documentdg
DESCRIPTION
fgsdTRANSCRIPT
LAPORAN KEGIATAN KEDOKTERAN KELUARGA
UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Ny. N
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN
PERSALINAN
Disusun Oleh :
Fitri Fratiwi205.121.0004
Pembimbing :
Dr. Fifin Pradina D
KEPANITERAAN KLINIK KEPANITERAAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANGFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANGMALANG
20102010
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
1
Klinik Dokter Keluarga FK UNISMA No. Berkas :
Berkas Pembinaan Keluarga No. RM : 10.33.06
Nama Pasien : Ny. N
Tanggal kunjungan pertama kali : 01 februari 2011
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Pasien : Ny. N
Alamat : Jl. Joyo Mulyo II/37 G Malang
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam 1 rumah
No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien klinik
Ket.
1 Tn.T KK L 33 th S1 Dosen -2 Ny.N istri P 26 th S1 Sastra
InggrisIRT + Partus SC
Sumber: data primer, 01 februari 2011
Kesimpulan:
Keluarga Ny. N berbentuk nuclear family. Ny. N di rumah kontrakan hanya tinggal
berdua dengan suami, Tn T. Terdapat satu orang pasien partus SC yaitu Ny.N, umur 26
tahun, beralamat di Dinoyo Permai, Malang. Diagnosa klinis penderita adalah partus SC
et causa Distocia. Penderita adalah mahasiswi lulusan Sastra Inggris di UNISMA .
BAB I
2
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak pasien partus
SC et causa distocia dengan riwayat KPD, berjenis kelamin perempuan dan berusia 26
tahun, dimana penderita merupakan salah satu dari pasien partus SC yang berada di
Kabupaten Malang, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi, tidak hanya dari segi
biomedis melainkan juga mempengaruhi faktor psikologis penderita dan keluarga, serta
faktor sosioekonomi. Mengingat kasus ini sering ditemukan pada wanita dengan
kehamilan primigravida, maka pentingnya bagi kita untuk memperhatikan dan
mencermatinya, untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. N
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : S1 sastra inggris
Agama : Islam
Alamat : Jl. Joyo Mulyo II/37 G Malang
Status Perkawinan : Menikah
Nama Suami : Tn. K
Umur Suami : 33 tahun
Pekerjaan Suami : Dosen
Pendidikan : S1
Asal suami : Pamekasan
Tanggal Periksa : 01 Februari 2011
C. ANAMNESIS
3
1. Keluhan Utama : Keluar cairan byor banyak
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. N datang ke RSI dengan keluhan menggeluarkan cairan byor banyak sejak jam
19.45. Pasien merasakan kencang-kencang pada perutnya tetapi jarang dan tidak kuat,
tidak didapatkan adanya darah. Nyeri perut bagian bawah dirasakan tidak teratur. Pasien
menyatakan bahwa ini anak pertama, Riwayat kembar disangkal penderita. Buang air
besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.
3. Riwayat Kehamilan sekarang
ANC dilakukan di RSI UNISMA, setiap bulan sekali sejak umur kemilan 3 bulan
sampai 9 bulan.
4. Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 14 tahun
Siklus : 21-30 hari, teratur
Lama : ±8 hari
Banyak darah : dalam batas normal
Hari Pertama Haid Terakhir : 8 mei 2010
Hari Perkiraan Lahir : 15 januari 2011
Umur Kehamilan : 38-39 Minggu
Sistem Genitalia:
VT: V/V taa, Blood (-), pembukaan 1 cm, efficement 25 %, ketuban (-)
5. Riwayat kontrasepsi:
Pasien mengaku belum pernah memakai KB sebelumnya
6. Riwayat Penyakit Dahulu Yang Pernah diderita:
Riwayat rawat inap (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
7. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah imunisasi TT sebelumnya
8. Riwayat fertilisasi :
4
Pasien menikah satu kali dengan suami sekarang dan sudah menikah 1 tahun 1 bulan
9. Riwayat Gizi
Ny. N biasanya makan 2-3 kali sehari dengan lalapan, Pasien sering minum air putih.
Selama masa kehamilan Ny. N juga rajin minum susu dan makan buah-buahan. Ny.
N menkomsumsi obat penambah darah dan vitamin dari dokter. Ketika masa hamil
ada gangguan ngidam maupun muntah tapi tidak berlebihan sehingga asupan gizi Ny.
N cukup baik. Ny.N juga mengaku nafsu makan selama kehamilan meningkat.
10. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat diabetes (-)
Riwayat alergi (-)
11. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok (-)
Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat olahraga (-),jarang berolahraga
Riwayat pengisian waktu luang (-), Ny. N sehari-hari tidak terlalu berat. Karena
Ny. N biasanya dibantu suami mengaku selama kehamilan ini mempunyai cukup
waktu untuk beristirahat.
12. Riwayat Sosial Ekonomi
Ny. N adalah seorang ibu rumah tangga dulu mantan mahasiswi sastra inggris di
UNISMA, suami Ny. N yaitu Tn. K bekerja sebagai dosen di UNIGA. Saat ini
kebutuhan Ny. N untuk biaya kehidupan sehari-hari dan biaya rumah sakit
ditanggung oleh suami (Tn. K). Penghasilan keluarga Ny. N. tergolong cukup
memenuhi kebutuhan sehari-hari Ny. N dan keluarga. Hubungan Ny. N dengan
suami dan orang tuanya tampak akrab.
