dialog pemikiran tentang islam dan negara di …

16
Heni Wahyu Widayati: Dialog Pemikiran tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa AwalKemerdekaan DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI INDONESIA MASA AWAL KEMERDEKAAN Heni Wahyu Widayati Guru MTs dan SMK Diponegoro Yogyakarta A. PENDAHULUAN Sebagai petunjuk untuk umat mausia, Al-Qur'an mengandung prinsip-prinsip umum yang menjadi landasan moral dan etik kehidupan. Namun persoalan yang dihadapi manusia dalam kehidupan selalu berkembang seiring dengan dinamika zaman, sehingga dalam beberapa hal memerlukan kerja nalar untuk dapat menginterpretasi ajaran-ajaran pokok tersebut ke dalam relitas kehidupan. Selain Al-Qur'an, pola kehidupan Nabi SAW (sunnah) juga menjadi rujukan bagi umat Islam. Umat Islam mengetahui pola-pola tersebut melalui periwayatan para ulama yang telah berjuang keras meneliti kebenaran matan dan sanad, yang telah terkodifikasi dalam kitab-kitab hadis. Islam adalah sebuah bangunan nilai yang dicita-citakan. Pada sisi lain, Islam juga memiliki kekayaan sejarah yang selalu menarik untuk dikaji. Realitas sejarah sejak zaman khulafaur rasyidin, JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Desembcr 2009 213

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Heni Wahyu Widayati: Dialog Pemikiran tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa AwalKemerdekaan

DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DANNEGARA DI INDONESIA MASA AWAL

KEMERDEKAAN

Heni Wahyu WidayatiGuru MTs dan SMK Diponegoro Yogyakarta

A. PENDAHULUAN

Sebagai petunjuk untuk umat mausia, Al-Qur'anmengandung prinsip-prinsip umum yang menjadi landasan moraldan etik kehidupan. Namun persoalan yang dihadapi manusiadalam kehidupan selalu berkembang seiring dengan dinamikazaman, sehingga dalam beberapa hal memerlukan kerja nalaruntuk dapat menginterpretasi ajaran-ajaran pokok tersebut kedalam relitas kehidupan. Selain Al-Qur'an, pola kehidupan NabiSAW (sunnah) juga menjadi rujukan bagi umat Islam. Umat Islammengetahui pola-pola tersebut melalui periwayatan para ulamayang telah berjuang keras meneliti kebenaran matan dan sanad,yang telah terkodifikasi dalam kitab-kitab hadis.

Islam adalah sebuah bangunan nilai yang dicita-citakan. Padasisi lain, Islam juga memiliki kekayaan sejarah yang selalu menarikuntuk dikaji. Realitas sejarah sejak zaman khulafaur rasyidin,

JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Desembcr 2009 213

Page 2: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Heni Wakyu Widiqati: Dialog Pmikimn tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa Aival Kqmrdekaan

bani Umayah dan bani Abbasiyah, menjadi dasar bagi pandanganumum bahwa Islam adalah agama yang terkait erat denganNegara.1 Masalah pertarna umat setelah Rasulullah wafat adalahpersoalan kepemimpinan. Oleh karena Rasulullah tidakmenentukan pemimpin penggantinya, maka para sahabatmengadakan musyawarah yang menghasilkan keputusan bahwaAbu Bakar -yang berasal dari suku Quraisy— yang diangkatmenjadi khalifah. Ini merupakan tonggak tata nilai dalamkepemimpinan bahwa Islam tidak mengajarkan modelkepemimpinan atas dasar keturunan. Hanya saja sangatdisayangkan bahwa beberapa tahun berselang, sejarahkekhalifahan diwarnai oleh peperangan antar umat Islam danperistiwa tragis terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan dan Alibin Abi Thalib oleh orang Islam juga. Peristiwa ini kemudianberlanjut pada persoalan aqidah yang berkepanjangan hinggasekarang. Masalah tersebut juga berpengaruh terhadapberkembangnya konsep kepemimpinan imamah dan khilafah.

