di surakarta ( dengan konsep modern - digilib.uns.ac.id/desain... · mungkin jelas pembagiannya...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TUGAS AKHIR
DESAIN INTERIOR
FASHION AND BEAUTY CENTRE
DI SURAKARTA
( Dengan Konsep Modern )
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Unversitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun oleh :
DINDA AGUSTINA RETNOUTAMI
C0804012
JURUSAN DESAIN INTERIOR
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Desain Interior
FASHION AND BEAUTY CENTRE DI SURAKARTA
( Dengan Konsep Modern )
Disetujui untuk diajukan, guna melengkapi syarat kelulusan Tugas Akhir
Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2010
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Iik Endang S W, S.Sn, M.Ds Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn
NIP. 19771027 200112 2002 NIP. 19621221 199201 1001
Mengetahui,
Koordinator Tugas Akhir
Iik Endang S W, S.Sn, M.Ds NIP. 19771027 200112 2002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2010
Pada hari Jumat, 29 Januari 2010
Penguji :
1. Ketua Sidang
Drs. Soepriyatmono, M.Sn
NIP. 19560117 198811 1001 ( ............................... )
2. Sekretaris Sidang
Lu’lu’ Purwaningrum, S.Sn, M.T
NIP. 19770612 20012 2003 ( ............................... )
3. Pembimbing I
Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds
NIP. 19771027 200112 2002 ( ............................... )
4. Pembimbing II
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn
NIP. 19621221 199201 1001 ( ............................... )
Mengetahui,
Ketua Jurusan Desain Interior Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn Drs. Sudarno, M.A NIP. 19621221 199201 1001 NIP. 19530315 198506 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERNYATAAN
Nama : Dinda Agustina Retnoutami
NIM : C 0804012
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Desain
Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta ( Dengan Konsep Modern )”
adalah benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal
yang bukan dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan
ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.
Surakarta, Mei 2010
Yang membuat pernyataan,
Dinda Agustina Retnoutami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Lakukan yang terbaik…
Berikan yang terbaik…
Dan jadilah yang terbaik…
Untuk dirimu dan keluargamu........
Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang……..
Melainkan mereka yang tetap tegar…..
Ketika mereka jatuh…
( Khahlil Gibran )
Tak selamanya semua hal yang kita inginkan bisa terwujud…
Terkadang banyak hal tak terduga yang akan datang di hidup kita….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
...................Dengan rasa syukur Karya ini
kupersembahkan kepada :
© Papa (alm) dan Mama tersayang, yang senantiasa tulus memberikan
doa, cinta dan kasih sayang
© My beloved AyAng SM and My Twin Angels KayNay, yang selalu
memberi dukungan, semangat dan kebahagiaan
© Mbak Ajeng yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materiil
© Sahabat-sahabatku atas semangatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis
mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas
Akhir dengan judul Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta (
Dengan Konsep Modern ).
Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang
dihadapi oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang
baik ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Seni Rupa.
3. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah
Kolokium, Tugas Akhir dan Koordinator Tugas Akhir.
4. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah
Tugas Akhir.
5. Pihak LK salon dan Larissa yang telah memberikan ijin dan bantuannya
untuk mencari data dan informasi survey lapangan yang diperlukan untuk
menyusun Tugas Akhir.
6. Orang-orang tersayangku ( mama, ayah, KayNay, mb ajeng) di rumah yang
selalu memberi semangat dan mengingatkan ketika lalai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
7. Sahabat-sahabatku, Deka, Diana, Lyna yang selalu memberikan bantuan,
dukungan dan semangat yang luar biasa, dan semua Interior angkatan’04
terima kasih atas persahabatan dan bantuannya selama ini.
8. Civitas Akademika dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga
terselesaikannya Tugas akhir ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a
semoga Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan
amalnya, Amin.
Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga
dapat menyempurnakan penyusunan skripsi ini dari pembaca.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Surakarta, Januari 2010
Penulis
Dinda Agustina Retnoutami
NIM. C 0804012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRAK Dinda Agustina Retnoutami. C0804012. 2010. Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta ( Dengan Konsep Modern ). Tugas Akhir : Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : (1). Bagaimana merancang dan merencanakan suatu konsep interior Fashion and Beauty Centre yang mendukung konsep toko pakaian dan salon? (2). Bagaimana menyusun konsep Desain Interior Fashion and Beauty Centre yang sesuai dengan tema Modern dengan penerapannya ke berbagai elemen-elemen interior yang ada? (3). Bagaimana merancang interior ruang lobby, ruang penjualan/display, ruang konsultasi, fitting room dan salon yang dapat memberikan kenyamanan dan dapat memenuhi tuntutan akan adanya suatu wadah untuk mengatasi permasalahan penampilan ? Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut : (1). Mampu mewujudkan suatu Fashion and Beauty Centre yang mendukung konsep toko pakaian dan salon. (2). Menyusun Konsep Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta yang sesuai tema Modern dengan penerapannya pada berbagai elemen-elemen interior. (3). Merancang interior Fashion and Beauty Centre sebagai wadah untuk mengatasi permasalahan penampilan yang nyaman, wadah informasi yang komunikatif serta wadah perawatan kecantikan yang dapat memberikan kenyamanan bagi pemakainya. Metode yang digunakan metodologi penelitian kualitatif, dimana data yang dikumpulkan memiliki arti lebih daripada hanya sekedar angka atau frekuensi. Penelitian kualitatif menekankan pada analisis induktif, teori yang dikembangkan di mulai di lapangan studi dari data yang terpisah-pisah yang saling berkaitan. Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dari beragam sumber data. Pada proses pengumpulan data selalu diikuti reduksi data dan sajian data. Data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian diskripsi dan refleksinya adalah data yang telah digali dan dicatat.
Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal : (1). Dalam merencanakan dan merancang organisasi ruang, pola hubungan antar ruang, dan sirkulasi sedapat mungkin jelas pembagiannya sehingga tidak membingungkan bagi pengunjung. (2). Penggunaan warna dan bentuk yang sesuai dengan tema akan membangun suasana para pengunjung. (3). Karakter ruang sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………... i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… iii
PERNYATAAN……………………………………………………….. iv
HALAMAN MOTTO…………………………………………………. v
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………. vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………. vii
ABSTRAKSI…………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………... xiv
DAFTAR TABEL………………………………………………………. xvi
DAFTAR SKEMA……………………………………………………... xviii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1
B. Batasan Masalah…………………………………………… 3
C. Rumusan Masalah…………………………………………. 3
D. Tujuan……………………………………………………… 4
E. Sasaran Perancangan ……………………………………… 4
F. Manfaat……………………………………………………. 4
G. Metodologi Penelitian……………………………………… 5
H. Kerangka dan Pola Pikir…………………………………… 9
I. Sistematika Pembahasan…………………………………… 10
BAB II KAJIAN TEORI ………………………………………………. 11
I. DATA LITERATUR………………………………………. 11
A. PENGERTIAN JUDUL……………………………….. 11
B. TINJAUAN UMUM FASHION CENTRE.…………… 13
1. Pengertian Fashion.…………………………………. 13
2. Sejarah Fashion..……………………………………. 14
3. Fashion dan Perlengkapannya..……………………... 15
4. Aktivitas dan Fasilitas Fashion Centre .……………. 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
5. Hubungan Fashion dan Desain Interior ...…………… 21
C. TINJAUAN UMUM BEAUTY CENTRE ..…………….. 22
1. Pengertian Beauty…………… ……………………….. 22
2. Fungsi, Tugas dan Tujuan Beauty Centre ..…………. 23
3. Aktivitas dan Fasilitas Beauty Centre .……...………. 24
4. Pola Aktivitas dan Fasilitas Fashion Centre...………. 27
D. TINJAUAN AREA PENJUALAN……………………. 28
1. Layout.………………………………………………. 28
2. Sistem Pelayanan……….…………………………… 31
3. Penyajian Materi Koleksi..………………………….. 32
4. Sistem Display………...…………………………….. 33
5. Prinsip Desain Sarana Penjualan.………………….... 40
6. Ketentuan Lain Area Penjualan…………………….. 41
7. Sirkulasi…………………………………………….. 42
E. TINJAUAN RUANG KONSULTASI DAN LOBBY... 45
1. Ruang Konsultasi…………………………………… 45
2. Lobby………….……….…………………………… 46
F. TINJAUAN TENTANG SURAKARTA……………… 46
1. Keadaan Geografis Kota Surakarta…………………. 46
2. Keadaan Demografi Kota Surakarta………………… 49
G. TINJAUAN UMUM INTERIOR...……………………. 49
1. Organisasi Ruang...…………………………………. 49
2. Sirkulasi……….……….…………………………… 52
3. Furniture………………...………………………….. 52
4. Warna……….………...…………………………….. 53
5. Elemen Pembentuk Ruang……..………………….... 56
6. Sistem Interior………………...…………………….. 62
7. Sistem Keamanan..………………………………….. 75
8. Dimensi Ruang Gerak………………………………. 78
BAB III. STUDI LAPANGAN…………………………………………... 83
A. Larissa, Solo…………………………………………….. 83
1. Sejarah………………………………………………. 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2. Non fisik……………………………………………. 83
3. Kebutuhan Ruang…...………………………………. 83
4. Aktivitas dan Kegiatan....…………………………… 84
5. Unsur Pembentuk dan Pengisi Ruang.……………… 85
6. Tata Kondisional…….....…………………………… 86
7. Tema…………………...…………………………… 87
8. Dokumentasi…………...…………………………… 87
B. LK Salon Solo Square, Solo...………………………….. 88
1. Sejarah………………………………………………. 88
2. Non fisik……………………………………………. 88
3. Kebutuhan Ruang…...………………………………. 89
4. Aktivitas dan Kegiatan....…………………………… 89
5. Unsur Pembentuk dan Pengisi Ruang.……………… 90
6. Tata Kondisional…….....…………………………… 91
7. Tema…………………...…………………………… 91
8. Dokumentasi…………...…………………………… 92
BAB IV ANALISA PERANCANGAN………………………………… 93
A. ANALISA JUDUL………………………………………… 93
1. Pengertian………………………………………………. 93
2. Tujuan dan Manfaat ……………………………………. 95
B. ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN… 96
1. Lokasi…………………………………………………… 96
2. Status Kelembagaan …………………………………….. 97
3. Struktur Organisasi……………………………………… 97
4. Sistem Operasional…………………………………….... 98
5. Program Kegiatan………………………………………. 99
6. Pelaku Kegiatan………………………………………… 99
7. Pola Kegiatan…………………………………………… 100
8. Jenis Ruang dan Fasilitas Ruang………………………. 104
9. Aktivitas dan Fasilitas………………………………….. 106
10. Besaran Ruang…………………………………………. 108
11. Hubungan Antar Ruang………………………………… 111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
12. Zoning & Grouping……………………………………… 113
13. Organisasi Ruang……………………………………….. 114
14. Pola Sirkulasi………………………………………….. 118
C. KONSEP PERANCANGAN………………………………… 120
1. Ide Dasar Perancangan....................................................... 120
2. Tema……………………………………………………. 121
3. Aspek Suasana dan Karateristik Ruang………………. 122
4. Aspek Pola Penataan Ruang dan Furniture ……………. 123
5. Aspek Bentuk dan Warna……………………………… 125
6. Elemen Pembentuk Ruang……………………………… 126
a. Lantai……………………………………………….. 126
b. Dinding………………………………………………. 130
c. Ceiling………………………………………………. 133
7. Interior Sistem…………………………………………… 136
a. Pencahayaan……………………………………….. 136
b. Penghawaan………………………………………… 140
c. Akustik……………………………………………… 142
8. Sistem Keamanan……………………………………… 144
BAB V PENUTUP………………………………………………………. 148
A. KESIMPULAN…………………………………………….. 148
1. Pengertian……………………………………………… 148
2. Lokasi………………………………………………….. 148
3. Zoning dan Grouping………………………………….. 149
4. Tema dan Warna……………………………………….. 150
5. Elemen Pembentuk Ruang……………………………... 151
6. Interior Sistem………………………………………….. 153
7. Sistem Keamanan………………………………………. 153
B. SARAN……………………………………………………. 154
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1. Layout Ruang penjualan Model Straight Plan............... 29
Gambar II. 2. Layout Ruang penjualan Model Pathway Plan……….. 29
Gambar II. 3. Layout Ruang penjualan Model Diagonal Plan……..... 30
Gambar II. 4. Layout Ruang penjualan Model Curved Plan………... 30
Gambar II. 5. Layout Ruang penjualan Model Varied Plan…............ 31
Gambar II. 6. Layout Ruang penjualan Model Geometric Plan…….. 31
Gambar II. 7. An Island Fixture…………………………...………… 39
Gambar II. 8. The wall Fixture…………………………………..…. 39
Gambar II. 9. A freestanding fixture……………………………………. 40
Gambar II. 10. A freestanding fixture……………………………..….. 40
Gambar II. 11. A freestanding fixture…………………………………. 40
Gambar II. 12. Peta Kota Solo………………………………………… 47
Gambar II. 13. Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo.….. 48
Gambar II. 14. Organisasi Ruang Terpusat……………………….…... 50
Gambar II. 15. Organisasi Ruang Linear……………………………… 50
Gambar II. 16. Organisasi Ruang Radial……………………………... 51
Gambar II. 17. Organisasi Ruang Cluster……………..……………… 51
Gambar II. 18. Organisasi Ruang Grid…………………..…………… 51
Gambar II. 19. Halogen Flexible Display Lights MR16……………... 69
Gambar II. 20. Halogen Flexible Display Lights MR16...........……… 69
Gambar II. 21. Lampu Sorot Terarah...................................………….. 70
Gambar II. 22. Lampu Sorot Dinding……………………………..….. 71
Gambar II. 23. Lampu Sorot rel Aliran....................................……….. 71
Gambar II. 24. Reflexion Light.....................................................…….. 72
Gambar II. 25. Smoke detektor......................................................……. 76
Gambar II. 26. Fire estinguisher dan Hidrant kebakaran................…… 77
Gambar II. 27. Standar Tempat Penjualan Barang yang Umum ……... 78
Gambar II. 28. Standar Tempat Penjualan Barang yang Tergantun…… 79
Gambar II. 29. Standar Toko Buku/Area Display…………………….. 79
Gambar II. 30. Standar Toko Sepatu/Area Pengepasan………………. 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Gambar II. 31. Jarak Bersih Sirkulasi pada Konter ……………...…… 80
Gambar II. 32. Jarak Bersih Sirkulasi pada Konter………………...…. 81
Gambar II. 33. Jarak Bersih Konter dengan Rak Display Tinggi……... 81
Gambar II. 34. Jarak Bersih Konter dengan Rak Display Rendah.….… 82
Gambar II. 35. Kamar ganti Pakaian……………………………….….. 82
Gambar III. 1. Kasir & Cosmetic Shop di Larissa....…………………. 87
Gambar III. 2. Receptionist di Larissa………………...……………… 87
Gambar III. 3. Ruang Tunggu di Larissa……………………………... 87
Gambar III. 4. ME LK Salon, Solo Square..………………………….. 92
Gambar III. 5. Tampak Ceiling di LK Salon…………….……………. 92
Gambar III. 6. Display Produk Kecantikan…………………..……….. 92
Gambar III. 7. R. Perawatan Keratase...……………………………… 92
Gambar III. 8. R. Perawatan Rambut..……………………………….. 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1. Pelaku, Aktivitas dan Kebutuhan Ruang…………….…… 26
Tabel II. 2. Kegiatan Rutin Milanisti Indonesia……………………… 115
Tabel II. 3. Kegiatan Rutin Milanisti Indonesia sezione Jogja……… 123
Tabel III. 1. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Café………... 146
Tabel III. 2. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan……………... 147
Merchandise Shop
Tabel III. 3. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Office Club… 148
Tabel III. 4. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Café………………. 149
Tabel III. 5. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Merchandise Shop… 150
Tabel III. 6. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Office Club……….. 151
Tabel III. 7. Alternatif Organisasi Ruang……………………………… 157
Tabel III. 8. Alternatif Organisasi Ruang ……………………………... 158
Tabel III. 9. Alternatif Pola Sirkulasi …………………………………. 160
Tabel III. 10. Analisa Penggunaan Bahan Lantai ………………………. 170
Tabel III. 11. Analisa Penggunaan Bahan Dinding……………………... 174
Tabel III. 12. Analisa Penggunaan Bahan Ceiling……………………… 177
Tabel III. 13. Analisa Penggunaan Pencahayaan……………………….. 181
Tabel III. 14. Analisa Penggunaan Penghawaan……………………….. 184
Tabel III. 15. Analisa Penggunaan Akustik…………………………….. 186
Tabel III. 16. Analisa Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran…………. 188
Tabel IV. 1. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Salon………. 106
Tabel IV. 2. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Shop………. 107
Tabel IV. 3. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan R
Konsultasi….…………………………………………….. 108
Tabel IV. 4. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Shop……...………. 109
Tabel IV. 5. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Salon………………. 110
Tabel IV. 6. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang R. Konsultasi...……. 111
Tabel IV. 7. Alternatif Organisasi Ruang …………………………..…. 116
Tabel IV. 8. Alternatif Organisasi Ruang ……………………..………. 117
Tabel IV. 9. Alternatif Pola Sirkulasi………………………….………. 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Tabel IV. 10. Analisa Penggunaan Bahan Lantai ………………………. 129
Tabel IV. 11. Analisa Penggunaan Bahan Dinding……………………... 133
Tabel IV. 12. Analisa Penggunaan Bahan Ceiling……………………… 135
Tabel IV. 13. Analisa Penggunaan Pencahayaan……………………….. 139
Tabel IV. 14. Analisa Penggunaan Penghawaan……………………….. 142
Tabel IV. 15. Analisa Penggunaan Akustik…………………………….. 144
Tabel IV. 16. Analisa Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran…………. 146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR SKEMA
Skema II. 1. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung dan
Pengelola........................................................…………….. 27
Skema II. 2. Pola Aktivitas dan Fasilitas
Pengunjung....................................................…………….. 27
Skema II. 3. Pola Aktivitas dan Fasilitas
Pengelola........................................................…………….. 28
Skema IV. 1. Struktur Organisasi Salon …………………………………. 97
Skema IV. 2. Struktur Organisasi Shop………………………….……… 98
Skema IV. 3. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan Salon..…... 101
Skema IV. 4. Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan Salon…. 101
Skema IV. 5. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan Shop… …. 102
Skema IV. 6. Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan Shop.…. 103
Skema IV. 7. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan R.
konsultasi………………………………………………….. 104
Skema IV. 8. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan R.
konsultasi………………………………………………….. 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kehidupan modern telah membuat manusia mengalami perubahan
dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari gaya hidup ( life style ), rutinitas,
karier bahkan obsesi hidup. Manusia juga dihadapkan pada kehidupan yang
klise, dimana manusia dituntut bekerja keras hampir 24 jam sehari dengan
produktivitas dan performance prima. Fenomena ini dialami hampir semua
orang termasuk para eksekutif, baik pria maupun wanita. Bagi yang
pekerjaannya berhubungan langsung dengan costumer ( client ), tentulah
penampilan menjadi salah satu perhatian yang tidak boleh dilupakan bahkan
oleh pria sekalipun.
Di tengah padatnya aktivitas manusia modern, kebutuhan fashion
dan beauty care yang bersifat mendadak juga sering terjadi. Kebutuhan akan
berpenampilan resmi untuk menghadiri suatu acara penting, seperti rapat,
bertemu klien atau menghadiri jamuan, padahal waktu yang mereka punya
sangat sedikit. Dalam situasi seperti ini membutuhkan bantuan untuk berganti
penampilan dengan cepat, baik dalam berpakaian juga berdandan. Namun
disaat itu mereka tidak mungkin untuk berdandan dengan cepat karena
kesibukan mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan seorang stylish yang
akan membantu mereka dalam berpenampilan yang baik sesuai dengan situasi
yang akan mereka hadapi. Hal ini juga merupakan salah satu cara menjaga
imej di depan orang lain, dimana imej tersebut sangat diperhatikan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
modern sekarang yang sering bertemu atau bersosialisasi dengan orang lain
baik keluarga, teman, klien atau rekan kerjanya. Situasi demikian memicu
banyaknya bermunculan butik-butik atau toko pakaian dan salon sebagai
alternatif tempat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pakaian dan segala
aksesoris pelengkapnya. Setiap butik atau toko pakaian menjual produk
dengan berbagai jenis fashion style.
Dengan melihat begitu banyaknya salon dan butik yang ada, maka
dalam proyek ini akan ditawarkan pemandangan dan suasana yang lain dari
yang sudah ada sebelumnya yaitu sebuah fasilitas dimana kebutuhan akan
berpenampilan yang baik dalam cara berpakaian dan berdandan ditawarkan
dalam wadah Fashion and Beauty Centre. Fashion and Beauty Centre ini
merupakan tempat berbagai macam treatment untuk tubuh yang ditawarkan
dan juga sebagai tempat dimana terdapat bantuan dalam berbusana dan
berdandan dalam waktu tidak terlalu lama. Pada bagian penampilan berupa
toko pakaian dan make up yang berbasis one stop beauty service, dalam arti di
tempat ini costumer akan dibantu berdandan baik pakaian maupun make up
dalam satu paket yang dipandu oleh seorang stylish yang berpengalaman. Pada
bagian beauty care berupa salon yang menawarkan hair dan body care.