D. ANAMNESIS SISTEM
5
1. Kulit : Kulit gatal (-),pucat (-)
2. Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), rombut tidak rontok,
luka (-), benjolan (-)
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-)
4. Hidung : rhinorrea (-), epistaksis (-), tersumbat (-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan (-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-)
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), suara serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)
9. Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu ma1kan
menurun (-) nyeri perut (-)
11. Genitourinaria : BAK lancar.
12. Neurologik : lumpuh (-), kaki kesemutan (-), konvulsi (-)
13. Psikiatrik : emosi stabil (-), mudah marah (-)
14. Muskolokeletal :kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri
tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
15. Ekstremitas atas: edema (-), sakit (-), telapak tangan pucat (-),
cyanosis (-), luka (-)
16. Ekstremitas bawah: edema (-), sakit (-), telapak tangan pucat
(-), cyanosis (-), luka (-).
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : cukup, Compos mentis (GCS E4V5M6)
2. Tanda vital
BB sebelum hamil : 50 Kg
BB ketika hamil: 69 Kg
TB : 162
BMI : BB/TB2= 62/1622 = 23.62 normoweight
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 37.3oC
RR : 20 x/mnt
6
3. Kulit:
Sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-),spider nevi (-), eritem (-)
4. Kepala:
luka (-), rambut rontok (-), keriput (-), atrofi m. temporalis (-), kelainan mimik
wajah/bells palsy (-)
5. Mata:
Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-)
6. Hidung:
nafas cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), secret (-)
7. Mulut:
mukosa bibir pucat (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-)
8. Telinga:
otorrhea (-), pendengaran berkurang (-)
9. Tenggorokan:
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
10. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-)
11. Thorax : normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi (-),
spidernevi (-)
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : SIC II Linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : SIC II Linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : SIC V 1 cm medial lineo medio
clavicularis sinistra
Batas kanan bawah : SIC IV linea para sternalis dekstra
Pinggang Jantung :SIC III Linea para sternalis sinistra
(batas jantung kesan tidak melebar)
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
7
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler, suara tambahan (-)
Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler, suara tambahan (-)
12. Abdomen :
Inspeksi : massa (-), venektasi (-), bekas jahitan (-)
Palpasi : meteorismus (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani seluruh lapangan perut
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Pemeriksaan Leopold
Leopold I (TFU 33 cm, bagian atas): bokong janin
Leopold II : Punggung kanan
Lepold III: bagian bawah janin adalah kepala, bisa digerakkan
Leopold IV: belum masuk PAP
DJJ: 160x menit
13. Sistem Collumna Vertebralis :
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
14. Ekstremitas : palmar eritem (-)
Akral dingin Oedem
15. Sistem genitalia :
- -
- -
- -
- -
8
VT: V/V taa, pembukaan 1cm, Blood (-), effa 25%, air ketuban (-).
16. Pemeriksaan neurologik:
kesadaran : composmentis
fungsi luhur : dalam batas normal
fungsi vegetatif : dalam batas normal
fungsi sensorik:
fungsi motorik:
Kekuatan tonus RF RP
17. Pemeriksaan psikiatri
Penampilan : perawatan diri baik
Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif composmentis
Afek : datar
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk : realistik
Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : koheren
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 22 oktober 2010
Pemeriksaan DL
1. Hb : 11.6
2. Leukosit : 10.800
3. LED : 65
4. Trombosit : 214.000
5. PCV/Hematokrit:35.8
6. Eritrosit : 4.09
7. Hitung Jenis
N N
N N
5 5
5 5
N N
N N
N N
N N
- -
- -
9
EOS: 1
BAS: 1
ST: -
SEG: 65
Lym: 25
MO: 8
Pemeriksaan UL
1. PH/BJ : 8/1,010
2. Albumin : -
3. Reduksi : -
4. Bilirubin : -
5. Urobilin : -
6. Sedimen
Silinder : -
Leukosit : 8-10
Eritrosit : 30-40
Epitel : 6-8
Kristal : -
Bakteri : +
Hitrit : -
Keton : -
Pemeriksaan DL
1. Hb : 11.6
2. Leukosit : 10.800
3. LED : 65
4. Trombosit : 289.000
5. PCV/Hematokrit:57,7
6. Eritrosit : 5.03
7. Hitung Jenis
EOS: 3
BAS: 9
ST: -
10
SEG: 55
Lym: 21
MO: 12
Pemeriksaan Kimia Klinik
Gula darah sesaat : 22
G. RESUME
Ny. N datang ke RSI dengan keluhan menggeluarkan cairan byor banyak sejak jam
19.45. Pasien merasakan kencang-kencang pada perutnya tetapi jarang dan tidak kuat,
tidak didapatkan adanya darah. Nyeri perut bagian bawah dirasakan tidak teratur. Pasien
menyatakan bahwa ini anak pertama, Riwayat kembar disangkal penderita. Buang air
besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.
Dari Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, compos mentis, TFU 3
jari dibawah proc. Xipoedeus, bagian teratas janin adalah kepala, bagian terbawah janin
belum masuk PAP bisa digerakkan, DJJ 160x/nenit, belum didapatkan blood (-), air
ketuban (-) His jarang. Diagnosa klinis G1PoAo dengan partus SC et causa distocia
akibat bayi letak puncak (tidak ada kemajuan dalam persalinan).
