikut ambil bagian dalam kegiatan
posyandu.
D. MANFAAT
Jika strategi tersebut dapat ditemukan, ada beberapa manfaat yang dapat dipetik.
Pertama, posyandu dapat kembali berfungsi sebagai kelompok pelayanan kesehatan
masyarakat. Kedua, masyakarat semakin memiliki kepedulian terhadap keberadaan dan
kelangsungan hidup posyandu. Ketiga, masyarakat semakin menyadari pentingnya
posyandu sekaligus memiliki kesadaran untuk memanfaatkan posyandu. Keempat, dunia
usaha dan ormas tidak ragu-ragu dalam membantu pengembangan posyandu baik
membantu dari segi finansial maupun bidang lain seperti keorganisasian dan pendidikan
kader.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa artikel yang telah membicarakan persoalan kualitas kesehatan dalam
hubungannya dengan peran Posyandu. Pertama, artikel yang ditulis oleh Nitta Isdiany
yang berjudul ”Peran Poltekkes Dalam Penyediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Untuk Desa Siaga”(2006). Artikel ini secara garis besar membicarakan kondisi kesehatan
di Indonesia. Sejumlah data dimunculkan dalam artikel ini, antara lain masalah jumlah
balita yang mengalami gizi buruk, tingkat kematian bayi dan ibu hamil. Solusi yang
ditawarkan penulis artikel ini adalah dengan pembentukan desa siaga dengan berbagai
persyaratan yang perlu dipenuhi untuk dapat disebut sebagai desa siaga.
Pakar lain yang juga membicarakan masalah revitalisasi Posyandu adalah Benny
Soegianto, MPH , seorang konsultan gizi dari UNICEF Indonensia. Dia mengatakan
bahwa jika berfungsi sebagaimana mestinya, Posyandu bisa memonitor tumbuh kembang
balita yang menjadi anggotanya. Kasus-kasus gizi buruk biasanya terjadi karena tidak ada
yang melakukan pemantauan terhadap perkembangan anak. Mestinya Posyandu bertugas
melakukan monitoring atas perkembangan anak sehingga tidak sampai terjadi kasus gizi
buruk. Dia juga mengatakan bahwa titik terlemah dalam pelayanan lima meja Posyandu
adalah meja keempat, yaitu komunikasi. Hasil pemantauan terhadap subyek layanan
seharusnya dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, tetapi jarang
dilakukan oleh para kader Posyandu.(www.gizi.net)
Artikel lain yang secara sistematis membicarakan bentuk-bentuk layanan Posyandu
terdapat dalam situs www.kmpk-forum-posyandu. Dalam situs ini diuraikan secara jelas
meja-meja layanan Posyandu, yang meliputi lima meja. Kelima meja layanan tersebut
adalah meja pendaftaran, meja penimbangan, meja pengisian KMS (Kartu Menuju
Sehat), meja komunikasi, dan meja tindakan.
Sebenarnya, persoalan melemahnya peran dan fungsi Posyandu sudah lama terdeteksi
oleh pemerintah. Hal itu terlihat dari dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
no. 411.3/536/SJ tanggal 3 Maret 1999 tentang revitalisasi posyandu. Seiring dengan
perkembangan perpolitikan Indonesia, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah
mengeluarkan surat edaran Nomor 411.3/116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman
Umum Revitalisasi Posyandu (www.depkes.go.id)
Secara garis besar, surat edaran tersebut mencakup beberapa pokok gagasan sebagai
berikut. Pertama, bahwa hakekat dilaksanakannya Revitalisasi Posyandu adalah sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan peningkatan status gizi masyarakat,
yang secara umum terpuruk sebagai akibat langsung maupun tidak langsung adanya
krisis multi dimensi di Indonesia. Kedua, pelaksanaan demokratisasi kehidupan
masyarakat diharapkan dapat pula menjangkau pelaksanaan pembangunan dan pelayanan
kesehatan dasar masyarakat, dimana Posyandu mampu berperan sebagai wadah
pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat. Ketiga, untuk melaksanakan Revitalisasi
Posyandu perlu dihimpun seluruh kegiatan masyarakat agar berperan serta secara aktif
sesuai dengan kemampuannya, baik sebagai pelaksana maupun sebagai pembina
dilingkungannya masing-masing, sehingga cakupan sasaran kelompok masyarakat yang
membutuhkan pelayanan Posyandu pada hari buka dan kunjungan rumah dapat mencapai
hasil yang setinggi-tingginya. Keempat, prioritas penanganan program seperti itu perlu
dilanjutkan upaya investasi pembangunan sumber daya manusia yang dilaksanakan
secara merata di Indonesia.
