dhf bill
DESCRIPTION
dbdTRANSCRIPT
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : An. Y
Umur :13 tahun
BB/TB : 42 kg /158 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : ISLAM
Alamat : Jl.H Taiman RT/RW 07/07 – Jakarta Timur
Masuk RS : 22 Juni 2014 pukul 09.55WIB
B. Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama : Tn.Budianto Ny. Titin
Agama : ISLAM ISLAM
Pekerjaan : Karyawan Swasta Ibu rumah tangga
Hub. dengan orang tua : Anak kandung
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 23
Juni 2014.
A. KELUHAN UTAMA
Demam sejak 6 hari yang SMRS
B. KELUHAN TAMBAHAN
Nyeri ulu hati,bintik kemerahan,batuk berdahak,mual dan muntah sejak 3
hari SMRS.
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
OS datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan demam sejak 6
hari SMRS. Riwayat kejang disangkal. OS juga mengeluhkan nyeri ulu
hati, mual dan muntah, nafsu makan menurun, serta batuk sejak 3 hari
SMRS. Muntah berisikan cairan dan makanan tanpa disertai darah. Bintik-
bintik kemerahan tampak di kulit perut yang tidak disadari pasien. Batuk
disertai dahak kental berwarna putih tanpa disertai darah. Keluhan
mimisan dan gusi berdarah disangkal. Keluhan BAK dan penurunan nafsu
minum disangkal pasien.
Sehari setelah dirawat di RS OS mengeluh BAB berwarna kehitaman
berisikan ampas dan cairan. Keesokan harinya keluhan tersebut juga masih
dirasakan ketika OS BAB. Demam dirasakan mulai turun sejak 1 hari
setelah pasien dirawat, nafsu makan mulai menigkat dan keluhan batuk-
pilek menghilang. Keluhan nyeri ulu hati masih dirasakan pasien sampai
hari ke-4 ketika dirawat di RS, akan tetapi intensitas nyerinya dirasakan
semakin berkurang. OS sebelumnya telah berobat ke puskesmas dan
mendapat obat penurun demam akan tetapi tidak terdapat perbaikan.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteri - Penyakit
Jantung
-
Cacingan - Diare - Penyakit
Ginjal
-
Demam
berdarah
- Kejang - Penyakit
Darah
-
Demam - Kecelakaan - Radang Paru -
2
Typhoid
Otitis - Morbili - Tuberkulosis 9 th
yang
lalu
Parotitis - Operasi - Bronchitis -
Pasien pernah menderita penyakit TB paru 9 tahun yang lalu
dengan pengobatan OAT tuntas 6 bulan.
Riwayat alergi obat- obatan dan makanan (-)
E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
F. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
KEHAMILAN Morbiditas kehamilan -
Perawatan antenatal Rutin kontrol
KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah sakit
Penolong persalinan Dokter
Cara persalinan Spontan
Masa gestasi Cukup bulan
Keadaan bayi o Berat lahir : -
o Panjang : -
o Lingkar kepala : -
o Langsung menangis : Ya
o Nilai APGAR : -
o Kelainan bawaan : -
Kesan: Riwayat kehamilan dan persalinan baik.
G. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
3
o Pertumbuhan gigi I : -
o Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
o Psikomotor
Tengkurap : 6 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Duduk : 7 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : 9 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : 13 bulan (Normal: 12-18 bulan)
Bicara : 18 bulan (Normal: 12-18 bulan)
Kesan: Riwayat perkembangan baik.
H. RIWAYAT IMUNISASI DASAR
Imunisasi dilakukan di Puskesmas
Jenis
Imunisasi0 I II III IV IV
Hepatitis B √ √ √
Polio √ √ √ √ √
BCG √
DPT √ √ √
Campak √
Kesan : Imunisasi tidak lengkap.
I. RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI
Disekitaran rumah pasien terdapat tetangga yang terkena penyakit DBD.
Kesan: Riwayat rumah beresiko
III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 23 Juni 2014 di RSUD Pasar Rebo, Pukul 11.00
WIB.
Keadaan umum : Sakit ringan
4
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Suhu : 38.9 0C
Kepala : Normocephali, rambut hitam merata, tidak mudah
dicabut
Mata : Pupil bulat isokor
Conjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, sekret (-), serumen (-)
Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-),
septum deviasi (-)
Mulut : Trismus (-), halitosis (-), gusi tidak meradang, tidak
merah dan bengkak (-)
Bibir : Bibir kering dan pecah- pecah (-), sianosis (-)
Lidah : Bercak- bercak putih pada lidah (-), tremor (-)
Tenggorokan : Tonsil T1- T1 tenang, faring hiperemis (-)
Leher : Trakea terletak ditengah, KGB tidak teraba
membesar, kel. tiroid tidak teraba membesar
Toraks
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 reguler, bising (-)
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, pernapasan simetris dalam
keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (-)
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar
5
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien
tidak teraba membesar, turgor baik
Perkusi : Tympani di seluruh regio abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Extremitas : Akral hangat, oedem (-)
Kulit : Petechie (+) pada bagian perut, pucat (-), cyanosis
(-)
STATUS GIZIKlinis: edema -, tampak kurus +Antropometris:
Berat Badan (BB) : 42 kg (<P25-50 CDC 2000)Tinggi/Panjang Badan(TB/PB) : 158 cm (>P50-75 CDC 2000)Lingkar kepala : - cmLingkar lengan atas : - cm (LLA/U =81% )BB/U : 42/46 x 100% = 91.3%TB/U : 158/156 x 100% = 101.3%BB/TB : 42/47 x 100% = 89,3%BMI : 42/1.582= 16.82
Simpulan status gizi: gizi kurang perawakan kurus-tinggi
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
► LABORATORIUM HEMATOLOGI
Tanggal (Juni 2014) 01 02 03 04
Hb
(13.2-17.3 g/dl) 12.7 12.5 11 9.9
Ht (40-52%) 38 37 33 30
Leukosit (3.800-
10.600/UI)4000 5.000 6.760 9.890
6
Trombosit (150-
440ribu/UI)42.000 23.000 36.000 113.000
V. RESUME
Pasien seorang laki-laki berumur 13 tahun, berat 42 kg dengan
keluhan demam sejak 6 hari SMRS. Keluhan nyeri ulu hati, mual dan
muntah, nafsu makan menurun, serta batuk juga dirasakan sejak 3 hari
SMRS. Bintik-bintik kemerahan tampak di kulit perut. Keluhan mimisan
dan gusi berdarah disangkal. Keluhan BAK dan penurunan nafsu minum
disangkal pasien.
