diagnosis dan manajemen osteomielitis
DESCRIPTION
tinjauan pustaka osteomielitisTRANSCRIPT
Diagnosis dan Manajemen Osteomielitis
Gunawan, B. Setiyohadi
ABSTRAK
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang yang menyebabkan kehancuran tulang dan pembentukan tulang baru sebagai hasil dari proses peradangan. Diagnosis yang lebih layak pada osteomielitis adalah penting ketika diagnosis ini menentukan pembuatan keputusan pada manajemen penyakit: baik untuk menunjukkan perawatan agresif atau untuk penatalaksanaan perawatan antibiotik jangka panjang. Teknik pencitraan berperan penting dalam diagnosis osteomielitis, akan tetapi hasilnya harus diinterpretasikan secara hati-hati karena memiliki cakupan yang sensitif dan spesifik. Kombinasi teknik pencitraan dapat meningkatkan sensitifitas dan spesifikasi. Radiografi konvensional adalah teknik yang terjangkau dan banyak tersedia, dan telah terbukti bermanfaat dalam mendiagnosa dan mengekslusi diagnosis diferensial pada osteomielitis. Intervensi bedah untuk menghilangkan nekrosis jaringan dan penatalaksanaan antibiotik untuk menghilangkan patogen dibutuhkan pada manajemen osteomielitis. Beberapa antibiotik seperti quinolones, rifampin, dan clindamycin memberikan bukti penetrasi yang baik pada tulang.
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang yang dapat menyebabkan kehancuran
tulang dan pembentukan tulang baru sebagai hasil dari proses peradangan.
Osteomielitis dilaporkan pertama kali pada tahun 400 SM oleh Hippokrates, yang
menggambarkan osteomielitis sebagai “sumsum tulang yang mendidih”. Istilah
seperti “abses pada medula” atau “nekrosis” juga digunakan untuk
menggambarkan kondisi osteomielitis hingga pada akhirnya Nelaton
memperkenalkan istilah “osteomielitis” pada tahun 1844. Empat puluh tahun
terakhir banyak terjadi pengembangan definisi, patogenesis, diagnosis dan
perawatan osteomielitis.1,2
Manajemen osteomielitis selalu menantang. Sebelum penggunaan antibiotik
pada tahun 1940an, perawatan pilihan untuk osteomielitis adalah terapi bedah,
dengan insisi lebar untuk menghilangkan semua nekrosis tulang. Prosedur ini
memiliki angka mortalitas tinggi, yang dapat mencapai 33%. Setelah penemuan
beberapa antibiotik yang potensial, komplikasi osteomielitis seperti pembentukan
sinus, penyitaan, dan sepsis untuk saat ini jarang ditemui. Selain itu, tujuan terapi
juga telah berubah dari paliatif ke kuratif.2
1
Teknik diagnostik baru, metode bedah agresif dengan penggunaan prostesis,
dan ketersediaan antibiotik berspektrum luas membantu manajemen osteomielitis
pada pasien rawat jalan. Namun, peningkatan kekebalan pasien (khususnya pasien
dengan HIV/AIDS atau pasien yang menerima perawatan imunosupresif)
menambah prevalensi osteomielitis dan resistensi antibiotik, memberikan
tantangan besar pada manajemen osteomielitis.
DEFINISI
Osteomielitis digambarkan sebagai infeksi yang mengenai tulang, menyebabkan
destruksi dan pembentukan tulang baru. Ada beberapa mekanisme infeksi yang
bisa menyebabkan osteomielitis: (1) fokus infeksi berkelanjutan (contoh: setelah
trauma, pembedahan, atau penyisipan sendi prostetik); (b) ketidakcukupan
vaskuler (contoh: pada DM atau gangguan pembuluh darah perifer); dan (c)
penyebaran infeksi hematogen (contoh: osteomielitis vertebral pada anak).
Berdasarkan durasi penyakit, infeksi dibagi dalam osteomielitis akut dan kronik
(Klasifikasi Lee dan Waldgovel).3,4 Osteomielitis akut biasanya akan sembuh
dalam beberapa hari atau minggu, walaupun dapat berkembang menjadi
osteomielitis kronik. Tidak ada definisi yang tepat ketika osteomielitis menjadi
kronis tetapi hal tersebut digambarkan seperti infeksi yang berlanjut selama
berminggu-minggu hingga bertahun-tahun.2
PATOGENESIS
Normalnya, jaringan tulang tahan terhadap infeksi. Infeksi terjadi pada saat
inokulasi sejumlah besar mikroorganisme pada trauma sebelumnya, atau hadirnya
benda-benda asing pada tulang. Patogenesis osteomielitis adalah multifaktorial
dan belum sepenuhnya diketahui. Beberapa faktor penting pada patogenesis
osteomielitis adalah virulensi, riwayat penyakit yang ada, dan kekebalan host;
serta jenis, lokasi dan vaskularisasi tulang.
