dhf

78
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam dengue (DF) adalah penyakit febris – virus akut, sering kali disertai dengan sakit kepala , nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leukopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (DHF) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama: demam tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegali dan, pada kasus berat, tanda-tanda kegagalan sirkulasi (WHO, 1999). Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu ;DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Tedapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada 1

Upload: anisa-puspitasari

Post on 02-Aug-2015

88 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DHF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam dengue (DF) adalah penyakit febris – virus akut, sering kali

disertai dengan sakit kepala , nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan

leukopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (DHF) ditandai oleh

empat manifestasi klinis utama: demam tinggi, fenomena hemoragik, sering

dengan hepatomegali dan, pada kasus berat, tanda-tanda kegagalan sirkulasi

(WHO, 1999). Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B arthropod Borne Virus

(Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family

Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu ;DEN-1, DEN-2, DEN-3,

DEN-4. Tedapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi

virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue

ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

(Hadinegoro, dkk, 2004).

Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh

hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di

rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah

demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjetan/syok (ed. Sudoyo, dkk,

2006).

1

Page 2: DHF

Pada bulan Februari tahun 2010, kasus DHF telah ditemukan di 33 kota

di seluruh Indonesia dan Kalimantan Tengah menduduki posisi ke-18 dengan

penderita 589 orang dan penderita yang meninggal sebanyak 4 orang

(http://www.penyakitmenular.info).

Penulis mengangkat masalah ini untuk menambah wawasan,

pengembangan dan pengetahuan perawat dalam mencegah dan

memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien demam berdarah

dengue.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Tujuan penulisan makalah ini adalah agar penulis mampu

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus demam

berdarah dengue (DBD).

2. Tujuan khusus

a. Meningkatkan pengetahuan tentang demam berdarah dengue.

b. Mampu melakukan pengkajian tentang demam berdarah dengue.

c. Mampu menyusun analisa data pada pasien dengan demam

berdarah dengue.

d. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

demam berdarah dengue.

e. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan

demam berdarah dengue.

2

Page 3: DHF

F. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan dan evaluasi

keperawatan pada pasien dengan demam berdarah dengue.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah keperawatan maka masalah yang

diangkat oleh penulis adalah “ bagaimana asuhan keperawatan pada kasus

Tn.D dengan demam berdarah dengue secara komprehensif mulai dari

pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, dan perencanaa ”.

D. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mahasiswa serta dapat digunakan sebagai media pembelajaran

mengenai upaya penatalaksanaan dan pencegahan penularan penyakit

demam berdarah dengue di masyarakat

2. Bagi institusi pendidikan

Makalah ini diharapkan menjadi penyediaan data dasar yang dapat

digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan lebih lanjut khususnya

mengenai upaya penatalaksanaan dan pencegahan penularan penyakit

demam berdarah dengue di masyarakat.

3

Page 4: DHF

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DENGUE HEMORAGIC FEVER

1. PENGERTIAN

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke

dalam tubuh penderita melalui tusukan nyamuk aedes aegypti (betina).

DBD terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan seringkali

menyebabkan kematian bagi penderita (effendy, 1995).

2. ETIOLOGI

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang

termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus

merupakan virus dengan diameter 30 nm. Terdapat 4 serotipe virus yaitu

DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan

demam dengue atau demam berdarah dengue (ed. Sudoyo, dkk, 2006).

3. PATOFISIOLOGI

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui tusukan nyamuk dan

infeksi pertama kali mungkin memberi gejala demam dengue. Reaksi

tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus.

Reaksi akan berbeda bila seseorang mendapat infeksi berulang dari tipe

virus yang berbeda. Berdasarkan hal inilah timbul istilah the secondary

heterologous infection.

4

Page 5: DHF

DHF dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi virus dengue

mendapat infeksi berulang dari virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan

menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibody sehingga menyebabkan

konsentrasi kompleks antigen antibody yang tinggi. Kompleks virus-

antibodi dalam darah ini mengaktivasi system komplemen yang

menyebabkan dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a yang melepaskan

histamine sebagai mediator kuat yang berperan dalam peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma

melalui dinding endotel.

5

Page 6: DHF

Diagram 1.1 patogenesis re-infeksi DBD

Infeksi dengue heterologus Sekunder

6

Replikasi Virus Respons antibodi anamnestis

Kompleks Virus-antibodi

Aktivasi komplemen

Anafilatoksin (C3a C5a)

Permeabilitas vaskular

Kebocoran plasma

hipovolemia

syok

anoksia asidosis+

komplemen

Kadar histamineDalam urin 24jam

Ht

Na+

Cairan dalamRongga serosa

>30% dariKasus syok24-48 jam

(sumber: effendy, dkk, 1995)

Page 7: DHF

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya

volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi serta efusi dan renjatan (syok).

Perembesan plasma terbukti dengan adanya peningkatan kadar hemaktokrit,

penurunan kadar natrium , terdapatnya cairan didalam rongga serosa(efusi fleura,

asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis

anoksia, yang dapat berakhir fatal ; oleh karena itu, pengobatan syok sanagt

penting guna mencegah kematian.

Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu: perubahan

vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.

Diagram 1.2 spektrum diagram DBD

(sumber:WHO,1999)

7

Page 8: DHF

4. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis yang niasa timbul pada DHF antara lain:

a. Demam mendadak tinggi selama 5-7 hari.

b. Anoreksia,mual, muntah, diare serta konstipasi.

c. Pendarahan terutama pendarahan bawah kulit, petekie, ekhimosis,

hematoma.

d. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.

e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, ulu hati

f. Sakit kepala

g. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.

h. Tanda-tanda rentan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan

darah menurun, gelisah, (CRT)capillary refill time lebih dari dua

detik, nadi cepat dan lemah).

