dewipermatasari527474198.files.wordpress.com …  · web viewberdasarkan survei demografi dan...

32
1 MAKALAH ASKEB V “HIPEREMESIS GRAVIDARUM GRADE II” OLEH PUTRI ASEAN (15211757) DOSEN PEMBIMBING : DEVI SYARIEF S.SiT,M.Keb PRODI DIII KEBIDANAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH ASKEB V

“HIPEREMESIS GRAVIDARUM GRADE II”

OLEH

PUTRI ASEAN (15211757)

DOSEN PEMBIMBING :

DEVI SYARIEF S.SiT,M.Keb

PRODI DIII KEBIDANAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA 2016/2017

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Target Millenium Development Goals (MDGs) 5 yaitu menurunkan AKI menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 masih memerlukan upaya khusus dan kerja keras dari seluruh pihak baik pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. AKI menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyabab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas tanpa memperhitungkan lama kehamilam per 100.000 kelahiran hidup (Riskesdas,2013).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012-2013, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga.

Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita yang mempunyai kemampuan untuk hamil. Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan yang benar, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan Permenkes NO 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 10 ayat (1) . Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan (Depkes RI, 2010).

Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis,pielititis,dan sebagainya (Nugroho,2012).

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi hiperemesis gravidarum?

2. Bagaimana etiologi hiperemesis gravidarum?

3. Bagaimana patofisiologi hiperemesis gravidarum?

4. Bagaimana gejala dan tanda hiperemesis gravidarum?

5. Bagaimana diagnosis hiperemesis gravidarum?

6. Bagaimana pencegahan hiperemesis gravidarum?

7. Bagaimana penatalaksanaan hiperemesis gravidarum?

1.3 Tujuan

· Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat membantu pengetahuan tentang hiperemesis gravidarum grade II seperti definisi,etiologi,patologi dan tanda gejala serta dapat melakukan management kebidanan tentang Hiperemesis gravidarum grade II

Bagi Umum

· Tujuan Khusus

1. dapat melakukan pengkajian dan menganalisis data dasar yang diperoleh dari klien dengan hiperemesis grade II

2. dapat melakukan perumusan diangnosa: masalah aktualdengan menganalisa dan demi klien dengan hiperemesis gravidarum

3. dapat melakukan perumusan: diagnosa potensial berdasarkan analisa dan interprestasi data yang diperoleh

4. dapat melaksanakan tindakan segerah dan kolaborasi untuk menangani keadaan darurat jika diperlukan serta memecahkan masalah mengevaluasi hiperemesis gravidarum grade II

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa saja yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis,pielititis, dan sebagainya.

2.1.2 Etiologi

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan Mochtar ( 2010) adalah sebagai berikut:

Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.

Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.

Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

Sedangkan menurut Lisnawati (2013) faktor predisposisi yang menimbulkan Hiperemesis Gravidarum adalah: primigravida, overdistensi uterus. faktor Alergi, faktor Psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil, dan Masalah keluarga.

2.1.3 Patofisiologi

Menurut Manuaba tahun (2012) Patofisiologi hiperemesis gravidarum diawali dengan mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi kejaringan, menutup untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2. Oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolisme menuju arah anaerobik dengan menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu semua masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi alat vital sebagai berikut:

a) Hepar :

1. Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2

2.Gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus.

3.Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi menurun.

b) Ginjal

1. Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun.

