dhf
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam dengue (DF) adalah penyakit febris – virus akut, sering kali
disertai dengan sakit kepala , nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan
leukopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (DHF) ditandai oleh
empat manifestasi klinis utama: demam tinggi, fenomena hemoragik, sering
dengan hepatomegali dan, pada kasus berat, tanda-tanda kegagalan sirkulasi
(WHO, 1999). Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)
disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B arthropod Borne Virus
(Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family
Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu ;DEN-1, DEN-2, DEN-3,
DEN-4. Tedapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi
virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
(Hadinegoro, dkk, 2004).
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjetan/syok (ed. Sudoyo, dkk,
2006).
1
Pada bulan Februari tahun 2010, kasus DHF telah ditemukan di 33 kota
di seluruh Indonesia dan Kalimantan Tengah menduduki posisi ke-18 dengan
penderita 589 orang dan penderita yang meninggal sebanyak 4 orang
(http://www.penyakitmenular.info).
Penulis mengangkat masalah ini untuk menambah wawasan,
pengembangan dan pengetahuan perawat dalam mencegah dan
memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien demam berdarah
dengue.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar penulis mampu
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus demam
berdarah dengue (DBD).
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan pengetahuan tentang demam berdarah dengue.
b. Mampu melakukan pengkajian tentang demam berdarah dengue.
c. Mampu menyusun analisa data pada pasien dengan demam
berdarah dengue.
d. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
demam berdarah dengue.
e. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan
demam berdarah dengue.
2
F. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan pada pasien dengan demam berdarah dengue.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah keperawatan maka masalah yang
diangkat oleh penulis adalah “ bagaimana asuhan keperawatan pada kasus
Tn.D dengan demam berdarah dengue secara komprehensif mulai dari
pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, dan perencanaa ”.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa serta dapat digunakan sebagai media pembelajaran
mengenai upaya penatalaksanaan dan pencegahan penularan penyakit
demam berdarah dengue di masyarakat
2. Bagi institusi pendidikan
Makalah ini diharapkan menjadi penyediaan data dasar yang dapat
digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan lebih lanjut khususnya
mengenai upaya penatalaksanaan dan pencegahan penularan penyakit
demam berdarah dengue di masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DENGUE HEMORAGIC FEVER
1. PENGERTIAN
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke
dalam tubuh penderita melalui tusukan nyamuk aedes aegypti (betina).
DBD terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan seringkali
menyebabkan kematian bagi penderita (effendy, 1995).
2. ETIOLOGI
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm. Terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan
demam dengue atau demam berdarah dengue (ed. Sudoyo, dkk, 2006).
3. PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui tusukan nyamuk dan
infeksi pertama kali mungkin memberi gejala demam dengue. Reaksi
tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus.
Reaksi akan berbeda bila seseorang mendapat infeksi berulang dari tipe
virus yang berbeda. Berdasarkan hal inilah timbul istilah the secondary
heterologous infection.
4
DHF dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi virus dengue
mendapat infeksi berulang dari virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibody sehingga menyebabkan
konsentrasi kompleks antigen antibody yang tinggi. Kompleks virus-
antibodi dalam darah ini mengaktivasi system komplemen yang
menyebabkan dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a yang melepaskan
histamine sebagai mediator kuat yang berperan dalam peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
melalui dinding endotel.
5
Diagram 1.1 patogenesis re-infeksi DBD
Infeksi dengue heterologus Sekunder
6
Replikasi Virus Respons antibodi anamnestis
Kompleks Virus-antibodi
Aktivasi komplemen
Anafilatoksin (C3a C5a)
Permeabilitas vaskular
Kebocoran plasma
hipovolemia
syok
anoksia asidosis+
komplemen
Kadar histamineDalam urin 24jam
Ht
Na+
Cairan dalamRongga serosa
>30% dariKasus syok24-48 jam
(sumber: effendy, dkk, 1995)
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi serta efusi dan renjatan (syok).
Perembesan plasma terbukti dengan adanya peningkatan kadar hemaktokrit,
penurunan kadar natrium , terdapatnya cairan didalam rongga serosa(efusi fleura,
asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis
anoksia, yang dapat berakhir fatal ; oleh karena itu, pengobatan syok sanagt
penting guna mencegah kematian.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu: perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Diagram 1.2 spektrum diagram DBD
(sumber:WHO,1999)
7
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang niasa timbul pada DHF antara lain:
a. Demam mendadak tinggi selama 5-7 hari.
b. Anoreksia,mual, muntah, diare serta konstipasi.
c. Pendarahan terutama pendarahan bawah kulit, petekie, ekhimosis,
hematoma.
d. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, ulu hati
f. Sakit kepala
g. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
h. Tanda-tanda rentan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan
darah menurun, gelisah, (CRT)capillary refill time lebih dari dua
detik, nadi cepat dan lemah).
(Sumber : Effendy, 1995; Hadinenggoro,2004)
8
5. KLASIFIKASI
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus DengueDD/DBD Derajat* Gejala Labolatorium
DD Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, artalgia
Leukopenia, Trombositopen
ia, tidak ditemukan bukti kebocoran plasma
DBD I Gejala di atas ditambah uji bending positif
Trombositopenia (<100.000/? 1), bukti ada kebocoran plasma
DBD II Gejala di atas ditambah perdarahan spontan
Trombositopenia (<100.000/? 1), bukti ada kebocoran plasma
DBD III Gejala di atas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah)
Trombositopenia (<100.000/? 1), bukti ada kebocoran plasma
DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur
Trombositopenia (<100.000/? 1), bukti ada kebocoran plasma
*DBD derajat III dan IV juga disebut sindrom syok dengue(SSD)
(Sumber : Ed.Sudoyo, DKK. 2006)
9
6. KOMPLIKASI
a. Euselofati dengue
b. Edema paru
c. Kelainan ginjal
(Sumber : Hadinegoro, dkk, 2004)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Anamnesis
Pada saat keadaan umum klien lemah atau kesadaran menurun
dapat dilakukan anamnesis kepada keluarga atau orang terdekat
klien dengan teliti, dari anamnesis tersebut dapat diambil tentang
lama dan sifat demam, keluhan dan gejala sebelum dan bersamaan
timbulnya demam, timbulnya manifestasi perdarahan, bila
penderita gelisah dan bila terdapat kulit yang dingin pada ujung
hidung, jari, dan kaki.(Sudarmo,1988).
b. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pemeriksaan fisik dengan mengukur tanda-tanda
vital (tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi), adanya tanda-tanda
perdarahan di bawah kulit, gejala-gejala hipovolemik, dan adanya
pembesaran hati.