(Sumber : Effendy, 1995; Hadinenggoro,2004)

8

Page 9: DHF

5. KLASIFIKASI

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus DengueDD/DBD Derajat* Gejala Labolatorium

DD Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, artalgia

Leukopenia, Trombositopen

ia, tidak ditemukan bukti kebocoran plasma

DBD I Gejala di atas ditambah uji bending positif

Trombositopenia (<100.000/? 1), bukti ada kebocoran plasma

DBD II Gejala di atas ditambah perdarahan spontan

Trombositopenia (<100.000/? 1), bukti ada kebocoran plasma

DBD III Gejala di atas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah)

Trombositopenia (<100.000/? 1), bukti ada kebocoran plasma

DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur

Trombositopenia (<100.000/? 1), bukti ada kebocoran plasma

*DBD derajat III dan IV juga disebut sindrom syok dengue(SSD)

(Sumber : Ed.Sudoyo, DKK. 2006)

9

Page 10: DHF

6. KOMPLIKASI

a. Euselofati dengue

b. Edema paru

c. Kelainan ginjal

(Sumber : Hadinegoro, dkk, 2004)

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Anamnesis

Pada saat keadaan umum klien lemah atau kesadaran menurun

dapat dilakukan anamnesis kepada keluarga atau orang terdekat

klien dengan teliti, dari anamnesis tersebut dapat diambil tentang

lama dan sifat demam, keluhan dan gejala sebelum dan bersamaan

timbulnya demam, timbulnya manifestasi perdarahan, bila

penderita gelisah dan bila terdapat kulit yang dingin pada ujung

hidung, jari, dan kaki.(Sudarmo,1988).

b. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemeriksaan fisik dengan mengukur tanda-tanda

vital (tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi), adanya tanda-tanda

perdarahan di bawah kulit, gejala-gejala hipovolemik, dan adanya

pembesaran hati.

10

Page 11: DHF

c. Pemeriksaan Labolatorium

1) Trombosit menurun (100.000/ml atau kurang)

2) Hb meningkat lebih 20%

3) Ht Meningkat 20%

4) Leukosit menurun pada hari ke-2 dan ke-3

5) Protein darah rendah

6) NA dan CL rendah

7) Tes torniqiuet (+)

8) Rontgen thorax : efusi pleura

(Sumber : Soedarmo, 1988)

11

Page 12: DHF

5. PENATALAKSANAAN MEDIS

12

Page 13: DHF

Keterangan diagram 1.3

a. Pada saat pasien datang, berikan cairan kristaloid ringer laktat/NaCl 0,9%

atau dektrosa 5% dalam ringer laktat 0,9 % 6-7 ml/kg BB/ jam. Monitor

tanda vital dan kadar Ht serta trombosit tiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi

12-24 jam.

b. Apabila selama observasi keadaan umum membaik, yaitu pasien Nampak

tenang, tek. Nadi kuat, TD stabil, diuresis cukup, dan kadar Ht cenderung

turu, maka tetesan dikurangi menjadi 5 ml/ kg BB/jam.

c. Apabila keadaan tambah memburuk, maka tetesan dinaikkan menjadi

10ml/kgBB/jam, dan selama 1 jam tidak ada perbaikan maka tetesan

dinaikan menjadi 15 ml/KgBB/jam. Dan apabila terjadi distres pernafasan

dan Ht naik maka berikan cairan koloid 20-30 ml/kgBB/jam, tapi bila Ht

turun berarti terjadi perdarahan, berikan transfusi darah segar

10ml/KgBB/jam.

(sumber: Hadinegoro, 2004).

13

Page 14: DHF

Keterangan diagram 1.4

a. Segera beri infus kristaloid ( ringer laktat atau NaCl 0,9 % ) 10-20 ml/KgBB

secepatnya ( diberikan dalam bolus selama 30 menit ) dan oksigen 2 liter/

menit. Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit

tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan gula darah.

14

Page 15: DHF

b. Bila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap

dilanjutkan 15-20 ml/KgBB , ditambah plasma atau koloid sebanyak 10-20

ml/KG BB, maksimal 30 ml/ KG BB dan diberikan secepatnya. Observasi

keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa

Ht setiap 4-6 jam.

c. Apabila syok teratasi disertai penurunan kadar Hb/Ht, tekanan nadi >20

mmHg, nadi kuat, meka tetesan cairan dikurang menjadi 10 ml/KgBB/jam

dan dipertahankan sampai 24 jam atau sampai klinis stabil dan Ht

manurun < 40 %. Salanjutnya cairan diturunkan menjadi 7ml/KgBB

sampai keadaan klinis dan Ht stabil kemudian secara bertahap cairan

diturunkan 5 ml dan seterusnya 3 ml/Kg BB/jam.

d. Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan Kadar Ht menurun tetapi

masih >40 vol % berikan darah dalam volume kecil 10ml/KgBB. Apabila

tampak pendarahan massif, berikan darah segar 20 ml/ kgBB dan

lanjutkan cairan kristaloid 10 ml/kgBB/jam.

e. Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengetahui

kebutuhan cairan dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin.

Apabila CVP normal ( > 10mmH2O), maka berikan dopamine.

(sumber: Hadinegoro, 2004).

15

Page 16: DHF

9. PENCEGAHAN

Untuk memutus rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap

paling memadai saat ini. Vektor dengue khususnya A. aegepty

sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas

ditempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100

meter. Tetapi karena vaktor terbesar luas, untuk keberhasilan

pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah)

agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi.

Ada 2 cara pemberantasan vektor :

a. Menggunakan insektisida

Yang lazim di gunakan dalam program pemberantasan demam

berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk

dewasa (adultisida) dan temephos(abate) untuk membunuh

jentik(larvasida). Cara penggunaan melathion adalah dengan

pengasapan (thernal fogging) atau pengabutan (cold fogging).

Cara panggunaan temephos ialah dengan dengan pasir abate

(sand granules) kedalam sarang-sarang nyamuk aedes, yaitu bejana

tempat penampungan air bersih.

16

Page 17: DHF

b. Tanpa insektisida

Caranya adalah :

1) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air

minimal 1X seminggu (perkembangan telur ke nyamuk minimal

lamanya 7-10 hari)

2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol-

botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk

bersarang.

(sumber : Noer, H.M.Sjaifoelah, 1996).

17

Page 18: DHF

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA DHF

1. Pengkajian

Menurut Effendi dalam buku perawatan pasien DHF , dalam

memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama

dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan

perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau pun cara

pengumpulan data yang dilkukan dalam pengkajian : wawancara,

pemeriksaan(fisik, laboratorium, rontgen), observasi , konsultasi.

a. Data subjektif

Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau

keluarga pada pasien DHF, data subjektif yang sering ditemukan

adalah :

1) Lemah

2) Panas atau demam

3) Sakit kepala

4) Anoreksia, mual, muntah, haus, sakit saat menelan.

