deskripsi kecerdasan intrapersonal mahasiswa … · deskripsi kecerdasan intrapersonal mahasiswa...
TRANSCRIPT
DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL MAHASISWA SEMESTER TIGA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN
UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh :
Yoanita Sandry Agustini
01111 4009
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Aku belajar bahwa tidak selamanya hidup ini indah…
Kadang Tuhan mengijinkan aku melalui derita, tapi aku tahu bahwa ia tidak
pernah meninggalkanku, sebab itu aku belajar menikmati hidup ini, dengan
bersyukur…..
Aku belajar bahwa tidak semua yang aku harapkan akan menjadi
kenyataan…
Kadang Tuhan membelokkan rencanaku, tapi aku tahu itu lebih baik
daripada apa yang kurencanakan, sebab itu aku belajar menerima semua itu,
dengan sukacita…
Aku belajar bahwa percobaan itu pasti datang dalam hidupku….
Aku tidak mungkin berkata “Tidak Tuhan!!” karena aku tahu bahwa semua itu
tidak melampaui kekuatanku, sebab itu aku belajar menghadapinya, dengan
sabar…
Aku belajar bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali dan ditangisi….
Karena semua rancangan-Nya indah bagiku, maka dari itu aku akan
bersyukur dan bersukacita dalam segala perkara. Karena dengan bersyukur
dan bersukacita, semua itu menyehatkan jiwaku dan menyegarkan hidupku.
Indah yang ku dapatkan dari setiap perkataan Bapaku yang disurga…
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
v Tuhan Yesus atas semua berkat dan kasih-Nya
v Bunda Maria yang selalu menemani dengan kasih dan kesetiaan-Nya
v Bapak dan Mama tercinta atas semua kasih sayang, cinta dan semangat
yang diberikan.
v Kakak dan adikku tersayang.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vi
ABSTRAK
DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL MAHASISWA SEMESTER TIGA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN
UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL
Yoanita Sandry Agustini Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitaian ini adalah mahasiswa semester tiga Program studi Bimbingan dan Konseling tahun ajaran 2006/2007 berjumlah 34 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kecerdasan intrapersonal, yang terdiri dari 90 item yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007: (1) 4 orang (11,8%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “tinggi”; (2) 26 orang (76,5%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “cukup tinggi”; (3) 3 orang (8,8%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “rendah”; (4) 1 orang (2,9%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “sangat rendah”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007 termasuk dalam kategori “cukup tinggi”. Dari hasil disusun usulan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal.
vii
ABSTRACT
INTRAPERSONAL INTELLIGENCE
OF THE THIRD SEMESTER STUDENTS OF GUIDANCE AND COUNSELLING STUDY PROGRAM, FACULTY OF TEACHERS TRAINING AND EDUCATION,
SANATA DHARMA UNIVERSITY, SCHOOL YEAR 2006/2007 AND ITS IMPLICATION FOR THE PROPOSED GUIDANCE ACTIVITY
TO ENHANCE INTRAPERSONAL INTELLIGENCE
Yoanita Sandry Agustini Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
This study aimed to describe the intrapersonal intelligence of the third semester student of the Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, School Year 2006/2007.
This study was a descriptive study using survey method. There were 34 third semester students of the Guidance and Counseling Study Program involved in this study. The instrument used was a questionnaire on intrapersonal intelligence developed by the researcher. The data was analyzed us ing criterion-referenced measure.
The findings revealed that 4 students (11,8%) showed a high level of intrapersonal intelligence; 26 students (76,5%) showed a sufficient level of intrapersonal intelligence; 3 students (8,8%) showed a low level of intrapersonal intelligence; and 1 student (2,9%) showed a very low level of intrapersonal intelligence. It was concluded that in general, the third semester students of the Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, School Year 2006/2007 showed a sufficient level of intrapersonal intelligence. Based on these findings, proposed guidance activities to enhance intrapersonal intelligence of these students were developed.
viii
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus
Kristus atas cinta kasih dan bimbingan-NYA, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di Program Bimbingan dan Konseling.
Disadari bahwa skripsi ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan,
perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
pertama yang telah memberikan perhatian, kesabaran, ide- ide dan
mengarahkan penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Dra. C. L. Milburga, CB., M. Ed., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk
mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.
4. Drs. T. A. Prapancha hary, M. Si., selaku Dosen Penguji yang telah
mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Bimbingan dan Konseling.
6. Kedua orang tuaku yang dengan cinta, kasih sayang, doa, kesabaran dan
perhatiannya telah merawat, menjaga, membimbing, memberikan
ix
dorongan semangat “saat aku jatuh” dan selalu berusaha memberikan yang
terbaik untukku. Terima kasih atas semua cinta dan kasih sayangnya.
7. Kristiana Sherly (kak Ai) dan Clara Suwastika (dek Lala) yang telah
membuat hidupku jadi lebih berwarna dengan kasih sayangnya, celotehan,
candanya dan semangat yang kalian berikan. Aku sayang kalian!
8. Rahadhian Dedy yang telah menemani dengan perhatian, semangat dan
cintanya dalam berbaga i bentuk dan membuat semuanya jadi
menyenangkan.
9. Mbak Wied, kak Ida, kak Ma, kak Sari, mbak Lina, Vini, Nobe dan Pandot
yang telah menemani dengan omelan, perhatian, dan dukungannya selama
ini, kalian telah membuat hidupku jadi penuh warna.
10. Paul, Alfon dan Agus yang telah menemani dengan canda tawa dan
persahabatannya. Nuning, Wita, Mbak Upik dan semua anak kost 3D yang
telah membagi semua keceriaannya dalam hidupku.
11. Teman-teman di Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2001, terima
kasih atas kebersamaan dan bantuan yang telah diberikan selama kita
kuliah bersama.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu diharapkan kritik dan saran yang berguna dari berbagai pihak. Akhir kata,
mudah-mudahan skripsi ini berguna bagi siapa saja yang berminat dalam dunia
bimbingan.