Pergolakan politik di dunia Islam terus berlanjut, bahkantidak jarang yang berujung pada pembunuhan atas khalifah yangberkuasa. Meskipun dengan model pemerintahan khilafah-monarki, Islam pernah mencapai puncak keemasanperkembangan peradaban, paling tidak hingga akhir masakemunduran Daulah Abbasiyah pada abad ke-10 M, 1elum adaformulasi yang jelas tentang bangunan sosio politik Islam.2

Dengan runtuhnya Daulah Abbasiyah, kemunduran Islamterus berlanjut dengan berbagai factor penyebabhya, daripertentangan dan perpecahan politik antar kelompok hinggabergesernya orientasi keagamaan ke arah yang lebihmenitikberatkan ortodoksi daripada kredo keagamaan yang lebihmencerahkan. Kemunduran umat Islam menjadi semakin parahketika serbuan imperialisme Barat tak lagi terbendung danmenguasai seluruh dunia Islam.

214 JURNAL DAKVCAH, Vol. X No. 2, Juli-Dcscmbcr 2009

Page 3: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Heni Watyu Widayati: Dialog Pemildran tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa Awal Kemerdekaatl

Salah satu akibat yang paling parah dirasakan darikemunduran umat Islam adalah mandegnya perkembanganintelektual umat Islam, sampai munculnya tokoh-tokoh modernis.Namun dalam hal politik, sampai lahirnya tokoh-tokoh | modernis—yang menyerukan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah—seperti Muhammad ibn Abdul Wahab misalnya, belum jugaditemukan pembahasan tentang konsep yang jelaS tentangnegara berdasarkan Islam.3

Indonesia sebagai salah satu negara yang mayoritaspenduduknya beragama Islam, tidak luput dari kemunduran itu.Bahkan, menurut Fazlur Rahman puncak kemunduranintelektual terjadi terutama pada tahun 1945.4 Hal ini terjadikarena umat Islam lebih terkonsentrasi untuk perjuanganmelawan penjajahan, atau karena belum adanya kesadarantentang betapa pentingnya pembangunan intelektual agar Islammampu diterjemahkan untuk mengatasi berbagai persoalankehidupan seperti ekonomi, pendidikan, keadilan, dan sosiopolitik.

Menjelang diraihnya kemerdekaan, umat Islam baikfundamentalis maupun modernis, yang berada dalam BPUPKIberjuang agar Islam dijadikan dasar negara di Indonesia.Perjuangan ini merupakan bentuk kesungguhan dalammenjadikan Islam sebagai fondasi tertulis bagi kehidupanbernegara, yang didalamnya mengandung berbagai agama.Perjuangan nyata umat Islam adalah dengan mengemukakan katasyariat Islam dalam dasar negara. Dari seluruh angggdta BPUPKIyang berjumlah 68 orang, ternyata hanya 15 orang saja yangbenar-benar mewakili aspirasi politik Islam.

Perdebatan tentang dasar negara melahirkan dua aliranpolitik, yaitu Islam dan aliran pemisahan antara negara dan agama,yang memiliki dasar pemikiran berbeda. Kelompok Islam berdalih

JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, JutDescmber 2009 215

Page 4: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Hefti Wahyu Widayati: Dialog Pemikiran kntang islam dan Negara di Indonesia Masa Awal KetHerdekaan

bahwa dari seluruh ayat al-Qur'an, hanya sekitar 600 ratus ayatyang berisi tentang kehidupan akherat. Ini membuktikan bahwaIslam memperhatikan kehidupan dunia, maka Islam \ mestinyamenjadi dasar bagi berdirinya Indonesia. Sementara jtu kaumnasionalis berpendapat bahwa Indonesia memiliki kei^timewaankhas, maka gagasan negara Islam harus ditolak. Isu tentang dasarnegara ini menghadapkan para pendiri republik pada masa-masasulit. Perdebatan tentang dasar negara Pancasila ternyataberkepanjangan hingga pertengahan tahun 1959. Eepanjangmasa itu berarti telah terjadi konflik ideologis diantara para tokohnasional bangsa kita dalam majelis konstituante, hususnyatentang usaha memasukkan kata syariat Islam dalam daSar negaraseperti yang pernah dirumuskan dalam Piagam Jakarta. Makalandasan pemikiran dua pihak antara kelompok nasionalis"sekuler" dan Islam menarik untuk dikaji agar diperolehpemahaman secara obyektif serta menjadi dasar berpijak bagilangkah ke depan dalam kehidupan ber-Islam dan bernegara diIndonesia.

