diabetus-militus
DESCRIPTION
DMTRANSCRIPT
![Page 1: diabetus-militus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081817/5695d1981a28ab9b029726fb/html5/thumbnails/1.jpg)
![Page 2: diabetus-militus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081817/5695d1981a28ab9b029726fb/html5/thumbnails/2.jpg)
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikomia kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal syaraf dan pembuluh darah. (Mansjoer, Arif, 1999: 580).
Diabates Melitus (DM) adalah sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglekimia). (Brunner
and Suddarth, 2002 : 1220).
B. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
1. Tipe I (Diabetes Melitus Tergantung Insulin / DMTI)
Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas yang dalam
keadaan normal menghasilkan hormon insulin yang di hancurkan oleh
proses autoimun, sehingga penyuntikan insulin diperlukan untuk
mengendalikan kadar glukosa dalam darah.
2. Tipe II (Diabetes Melitus, Tidak Tergantung Insulin / DMTTI)
Pada diabetes jenis ini terjadi akibat penurunan sensitivitas
terhadap insulin (resistensi insulin) akibat penurunan jumlah produksi
insulin.
3. Diabetes Melitus yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
Pada dibetes ejenis ini di sertai dengan keadaan yang di ketahui
atau dicurigai dapat menyebabkan, penyakit pankreatis, kelainan
hormonal, obatobatan seocrti glukosa tikoid dan preparat yang
mengandung estrogen. Diabetes ini bergantung pada kemampuan
pankreas untuk menghasilkan insulin.
![Page 3: diabetus-militus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081817/5695d1981a28ab9b029726fb/html5/thumbnails/3.jpg)
4. Diabetes gestasional
Pada diabetes jenis ini terjadi pada awitan selama kehamilan
yang disebabkan oleh hormon yang di sekresikan plasenta dan
menghambat kerja insulin. (Brunner and Suddarth, 2002 : 1220).
C. ETIOLOGI
1. Kelainan fungsi atau jumlah sel-sel beta yang bersifat genetik pada
pasien-pasien penderiti DM tergantung insulin determinan genetik ini
dinyatakan oleh peningkatan atau penurunan frekuensi antigen
histokompabilitas tertentu (HLA) dan respon imunitas abnormal yang
akan mengakibatkan pembentukan auto antibodi sel pulau langerhans.
Kelainan yang diturunkan ini dapat langsung mengenali dan
menyebarkan rangsang sekretons atau serangkaian langkah kompleks
yang merupakan bagian dan sintesis atau pelepasan insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan :
a. Agen yang dapat menimbulkan infeksi
b. Diet
c. Obesitas
d. Kehamilan
3. Gangguan sisterm imunitas
4. Kelainan aktivitas insulin
Pada pasien penderita, kegemukan terjadi pengurangan kepekaan
terhadap insulin endogen yang juga dapat menyebabkan diabetes.
(Mansjoer, Arif, 1999: 580).
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Mula-mula fase kompensasi yaitu polifagi, polidipsi, poliuria
2. Bila tidak segera, diatasi/ diobati, maka. akan. timbul fase dekomensasi
yaitu gejala trias sindroma diabetes akut : polidipsi, poliuri, BB turun.
![Page 4: diabetus-militus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081817/5695d1981a28ab9b029726fb/html5/thumbnails/4.jpg)
3. Gejala kronik yang sering lemah badan, semutan, penurunan
kemampuan seksual, gangguan penglihatan, kaku otot, sakit sendi dsb.
(Mansjoer, Arif, 1999: 580)
E. KOMPLIKASq I
1. Akut (korna hipoglekimia, ketoasidosis, koma, hiperosmolar non
ketotik)
2.Kronik
a. Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikroangiopati mengenai pernbuluh darah kecil, retinopati diabetik
nefropati diabetik.
c. Neuropati diabetik
d. Rentan infeksi (TB Paru, infeksi saluran kemih)
e. Kaki diabetik.
