destruksi

8
Tosikologi “Destruksi” Pengertian Destruksi adalah perlakuan pendahuluan terhadap sampel sebelum dianalisa zatnya, seperti kandungan logam. Senyawa logam dalam contoh uji didestruksi dalam suasana asam, kemudian diukur kadarnya dengan spektrofotometer serepan atom secara langsung pada panjang gelombang tertentu. Metode destruksi merupakan suatu metode yang sangat penting didalam menganalisis suatu materi atau bahan. Metode ini bertujuan untuk merubah sampel menjadi bahan yang dapat dikukur. Metode ini seakan sangat sederhana, namun apabila kurang sempurna dalam melakukan teknik destruksi, maka hasil analisis yang diharapkan tidak akurat. Oleh karena itu, pada percobaan ini kita hendaknya sangat teliti. Hasil destruksi diukur dengan menggunakan metoda AAS . Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh faunhofer, ketika menelaah garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang manfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh pada 1995. Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada cara- cara spektrometrik atau analisis spektrografik. Beberapa cara ini sulit dan memakan waktu, kemudian diganti dengan spektroskopi serapan atom. Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan absorbsi 1

Upload: inkadejok

Post on 19-Jan-2016

321 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Destruksi

Tosikologi

“Destruksi”

Pengertian

Destruksi adalah perlakuan pendahuluan terhadap sampel sebelum dianalisa zatnya,

seperti kandungan logam. Senyawa logam dalam contoh uji didestruksi dalam suasana asam,

kemudian diukur kadarnya dengan spektrofotometer serepan atom secara langsung pada

panjang gelombang tertentu.

Metode destruksi merupakan suatu metode yang sangat penting didalam menganalisis

suatu materi atau bahan. Metode ini bertujuan untuk merubah sampel menjadi bahan yang

dapat dikukur. Metode ini seakan sangat sederhana, namun apabila kurang sempurna dalam

melakukan teknik destruksi, maka hasil analisis yang diharapkan tidak akurat. Oleh karena

itu, pada percobaan ini kita hendaknya sangat teliti. Hasil destruksi diukur dengan

menggunakan metoda AAS.

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh faunhofer, ketika menelaah garis-

garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang manfaatkan prinsip serapan atom pada

bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh pada 1995. Sebelumnya ahli

kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrometrik atau analisis spektrografik. Beberapa

cara ini sulit dan memakan waktu, kemudian diganti dengan spektroskopi serapan atom.

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap

cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan

absorbsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar

dinaikkan tingkat energinya ketika eksitasi. Keberhasilan analisis ini bergantung pada proses

eksitasi dan memperoleh garis resonansi yang tepat.

Teknik AAS merupakan alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan oleh antara

lain:

· kecepatan analisisnya;

· ketelitian sampai tingkat runut;

· tidak memerlukan pemisahan terlebih dahulu;

· AAS dapat digunakan untuk 61 jenis logam.

Analisis logam berat Cu, Pb telah dilakukan pada ikan tawar dengan metode nyala serapan

atom. Preparasi cuplikan dibakukan dengan ikan dicuci, diambil dagingnya, dikeringkan dan

1

Page 2: Destruksi

ditumbuk hingga 100 mesh. Dilarutkan dengan teknik Teflon bom digesti sampai diperoleh

larutan cuplikan yang siap untuk dianalisis. Parameter analisis dengan AAS mmeliputi

kondisi optimum analisis. Kurva kalibrasi unsur, rentang konsentrasi yang terpakai,

kenyalaan alat uji dan validasi metode uji.

Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup. Walaupun beberapa

diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil.melalui perantara air, udara, makanan, minuman,

terkontaminasi oleh logam berat. Logam tersebut dapat terdistribusi kebagian tubuh manusia.

Timbal (Pb) mempunyai arti penting dalam dunia kesehatan, bukan karena penggunaan

terapinya melainkan karena sifat toksisitasnya. Absorbsi timbal dalam tubuh sangat lambat.

Sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar keracunan yang progresif. Keracunan timbal

dapat menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru,

jantung, dan otak. Hal ini sudah pernah terjadi di Amerika dan sudah diteliti.

Logam-logam berat yang berbahaya sering mencemari lingkungan antara lain Mercuri (Hg),

Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Nikel (Ni). Logam terakumulasi dalam tubuh

mikroorganisme dan tinggal dalam jangka waktu panjang sebagai racun. Contohnya

pencemaran Kadmium yang menyebabkan hal-hal disease.

Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsur-unsurnya

sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk

organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis

destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi basah (oksida basah) dan destruksi

kering (oksida kering). Kedua destruksi ini memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan

atau pendestruksian yang berbeda.

Metode Destruksi Basah

Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal

maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut

yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat (HNO3), asam

sulfat(H2SO4), asam perklorat (HClO4) dan asam klorida (HCl). Kesempurnaan destruksi

ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi, yang menunjukkan bahwa

semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik

telah berjalan dengan baik. Senyawa-senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi

merupakan senyawa garam yang stabil dan disimpan selama beberapa hari. Pada umumnya

pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan secara metode Kjeldhal. Dalam usaha

pengembangan metode telah dilakukan modifikasi dari peralatan yang digunakan.

2

Page 3: Destruksi

Metode Destruksi Kering

Destruksi kering merupakan perombakan organik logam di dalam sampel menjadi

logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace dan

memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini dibutuhkan

suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini sangat tergantung pada jenis sampel yang

akan dianalisis. Untuk menentukan suhu pengabuan dengan sistem ini terlebih dahulu ditinjau

jenis logam yang akan dianalisis. Bila oksida-oksida logam yang terbentuk bersifat kurang

stabil, maka perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik. Untuk logam Fe, Cu, dan Zn

oksidanya yang terbentuk adalah Fe2O3, FeO, CuO, dan ZnO. Semua oksida logam ini cukup

stabil pada suhu pengabuan yang digunakan. Oksida-oksida ini kemudian dilarutkan ke dalam

pelarut asam encer baik tunggal maupun campuran, setelah itu dianalisis menurut metode

yang digunakan.

Sampel yang telah didestruksi, baik destruksi basah maupun kering dianalisis

kandungan logamnya. Metode yang digunakan untuk penentuan logam-logam tersebut yaitu

metode SSA. Metode ini digunakan secara luas untuk penentuan kadar unsur logam dalam

jumlah kecil atau trace level .

Faktor yang harus diperhatikan dalam hal menggunakan metode destruksi terhadap

sampel antara lain: sifat matriks dan konstituen yang terkandung di dalamnya, jenis logam

yang akan dianalisis dan metode yang akan digunakan untuk penentuan kadarnya.

Menurut Sumardi (1981), metode destruksi basah lebih baik daripada cara kering

karena tidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang sangat tinggi. Destruksi

dengan cara basah biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering yang biasanya

memerlukan waktu yang lama. Sifat dan karakteristik asam pendestruksi yang sering

digunakan antara lain:

1)      Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk mempercepat terjadinya

oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan pengoksidasi yang kuat. Meskipun demikian

waktu yang diperlukan untuk mendestruksi masih cukup lama.

2)  Campuran asam sulfat pekat dengan kalium sulfat pekat dapat dipergunakan untuk

mempercepat dekomposisi sampel. Kalium sulfat pekat akan menaikkan titik didih asam

sulfat pekat sehingga dapat mempertinggi suhu destruksi sehingga proses destruksi lebih

cepat.

3)  Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan untuk mempercepat

proses destruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat. Dengan penambahan

oksidator ini akan menurunkan suhu destruksi sampel yaitu pada suhu 350 0C, dengan

3

Page 4: Destruksi

demikian komponen yang dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat

dipertahankan dalam abu yang berarti penentuan kadar abu lebih baik.

4)   Asam perklorat pekat dapat digunakan untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi, karena

perklorat pekat merupakan oksidator yang sangat kuat. Kelemahan dari perklorat pekat

adalah sifat mudah meledak (explosive) sehingga cukup berbahaya, dalam penggunaan harus

sangat hati-hati.

