diabetes insipidus (2)

19
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES INSIPIDUS A. PENGERTIAN Diabetes insipidus adalah kelainan lobus posterior dari kelenjar hipofisis akibat defisiensi vasopresin yang merupakan hormone anti deuretik/ADH. Diabetes insipidus adalah kelainan yang disebabkan oeh ginjal yang tidak berespon terhadap kerja ADH fisiologis. Diabetes insipidus adaah suatu penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi sekresi dan fungsi dari ADH. (Corwin,2000) Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme Neurohypophyseal-rena reflex sehingga mengkibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonvensi air. (Sjaefoellah, 1996) Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oeh kekurangan ADH yang ditandai oleh jumlah urine yang besar. (Purnawan Junadi, 1992) B. ETIOLOGI Diabetes insipidus disebabkan oleh penurunan produksi ADH baik total maupun parsial oeh hipotalamus atau penurunan pelepasan ADH dari hipofisis anterior. Berdasarkan etiologinya, diabetes insipidus dibagi menjadi dua yaitu : 1. Diabetes insipidus sentral 2. Diabetes insipidus nefrogenik

Upload: erick-juestrada

Post on 23-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Diabetes Insipidus

TRANSCRIPT

Page 1: Diabetes Insipidus (2)

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES INSIPIDUS

A. PENGERTIAN

Diabetes insipidus adalah kelainan lobus posterior dari kelenjar hipofisis akibat

defisiensi vasopresin yang merupakan hormone anti deuretik/ADH.

Diabetes insipidus adalah kelainan yang disebabkan oeh ginjal yang tidak berespon terhadap

kerja ADH fisiologis.

Diabetes insipidus adaah suatu penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi sekresi dan

fungsi dari ADH. (Corwin,2000)

Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh berbagai penyebab yang

dapat mengganggu mekanisme Neurohypophyseal-rena reflex sehingga mengkibatkan

kegagalan tubuh dalam mengkonvensi air. (Sjaefoellah, 1996)

Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oeh kekurangan ADH yang

ditandai oleh jumlah urine yang besar. (Purnawan Junadi, 1992)

B. ETIOLOGI

Diabetes insipidus disebabkan oleh penurunan produksi ADH baik total maupun

parsial oeh hipotalamus atau penurunan pelepasan ADH dari hipofisis anterior.

Berdasarkan etiologinya, diabetes insipidus dibagi menjadi dua yaitu :

1. Diabetes insipidus sentral

2. Diabetes insipidus nefrogenik

1. Diabetes insipidus sentral

Penyebabnya antara lain :

a. Bentuk idiopatik

• Bentuk non familiar

• Bentuk familiar

b. Pasca hipofisektomi

c. Trauma

Fraktur dasar tulang tengkorak

d. Granuloma

• Sarkoid

Page 2: Diabetes Insipidus (2)

• Tuberkulosis

• sifilis

e. Infeksi

• Meningitis

• Ensefalitis

• Landry-Guillain-Barre’s syndrome

f. Vascular

• Trombosis atau perdarahan serebral

• Aneurisma serebral

• Post-partum necrosis

g. Histiocytosis

• Granuloma eosinofilik

• Penyakit Schuller-Christian

2. Diabetes insipidus nefrogenik

a. Penyakit ginjal kronik

• Penyakit ginjal polikistik

• Medullary cystic disease

• Pielonefritis

• Obstruksi ureteral

• Gagal ginajl lanjut

b. Gangguan elektrolit

• Hipokalemia

• Hiperkasemia

c. Obat-obatan

• Litium

• Demeklosiklin

• Asetoheksamid

• Tolazamid

• Glikurid

• Propoksifen

• Amfoarisin

• Vinblastin

• Kolkisin

Page 3: Diabetes Insipidus (2)

d. Penyakit Sickle Cell

e. Gangguan diet

• Intake air yang berlebihan

• Penurunan intake NaCl

• Penurunan intake protein

f. Lain-lain

• Multipel mieloma

• Amiloidosis

• Penyakit Sjogren’s

• Sarkoidosis

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Poliuria

Urin yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak, bias mencapai 5-10 liter. Urine sangat

encer, berat jenis 1001-1005 atau 50-200mOsmol/kgBB.