Bentuk-bentuk revitalisasi posyandu yang dicanangkan pemerintah meliputi berbagai
hal, Berikut ini adalah deskripsi singkat bentuk-bentuk revitalisasi posyandu yang
dicanangkan oleh pemerintah.
Pertama, Pelatihan Pelatih dan Pelatihan Kader. Persoalan minimnya kemampuan
Sumber Daya Manusia dalam pengembangan posyandu memang bukan persoalan baru.
Kemampuan kader yang minim mengakibatkan kekurangpercayaan diri para kader dalam
menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu pelatihan kader perlu dilakukan agar pengetahuan
dan ketrampilan sekaligus dedikasi kader sehingga timbul kepercayaan diri untuk dapat
melaksanakan tugas sebagai kader dalam melayani masyarakat, baik di Posyandu
maupun saat melakukan kunjungan rumah.
Kedua, Pelayanan pada hari buka. Sebagaimana telah dilaksanakan pada waktu-waktu
sebelumnya, pelayanan posyandu pada hari buka dilaksanakan dengan menggunakan 5
tahapan layanan yang biasa disebut sistem 5 meja. Untuk revitalisasi posyandu dengan
mempertimbangkan terhadap urgensi adanya gangguan gizi yang cukup bermakna yang
pada umumnya melanda anak-anak Bawah Dua Tahun (Baduta), fokus layanan diberikan
pada anak usia tersebut.
Ketiga, Paket Pelayanan Pengembangan. Paket pelayanan dan pengembangan adalah
paket layanan yang dapat ditambahkan atau dikembangkan bagi Posyandu yang telah
mapan. Paket kegiatan pilihan ini merupakan perluasan kegiatan Posyandu yang
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat/kelompok sasaran di daerah, yang meliputi
tambahan berbagai program. Program-program layanan tambahan tersebut antara lain:
- Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegrasikan Dengan
Program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.
- Program Dana Sehat/atau JPKM dan sejenisnya, seperti TABULIN, TABUMAS dan
sebagainya.
- Program Penyuluhan Penanggulangan penyakit endemis setempat seperti malaria,
demam berdarah dengue (DBD), gondok endemic dan lain-lain.
- Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLB).
- Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
- Program Diversifikasi Pertanian Tanaman Pamngan.
- Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan perbaikan
lingkungan pemukiman.h) Pemanfaatan pekarangan.
- Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.
- Dan kegiatan lainnya seperti : TPA, Pengajian, Taman Bermain, Arisan, Peragaan
Teknologi Tepat Guna dan sejenisnya.
Keempat, Pelayanan Ibu Hamil dan Ibu menyusui. Untuk ibu hamil, pelayanannya
meliputi pemeriksaan kehamilan, Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang
mengalami KEK, Pemberian tablet tambah darah, Penyuluhan gizi dan kesehatan
reproduksi. Sedangkan untuk ibu menyusui, pelayanannya meliputi pemberian Vit. A,
Pemberian Makanan Tambahan, Pelayanan nifas dan pemberian tablet tambah darah,
Penyuluhan tentang pemenuhan gizi selama menyusui, pemberian ASI eksklusif,
perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, dan Pelayanan KB.
Kelima, Pelayanan dengan Kunjungan Rumah. Kunjungan rumah dilakukan di luar jam
buka pelayanan posyandu. Hal-hal yang dilakukan dalam kunjungan rumah antara lain
pemberian undangan, pembaharuan data, dan pemetaan masalah.