Penentu patogenesis osteomielitis adalah kebandelan bakteri, aktivitas
enzim proteolitik yang diproduksi oleh patogen, dan resistensi kekebalan host.
Kebandelan bakteri berperan pada osteomielitis dan artritis yang disebabkan oleh
2
Staphylococcus aureus. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk mengikuti
beberapa komponen matrik tulang, seperti fibrinogen, fibronectin, laminin,
kolagen, sialoglikoprotein, dan faktor A.5-9 Proses kebandelan bakteri dimediasi
oleh adesin khusus yang ditunjukkan oleh S. aureus, yang disebut dengan
microbial surface components recognizing adhesive matrix molecules
(MSCRAMM) komponen permukaan mikroba yang dapat mengenali adesi
molekul matriks.
Kegiatan proteolitik dapat ditemukan dalam kondisi normal pada sendi
tanpa peradangan. Pada infeksi, inhibisi kegiatan proteolitik berkurang. Dalam
sebuah studi invitro yang dilakukan oleh Williams dkk yang menginokulasi
S.aureus ke dalam kondrosit matang, terdapat peningkatan sintesis matrik protein
dan pelepasan kolagen serta gelatin-gelatin.11
Resistensi respon kekebalan host pada tingkat seluler seperti pada matriks
ekstraseluler juga mempersulit manajemen osteomielitis. S.aureus telah
ditemukan pada kultur osteoblast. Produksi metabolik asam arakhidonat seperti
prostaglandin E2, merupakan agonis yang potent dari osteoklas, mengurangi
jumlah bakteri yang dibutuhkan untuk terjadinya infeksi. Protein A yang
dihasilkan oleh S.aureus pada ikatan dinding sel peptidoglikan dengan komponen
Fe pada sel polimorfnuklir, kemudian mengganggu opsonisasi dan fagositosis
melawan S.aureus. selanjutnya sekresi eksotoksin dan toxic shock syndrome
toxin-1 (TSST-1) menekan pembentukan plasma sel dan menyebabkan
peningkatan produksi sitokin seperti interleukin-1, interferon (IFN), dan tumor
nekrosis faktor (TNF).15,16
PATOFISIOLOGI
Sebagaimana yang dinyatakan di atas, osteomielitis dapat disebabkan oleh
inokulasi patogen yang mengikuti trauma bedah, penyebaran berkelanjutan pada
jarigan lunak atau sendi yang berdekatan, atau penyebaran hematogen dari pusat
infeksi. Osteomielitis hematogen pada umumnya monomikroba, sedangkan jenis
lainnya polimikroba.
3
Pada tulang panjang, osteomielitis biasanya mempengaruhi daerah
metafiseal ketika vaskularisasi utama memasuki bagian tengah tulang, menjalar ke
sepanjang kedua sisi tulang, dan membentuk lengkungan sebelum mencapai
bidang epifiseal. Penurunan aliran darah dan ketidakhadiran membran basal pada
metafisis mempengaruhi area ini untuk terinfeksi.
Pada keadaan terinfeksi, peradangan eksudat menyebabkan peningkatan
tekanan intramedular dan perpanjangan eksudat ke dalam korteks, yang
selanjutnya pecah melalui periosteum. Hal ini akan mengganggu suplai darah ke
periosteum dan menyebabkan nekrosis tulang, dengan fragment nekrosis tulang
(sequestra) yang dapat terdeteksi dengan radiografi. Juga terdapat pembentukan
tulang baru (involucrum) di sekitar periosteum yang rusak.
Pada osteomielitis akut, infeksi terjadi sebelum sequestra berkembang.
Dalam beberapa bentuk infeksi, pengembangan sequestra relatif lambat (seperti
osteomielitis vertebral), sedangkan pada yang lain pengembangan sequestra
terjadi relatif lebih cepat (seperti osteomielitis pada rangkaian peralatan prostetik.
Pada osteomielitis vertebral, infeksi dapat melibatkan dua vertebral berdekatan
secara bersamaan, pada saat vaskularisasi dua vertebral ini disuplai oleh arteri
tunggal.