Perpaduan antara tempat treatment kecantikan dan toko pakaian bertujuan
agar masyarakat bisa mendapatkan tempat berbagai fashion dan beauty care
dalam satu wadah, mengingat keterbatasan waktu mereka yang sibuk dengan
pekerjaannya. Tempat ini ditujukan kepada kaum metropolis yang ingin
melakukan treatment-treatment dan berdandan dalam satu tempat serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sebagai tempat pelepaskan kepenatan setelah aktivitas mereka ataupun
kejenuhan pada aktivitas rutin meskipun hanya dalam waktu yang singkat.
B. BATASAN MASALAH
Kehadiran Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini
dimaksudkan sebagai wadah toko pakaian dan treatment kecantikan ( beauty
care ) ditawarkan dalam satu tempat yang dapat menjawab kebutuhan
masyarakat yang ingin berdandan namun memiliki keterbatasan waktu.
Adapun batasan masalah pada Desain Interior Fashion and Beauty Centre di
Surakarta adalah :
1. Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini
dibatasi pada ruang lobby sebagai akses masuk atau main entrance dari
Fashion and Beauty Centre di Surakarta.
2. Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini
dibatasi pada perancangan ruang display penjualan pakaian, aksesoris dari
kepala hingga kaki ( head to toe ), ruang konsultasi dan ruang ganti
( fitting room ).
3. Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta
dibatasi pada perancangan salon sebagai tempat perawatan kecantikan.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menyusun konsep Desain Interior Fashion and Beauty Centre
di Surakarta yang sesuai dengan tema Modern dengan penerapannya pada
berbagai elemen-elemen interior yang ada ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Bagaimana merancang interior ruang lobby, ruang penjualan/display,
ruang konsultasi, fitting room dan salon yang dapat memberikan
kenyamanan dan dapat memenuhi tuntutan akan adanya suatu wadah
untuk mengatasi permasalahan penampilan ?
D. TUJUAN
1. Menyusun Konsep Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty
Centre di Surakarta yang sesuai tema Modern dengan penerapannya pada
berbagai elemen-elemen interior.
2. Merancang interior Fashion and Beauty Centre sebagai wadah untuk
mengatasi permasalahan penampilan yang nyaman, wadah informasi yang
komunikatif serta wadah perawatan kecantikan yang dapat memberikan
kenyamanan bagi pemakainya.
E. SASARAN
1. Kelompok masyarakat menengah ke atas, baik pria maupun wanita dengan
usia 20-50 tahun.
2. Pemerhati dunia fashion dan kecantikan
F. MANFAAT
1. Bagi penulis/Desainer
a. Memberikan masukan penting untuk memperluas pandangan dalam
konsep perencanaan dan perancangan interior sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menyusun desain yang lebih baik dan tepat sesuai latar belakang dan
sasaran.
b. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan
merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
fungsi dari ruang-ruang yang ada.
c. Dapat berusaha untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam
proyek perencanaan dan perancangan interior dengan menerapkan ide
dan gagasan-gagasan yang ada.
2. Bagi Dunia Akademik
a. Menambah referensi jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret tentang Fashion and Beauty Centre.
b. Menambah salah satu bentuk perkembangan interior baru di dalam
dunia akademik.
3. Bagi masyarakat
a. Dapat memberikan wadah jalan keluar dari permasalahan penampilan.
b. Dapat memberikan informasi dan juga sebagai sarana hiburan bagi
masyarakat.
G. METODOLOGI
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang tujuannya adalah
menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
yang dilakukan secara metodologis dengan menggunakan metode-metode
yang bersifat ilmiah.
Metodologi adalah suatu cara atau jalan untuk memecahkan
masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan, menyusun,
mengklarifikasi serta menginterpretasikan data-data.
Maka, pengertian metodologi penelitian adalah suatu cara atau
jalan untuk memecahkan suatu masalah yang ada dengan cara mengumpulkan,
menyusun serta menginterpretasikan data guna menemukan, mengembangkan
atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode penelitian sangat
menentukan dalam sebuah penelitian ilmiah karena mutu dan validitas dari
hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh pemilihan metode secara tepat.
Dalam perancangan interior Fashion and Beauty Centre di
Surakarta ini metode yang digunakan adalah :
a. Metodologi Analisis
Yaitu menganalisa data-data yang diperoleh di lapangan, menghubungkan
dengan kajian teoritis, untuk kemudian dianalisa kembali. Dari hasil
analisa kemudian menghasilkan alternatif-alternatif desain yang
selanjutnya disimpulkan menjadi suatu kesimpulan desain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pengumpulan Data
Reduksi data Sajian data
Penarikan simpulan /vertivikasi
Analisis Data Interakrif
( Sumber : Metodologi Penelitian Kualitatif , HB Sutopo, 2002 : 96 )
b. Metodologi Observasi
Yaitu mengadakan observasi secara langsung/tidak langsung dengan studi
pengamatan lapangan, wawancara dan studi literature melalui buku-buku,
referensi, majalah, surat kabar, konsultasi serta media lainnya yang
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai sehingga mampu
menyelesaikan permasalahan.
a. Lokasi Penelitian
Penelitian yang akan digunakan sebagai dasar perancangan interior
Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini dilakukan di beberapa
tempat yaitu :
- Larissa Solo
- LK Salon Solo Square
- Matahari Departemen Store Solo Square
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Bentuk dan Strategi Penelitian
- Studi literatur : melalui buku-buku referensi, internet,
arsip yang berhubungan dengan proyek
yang diambil.
- Wawancara : mewawancarai pihak-pihak yang
berkaitan dengan proyek yang diambil.
- Studi lapangan : melakukan studi banding pada obyek
sejenis sebagai dasar perbandingan
dalam menyusun konsep perancangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
H. Kerangka / Pola Pikir
Latar Belakang - Aktivitas yang padat - Kebutuhan akan
penampilan menarik - Waktu yang sempit
FASHION AND BEAUTY CENTRE DI SURAKARTA
Studi Literatur - tentang kecantikan dan
pakaian - tentang area penjualan
Data Lapangan
Analisa
Rumusan Masalah
Tujuan Perancangan
Alternative Desain
Konsep Desain
Sketsa Desain
DESAIN
Human Faktor
Aspek Sosial Budaya
Aspek Lingkungan
Aspek Keamanan
Norma Desain
Interior System - Lantai - Dinding - Ceiling
Elemen Interior - Pencahayaan - Penghawaan - Akustik
Tema “Modern”
Aspek Suasana, Karakter Ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB I. PENDAHULUAN
Yang terdiri atas latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan, sasaran, manfaat serta metodologi dan sistematika
pembahasan.
BAB II. KAJIAN TEORI
Adalah uraian tentang landasan teori yang akan dijadikan dasar
untuk mencapai tujuan perancangan.
BAB III. STUDI LAPANGAN
Merupakan hasil survey lapangan yang berhubungan dengan
pekerjaan interior yang akan dikerjakan.
BAB IV. KONSEP PERANCANGAN
Merupakan uraian tentang ide/gagasan yang akan melatarbelakangi
terciptanya karya tugas akhir.
BAB V. KESIMPULAN
Meliputi hasil temuan dari analisis data, evaluasi konsep
perancangan dan keputusan desain.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
KAJIAN TEORI
I. DATA LITERATUR
A. PENGERTIAN JUDUL
Pengertian dari judul “ Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion
and Beauty Centre di Surakarta “ adalah sebagai berikut :
Interior : - Ruang dalam suatu bangunan.
( Ensiklopedia Indonesia, 1989, hal : 195 )
- Tatanan perabot ( hiasan ), dsb didalam ruamg
dalam dari gedung .
( Tim Penyusun KBBI, 2001 ; 383 )
Desain Interior : - Desain interior adalah karya seni yang
mengungkapkan dengan jelas dan tepat tata
kehidupan manusia dari suatu masa melelui
media ruang .
( J. pamudji subtandar : 1998 : 11 )
Fashion : - Cara, kebiasaan, basa-basi; mode. ( John M
Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-
Indonesia, 1996 : 234 )
- Pakaian: barang apa yang dipakai (baju,
celana, dsb). ( Cormentyna Sitanggang dkk,
kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,
2004 : 529 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
- Mode atau Fashion adalah gaya berpakaian
(tetapi juga dapat termasuk masakan, bahasa,
seni, arsitektur) yang populer dalam suatu
budaya. ( Wikipedia bahasa Indonesia )
Beauty : - Orang cantik; indah; kecantikan. ( John M
Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-
Indonesia, 1996 : 58 )
- Cantik: elok, molek (tentang wajah); indah
(tentang barang). ( Cormentyna Sitanggang
dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas, 2004 : 127 )
- Kecantikan: keelokan; kemolekan.
(Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 )
Centre : - Pusat; bagian tengah; (soccer) penyerang
tengah. ( John M Echols & Hassan Shadily,
Kamus Inggris-Indonesia, 1996 : 104 )
- Pusat: pusar; titik yang ditengah benar (al.
bulatan bola, lingkaran dsb); tempat yang
letaknya di bagian tengah; pokok pangkal/
yang menjadi pumpunan (berbagai urusan, hal,
dsb); orang yang membawakan berbagai
bagian; orang yang menjadi pumpunan dari
bagian-bagian. ( Cormentyna Sitanggang dkk,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,
2004 : 616 )
Surakarta : wilayah, kawasan, nama sebuah kota di
propinsi Jawa Tengah.
Jadi pengertian dari judul “ Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion
and Beauty Centre di Surakarta adalah suatu proses, pembuatan, merancang,
merencanakan desain ruang dalam suatu bangunan yang berupa tempat
penjualan pakaian, aksesoris, produk kecantikan, konsultasi dan salon untuk
melengkapi fasilitas kegiatan yang berhubungan dengan penampilan yang
operasionalnya berada di kota Surakarta.
B. TINJAUAN UMUM FASHION CENTRE
1. Pengertian Fashion
Fashion : - Cara, kebiasaan, basa-basi; mode. ( John M
Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-
Indonesia, 1996 : 234 )
- Pakaian: barang apa yang dipakai (baju,
celana, dsb). ( Cormentyna Sitanggang dkk,
kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,
2004 : 529 )
- Mode atau Fashion adalah gaya berpakaian
(tetapi juga dapat termasuk masakan, bahasa,
seni, arsitektur) yang populer dalam suatu
budaya. ( Wikipedia bahasa Indonesia )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Sejarah Fashion
Awal abad ke-19, fashion dikenal dengan istilah woman as a
flower. Orang percaya bahwa fashion yang dipakai harus menunjukkan
suatu kemewahan. Baju-baju yang dianggap tren adalah gaun yang sangat
panjang (ball gown) dan korset. Gaya ini dipakai oleh Maria Antoinnette,
istri Raja Louis XVI dari Prancis.
Pada tahun 1939 sudah banyak wanita yang berbelanja di
department store. Makanya mulai banyak baju siap pakai (ready to wear)
yang diproduksi di pabrik-pabrik garmen seperti mantel, rompi, t-shirt dan
celana pendek (pants). Setelah masa ini dari tahun 1940-1970an mulai
bermunculan beberapa icon alias pencipta tren, seperti zooties, western
style, bikers, teddy boys, folkie, surfers, mods, hippies, skinheads,
Rastafarian, skaters, punks, new romantics dan gothic.
Di tahun ‘80an, muncul gaya casual. Gaya casual adalah
penyempurnaan gaya sportif yang menjadikannya lebih rapi dan trendi.
Vest dan jaket track suit sangat digemari dan jadi khas gaya. Selain itu
juga muncul gaya grunge, yaitu suatu gaya yang menampilkan kebebasan
lewat pilihan baju. Ciri khasnya adalah checked skirts dan sepatu boots.
Pada tahun’90an muncul gaya supermarket of style. Istilah ini
dibuat untuk mendeskripsikan identitas orang yang tidak loyal pada satu
jenis fashion saja. Penganutnya memakai semua gaya fashion dengan cara
mix ‘n match. Di awal tahun 2000 muncul gaya new millennium. Di era ini
definisi fashion adalah membaur dan menyatu. Artinya tidak ada batasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
untuk bilang bahwa suatu rancangan baju sudah sesuai dengan fashion
atau tidak.
3. Fashion dan Perlengkapannya
a. Busana
Busana adalah sesuatu yang melekat di tubuh manusia dan
mengikuti bentuk dan struktur tubuh, yang dibuat dari berbagai bahan
tekstil. Busana dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis antara lain :
1). Klasifikasi busana menurut cara pemakaian
a). Busana Daerah
b). Busana Adat
c). Busana Nasional
d). Busana Modern
2). Klasifikasi busana menurut kategori
a). Pakaian pagi (daytime dressed)
b). Pakaian malam (coctail and evening wear)
c). Pakaian pengantin (wedding dressed)
d). Pakaian tidur (sleep wear)
e). Pakaian santai (leisure wear)
f). Pakaian olahraga (sport wear)
g). Pakaian dalam (lingerie)
h). Pakaian kerja dan seragam (work clothes and uniform)
i). Pakaian mantel dan mantel pak (theatrical and srits)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3). Klasifikasi busana menurut kualitas
a). Adi Busana
Adalah busana berselera dan bermutu tinggi dengan
bahan-bahan yang dipilih secara cermat, garis-garis
rancangannya dipelajari seara mendalam dan pola-polanya
dipersiapkan secara mendetail dan diproduksi tidak lebih dari
satu atau berdasarkan pesanan seseorang. Selain dibuat
berdasarkan pesanan serta ukuran tubuh seseorang, jenis
busana houte couture diperagakan dengan tujuan
memperkenalkan garis-garis rancangan baru dengan bahan
dan warna baru.
b). Busana Adat (semi houte couture)
Merupakan jenis busana yang diproduksi dalam jumlah
tertentu dan dalam proses pekerjaan tangan yang sedikit
diambil alih oleh mesin. Jenis busana ini komersial sifatnya,
agar harga pakaian-pakaian yang bermutu dapat ditekan dan
para produsen mengalami peningkatan bisnis. Sifat dari jenis
busana ini adalah eksklusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c). Pakaian jadi/konveksi (ready to wear)
Merupakan jenis busana yang diproduksi secara besar-
besaran dengan harga yang relatif murah sehingga hasilnya
dapat dinikmati oleh sejumlah besar konsumen. Pada
umumnya busana jenis ini diproduksi oleh industri konveksi
dengan tren warna, gaya, dan siluet cukup mutakhir karena
meniru kreasi houte couture. Proses produksinya berlangsung
cepat dan efisien karena menerapkan rasionalisasi dan
mekanisasi tinggi.
4). Klasifikasi busana menurut jenis kelamin
a). Busana Pria
b). Busana Wanita
5). Klasifikasi busana menurut usia
a). Busana untuk orang tua
b). Busana untuk usia dewasa
c). Busana untuk usia remaja
d). Busana untuk anak-anak
e). Busana untuk bayi
6). Klasifikasi busana menurut tujuan penggunaan
a). Busana untuk ke sekolah
b). Busana untuk ke kantor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c). Busana untuk rapat
d). Busana untuk resepsi
Bahan baku merupakan faktor penentu kualitas pakaian. Tingkat
keindahan fashion terlihat dari bahan baku yang dipakai. Bahan baku pakaian
ada 2 jenis, yaitu :
1). Bahan baku (tekstil) tradisional
Merupakan bahan baku yang dikerjakan dengan tangan dan
biasanya merupakan iri khas suatu daerah, seperti batik, songket, ulos,
sasirangan, kain tapis, tenun ikat, tenun sabu dan lain-lain.
2). Bahan baku (tekstil) modern
Merupakan bahan baku yang dikerjakan dengan mesin, seperti
wol, tetoron, rayon, gabardine, driil, katun, beludru, brokat, tile, sifon,
linen, silk dan lain-lain.
b. Mode Tata Rias
Tata rias merupakan pelengkap busana yang menciptakan
keindahan penampiln seseorang. Tata rias dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1). Tata rias wajah
Terdiri dari : - kecantikan wajah
- perawatan wajah
2). Tata rias rambut
Terdiri dari : - kecantikan rambut
- perawatan rambut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3). Perawatan tubuh
a). Menurut bahan yang dipakainya
- perawatan tubuh tradisional
- perawatan tubuh modern
b). Menurut cara kerjanya
- mandi susu
- mandi lulur
- aromaterapi
- body contour
c. Accessories
Adalah semua semua benda yang gunanya menambah keindahan
bagi si pemakai, yang berupa perhiasan. Jenis accessories antara lain
cincin, bros, gelang, kalung, hiasan rambut, hiasan busana dan sebagainya.
d. Millineries
Adalah semua semua benda yang melengkapi dan berguna bagi si
pemakai untuk memberi kesan khusus. Jenis millineries antara lain topi,
selendang, sarung tangan, kaos kaki, kerudung, sepatu, sandal, tas, ikat
pinggang, kacamata, dompet dan sebagainya. Bahan baku millineries
antara lain kulit, kain, plastik dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4. Aktivitas dan Fasilitas Fashion Centre
a. Aktivitas Komersial
Aktivitas komersial adalah aktivitas yang bersifat dan
berhubungan dengan jual beli dan kontak sosial atau pertukaran. Aktivitas
komersial dalam dunia fashion adalah seluruh aktivitas yang berorientasi
pada perolehan keuntungan. Aktivitas ini merupakan aktivitas yang
memberikan informasi sekaligus promosi fashion bagi masyarakat secara
umum.
Bentuk-bentuk aktivitas komersial dalam fashion centre meliputi:
1). Aktivitas promosi
Bertujuan memperkenalkan produk fashion kepada masyarakat
selaku pembeli. Aktivitas ini membentuk citra produk untuk
mempengaruhi pengunjung agar tertarik dan berminat memiliki koleksi
yang ditawarkan. Bentuk aktivitas promosi diantaranya iklan dan
peragaan.
2). Aktivitas pemasaran dan penjualan
Aktivitas ini dapat dijumpai dalam berbagai toko dan pusat
perbelanjaan.
b. Kebutuhan Fasilitas
1). Fasilitas Komersial
a). Aktivitas promosi membutuhkan fasilitas gedung/ruang
peragaan dan ruang konsultasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b). Aktivitas pemasaran dan penjualan membutuhkan fasilitas
Pertokoan atau Butik-butik komersial.
5. Hubungan Fashion dan Desain Interior
Kaitan fashion dengan interior dapat berarti macam-macam
tergantung presepsi tiap orang. Dalam hal ini fashion berkembang sejalan
dengan interior dimana pada periode tertentu gaya berpakaian dipengaruhi
oleh gaya interior yang ada tapi perbedaannya fashion cepat sekali berubah
(lebih cepat dari gaya interior).
Abad ke XX ditandai dengan banyaknya perubahan yang radikal
dalam fashion dan interior gaya-gaya lama yang berdaur ulang kembali.
Arsitektur modern menekankan pada kesederanaan, fungsional dan structural.
Hal ini juga menginspirsi fashion pada awal abad XX dimana kesederhanaan
menjadi patokan merancang.
Ternyata fashion berkaitan erat dengan penciptaan karya-karya
interior yang mempunyai sifat yang sama, yaitu :
a. Fungsional, bagaimana bagian-bagian atau keseluruhan fashion/interior itu
bekerja seuai fungsi di dalamnya (form follow function).
b. Konstruktif, bilamana fashion/interior itu dibentuk agar dapat memenuhi
kegunaannya dan menunjang fungsi.
c. Dekoratif, bagaimana memberi daya tarik namun tidak menggangu aspek
fungsional dan konstruksinya.
( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di
Surakarta, 2005 : 21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
C. TINJAUAN UMUM BEAUTY CENTRE
1. Pengertian Beauty
Beauty : - Orang cantik; indah; kecantikan. ( John M
Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-
Indonesia, 1996 : 58 )
- Cantik: elok, molek (tentang wajah); indah
(tentang barang). ( Cormentyna Sitanggang
dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas, 2004 : 127 )
- Kecantikan: keelokan; kemolekan.
(Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 )
Kecantikan/beauty
à adalah perpaduan dari bermacam-macam mutu/kualitas, yang dapat
memberikan rasa nikmat pada perasaan/akhlak/moral atau juga
pada intelektual seseorang.
à merupakan suatu perwujudan keindahan luar dan dalam, dimana
luar adalah kecantikan fisik, sedang dalam adalah kecantikan batin,
dan barulah kecantikan itu lengkap apabila kecantikan lahir terpadu
dengan keindahan batin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2. Fungsi, Tugas dan Tujuan Beauty Centre
a. Fungsi
Secara garis besar, fungsi Beauty Centre adalah sebagai pusat
dari berbagai pelayanan kecantikan dalam suatu wadah yang
terkoordinasi, baik dalam bentuk aktivitas formal maupun aktivitas non
formal yang berlangsung di dalamnya.
b. Tugas
Beauty Centre merupakan suatu bangunan komersil yang
bertugas memberikan fasilitas pelayanan perawatan kecantikan dalam
beberapa rangkaian kegiatan.
c. Tujuan
1). Sebagai wadah untuk menyediakan fasilitas dan memberikan
pelayanan-pelayanan kecantikan dalam usaha membuat seseorang
tampil cantik dengan perawatan kecantikan secara non medis.
2). Menampung kegiatan promosi, pemasaran produk kecantikan serta
pelayanan jasa di bidang kecantikan.
3). Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat baik tenaga
profesional di bidangnya maupun masyarakat umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3. Aktivitas dan Fasilitas
Aktivitas-aktivitas yang terjadi di Beauty Centre ini adalah
sebagai berikut :
a. Perawatan Kecantikan
1). Perawatan Kulit (Skin Care), yang meliputi kegiatan :
v Facial Treatment (perawatan kulit wajah), berupa :
à cuci muka
à perawatan jerawat
à penyembuhan flek-flek
à perawatan muka dengan ramuan,dll.
v Body Treatment (perawatan kulit tubuh), berupa :
à mandi (rempah, aroma, susu, lulur, bunga)
à menghilangkan bulu-bulu
à menicure dan pedicure
à massage
à refleksi
2). Perawatan Rambut (Hair Treatment), yang meliputi kegiatan :
v sanggul (modern & daerah)
v hair cut (potong) dan blow
v coloring (pengecatan) dan toning
v creambath, hair spa dan masker rambut
v keriting dan meluruskan rambut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3). Tata Rias Wajah (Make Up), yang meliputi kegiatan :
v make up sehari-hari
v make up fashion/artis/panggung
v tata rias pengantin
v
b. Kegiatan Pemasaran Produk Kecantikan berupa Penjualan
Produk (Cosmetic Center)
Fasilitas yang terdapat pada Beauty Centre digolongkan menjadi
dua, yaitu :
1). Fasilitas Utama, meliputi kegiatan :
a). Fasilitas Perawatan Kecantikan
b). Fasilitas Promosi dan Penjualan
2). Fasilitas Penunjang, meliputi kegiatan :
a). Fasilitas Tunggu/Lobby
b). Fasilitas Pengelola (office manager)
c). Fasilitas Cafe
d). Fasilitas Toilet
e). Fasilitas Musholla
f). Fasilitas Karyawan
g). Fasilitas Dapur
h). Fasilitas Gudang Umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pelaku Kegiatan, Macam Aktivitas dan Kebutuhan Ruang
Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang
v Costumer
v Pengelola à Pemilik/Manager
à Stylish
à Karyawan
à Penjaga
- mendapatkan informasi, mendaftarkan diri
- menunggu/istirahat - menjalani perawatan - makan - minum - ibadah - buang air - membayar - meninggalkan beauty centre - mengecek kesiapan kerja - mengerjakan administrasi - ibadah - buang air - ganti pakaian - menyiapkan perlengkapan - melayani treatment - ibadah - buang air - membersihkan ruang - mengatur limbah kerja - membersihkan/mencuci alat - menyediakan makanan dan
minuman - ibadah - buang air - menjaga keamanan - memberikan informasi awal - ibadah - buang air
- R. receptionist (Lobby) - R. tunggu (Lobby) - R. treatment - Cafe - mushola - Toilet - Kasir (Lobby) - Parking area
- office manager - office manager - mushola - toilet
- R. ganti - R. Cuci - R. treatment - mushola - toilet - R. gudang - R. gudang - R. cuci -R. dapur/pantry -mushola -toilet - R. keamanan (Lobby) - Lobby -mushola -toilet
Tabel II. 1. Pelaku, Aktivitas dan Kebutuhan Ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4. Pola Aktivitas dan Fasilitas Beauty Centre
a. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung dan Pengelola
Skema II. 1. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung dan Pengelola
b. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung
Skema II.2 . Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung
Kegiatan Perawatan Kecantikan
Pengunjung Kegiatan Pengelola
Kegiatan Service
Pengelola
Datang
Lobby
Fas. Pengunjung
Fas. Pengelola
Fas. Perawatan Kecantikan
Fasilitas Pendukung
Pulang
Parkir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengelola
Skema II. 3. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengelola
d. Pelaku Kegiatan
Pelaku kegiatan diidentifikasikan berdasarkan macam
kegiatannya dan dikelompokkan sebagai berikut :
1). Masyarakat umum (pengunjung/costumer)
2). Pengelola
D. TINJAUAN AREA PENJUALAN
1. Layout
Rancangan dasar dalam tata ruang sebuah fasilitas penjualan
terbagi menjadi :
Lobby
Fas. Penjualan
Fas. Pengelola
Fas. Perawatan Kecantikan
Fasilitas Pendukung
Pulang
Parkir
Datang
Fas. Service
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
a. Rancangan garis lurus, merupakan rancangan ekonomis untuk
disesuaikan dengan beberapa jenis toko kado sampai dengan outlet
pakaian, dan grosir hingga department store.
Gambar II.1 Layout Ruang penjualan Model Straight Plan
(Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 23)
b. Rancangan jalan kecil, sesuai untuk toko pakaian karena
kemampuannya meminimalisasiperasaan kacau dan tidak peduli untuk
mengalihkan arah kea rah rak belakang.
Gambar II.2 Layout Ruang penjualan Model Pathway Plan
(Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 23)
c. Rancangan diagonal, direkomendasikan bagi toko swalayan dengan
kasir barada ditengah dan garis pandang ke semua ruangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar II.3 Layout Ruang penjualan Model Diagonal Plan
(Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 24)
d. Rancangan kurva, untuk butik, salon, atau toko berkualitas tinggi,
rancangan ini menciptakan sebuah lingkungan khusus yang menarik
Gambar II.4
Layout Ruang penjualan Model Curved Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 24)
e. Rancangan yang Bervariasi, untuk produk yang memerlukan barang
dagangan pendukung yang sangat berdekatan, rancangan ini sangat
fungsional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar II.5 Layout Ruang penjualan Model Varied Plan
(Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 25)
f. Rancangan Geometris, rancangan ini sesuai untuk ruang ganti tanpa
menyia-nyiakan ukuran panjang persegi, keuntungan ini membuatnya
sesuai untuk toko pakaian.
Gambar II.6 Layout Ruang penjualan Model Geometric Plan
(Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 25)
2. Sistem Pelayanan
System pelayanan dalam suatu area penjualan terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
a. Self service, sistem pelayanan dimana pengunjung bebas memilih dan
mengambil produk yang mereka inginkan kemudian membawanya ke
kasir untuk pembayaran.
b. Self selection, sistem pelayanan dimana pengunjung dapat memilih dan
mengambil produk yang mereka inginkan kemudian dengan dibantu
pramuniaga produk dibawa ke kasir untuk pembayaran.
c. Personal, sistem pelayanan tertutup dimana segala bentuk pembelian
dilayani oleh pramuniaga. Baik dalam memilih, mengambil produk
sampai pembayaran dilayani oleh pramuniaga.
3. Penyajian Materi Koleksi
a. Pengelompokan barang
1). Demand merchandise, melibatkan penawaran dalam membawa
beberapa orang untuk membelinya. Pembeli melihat barang-barang
ini secara khusus.
2).Conveniece merchandise, terdiri dari barang-barang yang standard,
populer dan sangat berguna.
3). Impuls merchandise, terdiri dari barang yang mewah atau barang
yang tergantung pada peragaan (display) dalam penjualannya.
Barang tersebut biasanya bukan barang yang dicari tetapi dibeli
orang karena melihatnya atau secara tiba-tiba tertarik dan
menginginkanya. Contoh : perhiasan, kosmetik dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Penyusunan barang
Mengutip karya TA Sri Siswanti menurut William. P. Spence,
pembagian daerah pengelompokan barang terdiri dari :
1). Demand Merchandise, biasa ditempatkan jauh dari pintu masuk,
umumnya para pengunjung akan tetap berusaha hingga
mendapatkanya.
2). Convenience Merchandise, sering ditempatkan pada bagian tengah
diantara jalan masuk dan demand merchandise.
3). Impulse Merchandese, ditempatkan didekat dengan jalan
masuk.Disini semua pengunjung melaluinya ketika masuk dan
meninggalkan ruang. Banyaknya impulse merchandise dan
convinience.
( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di
Surakarta, 2005 : 63)
4. Sistem Display
a. Serambi Pamer (window display)
Untuk menarik minat pembeli, area penjualan dilengkapi dengan
serambi pamer. Pemilihan barang yang dipajang sesuai dengan musim atau
gaya. Suatu serambi pamer dapat memberikan pesan yang efektif, pesan
tersebut berhubungan dengan berbagai ide dan harga, berbagai fashion
yang dipamerkan. Misalnya disesuaikan dengan hari Kemerdekaan, Idul
Fitri, Natal dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Display interior
Mengutip karya TA Sri Siswanti menurut Delbert J. Duncan dan
Stanley D. Hollander mengelompokkan display interior menjadi :
1). Merchandise display
a). Display terbuka (opened display)
Bentuk display yang memberikan kemungkinan kepada
pembeli untuk mengamati barang dagangan tanpa bantuan pelayan
toko, dengan variasi : shelf display(seperti pada toko makanan dan
swalayan), counter top display (seperti pada toko obat), table-top
display dan rock display (seperti pada department store).
b). Display tertutup (closed display)
Berisi barang dagangan yang berada dalam almari dinding
(wall case). Keuntungannya adalah terjaganya barang dagangan
dari pencurian dan menjaga kondisi siap jual.
c). Display arsitektural (architectural display)
Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna
menunjukan bermacam-macam barang dagangan sesuai dengan
bangunan. Keuntungannya dapat memberikan gambaran yang utuh
dan nyata lewat peragaan display ini.
2). Vendor display
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat
penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak pajang.
3). Store sign and decoration
Istilah store sign meliputi tanda pembayaran, kartu
hadiah/harga, hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan alat
serupa.
( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di
Surakarta, 2005 : 64)
c. Perlengkapan Display
Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa
etalase dan showroom. Macam-macam etalase :
1). Etalase sistem terbuka
Etalase tanpa pembatas antra ruang display dengan ruang
pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan interior
ruang dalamnya. Penataan display tidak ada penghalang kasat mata
dan arah pandangan visual kurang fokus.
2). Etalase sistem tertutup
Etalase mempunyai pembatas antara ruang display dengan
ruang pemasaran. Interior area penjualan tidak terlihat dan
pandangan visual lebih fokus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3). Etalase khusus
a). Etalase sudut
Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di
persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut.
b). Etalase atas
Etalase yang terletak di atas lantai dasar dari bangunan yang
bertingkat. Berfungsi sebagai papan reklame.
c). Etalase benam
Merupakan etalase yang memiliki lantai yang lebih rendah
daripada lantai di sekitarnya.
d). Etalase bertingkat
Penggabungan antara etalase atas dan benam juga etalase
terbuka. Sudut pandang kurang sesuai dengan sudut pandang
pengamat.
e). Etalase arcade
Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan yang
memanjang ke belakang dengan bagian muka yang sempit,
sehingga kurang efisien.
( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di
Surakarta, 2005 : 65 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Macam-macam showroom untuk koleksi fashion :
1). Vitrine
Menggunakan pelindung tertutup untuk benda-benda
berdimensi kecil maupun sedang. Penggunaan vitrine pada area
penjualan yang koleksinya tetap membutuhkan perawatan yang
serius.
2). Tempel pada panil
Panildigunakan sebagai tempat memamerkan materi koleksi
dan difungsikan sebagai penyekat ruang pada area penjualan.
3). Sistem gantung
Khususnya pada busana remaja yang bersifat ’fancy’.
Kelemahannya penataan terlihat kurang rapi.
4). Island display/pulau display dengan menggunakan mannequin
Produk-produk yang terbaru sebagai point of interest dari
ruang maupun zone tiap perancang sangat tepat ditata di sini
karena posisinya yang sentris dan lebih hidup sehingga dapat
mengundang pengunjung untuk dapat melihat langsung.
Macam-macam show case untuk koleksi materi penjualan berupa
accessories dan millineries digunakan :
1). Table fixture / meja menerus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Sebagai wadah display khususnya accessories seperti
giwang, cincin, kalung dan lain-lain.
2). Box fixture / kotak terbuka dengan variasi bentuk
Kotak terbuka sebagai wadah display perlengkapan fashion
seperti payung, scraf dan sebagainya. Pengunjung lebih leluasa
dalam mengamati produk tapi keamanan terjamin.
3). Cases fixture / rak terbuka
Rak terbuka / transparan sebagai wadah display barang-
barang millineries seperti sepatu, tas dan lain-lain.
4). Panel fixture
Penyajian khusus millineries seperti ikat pinggang, dasi dan
accessories yang berukuran kecil. Pengunjung lebih leluasa dalam
memilih dan mengamati produk tapi keamanan produk kurang
terjamin.
( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di
Surakarta, 2005 : 66-68 )
Perlengkapan display dibedakan menjadi 3, yaitu :
1) Perlengkapan yang membentuk pulau-pulau (an Island fixure)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Sebuah counter yang mengelilingi ruang, pelayan berada di antara
pulau. Bagian dari unit penyimpanan juga dimungkinkan ada di
dalamnya.
Gambar II.7 An Island Fixture
(Sumber : William J. Spence, 1979)
2) Perlengkapan yang menempel dinding (the wall fixture)
Adalah penempatannya berlawanan dengan dinding atau partisi. Ini
memperbolehkan mempunyai papan yang berada di lantai atau
mempunyai papan display berada diatasnya.
Gambar II.8 The wall Fixture
(Sumber : William J. Spence, 1979)
3) Perlengkapan yang berdiri bebas (the freestanding fixture)
Memberikan pada pengunjung untuk memasuki dari segala
penjuru. Ini dapat mempunyai tampat penyimpanan di bagian
bawah atau mempunyai papan display yang terbuka dari lantai.
Berikut ini adalah beberapa contohnya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
A freestanding fixture dengan unit penyimpanan di bawah Gambar II.9 A freestanding fixture (Sumber : William J. Spence, 1979)
A freestanding fixture dengan tanpa perlengkapan untuk unit penyimpanan. Gambar II.10 A freestanding fixture (Sumber : William J. Spence, 1979)
Sebuah rak yang terbuka untuk mendisplay pakaian Gambar II.11 A freestanding fixture (Sumber : William J. Spence, 1979)
5. Prinsip Desain Sarana Penjualan
Penampilan materi selain dipengaruhi faktor teknis, juga
dipengaruhi faktor penglihatan yaitu mudah tidaknya materi dapat
dilihat/dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
a. Ukuran materi
b. Pencahayaan dan warna dari materi pamer
c. Warna cahaya yang melatari
d. Kontras benda dengan latar belakang
e. Waktu saat melihat
6. Ketentuan Lain Area Penjualan
a. Kejelasan (clarity)
Yaitu perlunya memberi penyelesaian dengan sesuatu yang
sangat penting untuk bisa menarik peerhatian pengunjung dan memberikan
kejelasan bagi seseorang mengenali suatu fasilitas dengan cepat dapat
menemukan pintu utama (main entrance) dengan segera dan dapat
merasakan aktivitas yang diwadahi.
b. Kemencolokan (boldness)
Suatu aktifitas komersial harus mempunyai sesuatu yang
membuat orang segera mengenali dan senantiasa mengingat dalam
memorinya.
c. Keakraban (intimicy)
Diperlukan suatu pertimbangan penyelesaian fisik yang
memungkinkan terciptanya suasana yang membuat pengunjung merasa
santai dan kerasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
d. Fleksibillitas (flexibility)
Penggunaan aspek-aspek perencanaan dan perancangan yan
memberi kemungkinan untuk alih fungsi dan alih citra serta menciptakan
suasana pertokoan yang tidak monoton sehingga pengunjung tidak
bbbosan karena suasana yang berubah-ubah.
e. Kekomplekan (complexity)
Perencanaan dan perancangan yang komplek akan
memungkinkan perubahan dan pengembangan pada fasilitas komersial
yang telah dibangun.
f. Efisiensi (efficiency)
Karena fasilitas komersial selalu mengutamakan keuntungan,
maka fasilitas komersial harus optimal dalam pengolahan setiap jengkang
ruang dan pertimbangan biaya yang dikeluarkan untuk pembangunannya.
g. Kebaruan (inventiveness)
Tuntunan akan tatanan massa dan ekspresi yang inovatif untuk
mencegah kebosanan dan menciptakan atmosfir yang khas fasilitas
komersial.
7. Sirkulasi
Dalam suatu gerakan manusia di dalam ruang akan membentuk
pola ruang gerak yang dipengaruhi oleh bentuk kegiatan yang ada, jarak
pencapaian maupun bentuk sirkulasi di dalamnya. Bentuk dan skala ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sirkulasi betapapun harus disesuaikan dengan gerakan manusia
sebagaimana mereka berjalan-jalan, beristirahat dan menikmati
pemandangan sepanjang jalan tersebut (Francis D.K. Ching, 1979, hal.
286).
Salah satu yang mempengaruhi dalam merchandise shop
adalah sirkulasi baik untuk pengunjung dengan barang yang didisplay
maupun antara pengunjung yang sedang berjalan. Sirkulasi merupakan
arahan perjalanan yang terjadi di dalam sebuah ruang yang mana member
kesinambungan pada pengguna terhadap fungsi ruang itu sendiri (Pamudji
Suptandar, 1999 : 114). Saat memasuki main entrance, pengunjung
cenderung belok ke kanan atau dibuat dengan dua akses yaitu space yang
luas antara kanan dan kiri (John Callender and Joseph De Chiara, 1990 :
797).
Tipe sirkulasi yang dapat digunakan antara lain :
1. Sequential circulation, yaitu sirkulasi yang terbentuk berdasarkan
ruang yang dilalui dengan rute lurus maupun memutar, dalam arti
menggunakan satu rute sampai akhirnya menuju entrance area
pertama memasuki merchandise store tersebut. Selain itu juga
menggunakan dinding pemisah.
2. Random circulation, yaitu sirkulasi yang mana pengguna dapat
memilih jalannya sendiri dari bentuk ruang tanpa adanya batasan
dinding pemisah ruang.
3. Ring circulation, yaitu sirkulasi yang memiliki dua alternatif, ini
lebih aman karena memiliki dua rute untuk menuju keluar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
4. Radial circulation (menyebar), yang mana disini pengunjung tidak
diarahkan untuk menuju suatu ruang tertentu, tetapi pengunjung
bebas melihat barang yang didisplay sesuai dengan keinginan.
5. Radiating circulation, yaitu sirkulasi yang memberikan alternatif
menuju pusat. Dapat berupa diagonal yang mana cocok digunakan
pada merchandise shop yang menggunakan self service. Selain itu
ada pergerakan yang membuat sirkulasi tidak monoton.
6. Linier bercabang, yaitu sirkulasi yang tidak mengganggu pengguna
lainnya, karena pada sirkulasi ini pengguna dapat bebas berjalan
menuju tujuan masing-masing.
(John F. Pile, 2003 : 174 ; John Callender and Joseph de Chiara,
1990)
Lokasi dan desain kasir dan unit pengemasan adalah hal penting
dan tersedia, seringkali hal ini bertindak sebagai pusat control. (Joseph De
Chiara, 2001, hal. 107).
Adapun standar sirkulasi lebar gang untuk pramuniaga 1 ft 8 inchi
( 50,8 cm ), untuk gang umum utama minimum 4 ft 6 inchi (137,16 cm),
rata-rata 5 ft 6 inchi – 7 ft ( 167,64 cm ), maksimum 11 ft, gang umum
sekunder 3 ft ( 91,44 cm ) – 3 ft 6 inchi ( 106,68 cm ). ( Joseph De
Chiara.2001 : 108 )
Dalam pengaturan kelebaran gang-gang meliputi zona aktivitas
yang langsung berdekatan dengan unit display arang, harus mampu
menampung pemakai untuk berdiri atau jongkok, dimana mereka
memandang sepintas dan memilih barang. Hal tersebut sama halnya satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
zona sirkulasi yang dapat dipakai 2 jalur oleh pembeli (Julius Panero,
1975, hal. 205).
E. TINJAUAN RUANG KONSULTASI DAN LOBBY
1. Ruang Konsultasi
a. Ukuran ruang ditentukan oleh standart ruang yang mengalokasikan
bidang konsultasi menurut tingkat staff.
b. Harus mempunyai sirkulasi dan aksebalitas yang baik.
c. Mempunyai kejelasan, terutama bagi orang luar yang mempunyai
kepentingan tertentu.
2. Lobby
Kebanyakan bangunan umum membutuhkan semacam lobby,
foyer atau recepation hall (aula penerimaan pusat) dan elemen sirkulasi lain
untuk mencapai ruang tersebut.
Aula penerimaan pusat adalah fokus utama dalam sirkulasi pada
sebuah fasilitas umum. Lokasinya ditentukan oleh kebutuhan untuk
kenyamanan akses pejalan kaki, misalnya : Dari terminal rtransportasi umum
(stasiun kereta/bus dan atau terminal transfer) ke berbagai aula dan fasilitas
lain.
Fasilitas untuk penerimaan dan pendaftaran pengunjung harus
disediakan khususnya bagi pertunjukan utama dan sebagaian acara yang
berangkaian. Area yang yang diperlukan untuk aula pendaftaran dan counter
harus dihitung dengan mempertimbangkan tingkat puncak kedatangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pengunjung secara objektif, sehingga kemungkinan keterlambatan karena
antrian dapat diminimalkan.
Lobby merupakan ruang kontrol dalam pengorganisasian ruang
pada sebuah bangunan fasilitas umum . Sehingga dalam perancangannya harus
cukup lapanng, menarik, baik dari segi interior maupun komponen pembentuk
ruangannya,penataan dan perlakuan pada dinding lobby ini dibuat sedemikian
rupa sehingga bila dipergunakan tidak terlihat kosong, pencahayaanya
merupakan perpaduan antar sinar matahari yang diperolehdari media kaca dan
ventilasi dan sinar buatan dengan prinsip tata pencahayaanya yang mengikuti
tata pencahayaan pada ruang pamer.