Sehari setelah dirawat di RS OS mengeluh BAB berwarna kehitaman
berisikan ampas dan cairan hingga keesokan harinya. Demam dirasakan
mulai turun sejak 1 hari setelah pasien dirawat, nafsu makan mulai
menigkat dan keluhan batuk-pilek menghilang. Keluhan nyeri ulu hati
masih dirasakan pasien sampai hari ke-4 ketika dirawat di RS. OS
sebelumnya telah berobat ke puskesmas dan mendapat obat penurun
demam akan tetapi tidak terdapat perbaikan.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
7
Suhu : 38.9 0C
Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (+)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 9.9 g/dl
Ht : 30 %
Leukosit : 9.800 /Ul
Trombosit : 113.000 /Ul
VI. DIAGNOSA KERJA
Demam Berdarah Dengue grade II
VII. DIAGNOSA BANDING
- Demam Dengue
- GED
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Widal
- Rapid Diagnosis Test (RDT)
- Feses Lengkap
IX. PENATALAKSANAAN
- Resusitasi: IVFD Ringer Asetat 10 tetes/menit 6 tetes/menit
- Rumatan: KaenIIIB 10 tetes/menit 6 tetes/menit
- Sanmol (Paracetamol) 3x 500 mg
- Pemeriksaan darah rutin tiap 24 jam
X. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
8
Ad fungtionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
XI. FOLLOW UP
Pemeriksaan Tanggal
23 Juni 2014 24 Juni 2014 25 Juni 2014 26 Juni 2014
S
Keluhan Demam (+) Mual-muntah
(+) Batuk
berdahak (+) Nyeri ulu hati (+) Nafsu makan
kurang Belum BAB
Demam (-) Mual-muntah
(-) Batuk kering
(+) Nyeri ulu hati
(+) Nafsu makan meningkat BAB 1x
warna hitam
Demam (-) Mual-muntah
(-) Batuk kering
(+) Nyeri ulu hati (+) Nafsu makan meningkat BAB 1x warna
hitam
Demam (-) Mual-muntah
(-) Batuk kering
(+) Nyeri ulu hati
(+) Nafsu makan
baik Belum BAB
O
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital
Kepala
Mata
Leher
Paru
▪ Sakit Ringan
▪ Compos mentis
TD=110/70 mmHgNadi = 90x /menit RR = 24 x /menit Suhu = 38.9 ºC
▪ Normocephali
▪ CA -/- , SI -/-
▪ KGB ≠ membesar
▪ Suara napas vesikuler
▪ Sakit Ringan
▪ Compos mentis
TD=110/70mmHgNadi =90 x /menit RR = 24 x /menit Suhu = 36,2 ºC
▪ Normocephali
▪ CA -/- , SI -/-
▪ KGB ≠ membesar
▪ Suara napas vesikuler
▪ Sakit Ringan
▪ Compos mentis
TD = 120/80 mmHg Nadi = 90x /menit RR = 20 x /menit Suhu = 36.7 ºC
▪ Normocephali
▪ CA -/- , SI -/-
▪ KGB ≠ membesar
▪ Suara napas vesikuler
▪Sakit Ringan
▪ Compos mentis
TD = 120/80 mmHgNadi = 90x /menit RR = 24 x /menit Suhu = 35,8 ºC
▪ Normocephali
▪ CA -/- , SI -/-
▪ KGB ≠ membesar
▪ Suara napas vesikuler
9
Jantung
Abdomen
Extremitas
Rh -/-, Wh -/-
▪ S1S2 reguler Murmur (-) Gallop (-)
▪ Datar, Supel BU(+)N, NT(+) di Epigastrium
▪ Akral hangat Sianosis (-) Ptekie (-)
Rh -/-, Wh -/-
▪ S1S2 reguler Murmur (-) Gallop (-)
▪ Datar, Supel BU(+)N, NT(+) di Epigastrium
▪ Akral hangat Sianosis (-) Ptekie (-)
Rh -/-, Wh -/-
▪ S1S2 reguler Murmur (-) Gallop (-)
▪ Datar, Supel BU(+)N, NT(+) di Epigastrium
▪ Akral hangat Sianosis (-) Ptekie (-)
Rh -/-, Wh -/-
▪ S1S2 reguler Murmur (-) Gallop (-)
▪ Datar, Supel BU(+)N, NT(+) di Epigastrium
▪ Akral hangat Sianosis (-) Ptekie (-) Ruam Konvalensens (-) di kedua tungkai
A Diagnosa
DBD grade II Hari ke 7
DBD grade IIHari ke 8
DBD grade IIHari ke 9
DBD grade IIHari ke 10
P
Pengobatan
IVFD RA 10 tetes/menit
Sanmol (Paracetamol) 3x 500 mg
Diit lunak
IVFD RA 6 tetes/menit
Diit lunak
Kaen IIIB 10 tetes/menit
Lacto B 2x1 bungkus
Rantin 2x1 Diit lunak
Kaen IIIB 6 tetes/menit
Lacto B 2x1 bungkus
Rantin 2x1
PULANG
10
ANALISA KASUS
Berdasarkan kriteria WHO bahwa untuk menegakkan diagnosa kerja DBD
diperlukan 2 kriteria klinis + 1 kriteria laboratorium :
Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak antara 2-7 hari, terus-menerus tanpa sebab yang jelas
2. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut :
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi) atau
perdarahan di tempat lain
Hematemesis atau melena
3. Pembesaran hati
4. Syok ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan TD
(≤20 mmHg), hipotensi sampai tak terukur,kaki dan tangan dingin, kulit
lembab, CRT memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah
Kriteria Laboratorium
1. Trombositopenia (jumlah trombosit ≤100.000/uL)
2. Terdapat minimal satu dari tanda-tanda plasma leakage (keocoran plasma)
sebagai berikut :
Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar standar sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
Tanda kebocoran plama seperti : efusi pleura, ascites, hipoproteinemia
atau hiponatremia
11
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue
Derajat I : Adanya demam tanpa perdarahan, manifestasi perdarahan hanya berupa
torniket tes positif
Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa
perdarahan di bawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya
Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,
penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg), atau hipotensi, dengan disertai akral
dingin dan gelisah
Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
yang tidak terukur
Berdasarkan kriteria WHO untuk mendiagnosis dan menentukan derajat
penyakit infeksi DBD maka kasus ini termasuk dalam Demam Berdarah Dengue
Derajat II karena pada anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(lab.darah dan foto Ro) ditemukan adanya :
demam akut (demam 6 hari)
adanya penurunan trombosit < 100.000/ul (trombositopenia)
adanya manifestasi perdarahan yaitu melena pada hari 7 dan 8
Pengobatan pada DBD bersifat simptomatis jadi untuk panas diberikan
parasetamol 10-15 mg/kgBB
Pemberian cairan pertama kali karena terlihat penurunan trombosit
<100.000/ul, muntah dan intake makanan sulit selama 3 hari maka diberikan
cairan 7ml/KgBB/jam, lalu apabila terdapat peningkatan trombosit dalam 2 kali
pemeriksaan tetesan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam dan diteruskan dengan
3ml/KgBB/jam
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi:
Pemberian cairan ringer laktat 7 ml/kgBB/jam, berat badan pasien ini 42
kg, jadi diberikan cairan 294 cc/jam, dengan jumlah tetesan 50 tetes/menit,
karena adanya peningkatan hematokrit > 40% (nilai hematokrit normal
12
untuk anak usia 6 tahun 33%-40%), selanjutnya dilanjutkan dengan
pemberian cairan 5 ml/kgBB/jam apabila telah terdapat penurunan nilai
hematokrit, kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan 3
ml/kgBB/jam, yaitu 66 cc/jam, dengan jumlah tetesan 20 tetes/menit
Ranitidin 2 x 20 mg Sebagai penghambat produksi asam lambung
dengan cara kerjanya yaitu inhibitor kompetitif reseptor Histamin (H2)
yang terdapat pada sel parietal lambung. Ranitidin diberikan untuk
mengatasi mual dan nyeri epigastrium
Paracetamol syrup sebagai antipiretik, diberikan untuk mengatasi demam
pada pasien
Rillus berisi lactobacillus diberikan untuk mengatasi gangguan pencernaan
pada pasien
Xanvit merupakan vitamin B kompleks yang berguna sebagai tambahan
nutrisi pasien
Prognosis pasien pada kasus ini adalah baik sebab demam yang terjadi
tidak menimbulkan perdarahan yang masif, dan hemokonsentrasi yang terjadi
tidak terlalu berat, sehingga pasien tidak sampai jatuh ke keadaan syok.
13
TINJAUAN PUSTAKA
DEMAM BERDARAH DENGUE
PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabakan
oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama
yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai
akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.5
Demam berdarah dengue disebabkan virus dengue termasuk group
arbovirus dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili Flaviviridae dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang
lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3
atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengue
dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe virus yang dominan, namun virus DEN-3 sangat berkaitam
dengan kasus DBD yang berat.1
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue,
yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus,
Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus
ini tetapi merupakan vektor yang kurang berperan.2
Nyamuk aedes aegypti hidup dengan subur di belahan dunia yang
memiliki iklim tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika. Australia dan Amerika.
Nyamuk aedes aygepti hidup dan berkembangbiak pada tempat-tempat
14
penampungan air bersih yang tidak secara langsung berhubungan dengan tanah
seperti : bak mandi/wc, minuman burung, air tandon, air tempayan/gentong,
kaleng, ban bekas, dll. Di Indonesia nyamuk aedes aygepti tersebar luas di seluruh
pelosok tanah air, baik di kota-kota maupun di desa-desa, kecuali di wilayah yang
ketinggiannya lebih dari 1.000m diatas permukaan laut.1
Perkembangan hidup nyamuk aedes aygepti dari telur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan
menghisap darah serta memilih drah manusia untuk mematangkan telurnya.
Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 m dari tempat
perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukainya adalah benda-benda
yang tergantung yang ada di dalam rumah, seperti gordyn, kelambu dan
baju/pakaian di kamar gelap dan lembab.1
Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan, dimana
terdpat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk aedes aygepti.1,5
Nyamuk aedes albopictus kurang berperan dalam menyebarkan penyakit
demam berdarah jika dibandingkan dengan nyamuk aedes aygepti. Hal ini karena
nyamuk aedes albopictus hidup dan berkembangbiak di kebun atau semak-semak,
sehingga jarang kontak dengan manusia dibandingakan dengan nyamuk aedes
aygepti yang berada di dalam dan sekitar rumah.1
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini ditularkan oleh orang yang dalam
darahnya terdapat virus dengue. Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi
bisa juga tidak sakit, yaitu jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus
dengue. Jika manusia digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus masuk bersama
darah yang diisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang
biak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk.
Sebagian besar virus itu berada dalam kalenjar liur nyamuk. Selanjutnya pada
waktu nyamuk itu mengigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (probosis)
menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap, terlebih dahulu
15
dikeluarkan air liur dari kalenjar liurnya agar darah yang diisap tidak membeku.
Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan ke orang lain.1
EPIDEMIOLOGI
Infeksi virus dengue telah berada di Indonesia sejak abad ke 18,
dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu
infeksi virus dengue dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijf daagse
koorts) kadangkala disebut juga demam sendi (knokkel koorts).1
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang senantiasa ada
sepanjang tahun di negara kita, oleh karena itu disebut penyakit endemis.6 Di
Indonesia sejak pertama ditemukan penyakit DBD tahun 1968 di Surabaya dan
Jakarta angka kejadian DBD meningkat dan menyebar ke seluruh daerah
kabupaten di wilayah Republik Indonesia 4
Pada pengamatan selama kurun waktu 20-25 tahun sejak awal ditemukan
kasus DBD, angka kejadian luar biasa penyakit DBD diestimasikan setiap 5 tahun
dengan angka kematian tertinggi pada tahun 1968 awal diketemukan kasus DBD
dan angka kejadian penyakit DBD tertinggi pada tahunn 1988.1,4
Angka CFR dari DBD terlihat menurun tajam dari tahun ke tahun sebagai
hasil dari pelatihan penatalaksanaan kasus dan ceramah-ceramah klinik yang
diberikan untuk dokter-dokter di RS dan puskesmas.1,4
Kelompok umur yang sering terkena adalah anak-anak umur 4-10 tahun,
walaupun dapat mengenai bayi dibawah umur 1 tahun. Laki-laki dan perempuan
sama-sama dapat terkena tanpa terkecuali.6
Cara hidup nyamuk terutama nyamuk betina yang menggigit pada pagi
dan siang hari, kiranya dapat menjadi sebab mengapa anak balita mudah terserang
demam berdarah. Nyamuk aedes yang menyenangi tempat teduh, terlindung
matahari, dan berbau manusia, oleh karena itu balita yang masih membutuhkan
tidur pagi dan siang hari seringkali menjadi sasaran gigitan nyamuk. Sarang
nyamuk selain di dalam rumah, juga banyak djumpai di sekolah, apalagi bila
keadaan kelas gelap dan lembab. Disamping nyamuk aedes aegypti yang senang
16
hidup di dalam rumah, juga terdapat nyamuk aedes albopictus yang senang hidup
di luar rumah, di kebun yang rindang yang dapat menularkan penyakit demam
berdarah dengue. Faktor daya tahan anak yang belum sempurna seperti halnya
orang dewasa, agaknya juga merupakan faktor mengapa anak lebih banyak
terkena penyakit demam berdarah dengue dibanding orang dewasa.6
Puncak kasus DBD diketahui pada musim hujan, tetapi untuk daerah
perkotaan puncak kasus DBD terjadi pada permulaan musim kemarau.1 Faktor-
faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat
kompleks, yaitu (1) pertumbuhan penduduk, (2) urbanisasi yang tidak terencana
dan terkontrol, (3) tidak adanyan kontrol terhadap nyamuk yang efektif di daerah
endemik, dan (4) peningkatan sarana transportasi.5 Morbiditas dan moralitas
demam berdarah dengue bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain status imunologi penderita, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue,
virilensi virus dan kondisi geografi setempat.5
.
PATOFISIOLOGI
Ada dua patofisiologi utama pada DBD, yaitu (1) meningkatnya
permeabilitas kapiler yang menghasilkan kebocoran plasma dan ini menyebabkan
hipovolemia, hemokonsentrasi serta renjatan (2) adanya hemostasis yang
abnormal, melibatkan perubahan pembuluh darah, trombositopeni dan
koagulopati5
Teori Virulensi Virus1
Seseorang akan terkena infeksi virus dengue dan menjadi sakit kalau
jumlah dan virulensi virus cukup kuat untuk mengalahkan pertahanan tubuh,
Fakta ini diperkuat dengan uji coba dimana beberapa orang yang digigit nyamuk
infeksius, hasilnya adalah ada orang yang sakit dan ada orang yang tidak sakit.
Teori Imunopatologi1
17
Respon imun terhadap infeksi virus dengue mempunyai dua aspek yaitu
respon kekebalan atau malahan menyebabkan penyakit. Pada percobaan terhadap
manusia dan mencit dapat disimpulkan bahwa sesudah mendapat infeksi virus
dengue satu serotype maka akan terjadi kekebalan terhadap virus ini dalam jangka
waktu lama dan tidak mampu mMberi pertahanan terhadap jenis virus yang lain.
Teori ini berkembang dan didukung oleh data epidemologik, klinis dan
laboratorium yang banyak diteliti di Thailand sekitar tahun 1954-1964. Teori
tersebut kemudian diesbut sebagai Teori Infeksi Sekunder oleh virus yang
heterologus yang berurutan. Kalau seseorang mendapat infeksi primer dengan satu
jenis virus, kemudian lain kali mendapat infeksi sekunder dengan jenis serotype
virus yang lain maka risiko besar akan terjadi infeksi virus yang berat.
Teori Antigen Antibodi1,4
Virus dengue dianggap sebagai antigen yang akan bereaksi dengan
antibody, membentuk ‘virus-antibodi kompleks’ (kompleks imun) kemudian
mengaktivasi komplemen, aktivasi ini akan menghasilkan anafilatoksin C3a dan
C5a, yang merupakan mediator kuat permeabilitas kapiler, kemudian terjadi
kebocoran plasma.
Teori Infection Enhacing Antibodi1
Teori ini mengungkapkan bahwa manusia yang telah terinfeksi virus dan
membentuk antibody, diamana antibody ini bersifat non neutralisir dan bila terjadi
infeksi berulang memiliki resiko terjangkit DBD lebih besar disbanding dengan
manusia yang tak memiliki antibody. Menurut penelitian antigen dengue lebih
banyak di dapat pada sel makrofag yang beredar dibanding dengan sel makrofag
yang tinggal menetap di jaringan. Pada makrofag yang dilingkupi antibody non
neutralisasi, antibody tersebut akan bersifat opsonisasi, internalisasi dan akhirnya
sel mudah terinfeksi. Lebih banyak sel makrofag terinfeksi lebih berat
penyakitnya. Diduga makrofag yang terinfeksi akan menjadi aktif dan
mengeluarkan pelbagai substansi inflamasi, sitokin dan tromboplastin yang
mempengaruhi permeabilitas kapiler dan akan mengaktivasi sistem koagulasi.
18
Teori Mediator1
Makrofag yang terinfeksi virus mengeluarkan mediator atau sitokin. Sitokin
diproduksi oleh banyak sel terutama makrofag mononuclear. Disini sitokin
disebut juga monokin. Fungsi dan mekanisme kerja sitokin adalah sebagai
mediator pada imunitas alami yang disebabkan oleh rangsangan zat yang
infeksius, sebagai regulator yang mengatur aktivasi, proliferasi dan diferensiasi
limfosit, sebagai activator sel inflamasi non spesifik, dan sebagai stimulator
pertumbuhan dan diferensiasi loeukosit matur. Teori mediator ini sejalan dan
berkembang bersama dengan peran endotoksin dan teori peran sel limfosit.
Peran Endotoksin
Syok pada DBD akan menyebabakan iskemia pada usus, disamping
iskemia juga pada jaringan lain. Pada waktu iskemia usus, terjadi
translokasi bekteri dari lumen usus ke dalam sirkulasi. Endotoksin
dsebagai komponen kapsul luar dari bakteri gram negative akan mudah
masuk kedalam sirkulasi pada kejadian syok yang akan diikuti iskemia
berat. Endotoksin akan mengaktivasi kaskade sitokin terutama TNF alfa
dan interleukin 1 dimana hal tersebut meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah yang memudahkan kembali terjadinya shock
hipovolemic.
Peran Limfosit
Virus yang masuk ke makrofag akan mendapat tanggapan, dimana peptide
virus akan dibawa oleh MHC kelas I lalu dipajang dipermukaan virus.
Pajanan peptide virus menyebabkan sel limfosit T CD8 mengenal bahwa
didalam makrofag tersebut ada virus. Kemudian sel limfosit tersebut akan
teraktivasi, mengeluarkan limfokin, termasuk limfokin yang mengaktivkan
makrofag dan mengaktivkan sel B.