Keenam, Meningkatkan peran serta masyarakat dan membangun Kemitraan. Sebagai unit
pelayanan yang berbasis masyarakat, Posyandu perlu mendapat dukungan luas dari
masyarakat melalui peran sertanya agar kegiatan Posyandu dapat berkelanjutan dan
jangkauannya meluas sesuai kebutuhan kelompok sasaran yang dilayaninya. Peningkatan
peran serta masyarakat untuk mendukung kegiatan Posyandu dapat dilakukan melalui :
- Pembentukan suatu lembaga atau unit pengelola Posyandu di desa yang anggotanya
dipilih dari masyarakat,
- Pemberian penghargaan kepada kader berupa dana hibah atau pinjaman modal usaha
bagi kader yang kinerjanya baik.
- Pemberian bantuan pembiayaan untuk penyelenggaraan Posyandu yang bersumber
dari dana masyarakat,
- Pemberian bimbingan dalam rangka pengelolaan Posyandu
- Kemitraan yang dapat diwujudkan dengan cara membentuk dan memperkuat jejaring
antar dan atau beberapa Posyandu yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi
kemasyarakatan, baik yang berada dalam satu desa atau sebutan lain, ataupun pada
wilayah yang lebih luas.
Ketujuh, Optimalisasi Kegiatan Posyandu. Untuk dapat mengoptimalkan kegiatan
Posyandu, diperlukan sarana dan prasarana, sehingga Posyandu dapat berlangsung secara
optimal, baik saat hari buka maupun saat kunjungan rumah tanpa mengalami hambatan.
Oleh sebab itu salahsatu bentuk revitalisasi posyandu adalah dengan melengkapi sarana
dasar seperti timbangan bayi, timbangan dewasa, kartu KMS, pita LILA, alat peragaan
memasak, bahan KIE, obat-obatan berupa Vit.A, tablet dan sirup Fe, kapsul iodium, obat
cacing, oralit, ATK dan format SIP untuk menunjang kegiatan pelayanan minimal dan
paket Tambahan sesuai jumlah kelompok sasaran yang ditetapkan, merupakan syarat
dasar untuk berfungsinya Posyandu secara baik.
Kedelapan. Pelayanan Menggunakan Sistem Kafetaria (Pilihan Jenis Layanan)
Menyadari bahwa terdapat keberagaman kondisi dan situasi subyek layanan, posyandu
perlu mengemas layanan dengan pola kafetaria. Artinya posyandu dapat memilih sendiri
jenis layanan sesuai kebutuhan kelompok sasaran, meskipun secara umum setiap
posyandu mampu memberi pelayanan mulai dari paket minimum sampai paket tambahan.
Pelayanan dengan pendekatan untuk memilih sendiri jenis pelayanan sesuai kebutuhan
para klien. Namun demikian, psyandu hendaknya tetap tidak menghilangkan tugas
pokoknya untuk menjadi unit pemantau tumbuh kembang anak, khususnya guna
memenuhi kelompok sasaran yang paling rawan dalam proses tumbuh kembangnya,
yakni Baduta.
Kesembilan, Memberikan Perhatian Khusus Pada Kelompok sasaran Berdasar Azas
Kecukupan (terutama pada Baduta). Berdasarkan analisa atas persoalan mendasar,
Revitalisasi Posyandu akan memprioritaskan kegiatannya pada Posyandu Pratama dan
Madya, dengan fokus layanan pada anak-anak Baduta.
Kesepuluh, Memperkuat Dukungan Pendampingan Dan Pembinaan Oleh Tenaga
Profesional dan Tokoh Masyarakat. Posyandu diselenggarakan oleh tenaga-tenaga kader
yang bekerja atas dasar sukarela. Karena asas sukarela tersebut, keberhasilannya sangat
bergantung pada dukungan masyarakat baik masyakarat umum maupun masyakarat
profesi. Oleh sebab itu, revitalisasi posyandu perlu juga menyentuh pada upaya
peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan posyandu.