H.DIAGNOSIS HOLISTIK
Ny. N dengan usia 26 tahun adalah pasien partus SC et causa distocia. Hubungan
Ny. N dengan suaminya tampak harmonis dan dalam kehidupan sosial Ny. N adalah
anggota masyarakat biasa.
1. Diagnosis dari segi biologis :
Partus SC et causa distocia dengan persentasi puncak riwayak KPD. Terhitung dari
sejak inpartu kala I, persalinan tidak maju-maju setelah pembukaan lengkap pada
pemeriksaan dalam didapatkan bayi letak puncak sehingga bayi tidak turun. Dimana
pada keadaan letak puncak diameter kepala bayi lebih besar dari pada panggul sehinnga
bayi tidak turun. Dengan Pemberian cytotec pervaginam diharapkan HIS teratur dan
adekuat tetapi bayi tidak turun karna letak puncak sehingga tindakan yang diambil
adalah SC
2. Diagnosis dari segi psikologis :
11
Hubungan Ny. N dengan suaminya terkesan harmonis, saling mendukung, saling
memperhatikan, dan saling pengertian.
3. Diagnosis dari segi sosial :
Ny. Ndan suaminya hanya sebagai anggota masyarakat biasa di lingkungannya
I. PENATALAKSANAAN
Distocia (persalinan yang sulit jika tidak ada kemajuan dari persalinan) riwayat ketuban
pecah dini, karna malpersentasi bayi didapatkan kelainan bayi letak puncak, bayi tidak
turun sampai pembukaan lengkap sehingga dilakukan SC.
Medikamentosa
Cefotaxim 2x1 gr
Cytotec 1/8 tab diawal dan 1/4
Ranitidin 2x1 ampul
Ketorolac 3x30 mg
Vit c 2xII
Non Medikamentosa
J. FOLLOW UP
Tanggal 01 Februari
Jam 21.00 WIB
S : mengeluarkan cairan byor banyak
O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 120/70 mmHg RR: 20 x/menit
N: 88 x/menit S: 37.5oC
DJJ: 145x/menit
His (+): 1x12” per 10’
VT: belum dilakukan VT
A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, KPD
P : skin tets (+), inj.cefotaxim 1 gr (+)
Jam 00.00 WIB
12
S : Ibu mules-mules dan kenceng-kenceng tidak kuat dan jarang
O VT: Vulva/vagina taa, blood (-), slym (+) sedikit, pembukaan 1 cm, effacement
25%, ketuban (-), kepala H1.
DJJ: 138x/menit
His: 2x10’ tidak terlalu Kuat
A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, KPD Inpartu K1 fase laten
P : lapor dr.Retno SpOG, pemberian cytotec 1/8 pervaginam 4 jam
Tanggal 02 Februari 2011Jam 01.00 WIBS : Perut terasa mules-mules dan kenceng-kenceng semakin sering
O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 110/70 mmHg RR: 20 x/menit
N: 88 x/menit S: 37.5oC
DJJ: 145x/menit
His (+): 10” 2x.20’’
VT: belum dilakukan VT lagi
A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, KPD Inpartu K1 fase laten
P : -
Jam 02.00 WIB
S : pasien merasa cemas
O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup
VT: belum dilakukan lagi
DJJ: 147x/menit
His: 3x10”
A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, KPD Inpartu K1 fase laten
P : -
Jam 03.00 WIB
O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup
DJJ (+): 147 x/menit
His: 3x10”
A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, KPD Inpartu K1 fase laten
13
P : cairan RL 28 tpm
Jam 04.00 WIB
VT: belum dilakukan
DJJ: 142 x/menit
His: 3x10”
Jam 05.00 WIB
S : -
O : VT v/v taa, slym diameter 2 cm, effacement 25%, ketuban (-), teraba bagian
terendah kepala, H1
DJJ: (+) 148x/menit, His (+) His: 3x10”
A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu, Inpartu K1 fase laten
P : lapor dr. SpOG, memasukkan lagi cytotec ¼ tab pervaginam
Jam 06.00 WIB
S : -
O : KU cukup, Kesadaran kompos mentis
Tensi : 110/80 mmHg
N : 84x/menit
Suhu : 36,3 C
VT: belum dilakukan lagi
DJJ: 155 x/menit
Jam 07.00 WIB
VT: belum dilakukan lagi
DJJ : (+) 144x/menit HIS 4x30”
Jam 09.00 WIB
S :
O : VT: Vulva vagina taa, blood slym (+) sedikit, pembukaan 3 cm, effacement 25%,
ketuban (-), letak kepala, H1
DJJ: 144x/menit.