KLASIFIKASI
Ada dua sistem klasifikasi yang sering digunakan pada osteomielitis. Klasifikasi
Lee-Waldvogel dan Cierny-Mader.3,4
Lee-Waldvogel mengklasifikasikan osteomielitis menurut durasi penyakit
(akut vs. kronik) dan mekanisme infeksi (hematogen vs. sekunder untuk fokus
infeksi berkelanjutan). Klasifikasi ini didasarkan pada etiologi dan tidak
digunakan untuk menentukan perawatan khusus.
Cierny-Mader mengklasifikasikan osteomielitis menurut bagian tulang yang
terlibat, status fisiologis host, dan lingkungan sekitar (Tabel 1). Sistem ini tidak
dapat digunakan sebagai pedoman untuk manajemen osteomielitis: tahap 1 cukup
dengan perawatan antibiotik, sedangkan tahap 2 sampai 4 biasaya memerlukan
4
perawatan yang lebih agresif seperti debridemen atau rekonstruksi ortopedik, jika
diperlukan.
Tabel 1. Klasifikasi Osteomielitis Cierney dan Mader
Jenis anatomik Tahap 1: osteomielitis medular
Infeksi hanya mengenai permukaan tulang secara intramedular, contoh: pada infeksi hematogen dan infeksi sumsum tulang
Tahap 2: osteomielitis superfisial
Osteomielitis, yang disebabkan oleh inokulasi langsung atau fokus infeksi berdekatan setelah pemaparan pemakaian nekrosis tulang yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan lunak
Tahap 3: osteomielitis lokal
Ditandai dengan adanya sequestra tebal pada korteks tulang, sequestra tebal ini dapat dihilangkan dengan bedah tanpa mengganggu stabilitas tulang
Tahap 4: osteomielitis difusi
Pada tahap ini, reseksi tulang umumnya memerlukan penghentian infeksi, tulang kehilangan stabilitasnya sebelum atau sesudah debridemen
Status fisiologis host Kelompok A : host normal Kelompok B : host dengan kondisi lokal atau sistemik Kelompok C : host dalam perawatan menyebabkan morbiditas yang lebih besar daripada penyakit itu sendiri Faktor-faktor yang mempengaruhi imunitas, metabolisme dan vaskularisasi lokal Faktor sistemik Malnutrisi Gagal jantung atau hati DM Hipoksia kronis Penyakit imunitasMalignant Usia terlalu tua Defisiensi kekebalan atau terapi imunusupresif
Faktor lokal Lipodema kronik Vena statik Gangguan pembuluh darah besar Arteritis Gangguan pembuluh darah kecil Luka jaringan berkepanjangan Radiasi fibrosis Neuropati Perokok berat (> 2 pak / hari)
DIAGNOSIS
Gejala osteomielitis akut umum berkembang lebih dari beberapa hari. Pasien akan
mengeluh nyeri tumpul di tulang yang terlibat, bersamaan dengan gejala lokal
seperti lemah, kemerahan, bengkak, hangat, dan gejala-gejala sistemik seperti
demam, menggigil dan malaise. Dalam beberapa kasus mempengaruhi panggul,
tulang belakang, atau pelvis, nyeri adalah satu-satunya gejala. Osteomielitis akut
dapat juga terjadi disertai artritis septik, karena infeksi dari metafisis dapat
berlanjut ke sendi yang mengikuti kehancuran korteks akibat peradangan
5
intramedular. Manifestasi klinik pada nyeri osteomielitis kronik, eritema, edema
dan kadang-kadang pembentukan sinus kutaneus; yang terakhir ini adalah
patognomomik osteomielitis.