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT…………………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 4
E. Definisi Operasional.......................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 7
A. Kecerdasan Intrapersonal.................................................................. 7
1. Arti Kecerdasan Intrapersonal ....................................................... 7
2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal......................................... 11
3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal ................................................ 23
B. Kegiatan Bimbingan ......................................................................... 25
1. Bimbingan……………………………………………………… . 25
2. Bagian-bagian dalam Kegiatan Bimbingan................................... 27
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penyusunan
Kegiatan Bimbingan...................................................................... 31
4. Unsur-unsur Paket Kegiatan ......................................................... 35
5. Kecakapan yang Diperlukan untuk Menyusun Paket Kegiatan.... 36
xi
C. Kegiatan Bimbingan untuk Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal
Mahasiswa .......................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 44
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 44
B. Subjek Penelitian................................................................................ 44
C. Instrument Penelitian ......................................................................... 45
1. Alat Pengumpul Data................................................................... 45
2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ........................................... 48
D. Prosedur Pengumpulan Data.............................................................. 54
1. Tahap Persiapan........................................................................... 54
2. Tahap Pelaksanaan ...................................................................... 55
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 58
A. Tingkat Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa Semester III
Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Tahun Ajaran 2006/2007................................................................... 58
B. Pembahasan....................................................................................... 60
BAB V USULAN KEGIATAN BIMBINGAN UNTUK
MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL.............. 66
BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 70
A. Ringkasan........................................................................................... 70
B. Kesimpulan ........................................................................................ 72
C. Saran................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 74
LAMPIRAN ..................................................................................................... 77
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal……… 46
Tabel 2. Sebaran Pernyataan Favorabel dan Unfavorabel....……………… 47
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisi Ujicoba……………………………….. 50
Tabel 4. Komposisi Kuesioner Penelitian..................................................... 51
Tabel 5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas Suatu Tes............ 53
Tabel 6. Penggolongan Kecerdasan Intrapersonal....................................... 57
Tabel 7. Penggolongan Tingkat Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa
Semester Tiga Bimbingan dan Konseling ...................................... 59
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ................................................................ 78
Lampiran 2. Tabulasi Skor Uji-coba…..………………………………….. 84
Lampiran 3. Tabulasi Skor Penelitian…………………………………….. 87
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Uji-coba Kuesioner................................... 89
Lampiran 5. Uji Validitas Kuesioner………………….. ............................ 94
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Uji Realibilitas Instrument........................ 97
Lampiran 7. Kategorisasi Hasil Penelitian................................................... 98
Lampiran 8. Usulan Paket Kegiatan…………………………...................... 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia adalah unik, berbeda satu sama lainnya. Sesuatu yang
diyakini benar dan berlaku pada sebagian orang atau kelompok tertentu belum
tentu benar atau berlaku pada diri seseorang. Berdasarkan pernyataan tersebut,
setiap manusia berusaha menegaskan bahwa dirinya adalah seorang pribadi.
Menjadi seorang pribadi berarti mengalami diri sebagai pribadi yang unik,
sadar akan ciri-ciri khas pribadinya, orientasi hidupnya, serta mempunyai
kesadaran akan kesatuan batiniahnya sendiri (identitas). Identitas adalah suatu
kesadaran akan kesatuan dan keseimbangan pribadi, keyakinan akan keadaan
dirinya selama seluruh jalan perkembangan hidupnya kendatipun terjadi
bermacam-macam perubahan (Erikson, 1989).
Kesadaran akan ‘diri’ yang jelas menjadikan manusia berusaha untuk
mengintegrasikan seluruh gambaran diri dan perasaan-perasaannya agar tidak
takut kehilangan diri dalam menghadapi masa depannya kelak. Untuk
mengintegrasikan seluruh gambaran diri dan perasaan-perasaannya itu,
manusia perlu membangun relasi dengan diri sendiri agar ia bisa
mengungkapkan perasaannya dengan jujur. Membangun relasi dengan diri
sendiri dapat dilakukan dengan mengembangkan tiga hal, yaitu: (1) mengenal
diri sendiri dengan baik, dari segi jasmani dan rohani, keberadaaannya yang
faktual dan kemungkinan-kemungkinan (potensial); (2) menerima diri dengan
2
baik, sebagaimana adanya; (3) mengembangkan diri sebaik mungkin.
Mengenal diri diartikan sebagai suatu keberhasilan seseorang memahami hal-
hal pokok dan penting tentang realitas dirinya, dari segi fisik maupun psikis,
serta hal-hal penting lain yang berkaitan dengan itu, sebagai landasan penting
bagi penentuan atau pengambilan sikap yang tepat dan benar terhadap diri
sendiri (Gea, Wulandari, dan Babari, 2002).
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang terkadang seseorang merasa
bahwa dirinya “aneh” karena ia sulit untuk mendeskripsikan perasaannya
(marah, benci, kesal, bahagia, bingung, dan lain- lain) dan ia tidak mengerti
apa yang sesungguhnya ia inginkan. Kesulitan mendeskripsikan perasaan
terjadi karena orang tersebut belum sepenuhnya mengenal dirinya sendiri
sehingga sulit baginya untuk mengungkapkan dirinya. Semakin berkurangnya
pengungkapan diri seseorang, semakin besar pula dampak yang ia dapat untuk
kehidupan sosialnya. Akibatnya orang tersebut menjadi sulit untuk berelasi
dengan orang lain, maka tidak mustahil dalam hidup ini pun manusia ingin
selalu melihat diri, merefleksikan diri, menerima diri, dan mengerti diri lebih
dalam. Hal inilah yang disebut sebagai kekuatan dari kecerdasan
intrapersonal, dimana manusia perlu melatih diri untuk lebih sadar diri,
pikiran dan perasaannya. Kemampuan akan kesadaran diri dan ekspresi
perasaan yang berbeda akan membantu untuk menguasai dinamika perasaan
itu (Suparno, 2002).
Memiliki kemampuan intrapersonal bagi setiap orang menjadi penting
karena kemampuan itu membawa banyak pengaruh yang besar untuk
3
menjalani kehidupan ini, salah satunya untuk menjalin hubungan atau relasi
dengan orang lain. Dengan mengenali diri seseorang dapat dengan mudah
mengekspresikan dirinya, mengungkapkan diri, dan mengenali setiap hal yang
dirasakannya. Jika semua kemampuan itu tidak ia miliki maka akan sulit
baginya untuk bisa memahami dirinya, apalagi jika harus memahami orang
lain.
Sebagai manusia yang berada pada rentangan usia dewasa dini,
mahasiswa perlu memiliki kemampuan intrapersonal agar bisa lebih mengenal
dirinya sehingga dikemudian hari dapat memutuskan hal-hal penting dalam
hidupnya yang berkaitan dengan pekerjaan atau memilih pasangan hidup.
Terlebih lagi jika pekerjaan yang akan diembannya nanti menuntut
kemampuan dalam berelasi dengan orang lain. Mahasiswa program studi
Bimbingan Konseling perlu memiliki kemampuan dalam berelasi dengan
orang lain, maka sebelum dia bisa memahami diri orang lain alangkah lebih
baik jika dia mengenal dan memahami dirinya sendiri terlebih dahulu.
Kecerdasan intrapersonal sangat penting untuk mencapai
perkembangan diri sebagai manusia menjadi pribadi yang optimal dengan
mengenali dan memahami dirinya lebih dalam untuk kemudian dapat
memahami orang lain. Penelitian ini ingin memperoleh gambaran mengenai
kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan
Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tahun Ajaran 2006/2007.
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga
program studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2006/2007?
2. Kegiatan yang bagaimana yang dapat meningkatkan kecerdasan
intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan
Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Tahun Ajaran 2006/2007?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan
Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Tahun Ajaran 2006/2007.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal
yang dimilikinya, sehingga dapat terus meningkatkan kecerdasan
intrapersonal yang dimilikinya.
b. Mahasiswa dapat membuat suatu wadah sebagai tempat penyaluran
kegiatan atau bimbingan bagi sesama mahasiswa yang membutuhkan
5
sehingga dapat bermanfaat untuk memperkuat atau mengembangkan
kecerdasan intrapersonal.
2. Peneliti
Peneliti memperoleh pengalaman dalam mengungkap kecerdasan
intrapersonal mahasiswa semester tiga Bimbingan Konseling Tahun
Ajaran 2006/2007.
3. Peneliti Lain
Untuk menjadi sumber inspirasi dan bahan pembanding apabila
ingin mengembangkan penelitian ini.
