dewan kota makassar (gemeenteraad van makassar

29
DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR) 1918-1938 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin OLEH: MITA PUSPITA F811 12 259 UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 Hari, Tanggal : Selasa, 25 April 2017 Waktu : 10.00-11.00 WITA Tempat : Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

Upload: others

Post on 28-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR)

1918-1938

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Hasanuddin

OLEH:

MITA PUSPITA

F811 12 259

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Hari, Tanggal : Selasa, 25 April 2017

Waktu : 10.00-11.00 WITA

Tempat : Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Hasanuddin.

Page 2: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR
Page 3: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR
Page 4: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

ABSTRAK

Mita Puspita, Nomor Pokok F81112259, Dewan Kota Makassar (Gemeenteraad

van Makassar) 1918-1938, dibimbing oleh Margriet Moka Lappia, S.S., M.S. dan

Dr. Amrullah Amir. M.A

Penelitian ini membahas mengenai pemerintahan Dewan Kota Makassar

(Gemeenteraad van Makassar) pada tahun 1918-1938 dibawah pemerintahan

Kolonial Belanda. Penelitian ini berfokus pada struktur pemerintahan Dewan Kota

Makassar, golongan-golongan apa saja yang ikut berperan dalam pemerintahan

Dewan Kota, apa saja tugas dan wewenang Dewan Kota, serta bagaimana peran dan

pengaruh Dewan Kota terhadap pembangunan yang terjadi di kota Makassar.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sejarah yaitu

Pemilihan topik, Pengumpulan sumber, Verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber),

Interpretasi atau penafsiran dan yang terakhir penulisan.

Dalam pemerintahan Dewan Kota Makassar terdapat tiga golongan yang

menjadi anggota-anggota Dewan Kota Makassar yaitu orang pribumi, orang Belanda

dan Timur asing. Ketiga golongan ini kemudian menjadi perwakilan golongannya

masing-masing pada pemerintahan Dewan Kota Makassar. Pada periode ini, untuk

pertama kalinya di tahun 1918 kota Makassar memiliki walikota pertamanya, tercatat

dari tahun 1918 hingga 1938 kota Makassar memiliki tujuh Walikota yang

seluruhnya merupakan orang Belanda.

Pada periode 1918-1938 Dewan Kota ikut berperan aktif dalam

pembangunan-pembangunan yang ada di kota Makassar. Dimulai dari pembangunan

dan perbaikan fasilitas kota seperti jalan-jalan, transportasi, perumahan rakyat,

Rumah Sakit, pembangunan gedung-gedung pemerintahan, sekolah-sekolah, pasar,

dan pelabuhan. Selain itu pemerintah Dewan kota juga berperan dalam pembuatan

peraturan perundang-undangan yang berlaku di kota Makassar.

Kata Kunci : Dewan Kota, Gemeenteraad, Kota Makassar

Page 5: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

ABSTRACK

Mita Puspita, Identification Number F81112259, the City Council Makassar

(Gemeenteraad van Makassar) 1918-1938, guided by Margriet Moka Lappia,

S.S., M.S. and Dr. Amrullah Amir. M.A

This study discusses about the government of Makassar City Council

(Gemeenteraad van Makassar) in the year 1918 to 1938 under the Netherlands

colonial government. This study focuses on the governance structure of Makassar

City Council, any factions that had a role in the government of the City Council, what

are the duties and authority of the City Council, as well as the role and influence of

the City Council on development that occurred in the city of Makassar. This research

was conducted using the method of historical research that topic Selection, The

collection of resources, Verification (historical criticism, the validity of the source),

or the interpretation and the last is writing.

In the government of Makassar City Council there are three groups who

become members of the Council of Makassar are natives, the Dutch and foreign East.

The third group is then a representative of each faction in the government of

Makassar City Council. In this period, for the first time in 1918 the city of Makassar

had its first mayor, was recorded from 1918 to 1938 the city of Makassar has seven

mayors are all Netherlands people.

In the period 1918-1938 the City Council to actively participate in

developments in the city of Makassar. Beginning with the construction and

improvement of municipal facilities such as roads, transportation, housing, hospitals,

construction of government buildings, schools, markets, and ports. In addition the

city council government also plays a role in making legislation in force in the city of

Makassar.

Keywords: City Council, Gemeenteraad, City of Makassar

Page 6: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat-Nyalah

sehingga penulisan skripsi dengan Judul Dewan Kota Makassar (Gemeenteraad

van Makassar) 1918-1938 dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih

gelar sarjana pada Departemen Ilmu Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Hasanuddin. Dalam penulisan skripsi penulis menyadari penulisan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat

dan banyak terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua Penulis, ayahanda Hasanuddin Dg. Nyonrie dan Ibunda

Saddiah Dg. Ngugi yang telah memberikan kasih sayang, semangat,

motivasi, bantuan, dorongan dan doanya kepada penulis sampai penulis

berhasil menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Hasanuddin. Teruntuk kakak-kakakku Dian Wahyudi, Dedi arsyad, Desi

Rismayanti, Rika Risdayanti atas bantuan dan doanya selama ini. Tidak

lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Kanda Aidil Fadli S.S

untuk semua bantuan, dukungan, doa dan motivasi selama ini.

2. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries. T. Pulubuhu selaku Rektor Universitas

Hasanuddin beserta stafnya, atas bantuan dan pelayanan yang diberikan

Page 7: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

selama penulis mengikuti studi. Kepada Prof. Drs. H. Burhanuddin Arafah,

M.Hum., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin

beserta stafnya, atas bantuan dan pelayanan yang diberikan selama penulis

mengikuti studi.

3. Bapak Dr. Bambang Sulistyo Edi P., M.S selaku Ketua Departemen Ilmu

Sejarah Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin. Bapak dan Ibu Dosen

Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin

yang telah membagi ilmu dan pengalamannya kepada penulis selama kuliah di

Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

4. Ibu Margriet Moka Lappia, S.S., M.A selaku Dosen Pembimbing I dan Dr.

Amrullah Amir, M.A selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan

waktu, tenaga, dan pikirannya selama membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Serta Drs. Abd Rasyid Rahman, M. Ag selaku

pembimbing akademik penulis selama menjadi mahasiswa.

5. Terima kasih TRITURA 2012 untuk menjadi teman hidup, teman

seperjuangan, teman sependeritaan dan teman sepengkaderan terkhusus untuk

Rijal, Amri, Herman, Rusli, Bulla, Apos, Fathin, Riska dan Nata “jika tua

nanti kita tlah hidup masing-masing ingatlah hari ini”.

6. Untuk Keluarga besar HUMANIS KMFIB-UH Tidak lupa pula penulis

ucapkan terima kasih atas ilmu, pengalaman berharga serta kenangan selama

Page 8: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

penulis menjadi bagian dari HUMANIS, “Jayalah Negeriku, jayalah Bangsa

ku, jayalah Sejarahku” .

7. Terima kasih untuk satu lagi kenangan hidup terbaik dari teman-teman KKN

UNHAS Gel. 90 Kabupaten Pinrang, Kecamatan Suppa, terkhusus untuk

posko Desa Maritengngae, Fachri Malik, Hilman Nugraha, Kak Misamad

Saputra, Kak Nurirmayanti Hatta, Mujahidah Achiru dan Dini Albertin

Mandy.

Kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan

kerja sama dalam membantu penulisan ini secara langsung maupun tidak langsung

penulis ucapkan banyak terima kasih. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi banyak pihak. Amieen

Makassar, 25 April 2017

Mita Puspita

Page 9: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PENERIMAAN

ABSTRAK ......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2 Batasan Masalah .......................................................................................................... 6

1.3 Rumusan Msalah .......................................................................................................... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

1.5 Metode Penelitian ........................................................................................................ 8

1.6 Tinjauan Pustaka .......................................................................................................... 11

1.7 Sistematika Penulisan .................................................................................................. 16

BAB II KOTA MAKASSAR DIBAWAH PEMERINTAH KOLONIAL

2.1 Makassar sebagai Kota Kolonial ................................................................................. 19

2.2 Kondisi Sosial Budaya dibawah Pemerintah Hindia Belanda ..................................... 24

2.3 Pemerintahan Hindia Belanda di Makassa .................................................................. 30

Halaman

Page 10: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

2.4 Kondisi Ekonomi Perdagangan dibawah Pemerintahan Hindia Belanda .................... 32

BAB III DEWAN KOTA MAKASSAR 1918-1938

3.1 Struktur Dewan Kota Makassar 1918-1938 ................................................................. 39

3.2 Peran Dewan Kota Makassar 1918-1938 ..................................................................... 48

3.2.1 Ketua atau Walikota (Voorzitter/Burgemester) .................................................. 48

3.2.2 Kesekertariatan ................................................................................................... 49

3.2.3 Pejabat Bagian Konstruksi Bangunan dan Perumahan (Bouw-en

Woningtoezicht ................................................................................................... 49

3.2.4 Pejabat Bagian Pekerjaan Umum (Gemeente Werken) ..................................... 49

3.3 Tugas dan Wewenang Dewan Kota Makassar 1918-1938 .......................................... 50

3.3.1 Menetapkan Peraturan Daerah ........................................................................... 50

3.3.2 Melengkapi dan Memperbaiki Fasilitas Kota .................................................... 54

3.4 Sumber Pendapatan Dewan Kota Makassar 1918-1938 .............................................. 55

3.4.1 Pajak-pajak ........................................................................................................ 56

3.4.2 Retribusi ............................................................................................................. 58

3.4.3 Pendapatan dari Perusahaan Milik Pemerintah................................................. 69

BAB IV PERKEMBANGAN KOTA MAKASSSAR DIBAWAH

PEMERINTAHAN DEWAN KOTA 1918-1938

4.1 Perkembangan dalam Bidang Ekonomi Perdagangan ................................................. 62

4.2 Perkembangan dalam Bidang Sosial ............................................................................ 64

4.2.1 Sarana dan Prasarana Kota ................................................................................. 65

Page 11: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

4.2.2 Keindahan Kota .................................................................................................. 69

4.2.3 Perumahan Rakyat .............................................................................................. 71

4.3 Perkembangan dalam Bidang Kesehatan dan Pendidikan ............................................ 73

4.3.1 Kesehatan ............................................................................................................ 74

4.3.2 Pendidikan ......................................................................................................... 77

4.4 Kendala yang dihadapi Dewan Kota Makassar ............................................................ 80

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 85

LAMPIRAN ....................................................................................................................... 90

Page 12: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Interaksi yang terjadi sejak lama antara Belanda dan Indonesia, menyebabkan

semakin banyak orang Belanda termasuk keturunan – keturunan Belanda yang tinggal

di Indonesia dan secara hukum diakui memiliki status orang Eropa. Orang-orang

Eropa sebagian besar tinggal di kota dan hanya sedikit yang tinggal di desa. Sebagian

besar mereka tinggal di kota-kota di Jawa.Adapun kota-kota di luar Jawa yang

ditinggali oleh orang – orang Eropa dengan jumlah yang cukup banyak hanya kota-

kota utama saja, yang kemudian berkembang menjadi ibukota provinsi salah satunya

adalah kota Makassar.

Kondisi kota yang kurang teratur kemudian menjadi masalah besar bagi

orang-orang Eropa yang merasa tidak nyaman tinggal di wilayah-wilayah Indonesia.

Menurut mereka hal tersebut karena tidak adanya pengelola kota yang secara khusus

memiliki wewenang dalam mengelola kota1. Pada tahun 1905 munculah ide

mengadakan Desentralisasi Teritorial dalam pemerintahan Indonesia. Pemerintahan

daerah diberi kebebasan cukup luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri (hak otonomi) dan dengan keuangan sendiri serta perwakilannya

1 Purnawan Basundoro, Pengantar Sejarah Kota, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 102 –

103.

Page 13: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

sendiri2.Kondisi ini yang kemudian melahirkan keputusan dari pemerintah Belanda

untuk memberikan status Gemeente serta kewenangan kepada masing – masing kota

besar di Indonesia untuk mengelola kotanya sendiri tidak terkecuali Makassar3.

Gemeente sendiri merupakan sebutan oleh Kolonial Belanda yang berarti

kotamadya.Pada masing-masing kota berstatus Gemeente kemudian dibentuk Dewan

Kota atau Gemeenteraad. Gemeenteraadmerupakan lembaga perwakilan rakyat yang

dibentuk untuk mengatur dan mengelola kotanya sendiri.Kepala Kotamadyasendiri

disebut Burgemeester atau Walikota yang sekaligus berperan ganda sebagai ketua

dari Dewan Kota (Gemeenteraad).

Keanggotaan Gemeenteraad mewakili golongan – golongan etnis yang tinggal

di kota antara lain golongan Eropa, Pribumi, dan Timur Asing. Bangsa Eropa yang

dimaksud ialah bangsa Belanda dan termasuk mereka yang berasal dari Eropa, tetapi

juga orang Australia dan Amerika.Orang Timur Asing termasuk orang Cina, Jepang,

Arab, dan India4. Namun demikian, sifat keanggotaannya tidak mewakili jumlah dari

golongan etnis secara nyata, karena pada kenyataannya golongan Eropa lebih

mendominasi keanggotaan Gemeenteraad dihampir semua kota berstatus Gemeente5.

2 Irawan Soejito, Sejarah Pemerintahan di Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976),

hlm.75.

4 Bayu Suryaningrat, Sejarah Pemerintahan Di Indonesia Babak Hindia Belanda dan Jepang,

(Jakarta: Dewaruci Press, 1981), hlm. 35.

5 Purnawan Basundoro, op. cit., hlm. 107.

Page 14: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

Pemerintah Kolonial Belanda menerapkan sistem pemerintahan yang lebih

banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah di wilayah jajahannya dengan

tujuan membawa perubahan terhadap Indonesia. Perubahan tersebut dilakukan

dengan cara membentuk Dewan-dewan lokal, yang kemudian dapat dikatakan cukup

berhasil, walaupun mayoritas anggotanya merupakan orang Belanda dan bangsa-

bangsa lainnya (terutama Cina).Bagi orang-orang Indonesia yang menjadi anggota

Dewan Kota adalah mereka yang merupakan pegawai pemerintahan seperti para

Bupati.

Hak suara bagi orang Indonesia hanya diberikan kepada laki-laki yang melek

huruf dan memiliki pajak penghasilan yang tinggi.Hal inilah yang kemudian menjadi

penyebab jumlah orang Indonesia yang bisa menjadi bagian atau anggota dari Dewan

Kota hanya sedikit jumlahnya.walaupun begitu, hal ini merupakan bentuk lain dari

pemberian kekuasaan dan wewenang serta keinginan untuk meningkatkan peran

orang –orang Indonesia dengan dibentuknya Dewan Kota.

Dewan kota didirikan dengan hanya satu majelis yang hanya mempunyai

wewenang menasehati, tetapi jika masalahnya sudah menyangkut keuangan maka hal

tersebut diserahkan ke Gubernur Jendral. Suatu aturan baru untuk Indonesia yang

diberlakukan pada tahun 1925 telah menurunkan fungsi Dewan Kota menjadi badan

penasehat dan memberikan wewenang-wewenang legislatif yang terbatas. Anggaran

belanja dan pembuatan peraturan kota lainnya memerlukan persetujuan Dewandan

lembaga ini dapat mengajukan perundang-undangan. Sejak awal dibentuknya, Dewan

Page 15: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

Kota telah mengambil tempat dalam kesadaran politik6. Hingga tahun 1939 tercatat

telah ada sekitar tiga puluh dua dewan-dewan kota, 19 di Jawa dan 13 berada diluar

Jawa.

Kota Makassar merupakan kota baru yang kemudian tumbuh dan meluas

bersamaan dengan semakin lengkapnya perangkat birokrasi pemerintahan yang

mengatur, mendisiplinkan dan menguasai kota. Makassar kemudian berkembang

menjadi daerah otonom dengan nama Gemeente van Makassar pada tahun1906 dan

dibentuklah Dewan Kota Makassar (Gemeenteraad van Makassar),yang berhak

mengatur dan memerintah dirinya sendiri.

Tingginya jumlah penduduk Eropa di Makassar menjadi salah satu alasan

awalnya Dewan Kota (Gemeenteraad) dibentuk di kota Makassar. Sebagai kota besar

kedua di luar Jawa setelah Pelembang, Kota Makassar pada akhir abad ke 19

memiliki jumlah penduduk berada pada kisaran 20 ribuan saja. Di tahun 1905

diperkirakan jumlah penduduk di kota ini sekitar 26 ribu orang. Setelah terbentuknya

Makassar menjadi kotamadya maka dibentuk pula Dewan kota Makassar

(Gemeenteraad Van Makassar) pada tahun 19187 bersamaan dengan berjalannya

pemerintahan Dewan Kota Makassar.

6 M.C Ricklef s, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

2011), hlm. 242-244.

7 Asmunandar, Kota Makassar dalam Empat Abad, dalam Makassar Nol Kilometer:

Jurnalisme Plat Kuning, penyunting: Anwar Jimpe Rachman (Makassar: Tanahindie Press, 2014),

hlm. 112.

Page 16: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

Pada tahun 1930 jumlah penduduk kota Makassar sudah berlipat lebih dari 3

kali dan mencapai lebih dari 84 ribu orang, yaitu 3,5 ribu orang Eropa, lebih dari 15

ribu orang Cina, dan lebih dari 65 ribu Bumiputera dari berbagai daerah di Hindia8.

Padahal pada awalnya banyaknya orang-orang Belanda, Cina, Bugis maupun

Makassar yang membentuk kampung-kampungnya sendiri untuk kemudian tinggal di

wilayah – wilayah tertentu disekitar Benteng yang merupakan pusat pemerintahan

Belanda pada saat itu di kota Makassar, karena orang – orang Cina, Eropa, dan Bugis

maupun Makassar tersebut terkait dalam jaringan perdagangan yang kuat. Perubahan

sosial dan politik yang luar biasa kemudian terjadi ketika orang – orang Eropa mulai

menggantikan orang Makassar sebagai kelompok yang lebih dominan di

kotaMakassaar9. Hal ini kemudian nampak jelas dalam keanggotaan Dewan Kota

yang anggotanya didominasi oleh orang Eropa.

Perubahan status kota Makassar menjadi Gemeenteatau Kotamadya dan

dibentuknya Dewan Kota (Gemeenteraad) sebagai perangkat pemerintahanyang

sumber pendapatan berasal dari berbagai jenis pajak seperti, pajak tontonan, pajak

kendaraan, pajak pendapatan, pajak upah, dan lain-lain serta keuntungan dari

perusahaan – perusahaan Pemerintah kota seperti, pasar, perumahan, tanah, air

8 Dias Pradadimara, Penduduk Kota, Warga Kota, dan Sejarah Kota: Kisah Makassar,

(Yogyakarta: Ombak, 2005), hlm. 258.

9 Heather Sutherland, Kontinuitas dan Perubahan dalam Sejarah Makassar: Perdagangan

dan Kota di Abad ke-18, penyunting Dias Pradadimara dan Muslimin A.R. Effendi, (Yogyakarta:

Ombak, 2004), hlm. 19-20.

Page 17: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

minum, dan sebagainya10

yang dipergunakan untuk membangun kota Makassar

dalam berbagai bidang.

Pemerintah Hindia Belanda juga giat membangun gedung kantor untuk

pemerintah kota. Letak gedung ini sejajar dengan gedung gereja, yang sekarang

dimanfaatkan sebagai Museum Kota Makassar11

.Meskipun Dewan Kota Makassar

telah dibentuk sejak tahun 1918 namun belum ada tulisan yang membahas hal

tersebut.Penelitian ataupun penulisan skripsi lebih banyak membahas Dewan

Perwakilan sesudah kemerdekaan.

1.2 BATASAN MASALAH

Kota Makassar terbentuk sebagaiGemeente Makassar pada tahun 1906, di

tahun yang samaGemeenteraadjuga dibentuk dengan anggotan-anggotanya terdiri

dari orang Eropa, Pribumi, dan Timur asing. Pada tahun 1918 walikota pertama J. E.

