diet sindrom nefrotik
DESCRIPTION
proses asuhan gizi terstandar kasus sindrom nefrotik pada anakTRANSCRIPT
DIETETIKA LANJUT
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
“Asuhan Gizi pada Penyaki Nefrotik Sindrom”
(Untuk melengkapi mata kuliah Dietetika Lanjut semester V)
oleh:
Kelompok 4A
Komang Indah Satya Dewi (P07131013030)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
2015
ANAMNESA KASUS NEFROTIK SINDROM
An AG usia 7 tahun 3 bulan putra pertama dari Tn IB dan Ny AA. Masuk ke
rumah sakit dengan keluhan bengkak seluruh badan, BAK sedikit tidak seperti
biasanya. Satu bulan sebelumnya An AG mengalami bengkak di kedua kelopak
matanya, dan BAK mulai sedikit. Dua minggu sebelumnya masuk rumah sakit,
bengkak semakin meluas, di mata, kaki, dan perut. Pada tahun 2010 An AG
pernah dirawat di rumah sakit karena sindrom nefrotik.
Riwayat kehamilan dan kelahiran an AG sebagai berikut:
Cukup bulan, kontrol kandungan teratur, lahir spontan dan sehat. Setelah lahir
perkembangan an AG sesuai dengan usianya.pada saat ini kondisinya compos
mentis, nadi 112/menit, respirasi 44 kali/menit, tekanan darah 130/90mmHg dan
suhu tubuh 36,7°C. Berat badan 36 kg, tinggi badan 125 cm. Berat badan kering
20 kg
Hasil pemeriksaan laboratorium
Hb 10 gr/dl
Leukosit 5.500
Kolesterol 470 mg/dl
Protein total 2,4 gr/dl
Albumin 1,0 gr/dl
Ureum 31 gr/dl
Kreatinin 1,09 gr/dl
Hasil pemeriksaan urin
Warna Kuning keruh
BJ 1.005
pH 5,5
Darah/Hb +2
Protein +3
Urobilinogen +1
Semenjak mengalami bengkak nafsu makan an AG mulai menurun dan hanya
mau makan mie instan dan bakso serta biskuit. Setiap kali makan hanya mampu
menghabiskan setengah porsi saja. Hasil anamnesa menunjukkan asupan energi
sebesar 600 kalori, KH 65%, protein 15% dan lemak 20%. Buatkan rancangan
diet untuk an AG.
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
A. PENGKAJIAN GIZI
DATA TERKAIT GIZI STANDAR PEMBANDING ATAU NILAI NORMAL
MASALAH
Antropometri :
BB = 36 kg
BB kering = 20 kg
TB = 125 cm
IMT = 12.8
IMT Normal = 18,5 – 25 Status gizi berdasarkan
IMT/U = - 2,25 (Kurus)
Biokimia :
Hb = 10 gr/dl
Leukosit = 5.500
Kolesterol = 479 mg/dl
Protein total = 2,4 mg/dl
Albumin = 1,0 mg/dl
Ureum = 31 mg/dl
Kreatinin = 1,09 mg/dl
Pemeriksaan urin:
Warna = kuning keruh
BJ = 1.005
pH = 5,5
Darah/Hb = +2
Protein = +3
Urobilinogen = +1
Hb = 13 - 16 gr/dl
Leukosit = 5000 – 10.000 ml
Kolesterol = <200 mg/dl
Protein total = 6 – 7,8 g/dl
Albumin = 4 – 5,2 g/dl
Ureum = 10 - 50 mg/dl
Kreatinin = < 1,5 mg/dl
Pemeriksaan urin:
Warna = kuning bening
BJ = 1005 - 1030
pH = 5 - 8
Darah/Hb = -
Protein = -
Urobilinogen = 0,1 – 1 UE/dl
Anemia
Hiperkolesterolemia
Proteinuria masif
Hipoalbuminemia
Fisik / Klinis :
Compos mentis
Nadi 112/menit, respirasi 44
kali/menit, tekanan darah
130/90mmHg dan suhu
tubuh 36,7°C
Bengkak seluruh badan,
BAK sedikit dari biasanya.
Tensi = 90/60 sd 140/90
mmHg
Nadi = 60-100/menit
Suhu = 36°C
Oedema
Hipertensi
Diet/Riwayat Gizi :
Nafsu makan menurun.
Hanya mau makan mie
instan dan bakso serta
biskuit. Setiap kali makan
hanya mampu menghabiskan
setengah porsi saja. Hasil
anamnesa menunjukkan
asupan energi sebesar 600
kalori, KH 65%, protein 15%
dan lemak 20%.