2. Terjadi perdarahan dan nekrosis dan perdarahan di otak.

3. Sistem saraf pusat terjadi nekrosis dan perdarahan diotak diantaranya perdarahan ventrikel.

2.1.4 Tanda dan Gejala

Menurut Rukyah (2013) gejala hiperemesis gravidarum adalah:

1. 1.Dehidrasi bertambah

2. Turgor kulit makin berkurang.

3. Lidah kering dan kotor.

4. Mata cekung.

5. Tekanan darah menurun, nadi meningkat, mata ikterik.

6. Urin berkurang.

7. Napas berbau aseton

2.1.5 Klasifikasi

Hiperemesis GravidarumGrade II

Gejala lebih berat segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,haus hebat , subfebril , nadi cepat dan lebih 100-140 kali permenit,tekanan darah sistole kurang 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus , ada aseton , ada birilubin dan berat badan cepat menurun

2.1.6 Diagnosis

Amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan) pekerjaan sehari-hari terganggu, dan haus hebat

Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali permenit , tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma)

Fisik : dehidrasi,keadaan berat,kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, porsio lunak pada vaginal touche, uterus besar nya kehamilan

Laboraturium : kenaikan relatif hemaglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keton dan proteinuria.

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart ( 2014) adalah sebagai berikut :

1. Penurunun berat badan yang cukup banyak.

2. Starvasi dengan ketosis dan ketonuria.

3. Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (hipokalemia).

4. Gangguan keseimbangan asam basa.

5. Kerusakan retina, saraf, dan renal.

2.1.8 Pencegahan

Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

2.1.9 Penatalaksanaan

1. Rawat dirumah sakit, batasi pengunjung

2. Stop per oral 24-48 jam

3. Infus glukosa 10% atau 5%: RL = 2:1, 40 tetes per menit

4. Obat yang telah berkolaborasi dengan dokter

5. Vitamin B1,B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hr/infus

6. Vitamin B12 200 mcg/hr/infus,vitamin C 200/hr/infus.

7. Phenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau chlorpromazine 25-50 mg?hr IM atau diazepam 5 mg 2-3 kali per hari IM

8. Antimetik : prometazine (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali 1 per hari oral

9. Antasida : acidrine 3X1 tab per hari per oral atau mylanta 3X1 perhari peroral atau magnam 3X1 tab perhari peroral

Diet

Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur-angsur mulai diberikan bahan makanan yangb bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D

Contoh menu

JENIS

BERAT (gr)

Ukuran Rumah Tangga (IRT)

Beras

150

2 gelas nasi

Roti

80

4 potong

Protein hewani

100

2 potong

Telur

50

1 butir

Protein nabati

50

2 potong

Sayur

150

1,5 gelaas

Buah

400

4 potong

Margarine

10

1 sendok makan

Gula pasir

20

3 sendok makan

Jam / selai

30

2 sendok makan

Nilai Gizi

a) Kalori 1672 kal

b) Lemak 33 gram

c) Protein 57 gram

d) Hidrat arang 293 gram

2.2.1 Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum grade II

Manajemen kebidanan adalah langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran serta langkah-langkah dalam suatu urutan yang logis yang menguntungkan baik bagi klien maupun bidan (varney:2007).

Langkah-langkah penerapan manajeman kebidanan dilakukan secara berkesinambungan yaitu:

1) Mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengidentifikasi pasien secara lengkap.

2) Mengantisipasi masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar dari data tersebut.

3) Mengantisipasi masalah potensial atau diagnose lainnya yang mungkin terjadi karena masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi.

4) Mengevaluasi perlunya intervensi segera oleh bidan atau dokter

5) Mengembangkan rencana asuhan yang menyeluruh.

6) Mengembsngksn rencana asuhan tersebut secara efisien dan aman

7) Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan.

Langkah-langkah dalam penatalaksanan pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan singkat mengenai langkah-langkah tersebut mungkin akan lebih memperjelas proses pemikiran dalam proses klinis berorientasi pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada kasus kehamilan dengan Hiperemesis Gravidarum.

Langkah I : pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data mengelompokan data dan menganalisis data sehingga dapat diketahui masalah dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien data-data yang dikumpulkan meliputi:

Data subjektif

1.Biodata atau identitas klien dan suami

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu,terdiri dari :

Identitas

1. Nama : Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama klien

2. Umur : Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan klien dan mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak <20 tahun atau >35 tahun. Ibu hamil yang terlalu muda lebih potensial mengalami hiperemesis gravidarum.

3. Alamat : Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan dalam keadaan mendesak.Dengan diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien atau klien dan lingkungannya.Dengan tujuan untuk mempermudah menghubungi keluarganya, menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan petunjuk saat kunjungan rumah,

4. Pekerjaan : Ditanyakan untuk menegtahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien. Dengan mengetahui pekerjaan klien, bidan dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan social ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada kesehatan reproduksinya

5. Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien.Dengan diketahuinya agama klien,akan memudahkan bidan melakukan pendekatan didalam melaksanakan asuhan.

6. Pendidikan : Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya.Tingkat pendidikan mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum.

7. Status perkawinan : Pertanyaan ini ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan. Perkawinan diatas usia 5 tahun dengan kehamilan pertama, merupakan resiko tinggi terjadinya hiperemesis gravidarum dalam kehamilan (Manuaba, 2012).

8. Suku/bangsa : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh adat istiadat/ budayanya terhadap kegiatan kesehatan klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

· Keluhan utama : Pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum II keluhan yang mungkin dirasakan ibu adalah: mual,muntah,aktivitas terganggu,kepala terasa pusing,badan terasa lemas,letih,lesu,frekuensi BAK menurun, nafsu makan menurun,dan penurunan berat badan (Varney,2010).

2. Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien/klien.

1.Menarche: Untuk mengetahui usia pertama kalinya klien mengalami menstruasi, biasanya mulai dari usia 12-16 tahun

2.Siklus menstruasi: Untuk mengetahui jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 21-35 hari.

3.Volume: Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya digunakan criteria banyak, sedang, sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien/ klien biasanya subjektif, namun kita dapat mengkaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.

4.Disminorea : Untuk mengetahui ketika haid terjadi nyeri atau tidak. Disminorhe ditandai oleh nyeri atau kram yang terasa pada abdomen bagian bawah dan kadang-kadang sakit kepala, keadaan mudah tersinggung, depresi mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah.

5.Warna : Untuk mengetahui warna darah haid pada klien. Biasanya darah haid berwarana merah tua.

6.Bentuk perdarahan haid : Untuk mengetahui apakah darah haid klien bergumpal, flek, cair/ encer.

7.Bau haid : Ditanyakan untuk mendiagnosis apakah ada kelainan pada pengeluaran haidnya, terjadi infeksi atau tidak.

8.Fluor albus : ditanyakan untuk mengetahui apakah klien mengalami keputihan atau tidak, kapan terjadinya, warna serta baunya. Digunakan untuk mengantisipasi janin yang akan dikeluarkan pervaginam nantinya agar tidak terinfeksi bakteri dari keputihan tersebut.

3.Riwayat obstetric yang lalu

Menanyakan tentang kehamilan yang lalu, persalinan yang lalu dan nifas yang lalu normal atau tidak.

1. Kehamilan yang lalu : ibu yang memiliki riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya beresiko tinggi mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilannya.

2. Persalinan yang lalu: untuk mengetahui bagaimana riwayat persalinan ibu yang lalu. Apakah persalinan normal atau dengan tindakan, persalinan terjadi pada kehamilan preterm,aterm,atau postterm. Apakah ada komplikasi pada ibu atau bayi saat persalinan. Panjang badan dan berat badan badan bayi ditanyakan untuk mengidentifikasi riwayat bayi besar atau tidak.

3. Nifas yang lalu: menilai kemungkinan keadaan involusi uterus, lochea, infeksi dan laktasi berjalan dengan normal atau disertai komplikasi. Mual dan muntah terjadi 60 – 80% pada primigravida dan 40 – 60% pada multigravida (Wiknjosastro, 2010).

4.Riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan

Untuk mengetahui klien memakai kontrasepsi jenis apa sebelumnya, apakah ada keluhan selama menggunakan kontrasepsi tersebut serta lama penggunaannya.

