di kalangan refraksionis
TRANSCRIPT
Di kalangan refraksionis (ahli pemeriksaan refraksi mata) dan kedokteran mata, dikenal dengan istilah uji visus dasar (visus = tajam penglihatan). Pada prinsipnya, uji visus ini adalah upaya untuk mengetahui ketajaman penglihatan seseorang dan menilainya dengan dibandingkan penglihatan normal. Jadi, hasil dari uji visus ini berupa angka perbandingan yang menggambarkan kemampuan penglihatan pasien yang diuji bila dibandingkan dengan penglihatan orang normal.
Alat yang dipakai sebagai obyek tes untuk uji visus ini (biasa disebut optotip) adalah berupa kartu besar atau papan yang berisi huruf - huruf atau angka atau gambar/simbol dalam berbagai ukuran (tertentu) yang disusun urut dari yang terbesar di atas, makin kebawah makin kecil. Setiap ukuran huruf diberi kode angka yang dipakai untuk menilai kemampuan penglihatan pasien yang diuji. Dalam penulisan kode - kode tersebut, ada 3 standar notasi yang sering digunakan, yaitu notasi metrik (Belanda), notasi feet (Inggeris/imperial), dan notasi desimal (Amerika). Notasi metrik bisa dikenali dengan nilai pembilang yang umumnya 6 (6/…), feet dengan nilai 20 (20/…) dan desimal, sesuai dengan namanya, notasinya berbentuk bilangan desimal (0,…). Ukuran huruf terbesar pada optotip, umumnya berkode 6/60 atau 20/200 atau 0,1.
Penempatan optotip (banyak yang menyebut kartu Snellen), sebaiknya berada di area yang penerangannya bagus namun tidak menimbulkan efek silau. Akan sangat bagus bila ditempatkan di bawah downlight yang cukup terang, dalam ruang yang penerangannya redup.
Cara pengujiannya, tempatkan diri anda sejarak 6 meter (20 feet) dari optotip, tutup sebelah mata anda dengan tangan (jangan dipejamkan) dan amati huruf- huruf (atau angka, atau simbol) yang menjadi obyek tes pada optotip tersebut secara urut dari yang terbesar. Perhatikan baris huruf terkecil yang masih mampu anda lihat dengan jelas, lihat kodenya. Jika anda masih mampu melihat dengan jelas huruf - huruf yang berkode 6/30, dan baris huruf di bawahnya tidak mampu lagi, berarti nilai ketajaman penglihatan anda adalah 6/30. Angka 6 menyatakan jarak anda dengan optotip (jarak periksa) yaitu 6 meter, sedangkan angka 30 menyatakan bahwa huruf tersebut masih bisa dilihat dengan jelas oleh penglihatan normal dari jarak 30 meter. Ini bisa dikatakan bahwa anda memiliki tajam penglihatan sebesar 6/30 atau 1/5 (atau 20%) dari penglihatan normal. Lakukan untuk mata yang sebelah lagi, dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Mengapa tidak dilakukan dengan kedua mata terbuka secara bersamaan? Karena ada kemungkinan terjadi perbedaan kemampuan antara mata kiri dengan yang kanan, jadi harus dilakukan penilaian sendiri - sendiri untuk mata kanan dan kiri. Penglihatan yang normal akan memiliki skor 6/6 (20/20 dalam notasi feet) yang berarti mampu melihat jelas huruf - huruf yang berkode 6/6 (20/20 dalam notasi feet) pada optotip.
Bagaimana jika anda tidak mampu melihat dengan jelas huruf (atau angka atau simbol) yang terbesar di optotip? Untuk melakukan pengujian ini, anda butuh bantuan orang lain yang sebaiknya mengerti tentang cara pemeriksaan tajam penglihatan secara benar. Anda bisa menemui Refraksionis Optisi di optik langganan anda atau ke dokter mata. Jika orang yang diuji penglihatannya tidak mampu melihat huruf/angka/simbol terbesar pada optotip, pengujian tajam penglihatan akan dilakukan dengan cara menghitung jari tangan pemeriksa yang diposisikan di depan dada. Mula - mula, pemeriksa berdiri sejarak 1 meter dari orang yang diuji dan diminta menyebutkan jumlah jari tangan yang ditunjukkan oleh pemeriksa. Secara berangsur - angsur, pemeriksa mundur sejauh 1 meter hingga orang yang diuji tidak mampu melihat dengan jelas jari
- jari tangan pemeriksa. Tentu saja setiap mundur 1 meter pemeriksa harus mengubah jumlah jari yang ditunjukkannya. Jarak terjauh di mana orang yang diuji masih bisa menghitung jari pemeriksa dengan benar, itulah nilai ketajaman penglihatannya. Penglihatan orang normal akan masih mampu melihat jari tangan dengan jelas pada jarak 60 meter. Jika orang yang diuji hanya mampu menghitung jari tangan dengan benar pada jarak 4 meter, maka tajam penglihatannya dinotasikan 4/60, atau ada juga yang menotasikan CF 4 (CF= Count Fingers).