Diagnosis osteomielitis bisa lebih sulit dengan keberadaan prostesis, ulcer
berkepanjangan, atau ketidakcukupan vaskuler.17 Umumnya, osteomielitis harus
dipertimbangkan pada saat ada ulcer meskipun pada perawatan kulit yang
memadai. Pasien DM dengan ulcer dan osteomielitis kronik dapat memberikan
gambaran klinis nonkarakteristik, seperti: osteomielitis yang bisa terjadi sebelum
pemaparan tulang dasar melalui ulcer di kulit. Pada kasus ini, kemungkinan
osteomielitis bisa lebih besar jika tulang benar-benar terpapar. Pada keberadaan
ulcer yang lebih besar dari 2 x 2 cm, atau jika tulang dasar dapat diraba, diagnosis
osteomielitis tampaknya memerlukan evaluasi diagnosis noninvasif yang lebih
jauh.17,18
Diagnosis yang lebih baik pada osteomielitis adalah penting karena hal ini
menentukan pembuatan keputusan pada manajemen penyakit: baik untuk
perawatan yang lebih agresif atau untuk penatalaksanaan perawatan antibiotik
jangka panjang. Diagnosis standar untuk osteomielitis adalah isolasi patogen dari
biosi tulang dan keberadaan histopatologi peradangan dan osteonekrosis.19
Uji diagnostik, khususnya teknik pencitraan, berperan penting dalam
mendiagnosis osteomielitis. Walaupun hasil prosedur diagnosis pencitraan harus
diinterpretasikan dengan hati-hati karena memiliko sensitivitas dan spesifikasi
yang luas. Radiografi konvensional adalah teknik yang terjangkau dan banyak
tersedia, dan telah terbukti bermanfaat dalam mendiagnosa dan mengekslusi
diagnosis diferensial pada osteomielitis. Temuan pencitraan pada osteomielitis
kronik termasuk erosi kortikal, reaksi periosteal, dan gabungan antara lucency dan
sklerosis.19,20 Gambar 1 menunjukkan contoh hasil pencitraan pada osteomielitis
kronik.
Gambar 1. (A) cairan sagittal-pencitraan sensitive short-tau inversion recovery
(STIR) menggambarkan signal tinggi kumpulan cairan sepanjang permukaan
plantar pada kalkaneus (panah putih); (B) sagittal postcontrast T1- bobot
pencitraan dengan saturasi lemak yang menunjukkan peningkatan kumpulan
6
cairan perifer (panah putih); (C) sagittal T1-bobot pencitraan prekontras yang
menunjukkan beberapa interupsi kortikal (panah putih); (D) lateral radiografi
yang menunjukkan hilangnya jaringan lunak di atas aspek plantar pada kalkaneus
(panah putih). Pemodelan ulang oseous dan reaksi periosteal dari kalkaneus
posterior (asterisk) merefleksikan hubungan dengan osteomielitis kronis yang
telah berlangsung lama. (Dikutip dari Horwich, 2010)21
Analisis inameta22 penelitian yang membandingkan teknik pencitraan
dengan analisis histologik, temuan kultur, dan tindak lanjut klinis lebih dari 6
bulan, radiografi konvensional berturut-turut memiliki sensitivitas dan spesifikasi
54% dan 68%. Untuk meningkatkan sensitivitas, radiografi konvensional dapat
dikombinasikan dengan teknik pencitraan yang lain. Scintigrafi tulang memiliki
sensitivitas yang lebih baik (81%) tetapi memiliki keterbatasan spesifikasi (28%).
Sebaliknya, skintigraf lekosit memiliki spesifikasi lebih baik (68%) walaupun
memiliki sensitivitas yang lebih rendah (74%) daripada skintigrafi tulang.
Kombinasi skintigrafi tulang dan lekosit dapat meningkatkan sensitifitas dan
spesifikasi radiografi konvensional. Perbandingan sensitifitas dan spesifikasi
beberapa teknik pencitraan diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Sensitifitas dan spesifikasi beberapa teknik pencitraan pada osteomielitis22
Teknik pencitraan Sensitivitas (IK95%)
Spesifiksi (IK95%)
Penyelidikan pada tulang yang terpapar 0.60 [0.46-0.73] 0.91 [0.86-0.94]Radiografi konvensional 0.54 [0.44-0.63] 0.68 [0.53-0.80]MRI 0.90 [0.82-0.95] 0.79 [0.62-0.91]Skintigrafi tulang 0.81 [0.73-0.87] 0.28 [0.17-0.42]Skintigrafi lekosit 0.74 [0.67-0.80] 0.68 [0.57-0.78]
CT scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah teknik yang lebih
populer pada diagnosis osteomielitis. Saat ini MRI adalah teknik terbaik untuk
memperoleh gambar anatomi keterlibatan dan peradangan tulang sumsum. MRI
juga handal dalam mendiagnosis pedal (pada pasien DM) dan osteomielitis
vertebral (visualiasi mendetail pada syaraf spinal dan struktur yang
berdekatan).23,24 Gadolonium berlawanan digunakan untuk memperoleh visualisasi
yang lebih baik pada sinus, fistula dan abses. MRI memiliki nilai prediksi negatif
yang tingi; namun demikian kemungkinan osteomielitis dapat dieksklusi jika
7
gejala-gejala tampak dalam 1 minggu. Edema tidak divisualisasi secara khusus
oleh MRI pada infeksi; luka memar, fraktur atau riwayat bedah yang bisa
memberikan temuan serupa, sehingga interpretasi pada edema tulang sumsum
pada MRI harus dipandu dengan temuan klinis dan uji diagnostik lain.25,26 CT scan
adalah teknik pilihan ketika MRI tidak dapat menunjukkan. CT scan berguna
dalam mengevaluasi kortikal dan integritas trabekular, reaksi periosteal, gas
intraoseus dan peningkatan saluran sinus.27-29
Salah satu kekurangan teknik pencitraan adalah keterbatasan
kemampuannya untuk menentukan osteomielitis dari lesion noninfeksi, seperti
trauma, bedah, osteomielitis yang baru saja sembuh, artritis septik, penyakit
degenerasi sendi, tumor tulang, penyakit Paget dan penyakit tulang
noninflamatory lainnya.30,31
Saat ini tidak ada uji laboratorium khusus untuk mendiagnosis osteomielitis.