5) Nyeri ulu hati.

6) Nyeri pada otot dan sendi

7) Pegal-pegal seluruh tubuh

8) Konstipasi

18

Page 19: DHF

b. Data objektif

Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas

kondisi pasien. Data:

1) Suhu tinggi tubuh, menggigil, wajah tampak kemerahan.

2) Mokusa mulut kering, pendarahan gusi, lidah kotor

3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia ), uji tourniquet (+),

epistaksis, ekimosisi, hematoma, hematemesis, melena.

4) Hyperemia pada tenggorokan.

5) Nyeri tekan pada episgastrik

6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.

7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi,

ekstermitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :

a) Trombositopenia

b) Hemoglobin meningkat > 20%

c) Hemokonsentrasi

d) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan

hipoproteinemia, hiponetremia, hipokloremia

Pada hari ke-2 dan ke-3 terjadi leukopenia; netropenia;

aneosinofilia; peningkatan limfosit; monosit dan basofil

1) SGOT/SGPT mungkin meningkat

2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat

19

Page 20: DHF

3) Waktu perdarahan memanjang

4) Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan

asidosis metabolik: pCO2 <35-40 mmHg; HCO3 rendah; base

excess (-)

5) Pada pemeriksaan urin dijumpai albuminuria ringan

Pemeriksaan serologi. Melakukan pengukuran titer antibodi pasien

dengan cara haemaglutination Inhibition Test (HI test) atau dengan

uji pengikatan komplemen (complemen fixation test) (CFT)).

Pemeriksaan diagnosis yang menunjang antara lain foto torak

mungkin dijumpai pleural effusion, pada pemeriksaan USG

hepatomegali da splenomegali.

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka

mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk

mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan

klien yang ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto,2004).

Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien

dengan DHF antara lain sebagai berikut :

a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan

proses penyakit (viremia).

b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

20

Page 21: DHF

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

d. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi

tubuh yang lemah.

e. Potensial terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia.

f. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan

kurangnya volume cairan tubuh.

g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, dan

perawatan pasien DHF berhubungan dengan kurangnya

informasi.

h. Kecemasan ringan-sedang berhubungan dengan kondisi pasien

yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.

i. Potensial terjadi reaksi transfusi berhubungan dengan

pemberian tranfusi terhadap pasien.

j. Potensial infeksi berhubungan dengan tindakan invansif

(pemasangan NGT, infus).

k. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas dinding plasma.

(sumber : Effendi dkk, 1995)

21

Page 22: DHF

3. Perencanaan / Intervensi

a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan

proses penyakit (viremia).

kriteria hasil :

1) Suhu tubuh normal (36-37oC)

2) Pasien bebas dari demam

Intervensi :

1) Mengobservasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi,

pernfasan setiap setiap 3 jam atau lebih sering.

2) Menganjurkan pasien untuk banyak minum + 2,5 L/ 24

jam dan jelaskan manfaatnya bagi pasien.

3) Memberi kompres dingin ( pada daerah axila dan lipat

paha ).

4) Tidak memakai selimut atau pakaian tebal

5) Memberikan terapi cairan intravena dan obat-obatan

sesuai dengan program dokter.

b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

kriteria hasil :

1) Rasa nyaman pasien terpenuhi

2) Nyeri berkurang atau hilang

Intervensi :

22

Page 23: DHF

1) Mengkaji skala nyeri yang dialami pasien dengan

memberi rentang nyeri (0-10).

2) Memberi posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan

yang tenang.

3) Memberi kompres hangat?(kompres hangat atau dingin)

pada pasien agar dapat mengurangi rasa nyeri pasien.

4) Distraksi relaksasi

5) Mengajarkan pasien nafas dalam.

6) Memberi obat-obatan analgetik.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien

mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang

diberikan/dibutuhkan.

Intervensi :

1) Mengkaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah yang

dialami oleh pasien.

2) Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti :

bubur tim dan hidangkan saat masih hangat.

3) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

4) Memberi nutrisi perentral ( kolaborasi dengan dokter ).

23

Page 24: DHF

5) Memberi obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai

program dokter.

d. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi

tubuh yang lemah.

Kriteria hasil :

1) kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi

2) pasien mampu mandiri setelah bebas demam

Intervensi :

1) mengkaji keluhan pasien

2) mengkaji hal-hal yang mampu /tidak mampu dilakukan

oleh pasien sehubungan dengan kelemahan fisiknya.

3) Membantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya

sehari-hari sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien

seperti mandi, makan, eliminasi.

4) Membantu pasien untuk mandiri sesuai dengan

perkembangan kemajuan fisiknya.

5) Meletakkan barang-barang ditempat yang mudah

terjangkau oleh pasien.

6) Menyiapkan bel didekat pasien.

e. Potensial terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia.

24

Page 25: DHF

Kriteria hasil :

1) Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut ( secara

klinis )

2) Jumlah trombosit meningkat.

Intervensi :

1) Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai

dengan tanda-tanda klinis.

2) Monitor jumlah trombosit setiap hari.

3) Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat.

4) Mengantisipasi terjadinya perlukaan atau perdarahan :

a) Menganjurkan sikat gigi lunak

b) Menghindari tindakan invasif melalui rectum

seperti : pemberian obat suppositorial, enema,

rektal thermometer.

c) Memberikan tekanan 5-10 menit setiap kali

selesai mengambil darah.

f. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan

kurangnya volume cairan tubuh.

kriteria hasil:

1) Tidak terjadi shock hipovolemik

2) Tanda-tanda vital dalam batas normal

3) Keadaan umum baik

25

Page 26: DHF

Intervensi :

1) Monitor keadaan umum pasien.

2) Observasi tanda-tanda Vital tiap 2-3 jam

3) Monitor tanda-tanda perdarahan.

4) Pasang infus, beri terapi cairan intravena jika terjadi

perdarahan (kolaborasi dengan dokter).

5) Berikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan.

6) Berikan obat-obatan untuk mengatasi perdarahan sesuai

dengan program dokter.

7) Monitor masukan dan keluaran, catat dan ukur

perdarahan yang terjadi, produksi urin.

8) Berikan tranfusi sesuai dengan program dokter.