Dari paparan rencana program revitalisasi posyandu seperti dipaparkan di atas dapat
diketahui bahwa pemerintah baru menawarkan upaya pengaktifan kembali kegiatan-
kegiatan Posyandu sehingga kegiatan Posyandu dapat berlangsung seperti pada masa-
masa sebelum krisis perekonomian dan krisis politik. Fokus layanan Posyandu juga tidak
berubah, yaitu pada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Bedanya, dalam program
revitalisasi lebih ditekankan perhatiannya pada anak-anak di bawah usia dua tahun.
Jika demikian, ada kemungkinan bahwa pelaksanaan program posyandu pada akhirnya
tetap sama saja dengan model terdahulu, sementara persoalan-persoalan di bidang
kesehatan pada masa modern ini tentunya sudah berubah, seperti masalah kenakalan
remaja, narkoba, kehamilan di luar nikah, dan rendahnya kepedulian masyakarat terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Maka, tidak mengherankan jika terdapat
banyak laporan dari lapangan yang menyatakan bahwa program revitalisasi Posyandu
menghadapi banyak hambatan.
BAB III
METODE PENULISAN
Karya tulis ilmiah ini disusun dengan metode penelitian pustaka. Yang dimaksud dengan
penelitian pustaka adalah bahwa penulis mencari solusi atas permasalahan yang
dikemukakan berdasarkan kajian-kajian atas informasi tertulis baik dari buku-buku
referensi maupun dari internet. Secara umum, prosedur penyusunan karya tulis ilmiah ini
adalah sebagai berikut.
Pertama, penulis melakukan studi pendahuluan seputar masalah revitalisasi Posyandu.
Dari studi pendahuluan tersebut penulis menemukan kesamaan pembahasan di mana
program revitalisasi Posyandu tidak mengubah sasaran layanan. Fokus layanan tetap
terletak pada balita, ibu hamil, dan menyusui. Sementara bentuk-bentuk layanan yang
ditawarkan dalam program revitalisasi hampir sama dengan program Posyandu selama
ini.
Kedua, penulis melakukan pemetaan persoalan. Dalam pemetaan persoalan ini penulis
sampai pada sebuah hipotesis bahwa untuk keberhasilan program revitalisasi Posyandu
perlu dilakukan diversifikasi pada subyek layanan dan bentuk layanan.
Ketiga, penulis menyusun kajian-kajian yang sudah ada ke dalam kerangka tinjauan
pustaka. Tujuannya adalah untuk menemukan analisa logis atas usulan solusi yang akan
dikemukakan oleh penulis, di mana penulis perlu meyakinkan bahwa usulan solusi
tersebut bukanlah sebuah duplikasi atau pengulangan atas gagasan orang lain.
Keempat, penulis memaparkan gagasannya tentang revitalisasi Posyandu. Fokus gagasan
yang disampaikan adalah pada persoalan awal yang telah dirumuskan yaitu masalah
diversifikasi bentuk layanan dan subyek layanan Posyandu.
Kelima, berdasarkan argumen-argumen yang disampaikan pada pembahasan, penulis
mengambil kesimpulan. Menyadari adanya keterbatasan dalam analisa data dan buku
referensi, penulis mencoba menawarkan saran untuk penelitian lebih lanjut.
Secara garis besar, hasil kajian atas persoalan revitalisasi Posyandu tertuang dalam lima
bagian pokok. Pada Bab I disajikan pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah,
permasalahan, hipotesis atas jawaban permasalahan, dan manfaat yang dapat diperoleh
jika masalah berhasil dijawab. Pada Bab II disampaikan tinjauan pustaka, yang
mencakup konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang
dibahas. Pada Bab III disampaikan secara singkat metode penulisan dalam penulisan
karya tulis ini. Pada Bab IV disampaikan uraian atas gagasan-gagasan untuk menjawab
masalah yang disampaikan. Pada Bab V disampaikan kesimpulan dan saran
(rekomendasi).
BAB IV
PEMBAHASAN
Keberhasilan program revitalisasi Posyandu ditentukan oleh adanya diversifikasi bentuk
layanan dan subyek layanan posyandu itu sendiri. Termasuk dalam konsep diversifikasi
ini adalah bentuk-bentuk layanan dan subyek layanan yang selama ini telah dilaksanakan
oleh Posyandu. Namun, dalam pembahasan di bawah ini penulis tidak akan membahas
bentuk layanan yang sudah dilaksanakan yang secara terperinci telah dideskripsikan
dalam surat edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 411.3/116/SJ
tanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Fokus pembahasan
diberikan pada bentuk layanan baru dan subyek layanan baru sebagai usulan solusi untuk
keberhasilan program revitalisasi Posyandu.
