di kalangan refraksionis

27
Di kalangan refraksionis (ahli pemeriksaan refraksi mata) dan kedokteran mata, dikenal dengan istilah uji visus dasar (visus = tajam penglihatan). Pada prinsipnya, uji visus ini adalah upaya untuk mengetahui ketajaman penglihatan seseorang dan menilainya dengan dibandingkan penglihatan normal. Jadi, hasil dari uji visus ini berupa angka perbandingan yang menggambarkan kemampuan penglihatan pasien yang diuji bila dibandingkan dengan penglihatan orang normal. Alat yang dipakai sebagai obyek tes untuk uji visus ini (biasa disebut optotip) adalah berupa kartu besar atau papan yang berisi huruf - huruf atau angka atau gambar/simbol dalam berbagai ukuran (tertentu) yang disusun urut dari yang terbesar di atas, makin kebawah makin kecil. Setiap ukuran huruf diberi kode angka yang dipakai untuk menilai kemampuan penglihatan pasien yang diuji. Dalam penulisan kode - kode tersebut, ada 3 standar notasi yang sering digunakan, yaitu notasi metrik (Belanda), notasi feet (Inggeris/imperial), dan notasi desimal (Amerika). Notasi metrik bisa dikenali dengan nilai pembilang yang umumnya 6 (6/…), feet dengan nilai 20 (20/…) dan desimal, sesuai dengan namanya, notasinya berbentuk bilangan desimal (0,…). Ukuran huruf terbesar pada optotip, umumnya berkode 6/60 atau 20/200 atau 0,1. Penempatan optotip (banyak yang menyebut kartu Snellen), sebaiknya berada di area yang penerangannya bagus namun tidak menimbulkan efek silau. Akan sangat bagus bila ditempatkan di bawah downlight yang cukup terang, dalam ruang yang penerangannya redup. Cara pengujiannya, tempatkan diri anda sejarak 6 meter (20 feet) dari optotip, tutup sebelah mata anda dengan tangan (jangan dipejamkan) dan amati huruf- huruf (atau angka, atau simbol) yang menjadi obyek tes pada optotip tersebut secara urut dari yang terbesar. Perhatikan baris huruf terkecil yang masih mampu anda lihat dengan jelas, lihat kodenya. Jika anda masih mampu melihat dengan jelas huruf - huruf yang berkode 6/30, dan baris huruf di bawahnya tidak mampu lagi, berarti nilai ketajaman penglihatan anda adalah 6/30. Angka 6 menyatakan jarak anda dengan optotip (jarak periksa) yaitu 6 meter, sedangkan angka 30 menyatakan bahwa huruf tersebut masih bisa dilihat dengan jelas oleh

Upload: miessriena-ithu-anggy

Post on 30-Jun-2015

196 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Di kalangan refraksionis

Di kalangan refraksionis (ahli pemeriksaan refraksi mata) dan kedokteran mata, dikenal dengan istilah uji visus dasar (visus = tajam penglihatan). Pada prinsipnya, uji visus ini adalah upaya untuk mengetahui ketajaman penglihatan seseorang dan menilainya dengan dibandingkan penglihatan normal. Jadi, hasil dari uji visus ini berupa angka perbandingan yang menggambarkan kemampuan penglihatan pasien yang diuji bila dibandingkan dengan penglihatan orang normal.

Alat yang dipakai sebagai obyek tes untuk uji visus ini (biasa disebut optotip) adalah berupa kartu besar atau papan yang berisi huruf - huruf atau angka atau gambar/simbol dalam berbagai ukuran (tertentu) yang disusun urut dari yang terbesar di atas, makin kebawah makin kecil. Setiap ukuran huruf diberi kode angka yang dipakai untuk menilai kemampuan penglihatan pasien yang diuji. Dalam penulisan kode - kode tersebut, ada 3 standar notasi yang sering digunakan, yaitu notasi metrik (Belanda), notasi feet (Inggeris/imperial), dan notasi desimal (Amerika). Notasi metrik bisa dikenali dengan nilai pembilang yang umumnya 6 (6/…), feet dengan nilai 20 (20/…) dan desimal, sesuai dengan namanya, notasinya berbentuk bilangan desimal (0,…). Ukuran huruf terbesar pada optotip, umumnya berkode 6/60 atau 20/200 atau 0,1.