(Mansjoer, Arif 1999: 582-583)
F. PENATALAKSANAAN
Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan,
latihan jasmani, obat hipoglikemik dan penyuluhan.
1. Perencanaan Makan (Meal Planning)
Pada konsensus perkumpulan endokrinologi Indonesia
(PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang di anjurkan adalah
santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (90-70 %)
protein (10-15, 0/6) dan lemak (20-25 0/6). Apabila di perlukan
santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75 % juga
memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah,
jumlah kalori di sesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres
akut dan kegiatan kolesterol < 300 mg/hari. Jumlahkandungan serat ± 25
gr/hari di utamakan jenis serat larut. Konsumsi garam di batasi bila
terdapat hipertensi pemanis dapat digunakan secukupnya.
2. Latihan jasmani
![Page 5: diabetus-militus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081817/5695d1981a28ab9b029726fb/html5/thumbnails/5.jpg)
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama
±0.5 jam yang sifatnya sesuai SCRIPE (Continous, Rhymtical, Interval,
Progressive, Endorance training). Latihan di lakukan terus menerus
tanpa berhenti otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang
saling antara gerak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit
keletihan yang lebih berat secaka bertahap dan bertahan dalam waktu
tertentu. Latihan yang dapat di jadikan pilihan adalah jalan kaki,
jogging/lari renang, bersepeda dan mendayung.
3. Obat hipoglikemik Oral (OHO)
a. Sulfonil urea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi penglepasan
insulin, meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin
sebagai akibat rangsangan glukosa.
b. Biguanid
Obat ini dapat menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak
sampai di bawah normal.
c. Inhibitor alfa glukosidasc
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
alfa glukosidase didalam, saluran cerna, sehingga menurunkan
penyerapan glukosadan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
d. Insulin sensitizing agent
Obat ini dapat meningkatkan sensitivitas insulin sehingga
bisa. mengatasi masalah resistensi insulin berbagai masalah akibat
resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin
tanpa menyebabkan hipoglekirnia. (Mansjoer. Arif, 1999: 582-585)
4. Penyuluhan.
G. PATOFISIOLOGI
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
![Page 6: diabetus-militus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081817/5695d1981a28ab9b029726fb/html5/thumbnails/6.jpg)
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan) jika konsentrasi glukosa. dalam
darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar akibatnya glukosa muncul dalam murine (glukosaria),
ketika glukosa berlebihan di ekskresikan kedalam urine, ekskresi ini akan di
sertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresisasmotik)
sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia) Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan, pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Pada diabetes tipe II terdapat masalah resistensi insulin dan
gangguan insulin. Normalnya insulin akan terikat oleh reseptor khusus pada
permukaan sel, sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut
terjadi suatu reaksi metabolisme glukosa dalam sel : Resistensi ini di serta
penurunan reaksi reaksi intrasel, sehingga insulin tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa terganggu terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan. Jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. (Brunner and Suddarth, 2002:
1223).
H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktifitas/Istirahat
Gejala : Lemah, latih, sulit bergerak/berjalan kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat/tidur.
Tanda : Takikardi, Tokipnea
![Page 7: diabetus-militus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081817/5695d1981a28ab9b029726fb/html5/thumbnails/7.jpg)
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, kesemutan
Tanda : Takikardi perubahan tekanan darah, postuoral, disritmia
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola beikemah (poliuria) no uturia (rasa nyeri),
diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuria, abdomen keras, bising
usus.
4. Integritas Ego Gejala Tanda
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain
Tanda : Ansietas, peka rangsang
5. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual muntah tidak mengikuti diet,
peningkatan masuka glukosa, penurunan BB lebih dari
periode Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/
distensi, pembesaran tiroid bau buah
Tanda : Kulit kering/bersisik, tugor jelek, kekakuan/ distensi,
pembesaran tiroid bau buah.
6. Neuro Sensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, kesemutan, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi mengantuk gangguan memori, kacau mental.