10
c. Pemeriksaan Labolatorium
1) Trombosit menurun (100.000/ml atau kurang)
2) Hb meningkat lebih 20%
3) Ht Meningkat 20%
4) Leukosit menurun pada hari ke-2 dan ke-3
5) Protein darah rendah
6) NA dan CL rendah
7) Tes torniqiuet (+)
8) Rontgen thorax : efusi pleura
(Sumber : Soedarmo, 1988)
11
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
12
Keterangan diagram 1.3
a. Pada saat pasien datang, berikan cairan kristaloid ringer laktat/NaCl 0,9%
atau dektrosa 5% dalam ringer laktat 0,9 % 6-7 ml/kg BB/ jam. Monitor
tanda vital dan kadar Ht serta trombosit tiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi
12-24 jam.
b. Apabila selama observasi keadaan umum membaik, yaitu pasien Nampak
tenang, tek. Nadi kuat, TD stabil, diuresis cukup, dan kadar Ht cenderung
turu, maka tetesan dikurangi menjadi 5 ml/ kg BB/jam.
c. Apabila keadaan tambah memburuk, maka tetesan dinaikkan menjadi
10ml/kgBB/jam, dan selama 1 jam tidak ada perbaikan maka tetesan
dinaikan menjadi 15 ml/KgBB/jam. Dan apabila terjadi distres pernafasan
dan Ht naik maka berikan cairan koloid 20-30 ml/kgBB/jam, tapi bila Ht
turun berarti terjadi perdarahan, berikan transfusi darah segar
10ml/KgBB/jam.
(sumber: Hadinegoro, 2004).
13
Keterangan diagram 1.4
a. Segera beri infus kristaloid ( ringer laktat atau NaCl 0,9 % ) 10-20 ml/KgBB
secepatnya ( diberikan dalam bolus selama 30 menit ) dan oksigen 2 liter/
menit. Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit
tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan gula darah.
14
b. Bila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap
dilanjutkan 15-20 ml/KgBB , ditambah plasma atau koloid sebanyak 10-20
ml/KG BB, maksimal 30 ml/ KG BB dan diberikan secepatnya. Observasi
keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa
Ht setiap 4-6 jam.
c. Apabila syok teratasi disertai penurunan kadar Hb/Ht, tekanan nadi >20
mmHg, nadi kuat, meka tetesan cairan dikurang menjadi 10 ml/KgBB/jam
dan dipertahankan sampai 24 jam atau sampai klinis stabil dan Ht
manurun < 40 %. Salanjutnya cairan diturunkan menjadi 7ml/KgBB
sampai keadaan klinis dan Ht stabil kemudian secara bertahap cairan
diturunkan 5 ml dan seterusnya 3 ml/Kg BB/jam.
d. Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan Kadar Ht menurun tetapi
masih >40 vol % berikan darah dalam volume kecil 10ml/KgBB. Apabila
tampak pendarahan massif, berikan darah segar 20 ml/ kgBB dan
lanjutkan cairan kristaloid 10 ml/kgBB/jam.
e. Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengetahui
kebutuhan cairan dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin.
Apabila CVP normal ( > 10mmH2O), maka berikan dopamine.
(sumber: Hadinegoro, 2004).
15
9. PENCEGAHAN
Untuk memutus rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap
paling memadai saat ini. Vektor dengue khususnya A. aegepty
sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas
ditempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100
meter. Tetapi karena vaktor terbesar luas, untuk keberhasilan
pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah)
agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi.
Ada 2 cara pemberantasan vektor :
a. Menggunakan insektisida
Yang lazim di gunakan dalam program pemberantasan demam
berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk
dewasa (adultisida) dan temephos(abate) untuk membunuh
jentik(larvasida). Cara penggunaan melathion adalah dengan
pengasapan (thernal fogging) atau pengabutan (cold fogging).
Cara panggunaan temephos ialah dengan dengan pasir abate
(sand granules) kedalam sarang-sarang nyamuk aedes, yaitu bejana
tempat penampungan air bersih.
16
b. Tanpa insektisida
Caranya adalah :
1) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1X seminggu (perkembangan telur ke nyamuk minimal
lamanya 7-10 hari)
2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol-
botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk
bersarang.
(sumber : Noer, H.M.Sjaifoelah, 1996).
17
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA DHF
1. Pengkajian
Menurut Effendi dalam buku perawatan pasien DHF , dalam
memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama
dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan
perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau pun cara
pengumpulan data yang dilkukan dalam pengkajian : wawancara,
pemeriksaan(fisik, laboratorium, rontgen), observasi , konsultasi.
a. Data subjektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau
keluarga pada pasien DHF, data subjektif yang sering ditemukan
adalah :
1) Lemah
2) Panas atau demam
3) Sakit kepala
4) Anoreksia, mual, muntah, haus, sakit saat menelan.
5) Nyeri ulu hati.
6) Nyeri pada otot dan sendi
7) Pegal-pegal seluruh tubuh
8) Konstipasi
18
b. Data objektif
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas
kondisi pasien. Data:
1) Suhu tinggi tubuh, menggigil, wajah tampak kemerahan.