4. Program studi
a. Menjadi bahan pertimbangan untuk membuat kegiatan-kegiatan yang
dapat memperkuat dan mengembangkan kemampuan interpersonal
yang dimiliki oleh mahasiswa.
b. Bersama dengan mahasiswa dapat membuat suatu wadah sebagai
penyaluran kegiatan dan bimbingan yang dapat dimanfaatkan sebagai
tempat pembelajaran bagi mahasiswa.
E. Definisi Operasional
1. Deskripsi adalah melukiskan, memaparkan dan menerangkan pengamatan
yang telah dilakukan.
2. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang dalam memahami
dirinya dan orang lain baik itu menyangkut perasaannya, kekuatan dan
6 kelemahan diri serta inteligensi yang dimilikinya untuk kemudian
memahami orang lain.
3. Mahasiswa semester tiga adalah mahasiswa semester tiga yang sedang
menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun
ajaran 2006/2007.
4. Usulan kegiatan bimbingan adalah rancangan kegiatan yang dibuat untuk
membantu mahasiswa melakukan tranformasi diri kearah yang lebih baik
dari sebelumnya.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini disajikan hasil kajian pustaka mengenai beberapa hal yang
dapat menjelaskan topik penelitian dan kiranya berguna pula untuk memahami
keseluruhan isi, yaitu: kecerdasan intrapersonal, kegiatan bimbingan, dan kegiatan
bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa.
A. Kecerdasan Intrapersonal
1. Arti Kecerdasan Intrapersonal
Menurut Armstrong (2002) orang yang memiliki kecerdasan
intrapersonal adalah individu yang mampu untuk mengalami berbagai gairah,
semangat dan spontanitas, mampu bersikap tegas, memiliki harga diri dan
mengakuinya, mampu meredakan perasaan sakit pada diri sendiri, memiliki
suatu yang diperlukan untuk mempertahankan niat dalam pekerjaan dan relasi,
mampu berkreasi dan berelasi secara dekat, mampu untuk menyendiri.
Menurut Linda Campbell, Bruce Campbell, Dee Dickinson (2002)
kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk memahami diri
sendiri dan orang lain, memikirkan, merencanakan, dan memecahkan
beberapa masalah dalam kehidupan seseorang.
Menurut Gardner kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan
yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah
8
kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu
pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model itu sebagai alat untuk
menempuh kehidupan secara efektif (Goleman, 2004: 52).
Menurut Mayer dan Salvey (Young, 1996) kecerdasan intrapersonal
meliputi kemampuan untuk memberi nama kepada perasaan secara pas,
menilai dan mengungkapkan emosi (perasaan yang dominan seperti gembira),
menggerakkan perasaan (keadaan batin ketika menghadapi sesuatu), serta
mampu untuk mengatur emosi guna mengembangkan pertumbuhan emosional
dan intelektual. Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan yang
dipelajari. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk membentuk
model/pola (teladan) dan gambaran diri sendiri yang teliti. Kemampuan untuk
membentuk model/pola (teladan) ini mengarah ke dalam diri seseorang.
Dengan kemampuan itu akan didapat pemahaman yang tepat mengenai
pengalaman serta cara bagaimana mengelola emosi tersebut. Kecerdasan
intrapersonal merupakan kemampuan untuk menggunakan model tersebut
sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif guna mencapai
kematangan hidup dan kebahagiaan untuk waktu jangka panjang.
Kecerdasan intrapersonal berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk tanggap terhadap perasaan yang ada dalam dirinya. Orang yang
memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik akan memiliki kemampuan
untuk mengenal baik kekuatan-kekuatan maupun kelemahan yang ada dalam
dirinya. Ia gemar untuk melakukan introspeksi diri, meneliti kekurangan-
9
kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam dirinya, lalu
mengusahakan terus menerus untuk memperbaiki diri (Gardner, 2003).
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan yang bersifat
pribadi untuk mengenal dunia dalam diri sendiri. Kemampuan untuk
mengenal dunia sendiri itu meliputi kesadaran diri, pengaturan diri dan
motivasi diri. Dengan memiliki tiga kemampuan tersebut, maka kita dapat
menyelami dunia pribadi kita untuk lebih mengenal diri sendiri secara lebih
mendalam (Goleman dalam Nggermanto, 2005).
Menurut Gardner (2003) kecerdasan intrapersonal merupakan
pengetahuan mengenai diri sendiri dimana seseorang merasa hidup dari diri
sendiri, memiliki rentang emosi sendiri, kemampuan untuk mengetahui
perbedaan di antara emosi-emosi tersebut dan pada akhirnya memberi label
atau nama pada emosi tersebut dan menggunakannya sebagai cara untuk
memahami diri dan menjadi pedoman dalam bertingkah laku. Seseorang yang
memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik mempunyai model yang hidup
efektif dari dirinya sendiri.
Dunia intrapersonal menentukan seberapa mendalamnya perasaan kita,
seberapa puas kita terhadap diri sendiri dan prestasi kita dalam hidup. Sukses
dalam mendalami aspek ini maka kita bisa mengungkapkan perasan kita, bisa
hidup dan bekerja secara mandiri, tegar, dan memiliki kepercayaan diri dalam
mengemukakan gagasan dan keyakinan kita (Stein dan Book, 2002).
10
Menurut Thordike dalam Young (1996) kecerdasan intrapersonal
adalah kemampuan seseorang untuk mengenali batinnya sendiri. Ia tanggap
dengan perasaan yang muncul dalam dirinya, gemar untuk melakukan refleksi
dan evaluasi diri, serta mau mencoba memperbaiki diri setiap saat. Mereka
yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi adalah mereka yang
memiliki kemampuan matang dalam kepribadian dan memiliki kemantapan
dalam menghadapi kehidupan ini.
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan
pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak adaptif
berdasarkan pengenalan diri itu. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan
diri termasuk dalam kecerdasan intrapersonal, dimana orang memiliki
kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan
untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya, dapat
mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang (Suparno,
2004)
Linda Campbell, Bruce Campbell, Dee Dickinson (2002)
mengatakan bahwa di dalam hati kita yang paling dalam terdapat
kemampuan-kemampuan yang dapat kita gunakan untuk memikirkan rencana-
rencana, mencari pemecahan dalam setiap persoalan. Dalam lubuk hati juga
terdapat suatu kemampuan seperti: motivasi, penentuan keputusan, etika,
integritas, empati, dan belas kasih. Tanpa kemampuan yang tinggi yang
11
berasal dari lubuk hati kita, amatlah sukar bagi kita untuk mengembangkan
produktivitas secara penuh.
Setelah melihat beberapa pengertian di atas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang
dalam memahami dirinya dan orang lain baik itu menyangkut perasaannya,
kekuatan dan kelemahannya, serta inteligensi yang dimilikinya.
2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah suatu kemampuan yang tidak dibawa
sejak lahir melainkan sesuatu yang dapat dipelajari. Supaya dapat
mempelajarinya, diperlukan kemampuan untuk memahami aspek-aspek
kecerdasan intrapersonal terlebih dahulu. Gardner (2003) menyebutkan aspek-
aspek kecerdasan intrapersonal sebagai berikut:
a. Hidup dari Dirinya Sendiri
Seseorang dengan kemampuan untuk merasa hidup dari diri sendiri akan
dapat menikmati dan menjalani hidup dengan efektif. Kemampuan yang
dimiliki akan dapat mengantar mereka pada suatu tujuan yang
memberikan kehidupan yang cerah. Dalam relasinya dangan orang lain,
mereka akan mampu untuk memberikan warna kegembiraan dan menjadi
sumber inspirasi bagi orang lain juga. Seseorang yang hidup dari dirinya
sendiri mampu menjalani hidup dengan kebebasan batin yang tinggi.