Jika orang yang diuji tidak mampu melihat jari tangan dengan jelas pada jarak 1 meter, pengujian penglihatan dilakukan dengan ayunan/lambaian tangan. Pemeriksa mengayunkan tangan ke atas-bawah atau ke kiri-kanan yang diposisikan di depan dada pemeriksa. Langkah - langkahnya hampir serupa dengan uji hitung jari, hanya orang yang diuji diminta menyebutkan arah goyangan/lambaian tangan pemeriksa. Penglihatan orang normal masih mampu mengenal arah goyangan tangan pada jarak 300 meter. Jika orang yang diuji hanya mampu mengenal arah goyangan tangan dari jarak 4 meter, maka tajam penglihatannya dinotasikan 4/300 atau HM 4 (HM= Hand Motion).
Pengujian dengan menggunakan sorotan cahaya lampu dilakukan jika orang yang diuji tidak mampu mengenal arah goyangan tangan dari jarak 1 meter. Jika orang yang diuji masih mampu merespon adanya cahaya yang diarahkan ke penglihatannya, maka tajam penglihatannya dinotasikan 1/~ atau LP (Light Perception). Jika tidak, maka dinotasikan nol atau NLP (No Light Perception).
Seseorang sudah dinyatakan buta jika tajam penglihatan dengan koreksi terbaiknya hanya mencapai 20/200 atau lebih rendah dari itu.
LATAR BELAKANG
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal
molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran
molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. Plot
gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di memberan timpani
persatuan waktu adalah satuan gelombang, dan gerakan semacam itu
dalam lingukangan secara umum disebut gelombang suara.
Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo
gelombang suara dan nada berkaitan dengan prekuensi (jumlah
gelombang persatuan waktu). Semakin besar suara semakin besar
amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada. Namun
nada juga ditentukan oleh factor - faktor lain yang belum sepenuhnya
dipahami selain frekuensi dan frekuensi mempengaruhi kekerasan,
karena ambang pendengaran lebih rendah pada frekuensi dibandingkan
dengan frekuensi lain. Gelombang suara memiliki pola berulang,
walaupun masing - masing gelombang bersifat kompleks, didengar
sebagai suara musik, getaran apriodik yang tidak berulang
menyebabakan sensasi bising. Sebagian dari suara musik bersala dari
gelombang dan frekuensi primer yang menentukan suara ditambah
sejumla getaran harmonik yang menyebabkan suara memiliki timbre
yang khas. Variasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara berbagai alat
musik walaupun alat tersebut memberikan nada yang sama. (William
F.Gannong, 1998)
Telah diketahui bahwa adanya suatu suara akan menurunkan
kemampuan seseorang mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal
sebagai masking (penyamaran). Fenomena ini diperkirakan disebabkan
oleh refrakter relative atau absolute pada reseptor dan urat saraf pada
saraf audiotik yang sebelumnya teransang oleh ransangan lain. Tingkat
suatu suara menutupi suara lain berkaitan dengan nadanya. Kecuali pada
lingkungan yang sangat kedap suara, Efek penyamaran suara lata akan
meningkatan ambang pendengaran dengan besar yang tertentu dan
dapat diukir.
Penyaluran suara prosesnya adalah telinga mengubah gelombang
suara di lingkungan eksternal menjadi potensi aksi di saraf pendengaran। Gelombang diubah oleh gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran menjadi gerakan-
gerakan lempeng kaki stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan telinga
dalam. Efek gelombang pada organ Corti menimbulkan potensial aksidi serat-serat
saraf. (William F.Gannom,1998)
Anatomi system pendengaran (Telinga)
Merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga
luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan
gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di
intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga
adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir
dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.
