destilasi azeotrof
DESCRIPTION
Laporan PraktikumTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS KIMIA BAHAN MAKANAN
Penetapan Kadar Air pada Mi Kering dengan Metode Destilasi Azeotrop
A. Tanggal Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 7 sampai 8 September, dilakukan di
laboratorium kimia STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.
B. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan kadar air yang terkandung pada mi kering dengan metode destilasi
azeotrof.
C. Prinsip Percobaan
Prinsip yang digunakan pada analisis kadar air dengan metode destilasi azeotrofik
adalah penguapan air dari bahan bersama-sama dengan pelarut yang sifatnya
imisibelpada suatu perbandingan yang tetap. Uap air dari bahan beserta pelarut
dikondensasi kemudian ditampung dalam gelas penampung. Air yangmempunyai BJ
lebih besar dibandingkan pelarutnya (jika digunkan dengan pelarut BJ rendah) akan
berada dibagian bawah pelarut sehingga volumenya dapat dengan mudah ditentukan.
D. Tinjauan Pustaka
1. Air
Air dalam bahan pangan paling sedikit terdapat dalam tiga bentuk yng berbeda yaitu
air sebagai pelarut atau pendispersi komponen bahan pangan, air yang terserap atau
terkondensasi pada permukaan internal atau eksternal komponen padat pangan dan air
yang terikat secara kimia dalam bentuk hidrat.
Air memiliki beebrapa sifat fisik seperti :
Sifat fisik Nilai
Berat Molekul 18,01534
Titik leleh pada 1 atm 0,0000oC
Titik didih pada 1 atm 100oC
Suhu kritis 374,15oC
Tekanan Kritis 218,6 atm
Viskositas 0,998203 pada 20oC
Struktur molekul air disusun oleh sebuah atom oksigen yang berikatan secara kovalen
dengan 2 atom hidrogen. Ikatan kovalen yang terbentuk antara atom-atom ini sangat kuat
sehingga molekul air hanya dapat dipecahkan oleh perantara yang paling agresif seperti
energi listrik atau zat kimia seperti logam kalium. Oleh sebab itu air dikatakan sebagai
senyawa alam yang mempunyai kestabilan tinggi.
Keterikatan air dengan bahan pangan, tidak seperti halnya air yang terdapat secara
bebas dipermukaan bumi, air dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat dengan
komponen bahan pangan lainnya. Interaksi antara air komponen pangan ini menjadikan
air dalam bahan pangan memiliki karakteristik yang unik tergantung dari jenis
pangannya. Secara umum air mempunyai 3 tipe, yaitu :
a. Air Monolayer adalah air yang terikat dalam bahan pangan secara kimia melalyui
ikatan ionik dengan komponen bahan pangan air. Air tipe ini sulit dihilangkan
pada proses pengeringan dan sulit dibekukan.
b. Air lapisan banyak atau multilayer adalah air yang terikat pada molekul air
monolayer
c. Air Bebas adalah air yang terikat secara fisik dalam matrik komponen bahan
pangan.
Kerusakan bahan pangan sangat dipengaruhi olehaktivitas air bahan. Bahan
pangan yang mempunyai aktivitas air tinggi lebih mudah rusak oleh aktivitas
mikroba dan reaksi –reaksi kimia.
2. Destilasi Azeotrofik
Metode destilasi sudah sejak lama diterapkan dalam penentuan kadar air suatu
bhan pangan . Destilasi dibagi 2, yaitu destilasi langsung dan destilasi azeotrofik.
Azeotrop adalah campuran dari 2 atau lebih komponen yang saling terikat sangat
kuat dan sulit untuk dipisahkan dengan destilasi biasa, disamping itu campuran
komponen tersebut memiliki titik didih yang konstan atau sama, sehingga Ketika
campuran azeotrop dididihkan, maka fasa uap yang dihasilkan memiliki titik didih
yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut sebagai
constant boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran
tersebut dididihkan, maka dari itu campuran azeotrop ini sulit untuk dipisahkan
dengan metode destilasi biasa, sehingga hasil dari destilasi yang didapatkan yaitu
ethanol dengan campuran sedikit air, jadi ethanolnya yang dihasilkan tidak murni.
