di abad ke

4
Di abad ke-20, teori evolusi telah terbantahkan tidak hanya oleh ilmu biologi molekuler, tapi juga oleh paleontologi, yakni ilmu tentang fosil. Tidak ada sisa fosil yang mendukung evolusi yang pernah ditemukan dalam penggalian yang dilakukan di seluruh penjuru dunia Teori evolusi menyatakan bahwa semua makhluk hidup yang beraneka ragam berasal dari satu nenek moyang yang sama. Teori ini menyatakan bahwa awalnya makhluk hidup bersel satu terbentuk. Selama ratusan juta tahun kemudian, makhluk bersel satu ini berubah menjadi ikan dan hewan invertebrata (tak bertulang belakang) yang hidup di laut. Ikan-ikan ini kemudian diduga muncul ke daratan dan berubah menjadi reptil. Dongeng ini pun terus berlanjut, dan seterusnya sampai pada pernyataan bahwa burung dan mamalia berevolusi dari reptil. Seandainya pendapat ini benar, mestinya terdapat sejumlah besar “spesies peralihan” (juga disebut sebagai spesies antara, atau spesies mata rantai) yang menghubungkan satu spesies dengan spesies yang lain yang menjadi nenek moyangnya. Misalnya, jika reptil benar-benar telah berevolusi menjadi burung, maka makhluk separuh-burung separuh-reptil dengan jumlah berlimpah mestinya pernah hidup di masa lalu. Di samping itu, makhluk peralihan ini mestinya memiliki organ dengan bentuk yang belum sempurna atau tidak lengkap. Darwin menamakan makhluk dugaan ini sebagai “bentuk-bentuk peralihan antara”. BERAKHIRNYA SEBUAH MITOS Coelacanth ternyata masih hidup! Tim yang menangkap coelacanth hidup pertama di Samudra Hindia pada tanggal 22 Desember 1938 terlihat di sini bersama ikan tersebut. Keberadaan coelacanth yang masih hidup mengungkapkan sejauh mana evolusionis dapat mengarang skenario khayalan mereka. Bertentangan dengan pernyataan mereka, coelacanth ternyata tidak memiliki paru-paru primitif dan tidak pula otak yang besar. Organ yang dianggap oleh peneliti evolusionis sebagai paru-paru primitif ternyata hanyalah

Upload: gusti-putu-indra-wirawan

Post on 17-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jkhbyu

TRANSCRIPT

Di abad ke-20, teori evolusi telah terbantahkan tidak hanya oleh ilmu biologi molekuler, tapi juga oleh paleontologi, yakni ilmu tentang fosil. Tidak ada sisa fosil yang mendukung evolusi yang pernah ditemukan dalam penggalian yang dilakukan di seluruh penjuru dunia

Teori evolusi menyatakan bahwa semua makhluk hidup yang beraneka ragam berasal dari satu nenek moyang yang sama. Teori ini menyatakan bahwa awalnya makhluk hidup bersel satu terbentuk. Selama ratusan juta tahun kemudian, makhluk bersel satu ini berubah menjadi ikan dan hewan invertebrata (tak bertulang belakang) yang hidup di laut. Ikan-ikan ini kemudian diduga muncul ke daratan dan berubah menjadi reptil. Dongeng ini pun terus berlanjut, dan seterusnya sampai pada pernyataan bahwa burung dan mamalia berevolusi dari reptil.

Seandainya pendapat ini benar, mestinya terdapat sejumlah besar spesies peralihan (juga disebut sebagai spesies antara, atau spesies mata rantai) yang menghubungkan satu spesies dengan spesies yang lain yang menjadi nenek moyangnya. Misalnya, jika reptil benar-benar telah berevolusi menjadi burung, maka makhluk separuh-burung separuh-reptil dengan jumlah berlimpah mestinya pernah hidup di masa lalu. Di samping itu, makhluk peralihan ini mestinya memiliki organ dengan bentuk yang belum sempurna atau tidak lengkap. Darwin menamakan makhluk dugaan ini sebagai bentuk-bentuk peralihan antara.

BERAKHIRNYA SEBUAH MITOSCoelacanth ternyata masih hidup! Tim yang menangkap coelacanth hidup pertama di Samudra Hindia pada tanggal 22 Desember 1938 terlihat di sini bersama ikan tersebut. Keberadaan coelacanth yang masih hidup mengungkapkan sejauh mana evolusionis dapat mengarang skenario khayalan mereka. Bertentangan dengan pernyataan mereka, coelacanth ternyata tidak memiliki paru-paru primitif dan tidak pula otak yang besar. Organ yang dianggap oleh peneliti evolusionis sebagai paru-paru primitif ternyata hanyalah kantung lemak. (Jacques Millot, The Coelacanth, Scientific American, Vol 193, December 1955, hal. 39). Terlebih lagi, coelacanth, yang dikatakan sebagai calon reptil yang sedang bersiap meninggalkan lautan untuk menuju daratan, pada kenyataannya adalah ikan yang hidup di dasar samudra dan tidak pernah mendekati rentang kedalaman 180 meter dari permukaan laut. (Bilim ve Teknik (Science and Technology), November 1998, No. 372, hal. 21).