Telinga mempunyai resptor bagi 2 modalitas reseptor sensorik :
Pendengaran (N. Coclearis)
Telinga dibagi menjadi 3 bagian :
Telinga luar
Auricula
Mengumpulkan suara yang diterima
Meatus Acusticus Eksternus
Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna
Canalis Auditorius Eksternus
Meneruskan suara ke memberan timpani
Membran timpani
Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi gelombang
mekanik।
Telinga tengah
Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang menghubungkan
rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius,
yang fungsinya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang
telinga. Tuba eustachius lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi
dapat terbuka secara alami ketika anda menelan dan menguap. Setelah
sampai pada gendang telinga, gelombang suara akan menyebabkan
bergetarnya gendang telinga, lalu dengan perlahan disalurkan pada
rangkaian tulang-tulang pendengaran. Tulang-tulang yang saling
berhubungan ini - sering disebut " martil, landasan, dan sanggurdi"-
secara mekanik menghubungkan gendang telinga dengan "tingkap
lonjong" di telinga dalam. Pergerakan dari oval window (tingkap lonjong)
menyalurkan tekanan gelombang dari bunyi kedalam telinga dalam.
Telinga tengah terdiri dari :
Tuba auditorius (eustachius)
Penghubung faring dan cavum naso faringuntuk :
Proteksi: melindungi ndari kuman
Drainase: mengeluarkan cairan.
Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan dalam.
Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)
Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk
diteruskan ke foramen ovale pada koklea sehingga perlimife pada
skala vestibule akan berkembang.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari :
Koklea
Skala vestibule: mengandung perlimfe
Skala media: mengandung endolimfe
Skala timani: mengandung perlimfe
Organo corti
Memngandung sel-sel rambut yang merupakan resseptor pendengaran
di memberan basilaris.
Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari "cochlea"
berbentuk spiral yang disebut rumah siput. Sepanjang jalur rumah siput
terdiri dari 20.000 sel-sel rambut yang mengubah getaran suara menjadi
getaran-getaran saraf yang akan dikirim ke otak. Di otak getaran tersebut
akan di intrepertasi sebagai makna suatu bunyi. Hampir 90% kasus
gangguan pendengaran disebabkan oleh rusak atau lemahnya sel-sel
rambut telinga dalam secara perlahan. Hal ini dikarenakan pertambahan
usia atau terpapar bising yang keras secara terus menerus. Gangguan
pendengaran yang diseperti ini biasa disebut dengan sensorineural atau
perseptif. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara
dan frekuensi yang diperlukan untuk - sebagai contoh mengerti
percakapan. Efeknya hampir selalu sama, menjadi lebih sulit
membedakan atau memilah pembicaraan pada kondisi bising. Suara-
suara nada tinggi tertentu seperti kicauan burung menghilang bersamaan,
orang-orang terlihat hanya seperti berguman dan anda sering meminta
mereka untuk mengulangi apa yang mereka katakan. Hal ini dikarenakan
otak tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan
untuk sebagai contoh mengerti percakapan. Contoh kecil seperti
menghilangkan semua nada tinggi pada piano dan meminta seseorang
untuk memainkan sebuah melodi yang terkenal. Dengan hanya 6 atau 7
nada yang salah, melodi akan sulit untuk dikenali dan suaranya tidak
benar secara keseluruhan. Sekali sel-sel rambut telinga dalam mengalami
kerusakan, tidak ada cara apapun yang dapat memperbaikinya. Sebuah
alat bantu dengar akan dapat membantu menambah kemampuan
mendengar anda. Andapun dapat membantu untuk menjaga agar
selanjutnya tidak menjadi lebih buruk dari keadaan saat ini dengan
menghindari sering terpapar oleh bising yang keras.
Keseimbangan (N. Vestibularis)
a. Canalis Semisirkularis
Canalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselarisasi
anguler atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau
berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap – tiap
telinga memiliki tiga kanalis semesirkularis yang tegak lurus satu
sama lain.
b. Utrikulus
Utrikulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam
rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Rambut–
rambut pada sel rambut asertif di organ ini menonjol ke dalam suatu
lembar gelatinosa di atasnya, yang gerakannya menyebabkan
perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial di
sel rambut.
Sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linear
horizontal, tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan
lurus yang berjalan konstan.
c. Sacculus
Sacculus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam
rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Sacculus
memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali dia berespons
secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi
horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap
akselerasi atau deselerasi loner vertical (misalnya melompat atau
berada dalam elevator).
Fisiologi Pendengaran
Getaran suara ditangkap ol;eh telinga yang dialirkan ke telinga dan
mengenai memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar.
Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhhubungan
satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala
vestibui kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong
endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala
timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum)
terdorong kearah luar.
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan
ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang
kemudian neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak
melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
Kelainan /Ganggaun Fisiologi Telinga
1. Tuli konduktif
Karena kelainan ditelinga luaaar atau di telinga tengah
a. Kelainan telingna luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah
astresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna
sirkumsripta, osteoma liang teling.
b. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah
tubakar/sumbatan tuba eustachius, dan dislokasi tulang
pensdengaaran.
2. Tuli perseptif
Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan pada
sirkuit system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut mengalamipenurunan
atau kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi
kelainan pada :
a. Organo corti
b. Saraf : N.coclearis dan N.vestibularais
c. Pusat pendengaran otak
3. Tuli campuran
Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna
sehingga infeksi skunder (tuli persepsi juga).
Kekurangan Pendengaran
Yang dimaksud dengan kekurangan pendengaran adalah keadaan
dimana seorang kurang dpat mendengar dan mengerti suara atau
percakpan yang didengar untuk mendiagnosis kurang pendengaran.
Sebagi dokter umum cukuplah memperhatikan keempat aspek penting
berikuta ini :
Penentuan pada penderita apakah ada kurang pendengaran atau tidak.
Jenis kurang pendengaran
Derajat kurang pendengaran
Menentukan penyebab kurang pendengaran
1. Penentuan pada penderita apakah ada KP atau tidak
Dalam penentuan apakah ada KP atau tidak pada penderita hal
penting yang harus diperhatiakan adalah umur prnderita. Respon
manusia terhadap suara atau percakapan yang didengranya
tergantung pada umur pertumbuhannya. Usia 6 tahun diambil
sebagai batas, kurang dari 6 tahun respon anak terhadap suara
atau percakapan berbeda-beda tergantung umurnya, sedangkan
lebih dari 6 tahun respon anak terhadap suara atau percakapan
yang didengar sama dengan orang dewasa karena luasnya aspek
diagnostik KP. Pad kedua golongan umur tersbut, maka dalam
makalah ini yang diuraikan hanya diagnosis KP pada anak-anak
umur 6 tahun keatas dan dewasa.
2. Jenis KP
Jenis KP berdasarkan lokalisasi lesi :
a. KP jenis hantaran
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga luar dan atau
telinga tengah.
b. KP jenis sensorineural
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga dalam (pada
koklea dan N.VIII)
c. KP jenis campuran
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga tengah dan
telinga dalam.
d. KP jenis sentral
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada nucleus auditorius
dibatang otak sampai dengan korteks otak.
e. KP jenis fungsional
Pada KP jenis ini tidak dijumpai adanya gangguan atau lesi
organic pada system pendengaran baik perifer maupun sentral,
melainkan berdadasarkan adanya masalah psikologis atau
omosional.
Untuk KP jenis sentral dan fungsional mengingat masih
terbatasnya pengetahuan proses pendengara diwilayah trsebut,
disamping masih belum banyak dikenal teknik uji pendengaran
yang dapat dimanfaatkan untuk bahan diagnostik, maka pada
makalah ini akan dibatasi pada diagnosis KP jenis hantaran
sensorineural dan campuran saja.
3. Menentukan penyebab KP
Menetukan penyebab KP merupakan hal yang paling sukar diantara
kempat batasan atau aspek tersebut diatas, untuk itu diperlukan :
a. Anamnesis yang luas dan cermat tentang riwayat terjadinya KP
tersebut
b. Pemeriksaan umum dan khusus (telinga, hidung dan tenggorokan
) yang teliti.
c. Pemeriksaan penunjang (bila diperlukan seperti foto
laboratorium)
Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi
pendengaran penderita, yaitu :
a. Tes bisik
b. Tes bisik modifikasi
c. Tes garputala
d. Pemeriksaan audiometri
Tes Fungsi Pendengaran
Pemeriksaan audiometri Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini
menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada
sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah
grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan
pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada
yang paling terpengaruh.