2) Mokusa mulut kering, pendarahan gusi, lidah kotor
3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia ), uji tourniquet (+),
epistaksis, ekimosisi, hematoma, hematemesis, melena.
4) Hyperemia pada tenggorokan.
5) Nyeri tekan pada episgastrik
6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi,
ekstermitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
a) Trombositopenia
b) Hemoglobin meningkat > 20%
c) Hemokonsentrasi
d) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan
hipoproteinemia, hiponetremia, hipokloremia
Pada hari ke-2 dan ke-3 terjadi leukopenia; netropenia;
aneosinofilia; peningkatan limfosit; monosit dan basofil
1) SGOT/SGPT mungkin meningkat
2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
19
3) Waktu perdarahan memanjang
4) Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan
asidosis metabolik: pCO2 <35-40 mmHg; HCO3 rendah; base
excess (-)
5) Pada pemeriksaan urin dijumpai albuminuria ringan
Pemeriksaan serologi. Melakukan pengukuran titer antibodi pasien
dengan cara haemaglutination Inhibition Test (HI test) atau dengan
uji pengikatan komplemen (complemen fixation test) (CFT)).
Pemeriksaan diagnosis yang menunjang antara lain foto torak
mungkin dijumpai pleural effusion, pada pemeriksaan USG
hepatomegali da splenomegali.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka
mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan
klien yang ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto,2004).
Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien
dengan DHF antara lain sebagai berikut :
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan
proses penyakit (viremia).
b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
20
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi
tubuh yang lemah.
e. Potensial terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
f. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan
kurangnya volume cairan tubuh.
g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, dan
perawatan pasien DHF berhubungan dengan kurangnya
informasi.
h. Kecemasan ringan-sedang berhubungan dengan kondisi pasien
yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.
i. Potensial terjadi reaksi transfusi berhubungan dengan
pemberian tranfusi terhadap pasien.
j. Potensial infeksi berhubungan dengan tindakan invansif
(pemasangan NGT, infus).
k. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas dinding plasma.
(sumber : Effendi dkk, 1995)
21
3. Perencanaan / Intervensi
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan
proses penyakit (viremia).
kriteria hasil :
1) Suhu tubuh normal (36-37oC)
2) Pasien bebas dari demam
Intervensi :
1) Mengobservasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi,
pernfasan setiap setiap 3 jam atau lebih sering.
2) Menganjurkan pasien untuk banyak minum + 2,5 L/ 24
jam dan jelaskan manfaatnya bagi pasien.
3) Memberi kompres dingin ( pada daerah axila dan lipat
paha ).
4) Tidak memakai selimut atau pakaian tebal
5) Memberikan terapi cairan intravena dan obat-obatan
sesuai dengan program dokter.
b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
kriteria hasil :
1) Rasa nyaman pasien terpenuhi
2) Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
22
1) Mengkaji skala nyeri yang dialami pasien dengan
memberi rentang nyeri (0-10).
2) Memberi posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan
yang tenang.
3) Memberi kompres hangat?(kompres hangat atau dingin)
pada pasien agar dapat mengurangi rasa nyeri pasien.
4) Distraksi relaksasi
5) Mengajarkan pasien nafas dalam.
6) Memberi obat-obatan analgetik.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien
mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
diberikan/dibutuhkan.
Intervensi :
1) Mengkaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah yang
dialami oleh pasien.
2) Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti :
bubur tim dan hidangkan saat masih hangat.
3) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
4) Memberi nutrisi perentral ( kolaborasi dengan dokter ).
23
5) Memberi obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai
program dokter.
d. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi
tubuh yang lemah.
Kriteria hasil :
1) kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi
2) pasien mampu mandiri setelah bebas demam
Intervensi :
1) mengkaji keluhan pasien
2) mengkaji hal-hal yang mampu /tidak mampu dilakukan
oleh pasien sehubungan dengan kelemahan fisiknya.
3) Membantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya
sehari-hari sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien
seperti mandi, makan, eliminasi.
4) Membantu pasien untuk mandiri sesuai dengan
perkembangan kemajuan fisiknya.
5) Meletakkan barang-barang ditempat yang mudah
terjangkau oleh pasien.
6) Menyiapkan bel didekat pasien.
e. Potensial terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
24
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut ( secara
klinis )
2) Jumlah trombosit meningkat.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai
dengan tanda-tanda klinis.
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari.
3) Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat.
4) Mengantisipasi terjadinya perlukaan atau perdarahan :
a) Menganjurkan sikat gigi lunak
b) Menghindari tindakan invasif melalui rectum
seperti : pemberian obat suppositorial, enema,
rektal thermometer.
c) Memberikan tekanan 5-10 menit setiap kali
selesai mengambil darah.
f. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan
kurangnya volume cairan tubuh.
kriteria hasil:
1) Tidak terjadi shock hipovolemik
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
3) Keadaan umum baik
25
Intervensi :
1) Monitor keadaan umum pasien.
2) Observasi tanda-tanda Vital tiap 2-3 jam
3) Monitor tanda-tanda perdarahan.
4) Pasang infus, beri terapi cairan intravena jika terjadi
perdarahan (kolaborasi dengan dokter).
5) Berikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan.
6) Berikan obat-obatan untuk mengatasi perdarahan sesuai
dengan program dokter.
7) Monitor masukan dan keluaran, catat dan ukur
perdarahan yang terjadi, produksi urin.
8) Berikan tranfusi sesuai dengan program dokter.
9) Cek Hb, Ht, dan trombosit.
g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, dan
perawatan pasien DHF berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Kriteria hasil : pengetahuan pasien/keluarga tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan bagi penderita DHF
meningkat dan pasien/keluarga mampu menceritakannya
kembali.
Intervensi :
1) Mengkaji tingkat pengetahuan klien.
26
2) Mengkaji latar belakang pasien.
3) Menjelaskan proses penyakit, diet, perawatan dan obat-
obatan pada pasien dengan kata-kata yang mudah
dimengerti.
4) Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
5) Memberikan kesempatan untuk pasien/keluarga untuk
menayakan hal-hal yang ingin diketahui sehubungan
dengan penyakit yang dialami pasien.
h. Kecemasan ringan-sedang berhubungan dengan kondisi pasien
yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.
Kriteria hasil : kecemasan berkurang.
Intervensi :
1) Mengkaji rasa cemas yang dialami pasien.
2) Memberikan kesempatan pada pasien/keluarga untuk
mengungkapkan rasa cemas.
3) Menggunakan komunikasi terapeutik.
4) Menjawab pertanyaan pasien/keluarga dengan jujur dan
benar.
5) Berikan kenyakinan pada pasien/keluarga bahwa perawat
dan dokter serta tim kesehatan lain selalu berusaha
memberikan pertolongan terbaik.
6) Memberikan penjelasan pada klien/keluarga.
27
i. Potensial terjadi reaksi transfusi berhubungan dengan
pemberian tranfusi terhadap pasien.
Kriteria hasil : reaksi tranfusi tidak terjadi.
Intervensi :
1) Cek ulang formulir permintaan darah sebelum dikirim.
2) Gunakan Blood set untuk pemberian tranfusi.
3) Berikan cairan normal saline (NaCl) sebelum pemberian
tranfusi.
4) Jangan tunda pemberian tranfusi lebih dari 30 menit
setelah darah diterima dari bank darah.
5) Catat tanda-tanda/reaksi yang dialami pasien.
6) Segera hentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi.
j. Potensial infeksi berhubungan dengan tindakan invansif
(pemasangan NGT, infus).
Kriteria hasil : tidak tampak tanda-tanda infeksi pada pasien.
Intervensi :
1) Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan
pemasangan infuse.
2) Mengganti set infus setiap hari terutama jika pasien
mendapat nutrisi parenteral.
3) Segera cabut infus jik tampak adanya pembengkakan
atau plebitis.
28
k. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas dinding plasma.
Kriteria hasil : tidak terjadi defisit volume cairan.
Intervensi :
1) Mengkaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi).
2) Memberikan cairan intravena sesuai program dokter.
3) Berikan pasien asupan cairan (banyak minum).
4) Monitor asupan dan keluaran pasien.
(sumber : Effendi dkk, 1995).
29
4. Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya,
tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan
dapat dicapai dan memberikan feedback terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. (Tarwoto,2004).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan DHF adalah :
a) Suhu tubuh normal
b) Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
c) Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
d) Pasien mampu mandiri setelah demam
e) Rasa nyaman pasien terpenuhi
f) Tidak terjadi shock hipovolemik
g) Tidak terjadi defisit volume cairan
h) Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
i) Koping individu baik terhadap perubahan status kesehatan
j) Menunjukkan pola hidup sehat.
30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DAN PEMBAHANSAN
A. PENGKAJIAN KASUS KEPERAWATAN DHF
1. Identitas pasien
Tn. D, usia 31 tahun , islam , alamat G.Obos No.30 palangka raya,
suku jawa , pekerjaan dosen akademi perawat. MRS : 11 maret 2010,
jam 10.00 WIB. No register 058.03.010. diagnosa medis DHF.
2. Riwayat penyakit sekarang
Alasan masuk rumah sakit : demam sudah sejak 2 hari yang lalu,
mual, muntah, nyeri sendi, sejak pagi epistaksis, namun sedikit dan
berhenti dengan sendirinya. Sudah minum obat analgesic dan
antipiretik namun tidak berkurang. Tes RL dilakukan dengan
sendirinya dan hasilnya positif sehingga klien langsung pergi ke RS
diantar oleh sahabatnya.
3. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Adik klien pernah dirawat dengan penyakit dengue syock syndrome
(DSS) sampai di rawat di ICU, bapak ibu mempunyai riwayat penyakit
hiperlipidemia dan penyakit jantung koroner(PJK).
31
5. Pola fungsi keluarga
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat : mempunyai
kebiasaan merokok sejak SMA walaupun sudah mengetahui
akibatnya namun susah menghilangkannya, jamu (-), olah
raga kalau sedang Mood.
b) Pola nutrisi dan metabolisme : kebiasaan makan 2 kali sehari
siang dengan malam hari dengan porsi yang banyak. Pagi hari
hanya makan cemilan dan teh hangat. BB=75 kg, TB=183 cm.
penampilan ramping, kebiasaan minum 3lt/hari. Klien minum
kopi sebanyak 4 gelas sehari. Selama masuk RS belum makan
apapun, hanya minum isotonic sebanyak 2 liter.
c) Pola eliminasi : kebiasan BAb setiap 2 hari sekali dan BAk 5
kali sehari, warna jumlah bau, konsistensi dalam batas
normal. Sejak kemarin klien merasakan produksi urin nya
semakin sedikit dan pekat.
d) Pola tidur dan istirahat : pola tidur klien 1hari sehari, biasanya
klien tidur jam 03.00 sampai 07.00 WIB. Dengan pola tidur
seperti itu tidak merasa keluhan apapun .
e) Pola aktivitas : klien kerja dari jam 08.00 samapi 15.00 WIB.
Sore hari kadang main volley dan dimalam hari klien selalu
didepan komputer atau di depan TV sampai jam 02.00-03.00
WIB.
32
6. Pola sensori dan kognitif
Sensori : system indra baik dan dalam batas normal
Kognitif : proses berpikir, isi pikir dan daya ingat baik.
7. Pola penanggulangan stres
Kalau sedang stres klien melakukan yoga dirumah, atau keluar rumah
mencari hiburan atau melihat film. Bila ada masalah klien
membicarakannya dengan teman atau keluarga.
8. Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum : kesadaran CM, suara jelas, TD:80/60
mmHg, nadi 120x/mnt, suhu 39oc, pernafasan 20x/mnt, pola
nafas teratur.
b) System integument : kulit bersih, sedikit pucat , tektur baik,
edema.(-)
Wajah : nyeri dibagian wajah dan sekitar mata, sedikit pucat,
simetris, edema (-), otot wajah baik
c) Mata : ikterik (-), konjungtiva anemis, reflek pupil baik.
d) Telinga ,hidung , faring dan leher : dalam batas normal
f) Thoraks: ronki(+) lobus bawah kiri, wheezing (-) , simetris ,
reaksi dada (-)
g) Jantung : dalam batas normal
h) Abdomen : bising usus (+) , tidak ada benjolan, nyeri (+)
dikuadran kanan atas.
33
i) Inguinal-genetalia anus : tidak dikaji.
J) Ektremitas : akral dingin , pucat, kekuatan otot dalam batas
normal.
k) Tulang belakang : dalam batas normal
9. Pemeriksaan penunjang
a) Hb : 15g/dl N=12-14 g/dl (P), 13-16 g/dl (L)
b) Ht : 65 % N=40-45 mg/dl
c) Leukosit : 8.000/mm3 N=5000-10.000
d) Trombosit : 45.000/ UL N=150.000-400.000
10. Terapi
a) Cek TTV tiap 15 menit
b) O2 : 4 liter/ mnt
c) RL : 2 kolf loading, kemudian 1 kolf/ jam konsul
d) Parasetamol 3x1
34
B. Analisa data Keperawatan Kasus DHFData Masalah Etiologi
1. Ds : - Klien mengatakan produksi urin semakin
sedikit dan pekat- Klien mengatakan selama masuk RS hanya
minum isotonik 2L- Klien mengeluh mual dan muntah sejak 2 hari
yang lalu.Do :
- Kulit, wajah, dan ektremitas tampak pucat- Tampak lemah- TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Suhu : 39oc- Ht : 65 %- Trombosit : 45.000/UL
Kurangnya volume cairan tubuh Peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
2. Ds :- Klien mengatakan produksi urin semakin
sedikit dan pekat- Klien mengatakan sejak pagi epistaksis
namun sedikit dan berhenti dengan sendirinya.
- Klien mengatakan selama masuk RS hanya minum isotonik 2L
Resiko perdarahan lebih lanjut Trombositopenia
35
Do : - Klien tampak lemah- Kulit, wajah dan ektremitas tampak pucat- Konjungtiva anemis- Akral dingin - Tes RL (+) - TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Suhu : 39oc- Trombosit : 45.000/UL- Ht : 65 %
3. Ds :- klien merasa demam 2 hari yang lalu.
Do :- TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Suhu : 39 oc- Akral dingin- Ht : 65 %- Trombosit : 45.000/UL
Suhu tubuh meningkat lebih dari batas normal
Proses penyakit (viremia).
4. Ds : - Kilen mengatakan nyeri dikepala- Klien mengatakan nyeri di sendi sejak 2 hari
yang lalu
Gangguan rasa nyaman : nyeri Patologis penyakit.
36
- Klien mengatakan nyeri dibagian wajah dan sekitar mata
- Klien mengatakan nyeri tekan (+ ) pada kuadran kanan atas
Do : - TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Suhu : 39oc
5. Ds : - Klien mengeluh demam dan nyeri di kepala
Do :- Klien tampak lemah- Kulit, wajah, dan ektremitas klien tampak
pucat- Akral dingin- TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Trombisit : 45.000 /UL
Intoleransi aktivitas Kondisi tubuh yang lemah
6. Ds : - klien mengeluh mual, muntah- Klien mengeluh demam sejak 2 hari yang lalu- Klien mengatakan selama masuk RS belum
makan apapun Do :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan normal
Mual dan muntah
37
- Klien tampak lemah- Kulit, wajah, dan ekstrermitas klien tampak
pucat- Bising usus (+)- Postur tubuh tampak ramping- TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Suhu : 39oc
38
C. Diagnosa keperawatan kasus DHF
1. Kurang cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah.
2. Potensial terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses patologis
penyakit.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
6. Resiko kekurangan nutrisi dari kebutuhan normal berhubungan dengan
mual dan muntah.
39
D. Intervensi Keperawatan Kasus DHF
No No. Dx
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1 Dx 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, cairan dapat kembali normal dengan kriteria hasil : Tidak terjadi devisit volume cairan.
1. Mengkaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi), serta tanda-tanda vital.
2. Memberi cairan intra vena sesuai program dokter.
3. Beri pasien asupan cairan (banyak minum air).
1. Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
2. Memberi cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami devisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan langsung masuk kedalam pembuluh darah.
3. Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
2 Dx 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 X 24 jam, potensial terjadi perdarahan lebih lanjut dapat teratasi dengan kriteria hasil :1. Tidak terjadi tanda
perdarahan lebih lanjut.
1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.
2. Memonitor jumlah trombosit setiap hari
1. penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu menimbulkan tanda-tanda klinis berupa pendarahan seperti epistaksis, petikie, dll.
2. Dengan jumlah trombosit yang di
40
2. Jumlah trombosit meningkat.
3. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-3 jam
4. Pasien diharuskan untuk banyak istirahat.
5. Berikan pasien terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan.
6. Mengantisipasi terjadinya perlukaan atau perdarahan :
a. Menggunakan sikat gigi lunak.b memelihara kebersihan mulut.
pantau setiap hari, dapat di ketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan pendarahan yang dapat di alami pasien.
3. Tanda –tanda vital alaam batas normal menandakan keadaan umum pasien baik, perawat perlu terus menerus mengobservasi tanda-tanda vital selama pasien mengalami perdarahan untuk memastikan tidak terjadi presyo/syok.
4. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya pendarahan
5. Pemberian O2 akan mebantu oksigen jaringan, karena dengan terjadinya perdarahan maka suplai oksigen kejaringan terganggu.