2. Polidipsia

Rasa haus yang berlebihan, biasanya mencapai 10 iter cairan tiap hari, terutama

membutuhkan air dingin

3. Penurunan berat badan

4. Noturia

5. Kelelahan

6. Konstipasi

7. Hipotensi

D.PATOFISIOLOGI

Ada beberapa keadaan yang dapat mengakibatkan Diabetes Insipidus, termasuk

didalamnya tumor-tumor pada hipotalamus, tumor-tumor besar hipofisis di sela tursika,

trauma kepala, cedera operasi pada hipotalamus.

Gangguan sekresi vasopresin antara lain disebabkan oleh Diabetes Insipidus dan sindrom

gangguan ADH. Pada penderita Diabetes Insipidus, gangguan ini dapat terjadi sekunder dari

destruksi nucleus hipotalamik yaitu tempat dimana vasopressin disintetis (Diabetes Insipidus

Sentral) atau sebagai akibat dari tidak responsifnya tubulus ginjal terhadap vasopresin

(Diabetes Insipidus nefrogenik).

Page 4: Diabetes Insipidus (2)

Diabetes Insipidus sentral (DIS) disebabkan oeh kegagalan pelepasan hormone antideuretik

(ADH) yang secara fisiologis dapat merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan, selain

itu DIS juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson

traktus supraoptiko hipofisealis dan akson hipofisis posterior dimana ADH disimpan untuk

sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.

Istilah Diabetes Insipidus Nefrogenik (DIN) dipakai pada Diabetes Insipidus yang tidak

responsive terhadap ADH eksogen. Secara fisiologis DIN dapat disebabkan oleh:

1. kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotic dalam medulla renalis.

2. kegagalan utilisasi gradient pada kegagalan dimana ADH berada dalam jumlah yang cukup

dan berfungsi normal.

Kehilangan cairan yang banyak melalui ginjal ini dapat dikompensasikan dengan minum

banyak air.

Penderita yang mengalami dehidrasi, berat badan menurun, serta kulit dan membrane mukosa

jadi kering. Karena meminum banyak air untuk mempertahankan hidrasi tubuh, penderita

akan mengeluh perut terasa penuh dan anoreksia. Rasa haus dan BAK akan berlangsung terus

pada malam hari sehingga penderita akan merasa terganggu tidurnya karena harus BAK pada

malam hari.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Setelah dapat ditentukan bahwa poliuria yang terjadi adalah diuresis air murni, maka

langkah selanjutnya adalah untuk menentukan jenis penyakit yang menyebabkannya. Untuk

itu tersedia uji-uji coba berikut :

1. Hickey-Hare atau Carter-Robbins test

Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal akan menurunkan

jumlah urine, sedangkan pada Diabetes Insipidus urine akan menetap atau bertambah.

Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah urine pada pasien DIS dan

menetapnya jumlah urine pada pasien DIN.

Kekurangan pada pengujuian ini adalah :

a. Pada sebagian orang normal, pembebanan larutan garam akan menyebabkan terjadinya

diuresis solute yang akan mengaburkan efek ADH.

b. Interpretasi pengujicobaan ini adalah all or none sehingga tidak dapat membedakan defect

partial atau komplit.

Page 5: Diabetes Insipidus (2)

2. Fluid deprivation

a. Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemihnya

kemudian ditimbang BBnya, diperiksa volume dan berat jenis atau osmolalitas urine pertama.

Pada saat ini diambil sample plasma untuk mengukur osmolalitasnya.

b. Pasian diminta BAK sesering mungkin paling sedikit setiap jam.

c. Pasien ditimbang tiap jam apabia diuresis lebih dari 300ml/jam, atau setiap 3 jam sekali bia

diuresis kurang dari 300ml/jam.

d. Setiap sample urine sebaiknya diperiksa osmoalitasnya dalam keadaan segar atau kalau hal

itu tidak mungkin dilakukan semua sample harus disimpan dalam botol yang tertutup rapat

serta disimpan dalam lemari es.

e. Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4% tergantung mana yang

lebih dahulu.

Pengujian dilanjutkan dengan:

3. Uji nikotin

a. Pasien diminta untuk merokok dan menghisap dalam-dalam sebanyak 3 batang dalam

waktu 15-20 menit.

b. Teruskan pengukuran volume, berat jenis dan osmolalitas setiap sample urin sampai

osmolalitas/ berat jenis urin menurun bidandingkan dengan sebelum menghisap nikotin.