F. TINJAUAN TENTANG SURAKARTA
1. Keadaan Geografis Kota Solo
Kota Solo terletak di dataran rendah dengan ketinggian kurang
lebih 92 meter diatas permukaan air laut, yang berarti lebih rendah atau
hampir sama tingginya dengan permukaan sungai Bengawan Solo. Selain
Bengawan Solo dilalui juga beberapa sungai, yaitu Kali Pepe, Kali Anyar
dan Kali Jenes yang semuanya bermuara di Bengawan Solo. Kota
Surakarta terletak diantara : 110 45’ 15”- 110 45’35” Bujur Timur, 70 36’
- 70 56’ Lintang Selatan.
Batas Wilayah Kota Solo yakni di sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, di sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
Gambar II.12 Peta Kota Solo
(Sumber : www.surakarta.go.id)
Keadaan Cuaca Kota Solo yakni suhu udara maksimum 32,4 C dan
suhu udara minimum 21,6 C, sedangkan tekanan udara rata-rata adalah
1008,74 mbs dengan kelembaban udara 79 %. Kecepatan angin berkisar 4
knot dengan arah angin 188 serta beriklim panas. (www.surakarta.go.id)
Dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) tahun 1993-
2013, Kota Surakarta dibagi dalam 10 SWP (Sub Pembangunan Wilayah),
yaitu:
1. Pucang Sawit, meliputi Pucang Sawit, Jagalan, Gandekan, Sangkrah,
Sewu, dan Semanggi
2. Kampung Baru, meliputi Kampung Baru, Kepatihan Kulon, Kepatihan
Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan,
Timuran, Punggawan, Stabelan, dan Dinoprajan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
1 3
8
7
6
5 4 2
10 9
3. Gajahan, meliputi Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan,
Jayengan, Kemlayan, Pasdar, Kliwon, gajahan, Kauman, Baluwarti,
Kedung Lumbu dan Joyosuran.
4. Sriwedari, meliputi Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari,
Purwosari, Manahan, dan Mangkubumen.
5. Sondakan, meliputi Pajang, Laweyan, dan Sondakan.
6. Jajar, meliputi Jajar, Karang Asem, dan Kerten.
7. Sumber, meliputi Sumber dan Banyuanyar.
8. Jebres, meliputi Jebres dan Tegalharjo.
9. Kadipiro, meliputi Kadipiro dan Nusukan.
10. Mojosongo
Gambar II.13
Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo Sumber : RUTRK Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2. Keadaan Demografi Kota Solo
Kota Solo mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah
552.542 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, tersebar di
lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan. Sex ratio nya 96,06% yang
berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka
ketergantungan penduduk sebesar 66%. Jumlah penduduk tahun 2003 jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2000 yang
sebesar 488.834 jiwa, berarti dalam 3 tahun mengalami kenaikan
sebanyak 83.708 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk ini disebabkan
oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam bidang pendidikan, Kota Solo mempunyai 2 Perguruan
Tinggi negeri dan 24 perguruan tinggi swasta.. Keberadaan pendidikan
tinggi tersebut menunjukkan bahwa Kota Solo telah memiliki lembaga
pendidikan tinggi yang relatif lengkap, sehingga cukup layak untuk
disebut sebagai kota pendidikan juga. Aset tersebut merupakan sarana dan
prasarana yang penting bagi penyediaan sumber daya manusia terdidik di
Kota Solo. (www.surakarta.go.id)
G. TINJAUAN UMUM INTERIOR
1. Organisasi Ruang
Ada beberapa macam organisasi ruang dalam interior, antara lain :
a. Terpusat, sebuah ruang dominan terpusat dengan pengelompokan
sejumlah ruang sekunder. Bersifat stabil yang merupakan komposisi
terpusat yang terdiri dari sejumlah ruang-ruang sekunder yang
dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang besar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dominan. Pola sirkulasinya dapat berbentuk
radial, loop atau spiral yang kesemuanya
berakhir di ruang pusat.
Gambar II.14 Organisasi Ruang Terpusat
b. Linear, suatu urutan dari ruang-ruang yang berulang yang mirip
dalam hal ukuran. bentuk dan fungsi. bersifat fleksibel dan cepat
tanggap terhadap bermacam-macam kondisi tampak.
Gambar II.15
Organisasi Ruang Linear
c. Radial, sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi-
organisasi ruang linier yang berkembang menurut arah jari-jari.
Organisasi ini memadukan unsur-unsur organisasi terpusat maupun
linier. Ruang pusat pada organisasi radial pada umumnya
berbentuk teratur. Variasi tertentu dari organisasi radial adalah pola
baling-baling, dimana lengan-lengan liniernya berkembang dari
pusat yang terlihat dinamis secara visual mengarah berputar
mengelilingi ruang pusatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar II.16 Organisasi Ruang Radial
d. Cluster, kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau
bersama-sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan visual.
organisasi ini menggunakan pertimbangan penempatan peletakan
sebagai dasar untuk menghubungkan suatu ruang lainnya.
Gambar II.17 Organisasi Ruang Cluster
e. Grid, organisasi ruang-ruang dalam daerah struktural grid atau
struktur tiga dimensi lainnya.
Gambar II.18 Organisasi Ruang Grid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2. Sirkulasi
Ada beberapa macam pola sirkulasi dalam interior, antara lain :
a. Terpusat, terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengitari asal
yang dominan dan berada di tengah-tengah (bentuk ini dapat
disimbolkan tempat suci/penuh penghormatan).
b. Linear, terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur dalam suatu deret dan
berulang (bentuk linear dapat berfungsi sebagai unsur yang
memimpin dan mengorganisasi unsur-unsur lain yang bermacam-
macam).
c. Radial, adalah komposisi dari bentuk-bentuk linear yang keluar dari
bentuk terpusat searah dengan jari-jari.
d. Cluster, terdiri dari bentuk-bentuk yang saling berdekatan/ bersama-
sama menerima keadaan visual.
e. Grid, sifat ini dapat digunakan untuk memecahkan skala sesuatu
permukaan menjadi unit-unit yang lebih teratur bahkan menimbulkan
tekstur. Bentuk grid adalah bentuk modular dimana hubungannya
satu sama lain diatur oleh grid tiga dimensi.
3. Furniture
Ruang yang kosong tanpa ada benda satupun di dalamnya tentu
tidak akan memuaskan kebutuhan manusia, apabila ruang telah dilangkapi
dengan furniture, barulah ruang tersebut dapat berfungsi. Penyusunan
furniture harus disesuaikan dengan kebutuhan guna kenyamanan si
pemakai sedang fungsi furniture tidak dapat dipisahkan dengan faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
estetika. Dalam perencanaan kita harus mengetahui terlebih dahulu jenis
aktivitas, sehingga kita tahu bentuk furniture yang akan dibuat terhadap
luasan ruang, system pencahayaan, pemilihan warna serta kondisi-kondisi
lainnya.
Penyusunan furniture akan menimbulkan berbagai aspek yang
berhubungan dengan jenis aktivitas, fungsi, maupun segi-segi visual.
Semua ini memiliki kaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain.
Setelah semua factor tersebut terperhatikan kemudian meningkat pada
tahap berikutnya yaitu bagaimana menerjemahkannya dalam desain.
Desain furniture dibagi atas dua kategori :
1) Furniture yang berbentuk case (kotak) termasuk chest, meja tulis,
lemari buku dan kursi yang tidak mempunyai pelapis, tipe furniture
semacam ini di Indonesia masih dibuat dari kayu walaupun bahan-
bahan lain bertambah populer.
2) Furniture yang dilapisi, misalnya sofa, kursi-kursi yang seluruhnya
atau sebagian diberi pelapis termasuk perlengkapan-perlengkapan
tidur.
4. Warna
Warna merupakan aspek yang dapat mempengaruhi penampilan
visual suatu ruang. Warna juga dapat mengkamuflasekan sesuatu,
misalnya ruangan yang sempit dapat kelihatan lebih luas dan sesuatu yang
mepunyai proporsi kurang bagus menjadi bagus ( John F. Pile, 1995 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Suasana suatu ruang ditentukan oelh warna. Menurut John Ombased
Simonds, warna membantu segi visualisasi dan kesan psikologi untuk
penampilan karateristik suatu ruang. Warna juga merupakan kekuatan
yang memiliki keindahan dengan member pengalaman keindahan. Sifat
umum warna antara lain sebagai berikut :
a) Merah
Warna yang merupakan power, energy, kehangatan, cinta, nafsu, agresi,
bahaya. Warna merah kadang-kadang dapat berubah arti jika
dikombinasikan dengan warna lain, seperti merah dikombinasikan dengan
hijau maka akan menjadi symbol natal.
b) Biru
Merupakan warna kepercayaan, keamanan, teknologi, kebersihan,
keteraturan. Warna ini banyak digunakan sebagai warna pada logo bank di
Amerika Serikat untuk memberikan kesan kepercayaan.
c) Hijau
Warna alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan. Warna hijau tidak
terlalu sukses untuk ukuran global. Hijau juga mengungkapakan
kesegaran, harapan, kelahiran kembali.
d) Kuning
Merupakan warna optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran, pengecut
(untuk budaya barat) dan memaknakan kemulian cinta serta pengertian
mendalam dalam hubungan antar umat manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
e) Ungu atau Jingga
Warna yang spiritual, kebangsawanan, transformasi, kekasaran,
keangkuhan. Warna ungu memiliki karakter sejuk. Warna ini
melambangkan duka cita, kontemplatif, suci dan agamis.
f) Oranye
Warna yang member arti energy, keseimbangan, kehangatan.
g) Cokelat
Merupakan warna tanah atau bumi, realibility, comfort, daya tahan.
h) Abu-abu
Merupakan warna intelek, masa depan (seperti warna millennium),
kesederhanaan, kesedihan. Warna abu-abu ini adalah warna yang paling
mudah dilihat oleh mata.
i) Putih
Kesucian, kebersihan, ketepatan, ketidakbersalahan, steril, kematian.
j) Hitam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Warna dengan arti kecanggihan, kematian, misteri, kesedihan. Sebagai
warna kemasan, hitam melambangkan keanggunan (elegance),
kemakmuran (wealth) dan kecanggihan (sopiscated).
( Microsoft Referency Library, 2003)
5. Elemen Pembentuk Ruang
a. Lantai
Lantai merupakan bagian bangunan yang berhubungan langsung
dengan beban, baik beban mati, bergerak dan gesek. Karakter lantai harus
mempunyai daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban yang
datang dari segala perabotan, aktivitas manusia dalam ruang dan lain-lain.
Selain itu, lantai harus bersifat kaku dan tidak bergetar (Djoko Panuwun,
1994, hal.6).
Lantai biasanya merupakan permukaan bawah dalam bangunan
atau ruangan, tetapi tidak selalu horizontal, yang mana furniture dan benda
lain mungkin ditempati beberapa orang yang berjalan (Willian Dudley
Hunt Jr., 1980, hal.77).
Lantai mempunyai tugas untuk mendukung beban yang datang dari
benda-benda, seperti perabot rumah tangga, manusia dengan segala
aktivitasnya dan kerangka itu harus mampu dan kuat memikul beban mati
atau hidup, lalu lintas manusia dan lain-lain yang menumpangi (Y.B.
Mangun Wijaya, 1988, hal.329).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Lantai harus sedikit lebih gelap daripada dinding (factor sefleksi
difusi) kurang lebih 30%. Sebagai contoh linoleum coklat (12%) terlalu
gelap, marmer putih (50%) terlalu terang.
Persyaratan lantai:
1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban diatasnya.
2) Mudah dibersihkan
3) Kedap suara
4) Tahan terhadap kelembaban
5) Memberikan rasa hangat pada kaki dan sebagainya
Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat, yaitu :
1) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet. Pemberian
karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi, sbb:
a) Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada penyerapan
bunyi.
b) Pada kondisi yang sama tumpukan potongan (cut piles)
memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan dengan
tumpukan lembaran (loop piles).
c) Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam tumpukan
potongan kain, penyerapan bunyi akan bertambah.
d) Makin kedap lapisan penunjang (backing), makin tinggi
penyerapan bunyi.
2) Lantai Semi Keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl, aspal dan
cor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3) Lantai Keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang dipakai
sebagai bahan lantai.
4) Lantai Kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif bahan
lantai yang terbuat dari kayu.
Dalam pameran lantai berperan untuk memberi petunjuk arus lalu
lintas agar pengunjung tidak bingung dan dapat melihat seluruh stand
partision ataupun barang-barang yang sedang dipamerkan. Pada ruang-
ruang tertentu seperti dapur, pantry, kamar mandi, WC, dipilih jenis lantai
yang kedap air serta warna pola yang serasi dengan fungsi dan
perrawatannya. Pada dareah pertokoan lanati dipasang pada jalur lintas
orang berjalan (hall) dengan motif yang berbeda-beda agar member kesan
adanya perbedaan antar ruang-ruang yang ada di dalam kompleks tersebut.
Pada ruang-ruang rapat yang memerlukan konsentrasi hendaknya jangan
digunakan lantai yang terlalu banyak motif dan warna karena dapat
mengganggu. ( Pamudji Suptandar, 1999 ).
b. Dinding
Dinding merupakan bidang nyata yang membatasi suatu ruang atau
pembatas kegiatan yang mempunyai jenis berbeda. Dinding adalah
penahan beban yang menyangga lantai dan atap, sehingga struktur
kekuatan dinding sebagai penahan beban harus diperhatikan (John F. Pile,
1995, hal.222).
Dinding merupakan unsur penting dalam pembentukan ruang, baik
sebagai unsur penyekat/ pembagi ruang maupun sebagai unsur dekoratif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Dalam proses perancangan suatu ”ruang dalam” dinding mempunyai
peranan yang cukup dominan dan memerlukan perhatian khusus, di
samping unsur-unsur lain seperti tata letak, desain furniture serta
peralatan-peralatan lain yang akan disusun bersama dalam suatu kesatuan
dengan dinding.
Setelah fungsi dinding tercapai dan untuk menambah keindahan
ruang, dinding dipergunakan sebagai ”point of interest” dari ruang dinding
samping memberi atau menambah keindahan ruang. Dinding juga dapat
merusak suasana ruang, yaitu apabila dalam perencanaannya sangat
dipaksakan, terutama dikarenakan bahwa dinding tersebut telah ada
sebelumnya. Ini terjadi pada renovasi rumah-rumah kuno, dimana dinding
berfungsi struktural. ( Pamudji Suptandar, 1999 : 147 ).
Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai struktur atau
hanya sebagai pembatas ruang saja, tergantung dari sistem struktur yang
dipakai dalam perencanaannya (Djoko Panuwun, 1995 : 56).
Fungsi dan bentuk dinding terbagi menjadi 2 bagian :
1. Struktur, misalnya :
a) Bearing wall : dinding yang dibangun untuk menahan tepi
dari tumpukan/ urugan tanah.
b) Load bearing wals : dinding untuk menyokong/ menopang balok,
lantai, atap dan sebagainya.
c) Foundation wall : dinding yang dipakai di bawah lantai,
tingkat dan untuk menopang balok-balok
lantai pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2. Non struktural, misalnya :
a) Party wall : dinding pemisah antara dua bangunan yang
bersandar pada masing-masing bangunan.
b) Fire wall : dinding yang digunakan sebagai pelindung
dari pancaran kobaran api.
c) Certain or Panels wall : dinding yang digunakan sebagai pengisi
pada suatu konstruksi rangka baja atau
beton.
d) Partition wall : dinding yang digunakan sebagai pemisah
dan pembentuk ruang yang lebih kecil
didalam ruang yang besar.
( Pamudji Suptandar, 1999 : 145 )
c. Langit-langit (ceiling)
Pengertian istilah ceiling/langit-langit/plafond, berasal dari kata
”ceiling”, yang berarti melindungi dengan suatu bidang penyekat sehingga
terbentuk suatu ruang. Secara umum dapat dikatakan : ceiling adalah
sebuah bidang (permukaan) yang terletak di atas garis pandangan normal
manusia, berfungsi sebagai pelindung (penutup) lantai atau atap dan
sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya.
Dengan jarak ketinggian tertentu dalam bangunan, ceiling sebagai elemen
penutup utama pada bidang atas sebagai pembentuk atap bangunan.
(Pamudji Suptandar, 1999 : 161)
Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup bagian
atas. Kesan pertama adalah adanya tinggi rendah ruang, berfungsi sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
bidang penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler head, audio
loudspeaker dan sebagai peredam suara atau akustik (John F. Pile, 1995,
hal. 250).
Dasar pertimbangan dalam perencanaan langit-langit adalah :
1) Fungsi langit-langit
Fungsi dari langit-langit selain sebagai penutup ruang juga sebagai
pengatur udara dan ventilasi.
2) Penentuan ketinggian
Penentuan ketinggian didasari oleh pertimbangan fungsi, proporsi
ruang, kegiatan ruang, konstruksi dan permainan ceiling.
3) Bentuk penyelesaian
Bentuk dan penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan fungsinya
seperti melengkung, berpola, polos, memperlihatkan struktur, dan
sebagainya.
(Djoko Panuwun, 1999 : 72)
Pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu pendapat
yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya berbentuk
sederhana, tidak menyolok karena akan mengganggu konsentrasi. Pada
ruang pamer, agar menarik pengunjung, dibuat ceiling yang kontras, saling
bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan kesan yang mewah. Dengan
melajunya kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan baru di bidang
industri bahan bangunan tercipta berbagai material ceiling yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
memungkinkan untuk memenuhi segala macam jenis fungsi ruang antara
lain :
a) Untuk mencapai kesan alamiah, kayu, anyaman bambu, rotan,
dan lain-lain
b) Untuk gaya klasikal, plat-plat gibs bermotif
c) Untuk mencapai kesan glamour, kaca (antique glass ceiling),
kain beludru
d) Pada rumah-rumah sederhana, eternit polos (bermotif), tripleks
(multipleks), dan berbagai jenis softboard/akustik tile
e) Pada bangunan-bangunan utilitas, beton exposed
f) Pada bangunan-bangunan umum, alumunium, fiber glass
sebagai skylight, kaca timah pada gereja-gereja.
(Pamudji Suptandar, 1999 : 166)
6. Sistem Interior
a. Pencahayaan
Cahaya memiliki fungsi yang sangat vital karena menjadi syarat
dalam penglihatan manusia. Meski demikian, cahaya berlebihan akan
memberi dampak kesilauan, sehingga untuk mencapai kesesuaian harus
berdasarkan kebutuhan yang dituntut untuk mendapatkan efektivitas dan
efisien tinggi.
Ada 2 jenis pencahayaan, yaitu :
1) Pencahayaan alami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang berasal dari sinar
matahari, sinar bulan, sinar api dan sumber-sumber lain dari alam
(fosfor). Sumber pencahayaan alami yang kita gunakan dalam
perancangan ruang dalam pada umumnya dipakai pencahayaan sinar
matahari.
Pencahayaan alami dapat dibedakan dalam dua macam
a) Pencahayaan langsung, yaitu pencahayaan yang berasal dari
matahari/ secara langsung melalui atap/ vide, jendela, gebting kaca
dan lain-lain.
b) Pencahayaan tidak langsung, yaitu pencahayaan yang diperoleh
dari sinar matahari secara tidak langsung. Sistem pencahayaan
tersebut banyak kita temui penggunaannya dalam perancangan
ruang dalam melalui skylight, permainan bidang kaca dan lain-lain.
2) Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari cahaya
buatan manusia. Misalnya cahaya lilin, sinar lampu dan lain-lain.
Jenis-jenis pencahayaan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu :
1) Pencahayaan langsung
Adalah semua sinar yang langsung memancar dari pusatnya ke arah
objek yang disinari. Sistem tersebut banyak menggunakan lampu-
lampu sorot untuk menyinari unsur-unsur dekorasi dalam ruang, dapur
dan toko-toko (etalase-etalase toko) dan juga lampu-lampu meja/
lantai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2) Pencahayaan tidak langsung
Adalah jika sumber pencahayaan disembunyikan dari pendangan mata
kita sehingga cahaya yang kita rasakan adalah hasil pantulannya,
terutama pada dinding atau ceiling sistem pencahayaan semacam ini
disebut pencahayaan tidak langsung. Sistem tersebut digunakan untuk
mengarahkan atau menuntun orang menuju ke ”suatu” obyek.
3) Pencahayaan setempat
Adalah pencahayaan yang diarahkan untuk menerangi ke suatu tempat
atau obyek, misalnya pada dapur, menjahit, lampu meja belajar
ataupun lampu yang dipergunakan untuk menerangi sesuatu apa yang
sedang dikerjakan pada jarak dekat dan yang membutuhkan
pencahayaan lebih khusus.
4) Pencahayaan yang membias (diffused)
Adalah jika sinar yang memancar langsung dari sumbernya terlebih
dahulu melalui suatu bahan atau material yang akan menyebarkan
sinar tersebut dalam area lebih besar dari sumbernya sendiri. Lampu-
lampu pijar menyebarkan cahaya (diffused) melalui bahan gelas/kaca
yang terdapat pada badannya, panel-panel plastik yang membungkus
lampu-lampu neon (cove). Lampu-lampu cahaya yang bersifat
menyebar atau membias banyak digunakan untuk kebutuhan
pencahayaan umum. Sistem ini banyak digunakan pada ruang-ruang
pertemuan, ruang tunggu, koridor dan sebagainya. Pada pencahayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
yang membias dapat pula diberikan elemen penagkal sehingga
pembiasan cahaya dapat diatur untuk mendapatkan suasana khusus.
5) Pencahayaan khusus
Sistem pencahayaan khusus dibutuhkan untuk jenis pekerjaan-
pekerjaan tertentu. Misalnya pencahayaan di ruang operasi, lampu
sorot di ruang pameran, dan sebagainya.