5.Riwayat kehamilan sekarang

1) HPHT : untuk mengetahui perkiraan usia kehamilan dan tafsiran persalinan.

2) Keluhan-keluhan umum: pada kasus hiperemesis gravidarum biasanya mual muntah yang terjadi pada kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana apa yang segala dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, mengalami dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin (Nugroho,2012).

3) Pergerakan janin pertama kali dirasakan oleh ibu : ini ditanyakan untuk mengetahui usia kehamilan ibu, pergerakan janin biasanya pada ibu primi gravida gerakan janin mulai terasa pada kehamilan 20 minggu, sedangkan pada ibu multi gravida gerakan janin terasa pada kehamilan 20 minggu.

4) Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : untuk mengetahui kesejahteraan janin selain dengan mendengarkan bunyi jantung janin.

6. Riwayat kesehatan ibu :

Wanita yang sebelumnya sudah pernah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual akan mengalami Hyperemesis kurang berat. Hyperemesis ditemukan pada primigravida, kehamilan ganda serta Mola hidatidosa (Wiknjosastro, 2010).

7. Riwayat alergi :

apakah ibu ada alergi terhadap suatu jenis makanan atau obat-obatan sehingga dapat diatasi sebelum terjadi. Tanyakan juga kepada ibu riwayat tranfusi darah serta operasi yang pernah dilakukan pada ibu.

8.Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan ibu. Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan mencakup DM, hepatitis, penyakit jantung, TBC, ginjal, tifoid dan lainnya.Tanyakan juga kepada klien apakah keluarga pasien mempunyai riwayat keturunan kembar.

9.Riwayat perkawinan

Menanyakan usia berapakah ibu menikah, status perkawinan dan setelah menikah berapa lama ibu baru hamil. Hal ini untuk mengetahui fungsi alat reproduksi klien baik atau tidak.

10.Kebiasaan hidup sehari-hari

1. Zat yang diperlukan ibu hamil dengan hyperemesis yaitu makanan dalam porsi kecil atau sedikit tapi sering, makanan yang berlemak harus dihindari. Makanan diselingi dengan makanan kecil seperti biskuit, roti kering dengan teh. Kalori yang dibutuhkan ibu hamil yaitu 2300 kalori, protein 650 gram, kalsium 1 gram, zat besi 17 gram, vitamin 450 mg dan thiamin1 mg.

2. Eliminasi terakhir : Konstipasi dan oliguri merupakan hal yang paling sering terjadi pada ibu dengan hyperemesis gravidarum serta aseton uri dapat ditemukan dalam urin (wiknjosastro:2010).

3. Pola istirahat ibu : untuk mengetahui lamanya waktu ibu istirahat dan apakah ada masalah dengan pola istirahat ibu.

11.Riwayat sosial, ekonomi dan budaya

Kemungkinan hubungan klien dengan suami, keluarga dan masyarakat baik, kemungkinan ekonomi yang kurang mencukupi, adanya kebudayaan klien yang mempengaruhi kesehatan kehamilan dan persalinanya. Tujuannya dapat memberikan asuhan yang tepat untuk klien sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dan budayanya.

12.Riwayat psikologis

Adanya keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup (Wiknjosastro, 2010).

13.Persiapan kegawatdaruratan

Ini ditanyakan untuk mengantisipasi terjadinya kegawatdaruratan pada ibu. Sehingga jika terjadi dapat ditangani dengan cepat.

Data objektif

1.Pemeriksaan umum

2.KU ibu dapat baik, lemah sampai jelek pada penderita hyperemesis (Mochtar, 2010).

Pada penderita hyperemesis tingkat II, kesadaran dapat sangat menurun, somnolen sampai koma (Mochtar, 2010)

Tanda-tanda vital :

· Tekanan darah turun dari biasanya.