Kemudian uji coba dianjutkan dengan :

4. Uji vasopressin

a. Berikan pitresin dalam minyak 5u, intramuskular.

b. Ukur voume, berat jenis dan osmolalitas urin pada diuresis berikutnya atau satu jam

kemudian.

F. PENATALAKSANAAN

Pengobatan Diabetes Insipidus harus disesuaikan dengan gejala yang ditimbulkan. Pada

pasien DIS dengan mekanisme rasa haus yang utuh tidak diperlukan terapi apa-apa selama

gejala nocturia dan poliuria tidak mengganggu tidur dan aktifitas sehari-hari. Tapi pasien

dengan gangguan pada pusat rasa haus, diterapi dengan pengawasan yang ketat untuk

mencegah terjadinya dehidrasi.

Penatalaksanaan pada Diabetes Insipidus diberikan obat yang cara kerjanya menyerupai

ADH. Obat obatan yang paing sering digunakan adalah Desmopressin yang diberikan secara

nasal spray.

Page 6: Diabetes Insipidus (2)

Pada DIN yang komplit biasanya diperukan terapi hormone pengganti. DDAVP merupakan

obat piihan utama untuk DIN.

Selain terapi hormone pengganti dapat juga dipakai terapi adjuvant yang secara fisiologis

mengatur keseimbangan air dengan cara :

1. Mengurangi jumlah air ke tubuus distal dan collecting duct.

2. Memacu pelepasan ADH endogen.

3. Meningkatkan efek ADH endogenyang masih ada pada tubulus ginjal.

Obat-obatan adjuvant yang biasa dipakai adalah :

1. Diuretic Tiazid

2. Klorpopamid

3. Kofibrat

4. Karbamazepin

KOMPLIKASI

1. Dehidrasi berat dapat terjadi apabia jumah air yang diminum tidak adekuat

2. Ketidakseimbangan elektrolit, yaitu hiperatremia dan hipokalemia.

Keadaan ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur dan dpat terjadi gagal

jantung kongesti.

Page 7: Diabetes Insipidus (2)

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Data subyektif

1. Asal idiopatik

2. Poliuria

3. Polidipsia

4. Nocturia

5. Kelelahan

6. Konstipasi

Data obyektif

1. Trauma kepala

2. Bedah syaraf

3. Tumor hipotaamus

4. Trauma

5. Infeksi

6. Penurunan BB

7. Hipotensi ortostatik

8. Penurunan CVP

9. EKG mungkin terdapat takikardi

10. Penggunaan obat-obatan

Misalnya : litium karbonat, penitoin (dilatin), demeklosiklin, aminoglikosida.

Pemeriksaan fisik

• Inspeksi : membrane mukosa kering

• Palpasi : kulit kering, turgor kulit kurang.

• Auskultasi : kardiovaskuler takikardi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.

Page 8: Diabetes Insipidus (2)

4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

C. INTERVENSI

Dx 1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien

terpenuhi.

NOC : Fluid balance

Criteria hasil :

1. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin normal

2. TTV dalam batas normal.

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kuit baik, membrane mukosa lembab,

tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Skala penilaian NOC :

1. tidak pernah menujukan

2. jarang menunjukan

3. kadang menunjukan

4. sering menunjukan

5. selalu menunjukan

NIC : Fluid management

Intervensi :

1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, TD ortostatik)

3. Monitor Vital sign

4. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian

5. Kolaborasikan pemberian cairan IV

6. Dorong masukan oral

Dx. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien

terpenuhi.

Page 9: Diabetes Insipidus (2)

NOC : Status nutrisi

Indicator :

1. Stamina

2. Tenaga

3. Tidak ada kelelahan

4. Daya tahan tubuh

Skala penilaian NOC :

1. tidak pernah menujukan

2. jarang menunjukan

3. kadang menunjukan

4. sering menunjukan

5. selalu menunjukan

NIC : Nutrition monitoring

Intervensi :

1. BB dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan BB

3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

4. Monitor turgor kulit

5. Monitor kalori dan intake nutrisi

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan

pasien.

Dx. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.

Tujuan : seteah diakukan tindakan keperawatan diharapkan pola tidur pasien tidak terganggu.