( Pamudji Suptandar, 1999 )
Contoh sumber cahaya, antara lain adalah :
1) Lampu Pijar (Incandescent)
Lampu pijar terdiri dari 3 pokok, yaitu basis, filamen (benang
pijar) dan bola lampu. Besarnya aliran cahaya yang dihasilkan oleh
lampu pijar yang sedang menyala tergantung pada suhu filamennya.
Dengan memperbesar input tenaga, suhu filamen meningkat, radiasi
bergeser ke arah gelombang cahaya lebih pendek dan lebih banyak
cahaya tampak lebih putih. Pengendalian lampu pijar sebagai sumber
cahaya umumnya dengan melapisi bola lampu dengan maksud
mendifusikan cahaya dan diperoleh cahaya.
2) Lampu halogen
Pada prinsipnya lampu halogen termasuk ke dalam lampu pijar karena
prinsip kerjanya mirip dengan lampu pijar. Dengan daya yang sama
dengan lampu pijar, cahaya yang dihasilkan lampu halogen lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
terang dan lebih putih dibandingkan dengan lampu pijar. Oleh karena
itu cahaya lampu halogen dapat memunculkan warna asli dari objek
yang dikenai cahaya.
3) Lampu Fluorecent
Bentuk lampu ini dapat berupa tabung maupun bola. Lampu
jenis ini merupakan salah satu pelepas listrik yang berisi gas air raksa
bertekanan rendah. Lampu fluoresent generasi terbaru penggunaan
listriknya semakin efisien (mencapai 80 lumen per watt) dan distribusi
speltralnya (pancaran panjang gelombang cahaya) mendekati grafik
kepekaan mata, sehingga tidak terjadi penyimpangan warna.
4) Lampu HID (Hide Intensity Discharge )
Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam.
Lampu mercury menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam tabung
kaca atau kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi. Efikasinya
antara 40-60 lm/watt. Dibutuhkan waktu antara 3-8 menit untuk
menguapkan merkuri sebelum menghasilkan cahaya maksimal. Karena
hal itulah, disebut lampu metal halida.
Jenis-jenis lampu HID antara lain :
a) Lampu metal halide
Lampu metal halide menghasilkan cahaya putih dengan kualitas
warna yang baik dan terseedia dalam berbagai ukuran. Lampu
metal halide standar cenderung memiliki temperatur warna dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3700 hingga 4100K dan tampak terlihat dingin dan sedikit
kehijauan. Indeks penampilan warnanya adalah 65 hingga 70.
Lampu metal halide standar khususnya digunakan dimana warna
bukanlah hal yang penting, seperti arena olahraga, tempat parkir,
pencahayaan taman, dan lampu sorot. Lampu metal halide terbaru
disebut lampu metal halide keramik (ceramic metal halide). Lampu
tersebut memperlihatkan keunggulan penampilan warna (80 hingga
85) dan pilihan lampu yang hangat (3000K) atau dingin (4100K).
Lampu metal halide keramik dapat digunakan untuk pencahayaan
dalam ruang, seperti lampu penerangan, pencahayaan ruang pamer,
dan lampu sorot dinding, begitu pula untuk pencahayaan pada
ruangan luar.
b) Lampu sodium
Dua jenis lampu sodium yaitu lampu sodium bertekanan tinggi/
high-pressure sodium (HPS) dan lampu sodium bertekanan rendah/
low-pressure sodium (LPS). Warna cahaya lampu sodium
cenderung kekuningan. Lampu HPS menampilkan warna cahaya
merah jambu keemasan yang cenderung menciptakan ruang
dengan warna yang sangat coklat atau warna berkualitas rendah.
Lampu sodium bertekanan rendah memancarkan cahaya berwarna
kuning monokromatik, menciptakan pemandangan yang sama
sekali tidak menampilkan warna lainnya. Walaupun lampu HPS
menawarkan efisiensi energi yang sangat tinggi, namun warnanya
sangat terbatas sehingga hanya digunakan untuk pencahayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
jalanan, areal parkir, ruang kerja industri berat, gudang, lampu
keamanan, dan aplikasi lainnya di mana warna cahaya bukanlah
hal yang penting. Lampu LPS bahkan lebih tinggi efisiensi
energinya, namun warna cahayanya sangat kurang sehingga
penggunaannya hanya terbatas pada lampu keamanan.
c) Lampu uap merkuri
Lampu uap merkuri adalah jenis lampu yang lebih lama dari jenis
lampu lainnya yang tetap digunakan sebagai lampu jalan dan
lampu keamanan. Akan tetapi, dibandingkan dengan lampu HID
lainnya, lampu uap merkuri relatif kurang dalam segi warna cahaya
dan efisiensi energi yang rendah. Lampu ini hampir tidak pernah
digunakan dalam konstruksi bangunan baru.
( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 10)
Mungkin atribut yang paling penting dari pencahayaan pada
sebuah restoran/ cafe adalah kemampuan untuk menciptakan karakter
atau suasana. Tujuan ini biasanya berjalan bersamaan dengan desain
interior restoran/ cafe, yang seringkali cenderung mengekspresikan
tema atau suasana khusus. Pada restoran/ cafe bertema,
kecenderungannya adalah menggunakan banyak pencahayaan dekorasi
bertema seperti lentera, lampu gantung dan chandelier. Gaya masa kini
pada desain restoran/ cafe menggunakan chandelier tradisional atau
teknik pencahayaan eksotik lainnya dalam desain yang disukai banyak
orang. ( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 106)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Pencahayaan di dalam merchandise shop merupakan prioritas
utama, karena merupakan salah satu unsur yang dapat memberikan
kesan menarik pada obyek yang dipamerkan. Unsur pencahayaan pada
display biasanya menggunakan teknik pancahayaan yang dibuat-buat
dan memberikan efek yang dapat menambah suatu obyek yang
dipamerkan menjadi lebih indah. Untuk memberikan efek yang
menarik, maka pencahayaan buatan baik secara langsung maupun
tidak langsung di dalam ruang menggunakan berbagai macam jenis
lampu khusus. Macam-macam lampu yang biasa digunakan khusus
untuk memberikan penerangan antara lain sebagai berikut :
Gambar II. 19 Halogen Flexible Display Lights MR16
(Sumber : Petra Digital Library Colection)
Gambar II. 20 Halogen Flexible Display Lights MR16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
(Sumber : Petra Digital Library Colection)
Pemilihan lampu yang digunakan untuk pencahayaan buatan di
dalam merchandise shop sangat efektif, namun tidak lepas dari standar
penerangan yaitu cara penyinaran. Macam-macam cara pemasangan
lampu sebagai berikut :
1) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot terarah yang mengarah ke
bawah.
Gambar II. 21 Lampu Sorot Terarah
Susunan lampu di atas digambarkan sebagai susunan lampu yang
teratur di langit-langit yang akan memberikan kesan berbeda-beda
sesuai dengan ruangan yang diberi penerangan.
2) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot dinding rel aliran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar II. 22 Lampu Sorot Dinding
Lampu di atas, dipasang terutama pada bagian ruang pameran dan
galeri. Penerangannya dibuat secara vertikal sebesar 50 lux dan
300 lux yang harus dicapai sebagai spesifikasi khusus di daerah
pameran. Untuk pemilihan lampunya, digunakan lampu pijar dan
lampu bahan bercahaya.
3) Pemasangan cahaya dengan lampu sorot rel aliran
Gambar II. 23 Lampu Sorot rel Aliran
Pada lampu sorot di atas, dipasang dengan sudut penyinaran yang
lebih disukai yaitu 10o, 30o, 90o (lampu sorot) yang dilindungi IR
dan UV serta memiliki filter warna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
4) Pemasangan cahaya dengan memasukkan cahaya sesuai dengan
keinginan terhadap objek dan zona dinding, yaitu dengan sudut 30o
(optimum) dan 40o. Pemasangan lampu tersebut dapat dilihat
gambar di bawah ini, antara lain sebagai berikut :
Gambar II. 24
Reflexion Light
( Ernst Neufert, 1996 : 131 )
b. Penghawaan
Penghawaan merupakan faktor terpenting dalam proses pergantian
udara. Udara kotor dapat diganti dengan udara bersih melalui pintu dan
jendela. Tingkat kepuasan penghawaan dapat dicapai dari proses
mendinginkan udara mencapai temperatur dan kelembaban distribusi
udara dalam ruang dapat diperhatikan pada tingkat keadaan yang
diinginkan (John F. Pile, 1995, hal.414)
Jenis penghawaan berdasarkan sumbernya ada 2 macam, yaitu :
1) Penghawaan Alami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (natural).
Penghawaan alami di dalam suatu ruangan maka harus diperhatikan
ventilasi silang, yang merupakan ventilasi horizontal yang terbuka dari
2 arah yang berhadapan. Untuk itu perlu direncanakan secara cermat
dan baik agar penghawaan alami yang dipergunakan ini sesuai dengan
kebutuhan.
2) Penghawaan Buatan
Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan manusia.
Penghawaan buatan diperlukan pada ruang serba guna karena tidak
memungkinkan perlubangan-perlubangan yang dapat mengakibatkan
kebocoran suara sehingga tercipta kondisi akustik yang tidak baik.
Penghawaan buatan dalam hal ini adalah penghawaan Air Conditioner
(AC) yang macamnya terdiri dari :
a) Window Unit, yaitu AC yang digunakan pada ruang-ruang kecil
dimana sistem mekanisnya terdapat dalam suatu unit kompak
b) Split Unit, yaitu AC yang digunakan untuk 1 atau beberapa ruang.
Sedangkan kelengkapan untuk evaporator terpisah pada tiap ruang
c) Central AC, yaitu AC yang digunakan untuk ruang luas dan
perlengkapan keseluruhannya terletak di luar ruangan, kemudian
didistribusikan ke ruang-ruang melalui ducting dan berakhir
dengan aliran diffuser
(Pamuji Suptandar, 1982, hal.85)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Penggunaan AC adalah bertujuan agar supaya temperatur,
kelembababn dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan
pada tingkat keadaan yang diinginkan (John F. Pile, 1980, hal.414).
c. Akustik
Ruang yang baik adalah ruang yang sesuai menjawab
kebutuhannya dari salah satu faktornya adalah mengenai gangguan seperti
bsising, gema, gaung dan sebagainya. Penanganan gangguan yang terjadi
dalam ruang menjadikan menjadikan perlunya kualitas akustik yang
sebaik-baiknya. Akustik dapat mengatasi maslah teknis yang berhubungan
langsung dengan suatu desain interior, antara lain tingkat bunyi yang
berlebihan, perlindungan privasi ruang, tingkat kejelasan pencakupan
dengan latar belakang suara dan pengadaan suara latar yang sesuai dengan
situasi tertentu (John F. Pile, 1980, hal. 421).
Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan mengurangi bunyi
yang sifatnya mengganggu, kemudian mengatur sistem bunyi tata suara
agar bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan, serta
menjaga kontinuitas bunyi dan perambatannya dalam ruang-ruang khusus
yang menghendaki sistem akustik spesifik.
Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang terdapat
3 faktor yang harus diperhatikan yaitu bunyi langsung, bunyi pantul dan
bunyi serap.
1) Bunyi Langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang
berjalan langsung mencapai pendengaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2) Bunyi Pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang dalam
pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih dahulu mengenai bidang
pantul
3) Bunyi Serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena material
absorbsi
(Prasasto Satwiko, 2004, hal.129)
7. Sistem Keamanan
Sistem pengamanan terhadap kegiatan yang berlangsung
menggunakan sistem sekuriti, CCTV ( Closed Circuit Television ) dan
Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu). CCTV
(Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk
memonitor suatu ruang melalui layar televisi/monitor, yang menampilkan
gambar dari rekaman kamera yang dipasang pada setiap sudut ruangan
(biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Semua
kegiatan dapat dimonitor di ruang khusus.
Pada sistem pengamanan terhadap fisik bangunan berupa
pengamanan terhadap bahaya kebakaran.
a. Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah :
1) Sistem pendeteksi awal
- Smoke detektor. Alat ini bekerja bila suhu mencapai 700C.
- Fire alarm sistem. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada
api atau panas pada suhu 1350C - 1600C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Gambar II.25 Smoke detektor
(Sumber : www.webdesign.com)
2) Fire estinguisher
3) Sprinkler
Penempatan titik – titik sprinkler harus disesuaikan dengan standar
yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler dapat
melayani luas area 10-20 m dengan ketinggian ruang 3 m. Ada
beberapa cara pemasangan sprinkler seperti dipasang di bawah
plafon atau di pasang pada dinding. Kepala sprinkler yang
dipasang dekat dinding, harus mempunyai jarak tidak boleh lebih
dari 2,25 m dari dinding.
4) Hidrant Kebakaran
Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan
kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Gambar II.26 Fire estinguisher dan Hidrant kebakaran
(Sumber : www.webdesign.com)
b. Dalam usaha memadamkan kebakaran selain api faktor utama yang
harus diperhatikan adalah asap. Untuk mancegah mengalirnya asap
kemana-mana diperlukan alat-alat seperti :
1) Fire damper
Alat untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara supaya
asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara
otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera menutup pipa-pipa
tersebut.
2) Smoke & heat ventilating
Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara
luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat
mengalir keluar, sehingga para petugas pemadam kebakaran akan
terhindar dari asap-asap tersebut.
3) Vent & exhaust
Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi
menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan dibuka
pintunya. Dapat pula dipasang di dalam tangga, secara otomatis
berfungsi memasukkan udara untuk memberikan tekanan pada
udara di dalam ruang tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
(Dwi Tanggoro, 2004 : 40)
c. Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia
Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia (pencurian)
diterapkan dengan sekuriti, CCTV (Close Circuit Television) dan
Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu).
8. Dimensi Ruang Gerak
Gambar II.27 Standar Tempat Penjualan Barang yang Umum
(Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 204)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Gambar II.28
Standar Tempat Penjualan Barang yang Tergantung
(Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 204)
Gambar II.29 Standar Toko Buku/Area Display
(Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 205)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar II.30
Standar Toko Sepatu/Area Pengepasan
(Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 205)
Gambar II.31
Jarak Bersih Sirkulasi pada Konter
(Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 201)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Gambar II.32 Jarak Bersih Sirkulasi pada Konter
(Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 201)
Gambar II.33 Jarak Bersih Konter dengan Rak Display Tinggi
(Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 202)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambar II.34 Jarak Bersih Konter dengan Rak Display Rendah
(Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 202)
Gambar II.35
Kamar ganti Pakaian (Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 206)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB III
STUDI LAPANGAN
A. LARISSA, SOLO
1. Sejarah
Larissa merupakan salah satu beauty centre yang ada di kota Solo. Larissa
merupakan sebuah wadah fasilitas perawatan tubuh baik rambut dan kulit bagi
masyarakat. Larissa pertama kali didirikan 26 tahun (1984) yang lalu di Yogyakarta,
tepatnya di jalan C. Simanjuntak 78 Yogyakarta. Lalu pada 7 Mei 2003, Larissa
membuka cabang di kota Solo. Di Solo, pertama kali dibuka di Jl. Dr. Cipto
Mangunkusumo 31 kemudian pada tanggal 1 Mei 2007 pindah ke Jl. Gajah Mada 103
Solo. Tahun 2007, tepatnya 6 Mei 2007 Larissa juga melebarkan sayap ke daerah
Semarang dengan membuka cabang di Jl. Singosari 6 Semarang.
Larissa menawarkan produk yang terbuat dari bahan alami dan bebas dari bahan-
bahan yang membahayakan sehingga aman dipakai. Segmen pasar Larissa adalah
masyarakat umum, baik pria maupun wanita, dengan usia sekitar 17-45 tahun.
2. Non fisik
Larissa beauty centre mengangkat tema Back to Nature. Interior Larissa ini ditata
dengan style modern minimalis.
3. Kebutuhan Ruang
- R. Utama
a. R. perawatan rambut
b. R. perawatan kulit (facial)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
c. Receptionist
d. Area penjualan produk+kasir
- R. Pelengkap
a. KM
b. R. tunggu
c. R. konsultasi
d. R. ibadah
e. R. Kantor
f. R. karyawan
g. R. meeting
h. Gudang
4. Aktivitas Dan Kegiatan
a. Aktivitas Pokok
§ Pengunjung
Datang mendaftar menunggu perawatan
bayar pulang
§ Pengelola
Datang cek harian mengerjakan administrasi
melayani pengunjung mengontrol pegawai cros cek
pulang
§ Pegawai
Datang persiapan kerja melayani pendaftaran
melayani perawatan cros cek pulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
b. Waktu Kegiatan
Larissa buka setiap hari. Buka sekitar pukul 09.00-20.30 WIB. Jam kerja
karyawan dibagi 2 shift, shift I. 09.00-17.00 WIB dan shift II. 13.30-20.30 WIB.
c. Pelaku Kegiatan
Pelaku Kegiatannya antara lain:
a. Pengelola
b. Pegawai
c. Pengunjung/konsumen
5. Unsur Pembentuk & Pengisi Ruang
a. Lantai
Material lantai yang dipilih adalah keramik. Selain mudah dibersihkan
juga terdapat dalam berbagai motif serta mudah didapat dan harganya terjangkau.
Warna yang dipilih:
- krem (60 x 60 cm), dipakai pada seluruh ruang
- krem (30 x 30 cm), dipakai di toilet
Lantai pada Larissa ini menggunakan keramik warna krem sehingga
terlihat bersih dan enak dipandang.
b. Dinding
Dinding menggunakan batu bata plester yang di finshing cat tembok, kaca
dan dinding gypsum. Warna yang dipilih yaitu putih sehingga memberikan kesan
bersih, modern dan minimalis.
c. Ceilling
Ceilling menggunakan gypsum board finishing cat warna putih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
d. Furniture
Furniture yang dipilih adalah dari bahan kayu dan logam. Furniture
difinising cat duko warna krem. Diseluruh ruang furniturenya menggunakan
warna kromatis cokelat. Tema modern dapat terlihat dari bentuk furniture yang
sederhana. Hal ini memberikan kesan bersih dan modern.
6. Tata Kondisional
a. Penghawaan
Seluruh ruangan di Larissa menggunakan penghawaan buatan yaitu
dengan AC Split.
b. Pencahayaan
Pencahayaan pada Larissa ini menggunakan pencahayaan buatan.
Pencahayaan buatannya berupa lampu-lampu down light yang menggunakan
lampu TL dan lampu gantung.
7. Tema
Konsep Back to Nature yang diusung Larissa beauty centre mampu
menyajikan suasana tenang, nyaman dan bersih. Disini tercipta suasana yang
memiliki daya tarik bagi pengunjung. Kesan yang ingin ditimbulkan adalah
bersih, simple dan modern. Sehingga untuk warna ruang lebih banyak
menggunakan warna putih dan warna-warna kromatis yang dapat menimbulkan
kesan bersih dan modern. Furniture-furniturenya berdesain minimalis.
8. Dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Gambar III. 1 Kasir & Cosmetic Shop di Larissa (Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gambar III. 2 Receptionist di Larissa
(Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gambar III. 3 Ruang Tunggu di Larissa
(Sumber : Dokumentasi Pribadi )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
B. LK Salon, SOLO SQUARE
1. Sejarah
LK Salon merupakan salah satu salon yang ada di kota Solo. LK Salon merupakan
sebuah wadah fasilitas perawatan tubuh baik rambut dan kulit bagi masyarakat. LK
Salon pertama kali didirikan 13 tahun (1997) yang lalu di Semarang, tepatnya di jalan
Wijayakusuma Semarang. Sekarang LK Salon pindah ke jalan Saidan 5 ( Pemuda )
Semarang. Lalu pada 10 Oktober 2007 LK Salon membuka cabang di kota Solo. Di
Solo cabang LK Salon dibuka di Jl. Slamet Riyadi 451-455 Solo, tepatnya di Solo
Square.
Nama LK Salon merupakan singkatan dari nama pemiliknya yaitu Lie Kuang.
Beliau lahir di Semarang tanggal 20 Januari 1977. Lie Kuang merintis karier di dunia
kecantikan sejak tahun 1994. Lie Kuang lulus dari Rever Academy Indonesia,
distinction trophy tahun 1994, lalu meneruskan pendidikannya di Rever academy
Hongkong dan advance course diploma dari Toni & Guy Singapore, Vidal Sason
Shanghai, dan Kohsuke Ueno Tokyo Japan. Beliau termasuk member of Intercoiffure
Mondial Paris, L’oreal color trophy finalist dan joined L’oreal Professional.
LK Salon menawarkan jasa perawatan rambut menggunakan produk-produk dari
L’oreal dan Keratase. Selain perawatan rambut dan hair styling, LK Salon juga
melayani perawatan kulit dan make up. Segmen pasar LK Salon adalah masyarakat
umum menengah ke atas, baik pria maupun wanita.
2. Non fisik
LK Salon yang berada di Solo Square mengangkat tema modern minimalis. Tema
ini terlihat dari furniturenya yang simple namun berfungsi maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
3. Kebutuhan Ruang
- R. Utama
a. R. perawatan rambut dan make up
b. R. perawatan kulit
c. Receptionist dan kasir
- R. Pelengkap
a. R. tunggu
b. Gudang
4. Aktivitas Dan Kegiatan
a. Aktivitas Pokok
§ Pengunjung
Datang mendaftar menunggu perawatan
bayar pulang
§ Pengelola
Datang cek harian mengerjakan administrasi
melayani pengunjung mengontrol pegawai cros cek
pulang
§ Pegawai
Datang persiapan kerja melayani pendaftaran
melayani perawatan cros cek pulang
b. Waktu Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
LK Salon buka setiap hari. Hari minggu – jumat buka sekitar pukul 10.00-
21.00 WIB dan hari sabtu buka jam 09.30-21.30. Jam kerja karyawan dibagi 2
shift, shift I. 10.00-19.00 WIB dan shift II. 12.00-21.00 WIB.
c. Pelaku Kegiatan
Pelaku Kegiatannya antara lain:
a. Pengelola
b. Pegawai
c. Pengunjung/konsumen
5. Unsur Pembentuk & Pengisi Ruang Ruang
a. Lantai
Material lantai yang dipilih adalah keramik. Selain mudah dibersihkan
juga terdapat dalam berbagai motif serta mudah didapat dan harganya terjangkau.