Penempatan optotip (banyak yang menyebut kartu Snellen), sebaiknya berada di area yang penerangannya bagus namun tidak menimbulkan efek silau. Akan sangat bagus bila ditempatkan di bawah downlight yang cukup terang, dalam ruang yang penerangannya redup.

Cara pengujiannya, tempatkan diri anda sejarak 6 meter (20 feet) dari optotip, tutup sebelah mata anda dengan tangan (jangan dipejamkan) dan amati huruf- huruf (atau angka, atau simbol) yang menjadi obyek tes pada optotip tersebut secara urut dari yang terbesar. Perhatikan baris huruf terkecil yang masih mampu anda lihat dengan jelas, lihat kodenya. Jika anda masih mampu melihat dengan jelas huruf - huruf yang berkode 6/30, dan baris huruf di bawahnya tidak mampu lagi, berarti nilai ketajaman penglihatan anda adalah 6/30. Angka 6 menyatakan jarak anda dengan optotip (jarak periksa) yaitu 6 meter, sedangkan angka 30 menyatakan bahwa huruf tersebut masih bisa dilihat dengan jelas oleh penglihatan normal dari jarak 30 meter. Ini bisa dikatakan bahwa anda memiliki tajam penglihatan sebesar 6/30 atau 1/5 (atau 20%) dari penglihatan normal. Lakukan untuk mata yang sebelah lagi, dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Mengapa tidak dilakukan dengan kedua mata terbuka secara bersamaan? Karena ada kemungkinan terjadi perbedaan kemampuan antara mata kiri dengan yang kanan, jadi harus dilakukan penilaian sendiri - sendiri untuk mata kanan dan kiri. Penglihatan yang normal akan memiliki skor 6/6 (20/20 dalam notasi feet) yang berarti mampu melihat jelas huruf - huruf yang berkode 6/6 (20/20 dalam notasi feet) pada optotip.

Bagaimana jika anda tidak mampu melihat dengan jelas huruf (atau angka atau simbol) yang terbesar di optotip? Untuk melakukan pengujian ini, anda butuh bantuan orang lain yang sebaiknya mengerti tentang cara pemeriksaan tajam penglihatan secara benar. Anda bisa menemui Refraksionis Optisi di optik langganan anda atau ke dokter mata. Jika orang yang diuji penglihatannya tidak mampu melihat huruf/angka/simbol terbesar pada optotip, pengujian tajam penglihatan akan dilakukan dengan cara menghitung jari tangan pemeriksa yang diposisikan di depan dada. Mula - mula, pemeriksa berdiri sejarak 1 meter dari orang yang diuji dan diminta menyebutkan jumlah jari tangan yang ditunjukkan oleh pemeriksa. Secara berangsur - angsur, pemeriksa mundur sejauh 1 meter hingga orang yang diuji tidak mampu melihat dengan jelas jari

Page 2: Di kalangan refraksionis

- jari tangan pemeriksa. Tentu saja setiap mundur 1 meter pemeriksa harus mengubah jumlah jari yang ditunjukkannya. Jarak terjauh di mana orang yang diuji masih bisa menghitung jari pemeriksa dengan benar, itulah nilai ketajaman penglihatannya. Penglihatan orang normal akan masih mampu melihat jari tangan dengan jelas pada jarak 60 meter. Jika orang yang diuji hanya mampu menghitung jari tangan dengan benar pada jarak 4 meter, maka tajam penglihatannya dinotasikan 4/60, atau ada juga yang menotasikan CF 4 (CF= Count Fingers).

Jika orang yang diuji tidak mampu melihat jari tangan dengan jelas pada jarak 1 meter, pengujian penglihatan dilakukan dengan ayunan/lambaian tangan. Pemeriksa mengayunkan tangan ke atas-bawah atau ke kiri-kanan yang diposisikan di depan dada pemeriksa. Langkah - langkahnya hampir serupa dengan uji hitung jari, hanya orang yang diuji diminta menyebutkan arah goyangan/lambaian tangan pemeriksa. Penglihatan orang normal masih mampu mengenal arah goyangan tangan pada jarak 300 meter. Jika orang yang diuji hanya mampu mengenal arah goyangan tangan dari jarak 4 meter, maka tajam penglihatannya dinotasikan 4/300 atau HM 4 (HM= Hand Motion).