Teori Trombosit Endotel1
Trombosit dan endotel diduga mempunyai peran penting dalam
patogenesis DBD, berdasarkan kenyataan bahwa pada DBD terjadi
19
trombositopenia dan permeabilitas kapiler yang meningkat yang berarti ada
pengaruh terhadap integritas sel endotel. Dua komponen ini merupakan satu
kesatuan fungsi dalam mempertahankan homeostasis. Salah satu cedera akan
berakibat pada yang lain. Gangguan pada endotel akan menimbulakn agregasi
trombosit serta aktivasi koagulasi.
Teori Apoptosis1
Apoptosis adalah proses kematian sel secara fisiologik yang merupakan
reaksi terhadap berbagai stimuli. Proses tersebut dapat dibagi dua tahap yaitu
kerusakan inti sel, kemudian perubahan bentuk sel dan permeabilitas membrane
sel. Konsekuensi dari apoptosis adalah fragmentasi DNA inti sel, vakuolisasi
sitoplasma, blebbing dan peningkatan granulasi membrane plasma menjadi DNA
subseluler yang berisi badan-badan apoptotic.
Perubahan Hematologi1
Infeksi virus dengue menyebabkan terjadinya perubahan yang komplek
dan unik pada berbagai mekanisme homeostatic dalam tubuh penderita. Komplek
virus antibody yang terbentuk akan dapat mengaktifkan sistem koagulasi yang
dimulai dari aktivasi faktor XII (Hageman) menjadi bentuk aktif (XIIa).
Selanjutnya faktor XIIa ini akan mengaktifkan faktor koagulasi lainnya secara
berurutan mengikuti suatu kaskade sehingga akhirnya terbentuk fibrin. Disamping
itu, selain terhadap sistem koagualsi, faktor XIIa juga akan mengaktifkan sistem
fibrinolisis, sistem kinin dan sistem komplemen yang kesemuanya memberikan
gambaran betapa kompleksnya akibat yang ditimbulkan oleh virus DBD tersebut.
Secara klinis dapat dijumpai gejala perdarahan sebgai akibat trombositopenia
berat, masa perdarahan dan masa protrombin yang memanjang, penurunan kadar
faktor pembekuan II, V, VII, VIII, IX dan X bersama hipofibrinogenemia dan
peningkatan produk pemecahan fibrin (FDP). Sedangkan aktivasi sistem kinin
akan menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dengan akibat
kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit dan efusi cairan
serosa. Terbentuknya bradikinin mengakibatkan pelebaran pembuluh darah yang
20
dapat berlanjut dengan turunnya tekanan darah. Berbagai kelainan hematologist
telah terbukti menyertai perjalanan penyakit DBD, keadaan ini dipakai sebagai
penunjang diagnosis dan untuk penatalaksanaan yang tepat serta untuk penelitian
lebih jauh mengenai patofisiologi DBD.
Trombositopenia mulai tampak beberapa hari setelah panas, dan mencapai titik
terendah pada fase syok. Penyebab trombositopenia pada DBD masih
controversial. Sebagian peneliti mengatakan kemungkinan penyebabnya ialah
trombopoesis yang menurun dan destruksi trombosit dalam darah yang
meningkat. Peneliti lain menemukan adanya gangguan fungsi trombosit.
Ditemukannya kompleks imun pada permukaan trombosit diduga sebagai
penyebab agregasi trombosit yang kemudian akan dimusnahkan system
retikuloendotelial khususya limpa dan hati.
Komplek virus - antibody
XII XIIa
Fibrinolisiskoagulasi
Kinin Komplemen
Systemkardiovaskuler
plasmin
Fibrin
DIC
FDP
Perdarahan Syok
21
Vi-ab
Trombosit
XIIa
FibrinolisisPembekuan Kinin Komplemen
Anafilatoksin
Plasmin
Fibrin
KID
FDP
PERDARAHAN SYOK
Permeabilitaspb darah ↑
volume plasma ↓Hipoksia
asidosis
Agregasi
Trombositopenia
TF3
RES
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik, atau dapat
berupa demam yang tidak jelas, demam dengue, demam berdarah dengue dengan
kebocoran plasma yang mengakibatkan syok atau syndroma syok dengue (SSD).3
Masa inkubasi pada tubuh manusia sekitar 4-6 hari, timbul gejala prodormal yang
tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang belakang, dan perasaan lelah.
Demam Dengue1,2,3,9
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
- Peningkatan suhu mendadak, kadangkadang disertai mengigil
- nyeri kepala
- muka kemerahan (flushed face)
22
- nyeri retro-orbital
- fotofobia
- mialgia/atralgia
- anoreksia
- konstipasi
- nyeri perut
- nyeri tenggorok
- ruam kulit
- manifestasi perdarahan
Laboratorium :
- leukopenia
- jumlah trombosit umumnya normal tapi dapat dijumpai trombositopenia
- faktor pembekuan normal
- dan pemeriksaan serologi dengue positif
Demam Berdarah Dengue1,2,,3,9
Perubahan patofisiologis infeksi dengue menentukan perbedaan perjalanan
penyakit antara DD dengan DBD. Perubahan patofisiologis tersebut adalah
kelainan hemostasis dan perembesan plasma. Kedua kelainan tersebut dapat dapat
diketahui dengan adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit.
Gejala klinis DBD ditandai dengan :
- Demam mendadak
- Disertai dengan muka kemerahan (facial flush)
- Gejala klinis lain yang menyerupai DD seperti anoreksia, mual, muntah,
sakit kepala, nyeri pada otot dan sendi
- Pada beberapa pasien mengeluh nyeri tenggorokan dan pada pemeriksaan
ditemukan faring hiperemis
- Perasaan tidak enak di epigastrium, nyeri bawah lengkung iga kanan,
kadang-kadang nyeri dapat dirasakan pada seluruh perut
- Pada akhir fase demam jmlah lekosit menurun
23
Terdapat 4 gejala utama DBD, yaitu :
1. Demam tinggi yang mendadak
2. Tanda-tanada perdarahan
3. Hepatomegali
4. Syok
Laboratorium :
- Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia)
- Peningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi merupakan indikator
terjadinya kebocoran plasma
- Pemeriksaan serologi dengue +
- Penurunan faktor koagualsi dan fibrinolitik
- Pada kasus berat dijumpai disfungsi hati, dijmpai penurunan kelompok
vitamin K-dependen
Pemeriksaaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura terutama hemithoraks kanan. Tetapi
apabila perembesan plasma hebat dapat terjadi di kedua hemitorax.