7. Nyeri
Gejala : Abdomen, tegang, nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen
![Page 8: diabetus-militus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081817/5695d1981a28ab9b029726fb/html5/thumbnails/8.jpg)
Tanda : Batuk dengan/tanpa sputum purulen (infeksi)
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi ulserasi
10. Sexsualitas
Gejala : Rebas Vagina (cenderung infeksi) masalah impoten pada
pria
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM.
(Doenges, 2000: 728)
I. FOKUS INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik (dari hiperglekimia)
kehilangan gastrik berlebihan : diare muntah.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Peningkatan haluaran, urine, urine encer
- Kelemahan, haus, penurunan, BB tiba-tiba, kulit membran. mukosa
kering, turgor kulit buruk, hipotensi, takikardia
KH : - Tanda vital stabil
- Nadi periver dapat diraba
- Kadar elektrolit dalam darah (N)
- Haluaran urine tepat secara individu dan kadar elektolit dalam
batas (N)
Intervensi :
1. Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan
lamanya/ intensitas dan gejala.
2. Pantau TTV
3. Kaji suhu, warna kulit, dan kelembapannya
![Page 9: diabetus-militus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081817/5695d1981a28ab9b029726fb/html5/thumbnails/9.jpg)
4. Pantau pemasukan pengeluaran dan catat jenis urine
5. Ukur BB setiap hari
6. Kaji antaranya perubahan mental/sensori
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakcukupan insulin
kemungkinan di buktikan oleh :
- Masukkan makanan adekuat
- Kurang Minum dan makan, penurunan BB kelemahan/kelelahan.
KH : - Masukan, jumlah kalori/nutrien yang tepat
- Menunjukkan tingkat energi
Intervensi :
1. Timbang BB setiap hari
2. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit
3. Kolentifikasi makanan yang di sukai
4. Tentukan program diet dnn pola makan pasien.
5. Kolaborasi medis berikan larutan glukosa lakukan pemeriksaan gula
darah
3. Resti Perubahan senson perseptial b.d perubahan kimia endogen, ketidak
seimbangan glukosa/insulin/elektrolit
KH : - Mempertahankan tingkat mental
- Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori
Intervensi :
1. Pantau TTV
2. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu
istirahat pasien.
3. Evaluasi lapang pandang, penglihatan sesuai dengan indikasi.
4. Selidiki adanya keluhan. parastesia, nyeri
5. Bantu pasien dalam ambulasi/perubahan posisi
6. Kolaborasi media
4. Resti infeksi b.d kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit
![Page 10: diabetus-militus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081817/5695d1981a28ab9b029726fb/html5/thumbnails/10.jpg)
KH : - Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
- Mendemonstrasikan tekhnik perubahan gaya hidup untuk
mencegah terjadinya infeksi
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik.
3. Observasi perawatan kulit.
4. Bantu perubahan posisi pasien.
5. Anjurkan pasien untuk makan dan minum adekuat
5. Potensial terhadap cidera b.d kekacauan mental, kejang.
KH : - Pasien tidak memperlihatkan tanda cidera.
- Tetap sadar dan berorientasi terhadap waktu, tempat dan
orang.
Intervensi :
1. Kaji adanya kekurangan status neurologis/sensoris
2. Pertahankan tempat tidur dalarn posisi rendah dengan pagar tempat
tidur di beri bantalan.
3. Singkirkan semua benda-benda yang dapat membahayakan dari
lingkungan pasien.
4. Waspadalah bahwa penglihatan pasien mungkin terganggu, bantu
saat makan, personal hyegiene dan ambulasi sesuai kebutuhan.
5. Instruksikan pasien untuk memanggil bantuan sebelum turun dari
tempat tidur.
(Doenges, 2000 : 729)
![Page 11: diabetus-militus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081817/5695d1981a28ab9b029726fb/html5/thumbnails/11.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta : FKUI.
Marrylin. E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC