dewan perwakilan rakyat republik indonesia … file3 3. direktorat jenderal protokol dan konsuler...

41
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2017-2018 Masa Persidangan : V Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Luar Negeri Hari, Tanggal : Kamis, 31 Mei 2018 Pukul : 13.16 WIB – 17.40 WIB Sifat Rapat : Terbuka Pimpinan Rapat : Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc., Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : 1. Pembahasan RKAKL dan RKP KL Kementerian Luar Negeri Tahun Anggaran 2019; 2. Isu-isu aktual di bidang luar negeri. Anggota yang Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. Bambang Wuryanto, M.BA. (F-PDI Perjuangan) 3. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN 6. Ir. Rudianto Tjen 7. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol 8. Charles Honoris 9. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. 10. Yadi Srimulyadi 11. Ahmad Basarah, M.H. FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 12. Meutya Viada Hafid 13. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E. Ak., M.B.A., C.F.E. 14. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. 15. Bambang Atmanto Wiyogo 16. Venny Devianti, S.Sos. FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 17. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M.

Upload: doanxuyen

Post on 15-Jul-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI

Tahun Sidang

:

2017-2018

Masa Persidangan : V Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Luar Negeri Hari, Tanggal : Kamis, 31 Mei 2018 Pukul : 13.16 WIB – 17.40 WIB Sifat Rapat : Terbuka Pimpinan Rapat : Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc., Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1,

Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : 1. Pembahasan RKAKL dan RKP KL Kementerian Luar Negeri Tahun

Anggaran 2019; 2. Isu-isu aktual di bidang luar negeri.

Anggota yang Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. Bambang Wuryanto, M.BA. (F-PDI Perjuangan) 3. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN)

ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN 6. Ir. Rudianto Tjen 7. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol 8. Charles Honoris 9. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. 10. Yadi Srimulyadi 11. Ahmad Basarah, M.H.

FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 12. Meutya Viada Hafid 13. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E. Ak., M.B.A., C.F.E. 14. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. 15. Bambang Atmanto Wiyogo 16. Venny Devianti, S.Sos.

FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 17. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M.

2

Undangan : 1. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno

Lestari Priansari Marsudi. 2. Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri,

Mayerfas.

21. Rachel Maryam Sayidina 22. Andika Pandu Puragabaya, S.Psi., M.Si., M.Sc.

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (F-PD) 23. Teuku Riefky Harsya, B.Sc., M.T. 24. Dr. Sjarifuddin Hasan, S.E., M.M., M.BA. 25. H. Darizal Basir 26. Ir. Hari Kartana, M.M. 27. KRMT Roy Suryo Notodiprojo

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (F-PAN) 28. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. 29. Ir. Alimin Abdullah 30. Budi Youyastri

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (F-PKB) 31. Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si. 32. Drs. H.M. Syaiful Bahri Anshori, M.P. 33. Arvin Hakim Thoha 34. H. Cucun Ahmad Syamsurijal, S.Ag.

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (F-PKS) 35. Dr. H. Jazuli Juwaini, Lc., M.A. 36. Dr. H. Sukamta, Ph.D.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (F-PPP) 37. Hj. Kartika Yudhisti, B.Eng., M.Sc. 38. H. Syaifullah Tamliha, S.Pi., M.S.

FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (F-NASDEM) 39. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A. 40. Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra 41. Drs. Y. Jacki Uly, M.H.

FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (F-HANURA) 42. Ir. Nurdin Tampubolon, M.M. 43. Mohamad Arief Suditomo, S.H., M.A.

Anggota yang Izin : 1. Andreas Hugo Pareira (F-PDI Perjuangan) 2. Junico BP Siahaan (F-PDI Perjuangan) 3. Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita, M.Si. (F-PG) 4. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn. (F-PG) 5. Elnino M. Husein Mohi, S.T., M.Si. (F-GERINDRA) 6. H. M. Syafrudin, S.T., M.M. (F-PAN) 7. Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. (F-PKS) 8. Moh. Arwani Thomafi (F-PPP) 9. Prananda Surya Paloh (F-NASDEM)

3

3. Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri, Andri Hadi.

4. Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, Desra Percaya.

Beserta Jajaran. Jalannya Rapat: KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Selamat datang pada Menteri Luar Negeri Bu Retno Marsudi beserta jajaran yang hadir dalam Rapat Kerja Komisi I DPR RI pada hari Kamis 31 Mei 2018.

Berdasarkan informasi dari sekretariat, daftar hadir yang telah menandatangani sebanyak 22 Anggota terdiri daripada 9 fraksi. Maka sesuai dengan ketentuan Pasal 251 ayat (1) Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib, maka kita telah terpenuhi kuorum fraksi. Nanti Anggota Insya Allah berangsur-angsur akan bergabung. Sebelum kita memulai Raker pada hari ini sebagaimana amanat Pasal 246 Tata Tertib DPR RI, perlu kita sepakati terlebih dahulu apakah raker kita ini bersifat terbuka atau tertutup. Jadi saya sarankan bisa terbuka, nanti hal-hal yang khusus tidak kita langsungkan secara tertutup.

Bisa sepakat ya

(RAPAT: SETUJU)

Oke. Berdasarkan jadwal rapat dari Badan Anggaran DPR RI terkait Pembahasan Pembicaraan Pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2019 dan Rencana Kerja Pemerintah Tahun Anggaran 2019 sesuai dengan Surat Banggar DPR RI Nomor AG08529/DPR RI/V/2018 pada hari ini Komisi I DPR RI melaksanakan Raker dengan Menteri Luar Negeri yaitu membahas:

1. Anggaran, Pembahasan RKAKL sebagaimana siklus daripada anggaran tahunan dan juga RKP Kementerian Tahun Anggaran 2019.

2. Karena kita lama tidak bertemu, saya dengar dari Teman-teman Komisi I terdahulu perlu ada isu-isu aktual yang mencakup beberapa hal: 1) Perkembangan situasi keamanan global, yaitu perkembangan situasi

Semenanjung Korea karena ada pertemuan 2 Pemimpin Korea yang merupakan babak awal yang baik bagi situasi politik di Semenanjung Korea yang tentunya akan mempengaruhi dinamika politik, geo politik, di kawasan Asia Pasifik dan di lain pihak pasca pembatalan KTT antara Presiden Amerika Serikat dengan Pemimpin Korea Utara Kim Yong Un berbagai pihak menyesalkan pembatalan daripada KTT tersebut.

2) Dampak mundurnya Amerika Serikat dari Perjanjian dengan Iran bagi dunia dan Indonesia dan sejumlah pemimpin dunia mengkritisi keputusan Presiden Trump menarik diri dari perjanjian internasional tersebut. Hal ini akan memunculkan isu hukum yang baru dan tentu nantinya banyak pemikiran ke depan tentang dampak yang telah dilakukan oleh Presiden Trump tersebut.

3) Pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Yerusalem. Jelas ini memicu langkah yang kontroversial, karena pemindahan kedubes ke Yerusalem kini beberapa negara mengikuti jejak Amerika Serikat. Hal ini perlu didalami sebagaimana pemetaan situasi politik dunia ke depan dan bagaimana dampaknya dengan Indonesia.

4) Penjelasan eskalasi terkini krisis Suzukren dan Suriah bagi Kawasan dan Indonesia, bagaimana langkah dalam mengantisipasi dari dampak geopolitik dan geo ekonomi dari krisis Ukrania dan Suriah dan tidak menutup kemungkinan krisis

4

tersebut dapat terjadi pula Asia. Tidak kalah penting juga perlu ditekakan disini mengenai diplomasi ekonomi yaitu

perkembangan isu kelapa sawit di European Union. Kehadiran minyak sawit di EU sesungguhnya menjadi bagian solusi atas dilema pangan, energi, deforestrasi yang dihadapi EU dan itu Pemerintah Indonesia diharapkan terus mendorong uni eropa untuk berlaku adil terhadap minyak kelapa sawit.

Yang lain dalam diplomasi ekonomi itu mengenai hasil dari Indonesia Africa Forum/IAF 2018 itu diharapkan hasil dari pertemuan IAF Bulan April 2018 tersebut dapat memperkuat kerja sama dengan Afrika dari berbagai macam aspek khususnya peningkatan kerja sama ekonomi dan investasi berkelanjutan.

Kembali kepada masalah anggaran. Sebagai informasi bahwa anggaran Tahun 2018, Kemlu mendapatkan Pagu Anggaran sebesar Rp7.250.769.089,-. Dengan keterbatasan anggaran tersebut, Kementerian Luar Negeri dapat memprioritaskan program kerja dan kegiatan yang mampu meningkatkan efektivitas kinerja kantor perwakilan Indonesia di luar negeri secara optimal.

Demikian hal-hal yang akan kita bahas di dalam Rapat Kerja pada siang hari ini yang kita mulai jam 1 lebih 20 menit. Selanjutnya saya serahkan kepada Ibu Menlu untuk memberikan paparannya. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Selamat siang. Yang saya hormati Ketua, Pimpinan, Anggota Komisi I; Ibu dan Bapak yang kami hormati. Merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk dapat melakukan Rapat Kerja dengan Anggota Komisi I. Karena ini adalah pertemuan resmi pertama selama bulan Ramadhan maka izinkanlah teman-teman tim dan kami mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa bagi Ibu dan Bapak yang menjalankan dan terima kasih banyak kepada Pimpinan dan Anggota yang sempat hadir di dalam acara pejambon iftar pada tanggal 28 Mei yang lalu. Sebelum memulai presentasi, izinkan kami ingin memperkenalkan 2 pejabat baru Esselon I Kementerian Luar Negeri yang pada hari Senin yang lalu baru saja dilantik. Yang pertama adalah Duta Besar Roni Yuliantoro. Beliau adalah dilantik sebagai sahli hubungan kelembagaan dan tugas terakhir adalah sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Tunish. Pak Roni akan menggantikan Pak Salman, karena Pak Salman minggu depan sudah akan berangkat menuju pos yang baru di Afrika Selatan. Makanya senyam-senyum terus, sudah tidak ada beban. Yang kedua adalah Ibu Dewi Safitri Wahab. Beliau adalah sahli sosial budaya dan pemberdayaan masyarakat Indonesia di luar negeri dan tugas terakhir adalah Konjen RI di Meulborn Australia. Ibu dan Bapak yang saya hormati, Sebagaimana undangan rapat yang disampaikan oleh Pimpinan Rapat tadi, rapat kerja kali ini akan membahas 2 hal besar:

1. Mengenai Anggaran Kementerian Luar Negeri; 2. Bertukar pikir mengenai Isu Aktual saat ini.

Masukan tertulis sesuai dengan agenda rapat telah kami sampaikan melalui Sekretariat

Komisi I dan setelah presentasi kami, kami akan mempersilakan Pak Sekjen untuk menyampaikan hal-hal rinci terkait dengan Anggaran Kementerian Luar Negeri untuk Tahun 2019 dan pada saat pendalaman kami juga mohon izin, Tim kami juga akan ikut memberikan masukan pada saat dilakukan pendalaman nanti

5

Pimpinan, Anggota Komisi I DPR RI yang saya hormati, Kami baru saja kembali dari perjalanan ke New York City, kemudian ke Georgeton Guyana, kemudian ke Buanas Aires, Argentina dan Peru. Perjalanan ke New York sebagian besar adalah terkait dengan Lobby kampanye pencalonan Indonesia untuk Dewan Keamanan PBB yang Pemilihannya akan dilakukan pada tanggal 8 Juni 2018, sekaligus kami mohon doa Ibu/Bapak semua mudah-mudahan kita akan berhasil menjadi Anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020. Ke Guyana merupakan Kunjungan pertama kali Menteri Luar Negeri Indonesia ke negara tersebut selain bertemu dengan Presiden dan juga Menteri Luar Negeri Guyana kami juga melakukan pertemuan dengan Sekjen Karikom Carabian Comunity dan ini juga merupakan pertemuan Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama dengan Sekjen Karikom. Tujuan kunjungan kami ke Guyana adalah tentunya pertama dalam konteks bilateral ingin memperkuat hubungan dengan Guyana dan juga dengan Karikom tetapi sekaligus melakukan lobby untuk dukungan pencalonan Indonesia pada Dewan Keamanan PBB. Kunjungan ke Buanas Aires dilakukan dalam rangka menghadirkan pertemuan G20, para Menteri Luar Negeri G20. 2 hal yang menonjol dalam pertemuan para Menlu G20:

1. Komitmen untuk melanjutkan multilateralisme; 2. Mengarus-utamakan kepentingan negara berkembang di dalam pembahasan G20.

Sementara itu untuk kunjungan ke Peru dilakukan dalam rangka kerja sama peningkatan

kerja sama bilateral terutama adalah kerja sama ekonomi dimana Peru dan Indonesia saat ini sedang menjajaki dilakukannya perjanjian prevential trade agreement dan Peru merupakan mitra dagang terbesar keempat Indonesia di Amerika latin. Pimpinan, Anggota Komisi I yang saya hormati, Tadi sudah disebutkan isu-isu yang akan dibahas pada hari ini. Izinkanlah saya memulai dengan isu yang paling terakhir yaitu hasil dari Indonesia Afrika Forum Tahun 2018. Indonesia Afrika Forum 2018 merupakan cerminan 2 hal.

1. Cerminan intensifikasi diplomasi ekonomi Indonesia. 2. Cerminan Afrika sebagai prioritas politik luar negeri Indonesia. Kita ingin

mengkonversikan kedekatan politik kita dengan kedekatan ekonomi.

Persiapan penyelenggaraan IAF sendiri dilakukan hampir 2 tahun. Dari familiarisasi ke negara-negara Afrika maupun pendekatan ke Kementerian dan Lembaga terkait serta kalangan swasta agar mereka dapat memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan IAF 2018. Alhamdulillah IAF 2018 dapat terselenggara dengan sukses dan capaiannya justru melebihi apa yang kita harapkan semula. IAF dihadiri oleh 250 wakil Pemerintah dan Bisnis dari 47 negara Afrika. Di dalam 2 hari pertemuan, hasil konkrit telah dicapai yaitu sebesar 1,88 milyar dollar Amerika dengan rincian Bisnis Deu yang diraih sebesar 586,56 juta 12 anouncement kerja sama sebesar 1,3 milyar, dan disamping itu juga terdapat kesepakatan penerbangan langsung antara Jakarta dengan Adis Ababa. Ini merupakan penerbangan langsung yang pertama antara Indonesia dengan 1 hap yang berada di Afrika dan berdasarkan hasil tersebut, beberapa tindak lanjut yang akan dan sedang dikerjakan antara lain adalah

1. Melakukan penjajakan pembuatan FTA baik dengan individu negara maupun dengan organisasi regional seperti Egkoas dan Eyak.

2. Negosiasi pertama saat ini sedang dilakukan dengan Mozambik.

Jadi tim kami sebagian sedang ada di Mozambik untuk memulai perundingan FTA dan segera pada bulan depan akan perundingan dengan Tunisia dan juga Maroko.

3. Meningkatkan presentasi Indonesia dengan rencana menunjuk lebih banyak konsul kehormatan di negara-negara Afrika. Saat ini juga ada misi bisnis yang dikoordinir oleh Kementerian Luar Negeri ke Abuja dengan hasil kontrak antara lain pembuatan smelter oleh salat satu BUMN kita dan pembuatan smelter ini merupakan proyek

6

konstruksi kedua yang dilakukan oleh BUMN Indonesia di Afrika Sub Sahara setelah proyek renovasi Istana di Negara Niger. Kemudian tentunya IAF ini juga akan ditindaklanjuti dengan kerja sama pembangunan dengan Afrika dan tahun depan Insya Allah kita akan melakukan Indonesia Afrika Infrastructrure Dialog di Tahun 2019.

Melalui Konsultasi dengan Komisi I, kami juga akan memulai proses pengusulan untuk menaikan status Kepala Perwakilan RI di KBRI Antanama Revo dari tingkat kuasa usaha tetap menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk memperkuat diplomasi Indonesia di Kawasan negara kepulauan di Afrika Timur dan nanti apabila status ini sudah dinaik, maka rangkapan akan menjadi lebih mudah dilakukan dari Antanama Revo untuk negara-negara di Kepulauan Afrika Timur. IAF juga merupakan Forum yang bersejarah Ibu dan Bapak sekalian karena Forum ini menjadi I-Opener bagi negara-negara Afrika terkait dengan kapasitas dan kemampuan Indonesia untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dengan negara-negara Afrika. Ibu dan Bapak yang saya hormati, Selanjutnya isu mengenai perkembangan situasi di Semenanjung Korea. Indonesia menyambut baik perkembangan positif yang terjadi di Semenanjung Korea, utamanya pertemuan antara Pemimpin Korea Selatan dan Korea Utara yang telah berlangsung pada tanggal 27 April 2018. Walaupun semua pihak paham, bahwa penyelesaian Semenanjung Korea tidak sederhana dan tidak dapat dilakukan dalam 1 langkah, namun KTT Inter Korea telah menumbuhkan saling percaya dan memunculkan harapan baru bagi terciptanya stabilitas di Semenanjung Korea. KTT ini juga menunjukan perubahan sikap Presiden Kim untuk mengakhiri politik isolasi negaranya. Kita melihat bahwa tanggapan publik baik di Korea Utara maupun Korea Selatan pasca KTT sangat positif. Dukungan dalam negeri bagi Presiden Mun menguat drastis dan sebagaimana diketahui bahwa peningkatan hubungan antar Korea ini merupakan salah satu janji politik Presiden Mun. Kondisi Korea Utara juga sampai saat ini dalam kondisi stabil pasca KTT ke-2 Pemimpin tersebut. Saat ini seluruh dunia berharap kiranya KTT antara Presiden Trump dan Presiden dapat terlaksana di Singpura pada tanggal 12 juni 2018. Dalam beberapa kali kesempatan, pihak Korea Selatan menyampaikan apresiasi kepada Indonesia atas dukungan terhadap perdamaian di Semenanjung Korea. Rencana pertemuan inter Korea yang dilakukan pada tanggal 27 April juga langsung disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Korea Selatan kepada kami melalui telepon. Selain itu, baik Korea Selatan maupun Korea Utara juga mengirimkan Pejabat Tinggi untuk menyampaikan update perkembangan Semenanjung Korea melalui Kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan ke Jakarta pada tanggal 2 Mei 2018 dan Kunjungan Wamenlu Korea Utara pada tanggal 22 sampai 25 Mei 2018. Dalam kunjungan tersebut, Wamenlu kedua negara menyebut bahwa pada saat Asean Games mendatang delegasi Korea Utara dan Korea Selatan akan melakukan parade di bawah bendera unifikasi korea, dan sedang menjajaki joint team dalam beberapa cabang olahraga dan sebagai bentuk dari dukungan terhadap perkembangan positif maka Asean dan MIKTA, MIKTA adalah Meksiko, Indonesia Korea, Turki dan Australia telah mengeluarkan Press Release yang berisi dukungan terhadap perkembangan positif ini. Keberhasilan rencana KTT Amerika Serikat dan Korea Utara akan sangat tergantung pada beberapa hal.

1. Proses dan modalitas dasar mengenai del nuklirisasi; 2. Mekanisme pengakhiran formal status perang; 3. Mekanisme pencabutan sanksi; 4. Paket bantuan ekonomi untuk mendorong keterbukaan ekonomi Korea Utara; dan 5. Jaminan Keamanan bagi Korea Utara atau sering disebut no rezim chance.

Ibu dan Bapak sekalian, Izinkan kami beralih ke isu berikutnya adalah mundurnya Amerika Serikat dari Perjanjian Nuklir Iran. Indonesia sangat perihatin dengan perkembangan ini dan posisi ini telah disampaikan oleh Indonesia melalui release pada tanggal 9 Mei 2018. Indonesia menilai bahwa JCPOA, JCPOA adalah Joint Comprehensif Plan Of Action merupakan cerminan keberhasilan dari kerja diplomasi

7

antara Iran dengan T5 plus 1 yaitu Germany dan juga Uni Eropa dimana kesepakatan tersebut ditandatangani pada tanggal 14 Juli 2015. JCPOA diharapkan dapat mendorong non prolifrasi senjata nuklir dan juga membangun situasi yang lebih kondusif bagi tercapainya perdamaian dan kesejahteraan kawasan dan dunia. Inti dari JCPOA adalah sebuah quit pro co dimana Iran sepakat melakukan nuklir ristriction diganti dengan keuntungan ekonomi dengan diangkatnya sanksi ekonomi. Sikap rata-rata negara dunia terhadap keputusan Amerika untuk menarik diri dari JCPOA adalah menyanyangkan keputusan tersebut. Alasan penerikan Amerika Serikat dari JCPOA sebagaimana yang disampaikan dalam statement-statement mereka adalah tidak berhasil dihentikannya program nuklir dan tidak berhasil menghentikan a sertif policy Iran di kawasan. Ini adalah menurut statement dari pihak Amerika Serikat. Terlepas dari alasan yang diberikan di balik mundurnya Amerika Serikat, keputusan ini juga perlu dilihat sebagai salah satu janji kampanye Presiden Trump. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana masa depan JCPOA ini dengan mundurnya Amerika Serikat. Opsi re-negosiasi, nampaknya akan sangat kecil kemungkinannya. Hal ini tentunya sudah tampak dari statement yang disampaikan oleh pihak Iran yang tidak menyetujui adanya re-negosiasi. Keberlangsungan JCPOA akan ditentukan bagaimana para pihak lain akan menjalankan JCPOA pasca keputusan Amerika menarik diri dari JCPOA. Para pemimpin uni eropa pada tanggal 17 Mei 2018 memutuskan untuk melanjutkan kerja sama dengan Iran termasuk kerja sama ekonomi. Hal yang sama juga keputusan diambil, keputusan yang sama juga diambil dari hasil pertemuan joint commision yang dilakukan pada tanggal 25 Mei. Untuk melindungi perusahaan-perusahaan Eropa, Uni Eropa akan mengaktifkan mekanisme bloking statetude yang pada pokoknya memuat izin perusahan eropa untuk mengignore sanksi Amerika Serikat. Tentunya yang menjadi tantangan kemudian adalah bagaimana sikap politis ini akan diimplementasikan di lapangan mengingat sebagian besar perusahaan eropa juga memiliki bisnis dalam jumlah yang cukup besar dengan Amerika Serikat. Ibu dan Bapak sekalian, Izinkan kami beranjak ke isu yang keempat, yaitu pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat ke Yerusalem. Sejak mendengar rencana pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat ke Yerusalem yaitu pada Bulan Desember 2017, Indonesia terus melakukan pendekatan ke berbagai macam negara termasuk ke Amerika Serikat untuk mendiscorage pelaksanaan keputusan tersebut. Saya masih ingat sekali pembicaraan saya dengan Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rextilerson, 3 jam menjelang Pengumuman Pemindahan Kedutaan Amerika Serikat ke Yerusalem, Rex mengatakan bahwa pelaksanaan pemindahan itu sendiri masih akan memakan waktu yang lama. Namun demikian pelaksanaan pemindahan dilakukan lebih cepat dari apa disampaikan oleh Menlu Tilerson. Pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dilakukan pada tanggal 14 Mei 2018 bertempatan dengan 70 tahun berdirinya negara Israel dan bertepatan dengan hari nakba yaitu hari pengusiran bangsa Palestina. Posisi Indonesia terkait dengan pemindahan kedutaan Amerika Serikat ke Yerusalem:

1. Kita mengecam keras kebijakan Amerika Serikat tersebut. 2. Langkah Amerika Serikat ini melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan dan

Majelis Umum PBB serta mengancam proses perdamaian dan bahkan perdamaian itu sendiri. Indonesia juga mendesak Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB segera bersidang untuk mengambil sikap dan langkah yang tegas dan mendorong negara-negara Anggota PBB lainnya untuk tidak mengikuti langkah Amerika Serikat. Pemerintah dan Rakyat Indonesia akan terus bersama dengan Rakyat Palestina dalam memperjuangkan Kemerdekaan dan Hak-haknya.

Selain pendekatan ke Amerika Serikat, lobby Indonesia juga dilakukan kepada negara lain

dengan 1 pesan agar negara-negara lain tidak mengikuti keputusan Amerika Serikat memindahkan Kedutaan mereka ke Yerusalem. Lobby Indonesia juga berlanjut dalam konteks OKI. Dalam pertemuan para Menlu OKI di Bangladesh pada tanggal 5 dan 6 Mei 2018, Indonesia menginisiasi

8

stand a loan statement mengenai sikap OKI terhadap pemindahan kedutaan besar Amerika ke Yerusalem.

Beberapa inti statement OKI yang diterbitkan pada tanggal 14 Mei 2018: 1. Menolak dan mengutuk keputusan Amerika Serikat karena dinilai sebagai serangan

terhadap hak-hak bersejarah dan hak-hak hukum Palestina. 2. Tindakan tersebut sebagai pelanggaran, berbagai resolusi dewan keamanan PBB

terkait status al quds al syarif. 3. Status al quds al syarif harus diputuskan melalui negosiasi sesuai dengan resolusi

PBB. OKI akan mempertahankan penyelesaian solusi 2 negara. Lobby Indonesia juga dilanjutkan menyusul korban sipil yang berjatuhan di Gaza, antara lain melalui komunikasi dengan Menteri Luar Negeri Turki agar Pemimpin OKI melakukan pertemuan luar biasa OKI khusus untuk membahas isu ini. KTT Luar Biasa OKI telah terselenggara di Istanbul pada tanggal 18 Mei 2018. Pernyataan Indonesia disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kala, antara lain Negara OKI harus menuntut PBB untuk mengambil langkah tegas. Mensikapi perkembangan ini, mengajak OKI meningkatkan komitmen kemanusiaan terutama untuk Gaza, mendesak Negara OKI yang belum mengakui Palestina untuk segera mengakuinya, OKI perlu memperkuat lobby untuk mengajak negara lain tidak mengikuti langkah Amerika Serikat dan yang terakhir yang disampaikan oleh Wakil Presiden adalah mendorong persatuan Palestina.

Lobby Indonesia diteruskan di PBB, antara lain pada minggu yang lalu saya menjadi

Pembicara di Open di Viet on Upholding Internasional Law dimana saya juga berbicara mengenai masalah Palestina dan saya juga hadir di UN Forum on Palestine dan sempat bertemu dengan Hasan Nasrawi dan Hanan Asrawi dan kami merupakan satu-satunya Menteri Luar Negeri yang hadir di dalam acara UN Forum on Palestine.

Saat ini, Kementerian Luar Negeri bersama dengan organisasi kemanusiaan Indonesia sedang menggalang bantuan untuk Palestina terutama untuk Gaza dan Pemerintah Indonesia saat ini juga sudah meningkatkan bantu untuk UN Roa, untuk Pengungsi Palestina. Sekali lagi intinya adalah bahwa Indonesia akan terus bersama perjuangan bangsa Palestina. Ibu dan Bapak yang saya hormati, Isu selanjutnya adalah mengenai perkembangan Ukraina dan Suriah. Krisis Ukraina berawal dari jatuhnya rezim pro rusia, Presiden Victor Yanu Kofik dan terpilihnya Presiden Petro Porsen Goyang berorientasi ke in uni eropa pada Mei 2014. Kondisi ini menyebabkan pengambil-alihan wilayah di Semenanjung Kremia dan munculnya gerakan sparatisme di wilayah timur Ukraina. Krisis ini bahkan telah menciptakan pola dan suasana perang dingin baru antara Rusia dan negara-negara barat khususnya uni eropa dan amerika. Dalam krisis Ukraina, sejak awal krisis ini terjadi diplomasi Indonesia secara konsisten menyampaikan penyelesaian konflik harus dilakukan secara damai. Perlu ditinggalkannya pola perang dingin dan prinsip penghormatan kedaulatan dan integritas wilayah sebuah negara harus dikukuhkan. Situasi terakhir di Ukraina masih belum stabil dikarenakan konflik kepentingan politik antar golongan, lemahnya pelaksanaan reformasi khususnya pemberantasan korupsi dan permasalahan regulasi konflik bersenjata di wilayah donbus serta permasalahan kremia. Upaya terakhir untuk mengatasi konflik bersenjata di timur ukraina melalui hadirnya pasukan misi perdamaian PBB saat ini sedang dibahas dan jika hal tersebut telah disepakati maka tentunya Indonesia siap berpartisipasi dalam pengiriman pasukan misi perdamaian PBB tersebut. Terkait konflik di Suriah, Indonesia sangat prihatin dengan konflik yang telah banyak memakan korban jiwa yang tidak berdosa. Indonesia secara tegas menyerukan kepada dunia dan pihak yang bertikai enough is enough, semua pihak tanpa terkecuali harus menghentikan kekerasan dan jangan lagi ada korban sipil yang tidak berdosa khususnya anak-anak dan wanita. Presiden Jokowi telah menyampaikan surat kepada seluruh Anggota Dewan Keamanan PBB dan Sekjen PBB yang menyampaikan keprihatinan Indonesia tersebut. Di dalam surat tersebut, Preside

9

menegaskan posisi Indonesia yang intinya mendukung proses politik dan dialog yang inklusif dan demokratis serta menghindari cara-cara militer, mendukung solusi politik yang tetap menghormati kedaulatan, kemerdekaan, persatuan dan integritas wilayah Suriah, mendukung peranan Utsus Sekjen PBB untuk mendorong proses politik di Suriah, mendorong gencatan senjata yang memberikan ruang dan akses penuh bagi penyaluran bantuan kemanusiaan untuk rakyat suriah dan menghimbau masyarakat internasional untuk menahan diri dari tindakan unilateral dan aksi militer yang dapat mengganggu proses perdamaian. Posisi ini senantiasa Indonesia tegaskan dalam berbagai pertemuan untuk penyelesaian konflik suriah, baik di Dewan Keamanan PBB, OKI dan di forum-forum internasional lainnya. Terkait dengan dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah, Indonesia secara tegas mengutuk penggunaan senjata kimia oleh pihak mana pun. Di saat yang sama, Indonesia menyanyangkan adanya tindakan unilateral dalam mensikapi hal tersebut tanpa adanya mandat PBB. Indonesia berpandangan bahwa konflik di Suriah saat ini telah berkembang bukan saja menjadi konflik sektarian, namun menjadi ajang war by proxy, kekuatan kawasan dan global. Hal yang harus dicermati adalah implikasi konflik tersebut bagi Indonesia khususnya terkait dengan foreign teroris fighter yang berpotensi melakukan tindakan terorisme tidak saja di Indonesia tetapi di bagian lain dunia. Ibu dan Bapak yang saya hormati, Isu terakhir yang ingin kami sampaikan adalah mengenai isu kelapa sawit Indonesia. Sebagaimana diketahui Parlemen Eropa telah mengeluarkan Draft Renewable Energy Directive II atau kita sering sebut RED II yang mengecualikan Kelapa Sawit dari kategori sumber energy terbarukan pada 2021. Keputusan Parlemen Eropa tersebut belum dapat diimplementasikan mengingat masih diperlukannya proses pembahasan trialog antara Dewan Komisi dan Dewan Komisi dan Parlemen Eropa. Namun demikian Indonesia telah menyampaikan sikap yang jelas menolak diskriminasi tersebut, lobby terus dilakukan oleh Indonesia pada semua level baik melalui lobby bilateral dengan negara Anggota Uni Eropa maupun dengan Uni Eropa. Lobby tidak saja dilakukan oleh Indonesia sendiri namun Indonesia juga mengajak negara produsen sawit lainnya. Bagi Indonesia, Kelapa Sawit adalah kepentingan nasional Indonesia yang terkait dengan hampir 17 juta tenaga kerja dan petani kecil. Dalam semua komunikasi, Indonesia menyampaikan harapan agar hasil proses trialog menguntungkan semua pihak. Tentunya Indonesia tidak akan diam jika hasil trialog tersebut merugikan kepentingan Indonesia. ekspor Kelapa Sawit Indonesia ke Uni Eropa pada Tahun 2017 sebesar 14% dari total ekspor kelapa sawit Indonesia. Penguatan pasar juga terus dilakukan baik penguatan di destinasi ekspor tradisional maupun mencari pasar-pasar baru seperti di Asia Selatan, Afrika dan Amerika Latin. Pimpinan, Anggota Komisi I yang kami hormati, Sebelum kami persilakan Pak Sekjen menyampaikan gambaran terkait anggaran Kemlu 2019, izinkan kami menyampaikan garis besar prioritas Program Kementerian Luar Negeri untuk Tahun 2019. Beberapa program prioritas antara lain:

1. Menyikapi perkembangan dunia yang tidak menentu, Indonesia akan terus berkontribusi bagi perdamaian dan stabilitas dunia. Insya Allah andaikata Indonesia terpilih sebagai Anggota Dewan Keamanan PBB, Indonesia akan terus mendorong terciptanya ekosistem global yang damai dan stabil. Beberapa prioritas Indonesia sebagai calon Anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, antara lain: 1) Meningkatkan sinergi dengan organisasi kawasan untuk mendorong

penyelesaian konflik secara damai; 2) Memperkuat pasukan perdamaian PBB termasuk mencapai target pengiriman

4.000 PKO Indonesia; 3) Menciptakan sinergi antara perdamaian dan agenda pembangunan termasuk

untuk Afrika;

10

4) Mendorong terciptanya platform global dalam mengatasi ancaman terorisme, radikalisme dan extrisme melalui pendekatan yang komprehensif.

2. Mengokohkan kawasan Indo Pasific yang stabil, damai, makmur dan inklusif.

Indonesia akan terus mendorong peran sentralitas dan kesatuan Asean pada kerja sama Indo Pasific yang menghormati hukum internasional dan mengedepankan habit of dialog, menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dan berkolaborasi untuk mengatasi ancaman keamanan non tradisional khususnya di sektor maritime.

3. Indonesia akan memfokuskan pada agenda diplomasi yang langsung menyentuh kepentingan rakyat, diplomasi perlindungan, dan ekonomi akan tetap menjadi prioritas politik luar negeri Indonesia pada Tahun 2019. Dalam bidang perlindungan setelah berbagai inovasi perlindungan melalui teknologi diluncurkan pada Tahun 2018 seperti Save Travel dan Smart embassy Tahun 2019 difokuskan untuk memastikan sistem perlindungan WNI menyeluruh atau komprehensif, protection system dapat berjalan baik dan dapat menjadi legasi Pemerintah pada periode saat ini. Sistem perlindungan WNI mulai dibangun dari Tahun 2015. Diplomasi ekonomi pada Tahun 2019 akan didorong untuk memuka pasar non tradisional baik di Asia Tengah, Asia Selatan, Eropa Tengah dan Eropa Timur serta Amerika Latin dan kegiatan diplomasi ekonomi kita juga ditujukan untuk memperkokoh serta menjaga momentum kerja sama Indonesia Afrika termasuk melalui pelaksanaan Indonesia Afrika Infrastruktur Dialog. Selain itu diplomasi ekonomi akan fokus untuk mempertahankan produk-produk tradisional Indonesia seperti kelapa sawit.

4. Mengawal agenda nasional lainnya, yaitu suksesnya Pemilu dan yang terakhir pada Tahun 2019, Indonesia akan terus memperkuat infrastruktur diplomasi. Di Tahun 2019, Jakarta akan semakin kokoh sebagai Asean Diplomatic Capital dengan Insya Allah selesainya Gedung Sekretariat Asean yang baru.

Demikian secara singkat beberapa hal yang dapat kami sampaikan pada kesempatan

siang hari ini dan dengan izin Komisi I, saya mohon Pak Sekjen untuk menyampaikan presentasi mengenai anggaran Kementerian Luar Negeri.

Silakan Pak Sekjen.

SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN LUAR NEGERI (MAYERFAS): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Bapak Ketua, Pimpinan Komisi I, Bapak dan Ibu Anggota Komisi I yang kami hormati. Dengan seizin Menteri Luar Negeri, perkenankan kami menyampaikan RKAKL dan RKP Kementerian Luar Negeri untuk Tahun 2019. Melalui surat bersama Menteri PPN, Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan tanggal 16 April 2018 perihal Pagu Indikatif KL Tahun 2019, Kementerian Luar Negeri telah mendapatkan pagu indikatif untuk Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp7.358.513.141.000,-. Pagu Indikatif Tahun 2019 ini mengalaman kenaikan sebesar Rp107.774.052.000,- dibandingkan dengan DIPA Kementerian Luar Negeri untuk Tahun 2018. Dari 12 program Kementerian Luar Negeri, terdapat 2 program yang mengalami kenaikan anggaran untuk Tahun 2019 yaitu program pemantapan hubungan dan politik luar negeri serta optimalisasi diplomasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Kenaikan sebesar 22,72% dibandingkan dengan Tahun 2018 dikarenakan adanya tambahan anggaran untuk mendukung proyek prioritas nasional yaitu:

1. Indonesia Afrika Infrastruktur Dialog, Indonesia South Pacific Forum on Environment and Development Cooperation serta Indo Pasific Maritime Dialog.

2. Untuk Program Peningkatan Peran dan Kepemimpinan Indonesia di Bidang Kerja Sama Multilateral.

11

Pada Tahun 2019, anggaran kontribusi organisasi internasional sebesar Rp780.117.304.000,- diberikan secara penuh dengan catatan bahwa pada Tahun 2019 Kementerian Luar Negeri tidak diperkenankan lagi untuk mengusulkan Anggaran Belanja Tambahan kepada Kementerian Keuangan.

Selanjutnya pada Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2019, Kementerian Luar Negeri memiliki kontribusi dalam prioritas nasional kelima yaitu stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu dengan program prioritas efektivitas diplomasi. Adapun penjabaran kegiatan prioritas dan proyek prioritas nasional adalah sebagai berikut, yaitu:

1. Perlindungan dan pelayanan WNI BHI di Luar Negeri, Penguatan Diplomasi Maritim, Politik dan Keamanan, Penguatan Diplomasi Ekonomi dan Kerja Sama Pembangunan dan Peningkatan Peran Indonesia di Asia Pasifik dan Afrika.

2. Sebaran Pagu Indikatif Tahun Anggaran 2019 berdasarkan Program adalah sebagai berikut: a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya

Kementerian Luar Negeri, Pagu Indikatif sebesar Rp4.445.000.000.000,-. b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Luar Negeri

adalah sebesar 1 Trilyun lebih. c. Program Pelaksanaan Diplomasi dan Kerja Sama Internasional pada Perwakilan

RI di luar negeri adalah sebeser 557 milyar lebih. d. Pagu Indikatif untuk Program Pemantapan Hubungan Luar Negeri serta

Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika adalah sebesar 89,5 milyar lebih.

e. Pagu Indikatif untuk Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Amerika dan Eropa sebesar Rp47 milyar lebih.

f. Pagu Indikatif untuk Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui Kerja Sama Asean adalah sebesar Rp53,7 milyar.

g. Pagu Indikatif untuk Program Peningkatan Peran dan Kepemimpinan Indonesia di Bidang Kerja Sama Multilateral berjumlah 852 milyar lebih.

h. Pagu Indikatif untuk Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik berjumlah 88,5 milyar lebih.

i. Pagu Indikatif untuk Program Optimalisasi Diplomasi terkait dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional berjumlah 36,5 milyar lebih.

j. Pagu Indikatif untuk Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran berjumlah 116,4 milyar lebih.

k. Pagu Indikatif untuk Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Luar Negeri berjumlah 30 milyar lebih.

l. Pagu Indikatif untuk Program Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri berjumlah Rp29.976.553.000,-.

Pagu Indikatif Tahun 2019 yang dialokasikan kepada Kementerian Luar Negeri terdapat

kekurangan untuk Belanja Pegawai dikarenakan kenaikan tunjangan kinerja Kementerian Luar Negeri dari 70% menjadi 80% yang akan mulai berlaku pada Tahun 2018. Saat ini, Peraturan Presiden tentang Tunjangan Kinerja Kementerian Luar Negeri sedang dalam proses finalisasi. Selain itu, dibutuhkan anggaran belanja barang non operasional perwakilan RI yang memadai guna mendukung kegiatan prioritas yang akan dilakukan pada Tahun 2019 yang mencakup peningkatan diplomasi ekonomi, diplomasi maritime, perlindungan WNI BHI dan pelayanan kekonsuleran. Selain dari belanja barang non operasional perwakilan RI terdapat kekurangan belanja barang operasional perwakilan RI yang akan mempengaruhi kebutuhan belanja daya dan jasa, belanja sewa, belanja pemeliharaan gedung dan bangunan serta belanja pemeliharaan peralatan dan mesin.

Sehubungan dengan kondisi tersebut, Kementerian Luar Negeri bermaksud mengajukan tambahan anggaran sebesar Rp2.264.313.969.000,- guna menutupi kekurangan anggaran tersebut. Diharapkan dengan usulan tambahan anggaran ini akan terdapat kebutuhan nyata

12

Kementerian Luar Negeri untuk merealisasikan semua program guna menunjang kelancaran tugas satuan kerja baik di pusat maupun di perwakilan.

Sehubungan dengan hal ini, dimohon pula pertimbangan dan dukungan Komisi I terhadap usulan RKAKL dan RKP Kementerian Luar Negeri Tahun 2019.