Kebutuhan sesuai AKG 2013:
Energi = 1850 kkal
Protein = 49 gr
Lemak = 72 gr
Karbohidrat = 254 gr
Kebutuhan anak per hari:
Energi = 1850 kkal
Protein = 40 gr
Lemak = 41,11 gr
Karbohidrat = 300,63 gr
Asupan energi kurang
dan zat gizi lain kurang
Energi= 600 kkal
Protein= 45,9%
Lemak= 18,5%
KH= 38,3%
Riwayat Individu :
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 7 tahun 3 bulan
Satu bulan sebelumnya
mengalami bengkak di kedua
kelopak matanya, dan BAK
mulai sedikit. Dua minggu
sebelumnya masuk rumah
sakit, bengkak semakin
meluas, di mata, kaki, dan
perut. Pada tahun 2010
pernah dirawat di rumah
sakit karena sindrom
nefrotik.
Sindrom nefrotik
B. Diagnosa Gizi
No Problem Etiologi/Akar Masalah Tanda/Gejala
1 (NI.5.10.2.)
Kelebihan asupan
natrium
Hanya mengonsumsi mie
instan, bakso dan menyukai
biskuit.
Tekanan darah 130/90
mmHg, oedema
2 (NI. 1.4) Asupan
energi tidak adekuat
Nafsu makan menurun.
Asupan energi hanya 600
kkal, asupan KH 38,3%,
asupan protein 45,9%, asupan
lemak 18,5%
Status gizi berdasarkan
IMT/U = - 2,25 (Kurus)
3 (NC.2.2) Perubahan
nilai lab yang terkait
gizi
Proses patologis penyakit Hb = 10 gr/dl
Leukosit = 5.500
Kolesterol = 479 mg/dl
Protein total = 2,4
mg/dl
Albumin = 1,0 mg/dl
Ureum = 31 mg/dl
Kreatinin = 1,09 mg/dl
Pemeriksaan urin:
Warna = kuning keruh
BJ = 1.005
pH = 5,5
Darah/Hb = +2
Protein = +3
Urobilinogen = +1
4 (NB.1.1) Kurang
pengetahuan tentang
makanan dan gizi
Tidak pernah mendapatkan
edukasi ataupun penyuluhan
gizi.
Kebiasaan makan salah
dan pemilihan makanan
kurang tepat.
C. Intervensi Gizi
No Diagnosis Gizi Intervensi
1
Problem (NI.5.10.2.) Kelebihan
asupan natrium
Tujuan : Menurunkan tekanan
darah mencapai normal dan
menghilangkan oedma
Etiologi Hanya mengonsumsi mie
instan, bakso dan
menyukai biskuit.
Cara : Membatasi penggunaan
bahan yang tinggi natrium dan
makanan yang diawetkan, serta
hindari garam dapur dan juga
penyedap.
Sign/Simptom Tekanan darah 130/90
mmHg
Target : Tekanan darah mencapai
normal dalam waktu 1 minggu dan
tidak ada oedema
2
Problem (NI. 1.4) Asupan energi
tidak adekuat
Tujuan : Meningkatkan asupan
energi dan zat gizi lain hingga
mencapai 100%
Etiologi Nafsu makan menurun.
Asupan energi hanya 600
kkal, asupan KH 38,3%,
asupan protein 45,9%,
asupan lemak 18,5%
Cara : Memberikan makanan
sesuai kebutuhan tanpa
memberatkan fungsi faal ginjal
Sign/Simptom Status gizi berdasarkan
IMT/U = - 2,25 (Kurus)
Target : Asupan energi dan zat gizi
lain mencapai 100% dalam 2
minggu dan meningkatkan status
gizi hingga mencapai normal
3 Problem (NC.2.2) Perubahan nilai
lab yang terkait gizi
Tujuan : Mencapai nilai lab yang
terkait gizi hingga batas normal
Etiologi Proses patologis penyakit Cara : Memberikan diet yang
sesuai dengan keadaan pasien
Sign/Simptom Hb = 10 gr/dl
Leukosit = 5.500
Target : Nilai lab yang terkait gizi
mencapai batas normal
Kolesterol = 479 mg/dl
Protein total = 2,4 mg/dl
Albumin = 1,0 mg/dl
Ureum = 31 mg/dl
Kreatinin = 1,09 mg/dl
Pemeriksaan urin:
Warna = kuning keruh
BJ = 1.005
pH = 5,5
Darah/Hb = +2
Protein = +3
Urobilinogen = +1
4
Problem (NB.1.1) Kurang
pengetahuan tentang
makanan dan gizi
Tujuan : Meningkatkan
pemahaman tentang pemilihan
makanan, fungsi makanan, dan
gizi.