NOC : Sleep

Criteria hasil :

1. Jam tidur cukup

2. Pola tidur baik

3. Kualitas tidur baik

4. Tidur tidak terganggu

5. Kebiasaan tidur.

Skala penilaian NOC :

1. tidak pernah menujukan

Page 10: Diabetes Insipidus (2)

2. jarang menunjukan

3. kadang menunjukan

4. sering menunjukan

5. selalu menunjukan

NIC : Peningkatan tidur

Intervensi :

1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit.

2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor yang menyebabkan kurang tidur.

3. Dekatkan pispot agar pasien lebih mudah saat BAK pada malam hari.

4. Anjurkan pasien untuk tidur siang.

5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

Dx. 4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit

Tujuan : setelah diakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa cemas pasien dapat

berkurang.

NOC : Control cemas

Indikator :

1. Monitor intensitas cemas

2. Menyingkirkan tanda kecemasan

3. Merencanakan strategi koping

4. Menggunakan strategi koping yang efektif

5. Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan

Skala penilaian NOC :

1. tidak pernah dilakukan

2. jarang dilakukan

3. kadang dilakukan

4. sering dilakukan

5. selalu dilakukan

NIC : Penurunan kecemasan

Intervensi :

1. Tenangkan klien

2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kapada kien dan perasaan yang mungkin muncul pada

Page 11: Diabetes Insipidus (2)

saat dilakukan tindakan.

3. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.

4. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu,

ekspresi cemas non verbal)

5. Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi.

Dx. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penegtahuan pasien menjadi

adekuat.

NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit

Indicator :

1. Mendeskripsikan proses penyakit

2. Mendeskripsikan factor penyebab

3. Mendeskripsikan factor resiko

4. Mendeskripsikan tanda dan gejala

5. Mendeskripsikan komplikasi

Skala penilaian NOC :

1. tidak pernah dilakukan

2. jarang dilakukan

3. kadang dilakukan

4. sering dilakukan

5. selalu dilakukan

NIC : Mengajarka proses penyakit

Intervensi :

1. Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar (mental, kemampuan untuk melihat,

mendengar, kesiapan emosional, bahasa dan budaya)

2. Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.

3. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda dan gejala)

4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang dapat mencegah atau mengontrol proses penyakit.

5. Diskusikan tentang terapi atau perawatan.

Page 12: Diabetes Insipidus (2)

D. KESIMPULAN

• Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oeh kekurangan ADH yang

ditandai oleh jumlah urine yang besar. (Purnawan Junadi, 1992)

• Berdasarkan etiologinya, diabetes insipidus dibagi menjadi dua yaitu :

• Diabetes insipidus sentral

• Diabetes insipidus nefrogenik

• Tanda-tanda Diabetes insipidus

1. Poliuria

Urin yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak, bias mencapai 5-10 liter. Urine sangat

encer, berat jenis 1001-1005 atau 50-200mOsmol/kgBB.

2. Polidipsia

Rasa haus yang berlebihan, biasanya mencapai 10 iter cairan tiap hari, terutama

membutuhkan air dingin

3. Penurunan berat badan

4. Noturia

5. Kelelahan

6. Konstipasi

7. Hipotensi

• Pemeriksaan penunjang

1. Hickey-Hare atau Carter-Robbins test

2. Fluid deprivation

3. Uji nikotin

4. Uji vasopressin

• Komplikasi

1. Dehidrasi berat dapat terjadi apabia jumah air yang diminum tidak adekuat

2. Ketidakseimbangan elektrolit, yaitu hiperatremia dan hipokalemia.

Keadaan ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur dan dpat terjadi gagal

jantung kongesti.

• Diagnosa

1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.

Page 13: Diabetes Insipidus (2)

4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

Page 14: Diabetes Insipidus (2)

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Eizabeth J. 2003. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Cotran, Robbin. 1996. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : EGC.

Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes Classifcation

(NOC), Second edition. USA : Mosby.

Junadi, Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Media

Aesculapius Fakultas Kedoteran UI.

McCloskey, Joanne C. dkk. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention

Classifcation (NIC), Second edition. USA : Mosby.

Oswari, E. 1985. Penyakit dan Penangguangannya. Jakarta : PT Gramedia.

Talbot, Laura, dkk.1997. Pengkajian Keperawatan Kritis, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Waspadji, Sarwono. 1996. Imu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FK UI

Page 15: Diabetes Insipidus (2)