Dambrink terpilih sebagai walikota kota Makassar12

. Pada penelitian ini penulis akan

berfokus pada Dewan Kota Makassar mulai tahun 1918 hingga tahun 1938.

Pembatasan penelitian pada tahun 1938 dikarenakan pada tahun tersebut terjadi

perubahan status dari Gemeente (Kotamadya) menjadi Stadsgemeente

10

Notulen Van Het Verhandelde in de vergadering Van den Raad der Gemeente Makassar,

1920.

11

Edward L. Poelinggoman, Karebosi dalam Peta Kota Makassar, disampaikan pada “Dialog

Budaya“ dengan tema: “Karebosi: Masa Lalu, Kini, dan Masa Akan Datang” yang diselenggarakan

oleh Panrita Institute of Public Development dsn HIMA Sejarah FEIS UNM. Pada 8 Januari 2008.

12

Yudhistira Sukatanya, Dari Makassar Ke Makassar, dalam Makassar Doeloe, Makassar

Kini, Makassar Nanti, penyunting: Yudhistira Sukatanya. Gunawan Monoharto, (Makassar: Yayasan

Losari Makassar: 2000), hlm. 66.

Page 18: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

(Kotapraja)yang berdasar pada Stadsgemeente Ordonnantie Buitengewesten Nomor.

490 Tahun 1938untuk wilayah di luar Jawa. Hal inilah yang menjadi alasan penulis

untuk membatasi penelitian ini dimulai pada tahun 1918 hingga 1938 sehingga lebih

terfokus pada masa pemerintahan Hindia – Belanda. Sedangkan untuk batasan spasial

pada penelitian ini, penulis akan fokus pada wilayah kota Makassar yang berstatus

sebagai Kotamadya (Gemeente) sekaligus sebagai pusat Pemerintahan Kolonial

Belanda di Sulawesi Selatan.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Penelitian mengenai Sejarah Dewan Kota ini menjadi menarik dan penting

untuk dilakukan karena Pertama, hal ini merupakan cikal bakal terbentuknya Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk periode saat ini.Kedua, karena Dewan

Kota memiliki sumbangsih yang besar terhadap pembangunan di kota Makassar.

Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Dewan

Kota Makassar (Gemeenteraad van Makassar) 1918-1938 dalam prespektif sejarah

dengan rumasan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur pemerintahan Dewan Kota Makassar dalam periode

1918-1938?

2. Bagaimana peran dan pengaruh Dewan Kota Makassar terhadap

pembangunan kota Makassar dalam periode 1918-1938?

Page 19: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui struktur Dewan Kota Makassar pada tahun

1918 – 1938.

2. Untuk mengetahui peran dan pengaruh Dewan Kota Makassar

terhadap pembangunan kota Makassar pada tahun 1918-1938.

2. Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana bagi penulis.

2. Tulisan ini bisa menjadi referensi bagi penulis/peneliti sejarah

yang berminat menulis dan mengkaji mengenai sejarah

Pemerintahan dan sejarah Kota Makassar.

3. Menambah koleksi kajian mengenai sejarah pemerintahan di

Indonesia khususnya di kota Makassar.

4. Menambah catatan sejarah pemerintahan untuk wilayah kota

Makassar.

1.5 METODE PENELITIAN

Menurut Charles Seignobos dalam buku Methode historique appliquee aux

sciences sociales (Paris, 1901) yang dikutip oleh Louis Gottschalk dalam buku

Mengerti Sejarah : Sejarah bukan hanya suatu ilmu melainkan suatu metode, yang

Page 20: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

dimaksud adalah bahwa metode sejarah dapat diterapkan kepada pokok pembahasan

disiplin maupun sarana untuk memastikan fakta13

.

Penelitian sejarah mempunyai lima tahap, yaitu:

1. Pemilihan topik: objektif dan subjektif dalam pemilihan topik merupakan

hal yang sangat penting, karena kemampuan seseorang hanya akan

bekerja dengan baik apabila ia senang dan mampu mengerjakan topik

yang dipilihnya. Topik yang sebaiknya dipilih dalam penelitian yaitu (1)

kedekatan emosional, (2) kedekatan intelektual. Setelah topik ditemukan

barulah membuat rencana penelitian. Dalam sebuah rencana penelitian

harus berisi tentang : Permasalahan, Historiografi, Sumber Sejarah dan

Garis besar penelitian.

2. Pengumpulan sumber: sumber yang dikumpulkan harus sesuai dengan

jenis sejarah yang akan ditulis. Sumber menurut bahannya dapat dibagi

menjadi dua yaitu tertulis dan tidak tertulis. Dokumen tertulis dapat

berupa surat – surat, notulen rapat, kontrak kerja, dan sebagainya.

Sedangkan sumber yang tidak tertulis berupa foto, bangunan peninggalan

dan sebagainya14

. berdasarkan metodologi disiplin sejarah, arsip

merupakan sumber sejarah berupa dokumen tertulis yang menempati

kedudukan yang tertinggi dibanding dengan sumber-sumber sejarah

13

Louis Gottschalk: penerjemah Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, (Jakarta : UI-

PRESS, 2008), hlm. 24.