9) Cek Hb, Ht, dan trombosit.

g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, dan

perawatan pasien DHF berhubungan dengan kurangnya

informasi.

Kriteria hasil : pengetahuan pasien/keluarga tentang proses

penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan bagi penderita DHF

meningkat dan pasien/keluarga mampu menceritakannya

kembali.

Intervensi :

1) Mengkaji tingkat pengetahuan klien.

26

Page 27: DHF

2) Mengkaji latar belakang pasien.

3) Menjelaskan proses penyakit, diet, perawatan dan obat-

obatan pada pasien dengan kata-kata yang mudah

dimengerti.

4) Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.

5) Memberikan kesempatan untuk pasien/keluarga untuk

menayakan hal-hal yang ingin diketahui sehubungan

dengan penyakit yang dialami pasien.

h. Kecemasan ringan-sedang berhubungan dengan kondisi pasien

yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.

Kriteria hasil : kecemasan berkurang.

Intervensi :

1) Mengkaji rasa cemas yang dialami pasien.

2) Memberikan kesempatan pada pasien/keluarga untuk

mengungkapkan rasa cemas.

3) Menggunakan komunikasi terapeutik.

4) Menjawab pertanyaan pasien/keluarga dengan jujur dan

benar.

5) Berikan kenyakinan pada pasien/keluarga bahwa perawat

dan dokter serta tim kesehatan lain selalu berusaha

memberikan pertolongan terbaik.

6) Memberikan penjelasan pada klien/keluarga.

27

Page 28: DHF

i. Potensial terjadi reaksi transfusi berhubungan dengan

pemberian tranfusi terhadap pasien.

Kriteria hasil : reaksi tranfusi tidak terjadi.

Intervensi :

1) Cek ulang formulir permintaan darah sebelum dikirim.

2) Gunakan Blood set untuk pemberian tranfusi.

3) Berikan cairan normal saline (NaCl) sebelum pemberian

tranfusi.

4) Jangan tunda pemberian tranfusi lebih dari 30 menit

setelah darah diterima dari bank darah.

5) Catat tanda-tanda/reaksi yang dialami pasien.

6) Segera hentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi.

j. Potensial infeksi berhubungan dengan tindakan invansif

(pemasangan NGT, infus).

Kriteria hasil : tidak tampak tanda-tanda infeksi pada pasien.

Intervensi :

1) Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan

pemasangan infuse.

2) Mengganti set infus setiap hari terutama jika pasien

mendapat nutrisi parenteral.

3) Segera cabut infus jik tampak adanya pembengkakan

atau plebitis.

28

Page 29: DHF

k. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas dinding plasma.

Kriteria hasil : tidak terjadi defisit volume cairan.

Intervensi :

1) Mengkaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi).

2) Memberikan cairan intravena sesuai program dokter.

3) Berikan pasien asupan cairan (banyak minum).

4) Monitor asupan dan keluaran pasien.

(sumber : Effendi dkk, 1995).

29

Page 30: DHF

4. Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya,

tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan

dapat dicapai dan memberikan feedback terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. (Tarwoto,2004).

Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan DHF adalah :

a) Suhu tubuh normal

b) Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

c) Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

d) Pasien mampu mandiri setelah demam

e) Rasa nyaman pasien terpenuhi

f) Tidak terjadi shock hipovolemik

g) Tidak terjadi defisit volume cairan

h) Tidak terjadi tanda-tanda infeksi

i) Koping individu baik terhadap perubahan status kesehatan

j) Menunjukkan pola hidup sehat.

30

Page 31: DHF

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DAN PEMBAHANSAN

A. PENGKAJIAN KASUS KEPERAWATAN DHF

1. Identitas pasien

Tn. D, usia 31 tahun , islam , alamat G.Obos No.30 palangka raya,

suku jawa , pekerjaan dosen akademi perawat. MRS : 11 maret 2010,

jam 10.00 WIB. No register 058.03.010. diagnosa medis DHF.

2. Riwayat penyakit sekarang

Alasan masuk rumah sakit : demam sudah sejak 2 hari yang lalu,

mual, muntah, nyeri sendi, sejak pagi epistaksis, namun sedikit dan

berhenti dengan sendirinya. Sudah minum obat analgesic dan

antipiretik namun tidak berkurang. Tes RL dilakukan dengan

sendirinya dan hasilnya positif sehingga klien langsung pergi ke RS

diantar oleh sahabatnya.

3. Riwayat penyakit dahulu

Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.

4. Riwayat penyakit keluarga

Adik klien pernah dirawat dengan penyakit dengue syock syndrome

(DSS) sampai di rawat di ICU, bapak ibu mempunyai riwayat penyakit

hiperlipidemia dan penyakit jantung koroner(PJK).

31

Page 32: DHF

5. Pola fungsi keluarga

a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat : mempunyai

kebiasaan merokok sejak SMA walaupun sudah mengetahui

akibatnya namun susah menghilangkannya, jamu (-), olah

raga kalau sedang Mood.

b) Pola nutrisi dan metabolisme : kebiasaan makan 2 kali sehari

siang dengan malam hari dengan porsi yang banyak. Pagi hari

hanya makan cemilan dan teh hangat. BB=75 kg, TB=183 cm.

penampilan ramping, kebiasaan minum 3lt/hari. Klien minum

kopi sebanyak 4 gelas sehari. Selama masuk RS belum makan

apapun, hanya minum isotonic sebanyak 2 liter.

c) Pola eliminasi : kebiasan BAb setiap 2 hari sekali dan BAk 5

kali sehari, warna jumlah bau, konsistensi dalam batas

normal. Sejak kemarin klien merasakan produksi urin nya

semakin sedikit dan pekat.

d) Pola tidur dan istirahat : pola tidur klien 1hari sehari, biasanya

klien tidur jam 03.00 sampai 07.00 WIB. Dengan pola tidur

seperti itu tidak merasa keluhan apapun .

e) Pola aktivitas : klien kerja dari jam 08.00 samapi 15.00 WIB.

Sore hari kadang main volley dan dimalam hari klien selalu

didepan komputer atau di depan TV sampai jam 02.00-03.00

WIB.

32

Page 33: DHF

6. Pola sensori dan kognitif

Sensori : system indra baik dan dalam batas normal

Kognitif : proses berpikir, isi pikir dan daya ingat baik.