Demikian. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Demikian Bapak Ketua, Pimpinan dan Anggota Komisi I presentasi kami terhadap 2 isu utama agenda rapat kali ini. Sekali lagi, terima kasih. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Terima kasih. Bapak/Ibu sekalian Anggota Komisi I yang saya hormati; dan Ibu Menteri beserta jajarannya. Terima kasih atas presentasinya yang diikuti dengan paparan tentang anggaran. Perlu saya sampaikan karena kita beberapa waktu yang lalu melakukan kunjungan juga Parlemen, Delegasi Parlemen ke Eropa dan sebagaimana fungsi daripada Parlemen merupakan track to diplomasi, kita juga mengadakan pendekatan kepada beberapa parlemen eropa untuk mempengaruhi kebijkaan terutama tentang kelapa sawit yang diband itu, karena itu sangat menyakitkan sekali. Jadi kita mencoba walaupun respon yang kami terima mereka juga pasti akan berkonsultasi kepada parlemen IU-nya langsung, dia tidak dalam kapasitas untuk bisa melakukan tetapi itulah cerminan bahwa kita konsen dan kita mencoba betul menyakinkan mereka terhadap konsen kita itu. Mudah-mudahan ini juga ikut membantunya karena langkah daripada eksekutif dan kita tunjukan pada mereka bahwa kita bersatu. Jadi Parlemen Indonesia dengan Eksekutif kita mewakili negara, menyuarakan hal yang sama. Itu hal yang kita lakukan beberapa waktu yang lalu. Kebetulan saya waktu itu ke berarti slava dan ada beberapa teman yang di viena dan beberapa negara lagi, message-nya kira-kira sama. Lantas yang kedua juga kita menerima beberapa keluhan tentang anggaran dari beberapa kedutaan yang kita juga ikut prihatin karena apa pun juga Kementerian Luar Negeri sebagai front line daripada negara kan membutuhkan banyak hal yang sangat basic yang tentunya harus dijalankan dan kita melihat ada beberapa hal yang memang perlu ditingkatkan. Jadi tadi yang disampaikan oleh Pak Sekjen mengenai peningkatan itu saya pikir banyak sekali kita menerima masukan yang sama memang perlu dilakukan tambahan-tambahan dan mudah-mudahan Menteri Keuangan tidak keberatan karena sinkronisasi diantara KL di … juga membentuk biasanya justru disitunya, kalau parlemen itu bukan kita mendukung-mendukung tetapi nanti waktu sinkronisasi di Badan Anggarannya Menkeu-nya perkataannya berbeda. Jadi itu yang, kita kalau bisa parallel saja Bu, Ibu berjuang disana, ya kita nanti juga berjuang di level parlemen sampai ke Badan Anggaran. Namun saya tidak melihat ada pembelian asset disini. Saya tidak melihat di dalam proposal kenaikan anggaran itu membeli. Misalkan kedutaan-kedutaan yang selama ini menyewa atau mempunyai keinginan untuk membeli tidak ada, memang tidak ada. Mungkin bisa interaktif sedikit saja sebelum saya akan memberikan kesempatan kepada Anggota.

13

SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN LUAR NEGERI (MAYERFAS): Untuk Tahun 2019, kita ada rencana untuk pembeliaan beberapa gedung kantor Pak. Saat ini, Bu Menlu sudah berkirim surat. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Sebelumnya KBRI ya? Untuk KBRI ya? SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN LUAR NEGERI (MAYERFAS): Jadi kantor KBRI. Untuk 2017-2018, kita menganggarkan 1 trilyun untuk pembelian gedung KBRI. 2019, kita ada 3 sampai 5 yang rencana akan dibeli Pak. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Bagus-bagus Pak, karena kita juga melihat in the long run lebih bagus kalau kita beli daripada kita sewa karena sangat mahal kadang-kadang. Oke terima kasih. Berikutnya saya akan memberi kesempatan kepada Anggota melakukan pendalaman sebagaimana biasa. Yang pertama dari sisi kanan Pak Jack Uly, lantas nanti akan dilanjutkan oleh Pak Bachtiar Aly. Silakan Pak Jack. F-NASDEM (Drs. Y. JACKI ULY, M.H.): Terima kasih Pimpinan Rapat yang saya hormati. Ibu Menlu beserta jajaran yang saya banggakan juga, Saya akan loncat saja langsung Bu. Pertama, soal Foreign Teroris Fighters tadi disebut. Mungkin ibu sudah mengikuti perkembangan beserta jajaran akan disahkannya suatu Undang-Undang mana yang anti terror yang baru dimana ada kekhususan Undang-Undang ini bahwa selama ini kita menunggu sampai terjadinya suatu tindakan teroris baru kita mengadakan action, tetapi perlu diketahui bahwa sekarang dalam Undang-Undang ini bahwa mempunyai rencana saja itu bisa menjadi persoalan besar. Saya ingin menanyakan mengenai antisipasi yang dilakukan oleh Departemen Luar Negeri dengan diberlakukannya Undang-Undang ini karena semua paspor dan sebagainya ke negeri-negeri seperti itu sudah bisa dibayangkan kalau kita tidak teliti, kita akan mengirim banyak teroris ke luar. Nah tentunya kalau ini sampai terjadi penyidikan oleh Polisi ini akan kena, Departemen Luar Negeri mungkin dalam delik atau mission, tidak melakukan suatu tindakan penghalangan terhadap terjadinya suatu tindak pidana. Nah ini repot nantinya. Nah inilah perlu sekarang dipikirkan, diantisipasi oleh Departemen Luar Negeri kalau hal ini sampai terjadi nantinya bahwa ini mempunyai dampak yang luar biasa akibat daripada Undang-Undang yang akan ditandatangani oleh Presiden nantinya. Ini masukan pertama Bu. Kedua, saya ini adalah wakil rakyat dari Nusa Tenggara Timur. Jadi saya membaca mengenai perlindungan warga negara Indonesia, saya bangga sekali Bu tetapi saya memberikan gambaran sedikit Bu bahwa di Kupang, itu hampir 1 minggu sekali 2 atau 3 mayat dikirim dari luar negeri dan ini terjadi betul dan jumlahnya sudah puluhan sekarang. Jadi kalau orang bilang di Suriah banyak bom mati, orang banyak, sama di NTT juga banyak yang mati karena mati sama saja Bu, mau kena bom mau kena apa ya mati juga kan sama. Nah untuk itu, saya ingin menanyakan kepada Ibu kira-kira perlindungan apa yang bisa diberikan yang dapat diberikan pada Warga Negara Indonesia karena kebiasaan daripada Warga

14

Negara di NTT untuk merantau ke Malaysia itu sudah berlangsung dari zaman Belanda dan tidak pernah ada persoalan selama ini. Bisa Ibu tanyakan kalau pergi ke Sabah Bu, penduduk dari Indonesia yang terbanyak disana adalah Orang Bugis, Orang Jawad an Orang Flores, itu sudah di daerah-daerah Sabah seperti itu, tetapi sekarang kita banyak sekali menerima mayat dari negara-negara yang dulunya menerima dengan baik ini, ya kami menerima mayat. Saya sendiri pernah menjemput mayat itu beberapa kali bersama LSM yang mengurus mayat itu. Jadi sangat memprihatinkan Bu. Jadi saya mohon tolong untuk perlindungan Warga Negara Indonesia ini lebih tingkatkan apakah dengan cara pemantauannya atau mereka, maksud saya tahu pasti dari Konsul kadang-kadang di Johor atau dimana mengatakan bahwa ini adalah terjadi pendatang gelap, tetapi waktu yang saya jadi Kapolda di NTT, saya sampai kesana juga menanyakan juga, ini saya lihat banyak calo Bu yang bermain disana juga Bu. Jadi ini, tetapi apakah mesti menjadi tradisi seperti itu sepanjang masa Bu, buat apa kita ada teknologi yang bagus dan sebagainya.

Saya rasa ini untuk masukan saja untuk Ibu Menteri Luar Negeri. Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Terima kasih Pak Jack. Selanjutnya Pak Bachtiar Aly. F-NASDEM (Prof. Dr. BACHTIAR ALY, M.A.): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Saudara Pimpinan dan Para Anggota; Ibu Menteri dengan segenap jajarannya; Hadirin yang saya muliakan. Pertama, saya ingin memberikan apresiasi atas kinerja Kementerian Luar Negeri di bawah kepemimpinan Ibu di dalam banyak inisiatif-inisiatif internasional yang nampaknya perlu diperjelas kepada public adalah inisiatif-inisiatif yang kita lakukan itu, itu kurang terkomunikasi dengan baik bagaimana hasilnya setelah itu. Jadi kita mengambil banyak inisiatif, kita melakukan perundingan-perundingan, kita melakukan deal dan sebagainya tetapi mestinya Kementerian Luar Negeri lebih firm lagi dan lebih aktif lagi untuk menjelaskan prestasi itu sendiri. Jadi jangan dilepas kepada media begitu saja karena mereka pasti melihat ini dari engle yang berbeda. Jadi mestinya ada agenda setting yang jelas yang kita lakukan inisiatif ini dengan target yang kita harapkan ini dan hasilnya ada atau kesulitan. Itu yang saya rasa perlu disosialisasikan kepada public. Kalau tidak, nanti tidak akan jelas bahwa memang inisiatif dari Kementerian Luar Negeri tetapi kemudian dia baur dengan begitu banyak aktivitas dari Kementerian macam-macam sehingga tidak kelihatan prestasi itu sebenarnya dari, istilah dalam bahasa yang kerennya, kau yang memulai, kau yang mengakhiri. Jadi mesti kelihatan begitu. Kalau tidak, dari segi public opini itu dianggap Pemerintah hanya begitu padahal itu sebenarnya semua kegiatan politik luar negeri, penjurunya adalah Kementerian Luar Negeri. Kemudian yang kedua dalam Kunjungan Komisi I ke Luar Negeri, kami juga berusaha untuk apa yang diberikan masalah visa itu berlaku secara resi prokal. Kami menyakinkan pihak-pihak disana dan ada yang beberapa negara secara spontan mengatakan kalau demikian kami akan lakukan yang sama. Jadi cara mereka melihat itu masalah keamanan yang keamanan itu rujukannya mereka sih tidak persis tahu karena ada institusi yang ada di Inggris yang memberikan satu tanda-tanda kurang positif, kemudian mereka mengikuti saja dan kita mencoba menjelaskan itu. Kemudian saya pikir sudah waktunya juga bahwa Kementerian Luar Negeri melakukan suatu program integrase yang total antara eksekutif dengan legislasti. Jadi apa yang dilakukan oleh teman-teman dari parlemen jangan lepas begitu saja. Jadi memang mesti ada seorang yang

15

ditunjuk begitu setiap ada kunjungan ke luar negeri yang bukan hanya menerima itu laporan dari Kedutaan tetapi memang ada pejabat yang ditunjuk untuk itu, karena kami disini sudah ada sutau ketentuan bahwa kalau ke luar negeri itu wajib untuk melakukan kunjungan ke parlemennya dan situ kami membawa muatan-muatan, isu-isu yang aktual termasuk misalnya perjuangan membawa Indonesia harus menjadi Anggota Dewan Keamanan PBB itu termasuk yang kami lakukan. Ya Kelapa Sawit dan sebagainya itu kami bicarakan. Jadi idealnya adalah ke depan itu setiap kunjungan kerja itu juga dari Kementerian Luar Negeri diberikan bahan yang paling aktual sehingga sampai disana itu kami tidak lagi memulai dari awal hanya berdasarkan knowledge yang kami punya tetapi kami melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri. Untuk itu, kita lakukan lobby-lobby dengan pihak parlemen. Nah berikutnya juga dalam suasana kita berdialog. Memang kebutuhan yang sangat kuat dari masyarakat Indonesia Luar Negeri yang prinsipnya dia spora itu, selalu bertanya tentang masalah dwi kewarganegaraan. Jadi ini juga kita ingin dengar dari pihak Kementerian Luar Negeri sampai dimana diskusi tentang masalah ini karena mereka sangat cinta Indonesia tetapi memang kondisinya juga tidak memungkinkan mereka harus pulang dan dengan konsep sekarang juga tidak harus pulang, mengapa dia pulang kalau dia disini malah menganggur, tetapi di luar negeri dia malah bisa memberikan kontribusi kepada Indonesia, kita boleh tiru India dan Mesir yang paling banyak warga luar negeri tetapi di luar dalam konsepn dia spora membantu negaranya. Yang berikutnya ada sedikit pertanyaan juga. Banyak sekali inisiatif yang kita selalu kita mendorong OKI. Saya ingin mendengar bagaimana itu OKI itu sendiri, apakah memang efektif. Arti, memang di samping kita harus lakukan tetapi hasil kerja terakhirnjya itu bagaimana, apakah setelah melakukan resolusi protes dan sebagainya, apakah semua Anggota OKI katakanlah yang intinya itu tetap mengawal resolusi itu menjadi 1 kenyataan. Nah kita baru-baru sekarang ini kan ada insiden baru warga negara kita itu ditolak masuk ke Israel, ya karena kita warga negara Indonesia tetapi karena Imigrasi Indonesia menolak. Saya rasa prinsip resi prokal yang diberlakukan. Jadi hal-hal ini memang saya pikir perlu juga cepat diperjelas kepada public. Saya rasa sampai disini dan saya hanya ingin memberikan dukungan kuat agar anggaran yang diajukan oleh pihak Kementerian Luar Negeri meskipun tidak kita bahas secara detail tetapi spiritnya mestinya kita dukung karena kita dari dulu selalu mengatakan Ibu ajukanlah anggaran yang pas karena di luar negeri itu banyak KBRI kita yang menjerit karena anggarannya itu betul-betul sudah direduksi sedemikian rupa. Jadi mudah-mudahan tinggal memberikan penjelasan item-item itu sendiri supaya proporsional dan terutama juga tentang pemilikan asset baru. Jadi ada beberapa negara yang harganya lagi lumayan bagus, mungkin kita harus beli. Jadi kita juga jangan malu-malu bilang kalau memang harus kita lobby Menteri Keuangan kita bilang. Jadi kadang-kadang kedutaan kita itu ada yang tidak pas positioning-nya malah membahayakan untuk siapapun yang tinggal di tempat itu. Saya rasa demikian dari saya dan terima kasih. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Oke terima kasih Pak Bachtiar Aly. Selanjutnya Pak Supiadin, nanti siap-siap Pak Sjarifuddin Hasan. F-NASDEM (MAYJEN TNI (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA): Terima kasih Pimpinan. Ibu Menteri Luar Negeri yang saya hormati beserta seluruh staf, Pertama saya sampaikan terima kasih atas presentasi Ibu tentang anggaran dan isu-isu aktual.

16

Pertama, khusus anggaran. Saya melihat disini masih bersifat umum, tetapi prinsip saya sependapat. Artinya apa? Saya belum melihat disini, kami belum melihat sebenarnya berapa sih presentasi anggaran untuk seluruh KBRI itu berapa. Disini hanya umum hanya untuk protocol dan segala macamnya. Nah kalau kemarin TVRI itu secara bagus menyampaikan kepada kami secara detail, anggaran untuk TVRI Pusat berapa, untuk sekian puluh stasiun daerah berapa. Terlihat disitu ada pertambahan tiap TVRI untuk ini-untuk ini itu ada pertambahan. Nah saya disini belum melihat Bu. Jadi mungkin bolehlah kita mengetahui berapa sebenarnya gambaran untuk KBRI itu berapa presentase saja tidak perlu secara detail supaya kita paham kalau memang seperti yang disampaikan oleh Prof Bachtiar tadi, ya setiap kita kunjungan selalu pasti adalah tetapi ora usah disenenin Bu. Kalau KBRI laporan kami, ora usah disenenin. Jadi istilahnya ya kalau disenen itu istilah kami Bu, istilah saya yang lama itu, selalu getting Monday, getting Monday, disenenin, bahasa jawanya diseneni, bahasa inggrisnya getting Monday, nah itu kira-kira. Itu istilah kami nyamar, samaran kami kalau prajurit dulu dari mana habis getting Monday, diseneni begitu. Itu Bu. Yang kedua, saya ingin menyampaikan apresiasi Bu kepada KBRI London dan ini mungkin bisa ditindaklanjuti dengan KBRI yang lain yaitu tentang Pelayanan Umum Pembuatan Visa dan Paspor. Jadi kemarin saya kunjungan pribadi secara khusus cuman Dubesnya sedang keluar. Secara khusus saya datang ke KBRI London ingin melihat perkembangan terakhir bagaimana pelayanan terhadap masyarakat untuk pembuatan paspor Indonesia. Nah saya surprise ternyata sudah sangat luar biasa. Artinya kalau kita sudah punya data basic di KBRI, itu datang kesana langsung laporan, tidak lebih dari 15 menit sudah selesai. Kalau dia belum punya data disitu disiapkan komputer Bu di KBRI London itu, disiapkan komputer, 2 komputer dia ngisi data lo disitu, input data. Setelah isi data, selesaikan, juga tidak lebih dari 15 menit. Saya kira inilah bentuk pelayanan kita terhadap masyarakat WNI kita maupun orang luar, warga negara lain sebagai bentuk kredibilitas KBRI kita. Nah itu, tetapi terbalik dengan Kedutaan Besar Asing yang ada di Indonesia Bu. Saya pernah laporan Pak, kok tidak ada disini, lupa saya. Disini terbalik Bu, hampir semua Kedutaan Besar disini pelayanan pembuat visa dan paspor itu di mall, di Kuningan City namanya Bu. Inggris tadinya tidak, sekarang Inggris ikut. Yang masih tetap melayani di Kedutaan Besar adalah Amerika dan China. Amerika dan China itu kalau dia kita masukan data, kalau data itu dia ragu, Kedutaan Besar disini, maka dikirim ke Amerika, kembali lagi clear. China juga sangat rigit dia tetapi cepat pelayanannya. Nah berbeda dengan Inggris Bu, Inggris kita urus disini, data itu dikirim ke Philipina, baru balik lagi jadi, dan ada kelasnya Bu. Ini yang saya ingin supaya KBRI melakukan, waktu itu saya kepada Dirjen Protokol, saya minta ini dicek ini kenapa? Pelayanan Visa Kedutaan Besar Asing di Indonesia menggunakan jasa pihak ketiga, sehingga dalam pelayanan itu Bu dia tanya Bapak mau yang biasanya atau yang premium seperti ke Inggris misalnya. Kalau yang biasa itu kita bayarin 3,5 juta, kalau mau cepat 5 hari atau 4 hari 6 juta. Kalau mau 1 bulan 3 juta 2 minggu. Menurut saya, ini permainan pihak ketiga ini Bu. Yang diuntungkan bukan Duta Besar Inggris, bukan Kedutaan Besar Inggris tetapi pihak ketiga ini Bu. Nah menurut saya, menurut kacamata Kementerian Luar Negeri layak atau tidak yang seperti ini begitu loh. Jadi mohon dianalisa ini Bu. Jadi kita ini jadi sapi perah. Warga Negara ini jadi sapi perah pihak ketiga hanya untuk memperoleh sementara warga negara kita ngurus paspor segala macam di imigrasi sangat cepat sekarang apalagi sekarang by online, cepat sekali sekarang kita di imigrasi itu. Nah tetapi kenapa pihak kedutaan besar asing memperlakukan kita seperti itu begitu loh. Jadi pengurusan visa cenderung menjadi bahan perahan, mau cepat segini, mau biasa segini. Ini yang saya complain ini sementara orang lain tidak seperti itu. Ini masukan saja untuk Ibu. Kemudian yang kedua tentang isu-isu internasional. Yang terbaru Bu tentang Israel, dia kemarin mengumumkan menolak turis Indonesia yang berkunjung ke Yerusalem menggunakan paspor Indonesia. Alasannya, membalas langkah imigrasi Indonesia yang menolak visa turis Israel. Jadi bentuk balasan ini. Nah ini bagaimana ini langkah selanjutnya. Saya kira ini tidak bisa dibiarkan begitu terus balas-balas, maka tidak ada penyelesaian. Nah kasihan warga negara kita yang ingin beribadah kesana. Kan ada warga negara yang ingin beribadah kesana Bu. Nah kalau ditolak kan? Nah Palestina saya baca menentang sikap Israel itu yang menolak visa turis Indonesia dengan paspor Indonesia berkunjung ke Yerusalem.

17

Yang berikut Bu, nah ini tadi saya lanjutkan saja dengan Pak Jacki Uly terkait dengan Aksi Terorisme. Ada hal yang spesifik untuk luar negeri. Yang lalu kita pernah bicara bahwa kita ingin foreign fighters itu dicabut paspornya, tetapi itu bertentangan dengan human rights internasional. Oleh karena itu, dalam Undang-Undang Teroris yang baru ini apabila dia terlibat maka dia akan, yang lama itu dicabut kewarganegaraan. Yang baru Bu Undang-Undang ini, dicabut paspornya dengan catatan setelah dia memperoleh keputusan hukum yang bersifat tetap. Artinya, selesai pengadilan bukan paspornya dicabut itu selama pengadilan, tidak ada manfaatnya. Setelah diadili dia stop, vonis, baru dicabut paspornya, dia tidak boleh pergi ke luar negeri. Nah ini kita lakukan dalam konteks pencegahan Bu. Jadi Undang-Undang ini banyak sekali memberikan ruang pencegahan. Orang bisa ditangkap asal, ada bukti permulaan yang cukup, dia terbukti secara nyata sedang merencanakan, mempersiapkan untuk melakukan aksi terorisme. Itu kriterianya, bukan sembarangan orang ditangkap. Itu kriterianya. Nah oleh karena itu, kaitan dengan ini saya kira ini perlu KBRI kita di luar seperti Konjen kita yang di Istanbul Bu lebih pro-aktif untuk memonitor keberadaan WNI kita tanda petik dia menjadi foreign fighters bergabung dengan ISIS di Suriah. Per hari ini sudah ada 500 Bu. Yang pulang dari Suriah tidak bisa diapa-apakan, tetapi dengan Undang-Undang yang baru nanti Bu mereka bisa, asal tadi, ada bukti permulaan yang cukup, dia sedang mempersiapkan, merencanakan aksi terorisme. Itu kriteria itu. Kalau tidak itu ya pidana biasa dia. Nah jadi kita beri kewenangan tetapi ada rambu-rambunya begitu. Itu kira-kira. Jadi saya minta ini tolong diwaspadai warga negara kita karena kalau kita tidak berikan ini rambu-rambu Undang-Undang ini, ini akan terus menerus kita akan kedatangan warga negara kita yang habis latihan bersama ISIS terus-terusan dan kita tidak bisa mencegah apa-apa termasuk Philipina Bu saya minta diwaspadai Marawi. Nah ini aka nada Asean Games, saya mohon untuk Asean Games ini Kemenlu mewaspadai walaupun tidak, bukan bidangnya secara khusus tetapi paling tidak memonitor, kita tidak ingin ada atlit dari Philipina itu disusupi dari Marawi yang tiba-tiba kita by Asean Games dan ini sasaran empuk Bu Asean Games ini karena banyak sekali warga negara asing dan teroris paling suka dengan warga negara asing. Hanya saya ingin katakan, teroris itu intinya Bu mengapa dia melakukan berbeda ideologi. Jadi latar belakangnya ideologi. Asal berbeda, togut, kafir, itu saja. Kalau sama, tidak. Jadi pengalaman saya tanya semua mantan napi. Jadi saya kira ini wujud warning saja kepada Kementerian Luar Negeri yang paling tidak Istanbul, Philipina itu menjadi basic teroris untuk masuk ke Indonesia. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Terima kasih. Selanjutnya Pak Sjarif Hasan. F-PD (Dr. SJARIFUDDIN HASAN, S.E., M.M., M.BA.): Terima kasih Pak Ketua. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Ibu Menteri Luar Negari dan seluruh jajarannya yang saya banggakan, Pertama-tama sama Bu Menteri, saya juga mengucapkan, kami juga mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa. Mudah-mudahan amal Ibadah kita diterima oleh Allah dan semua bakti dan effort-nya dilakukan oleh Bu Menteri dan seluruh jajarannya termasuk wakil menteri ini bisa memberikan dampak positif terhadap NKRI dan pada kesempatan ini saya juga ikut senang melihat pemaparan Ibu Menteri di dalam soal rencana anggaran Tahun 2019 karena apa? Tentu Bu Menteri masih ingat bahwa saya termasuk salah satu yang sangat mendorong agar

18

anggaran Kementerian Luar Negeri ini dinaikan secara optimal. Tentunya dengan harapan agar eksistensi Indonesia di luar negeri itu semakin meningkat. Yang kedua, saya tadi mengamati program prioritas Bu Menteri. Sebenarnya ini juga secara kuantitatif mungkin betul tetapi agak saya meragukan tentang ketahanan maritim kalau tidak salah ada juga disitu ya. Nah saya memang setuju dari sisi politik, tetapi yang saya takutkan adalah kalau terjadi pelanggaran-pelanggaran yang signifikan di territorial kita yang dilakukan oleh negara-negara tetangga, tentu ini akan mengganggu kinerja Kementerian Luar Negeri. Nah di dalam menjaga territorial kemaritiman ini sudah ada instansi yang namanya Bakamla. Nah kemarin itu rapat dengan Bakamla dan sangat surprise sekali bahwa institusi ini pada akhirnya akan tidak ekses Bu Menteri dan kalau dia tidak eksis berarti akan mengganggu kinerja Ibu Menteri karena lobby politik yang dilakukan itu tidak bisa akan, tentunya tidak serta merta akan mencegah kejadian di lapangan. Hanya sekedar informasi bahwa mengapa saya mengatakan ini, karena anggarannya itu tinggal dari 700 milyar terus-terus sekarang tinggal 200-an sekian, tidak sampai 300. Nah apa yang akan dilakukan oleh suatu Lembaga Bakamla dengan Anggaran hanya sekitar segitu dan dari 300 milyar itu tidak sampai malah itu jumlahnya itu 60% untuk pegawai, 40% untuk operasional. Jadi saya tidak bisa membayangkan apa yang akan mereka lakukan di dalam mengukur juga kinerja daripada Kementerian Luar Negeri. Nah mengapa saya menyampaikan ini? Karena harapan saya kalau terjadi koordinasi antar kementerian, karena ini menyangkut ada relakted dengan Kementerian Luar Negeri, mungkin diberikan dorongan-lah bahwa secara politis Kementerian Luar Negeri secara maksimal tetapi kalau di lapangan tidak mensupport ya sulit juga untuk kia mempertanggungjawabkan. Nah itu yang saya harapkan, bahkan sebenarnya bukan tugas utama dari Menlu tetapi saya hanya melihat korelasi kinerja, pengukuran kinerjanya nanti. Nah yang kedua menyangkut masalah pembelian gedung tadi saya lihat. Apakah ini beli putus? Apakah ini dengan mekanisme lain? Karena setahu saya masalah kantor ataupun gedung-gedung KBRI yang di luar yang perlu untuk kita fasilitasi itu sudah merupakan persoalan lama sehingga ada seorang Ambassador memiliki ide untuk supaya tidak menjadi beban bagi anggaran maka dilakukan secara leasing. Leasing itu juga memang benar karena itu akan langsung kepada biaya bukan kepada cost-nya langsung. Jadi itu salah satu untuk menginovasi di dalam bagaimana melakukan suatu restrukturisasi penganggaran yang efektif. Nah ide itu juga mungkin bagus untuk diteruskan. Kalau tidak salah itu Dubes dari Polandia punya ide demikian. Mudah-mudahan itu akan membantu dengan 1 trilyun misalkan itu mungkin hampir semua kedutaan kita yang belum punya gedung itu sudah bisa langsung memiliki gedung. Nah mungkin kalau kita hanya beli putus ya mungkin hanya memiliki beberapa KBRI saja. Mungkin itu salah satu terobosan yang bagus. Nah yang ketiga Bu Menteri. Kami banyak berkomunikasi dengan staf kedutaan di hampir beberapa KBRI dan menurut pengamatan kami salah satu kesuksesan ambassador kita, kedutaan kita itu adalah karena mereka didukung oleh tenaga lokal, pegawai lokal. Nah mengapa saya anggap tulang punggung, karena mereka yang mengerti bahasa, mereka tahu budaya, mereka tahu sosial, mereka tahu network, sehingga mereka itu tulang punggung dari kedutaan. Nah yang saya lihat bahwa kita belum memperhatikan nasib mereka secara utuh. Jadi pegawai lokal KBRI yang warga negara Indonesia. Nah kan salah satu daripada misi daripada Kementerian Luar Negeri ini memberikan jaminan dan perlindungan kepada warga negara Indonesia. Nah yang ingin saya sampaikan disini adalah job security (jaminan pekerjaan), karena hampir semua di seluruh kedutaan kita semua tenaga honorer tenaga kontrak setiap 2 tahun dan kebijakan ini meresahkan mereka dan saya pikir kalau tingkat operasional itu sudah resah, suka atau tidak suka ini akan menjadi statusnya jadi hamil tua, suatu saat akan meledak dan kalau itu terjadi akan terjadi penurunan kinerja. Nah yang kedua dalam hal men power ini kita di Indonesia inikan sudah menyangkut masalah tenaga honorer kan kalau sudah mulai diangkat-angkat menjadi Pegawai Negeri dan itu sangat politis. Jadi kalau Presiden Jokowi mau terpilih lagi, saya sarankan itu Pegawai Honorer yang kontrak di luar negeri diangkat jadi pegawai sajalah, pegawai tetap saja deh. Toh jumlahnya tidak seberapa. Ada 100, tidak sampai 150 orang ya perwakilan. Kalau rata-rata 10 kan cuman 1.500 tetapi kalau gaungnya besar. Jadi ini mendatangkan suatu dampak yang luar biasa. Pertama memberikan perlindungan kerja kepada warga negara Indonesia yang bekerja di kedutaan kita dan mereka tentu akan berterima kasih kepada Bu Menteri karena mereka mendapatkan job security, kenyamanan bekerja sehingga mereka akan memberikan yang terbaik

19

buat Indonesia dan saya tahu bahwa inikan kebijakan Pemerintahan sebelumnya, bukan Ibu Menteri yang bikin hanya meneruskan tetapi semboyan kami yang baik itu diteruskan, yang kurang baik ya diperbaikilah. Jadi kami tidak menutup kemungkinan bahwa ada sesuatu yang pada saat itu mungkin betul tetapi mungkin sekarang ini sudah tidak betul. Jadi kami mendorong Ibu Menteri buatlah kebijakan yang membuat warga negara kita bisa menjadi sangat-sangat termotivasi untuk bekerja. Saya pikir itu. Mudah-mudahan itu bisa menjadi salah satu poin untuk kampanye Pilpres nanti. Yang ketiga, menyangkut masalah visa. Visa, saya pikir menyangkut masalah bebas visa. Saya pikir kita sudah sepakat, harus ada evaluasi dan menurut informasi yang saya peroleh negara tetangga kita, mudah-mudahan yang lain-lain seperti contoh Australia mungkin, mungkin sudah saatnya juga ada resi prokal dari mereka dan saya dapat informasi, mereka sedang memikirkan, karena bagaimana pun juga posisi Indonesia itukan sangat strategis Australia dan saya pikir kalau ini bisa terlaksana dalam waktu tidak lama, saya pikir itu 1 hal yang sangat bagus sekali, karena sebagai contoh bebas visa untuk Jepang itu luar biasa dampaknya. Kalau sebelum visa itu katanya bebas visa itu kurang lebih 70 ribu per tahun, sekarang sudah hampir 400 ribu atau 500 ribu katanya. Jadi suatu peningkatan. Peningkatan dalam arti kata apa? Kerja sama sosial, ekonomi dan sebagainya ini sangat bagus. Nah kita harapkan juga negara-negara yang lain yang sudah berikan bebas visa itu juga untuk ditindaklanjuti. Dan yang terakhir ingin saya sampaikan saya senang sekali karena dalam program kerja Ibu Menteri peningkatan hubungan politik dan diplomasi terhadap negara-negara Asean anggarannya sudah meningkat, saya akan sangat konsen tentang hal ini, begitu pun juga di Pasifik karena kita juga di daerah Pasifik, negara-negara Pasifik itukan negara-negara kecil yang perlu untuk kita lakukan lobby di dalam hal untuk menjaga NKRI kita. Saya tahu pasti negara-negara seperti negara Cerfanuatu dan sebagainya mereka inikan tendensius sekali, begitu ada perhatian mereka diam, berkelola sedikit dia ngomong lagi, tetapi karena suara mereka itu suara sangat, suatu gambaran suatu negara dari pasifik yang 1 negara yang berdaulat sehingga mereka sangat sering, kadang-kadang juga negara lain ikut mendengar. Nah ini juga akan mengganggu. Jadi pada dasarnya karena adanya peningkatan anggaran di kawan-kawasan tersebut ya pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita bisa lebih bagus lagi di mata negara Asian Pasifik dan negara lain yang tidak saya sebutkan tetapi saya lebih konsen terhadap negara-negara Asia dan Pasifik. Saya pikir itu saja Bu Menteri. Terima kasih dan saya ucapkan mudah-mudahan Insya Allah Kementerian Luar Negeri akan semakin berprestasi pada tahun-tahun ke depan. Terima kasih. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Terima kasih Pak Sjarifudin Hasan. Tadi ada saran yang sangat arif, bijaksana. Beliau sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, nanti bisa disampaikan ke Pak Jokowi. Selanjutnya Pak Sukamta. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Terima kasih Pimpinan. Yang terhormat Bu Menlu beserta seluruh jajaran yang kami hormati dan seluruh Anggota yang saya hormati juga.

20

Pertama-tama kami mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa kepada Bu Menlu dan seluruh jajarannya walaupun sudah terlambat ya. Kita sudah di pertengahan Bulan Ramadhan. Yang kedua, banyak isu tadi sudah disampaikan oleh Ibu Menlu. Mungkin saya menggarisbawahi beberapa persoalan yang karena ini juga sudah diungkap oleh teman-teman cukup banyak. Jadi saya langsung to the point. Yang pertama, soal dinamika di Timur Tengah, di Palestina. Saya kira kita semua prihatin dengan perkembangan yang terakhir ini pemindahan kedutaan Amerika ini diikuti dengan berbagai macam event yang korbannya cukup banyak. Event di Gaza, penembakan kepada demonstran yang meninggal sampai puluhan dan ratusan luka-luka ini saya kira bukan sekedar reaksi sesaat yang terjadi disana tetapi ini reaksi atas tindakan yang direncanakan oleh negara-negara itu dan saya melihat memang ini bagian dari rencana dan kemudian ketika dunia internasional ini memberi tekanan negative dan kita berharap ada semacam lembaga independen atau badan independen yang ditunjuk, dibentuk oleh dunia internasional untuk melakukan investigasi ini karena korban dari peristiwa di Gaza sebelum ini yang demonstran itukan banyak wanita, anak-anak, orang-orang yang tidak bersenjata dan saya kira itu di negara manapun saya kira itu tidak dibenarkan menembak demonstran yang tidak bersenjata itu. Nah saya melihat untuk menutupi reaksi dunia internasional ini kemudian Israel melakukan serangan ke Gaza dan ini lebih buruk lagi. Jadi seolah-olah inikan tindakan yang biadap diikuti dengan kebiadapan berikutnya. Nah peristiwa ini akan terus berulang-terus berulang, biasanya kalau saya perhatikan jadwalnya itukan sekitar Agustus-September ini agak maju, biasanya terkait dengan pembahasan anggaran di parlemen Israel, tetapi akhir-akhir ini maju terkait dengan dinamika yang terjadi. Nah kalau kita mengikuti dinamika ini sepertinya tidak ada habisnya dan saya kira nanti Kemenlu yang sudah sangat pro aktif mendorong berbagai pihak mulai dari PBB, OKI, saya kira ini harus mendapat apresiasi yang sangat baik apa yang dilakukan oleh Kemenlu ini. Barangkali karena peristiwa ini peristiwa yang tidak sederhana dan terus berulang dan karena melibatkan negara-negara besar yang sedang dominan yang terus saja ini akan terkait dengan politik dalam negerinya sendiri terus menggunakan isu Palestina atau konflik Palestina ini untuk mendorong popularitasnya sendiri, ini tidak akan habis-habis. Nah saya masih cenderung barangkali sangat bagus kalau Kemenlu selain mendorong upaya-upaya melalui organisasi internasional yang sudah disampaikan tadi Bu Menlu OKI, kemudian dorongan juga untuk membentuk tadi Badan untuk investigasi, tetapi mungkin barangkali bagus juga kalau Kemenlu mulai berpikir lebih serius mengangkat Dubes Khusus Palestina untuk menangani persoalan Palestina ini supaya upaya-upaya mendorong Kemerdekaan Palestina ini bisa lebih fokus. Nah dengan adanya 1 orang atau 1 tim yang ditugasi secara khusus, mudah-mudahan kerjanya lebih sistematis dan bisa terus bekerja, tidak terlepas pada event yang terjadi dan itu tidak mengganggu pekerjaan rutin dan pekerjaan yang lain yang dimiliki oleh Kementerian Luar Negeri. Nah ini barangkali bisa dipikirkan yang pertama. Yang kedua, saya mendengar juga dari Pemerintah ini ada rencana untuk membuka lagi rencana pengirim TKI TKW ke Saudi. Nah apakah ini benar isu yang kita dengar dari media. Nah kalau benar, saya kira memang ini ranahnya PJTKI tetapi mungkin nanti Kemenlu juga mendapatkan sampur, titipan sampur itu, kena pekerjaan untuk perlindungan WNI. Nah kita ingin tahu sebetulnya perkembangannya seperti apa dan sejauhmana kematangan rencana ini terkait atau dikaitkan dengan perlindungan WNI itu sendiri, sebab kalau ini dibuka lagi dengan tanpa ada perbaikan-perbaikan, saya khawatir nanti Kemenlu-lah yang akan mendapatkan beban terberat karena selama inikan urusan-urusan efek samping dari pengiriman ini kan terus saja mulai dari TKI TKW yang mendapat perlakuan tidak baik, tidak benar, ada yang dijadikan, diperlakukan seperti budak, ada yang dipekerjakan sebagai wanita pelayan ya itulah ya, bicara dengan diplomat ini kalau. Banyak efek samping dan juga termasuk pengadilan tindakan criminal apakah bersalah atau tidak bersalah yang itu juga memerlukan perhatian serius dari Kemenlu. Nah ini kalau tidak ada perbaikan perjanjian, tidak ada perbaikan situasi kondisi di Timur Tengah, saya kira kondisinya justru tidak lebih kondusif sekarang ini kalau dilihat dari, kalau kita lihat misalnya dibandingkan dengan negara-negara Asia Timur, Taiwan atau mungkin Jepang, mereka penghargaan terhadap manusia atau kemanusiaannya lebih bagus. Nah di Timur Tengah ini saya tidak melihat atau belum melihat perbaikan itu sementara satu sisi kondisi disana sedang tidak stabil. Nah kalau ini betul-

21

betul mau dibuka, saya khawatir justru ini akan menjadi beban lebih besar dan itu juga akan menjadi isu tidak bagus bagi Pemerintah. Isu kedatangan Tenaga Asing level rendah diiringi dengan pembukaan keluarnya pengiriman TKI-TKW tidak terampil ke luar negeri. Inikan jadi tidak bagus, kombinasi yang tidak bagus untuk menghadapi 2019 walaupun kalau sebagai oposisi saya sih senang saja dapat isu baru kan? Tetapi saya kira secara keseluruhan itu tidak bagus bagi Bangsa Indonesia. Nah kecuali kalau ada perbaikan Term and Condition kemudian yang dikirim itu adalah tenaga-tenaga kerja terampil yang lebih baik, saya kira itu setuju. Nah mohon perhatian itu. Yang ketiga, ini soal peran serta di dalam yang tadi disampaikan peran serta dalam pemberantasan terorisme. Bahwa Kemenlu akan mendukung Platform Global mengatasi terorisme, radikalisme, dan ekstrimisme. Saya kira ini langkah yang sangat bagus dan memang Indonesia jangan sampai lemah dan jangan terlambat dan saya yakin Indonesia tidak terlambat apalagi sekarang baru disahkan RUU Pemberantasan Terorisme. Nah hanya saya ingin tahu platform ini yang ingin Kemlu bersama-sama ini, kira-kira seperti apa gambarannya Bu? Karena kan pemberantasan terorisme inikan begitu luas sekali ya. Kalau terorisme domestic mungkin intelijen kita sudah sangat bagus menangani saya percaya walaupun ternyata masih juga terjadi peristiwa di Surabaya di tempat lain dan peristiwa ini sangat tragis, sangat memilukan. Saya kira tidak pernah, belum pernah terjadi di seluruh dunia dimana suatu keluarga terlibat. Nah tetapi secara ya maksud saya itu tidak masuk akal sama sekali ya bagaimana itu bisa terjadi, tetapi secara global saya kira pergerakan teroris global ini apalagi dengan dikalahkannya ISIS di Suriah dan hilangnya base disana, ISIS yang 150 ribu orang tiba-tiba hilang dari Bumi Suriah, inikan menjadi pertanyaan besar, ini fenomena apa, ini kemana, sebagian lari kemana, mungkin sebagian itu lari ke Asia Tenggara dan mungkin juga akan ke wilayah-wilayah hotspot di Asia Tenggara dan mudah-mudahan tidak sampai Indonesia. Nah saya berharap Kemlu betul-betul ikut terlibat di dalam memantau pergerakan ini dan kemudian mengantisipasi dengan baik. Saya juga berharap ini kalau sudah teroris bersenjata berat menjadi kombatan bergerombol, berkelompok seperti ini, mestinya TNI yang terlibat tetapi sampai hari ini PP Peraturan Pemerintah tentang peran TNI di operasi militer selain perang (OMSP) amanah Undang-Undang TNI Tahun 2004 maupun amanah Undang-Undang yang baru disahkan pemberantasan tindak pidana terrorisme itu sampai hari ini belum muncul. Nah oleh karena itu karena dari TNI belum ada payung hukumnya, mudah-mudahan pencegahan dari sisi pergerakan orang ini Kementerian Luar Negeri bisa ikut partisipasi disitu. Nah kami ingin tahu platform yang dimiliki oleh Kemlu seperti apa. Nah yang terakhir ini hal teknis sekali tetapi tidak mungkin juga perlu kita angkat di wilayah-wilayah kita di wilayah-wilayah tertentu, itu muncul simbol-simbol negara lain di wilayah republik. Kan kita ini selalu sensitive, Aceh ada pengibaran GAM itu langsung TNI turun. Di Ambon ada pengibaran RMS langsung, bahkan orang-orangnya langsung ditangkap surversif masuknya tetapi di Papua orang mengibarkan bendera Israel, itu sudah isu lama. Saya melihat film-nya maupun gambar-gambarnya inikan sudah beberapa tahun tetapi terulang dan seperti seolah ada pembiaran. Nah di NTT tempatnya Pak Jacky itu di Bandara NTT di Kupang itu banyak sekali beredar topi dengan symbol Timor Leste dan tidak satupun ada topi yang bersimbol NKRI atau bendera merah putih. Nah yang begini-begini ini seolah-olah dibiarkan saja. Nah saya kira mungkin ini hal teknis tetapi menurut saya perlu untuk jadi konsen kita bersama untuk bisa diantisipasi. Terima kasih Bu Menlu. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Terima kasih Bu Evita. Pak Martin daftar? F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.SC.): Baik terima kasih Bapak Pimpinan.

22

Bu Menlu dan jajaran yang saya hormati, Maaf, saya terlambat Bu Menlu tadi karena ada rapat urusan fraksi Bu Menlu. Saya tidak mendengar tadi paparan Bu Menlu mengenai apa, tetapi saya baca, saya scanning paparan yang diberikan. Saya mau konsentrasi di anggaran saja. Kalau melihat anggaran ya memang ada pagu kenaikan Bu sebesar 107 milyar, tetapi saya baca ke bawah lagi nih Bu Menlu pada Tahun 2019 itu jatuh tempo untuk pembayaran kontribusi kita kepada multilateral membership-nya itu 700. Jadi kenaikannya sedikit yang harus dibebankan. Hanya ada disini catatan Bu yang saya jadi pertanyaan saya adalah apakah ini benar-benar menutup kemungkinan daripada penambahan biaya atau tidak. Disini ada disampaikan bahwa dengan catatan ya kan kontribusi untuk multilateral membership itu dibayar lunas tetapi catatannya Tahun 2019 Kementerian Luar Negeri tidak diperkenankan untuk mengusulkan anggaran belanja tambahan ke Kementerian Keuangan, ini ngelock atau bagaimana Pak karena Pak Sekjen tentunya yang ini karena di halaman berikutnya kan ada permintaan tambahan anggaran dari Kemenlu dengan alasan yang saya anggap bisa diterima begitu. Jadi ini seperti apa yang salah satu itu ada di lock-nya ini dibayar tetapi disini tidak boleh minta anggaran tambahan sementara kalau saya lihat alasan-alasan daripada permintaan anggaran tambahan itu saya rasa merupakan hal yang prioritas juga ya Pak Sekjen ya, jadi saya ingin bertanya dalam hal-hal seperti itu. Tadi saya tanya sama Pak Pimpinan “Pak Pimpinan, ini terbuka ini rapatnya, iya terbuka”, wah kalau begitu ketahuan dong dengan dunia internasional betapa kecilnya anggaran daripada Departemen Luar Negeri kita, ya kan terbuka sudah kita ini dan menurut saya memang sangat kecil anggaran dengan tugas dan yang diberikan dengan jumlah penduduk yang dimiliki, tenaga kerja asing yang begitu banyak dan perwakilan kita di luar negeri yang begitu banyak juga ya kan, kalau kita bagi-bagi ini memang sangat minim. Jadi pada ininya Pak Ketua saya sendiri mendukung permintaan kenaikan anggaran daripada Kemenlu. Untuk isu-isu yang lainnya kalau saya baca di agenda hari ini ada disebutkan itu mengenai prospek perdamaian di Semenanjung Korea. Saya ingin bertanya, memang sudah bertemu nih Korsel kok sama Korut ya kan, kemudian nanti akan ada KTT antara Amerika dan Korut tanggal 12 Juni di Singapura. Yang saya khawatirkan ini sekarang justru di saat menjelang pertemuan ini saling mengkritik ini yang 2 ini Trump sama ini kok saling, nah ini bagaimana Bu sebenarnya perkembangan daripada ini kira-kira akan smooth atau tidak kira-kira perdamaian ini dan kita lihat ada keterlibatan negara Korea, Amerika, nah saya ingin tanya kita ini posisi kita keterlibatan seperti apa di dalam perdamaian di Semenanjung Korea ini. Kemudian tadi yang disampaikan oleh Mas Sukamta mengenai Isu Palestina ya kan. Ini perkembangannya seperti apa Bu, karena kemarin inikan jadi lebih kisruh lagi dengan, dari Palestina ke Israel ya kan? Nah ini seperti apa dan mengenai permintaan Amerika terhadap Sidang Dewan Keamanan PBB dengan apakah nanti Amerika akan pakai hak veto ini seperti apa, karena dia punya hak veto ini Bu. Kemudian juga sikap kita dan bagaimana lobby-lobby kita terhadap negara lain dengan telah dibukanya kedutaan Amerika di Israel. Jadi di Yerusalem. Jadi maksud saya ini Dewan Keamanan PBB saja tidak dengar nih maksud kita kan, apalagi yang lebih tinggi ketika kita bicara persatuan dari suatu membership-nya itu sudah negara. Nah bagaimana nih sikapnya sebenarnya secara internasional, bukan yang keliling nih Bu ininya menanyakan hal-hal tersebut. Kemudian juga kita ini Bu disini saya lihat kan salah satu program prioritas dari Kemenlu itu diplomasi ekonomi ya kan Bu ya. Nah diplomasi ekonomi yang ada sekarang ini saya ingin tahu kesiapsiagaan kita ini perang dagang antara Amerika dan Tiongkok apalagi kemarin ini Amerika announce lagi, mau menaikan 25% tariff daripada produk-produk China, 1.300 produk yang akan dinaikan. Inikan mereka lagi perang dingin, perang dagang nih. Nah dampaknya kan kita tentu tidak mau nanti ke Asia kemudian ke Asean. Nah bagaimana nih Bu ke depannya ini kita ini bersikap seperti apa begitu. Saya rasa demikian Bapak Pimpinan. Terima kasih.

23

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Terima kasih Bu Evita. Selanjutnya Pak Martin. F-GERINDRA (MARTIN HUTABARAT): Saya setuju Bu bahwa pendapat kawan-kawan yang mengatakan anggaran Kemlu itu sangat sedikit itu dari dulu sebenarnya kita sudah ingatkan, ini Ibu ajukan hanya penambahan 2 trilyun terlalu kecil Bu, tambahkan saja 34 karena penyakit di DPR dia akan kurang-kurangi. Nah jadi kalau makin tinggi diusulkan dikurangi masih banyak yang sisa. Nah oleh karena itu, saya kira kita memerlukan peranan Kementerian Luar Negeri yang efektif dan dukungan anggaran itu dari dulu tidak bertambah banyak, hanya sekitar-sekitar itu saja padahal kita bisa menyetujui 1 institusi meminta tambahan anggaran 18 trilyun, langsung kita kasih. Inikan hanya minta sedikit saja. Nah oleh karena itu, saya kira Pak Ketua saya mendukung putusan kita yang pertama hari ini adalah Komisi I mendukung permintaan Kemlu menaikan anggaran. Itu sangat penting sekali saya kira. Ini jarang-jarang Ibu Menlu begini, jarang-jarang kita yang selalu kadang-kadang Bu minta anggaran naik tetapi Bu menlu ya sudah dibuat pagunya seperti ini ya kami ya menerima saja kan begitu. Jadi Ibu terlalu baik sebagai Menteri, harus Ibu bisa sebenarnya pukul meja itu memperjuangkan kenaikan anggaran itu sebab harus begitu di DPR ini. Kalau kita hanya baik-baik saja belum tentu itu dipikirkan dengan baik-baik. Kami setuju Bu bahwa perlu kenaikan anggaran itu. Nah salah satu juga terkait dengan usul beberapa teman tadi ada beberapa kedutaan yang memang memerlukan gedung yang baru yang representative karena masih banyak yang dikontrak, maka anggaran tadi hanya disiapkan 1 trilyun untuk itu. Ini saya kira juga memang sangat sedikit karena semua mahal begitu ya. Kalau misalnya ada gedung yang sangat diperlukan di suatu tempat dan harganya murah, kenapa kita tidak bisa mendukungnya? Sebab seperti usul kawan-kawan tadi bisa sebenarnya melalui leasing atau melalui permintaan kredit dari perbankan asal jelas rencananya, perbankan kita banyak uang sebenarnya itu bisa kita gunakan untuk mendukung program ini asal jelas tetapi seperti saya dengar di Dubai, Dubai katanya Pemerintah disana menyediakan 1,5 hektar tanah yang akan dihibahkan ke kita asal kita mendirikan disana kedutaan. Itu katanya. Ini saya nanti akan cek kepada Ketua Komisi I, oh di Doha. Di Doha, tetapi karena kita tidak meresponnya sampai sekarang kesempatan itu hilang. Ini saya kira ke depan kita harus lebih aktif mana tahu masih bisa doa itu saya kira kita dukunglah agar itu juga dipertimbangkan tetapi model-model semacam ini harus kita kejar sebab ini sangat menguntungkan kita. Nah kemudian beberapa Teman selalu menggarisbawahi soal masalah selesainya dibahas selama lebih dari 2 tahun itu revisi Undang-Undang Teroris. Jadi minggu lalu sudah disahkan, kita gembira karena ini kita memiliki payung hukum lebih kuat, lebih tegas melawan aksi teroris. Nah Saudara Sukamta tadi mengatakan soal aksi teroris di Surabaya. Ini memang juga salah satu pemicu mengapa RUU ini bisa cepat diselesaikan. Nah memang disini kita merasa bingung juga yang selalu kita bayangkan ISIS itu luar biasa kejamnya dan Aman yang sekarang ditahan pemimpin ISIS di Indonesia, dia malah mengatakan kejadian di Surabaya itu sama sekali bertentangan dengan ideologi mereka, ideologi ISIS dan ideologi yang mereka perjuangkan. Ada 3 keluarga, dia membunuh istri anaknya untuk 1 tujuan yang tidak jelas. Nah berarti kalau ISIS saja menganggap itu tidak memperjuangkan cita-cita mereka, berarti ini aliran yang lebih radikal lagi sekarang ini yang kita tidak masuk akal. Ini aliran yang lebih radikal ini apakah datang dari Indonesia atau dari luar, saya walaupun itu ada di Indonesia tidak mampu menyakini bahwa itu datang dari Indonesia, muncul ide segila itu mengorbankan keluarganya, istri anaknya untuk 1 tujuan itu. Saya akan tetap mengatakan itu ide dari luar, jaringan dari luar yang membodohi orang Indonesia. Nah saya kira penting Bu adalah mensosialisasikan Undang-Undang Teroris yang baru kepada Staf-staf Kedutaan di luar sebab ini sangat terkait dalam usaha kita menjaga agar jangan sampai militant-militan asing ini, ideologi asing ini bisa mengganggu kepada ketahanan nasional kita. Nah kemudian salah satu mengapa kami mendukung kenaikan anggaran, waktu kita ke Fatimah, Fatimah itu kira-kira Ibu tahulah 150 kilometer dari ibukota Portugal kita ketemu disitu

24

banyak orang-orang yang rambutnya keriting, tetapi karena dia lihat kita, mereka menyapa kita dengan Bahasa Indonesia. Ternyata di Portugal itu ribuan orang Portugal yang sekolah dan kerja di Portugal sekitar 8 ribuan orang, mungkin hampir 10 ribu orang-orang dari Timor Leste yang kesana, tetapi mereka sangat senang berbahasa Indonesia dengan kita, ada kerinduan mereka karena kita yang memaksa mereka harus berbahasa Indonesia, kita yang membuat mereka menjadi Orang Indonesia. nah sekarang mereka itu ingin betul bahasa Indonesia itu tidak hilang dari dia. Jadi salah satu fungsi kedutaan tentu bagaimana kedutaan Portugal bisa kerja sama dengan Kedutaan Timor Leste membuat acara-acara bersama sehingga orang-orang Timor Leste itu bisa ikut begitu. Kalau orang Indonesia di Portugal kan ada sedikit, hanya 100 sekian orang itu, tetapi Orang-orang Portugal yang berasal dari Timor Leste sekolah disana, bekerja disana jumlahnya banyak sekali dan mereka itu sebenarnya rindu Indonesia. Nah dalam kaitan ini sebenarnya kita ingin agar Pemerintahan baru Timor Leste kan Xanana yang menang, orang yang sangat dekat dengan Indonesia, bagaimana kita meningkatkan hubungan dengan Timor Leste. Mereka itu tidak ada pilihan rindu dengan Indonesia. Saya Hari Sabtu kemarin ketemu dengan Orang Timor Leste, Orang Timor Leste yang sudah di Indonesia di Kupang, mereka masih mempertanyakan itu asset-aset kami itu bagaimana, mereka meninggalkan asset yang banyak, rumahnya, tanahnya, tidak pernah kita bicarakan dengan Timor Leste, berpuluh tahun padahal orang-orang disini ini dulu ratusan tiwu kita bawa mereka dari Timor Leste ke Indonesia mengatakan Timor Leste tidak bagus, Indonesia yang bagus, kalian akan melihat ada surga yang baru di Indonesia, apa yang mereka lihat di Indonesia adalah neraka yang hidupnya lebih susah daripada di Timor Leste karena kita sia-siakan mereka, kita abaikan mereka. Nah oleh karena itu, saya kira ini kesempatan kita dalam rangka hubungan kita dengan Timor Leste kita perbaiki, ini Xanana baru saja terpilih partainya, ini mungkin kesempatan yang baik kepada kita dan juga saya kira ini kerja sama dengan Malaysia yang baru. Ini ada Perdana Menteri yang baru juga partai-partai oposisi ini dulu hubungan baik dengan Indonesia, kita perlu tetap meningkatkan kerjasama. Salah satu yang perlu kita belajar dari Malaysia adalah kemarin itu Perdana Menteri Malaysia berani untuk membatalkan suatu perjanjian membangun infastruktur antara Kuala Lumpur dengan Singapura kereta api. Itu adalah proyek besar tetapi dia berani batalkan untuk menjaga ekonomi negaranya. Nah ini Indonesia belajar dari situ. Jangan kita termakan dengan ucapan-ucapan bangun infrastruktur-bangun infrastruktur, ekonomi kita sangat berat. Ini perlu kita belajar.kita harus bisa memilah-milah infrastruktur apa yang sangat prioritas kita bangun di Indonesia. Jangan setiap kali kita berkunjung kita lihat ada permintaan, lalu kita janjikan membangun infrastruktur seperti misalnya membangunan Kedutaan Besar di Jerman. Kita janjikan itu, tetapi kita tidak bangun-bangun. Jadi saya kira harus ada keberanian kita untuk betul-betul membangun infrastruktur yang sangat kita butuhkan. Jangan sampai ini menjadi tekanan ekonomi yang menjadi ancaman bagi perekonomian nasional kita. Nah kemudian saya kira soal masalah Israel. Saya memang dapat telepon dari kawan dari travel. Travel katanya ada larangan Indonesia seperti yang dikatakan oleh teman saya tadi untuk berkunjung ke Israel tetapi kan kita berkunjung ke Israel kan tidak menggunakan visa, tidak ada visa, kita malah tidak pegang paspor, kita datang ke Israel. Saya berapa kali ke Israel, tidak pegang paspor, hanya pengantar dari travel saja. Nah lalu kita tidak ada hubungan diplomatic. Yang saya mau katakan tidak usah terlalu serius kita menganggap itu, sebab ini pekerjaan travel bagaimana supaya banyak orang dari Indonesia bisa dia bawa kesana, menguntungkan dia, dia karang-karanglah cerita Yerusalem Tanah Suci, bagaimana Yerusalem jadi tanah suci. Kita lihat kesana dimana yang suci ini Yerusalem kok jadi tanah suci disebut-sebut. Inikan karang-karangan travel tanah suci dan ini adalah tanah yang suci oleh Allah dijadikan sebagai tanah suci. Allah bagaimana menjadikan hanya Yerusalem tanah suci, Indonesia yang diciptakan tidak dijadikan tanah suci, itu tidak benar. Jadi cara berpikir travel ini harus kita lawan, jangan kita dibawa hanya berpikir bahwa Yerusalem ini tanah suci, Indonesia tidak tanah suci, salah juga itu cara berpikir begitu. Semua yang diciptakan adalah tanah suci, tinggal bagaimana kita membuat agar kesucian agar kesucian itu hadir dengan pikiran, tindakan manusia di atasnya. Nah dalam rangka ini saya kira saya ingin mengatakan tidak usah direspon terlalu berlebihan sebab kita tidak mempunyai hubungan diplomatic. Israel itu tidak memikirkan dunia, kecuali memikirkan dirinya sendiri dan kita tetap konsisten menjaga perjuangan rakyat Palestina.

25

Sekarang ini, saya lihat Indonesia yang agak serius karena negara-negara lain itu hanya retorika saja, banyakan retorika. Saudi Arabia-lah misalnya malah dia punya hubungan yang sangat, karena dengan Israel. Dia membuat perjanjian pertahanan dengan Israel. Jadi kita jangan ikut-ikut semua, kita bagaimana Indonesia dengan ketulusan kita, dengan diplomasi kita, tetap konsisten membela perjuangan rakyat Palestina dan tidak perlu kita harus begitu takut karena perjuangan kita pasti diridhai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya kira demikian Ibu Menteri. Terima kasih banyak. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Oke terima kasih Pak Martin atas pertanyaan, masukan pada Menteri Luar Negeri. Dari Anggota masih ada yang mau menanyakan sebelum saya tawarkan pada meja Pimpinan? Oh iya silahkan Ibu Evita. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.SC.): Tadi lupa mengomentari teman-teman itu saya setuju untuk leasing mobil dubes itu karena sekarang tidak fair ya ada Dubes yang kebetulan mobilnya diganti dapat mobil baru, nah dubes yang belum giliran untuk diganti mobilnya dapat mobil bekas yang sudah lama begitu. Jadi kalau leasing itukan satu maintenance-nya rendah, karena kan tidak bayar maintenance kalau ininya, sewa, kalau kita sewa maksudnya, kan sudah all included begitu loh dari sewa yang ada dan semua dubes ketika mereka ditempatkan itu mempunyai hak yang sama ya kan, mereka mempunyai mobil yang baru begitu Bu Menlu. Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Ada yang lain? Kalau tidak ada, dari meja Pimpinan Pak Asril Tanjung. Silakan. F-GERINDRA/WAKIL KETUA KOMISI I DPR RI (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Pimpinan. Bu Menteri yang saya hormati, Ini bukan pertanyaan yang susah-susah Bu, sudah terlalu banyak pertanyaan tadi. Pertama, terima kasih Bu atas undangan iftarnya atau breakfasting ya yang baru kali ini saya dengar kultum pakai bahasa inggris, ini pengalam juga bagus. Ini hanya minta data saja Bu karena kita juga sering kontrol atau bidang pengawasan ke luar negeri, berapa sih dari 132 perwakilan kita itu berapa yang sudah punya kita, milik kita dan berapa yang masih sewa. Ini kadang-kadang kita tidak mempertimbangkan itu, kita datang saja, kadang-kadang kasihan kita kan untuk sewa saja sudah berapa itukan. Nah ini kami minta, mungkin masuk ke sekretariat. Ini penting juga bagi kita sekaligus kita memperjuangkan mitra kita ya Kemenlu ini supaya tidak terlalu lama-lah punya gedung sewa menyewa, kasihan Bu ini maksud kita ada, belum konjennya. Kalau mungkin perwakilan tetap, saya tidak tahu nih untuk PBB dan untuk Asia ini pasti sudah ada tempat yang tetap mungkin, tetapi kalau untuk yang lain belum Bu. Nah itu yang kita minta Bu, nanti berapa itu ya. Kita tidak tahu, tahu-tahu kita disana tanya oh ini masih sewa Pak, waduh kasihan lagi. Loh ini masih sewa, jadi kita minta data itu Bu. Ini untuk kepentingan kita juga.

26

Yang kedua Bu, seperti Pak Supiadin tadi, dia dipanggil Banggar, Rapat Banggar. Mudah-mudahan ikut bicara yang 2,264 trilyun itu. Untuk Asean Games, itu ada 45 negara yang akan ikut peserta, belum termasuk peninjau. Ini mau tidak mau ini terjadi apa, Kemenlu pasti sibuk. Bukan hanya yang di Kumham apa tadi, yang ngurus bukan imigrasi saja pasti juga Kemlu, ternyata, karena visa yang mengeluarkan itu dubes biasanya. Mungkin kita ingin teman-teman di Kemlu ini ada persiapan kalau terjadi begini. Saya mungkin sudah ada, saya belum tahu. Kalau sudah ada ya syukur alhamdulillah karena ini Asean, muka internasional kita lihatkan ke luar. Kalau ini gagal, ini memang bahaya juga untuk nama baik Indonesia, makanya saya hanya ingatkan. Mudah-mudahan ini sudah direncanakan. Insya Allah ini akan berjalan bagus. Menanggapi Pak Martin Hutabarat, kelihatan dia calon dubes untuk Timor Leste Bu, lebih mengerti Beliau daripada saya tentara kan? Memang seperti itu. Jadi ya memang kasihan kita ada ke Portugal sama Bu Evita juga Bu, itu banyak sekali memang orang Portugal cuman kepala suku sudah mati, sudah meninggal yang keras kepala, Karas Kalo kalau bahasanya Pak Mayerfas ini Karehkapalo, itu sudah meninggal, dulu kan dia disini jadi gubernur, kemudian dia lari ke Portugal, Mario Karaskalo apa itu, orang Padang Karehkapalo ingat terus. Saya ingat terus. Saya kesana Bu, saya takut nanti diusir begitu loh karena mantan jenderal pernah kesana, tahu-tahu dia sudah meninggal Bu. Memang masih banyak yang ketemu disana bisa Bahasa Indonesia Pak. Ini saja mungkin 2 ini Bu. Mudah-mudahanlah Bu kita minta data itu biar nanti tidak tanya-tanya yang kedua mengenai Asean Games ini, tanggal 18 Agustus sudah kita mulai. Ini banyak sekali asing ini kalau nanti Kemlu tidak siap, saya yang kasihan ini ya. Mungkin ada masalah nanti. Mungkin ini saja Ibu. Terima kasih. Saya kembalikan ke Pimpinan. Silakan. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, Boleh tambah sedikit. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Silakan Pak Sukamta. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Ya terima kasih. Bu Menlu, Ini sekedar catatan. Saya baru dapat kiriman hari ini Direktur Penindakan Pencegahan BNPT mengatakan bahwa solidarita terhadap Palestina itu menjadi salah satu penyebab terorisme. Mungkin itu benar, tetapi statement yang tidak diberi konteks yang benar ini bisa berbahaya Bu. Nanti seolah-olah semua komponen bangsa yang membela Palestina ini terus diasosiasikan dengan teroris dan saya kira ini statement yang agak sembrono dan berbahaya mungkin perlu diluruskan. Jadi ini saja mungkin tambahan. Mohon dibantu supaya bahwa perjuangan membela kan amanah pembukaan UUD 1945, dan saya kira visi Pak Presiden Jokowi juga sudah jelas membantu Kemerdekaan Palestina. Yang dikerjakan Kemenlu saya kira konsisten. Nah jangan sampai ini kemudian ada statement-statement yang justru akan mendegradasi upaya-upaya komponen bangsa ini yang berusaha untuk ikut membantu semua kerja Pemerintah maupun

27

semua komponen yang ingin mendorong melihat penjajahan dihapuskan ini, kemudian distigma menjadi gerakan dekat teroris atau berteman dengan teroris atau bagian dari terorisme.

Saya kira ini penting. Terima kasih.

KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Terima kasih. Kalau tidak ada yang lain, saya ingin memanfaatkan waktu untuk menanyakan juga. Pertama-tama mengenai sikap daripada Pemerintah Indonesia terhadap apa yang terjadi di Papua Bu. Saya berhubungan dengan Kapolda dan saya meminta penjelasan waktu itu via whatsapp tentang apa yang terjadi disana dan disampaikan bahwa itu hanya semacam ritual penginjilan yang sudah dilakukan cukup lama bertahun-tahun tetapi perjuangan Pemerintah Indonesia secara resmi seperti tadi disampaikan oleh Menlu ke OKI dan lain sebagainya, tentunya jangan sampai tercederai dengan viral atau istilahnya video yang sudah disebarkan secara viral yang membuktikan bahwa Papua masih bagian daripada Indonesia. Jadi saya pikir perlu ada suatu sikap betul ya walaupun mempertimbangkan Papua secara spesifik dengan dinamika internal Indonesia tetapi tentunya penyikapan yang tegas tentang apa yang terjadi disana dan sikap kita kepada dunia terhadap masalah Palestina tidak berubah. Itu tentu harus ada penekanan yang firm. Sampai hari ini, saya belum melihat. Mungkin Ibu ada tetapi saya belum terinformasikan mengenai penyikapan-penyikapan semacam ini. Yang kedua, menyangkut anggaran. Saya sudah cukup lama sebetulnya berhubungan dengan teman-teman di Kementerian Luar Negeri baik pada waktu saya masih di industry atau pada waktu saya masih di komisi lain dan saya menghargai betul setiap upaya yang dilakukan oleh Kemlu di dalam diplomasi ekonomi, justru saya mengkategorikan dan saya pernah sampaikan pada Menteri Keuangan bahwa Kementerian seperti Kemlu itu kalau kita analogikan itu cost centre, sementara kementerian lain itu profit centre yang memang mereka mempunyai aktivitas lebih ke dalam ekstraksi dari Badan Sumber Daya Alam kita dan lain sebagainya, industry dan lain sebagainya yang bisa kita katagorikan itulah yang menjadi trevanue kita. Kementerian Luar Negeri dalam hal ini banyak sekali diplomasi ekonomi yang harusnya itu bagian yang tidak terpisahkan di dalam upaya Indonesia memperbaiki ekonomi baik itu pertumbuhan ekonomi atau mencenderai lapangan pekerjaan dan lain sebagainya. Nah tetapi di dalam kenyataannya tidak terdukung dengan anggaran yang cukup dan itu saya sampaikan kepada teman-teman yang saya jumpai setiap kali saya mengikuti baik itu negoisiasi ataupun pendekatan di dalam konteks ekonomi yang saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri bahwa belum mendapatkan suatu pengakuan sebetulnya di dalam konteks anggaran kita untuk melihat ini sebagai effort sebetulnya yang memacu dari usaha-usaha peningkatan daripada ekonomi kita secara keseluruhan. Jadi diplomasi ekonomi ini tidak boleh dipandang enteng. Pada waktu saya di industry dulu lebih dari 10 tahun yang lalu dimana Kementerian Luar Negeri masih mempunyai helen sebagai institusi, saya memanfaatkan betul jasa daripada helen pada waktu kami melakukan negosiasi LNG ke China dan lain sebagainya. Itu informasi-informasi awal dan langkah-langkah yang dilakukan oleh Kemlu itu sangat mewarnai sekali, bahkan terakhir pada waktu Pak Hasan menjadi Menteri nah itu sudah tahap finalisasi dan saya beberapa kali dengan Ibu Megawati kesana itu kita betul-betul menghargai itu. Nah saya juga memanfaatkan juga untuk mengatakan bahwa Kemlu itu sebagai kunci yang harusnya di dalam diplomasi ekonomi harus lebih bisa dihargai begitu dan saya sampaikan kepada Kementerian Keuangan, bagaimana sekarang, yang dijawab begini, kira-kira begini jawabannya, bagaimana menguantify daripada effort yang dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri dalam angka terhadap baik itu pertumbuhan ekonomi ataupun yang memacu perdagangan kita. Nah itu tidak ada simulasi seperti itu. Jadi tolong sebetulnya kita bisa jadikan exercise. Apa yang kita lakukan yang seperti sekarang ini kita berbicara palm oil kalau kita gagal ini luar biasa dampaknya terhadap industry kita, begitu pula pada waktu saya ke India, saya Ketau GKSB untuk India Indonesia, dan saya dengan Duta Besar waktu itu kesana, banyak sekali keluhan masalah bagaimana pajak, ada 3 menteri yang saya jumpai di India dan saya mengatakan ini betul, saya tandaskan betul. Ini kalau

28

misalkan tidak, kita bisa pull out dari beberapa negoisiasi-negosiasi yang lain sementara mereka ini misalkan ingin dagang sapi ke Indonesia yang dengan segala macam problematika India tentang Sapi. Jadi saya melihat ini perlu mendapatkan suatu penekanan kalau bisa mungkin ada expert yang ada di Kemlu melakukan suatu analisa ini loh duit diplomasi yang kita pakai yang cuman sekian, itu bisa berimplikasi terhadap perdagangan kita, meningaktkan GNDP kita dan lain sebagainya. Saya yakin kalau Ibu memaparkannya demikian dan kalau kita berhadapan dengan Menteri Keuangan yang mempunyai latar belakang tentunya finance yang melihat dari sisi untung rugi dan lain sebagainya, mungkin akan mengena. Dengan demikian akan kelihatan betul kerja kita ya Kementerian Luar Negeri terhadap semua program-program perdagangan dunia. Ini banyak Bu. Saya ambil salah satu contoh juga, kebetulan saya terlibat persis di dalam SDG No. 7 dan 13 karena itu mengenai claimenchance dan renewable. Jadi pada waktu saya duduk di komisi yang lain, itu luar biasa itu diskusi kita mengenai implementasi daripada SDGs itu diwarnai betul oleh teman-teman Kemlu juga. Di Bangkok, kita diskusi di UM waktu itu, itu juga teman Kemlu juga itu karena mereka yang setiap hari ada disana kan, mereka yang me-list semuanya begitu. Nah tanpa mengesampingkan peranan daripada komisi yang lain di DPR ataupun juga Kementerian yang lain, yang memang mereka adalah sebagai Kementerian Teknis, tetapi ini tidak dipisahkan. Memang di WTO ada juga atase perdagangan atau wakil dari Kementerian Perdagangan tetapi kan disana juga keberadaan Kementerian Luar Negeri luar biasa. Nah ini saya berharap sekali nanti kita pada gilirannya bisa terpresentasikan dengan angka sehingga pada waktu kita mengajukan diplomasi ekonomi dengan indikator-indikator kalau ini kita capai, akan mendapat dampak yang lebih besar. Saya yakin betul pasti itu akan menjadi suatu value yang akan bisa dihargai oleh Kementerian Keuangan. Kalau tidak ya kalau kita bisnis as usual kita nganggap wah itu memang kerjaan mereka, maka rasa menghargainya tidak akan seperti yang kami rasakan yang kita kebetulan berkecimpung lama di sektor ekonomi. Nah ini yang saya hanya saran saja karena kebetulan sekarang komisi saya menjadi Komisi I dan saya berpartner dengan Ibu saya sampaikan langsung karena dulu merupakan konsen kita dan saya merasakan betul sudah beberapa tahun melakukan diskusi-diskusi ataupun melakukan aksi-aksi korporasi waktu itu di luar negeri. Mudaha-mudahan itu bisa mendapatkan penjelasan dan mungkin ada langkah-langkah tertentu. Tadi saya sudah sampaikan dan kebetulan kalau Pak Supiadin ada disini juga atau teman-teman Badan Anggaran, jadi strateginya itu adalah kita menerima, inikan enak sekali, komisi itu biasanya kita terima tetapi begitu nanti finalisasi di Bulan Oktober tidak tercapai seperti yang kita harapkan, apalagi kalau kita berbicara trilyun, 2 trilyun karena biasanya hak kita DPR itu secara resmi setelah postur jadi, disitulah baru ada rasionalisasi dimana nanti kita bisa menambahkan kalau memang Kementerian Keuangan tidak mau punya DPR, kira-kira kayak begitu yang kita berikan kepada kementerian-kementerian terkait tetapi itu tidak besar karena itu berbicara ratusan milyar tetapi kalau untuk sampai mencapai trilyun, saya tidak yakin itu bisa begitu karena toh sinkronisasi di Kemenkeu sama nanti harmonisasi di Badan Anggaran ini biasanya kalau tidak kerja sama akan susah untuk mendapatkan sesuai yang kita harapkan. Nah saya hanya ingin menyampaikan ini sebagai ilustrasi supaya kita sama-sama. Nanti saya ngomongnya juga dengan bahasa yang sama dengan mereka apalagi kita ya maksud saya sebagai stakeholder atau mitra daripada Kementerian Luar Negeri mungkin bisa memperkuat argumentasi tersebut. Saya rasa itu tambahan dari semua yang sudah disampaikan oleh para Anggota dan Pimpinan tadi. Mohon Ibu bisa menjelaskan dan bisa mengklusterkan saja dari inti daripada pertanyaan-pertanyaan tersebut sehingga bisa menyampaikannya secara tidak tumpang tindih itu. Silakan Bu. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Baik terima kasih Pimpinan dan Anggota yang telah memberikan pertanyaan dan izinkanlah mencoba untuk menjawab di dalam bentuk kluster, nanti kami mohon izin agar Pak Sekjen juga menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait misalnya dengan masalah iuran keanggotaan kita di organisasi-organisasi internasional kemudian mengenai masalah leasing mobil dan sebagainya sementara saya juga akan minta bantuan Pak Dirjen Protokol Konsuler

29

untuk menanggapi pertanyaan yang terkait dengan pelayanan visa dari kedutaan asing yang ada di Indonesia. Saya ingin mulai dengan yang lebih mudah dulu Pak Ketua, mengenai status gedung perwakilan Republik Indonesia. Pertanyaan yang menanyakan berapa milik Pemerintah, berapa yang masih sewa. Jadi dari data yang kita miliki yang sudah dimiliki oleh Republik Indonesia adalah 182 dengan breakdown kantor dalam hal ini KBRI atau KJRI 80, kemudian wisma ada 102. Sementara yang masih menyewa ada 105 yaitu Kantor 51 dan Wisma 54 Unit. Nah sebagaimana yang telah kami sampaikan di dalam rapat-rapat sebelumnya, sudah mulai beberapa tahun ini kita mencoba untuk mengurangi yang status sewa itu menjadi status kepemilikan dengan cara membeli dengan menyicil. Jadi daripada uang yang kita berikan kepada pihak pemilik gedung sewa, uang sewa itu kita gunakan untuk menyicil gedung atau bangunan tersebut sehingga pada 1 titik gedung tersebut akan menjadi milik kita dan kita bekerja sama dengan bank-bank nasional kita untuk pembelian-pembelian gedung KBRI. Mengenai masalah status local staf Pak. Jadi keberadaan local staf ini tidak lepas dari aturan Undang-Undang Tahun 2014 mengenai Masalah ASN. Di dalam Pasal 6 Undang-Undang ASN tersebut ada 2 klasifikasi, satu adalah PNS, satu lagi adalah Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak. Nah local staf dapat dipertimbangkan menjadi bagian dari PPK dan tentunya kami menyambut baik usulan Bapak karena hal yang sama juga kami peroleh, informasi yang sama kami peroleh dari teman-teman local staf setiap kali kami melakukan kunjungan ke KBRI. Namun demikian kami masih menunggu Peraturan Pemerintah mengenai Masalah PPK ini yang sampai saat ini masih dalam taraf penyelesaian. Jadi sekali lagi terima kasih Pak atas masukannya mengenai masalah status local staf. Berikutnya kami ingin menyampaikan mengenai masalah rencana pembukaan kembali penempatan TKI ke Timur Tengah. F-PD (Dr. SJARIFUDDIN HASAN, S.E., M.M., M.BA.): Pak Ketua, Bisa sedikit pendalaman disini. Saya terima kasih Bu Menteri tentang tanggapannya tentang local staf tetapi statement-nya Bu Menteri ini agak ngambang bagi saya. Masih menunggu Peraturan Pemerintah, Perpres ya. Kalau masih menunggu bisa setahun, bisa 6 bulan, bisa 3 bulan atau bisa 2 tahun. Nah kalau bisa saya usul ini menjadi program prioritas sehingga kalau bisa ya sebelum awal-awal tahun depan itu ya sebelum Pilpres itu kalau bisa ya sudah selesai. Ini Pak Ketua. Jadi kasih deadline-lah waktu supaya ada meaning full-nya kepada buat ya buat pemerintahan sekarang jugalah di samping juga itu mudah-mudahan diingat oh dari Komisi I begitu loh. Jadi ini bukan hanya bagi Pemerintahan sekarang. Saya pikir itu harapan saya. Terima kasih Bu Menteri. Terima kasih Pak Ketua. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Mulia sekali Bu apa yang disampaikan, mohon dijawab saja karena PP itu juga kadang-kadang waktu pembahasannya luar biasa lamanya. Undang-Undang TNI saja tidak pernah punya PP padahal itu diundangkan Tahun 2004 sampai hari ini tidak ada PP-nya. Silakan. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Baik. Pak Sjarifudin,

30

Terima kasih. Jadi begini Pak. Selain masalah status tersebut status ASN dalam hal ini adalah PPK tersebut ada di beberapa negara, ada beberapa peraturan yang memang saat ini sedang meresahkan para local staf kita. Misalnya di beberapa negara mengatakan bahwa 1 orang yang bekerja di KBRI maka maksimal dia tinggal di tempat tersebut hanya 5 tahun dan setelah itu dia tidak akan diberikan izin tinggal lagi. Hal ini memang kalau kita lihat adalah sebagai upaya negara tersebut untuk mengurangi bertambahnya orang yang akan tinggal di negara tersebut. Jadi ada beberapa negara yang memang akhir-akhir ini terdapat aturan-aturan baru yang menyulitkan keberadaan local staf kita dalam waktu yang panjang kan biasanya kalau local staf maka begitu bekerja maka akan tinggal disana selamanya. Jadi itulah yang juga harus kita hitung semuanya. Tentunya tugas kami adalah untuk berjuang karena mereka rata-rata memang sudah bekerja bersama dengan kami puluhan tahun. Oleh karena itu, kita akan tetap mencoba untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Sekali lagi matur nuwun Pak. Kemudian mengenai Pak Sukamta mengenai pembukaan, penempatan TKI di Timur Tengah. Kita memang mendengar ada informasi rencana pengiriman kembali TKI ke Timur Tengah. Nah kalau kita bicara mengenai masalah pengiriman TKI maka ada 3 pilar utama perlindungan TKI ini Pak. Satu adalah tentunya Kementerian Luar Negeri, yang kedua adalah Kementerian Tenaga Kerja, yang ketiga adalah BNP2TKI. Nah tentunya semua hal yang menyangkut mengenai masalah penempatan karena penempatan itu tidak bisa dilepaskan, diputus dari perlindungan maka tentunya nanti Kemlu juga akan terlibat dan kami juga ingin mendorong agar Komisi I juga meng- encourage Pimpinan dan Anggota dari Komisi IX untuk membahas isu ini bersama dengan mitra Pemerintah Pak.

Nah pertanyaan mengenai apakah sudah waktunya kita membuka kembali penempatan TKI ke Timur Tengah atau belum. Dapat kami sampaikan bahwa Undang-Undang 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia terutama Pasal 31 memberikan parameter yang sudah baku Pak dalam artian Pemerintah Indonesia hanya boleh mengirim TKI ke negara yang memiliki 3 syarat. Yang pertama adalah hukum negara tersebut melindungi Tenaga Kerja Asing, kemudian yang kedua memiliki perjanjian bilateral tertulis dengan Indonesia, yang ketiga memiliki sistem jaminan sosial bagi Tenaga Kerja Asing. Nah sebagai gambaran Pak Sukamta bahwa hingga saat ini tidak ada 1 negara pun di Timur Tengah yang memiliki perjanjian bilateral tertulis dengan Indonesia. Indonesia dan Saudi pernah menandatangani MoU Tahun 2014 tetapi sampai sekarang belum pernah kita ratifikasi. Dengan demikian tersebut belum dapat diberlakukan atau diimplementasikan Pak. Jadi saya kira untuk perlindungan akan sangat baik sekali apabila parameter yang sudah baku yang ada di Undang-Undang itu tetap kita jaga sehingga perlindungan kepada WNI kita akan lebih maksimal.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.SC.): Bu Menlu, Yang belum ratifikasi itu kita? Tadi Bu Menlu katakan. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Dua-duanya Bu Evita. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.SC.): Oh dua-duanya belum ratifikasi. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Pak Kamta silakan.

31

F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, Dengan kondisi yang disebutkan oleh Bu Menlu ini berarti sebetulnya tidak ada alasan bagi Pemerintah Indonesia untuk saat ini mengirimkan TKI apalagi kalau yang muncul di media itu benar sebanyak 30 ribu per tahun. Itu jumlah yang sangat luar biasa dan fantastis. Pasti perlindungannya juga membutuhkan kerja keras yang luar biasa tetapi belum ada MoU dan itu juga belum memenuhi Undang-Undang. Sehingga Pimpinan saya kira ini persoalan yang sangat serius, perlu untuk dibicarakan dengan Komisi IX saya kira supaya persoalan pengiriman TKI ini tidak dipandang ringan walaupun kalau melihat momentumnya inikan momentum 5 tahunan. Kemarin 2013 menjelang 2014 sekarang 2018 menjelang 2019. Jadi ada something visi disitu terkait dengan dinamika yang menurut saya terlalu mahal kalau itu harus mengorbankan TKI- TKW kita karena disitu kan bukan hanya soal devisanya tetapi soal perlindungannya bahkan ini menyangkut nyawa juga kadang-kadang. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Silakan Bu. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Ya Pak. Jadi pada saat kita ingin melakukan rekrutmen atau pengiriman, yang sudah ada di belakang kepala kita adalah bukan hanya merekrut dan kemudian mempekerjakan mereka tetapi yang harus dihitung adalah masalah keselamatan mereka, pemenuhan hak-hak mereka dan perlindungan mereka. Oleh karena itu, sekali lagi kami dari Kemlu ingin tetap menjaga parameter yang ada di dalam Undang-Undang tersebut sehingga Warga Negara kita dapat dilindungi dengan baik karena kalau kita lihat banyaknya kasus yang menyangkut warga negara Indonesia sebagian besar dari mereka adalah korban dari rekrutmen yang tidak baik dan bahkan korban dari perdagangan manusia. Sebagai informasi Ibu dan Bapak sekalian, misalnya dari Tahun 2014 sampai 2018, tidak sampai 4 tahun karena pertengahan 2018, 4 tahun setengah, jumlah kasus yang menimpa warga negara kita jumlahnya adalah 75.043 kasus. Saya kira itu merupakan kasus yang dari segi jumlah cukup banyak dan sekali lagi semakin benar rekrutmen mereka saya yakin semakin sedikit kasus-kasus yang akan dialami oleh warga negara kita. Selain masalah kasus hukum dari segi pemulangan baik deportasi, repatriasi maupun pemulangan mandiri dalam jangka waktu 1 tahun lebih sedikit dari Januari 2017 sampai Mei 2018, jumlah kasus pemulangan banyaknya 17.499. Jadi Bapak/Ibu sekalian bisa membayangkan tanggung jawab-tanggung jawab yang harus kita tunaikan dengan baik dan saya selalu sampaikan Pak Ketua kepada Tim Kemlu yang ada di luar bahwa pada saat kita berbicara perlindungan warga negara maka kita berbicara mengenai manusia dan berbicara manusia itu tidak hanya bisa from nine to five, hanya sekedar menjalankan tugas tetapi memang harus menggunakan hati, tetapi sekali lagi kalau di hulunya tidak dibenahi dengan baik maka apapun yang dilakukan di hilir tidak akan kelihatan hasilnya Pak Ketua. Nah menyambung pertanyaan mengenai masalah jenazah dari warga negara NTT. Dapat kami sampaikan Pak bahwa berdasarkan data dari Kementerian Luar Negeri selama Tahun 2017 terdapat 2024 WNI di Malaysia yang meninggal dunia. Dari jumlah tersebut, 81% meninggal karena sakit khususnya penyakit TBC. 17% karena kecelakaan, 1% karena kasus bunuh diri, 1% karena kasus pembunuhan. Dari 1% yang meninggal karena pembunuhan tersebut, sebagian besar dibunuh oleh WNI sendiri. Jadi biasanya karena hubungan kerja, karena pertemanan dan sebagainya akhirnya terjadilah kasus pembunuhan tersebut. Jadi sekali lagi Pak, statistik ini menunjukan bahwa problem utama bagi WNI dan TKI kita adalah problem di hulu, lebih banyak di hulu dan kami bekerja sama dengan membantu Kemnaker

32

dan Teman-teman yang lain untuk juga memperbaiki di hulu karena sekali lagi selama di hulu tidak selesai atau masih bermasalah maka kasus yang harus dihadapi di hilir juga akan banyak dan yang lebih kasihan lagi Pak sebagian besar dari mereka adalah korban dari TPPO Pak dan sebagian besar korban dari TPPO itu adalah perempuan dan kami sering sekali mendapatkan keluhan langsung kepada WA kami karena kasus TPPO yang terjadi di negara-negara terutama di negara-negara di sekitar kita banyak sekali kasus TPPO-nya Pak. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.SC.): Mengenai TKI ini Bu, tadi kan Ibu bilang 75 ribu kasus ya Bu ya. Yang kasus itu apakah yang WNI itu kebanyakan berapa persen yang illegal datang, berapa persen yang legal datang yang terkena kasus itu Bu. Kemudian yang kedua, saya ingin tanya tadi 2 ribu WNI kita meninggal di Malaysia ya, tadi salah satu dari persyaratan kerja sama pengiriman tenaga kerja itu adalah mempersiapkan kesehatan, fasilitas kesehatan asuransi. Nah ini berartikan minim Bu fasilitas kesehatan yang di Malaysia ini kalau dikatakan dari 80% itu meninggalnya karena sakit Bu. Nah ini saya ingin tanya Bu Menlu. Terima kasih. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Mengenai kasus hukum, biasanya sebagian besar mayoritas adalah menyangkut tenaga kerja yang tidak dikirim secara procedural karena kita contohkan tenaga kerja yang dikirim secara prosedur dengan baik misalnya yang dikirim ke Singapura. Di Singapura sangat sedikit sekali kasusnya, karena semuanya hak dan kewajiban jelas ada di atas kertas dan tandatangannya juga dilakukan di KBRI dan dengan sistem perlindungan yang sekarang ada misalnya di KBRI Singapura maka akan sangat dapat dimonitor keberadaan Warga Negara kita dan kalau ada apa-apa maka akan lebih mudah bagi kita untuk melindunginya. Jadi memang semuanya berawal dari rekrutmen yang dilakukan secara tidak procedural termasuk mengenai masalah asuransi kesehatan dan sebagainya. Bagaimana WNI tersebut akan mendapatkan asuransi kesehatan kalau rekrutmennya saja dilakukan secara tidak procedural? Jadi ini betul-betul kalau menurut kami Pak merupakan suatu tindakan kejahatan kemanusiaan karena menyangkut korbannya adalah manusia, sebagian manusia itu adalah perempuan dan mereka adalah golongan orang yang lemah. Jadi termasuk furnable groups. Saya sering menyampaikan sebenarnya teorinya adalah semakin furnable, semakin lemah orang atau kelompok orang maka seharusnya masin perlindungan itu harus semakin besar diberikan kepada negara. Jadi itu yang ingin saya sampaikan terkait dengan masalah TKI. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.SC.): Karena isunya banyak sekali. Kalau Ibu tadi katakan saya senang itu kata-kata Ibu bahwa yang terjadi itu adalah kejahatan kemanusiaan. Sanksi-nya kan harus berat ya kan? Nah sekarang ini kembali lagi ke Teman-teman Komisi IX dengan BNP2TKI dengan agen-agen yang tidak resmi tersebut, sanksi apa nih ketika mereka mengirim tanpa ini, karena kalau termasuk kejahatan kemanusiaan itu sanksinya harus berat. Terima kasih. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Baik. Bisa kami teruskan Pak Ketua.

33

Kemudian yang selanjutnya saya ingin menyampaikan hal yang terkait dengan deportan atau returni atau tadi kemudian dikaitkan dengan foreign teroris fighter, saya ingin mengkluster menjadi 1. Beberapa waktu yang lalu banyak sekali public menanyakan sebenarnya berapa sih angka WNI yang kembali dari Turki karena beberapa pihak menilai bahwa WNI yang kembali ke Turki, mereka adalah sudah kembali dari Suriah melalui Turki, kemudian kembali ke Indonesia. Nah data yang ada di kami dari Tahun 2015 sampai Mei 2018 terdapat 492 deportan yang berasal dari Turki. Jadi deportan yang dikembalikan dari Turki ke Indonesia tersebut tidak selalu bahwa mereka sudah menyeberang ke Suriah karena sebagian besar dari mereka ditangkap belum menyeberang ke Suriah tetapi sudah kemudian ditangkap oleh Otoritas Turki kemudian mereka melakukan investigasi dan kemudian dideportasi ke Indonesia. Nah yang kita perlukan dari otoritas di Turki adalah hasil dari investigasi yang mereka lakukan, karena kadang-kadang investigasi yang mereka lakukan memakan waktu yang cukup panjang, ada kalanya bisa 2 hari, ada kalanya seminggu, ada kalanya beberapa minggu. Nah hasil investigasi ini yang kita perlukan untuk kita kembangkan pada saat kepulangan mereka di Indonesia. Tadi beberapa Anggota menanyakan mengenai bagaimana peran Kemlu dalam mengantisipasi. Yang kita lakukan adalah kita melakukan kerja sama dengan BNPT dan juga dengan Densus 88. Dalam artian begini, pada saat deportan ini akan kembali ke Indonesia maka KBRI kita berhubungan dengan otoritas setempat kemudian KBRI mengontak kami bahwa ada beberapa WNI yang akan dideportasi ke Indonesia dengan menggunakan pesawat bla-bla. Dari informasi tersebut, maka kita melakukan koordinasi dengan Densus 88 dan juga BNPT. Nah apabila ada informasi dari hasil investigasi otoritas di Turki maka akan lebih mudah bagi kita untuk mengembangkan disini dan pada saat deportan kembali disini maka itu sudah beralih tugasnya kepada Densus dan BNPT. Jadi sekali lagi deportan yang kembali dari Turki belum tentu mereka sudah menyeberang ke Suriah. Sebagian besar dari mereka baru akan menyeberang ke Suriah tetapi sudah ditangkap dan dikembalikan ke Indonesia. Jadi situasinya adalah seperti itu dan saya hanya membaca, dari membaca sebuah artikel mengenai masalah apakah yang sudah di Suriah itu akan katakanlah lebih terkontaminasi atau tidak ada pendapat yang mengatakan bahwa pada saat mereka di Suriah maka kemungkinan besar apa yang mereka bayangkan itu sudah padam karena melihat situasi di lapangan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka bayangkan. Yang justru lebih dikhawatirkan adalah orang yang masih memiliki bayangan tetapi tidak tahu situasi yang ada di lapangan. Jadi belum tentu juga bahwa yang sudah berasal dari Suriah lebih berbahaya yang belum pergi ke Suriah. Mengenai masalah apresiasi Pak Supiadin sudah tidak ada. Mengenai apresiasi pelayanan paspor di KBRI London, terima kasih dan nanti saya akan minta kepada Pak Dirjen Protokol Konsuler untuk menyampaikan mengenai masalah pelayanan visa kedutaan asing yang ada di Indonesia karena Pak Dirjen sudah melakukan beberapa kali komunikasi dengan kedutaan-kedutaan besar yang disebutkan oleh Pak Supiadin karena isu ini bukan hanya sekali ini disampaikan oleh Pimpinan dan Anggota Komisi I, tetapi saya menyampaikan kepada Pak Dirjen, saya juga ingin menanggapi isu yang terkait dengan masalah OKI. Pertanyaan tadi adalah bagaimana kita melihat OKI. Ibu/Bapak sekalian, Yang diinginkan Indonesia adalah bahwa OKI ini memiliki semangat persatuan yang tampaknya sangat sulit untuk diwujudkan karena energy yang ada di OKI lebih banyak dihabiskan tidak untuk membahas kerja sama-kerja sama. Jadi kita terus mendorong agar OKI terus melakukan atau terus mempertahankan posisi persatuan OKI karena kita lihat kalau kita gabungkan potensi-potensi yang ada di OKI maka potensi tersebut akan sangat besar sekali. Namun demikian sejauh ini kerja sama-kerja sama yang dilakukan belum optimal. Kita bersyukur bahwa untuk kasus yang terkait dengan Palestina, posisi OKI masih bulat dan oleh karena itu, memudahkan Indonesia misalnya pada saat kita menginisiasi stand alone statement pada saat pertemuan para Menteri Luar Negeri OKI di Daka terkait dengan masalah pemindahan kedutaan Amerika Serikat ke Yerusalem.

34

Jadi itu yang ingin saya sampaikan mengenai OKI. Mungkin Pak Dirjen Protokol Konsuler bisa menyampaikan dulu mengenai masalah visa. DIREKTORAT JENDERAL PROTOKOL DAN KONSULER KEMENTERIAN LUAR NEGERI (ANDRI HADI): Terima kasih Bu Menlu. Tadi menjawab pertanyaan Pak Supiadin, bisa saya sampaikan bahwa saat ini itu ada kecenderungan Bu sejak Tahun 2001 itu negara-negara tertentu mengoutsourching-kan pelayanan visanya sejak 2001. Jadi perusahaan yang menangani itu berbasis di Dubai, namanya Visa Facilitation Service, dia berdiri 2001, dan sudah beroperasi 27 negara dan 129 kantor pelayanan. Catatan yang visa yang sudah mereka selesaikan itu mendekati hampir 10 juta di seluruh dunia Bu. Di Indonesia, perusahaan ini beroperasi dari 2013 dan awal yang menggunakan ini adalah Inggris lalu diikuti beberapa negara, sekarang itu di Indonesia sudah hampir mereka mengoutsourchingkan kedutaan-kedutaan itu hampir 14 kedutaan. Nah 14 kedutaan seperti Belanda, Inggris, Kanada, Belgia, Denmark, Islandia. Nah yang memang sering dikeluhkan itu adalah Inggris karena ya di samping mahal Pak otoritas untuk memberikan pengesahan itu tidak berada di Kedutaan Inggris di Jakarta Bu. Itu beradanya di Manila, Manila dan head porter-nya itu adalah di China regional asia pasifiknya. Kalau kedutaan-kedutaan lain maaf kalau kadang-kadang teman-teman meminta bantuan, kita masih bisa intervensi seperti Belanda dan yang lain-lain karena masih dalam lingkungan otorisasinya, tetapi Inggris itu memang banyak dikeluhkan termasuk maaf bahkan ada salah satu yang hilang paspornya dan yang lain-lain, lalu kami melakukan langkah-langkah untuk pertama bicara dengan Kedutaan Inggris. Alasan kedutaan Inggris bahwa otoritas visa itu ada di Kementerian Dalam Negeri Inggris. Jadi kita Kementerian Luar Negerinya tidak bisa intervensi katanya. Jadi ditentukan di Manila dan kita panggil Direktur Asia Pasifik Visa Facilitation Service, kita complain Pak, bahwa ini banyak masalah terutama yang dialami oleh teman-teman termasuk teman-teman Anggota DPR. Saya pernah personly mendapatkan complain dari Pak Hanafi Rais yang tidak bisa berangkat karena timing-nya tidak pas pada waktu itu Pak, liburan di Manila, liburan disini dan tidak pas pengajuannya dan ini kami sampaikan, lalu mereka memberikan dispensasi bahwa kita masih tidak bisa mengubah sistem tetapi kita akan memberikan previllage kalau seandainya bisa disampaikan kalau seandainya ada pejabat-pejabat Indonesia yang akan berangkat kesana khususnya dari ini. Jadi Inggris kita panggil, visa facilitation service-nya kita panggil dan mereka betul-betul merasa bahwa mereka memang masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki tetapi mereka akan memberikan previllage untuk hal-hal tertentu yang memang dibutuhkan sangat oleh kita. Jadi itu yang mungkin bisa kami sampaikan. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Sedikit tambahan saja Bu. Jadi begini Pak Dirjen, kalau Inggris itu kita masuk ke dalam istilahnya primary lounge itu 1 juta nambahnya dari total ini. Kalau kita mau mempercepat 4 hari 5 hari 5 juta Pak. Jadi in total kalau kita menggunakan fast track itu tadi 11 juta 1 orang. Nah saya tidak tahu apakah previllage yang diberikan itu nanti bisa memotong paling tidak fasilitas yang primary lounge sama yang cepatnya yang 4 hari atau 5 harinya. Kalau itu bisa diberikan sudah 6 juta kita, tidak perlu membayar 6 juta sehingga kita cuman betul-betul visa fee-nya saja. Sekarang itu setelah itu luar biasa besarnya kalau sudah Inggris. Kalau kita ingin misalkan bepergian pengurusan yang kita minta 1 minggu begitu, itu pasti akan keluar uang segitu. Saya tidak tahu apakah Pak Dirjen bisa mendapatkan previllage yang mengurangi ini sehingga kita dapat servis cepatnya tetapi tetap saja visa fee-nya juga banyar sebesar 450 dollar US.

35

DIREKTORAT JENDERAL PROTOKOL DAN KONSULER KEMENTERIAN LUAR NEGERI (ANDRI HADI): Betul Pak ini memang FS ini memang purely bisnis Pak. Jadi dia tergantung kayak practically kayak privat company saja Pak. Kami akan coba akan tanyakan Pak, tetapi untuk kalau ada hambatan-hambatan jangan ragu untuk bisa kontak ke kami dan kita akan selalu bantu Pak. Terima kasih. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Terima kasih Pak Dirjen Protokol Konsuler. Kami ingin meminta Pak Dirjen Aspasaf untuk menyampaikan merespon pertanyaan Pak Martin mengenai masalah Timor Leste. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Ya silakan. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.SC.): Ini terbuka sih tetapi saya tidak mengulas terlalu dalam sebelum ke Dirjen yang lain khusus Dirjen Protokol Konsuler. Saya rasa para Kedutaan Besar kita di luar negeri itu harus diminta untuk melakukan pembicaraan atau pendekatan dengan negara yang bersangkutan. Itu terkait dengan hospitality daripada Anggota Parlemen yang datang ke negara mereka, karena saya perhatikan begini Pak. Itu semuanya tergantung lobby, ada negara besar itu kita dikasih previllage masuk di diplomatic, jalur diplomatik. Negara kecil kita tidak dikasih previllage masuk di jalur diplomatik. Jadi setelah saya berkunjung-berkunjung, saya lihat kemampuan dari para duta besarnya melakukan lobby kepada negara-negara yang terkait karena pertanyaan yang selalu kita dapati adalah benar Ibu Menlu kita baru berangkat semuanya kita masuk ke Negara Argentina, kemarin kemana lagi, Portugal ya kan ini Pak Ketua juga ada ya kan? Kita main seradak-seruduk jadinya, antrinya panjang ya kan? Kita lihat disitu dibilang khusus katanya diplomatic, saya masuk, kita masuk semuanya. Sampai disana kita tahu kita akan ribut ya kan? Itu sudah beberapa kali kita tahu akan ribut walaupun akhirnya dia cap juga, dia bilang siapa yang kasih izin anda sampai kedepan sini. Di depan, kita dari Parlemen of Indonesia kita bilang begitu kan? Your line is here, karena kenapa? Kalau para protocol kita yang disana bisa menjemput kita ke dalam itu tidak masalah, kita dibantu, tetapi banyak juga negara-negara yang saya katakan tergantung lobby lagi yang tidak ada penjemputan sampai di dalam. Jadi kita ini Ketua ada, semua ada, saya ribut akhirnya, kita bilang ini your paspor is not diplomatic paspor, this is a service paspor, your line is over there begitu, kita ributin. Di negara gue, servis paspor parlemen ini sama dengan diplomatic paspor, masuk saya bilang, semua delegasi, via from delegation of Indonesia, masuk semua, dengan ngamuk-ngamuk dia cap juga sih ini kita begitu tetapi teman yang datang belakangan tidak sama dengan rombongan kita yang pakai ribut-ribut, 2 jam antri, nunggu, karena leng-nya begitu panjang. Nah jadi saya tidak tahu bagaimana caranya Bu Menlu karena begini, perlakuan kita terhadap Anggota Parlemen Negara lain yang datang ke Indonesia itu khusus karena memang Anggota Parlemen di Negara lain itu umumnya memegang diplomatic paspor, ketika kita menyelenggarakan Sidang IPU, hampir 100% mereka mempergunakan diplomatic paspor, hanya Indonesia-lah Anggota Parlemen-nya yang tidak pakai diplomatic paspor. Jadi tidak ada perlakuan khusus bagi kita. Kita memberikan perlakuan khusus kepada mereka, kita yang tidak ada perlakuan khusus. Nah mungkin kalau memang tidak bisa dilakukan pemberian khusus diplomatic paspor kepada Anggota Parlemen ya kan, siapa sih yang bisa membesarkan negara kita kalau tidak kita sendiri. Keberadaan kita di luar negeri itu melakukan diplomasi loh, bukan jalan-jalan. Kita ketemu dengan Menlu, kita ketemu dengan Ketua Parlemen tetapi kita ketika kehadiran kita disitu tidak diperlakukan seperti melakukan diplomasi parlemen dan pejabat negara yang kesana karena tidak mendapatkan perlakuan khusus yang kita miliki adalah servis paspor dan ini bukan 1