P: mengganti infuse RD5 28 tpm, inj. cefotaxim
Jam 13.45 WIB
S : menngeluh kenceng-kencang tambah kuat dan sering
14
O : T : 120/80 mmHg RR : 20x/menit
N : 84x/menit
S : 37 0 C
VT : v/v taa, pembukaan 6 cm ketuban (-), letak kepala, H II
A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu KPD
Jam 15.30 WIB
S : pasien menggeluh perutnya tambah sakit kenceng-kenceng makin sering
O : VT : v/v taa, blood slym (+), pembukaan 6 cm, effacement 50%, ketuban (-),
presentasi kepala UUK tidak teraba karna caput, H II
A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu KPD, letak puncak
P : KIE keluarga oleh dr.Retno SpOG untuk dilakukan sc tetapi keluarga minta untuk
ditunggu. Observasi dr. Retno ditunggu sampai 2 jam
Jam 17.30 WIB
S : pasien menggeluh perutnya tambah sakit
O : VT : v/v taa, blood slym (+), pembukaan 8-9 cm, effacement 50%, ketuban (-),
presentasi kepala UUK tidak teraba karna caput, H II
A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu , letak puncak Riwayat KPD
P : KIE keluarga (+), keluarga setuju untuk sc
Jam 19.30 WIB
S : pasien menggeluh perutnya tambah sakit
O : Tensi :110/90 mmHg
Nadi : 78x/menit Suhu : 37 0 C
A : G1p00000Ab0, 38-39 minggu KPD, letak puncak
P : inj. Ranitidin IV 1 ampul, pasang infuse RL, ganti infuse RL yang ke2 dengan drip
Narfoz 8 mg
Jam 22.30 WIB
SC dimulai dari jam 20.30 – 22.00
pasien dari OK
S :
O : KU baik, kesadaran kompos mentis
Tensi : 120/90 RR: 20 x/menit
15
N : 72x/menit suhu : 36 0 C
Urine 1200 cc wrna kuning kemerahan
A : G1p00000Ab0, Post SC et causa Distocia
P : injeksi cefotaxim, ketorolac dan Ranitidin
- Berbaring sampai dengan hari kamis jam 01.05 boleh mika/miki
Tanggal 03 Februari 2011
Jam 07.00
S : Nyeri luka post operasi (±), mual (-), muntah (-), flatus (-)
O : KU cukup kesadaran kompos mentis
T : 100/70 mmHg RR : 20x/menit
N : 82x/menit
S : 36 0 C
urine 600 cc warna kunin
A : post SC hr 1 + persentasi puncak + Riwayat KPD
P : medikamentosa ketorolac, vit.c, cefotaxim dan ranitidine dilanjutkan
Cairan infuse RL 34tpm 28 tpm
Jam 15. 00 menganti cairan denga RD5
Tanggal 04 Februari 2011
Jam 06.00
S : Nyeri luka post operasi (±), mual (-), muntah (-), flatus (+)
O : KU cukup kesadaran kompos mentis
T : 110/70 mmHg RR : 20x/menit
N : 82x/menit
S : 36 0C
A : post SC hr 2 + persentasi puncak + Riwayat KPD
P : medikamentosa dilanjutkan
- Pasien boleh jalan memberikan ASI ke bayinya
16
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Ny. N tinggal dalam 1 rumah dengan suaminya. Ny. N sebagai pasien partus
SC et causa distocia persentasi puncak dengan riwayat KPD yang
sebelumnya belum pernah partus SC dan baru kali ini masuk rumah sakit.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan Ny. N dengan suaminya tampak saling mendukung, saling
memperhatikan dan saling pengertian.
3. Fungsi Sosial
Ny. N dan suaminya ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di
masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini jarang
mengikuti beberapa kegiatan dilingkungannya karena disibukkan dengan
pekerjaannya. Hubungan keluarga Ny. N dengan tetangga baik dan rukun.
Pergaulan sehari-hari Ny. N menggunakan bahasa dan adat jawa terkadang juga
menggunakan bahasa Madura karna suami Ny N berasal dari Madura Walaupun
demikian Ny. N dan suaminya tetap menghargai budaya dan tradisi jawa.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari Ny. N ditanggung oleh Tn. K yang bekerja
sebagai Dosen dengan penghasilan cukup. Ny. N hanya sebagai ibu rumah
tangga biasa. Keluarga Ny. N mengaku pendapatan keluarganya cukup untuk
biaya kebutuhan sehari-hari, maupun biaya RS.
Kesimpulan :
17
Kesimpulan: Fungsi psikologis, biologis serta sosial ekonomi keluarga Ny. N
baik
B. FUNGSI FISIOLOGIS DENGAN ALAT APGAR SCORE
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga
yang lain. APGAR score meliputi :
1. Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga
yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang
lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota
keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu
yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup dan
8-10 adalah baik.
APGAR score Ny. NAPGAR Ny. S Terhadap Keluarganya Sering
/selaluKadang-kadang
Jarang/Tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
18
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Untuk An. A APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Adaptation : Ny. N mendapat perhatian dan kasih sayang
dari suaminya apalagi selama hamil, perhatian suami diakui lebih
intensive. Ny. N juga mendapat dukungan dari keluarganya untuk
periksa kehamilan setiap bulannya
Score : 2
2. Partnership : Komunikasi antara Ny. N dengan suaminya terjalin baik.
Score : 2
3. Growth : Ny. N selalu berdiskusi bersama suaaminya untuk menentukan
keputusan dan melakukan hal-hal baru yang positif.
Score : 2
4. Affection : Anggota keluarga Ny. N saling menyayangi dan juga saling memberikan
perhatian
Score : 2
5. Resolve : Ny. N merasa waktu berkumpul dengan suaminya tidak terlalu dirasakan
kurang dikarenakan kesibukan Ny. N dan suaminya.
Score : 1
APGAR score Tn. KAPGAR Tn.R Terhadap keluarganya Sering
/selaluKadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah.
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah
19
hidup yang baru.A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Untuk Tn. K APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Adaptation : Tn K mendapat dukungan, saran dan
bantuan dari istrinya jika menghadapi suatu masalah dan memerlukan
bantuan.
Score : 2
2. Partnership : Komunikasi antara Tn. K dengan istrinya terjalin baik. Mereka saling
memberi perhatian dan bantuan jika ada yang terkena masalah.