Destilasi Azeotrop merupakan teknik pemisahan dari campuran azeotrop.
Campuran tersebut saling terikat dan sulit untuk dipisahkan dan salah satu cara untuk
memisahkan 2 komponen tersebut yaitu dengan cara penambahan komponen lain
untuk menghasilkan azeotrop heterogen yang dapat mendidih pada suhu lebih rendah,
misalnya dengan penambahan benzene bisa juga dengan garam, kedalam campuran
air dan alcohol.
Prinsip yang digunakan pada analisis kadar air dengan metode destilasi azeotrofik
adalah penguapan air dari bahan bersama-sama dengan pelarut yang sifatnya
imisibelpada suatu perbandingan yang tetap. Uap air dari bahan beserta pelarut
dikondensasi kemudian ditampung dalam gelas penampung. Air yangmempunyai BJ
lebih besar dibandingkan pelarutnya (jika digunkan dengan pelarut BJ rendah) akan
berada dibagian bawah pelarut sehingga volumenya dapat dengan mudah ditentukan.
Alat yang digunakna pada destilasi azetrofik ini yaitu
3. Pelarut Pada Destilasi Azeotrofik
Ada tiga jenis pelarut yang sering digunakan pada destilasi azeotrofik yaitu
toluena, xilena (dimetil benzena) dan tetrakloroetilena.Toluen dan xylen memiliki
berat jenis yang rendah dibandingkan dengan air.
Berat jenis toluen adalah 0,866 g/ml dengan titik didih 110,6oC,
sedangkantetrakloroetilen mempunyai BJ yang lebih tinggi dari air yaitu 1,62 g/ml
dan titik didih 121oC.
Xylene merupakan bahan kimia yang memiliki rumus C6H4(CH3)2. Nama lain dari
xylene antara lain xylol, dan dimetilbenzene. Xylene memiliki berat molekul 106,17
gram/mol dengan komposisi karbon (C) sebesar 90,5% dan hidrogen (H) 9,5%.
Xylene memiliki tiga isomer yaitu ortho-xylene, meta-xylene dan para-xylene.
Xylene merupakan cairan tidak berwarna yang diproduksi dari minyak bumi atau
aspal cair dan sering digunakan sebagai pelarut dalam industri . Xylene merupakan
hidrokarbon aromatik yang secara luas digunakan dalam industri dan teknologi medis
sebagai pelarut (Langman JM, 1994.).
Berat jenis dari xylena yaitu o-dimetil benzena, m-dimetil benzena, p-dimetil
benzena secara berturut turut adalah 0,87 : 0,868 dan 0,866 g/ml dengan titik didih
masing masing adalah 144 : 138,8 dan 138,5oC.
4. Mi Kering
Mi kering adalah produk makanan kering yang terbuat dari tepung terigu dengan
atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan makanan yang dizinkan
berbentuk khas mi.
Mi kering adalah mi mentah yang dikeringkan dengan kadar air antara 8-10%.
Pengeringan umumnya dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari atau
dengan menggunakan oven. Karena sifat kering inilah maka mi mempunyai daya
simpan yang relatif panjang dan dalam penanganannya cukup mudah. Mi kering juga
ditambahkan dengan telor segar atau tepung telor, sehingga dipasaran mi ini juga
dikenal dengan istilah mi telor (Astawan,2003)
Syarat mutu mi kering
No Kriteria uji Persyaratan Mutu I Mutu II
1 Bau Normal Normal
2 Warna Normal Normal
3 Rasa Normal Normal
4 Air %b/b Maks 8 Mask 10
5 Abu % b/b Maks 3 Maks 3
6 Protein % b/b Min 11 Min 8
E. Alat dan Bahan
Alat :
1. Alat destilasi azeotrop
2. Klem
3. Statif
4. Corong pisah
5. Gelas kimia
6. Gelas ukur
7. Corong
8. Hot plate
9. Batu didih
10. Blender
11. Mortar
12. Stemper
Bahan :
1. Xilena
2. Etanol
3. Mi kering
4. Aquades
F. Prosedur
peralatan destilasi dicuci dengan etanol,
lalu keringkan.