14

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995), hlm. 73.

Page 21: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

lainnya atau dapat dikatakan sebagai sumber primer dan sumber lain

sumber tambahan atau primer 15

. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan sumber primer berupa NOTULEN van het verhandelde in

de VERGADERINGEN VAN DEN RAAD der GEMEENTE MAKASSAR

IN 1918, 1920, 1927, 1930, 1938 dan Arsip Pemerintahan Kotamadya

Ujungpandang 1926-1988. Sedangkan sumber sekundernya berupa buku,

artikel, jurnal, serta tulisan ilmiah mengenai kota Makassar dalam

berbagai aspek terutama mengenai pemerintahan kota Makassar yang

berhubungan dengan objek penelitian.

3. Verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber): setelah mengetahui secara

persis topik dan sumber yang telah dikumpulkan tahap berikutnya adalah

verivikasi atau kritik sejarah, atau keabsahan sumber. Verifikasi ada dua

macam yaitu Autentisitas dan Kredibilitas. Autentisitas merupakan kritik

mengenai keaslian sumber yang digunakan atau bisa disebut kritik

eksternal sedangkan Kredibilitas merupakan kritik mengenai kebenaran

informasi dari sumber sejarah yang mengandung informasi sumber

sejarah yang dapat dipercaya atau tidak disebut juga kritik internal16

15

Mona Lohanda, Membaca Sumber Menulis Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2011), hlm.3.

16

Abd. Rahman Hamid. Muhammad Saleh Majid, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta:

Ombak, 2011), hlm 47-48.

Page 22: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

4. Interpretasi atau penafsiran ada dua macam yaitu (1) Analisis yang

berarti menguraikan, setelah menguraikan barulah kita akan menemukan

fakta. (2) Sintesis yang berarti menyatukan.

5. Penulisan: dalam penulisan sejarah aspek kronologi sangat penting.

Penyajian penelitian dalam bentuk tulisan mempunyai tiga bagian: (1)

Pengantar, berisi permasalahan, latar belakang, historiografi dan

pendapat tentang tulisan orang lain, pertanyaan – pertanyaan yang akan

dijawab melalui penelitian, teori dan konsep yang dipakai, dan sumber-

sumber sejarah. (2) Hasil penelitian, memperlihatkan fakta-fakta yang

ditulis dalam penelitian disertai data yang mendukung. (3) Kesimpulan,

disinilah kita kemudian mengemukakan hal yang lebih sederhana dari

yang telah diuraikan dalam bab – bab sebelumnya yang merupakan hal

penting di dalam penelitian kita17

.

1.6 TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan karya – karya sejarah yang

telah diteliti dan dianggap berkaitan dengan topik dari penelitian ini sebagai sumber

sekunder. Adapun diantaranya yaitu:

Buku Purnawan Basundoro yang berjudul Pengantar Sejarah Kota diterbitkan

oleh Ombak pada tahun 2012 di Yogyakarta, pada BAB VII “Perkembangan

Pemerintah Kota” buku ini menjelaskan mengenai awal mula lahirnya pemerintah

17

Kuntowijoyo, op. cit., hlm. 80-81.

Page 23: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

kota di Indonesia, dimulai dari pemerintah pada masa Kolonial hingga pemerintahan

pada masa Jepang. dikeluarkannya undang-undang yang mengatur kota hingga

dibentuknya Dewan Kota bagi kota-kota besar di Indonesia yang kemudian memiliki

peran penting terhadap pembangunan kota baik di Jawa maupun di luar Jawa. Tidak

hanya itu pada buku ini menjelaskan mengenai sistem administrasi Gemeente

(Kotamadya) mulai dari kepala pemerintahannya, gambaran mengenai anggota-

anggotanya, kewenangan hingga kewajiban dari Gemeente.

Buku yang berjudul Kota Lama Kota Baru: Sejarah Kota – Kota di Indonesia,

yang disusun oleh Freek Colombijn, dkk dan diterbitkan oleh Ombak pada tahun

2005 ini merupakan buku kumpulan tulisan mengenai sejarah kota – kota besar di

Indonesia, buku ini sangat berguna bagi penulis untuk membantu dalam memberikan

informasi mengenai perkembangan perkotaan di Indonesia pada masa kolonial

Belanda hingga masa kemerdekaan Indonesia. salah satu tulisan yang dimuat yaitu “

Penduduk Kota, Warga Kota, dan Sejarah Kota : Kisah Makassar “ yang ditulis oleh

Dias Pradadimara yang membahas terbentuknya ruang kota hingga sejarah birokrasi

pemerintahan kota Makassar di masa pemerintahan Kolonial hingga pasca

kemerdekaan, pada tulisan ini penulis mendapatkan informasi – informasi mengenai

sejarah kota Makassar dalam berbagai hal.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern, M. C Ricklefs menekankan

penulisannya pada sejarah rakyat Indonesia.Baik sejarah tentang politik, sosial,

budaya dan ekonomi termasuk tentang interaksi sosial antar komunitas-komunitas

Page 24: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

yang berbeda tetapi mempunyai hubungan yang erat dalam linguistik dan etnik di

Nusantara ini, menjadi bangsa yang bersatu. Sejarah Jawa menjadi faktor dominan

dalam buku ini dibanding dengan sejarah di wilayah Nusantara yang lain. Hal

tersebut dikarenakan : pertama, Jawa memperoleh penelitian sejarah yang lebih

banyak daripada pulau-pulau yang lain. Kedua, penduduknya mewakili lebih dari

separuh jumlah penduduk yang ada di Indonesia dan yang ketiga, Jawa menjadi pusat

dari banyak sejarah politik, baik selama kurun waktu colonial maupun kurun waktu

kemerdekaan dan mempunyai pengaruh lebih besar atas daerah-daerah di luarnya dan

menjadi lebih penting bagi sejarah Indonesia sebagai keseluruhan. Kedatangan

bangsa Eropa khususnya kongsi dagang VOC yang mempunyai banyak kepentingan

hingga menanamkan imperialisnya di Indonesia yang kemudian terjadi pergolakan

pada abad XVII dan XVIII yang memperebutkan hegemoni antara kerajaan

Nusantara dengan VOC dan Pemerintah kolonial Belanda.Abad XIX pemaksaan

dilakukan pemerintah kolonial Belanda secara bertahap di seluruh Nusantara, dan

abad XX dibuka dengan masalah-masalah yang baru pada saat ini telah menjadi

rahasia umum bagi sebagian besar rakyat Indonesia.

Buku berjudul Kontinuitas dan Perubahan dalam Sejarah Sulawesi Selatan,

merupakan buku kumpulan tulisanyang disunting oleh Dias Pradadimara dan

Muslimin A.R. Effendi, di terbitkan di Yogyakarta, oleh Ombak. Pada buku

kumpulan tulisan ini terdapat dua tulisan yang penting untuk di jadikan sumber

sekunder oleh penulis dalam penelitian ini, yang pertama yaitu tulisan Heather

Page 25: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

Sutherland berjudul Kontinuitas dan Perubahan dalam Sejarah Makassar:

Perdagangan dan Kota di Abad ke-18, dalam tulisan ini Heather Sutherland

menjelaskan keadaan kota Makassar dimulai dari perdagangan, pelabuhan dan

pemukiman atau kampong – kampong penduduk yang didirikan disekitar Fort

Rotterdam di abad ke-18. Sedangkan, pada tulisan Dias Pradadimara berjudul Dari

Makassar ke Makassar: Proses Etnisasi Sebuah Kota pada tulisan ini perkembangan

kota Makassar dilihat dari ruang kota berkembang dengan pesat, pada kenyataannya

kota yang dibatasi dan diregulasi adalah aspek yang harus dipertimbangkan dalam

memahami perubahan masyarakat kota.

Buku berjudul Hindia Belanda Studi tentang Ekonomi Majemuk buku karya

J.S Furnivall ini merupakan sumber sekunder lainnya yang digunakan oleh penulis

dalam membuat skripsi ini, buku ini banyak bercerita tentang Hindia Belanda dimulai

pada tahun 1600 hingga 1929, walaupun buku ini banyak membahas mengenai

masalah ekonomi namun pada Bab IX Furnival banyak menjelaskan masalah

pemerintahan Hindia Belanda hingga masalah pemerintahan-pemerintahan lokal

yang ada dibawah pemerintahan Hindia Belanda, dibuku ini juga menjelaskan

mengenai Desentralisasi yang terjadi pada pemerintahan Hindia Belanda hingga

terbentuknya Volksraad dan pemerintahan Lokal di tahun 1918. Dalam buku ini juga

menjelaskan masalah kemajuan ekonomi yang terjadi di Indonesia dalam hal

keuangan, industry, irigasi dan lain sebagainya serta ekonomi social masyarakat

Page 26: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

dibawah pemerintah Hindia Belanda dalam hal pendidikan, kesekatan, buruh dan

lain-lain.

Buku Makassar Nol Kilometer: Jurnalisme Plat Kuning merupakan kumpulan

tulisan yang membahas perkembangan kota Makassar dari sejarah, kebudayaan

hingga fenomena – fenomena yang terjadi di kota Makassar. Buku yang di terbitkan

oleh Tanahindie press pada tahun 2014 terdapat tulisan Asmunandar yang merupakan

Dosen Jurusan Arkeologi FIB UNHAS berjudul Kota Makassar dalam Empat Abad

menjelaskan mengenai pembangunan kota yang di jelaskan terpisah –pisah

berdasarkan abadnya. Yang pertama pada abad ke-17 dan ke-18, abad ke-18 dan ke-

19 serta abad ke-20. Secara bertahap Asmunandar menjelaskan tahap perkembangan

kota Makassar. Pada tulisan berjudul Dari Pasar Cidu ke Pasar Sentral yang ditulis

oleh Ishak Salim pada buku ini menceritakan keadaan pasar di kota Makassar seperti

pasar Butung, Pattunuang, Baru, Cidu, Lojia, Parang dan lain – lain. Pasar merupakan

salah satu yang menjadi tugas Dewan Kota Makassar dalam memperbaiki kondisi

kota sehingga penulis menganggap penting untuk membahas tulisan ini dalam

penelitian penulis.