Score : 2
3. Growth : Tn. K sering berdiskusi bersama istri untuk menentukan keputusan dan
melakukan hal-hal baru yang positif.
Score : 2
4. Affection : Anggota keluarga saling menyayangi dan juga saling memberikan
perhatian
Score : 2
6. Resolve : Tn. K kurang puas dengan kebersamaan dan waktu yang diberikan oleh
keluargaa untuknya.
Score : 1
APGAR score keluarga Ny. N = (9+9) : 2 = 9
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny. N baik
C. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM
Fungsi patologis dari keluarga Ny. N dinilai dengan menggunakan alat
S.C.R.E.E.M sebagai berikut.
SCREEM keluarga Ny. N
Sumber Patologis
SocialIkut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -
20
Culture Menggunakan adat istiadat Jawa dalm kehidupan sehari-hari -
ReligiousPemahaman terhadap ajaran agama relative baik, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah.
-
Economic Penghasilan keluarga yang stabil -
EducationalTingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini tergolong tinggi
-
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan, Ny. N dan suaminya pergi dokter spesialis -
Kesimpulan
Dalam keluarga Ny. N tidak ditemukan fungsi patologis
D. GENOGRAM KELUARGA Ny. S
Alamat lengkap : jl. Joyo Mulyo
Genogram keluarga Ny. N
Keterangan diagram
:Perempuan : Pasien
: Laki-laki
Kesimpulan: Ny. N adalah pasien partus SC
E. POLA INTERAKSI KELUARGA
Pola interaksi keluarga Ny. N
Diagram 1. Pola interaksi keluarga Ny. N
Keterangan :
Hubungan baik
Hubungan tidak baik
Kesimpulan
Berdasarkan keterangan yang didapat, antara Ny. N dan suaminya mempunyai
hubungan yang baik satu sama lain.
21
.P
Ny.N
An.A
Tn.K
Ny. N 26 thTn.NNy.N
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA
1. Faktor Perilaku Keluarga
a. Pengetahuan
Keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan karena tingkat
pendidikan yang tinggi.
b. Sikap
Keluarga peduli terhadap kehamilan Ny. N. hal ini biasa dilihat dari rutinnya
Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan Ny. N ke dokter spesialis kandungan
setiap bulan
c.Tindakan
Keluarga mengantarkan Ny. N periksa ke dokter
2. Faktor Non Perilaku
Faktor nonperilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat adalah
lingkungan hidup. Lingkungan hidup ialah segala sesuatu baik benda maupun
keadaan yang berada disekitar manusia, yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia dan masyarakat, yaitu lingkungan biologi, lingkungan fisik, lingkungan
ekonomi dan lingkungan sosial.
a. Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga adalah rumah kontrakan yang berdempetan satu
sama lain. Sarana dan prasarana keluarga ini bisa dibilang lengkap. Sumber
air keluarga ini dari PDAM dan sumur. Listrik sudah ada. Kamar mandi dan
jamban sudah ada, kebersihan cukup terjaga.
b. Pelayanan Kesehatan
22
Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit tergolong dekat dengan rumah
keluarga Ny. N
Faktor Perilaku dan Non Perilaku
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
1. Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah dikawasan perkampungan. Memiliki
pekarangan rumah tapi cukup sempit dan terdapat pagar pembatas. Terdiri dari
ruang tamu, 3 kamar, satu dapur, dan 1 kamar mandi, 1 dapur, ruang keluarga.
Rumah mempunyai ventilasi yang bagus. Secara keseluruhan kebersihan rumah
cukup bersih
2. Gambaran Lingkungan Dalam Rumah
23
Ny. S
Pengetahuan :
Keluarga mengetahui pola hidup bersih
Lingkungan:
Rumah cukup memenuhi syarat kesehatan
Pelayanan kesehatan:
Rumah Ny. S tergolong dekat dari pelayanan kesehatan
Sikap :
Keluarga Ny. S memeriksakan kehamilan
Ny. S setiap bulan
Rumah keluarga ini memiliki dinding yang sudah permanen dari batu bata,
sudah disemen dan dicat. Lantai dalam rumah keluarga Ny.N sudah keramik, hanya
Atap menggunakan genting dan sudah terpasang eternity. Suasana di dalam rumah
cukup nyaman.
Denah Rumah
Kesimpulan :
Lingkungan rumah cukup bersih dan sudah memenuhi cukup syarat kesehatan, karena
sudah memiliki ventilasi yang cukup disetiap ruangan.
K.M
K.Tidur 1
K.Tidur 3R.Tamu
Dapur
K.Tidur 2
24
BAB V
DAFTAR MASALAH
A. MASALAH MEDIS :
Pasien hamil G1P000Ab000 dengan partus SC et causa distocia riwayat KPD
B. MASALAH NON MEDIS : -
25
BAB III
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN DISTOCIA
DAN PARTUS SC
A. HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN DISTOCIA
DISTOSIA AKIBAT KELAINAN KEKUATAN IBU (KELAINAN HIS)
Tanda his normal :
- fundal dominan
- simetris
- makin lama, makin kuat, makin sering
- relaksasi baik.
Bila satu atau lebih tanda tersebut tidak dijumpai atau tidak sesuai, keadaan tersebut
disebut gangguan / kelainan his atau inersia uteri.
Gambar : aktifitas uterus normal pada kehamilan, persalinan (his) dan nifas.
Tanda-tanda in partu
26
a.Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
b.Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks
c.Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
d.Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Tanda-tanda distosia
1.Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu (perpanjangan fase
laten).