Konsep diversifikasi yang akan dibahas di bawah ini terbagi dalam dua bagian, yaitu
diversifikasi bentuk layanan dan diversifikasi subyek layanan.
A. DIVERSIFIKASI BENTUK LAYANAN
Berbagai bentuk layanan yang dapat diberikan sebagai program diversifikasi layanan
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah
diversifikasi layanan pada tingkat pelaksana. Yang di maksud tingkat pelaksana di sini
adalah pos pelayanan yang terdapat pada satuan kerja atau kelompok. Biasanya, pos
pelayanan ini minimal terdapat satu pos per dusun, atau di perkotaan dalam satu RW.
Bentuk-bentuk diversifikasi layanannya antara lain. Pertama, program layanan
penyuluhan bagi remaja usia subur. Selama ini fokus layanan Posyandu adalah ibu
hamil, menyusui, dan balita. Yang dilupakan adalah para remaja baik laki-laki maupun
perempuan yang notabene akan menjadi orangtua pada masa-masa mendatang. Sebagian
besar sarjana psikologi sependapat bahwa masa remaja merupakan fase perkembangan
yang sangat mencolok baik secara fisik, psikologis, sosial, dan moral. Pertama adalah
hal-hal yang bersifat jasmani/fisik sebagai kebutuhan primer seperti makan, minum, seks,
dan lain sebagainya. Sedangkan kedua, adalah kebutuhan yang bersifat rohani, yakni
psikis dan sosial. (Sudarsono, 1991:155-156).
Sedangkan Hasan Basri (1995:3-7) mengatakan bahwa hal yang cukup memprihatinkan
semua pihak adalah penyimpangan seksual yang dilakukan kawula muda dengan segala
dampak negatifnya sehingga mengganggu taraf keteteramandan kebahagiaan kehidupan
bermasyarakat. Ada dua sumber penyebabnya. Pertama kualitas pribadi remaja itu
sendiri. Kedua, kualitas lingkungan keluarga dan masyarakat seperti rumah dan keluarga.
Melihat kondisi remaja khususnya remaja putri yang pada akhirnya nanti akan menjadi
calon ibu berkualitas tampaknya Posyandu perlu peduli dengan mengadakan serangkaian
pendidikan seks dan penyuluhan bagi remaja usia subur. Dengan program itu posyandu
ikut ambil bagian dalam penyelamatan generasi muda ini dengan memperluas layanan
bagi para remaja rawan kesehatan dengan memberikan penyuluhan dan mewadahi
mereka dalam kegiatan-kegiatan produktif lainnya.
Kedua, program kegiatan peningkatan perekonomian keluarga. Tinggi rendahnya
kepedulian masyarakat terhadap sektor kesehatan sedikit banyak dipengaruhi oleh tingkat
kesejahteraan keluarganya. Tingkat kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh kemampuan
anggota keluarga dalam mencari penghasilan. Dalam kegiatan Posyandu, persoalan ini
kurang mendapat perhatian. Oleh sebab itu, dalam rangka revitalisasi fungsi posyandu,
program-program untuk peningkatan perekonomian keluarga perlu diadakan. Misalnya
saja program pemberian modal usaha berbunga rendah. Jika posyandu mampu
memberikan pinjaman modal usaha bagi para anggotanya, kegiatan perekonomian
keluarga tersebut dapat ditingkatkan, yang pada akhirnya berdampak pada penambahan
pendapatan keluarga tersebut. Peningkatan taraf hidup keluarga tersebut kiranya semakin
mampu meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan keluarga itu.
Sebenarnya program pemberian modal usaha ini sudah diagendakan dalam program
pemerintah untuk revitalisasi Posyandu. Namun, pemberian modal usaha yang
dimaksudkan dalam program tersebut hanya diberikan pada kader berprestasi. Sementara
itu yang lebih mendesak dilakukan adalah perbaikan kesejahteraan secara massal, yaitu
yang mencakup sebanyak mungkin anggota Posyandu.