Etiologi Tidak pernah
mendapatkan edukasi
ataupun penyuluhan gizi.
Cara : Pemberian penyuluhan dan
edukasi secara intensif dan
berkelanjutan.
Sign/Simptom Kebiasaan makan salah
dan pemilihan makanan
kurang tepat.
Target : Pasien mampu memahami
dan memilih makanan yang tepat
dan memperbaiki kebiasaan
makan.
PERSKREPSI DIET
1. Jenis diet : Diet Sindrom Nefrotik RG 1800 kkal
2. Tujuan Diet :
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan faal ginjal
b. Meminimalkan efek dari oedema, proteinuria dan hiperlipidemia
c. Mengganti kehilangan protein dan zat gizi lain yang keluar bersama
urin
d. Mengurangi resiko perkembangan penyakit dan aterosklerosis
e. Mengontrol hipertensi
f. Mengupayakan agar anak tetap tumbuh dan berkembang secara normal
dengan memperbaiki dan mempertahankan status gizi secara normal
serta meningkatkan kualitas hidup anak.
3. Syarat Diet :
Syarat-syarat diet sindrom nefrotik RG 1800 kkal adalah
a. Energi sesuai dengan kebutuhan yaitu 1850 kkal (sesuai dengan AKG
2013)
b. Protein 40 gr/kg/BB/hari
c. Lemak sebesar 20% dari kebutuhan kalori yaitu 41,1 gr
d. Karbohidrat sebesar 65% dari kebutuhan kalori yaitu 300,63 gr
e. Makanan lunak
f. Penggunaan garam max 1200 mg (4 g/ 1 sdt)
g. Membatasi asupan cairan untuk mengatasi oedema
h. Membatasi makanan yang tinggi kolesterol
i. Memberikan protein nabati (kedelai) untuk menurunkan proteinuria
4. Bentuk makanan : Makanan lunak
5. Jalur pemberian : Oral
6. Frekuensi : 3kali makanan utama 2 kali makanan selingan
7. Nilai gizi :
IMT : BB
(TB)2(m)
20
(1.25 )2=12,8
Z-score IMT/U : 12,8−15,515,5−14,3
=−22,5 (Kurus)
Energi : 1850 kkal (AKG 2013)
Protein : 2gr/kg/BB
: 2 gr x 20 kg = 40 gr
Lemak : 20% x 1850 kkal
= 41,11 gr
Karbohidrat : 65% x 1850 kkal
= 300,63 gr
EDUKASI GIZI
1. Tujuan : Mneingkatkan pemahaman mengenai penyakit nefrotik sindrom
dan perubahan perilaku makan pada pasien
2. Konten materi:
a. Pengertian sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik adalah gangguan ginjal yang menyebabkan tubuh
manusia kehilangan terlalu banyak protein di dalam urine. Meski jarang
terjadi, sindrom nefrotik ini dapat dialami oleh siapa saja. Tetapi sindrom
nefrotik umumnya terdeteksi pertama kali pada anak-anak, terutama yang
berusia di antara 2-5 tahun. Selain kandungan protein dalam urine, ada
beberapa gejala dan perubahan fisik yang dapat mengindikasikan sindrom
nefrotik. Di antaranya adalah:
Penumpukan cairan atau edema, terutama di sekitar mata serta kaki
dan pergelangannya. Penumpukan ini juga dapat memicu kenaikan
berat badan.
Perubahan pada urine. Karena mengandung protein yang tinggi, urine
biasanya akan berbuih.
Rentan terkena infeksi. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya
jumlah antibodi dalam darah.
Gangguan pencernaan, seperti mual serta muntah dan/atau diare.
Penurunan kondisi kesehatan, misalnya kelelahan dan tidak nafsu
makan.
Penyebab Sindrom Nefrotik
Pada kondisi normal, urine biasanya tidak mengandung protein.
Glomeruli atau sekelompok pembuluh darah dalam ginjal akan menyaring
darah dan memisahkan zat yang dibutuhkan tubuh dari limbah. Tetapi jika
terjadi kerusakan atau ‘kebocoran’ pada glomeruli, tubuh akan kehilangan
protein secara berlebihan dan mengeluarkannya lewat urine.
