documentdg

59
LAPORAN KEGIATAN KEDOKTERAN KELUARGA UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Ny. N DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PERSALINAN Disusun Oleh : Fitri Fratiwi 205.121.0004 Pembimbing : Dr. Fifin Pradina D KEPANITERAAN KLINIK KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 1

Upload: dhe-cool

Post on 30-Oct-2014

79 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

fgsd

TRANSCRIPT

Page 1: Documentdg

LAPORAN KEGIATAN KEDOKTERAN KELUARGA

UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Ny. N

DALAM MENANGANI PERMASALAHAN

PERSALINAN

Disusun Oleh :

Fitri Fratiwi205.121.0004

Pembimbing :

Dr. Fifin Pradina D

KEPANITERAAN KLINIK KEPANITERAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANGFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

MALANGMALANG

20102010

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

1

Page 2: Documentdg

Klinik Dokter Keluarga FK UNISMA No. Berkas :

Berkas Pembinaan Keluarga No. RM : 10.33.06

Nama Pasien : Ny. N

Tanggal kunjungan pertama kali : 01 februari 2011

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Pasien : Ny. N

Alamat : Jl. Joyo Mulyo II/37 G Malang

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam 1 rumah

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien klinik

Ket.

1 Tn.T KK L 33 th S1 Dosen -2 Ny.N istri P 26 th S1 Sastra

InggrisIRT + Partus SC

Sumber: data primer, 01 februari 2011

Kesimpulan:

Keluarga Ny. N berbentuk nuclear family. Ny. N di rumah kontrakan hanya tinggal

berdua dengan suami, Tn T. Terdapat satu orang pasien partus SC yaitu Ny.N, umur 26

tahun, beralamat di Dinoyo Permai, Malang. Diagnosa klinis penderita adalah partus SC

et causa Distocia. Penderita adalah mahasiswi lulusan Sastra Inggris di UNISMA .

BAB I

2

Page 3: Documentdg

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak pasien partus

SC et causa distocia dengan riwayat KPD, berjenis kelamin perempuan dan berusia 26

tahun, dimana penderita merupakan salah satu dari pasien partus SC yang berada di

Kabupaten Malang, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi, tidak hanya dari segi

biomedis melainkan juga mempengaruhi faktor psikologis penderita dan keluarga, serta

faktor sosioekonomi. Mengingat kasus ini sering ditemukan pada wanita dengan

kehamilan primigravida, maka pentingnya bagi kita untuk memperhatikan dan

mencermatinya, untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. N

Umur : 26 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : S1 sastra inggris

Agama : Islam

Alamat : Jl. Joyo Mulyo II/37 G Malang

Status Perkawinan : Menikah

Nama Suami : Tn. K

Umur Suami : 33 tahun

Pekerjaan Suami : Dosen

Pendidikan : S1

Asal suami : Pamekasan

Tanggal Periksa : 01 Februari 2011

C. ANAMNESIS

3

Page 4: Documentdg

1. Keluhan Utama : Keluar cairan byor banyak

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. N datang ke RSI dengan keluhan menggeluarkan cairan byor banyak sejak jam

19.45. Pasien merasakan kencang-kencang pada perutnya tetapi jarang dan tidak kuat,

tidak didapatkan adanya darah. Nyeri perut bagian bawah dirasakan tidak teratur. Pasien

menyatakan bahwa ini anak pertama, Riwayat kembar disangkal penderita. Buang air

besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.

3. Riwayat Kehamilan sekarang

ANC dilakukan di RSI UNISMA, setiap bulan sekali sejak umur kemilan 3 bulan

sampai 9 bulan.

4. Riwayat Menstruasi

Umur Menarche               : 14 tahun

Siklus                               : 21-30 hari, teratur

Lama                                : ±8 hari

Banyak darah                   : dalam batas normal

Hari Pertama Haid Terakhir : 8 mei 2010

Hari Perkiraan Lahir : 15 januari 2011

Umur Kehamilan : 38-39 Minggu

Sistem Genitalia:

VT: V/V taa, Blood (-), pembukaan 1 cm, efficement 25 %, ketuban (-)

5. Riwayat kontrasepsi:

Pasien mengaku belum pernah memakai KB sebelumnya

6. Riwayat Penyakit Dahulu Yang Pernah diderita:

Riwayat rawat inap (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat diabetes (-)

Riwayat asma (-)

Riwayat alergi (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

7. Riwayat Imunisasi

Pasien sudah imunisasi TT sebelumnya

8. Riwayat fertilisasi :

4

Page 5: Documentdg

Pasien menikah satu kali dengan suami sekarang dan sudah menikah 1 tahun 1 bulan

9. Riwayat Gizi

Ny. N biasanya makan 2-3 kali sehari dengan lalapan, Pasien sering minum air putih.

Selama masa kehamilan Ny. N juga rajin minum susu dan makan buah-buahan. Ny.

N menkomsumsi obat penambah darah dan vitamin dari dokter. Ketika masa hamil

ada gangguan ngidam maupun muntah tapi tidak berlebihan sehingga asupan gizi Ny.

N cukup baik. Ny.N juga mengaku nafsu makan selama kehamilan meningkat.

10. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-)

Riwayat asma (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat diabetes (-)

Riwayat alergi (-)

11. Riwayat Kebiasaan

Riwayat merokok (-)

Riwayat minum alkohol (-)

Riwayat olahraga (-),jarang berolahraga

Riwayat pengisian waktu luang (-), Ny. N sehari-hari tidak terlalu berat. Karena

Ny. N biasanya dibantu suami mengaku selama kehamilan ini mempunyai cukup

waktu untuk beristirahat.