jenuhkan xilena dengan air, lalu destilasi.
masukan sampel ke dalam labu destilasi yang
ditimbang seksama sampai penghasilkan
kira-kira 2-4ml
masukan 200ml xilena yang sudah dijenuhkan.
hubungkan alat lalu nyalakan alat destilasi.
bila xilena mendidih, suling dengan kecepatan
±2 tetes/s . lalu naikan kecepatan menjadi ±4
tetes/s
bila semua air tersuling, bilas bagian dalam tabung kondensor
dengan xilena
hentikan pemanasan dan dinginkan sampai suhu
kamar.
bila ada tetesan air menempel pada tabung
penerima, lepaskan dengan sikat.
bila air dan xilena terpisah sempurna, baca
volume air dan hitung persentase yang ada
dalam sampel.
G. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
% kadar air = volume air terdestilasi
berat sampel x 100 %
1. Sampel = 3,6 ml
40 gram x 100 % = 9 %
2. Sampel = 3,8 ml
40 gram x 100 % = 9,5 %
3. Sampel = 3,7 ml
40 gram x 100 % = 9,25 %
Volume air Kadar air
3,6 ml 9 %
3,8 ml 9,5 %
3,7 ml 9,25 %
Rata – rata 9,25 %
H. Pembahasan
Pada praktikum penentuan kadar air ini digunakan metode destilasi azeotrop. Prinsip
dasar dari destilasi azeotrop ini adalah penguapan air bersama-sama dengan pelarut yang
sifatnya imisibel pada suatu perbandingan yang tetap. Metode destilasi ini digunakan untuk
bahan pangan yang mengandung lemak dan komponen mudah menguap disamping air.
Bahan pangan yang dijadikan sampel untuk diuji pada praktikum kali ini adalah mi kering.
Mi kering adalah mi mentah yang dikeringkan dengan kadar air antara 8–10 %.
Pemilihan sampel ini dilakukan atas dasar untuk mengetahui kadar air yang terkandung di
dalam mi kering tersebut sesuai atau tidak dengan batas maksimal dalam SNI yakni 8-10%.
Kadar air pada mi kering ini sangat berpengaruh pada kualitas mi kering, karena mi kering
ini harus memiliki daya simpan yang relaif lama sehingga dengan adanya kadar air yang
melebihi batas yang telah dianjurkan akan memfasilitasi pertumbuhan mikroba dan
kestabilan dari produk tersebut. Mi kering ini mengandung lemak dan gula sehingga metode
yang paling cocok adalah destilasi azeotrop karena metode ini dapat menghindari terjadinya
oksidasi senyawa lipid maupun dekomposisi senyawaan menjadi gula, juga kadar air yang
cocok digunakan untuk metode ini dalam rentang 2 – 4 ml.
Setelah pemilihan sampel maka sampel dipreparasi dengan cara di blender untuk
memperkecil ukuran partikel dari sampel sehingga dapat memperluas permukaan partikel
sampel untuk kontak dengan pelarut pembawa. Sampel kemudian di timbang sebanyak yang
telah ditentukan yakni 40 gram, penentuan bobot sampel ini ditentukan dari rumus penetapan
kadar air yang dihitung jika kadar air yang diperoleh sebanyak 10% dan volume air hasil
destilasi itu sebanyak 4 ml sehingga didapat bobot sampel nya 40 gram. Hal ini dilakukan
untuk memperkirakan agar penetapan kadar air ini bersifat rasional.
Pelarut yang digunakan dalam metode ini adalah xilena yang memiliki karakteristik
yang sesuai dengan syarat pelarut yang digunakan dalam destilasi azeotrop yakni:
1. Bersifat imisibel dengan air karena xilene bersifat lebih non polar dibanding air
sehingga tidak dapat bercampur dengan air.
2. Memilik titik didih yang lebih besar daripada air yakni 144°C. Titik didih pelarut
harus lebih besar dari titik didih air karena agar membentuk campuran azeotrop.
Campuran azeotrop ini merupakan campuran biner yang memiliki komposisi yang
sama dalam fase cair dan uap yang mendidih pada suhu yang konstan. Sehingga air
dan xilena akan mendidih pada suhu yang sama di antara 100 - 144°C, oleh karena itu
air dan xilena akan bersamaan menguap dan terkondensasi.
3. Memiliki berat jenis yang lebih kecil dari pada air yakni 0,870 g/ml. Berat jenis
pelarut harus lebih kecil daripada air karena agar pada saat air dan pelarut
terkondensasi dan tertampung dalam gelas penampung, air akan berada di bagian
bawah dan xilena berada di bagian atas sehingga akan dengan mudah pengukuran
volumenya dengan melihat miniskusnya. Juga jika pada gelas penampung sudah
melampaui batas atas maka pelarut akan kembali lagi ke labu yang berisi sampel
sehingga jika air yang ada di bagian atas maka air yang akan dihitung malah kembali
lagi ke sampel namun jika pelarut yang ada di atas pelarutlah yang akan kembali lagi
dan kadar air yang terukur akan lebih optimal.
Selain syarat yang ada di atas, pelarut yang digunakan harus dilakukan penjenuhan
terlebih dahulu agar xilena hanya akan membentuk campuran azeotrop dengan air yang ada
dalam sampel saja. Maka xilena dijenuhkan dengan air yang ditambahkan diluar sampel,
penjenuhan dilakukan dengan cara pengocokan terlebih dahulu antara air dan xilena pada
corong pisah kemudian destilasi yakni air di destilasi dengan xilena dan air yang didapat dari
hasil destilasi dibuang, dan hanya xilena hasil penjenuhan saja yang akan digunakan untuk
penetapan kadar air sampel. Xilena yang dijenuhkan sebanyak 200 ml ditambah air
sebanyak 4 ml, dan air yang didapat hasil penjenuhan sebanyak 3 kali pengulangan adalah
4,3 ml hal ini bisa dikarenakan ada air yang menempel pada botol penyimpanan xilena.
Pelarut yang telah dijenuhkan kemudian digunakan untuk penentuan kadar air
sampel. Sampel yang telah di buat serbuk dan telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu
bersama pelarut kemudian di destilasi. Pada saat destilasi, ditambahkan batu didih untuk
meratakan panas pada seluruh bagian labu dan menghindari titik lewat didih. Alat yang
digunakan nya pun harus benar – benar bersih dan kering maka sebelumnya dibersihkan
dengan etanol agar tidak ada lemak yang menempel dan digunakan etanol karena agar
mudah kering dengan sifatnya yang mudah menguap. Destilasi berlangsung selama kurang
lebih 2 jam dan hingga didapat kadar air sebesar 9,25 %. Kadar air sampel tersebut
menunjukkan bahwa mi kering tersebut memenuhi syarat yang telah di tetapkan pada SNI
karena kadar airnya kurang dari 10 %.
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penetapan kadar air dari sampel mi kering dengan metode destilasi
azeotrop menggunakan pelarut xilena didapat kadar air sebesar 9,25 % dan ini menunjukkan
bahwa sampel mi kering ini memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI yakni mengandung
kadar air maksimal 10 %.
J. Daftar Pustaka
1. Andarwulan et al. 2011. Analisis Pangan. Jakarta: Dian Rakyat.
2. Syarief, R dan H.Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta: Arcan.
3. Farmakope Indonesia Edisi IV. 1995. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
4. SNI 07-2974-1996. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.