6. Dengan pencagahan lebih dini maka perlukaan atau perdarahan dapat dihindari.
41
c menghindari tindakan invasif rektum seperti : pemberian obat suppositorial, rektal termometer.d menggunakan cukur listrik (jika pasien butuh bercukur).e memberikan tekanan 5-10 menit setiap kali Selesai mengambil Darah.
3 Dx 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, suhu tubuh klien dapat kembali normal( 36o c) dengan kriteria hasil : Pasien bebas dari demam
1. Mengobservasi tanda –tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering
2. Beri pasien asupan cairan (banyak minum).
3. Memberi kompres dingin ( pada
1. Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
3. Kompres dingin akan membantu
42
axsila dan paha)4. Pasien tidak memakai selimut
dan pakaian yang tebal5. Memberi terapi cairan
intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.
6. Mencatat asupan dan keluaran
menurunkan suhu tubuh4. Pakaian yang tipis akan membantu
mengurangi penguapan tubuh5. Pemberian cairan sangat penting bagi
pasien dengan suhu tinggi.
6. Untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan tubuh
4 Dx 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam rasa nyeri pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil:1. Rasa nyaman pasien terpenuhi2. Nyeri bekurang atau hilang
1. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan memberi rentang nyeri (0-10), biarkan pasien menentukan tingkat nyeri yang dialami pasien.
2. Berikan kompres hangat.
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Ajarkan teknik Nafas dalam.
1. Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien
2. Untuk mengurangi nyeri pada tubuh pasien.
3. Agar pasien dapat mengalihkan dan mengurangi rasa nyeri.
4. Membantu pasien dalam menangani nyeri yang timbul.
5 Dx 5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan untuk
1. Mengkaji hal-hal yang mampu / tidak mampu dilakukan oleh pasien sehubungan dengan kelemahan fisiknya.
1. Untuk mengidentifikasi masalah – masalah pasien
43
bergerak (Beraktivitas) dengan kriteria hasil:1. Kebutuhan aktivitas sehari hari
terpenuhi.2. Pasien mampu mandiri setelah
bebas demam.
2. Membantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari – hari sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien seperti mandi, makan, eliminasi.
3. Membantu pasien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya.
4. Meletakan barang-barang mudah dijangkau pasien.
5. Menyiapkan bel didekat pasien
2. Untu mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya
3. Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat memiliki tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuh sehari-hari pasien tanpa membuat pasien mengalami ketergantugan pada perawat.Dengan melatih kemandirian pasien maka pasien tidak mengalami ketergantungan kepada perawat
4. Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa orang lain.
5. Agar pasien dapat segera meminta bantuan perawat saat membutuhkannya
6 Dx 6 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama `1 x 24 jam,nafsu makan pasien bertambah dengan kriteria hasil:
1. awasi masukan atau pengeluaran dan berat badan secara periodik.
2. Sajikan makanan yang mudah
1. Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
2. Makanan yang mudah dicerna
44
1. Pasien mengatakan nafsu makannya bertambah.
2. Pasien tampak tenang
dicerna dalam keadaan hangat dan tertutup.
3. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbonhidrat.
4. Berikan Porsi makanan sedikit tetapi sering pada pasien
5. Berikan dan bantu hygiene mulut
membantu pasien dalam menelan.
3. Memaksimalkan masukan nutrisi dan menurunkan iritasi graster.
4. Kebutuhan pasien terpenuhi.
5. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral serta menurunkan pertumbuhan bakteri.
45
E. PEMBAHASAN
Penatalaksanaan asuhan keperawatan secara murni mengacu pada
konsep dan teori yang sudah teruji. Bab III ini penulis akan
mengemukakan dan menganalisis studi kasus yang telah dinyatakan
dalam tinjauan kasus dan menghubungkannya dengan konsep teori
terhadap asuhan keperawatan DHF pada Tn.D.
1. Diagnose keperawatan 1 : kurangnya volume cairan tubuh
berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler.
Kurangnya volume cairan : kondisi ketika individu tidak mampu
meminum cairan, mengalami atau resiko dehidrasi vascular,
interstisial, atau intraseluler.( carpenito, 2009).
Berdasarkan kasus Tn. D diatas, diketahui bahwa Ht dalam darah
Tn. D meningkat dengan ditemukan data Ht. 65 % ( normal Ht =37-
48 % ). Dalam hal ini, Ht (65%) yang meningkat menunjukan
terjadinya peningkatan permeabilitas dan menyebabkan
perembesan plasma melalui dinding endotel. Hal inilah yang
menyebabkan penurunan jumlah plasma dalam intravaskuler dan
menyebabkan Tn. D mengalami kekurangan volume cairan.
Selain itu, penurunan volume cairan tubuh pada Tn D juga dapat
dipengaruhi oleh factor yang lain seperti mual, muntah dan klien
mengatakan hanya mengkonsumsi cairan isotonik 2 liter selama
46
masuk RS. Ini jugalah yang menjadi pendukung kekurangan cairan
dalam tubuh Tn. D.
Data lain yang didapat dari kasus Tn .D yang menunjukkan ia
mengalami penurunan volume cairan adalah produksi urin yang
semakin sedikit dan pekat. Untuk menangani masalah ini
dilakukan intervensi catat pemasukan/pengeluaran, beri cairan IV
melalui alat control dan rasional dari tindakan tersebut adalah
pengukuran dan pencatatan sangat penting untuk mengetahui
jumlah cairan yang masuk dan keluar dari tubuh, pemberian
intravena sangat diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh yang hebat yaitu untuk mengatasi syok hipovolemik.
2. Diagnosa keperawatan 2 : potensial terjadinya perdarahan lebih
lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
Potensial perdarahan lebih lanjut adalah resiko terjadi keluarnya
darah daripada sistem peredarannya atau tercederanya sistem
edaran yang lebih parah dan dapat mengakibatkan perdarahan
yang fatal. (http://www.google.klasifikasi+perdarahan.info).