12. Riwayat Sosial Ekonomi

Ny. N adalah seorang ibu rumah tangga dulu mantan mahasiswi sastra inggris di

UNISMA, suami Ny. N yaitu Tn. K bekerja sebagai dosen di UNIGA. Saat ini

kebutuhan Ny. N untuk biaya kehidupan sehari-hari dan biaya rumah sakit

ditanggung oleh suami (Tn. K). Penghasilan keluarga Ny. N. tergolong cukup

memenuhi kebutuhan sehari-hari Ny. N dan keluarga. Hubungan Ny. N dengan

suami dan orang tuanya tampak akrab.

D. ANAMNESIS SISTEM

5

Page 6: Documentdg

1. Kulit : Kulit gatal (-),pucat (-)

2. Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), rombut tidak rontok,

luka (-), benjolan (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-)

4. Hidung : rhinorrea (-), epistaksis (-), tersumbat (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-)

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), suara serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)

9. Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu ma1kan

menurun (-) nyeri perut (-)

11. Genitourinaria : BAK lancar.

12. Neurologik : lumpuh (-), kaki kesemutan (-), konvulsi (-)

13. Psikiatrik : emosi stabil (-), mudah marah (-)

14. Muskolokeletal :kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri

tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

15. Ekstremitas atas: edema (-), sakit (-), telapak tangan pucat (-),

cyanosis (-), luka (-)

16. Ekstremitas bawah: edema (-), sakit (-), telapak tangan pucat

(-), cyanosis (-), luka (-).

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : cukup, Compos mentis (GCS E4V5M6)

2. Tanda vital

BB sebelum hamil : 50 Kg

BB ketika hamil: 69 Kg

TB : 162

BMI : BB/TB2= 62/1622 = 23.62 normoweight

Tensi : 120/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Suhu : 37.3oC

RR : 20 x/mnt

6

Page 7: Documentdg

3. Kulit:

Sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-),spider nevi (-), eritem (-)

4. Kepala:

luka (-), rambut rontok (-), keriput (-), atrofi m. temporalis (-), kelainan mimik

wajah/bells palsy (-)

5. Mata:

Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-)

6. Hidung:

nafas cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),

hiperpigmentasi (-), secret (-)

7. Mulut:

mukosa bibir pucat (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-)

8. Telinga:

otorrhea (-), pendengaran berkurang (-)

9. Tenggorokan:

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

10. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe

(-)

11. Thorax : normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi (-),

spidernevi (-)

Cor:

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas kiri atas : SIC II Linea para sternalis sinistra

Batas kanan atas : SIC II Linea para sternalis dekstra

Batas kiri bawah : SIC V 1 cm medial lineo medio

clavicularis sinistra

Batas kanan bawah : SIC IV linea para sternalis dekstra

Pinggang Jantung :SIC III Linea para sternalis sinistra

(batas jantung kesan tidak melebar)

Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo :

7

Page 8: Documentdg

Statis (depan dan belakang)

Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : vesikuler, suara tambahan (-)

Dinamis (depan dan belakang)

Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : vesikuler, suara tambahan (-)

12. Abdomen :

Inspeksi : massa (-), venektasi (-), bekas jahitan (-)

Palpasi : meteorismus (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani seluruh lapangan perut

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Pemeriksaan Leopold

Leopold I (TFU 33 cm, bagian atas): bokong janin

Leopold II : Punggung kanan

Lepold III: bagian bawah janin adalah kepala, bisa digerakkan

Leopold IV: belum masuk PAP

DJJ: 160x menit

13. Sistem Collumna Vertebralis :

Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

14. Ekstremitas : palmar eritem (-)

Akral dingin Oedem

15. Sistem genitalia :

- -

- -

- -

- -

8

Page 9: Documentdg

VT: V/V taa, pembukaan 1cm, Blood (-), effa 25%, air ketuban (-).

16. Pemeriksaan neurologik:

kesadaran : composmentis

fungsi luhur : dalam batas normal

fungsi vegetatif : dalam batas normal

fungsi sensorik:

fungsi motorik:

Kekuatan tonus RF RP

17. Pemeriksaan psikiatri

Penampilan : perawatan diri baik

Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif composmentis

Afek : datar

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk : realistik

Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Arus : koheren

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 22 oktober 2010

Pemeriksaan DL

1. Hb : 11.6

2. Leukosit : 10.800

3. LED : 65

4. Trombosit : 214.000

5. PCV/Hematokrit:35.8

6. Eritrosit : 4.09

7. Hitung Jenis

N N

N N

5 5

5 5

N N

N N

N N

N N

- -

- -

9

Page 10: Documentdg

EOS: 1

BAS: 1

ST: -

SEG: 65

Lym: 25

MO: 8

Pemeriksaan UL

1. PH/BJ : 8/1,010

2. Albumin : -

3. Reduksi : -

4. Bilirubin : -

5. Urobilin : -

6. Sedimen

Silinder : -

Leukosit : 8-10

Eritrosit : 30-40

Epitel : 6-8

Kristal : -

Bakteri : +

Hitrit : -

Keton : -

Pemeriksaan DL

1. Hb : 11.6

2. Leukosit : 10.800

3. LED : 65

4. Trombosit : 289.000

5. PCV/Hematokrit:57,7

6. Eritrosit : 5.03

7. Hitung Jenis

EOS: 3

BAS: 9

ST: -

10

Page 11: Documentdg

SEG: 55

Lym: 21

MO: 12

Pemeriksaan Kimia Klinik

Gula darah sesaat : 22

G. RESUME

Ny. N datang ke RSI dengan keluhan menggeluarkan cairan byor banyak sejak jam

19.45. Pasien merasakan kencang-kencang pada perutnya tetapi jarang dan tidak kuat,

tidak didapatkan adanya darah. Nyeri perut bagian bawah dirasakan tidak teratur. Pasien

menyatakan bahwa ini anak pertama, Riwayat kembar disangkal penderita. Buang air

besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.

Dari Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, compos mentis, TFU 3

jari dibawah proc. Xipoedeus, bagian teratas janin adalah kepala, bagian terbawah janin

belum masuk PAP bisa digerakkan, DJJ 160x/nenit, belum didapatkan blood (-), air

ketuban (-) His jarang. Diagnosa klinis G1PoAo dengan partus SC et causa distocia

akibat bayi letak puncak (tidak ada kemajuan dalam persalinan).

H.DIAGNOSIS HOLISTIK

Ny. N dengan usia 26 tahun adalah pasien partus SC et causa distocia. Hubungan

Ny. N dengan suaminya tampak harmonis dan dalam kehidupan sosial Ny. N adalah

anggota masyarakat biasa.

1. Diagnosis dari segi biologis :

Partus SC et causa distocia dengan persentasi puncak riwayak KPD. Terhitung dari

sejak inpartu kala I, persalinan tidak maju-maju setelah pembukaan lengkap pada

pemeriksaan dalam didapatkan bayi letak puncak sehingga bayi tidak turun. Dimana

pada keadaan letak puncak diameter kepala bayi lebih besar dari pada panggul sehinnga

bayi tidak turun. Dengan Pemberian cytotec pervaginam diharapkan HIS teratur dan

adekuat tetapi bayi tidak turun karna letak puncak sehingga tindakan yang diambil

adalah SC

2. Diagnosis dari segi psikologis :

11

Page 12: Documentdg

Hubungan Ny. N dengan suaminya terkesan harmonis, saling mendukung, saling

memperhatikan, dan saling pengertian.

3. Diagnosis dari segi sosial :

Ny. Ndan suaminya hanya sebagai anggota masyarakat biasa di lingkungannya

I. PENATALAKSANAAN

Distocia (persalinan yang sulit jika tidak ada kemajuan dari persalinan) riwayat ketuban

pecah dini, karna malpersentasi bayi didapatkan kelainan bayi letak puncak, bayi tidak

turun sampai pembukaan lengkap sehingga dilakukan SC.

Medikamentosa

Cefotaxim 2x1 gr

Cytotec 1/8 tab diawal dan 1/4

Ranitidin 2x1 ampul

Ketorolac 3x30 mg

Vit c 2xII

Non Medikamentosa

J. FOLLOW UP

Tanggal 01 Februari

Jam 21.00 WIB

S : mengeluarkan cairan byor banyak

O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: 120/70 mmHg RR: 20 x/menit

N: 88 x/menit S: 37.5oC

DJJ: 145x/menit

His (+): 1x12” per 10’

VT: belum dilakukan VT

A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, KPD

P : skin tets (+), inj.cefotaxim 1 gr (+)

Jam 00.00 WIB

12

Page 13: Documentdg

S : Ibu mules-mules dan kenceng-kenceng tidak kuat dan jarang

O VT: Vulva/vagina taa, blood (-), slym (+) sedikit, pembukaan 1 cm, effacement

25%, ketuban (-), kepala H1.

DJJ: 138x/menit

His: 2x10’ tidak terlalu Kuat

A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, KPD Inpartu K1 fase laten

P : lapor dr.Retno SpOG, pemberian cytotec 1/8 pervaginam 4 jam

Tanggal 02 Februari 2011Jam 01.00 WIBS : Perut terasa mules-mules dan kenceng-kenceng semakin sering

O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: 110/70 mmHg RR: 20 x/menit

N: 88 x/menit S: 37.5oC

DJJ: 145x/menit

His (+): 10” 2x.20’’

VT: belum dilakukan VT lagi

A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, KPD Inpartu K1 fase laten

P : -

Jam 02.00 WIB

S : pasien merasa cemas

O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup

VT: belum dilakukan lagi

DJJ: 147x/menit

His: 3x10”

A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, KPD Inpartu K1 fase laten

P : -

Jam 03.00 WIB

O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup

DJJ (+): 147 x/menit

His: 3x10”

A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, KPD Inpartu K1 fase laten

13

Page 14: Documentdg

P : cairan RL 28 tpm

Jam 04.00 WIB

VT: belum dilakukan

DJJ: 142 x/menit

His: 3x10”

Jam 05.00 WIB

S : -

O : VT v/v taa, slym diameter 2 cm, effacement 25%, ketuban (-), teraba bagian

terendah kepala, H1

DJJ: (+) 148x/menit, His (+) His: 3x10”

A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, Inpartu K1 fase laten

P : lapor dr. SpOG, memasukkan lagi cytotec ¼ tab pervaginam

Jam 06.00 WIB

S : -

O : KU cukup, Kesadaran kompos mentis

Tensi : 110/80 mmHg

N : 84x/menit

Suhu : 36,3 C

VT: belum dilakukan lagi

DJJ: 155 x/menit

Jam 07.00 WIB

VT: belum dilakukan lagi

DJJ : (+) 144x/menit HIS 4x30”

Jam 09.00 WIB

S :

O : VT: Vulva vagina taa, blood slym (+) sedikit, pembukaan 3 cm, effacement 25%,

ketuban (-), letak kepala, H1

DJJ: 144x/menit.

P: mengganti infuse RD5 28 tpm, inj. cefotaxim

Jam 13.45 WIB

S : menngeluh kenceng-kencang tambah kuat dan sering

14

Page 15: Documentdg

O : T : 120/80 mmHg RR : 20x/menit

N : 84x/menit

S : 37 0 C

VT : v/v taa, pembukaan 6 cm ketuban (-), letak kepala, H II

A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu KPD

Jam 15.30 WIB

S : pasien menggeluh perutnya tambah sakit kenceng-kenceng makin sering

O : VT : v/v taa, blood slym (+), pembukaan 6 cm, effacement 50%, ketuban (-),

presentasi kepala UUK tidak teraba karna caput, H II

A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu KPD, letak puncak

P : KIE keluarga oleh dr.Retno SpOG untuk dilakukan sc tetapi keluarga minta untuk

ditunggu. Observasi dr. Retno ditunggu sampai 2 jam

Jam 17.30 WIB

S : pasien menggeluh perutnya tambah sakit

O : VT : v/v taa, blood slym (+), pembukaan 8-9 cm, effacement 50%, ketuban (-),

presentasi kepala UUK tidak teraba karna caput, H II

A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu , letak puncak Riwayat KPD

P : KIE keluarga (+), keluarga setuju untuk sc

Jam 19.30 WIB

S : pasien menggeluh perutnya tambah sakit

O : Tensi :110/90 mmHg

Nadi : 78x/menit Suhu : 37 0 C

A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu KPD, letak puncak

P : inj. Ranitidin IV 1 ampul, pasang infuse RL, ganti infuse RL yang ke2 dengan drip

Narfoz 8 mg

Jam 22.30 WIB

SC dimulai dari jam 20.30 – 22.00

pasien dari OK

S :

O : KU baik, kesadaran kompos mentis

Tensi : 120/90 RR: 20 x/menit

15

Page 16: Documentdg

N : 72x/menit suhu : 36 0 C

Urine 1200 cc wrna kuning kemerahan

A : G1p00000Ab0, Post SC et causa Distocia

P : injeksi cefotaxim, ketorolac dan Ranitidin

- Berbaring sampai dengan hari kamis jam 01.05 boleh mika/miki

Tanggal 03 Februari 2011

Jam 07.00

S : Nyeri luka post operasi (±), mual (-), muntah (-), flatus (-)

O : KU cukup kesadaran kompos mentis

T : 100/70 mmHg RR : 20x/menit

N : 82x/menit

S : 36 0 C

urine 600 cc warna kunin

A : post SC hr 1 + persentasi puncak + Riwayat KPD

P : medikamentosa ketorolac, vit.c, cefotaxim dan ranitidine dilanjutkan

Cairan infuse RL 34tpm 28 tpm

Jam 15. 00 menganti cairan denga RD5

Tanggal 04 Februari 2011

Jam 06.00

S : Nyeri luka post operasi (±), mual (-), muntah (-), flatus (+)

O : KU cukup kesadaran kompos mentis

T : 110/70 mmHg RR : 20x/menit

N : 82x/menit

S : 36 0C

A : post SC hr 2 + persentasi puncak + Riwayat KPD

P : medikamentosa dilanjutkan

- Pasien boleh jalan memberikan ASI ke bayinya

16

Page 17: Documentdg

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

Ny. N tinggal dalam 1 rumah dengan suaminya. Ny. N sebagai pasien partus

SC et causa distocia persentasi puncak dengan riwayat KPD yang

sebelumnya belum pernah partus SC dan baru kali ini masuk rumah sakit.

2. Fungsi Psikologis

Hubungan Ny. N dengan suaminya tampak saling mendukung, saling

memperhatikan dan saling pengertian.

3. Fungsi Sosial

Ny. N dan suaminya ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di

masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini jarang

mengikuti beberapa kegiatan dilingkungannya karena disibukkan dengan

pekerjaannya. Hubungan keluarga Ny. N dengan tetangga baik dan rukun.

Pergaulan sehari-hari Ny. N menggunakan bahasa dan adat jawa terkadang juga

menggunakan bahasa Madura karna suami Ny N berasal dari Madura Walaupun

demikian Ny. N dan suaminya tetap menghargai budaya dan tradisi jawa.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari Ny. N ditanggung oleh Tn. K yang bekerja

sebagai Dosen dengan penghasilan cukup. Ny. N hanya sebagai ibu rumah

tangga biasa. Keluarga Ny. N mengaku pendapatan keluarganya cukup untuk

biaya kebutuhan sehari-hari, maupun biaya RS.

Kesimpulan :

17

Page 18: Documentdg

Kesimpulan: Fungsi psikologis, biologis serta sosial ekonomi keluarga Ny. N

baik

B. FUNGSI FISIOLOGIS DENGAN ALAT APGAR SCORE

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score

adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut

pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga

yang lain. APGAR score meliputi :

1. Adaptasi

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga

yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang

lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota

keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan

anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu

yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup dan

8-10 adalah baik.

APGAR score Ny. NAPGAR Ny. S Terhadap Keluarganya Sering

/selaluKadang-kadang

Jarang/Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

18

Page 19: Documentdg

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk An. A APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Adaptation : Ny. N mendapat perhatian dan kasih sayang

dari suaminya apalagi selama hamil, perhatian suami diakui lebih

intensive. Ny. N juga mendapat dukungan dari keluarganya untuk

periksa kehamilan setiap bulannya

Score : 2

2. Partnership : Komunikasi antara Ny. N dengan suaminya terjalin baik.

Score : 2

3. Growth : Ny. N selalu berdiskusi bersama suaaminya untuk menentukan

keputusan dan melakukan hal-hal baru yang positif.

Score : 2

4. Affection : Anggota keluarga Ny. N saling menyayangi dan juga saling memberikan

perhatian

Score : 2

5. Resolve : Ny. N merasa waktu berkumpul dengan suaminya tidak terlalu dirasakan

kurang dikarenakan kesibukan Ny. N dan suaminya.

Score : 1

APGAR score Tn. KAPGAR Tn.R Terhadap keluarganya Sering

/selaluKadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah.

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah

19

Page 20: Documentdg

hidup yang baru.A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Tn. K APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Adaptation : Tn K mendapat dukungan, saran dan

bantuan dari istrinya jika menghadapi suatu masalah dan memerlukan

bantuan.

Score : 2

2. Partnership : Komunikasi antara Tn. K dengan istrinya terjalin baik. Mereka saling

memberi perhatian dan bantuan jika ada yang terkena masalah.

Score : 2

3. Growth : Tn. K sering berdiskusi bersama istri untuk menentukan keputusan dan

melakukan hal-hal baru yang positif.

Score : 2

4. Affection : Anggota keluarga saling menyayangi dan juga saling memberikan

perhatian

Score : 2

6. Resolve : Tn. K kurang puas dengan kebersamaan dan waktu yang diberikan oleh

keluargaa untuknya.

Score : 1

APGAR score keluarga Ny. N = (9+9) : 2 = 9

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny. N baik

C. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM

Fungsi patologis dari keluarga Ny. N dinilai dengan menggunakan alat

S.C.R.E.E.M sebagai berikut.

SCREEM keluarga Ny. N

Sumber Patologis

SocialIkut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -

20

Page 21: Documentdg

Culture Menggunakan adat istiadat Jawa dalm kehidupan sehari-hari -

ReligiousPemahaman terhadap ajaran agama relative baik, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah.

-

Economic Penghasilan keluarga yang stabil -

EducationalTingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini tergolong tinggi

-

Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan, Ny. N dan suaminya pergi dokter spesialis -

Kesimpulan

Dalam keluarga Ny. N tidak ditemukan fungsi patologis

D. GENOGRAM KELUARGA Ny. S

Alamat lengkap : jl. Joyo Mulyo

Genogram keluarga Ny. N

Keterangan diagram

:Perempuan : Pasien

: Laki-laki

Kesimpulan: Ny. N adalah pasien partus SC

E. POLA INTERAKSI KELUARGA

Pola interaksi keluarga Ny. N

Diagram 1. Pola interaksi keluarga Ny. N

Keterangan :

Hubungan baik

Hubungan tidak baik

Kesimpulan

Berdasarkan keterangan yang didapat, antara Ny. N dan suaminya mempunyai

hubungan yang baik satu sama lain.

21

.P

Ny.N

An.A

Tn.K

Ny. N 26 thTn.NNy.N

Page 22: Documentdg

BAB IV

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA

1. Faktor Perilaku Keluarga

a. Pengetahuan

Keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan karena tingkat

pendidikan yang tinggi.

b. Sikap

Keluarga peduli terhadap kehamilan Ny. N. hal ini biasa dilihat dari rutinnya

Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan Ny. N ke dokter spesialis kandungan

setiap bulan

c.Tindakan

Keluarga mengantarkan Ny. N periksa ke dokter

2. Faktor Non Perilaku

Faktor nonperilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat adalah

lingkungan hidup. Lingkungan hidup ialah segala sesuatu baik benda maupun

keadaan yang berada disekitar manusia, yang dapat mempengaruhi kehidupan

manusia dan masyarakat, yaitu lingkungan biologi, lingkungan fisik, lingkungan

ekonomi dan lingkungan sosial.

a. Lingkungan

Rumah yang dihuni keluarga adalah rumah kontrakan yang berdempetan satu

sama lain. Sarana dan prasarana keluarga ini bisa dibilang lengkap. Sumber

air keluarga ini dari PDAM dan sumur. Listrik sudah ada. Kamar mandi dan

jamban sudah ada, kebersihan cukup terjaga.

b. Pelayanan Kesehatan

22

Page 23: Documentdg

Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit tergolong dekat dengan rumah

keluarga Ny. N

Faktor Perilaku dan Non Perilaku

: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

1. Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah dikawasan perkampungan. Memiliki

pekarangan rumah tapi cukup sempit dan terdapat pagar pembatas. Terdiri dari

ruang tamu, 3 kamar, satu dapur, dan 1 kamar mandi, 1 dapur, ruang keluarga.

Rumah mempunyai ventilasi yang bagus. Secara keseluruhan kebersihan rumah

cukup bersih

2. Gambaran Lingkungan Dalam Rumah

23

Ny. S

Pengetahuan :

Keluarga mengetahui pola hidup bersih

Lingkungan:

Rumah cukup memenuhi syarat kesehatan

Pelayanan kesehatan:

Rumah Ny. S tergolong dekat dari pelayanan kesehatan

Sikap :

Keluarga Ny. S memeriksakan kehamilan

Ny. S setiap bulan

Page 24: Documentdg

Rumah keluarga ini memiliki dinding yang sudah permanen dari batu bata,

sudah disemen dan dicat. Lantai dalam rumah keluarga Ny.N sudah keramik, hanya

Atap menggunakan genting dan sudah terpasang eternity. Suasana di dalam rumah

cukup nyaman.

Denah Rumah

Kesimpulan :

Lingkungan rumah cukup bersih dan sudah memenuhi cukup syarat kesehatan, karena

sudah memiliki ventilasi yang cukup disetiap ruangan.

K.M

K.Tidur 1

K.Tidur 3R.Tamu

Dapur

K.Tidur 2

24

Page 25: Documentdg

BAB V

DAFTAR MASALAH

A. MASALAH MEDIS :

Pasien hamil G1P000Ab000 dengan partus SC et causa distocia riwayat KPD

B. MASALAH NON MEDIS : -

25

Page 26: Documentdg

BAB III

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN DISTOCIA

DAN PARTUS SC

A. HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN DISTOCIA

DISTOSIA AKIBAT KELAINAN KEKUATAN IBU (KELAINAN HIS)

Tanda his normal :

- fundal dominan

- simetris

- makin lama, makin kuat, makin sering

- relaksasi baik.

Bila satu atau lebih tanda tersebut tidak dijumpai atau tidak sesuai, keadaan tersebut

disebut gangguan / kelainan his atau inersia uteri.

Gambar : aktifitas uterus normal pada kehamilan, persalinan (his) dan nifas.

Tanda-tanda in partu

26

Page 27: Documentdg

a.Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur

b.Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan

kecil pada serviks

c.Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

d.Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

Tanda-tanda distosia

1.Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu (perpanjangan fase

laten).

2.Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per menit dan kurang dari 40

detik (inersi uteri).

3.Terjadi inersia uteri sekunder (berhentinya kontraksi otot-otot uterus secara sekunder

diagnose CPD ). Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II.

4.Adanya edema serviks, fetal dan maternal distress. Terdapat tanda ruptur uteri

imminens (karena ada obstruksi)

5.Pembukaan serviks lengkap tetapi kepala tetap pada posisinya ( dalam vagina) walau

ibu mengedan sekuat mungkin, tidak ada kemajuan penurunan (kala II lama).

6.Tidak terjadi putaran paksi luar apabila telah lahir (distosia bahu)

7.“Turtle Sign” kepala terdorong keluar tetapi kembali ke dalam vagina setelah

kontraksi atau ibu berhenti mengedan

Faktor penyebab distosia dan penanganannya

Faktor & Penanganan Penyebab Distosia(6P)

Kelainan Power

1.Inersia uteri hipotonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan

pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan

frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik

seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan

kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan

keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase latin atau

fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.

27

Page 28: Documentdg

a.Inersia uteri primer : terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his

yang tidak adekuat, sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah

memasuki keadaan in partu atau belum.

b.Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik,

kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.

Penanganan

a)Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan

b)Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang kemungkinan-

kemungkinan yang ada.

c)Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan, evaluasi

kemajuan persalinan 12 jam kemudian dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang

dari 3 cm, porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita diistirahatkan, diberikan sedativa

sehingga dapat tidur. Mungkin masih dalam "false labor". Jika setelah 12 jam

berikutnya tetap ada his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his

diperbaiki dengan infus pitosin. Perlu diingat bahwa persalinan harus diselesaikan

dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah, agar prognosis janin tetap baik.

d)Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :

1.penilaian cermat apakah ada disproporsi sefalopelvik dengan pelvimetri klinik atau

radiologi. Bila ada CPD maka persalinan segera diakhiri dengan sectio cesarea.

2.bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus.

3.nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada kemajuan,

persalinan diakhiri dengan sectio cesarea.

4.pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam dipenuhi,

maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuan alat tersebut.

Perlu diingat bahwa hampir 50% kelainan his pada fase aktif disebabkan atau

dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya baru disebabkan faktor lain seperti akibat

kelainan posisi janin, pemberian obat sedativa atau relaksan terhadap otot uterus, dan

sebagainya.

2.Inersia uteri hipertonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal)

namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus,

28

Page 29: Documentdg

sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga

sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya "tetania uteri" karena obat

uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan

berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena

gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara

lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan,

ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.

Penanganan :

a)pemberian sedativa dan obat yang bersifat tokolitik (menekan kontraksi uterus) agar

kontraksi uterus tersebut hilang dan diharapkan kemudian timbul his normal. Denyut

jantung janin HARUS terus dievaluasi.

b)Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio

cesarea

TULANG-TULANG PANGGUL

Tulang-tulang panggul terdiri dari

1) os koksa yang terdiri a) os ilium,b) os iskium,c) os pubis

2) os sakrum

3) os koksigis

Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara

kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Di belakang terdapat artikulasio sakro-

iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Di bawah terdapat artikulasio

sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum dengan os koksigis. Di luar kehamilan

artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan

29

Page 30: Documentdg

waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung os

koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat

dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada partus, dan pada pengeluaran

kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.

Pada seorang wanita hamil yang bergerak terlampau cepat dari duduk langsung berdiri,

sering dijumpai pergeseran yang lebar pada artikulasio sakro-iliak. Hal demikian dapat

menimbulkan rasa sakit di daerah artikulasio tersebut. Juga pada simfisis tidak jarang

dijumpai simfisiolisis sesudah partus atau ketika tergelincir, karena longgarnya

hubungan di simfisis. Hal demikian dapat menimbulkan rasa sakit atau gangguan jalan.

Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor, dan pelvis

minor.Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis, disebut

pula false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis minor

true pelvis . Bagian akhir ini adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam

obstetri dan harus dapat dikenal dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan

dapat-tidaknya bayi melewatinya. Bentuk pelvis minor ini menyerupai saluran yang

mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu Carus) Sumbu ini secara klasik

adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan

konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II, III, dan IV.

Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sakrum, untuk seterusnya

melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sakrum. Hal ini penting untuk

diketahui bila kelak mengakhiri persalinan dengan cunam agar supaya arah penarikan

cunam itu disesuaikan dengan jalannya sumbu jalan-lahir tersebut.

Persalinan Normal

Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses

pengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), letak

memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, dengan presentasi belakang kepala, terdapat

keseimbangan antara diameter kepala bayi dan panggul ibu, lahir spontan dengan tenaga

ibu sendiri dan proses kelahiran berlangsung dalam kurang lebih 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun janin. Sebagian besar persalinan adalah persalinan

normal, hanya 12-15% merupakan persalinan patologis.

30

Page 31: Documentdg

Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin

antara 500-1000 gr. Persalinan prematur adalah persalinan saat kehamilan 28-36

minggu dengan berat janin antara 1000-2500 gr.

Gejala dan Tanda Persalinan :

1.Keluarnya cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina.

2.Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali

dalam 10menit).

3.Penipisan dan pembukaan serviks.

Mekanisme Persalinan

Pada sebagian besar masa kehamilan, uterus mengalami episode periodik kontraksi

lemah dan lambat yang disebut kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini secara progresif

semakin kuat menjelang akhir kehamilan, kemudian kontraksi ini berubah secara tiba-

tiba, dalam beberapa jam, menjadi kontraksi yang sangat kuat sehingga mulai

meregangkan serviks dan selanjutnya mendorong bayi melalui jalan lahir, dengan

demikian menyebabkan persalinan.

31

Page 32: Documentdg

Kontraksi persalinan mengikuti semua prinsip umpan balik positif. Sekali kekuatan

kontraksi menjadi lebih besar dari nilai kritisnya, setiap kontraksi akan menyebabkan

kontraksi berikutnya menjadi semakin kuat sampai efek maksimum tercapai. Ada dua

jenis umpan balik positif yang diketahui meningkatkan kontraksi uterus selama

persalinan. Regangan serviks membuat seluruh korpus uteri berkontraksi, dan kontraksi

ini lebih meregangkan serviks karena dorongan kepala bayi ke arah bawah. Regangan

serviks juga menyebabkan kelenjar hipofisis mensekresikan oksitosin yang merupakan

cara lain untuk meningkatkan kontraksi uterus (Guyton, 1997).

Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat

aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat

hormon ini akan dilepas kedalam darah. Impuls neural yang terbentuk dari

perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin

sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan

merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat

produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad,

plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi

oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.

Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan

kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk

menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan

ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin. Didalam uterus terdapat reseptor

oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan

awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar

jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai serviks akan berdilatasi

sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi

uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada

otot, mungkin merupakan hal penting.

Fase-fase Persalinan

Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala :

1.Kala I

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan

kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I dibagi menjadi fase

32

Page 33: Documentdg

laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm,

berlangsung sekitar 8 jam. Fase aktif : pembukaan dari 4 cm sampai lengkap (10 cm),

berlangsung sekitar 6 jam. Kontraksi pada fase aktif dianggap memadai jika terjadi 3

kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selam 40 detik. Kecepatan

pembukaan serviks rata-rata 1 cm per jam (nulipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm

perjam (multipara). Fase aktif terbagi atas :

fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.

fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm

fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm.

Selama persalinan berlangsung dilakukan pemantauan kondisi ibu dan janin. Hasil

pemantauan dicatat dalam partograf. Hal-hal yang perlu dipantau : kemajuan persalinan,

keadaan ibu, dan keadaan janin. His dikontrol tiap 30 menit pada fase aktif,

pemeriksaan dalam tiap 4 jam, dan pemeriksaan luar tiap 2 jam. Keadaan ibu meliputi

tanda vital, status kandung kemih, dan asupan makan, dikontrol tiap 4 jam. Keadaan

janin diperiksa dengan memeriksa DJJ tiap 30 menit.

2.Kala II

Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap. Berakhir pada saat bayi telah lahir

lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering (4-5 kali dalam 10 menit), lebih lama (40-

50 detik), sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal

kala 2. peristiwa penting :

Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul (di

Hodge III).Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat. Perineum

meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)

Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis

sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.

Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir

(episiotomi).

Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam

3.KALA III

FASE PENGELUARAN PLASENTA

33

Page 34: Documentdg

Dimuai pada saat bayi telah lahir lengkap.berakhir dengan lahirnya plasenta.

Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta

pengeluaran plasenta dari kavum uteri.

Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan

perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai

perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta

terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga

pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.

Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas

pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.(jika lepasnya plasenta

terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae - keadaan gawat darurat

obstetrik).

Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah uterus bundar, terjadi perdarahan, tali pusat

memanjang dan fundus uteri naik. Perdarahan yang berlaku adalah kurang lebih 250 cc.

Keadaan adalah patologi sekiranya perdarahan kala pendahuluan melebihi 500 cc.

4.KALA IV

OBSERVASI PASCAPERSALINAN

Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi. 7 pokok penting yang harus

diperhatikan pada kala 4 :

1) kontraksi uterus harus baik,

2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,

3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,

4) kandung kencing harus kosong,

5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,

6) resume keadaan umum bayi, dan

7) resume keadaan umum ibu.

2.Mekanisme his normal

HIS

34

Page 35: Documentdg

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari

daerah fundus uteri di mana tuba fallopi memasuki dinding uterus, awal gelombang

tersebut di dapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.

Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah

lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan lahir) yang membuka, untuk

mendorong isi uterus ke luar. Terjadinya his, akibat :

1.kerja hormon oksitosin

2.regangan dinding uterus oleh isi konsepsi

3.rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi

His yang baik dan ideal meliputi :

1.kontraksi simultan simetris di seluruh uterus

2.kekuatan terbeasar (dominasi) di daerah fundus

3.terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi

4.terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his

5.serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut otot,

akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuaka secara pasif dan

mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.

35

Page 36: Documentdg

Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :

1.Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus

hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri

2.Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi

rangsang nyeri

3.Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/anxietas, atau

eksitasi)

4.Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress

Pengukuran kontraksi uterus

1.Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat,

bagian kedua penurunan agak lambat.

2.Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit)

3.Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi)

36

Page 37: Documentdg

Sifat his pada berbagai fase persalinan

Kala I awal (fase laten) -> timbul tiap 10menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-

30detik.

Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.

kala I lanjut ( fase aktif ) sampai kala I akhir -> terjadi peningkatan rasa nyeri,

amplitude makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali/ 10 menit, lama 60-90 detik.

serviks terbuka sampai lengkap (+ 10 cm)

Kala 2 -> amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali/menit. Refleks mengejan terjadi

juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu

kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dari ibu, dengan

kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi

kala 3 -> amplitude 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus

menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap

menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid)

DISTOSIA AKIBAT KELAINAN KEKUATAN IBU (KELAINAN HIS)

Tanda his normal :

- fundal dominan

- simetris

- makin lama, makin kuat, makin sering

- relaksasi baik.

37

Page 38: Documentdg

Bila satu atau lebih tanda tersebut tidak dijumpai atau tidak sesuai, keadaan tersebut

disebut gangguan / kelainan his atau inersia uteri.