36

negara, ini teman-teman semua, banyak negara sekarang makin susah kita masuk untuk di line diplomatic paspor dan saya tidak mengerti negara-negara yang kita kunjungi belakangan ini kok banyak sekali protocol kita tidak bisa masuk ke dalam. Ada 1 saya tidak usah sebut negaranya, oh iya kalau soalnya kalau masuk itu mesti bayar 11 dollar per kepala, bayar dong kalau lo tidak mau bayar, gue yang bayar kalau cuman 11 dollar. Nah maksud ini kembali di anggaran Bu yang buat di sisa kasih anggaran-lah mereka itu untuk Anggota DPR yang kesana, kalau perlu bayar, mereka jemput ke dalam, dibayar dengan anggaran yang ada. Saya rasa teman-teman Banggar tidak keberatan ya Pak Martin untuk memberi approval tambahan anggaran untuk kita itu bisa dijemput di dalam ketika berkunjung kesana begitu. Jadi atau mereka lobby bahwa servis paspor ya kan ketika Ibu mengapproach, mendapatkan visa free, free visa itu kan selalu sekarang diplomatic dan sub service, itu sudah umumnya gandeng kan itu Bu. Juga sekaligus dikatakan bahwa yang servis paspor ini, itu juga diberlakukan khusus bisa masuk di diplomatic line begitu Bu. Saya rasa demikian. Terima kasih. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Oke terima kasih. Mungkin Ibu bisa menjawab juga karena dulu kan pernah ada pembicaraan dengan Pimpinan DPR apakah itu stop ataupun apa alasannya begitu, bisa tidak berlanjut, saya masih ingat sekali, pada periode ini, pada awal-awal periode ini, pada waktu itu. Silakan Bu. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Pertama, saya menanggapi dulu masalah pelayanannya karena yang mengenai masalah diplomatic paspor nanti saya akan sampaikan secara terpisah. Mengenai masalah pelayanan, memang setiap negara memiliki peraturan yang berbeda Bu Evita. Jadi saya juga sering menemui bahwa ada teman-teman yang bisa masuk ke dalam, ada yang tidak, dan bahkan di beberapa negara terutama negara-negara maju mengenai masalah penggunaan fasilitas VIP, itu harganya unbelievable, dalam artian 1 kepala itu harganya bisa ratusan. Kalau dikonversi ke US Dollar menjadi 300 US Dollar bahkan 400 US Dollar. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.SC.): Kita tidak bicara VIP, kita tidak diminta untuk di VIP Room, kita tidak minta dan saya tidak mau juga di VIP Room Bu. Kita di Turki selalu dikasih VIP Room kita tidak terima begitu Bu, kita tidak mau. Kita yang mengatakan adalah fasilitas fast track ketika kita sampai ke suatu negara dimana kita akan melakukan pertemuan-pertemuan diplomasi dengan negara tersebut. Terima kasih. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Yang saya sampaikan tadi sebenarnya hanya untuk menunjukan keberagaman aturan yang ada di negara lain. Oleh karena itu, saya sendiri Pak Ketua kalau misalnya teman-teman, ini hanya sebagai contoh Ibu tidak ada relevansinya dengan pertanyaan Ibu. Pada saat teman-teman menyiapkan saya untuk VIP, saya mengatakan tidak karena itu adalah saya bilang capucino termahal di dunia, hanya duduk minum 1 gelas capucino dan kita harus membayar 400 sekian US Dollar. Saya sampaikan tidak perlu, saya bisa melalui jalan biasa. Oleh karena itu, yang kita selalu coba untuk melakukan fasilitasi kunjungan kedinasan adalah dengan melakukan lobby yang tadi disebutkan oleh Bu Evita. Banyak lobby tersebut yang berhasil tetapi beberapa negara memang sangat kekeh sehingga tidak membolehkan event duta besarnya untuk masuk ke dalam airport tersebut. Jadi memang beraneka ragam fasilitasnya. Tapi sekali lagi Bu, yang ada di wilayah kami

37

yang kami bisa lakukan untuk perbaikan, kami akan lakukan perbaikan mengenai masalah fasilitasi yang dapat kita berikan secara lebih baik kepada para Anggota DPR. Nah mengenai masalah paspor hitam Pak Ketua, kalau boleh nanti kita secara terpisah akan sampaikan dan tadi saya sampaikan bahwa saya akan minta Pak Dirjen Aspasaf untuk menyampaikan hal yang terkait dengan masalah Timor Leste. Pak Dirjen silakan. DIREKTUR JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA KEMENTERIAN LUAR NEGERI (DESRA PERCAYA): Terima kasih Bu Menlu. Pak Ketua, Mohon izin. Pak Martin Hutabarat, Saya yakin Bapak juga mengetahui sekali bagaimana peliknya isu asset ex Warga Negara Indonesia yang ada di Timor-Timor, tidak hanya asset tetapi juga asset yang bergerak maupun tidak bergerak itu Pak. Terjadi kenapa? Pertama memang karena ada perubahan status provinsi menjadi negara merdeka. Itu yang pertama, jadi ada isu hukum. Yang kedua, jumlah klaim-nya sendiri antara 10 sampai 11 ribu. Itu asset-nya Pak. Jadi saya katakan kompleks. Namun demikian dalam berbagai kesempatan pertemuan setidaknya ada isu yang sudah berhasil diputuskan, sudah clear yaitu masalah pensiun bekas Pegawai Negeri ataupun Tentara dan juga masalah kompensasi. Masalah asset memang betul Bapak belum selesai, dikarenakan ada Undang-Undang baru di Timor Leste, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2017 berkaitan dengan asset tidak bergerak atau tanah. Undang-Undang yang sudah ada, implementasinya belum ada, nah memang Pemerintah Timor Leste belum menerapkan secara penuh karena juga ada sensitivitas di dalam negeri Timor Leste seperti misalkan kalau diterapkan maka Warga Negara Timor Leste itu akan diusir dari tempat itu. Ini yang masih terus dilakukan ke dalam negeri dan juga disampaikan kepada kami. Dalam berbagai pertemuan bilateral, isu ini terus kami diskusikan dengan pihak Timor Leste setidaknya pada tingkat som, pada tingkat kami.

Dalam kaitan ini Pak Martin Hutabarat, ke depannya bagaimana? Memang kami pun di Kemlu demikian juga Teman-teman di Kemenko Polhukam secara rutin menerima complain dari eks Warga Negara Timor-Timor. Dalam kaitan ini, kami bersama Kemenko Polhukam terus melakukan koordinasi secara dekat, mengkoordinasikan dan juga mencari solusi terbaiknya, kembali lagi Bapak masalah asset itukan tidak mudah, kembali lagi kalau pun ada 1 klaim kita harus kembali ke pihak Timor Leste membuktikan bukti kepemilikan tanah tersebut atau asset tersebut. Jadi memang masih pending dalam artian masih ada yang beberapa yang belum selesai, belum selesai semuanya tetapi juga bukan berarti berhenti, kami terus melakukan dialog dengan Pemerintah Timor Leste maupun internal consultation atau koordinasi ke dalam.

Terima kasih Bu Menlu.

F-GERINDRA (MARTIN HUTABARAT): Maksudnya, jangan alasan itu berulang 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, betapa sulit. Ya semua orang juga tahu sulit tetapi itukan kerjaan Pemerintah untuk bisa menyelesaikan. Ini sudah terlalu lama 18 tahun lebih itu soal. Kalau tidak, inikan ada terkait dengan orang-orang Timor Leste yang ada di Indonesia. Alasan kemanusiaan, perbolehkan mereka pulang ke Timor Leste karena saya kira kita terlantarkan mereka di NTT sana padahal mereka ada yang memiliki asset di Timor Leste ya kembali saja, kita, ini maaf ini ada wartawan, kita ini 270 juta orang, mereka sedikit penduduknya. Itu adalah orang Timor Leste juga, jangan kita tahan-tahan tetapi kita abaikan hak mereka, kita tidak penuhi hak mereka, janji kita pada mereka. Jadi itu harus ada kebijakan kita. Ini

38

juga jangan sudah 3 tahun yang lalu, kita ngomong berkali-kali itu nanti juga 5 tahun lagi Menteri Luar Negeri yang baru lagi atau masih tetapi Ibu Menteri Luar Negeri yang akan datang tetapi itu lagi alasannya kan? Tidak boleh, tidak enak juga. Jadi ini pentinglah mumpung Xanana itu Pemerintah disana, dia akan sangat akomodatif dengan Indonesia dan dia merasa Indonesia tanah lahirnya yang kedua kok. Terima kasih Bu. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Silakan dilanjutkan lagi. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Baik. Saya ingin melanjutkan 2 hal lagi yang terkait dengan pertanyaan Bu Evita mengenai masalah Palestina dan masalah Korea. Mengenai Palestina, tadi Bu Evita mengatakan apa yang sebenarnya bisa dilakukan oleh PBB di tengah situasi seperti ini. Memang faktanya mengatakan bahwa isu-isu yang sifatnya sensitive yang terkait dengan kepentingan negara pemegang veto pada akhirnya sulit untuk diselesaikan secara tuntas, karena adanya veto tersebut. Ini adalah fakta yang memang harus kita hadapi. Nah pertanyaan kita tentunya adalah apakah kita akan menyerah begitu saja dengan sistem PBB yang berusaha untuk diubah tetapi diskusi mengenai reformasi PBB tersebut sudah bertahun-tahun belum menunjukan ada hasil. Nah yang paling penting bagi kita adalah karena ini adalah masalah hak sebuah bangsa, ini adalah masalah kemanusiaan maka yang kita utamakan adalah apa yang bisa dilakukan oleh Indonesia untuk membantu Palestina. Dalam beberapa rapat sebelumnya, kami menyampaikan bahwa untuk Palestina ada 3 hal yang kita berikan atau coba bantu kepada Palestina. Pertama adalah dukungan politik all the way. Di level apapun di forum apapun, Indonesia akan termasuk negara pertama yang berdiri untuk membela Palestina. Yang kedua adalah mengani ekonomi. Ada beberapa fasilitas yang kita berikan untuk import Palestina masuk kepada Pasar Indonesia. Yang ketiga adalah tentunya capacity building. Banyak sekali capacity building yang kita coba untuk kontribusikan untuk masyarakat Palestina. Hari ini ada pertemuan CEAPAD untuk Palestina tetapi diinisiasi oleh negara-negara di Asia Timur. Hari ini, kita menjadi tuan rumah som-nya dan Pak Dirjen IDP sampai saat ini masih juga berada di pertemuan tersebut. Ini merupakan salah satu forum yang kita gunakan untuk menggalang bantuan untuk Palestina. Jadi yang penting buat kita kalau misalnya belum banyak hal yang bisa dilakukan oleh PBB maka apa yang kita bisa lakukan akan kita lakukan. Kemudian yang kedua tadi pertanyaannya mengenai masalah Korea Utara bagaimana masa depan pertemuan yang ada di Singapura dan sebagainya. Beberapa hari yang lalu, memang sekali lagi banyak sekali uncertainties dan uncertainties ini disumbangkan oleh banyak pihak, tidak hanya oleh 1 pihak tetapi kita juga tidak heran apabila di tengah uncertainties kemudian muncul sedikit harapan akan certainty. Nah ini yang sebenarnya sedang terjadi, dari uncertainties kemudian ada respon yang cukup positif dan kita melihat ada pergerakan kunjungan delegasi dari Amerika ke Pyongyang dan juga ke Singapura yang kita nilai adalah untuk persiapan pertemuan KTT tanggal 12 Juni. Nah tadi di dalam presentasi saya, saya sampaikan memang ada beberapa hal substansi yang akan menentukan apakah KTT nanti akan berhasil atau tidak. Misalnya, pertama mengenai masalah proses dan modalitas dari the nuklirisasi karena ini penting sekali. Kemudian yang kedua adalah mekanisme pengakhiri formal status perang seperti kita ketahui bahwa sebenarnya statusnya perang itu belum selesai. Oleh karena itu, mereka membahas mengenai bagaimana mekanisme pengakhiran secara formal status perang, jadi ada permanen, peace treaty. Yang ketiga adalah mekanisme pencabutan sanksi karena sekali lagi the nuklirisasi akan dibayar karena ini biasanya quit propo, dibayar dengan pencabutan sanksi sehingga ada benefit dari Korea Utara dari proses the nuklirisasi ini dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah tawaran bantuan ekonomi yang akan ditawarkan oleh Amerika kepada Korea Utara dan yang tidak

39

kalah pentingnya di dalam persiapan ini pastinya harus diyakinkan mengenai jaminan keamanan bagi Korea Utara, no rezim a change. Jadi itu kira-kira Ibu Evita elemen-elemen yang akan mempengaruhi apakah KTT yang akan diselenggarakan kita belum tahu, apakah tetap akan bisa diselenggarakan pada tanggal 12 Juni, kita tidak pernah tahu tetapi kita melihat pergerakan kesitu dan pergerakan ke arah situ, hasilnya akan ditentukan oleh elemen-elemen yang saya sebutkan tadi. Terima kasih. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.SC.): Penasaran saja Bu, kenapa Singapura? MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Ada beberapa negara yang pada saat itu menyampaikan. Jadi yang dulu justru kita duga akan dipakai adalah Swedia, karena Swedia lebih melakukan pro aktif diplomasi dengan Korea Utara. Pada saat negara lain masih melakukan atau mengambil sikap wait and see, teman baik saya Margo sudah melakukan komunikasi intensif dengan Korea Utara dan sudah sempat bicara di CNN dan sebagainya, sehingga kalau ditanya kenapa Singapura, saya tidak bisa sampaikan kenapa. Beberapa calonnya Swiss, Swedia, Mongolia termasuk. Untuk selanjutnya Pak Ketua mungkin saya akan minta Pak Sekjen untuk menyampaikan hal lain yang terkait dengan pertanyaan kesekjenan. Terima kasih. SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN LUAR NEGERI (MAYERFAS): Terima kasih Pak Ketua. Yang terhormat Bapak dan Ibu Anggota Komisi I yang kami hormati, Untuk menambahkan yang sudah disampaikan Bu Menlu Pak Ketua, izin kami untuk menyampaikan jawaban terhadap apa yang disampaikan oleh Bu Evita soal pertama anggaran ya Bu, anggaran untuk organisasi internasional. Selama ini memang kurang dialokasikan oleh Kementerian Keuangan. Jadi dari waktu ke waktu kita selalu meminta anggaran belanja tambahan. Nah sekarang sudah dihitungkan dinaikan sampai 780 milyar dan menurut kami itu cukup dan tetapi tidak boleh minta tambah lagi Bu. Dulu memang kebanyakan kurang diberi, hanya 600 milyar sehingga menggerus anggaran kita untuk keperluan lainnya Bu. Jadi sekarang sudah cukup banyak dikasih tetapi dengan persyaratan tidak boleh diminta tambah lagi Bu. Kemudian untuk leasing Bu, F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.SC.): Jadi maksudnya disini adalah tidak boleh diminta tambahan lagi untuk hal yang sama, karena disini tidak ada, di persyaratannya tidak boleh minta anggaran tambahan, makanya saya bingung, untuk multilateral membership. SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN LUAR NEGERI (MAYERFAS): Untuk OI Bu. Kemudian untuk leasing Bu, satu masalahnya belum ada SBM-nya Bu, Standard Biaya-nya kita belum punya tetapi yang lebih masalah lagi di negara setempat tidak bisa leasing, tidak bisa memakai plat nomor diplomatic. Aturan negara setempat tidak membolehkan Bu, hampir semua negara tidak membolehkan leasing memakai nomor plat diplomatic Bu. Alasan itu yang akhirnya tidak dijalankan leasing Bu. Sudah dilakukan permintaan informasi ke semua perwakilan

40

kita dan hampir semua perwakilan menjawab Pemerintah setempat tidak mengizinkan untuk leasing memakai plat nomor diplomatic Bu. Jadi ada faktur imunitas dari mobil itu. Jadi itu yang, jadi kita tidak bisa terapkan sampai sekarang Bu. Kemudian Pak Supiadin. Dari Pagu Anggaran yang 7,3 itu Pak, 7,358 trilyun anggaran yang untuk pusat adalah 2,64 trilyun atau 35% dari keseluruhannya, dari keseluruhan anggaran, sedangkan anggaran untuk perwakilan 4,7 triliun sebagian besar 64% dari anggaran yang 7,3 trilyun itu adalah untuk perwakilan, keperluasan operasional perwakilan. Demikian Pak. F-PD (Dr. SJARIFUDDIN HASAN, S.E., M.M., M.BA.): Pak Ketua, Sedikit. Bu Menlu hanya sekedar supaya tidak stress ya. Menurut informasi, pertemuan tanggal 12 Juni itu dibatalkan sepihak oleh Trump dan saya pikir di sisi Indonesia mungkin bagus buat Bu Menteri, karena Indonesia itu kan punya kedekatan juga dengan Korea Utara. Indonesia juga dekat sama Amerika. Saya pikir kalau Bu Menteri mulai sekarang menjajaki ya sudah, kalau di Singapura tidak ada, di Singapura tidak bisa ya sudah dibikin di Jakarta saja. Saya pikir dengan begitu Indonesia akan semakin keren begitu loh. Itu sejarah kan buat Bu Menteri kalau itu terjadi. Terima kasih Bu. Terima kasih Pak Ketua. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Pendapat yang bagus itu Pak. Silakan. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA (RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI): Baik. Saya kalau dengan Beliau masih memanggil Pak Menteri Pak. Jadi Pak saya kira masalahnya bukan faktur Singapuranya. Masalahnya adalah apakah pertemuan tersebut akan jadi dilaksanakan atau tidak. Pada saat Presiden Trump mengatakan batal maka kalau Bapak ingat ada pertemuan kembali antara Pemimpin utara dan selatan dan signalnya dari hasil pertemuan utara selatan tersebut bahwa utara tetap menginginkan adanya pertemuan tersebut. Oleh karena itu, twitter Presiden Trump kemudian TUN-nya kemudian berubah. Oleh karena itu, tadi saya sampaikan bahwa setelah pertemuan utara selatan tersebut terjadi pergerakan yang mengarahkan positif tetapi sekali lagi Pak kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi, tadi saya sampaikan mengenai masalah elemen-elemen yang saya sampaikan kepada Ibu Evita. Bapak Ketua dan Anggota yang saya hormati, Masih ada 2 isu tetapi kalau boleh kami sarankan 2 isu tersebut kita bahas secara tertutup. Satu adalah isu terkait dengan masalah visa Israel, satu lagi adalah mengenai masalah bendera. Kalau boleh kami mengusulkan 2 isu tersebut dibahas secara tertutup. Terima kasih. F-NASDEM (MAYJEN TNI (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA): Pimpinan,

41

Saya tambah 1 isu Bu saya baru ingat, nanti dijawab sekalian. Yaitu tentang, Amerika sekarang sudah memprotes terhadap China tentang militerisasi displatli. Nah ini perlu. Jadi kita Pemerintah Indonesia perlu melakukan respon itu. Ya kalau Amerika saja begitu bagaimana kita, harusnya kita karena lihat lebih dekat. Kan dia juga protes ketika kita memberi nama Laut Natuna itu menjadi Laut Natuna bukan Laut China Selatan. Di sekitar Natuna ganti itu menjadi Laut Natuna. Nah yang kedua saya ada korelasi Bu, atensi Trump itu terhadap China apa. Menhan baru saja pulang dari Hawai. Pertemuan dengan US Pakom. Nah ternyata berubah Bu, US Pakom mengubah strukturnya, tidak lagi US Pakom tetapi tambah US Indo Pakom. Ini artinya apa? Artinya ada strategi di balik itu dengan menyebutkan nama US Pakom menjadi US Indo Pakom, ada tujuan tentunya. Saya kira larinya kepada Indo China nanti itu. Nah ini yang perlu kita pikirkan. Saya kira nanti jawabnya. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Oke terima kasih. Mungkin supaya menuntaskan pertanyaan, jadi kita sepakat untuk tertutup yang khusus untuk 2 isu tadi ya.

(RAPAT: SETUJU)

Jadi saya minta waktu untuk para reporter serta yang tidak berkepentingan untuk keluar. Jadi saya skors 5 menit.

(RAPAT: DISKORS)

Bisa kita mulai ya. Saya rasa sudah bisa dilakukan secara tertutup. Silakan.

Rapat dilanjutkan dengan sifat Rapat Tertutup.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 17.40 WIB)

Jakarta, 31 Mei 2018

a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT,

TTD.

SUPRIHARTINI, S.IP., M.Si NIP. 19710106 199003 2 001