Ketiga,, program studi banding anggota. Studi banding yang dimaksudkan di sini bukan
semata-mata studi banding keorganisasian, melainkan lebih difokuskan pada studi
banding kegiatan pengelolaan kesehatan dan kesejahteraan. Selama ini, jika Posyandu
mengadakan studi banding, tujuan utamanya adalah masalah keorganisasian. Artinya,
studi banding dilakukan untuk mengetahui bentuk penyelenggaraan Posyandu yang sudah
lebih maju. Jika anggota Posyandu diajak studi banding untuk mengetahui teknik
pengolahan emping mlinjo dan anyam-anyaman, kiranya lebih banya manfaatnya bagi
peningkatan kesejahteraan.
Keempat, program rekreasi bersama. Salahsatu kunci peningkatkan kualitas keluarga
adalah tingkat keharmonisan keluarga baik kehamonisan ke dalam keluarga tersebut
maupun keharmonisan dengan keluarga sekitarnya. Dan bentuk yang paling
memungkinkan untuk penciptaan keharmonisan tersebut adalah dengan penyelenggaraan
rekreasi bersama anggota posyandu dan keluarganya.
Kelima, program aksi kebersihan bersama. Kualitas kesehatan masyakarat sangat
dipengaruhi oleh tingkat kesadaran anggota masyarakat dalam memelihara lingkungan.
Posyandu sebagai pos terdepan dalam bidang kesehatan sebaiknya menjadi pelopor
sekaligus penggerak aksi kebersihan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Maka, di
samping layanan baku, sebaiknya diadakan pula program aksi kebersihan bersama. Aksi
kebersihan ini tidak sekedar melibatkan anggota posyandu, melainkan juga melibatkan
seluruh elemen masyarakat. Hanya saja perencana aksi dan fokus aksi diolah terlebih
dahulu oleh pengurus posyandu sehingga aksi tersebut benar-benar tepat sasaran.
Keenam, program peduli orang sakit. Selama ini posyandu lebih memfokuskan diri pada
penanganan masalah ibu hamil, menyusui, dan balita. Padahal, orang sakit di
lingkungannya perlu juga mendaat perhatian khusus. Untuk itu, program peduli orang
sakit perlu dimasukkan dalam perencanaan program Posyandu. Pelaksanaannya bisa
berupa pengumpulan dana, pemberian nutrisi, dan bantuan makanan higienis. Secara
sosial, kunjungan terhadap orang sakit yang dilakukan oleh kader posyandu akan
membantu proses penyembuhan si sakit.
Ketujuh, program kunjungan khusus. Selama ini kunjungan rumah lebih difokuskan
pada pemberian undangan dan pembaharuan data saja. Kunjungan yang secara khusus
ditujukan untuk memberikan pendampingan peningkatan kualitas hidup keluarga masih
jarang dilakukan. Oleh sebab itu, program kunjungan khusus untuk memberikan
pendampingan keluarga dalam rangka peningkatan kualitas hidup perlu diprogramkan
dalam posyandu. Kegiatannya bisa berupa pembinaan sekaligus bantuan penataan rumah,
pendampingan kegiaan perekonomian tambahan, dan pendampingan pendidikan anak.
B. DIVERSIFIKASI SUBYEK LAYANAN
Diversifikasi subyek layanan perlu juga dilakukan dalam rangka revitalisasi Posyandu.
Selama ini ada tiga subyek layanan yang suda tertangani, yaitu balita, ibu hamil dan
menyusui, serta lansia. Untuk peningkatan dan pemberdayaan Posyandu, ada baiknya
dilakukan diversifikasi subyek layanan. Diversifikasi subyek layanan antara lain dapat
dilakukan dengan menempatkan anak-anak usia SD, remaja usia subur, dan kaum laki-
laki dalam rencana layanan Posyandu.