Pengujian dengan menggunakan sorotan cahaya lampu dilakukan jika orang yang diuji tidak mampu mengenal arah goyangan tangan dari jarak 1 meter. Jika orang yang diuji masih mampu merespon adanya cahaya yang diarahkan ke penglihatannya, maka tajam penglihatannya dinotasikan 1/~ atau LP (Light Perception). Jika tidak, maka dinotasikan nol atau NLP (No Light Perception).

Seseorang sudah dinyatakan buta jika tajam penglihatan dengan koreksi terbaiknya hanya mencapai 20/200 atau lebih rendah dari itu.

LATAR BELAKANG

Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal

molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran

molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. Plot

gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di memberan timpani

persatuan waktu adalah satuan gelombang, dan gerakan semacam itu

dalam lingukangan secara umum disebut gelombang suara.

Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo

gelombang suara dan nada berkaitan dengan prekuensi (jumlah

gelombang persatuan waktu). Semakin besar suara semakin besar

amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada. Namun

Page 3: Di kalangan refraksionis

nada juga ditentukan oleh factor - faktor lain yang belum sepenuhnya

dipahami selain frekuensi dan frekuensi mempengaruhi kekerasan,

karena ambang pendengaran lebih rendah pada frekuensi dibandingkan

dengan frekuensi lain. Gelombang suara memiliki pola berulang,

walaupun masing - masing gelombang bersifat kompleks, didengar

sebagai suara musik, getaran apriodik yang tidak berulang

menyebabakan sensasi bising. Sebagian dari suara musik bersala dari

gelombang dan frekuensi primer yang menentukan suara ditambah

sejumla getaran harmonik yang menyebabkan suara memiliki timbre

yang khas. Variasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara berbagai alat

musik walaupun alat tersebut memberikan nada yang sama. (William

F.Gannong, 1998)

Telah diketahui bahwa adanya suatu suara akan menurunkan

kemampuan seseorang mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal

sebagai masking (penyamaran). Fenomena ini diperkirakan disebabkan

oleh refrakter relative atau absolute pada reseptor dan urat saraf pada

saraf audiotik yang sebelumnya teransang oleh ransangan lain. Tingkat

suatu suara menutupi suara lain berkaitan dengan nadanya. Kecuali pada

lingkungan yang sangat kedap suara, Efek penyamaran suara lata akan

meningkatan ambang pendengaran dengan besar yang tertentu dan

dapat diukir.

Penyaluran suara prosesnya adalah telinga mengubah gelombang

suara di lingkungan eksternal menjadi potensi aksi di saraf pendengaran। Gelombang diubah oleh gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran menjadi gerakan-

gerakan lempeng kaki stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan telinga

dalam. Efek gelombang pada organ Corti menimbulkan potensial aksidi serat-serat

saraf. (William F.Gannom,1998)

Anatomi system pendengaran (Telinga)

Page 4: Di kalangan refraksionis

Merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga

luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan

gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di

intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga

adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir

dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.

Telinga mempunyai resptor bagi 2 modalitas reseptor sensorik :

Pendengaran (N. Coclearis)

Telinga dibagi menjadi 3 bagian :

Telinga luar

Auricula

Mengumpulkan suara yang diterima

Meatus Acusticus Eksternus

Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna

Canalis Auditorius Eksternus

Meneruskan suara ke memberan timpani

Membran timpani

Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi gelombang

mekanik।

Telinga tengah

Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang menghubungkan

rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius,

yang fungsinya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang

telinga. Tuba eustachius lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi

dapat terbuka secara alami ketika anda menelan dan menguap. Setelah

sampai pada gendang telinga, gelombang suara akan menyebabkan

bergetarnya gendang telinga, lalu dengan perlahan disalurkan pada

rangkaian tulang-tulang pendengaran. Tulang-tulang yang saling

berhubungan ini - sering disebut " martil, landasan, dan sanggurdi"-

secara mekanik menghubungkan gendang telinga dengan "tingkap

Page 5: Di kalangan refraksionis

lonjong" di telinga dalam. Pergerakan dari oval window (tingkap lonjong)

menyalurkan tekanan gelombang dari bunyi kedalam telinga dalam.