B. REALITAS HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN NEGARAMasalah hubungan antara Islam dan negara tidak pernah

mengemuka selama masa penjajahan. Persoalan tersebut seolahtertutup oleh semangat juang yang tinggi untuk hiengusirpenjajah dari tanah air ini, baik dari kalangan muslini maupunnon muslim. Namun tidak dipungkiri bahwa umat Islatnlah yanglebih banyak melahirkan pejuang, pemikir serta ul^ma yangkemudian member! kontribusi cukup besar bagi perjuanganmeraih kemerdekaan. Maka hadirnya pemikiran meridasarkannegara ini dengan Islam adalah fenomena yang sangat mungkinterjadi, dan menarik perhatian para ilmuwah untukmenganalisisnya dari berbagai perspektif.

Islam dan Negara dalam Lintasan Sejarah, karya Taufik

216 JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, JuH-Desember 2009

Page 5: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Heni Wahyu Widayati: Dialog Pemikiran tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa Aval' Kemerdekaan

Abdullah, hasil penelitian yang dilakukan LIPI yang bercorakanalitis.pembahasan tulisan sejarah ini dibatasi sejak masakolonial sampai negara nasional. Taufik Abdullah merryadarkanpembaca bahwa setiap peristiwa sosial biasanya merupakan hasilinteraksi antara struktur dengan aktor peristiwa Demitdan puladengan lahirnya gagasan mengedepankan kata-kata Islam sebagaidasar negara, bermula dari keprihatinan moral danterhadap keutuhan komunitas spiritual islam. Namun

doktrinalcemudian

gagasan ini harus berhadapan dengan berbagai faktor baik internmaupun ekstern, yang berakibat pecahnya umat dalartl berbagaikelompok solidaritas. Akhir penelusuran sejarah ini ditandaidengan statemen bahwa gejala intelektual islam yang berkembangdi pusat-pusat pendidikan tinggi akan jauh lebih berarti bagi masadepan islam Indonesia dari pada manuvering politik yangdijalankan para pragmatis dan gerakan-gerakan sosial yangdilansir oleh golongan radikal5.

Islam dan Negara, Transformasi Pemikiran dan Praktik politikislam di Indonesia. Dalam buku ini Bahtiar Efendi menggunakanpendekatan historis dan hermeneutik atau interpretatif., yangmenitik beratkan perhatian kepada analisis komparatif terhadappemikiran dan praktik para intelektual Muslim baik dari generasiyang lebih dulu maupun sekarang, dan bagaimama negaraberreaksi terhadap pemikiran-pemikiran mereka6. Kesimpulanyang diperoleh dari studi ini adalah,mengingat bahwa Islam adalahsebuah agama yang multi interpretatif, maka Islam dapat berjalanseiring dengan politik modern, dan bisa pula sebaliknya,tergantung dari jenis Islam manakah yang diajukan untukdianalisis. Konsolidasi proses ini sangat tergantung pada (1)keterwakilan Muslim secara proposional dalam lembaga politiknegara dan (2) Dipertahankannya komitmen nasional bahwaIndonesia bukanlah negara sekuler7.

JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Desember 2009 217

Page 6: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Heni Wabyu Widayati: Dialog Pemikiran tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa Aval Kebierdekaati

Hubungan Islam dan Negara karya Harun nasution,merupakan tinjauan historis yang menghasilkarj sebuahkesimpulan bahwa dalam Al-qur'an tidak ditemukan ayat yangdengan tegas membicarakan soal pembentukan negara dan yangdengan tegas pula menjelaskan sistem pemerintahan yang harusberlaku dalam Islam8. Yang penting adalah dilaksaijiakannyaajaran Islam dalam masyarakat dan ajaran Islam berjalan dalamnegara RI9.

Dari sebagian kajian pusstaka tersebut, nampak bahwapenelitian Syafi'i Ma'arif memiliki perrbedaan yaitu mengenai latarbelakang masalah dan rumusan masalahnya, terutama dalampenelusuran intelektualistas umat Islam tahun 50an dan alasanpenolakan dasar negara pancasila.