7. Pola penanggulangan stres

Kalau sedang stres klien melakukan yoga dirumah, atau keluar rumah

mencari hiburan atau melihat film. Bila ada masalah klien

membicarakannya dengan teman atau keluarga.

8. Pemeriksaan fisik

a) Status kesehatan umum : kesadaran CM, suara jelas, TD:80/60

mmHg, nadi 120x/mnt, suhu 39oc, pernafasan 20x/mnt, pola

nafas teratur.

b) System integument : kulit bersih, sedikit pucat , tektur baik,

edema.(-)

Wajah : nyeri dibagian wajah dan sekitar mata, sedikit pucat,

simetris, edema (-), otot wajah baik

c) Mata : ikterik (-), konjungtiva anemis, reflek pupil baik.

d) Telinga ,hidung , faring dan leher : dalam batas normal

f) Thoraks: ronki(+) lobus bawah kiri, wheezing (-) , simetris ,

reaksi dada (-)

g) Jantung : dalam batas normal

h) Abdomen : bising usus (+) , tidak ada benjolan, nyeri (+)

dikuadran kanan atas.

33

Page 34: DHF

i) Inguinal-genetalia anus : tidak dikaji.

J) Ektremitas : akral dingin , pucat, kekuatan otot dalam batas

normal.

k) Tulang belakang : dalam batas normal

9. Pemeriksaan penunjang

a) Hb : 15g/dl N=12-14 g/dl (P), 13-16 g/dl (L)

b) Ht : 65 % N=40-45 mg/dl

c) Leukosit : 8.000/mm3 N=5000-10.000

d) Trombosit : 45.000/ UL N=150.000-400.000

10. Terapi

a) Cek TTV tiap 15 menit

b) O2 : 4 liter/ mnt

c) RL : 2 kolf loading, kemudian 1 kolf/ jam konsul

d) Parasetamol 3x1

34

Page 35: DHF

B. Analisa data Keperawatan Kasus DHFData Masalah Etiologi

1. Ds : - Klien mengatakan produksi urin semakin

sedikit dan pekat- Klien mengatakan selama masuk RS hanya

minum isotonik 2L- Klien mengeluh mual dan muntah sejak 2 hari

yang lalu.Do :

- Kulit, wajah, dan ektremitas tampak pucat- Tampak lemah- TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Suhu : 39oc- Ht : 65 %- Trombosit : 45.000/UL

Kurangnya volume cairan tubuh Peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah

2. Ds :- Klien mengatakan produksi urin semakin

sedikit dan pekat- Klien mengatakan sejak pagi epistaksis

namun sedikit dan berhenti dengan sendirinya.

- Klien mengatakan selama masuk RS hanya minum isotonik 2L

Resiko perdarahan lebih lanjut Trombositopenia

35

Page 36: DHF

Do : - Klien tampak lemah- Kulit, wajah dan ektremitas tampak pucat- Konjungtiva anemis- Akral dingin - Tes RL (+) - TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Suhu : 39oc- Trombosit : 45.000/UL- Ht : 65 %

3. Ds :- klien merasa demam 2 hari yang lalu.

Do :- TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Suhu : 39 oc- Akral dingin- Ht : 65 %- Trombosit : 45.000/UL

Suhu tubuh meningkat lebih dari batas normal

Proses penyakit (viremia).

4. Ds : - Kilen mengatakan nyeri dikepala- Klien mengatakan nyeri di sendi sejak 2 hari

yang lalu

Gangguan rasa nyaman : nyeri Patologis penyakit.

36

Page 37: DHF

- Klien mengatakan nyeri dibagian wajah dan sekitar mata

- Klien mengatakan nyeri tekan (+ ) pada kuadran kanan atas

Do : - TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Suhu : 39oc

5. Ds : - Klien mengeluh demam dan nyeri di kepala

Do :- Klien tampak lemah- Kulit, wajah, dan ektremitas klien tampak

pucat- Akral dingin- TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Trombisit : 45.000 /UL

Intoleransi aktivitas Kondisi tubuh yang lemah

6. Ds : - klien mengeluh mual, muntah- Klien mengeluh demam sejak 2 hari yang lalu- Klien mengatakan selama masuk RS belum

makan apapun Do :

Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan normal

Mual dan muntah

37

Page 38: DHF

- Klien tampak lemah- Kulit, wajah, dan ekstrermitas klien tampak

pucat- Bising usus (+)- Postur tubuh tampak ramping- TTV = TD :80/60 mmHg- Nadi :120x/mnt- RR : 20 x/mnt- Suhu : 39oc

38

Page 39: DHF

C. Diagnosa keperawatan kasus DHF

1. Kurang cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

dinding pembuluh darah.

2. Potensial terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia.

3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses patologis

penyakit.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.

6. Resiko kekurangan nutrisi dari kebutuhan normal berhubungan dengan

mual dan muntah.

39

Page 40: DHF

D. Intervensi Keperawatan Kasus DHF

No No. Dx

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional

1 Dx 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, cairan dapat kembali normal dengan kriteria hasil : Tidak terjadi devisit volume cairan.

1. Mengkaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi), serta tanda-tanda vital.

2. Memberi cairan intra vena sesuai program dokter.

3. Beri pasien asupan cairan (banyak minum air).

1. Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.

2. Memberi cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami devisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan langsung masuk kedalam pembuluh darah.

3. Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.

2 Dx 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 X 24 jam, potensial terjadi perdarahan lebih lanjut dapat teratasi dengan kriteria hasil :1. Tidak terjadi tanda

perdarahan lebih lanjut.

1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.

2. Memonitor jumlah trombosit setiap hari

1. penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu menimbulkan tanda-tanda klinis berupa pendarahan seperti epistaksis, petikie, dll.

2. Dengan jumlah trombosit yang di

40

Page 41: DHF

2. Jumlah trombosit meningkat.

3. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-3 jam

4. Pasien diharuskan untuk banyak istirahat.

5. Berikan pasien terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan.

6. Mengantisipasi terjadinya perlukaan atau perdarahan :

a. Menggunakan sikat gigi lunak.b memelihara kebersihan mulut.

pantau setiap hari, dapat di ketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan pendarahan yang dapat di alami pasien.