Telinga tengah terdiri dari :

Tuba auditorius (eustachius)

Penghubung faring dan cavum naso faringuntuk :

Proteksi: melindungi ndari kuman

Drainase: mengeluarkan cairan.

Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan dalam.

Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)

Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk

diteruskan ke foramen ovale pada koklea sehingga perlimife pada

skala vestibule akan berkembang.

Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari :

Koklea

Skala vestibule: mengandung perlimfe

Skala media: mengandung endolimfe

Skala timani: mengandung perlimfe

Organo corti

Memngandung sel-sel rambut yang merupakan resseptor pendengaran

di memberan basilaris.

Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari "cochlea"

berbentuk spiral yang disebut rumah siput. Sepanjang jalur rumah siput

terdiri dari 20.000 sel-sel rambut yang mengubah getaran suara menjadi

getaran-getaran saraf yang akan dikirim ke otak. Di otak getaran tersebut

akan di intrepertasi sebagai makna suatu bunyi. Hampir 90% kasus

gangguan pendengaran disebabkan oleh rusak atau lemahnya sel-sel

rambut telinga dalam secara perlahan. Hal ini dikarenakan pertambahan

usia atau terpapar bising yang keras secara terus menerus. Gangguan

pendengaran yang diseperti ini biasa disebut dengan sensorineural atau

perseptif. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara

dan frekuensi yang diperlukan untuk - sebagai contoh mengerti

Page 6: Di kalangan refraksionis

percakapan. Efeknya hampir selalu sama, menjadi lebih sulit

membedakan atau memilah pembicaraan pada kondisi bising. Suara-

suara nada tinggi tertentu seperti kicauan burung menghilang bersamaan,

orang-orang terlihat hanya seperti berguman dan anda sering meminta

mereka untuk mengulangi apa yang mereka katakan. Hal ini dikarenakan

otak tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan

untuk sebagai contoh mengerti percakapan. Contoh kecil seperti

menghilangkan semua nada tinggi pada piano dan meminta seseorang

untuk memainkan sebuah melodi yang terkenal. Dengan hanya 6 atau 7

nada yang salah, melodi akan sulit untuk dikenali dan suaranya tidak

benar secara keseluruhan. Sekali sel-sel rambut telinga dalam mengalami

kerusakan, tidak ada cara apapun yang dapat memperbaikinya. Sebuah

alat bantu dengar akan dapat membantu menambah kemampuan

mendengar anda. Andapun dapat membantu untuk menjaga agar

selanjutnya tidak menjadi lebih buruk dari keadaan saat ini dengan

menghindari sering terpapar oleh bising yang keras.

Keseimbangan (N. Vestibularis)

a. Canalis Semisirkularis

Canalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselarisasi

anguler atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau

berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap – tiap

telinga memiliki tiga kanalis semesirkularis yang tegak lurus satu

sama lain.

b. Utrikulus

Utrikulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam

rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Rambut–

rambut pada sel rambut asertif di organ ini menonjol ke dalam suatu

lembar gelatinosa di atasnya, yang gerakannya menyebabkan

Page 7: Di kalangan refraksionis

perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial di

sel rambut.

Sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linear

horizontal, tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan

lurus yang berjalan konstan.

c. Sacculus

Sacculus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam

rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Sacculus

memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali dia berespons

secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi

horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap

akselerasi atau deselerasi loner vertical (misalnya melompat atau

berada dalam elevator).

Fisiologi Pendengaran

Getaran suara ditangkap ol;eh telinga yang dialirkan ke telinga dan

mengenai memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar.

Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhhubungan

satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala

vestibui kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong

endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala

timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum)

terdorong kearah luar.

Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan

ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang

kemudian neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak

melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

Page 8: Di kalangan refraksionis

Kelainan /Ganggaun Fisiologi Telinga

1. Tuli konduktif

Karena kelainan ditelinga luaaar atau di telinga tengah

a. Kelainan telingna luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah

astresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna

sirkumsripta, osteoma liang teling.

b. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah

tubakar/sumbatan tuba eustachius, dan dislokasi tulang

pensdengaaran.