Melihat ulasan yang dilakukan Syafi'i dalam memlbahas babdemi bab pada buku tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapattiga hal penting. (1). Islam di Indonesia, merupakan suatu agamayang hidup dan dinamis, ia bergerak dari posisi kuantitas ke posisikualitas. Proses transformasi keagamaan ini adalah suatu aMbatekspansi damai. (2). Usaha mengubah Indonesia menjadi suatunegara Islam sekalipun sab. menurut Undang-undang Dasar padatahun 1950-an,merupakan usaha prematur dan tidak realistikkarena belum terciptanya fondasi intelektual keagamaan yangkukuh, dan mayoritas umat islam Indonesia belum memahamibetul arti Islam bagi kehidupan individual maupun kehidupankolektif. (3). Prospek Islam di Indonesia nampaknya banyakterganrung pada kemampuan intelektual muslim, para ularna danpemimpin-pemimpin Islam yang lain untuk memahami realitasmasyarakat baik di bidang politik, ekonomi, sosial dan kulturaldan menghubungkannya dengan ajaran-ajaran Islamsebagaimana tersurat dan tersirat dalam Al-qur'an dan sunah nabiyang sejati.

218 JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Desember 2009

Page 7: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Heni Wahyit Widayati: Diafag Pemikiran tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa y\wal Kemerdekaan

Tentang hubungan ini, juga terdapat empat aspek utamayang perlu dijelaskan, yang pertama, tentang Al-Qur'an dan sunahnabi yang terkait dengan topik ini, serta teori-teori pdlitik yangdirumuskan oleh yuris rnuslim pada abad pertengahan danpemikir muslim modern. Bagian kedua berisi tentang IslamIndonesia abad 20 dengan perhatian utama pada Islam sebagaikekuatan pembebas ketika berhadapan dengan kekuatan asing,dan bagian ketiga adalah masalah pengajuan Islam sebagai dasarnegara oleh partai-partai Islam dan tantangan kelompoknasionalis. Bagian penting keempat, adalah proSpek dankemungkinan hari depan Islam di Indonesia.

Pembahasan bagian pertama diawali dengan penjelasantentang istilah-istilah kunci dari studi ini, yaitu politik, negara,dan Islam . Kata politik berasal dari bahasa Yunani polis yangberarti kota. Pada masa modern istilah politik berarti " seni atauilmu tentang pemerintahan: suatu ilmu yang berkaitan denganprinsip pengaturan dan pengawasan rakyat yang hidup dalammasyarakat". Istilah state berasal dari bahasa Latin status berartinegara. Menurut Webster Dictionary, negara berarti sejumlahorang yang mendiami secara permanen suatu wilayah tertentudan diorganisasikan secara politik di bawah suatu pemerintahanyang berdaulat yang hampir sepenuhnya bebas dari pengawasanluar serta memiliki kekuatan pemaksa demi mempertahankanketeraturan dalam masyarakat. Sedang Islam menurutMuhammad Abduh adalah agama dan sebuah hukum syariah10.

Pembahasan Syafii tentang Al-Qur'an dalam hal inimengemukakan bahwa al-qur'an tidak memberikan suatu polateori kenegaraan, karena merupakan petunjuk moral dan etikbagi manusiadan mengikat atas kegiatan-kegiatan sosio-politik,dimana keadilan, persamaan, dan kemerdekaan menempati posisisentral. Dari perspektif ini, suatu negara dikatakan bereorak Islam

JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Desember 2009 219

Page 8: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Hem Wahyu Widayati: Dialog Pmikimn tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa Awal Kemrdekaan

manakala keadilan dan persamaan dan Iain-lain mempengaruhiseluruh kehidupan masyarakat. Al-Qur'an menawarkan prinsipsyuro namunbelum banyak mendapat pehatian.

Pembahasan tentang hubungan Islam dan negara menarikperhatian banyak intelektual muslim sehingga tulisan tentanghal ini mudah ditemukan. Beberapa diantara ulisan-tulisansejalan dengan syafi'I Maarif, ada juga pendapat yangberseberangan. Menurut Din Syamsudin, perbedaan ini hanyalahdari sisi pendekatan saja, misalnya antara idealistik denganrealistik, formalistik dengan substantivistik, serta pengaruhkondisi sosial politik yang berkembang di mana mereka member!pengaruh psikologis para pakar11.