Karena kebebasan batin itulah mereka mampu untuk menikmati setiap
12
pengalaman yang terjadi dalam dirinya. Keadaan dari luar dirinya tidak
memberi pengaruh besar dalam dirinya. Sebagai akibat dari pengalaman
itu, maka mereka akan dapat memusatkan perhatian pada apa yang ingin
diraihnya.
b. Memilah-milah Emosi Sendiri
Seseorang yang dapat memiliki kemampuan untuk memilah-milah
emosinya sendiri mampu untuk tetap tegar dan tegas terhadap segala
macam kesulitan yang dihadapi. Biasanya individu yang demikian tidak
mudah terpengaruh dengan perasaan yang dirasakannya, akibat dari sikap
yang demikian, mereka akan tetap dapat melaksanakan tugas yang harus
mereka jalani meskipun ada pengalaman yang mungkin bagi orang lain
dapat menjadikan dirinya kalut. Bagi orang-orang yang mampu memilah-
milah emosinya sendiri, akan tetap mampu mengarahkan perhatian kepada
sasaran yang mereka tuju.
c. Memberi Nama pada Emosi-emosi yang Muncul dan Menjadikannya
sebagai Pedoman Tingkah lakunya.
Ada kalanya seseorang mengalami peristiwa dalam kehidupan secara
beruntun dan menguras energi. Bagi orang yang memiliki kemampuan
untuk memberi nama pada setiap perasaan yang muncul, mereka memiliki
kesanggupan untuk memberi nama pada setiap perasaan. Perasaan-
perasaan itu memberikan warna dalam pengungkapan dirinya. Bahkan
kalau perasaan itu dominan akan dijadikan sebagai titik pijak tingkah laku
13
sehari-hari. Perasaan itu memungkinkan dia untuk mengerjakan pekerjaan
dengan penuh semangat tanpa dipengaruhi oleh orang lain di sekitarnya.
Dalam hal ini orang lain tidak mendominasi dari apa yang sedang ia
kerjakan.
Menurut Stein dan Book (2002), aspek-aspek kecerdasan intrapersonal
adalah sebagai berikut:
a. Kesadaran Diri Emosional
Kesadaran diri emosional adalah kemampuan untuk mengenal dan
memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan
mengapa hal itu kita rasakan, serta mengetahui penyebab munculnya
perasaan-perasaan tersebut. Kesadaran diri emosional adalah fondasi
tempat dibangunnya hampir semua unsur kecerdasan emosional, sebagai
langkah awal yang penting untuk menjelajahi dan memahami diri kita,
serta untuk berubah kearah yang lebih baik, intinya adalah kenali emosi
diri. Sudah terlihat jelas kalau kita tidak mungkin bisa mengendalikan
sesuatu yang tidak kita kenal. Orang yang memiliki kesadaran diri yang
kuat dapat mengetahui saat-saat dimana mereka merasa kurang
bersemangat, mudah kesal, sedih, ataupun bergairah, dan menyadari
bagaimana berbagai perasaan tersebut bisa mengubah perilaku mereka
sehingga menyebabkan orang lain menjauhi mereka. Kemampuan
seseorang untuk mengenali perasaannya dan cara dia menyikapinya,
14
membuat orang tersebut mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi
membuat diri mereka dijauhi orang lain.
b. Sikap Asertif
Sikap asertif diartikan sebagai ketegasan, keberanian menyatakan
pendapat. Kemampuan menyampaikan pendapat ini meliputi tiga hal
penting, yaitu : (1) kemampuan mengungkapkan perasaan, misalnya untuk
menerima dan mengungkapkan rasa marah, hangat, dan seksual; (2)
kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka; (3)
kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi. Orang yang asertif
bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu,
mereka bisa mengungkapkan perasaannya (biasanya secara langsung)
tanpa bertindak agresif maupun melecehkan. Aspek sikap asertif terdiri
dari:
1). Kemampuan mengungkapkan perasaan
Menurut Johnson (Supratiknya, 1995) orang yang mengungkapkankan
perasaannya mampu :
a). Menyebut nama emosi yang dirasakan.
b). Mendeskripsikan perasaannya dengan kiasan perasaan.
c). Menunjukkan lewat tindakan yang ingin dilakukan terdorong oleh
perasaan yang sedang dialami.
d). Mendeskripsikan perasaannya dengan kiasan kata-kata.
15
2). Kemampuan mempertahankan keyakinan atau pemikirannya
Orang yang mempertahankan keyakinan atau pemikirannya mampu:
a). Menyuarakan pendapat.
b). Menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap tegas.
c). Rela mengorbankan sesuatu hal.
3). Kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi
Orang yang mempertahankan hak-hak pribadinya mampu :
a). Untuk tidak membiarkan orang lain mengganggunya.
b). Untuk tidak mudah dimanfaatkan orang lain.
c. Kemandirian
Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan
mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak
merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Orang yang mandiri
mampu mengendalikan setiap emosi yang dirasakannya, tahu bagaimana
harus bersikap dan bertindak dalam setiap situasi tertentu. Orang yang
mandiri mengandalkan dirinya sendiri dalam merencanakan dan membuat
keputusan-keputusan penting. Namun mereka juga dapat meminta dan
mempertimbangkan pendapat orang lain sebelum akhirnya membuat
keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri. Meminta pendapat orang lain
jangan selalu dianggap sebagai pertanda ketergantungan, karena orang
yang mandiri selalu mempertanggungjawabkan apa yang menjadi
keputusannya tanpa menyalahkan orang lain jika keputusan yang
16
diambilnya salah. Orang yang mandiri mampu bekerja sendiri, mereka
tidak mau bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan
emosional mereka. Kemampuan untuk mandiri bergantung pada tingkat
kepercayaan diri dan kekuatan batin seseorang, serta keinginan untuk
memenuhi harapan dan kewajiban tanpa diperbudak oleh harapan dan
kewajiban itu sendiri. Aspek kemandirian terdiri dari :
1). Mampu mengendalikan emosi
Gea, Wulandari dan Babari (2002) mengatakan bahwa orang yang
dapat mengendalikan dirinya mampu :
a). Untuk tidak membiarkan diri diatur atau dikendalikan oleh naluri,
keinginan dan desakan-desakan yang tak terkontrol dari dalam
dirinya sendiri.
b). Mengendalikan diri dengan ratio, akal sehat dan suara hati.
2). Bersikap mandiri
Menurut Gea, Wulandari dan Babari (2002) orang yang mandiri
mampu :
a). Percaya pada diri sendiri.
b). Bekerja sendiri.
c). Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya.
d). Menghargai waktu.
e). Bertanggung jawab.