2. Tuli perseptif

Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan pada

sirkuit system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut mengalamipenurunan

atau kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi

kelainan pada :

a. Organo corti

b. Saraf : N.coclearis dan N.vestibularais

c. Pusat pendengaran otak

3. Tuli campuran

Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna

sehingga infeksi skunder (tuli persepsi juga).

Kekurangan Pendengaran

Page 9: Di kalangan refraksionis

Yang dimaksud dengan kekurangan pendengaran adalah keadaan

dimana seorang kurang dpat mendengar dan mengerti suara atau

percakpan yang didengar untuk mendiagnosis kurang pendengaran.

Sebagi dokter umum cukuplah memperhatikan keempat aspek penting

berikuta ini :

Penentuan pada penderita apakah ada kurang pendengaran atau tidak.

Jenis kurang pendengaran

Derajat kurang pendengaran

Menentukan penyebab kurang pendengaran

1. Penentuan pada penderita apakah ada KP atau tidak

Dalam penentuan apakah ada KP atau tidak pada penderita hal

penting yang harus diperhatiakan adalah umur prnderita. Respon

manusia terhadap suara atau percakapan yang didengranya

tergantung pada umur pertumbuhannya. Usia 6 tahun diambil

sebagai batas, kurang dari 6 tahun respon anak terhadap suara

atau percakapan berbeda-beda tergantung umurnya, sedangkan

lebih dari 6 tahun respon anak terhadap suara atau percakapan

yang didengar sama dengan orang dewasa karena luasnya aspek

diagnostik KP. Pad kedua golongan umur tersbut, maka dalam

makalah ini yang diuraikan hanya diagnosis KP pada anak-anak

umur 6 tahun keatas dan dewasa.

2. Jenis KP

Jenis KP berdasarkan lokalisasi lesi :

a. KP jenis hantaran

Page 10: Di kalangan refraksionis

Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga luar dan atau

telinga tengah.

b. KP jenis sensorineural

Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga dalam (pada

koklea dan N.VIII)

c. KP jenis campuran

Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga tengah dan

telinga dalam.

d. KP jenis sentral

Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada nucleus auditorius

dibatang otak sampai dengan korteks otak.

e. KP jenis fungsional

Pada KP jenis ini tidak dijumpai adanya gangguan atau lesi

organic pada system pendengaran baik perifer maupun sentral,

melainkan berdadasarkan adanya masalah psikologis atau

omosional.

Untuk KP jenis sentral dan fungsional mengingat masih

terbatasnya pengetahuan proses pendengara diwilayah trsebut,

disamping masih belum banyak dikenal teknik uji pendengaran

yang dapat dimanfaatkan untuk bahan diagnostik, maka pada

makalah ini akan dibatasi pada diagnosis KP jenis hantaran

sensorineural dan campuran saja.

3. Menentukan penyebab KP

Page 11: Di kalangan refraksionis

Menetukan penyebab KP merupakan hal yang paling sukar diantara

kempat batasan atau aspek tersebut diatas, untuk itu diperlukan :

a. Anamnesis yang luas dan cermat tentang riwayat terjadinya KP

tersebut

b. Pemeriksaan umum dan khusus (telinga, hidung dan tenggorokan

) yang teliti.

c. Pemeriksaan penunjang (bila diperlukan seperti foto

laboratorium)

Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi

pendengaran penderita, yaitu :

a. Tes bisik

b. Tes bisik modifikasi

c. Tes garputala

d. Pemeriksaan audiometri

Tes Fungsi Pendengaran

Pemeriksaan audiometri Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini

menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada

sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah

grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan

pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada

yang paling terpengaruh.

Definisi

Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar

dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan

Page 12: Di kalangan refraksionis

untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan

untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan

gangguan pendengaran.

Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level

pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut

dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang da[at

dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki

gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu

bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran.

Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara,

audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang

dilakukan adalah :

Audiometri nada murni

Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik

yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai

frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur

intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan

melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang

diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman

pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang pada tingkat

intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran

tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat

mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran

audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan

berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku

pendengaran untuk nada muri.

Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran

frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling

penting untuk memahami percakapan sehari-hari.

Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan

pendengaran

Kehilangan Klasifikasi

Page 13: Di kalangan refraksionis

dalam

Desibel

0-15 Pendengaran normal

>15-25 Kehilangan pendengaran kecil

>25-40 Kehilangan pendengaran ringan

>40-55 Kehilangan pendengaran sedang

>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang

sampai berat

>70-90 Kehilangan pendengaran berat

>90 Kehilangan pendengaran berat sekali

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang

pendengaran psien pada stimulus nada murni. Nilai ambang

diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa

pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri

dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air

kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila terjadi

air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai

ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan

SNHL.

2) Audiometri tutur

Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang

menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan

melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur

beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri

tutur hampir sama dengan audiometri nada murni, hanya disni

sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar kata terpuilih yang

dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan

langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan

dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon

Page 14: Di kalangan refraksionis

kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata

rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman,

kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui

audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan

jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang

didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin

dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa

mencatata presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar

dari tiap denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan

pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-

kata yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi

kata-kata yanag diturunkan dengan benar. Dari audiogram tutur

dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :

a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari

sejumlah kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas

minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur

atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).

b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk

mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam kata-

kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai

diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu

adalah persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan

benar, sedangkan intensitas suara barapa saja. Dengan

demikian, berbeda dengan audiometri nada murni pada

audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak

saja pada tingkat nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh

diatasnya.

Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh

mendengar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas mana

Page 15: Di kalangan refraksionis

mulai terjadi gangguan sampai 50% tidak dapat menirukan

kata-kata dengan tepat.

Kriteria orang tuli :

Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB

Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB

Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80

dB

Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dB

Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan

komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa

pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar

(ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan

oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes

pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang

kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa

frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada

gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. Pada

audiometri tutur, memng kata-kata tertentu dengan vocal dan

konsonan tertentu yang dipaparkan kependrita. Intensitas pad

pemerriksaan audiomatri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak

mendengar 40 dB dan seterusnya, bila mendengar intensitas

bisa diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik. Tes sebelum

dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga :

apakah congok atau tidak (ada cairan dalam telinga), apakah

ada kotoran telinga (serumen), apakah ada lubang gendang

telinga, untuk menentukan penyabab kurang pendengaran.

Page 16: Di kalangan refraksionis

b. Manfaat audiometri

1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga

2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi

3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-

anak

c. Tujuan

Ada empat tujuan (Davis, 1978) :

1) Mediagnostik penyakit telinga

2) Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan

sehari-hari, atau dengan kata lain validitas sosial pendengaran :

untuk tugas dan pekerjaan, apakah butuh alat pembantu

mendengar atau pndidikan khusus, ganti rugi (misalnya dalam

bidang kedokteran kehkiman dan asuransi).

3) Skrinig anak balita dan SD

4) Memonitor untuk pekerja-pekerja dinetpat bising.

1. Test Rinne

Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara

hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.

Ada 2 macam tes rinne , yaitu :

a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan

tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang

meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar

Page 17: Di kalangan refraksionis

bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus

akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih

dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak

dapat mendengarnya

b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan

tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera

pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita

menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan

meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang

meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika

pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras.

Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus

akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

1) Normal : tes rinne positif

2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui

tulang lebih lama)

3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran

garpu tala.

b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes

rinne: +/-)

c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli

persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang

normal sehingga mula-mula timbul.

Page 18: Di kalangan refraksionis

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari

pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan

garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan

kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak

planum mastoid pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa

ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala

di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah

berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus

eksternus.

2. Test Weber

Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran

tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu:

membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus

pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau

mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih

keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua

pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka

berarti tidak ada lateralisasi.

Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak,

sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis

pada MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga

kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan

bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

Interpretasi:

Page 19: Di kalangan refraksionis

a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan

disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan

dan kiri sama kerasnya.

b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:

1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media

disebelah kanan.

2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada

telinga kanan ebih hebat.

3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri

terganggu, maka di dengar sebelah kanan.

4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih

hebaaaat dari pada sebelah kanan.

5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang

terdapat.

3. Test Swabach

Tujuan :

Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa

(normal) dengan probandus.

Dasar :

Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh :

Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui

tengkorak, khususnya osteo temporale

Page 20: Di kalangan refraksionis

Cara Kerja :

Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan

pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara

garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak

mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar

suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala

itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman

pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan

dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.