Warna yang dipilih:
- krem (60 x 60 cm), dipakai pada seluruh ruang
Lantai pada LK Salon ini menggunakan keramik warna krem sehingga
terlihat bersih dan enak dipandang.
b. Dinding
Dinding menggunakan kaca dan dinding gypsum. Warna yang dipilih yaitu
putih dan hitam, sehingga memberikan kesan bersih, modern dan minimalis.
c. Ceilling
Ceilling menggunakan triplek finishing cat warna hitam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
d. Furniture
Furniture yang dipilih adalah dari bahan kayu dan logam. Furniture
difinising cat duko warna hitam dan putih. Diseluruh ruang furniturenya
menggunakan warna hitam dan putih. Tema modern dapat terlihat dari bentuk
furniture yang sederhana. Hal ini memberikan kesan bersih dan modern.
6. Tata Kondisional
a. Penghawaan
Seluruh ruangan di LK Salon menggunakan penghawaan buatan yaitu
dengan AC Split
b. Pencahayaan
Pencahayaan pada LK Salon ini menggunakan pencahayaan buatan.
Pencahayaan buatannya berupa lampu-lampu down light yang menggunakan
lampu TL dan lampu gantung.
7. Tema
Konsep modern yang diusung LK Salon mampu menyajikan suasana
nyaman dan bersih. Disini tercipta suasana yang memiliki daya tarik bagi
pengunjung. Kesan yang ingin ditimbulkan adalah bersih, simple dan modern.
Sehingga untuk warna ruang lebih banyak menggunakan warna putih dan warna-
warna kromatis yang dapat menimbulkan kesan bersih dan modern. Furniture-
furniturenya berdesain minimalis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
8. Dokumentasi
Gambar III. 4 ME LK Salon, Solo Square
(Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gambar III. 7 R. perawatan Keratase
(Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gambar III. 5 Tampak ceiling di LK Salon
(Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gambar III. 8 R. perawatan Rambut
(Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gambar III. 6 Display Produk kecantikan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
A. ANALISA JUDUL
1. Pengertian
Pengertian dari judul “ Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion
and Beauty Centre di Surakarta “ adalah sebagai berikut :
Interior : - Ruang dalam suatu bangunan.
( Ensiklopedia Indonesia, 1989, hal : 195 )
- Tatanan perabot ( hiasan ), dsb didalam ruamg
dalam dari gedung .
( Tim Penyusun KBBI, 2001 ; 383 )
Desain Interior : - Desain interior adalah karya seni yang
mengungkapkan dengan jelas dan tepat tata
kehidupan manusia dari suatu masa melelui
media ruang .
( J. pamudji subtandar : 1998 : 11 )
Fashion : - Cara, kebiasaan, basa-basi; mode. ( John M
Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-
Indonesia, 1996 : 234 )
- Pakaian: barang apa yang dipakai (baju,
celana, dsb). ( Cormentyna Sitanggang dkk,
kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,
2004 : 529 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
- Mode atau Fashion adalah gaya berpakaian
(tetapi juga dapat termasuk masakan, bahasa,
seni, arsitektur) yang populer dalam suatu
budaya. ( Wikipedia bahasa Indonesia )
Beauty : - Orang cantik; indah; kecantikan. ( John M
Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-
Indonesia, 1996 : 58 )
- Cantik: elok, molek (tentang wajah); indah
(tentang barang). ( Cormentyna Sitanggang
dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas, 2004 : 127 )
- Kecantikan: keelokan; kemolekan.
(Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 )
Centre : - Pusat; bagian tengah; (soccer) penyerang
tengah. ( John M Echols & Hassan Shadily,
Kamus Inggris-Indonesia, 1996 : 104 )
- Pusat: pusar; titik yang ditengah benar (al.
bulatan bola, lingkaran dsb); tempat yang
letaknya di bagian tengah; pokok pangkal/
yang menjadi pumpunan (berbagai urusan, hal,
dsb); orang yang membawakan berbagai
bagian; orang yang menjadi pumpunan dari
bagian-bagian. ( Cormentyna Sitanggang dkk,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,
2004 : 616 )
Surakarta : wilayah, kawasan, nama sebuah kota di
propinsi Jawa Tengah.
Jadi pengertian dari judul “ Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion
and Beauty Centre di Surakarta adalah suatu proses, pembuatan, merancang,
merencanakan desain ruang dalam suatu bangunan yang berupa tempat
penjualan pakaian, aksesoris, produk kecantikan, konsultasi dan salon untuk
melengkapi fasilitas kegiatan yang berhubungan dengan penampilan yang
operasionalnya berada di kota Surakarta.
2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai adalah :
a) Memberikan wawasan dan pengetahuan tentang perlunya sebuah wadah
tempat memperbaiki penampilan.
b) Mewujudkan suatu Fashion and Beauty Centre yang mendukung dan
mewadahi pemerhati dunia fashion dan kecantikan maupun masyarakat
awam melalui aplikasi interior dan sarana serta prasarana yang
mendukungnya.
c) Menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung para pengunjung seperti
tempat konsultasi kecantikan dan penampilan, penjualan pakaian dan
kosmetik, serta sebagai tempat untuk perawatan kecantikan.
d) Sarana tempat pertemuan, menambah informasi dan juga sebagai tempat
hiburan bagi masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
B. ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
1. Lokasi
Pemilihan lokasi berada di daerah perempatan Bundaran Gladak
Slamet Riyadi Surakarta.
Jl. Slamet Riyadi
Site Plan
Site yang berada di daerah perempatan Gladak Slamet Riyadi ini
dipilih karena beberapa pertimbangan, antara lain sebagai berikut :
a. Luas tanah yang memenuhi.
b. Lokasi tersebut adalah daerah perdagangan, bisnis, industri dan wisata.
c. Lokasi mempunyai akses yang tinggi terhadap fasilitas dan sarana
penunjang operasional.
d. Lokasi merupakan salah satu konsentrasi publik sehingga mudah
dijangkau.
Hotel
C Gereja
Bank Danamon
G
G BCA
Fashion and Beauty Centre
PGS BTC
n Bundaran
Gladak U
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
2. Status Kelembagaann
Status kelembagaan Fashion and Beauty Centre ini dikelola oleh
pihak swasta sehingga manajemen dan orientasi usaha tergantung sepenuhnya
pada kebijakan pihak swasta.
3. Struktur Organisasi
a. Struktur Organisasi Salon
Skema IV.1 Struktur Organisasi Salon
(Sumber : analisa penulis, 2010)
Pemilik
Manajer Operasional
Bagian keuangan Stylish
Asisten stylish
Bagian perawatan tubuh Bagian perawatan
rambut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
b. Struktur Organisasi Shop
Skema IV.2 Struktur Organisasi Shop
(Sumber : analisa penulis, 2010)
4. Sistem Operasional
Fashion and Beauty Centre buka setiap hari. Jam buka Fashion
and Beauty Centre sebagai berikut :
a. Salon
Hari Senin s/d Minggu pukul 07.30 – 21.00 WIB
b. Shop
Hari Senin s/d Minggu pukul 08.00 – 21.00 WIB
c. R. Konsultasi
Hari Senin s/d Minggu pukul 08.00 – 20.00 WIB
Divisi Penjualan
Manajer
Supervisor Display Supervisor Penjualan Acounting Supervisor
Pramuniaga Pramuniaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
5. Program Kegiatan
Fashion and Beauty Centre ini terdiri dari tiga ruang kegiatan yaitu
salon, shop, dan ruang konsultasi. Program kegiatan Fashion and Beauty
Centre ini terbagi dalam tiga kegiatan utama dalam tiga pengelompokan ruang
yaitu salon, shop, dan ruang konsultasi.
a. Salon
Kegiatan untuk pengunjung tidak hanya untuk perawatan
kecantikan rambut saja, namun perawatan kecantikan dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Perawatannya terdiri dari facial, menicure, pedicure,
massage dan perawatan rambut.
b. Shop
Toko khusus pakaian dan perlengkapan pendukungnya, seperti
aksesoris, tas dan sepatu. Selain itu toko kosmetik yang menjual produk-
produk kosmetik yang ternama.
c. Ruang Konsultasi
Adalah tempat dimana kostumer dapat berkonsultasi masalah
penampilan baik bagaimana cara berpakaian dan berdandan yang tepat. Di
sini kostumer akan di bantu oleh seorang stylish/penata gaya.
6. Pelaku Kegiatan
Terdapat beberapa pelaku kegiatan dalam Fashion and Beauty Centre ini,
yaitu :
a. Salon
1. Pengunjung ( dewasa usia 20 tahun ke atas )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
2. Pengelola ( owner, operasional manager, stylish, kapster, dan
karyawan )
b. Shop
1. Pengunjung ( dewasa usia 19 tahun ke atas )
2. Pengelola ( manajer, supervisor penjualan, supervisor display,
acounting supervisor, pramuniaga )
c. R. Konsultasi
1. Pengunjung (dewasa usia 19 tahun ke atas )
2. Pengelola ( stylish )
7. Pola Kegiatan
a. Pola Kegiatan Salon
Dalam penguraian tentang kegiatan salon terlebih dahulu perlu
diketahui apa arti kegiatan Salon dan siapa pelaku kegiatan tersebut.
Mengenai pengertian disini dapat disini dapat disamakan dengan aktivitas.
Sedangkan siapa yang melakukan kegiatan di dalam salon adalah
pengunjung dan staff salon. Yang dimaksud pengunjung/tamu adalah
individu-individu yang memanfaatkan barang dan jasa pelayanan salon
disebut pembeli atau pemesan makanan.
Tujuan pengunjung pada pokoknya adalah melakukan perawatan
kecantikan. Sesuai dengan sistem pelayanan pada salon tersebut.
Sedangkan yang disebut staff adalah individu-individu yang menjalankan
kegiatan sebuah salon. Kegiatan staff salon yaitu melayani tamu sesuai
dengan sistem pelayanan. Berorientasi dari kegiatan pokok di dalam salon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
yaitu pelayanan perawatan kecantikan baik perawatan tubuh juga
perawatan rambut.
1) Pengelola
Skema IV.3 Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan Salon
(Sumber : analisa penulis, 2010)
2) Pengunjung
Skema IV.4 Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan Salon
(Sumber : analisa penulis, 2010)
Datang
ME & SE
Pulang
Rest Room
Penitipan kendaraan
Kegiatan Operasional
LavatorPengambilan kendaraan
Kantor
Loker
Salon
Datang
ME & SE
Pulang
Penitipan kendaraan
Lavatory Pengambilan
kendaraan
Pesan tempat, Bayar
Makan, Minum, Santai, Nonton bareng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
b. Pola Kegiatan Merchandise Shop
Kegiatan utamanya adalah jual-beli pakaian dan kosmetik dalam
berbagai item produk. Namun shop ini juga melayani testing produk
kecantikan.
1) Pengelola
Skema IV.5 Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan Shop
(Sumber : analisa penulis, 2010)
Datang
ME & SE
Pulang
Rest Room
Penitipan kendaraan
Kegiatan Operasional
Lavatory Pengambilan kendaraan
Kantor
Loker
Shop
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
2) Pengunjung
Skema IV.6 Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan Shop
(Sumber : analisa penulis, 2010)
c. Pola Kegiatan R. Konsultasi
Tempat untuk mewadahi segala kegiatan yang berhubungan
dengan keinginan kostumer untuk berkonsultasi dengan stylish fashion dan
Datang
ME & SE
Pulang
Penitipan kendaraan
Lavatory
Pengambilan kendaraan
Shop
Datang
ME & SE
Pulang
Penitipan kendaraan
Lavatory Pengambilan kendaraan
Fashion Shop Shop
Datang
ME & SE
Pulang
Penitipan kendaraan
Lavatory Pengambilan kendaraan
Cosmetic Shop Shop
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
beauty. Pelaku kegiatan dalam ruang konsultasi ini terdiri dari pengelola
yaitu stylish dan kostumer/pengunjung.
1) Pengelola
Skema III.8 Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan R. konsultasi
(Sumber : analisa penulis, 2010)
2) Pengunjung
Skema IV.9
Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan R. konsultasi (Sumber : analisa penulis, 2010)
8. Jenis Ruang dan Fasilitas Ruang
a. Ruang Publik :
Datang
ME & SE R. tunggu
Pulang
Penitipan kendaraan
R. konsultasi
Lavatory Pengambilan
kendaraan
Datang
ME & SE R. konsultasi
Pulang
Rest Room
Penitipan kendaraan
Ruang Pertemuan
Lavatory Pengambilan kendaraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
1) Salon
2) Shop
b. Ruang Semi Publik
1) R. konsultasi
2) R. perawatan kecantikan
c. Ruang Private
1) R. Facial dan massage
2) Ruang kantor
3) Ruang karyawan
4) Mushola
d. Ruang Service
1) Gudang
2) Toilet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
9. Aktivitas dan Fasilitas
a. Kelompok kegiatan Cafe
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS KEBUTUHAN
RUANG
Pengunjung
- Datang/pulang
- Memesan tempat
- Menunggu
- Perawatan
- Membayar
- MCK
- Meja penerimaan
- Kursi tunggu
- Meja, kursi, bed
- Meja Kasir
- Toilet
- Main Entrance
- R. Penerimaan
- R. Tunggu
- R. massage,
facial, perawatan
rambut, manicure
pedicure
- Kasir
- Lavatory
Pengelola - Datang/pulang
- Persiapan
- Bekerja
- Melayani
perawatan
- Penyimpanan
- Istirahat
- MCK
- Loker
- Meja dan kursi kantor
- Meja, kursi, bed
- Rak/almari penyimpanan
- Kursi santai
- Toilet
- Main Entrance
- R. Karyawan
- R. Kantor
- R. perawatan
- Gudang
- R. Istirahat
- Lavatory
Tabel IV. 1
Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Salon ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
b. Kelompok kegiatan Shop
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS KEBUTUHAN
RUANG
Pengunjung
- Datang/pulang
- Memilih, mencoba
- Membeli, membayar
- MCK
- Meja display
- meja kasir
- Toilet
- Main Entrance
- R. Ganti
- Lavatory
Pengelola - Datang/pulang
- Persiapan
- Bekerja
- Penyimpanan
- Istirahat
- MCK
- Loker
- Meja dan kursi kantor
- Almari penyimpanan
- Kursi santai
- Toilet
- Main Entrance
- R. Persiapan
- R. Kantor
- Gudang
- R. Istirahat
- Lavatory
Tabel IV. 2
Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Shop ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
c. Kelompok kegiatan R. Konsultasi
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS KEBUTUHAN
RUANG
Pengunjung
- Datang/pulang
- Menunggu
- Konsultasi
- MCK
- Meja dan kursi tunggu
- Meja dan kursi konsultasi
- Toilet
- Main Entrance
- R. Tunggu
- R. Konsultasi
- Lavatory
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Pengelola - Datang/pulang
- Persiapan
- Melayani
konsultasi
- Istirahat
- MCK
- Loker
- Meja dan kursi konsultasi
- Kursi santai
- Toilet
- Main Entrance
- R. Persiapan
- R. Konsultasi
- R. Istirahat
- Lavatory
Tabel IV. 3
Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan R. Konsultasi ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
10. Besaran Ruang
a. Kebutuhan dan Besaran Ruang Shop
No Kebutuhan
Ruang
Kapasitas
Ruang
Standar per orang Luas Total
(min)
Keterangan
(sumber)
1. R. Penerimaan 10 org/ruang Standar org : 1.20 m2
Jumlah ruang : 2 ruang
10 orgx 1.20 m2 = 12 m2
Flow 30 % = 3,6
m2
15,6 m2
Dimensi
Manusia
2. Kasir 3 org/ruang Standar org : 1.50 m2
Jumlah ruang : 3 ruang
3 x 2 orgx 1.50 m2 = 9 m2
Flow 30 % = 2,7
m2
11,7 m2
Dimensi
Manusia
3. R. Display
produk fashion
dan beauty
Asumsi 900 m2 900 m2 Data Arsitek
4. Stage 8 orang Asumsi 15 m2 15 m2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
5. R. Ganti 8 orang Standar org : 1.215 m2
8 x 1.215 m2 = 9,72 m2
Flow 30 % = 2,92 m2
12,64 m2
Dimensi
Manusia
6. Gudang Asumsi 20 m2 20 m2
Luasan
ruang yang
dibutuhkan
974,94 m2
Tabel IV. 4
Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang penjualan ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
b. Kebutuhan dan Besaran Ruang Salon
No Kebutuhan
Ruang
Kapasitas
Ruang
Standar per orang Luas Total
(min)
Keterangan
(sumber)
1. Kasir/R.
penerimaan
10 orang Standar org : 1.5 m2
10 x 1.50 m2 = 15 m2
Flow 30 % = 4,5 m2
19,5 m2
Dimensi
Manusia
2. R. Tunggu 20 orang Standar org : 1.50 m2
20 x 1.50 m2 = 30 m2
Flow 30 % = 6,75 m2
36,75 m2 Dimensi
Manusia
3. R. Ganti 9 orang Standar org : 1.215 m2
9 x 1.215 m2 = 10,96 m2
Flow 30 % = 3,29 m2
14,25 m2
Dimensi
Manusia
4. R. perawatan 90 orang Standar org : 1.8 m2
90 x 1.8 m2 = 162 m2
Flow 30 % = 48,6 m2
210,6 m2
Dimensi
Manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
5. Gudang Asumsi 16 m2 16 m2
6. Lavatory Pria 2 closet, standar 0,92 m2 =
1,84 m2
4 urinoir, standar 0,92 m2
= 3,68 m2
2 wastafel, standar 0,92
m2 = 1,84 m2
7,36 m2
Data Arsitek
7. Lavatory Wanita
Luasan ruang
yang dibutuhkan
4 closet, standar 0,92 m2 =
3,68 m2
2 wastafel, standar 0,92
m2 = 1,84 m2
5,52 m2
309,98 m2
Data Arsitek
Tabel IV. 5
Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Salon ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
c. Kebutuhan dan Besaran Ruang Konsultasi
No Kebutuhan
Ruang
Kapasitas
Ruang
Standar per orang Luas Total
(min)
Keterangan
(sumber)
1. R. Penerimaan 10 orang Standar org : 1.2 m2
10 x 1.2 m2 = 12 m2
Flow 30 % = 3,6 m2
15,6 m2 Dimensi
Manusia
2. R. Tunggu 20 orang Standar org : 1.50 m2
20 x 1.50 m2 = 30 m2
Flow 30 % = 6,75 m2
36,75 m2 Dimensi
Manusia
3. R. Konsultasi 27 orang Standar org : 1.2 m2
27 x 1.2 m2 = 32,4 m2
42,12 m2 Dimensi
Manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Flow 30 % = 9,72 m2
Luasan ruang
yang dibutuhkan
94,47 m2
Tabel III. 6 Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Konsultasi
( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
11. Hubungan Antar Ruang
a. Pola Hubungan dan Organisasi Ruang makro
1. R. Penerimaan
2. Salon
3. Shop
4. R. Konsultasi
= Berhubungan langsung
= Berhubungan tidak langsung
b. Pola Hubungan dan Organisasi Salon
1. R. Penerimaan
2. R. Tunggu
3. Perawatan rambut
4. Perawatan tubuh
5. Perawatan wajah
6. Manicure Pedicure
7. R. Ganti
8. Kasir
9. Lavatory
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
= Berhubungan langsung
= Berhubungan tidak langsung
= Tidak berhubungan
c. Pola Hubungan dan Organisasi Shop
= Berhubungan langsung
= Berhubungan tidak langsung
= Tidak berhubungan
d. Pola Hubungan dan Organisasi Ruang Konsultasi
1. R. Penerimaan
2. R. Konsultasi
3. R. Tunggu
= Berhubungan langsung
= Berhubungan tidak langsung
1. R. Display
2. R. Ganti
3. Kasir
4. Gudang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
12. Zoning & Grouping
Pada prinsipnya penentuan zoning dan grouping berdasarkan atas
sifat kegiatan dan kepentingannya. Sebagai dasar pertimbangan dalam
penentuan zoning dan grouping adalah :
a. Sirkulasi kegiatan yang berlangsung
b. Kemudahan dalam mencapai fasilitas yang ada
c. Aktivitas dalam ruang
d. Keamanan dan kenyamanan
e. Tingkat kebutuhan pengunjung
Gambar IV. 1 Zoning
(Sumber : analisa penulis, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Gambar IV. 2 Grouping
(Sumber : analisa penulis, 2010)
Dasar pertimbangan :
1. Zona service, publik dan semi publik diletakkan dalam area yang
berdekatan agar pengunjung mudah menjangkau fasilitas tersebut.
2. Zona privat diletakkan berjauhan dengan zona publik agar kerja pengelola
dalam fasilitas tersebut tidak terganggu.
3. Tidak adanya sekat pemisah yang jelas memudahkan pengunjung untuk
menjangkau fasilitas yang ada.