Pada buku Sejarah Pemerintahan di Indonesiababak Hindia Belanda dan

Jepang yang ditulis oleh Bayu Surianingrat menjelaskan tentang pemerintahan pada

masa kolonial Belanda dimulai pada berakhirnya VOC pada tahun 1795 karena

hutang yang berlimpah, dalam buku ini penulis menjelaskan dimulai tentang

Opperbestuur (pemerintahan tertinggi) hingga Algemeen Bestuur (Pemerintahan

Page 27: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

Umum). Pada buku ini dijelaskan lebih rinci mengenai Dewan Hindia Belanda yang

berkedudukan di Jakarta dan Dewan Rakyat yang berada di daerah yang lebih kecil,

mengenai anggota- anggota Dewan tersebut dijelaskan pula seperti hak-hak anggota

Dewan, hingga perundang-undangan yang berlaku di Hindia Belanda, keadaan

penduduk pada masa pemerintahan Hindia Belanda, departemen-departemen yang

ada pada pemerintahan Kolonial dan lain lain dibahas lebih jelas. Sedangkan pada

buku Sejarah Pemerintahan Daerah di Indonesia jilid 1 oleh Irawan Soejito,

pemerintahan terbagi atas 4 masa yaitu (1) masa pemerintahan Belanda, (2) masa

pemerintahan Jepang, (3) masa pendudukan Belanda setelah berakhirnya perang

dunia ke-II dan (4) masa pemerintahan Republik Indonesia. Dalam rangka

pelaksanaan asas disentralisasi dan asas dekonsentrasi, Indonesia dibagi habis dalam

wilayah Jawa dan Madura dan luar Jawa dan Madura dimana kota Makassar menjadi

bagian dari wilayah di luar pulau Jawa dan Madura yaitu wilayah Grote Oost (Timur

Besar) yaitu Celebes en Onderhorigheden (Sulawesi dan daerah bawahannya hal ini

dilakukan untuk memberika keleluasaan masing-masing wilayah untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri yang disebut “otonomi daerah”. Dalam buku ini

penulis membahas mengenai sejarah pemerintahan daerah di Indonesia pada

umumnya dan seperti mengenai asas Disentralisasi yang telah disinggung sedikit

diatas namun dibedakan berdasarkan pemerintahan Belanda dan pemerintahan Jepang

di Indonesia.

Page 28: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Pada penulisan skripsi “Dewan Kota Makassar (Gemeente van Makassar)

1918-1938” akan dibagi kedalam V bab.

BAB 1, pada BAB ini berisi pendahuluan , terdiri dari Latar Belakang: yang

berisi mengenai latar belakang terbentuknya Dewan-dewan Kota (Gemeenteraad) di

Indonesia, terbentuknya Makassar menjadi Gemeente dan memiliki Dewan Kota

(Gemeenteraad), hingga mengapa Dewan Kota Makassar menjadi penting untuk

dikaji. Batasan Masalah: berisi tentang batasan temporal dan spasial terhadap

penelitian, sehingga memudahkan penulis untuk lebih fokus. Rumusan Masalah:

berisi rumusan – rumasan masalah yang penulis tentukan dan coba menjawab dalam

bab berikutnya. Tujuan dan Manfaat Penelitian: berisi tujuan dan manfaat penulisan

ini bagi penulis dan pembaca. Metodologi Penelitian: berisi tahapan – tahapan dalam

melakukan penelitian. Tinjauan Pustaka: berupa daftar buku – buku yang dianggap

relevan dalam penulisan ini. Terakhir Sistematika Penulisan: berisi kerangka

penulisan.

BAB 2, pada Bab ini akan membahas mengenai gambaran umum Kota

Makassar dibawah pemerintahan Kolonial Belanda, bagaimana proses kota Makassar

menjadi kota Kolonial, bagaimana bentuk pemerintahan Hindia Belanda di Makassar,

hingga kondisi ekonomi perdagangan dan sosial budaya dibawah Pemerintah Hindia

Belanda

Page 29: DEWAN KOTA MAKASSAR (GEMEENTERAAD VAN MAKASSAR

BAB 3, Pada Bab ketiga akan membahas mengenai Struktur Dewan Kota

Makassar, bagaimana komposisi etnis dan tohoj-tokoh masyarakat yang menduduki

jabatan ini serta siapa saja yang memiliki peran yang menonjol pada Dewan Kota

Makassar, serta membahas sumber pendapatan hingga tugas dan wewenang Dewan

Kota pada periode 1918-1938

BAB 4, Pada bab keempat akan membahas mengenai kegiatan-kegiatan yang

dilakukan Dewan Kota dan hasil yang nampak pada pembangunan kota Makassar

dalam berbagai bidang, seperti ekonomi perdagangan, social budaya, pendidikan, dan

kesehatan.

Dan pada BAB 5 merupakan Penutup yang berisi kesimpulan yang dihasilkan

dari data BAB 1 hingga BAB 4 sebagai jawaban atas masalah – masalah pada

pendahuluan, serta berisi saran–saran dari penulis.