DIAGNOSIS
Berdasarkan kriteria WHO bahwa untuk menegakkan diagnosa kerja DBD
diperlukan 2 kriteria klinis + 1 kriteria laboratorium :
Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak antara 2-7 hari, terus-menerus tanpa sebab yang jelas
2. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut :
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi) atau
perdarahan di tempat lain
Hematemesis atau melena
3. Pembesaran hati
24
4. Syok ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan TD
(≤20 mmHg), hipotensi sampai tak terukur,kaki dan tangan dingin, kulit
lembab, CRT memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah
Kriteria Laboratorium
3. Trombositopenia (jumlah trombosit ≤100.000/uL)
4. Terdapat minimal satu dari tanda-tanda plasma leakage (keocoran plasma)
sebagai berikut :
Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar standar sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
Tanda kebocoran plama seperti : efusi pleura, ascites, hipoproteinemia
atau hiponatremia
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue3
Derajat I : Adanya demam tanpa perdarahan, manifestasi perdarahan hanya berupa
torniket tes positif
Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa
perdarahan di bawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya
Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,
penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg), atau hipotensi, dengan disertai akral
dingin dan gelisah
Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
yang tidak terukur
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan darah ditemukan :1
Leukopenia pada akhir fase demam
Limfositosis biasanya terlihat sebelum fase syok
Hematokrit meningkat >20% (hemokonsentrasi)
25
Trombosit <100.000/ul (trombositopenia)
Perubahan metabolik :
Hiponatremi paling sering terjadi pada pasien DHF atau DSS
Asidosis metabolik ditemukan pada pasien syok dan harus dikoreksi
segera
Kadar urea nitrogen darah meninggi
Kelainan koagulasi
Masa protrombin memanjang
Masa tromboplastin parsial memanjang
Kadar fibrinogen turun dan peningkatan penghancuran fibrinogen
merupakan pertanda DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
Pemeriksaan Fungsi hati :
Kadar transaminase sedikit meningkat
Kadar albumin rendah, dapat menjadi tanda adanya hemokonsentrasi
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen thorax : posisi right lateral decubitus (RLD)
Ditemukan adanya efusi pleura kanan. Efusi bilateral bisa terjadi pada
DSS
Pemeriksaan serologis :
Uji hambatan hemaglutinasi
Uji netralisasi
Uji fiksasi komplemen
Teknik hemadsorpsi immunosorben
Uji ELISA anti dengue IgM dan IgG3,4
IgM antidengue timbul pada infeksi primer maupun sekunder dan adanya
antibodi IgM ini menunjukkan adanya infeksi dengue. IgM terdeteksi
mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, meghilang pada
minggu ke-6.
Ig G pada infeksi primer Ig G mulai timbul pada hari ke-5 dan mencapai
kadar tertinggi pada hari ke-14, kemudian bertahan untuk berbulan-bulan.
26
Pada infeksi sekunder Ig G mulai terdeteksi pada hari ke-2 melebihi kadar
IgM.
DIAGNOSA BANDING1,2
Pada awal perjalanan penyakit diagnosis mencakup infeksi bakteri, virus
atau infeksi protozoa seperti demam dengue, campak, influenza, demam
chikungunya, leptospirosis dan malaria. Adanya trombositopenia yang
jelas disertai hemokonsentrasi dapat membedakan DBD dengan penyakit
lain.
DBD harus dibedakan pada demam chikungunya. Pada demam
chikungunya biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan
penularannya mirip dengan influenza. Demam chikungunya
memperlihatkan serangan demam mendadak, masa demam lebih pendek,
suhu lebih tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular, injeksi
konjungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Pada demam
chikungunya tidak ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.
KOMPLIKASI1,2,8
Ensefalopati dengue
Kejang
Gagal ginjal akut
Udem paru
Kerusakan hepar
PENATALAKSANAAN
27
Perjalanan penyakit DBD terbagi 3 fase :3
1. Fase demam yang berlangsung selama 2-7 hari
Terapi simtomatik dan suportif
Parasetamol 10-15mg/kg/dosis setiap 4-6 jam (salisilat tidak
dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit
perdarahan dan asidosis)4
Kompres hangat diberikan apabila pasien masih tetap panas
Terapi suportif yang diberikan antara lain larutan oralit, jus buah
dan lain-lain
Apabila pasien memperlihatkan tanda dehidrasi dan muntah hebat, berikan
cairan sesuai kebutuhan dan apabila perlu berikan cairan intravena. Semua
pasien tersangka dengue harus diawasi dengan ketat setiap hari sejak hari
sakit ketiga. Setelah bebas demam selama 24 jam tanpa antipiretik, pasien
DBD akan memasuki fase kritis. Sebagian pasien akan sembuh setelah
pemberian cairan intravena, sedangkan kasus berat akan jatuh ke dalam
fase syok.