13. Organisasi Ruang
Organisasi ruang adalah dasar-dasar cara menghubungkan ruang-
ruang suatu bangunan sehingga terorganisisr menjadi pola-pola bentuk ruang
yang koheren (Francis DK Ching, 1996, hal. 194)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Dalam perencanaan organisasi ruang, diperlukan adanya :
a. Pengelompokan ruang yang akan dilihat dari karakter dan macam kegiatan
yang diwadahi.
b. Karakter yang ditampilkan dengan bentuk-bentuk dinamis sehingga turut
mendukung dan membangun dari tema yang akan diangkat sehingga
menjadi kesatuan.
Alternatif Karakter/Kaidah Penerapan
Linear Bersifat fleksibel, terdiri dari ruang yang
berulang dalam hal ukuran dan fungsi dari
tiap ruang disepanjang deretan tersebut
memiliki hubungan dengan ruang luar
Massa bangunan
disusun berbaris
Radial Memadukan unsur-unsur pola terpusat
dan linear dengan ruang-ruang pusat yang
dominan dan pola-pola linear yang
berkembang menjadi jari-jarinya
Massa bangunan
menyebar dari satu
titik pusat massa
sebagai sentral
Cluster Menggabungkan ruang-ruang yang
berlainan bentuk tapi bersifat kegiatan
yang sama dan berhubungan satu sama
yang lain berdasarkan penempatan &
ukuran visual seperti sumbunya
Massa bangunan
disusun
berkelompok sesuai
dengan kegiatan
yang serupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Terpusat Bentuk stabil merupakan komposisi
terpusat yang terdiri dari sejumlah ruang-
ruang sekunder yang dikelompokkan
mengelilingi sebuah ruang pusat yang
besar dan dominan
Massa bangunan
disusun
mengelilinggi pusat
massa
Tabel IV. 7
Alternatif Organisasi Ruang ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Organisasi Ruang Keuntungan Kerugian
a) Linier
a. Mudah menyesuaikan
kondisi
b. Sirkulasi jelas dan terarah
c. Pencapaian mudah
d. Adanya hirarki ruang
a. Kurang efisien, dan butuh
banyak ruang
b. Tidak ada orientasi utama
dari semua ruang
b) Terpusat
a. Memiliki pusat / orientasi
kegiatan
b. Bersifat stabil
c. Pencapaian ke titik ter-
tentu mudah & langsung
d. Efisiensi tinggi
a. Arah sirkulasi terpusat pada
satu titik, sehingga
perhatian ke titik lain
berkurang
c) Radial
a. Perpaduan antara organi-
sasi linier dan radial
b. Menghasilkan pola dina-
mis
a. Arah sirkulasi terpusat pada
satu titik, sehingga
perhatian ke titik lain
berkurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
c. Pencapaian ke titik terten-
tu mudah dan langsung
d) Cluster
a. Dapat menerima ruang –
ruang yang berlainan
bentuknya
b. Luwes dan dapat mene-
rima pertumbuhan dan
perubahan langsug tanpa
mempengaruhi karakter-
nya
a. Tidak ada orientasi utama
pada ruang
b. Kontrol visual kurang baik
Tabel IV. 8
Alternatif Organisasi Ruang ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Gambar IV. 3 Organisasi Ruang
(Sumber : analisa penulis, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Pemilihan organisasi ruang didasarkan pada pengelompokkan ruang yang
berbeda aktivitasnya. Organisasi ruang ini dibagi dalam tiga kelompok :
1. Salon : Pemilihan organisasi ruang Cluster
Pengulangan bentuk fungsi ruang yang sama, yaitu
sebagai dining room dan lounge, dengan ukuran
ruang yang berbeda dan tidak ada sekat pemisah,
dan bedakan dengan level lantai.
2. Shop : Pemilihan organisasi ruang Radial
- Penggunaan organisasi Linier pada ruang
display yang didasarkan pada pengelompokkan
merchandise yang dijual.
- Penggunaan organisasi Terpusat pada kasir
sebagai pusat kegiatan transaksi jual beli
(pembayaran).
14. Pola Sirkulasi
Sistem Sirkulasi Keuntungan Kerugian
a) Linier
a. Jalan yang lurus da- pat
menjadi unsur
pengorganisir utama
b. Memiliki beberapa al-
ternatif pilihan jalan:
melengkung, memo- tong ,
jalan bercabang, dan loop
a. Pengunjung harus me-
ngerti arah fungsi ruang
yang akan dituju
b) Radial
a. Pengunjung dapat me-
milih alternative ruang
yang dituju
a. Sirkulasi monoton, karena
setiap ruang kembali ke titik
yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
b.Arah sirkulasi jelas b.Pengunjung harus me-
ngerti arah fungsi ruang
yang dituju
c) Spiral
a. Pengunjung dihadap- kan
pada banyaknya alternatif
ruang
b.Pola sirkulasi jelas
a. Sirkulasi dapat melelah
kan pengunjung
b.Kurang efektif karena
pengunjung yang akan
menuju fungsi ruang di
ujung area harus mele-
wati fungsi ruang lain.
Tabel IV. 9 Alternatif Pola Sirkulasi
( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Gambar IV. 4 Pola Sirkulasi
(Sumber : analisa penulis, 2010)
Dasar pertimbangan yang digunakan antara lain berdasar pada sistem
pelayanan, aktivitas pengunjung, dan pencapaian tujuan atau tema yang
diangkat, maka setelah menimbang dari alternatif tersebut maka penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
sistem sirkulasi secara umum adalah gabungan dari ketiga alternatif tsistem
sirkulasi tersebut di atas.
: Sirkulasi Pengunjung
- Datang – Salon – Pulang
- Datang – R. Konsultasi – Pulang
- Datang – Shop – Pulang
- Datang – Cafe – Pulang
: Sirkulasi Pengelola
- Datang – Cafe – Pulang
- Datang –Shop – Pulang
- Datang – R. Konsultasi – Pulang
C. KONSEP PERANCANGAN
1. Ide Dasar Perancangan
Fashion and Beauty Centre adalah suatu tempat yang terdiri dari
shop, salon dan ruang konsultasi dimana pengunjung dapat memperbaiki
masalah penampilan mereka. Kebutuhan akan adanya satu tempat yang
mewadahi segala sesuatu hal tentang kecantikan membawa penulis untuk
merancang sebuah tempat yang dapat mewadahi hal tersebut. Mengingat di
kota Solo belum ada tempat memperbaiki penampilan dalam satu tempat,
maka dengan adanya Fashion and Beauty Centre hal tersebut dapat terpenuhi.
Sebuah tempat yang tidak hanya sebagai shop dan salon tempat
untuk menjual pakaian lengkap dengan aksesorisnya dan perawatan
kecantikan, melainkan juga menyediakan fasilitas khusus yaitu tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
konsultasi untuk mengatasi masalah berbusana dan kecantikan. Kebutuhan
akan berpenampilan menarik dan kesulitan untuk mendapatkan waktu yang
singkat untuk mengatasi masalah kecantikan karena tempat perawatan yang
terpencar menjadikan Fashion and Beauty Centre ini tempat yang tepat untuk
mengatasi masalah penampilan.
Ide gagasan yang dimunculkan dalam Fashion and Beauty Centre
ini adalah ingin membangun sebuah tempat yang mewadahi segala hal tentang
kecantikan dimana kostumer tidak perlu jauh-jauh untuk menemukan tempat
yang pas yang dapat mewadahi segala hal tersebut karena Fashion and Beauty
Centre ini sudah mewadahi semuanya yaitu dengan adanya fashion shop,
cosmetic shop, salon dan beauty treatment. Dengan penataan interior yang
disesuaikan dengan red line yaitu modern, fashion dan beauty, kebutuhan akan
kecantikan dan penampilan akan terpenuhi.
2. Tema
Tema dari perancangan interior Fashion and Beauty Centre ini
adalah konsep perancangan mengacu pada gaya modern. Modern diartikan
sebagai desain interior yang minimalis, terbaru dengan mengeksplorasi
ruang, material dan teknologi sesuai dengan kebutuhan. Unsur fashion
dan beauty diperlihatkan pada pernik di dalam interior yang diatur
sedemikian rupa sehingga dinamis dan terlihat estetis.
Tema yang diambil dalam interior Fashion and Beauty Centre
ini berdasar pada tujuan yang mendasar untuk mewujudkan penataan
interior Fashion and Beauty Centre dengan desain dan tema modern
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
sebagai konsep perancangan interior yang penerapan terletak pada
element-element interior sehingga menimbulkan kesan tersendiri terhadap
para pengunjung. Bahkan untuk menggambarkan dan memunculkan
nuansa modern dengan unsur fashion dan beauty dirasa menarik perhatian
pengunjung.
Skema IV.10 Skema Tema dan Aplikasinya
(Sumber : analisa penulis, 2010)
3. Aspek Suasana dan Karateristik Ruang
Aspek suasana yang ingin dicapai dalam Fashion and Beauty
Centre ini adalah suasana yang dapat memberi kehangatan dan semangat
kepada para kostumer dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat
Tema : Modern
Warna : Hangat, semangat, rileks
Cokelat, Hijau
Bentuk furniture
Lengkung, simple
Suasana rileks, hangat dan semangat terwujud dalam aplikasi warna dan furniture
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
membangun semangat tersebut. Unsur-unsur itu adalah yang berhubungan
dengan tema yaitu modern yang akan diaplikasikan dalam penataan interior
sehingga dapat membangun semangat para kostumer. Unsur-unsur tersebut
antara lain aplikasi pada dinding yang menggunakan kaca finishing sandblast,
poster-poster besar produk dan model-model, untuk membangun kesan
modern aplikasi pada warna dinding diberi warna cokelat dan hijau, pemilihan
pola lantai berbentuk simetris.
Gambar IV. 5 Aplikasi pada Aspek Suasana Interior
(Sumber : analisa penulis, 2010).gcb
4. Aspek Pola Penataan Ruang dan Furniture
Aspek penataan ruang ini berhubungan dengan organisasi ruang
dan sirkulasi. Sebagai faktor dalam pertimbangan penataan ruang yaitu :
- Organisasi ruang, zoning dan grouping
- Fungsi dan besaran ruang
- Aktivitas yang berlangsung di dalamnya
- Kemudahan pencapaiannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
a. Lay Out
1. Cafe
Pemilihan organisasi ruang dalam cafe adalah organisasi ruang
cluster. Dimana organisasi ini merupakan pengulangan bentuk fungsi
yang sama, tetapi komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda
ukuran, bentuk dan fungsi karena lay out pada cafe dibedakan atas
fungsi area yang dibentuk. Untuk area makan dibedakan atas area
makan lounge dan restoran.
2. Shop
Organisasi radial dipilih dalam penataan layout untuk shop.
Perpaduan antara organisasi terpusat dan linier ini cocok untuk
penataan layoutnya karena penataan layoutnya dikelompokkan pada
item product yang dijual, sedangkan ruang pembayaran atau kasir
sebagai pusat kegiatan jual beli.
3. Salon
Untuk salon sendiri terdapat satu ruang besar untuk perawatan
sehingga organisasi terpusat dipilih dalam penataan layoutnya karena
satu ruang besar sebagai pusat kegiatan.
b. Furniture
Dalam pemilihan furniture mempunyai kaitan antara aspek satu
dengan aspek yang lain. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan
furniture didasarkan pada:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
1) Fungsi dari furniture itu sendiri
2) Faktor kenyamanan dan keamanan bagi pemakai dengan
menghindarkan sudut-sudut yang tajam
3) Faktor estetika yang disesuaikan dengan tema yang ditampilkan
4) Ketahahan terhadap perubahan temperatur dan kekuatan konstruksinya
5) Kemudahan dalam perawatan maupun kebersihannya
Pemilihan furniture mempunyai kaitan dengan tema yang dipilih.
Dengan tema modern bentuk-bentuk furniture yang dipilih yang memiliki
bidang bundar, memiliki garis lengkung dan berkesan minimalis sesuai
dengan fungsinya. Begitu juga warna yang dipilih adalah warna-warna
cokelat dan hijau.
Aspek Bentuk dan Warna
Gambar IV. 6 Penataan lay Out dan Aplikasi pada Furniture
(Sumber : analisa penulis, 2010)
5. Aspek Bentuk dan warna
Sesuai dengan tema dan konsep bentuk-bentuk yang dipergunakan
adalah bidang datar, lurus, bidang bundar dan lengkung. Penerapan warna
disesuaikan dengan penciptaan suasana ruang dimana didasarkan pada warna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
cokelat dan hijau yang mendukung tema modern, warna cokelat menyiratkan
kehangatan dan semangat dan untuk menciptakan keseimbangan dipadukan
juga dengan warna hijau yang menenangkan. Selain itu penambahan
penggunaan warna orange khususnya untuk interior bertujuan untuk
menimbulkan semangat.
6. Elemen Pembentuk Ruang
a. Lantai
Lantai merupakan salah satu elemen pembentuk interior yang
memegang peranan penting di dalam ruang. Lantai akan membantu
pembentukan kesan dari tempat lantai itu berada, membangun kesan luas,
nyaman dan apapun yang dicoba diwakilkan darinya .
Lantai mempunyai tugas untuk mendukung beban yang datang dari
benda-benda, seperti perabot rumah tangga, manusia dengan segala
aktivitasnya dan kerangka itu harus mampu dan kuat memikul beban mati
atau hidup, lalu lintas manusia dan lain-lain yang menumpangi (Y.B.
Mangun Wijaya, 1988, hal.329).
Di dalam perencanaan lantai yang perlu diperhatikan adalah fungsi
lantai, sifat lantai, karakter lantai. Masing-masing faktor dijelaskan
sebagai berikut :
- Fungsi lantai adalah sebagai bidang datar yang digunakan untuk
memenuhi aktivitas manusia dalam melakukan kegiatan di atasnya
- Sifat lantai yaitu lantai dapat membentuk sifat ruang sesuai dengan
fungsi ruang tersebut, yaitu dengan membuat penaikan atau penurunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Lantai dapat pula bersifat permanent (tidak dapat dirusak) atau semi
permanent (dapat dirubah)
- Karakter lantai yaitu lantai dapat membentuk suatu ruang lewat
pemilihan bahan, pola maupun warna yang sesuai
- Konstruksi lantai, yaitu dengan memperhatikan bagaimana lantai itu
dipasang dan menempel sehingga tidak menimbulkan kelembaban
konstruksi lantai, yaitu dengan memperhatikan bagaimana lantai itu
dipasang dan menempel, sehingga tidak menimbulkan kelembaban
atau panas yang berlebihan.
(Ken Sunarko, 1989, hal. 39)
Ruang Kriteria Analisa Bahan Keterangan
Lobby - Tahan lama
- Tahan gesekan
- Tahan air
- Tidak licin
- Tidak mudah kotor
- Mudah perawatannya
- Mendukung tampilan
Tema
- Granit
- Batu candi
Pola lantai
mendukung dan
sesuai dengan arahan
tema serta
mempertegas
sirkulasi dan
perbedaan ruang
Ruang
Konsultasi
- Tahan lama
- Tahan gesekan
- Tidak licin
- Tidak mudah kotor
- Mudah perawatannya
- Granito tiles Pola lantai
mendukung dan
sesuai dengan arahan
tema dan kegiatan
yang berlangsung di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
- Mendukung tampilan
Tema
- Mendukung akustik
dalamnya
Cafe - Tahan lama
- Tahan gesekan
- Tidak licin
- Tidak mudah kotor
- Mudah perawatannya
- Mendukung tampilan
Tema
- Granit Pola lantai
disesuaikan dengan
kegiatan yang
berlangsung dan
suasana yang
dibangun dengan pola
lantai, serta
keterkaitan dengan
tema. Perbedaan level
lantai mempertegas
kegiatan yang
berlangsung di
dalamnya.
Shop dan
salon
- Tahan lama
- Tahan gesekan
- Tidak licin
- Tidak mudah kotor
- Mudah perawatannya
- Mendukung tampilan
Tema
- Dapat sebagai tester
produk yang dijual
- Keramik
- Granito tiles
- Parquet
Pola lantai
mendukung dan
sesuai dengan arahan
tema serta
mempertegas
sirkulasi pengunjung.
Lavatory - Tahan lama
- Tidak licin
- Keramik
Bertekstur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
- Mudah perawatannya - Koral sikat
Tabel III. 10
Analisa Penggunaan Bahan Lantai ( Sumber : Analisa Penulis, 2010)
Pada shop dan salon penggunaan bahan lantai untuk pembagian
zona aktivitas dan sirkulasi melalui motif dan pola cokelat orange. Untuk
mendukung suasana hangat dan relaks di area massage digunakan
perbedaan bahan dari zona aktivitas lainnya. Untuk menciptakan kesan
modern dan glamour pemilihan bahan juga diperhatikan. Penggunaan
material dengan motif kayu dapat mencipkatan kesan hangat dan nyaman.
Pemilihan material ini ditempatkan pada area massage. Untuk pola lantai
shop disesuaikan dengan display item yang dijual, selain itu penggunaan
pola dan pemilihan bahannya dimaksudkan untuk membangun suasana.
Pada salon penggunaan material bahan yang mendukung suasana yang
kondusif dan mudah dibersihkan untuk memenuhi kebutuhan.
Gambar IV. 7 Floorplan
(Sumber : analisa penulis, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
b. Dinding
Dinding adalah bidang vertical yang membentuk ruang di dalam
bangunan (Ken Sunarko, 1990, hal. 35). Menurut Y.B. Mangunwijaya,
dinding memiliki beberapa fungsi, yaitu :
- Memikul beban di atasnya
- Penutup atau pembatas ruang, baik visual maupun akustik
- Fungsi menghadapi alam luar dan dalam ruangan, seperti :
· Sinar cahaya dan kalor matahari
· Memelihara suhu yang diminta ruangan
· Pelindung terhadap hempasan hujan dan kelembaban dari luar
pengaturan derajat kelembaban dan ventilasi di dalam ruangan
(Y.B. Mangunwijaya, 1988 : 339)
Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan adalah sebagai berikut :
a. Dapat mendukung akustik ruangan
b. Bahan finishing yang digunakan tidak mengandung bahan-bahan yang
beracun.
c. Bahan finishing yang digunakan tidak mudah rusak dan terkelupas dan
mudah dalam perawatannya.
Ruang Kriteria Analisa Bahan Keterangan
Lobby a. Mendukung akustik
agar suara dari luar
ruangan tidak
masuk ke dalam
- Plesteran fin.
cat
- Kaca
Mudah dilihat
dari Main
Entrance
sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
ruang .
b. Tahan lama
c. Tahan gesek
d. Tahan air
e. Mudah perawatan
f. Tahan terhadap
perubahan suhu dan
kelembaban dan
Mendukung
fleksibilitas ruang
g. Banyak bukaan
aplikasinya dibuat
menarik
Ruang
Konsultasi
a. Mendukung akustik
agar suara dari luar
ruangan tidak
masuk ke dalam
ruang .
b. Tahan lama
c. Tahan gesek
d. Tahan air
e. Mudah perawatan
f. Tahan terhadap
perubahan suhu dan
kelembaban dan
Mendukung
fleksibilitas ruang
- Kayu
- Wallpaper
- Plesteran fin.
cat
Mendukung
suasana
pertemuan dan
kesesuaian
dengan tema.
Cafe a. Mendukung akustik
agar suara dari luar
- Plesteran fin.
cat
Sesuai dan
mendukung tema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
ruangan tidak
masuk ke dalam
ruang .
b. Tahan lama
c. Tahan gesek
d. Tahan air
e. Mudah perawatan
f. Tahan terhadap
perubahan suhu dan
kelembaban dan
Mendukung
fleksibilitas ruang
g. Mendukung
tampilan Tema
- Kaca
Shop dan
Salon
a. Mendukung akustik
agar suara dari luar
ruangan tidak
masuk ke dalam
ruang
b. Tahan lama
c. Tahan gesek
d. Tahan air
e. Mudah perawatan
f. Tahan terhadap
perubahan suhu dan
kelembaban dan
Mendukung
-Plesteran
fin.cat
- Kayu
Sesuai dan
mendukung tema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
fleksibilitas ruang
g. Mendukung
tampilan Tema
Lavatory - Tahan lama
- Tidak licin
- Mudah perawatannya
- Plesteran fin.
cat
Tabel III. 11
Analisa Penggunaan Bahan Dinding ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Warna dinding yang berwarna orange dan putih menjadi ciri khas
interior cafe, warna dinding dipadukan antara orange dan putih agar
tercipta keseimbangan. Untuk shop dan salon pemilihan warna cokelat
muda dan hijau muda digunakan pada sebagian dinding, selain itu poster
produk, gambar model dan stiker kaca untuk menambah kesan modern dan
glamour. Untuk ruang konsultasi penggunaan warna dinding cokelat muda
akan memberi kesan homy.
c. Ceiling
Ceiling selain berfungsi sebagai penutup ruang, juga dapat
dimanfaatkan guna pengaturan udara atau ventilasi panas (Ernst Neufert,
1989, hal. 93). Ceiling secara umum memiliki fungsi antara lain :
- Merupakan ruang atau rongga untuk melindungi dan menutup instalasi
listrik, AC, gantungan lampu, loud speaker dan kabel-kabel lainnya
- Berfungsi untuk bidang peredam suara atau akustik, dengan ditunjang
lantai dan dinding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
- Ceiling bersama lantai membentuk ruang dalam
- Sebagai bidang menempelnya titik lampu
(Pamuji Suptandar, 1982, hal. 203)
Dalam perencanaan ceiling harus meliputi :
- Fungsi langit-langit
- Penetuan ketinggian
- Penentuan bentuk penyelesaian
- Konstruksi pemasangan
- Pengaturan cahaya atau lampu
- Penentuan elemen-elemen mekanikal
(Djoko Panuwun, 1998, hal. 27)
Ruang Kriteria Analisa Bahan Keterangan
Lobby - Tahan lama
- Tahan gesekan
- Tahan air
- Beragam pilihan motif
dan tekstur
- Tidak mudah kotor
- Mudah perawatannya
- Mendukung tampilan
Tema
- Banyak bukaan
- Gypsum board
Sesuai dan
mendukung tema
Ruang
Konsultasi
- Tahan lama
- Tahan gesekan
- Tidak licin
- Tidak mudah kotor
- Mudah perawatannya
- Mendukung tampilan
- Gypsum board
Sesuai dan
mendukung tema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Tema
- Mendukung akustik
Cafe - Tahan lama
- Tahan gesekan
- Tidak licin
- Tidak mudah kotor
- Mudah perawatannya
- Mendukung tampilan
Tema
- Gypsum board
Sesuai dan
mendukung tema
Shop dan
Salon
- Tahan lama
- Tahan gesekan
- Tidak licin
- Tidak mudah kotor
- Mudah perawatannya
- Mendukung tampilan
Tema
- Gypsum board
Sesuai dan
mendukung tema
Lavatory - Tahan lama
- Tidak licin
- Mudah perawatannya
- Gypsum board
Tabel III. 12
Analisa Penggunaan Bahan Ceiling ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Permainan ceiling dengan bentuk lengkung dan simetris
digunakan dalam perencanaan ceiling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Gambar IV. 8 Aplikasi pada Ceiling
(Sumber : analisa penulis, 2010)
7. Interior Sistem
a. Pencahayaan
Tujuan perencanaan pencahayaan adalah memberikan suatu
lingkungan menyenangkan dan nyaman yang mempermudahkan
pelaksanaan tepat guna terhadap tugas-tugas visual tanpa tegangan atau
tekanan jiwa. Termasuk dalam lingkungan yang nyaman adalah
kemampuan para penghuni untuk menyerap dan menyadari ruangan
tertutup arsitektural (Catanese Anthony J dan S. James, 1990, hal. 137).
