dhf
DESCRIPTION
oiuytTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dengue Haemorhagic fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yaitu
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
Eedes Agypty dan Alborictus. DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa serta
seringkali menyebabkan kematian bagi penderita
. Penyakit dengue merupakan penyakit endemik di indonesia tetapi dalam jarak 5-10 tahun
dapat timbul letusan epidemi. Dengue pertama kali di Indonesia dicurigai berjangkit di
Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada tahun 1970.
Di Indonesia pengaruh musim terhadap demam berdarah dengue tidak begitu jelas, tetapi
dalam garis besar dapat dikemukakan bahwa jumlah penderita antara bulan Maret – Mei.
Secara keseluruhan tidak terdapat pada bedaan atara jenis kelamin penderita, tetapi kematian
ditemukan lebih banyak pada perempuan dari pada laki-laki
. Penderita DHF yang tidak mendapat pengobatan dan perawatan akan menimbulkan
dampak seperti perdarahan pada semua organ, ensepalopati dan penurunan kesadaran. Maka
dari itu sangat diperlukan peran perawat, untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif untuk mencegah komplikasi yang terjadi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan
diagnostic, penatalaksanaan medis pada DHF (Dengue Haemorhagic fever) ?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF (Dengue Haemorhagic
fever)?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Tujuan Umum
Agar kita sebagai mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan pasien
dengan Penyakit DHF (Dengue Haemorhagic fever)
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis pada DHF (Dengue
Haemorhagic fever)
b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Penyakit DHF
(Dengue Haemorhagic fever)
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)
2.1 DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti.
(Suriadi, 2001 : 57)
Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan,
disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan pada
kasus berat, sindrom syok kehilangan protein.
(Nelson, 2000 : 1134)
Demam Berdarah Dengue ialah penyakit yang ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri
pada anggota badan, punggung, sendi, kepala, dan perut.
(Ngastiyah, 1997 : 342)
Demam Berdarah Dengue ialah penyakit yang terdapat pada awal anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari
pertama.
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid I)
2.2 Etiologi
Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan
2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4
ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang,
bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil
pada suhu 70 oC.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes
aegypti, nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe besangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe lain.
Ciri-ciri vektor Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus antara lain sebagai berikut:
Aedes Aegypti
1). Ciri – ciri
a. Berwarna hitam dengan belang-belang (loreng) putih pada tubuhnya dengan
bercak-bercak putih di sayap dan kakinya
b. Berkembang biak ditempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah
seperti bak mandi/WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang
menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman, air tempat minum
burung dan lain-lain.
c. Biasanya menggigit pada siang hari
d. Nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk mematangkan telurnya
agar dapat meneruskan keturunannya.
e. Kemampuan terbang 100 m.
2). Daur hidup
a. Nyamuk betina meletakkan telurnya ditempat berkembang biakannya
b. Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik, kemudian berkembang
menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk (berkembang biak dari
telur, jentik, kepompong nyamuk membutuhkan waktu 7 – 10 hari).
c. Dalam tempo 1 – 2 hari nyamuk yang baru menetas ini (yang betina) akan
menggigit (menghisap darah) manusia dan siap melakukan perkawinan
dengan nyamuk jantan.
d. Setelah menghisap darah nyamuk betina beristirahat sambil menunggu proses
pematangan telurnya. Tempat beristirahat yang disukai adalah : tumbuh-
tumbuhan, atau benda tergantung di tempat yang gelap dan lembab,
berdekatan dengan tempat berkembang biaknya.
e. Siklus menghisap darah seseorang pasien DBD / carier, maka nyamuk ini
seumur hidupnya dapat menularkan virus ini.
f. Umur nyamuk betina rata-rata 2 – 3 bulan.
Aedes Albopictus
Habitatnya ditempat air jernih, biasanya di dekat rumah atau pohon-pohon,
dimana tertampung air hujan yang bersih, yaitu pohon pisang, pandan, kaleng
bekas dan lain sebagainya.
Menggigit pada waktu siang hari
Jarak terbang 50 meter
2.3 Klasifikasi DHF menurut WHO (1975)
Derajat I :Panas 2 – 7 hari, gejala umum tidak khas, uji “tourniquet” (+)
Derajat II :Sama dengan derajat I ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epistaksis, hematemesis, melena, perdarahan
gusi, uterus, telinga dan sebagainya.
Derajat III :Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat ( 120 / menit) tekanan nadi sempit (selisih antar sistole dan
diastole 20 mmHg), tekanan darah menurun (120/80 120/100
120/110 90/70 80/0 0/0).
Derajat IV :Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur (denyut jantung
140/menit), anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru.
2.4 Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai
syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam berdarah dengue.
Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise muntah,
nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan
panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik.
Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin
tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam
makular atau makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling
mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin
membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras agak nyeri. Kurang
dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca
masa syok yang tidak terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus
berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas).
2. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari adanya salah
satu bentuk perdarahan yang lain misalnya: positif, ekimosis, epistaksis,
perdarahan yang lain misalnya petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
melena, atau hematomesis.
Teknik Rumpel leed test :
a. Teknik
Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksopel
tensimeter.
Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan
pertahankan sampai 5 menit.
Setelah itu buka kuncinya dan mansiet dilepaskan.
Kemudian lihat apakah ada petekie/ tidak didaerah voles lengan
bawah.
b. Kriteria :
bila jumlah petekil > 20
bila jumlah petekil 10 - 20
⊝ bila jumlah petekil 10
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba saat permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun
(menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul
sianosis disekitar mulut.
2.5 Patofisiologi
Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes dan infeksi pertama
kali mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF). Reaksi tubuh merupakan reaksi
yang biasa terlihat sebagai akibat dari proses viremia seperti demam, nyeri otot dan atau
sendi, sakit kepala, dengan / tanpa rash dan limfa denopati.
Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan virus
dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Reinfeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi komplek
antigen antibodi (komplek virus anti bodi) yang tinggi.
Terdapatnya komplek antigen antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan :
1). Aktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya mediator anafilatoksin C 3a
dan C 5a, dua peptida yang berdaya melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (plasma – Leakage),
dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu, renjatan yang tidak diatasi secara
adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir kematian.
2). Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan
mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat terjadi
trombositopenia hebat dan perdarahan.
3). Terjadinya aktivasi faktor Hagemon (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya
pembekuan intra vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini maka plasminogen
akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin menjadi Fibrin Degradation Product (FDP).
2.6 Pathway
Terlampir
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
trombositopeni (100.00/mm3 atau kurang).
Serotogi : uji HI (Hemaaglutination Inhibition test).
Rongten thorax : effusi pleuro.
2.8 Penatalaksanaan
Tirah baring
Pemberian makanan lunak .
Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan
cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter ,
K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
Anti konvulsi jika terjadi kejang
Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
Monitor adanya tanda-tanda renjatan
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN dengan DHF(Dengue
Haemorrhagic Fever)
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
nama, umur (Secara eksklusif hampir merupakan penyakit pada anak-anak tapi
remajapun juga dapat mengalami penyakit ini . Endemis di daerah tropis Asia, dan
terutama terjadi pada saat musim hujan (Nelson, 1992 : 269), jenis kelamin (cenderung
sama laki2/perempuan), status perkawinan, agama, suku/bangsa, bahasa yang digunakan,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register, diagnosa medis.
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama :
Biasanya pasien mengeluh badannya panas (demam)
Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya pasien dating ke RS dengan keluhan Demam akut (mendadak) disertai
menggigil dan terus menerus selama 2 – 7 hari (tanpa sebab) disertai juga lemah,
nafsu makan menurun, mual dan muntah, batuk pilek, sakit menelan, nyeri pada
anggota badan, punggung, sendi, kepala dan ulu hati, perdarahan gusi, epitaksis,
sampai perdarahan yang hebat berupa muntah, bisa juga diare atau melena, pegal-
pegal pada seluruh tubuh (Ngastiyah; 1997:342).
Riwayat penyakit dahulu :
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF lagi,
Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah diderita
dahulu.
Riwayat penyakit keluarga :
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami tanda dan gejala seperti
penyakit yang diderita pasien
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : biasanya kesadaran composmentis, lemas
Pemeriksan TTV
Suhu : hipertermi (>37,5 0C)
Nadi : takhikardi (> 100 x/mnt)
RR : N (16-24 x/mnt) dan biasanya meningkat
TD : hipotensi (< 110/70 mmhg)
Pemeriksaan Head to Toe :
1) Kepala : Rambut tipis, menkilat, rontok.
2) Mata : konjungtiva hiperemis
3) Telinga : terdapat perdarahan pada telinga
4) Hidung : Mengalami epitaksis
5) Mulut : Mukosa bibir kering, perdarahan gusi, lidah kotor,
(kadang-kadang) sianosis
6) Leher : terdapat pembesaran kelenjar limfe
7) Thorak
Inspeksi : terlihat retraksi dada,dada tidak simetris
Palpasi : fokal fremitus kurang bergetar
Perkusi : suara paru pekak
Auskultasi : suara nafas vesikuler yang lemah.