Persoalan yang sering muncul adalah konsep negara Islamdalam Al-Qur'an . Harun Nasution, menyatakan bahwa tidak adaayat-ayat yang dengan tegas membicarakan soal pembentukannegara'2. M Amin Rais, lebih tegas lagi mengatakan bahwa dalamal-Qur'an dan Sunnah tidak ada perintah yang mehyatakan"Dirikanlah Negara Islam "13. Hal ini menurut Amin, justrumenunjukkan keabadian wahyu yang didalamnya metnuat etikdasar, serta norma-norma kemudian menyerahkan haHial detailpada akal manusia melalui ijtihad14. Beberapa pendapat tersebutsenada dengan Syafii sehingga mempertanyakan apa alasan umatIslam menolak dasar negara pancasila? Bukankah Islam tidakmenu tup upaya-upaya akal dalam mengatasi problem kehidupan,selama masih berada pada koridor Islam.

Kenyataanya, pada zaman nabi masih ada pun, ijtihad telahdimulai. Seperti saat Rosul mengutus Muad bin Jabal ke Yaman,beliau bertanya kepada Muad andaikan menjumpai permasalahanyang tidak ditemui dalam Al-Qur'an dan Sunnah, bagaimanamasalah tersebut dipecahkan? Muad menjawab bahwa akanmelakukan ijtihad. Mendengar jawaban tersebut R<J>sul puas

220 JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-D :scmber 2009

Page 9: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Hai Watrfit Widayali: Dialog Pemikiran tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa Ami Kemerdekaan

dengan jawaban itu15. Sejak abad ke 7 hingga abad ke 13, sejarahIslam telah mengalami beberapa model pemerintahan yangmenurut Harun nasution terbagi dalam empat macam yaiti;Teokrasi di zaman Nabi, Republik demokratis di zaman KhulafaurRosyidin, Monarki Absolut di zaman dinasti dengan gelar Kholifahatau sultan dan Monarki konstitusional Abad ke 19, dan ModelRepublik di pertengahan ke dua abad 2016.

Beberapa model kepemimpinan seperti telah terji di dalamsejarah sempat dirumuskan oleh beberapa yuris abad pertengahanseperti Albaqilani , almawardi dan alghozali serta ibnu taymiyah.Kemudian gerakan modernis mulai dari gerakan Wahabi,Jamaludin Al-Afgani Abduh, dan Rasyid ridlo temyata belum jugamewariskan teori politik Islam17

Bagian penting ketiga dari penelitian syafi'I maarif berisitentang analisis perjuangan umat Islam dalam berbagai organisasisosial polotik menuju kemerdekaan, tidak diuraikan secara detail,karena suasana heroik umat Islam masih dapat dikenang melaluiberbagai tulisan sejarah, dan umat Islam telah terbukti melahirkanbanyak gerakan nasional yang punya andil besar dalam meraihkemerdekaan. Dari sana dapat diketahui bahwa konsentrasi umatIslam belum mengarah ke pengembangan Intelektual.

Bagian keempat dari studi ini adalah beberapa pendapattentang teori-teori negara Islam, serta seputar antitesa Islamterhadap gagasan-gagasan sekuler dalam Majelis Konstituante,pengajuan Islam sebagai dasar negara oleh partai-partai Islamdan tantangan kaum nasionalis terhadap upaya tersebut. Usahaumat Islam secara konstitusional mencantumkan kata syariatIslam dalam Pancasila dan pembukaan UUD 45: akhirnyamendapat reaksi dari kaum nasionalis dengan pencoretan katasyariat Islam pada tanggal 18 Agustus. Dampak dari peristiwa iniberkepanjangan hingga datangnya dekrit presiden 1959, yang

JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Desember 2009 221

Page 10: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Hetii Watyu Widayati: Dialog Pemikiran tentang Islam dan Negam di Indonesia Masa Aiva/ Kemerdekaan

isinya perintah kembali kepada Pancasila dan UUD 45,pembubaran Masyumi , serta pecahnya partai-partai Islam. NuPSII dan Perti memihak sukarno ( nasionalis ) sedang MajelisSyuro muslimin Indonesia ( Masyumi) menentang yang kemudiandibubarkan Sukarno pada akhir tahun 1960.