Kerusakan pada glomeruli inilah yang gejala utama sindrom nefrotik.
Terdapat berbagai jenis penyakit serta kondisi kesehatan yang bisa
menyebabkan kerusakan ini, misalnya:
Glomerulonefritis perubahan minimal. Penyakit ini memicu fungsi
abnormal pada ginjal, tapi sampel jaringan dari ginjal penderitanya
akan tampak normal atau mendekati normal saat diperiksa di bawah
mikroskop. Diperkirakan sekitar 90 persen sindrom nefrotik pada anak
disebabkan oleh penyakit ini.
Glomerulosklerosis atau terbentuknya jaringan parut pada glomeruli.
Nefropati membranosa atau glomerulonefritis membranosa. Penyakit
ini menyebabkan penebalan pada membran glomeruli dan merupakan
penyebab umum sindrom nefrotik pada penderita dewasa.
Nefropati diabetes atau komplikasi ginjal akibat diabetes.
Lupus.
Infeksi tertentu, seperti HIV, hepatitis, serta sifilis.
Beberapa jenis kanker, seperti kanker darah (leukemia) dan limfoma.
Proses Diagnosis Sindrom Nefrotik
Pada pemeriksaan awal, dokter umumnya akan menanyakan kondisi
kesehatan serta gejala-gejala yang dialami. Jika menduga Anda mengidap
sindrom nefrotik, dokter akan menganjurkan beberapa metode diagnosis
yang lebih mendetail. Pemeriksaan tersebut meliputi:
Tes urine. Kadar protein yang tinggi dalam urine mengindikasikan
sindrom nefrotik. Anda biasanya diminta untuk memberikan sampel-
sampel urine selama 24 jam untuk memastikan diagnosis.
Tes darah. Kadar protein albumin yang rendah dalam darah akan
menunjukkan Anda mengidap sindrom nefrotik. Tes darah juga
digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal.
Biopsi ginjal. Prosedur ini digunakan untuk mengambil sampel
jaringan pada ginjal yang kemudian akan diperiksa di laboratorium.
Langkah Pengobatan Sindrom Nefrotik
Penanganan sindrom nefrotik berbeda-beda untuk tiap penderita.
Penentuan jenis pengobatan tergantung pada penyakit yang menyebabkan
kondisi tersebut.
Dokter juga umumnya menganjurkan obat-obatan untuk mengurangi
gejala atau menangani komplikasi yang Anda alami. Contoh obat-obatan
tersebut adalah:
Obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
Diuretik yang berfungsi untuk membuang cairan yang berlebihan dari
dalam tubuh melalui urine.
Obat antikoagulan yang digunakan untuk menurunkan risiko
penggumpalan darah.
Steroid untuk menangani peradangan atau glomerulonefritis perubahan
minimal.
Imunosupresan yang digunakan untuk mengurangi inflamasi dan
menekan respons abnormal dari sistem kekebalan tubuh.
Untuk penderita glomerulonefritis perubahan minimal, 90 persen
penderitanya dapat diobati secara efektif dengan steroid. Bagi anak yang
mengidap sindrom nefrotik bawaan atau kongenital, dokter akan
memberikan albumin melalui infus. Dokter juga mungkin akan
menyarankan dialisis atau cuci darah, operasi pengangkatan atau
transplantasi ginjal sebagai pengobatan. Tingkat kesembuhan dari kondisi
ini sangat bergantung pada apa penyebab dasarnya, tingkat keparahan, dan
respon tubuh terhadap pengobatan. Umumnya anak-anak dapat sembuh
dari kondisi ini walau sekitar 70 persen kembali mengalaminya lagi di
masa depan.
Komplikasi Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik yang tidak ditangani dengan efektif dapat
menyebabkan berbagai komplikasi dan beberapa di antaranya bisa
berakibat fatal. Sejumlah komplikasi yang berpotensi muncul meliputi:
Meningkatnya risiko infeksi dan penggumpalan darah.
Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah.
Anemia.
Kekurangan gizi, misalnya defisiensi vitamin D.
Hipertensi
Gagal ginjal akut.
Penyakit ginjal kronis.
b. Dietetika Sindrom Nefrotik
Penatalaksaan diet dengan memberikan makanan yang tidak
memberatkan fungsi ginjal dan mengoptimalkan status gizi pasien.