2.Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per menit dan kurang dari 40
detik (inersi uteri).
3.Terjadi inersia uteri sekunder (berhentinya kontraksi otot-otot uterus secara sekunder
diagnose CPD ). Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II.
4.Adanya edema serviks, fetal dan maternal distress. Terdapat tanda ruptur uteri
imminens (karena ada obstruksi)
5.Pembukaan serviks lengkap tetapi kepala tetap pada posisinya ( dalam vagina) walau
ibu mengedan sekuat mungkin, tidak ada kemajuan penurunan (kala II lama).
6.Tidak terjadi putaran paksi luar apabila telah lahir (distosia bahu)
7.“Turtle Sign” kepala terdorong keluar tetapi kembali ke dalam vagina setelah
kontraksi atau ibu berhenti mengedan
Faktor penyebab distosia dan penanganannya
Faktor & Penanganan Penyebab Distosia(6P)
Kelainan Power
1.Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik
seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan
kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan
keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase latin atau
fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
27
a.Inersia uteri primer : terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his
yang tidak adekuat, sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah
memasuki keadaan in partu atau belum.
b.Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik,
kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
Penanganan
a)Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan
b)Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang kemungkinan-
kemungkinan yang ada.
c)Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan, evaluasi
kemajuan persalinan 12 jam kemudian dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang
dari 3 cm, porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita diistirahatkan, diberikan sedativa
sehingga dapat tidur. Mungkin masih dalam "false labor". Jika setelah 12 jam
berikutnya tetap ada his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his
diperbaiki dengan infus pitosin. Perlu diingat bahwa persalinan harus diselesaikan
dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah, agar prognosis janin tetap baik.
d)Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :
1.penilaian cermat apakah ada disproporsi sefalopelvik dengan pelvimetri klinik atau
radiologi. Bila ada CPD maka persalinan segera diakhiri dengan sectio cesarea.
2.bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus.
3.nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada kemajuan,
persalinan diakhiri dengan sectio cesarea.
4.pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam dipenuhi,
maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuan alat tersebut.
Perlu diingat bahwa hampir 50% kelainan his pada fase aktif disebabkan atau
dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya baru disebabkan faktor lain seperti akibat
kelainan posisi janin, pemberian obat sedativa atau relaksan terhadap otot uterus, dan
sebagainya.
2.Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal)
namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus,
28
sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga
sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya "tetania uteri" karena obat
uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan
berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena
gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara
lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan,
ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.
Penanganan :
a)pemberian sedativa dan obat yang bersifat tokolitik (menekan kontraksi uterus) agar
kontraksi uterus tersebut hilang dan diharapkan kemudian timbul his normal. Denyut
jantung janin HARUS terus dievaluasi.
b)Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio
cesarea
TULANG-TULANG PANGGUL
Tulang-tulang panggul terdiri dari
1) os koksa yang terdiri a) os ilium,b) os iskium,c) os pubis
2) os sakrum
3) os koksigis
Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara
kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Di belakang terdapat artikulasio sakro-
iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Di bawah terdapat artikulasio
sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum dengan os koksigis. Di luar kehamilan
artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan
29
waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung os
koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat
dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada partus, dan pada pengeluaran
kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.
Pada seorang wanita hamil yang bergerak terlampau cepat dari duduk langsung berdiri,
sering dijumpai pergeseran yang lebar pada artikulasio sakro-iliak. Hal demikian dapat
menimbulkan rasa sakit di daerah artikulasio tersebut. Juga pada simfisis tidak jarang
dijumpai simfisiolisis sesudah partus atau ketika tergelincir, karena longgarnya
hubungan di simfisis. Hal demikian dapat menimbulkan rasa sakit atau gangguan jalan.
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor, dan pelvis
minor.Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis, disebut
pula false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis minor
true pelvis . Bagian akhir ini adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam
obstetri dan harus dapat dikenal dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan
dapat-tidaknya bayi melewatinya. Bentuk pelvis minor ini menyerupai saluran yang
mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu Carus) Sumbu ini secara klasik
adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II, III, dan IV.
Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sakrum, untuk seterusnya
melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sakrum. Hal ini penting untuk
diketahui bila kelak mengakhiri persalinan dengan cunam agar supaya arah penarikan
cunam itu disesuaikan dengan jalannya sumbu jalan-lahir tersebut.
Persalinan Normal
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses
pengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), letak
memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, dengan presentasi belakang kepala, terdapat
keseimbangan antara diameter kepala bayi dan panggul ibu, lahir spontan dengan tenaga
ibu sendiri dan proses kelahiran berlangsung dalam kurang lebih 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janin. Sebagian besar persalinan adalah persalinan
normal, hanya 12-15% merupakan persalinan patologis.
30
Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin
antara 500-1000 gr. Persalinan prematur adalah persalinan saat kehamilan 28-36
minggu dengan berat janin antara 1000-2500 gr.
Gejala dan Tanda Persalinan :
1.Keluarnya cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina.
2.Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10menit).
3.Penipisan dan pembukaan serviks.
Mekanisme Persalinan
Pada sebagian besar masa kehamilan, uterus mengalami episode periodik kontraksi
lemah dan lambat yang disebut kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini secara progresif
semakin kuat menjelang akhir kehamilan, kemudian kontraksi ini berubah secara tiba-
tiba, dalam beberapa jam, menjadi kontraksi yang sangat kuat sehingga mulai
meregangkan serviks dan selanjutnya mendorong bayi melalui jalan lahir, dengan
demikian menyebabkan persalinan.