Pemantauan :
- Pemeriksaan fisis :
tanda vital
perabaan hati → hati yang membesar dan lunak merupakan
indikasi mendekati fase kritis, pasien harus diawasi ketat dan
dirawat di rumah sakit
- Pemeriksaan laboratorium
Leukopenia dan limfositosis relative → dalam waktu 24 jam
pasien akan bebas demam serta memasuki fase kritis
Trombositopenia → pasien memasuki fase kritis dan
memerlukan pengawasan ketat di rumah sakit
Peningkatan Ht 10-20% mengindikasikan pasien memasuki
fase kritis dan memerlukan terapi cairan intravena apabila
pasien tidak dapat minum oral,
28
Berikan penerangan pada orangtua mengenai pertanda gejala syok yang
mengharuskan orangtua membawa anaknya ke rumah sakit antara lain :
o Keadaan memburuk sewaktu pasien mengalami penurunan suhu
o Setiap perdarahan
o Nyeri abdominal akut dan hebat
o Mengantuk, lemah badan, tidur sepanjang hari
o Menolak untuk makan dan minum
o Lenah badab, gelisah
o Kulit dingin, lembab
o Tidak buang air kecil selama 4-6 jam
Indikasi rawat :
o Adanya tanda-tanda syok
o Sangat lemah sehingga asupan oral tidak dapat mencukupi
o Perdarahan
o Hitung trombosit ≤ 100.000/uL dan atau peningkatan Ht 10-20%
o Mengantuk, lemah badan, tidur sepanjang hari ketika penurunan suhu
o Nyeri abdominal akut hebat
2. Fase kritis atau bocornya plasma yang berlangsung umumnya hanya 24-48
jam, sekitar hari 3 sampai hari ke-5 perjalanan penyakit
Umumnya pada fase ini pasien tidak dapat makan dan minum oleh karena
anoreksia atau dan muntah
- Tatalaksana umum
Catat tanda vital, asupan dan keluaran cairan
Berikan oksigen pada kasus dengan syok
Hentikan perdarahan dengan tindakan yang tepat
- Tatalaksana cairan
29
Trombositopenia, peningkatan Ht 10-20%, pasien tidak dapat
makan dan minum melalui oral
Syok
Kristaloid (jenis cairan pilihan diantaranya : ringer laktat dan
ringer asetat terutama pada fase syok)
Koloid (diindikasikan pada keadaan syok berulang atau syok
berkepanjangan)
Selama fase kritis pasien harus menerima sejumlah cairan
rumatan ditambah deficit 5-8% atau setara dehidrasi sedang
- Pada pasien dengan syok
Apabila nilai Ht awal rendah, pikirkan kemungkinan
perdarahan interna atau pantau nilai Ht lebih sering, apabila ada
indikasi berikan tranfusi darah
Koreksi gangguan mrtabolit dan elektrolit, seperti
hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia dan asidosis
Setelah 6 jam apabila Ht menurun , meski telah diberikan
sejumlah besar cairan pengganti, tetesan tidak dapat diturunkan
sampai <10ml/kg/jam, maka pertimabangkan untuk tranfusi
segera
- Indikasi tranfusi darah
Perdarahan saluran cerna berat (melena)
Kehilangan darah bermakna, mis >10% volume darah total.
(Total volume darah = 80 ml/kg)
Pasien dengan perdarahan tersembunyi. Penurunan Ht dan
tanda vital yang tidak stabil meski telah diberi cairan pengganti
dengan volume yang cukup banyak, berikan sediaan darah
segar 10ml/kg/kali atau PRC 5 ml/kg/kali
- Indikasi tranfusi trombosit
Hanya diberikan hanya pada perdarahan massif. Dosis 0,2
μ/kg/dosis
30
3. Fase penyembuhan (2-7 hari)
Secara umum, sebagian besar pasien DBD akan sembuh tanpa komplikasi
dalam waktu 24-48 jam setelah syok. Indikasi pasien masuk ke dalam fase
penyembuhan adalah :
- Keadaan umum membaik
- Meningkatnya selera makan
- Tanda vital stabil
- Ht stabil dan menurun sampai 35-40%
- Diuresis cukup
- Dapat ditemukan confluent petechial rash
Cairan intravena harus dihentikan segera apabila memasuki fase ini.
4. Indikasi pulang
Paling tidak 24 jam tidak demam tanpa antipiretik
Secara klinis tampak perbaikan
Nafsu makan baik
Nilai Ht stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Tidak ada sesak nafas atau takipnea
Trombosit ≥ 50.000/μl
31
tanda syok muntah terus-menerus kejang kesadaran menurun muntah darah berak hitam
Tersangka DBD
demam tinggi, mendadak terus-menerus <7 hari tidak disertai infeksi saluran nafas bagian atas, badan lemah & lesu
Ada kedaruratan Tidak ada kedaruratan
periksa uji tourniquet
jumlah trombosit ? 100.000/μl
jumlah trombosit > 100.000/μl
uji torniquet (+) uji torniquet (-)
Rawat jalan
Rawat inapminum banyak 1,5-2 liter/hrparasetamolkontrol tiap hari sampai demam turunperiksa Hb, Ht, trombosit tiap kali
parasetamolkontrol tiap hari sampai demam hilang
nilai tanda klinis, periksa trombosit & Ht bila demam menetap setelah hari sakit ke-3
Lab. Hb & Ht naik, Trombosit turun
Segera bawa ke rumah sakit
Rawat jalan
Perhatian untuk orang tua:pesan bila timbul tanda syok, yaitu gelisah, lemah, kaki/tangan dingin, nyeri perut, berak hitam, bak kurang
Protocol 6. Tatalaksana kasus tersangka DBD
32
DBD derajat I atau derajat II tanpa peningkatan hematokrit
Gejala Klinis: demam 2-7 hari uji tourniquet positif atau perdarahan spontanLaboratorium: Hematokrit tidak meningkat trombositopeni (ringan)
Pasien masih dapat minumBeri minum sebanyak 1-2 liter/hariatau satu sendok makan tiap 5 menitJenis minuman: air bening, teh manis, sirup, jus buah, susu, oralit.Bila suhu >380C beri parasetamolBila kejang beri obat antikonvulsif
Pasien tidak dapat minumPasien muntah terus-menerus
Monitor gejala klinis dan laboratoriumPerhatikan tanda syokPalpasi hati setiap hariUkur diuresis setiap hariAwasi perdarahanPeriksa Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 jam
Pulang (kriteria pulang)- tidak demam selama 24 jam tanpa antiprelik- nafsu makan membaik- secara klinis tampak perbaikan- Ht stabil- tiga hari setelah syok teratasi- jumlah trombosit > 50.000/ml- tidak dijumpai distres pernapasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)
Ht naik dan atau trombosit turun
Perbaikan klinis dan laboratoris
Pasang infus NaCl 0,9%: dekstrosa 5% (1:3), tetesan rumatan sesuai berat badan Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 jam
Infus ganti ringer laktat (RL)(tetesan disesuaikan)
Protokol 7. Tatalaksana kasus DBD derajat I atau derajat II
tanpa peningkatan hematokrit
33
DBD derajat I dengan peningkatan HT ≥ 20% Ht normal
Monitor tanda-tanda vital / nilai Ht dan trombosit tiap 6 jam
tidak gelisahnadi kuattekanan darah stabildiuresis cukup(12 ml/kgBB/jam)Ht turun(2 kali pemeriksaan)
gelisahdistres pernapasanfrekuensi nadi naikHt tetap tinggi/naikdiuresis kurang/tidak ada
Tanda vital memburukHt meningkat
5 ml/kgBB/jam
Sesuaikan tetesan
3 ml/kgBB/jam
bila tanda vital/Ht stabil dan diuresis cukup
Cairan awal
RL / RA / NaCl 0,9% atau RLD5 / NaCl 0,9% + D5, 6-7 ml / kgBB / jam
Perbaikan Tidak ada perbaikan
Tetesan dikurangi
Perbaikan
IVFD stop pada 24-48 jam
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jamPerbaikan
Tanda vital tidak stabil
Distres pernafasanHt naikTek. Nadi ≤20 mmHg
Ht turun
Transfusi darah segarKoloid
20-30 ml/kgBB 10 ml/kgBB
Perbaikan
Protokol 8. Tatalaksana kasus DBD derajat I
dengan peningkatan hematokrit ≥ 20%
34
DBD derajat III & IV
1. Oksigenasi2. Penggantian volume (cairan kristaloid isononis)Ringer laktat/NaC. 0,9%20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit)
Evaluasi 30 menit,apakah syok teratasi?