17
3). Mampu merencanakan dan membuat keputusan penting
Orang yang dapat merencanakan dan membuat keputusan penting
mampu:
a). Percaya pada kemampuannya.
b). Memiliki sikap mandiri atau tidak tergantung pada orang lain.
c). Mampu bertanggung jawab terhadap tugasnya.
d. Penghargaan Diri
Penghargaan diri diartikan sebagai kemampuan untuk menghormati dan
menerima diri sendiri sebagai pribadi yang pada dasarnya baik.
Menghormati diri sendiri adalah menyukai diri sendiri apa adanya.
Kemampuan untuk mensyukuri berbagai hal baik itu yang positif maupun
yang negatif yang ada pada diri dan tetap menyukai diri sendiri itu yang
dinamakan sebagai penghargaan diri. Memahami kelebihan dan
kekurangannya dan akan menyukai dirinya apa adanya dengan segala
kekurangan dan kelebihan merupakan inti dari penerimaan diri. Bila
seseorang menerima dirinya maka ia akan merasa aman, memiliki
kekuatan batin, rasa percaya diri, dan rasa sanggup untuk hidup mandiri.
Kepercayaan diri yang kuat juga memegang peranan penting dalam
penerimaan diri. Perasaan yakin pada diri sendiri itu ditentukan oleh
adanya rasa hormat pada diri dan harga diri, yang tumbuh akibat
kesadaran akan jati diri. Orang yang puas dengan diri mereka akan
18
memiliki penghargaan diri yang bagus. Aspek penghargaan diri terdiri
dari:
1). Penerimaan diri
Gea, Wulandari dan Babari (2002) mengatakan orang yang menerima
diri mampu:
a). Menghormati diri sendiri sebagai pribadi.
b). Menyukai diri apa adanya.
c). Mensyukuri segala kelebihan dan kekurangannya.
d). Percaya pada kemampuannya.
e). Membangun sikap positif terhadap diri sendiri.
f). Menerima keberadan orang lain.
2). Percaya diri
Orang yang percaya diri mampu :
a). Yakin pada diri sendiri.
b). Memiliki kesadaran diri yang baik.
c). Merasa puas dengan dirinya sendiri.
e. Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri diartikan sebagai kemampuan dalam mewujudkan segala
kemampuan kita yang potensial. Hal ini diwujudkan dengan ikut serta
dalam perjuangan untuk meraih kehidupan yang bermakna, kaya dan utuh.
Berjuang mewujudkan potensi yang ada dalam diri berarti
mengembangkan aneka kegiatan yang dapat menyenangkan dan
19
bermakna, dapat juga diartikan sebagai perjuangan seumur hidup dan
kebulatan tekad untuk meraih sasaran jangka panjang. Untuk mewujudkan
potensi-potensi diri itu seseorang perlu memiliki motivasi untuk
mengembangkan dirinya, mau memperjuangkan apa yang menjadi tujuan-
tujuan hidupnya, serta memiliki inisiatif dalam menjalani hidupnya.
Aktualisasi diri merupakan proses perjuangan berkesinambungan yang
dinamis, dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan bakat kita
secara maksimal, dan berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk
memperbaiki diri secara menyeluruh. Kegairahan terhadap bidang yang
kita minati akan menambah semangat dan motivasi untuk terus menupuk
minat itu. Aktualisasi diri merupakan bagian dari rasa kepuasan diri.
Aspek aktualisasi diri terdiri dari :
1). Memiliki motivasi untuk berkembang
Orang yang punya motivasi mampu :
a). Untuk sadar akan kebutuhannya, keinginan dan harapan-harapan.
b). Mengembangkan bakat dan kemampuannya secara maksimal.
c). Berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri
secara menyeluruh.
2). Mampu memperjuangkan tujuan hidupnya
Orang yang memperjuangkan tujuan hidupnya mampu :
a). Berjuang mewujudkan potensi.
20
b). Mengembangkan aneka kegiatan yang menyenangkan dan
bermakna.
c). Berjuang untuk meraih cita-cita yang menjadi sasaran jangka
panjang.
3). Memiliki inisiatif
Orang yang memiliki inisiatif mampu:
a). Memanfaatkan peluang untuk memajukan diri.
b). Mengejar sasaran yang menjadi harapannya.
c). Berani mengajak orang lain untuk bekerjasama menghasilkan
sesuatu yang lebih baik/berguna.
d). Berani melanggar batas-batas aturan yang tidak prinsip apabila
perlu agar tugasnya dapat dilaksanakan.
Goleman (2004) menyebutkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal
sebagai berikut:
a. Menyadari dan Mengenali Emosinya Sendiri
Kemampuan mengenali emosi adalah kemampuan seseorang dalam
mengenali emosinya sewaktu perasaan/emosinya itu muncul,
mengidentifikasi dan menamai emosi-emosi yang sedang timbul. Ini
sering dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan intrapersona l. Seseorang
mampu mengenali peraaaan/emosinya sendiri apabila ia memiliki
kepekaan yang tajam atas perasaan/emosinya yang sesungguhnya dan
kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap, misalnya sikap
21
yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti: memilih
sekolah, sahabat, pekerjaan sampai kepada memilih pasangan hidup.
Kemampuan ini membuat orang menjadi mandiri, percaya diri, kesehatan
jiwanya baik, dan cenderung berpendapat dan memandang positif
kehidupan. Apabila suasana hatinya sedang buruk, dia tidak risau dan
tidak larut di dalamnya serta mampu melepaskan diri dari suasana itu
dengan lebih cepat.
b. Mengelola Emosi
Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan untuk menghadapi
keadaan emosional, untuk mengatur kehidupan secara hati-hati dan cerdas,
dan untuk mengendalikan tindakan emosional yang berlebihan. Tujuan
dari penguasaan emosi adalah keseimbangan emosi, bukan menekan
emosi karena setiap emosi mempunyai nilai dan makna. Pengendalian
emosi merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Intinya, bukan
menjauhi perasaan yang tidak menyenangkan dengan selalu bahagia,
namun tidak membiarkan perasaan menderita berlangsung secara tidak
terkendali sehingga menghapus semua suasana hati yang menyenangkan.
Kemampuan mengelola emosi juga meliputi kemampuan mengendalikan
dorongan hati, menjaga kondisi emosi sehingga tidak sebegitu
mempengaruhi pikiran, berpikir positif, serta memiliki sikap optimis.
Kegembiraan dan kesedihan yang dialami tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir. Kemampuan membuat takaran yang seimbang
22
antara apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan dan kemampuan
menghadapi segala keadaan dengan pikiran positif dan tetap optimis saat
mengalami kegagalan, adalah termasuk inti dari kecerdasan intrapersonal.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat
kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.
Dalam hal ini terkandung unsur harapan dan optimisme yang tinggi,
sehingga orangnya memiliki kekuatan, semangat untuk melakukan
aktivitas tertentu, misalnya: belajar, bekerja, menolong orang lain, dan
sebagainya. Orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri akan lebih
berhasil dalam kehidupannya dibandingkan dengan orang yang menunggu
orang lain untuk memperhatikan dirinya. Ciri ini juga meliputi ketahanan
dalam menghadapi frustasi dan menjaga agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuannya berpikir. Tetap bertahan pada tujuan
semula dalam keadaan apapun merupakan inti dari aspek kecerdasan
intrapersonal.