Berdasarkan kasus Tn. D diperoleh data bahwa klien mengalami
epistaksis namun sedikit dan berhenti dengan sendirinya serta
trombosit yang mengalami penurunan dari jumlah normal, yaitu
45.000/UL. Peristiwa epistaksis ini menunjukan telah terjadinya infeksi
oleh virus dengue, dimana infeksi virus dengue menyerang pembuluh
47
darah sehingga terjadinya pelebaran pori-pori pembuluh darah, namun
epistaksis yang di alami klien masih dalam kadar ringan karena epiktasis
tersebut keluar sedikit dan dapat berhenti dengan sendirinya.
Sedangkan trombositopenia merupakan terjadinya penurunan kadar
trombosit di dalam darah dimana jumlah trombosit tersebut menurun
dikarenakan trombosit yang berkerja untuk menutupi pori -pori
pembuluh darah yang melebar (proses pembentukan fibrin untuk
menutupi pori – pori pembuluh darah yang melebar). karena jumlah
pori-pori yang melebar tersebut begitu banyak maka terjadilah
koagulasi intravascular diseminata yaitu aktivasi koagulasi secara
berlebihan dan terjadi pada waktu yang bersamaan sehingga
menyebabkan pembentukan fibrin di dalam pembuluh darah. Pada saat
yang bersamaan diperlukan pula pemakaian trombosit untuk proses
pembekuan agar dapat menutupi pori-pori yang melebar namun kadar
trombosit yang diperlukan sudah tidak mencukupi lagi sehingga pada
akhirnya terjadi perdarahan. Trombosit dalam darah ini berguna untuk
proses pembekuan darah, dengan berkurangnya kadar trombosit dalam
darah dapat mengakibatkan terjadinya proses merembesnya cairan dari
intravaskuler ke ekstravaskuler (perdarahan).
Intervensi yang diambil dalam kasus ini adalah menganjurkan pasien
untuk banyak beristirahat dan mengantisipasi terjadinya perlukaan
atau perdarahan dengan cara :
a) Menggunakan sikat gigi lunak.
b) memelihara kebersihan mulut.
48
c) menghindari tindakan invasif rektum seperti : pemberian
obat suppositorial, rektal termometer.
d) menggunakan cukur listrik (jika pasien butuh bercukur).
e) memberikan tekanan 5-10 menit setiap kali selesai
mengambil darah.
Rasional dari tindakan tersebut adalah Aktivitas pasien
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
pendarahan dan dengan pencagahan lebih dini maka
perlukaan atau perdarahan dapat dihindari.
3. Diagnose keperawatan 3 : peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses penyakit (viremia).
peningkatan suhu tubuh : keadaan ketika individu mengalami
atau berisiko mengalami peningkatan suhu tubuh yang terus
menerus lebih tinggi dari 37,8oC secara oral dan 38,8o C secara
rektal yang disebabkan oleh berbagai factor.(carpenito, 2009 ).
Berdasarkan kasus Tn. D, didapatkan data bahwa Tn. D mengalami
demam sejak 2 hari yang lalu dan suhu tubuhnya 39oC. Terjadinya
demam dan peningkatan suhu tubuh pada Tn. D dikarenakan
masuknya virus Dengue yang akan memperbanyak diri dengan
cara membelah diri. Karena virus ini merupakan benda asing,
maka di dalam tubuh akan ada reaksi perlawanan dengan
membentuk zat kekebalan agar virus tersebut dapat dilawan
49
( Nadesul, Handrawan : 2004). Ketika virus atau bakteri masuk ke
dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukosit
melepaskan “zat penyebab demam (pirogen endogen)” yang
selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus
anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur
dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus cermat
mengendalikan kenaikan suhu.
Intervensi yang dilakukan untuk menangani peningkatan suhu
tubuh pada Tn. D adalah kompres dingin pada bagian axilla dan
paha. Hal ini dilakukan untuk penurunan suhu tubuh Tn . D
menjadi normal kembali.
4. Diagnose keperawatan 4 : gangguan rasa nyaman: nyeri
berhubungan dengan proses patologis penyakit.
gangguan rasa nyaman (nyeri) : suatu kondisi dimana individu
mengalami sensasi yang tidak nyaman sebagai respon terhadap
stimulus berbahaya.(carpenito, 2009 ).
Berdasarkan kasus Tn. D, didapatkan data bahwa pasien
mengalami nyeri dikepala, nyeri di sendi, nyeri di bagian wajah
dan sekitar mata serta nyeri tekan pada kuadran kanan atas.
Nyeri yang dialami pasien dikarenakan akibat dari sensasi respon
stimulus dalam melawan benda asing yang masuk kedalam tubuh
dalam hal ini benda asing tersebut adalah virus dan bakteri, serta
50
sensasi dari adanya proses patologis dalam tubuh yang ditandai
juga dengan peningkatan nadi Tn. D yaitu 120x/mnt.
Untuk mengatasi masalah nyeri pada Tn. D dapat dilakukan
kompres hangat,teknik distraksi relaksasi, dan nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri dan mengalihkan perhatian klien dari rasa
nyeri.
5. Diagnose keperawatan 5 : Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan Kondisi tubuh yang lemah.
Intoleransi aktivitas : penurunan kapasitas fisiologi seseorang
untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau
diperlukan.(Magnan , 1987 ).
Berdasarkan kasus, keadaan Tn. D yang lemah menjadikan
aktivitasnya terganggu, dan menurunnya fisiologi untuk
melakukan aktivitas sampai pada tinggkat yang diinginkan atau
diperlukan. Kelemahan terjadi karena tubuh tidak dapat
memproduksi energy yang cukup untuk beraktivitas.