Definisi
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar
dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan
untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan
untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan
gangguan pendengaran.
Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level
pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut
dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang da[at
dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki
gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu
bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran.
Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara,
audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang
dilakukan adalah :
Audiometri nada murni
Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik
yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai
frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur
intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan
melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang
diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman
pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang pada tingkat
intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran
tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat
mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran
audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan
berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku
pendengaran untuk nada muri.
Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran
frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling
penting untuk memahami percakapan sehari-hari.
Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan
pendengaran
Kehilangan Klasifikasi
dalam
Desibel
0-15 Pendengaran normal
>15-25 Kehilangan pendengaran kecil
>25-40 Kehilangan pendengaran ringan
>40-55 Kehilangan pendengaran sedang
>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang
sampai berat
>70-90 Kehilangan pendengaran berat
>90 Kehilangan pendengaran berat sekali
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang
pendengaran psien pada stimulus nada murni. Nilai ambang
diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa
pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri
dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air
kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila terjadi
air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai
ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan
SNHL.
2) Audiometri tutur
Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang
menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan
melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur
beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri
tutur hampir sama dengan audiometri nada murni, hanya disni
sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar kata terpuilih yang
dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan
langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan
dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon
kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata
rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman,
kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui
audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan
jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang
didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin
dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa
mencatata presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar
dari tiap denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan
pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-
kata yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi
kata-kata yanag diturunkan dengan benar. Dari audiogram tutur
dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :
a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari
sejumlah kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas
minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur
atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).
b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk
mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam kata-
kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai
diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu
adalah persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan
benar, sedangkan intensitas suara barapa saja. Dengan
demikian, berbeda dengan audiometri nada murni pada
audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak
saja pada tingkat nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh
diatasnya.
Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh
mendengar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas mana
mulai terjadi gangguan sampai 50% tidak dapat menirukan
kata-kata dengan tepat.
Kriteria orang tuli :
Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB
Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB
Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80
dB
Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dB
Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan
komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa
pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar
(ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan
oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes
pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang
kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa
frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada
gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. Pada
audiometri tutur, memng kata-kata tertentu dengan vocal dan
konsonan tertentu yang dipaparkan kependrita. Intensitas pad
pemerriksaan audiomatri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak
mendengar 40 dB dan seterusnya, bila mendengar intensitas
bisa diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik. Tes sebelum
dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga :
apakah congok atau tidak (ada cairan dalam telinga), apakah
ada kotoran telinga (serumen), apakah ada lubang gendang
telinga, untuk menentukan penyabab kurang pendengaran.
b. Manfaat audiometri
1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga
2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi
3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-
anak
c. Tujuan
Ada empat tujuan (Davis, 1978) :
1) Mediagnostik penyakit telinga
2) Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan
sehari-hari, atau dengan kata lain validitas sosial pendengaran :
untuk tugas dan pekerjaan, apakah butuh alat pembantu
mendengar atau pndidikan khusus, ganti rugi (misalnya dalam
bidang kedokteran kehkiman dan asuransi).
3) Skrinig anak balita dan SD
4) Memonitor untuk pekerja-pekerja dinetpat bising.
1. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara
hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.
Ada 2 macam tes rinne , yaitu :
a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan
tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang
meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar
bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus
akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih
dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak
dapat mendengarnya
b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan
tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera
pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita
menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan
meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang
meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika
pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras.
Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus
akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
1) Normal : tes rinne positif
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui
tulang lebih lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran
garpu tala.
b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes
rinne: +/-)
c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli
persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang
normal sehingga mula-mula timbul.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari
pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan
garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan
kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak
planum mastoid pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa
ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala
di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah
berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus
eksternus.
2. Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran
tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu:
membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus
pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau
mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih
keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua
pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka
berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak,
sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis
pada MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga
kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan
bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.
Interpretasi:
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan
disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan
dan kiri sama kerasnya.
b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media
disebelah kanan.
2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada
telinga kanan ebih hebat.
3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri
terganggu, maka di dengar sebelah kanan.
4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih
hebaaaat dari pada sebelah kanan.
5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang
terdapat.
3. Test Swabach
Tujuan :
Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa
(normal) dengan probandus.