8) Jantung
Inspeksi : tidak ada pembesaran jantung
Palpasi : Tidak teraba ictus cordis
Perkusi : suara jantung pekak
Auskultasi : tidak ada bunyi jantung tambhan
9) Abdomen
Inspeksi : tampak tak rata, (hepatomegali, pembesaran limfe)
Auskultasi : bising usus meningkat
Palpasi : terdapat pembesaran hati dan lomfe, terkadang nyeri perut
Perkusi : timpani
10) Genitalia
Inspeksi : tidak mengalami gangguan pada genetalia, diare/melena
Palpasi : tidak ada pembesaran genetalia
11) Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada oedema
Palpasi : nyeri ekstremitas, dingin di daerah ekstremitas
Pola Fungsional Gordon
Aktifitas / istirahat
Gejala : Kelemahan dan kelelahan
Tanda : Kesulitan ambulasi
Sirkulasi
Gejala : Takikardia ,(fase demam, pucat, hipotensi {tanda syok )
Integritas Ego
Gejala: Ansietas, ketakutan
Tanda : Perhatian menyempit, depresi
Eliminasi
Gejala : melena, oliguri sampai anuri
Tanda : Distensi abdomen,Perubahan haluaran urin & warna urine
Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, penurunan berat badan,haus
Tanda : kelemahan, , tonus otot dan turgor kulit buruk, membrane
mukosa kering
Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Nyeri kepala, nyeri pada ekstremitaas
Pernafasan
Gejala : Pernafasan dangkal,takipnea
Seksualitas :
Gejala : Frekuensi menurun / menghindari aktifitas seksual
Interaksi sosial
Gejala: Penurunan keikutsertaan dalam aktifitas social yang bias di
lakukan
2. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS :Pasien mengeluh badanya terasa
panas
DO: Perubahan TTV :
TD : hipotensi
N : > 100x/menit
T : >37,5 0C
1. Pasien gelisah
2. Wajah pucat
3. Kelemahan dan kelelahan
Proses infeksi virus Hipertermi
DS : biasanya Pasien mengatakan
kurang nafsu makan dan kurang
tertarik terhadap makanan serta
mengeluh lidahnya terasa pahit.
DO :
A :Penurunan berat BB.
B: Hasil pemeriksaan laboratorium
- Penurunan albumin (<3,5 mg/dl),
- Penurunan Hb (laki-laki <13,5
g/dl, perempuan <12mg/dl)
C: lemas,turgor kulit menurun
(kembali >2 detik), mukosa bibir
kering,mual muntah.
D:-
Anoreksia , mual muntah Nutrisi kurang dari
kebutuhan
DS : Pasien mengaku lemas
DO : - Membran mukosa bibir
kering
- Turgor kulit kembali > 2
detik
Mual muntah / dehidrasi Kekurangan volume
cairan
- Mata cowong
- Pemeriksaan serum elektrolit
didapat
hipokalemi/hiponatremi
- TTV
Nadi : ( >100x/ menit)
suhu : ( > 37,5°c )
Tensi : ( < 100/80 mmHg)
RR : ( > 24x/ menit) / N
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b/d proses infeksi virus
2. Kekurangan volume cairan b/d mual muntah / dehidrasi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia mual muntah
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
Dx
Tujuan Intrvensi Rasional
1. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama ....x24 jam,
Klien menujukkan suhu
tubuh dalam batas
normal.
Kriteria hasil :
1. Klien tidak mengeluh
panas.
2. Badan tidak teraba
hangat.
1. Kaji Adanya keluhan tanda -
tanda peningkatan suhu tubuh.
2. Monitor tanda - tanda vital
terutama suhu tubuh.
3. Berikan kompres hangat pada
aksila / dahi.
4. Jelaskan upaya – upaya untuk
mengatasi hypertermi dan
bantu klien/keluarga dlm
1. Peningkatan suhu tubuh
menujukkan berbagai gejala
seperti uka merah, badan teraba
hangat.
2. Demam disebabkan efek - efek
dari endotoksin pada
hipotalamus dan efinefrin yang
melepaskan pirogen.
3. Aksila merupakan jaringan tipis
dan terdapat pembulu darah
sehingga akan mempercepat
3. Suhu tubuh 36,5-37,5 0C.
upaya tersebut:
a.Tirah baring dan
kurangi aktifitas
b.Banyak minum
c.Beri kompres hangat
d.Pakaian tipis dan
menyerap keringat
5. Kolaborasi untuk pemberian
antipiretik, misalnya: aspirin
dan asitaminofen.
pross konduksi dan dahi berada
didekat hipotalamus sehingga
cepat memberikan respon dalam
mengatur suhu tubuh.
4. Upaya–upaya tersebut dapat
membantu menurunkan suhu
tubuh pasien serta meningkatkan
kenyamanan pasien.
5. Digunakan untuk mengurangi
demam, dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus, meskipun
demam mungkin dpat berguna
dalam menbatasi pemtumbuhan
organisme, dan meningkatkan
outodistruksi dari sel-sel yang
terinfeksi.
2. Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
….x24 jam diharapkan
kebutuhan cairan dan
elektrolit dapat
terpenuhi kembali, dg
KH :
TTV dalam batas
normal
TD : 110/80-120/90
mmHg
N: 60-100x/menit, S:
36,5-37.5 °c, RR: 12-
1. Kaji TTV, turgor kulit dan
kelembaban mukosa
2. Observasi intake dan output
3. Pemberian cairan parenteral
(IV line) sesuai dengan umur
1. Menunjukkan status dehidrasi
dan kemungkinan kebutuhan
untuk dilakukan penggantian
cairan.
2. Indikator keseimbangan cairan
terutama kehilangan cairan
3. Klien yang tingkat dehidrasi
ringan dan sedang yang kurang
intakenya atau dehidrasi berat
perlu pemeberian cairan cepat
melalui IV line sebai pengganti
cairan yang telah hilang
20 x/menit
Serum elektrolit
dalam batas normal
- Na : 137-145
mm0l/L
- Kalsium : 1-1,5
mmol/L
- Kalium : 2,7-3.9
mmol/L
Membran mukosa
bibir basah
Mata tidak cowong
turgor kulit kembali
< 2 detik
4. Timbang BB setiap hari
5. Kokolaborasi Pemeriksaan
serum elektrolit(Na, K dan
Ca)
6. Kolaborasi dalam pemberian
Obat-obatan (Entimetik dan
antibiotik)
4. Penimbangan BB harian yang
tepat dapat mendeteksi
kehilangan cairan.
5. Serum elektrolit sebagai koreksi
keseimbangan cairan dan
elektrolit.
6. Entimetik berfungsi untuk
mengontrol muntah & Antibiotik
sebagai antibakteri berspektrum
luas untuk menghambat
endoktoksin
3. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …..x 24 jam
diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi, dg
KH :
- Nafsu makan baik
- Makanan yang
diberikan habis
dimakan
- Terjadi peningkatan
BB
- Bising usus normal 5-
30x/ menit
1. Kaji status nutrisi.
2. Diskusikan dengan keluarga
tentang diet yang diberikan
3. Berikan makanan dalam
porsi kecil tapi sering.
4. Auskultasi bising usus, catat
bunyi tidak ada/hiperaktif
5. Timbang BB setiap hari
(bila memungkinkan)
1. Untuk mengidentifikasi
kekurangan/ kebutuhan nutrisi,
2. Memberikan pengetahuan
tentang penatalaksanaan diet
sehingga keluarga mengerti
tentang makanan yang boleh/
tidak boleh diberikan
3. Makan dalam porsi besar/
banyak lebih sulit dikonsumsi
saat pasien anoreksia.
4. Meskipun bising usus sering
tidak ada, inflamasi/iritasi usus
dapat menyertai hiperaktifitas
usus, penurunan absorbs air
5. Perubahan berat badan yang
menurun menggambarkan
6. Kaji abdomen dengan sering
untuk kembali kebunyi yang
lembut, penampilan bising
usus normal & kelancarab
flatus
7. Pertahankan higiene mulut
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
atau dengan dokter mengenai
makanan yang di butuhkan
peningkatan kebutuhan kalori,
protein dan vitamin.
6. Menunjukan kembalinya fungsi
usus ke normal & kemampuan
untuk memulai masukan oral.
7. Akumulasi partikel makanan di
mulut menambah rasa
ketidaknyamanan pada mulut
dan menurunkan nafsu maka
8. Untuk menentukan makanan
apa saja yang di butukan oleh
pasian untuk memulihkan
kondisinya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti.
(Suriadi, 2001 : 57)
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO (1975) :
Derajat I :Panas 2 – 7 hari, gejala umum tidak khas, uji “tourniquet” (+)
Derajat II :Sama dengan derajat I ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epistaksis, hematemesis, melena, perdarahan
gusi, uterus, telinga dan sebagainya.
Derajat III :Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat ( 120 / menit) tekanan nadi sempit (selisih antar sistole dan
diastole 20 mmHg), tekanan darah menurun (120/80 120/100
120/110 90/70 80/0 0/0).
Derajat IV :Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur (denyut jantung
140/menit), anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru.
Konsep Asuhan Keperawatannya meliputi:
a. Pengkajian : identitas klien,riwayat kesehatan,pola fungsi kesehatan,pemeriksaan
fisik.
b. Diagnosa Keperawatan :
i. Hipertermi b/d proses infeksi virus
ii. Kekurangan volume cairan b/d mual muntah / dehidrasi
iii. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia mual muntah
c. Rencana Keperawatan
3.2 Saran
1. Diharapkan dengan ditulisnya makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa keperawatan untuk bisa lebih mengerti dan memahami tentang penyakit DHF
(Dengue Haemorhagic fever) sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
benar.
2. Makalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien DHF (Dengue Haemorhagic fever)” ini
masih jauh dari kata sempurna, maka diharapkan kritik dan saran untuk lebih
memperbaiki makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo
Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.
Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, Jakarta; EGC.
Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, Jakarta ; EGC