5)     Aqua regia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat dengan perbandingan

volume 3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia seperti emas dan platina yang tidak larut

dalam HCl pekat dan HNO3 pekat. Reaksi yang terjadi jika 3 volume HCl pekat dicampur

dengan 1 volume HNO3 pekat:

3 HCl(aq) + HNO3(aq)                  Cl2(g) + NOCl(g) + 2H2O(l)

Gas klor (Cl2) dan gas nitrosil klorida (NOCl) inilah yang mengubah logam menjadi senyawa

logam klorida dan selanjutnya diubah menjadi kompleks anion yang stabil yang selanjutnya

bereaksi lebih lanjut dengan Cl-.

Dalam suatu analisis sampel diperlukan suatu metode analisis yang dapat memberikan

informasi untuk pengambilan suatu keputusan dan penetapan kebijakan. Jika prosedur

analisis baik, dilaksanakan dengan baik pula, maka hasil analisis akan akurat.

Berbagai proses destruksi sampel baik bahan organik maupun anorganik dilakukan untuk

melarutkan komponen-komponen sampel yang diinginkan. Proses destruksi ini meliputi

proses basah dan kering, yang masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan.

Dalam destruksi basah, bahan organik diuraikan dalam larutan oleh asam pengoksidasi pekat

dan panas seperti H2SO4, HNO3, dan HClO4. penambahan larutan pengoksidasi tersebut

dilakukan untuk mempercepat proses destruksi. Dalam destruksi kering, bahan organik

dibakar habis dalam muffle fumace dengan menaikkan suhu perlahan-lahan, yaitu 500 – 600 oC tergantung bahan. Pengabuan awal dilakukan perlahan-lahan agar bahan tak

terbawa pergi oleh nyala api.

Destruksi kering lebih aman, sederhana, pada umumnya tidak memerlukan

preaksi, prosedurnya paling umum digunakan untuk menentukan total mineral.

Kekurangan dalam destruksi kering yaitu memerlukan waktuyang cukup lama, peng

gunaan muffle furnace memakan banyak biayakarena harus dinyalakan terus menerus.

Pada destruksi basah, suhu yang digunakan relatif lebih rendah dibandingkan dengan

destruksi keringsehingga hilangnya unsur-unsur sangat kecil. Di samping itu peralatannya

lebih sederhana, proses oksidasi lebih cepat, dan waktu yang dibutuhkan relatif lebih cepat

4

Page 5: Destruksi

dari destruksi kering. Namun demikian, penerapannyadi lapangan jika tidak hati-hati penuh

dengan risiko karena menggunakanasam pengoksidasi yang pekat dan panas

Tujuan

Mengukur nilai kandungan logam yang terdapat dalam sampel dengan perlakuan

pendahuluan terhadap sampel.

Contoh

Alat

AAS;

Labu ukur 100 ml;

Pipet tetes;

Pipet takar 10 ml;

Erlenmeyer 100 ml;

Corong;

Kertas saring;

Kompor listrik;

Cawan;

Lumpang alu.

Bahan

Sampel;

Aquadest;

HNO3 pekat;

H2O2.

Cara Kerja

1. Ambil sampel dan gerus hingga halus (jika sampel tanah, gunakaan sebanyak 5 gr).

Masukan sampel dalam Erlenmeyer 100 ml, tambahkan 5 ml HNO3 pekat dan

encerkan hingga menjadi 50 ml;

2. Hidupkan kompor listrik dan panaskan selama 3 jam. (jika sampel tanah panaskan

selama 5 jam);

3. Untuk sampel makhluk hidup, setelah pemanasan 3 jam, tambahkan peroksida 5 ml

dan panaskan kembali selama 2 jam;

4. Sampel disaring dan masukkan dalam labu ukur 100 ml. encerkan sampai volume 100

ml;

5. Periksalah absorbansi dari masing-masing larutan standar dan sampel secara

berurutan dengan menggunakan AAS.

5