3. Tanda –tanda vital alaam batas normal menandakan keadaan umum pasien baik, perawat perlu terus menerus mengobservasi tanda-tanda vital selama pasien mengalami perdarahan untuk memastikan tidak terjadi presyo/syok.

4. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya pendarahan

5. Pemberian O2 akan mebantu oksigen jaringan, karena dengan terjadinya perdarahan maka suplai oksigen kejaringan terganggu.

6. Dengan pencagahan lebih dini maka perlukaan atau perdarahan dapat dihindari.

41

Page 42: DHF

c menghindari tindakan invasif rektum seperti : pemberian obat suppositorial, rektal termometer.d menggunakan cukur listrik (jika pasien butuh bercukur).e memberikan tekanan 5-10 menit setiap kali Selesai mengambil Darah.

3 Dx 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, suhu tubuh klien dapat kembali normal( 36o c) dengan kriteria hasil : Pasien bebas dari demam

1. Mengobservasi tanda –tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering

2. Beri pasien asupan cairan (banyak minum).

3. Memberi kompres dingin ( pada

1. Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

2. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

3. Kompres dingin akan membantu

42

Page 43: DHF

axsila dan paha)4. Pasien tidak memakai selimut

dan pakaian yang tebal5. Memberi terapi cairan

intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.

6. Mencatat asupan dan keluaran

menurunkan suhu tubuh4. Pakaian yang tipis akan membantu

mengurangi penguapan tubuh5. Pemberian cairan sangat penting bagi

pasien dengan suhu tinggi.

6. Untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan tubuh

4 Dx 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam rasa nyeri pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil:1. Rasa nyaman pasien terpenuhi2. Nyeri bekurang atau hilang

1. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan memberi rentang nyeri (0-10), biarkan pasien menentukan tingkat nyeri yang dialami pasien.

2. Berikan kompres hangat.

3. Ajarkan teknik relaksasi

4. Ajarkan teknik Nafas dalam.

1. Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien

2. Untuk mengurangi nyeri pada tubuh pasien.

3. Agar pasien dapat mengalihkan dan mengurangi rasa nyeri.

4. Membantu pasien dalam menangani nyeri yang timbul.

5 Dx 5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan untuk

1. Mengkaji hal-hal yang mampu / tidak mampu dilakukan oleh pasien sehubungan dengan kelemahan fisiknya.

1. Untuk mengidentifikasi masalah – masalah pasien

43

Page 44: DHF

bergerak (Beraktivitas) dengan kriteria hasil:1. Kebutuhan aktivitas sehari hari

terpenuhi.2. Pasien mampu mandiri setelah

bebas demam.

2. Membantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari – hari sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien seperti mandi, makan, eliminasi.

3. Membantu pasien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya.

4. Meletakan barang-barang mudah dijangkau pasien.

5. Menyiapkan bel didekat pasien

2. Untu mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya

3. Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat memiliki tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuh sehari-hari pasien tanpa membuat pasien mengalami ketergantugan pada perawat.Dengan melatih kemandirian pasien maka pasien tidak mengalami ketergantungan kepada perawat

4. Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa orang lain.

5. Agar pasien dapat segera meminta bantuan perawat saat membutuhkannya

6 Dx 6 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama `1 x 24 jam,nafsu makan pasien bertambah dengan kriteria hasil:

1. awasi masukan atau pengeluaran dan berat badan secara periodik.

2. Sajikan makanan yang mudah

1. Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

2. Makanan yang mudah dicerna

44

Page 45: DHF

1. Pasien mengatakan nafsu makannya bertambah.

2. Pasien tampak tenang

dicerna dalam keadaan hangat dan tertutup.

3. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbonhidrat.

4. Berikan Porsi makanan sedikit tetapi sering pada pasien

5. Berikan dan bantu hygiene mulut

membantu pasien dalam menelan.

3. Memaksimalkan masukan nutrisi dan menurunkan iritasi graster.

4. Kebutuhan pasien terpenuhi.

5. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral serta menurunkan pertumbuhan bakteri.

45

Page 46: DHF

E. PEMBAHASAN

Penatalaksanaan asuhan keperawatan secara murni mengacu pada

konsep dan teori yang sudah teruji. Bab III ini penulis akan

mengemukakan dan menganalisis studi kasus yang telah dinyatakan

dalam tinjauan kasus dan menghubungkannya dengan konsep teori

terhadap asuhan keperawatan DHF pada Tn.D.

1. Diagnose keperawatan 1 : kurangnya volume cairan tubuh

berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler.

Kurangnya volume cairan : kondisi ketika individu tidak mampu

meminum cairan, mengalami atau resiko dehidrasi vascular,

interstisial, atau intraseluler.( carpenito, 2009).

Berdasarkan kasus Tn. D diatas, diketahui bahwa Ht dalam darah

Tn. D meningkat dengan ditemukan data Ht. 65 % ( normal Ht =37-

48 % ). Dalam hal ini, Ht (65%) yang meningkat menunjukan

terjadinya peningkatan permeabilitas dan menyebabkan

perembesan plasma melalui dinding endotel. Hal inilah yang

menyebabkan penurunan jumlah plasma dalam intravaskuler dan

menyebabkan Tn. D mengalami kekurangan volume cairan.

Selain itu, penurunan volume cairan tubuh pada Tn D juga dapat

dipengaruhi oleh factor yang lain seperti mual, muntah dan klien

mengatakan hanya mengkonsumsi cairan isotonik 2 liter selama

46

Page 47: DHF

masuk RS. Ini jugalah yang menjadi pendukung kekurangan cairan

dalam tubuh Tn. D.

Data lain yang didapat dari kasus Tn .D yang menunjukkan ia

mengalami penurunan volume cairan adalah produksi urin yang

semakin sedikit dan pekat. Untuk menangani masalah ini

dilakukan intervensi catat pemasukan/pengeluaran, beri cairan IV

melalui alat control dan rasional dari tindakan tersebut adalah

pengukuran dan pencatatan sangat penting untuk mengetahui

jumlah cairan yang masuk dan keluar dari tubuh, pemberian

intravena sangat diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan

tubuh yang hebat yaitu untuk mengatasi syok hipovolemik.

2. Diagnosa keperawatan 2 : potensial terjadinya perdarahan lebih

lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

Potensial perdarahan lebih lanjut adalah resiko terjadi keluarnya

darah daripada sistem peredarannya atau tercederanya sistem

edaran yang lebih parah dan dapat mengakibatkan perdarahan

yang fatal. (http://www.google.klasifikasi+perdarahan.info).