Adapun syarat-syarat diet nefrotik yaitu:
1. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif,
yaitu 35 kkal/kg BBI/hari
2. Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BBA, atau 0,8 g/kg BBA ditambah
dengan jumlah protein yang dikeluarkan melalui urine. Utamakan
penggunaan protein yang bernilai biologi tinggi
3. Lemak sedang, yaitu 15 % dari kebutuhan energy total. Perbandingan
lemak jenuh, lemak jenuh tunggal dan lemak jenuh ganda adalah : 1:
1:1.
4. Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energy. Utamakan penggunaan
karbohidrat kompleks
5. Natrium dibatasi, yaitu 1- 4 g sehari, tergantung berat ringannya
edema.
6. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada
peningkatan trigliserida darah.
7. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
urine ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit
dan pernafasan.
Metode : dengan melakukan konseling gizi serta wawancara kepada
pasien dan keluarga pasien
D. Monitoring dan Evaluasi
ParameterTarget/
Tujuan
Capaian/Hasil Monitoring Evalu
asiTindak lanjut
Tgl 21/9 Tgl 24/9 Tgl 27/9
Asupan
natrium
Tekanan
darah
mencapa
130/90m
mHg
120/80m
mHg
120/80
mmHg
Tekan
an
darah
Mempertahankan
pemberian diet
konseling gizi untuk
i normal
dalam
waktu 1
minggu
dan
oedema
teratasi
sudah
menur
un
secara
bertah
ap dan
stabil.
meningkatkan
pemahaman diet dan
perubahan prilaku
makan pasien. Serta
tetap membatasi
penggunaan bahan
yang tinggi natrium
dan makanan yang
diawetkan, serta
hindari garam dapur
dan juga penyedap.
Tgl 21/9 Tgl 28/9 Tgl 5/10
Asupan
energi dan
zat gizi lain
Asupan
energi
dan zat
gizi lain
meningk
at hingga
mencapa
i 100%
dalam
waktu 2
minggu.
Energi:3
7,4 %
Protein:
50,9%
Lemak:
19%
KH:
53,3%
Energi:4
7,4 %
Protein:
60,9%
Lemak:
29%
KH:
63,3%
Energi:6
2,4 %
Protein:
75,9%
Lemak:
44%
KH:
78,3%
Asupa
n
energy
dan
zat
gizi
lainny
a
belum
menca
pai
100%
Melanjutkan
intervensi ke tahap
yang lebih lanjut.
Melakukan
konseling gizi.
Tgl 21/9 Tgl 28/9 Tgl 5/10
Perubahan
nilai lab
terkait gizi
Nilai lab
mencapa
i batas
normal
dalam
waktu 2
minggu
Hb = 10
gr/dl
Leukosit
= 5.500
Kolester
ol = 479
mg/dl
Hb = 12
gr/dl
Leukosit
= 6000
Kolester
ol = 429
mg/dl
Hb = 14
gr/dl
Leukosit
= 6000
Kolester
ol = 379
mg/dl
Nilai
lab
yang
terkait
gizi
hampi
r
Melanjutkan
intervensi gizi ke
tahap yang lebih
lanjut dan
memberikan
konseling gizi
Protein
total =
2,4
mg/dl
Albumin
= 1,0
mg/dl
Ureum =
31 mg/dl
Kreatini
n = 1,09
mg/dl
Pemeriks
aan urin:
Warna =
kuning
keruh
BJ =
1.005
pH = 5,5
Darah/
Hb = +2
Protein =
+3
Urobilin
ogen =
+1
Protein
total =
2,9
mg/dl
Albumin
= 2,5
mg/dl
Ureum =
31 mg/dl
Kreatinin
= 1,09
mg/dl
Pemeriks
aan urin:
Warna =
kuning
BJ =
1.005
pH = 5,5
Darah/
Hb = +1
Protein =
+2
Urobilin
ogen =
+1
Protein
total =
3,4
mg/dl
Albumin
= 4
mg/dl
Ureum =
31 mg/dl
Kreatin
= 1,09
mg/dl
Pemerik
saan
urin:
Warna =
kuning
bening
BJ =
1.005
pH = 5,5
Darah/
Hb = -
Protein
= +1
Urobilin
ogen =
+1
menca
pai
norma
l
Tingkat
Pengetahua
n
Meningk
atkan
pemaha
man
Pasien
dan
keluar
ga
Memberikan
pengertian tentang
makanan dan
pemahaman diet
tentang
diet dan
kebiasaa
n makan
mulai
menge
rti
akan
pemah
aman
tentan
g, diet
dan
prilak
u
makan
pada pasien dan
keluarga ke tahap
yang lebih lanjut