31
Kontraksi persalinan mengikuti semua prinsip umpan balik positif. Sekali kekuatan
kontraksi menjadi lebih besar dari nilai kritisnya, setiap kontraksi akan menyebabkan
kontraksi berikutnya menjadi semakin kuat sampai efek maksimum tercapai. Ada dua
jenis umpan balik positif yang diketahui meningkatkan kontraksi uterus selama
persalinan. Regangan serviks membuat seluruh korpus uteri berkontraksi, dan kontraksi
ini lebih meregangkan serviks karena dorongan kepala bayi ke arah bawah. Regangan
serviks juga menyebabkan kelenjar hipofisis mensekresikan oksitosin yang merupakan
cara lain untuk meningkatkan kontraksi uterus (Guyton, 1997).
Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat
aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat
hormon ini akan dilepas kedalam darah. Impuls neural yang terbentuk dari
perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin
sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan
merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat
produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad,
plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi
oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.
Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan
kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk
menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan
ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin. Didalam uterus terdapat reseptor
oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan
awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar
jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai serviks akan berdilatasi
sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi
uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada
otot, mungkin merupakan hal penting.
Fase-fase Persalinan
Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala :
1.Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan
kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I dibagi menjadi fase
32
laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm,
berlangsung sekitar 8 jam. Fase aktif : pembukaan dari 4 cm sampai lengkap (10 cm),
berlangsung sekitar 6 jam. Kontraksi pada fase aktif dianggap memadai jika terjadi 3
kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selam 40 detik. Kecepatan
pembukaan serviks rata-rata 1 cm per jam (nulipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
perjam (multipara). Fase aktif terbagi atas :
fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm
fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm.
Selama persalinan berlangsung dilakukan pemantauan kondisi ibu dan janin. Hasil
pemantauan dicatat dalam partograf. Hal-hal yang perlu dipantau : kemajuan persalinan,
keadaan ibu, dan keadaan janin. His dikontrol tiap 30 menit pada fase aktif,
pemeriksaan dalam tiap 4 jam, dan pemeriksaan luar tiap 2 jam. Keadaan ibu meliputi
tanda vital, status kandung kemih, dan asupan makan, dikontrol tiap 4 jam. Keadaan
janin diperiksa dengan memeriksa DJJ tiap 30 menit.
2.Kala II
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap. Berakhir pada saat bayi telah lahir
lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering (4-5 kali dalam 10 menit), lebih lama (40-
50 detik), sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal
kala 2. peristiwa penting :
Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul (di
Hodge III).Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat. Perineum
meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir
(episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam
3.KALA III
FASE PENGELUARAN PLASENTA
33
Dimuai pada saat bayi telah lahir lengkap.berakhir dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai
perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta
terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga
pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas
pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.(jika lepasnya plasenta
terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae - keadaan gawat darurat
obstetrik).
Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah uterus bundar, terjadi perdarahan, tali pusat
memanjang dan fundus uteri naik. Perdarahan yang berlaku adalah kurang lebih 250 cc.
Keadaan adalah patologi sekiranya perdarahan kala pendahuluan melebihi 500 cc.
4.KALA IV
OBSERVASI PASCAPERSALINAN
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi. 7 pokok penting yang harus
diperhatikan pada kala 4 :
1) kontraksi uterus harus baik,
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6) resume keadaan umum bayi, dan
7) resume keadaan umum ibu.
2.Mekanisme his normal
HIS
34
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari
daerah fundus uteri di mana tuba fallopi memasuki dinding uterus, awal gelombang
tersebut di dapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.
Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah
lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan lahir) yang membuka, untuk
mendorong isi uterus ke luar. Terjadinya his, akibat :
1.kerja hormon oksitosin
2.regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
3.rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi
His yang baik dan ideal meliputi :
1.kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2.kekuatan terbeasar (dominasi) di daerah fundus
3.terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi
4.terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5.serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut otot,
akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuaka secara pasif dan
mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.
35
Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :
1.Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus
hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri
2.Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi
rangsang nyeri
3.Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/anxietas, atau
eksitasi)
4.Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Pengukuran kontraksi uterus
1.Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat,
bagian kedua penurunan agak lambat.
2.Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit)
3.Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi)
36
Sifat his pada berbagai fase persalinan
Kala I awal (fase laten) -> timbul tiap 10menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-
30detik.
Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
kala I lanjut ( fase aktif ) sampai kala I akhir -> terjadi peningkatan rasa nyeri,
amplitude makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali/ 10 menit, lama 60-90 detik.
serviks terbuka sampai lengkap (+ 10 cm)
Kala 2 -> amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali/menit. Refleks mengejan terjadi
juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu
kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dari ibu, dengan
kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi
kala 3 -> amplitude 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid)
DISTOSIA AKIBAT KELAINAN KEKUATAN IBU (KELAINAN HIS)
Tanda his normal :
- fundal dominan
- simetris
- makin lama, makin kuat, makin sering
- relaksasi baik.
37
Bila satu atau lebih tanda tersebut tidak dijumpai atau tidak sesuai, keadaan tersebut
disebut gangguan / kelainan his atau inersia uteri.
Gambar : aktifitas uterus normal pada kehamilan, persalinan (his) dan nifas.