· Suhu badan biasanya akan melewati batas normal

· Nadi dapat kecil, cepat dan halus serta 100x/menit

· Pernafasan akan lebih cepat

Berat badan : pada penderita hyperemesis baik tingkat I, II ataupun III terjadi penurunan berat badan (Mochtar, 2010)

1.Pemeriksaan fisik

Menurut Varney (2010) Pada kasus hiperemesis pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Muka ibu terlihat pucat, mata cekung , conjungtiva ibu pucat, sklera ikterik, mulut ibu berbau keton, bibir ibu pecah-pecah, mulut terlihat kotor, turgor kulit buruk.

1.Abdomen

Pemeriksaan abdomen dapat meyakinkan ibu bahwa kehamilannya berkembang dengan baik. Ibu dapat memperoleh informasi dan keyakinan, ibu juga menghargai sentuhan terapeutik dan peluang untuk menerima asuhan holistik dan berrsifat individual. Meskipun merupakan pemeriksaan yang sederhana, setiap komponen dalam pemeriksaaan ini perlu dilakukan dan dapat memberikan berbagai informasi yang bermakna. Pemeriksaan abdomen tidak pernah dilakukan secara terpisah, selalu menjadi bagian dari pemeriksaan antenatal yang lengkap. Tujuan pemeriksaan abdomen :

1. Mengkaji pertumbuhan, ukuran dan kesejahteraan janin

2. Mendeteksi posisi dan presentasi janin

3. Mendeteksi adanya penyimpangan dari keadaan normal

Dengan cara inspeksi perhatikan ukuran perut ibu apakah sesuai dengan usia kehamilan, apakah ada perubahan kulit pada linea, striae gravidarum, tanda-tanda bedah abdomen atau luka bekas operasi. Dapat juga dilihat pergerakan janin dan kontraksi.

Dengan cara palpasi yaitu pemeriksaan dengan melakukan perabaan yang difokuskan pada abdomen dengan menggunakan cara Leopold, kemungkinan yang ditemukan adalah :

1.Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri dan apa kemungkinan bagian janin yang teraba. TFU ditentukan dengan meraba abdomen dengan penuunjuk symphisis, pusat dan prosesus xhypoideus. Pada fundus teraba kemungkinan kepala, bokong atau bagian lain janin. Pada keadaan normal pada fundus akan teraba lunak, agak bundar dan tidak melenting kemungkinan adalah bokong janin.

Normalnya TFU sesuai usia kehamilan yaitu :

1. Usia kehamilan 12 minggu = 3 jari diatas sympisis.

2. Usia kehamilan 16 minggu = pertengahan sympisis dengan pusat.

3. Usia kehamilan 20 minggu = 3 jari dibawah pusat.

4. Usia kehamilan 24 minggu = setinggi pusat.

5. Usia kehamilan 28 minggu = 3 jari diatas pusat.

6. Usia kehamilan 32 minggu = ½ pusat dan px.

7. Usia kehamilan 36 minggu = 3 jari dibawah px.

8. Usia kehamilan 40 minggu = ½ pusat dan px.

1.Leopold II : Palpasi lateral

Untuk menentukan batas samping rahim kiri dan kanan,serta menentukan letak punggung janin pada dinding perut ibu sebelah kiri dan kanan kemungkinan teraba punggung, anggota gerak, kepala atau bokong janin.

1.Leopold III

Menentukan bagian terbawah janin dan apakah bagian bawah tersebut sudah masuk PAP atau masih bias digoyangkan.Kemungkinan teraba kepala, bokong atau bagian lainnya bahkan kosong pada letak lintang.

1.Leopold IV

Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan seberapa jauh sudah masuk PAP, sebagian kecil atau sebagian besar. Leopold IV bari bisa dolakukan apabila pada pemeriksaan leopold III bagian terbawah janin sudah masuk ke pintu atas panggul.

Auskultasi

Yaitu periksa dengar, kemungkinan akan terdengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160 x/menit, teratur atau tidak, intensitasnya kuat/ lemah, dan punctum maximumnya berada pada kuadran berapa.

Ekstremitas atas dan bawah

Memeriksa tangan dan kaki apakah terdapat oedema atau tampak pucat pada ujung-ujung jarinya. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varices. Memeriksa reflek patella untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo atau hiper.

Pemeriksaan penunjang

1. labolatorium

darah : hb, haemotokrit, golongan darah, kadar estriol

urin : kemungkinan ditemui protein, aceton dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.

2. pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum grade II yang dilakukan :

elektrolit darah dan urinalisis.pada hiperemesis gravidarum II urin terdapat aseton

3. USG

untuk mengetahui keadaan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan amnion berkurang, derajat kematangan plasenta

4. pemeriksaan cardiotokografi (CTG) untuk mengetahui DJJ yang abnormal

5. pemeriksaan Amnioskopi untuk mengetahui air ketuban berkurang, bercampur mekonium dan mengandung sel-sel

6. pemeriksan sitosol vaginal untuk mengetahui adanya tanda-tanda post-term

Untuk memastikan diagnose dan melihat apakah janin dalam keadaan normal baik posisi maupun lainnya.

2.3.2 Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atau data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah atau diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan harus memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan, yaitu:

1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi

2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan

3) Memiliki ciri khas kebidanan

4) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

5) Didukung oleh clinical judgement dalam lingkup praktek kebidanan.

Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah:

1.Diagnosa kebidanan

Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur kebidanan, diagnosa yang bisa ditegakkan pada kasus hiperemesis gravidarum adalah: Ny “ “ G…P..A..H… Usia kehamilan…… minggu dengan hiperemesis gravidarum grade II

Dasar : Data Subjektive

· Ibu mengatakan hphtnya…………

· Ibu mengatakan ini kehamilan ke…………

· Ibu mengatakan mual dan mutah sejak………..

· Ibu mengatakan badan lemas

· Ibu mengatakan nafsu makan berkurang

Data Objective

1. Tanda-tanda vital :

· Tekanan darah turun dari biasanya.

· Suhu badan biasanya akan melewati batas normal

· Nadi dapat kecil, cepat dan halus serta 100x/menit

· Pernafasan akan lebih cepat

2. Pemeriksaan antropometri

· Penurunan berat badan

· Pengukuran lila ibu

3. Inspeksi

· Muka terlihat pucat

· Mulut berbau aseton

· Turgor kulit kurang baik

4. Pemeriksaan penunjang

Untuk menegakkan diagnosa dari pemeriksaan fisik, pada kasus hiperemesis gravidarum pemeriksaan yang dilakukan : elektrolit darah dan urinalis. Pada kasus hiperemesis gravidarum urine terdapat aseton

2.Masalah

Masalah yang mungkin timbul pada kehamilan dengan hiperemesis gravidarum adalah ibu merasa cemas dengan kehamilannya,nafsu makan menurun badan terasa lemas dan lesu.

3.Kebutuhan

Pendidikan kesehatan terhadap masalah yang dialami ibu memberikan motivasi dan dukungan pada ibu tentang kehamilannya serta mengikut sertakan keluarga untuk mendukung ibu

Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial

`   Pada langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Diagnosa atau masalah yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah : pada janin IUGR dan abortus. Sedangkan pada ibu bisa hiperemesis tingkat III

Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi klien. Tindakan segera yang dapat dilakukan harus sesuai dengan diagnosa/ masalah potensial yang ada.

Intervensi

Suatu rencana asuhan kemungkinan asuhan yang diberikan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum grade II adalah :

1. bina hubungan baik dengan ibu dan keluarga

2. Informasikan hasil pemeriksaan

3. Informed consent

4. Nutrisi

5. Kolaborasi dengan petugas yang ahli laboraturium

6. Kolaborasi dengan dokter

7. Pemberian obat

8. Pemberian terapi

9. Observasi

10. Pemberian dukungan

Implementasi

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Bila bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyikat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien., contoh :

1. Membina hubungan baik dengan keluarga

2. Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologi.

3. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu seperti (TD,S,P,N dan Usia Kehamilan)

4. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala fisiologi pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan

5. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.

6. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat.

7. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.

8. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

9. Defekasi yang teratur.

10. Menghindari kekurangan karbohidrat

merupakan faktor yang penting, dianjurkanmakanan yang banyak mengandung gula.

11. Obat-obatan

Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan juga seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola dirumah sakit.

12. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan / minuman selama 24 jam.

13. Terapi psikologi

Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

14. Cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolik, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter/hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.

15. Diet

Menurut Runiari ( 2010 ) Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum yaitu:

Diet hiperemesis II

Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan Makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.

16. Beri ibu dukungan dan mengikut sertakan suami untuk selalu mendampingi ibu dan memberi support

Evaluasi

Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan. Asuhan manajemen kebidanan dilakukan secara kontiniu sehingga perlu dievaluasi setiap tindakan yang telah diberikan agar lebih efektif. Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tercapai seluruh perencanaan tindakan dan tercapai sebagian dari perencanaan tindakan sehingga dibutuhkan revisi.seperti halnya :

1. Ibu dapat kooperatif dalam setiap asuhan yang diberikan

2. Ibu mengetahui tentang keadaannya dan janinnya dan tidak cemas

3. Ibu menjadi mengerti dan dapat menjelaskan kembali tentang kehamilan dan penyebab mual muntahnya sehingga kecemasan ibu berkurang

4. Ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali cara-cara untuk mengurangi mual muntah

5. Ibu bersedia minum obat-obatan yang ditetapkan dokter untuk mengatasi mual muntahnya

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hiperemesis gravidarum merupakan suatu masalah yang selalu terjadi pada triwulan pertama , dan kadang-kadang dapat berlangsung terus selama kehamilan yang ditandai dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat terjadinya dehidrasi dan aseton urine serta gangguan kesehatan.

Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum dapat diketahui dengan pasti, namun terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu faktor predisposisi, faktor organik dan faktor psikologi.

Tindakan pertama yang perlu diperhatikan dalam penanganan masalah hiperemesis gravidarum adalah menentukan tingkat penyakit berdasarkan gejala-gejala klinik yang ada yaitu ringan, sedang atau berat dan segera mengganti cairan yang keluar akibat muntah yang hebat.Pada penderita hiperemesis gravidarum perlu dilakukan kolaborasi untuk  pemberian obat yang dapat mengatasi muntah dan rasa nyeri pada ulu hati.

Hiperemesis gravidarum jika diberikan penanganan yang lebih baik dan lebih awal akan lebih cepat mengatasi morbiditas dan dapat mencegah terjadinya mortalitas bagi ibu dan janin

3.2 Saran

Bagi ibu hamil :Diharapkan agar tiap ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) sedini mungkin secara teratur dan selalu waspada terhadap segala resiko terjadinya komplikasi khususnya pada kasus hiperemesis gravidarum. Pentingnya kematangan fisik dan mental dalam mempersiapkan setiap kehamilan agar kehamilan dapat terjaga dan dapat melahirkan bayi yang sehat.

Bagi petugas kesehatan : Petugas kesehatan dapat mengenali dan medeteksi setiap kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan dan memberikan pelayanan sedini mungkin pada ibu hamil.Petugas kesehatan khususnya bidan perlu mempehatikan keadaan  psikis pasien serta diharapkan memberikan dorongan moril kepada  pasien untuk menunjang proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,dr.Taufan.2012.Patologi Kebidanan.yogyakarta.Nuka medika

Lisnawati,Lilis.2013.Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.Jakarta.Cv.Trans info Media

(1)