Pantau tanda vital tiap 10 menitCatat balans selama pemberian cairan intravena
Syok teratasi
Kesadaran membaikNadi teraba kuatTekanan nadi > 20 mmHgTidak sesak napas/sianosisEkstremitas hangatDiuresis cukup 2 ml/kgBB/jam
Cairan dan tetesan disesuaikan 10 ml/kgBB/jam
Evaluasi ketat
Tanda vitalTanda perdarahanDiuresisHb, Ht, trombosit
Stabil dalam 24 jam
Tetesan 5 ml/kgBB/jamHt stabil dalam 2x pemeriksaan
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Infus stop tidak melebihi 48 jamsetelah syok teratasi
Syok tidak teratasi
1. Lanjutkan cairan 20 ml/kgBB/jam
2. Tambahkan koloid/plasma Dekstran/FPP 10-20 (max30) ml/kgBB/jam
3. Koreksi asidosis Evaluasi 1 jam
Syok teratasi
Syok belum teratasi
Ht turun Ht tetap tinggi/naik
Transfusi darah segar 10 ml/kgBB diulang sesuai
kebutuhan
Koloid 20 ml/kgBB
Kesadaran menurunNadi lembut/tidak terabaTekanan nadi < 20 mmHgDistres pernapasan/sianosisKulit dingin dan lembabEkstreminitas dinginPeriksa kadar gula darah
1. Oksigenasi (berikan O2 2-4 l/menit)2. Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis) Ringer laktat/NaC. 0,9% 20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit)
Protokol 9. Tatalaksana syok pada anak
35
PENCEGAHAN6
Pencegahan penyakit demam berdarah mencakup
Terhadap nyamuk perantara yaitu
- pemberantasan nyamuk Aedes aegypti induk dan telurnya
Terhadap diri kita
- memperkuat daya tahan tubuh
- melindungi dari gigitan yamuk
Terhadap lingkungan dengan tujuan mengubah perilaku hidup sehat
terutama kesehatan lingkungan
Penyuluhan Bagi Masyarakat
Sampai sekarang belum ada obat yang dapat membunuh virus dengue ataupun
vaksin demam berdarah, maka upaya untuk pencegahan demam berdarah
ditujukan pada pemberantasan nyamuk beserta tempat perindukannya. Oleh
karena itu, dasar pencegahan demam berdarah adalah memberikan penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat bagaimana cara memberantasan nyamuk dewasa
dan sarang nyamuk yang dikenal sebagai pembasmian sarang nyamuk atau PSN.
Demi keberhasilan pencegahan demam berdarah, PSN harus dilakukan secara
bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di rumah, di sekolah, rumah
sakit, dan tempat-tempat umum seperti tempat ibadah, makam, dan lain-lain.
Dengan demikian masyarakat harus dapat mengubah perilaku hidup sehat
terutama meningkatkan kebersihan lingkungan.
Cara Memberantas Jentik
Cara memberantas jentik dilakukan dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup,
dan mengubur, artinya :
Kuras bak mandi seminggu sekali (menguras),
Tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup),
Kubur kaleng, ban bekas, dll. (mengubur).
36
Kebiasaan-kebiasaan seperti mengganti dan bersihkan tempat minum burung
setiap hari atau mengganti dan bersihkan vas bunga, seringkali dilupakan.
Kebersihan di luar rumah seperti membersihkan tanaman yang berpelepah dari
tampungan air hujan secara teratur atau menanam ikan pada kolam yang sulit
dikuras, dapat mengurangi sarang nyamuk.
Pada kolam atau tempat penampungan air yang sulit dikuras dapat diraburkan
bubuk abate yang dapat ditaburkan bubuk abate yang dapat membunuh jentik.
Bubuk abate ini dapat dibeli di apotek.
Pedoman Penggunaan Bubuk Abate (Abatisasi)
Satu sendok makan peres (10 gram) untuk 100 liter air
Dinding jangan disikat setelah ditaburi bubuk abate
Bubuk akan menempel di dinding bak/ tempayan/ kolam
Bubuk abate tetap efektif sampai 3 bulan
Cara Memberantas Nyamuk Dewasa
Untuk memberantas nyamuk dewasa, upayakan membersihkan tempat-tempat
yang disukai oleh nyamuk untuk beristirahat.
Kurangi Tempat Untuk Nyamuk Beristirahat
Jangan menggantung baju bekas pakai (nyamuk sangat suka bau manusia)
Pasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah
Lindungi bayi ketika tidur di pagi dan siang hari dengan kelambu
Semprot obat nyamuk rumah pagi & sore (jam 8.00 dan 18.00)
Perhatikan kebersihan sekolah, bila kelas gelap dan lembab, semprot
dengan obat nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran mulai
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar Infeksi &
Pediatri Tropis edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2010
2. World Health Organization. Demam Berdarah Dengue. Diagnosis,
Pencegahan dan Pengendalian. Jakarta : EGC.1997.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi
Dengue di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Bakti Husada. 2005.
4. Soegijanto, S. Demam Berdarah Dengue. Tinjauan dan Temuan
Baru di Era 2003. Surabaya : Airlangga University Press. 2004.
5. Soegijanto, S. Ilmu penyakit Anak Diagnosis & Penatalaksanaan.
Jakarta : Salemba Medika. 2002.
6. Behrman, Kliegemen, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics 17th
edition. Saunders. 2004.
7. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta :2000
8. Shepherd SM. Dengue Fever. eMedicine. 2009. Available from:
http://imedicine.com/DisplayTopic.asp?bookid=6&topic=528, accessed on 30
July.
9. Hagop A Isnar. Dengue. eMedicine. 2008. Available from:
http://imedicine.com/DisplayTopic.asp?bookid=10&topic=559, accessed on
30 July.
10. Anonym. Demam Berdarah. Available from:
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=53, accessed on 30 July.
38