Anak-anak usia SD (6 tahun sampai dengan 12 tahun) perlu dimasukkan dalam subyek
layanan Posyandu karena pada usia tersebut mereka masuk dalam masa pertumbuhan
baik fisik maupun mental. . Andi Mappiare (1982: 32-35) menyebut masa ini sebagai fase
negatif di mana banyak hal dalam diri anak-anak dan remaja yang berubah secara drastis.
Masa ini menjadi masa yang penting dan menentukan dalam rangka peningkatan kualitas
sumber daya manusia di masa mendatang. Jika pada usia ini terdapat penyimpangan
dalam perkembangan baik karena kurang terpeliharanya pemenuhan kebutuhan fisik mau
pun psikis, kita akan kehilangan generasi berkualitas.
Remaja usia subur perlu dimasukkan dalam subyek layanan posyandu karena pada usia
ini, mereka mengalami masa kritis dalam perkembangan hidup mereka. Di era modern ini
remaja juga masuk dalam kategori rawan kesehatan khususnya dalam hal kesehatan
reproduksi. Kasus penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkoba banyak terjadi
pada masa ini. Oleh sebab itu sudah saatnya remaja dimasukkan dalam target layanan
posyandu. Sedangkan bagi remaja-remaja yang secara obyektif tidak masuk dalam rawan
masalah, mereka dapat dididik secara khusus sehingga posyandu tidak akan kekurangan
kader-kader muda berkualitas
Kaum laki-laki tampaknya juga dapat dimasukkan dalam target program revitalisasi
posyandu. Hanya saja fokus untuk kaum laki-laki lebih diutamakan pada pembentukan
lembaga posyandu yang handal, berkualitas, dan mandiri secara finansial. Artinya, kaum
laki-laki ditargetkan untuk berperan dalam pembentukan organisasi Posyandu,
penggalangan dana, upaya menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan LSM, serta hal-
hal lain di luar kegiatan rutin Posyandu. Organisasi yang handal dan mandiri sangat
menentukan kualitas program dan pelaksanaan kerja Posyandu.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diversifikasi fungsi Posyandu merupakan salahsatu alternatif dalam upaya
memberdayakan kembali Posyandu dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyakarat. Diversifikasi dapat dilakukan melalui dua bidang yaitu diversifikasi bentuk
layanan dan diversifikasi subyek layanan. Diversifikasi bentuk layanan meliputi program
layanan penyuluhan bagi remaja usia subur, program kegiatan peningkatan perekonomian
keluarga, program studi banding anggota, program rekreasi bersama, program aksi
kebersihan bersama, program peduli orang sakit, dan program kunjungan khusus.
Sedangkan program diversifikasi subyek layanan meliputi perluasan subyek layanan pada
anak-anak usia SD, remaja usia subur, dan kaum laki-laki. Di samping subyek layanan
yang sudah ada yaitu balita, ibu hamil dan menyusui, serta lansia, subyek di atas perlu
dimasukkan dalam target layanan dengan spesialisasi khusus pada masing-masing
subyek.
B. SARAN
Dari hasil pembahasan atas masalah di atas penulis menyadari bahwa program
diversifikasi Posyandu ini masih perlu disesuaikan dengan kondisi riil masyarakat.
Misalnya masyakarat yang terbentuk secara alamiah (masyakarat desa) dan secara
artifisial (perumahan) tentu memiliki persoalan yang tidak sama. Oleh sebab itu
sebaiknya perlu dilakukan penelitian tentang adakah perbedaan tingkat kepedulian
masyakarat desa dan perumahan terhadap posyandu.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Hasan. 1995. Remaja Berkualitas : Problematika Remaja dan Solusinya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Isdiany, Nitta. 2006. ”Peran Poltekkes Dalam Penyediaan Sumber Data Manusia Kesehatan Untuk Desa Siaga” Poltekkes, Jakarta
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Usaha Nasional, Surabaya
Sudarsoni. 1991. Kenakalan Remaja. Rineka Cipta, Jakarta
www.depkes.go.id diakses pada tanggal 6 Februari 2008 pukul 10.15 wib
www.gizi.net diakses pada tanggal 6 Februari 2008 pukul 11.00 wib
www.kesrepro.info diakses pada tanggal 6 Februari 2008 pukul 10.00 wib
www.kmpk.forum-posyandu diakses pada tanggal 6 Februari 2008 pukul 11.30 wib
BIODATA
Nama : Agustinus Suyoto
Tempat tanggal lahir : Sleman, 27 Agustus 1971
Pendidikan terakhir : Lulus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 1998.