Dasar :
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh :
Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui
tengkorak, khususnya osteo temporale
Cara Kerja :
Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan
pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara
garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak
mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar
suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala
itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman
pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan
dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.
Eye chart adalah tabel yang digunakan untuk memeriksa ketajaman penglihatan. Chart bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia disebut dengan tabel, sebab apa disebut dengan tabel grafik, ini dikarenakan urutan yang berlaku berupa tabel yang tersususn mulai yang paling besar sampai yang paling kecil atau sebaliknya. Tabel Grafik yang dimaksud merupakan bentuk objek yang mampu dan diketahui oleh manusianya.
Sedangkan tabel yang dimaksud yakni; tabel yang tersusun dengan dasar parameter yang jelas dan mampu di baca oleh manusia dan diharapkan seseorang untuk dapat melihat dari segala apsek bentuk yang ada di suatu negara dan/atau bangsa masing masing kelompok di dunia.
Umumnya berbentuk huruf yang biasa disebut Snellen Chart. Huruf yang cenderung dibuat dalam bentuk alfabet dan ini banyak digunakan dinegara diseluruh dunia. Namun alfabet yang dimaksud juga memilki perbedaan dan atau ada yang banyak negara tidak mempergunakan salah satu dan/atau beberapa huruf pada umumnya.Alfabet adalah kata yang diambil dari bahasa Yunani dari dua huruf pertama tulisan mereka yaitu alfa dan beta. Arti kata ini adalah sebuah sistem tulis yang berdasarkan fonem vokal dan konsonan disebut juga dengan abjad. Abjad adalah sistem penulisan yang menuliskan semua fonem, kecuali vokal. Hampir semua tulisan-tulisan Semitik termasuk abjad, misalkan huruf Fenisia, huruf Arab, huruf Ibrani, dan huruf Syria.Dalam penggunaan bahasa Indonesia, namun, istilah Abjad juga bisa merujuk kepada Alfabet.Maka awal yang kita bahas berupa Charts, biasanya menampilkan beberapa baris optotypes (simbol test) dan setiap barisnya memiliki ukuran yang berbeda. Orang yang akan dilakukan pemeriksaan menggunakan chart yang dimaksud diminta untuk mengidentifikasi angka atau huruf pada tabel, biasanya dimulai dengan baris yang besar dan terus baris kecil sampai optotypes tidak dapat dipercaya
diidentifikasi lagi seperti telah dijelaskan sebelumnya.
Secara teknis, uji ketajaman visual dengan grafik mata adalah pengukuran psikofisik yang mencoba untuk menentukan batas indera penglihatan.Macam/ jenis charts tersedia untuk anak-anak yang sangat muda atau orang dewasa yang buta huruf yang tidak memerlukan bentuk tulisan tersebut. Dan ada satu versi banyak menggunakan gambar sederhana atau pola bentuk tertentu. Seperti bentuk objek yang dicetak dengan huruf blok “E” terbalik dalam orientasi yang berbeda, yang disebut Jumpalitan E. Ketika pemeriksaan dilakukan manusianya hanya menunjukkan arah mana masing-masing “E” yang dilihat. Seperti halnya bagan Landolt C yaitu mirip: baris memiliki lingkaran dengan bagian dari segmen yang berbeda dihilangkan, dan pengujian menjelaskan di mana setiap bagian yang tidak terpenuhi atau patah berada. Dua yang terakhir jenis grafik juga mengurangi kemungkinan saat pemeriksaan menebak gambar.
Adapun Alternatif bentuk chart yang akan digunakan sebagai uji ketajaman penglihatan semi-otomatis berbasis komputer ke bagan mata dan telah dikembangkan, akan tetapi tidaklah umum. Alat yang dimaksud memiliki beberapa potensi keunggulan, seperti pengukuran yang lebih tepat dan kurang pemeriksa-induced bias. Beberapa dari alat tersebut juga sangat cocok untuk anak-anak karena menyerupai video game.Sementara grafik objek pemeriksaan ketajaman penglihatan biasanya dirancang untuk penggunaan jarak 6 meter atau 20 kaki yang merupakan jarak penglihatan tanpa akomodasi/akomodasi istirahat selain dari pada itu, ada juga digunakan untuk menguji ketajaman penglihatan dekat atau tugas kerja (seperti membaca atau menggunakan komputer). Untuk situasi ini tabel titik dekat dibuat.