Pada mulanya, dalam majelis konstituante ada tigarancangan dasar negara yang diajukan oleh tiga fraksi yaituPancasila, Islam dan Sosial ekonomi. Namun yang menjadi topikpenting adalah tarik ulur antara Pancasila dan Islam. Kelompoknasionalis mempertahankan agar dasar negara tetap pancasiladengan susunan sila seperti terdapat dalam pembukaan UUD1945, sedang kelompok Islam berjuang keras agar Islam menjadidasar negara Indonesia.

Dalam hal ini dirasa perlu melihat pandangan politik dasarseperti yang dikemukakan oleh Muhammad Asad (Abul A'lamaududi dan Ayatullah Khomaini tentang masala)i syura ,demokrasi dan kedaulatan politik dalam suatu negara Islam.Maududi dalam bukunya Islamic law and Constitution hanyamenyebut sedikit tentang Syuro, sedang Khumaini tidakmenyebut sama sekali kata syuro dan demokrasi. PandanganMuhammad Asad tentang Negara Islam, suatu negara "dapatmenjadi benar-benar Islami hanyalah dengan k^harusanpelaksanaan yang sadar dari ajaran Islam terhadap kehidupanbangsa dengan jalan menyatukan ajaran itu ke dalar i undang-undang negara. Selanjutnya menurut Asad nilai-nilai moral tidakberubah dari satu kasus ke kasus lain atau dari waktu ke waktu,tetapi validitasnya tetap bertahan buat seluruh waktu dan kondisi.

Berbicara tentang konsep syuro, Asad berpendapat bahwapemilihan anggota syuro wajib mempunyai basis seluas mungkinyang didalamnya ada laki-laki dan perempuan berperan serta.Adapun mengenai sumber kedaulatan negara, Asad tampaknya

222 JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Desember 2009

Page 11: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Heni Watyu Widayati: Dialog Pemkiran tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa Aiml Kemerdekaan

menempuh jalan tengah antara Maududi dan khomaini sertakaum modernis. Pada satu sisi membela dan mempertahankanhak rakyat untuk memerintah, sisi lain berpandangan bahwakedaulatan yang terakhir dari Tuhan. Pemikiran Asad tampaknyacukup representatip pada saat itu bahkan relevan hingga sekarangdalam menjawab dialog Islam dan masalah kenegaraan.Sementara itu diantara kaum minoritas, diwakili oleh Mononutuberpendapat jika dasar negaranya Islam, akan terjadi penjajahanspiritual bagi kelompk minoritas18.

Bagian ini juga memberi jawaban tentang alasan para tokohIslam menolak pancasila sebagai dasar negara, yang diwakili olehM Natsir, K.H. Masjkur, Saifudin Zuhri, dan Kanaka. BagiK.H.Masjkur, pancasila adalah formulas! kosong tanpa arah yangjelas, sementara Islam bersumber wahyu, yang mentiiliki sifatprogressif ( namun tidak keluar dari pendirian empat mazhab) Saifudin Zuhri berpendapat bahwa dalam negara Islam, toleransiberagama dijamin, maka tidak ada alasan bagi kaumi minoritastakut berada dalam sistem kekuasaan berdasarkan Islam. Hamkamenegaskan bahwa perjuangan Islam yang telah lama dirintisoleh para pejuang seperti Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku CikDitiro, Pengeran Antasari, Sultan Hasanudin, dan lainya adalahdalam rangka memperjuangkan terciptanya negara berdasarkanIslam. Maka apa yang diperjuangkan wakil Islam dalam majelissemata-mata meneruskan perjuangan mereka, juga pernyataanIsha Anshori (Masyumi), memperkuat pendapat Hamka bahwapahlawan-pahlawan tersebut mempunyai tujuan yang tunggalyaitu menegakkan negara Islam di Indonesia19.