Alamat : Nanggulan Rt 02/Rw 30 Desa Sendangagung, Kec. Minggir,
Kab Sleman, Prov. DIY.
Nomor HP : 081328050531
E-mail : [email protected]
Personal Web. : www. agsuyoto.wordpress.com
Pekerjaan pokok : Guru Tetap Yayasan Tarakanita
Kantor : SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Jl. Dr. Sutomo 16 Yogyakarta 55225 Telp. (0274) 513129
PRESTASI LOMBA
Pemenang Harapan I Lomba penulisan Opini Guru SMU/SMK se-DIY yang
diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan KEHATI tahun 2000;
Pemenang Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat umum se-DIY yang
diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional (JARAHNITRA) DIY pada
tahun 2000;
Pemenang Pertama Lomba Penulisan Puisi tingkat umum se-Keuskupan Agung Semarang
yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Kaum Muda Keuskupan Agung Semarang pada
tahun 2001;
Pemenang III Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat umum se-DIY yang diselenggarakan oleh
Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional (JARAHNITRA) DIY pada tahun 2001;
Nominator (50 besar) Lomba Mengulas Karya Sastra untuk Guru Bahasa dan Sastra
Indonesia tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Bagian Proyek Peningkatan
Perpustakaan Sekolah dan Pelajaran Sastra pada tahun 2000,
Pemenang kedelapan (dari 25 pemenang) Lomba Menulis Cerita Pendek tingkat nasional
yang diselenggarakan oleh Bagian Proyek Peningkatan Perpustakaan Sekolah dan Pelajaran
Sastra pada tahun 2002.
Pemenang Harapan I Lomba Karya Ilmiah Populer Pemberdayaan Peninggalan Sejarah
dalam Pengembangan Parfiwisata tingkat Umum se-DIY yang diselenggarakan oleh Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta pada tahun 2003.
Pemenang ke-18 (dari 25 pemenang) Lomba Menulis Cerita Pendek tingkat nasional yang
diselenggarakan oleh Bagian Proyek Peningkatan Perpustakaan Sekolah dan Pelajaran Sastra
pada tahun 2003
Pemenang Pertama Lomba Penulisan Esai Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang
diselenggarakan oleh Balai Bahasa Yogyakarta tahun 2003.
Pemenang Kedua Lomba Karya Tulis tingkat Umum yang diselenggarakan oleh BPR Bakti
Daya Ekonomi (BDE) bekerja sama dengan Kedaulatan Rakyat pada bulan April 2004.
Pemenang Ketiga. Lomba Mengarang Kategori Guru sekolah Kristen – Katolik se Indonesia
dalam rangka Ulang Tahun Majalah Bianglala, Mei 2004.
Pemenang Harapan II. Lomba Karya Tulis Hari Keluarga Nasional XI yang diselenggarakan
oleh BKKBN Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Agustus 2004.
Pemenang Harapan II Lomba Karya Tulis tingkat Umum yang diselenggarakan oleh BPR
Bakti Daya Ekonomi (BDE) bekerja sama dengan Kedaulatan Rakyat pada bulan April 2006.
KARYA PUBLIKASI Cerpennya yang berjudul Atas Nama Masa Depan dimuat dalam buku kumpulan cerpen
Punama di Atas Kapuas yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun
2003.
Cerpennya yang berjudul Tumbal dimuat dalam buku kumpulan cerpen Nyanyian Terakhir
yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2004.
Esai Ilmiahnya yang berjudul Reorientasi Guru Sebagai Alternatif Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dimuat dalam buku Haru Biru Pengajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Yogyakarta tahun 2003.
Artikelnya pernah dimuat di Kedaulatan Rakyat, Merapi, Berita Yudha, Simponi, Swadesi,
dan penerbitan kampus Mimbar, Annuntia, dan Natas.