3.Tanda-tanda in partu
a.Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
b.Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks
c.Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
d.Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
4.Tanda-tanda distosia
1.Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu (perpanjangan fase
laten).
2.Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per menit dan kurang dari 40
detik (inersi uteri).
3.Terjadi inersia uteri sekunder (berhentinya kontraksi otot-otot uterus secara sekunder
diagnose CPD ). Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II.
38
4.Adanya edema serviks, fetal dan maternal distress. Terdapat tanda ruptur uteri
imminens (karena ada obstruksi)
5.Pembukaan serviks lengkap tetapi kepala tetap pada posisinya ( dalam vagina) walau
ibu mengedan sekuat mungkin, tidak ada kemajuan penurunan (kala II lama).
6.Tidak terjadi putaran paksi luar apabila telah lahir (distosia bahu)
7.“Turtle Sign” kepala terdorong keluar tetapi kembali ke dalam vagina setelah
kontraksi atau ibu berhenti mengedan
5.Faktor penyebab distosia dan penanganannya
Faktor & Penanganan Penyebab Distosia(6P)
Kelainan Power
1.Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik
seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan
kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan
keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase latin atau
fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
a.Inersia uteri primer : terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his
yang tidak adekuat, sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah
memasuki keadaan in partu atau belum.
b.Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik,
kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
Penanganan
a)Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan
b)Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang kemungkinan-
kemungkinan yang ada.
c)Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan, evaluasi
kemajuan persalinan 12 jam kemudian dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang
dari 3 cm, porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita diistirahatkan, diberikan sedativa
sehingga dapat tidur. Mungkin masih dalam "false labor". Jika setelah 12 jam
berikutnya tetap ada his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his
39
diperbaiki dengan infus pitosin. Perlu diingat bahwa persalinan harus diselesaikan
dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah, agar prognosis janin tetap baik.
d)Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :
1.penilaian cermat apakah ada disproporsi sefalopelvik dengan pelvimetri klinik atau
radiologi. Bila ada CPD maka persalinan segera diakhiri dengan sectio cesarea.
2.bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus.
3.nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada kemajuan,
persalinan diakhiri dengan sectio cesarea.
4.pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam dipenuhi,
maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuan alat tersebut.
Perlu diingat bahwa hampir 50% kelainan his pada fase aktif disebabkan atau
dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya baru disebabkan faktor lain seperti akibat
kelainan posisi janin, pemberian obat sedativa atau relaksan terhadap otot uterus, dan
sebagainya.
2.Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal)
namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus,
sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga
sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya "tetania uteri" karena obat
uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan
berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena
gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara
lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan,
ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.
Penanganan :
a)pemberian sedativa dan obat yang bersifat tokolitik (menekan kontraksi uterus) agar
kontraksi uterus tersebut hilang dan diharapkan kemudian timbul his normal. Denyut
jantung janin HARUS terus dievaluasi.
b)Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio
cesarea.
40
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN HOLISTIK
Diagnosa holistik: Ny.N (26 tahun) adalah pasien hamil dengan partus SC, dalam
nuclear family, dengan kondisi keluarga yang cukup harmonis, status ekonomi yang
cukup bagi mereka, lingkungan rumah yang cukup sehat, dan merupakan anggota
masyarakat biasa dalam kehidupan kemasyarakatan yang mengikuti beberapa kegiatan
di lingkungannya.
1. Diagnosa dari segi biologis : G1P0000Ab000. Hamil aterm, 38-39 minggu, tunggal
hidup, letak puncak, dengan riwayat KPD, partus SC
2. Diagnosis dari segi psikologis
Hubungan Ny.N dengan suami cukup baik, nampak harmonis, saling mendukung,
saling memperhatikan dan pengertian.
3. Diagnosis dari segi sosial
Ny.N hanyalah sebagai anggota masyarakat biasa, sering mengikuti kegiatan sosial
lingkungan ditempat tinggalnya. Pasien sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
B. SARAN KOMPREHENSIF
1. Promotif :
Perlu adanya usaha-usaha untuk memberikan penerangan kepada masyarakat
mengenai pentingnya ANC untuk menghindari penyulit-penyulit dalam
kehamilan dan persalinan
Edukasi pasien dan keluarga mengenai persalinan, serta perawatan ibu dan anak
pasca melahirkan. Diberikan informasi cara menyusui yang benar, konseling
KB, imunisasi bayi dan sebagainya.
2. Preventif :
Diharapkan agar pada kehamilan berikutnya untuk lebih meningkatkan ANC
karena penderita memiliki riwayat KPD dengan letak puncak yang telah
dilakukan seksio sesarea, demi mendapatkan penerangan mengenai resiko
41
maupun komplikasi yang kemungkinan akan dihadapi selama kehamilan dan
persalinannya.
Ny.N harus lebih menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah infeksi sekunder
pada luka post SC dengan menjaga kebersihan daerah luka dengan mengganti
kassa dan karena Ny.N adalah orang yang paling sering mengalami kontak
langsung dengan bayi yang baru dilahirkan. Karena pada bayi baru lahir, sistem
imunitasnya belum berkembang sempurna, untuk mencegah penyakit pada bayi.
Menghindari aktifitas berlebih selama proses penyembuhan luka
3. Kuratif
Terapi medikamentosa yang diberikan oleh dokter diteruskan.
4. Rehabilitatif
Edukasi dan motivasi terhadap pasien bahwa pasien dengan partus SC dapat
mulai beraktivitas secara normal
42