Ketiga pendapat ahli yang telah dikemukakan diatas menjabarkan
masing-masing aspek dengan bahasa yang berbeda, akan tetapi masing-
masing menunjukkan maksud yang sama dari kecerdasan intrapersonal yaitu
individu perlu memiliki kesadaran untuk menyadari setiap emosinya, tahu
apa yang dirasakan, dan bertindak sesuai dengan apa yang dirasakannya.
23
3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal
Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik akan dapat
memetik manfaatnya, yaitu:
a. Menjadikan Hidup Bahagia
Semakin baik kecerdasan intrapersonal yang dimiliki oleh seseorang
semakin luas orang itu dapat meraih kebahagiaan dalam hidupnya.
Kebahagiaan adalah hasil yang menunjukkan derajat kecerdasan dan
kinerja emosional dalam diri seseorang (Stein dan Book, 2002). Orang
akan merasa senang dan nyaman, baik selama bekerja maupun pada saat
memiliki waktu luang. Ia dapat menikmati hidupnya penuh dengan rasa
syukur berdasarkan setiap pengalaman hidup yang telah ditempuhnya
karena semua itu merupakan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang
sebagai diri sejati dari interaksi dengan lingkungan dan orang tertentu.
Diri sejati merupakan sumber kreativitas batin, vitalitas, spontanitas, dan
kesejahteran emosi seseorang (Armstrong, 2002). Orang dengan
kecerdasan intrapersonal rendah dapat dengan mudah menderita depresi,
cenderung merasa cemas, merasa tak pasti akan masa depannya, menarik
diri dari pergaulan, kurang semangat, merasa bersalah, tidak puas atas
kehidupan yang dialaminya, mereka merasa tidak sejahtera secara
emosional. Sebaliknya bagi orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal
yang tinggi memandang hidup sebagai kesempatan untuk
mengembangkan diri dan bersyukur sehingga dapat lebih menikmati hidup
24
bersama dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Jika seseorang
berhasil mengembangkan dirinya maka ia akan memperoleh kebahagiaan
baik bagi dirinya maupun bagi orang disekitarnya.
b. Menjadikan Hidup lebih Produktif
Hidup orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi diwarnai
oleh produktivitas. Orang yang produktif akan mampu meningkatkan
potensi-potensinya sehingga bisa berkembang secara lebih utuh. Orang
yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi mampu
berkonsentrasi dengan baik (Suparno, 2004). Konsentrasi diri yang baik
dapat menunjang produktifitas kerja seseorang. Seseorang yang memiliki
kecerdasan intrapersonal akan mampu mendaftar sasaran tertentu dan
mengarahkan emosinya untuk mencapai sasaran tersebut (Armstrong,
2002). Produktivitas kerja seseorang dapat diukur dari tujuan atau sasaran
yang ditetapkannya. Dalam menentukan sasaran, ia akan memilih sasaran
yang dapat dicapai. Dengan memilih sasaran pada tingkat kesulitan yang
dapat diatasi, ia dapat menjamin bahwa ia akan dapat mengatasi kesulitan
yang dihadapinya dan dapat mencapai sasaran yang ia tentukan. Di
samping itu ia juga akan memilih sasaran yang pantas diharapkan,
maksudnya tidak mustahil untuk diraihnya. Jika seseorang berhasil
mengembangkan kapasitas sasarannya secara optimal, maka ia akan
menjadi warga masyarakat yang produktif.
25
B. Kegiatan Bimbingan
1. Bimbingan
Bimbingan membantu individu mencapai suatu kehidupan yang lebih
bermakna dan memberikan kepuasan pribadi dan bermakna bagi masyarakat
(Sukardi, 1988). Menurut Prayitno dan Amti (2004) bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan merupakan suatu proses yang terus menerus dalam
membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara
maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya (Stoops dan Walquist
dalam Surya, 1988).
Pelayanan bimbingan dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah
kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan sejalan dengan program
yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh pihak-pihak terkait.
Kegiatan bimbingan yang disusun untuk periode waktu tertentu,
menjadi pegangan bagi pelaksana bimbingan dalam memberikan layanan
bimbingan. Kegiatan bimbingan yang tertulis secara jelas akan memudahkan
26
pelaksana bimbingan untuk mengadakan penilaian atau evaluasi terhadap
pencapaian tujuan pelayanan kegiatan bimbingan.
Sebuah program atau kegiatan bimbingan harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan permasalahan orang yang akan dilayani. Prayitno, dkk (1997)
mengemukakan syarat-syarat yang hendaknya diperhatikan dalam menyusun
suatu program kegiatan bimbingan sebagai berikut:
a. Berdasarkan masalah binimbing, sesuai dengan kondisi pribadinya serta
tugas-tugas perkembangannya.
b. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi
semua jenis layanan, dan kegiatan pendukung, serta menjamin
dipenuhinya prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan.
c. Sistematis, dalam arti program kegiatan disusun menurut urutan logis,
tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu.
d. Terbuka dan luwes, sehingga mudah menerima masukan untuk
mengembangkan dan menyempurnakan program tanpa harus merombak
program itu secara menyeluruh.
e. Memungkinkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait.
f. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian lebih lanjut untuk
penyempurnaan program.
Program kegiatan bimbingan yang disusun kemungkinan akan selalu
mengalami perubahan dan penyempurnaan dari waktu ke waktu. Apabila
27
terdapat kelemahan-kelemahan dalam program tersebut, maka program
kegiatan bimbingan dapat diubah dalam periode selanjutnya.
Kegiatan bimbingan merupakan suatu kegiatan yang berkelanjutan,
bukan merupakan kegiatan yang dilakukan secara kebetulan. Kegiatan
bimbingan membantu dan mengarahkan individu ke arah suatu tujuan yang
sesuai dengan potensinya secara optimal. Yang menentukan pilihan dalam
pemecahan masalah adalah individu sendiri, sedangkan pembimbing hanya
membantu. Jadi, proses bimbingan merupakan kegiatan yang bersifat
kerjasama secara demokratis dan tidak otoriter dari pihak pembimbing.
2. Bagian-bagian dalam Kegiatan Bimbingan
Kegiatan bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk bimbingan
individual maupun bimbingan kelompok. Kegiatan bimbingan individual
dilakukan bila yang dilayani hanya satu orang, bilamana yang dilayani lebih
dari satu orang maka disebut bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok
dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, salah satunya dengan kegiatan
bimbingan yang telah dirancang untuk meningkatkan kecerdasan
intrapersonal.
Kegiatan bimbingan terdiri dari tiga bagian utama yaitu: pembukaan,
inti, dan penutup. Untuk mengawali sebuah kegiatan biasanya dibuka dengan
memberikan pengantar berupa penjelasan tujuan diadakannya kegiatan, tata
tertib, perkenalan, dan pemanasan (ice breaking). Kegiatan perkenalan sangat
28
membantu para peserta untuk saling mengenal satu sama lain, termasuk
dengan fasilitator. Hal ini bertujuan agar para peserta tidak merasa asing satu
sama lain, sehingga dapat berkomunikasi dan bersedia bekerjasama selama
kegiatan berlangsung. Apabila para peserta sudah saling mengenal satu sama
lain, maka dapat digunakan metode pemanasan sebagai acara pengganti
perkenalan. Pemanasan bertujuan membangkitkan perhatian dan minat peserta
terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan, membuat mereka untuk mulai
terlibat dalam kegiatan, dan melepaskan beban mental yang menghambat
keikutsertan mereka dalam kegiatan. Bentuk kegiatan perkenalan dan
pemanasan dapat disesuaikan dengan keadaan peserta dan tujuan kegiatan
(Hardjana, 2001).