Mungkin ada leukositosis, khususnya pada fase infeksi akut dan peningkatan
angka sedimentasi eritrosit (ESR) dan/atau C-reactive protein (CRP).32,33 Kultur
darah positif 50% dan lebih umum pada kasus dengan penyebaran hematogen.
MANAJEMEN
Manajemen osteomielitis, baik intervensi bedah untuk menghilangkan
nekrosis jaringan maupun penatalaksanaan antibiotik untuk memberantas
patogenesis adalah diperlukan. Perawatan antibiotik harus diberikan sesuai
dengan kultur dan sensitivitasnya. Jika hasil kultur tidak ada, perawatan antibiotik
empiris harus segera dimulai. Saat ini beberapa regimen antibiotik untuk
manajemen osteomielitis terlihat pada Tabel 3. Osteomielitis yang disebabkan
oleh mikroorganisme gram negatif terbaik diberi perawatan dengan Quinolones
(setelah ada penjelasan uji sensitifitas) karena penetrasinya baik pada tulang,
bahkan dengan penatalaksanaan oral.34,35 Beberapa studi invitro menunjukkan
bahwa rifampin, clindamycin dan quinolones juga menekan secara baik pada
tulang.36,37 Penggunaan prostesis dapat meningkatkan resistensi antibiotik dengan
pembentukan biofilm. Beberapa ahli menyarankan kombinasi rifampin dengan
8
antibiotik lain semenjak ada resistensi tinggi penggunaan rifampin secara
tunggal.38
Antibiotik biasanya diberikan dalam jangka panjang karena persistensi
S.aureus pada osteoblas, sebagaimana yang ditunjukkan oleh beberapa penelitian
pada binatang.4,39 Pada beberapa pasien, penetrasi antibiotik dapat mengganggu
jika ada gangguan vaskuler atau luka jaringan post traumatik. Tidak ada
kesepakatan mengenai pada durasi penggunaan antibiotik, tetapi para ahli
biasanya memberikan antibiotik selama 6 minggu setelah debridemen yang
terakhir. Pengukuran berkelanjutan pada terjadinya peradangan seperti ESR dan
CRP juga harus dilakukan untuk memantau respon perawatan.40
KESIMPULAN
Dianogis yang lebih baik pada osteomielitis adalah penting untuk membantu
menentukan pembuatan keputusan pada manajemen penyakit. Diagnosis klinis
osteomielitis mungkin rumit pada beberapa kondisi, seperti pada kehadiran
prostesis, perluasan ulcer, ketidakcukupan vaskuler, atau DM. Teknik pencitraan
berperan penting pada diagnosis osteomielitis, tetapi hasilnya harus
diinterpretasikan dengan hati-hati terkait dengan cakupan sensitifitas dan
spesifikasinya yang luas. Radiografi konvensional, adalah cara yang dapat
dijangkau dan teknik yang banyak tersedia, telah menunjukkan bukti berguna
dalam mendiagnosis dan mengekslusi diagnosis differensial pada osteomielitis.
Intervensi bedah untuk menghilangkan nekrosis jaringan dan penatalaksanaan
antibiotik untuk menghilangkan patogen dibutuhkan pada manajemen
osteomielitis. Beberapa antibiotik seperti quinolones, rifampin, dan clindamycin
memberikan bukti penetrasi yang baik pada tulang.
9