Gambar : aktifitas uterus normal pada kehamilan, persalinan (his) dan nifas.

3.Tanda-tanda in partu

a.Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur

b.Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan

kecil pada serviks

c.Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

d.Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

4.Tanda-tanda distosia

1.Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu (perpanjangan fase

laten).

2.Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per menit dan kurang dari 40

detik (inersi uteri).

3.Terjadi inersia uteri sekunder (berhentinya kontraksi otot-otot uterus secara sekunder

diagnose CPD ). Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II.

38

Page 39: Documentdg

4.Adanya edema serviks, fetal dan maternal distress. Terdapat tanda ruptur uteri

imminens (karena ada obstruksi)

5.Pembukaan serviks lengkap tetapi kepala tetap pada posisinya ( dalam vagina) walau

ibu mengedan sekuat mungkin, tidak ada kemajuan penurunan (kala II lama).

6.Tidak terjadi putaran paksi luar apabila telah lahir (distosia bahu)

7.“Turtle Sign” kepala terdorong keluar tetapi kembali ke dalam vagina setelah

kontraksi atau ibu berhenti mengedan

5.Faktor penyebab distosia dan penanganannya

Faktor & Penanganan Penyebab Distosia(6P)

Kelainan Power

1.Inersia uteri hipotonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan

pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan

frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik

seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan

kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan

keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase latin atau

fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.

a.Inersia uteri primer : terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his

yang tidak adekuat, sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah

memasuki keadaan in partu atau belum.

b.Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik,

kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.

Penanganan

a)Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan

b)Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang kemungkinan-

kemungkinan yang ada.

c)Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan, evaluasi

kemajuan persalinan 12 jam kemudian dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang

dari 3 cm, porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita diistirahatkan, diberikan sedativa

sehingga dapat tidur. Mungkin masih dalam "false labor". Jika setelah 12 jam

berikutnya tetap ada his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his

39

Page 40: Documentdg

diperbaiki dengan infus pitosin. Perlu diingat bahwa persalinan harus diselesaikan

dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah, agar prognosis janin tetap baik.

d)Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :

1.penilaian cermat apakah ada disproporsi sefalopelvik dengan pelvimetri klinik atau

radiologi. Bila ada CPD maka persalinan segera diakhiri dengan sectio cesarea.

2.bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus.

3.nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada kemajuan,

persalinan diakhiri dengan sectio cesarea.

4.pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam dipenuhi,

maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuan alat tersebut.

Perlu diingat bahwa hampir 50% kelainan his pada fase aktif disebabkan atau

dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya baru disebabkan faktor lain seperti akibat

kelainan posisi janin, pemberian obat sedativa atau relaksan terhadap otot uterus, dan

sebagainya.

2.Inersia uteri hipertonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal)

namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus,

sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga

sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya "tetania uteri" karena obat

uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan

berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena

gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara

lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan,

ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.

Penanganan :

a)pemberian sedativa dan obat yang bersifat tokolitik (menekan kontraksi uterus) agar

kontraksi uterus tersebut hilang dan diharapkan kemudian timbul his normal. Denyut

jantung janin HARUS terus dievaluasi.

b)Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio

cesarea.

40

Page 41: Documentdg

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN HOLISTIK

Diagnosa holistik: Ny.N (26 tahun) adalah pasien hamil dengan partus SC, dalam

nuclear family, dengan kondisi keluarga yang cukup harmonis, status ekonomi yang

cukup bagi mereka, lingkungan rumah yang cukup sehat, dan merupakan anggota

masyarakat biasa dalam kehidupan kemasyarakatan yang mengikuti beberapa kegiatan

di lingkungannya.

1. Diagnosa dari segi biologis : G1P0000Ab000. Hamil aterm, 38-39 minggu, tunggal

hidup, letak puncak, dengan riwayat KPD, partus SC

2. Diagnosis dari segi psikologis

Hubungan Ny.N dengan suami cukup baik, nampak harmonis, saling mendukung,

saling memperhatikan dan pengertian.

3. Diagnosis dari segi sosial

Ny.N hanyalah sebagai anggota masyarakat biasa, sering mengikuti kegiatan sosial

lingkungan ditempat tinggalnya. Pasien sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.

B. SARAN KOMPREHENSIF

1. Promotif :

Perlu adanya usaha-usaha untuk memberikan penerangan kepada masyarakat

mengenai pentingnya ANC untuk menghindari penyulit-penyulit dalam

kehamilan dan persalinan

Edukasi pasien dan keluarga mengenai persalinan, serta perawatan ibu dan anak

pasca melahirkan. Diberikan informasi cara menyusui yang benar, konseling

KB, imunisasi bayi dan sebagainya.

2. Preventif :

Diharapkan agar pada kehamilan berikutnya untuk lebih meningkatkan ANC

karena penderita memiliki riwayat KPD dengan letak puncak yang telah

dilakukan seksio sesarea, demi mendapatkan penerangan mengenai resiko

41

Page 42: Documentdg

maupun komplikasi yang kemungkinan akan dihadapi selama kehamilan dan

persalinannya.

Ny.N harus lebih menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah infeksi sekunder

pada luka post SC dengan menjaga kebersihan daerah luka dengan mengganti

kassa dan karena Ny.N adalah orang yang paling sering mengalami kontak

langsung dengan bayi yang baru dilahirkan. Karena pada bayi baru lahir, sistem

imunitasnya belum berkembang sempurna, untuk mencegah penyakit pada bayi.

Menghindari aktifitas berlebih selama proses penyembuhan luka

3. Kuratif

Terapi medikamentosa yang diberikan oleh dokter diteruskan.

4. Rehabilitatif

Edukasi dan motivasi terhadap pasien bahwa pasien dengan partus SC dapat

mulai beraktivitas secara normal

42