Bagian inti merupakan bagian yang digunakan untuk menyampaikan
materi kegiatan yang dibagi dalam beberapa sesi. Menurut Hardjana (2001),
metode yang dapat digunakan dalam penyampaian materi kegiatan ada empat,
yaitu:
a. Metode informatif merupakan metode yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, penjelasan, data, fakta dan pemikiran. Bentuknya dapat berupa pengajaran atau kuliah (lecture), bacaan terarah (directed reading). Ataupun diskusi panel (panel discussion).
b. Metode partisipatif digunakan untuk melibatkan peserta dalam pengolahan materi kegiatan. Bentuknya dapat berupa pernyataan (statement), curah pendapat (brainstorming), audio-visual (audio visual), diskusi kelompok (group discussion), kelompok bincang-bincang (buzz group), forum (forum), kuis (quiz), studi kasus (case study), peristiwa (incident), atau peragaan peran (role play).
c. Metode partisipatif-eksperiensial merupakan metode yang bersifat partisipatif sekaligus eksperensial dengan mengikutsertakan peserta dan memberikan kemungkinan kepada pesera untuk ikut mengalami apa yang
29
diolah dalam kegiatan. Bentuknya dapat berupa pertemuan (meeting), latihan simulasi (simulation exercise), atau demonstrasi (demonstration).
d. Metode eksperensial adalah metode yang memungkinkan peserta untuk ikut terlibat dalam kegiatan untuk “belajar sesuatu” daripadanya. Bentuknya dapat berupa ungkapan kreatif (creative ekspression), penugasan (assignment installment), lokakarya (workshop), kerja proyek (work project ), tinggal di tempat (field placement), hidup di tempat (live in), permainan manajemen (management game), atau latihan kepekaan (laboratory atau sensitivity training).
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan bimbingan sebaiknya:
a. Berpusat pada peserta, bukan pada materi atau isi kegiatan.
b. Pengolahan materi menyangkut pengolahan secara keseluruhan dan bukan
dibatasi pada salah satu seginya saja.
c. Pengalaman dan pengetahuan para peserta didayagunakan dan
diintegrasikan ke dalam pengolahan kegiatan.
Menurut Hardjana (2001), dari keempat metode yang telah diuraikan
di atas, metode eksperensial merupakan metode utama. Metode-metode lain
hanya digunakan pada bagian-bagian tertentu, seperti misalnya penggunaan
metode informatif untuk memberikan pemahaman tentang kegiatan yang
dilaksanakan, penggunaan metode partisipatif untuk pengolahan dalam
kelompok kecil (diskusi kelompok), dan metode partisipatif-eksprensial untuk
kegiatan yang melibatkan peserta dan memberi kesempatan kepada mereka
untuk mengalami kegiatan yang dilaksanakan.
Selain kegiatan-kegiatan pemanasan, perkenalan, dan pengolahan
materi, dapat pula diadakan permainan (game) dalam kegiatan. Seperti yang
terlihat dari namanya, permainan adalah kegiatan yang dinilai dapat
30
mendatangkan kesegaran dan memulihkan minat, semangat, dan tenaga.
Bentuknyapun dapat berupa permainan di dalam gedung (indoors games)
maupun di luar gedung (outdoors games). Jenis permainan yang bermacam-
macam harus dapat melibatkan peserta kegiatan secara perorangan, kelompok
kecil, kelomok besar, atau bahkan seluruh peserta. Permainan hendaknya
tidak merupakan kegiatan tersendiri dan terlepas dari sesi sebelum atau
sesudahnya. Sebab jika diadakan secara tersendiri, permainan dapat
mengganggu atau mengalihkan perhatian peserta dari tujuan tiap sesi atau
bahkan seluruh kegiatan. Secara nyata permaianan dapat dipergunakan
sebagai “gong” untuk menutup atau mengawali suatu sesi supaya peserta
terlibat secara penuh dan memahami materi acara yang akan mereka ikuti
lebih mendalam. Oleh karena itu, sesudah permainan dilaksanakan maka
harus diadakan penjelasan tentang makna permainan dan kaitannya dengan
sesi yang sudah atau akan dilaksanakan (Hardjana, 2001).
Menurut Hardjana (2001) hal-hal yang terdapat dalam bagian penutup
adalah kesimpulan kegiatan dan evaluasi. Kesimpulan merupakan uraian
singkat tentang seluruh kegiatan, terkait dengan setiap sesi dalam kegiatan
yang telah diolah bersama, kemungkinan-kemungkinan follow-up, serta
harapan-harapan terhadap peserta. Bentuk uraian dalam menarik kesimpulan
adalah informatif. Kesimpulan merupakan “gong” keseluruhan kegiatan dan
bekal bagi para peserta. Dalam kesimpulan diuraikan semua materi yang telah
diolah dalam kegiatan. Selain itu disebutkan pula urutan sesi atau proses
31
pengolahannya, tujuan masing-masing sesi dan keseluruhan rangkaian sesi,
ringkasan seluruh hasil kegiatan yang yang dicapai, dan follow-up yang
sebaiknya dilakukan oleh peserta. Kesimpulan perlu disiapkan dengan baik
dan dipresentasikan dengan mantap dan penuh motivasi.
Evaluasi merupakan metode untuk mengumpulkan bahan yang akan
dianalisis dan disimpulkan guna melihat segala sesuatu yang terjadi dalam
training dan pengaruhnya bagi peserta dalam perluasan pengetahuan,
pembentukan sikap, perubahan perilaku, peningkatan kecakapan dan
keterampilan. Bentuk evaluasi dapat berupa pertanyaan-pertanyaan reflektif
yang perlu dijawab oleh peserta baik secara lisan maupun tulisan.
3. Hal-hal yang pe rlu diperhatikan dalam Menyusun Kegiatan Bimbingan
Penyusunan rancangan kegiatan bimbingan harus memperhatikan
pihak-pihak yang akan terlibat dalam kegiatan (peserta, penyelenggara, dan
fasilitator), tujuan yang akan dicapai, materi yang akan diolah, metode dan
peralatan yang hendak dipakai, tempat pelaksanaan, jadwal kegiatan untuk
setiap sesi atau secara keseluruhan. Semuanya itu diatur secara efisien, lancar
dan efektif untuk mencapai tujuan diadakannya kegiatan.
Pada saat menyusun rancangan kegiatan, hal-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah kebutuhan, tujuan, materi, metode-strategi-teknik,
susunan sesi dan jadwalnya, petugas, dan evaluasi kegiatan (Hardjana, 2001:
32
34). Di bawah ini akan diuraikan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan kegiatan menurut Hardjana (2001):
a. Kebutuhan Kegiatan
Kebutuhan kegiatan adalah kekurangan dalam bidang pengetahuan, sikap,
perilaku, kecakapan, dan keterampilan pada peserta yang hendak dipenuhi
melalui kegiatan. Kebutuhan kegiatan dapat diketahui dari kuesioner yang
diedarkan.
b. Tujuan Kegiatan
Kegiatan terdiri dari serangkaian sesi yang disusun untuk mencapai tujuan
kegiatan. Oleh karena itu, setiap sesi mempunyai tujuan tersendiri.