Manusia Piltdwontulang rahangnya lebih menyerupai kera, gigi dan tengkoraknya menyerupai manusia. Spesimen ini diberi nama Manusia Piltdwon Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa Manusia Piltdown merupakan penipuan ilmiah terbesar dalam sejarah. Ini adalah tengkorak buatan; tempurungnya berasal dari seorang lelaki yang hidup 500 tahun yang lalu, dan tulang rahangnya adalah milik seekor kera yang belum lama mati! Kemudian gigi-giginya disusun dengan rapi dan ditambahkan pada rahang tersebut, dan persendi-annya diisi agar menyerupai pada manusia. Kemudian seluruh bagian ini diwarnai dengan potasium dikromat untuk memberinya penampakan kuno. Kebohongan ini terungkap dengan cara melakukan uji flourin, cara menentukan usia suatu fosil.

Cara evolusioner membohongi dunia. Ketika mereka tidak mampu menemukan makhluk setengah manusia setengah kera dalam catatan fosil, mereka memilih membohongi masyarakat dengan membuat gambar-gambar palsu.

Melalui percobaan, Stanley Miller bertujuan membuktikan bahwa di bumi yang tak berkehidupan miliaran tahun lalu, asam amino, satuan molekul pembentuk protein, dapat terbentuk dengan sendirinya secara alamiah tanpa campur tangan sengaja apa pun di luar kekuatan alam. Dalam percobaannya, Miller menggunakan campuran gas yang ia yakini terdapat pada bumi purba (yang kemudian terbukti tidak tepat). Campuran ini terdiri dari gas amonia, metana, hidrogen, dan uap air. Karena gas-gas ini takkan saling bereaksi dalam lingkungan alamiah, ia menambahkan energi ke dalamnya untuk memicu reaksi antar gas-gas tersebut. Dengan beranggapan energi ini dapat berasal dari petir pada atmosfer purba, ia menggunakan arus listrik untuk tujuan tersebut.Atmosfer yang Miller coba tiru dalam percobaannya tidaklah sesuai dengan kenyataan. Di tahun 1980-an, para ilmuwan sepakat bahwa seharusnya gas nitrogen dan karbon dioksidalah yang digunakan dalam lingkungan buatan itu dan bukan metana serta amonia.Ilmuwan Amerika, J. P. Ferris dan C. T. Chen mengulangi percobaan Miller dengan menggunakan lingkungan atmosfer yang berisi karbon dioksida, hidrogen, nitrogen, dan uap air; dan mereka tidak mampu mendapatkan bahkan satu saja molekul asam amino.Terdapat sejumlah temuan yang menunjukkan bahwa kadar oksigen di atmosfer kala itu jauh lebih tinggi daripada yang sebelumnya dinyatakan para evolusionis. Berbagai penelitian juga menunjukkan, jumlah radiasi ultraviolet yang kala itu mengenai bumi adalah 10.000 lebih tinggi daripada perkiraan para evolusionis. Radiasi kuat ini dipastikan telah membebaskan oksigen dengan cara menguraikan uap air dan karbon dioksida di atmosfer.Keadaan ini sama sekali bertentangan dengan percobaan Miller, di mana oksigen sama sekali diabaikan. Jika oksigen digunakan dalam percobaannya, metana akan teruraikan menjadi karbon dioksida dan air, dan amonia akan menjadi nitrogen dan air. Sebaliknya, di lingkungan bebas oksigen, takkan ada pula lapisan ozon; sehingga asam-asam amino akan segera rusak karena terkena sinar ultraviolet yang paling kuat tanpa perlindungan dari lapisan ozon. Dengan kata lain, dengan atau tanpa oksigen di bumi purba, hasilnya adalah lingkungan mematikan yang bersifat merusak bagi asam amino.Anehnya, mengapa percobaan Miller masih saja dimuat di buku-buku pelajaran dan dianggap sebagai bukti penting asal usul kehidupan secara kimiawi? Ini sekali lagi menunjukkan betapa evolusi bukanlah teori ilmiah, melainkan keyakinan buta yang tetap dipertahankan meskipun bukti menunjukkan hal sebaliknya.Kalangan masyarakat awam adalah yang umumnya tidak mengetahui kenyataan ini, dan menganggap pernyataan evolusi manusia didukung oleh berbagai bukti kuat. Anggapan yang salah tersebut terjadi karena masalah ini seringkali dibahas di media masa dan disampaikan sebagai fakta yang telah terbukti. Tetapi mereka yang benar-benar ahli di bidang ini mengetahui bahwa kisah evolusi manusia tidak memiliki dasar ilmiah.