Berdasarkan kasus didapatkan tiga hal yang mungkin berpengaruh
terjadinya intoleransi aktivitas yang pertama adalah transfor
oksigen dimana oksigen merupakan bahan bakar untuk melakukan
proses metabolism dalam menghasilkan energy. Sedangkan data
yang ditemukan pada kasus Tn. D berupa kulit, wajah, dan
ekstremitas tampak pucat dan akral dingin serta TD: 80/60 mmHg
51
yang membuktikan bahwa terganggunya transfor oksigen ke
seluruh tubuh. Hal yang kedua adalah infeksi virus dengue dimana
terjadinya peningkatan tuntutan kebutuhan metabolic yaitu
terjadinya peningkatan kerja tubuh untuk melawan virus yang
menyerang tubuh dan secara otomatis energy yang di butuhkan
lebih banyak sehingga peningkatan kerja tubuh ini menyebabkan
terjadinya kekurangan pasokan energy ke seluruh tubuh (nutrisi ke
sel tubuh).
Hal yang ketiga adalah ketidakadekuatan sumber energy yang di
akibatkan oleh terjadinya pengeluaran nutrisi yang berlebihan dari
tubuh sebelum di cerna (mual dan muntah).
Untuk menangani masalah di atas dapat dilakukann tindakan
berupa mengajarkan pasien Room pasif dan Aktif, yang dapat
membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
seperti mandi, makan dan eliminasi. Tujuan dari tindakan tersebut
adalah agar sendi tidak kaku, pemberian bantuan sangat
diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah.
6. Diagnosa keperawatan 6 : Resiko kekurangan nutrisi dari
kebutuhan normal berhubungan dengan mual dan muntah.
Resiko kekurangan nutrisi dari kebutuhan normal : keadaan ketika
individu mengalami penurunan berat badan atau berisiko
mengalami penurunan mengalami penurunan berat badan karena
52
tidak adekuatnya asupan atau metabolisme zat nutrisi untuk
kebutuhan metabolik ( carpenitio,2009).
kasus Tn. D kekurangan nutrisi sangat berisiko terjadi karena
factor mual dan muntah yang dialami oleh Tn. D mengakibatkan
Tn. D tidak ada pemasukan nutrisi kedalam tubuh Tn . D. Hal ini
mengakibatkan terjadinya resiko penurunan nutrisi dari kebutuhan
tubuh. Jika Hal ini tidak diberi perhatian khusus maka dapat terjadi
kekurangan nutrisi pada Tn. D
Data yang diemukan dari klien adalah klien mengeluh mual,
muntah, demam sejak 2 hari yang lalu, dan klien juga mengatakan
selama masuk RS belum makan apapun.
DO: klien tampak lemah, bising usus (+).
Intervensi : berikan makanan lunak dan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makanan yang mudah dicerna membantu pasien dalam
menelan dan Kebutuhan pasien terpenuhi.
53
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
2. Pada kasus Tn. D, data-data yang ditemukan berdasarkan
pengkajian adalah demam, mual, muntah, nyeri sendi dan epiktaksis.
produksi urin semakin sedikit dan pekat, TD:80/60 mmHg, nadi
120x/mnt, suhu 39oc dan pernafasan 20x/mnt.
3. Pada kasus Tn. D, diagnosa yang dapat diangkat adalah :
a. Kurang cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas.
b. Potensial terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia .
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
(viremia).
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses
patologis penyakit.
54
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang
lemah.
f. Resiko kekurangan nutrisi dari kebutuhan normal berhubungan
dengan mual dan muntah.
5. Penatalaksanaan keperawatan secara umum untuk kasus Tn. D adalah:
a. tirah barin
b. pemberian makanan lunak
c. pemberian cairan melalui infuse
d. pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik
e. anti kovulsi jika terjadi kejang
B. SARAN
DHF merupakan suatu masalah yang sangat berbahaya yang terjadi di
dunia, karena penyakit ini dapat menggiring penderitanya dalam kondisi
yang parah hanya dalam waktu yang relative singkat. Apalagi DHF tidak
pandang bulukepada setiap calon korban yang akan di serang.Sesuai dengan
pepatah yang sering di dengar “Mencegah selalu lebih baik daripada
mengobati” karena vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah
belum ditemukan. Maka satu-satunya upaya pencegahan yang dapat
dilakukan adalah dengan memberantas nyamuknya (Acdes aegypti).
Membunuh nyamuknya saja belum cukup selama jentik-jentiknya masih
hidup. Karena itu upaya yang paling tepat adalah dengan memberantas
jentiknya.
55
Demi mencegah terjadinya penularan DHF maka cara ini dikenal dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD)
sebagai berikut:
1. Menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu
sekali atau
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air sehingga nyamuk
demam berdarah tidak bertelur
3. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan, sehingga
tidak dapat menjadi sarang nyamuk
4. Ganti air di vas bunga/pot tanaman air dan tempat minum burung
setiap hari.
56
DAFTAR PUSTAKA
1. Doengos, dkk : rencana asuhan keperawata, ed 3.jakarta :EGC, 1999.
2. Effendy, christantie : perawatan pasien dhf. Jakarta: EGC, 1995
3. Hadinegoro, dkk : tatalaksana demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta :
Departemen Kesehatan, 2004.
4. Hadinegoro, Sri Rejeki H., Safari, Hindra Irawan. 2004. Demam Berdarah
Dengue, Naskah Lengkap Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis Penyakit
Dalam, Dalam Tatalaksana Kasus DBD. Jakarta :FKUI
5. Http : //www. Penyakit menular.info/ data kasus DBD 09 februari 2010. Pdf
(akses : 16 april 2010).
6. Http://www.google.com/search?
q=klasifikasi+perdarahan+&btnG=Search&hl=en&sa=2 (akses :28 april 2010).
7. Nadesul, hendrawan : 100 pertanyaan+ jawaban demam berdarah. Jakarta:
kompas, 2004.
8. Noer, H.M,.Sjaifoelah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I.Ed III. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
9. Sudoyo, dkk : ilmu penyakit dalam, ed 4.jakarta : departemen ilmu penyakit
dalam fakultas kedokteran UI, 2006.
10. Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
11. WHO : Demam berdarah Dengue. Jakarta : EGC, 1999.
57