Berdasarkan kasus Tn. D diperoleh data bahwa klien mengalami

epistaksis namun sedikit dan berhenti dengan sendirinya serta

trombosit yang mengalami penurunan dari jumlah normal, yaitu

45.000/UL. Peristiwa epistaksis ini menunjukan telah terjadinya infeksi

oleh virus dengue, dimana infeksi virus dengue menyerang pembuluh

47

Page 48: DHF

darah sehingga terjadinya pelebaran pori-pori pembuluh darah, namun

epistaksis yang di alami klien masih dalam kadar ringan karena epiktasis

tersebut keluar sedikit dan dapat berhenti dengan sendirinya.

Sedangkan trombositopenia merupakan terjadinya penurunan kadar

trombosit di dalam darah dimana jumlah trombosit tersebut menurun

dikarenakan trombosit yang berkerja untuk menutupi pori -pori

pembuluh darah yang melebar (proses pembentukan fibrin untuk

menutupi pori – pori pembuluh darah yang melebar). karena jumlah

pori-pori yang melebar tersebut begitu banyak maka terjadilah

koagulasi intravascular diseminata yaitu aktivasi koagulasi secara

berlebihan dan terjadi pada waktu yang bersamaan sehingga

menyebabkan pembentukan fibrin di dalam pembuluh darah. Pada saat

yang bersamaan diperlukan pula pemakaian trombosit untuk proses

pembekuan agar dapat menutupi pori-pori yang melebar namun kadar

trombosit yang diperlukan sudah tidak mencukupi lagi sehingga pada

akhirnya terjadi perdarahan. Trombosit dalam darah ini berguna untuk

proses pembekuan darah, dengan berkurangnya kadar trombosit dalam

darah dapat mengakibatkan terjadinya proses merembesnya cairan dari

intravaskuler ke ekstravaskuler (perdarahan).

Intervensi yang diambil dalam kasus ini adalah menganjurkan pasien

untuk banyak beristirahat dan mengantisipasi terjadinya perlukaan

atau perdarahan dengan cara :

a) Menggunakan sikat gigi lunak.

b) memelihara kebersihan mulut.

48

Page 49: DHF

c) menghindari tindakan invasif rektum seperti : pemberian

obat suppositorial, rektal termometer.

d) menggunakan cukur listrik (jika pasien butuh bercukur).

e) memberikan tekanan 5-10 menit setiap kali selesai

mengambil darah.

Rasional dari tindakan tersebut adalah Aktivitas pasien

yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya

pendarahan dan dengan pencagahan lebih dini maka

perlukaan atau perdarahan dapat dihindari.

3. Diagnose keperawatan 3 : peningkatan suhu tubuh berhubungan

dengan proses penyakit (viremia).

peningkatan suhu tubuh : keadaan ketika individu mengalami

atau berisiko mengalami peningkatan suhu tubuh yang terus

menerus lebih tinggi dari 37,8oC secara oral dan 38,8o C secara

rektal yang disebabkan oleh berbagai factor.(carpenito, 2009 ).

Berdasarkan kasus Tn. D, didapatkan data bahwa Tn. D mengalami

demam sejak 2 hari yang lalu dan suhu tubuhnya 39oC. Terjadinya

demam dan peningkatan suhu tubuh pada Tn. D dikarenakan

masuknya virus Dengue yang akan memperbanyak diri dengan

cara membelah diri. Karena virus ini merupakan benda asing,

maka di dalam tubuh akan ada reaksi perlawanan dengan

membentuk zat kekebalan agar virus tersebut dapat dilawan

49

Page 50: DHF

( Nadesul, Handrawan : 2004). Ketika virus atau bakteri masuk ke

dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukosit

melepaskan “zat penyebab demam (pirogen endogen)” yang

selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus

anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur

dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus cermat

mengendalikan kenaikan suhu.

Intervensi yang dilakukan untuk menangani peningkatan suhu

tubuh pada Tn. D adalah kompres dingin pada bagian axilla dan

paha. Hal ini dilakukan untuk penurunan suhu tubuh Tn . D

menjadi normal kembali.

4. Diagnose keperawatan 4 : gangguan rasa nyaman: nyeri

berhubungan dengan proses patologis penyakit.

gangguan rasa nyaman (nyeri) : suatu kondisi dimana individu

mengalami sensasi yang tidak nyaman sebagai respon terhadap

stimulus berbahaya.(carpenito, 2009 ).

Berdasarkan kasus Tn. D, didapatkan data bahwa pasien

mengalami nyeri dikepala, nyeri di sendi, nyeri di bagian wajah

dan sekitar mata serta nyeri tekan pada kuadran kanan atas.

Nyeri yang dialami pasien dikarenakan akibat dari sensasi respon

stimulus dalam melawan benda asing yang masuk kedalam tubuh

dalam hal ini benda asing tersebut adalah virus dan bakteri, serta

50

Page 51: DHF

sensasi dari adanya proses patologis dalam tubuh yang ditandai

juga dengan peningkatan nadi Tn. D yaitu 120x/mnt.

Untuk mengatasi masalah nyeri pada Tn. D dapat dilakukan

kompres hangat,teknik distraksi relaksasi, dan nafas dalam untuk

mengurangi rasa nyeri dan mengalihkan perhatian klien dari rasa

nyeri.

5. Diagnose keperawatan 5 : Intoleransi aktivitas berhubungan

dengan Kondisi tubuh yang lemah.

Intoleransi aktivitas : penurunan kapasitas fisiologi seseorang

untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau

diperlukan.(Magnan , 1987 ).

Berdasarkan kasus, keadaan Tn. D yang lemah menjadikan

aktivitasnya terganggu, dan menurunnya fisiologi untuk

melakukan aktivitas sampai pada tinggkat yang diinginkan atau

diperlukan. Kelemahan terjadi karena tubuh tidak dapat

memproduksi energy yang cukup untuk beraktivitas.