Eye chart adalah tabel yang digunakan untuk memeriksa ketajaman penglihatan. Chart bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia disebut dengan tabel, sebab apa disebut dengan tabel grafik, ini dikarenakan urutan yang berlaku berupa tabel yang tersususn mulai yang paling besar sampai yang paling kecil atau sebaliknya. Tabel Grafik yang dimaksud merupakan bentuk objek yang mampu dan diketahui oleh manusianya.

Sedangkan tabel yang dimaksud yakni; tabel yang tersusun dengan dasar parameter yang jelas dan mampu di baca oleh manusia dan diharapkan seseorang untuk dapat melihat dari segala apsek bentuk yang ada di suatu negara dan/atau bangsa masing masing kelompok di dunia.

Umumnya berbentuk huruf yang biasa disebut Snellen Chart. Huruf yang cenderung dibuat dalam bentuk alfabet dan ini banyak digunakan dinegara diseluruh dunia. Namun alfabet yang dimaksud juga memilki perbedaan dan atau ada yang banyak negara tidak mempergunakan salah satu dan/atau beberapa huruf pada umumnya.Alfabet adalah kata yang diambil dari bahasa Yunani dari dua huruf pertama tulisan mereka yaitu alfa dan beta. Arti kata ini adalah sebuah sistem tulis yang berdasarkan fonem vokal dan konsonan disebut juga dengan abjad. Abjad adalah sistem penulisan yang menuliskan semua fonem, kecuali vokal. Hampir semua tulisan-tulisan Semitik termasuk abjad, misalkan huruf Fenisia, huruf Arab, huruf Ibrani, dan huruf Syria.Dalam penggunaan bahasa Indonesia, namun, istilah Abjad juga bisa merujuk kepada Alfabet.Maka awal yang kita bahas berupa Charts, biasanya menampilkan beberapa baris optotypes (simbol test) dan setiap barisnya memiliki ukuran yang berbeda. Orang yang akan dilakukan pemeriksaan menggunakan chart yang dimaksud diminta untuk mengidentifikasi angka atau huruf pada tabel, biasanya dimulai dengan baris yang besar dan terus baris kecil sampai optotypes tidak dapat dipercaya

Page 21: Di kalangan refraksionis

diidentifikasi lagi seperti telah dijelaskan sebelumnya.

Secara teknis, uji ketajaman visual dengan grafik mata adalah pengukuran psikofisik yang mencoba untuk menentukan batas indera penglihatan.Macam/ jenis charts tersedia untuk anak-anak yang sangat muda atau orang dewasa yang buta huruf yang tidak memerlukan bentuk tulisan tersebut. Dan ada satu versi banyak menggunakan gambar sederhana atau pola bentuk tertentu. Seperti bentuk objek yang dicetak dengan huruf blok “E” terbalik dalam orientasi yang berbeda, yang disebut Jumpalitan E. Ketika pemeriksaan dilakukan manusianya hanya menunjukkan arah mana masing-masing “E” yang dilihat. Seperti halnya bagan Landolt C yaitu mirip: baris memiliki lingkaran dengan bagian dari segmen yang berbeda dihilangkan, dan pengujian menjelaskan di mana setiap bagian yang tidak terpenuhi atau patah berada. Dua yang terakhir jenis grafik juga mengurangi kemungkinan saat pemeriksaan menebak gambar.

Adapun Alternatif bentuk chart yang akan digunakan sebagai uji ketajaman penglihatan semi-otomatis berbasis komputer ke bagan mata dan telah dikembangkan, akan tetapi tidaklah umum. Alat yang dimaksud memiliki beberapa potensi keunggulan, seperti pengukuran yang lebih tepat dan kurang pemeriksa-induced bias. Beberapa dari alat tersebut juga sangat cocok untuk anak-anak karena menyerupai video game.Sementara grafik objek pemeriksaan ketajaman penglihatan biasanya dirancang untuk penggunaan jarak 6 meter atau 20 kaki yang merupakan jarak penglihatan tanpa akomodasi/akomodasi istirahat selain dari pada itu, ada juga digunakan untuk menguji ketajaman penglihatan dekat atau tugas kerja (seperti membaca atau menggunakan komputer). Untuk situasi ini tabel titik dekat dibuat.