Polemik tentang masalah ini menjadi kian serius karenapihak nasionalis tidak mau menerima argumen wakil Islam,bahkan diantara umat Islam sendiri, seperti Alisjahb|ana, tidaksepakat dengan argumen kelompok Islam. Dia berpandangan

JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Desember 2009 223

Page 12: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Heni Watyu Widayati: Dialog Pemikiran tentang Islam dan Nfgara di \ndunesia Masa Aval K&ierdekaan

bahwa dengan tenaga-tenaga dan susunan-susunan yang adapada agama Islam di Indonesia sekarang ini, tugas memikul dasarnegara besar kemungkinannya hanya akan melemahkankedudukan Islam. Lebih lanjut SutanTakdir, krisis ini tidak dapatdihadapi dengan mengulang tafsiran ayat dan hadits. Ag&ma mestidikonfrontasikan dengan soal zaman sekarang dengan alat-alatzaman sekarang. Pihak lain pendudukung pancasila,, memilikiargumen bahwa pancasila adalah perjanjian luhur antara kaumnasionalis sekuler dan kelompok Islam, didukung oleh profesorNotonegoro juga Profesor Soeripto, Roslan Abdulgani. Secara tegasAbdulgani menyangkal tuduhan Alisjahbana bahwa pancasilatidak memiliki kesatuan logika dengan pernyataannya bahwapancasila merupakan sintesa dari gagasan-gagasan Islam modern,ide demokrasi, Marksisme, dan gagasan-gagasan demokrasi asliseperti yang dijumpai di desa-desa dan dalam korriunalismependuduk asli20

Menurut Syafii, kenyataan berikutnya yang menunjukkanperolehan suara wakil Islam tidak mencapai 2/3 dalam majeliskonstituante, memperburuk harapan mewujudkan dasar negaraIslam di Indonesia. Apabila dianalisa, dukungan terhadap ide Islammasih sedikit. Hal ini bisa diakibatkan rendahnya intelektualreligius umat Islam saat itu, atau pengaruh kaum nasionalis yangbegitu besar, atau karena adanya pertimbangan heteroginitasmasyarakat Indonesia. Yang jelas umat Islam masih putiya bebanuntuk selalu memperjuangkan berlakunya nilai-nilai Islam ,namun perlu diingat kembali bahwa Islam berkembang pesat,bahkan selalu bergerak dari posisi kwantitas menuju kwalitaspernah berkembang dengan kedamaian .

Jika demikian kenyataannya, maka intelektual muslim mestimengkaji kembali proses ekspansi darnai yang pemah berlangsungdi negeri ini sehingga berhasil secara gemilang. Formalisasi Islam

224 JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Dtsember 2009

Page 13: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

I lent Wahyu Widayati: Dialog Pemikiran tentang Islam dan Ncgara di Indonesia Masa Xl»W Kemerdekaan

dalam konstitusi jika memang belum memungkinkan, n|ienunggukerja ijtihad agar secara subtantif Islam menjiwai gerak langkahbangsa ini.

C. PENUTUPDari studi yang dilakukan ini diperoleh kesimpulan bahwa

kondisi intelektual umat Islam pada saat kemerdekaan belummemiliki konsep yang jelas tentang negara Islam baik yangdirumuskan sendiri maupun hasil rumusan para ulama masa lalu.

Letak perbedaan pemikiran antara kaum nasionalis dengankelompok Islam, disamping dilatar belakangi adanya perbedaansudut pandang tentang dasar negara, pancasila, sila-siladidalamnya, serta pemaknaan masing-masing sila, dipicu olehbanyaknya pendukung pancasila yang berasal dari kaum sekuler,yang dipandang menghawatirkan keberadaan Islam.

Secara ideologis, alasan kaum muslim menolak pancasila ,sebagaimana diungkapkan K.H. Masjkur bahwa pancasila adalahsebuah formulas! yang kosong, jauh berada dibawah ruanglingkup ajaran Islam. Berdasarkan fakta, meskipun pancasila tetapmenjadi dasar negara, namun kenyataannya member! peluangluas bagi hidup dan berkembangnya umat Islam danterlaksananya syariat dengan baik. Yang terpenting adalah tetapmenyalanya ruh Islam dalam jiwa para pemimpin negara sehinggamembawa dampak positif bagi bangsa dalam menjalankankepemimpinanya, dan penguatan nilai-nilai Islam terjalin secaraefektif dalam suasana damai. Penolakan umat Islam terhadappancasila pada awal kemerdekaan sampai dikeluarkannya dekritadalah adanya kekhawatiran bahwa pancasila yang ditawarkandimaknai secara sekuler, sebagaimana usulan Sukarno.