Berdasarkan kasus didapatkan tiga hal yang mungkin berpengaruh

terjadinya intoleransi aktivitas yang pertama adalah transfor

oksigen dimana oksigen merupakan bahan bakar untuk melakukan

proses metabolism dalam menghasilkan energy. Sedangkan data

yang ditemukan pada kasus Tn. D berupa kulit, wajah, dan

ekstremitas tampak pucat dan akral dingin serta TD: 80/60 mmHg

51

Page 52: DHF

yang membuktikan bahwa terganggunya transfor oksigen ke

seluruh tubuh. Hal yang kedua adalah infeksi virus dengue dimana

terjadinya peningkatan tuntutan kebutuhan metabolic yaitu

terjadinya peningkatan kerja tubuh untuk melawan virus yang

menyerang tubuh dan secara otomatis energy yang di butuhkan

lebih banyak sehingga peningkatan kerja tubuh ini menyebabkan

terjadinya kekurangan pasokan energy ke seluruh tubuh (nutrisi ke

sel tubuh).

Hal yang ketiga adalah ketidakadekuatan sumber energy yang di

akibatkan oleh terjadinya pengeluaran nutrisi yang berlebihan dari

tubuh sebelum di cerna (mual dan muntah).

Untuk menangani masalah di atas dapat dilakukann tindakan

berupa mengajarkan pasien Room pasif dan Aktif, yang dapat

membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari

seperti mandi, makan dan eliminasi. Tujuan dari tindakan tersebut

adalah agar sendi tidak kaku, pemberian bantuan sangat

diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah.

6. Diagnosa keperawatan 6 : Resiko kekurangan nutrisi dari

kebutuhan normal berhubungan dengan mual dan muntah.

Resiko kekurangan nutrisi dari kebutuhan normal : keadaan ketika

individu mengalami penurunan berat badan atau berisiko

mengalami penurunan mengalami penurunan berat badan karena

52

Page 53: DHF

tidak adekuatnya asupan atau metabolisme zat nutrisi untuk

kebutuhan metabolik ( carpenitio,2009).

kasus Tn. D kekurangan nutrisi sangat berisiko terjadi karena

factor mual dan muntah yang dialami oleh Tn. D mengakibatkan

Tn. D tidak ada pemasukan nutrisi kedalam tubuh Tn . D. Hal ini

mengakibatkan terjadinya resiko penurunan nutrisi dari kebutuhan

tubuh. Jika Hal ini tidak diberi perhatian khusus maka dapat terjadi

kekurangan nutrisi pada Tn. D

Data yang diemukan dari klien adalah klien mengeluh mual,

muntah, demam sejak 2 hari yang lalu, dan klien juga mengatakan

selama masuk RS belum makan apapun.

DO: klien tampak lemah, bising usus (+).

Intervensi : berikan makanan lunak dan porsi kecil tapi sering.

Rasional : Makanan yang mudah dicerna membantu pasien dalam

menelan dan Kebutuhan pasien terpenuhi.

53

Page 54: DHF

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan

masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty

yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama

demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

2. Pada kasus Tn. D, data-data yang ditemukan berdasarkan

pengkajian adalah demam, mual, muntah, nyeri sendi dan epiktaksis.

produksi urin semakin sedikit dan pekat, TD:80/60 mmHg, nadi

120x/mnt, suhu 39oc dan pernafasan 20x/mnt.

3. Pada kasus Tn. D, diagnosa yang dapat diangkat adalah :

a. Kurang cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas.

b. Potensial terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia .

c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

(viremia).

d. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses

patologis penyakit.

54

Page 55: DHF

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang

lemah.

f. Resiko kekurangan nutrisi dari kebutuhan normal berhubungan

dengan mual dan muntah.

5. Penatalaksanaan keperawatan secara umum untuk kasus Tn. D adalah:

a. tirah barin

b. pemberian makanan lunak

c. pemberian cairan melalui infuse

d. pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik

e. anti kovulsi jika terjadi kejang

B. SARAN

DHF merupakan suatu masalah yang sangat berbahaya yang terjadi di

dunia, karena penyakit ini dapat menggiring penderitanya dalam kondisi

yang parah hanya dalam waktu yang relative singkat. Apalagi DHF tidak

pandang bulukepada setiap calon korban yang akan di serang.Sesuai dengan

pepatah yang sering di dengar “Mencegah selalu lebih baik daripada

mengobati” karena vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah

belum ditemukan. Maka satu-satunya upaya pencegahan yang dapat

dilakukan adalah dengan memberantas nyamuknya (Acdes aegypti).

Membunuh nyamuknya saja belum cukup selama jentik-jentiknya masih

hidup. Karena itu upaya yang paling tepat adalah dengan memberantas

jentiknya.

55

Page 56: DHF

Demi mencegah terjadinya penularan DHF maka cara ini dikenal dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD)

sebagai berikut:

1. Menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu

sekali atau

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air sehingga nyamuk

demam berdarah tidak bertelur

3. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan, sehingga

tidak dapat menjadi sarang nyamuk

4. Ganti air di vas bunga/pot tanaman air dan tempat minum burung

setiap hari.

56

Page 57: DHF

DAFTAR PUSTAKA

1. Doengos, dkk : rencana asuhan keperawata, ed 3.jakarta :EGC, 1999.

2. Effendy, christantie : perawatan pasien dhf. Jakarta: EGC, 1995

3. Hadinegoro, dkk : tatalaksana demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta :

Departemen Kesehatan, 2004.

4. Hadinegoro, Sri Rejeki H., Safari, Hindra Irawan. 2004. Demam Berdarah

Dengue, Naskah Lengkap Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis Penyakit

Dalam, Dalam Tatalaksana Kasus DBD. Jakarta :FKUI

5. Http : //www. Penyakit menular.info/ data kasus DBD 09 februari 2010. Pdf

(akses : 16 april 2010).

6. Http://www.google.com/search?

q=klasifikasi+perdarahan+&btnG=Search&hl=en&sa=2 (akses :28 april 2010).

7. Nadesul, hendrawan : 100 pertanyaan+ jawaban demam berdarah. Jakarta:

kompas, 2004.

8. Noer, H.M,.Sjaifoelah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I.Ed III. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

9. Sudoyo, dkk : ilmu penyakit dalam, ed 4.jakarta : departemen ilmu penyakit

dalam fakultas kedokteran UI, 2006.

10. Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika.

11. WHO : Demam berdarah Dengue. Jakarta : EGC, 1999.

57