Beberapa pertimbangan dalam perencanaan pencahayaan :
· Pemanfaatan pencahayaan alami berupa sinar matahari melalui lubang
ventilasi, jendela dan pintu karena sinar matahari lebih efisien dan
efektif.
· Pemanfaatan pencahayaan buatan berupa lampu yang disesuaikan
dengan kebutuhan ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Ruang Kriteria Analisa Alternatif Sistem
Lobby - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiannya
- Tidak memerlukan perawatan khusus
- Dapat digunakan di berbagai tempat,
keadaan, waktu dan model yang
sesuai dengan perancangan yang
diinginkan
- Dapat diletakkan sesuai dengan
kebutuhan benda yang memerlukan
cahaya
- Besar tingkatan penerangan rata-rata
250 lux
- Pencahayaan Alami
- Pencahayaan Buatan
Ruang
Konsultasi
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiannya
- Tidak memerlukan perawatan khusus
- Dapat digunakan di berbagai tempat,
keadaan, waktu dan model yang
sesuai dengan perancangan yang
diinginkan
- Dapat diletakkan sesuai dengan
kebutuhan benda yang memerlukan
cahaya
- Besar tingkatan penerangan rata-rata
200-500 lux
- Pencahayaan Alami
- Pencahayaan Buatan
Cafe - Tidak memerlukan bahan dan instalasi - Pencahayaan Alami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
khusus dalam pengoperasiannya
- Tidak memerlukan perawatan khusus
- Dapat digunakan di berbagai tempat,
keadaan, waktu dan model yang
sesuai dengan perancangan yang
diinginkan
- Dapat diletakkan sesuai dengan
kebutuhan benda yang memerlukan
cahaya
- Besar tingkatan penerangan rata-rata
250 lux
- Pencahayaan Buatan
Shop dan
Salon
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiannya
- Tidak memerlukan perawatan khusus
- Dapat digunakan di berbagai tempat,
keadaan, waktu dan model yang
sesuai dengan perancangan yang
diinginkan
- Dapat diletakkan sesuai dengan
kebutuhan benda yang memerlukan
cahaya
- Besar tingkata penerangan rata-rata
250 lux
- Pencahayaan Alami
- Pencahayaan Buatan
Lavatory - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiannya
- Tidak memerlukan perawatan khusus
- Dapat digunakan di berbagai tempat,
- Pencahayaan Alami
- Pencahayaan Buatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
keadaan, waktu dan model yang
sesuai dengan perancangan yang
diinginkan
- Dapat diletakkan sesuai dengan
kebutuhan benda yang memerlukan
cahaya
- Besar tingkatan penerangan rata-rata
50 lux
Tabel III. 13
Analisa Penggunaan Pencahayaan ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Pada perencanaan pencahayaan memilih atau menggunakan dan
memanfaatkan pencahayaan alami maupun buatan. Untuk meminimalkan
penggunaan listrik maka pencahayaan alami dari pagi hingga sore dengan
banyaknya dinding bangunan yang terbuat dari kaca maka cahaya
matahari dapat dengan mudah masuk ke dalam ruang. Namun
penggunaan pencahayaan buatan juga tetap diperlukan pada ruang-ruang
tertentu yang memang membutuhkan pencahayaan buatan. Pemanfaatan
sinar Matahari dibagi menjadi pencahayaan sinar Matahari langsung
(tanpa pemantul atau pelindung), dan pencahayaan sinar Matahari tak
langsung (dengan pemantul atau pelindung).
Pada malam hari penggunaan cahaya buatan lebih dipilih sebagai
sumber penerangan dan artistik pada bangunan ini. Untuk pencahayaan
umum menggunakan pencahayaan langsung dengan sistem downlight,
untuk pencahayaan area makan menggunakan pencahayaan langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
dengan sistem chandelier. Pada dinding juga menggunakan pencahayaan
uplight untuk menyinari poster-poster produk fashion dan beauty. Untuk
ruang display menggunakan pencahayaan langsung dengan spot light
untuk memberikan kesan pada item merchandise yang dijual.
b. Penghawaan
Tujuan pengendalian udara adalah memberikan suhu kepada
penguin yang sehat serta kondisi-kondisi suhu dan suasana yang nyaman,
dapat dicapai dengan mengolah dan mendistribusikan udara yang
disejukkan ke seluruh bangunan, sesuai dengan keadaan manusia yang
memiliki pertahanan mekanisme alami yang terus-menerus untuk
mempertahankan keseimbangan antara pembangkitan panas dengan
pembuangan panas bekas (Pramana Pramudya, 1983, hal.418)
Beberapa pertimbangan dalam perencanaan penghawaan :
· Pemanfaatan penghawaan alami berupa angin melalui lubang ventilasi,
karena angin lebih efektif dan efisien.
· Pemanfaatan penghawaan buatan berupa kipas angin dan AC yang
disesuaikan dengan kebutuhan ruang serta menjaga kesehatan
pengguna.
Didalam usaha untuk mendapatkan kenyamanan udara yang perlu
diperhatikan adlah pengaturan suhu, kelembaban dan sirkulasi udara
didalam ruangan. Adapun syarat untuk pencapaian kenyamanan tersebut
antara lain :
1) Terjaganya kemurnian udara didalam ruang
2) Suhu udara yang keluar antara 18-25 ºC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
3) Kelembaban udara berkisar antara 40-70%
4) Ada sirkulasi udara didalam ruangan
5) Tidak menimbulkan bising didalam ruangan
Ruang Kriteria Analisa Alternatif Sistem
Lobby - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiannya
- Mudah dalam pengoperasiannya
- Merupakan ruangan terbuka
- Mampu memberikan derajat
kelembaban sesuai dengan yang
diinginkan pada suatu tempat
- Penghawaan Alami
- Penghawaan Buatan
Ruang
Konsultasi
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiannya
- Mudah dalam pengoperasiannya
- Merupakan ruangan tertutup
- Mampu memberikan derajat
kelembaban sesuai dengan yang
diinginkan pada suatu tempat
- Temperature udara 15°C dengan suply
udara 50 pk agar dinding dapat
berfungsi dan tidak rusak akibat
kelembaban yang berlebih
- Penghawaan Alami
- Penghawaan Buatan
Cafe - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiannya
- Mudah dalam pengoperasiannya
- Mampu memberikan derajat
kelembaban sesuai dengan yang
- Penghawaan Alami
- Penghawaan Buatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
diinginkan pada suatu tempat
Shop dan
Salon
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiannya
- Mudah dalam pengoperasiannya
- Mampu memberikan derajat
kelembaban sesuai dengan yang
diinginkan pada suatu tempat
- Penghawaan Alami
- Penghawaan Buatan
Lavatory - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiannya
- Mudah dalam pengoperasiannya
- Merupakan ruangan tertutup
- Penghawaan Alami
- Penghawaan Buatan
Tabel III. 14
Analisa Penggunaan Penghawaan ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Pemanfaatan penghawaan alami berupa angin melalui lubang
ventilasi, karena angin lebih efektif dan efisien sedangkan untuk
penghawaan buatan menggunakan AC Sentral dan AC Split yang
didasarkan pada kebutuhan ruang.
c. Akustik
Dalam sistem akustik, sumber bunyi dari suatu kegiatan (manusia
atau mesin) akan menimbulkan dampak yang enak didengar atau tidak
enak didengar (gaduh/bising). Kebisingan mempunyai pengaruh dalam
kenyamanan fisik suatu wadah kegiatan (bangunan) yang tingkat
kebisingannya berbeda antara satu dengan yang lain, sehingga untuk
mengantisipasinya perlu tinjauan konsep perencanaan dan perancangan
arsitektur yang memperhatikan akustik (Arsitektur Interior System).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Beberapa pertimbangan dalam perencanaan akustik :
· Penggunaan bahan lantai, dinding, ceiling, furniture atau aksesoris
yang bertujuan untuk menetralisir suara.
· Dapat meredam bunyi.
Ruang Kriteria Analisa Alternatif Solusi
Lobby - Tingkat kebisingan yang diperbolehkan
adalah 40-55 dBA
- Merupakan ruangan terbuka
- Tidak membutuhkan isolasi bunyi
Penggunaan bahan
akustik disesuaikan
dengan tema
Ruang
Konsultasi
- Tingkat kebisingan yang diperbolehkan
adalah 40-55 dBA
- Merupakan ruangan tertutup yang
membutuhkan ketenangan dari luar dan
dari dalam
- Membutuhkan isolasi bunyi
Mengisolasi ruangan
dari pengaruh suara
di luar ruang dengan
memberikan tabir
penghalang bunyi dan
mengatur akustik
dalam ruang dalam
mengatasi dengung
Cafe - Tingkat kebisingan yang diperbolehkan
adalah 40-60 dBA
- Tidak membutuhkan isolasi bunyi
Penggunaan bahan
akustik disesuaikan
dengan tema
Shop dan
Salon
- Tingkat kebisingan yang diperbolehkan
adalah 40-55 dBA
- Tidak membutuhkan isolasi bunyi
Penggunaan bahan
akustik disesuaikan
dengan tema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Lavatory - Tingkat kebisingan yang diperbolehkan
adalah 40-60 dBA
- Tidak membutuhkan isolasi bunyi
Penggunaan bahan
akustik disesuaikan
dengan tema
Tabel III. 15
Analisa Penggunaan Akustik ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Penyelesaian akustik lebih banyak dititikberatkan pada pemilihan
bahan yang dapat meredam bunyi. Penyelesaian akustik banyak
difokuskan pada area shop, salon dan ruang konsultasi. Pemilihan material
yang bersifat diffus untuk menghilangkan standing waves atau flutter-
echoes sangat dianjurkan dalam penyelesaian akustik.
8. Sistem Keamanan
a. Dari Ancaman Kebakaran
Suatu perancangan yang baik tentunya memperhatikan masalah
keamanan dari segi fisik bangunn dan terutama yang menyangkut
kenyamanan pengunjung dari hal-hal yang mengganggu serta
membahayakan jiwa seseorang. Maka diperlukan sarana peralatan yang
berhubungan dengan keamanan yang dapat diletakkan paada titik utilitas
bangunan.
Peralatan tersebut dapat berupa :
1) Fire estinguisher. Alat pemadam kebakaran portabel dengan jarakjauh
antara unit 20 - 25 m2.
2) Smoke detector. Alat yang bekerja bila suhu mencapai 70 o C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
3) Fire alarm sistem. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada api
atau panas pada suhu 135 o C - 160 o C. Pemasangan pada tempat yang
tepat sehingga dapat terdengar apabila terindikasi adanya bahaya
kebakaran.
4) Spinkler, suatu jaringan saluran yang dilengkapi dengan kepala
penyiram. Setipa spinkler dapat melayani luas area 10 – 20 m dengan
ketinggian ruang 3m
5) Hidran kebakaran. Sistem ini menggunakan daya semprot air melalui
selang sepanjang 30m, apasitas 400L/menit. Peletakan pada satu unit
untuk 1000m2, letak kotak hidran 75 cm dari permukaan lantai.
Ruang Kriteria Analisa Alternatif Solusi
Lobby - Dapat mendeteksi api
- Bekerja secara manual
- Dapat memadamkan api dalam
pencapaian area yang luas
- Diletakkan di area yang mudah
dijangkau
- Penggunaan smoke
detector yang
disambungkan ke alarm
- Penggunaan sistem hydrant
Ruang
Konsultasi
- Dapat mendeteksi api
- Bekerja secara otomatis
- Dapat memadamkan api dalam
pencapaian area yang luas
- Dapat memadamkan api yang
besar
- Diletakkan di area yang mudah
dijangkau
- Penggunaan thermal
detector yang
disambungkan ke alarm
- Penggunaan sprinkler
Cafe - Dapat mendeteksi api - Penggunaan smoke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
- Bekerja secara manual
- Dapat memadamkan api dalam
pencapaian area yang luas
- Diletakkan di area yang mudah
dijangkau
detector yang
disambungkan ke alarm
- Penggunaan sistem hydrant
Shop dan
salon
- Dapat mendeteksi api
- Bekerja secara otomatis
- Dapat memadamkan api dalam
pencapaian area yang luas
- Dapat memadamkan api yang
besar
- Diletakkan di area yang mudah
dijangkau
- Penggunaan thermal
detector yang
disambungkan ke alarm
- Penggunaan sprinkler
Tabel IV. 16
Analisa Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
b. Dari ancaman kejahatan manusia
Dasar pertimbangan :
1) Sistem operasionalnya yang mudah dan memiliki kemampuan tinggi
untuk melindungi bangunan
2) Tidak mengganggu penampilan bangunan
3) Bentuk dan luasan bangunan
4) Jenis sistem yang digunakan :
a) Sistem CCTV (Close Circuit Television), adalah yang digunakan
untuk memantau atau memonitor kegiatan yang sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
berlangsung dengan menggunakan camera TV sebagai alat
monitoring
b) Sistem door and exit control merupakan sistem dengan pemakaian
pintu sebagai alat untuk mengatasi bahaya yang datang dari luar
bangunan. Pintu-pintu yang berhubungan dengan luar bangunan
diberi dan diawasi oleh seperangkat alat pendeteksi elektronik.
c) Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu) pada
merchandise shop.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
I. Pengertian
Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta adalah
suatu proses, pembuatan, merancangkan, merencanakan desain ruang dalam
suatu bangunan sebagai tempat memperbaiki penampilan baik dalam hal
berpakaian dan berdandan yang berupa toko pakaian, tempat konsultasi
penampilan dan salon yang berada di daerah Surakarta.
Fashion and Beauty Centre adalah sebuah bangunan yang
berfungsi sebagai wadah kegiatan memperbaiki penampilan. Aktivitas tersebut
meliputi kegiatan konsultasi penampilan (diwadahi dalam ruang konsultasi),
kegiatan perawatan kecantikan (diwadahi dalam area salon) dan kegiatan
belanja (diwadahi dalam area fashion shop dan cosmetic shop). Keberadaan
Fashion and Beauty Centre sangat berperan penting dalam rangka
membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
memperhatikan penampilan.
2. Lokasi
Pemilihan lokasi berada di daerah perempatan Gladak Surakarta.
Site yang berada di daerah perempatan gladak ini dipilih karena beberapa
pertimbangan, antara lain sebagai berikut :
1. Dekat dengan hotel dan beberapa pertokoan.
2. Merupakan salah satu titik konsentrasi massa di kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
3. Merupakan salah satu kompleks pertokoan dan wisata yang besar di kota
Surakarta sehingga mendukung segala hal yang berhubungan dengan
fashion dan kecantikan seperti proyek yang rancang oleh penulis yaitu
Fashion and Beauty Centre.
3. Zoning dan Grouping
Gambar V. 1 Zoning
(Sumber : analisa penulis, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Gambar V. 2 Grouping
(Sumber : analisa penulis, 2010)
Dasar pertimbangan :
1. Zona service, publik dan semi publik diletakkan dalam area yang
berdekatan agar pengunjung mudah menjangkau fasilitas tersebut.
2. Zona privat diletakkan berjauhan dengan zona publik agar kegiatan dalam
fasilitas tersebut tidak terganggu.
3. Adanya pembagian zona yang jelas memudahkan pengunjung untuk
menjangkau fasilitas yang ada.
4. Tema dan Warna
Tema dari perancangan interior Fashion and Beauty Centre ini
adalah konsep perancangan mengacu pada gaya modern. Modern diartikan
sebagai desain interior yang minimalis, terbaru dengan mengeksplorasi ruang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
material dan teknologi sesuai dengan kebutuhan. Unsur fashion dan beauty
diperlihatkan pada pernik di dalam interior yang diatur sedemikian rupa
sehingga dinamis dan terlihat estetis.
Tema yang diambil dalam interior Fashion and Beauty Centre ini
berdasar pada tujuan yang mendasar untuk mewujudkan penataan interior
Fashion and Beauty Centre dengan desain dan tema modern sebagai konsep
perancangan interior yang penerapan terletak pada element-element interior
sehingga menimbulkan kesan tersendiri terhadap para pengunjung. Bahkan
untuk menggambarkan dan memunculkan nuansa modern dengan unsur
fashion dan beauty dirasa menarik perhatian pengunjung.
Aplikasi tema dan warna pada interior diwujudkan dalam penataan
interior pada elemen interiornya (lantai, dinding, ceiling). Selain itu juga pada
desain furniturnya yang diambil dari bentuk lengkung, menambah penciptaan
suasana. Warna-warna cokelat, dan hijau banyak mendominasi interiornya.
Selain itu penciptaan kesan modern dengan aplikasi pada lantai menggunakan
pola geometris dan material granito tiles akan menambah penciptaan suasana.
5. Elemen Pembentuk Ruang
No Ruang Lantai Dinding Ceiling
1. Lobby - Granit - Dinding
plester
fin.cat
- Kaca
(bermotif
stiker
Gypsum
board
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
sandblast)
2. Salon - Granito
tiles
- Keramik
tiles
- Dinding
plester
fin.cat
- Kaca
(bermotif
stiker
sandblast)
Gypsum
board
3. Toko Pakaian - Granito
tiles
- Keramik
tiles
- Dinding
plester
fin.cat
(motif
dinding
berupa
poster
model
berukuran
besar)
Gypsum
board
4. Ruang Konsultasi - Granito
tiles
- Parquet
- Dinding
plester
fin.cat dan
Gypsum
board
5. Ruang massage dan
facial
- Parquet - Dinding
plester fin.
wallpaper
dan
Gypsum
board
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
- -
5. Lavatory - Keramik
bertekstur
- Dinding
plester
fin.cat
Gypsum
board
6. Interior Sistem
No Ruang Pencahayaan Penghawaan Akustik
1. Lobby - Alami
- Buatan
- AC Sentral Gypsum
board
2. Café - Alami
- Buatan
- AC Sentral
- AC Spilt
Gypsum
board
3. Merchandise Shop - Alami
- Buatan
- AC Sentral
- AC Spilt
Gypsum
board
4. Ruang Pertemuan (Office
Club)
- Alami
- Buatan
- AC Split Gypsum
board
5. Lavatory - Alami
- Buatan
- AC Sentral Gypsum
board
7. Sistem Keamanan
a. Dari ancaman kebakaran
1) Fire estinguisher
2) Smoke detector
3) Fire alarm sistem
4) Spinkler
5) Hidran kebakaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
b. Dari ancaman kejahatan manusia
a) Sistem CCTV (Close Circuit Television)
b) Sistem door and exit control merupakan sistem dengan pemakaian
pintu sebagai alat untuk mengatasi bahaya yang datang dari luar
bangunan. Pintu-pintu yang berhubungan dengan luar bangunan diberi
dan diawasi oleh seperangkat alat pendeteksi elektronik.
c) Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu)
B. SARAN
Desain interior Fashion and Beauty Centre diharapkan mampu
memberikan manfaat bagi para pembaca dalam meningkatkan perkembangan
apresiasi desain interior dalam usaha memaksimalkan dan mempermudah
aktivitas di dalam suatu bangunan, serta memberikan alternative penyelesaian
desain dengan cara memanfaatkan elemen-elemen modern dalam mewujudkan
citra sebuah bangunan.
Desain interior Fashion and Beauty Centre diharapkan mampu
untuk memberikan sebuah masukan dan perubahan ke arah yang lebih baik
nantinya. Namun, bukan berarti karya ini adalah sempurna adanya dan tak ada
kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada semua pihak.