Masa depan Islam sangat tergantung dari kerja intelektualumat Islam masa kini untuk senantiasa menggali nilai sejati dari

JUKNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Desember 2009 225

Page 14: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Hem Wabyii Widayati: Dialog Pemikiran tenting [slam dan Negara di Indonesia Masa Awal K&nerdekaail

Al-Qur'an dan sunah dengan senantiasa memperhatikan kontek

zaman. Dalam hal ini, ijtihad selalu diperlukan untuk mengatasi

problem zaman yang selalu berkembang tentu saja harus

mengacu pada pedoman etik dan moral dalam Al-Qur'an dan

Sunnah.

1 Nurcholis Madjid, "Pengantar", dalam Ahmad Syafii Maarif, Studi tentangPercaturan dalam Konstituante Islam dan Masalah Kenegaraan (Jakarta: LP3ES,1987), him. ix.

2 Ibid., him. ix.3 Ahmad Syafii Maarif, Studi tentang Percaturan dalam Konstituante Islam

dan Masalah Kenegaraan (Jakarta: LP3ES, 1987), him. 42.4 Ibid., hlm.7.s Taufik Abdullah, Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonesia

(Jakarta: LP3ES, 1987) him. 3-53.b Bahtiar Effendy, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik

Politik Islam di Indonesia (Jakarta:Paramadina, 1998), him. 16.7 Ibid., him. 337-338.8 Harun Nasution, Harun Nasution, "Hubungan Islam dan Negara", dalam

Departemen Agama, Kajian Agama dan Masyarakat: 15 Tahun Badan Penelitiandan Pengembangan Agama 1975-1990 (Jakarta: Badan Penelitian danPengembangan Agama Depag RI, 1991/1992), hlm.222.

9 Ibid.

'"Ahmad Syafii Maarif, op.cit., him 12-13.

"M. Hasbi Amiruddin, "Islam dan Negara: Sebuah Diskusi Ulang (Kajianpada Pemikiran Beberapa Modernis)", Jumal Ar-Raniry , nomor 76/2000, him.4.

laHarun Nasution, op.cit, him 222.I3M Amin Rais, Cakrawala Islam: antara Cita dan Fakta (Bandung:Mizan,

1989), hlm.41.

"ibid., hlm.42-45.

226 JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Desembcr 2009

Page 15: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Heni Watyu Widayati: Diakg Pemikiran tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa A al Kemerdekaan

"Tauflk Abdullah, op.at, him. 204.16M. Amin Rais, op.at, hlm.222.17Ahmad Syafli Maarif, op.cit, him. 26-46.

'"Ibid., him. 151.

"Ibid., him. 159-161.20Jbid.,hlm. 148.

JUKNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-Desember 2009 227

Page 16: DIALOG PEMIKIRAN TENTANG ISLAM DAN NEGARA DI …

Heni Wahyu Widayati: Dialog Pemikiran tentang Islam dan Negara di Indonesia Masa Awal.

DAFTAR PUSTAKA

A. Karim, Islam dan Kemerdekaan Indonesia: MembongkarMarjinalisasi peranan Islam dalam Kemerdekaan RI,(Yogyakarta: Sumbangsih, 2005).

Ahmad Syafii Maarif, Studi tentang Percaturan dalam KonstituanteIslam dan Masalah Kenegaraan (Jakarta: LP3ES,! 1987).

Bahtiar Effendy, Islam dan Negara Transformasi Pemikiran danPraktik Politik Islam di Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1998).

Harun Nasution, "Hubungan Islam dan Negaraf', dalamDepartemen Agama, Kajian Agama dan Masyarakat: 15Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Agama 1975-1990 (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan AgamaDepag RI, 1991/1992).

M. Amin Rais, Cakrawala Islam: antara Cita dan FaktaMizan, 1989).

M. Hasbi Amiruddin,

Bandung:

Islam dan Negara: Sebuah Diskusi Ulang(Kajian pada Pemikiran Beberapa Modernis)"Raniry , Nomor 76/2000.

Jurnal Ar-

M. Natsir, Agama dan Negara dalam Perspektif, (Jakarta: MediaDakwah, 2001).

Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah TelaahKritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, danKemodeman, (Jakarta: Paramadina, 2000).

Taufik Abdullah, Islam dan Masyarakat: Pantulan SejarahIndonesia (Jakarta: LP3ES, 1987).

228 JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, Juli-D^sember 2009