Melalui pencapaian tujuan tiap sesi itu, maka diharapkan tujuan seluruh
kegiatan dapat tercapai. Dengan demikian, dalam kegiatan bimbingan
dibuat tujuan untuk setiap sesi dan tujuan kegiatan bimbingan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, penetapan tujuan sebaiknya menganut
prinsip SMART yaitu:
S = Specific, yang berarti khusus, terbatas dan jelas.
M = Measurable, yang berarti dapat diukur secara kuantitatif.
A = Achievable, yang berarti dapat dicapai oleh peserta, fasilitator,
penyelenggara, berdasarkan waktu, tempat dan fasilitas yang
tersedia.
R = Realistic, berarti memenuhi kebutuhan kegiatan yang sebenarnya,
bukan hanya berdasarkan keinginan penyelenggara atau fasilitator.
33
T = Timebound, yang berarti waktu pencapaian tujuan, dibatasi misalnya
3 hari, 2 minggu, 1 bulan, atau 2 tahun.
c. Materi Kegiatan
Materi kegiatan adalah bahan, topik, atau hal yang dibicarakan dan diolah
dalam kegiatan bimbingan. Materi umum yang dapat diolah dalam
kegiatan dapat dibagi menjadi tiga bidang, yaitu pribadi-sosial,
akademik/belajar, serta karier. Dari hasil analisis kuesioner yang diberikan
pada peserta, kita dapat mengetahui materi yang sesuai bagi mereka.
d. Metode, Strategi, dan Teknik Kegiatan
Metode, strategi, dan teknik ditetapkan berdasarkan tujuan kegiatan. Hal
ini berlaku untuk seluruh kegiatan maupun masing-masing sesi. Strategi
adalah cara penggunaan metode yang dipilih dan dirancang khusus agar
tujuan kegiatan tercapai, baik secara keseluruhan maupun per sesi. Agar
pelaksanaan kegiatan dapat berhasil, metode harus betul-betul dikuasai
sehingga dapat dilaksanakan dengan lancar, inovatif, dan dinamis. Cara
melaksanakan suatu metode disebut teknik. Kemampuan dalam teknik
tersebut dapat membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan.
e. Susunan dan Jadwal Sesi dalam Kegiatan Bimbingan
Susunan sesi dibuat berdasarkan seluruh kegiatan. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun sesi, yaitu:
1) Alur, yaitu arah, gerak, dan kelanjutan dari satu sesi ke sesi yang lain. Artinya acara yang terdahulu, misalnya, sesi I mengarah dan berlanjut ke sesi II, sesi II k sesi III, dan seterusnya. Jadi sangat perlu
34
diperhatikan agar sesi dalam seluruh kegiatan arahnya jelas, dan tidak terpisahkan satu dengan yang lain.
2) Jarak, yaitu tenggang waktu antara satu sesi dengan sesi lain. Artinya antara sesi satu dengan acara lain tidak berdesak-desakan atau dijejal-jejalkan sehingga menciptakan suasana kegiatan yang padat. Oleh karena itu antara dua sesi perlu diberi jeda yang cukup, misalnya untuk minim atau snack, makan, atau waktu kosong.
3) Nada, yaitu tekanan pada masing-masing sesi. Untuk kelancaran dan efektivitas seluruh kegiatan, maka masing-masing sesi diberi tekanan yang berbeda. Ada sesi berat, ringan, dan ada yang sedang. Demikian juga tekanan pada pelaksanaan masing-masing sesi dibuat tidak sama. Kadang tekanan pada metode, kadang pada isi, kadang pada follow-up, dan sebagainya.
4) Warna, yaitu suasana kegiatan. Agar tidak menjemukan, penyampaian tiap sesi dan bagian-bagiannya diberikan dalam suasana yang bervariasi antara suasana yang serius dan santai.
5) Jalinan, yaitu jalannya seluruh kegiatan dan hubungan sesi yang satu dengan sesi yang lain. Jalinan itu dibuat kadang menyentak, kadang halus, kadang mendadak, kadang dengan persiapan, kadang terpotong-potong, kadang berhubungan erat. Jadi hubungan antara sesitidak terus menerus halus atau seluruhnya kasar tetapi bervariasi.
Jadwal kegiatan bimbingan disusun berdasarkan kelima prinsip seperti
yang telah diuraikan di atas.
f. Petugas yang Bertanggungjawab dan Perlengkapannya
Setelah menyusun sesi per sesi dengan baik dan jadwal yang telah
tersusun rapi, maka dapat diatur petugas/fasilitator yang bertanggung
jawab atas pelaksanaannya. Hal ini berlaku jika fasilitator tidak bekerja
sendiri, melainkan dengan fasilitator lain yang bekerja dalam satu tim,
yang didalamnya terdapat pembagian tanggungjawab. Oleh karena itu
masing-masing fasilitator dapat menyiapkan sesi dengan baik dan dalam
pelaksanaannya sehingga dapat berkonsentrasi dengan penuh, sedangkan
fasilitator lain yang tidak bertugas dapat membantu, menjadi pengamat,
35
atau pelengkap pada saat dibutuhkan. Bersama dengan penentuan
tanggung jawab tersebut, ada baiknya jika ditetapkan pula peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya.
g. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk seluruh sesi kegiatan maupun masing-masing
sesi yang dapat dibuat dalam bentuk tulisan maupun lisan. Materi yang
dikumpulkan untuk dievaluasi yaitu mengenai isi, proses, manfaat,
fasilitas akomodasi, konsumsi, manfaat, partisipasi peserta, dan peran
fasilitator. Cara pelaksanaan evaluasi bisa dilaksanakan secara tertulis,
lisan, kelompok kecil, atau secara pleno dengan seluruh peserta. Cara
menganalisis, penyimpulan dan pemanfaatannya akan berguna untuk
perbaikan kegiatan di masa yang akan datang.
4. Unsur-unsur Kegiatan Bimbingan
Unsur-unsur kegiatan secara keseluruhan meliputi:
a. Topik dan tema
b. Tujuan
c. Materi
d. Metode
e. Jadwal
f. Fasilitator
g. Bahan, peralatan, dan perlengkapan
36
h. Evaluasi
i. Tindak lanjut (follow-up)
Sedangkan unsur-unsur dalam setiap sesi adalah:
a. Judul
b. Tujuan
c. Materi atau isi
d. Metode, strategi, dan teknik
e. Suasana
f. Bahan atau peralatan-peralatan
g. Waktu
h. Tahap-tahap dan langkah- langkah pelaksanaan
i. Fasilitator yang bertanggungjawab
j. Hal-hal yang perlu diamati dan dipraktekkan selama sesi berlangsung
k. Evaluasi
5. Kecakapan yang diperlukan untuk Menyusun Kegiatan Bimbingan
Menurut Hardjana (2001: 43) kecakapan yang diperlukan seorang
fasilitator untuk menyusun paket kegiatan secara keseluruhan adalah sebagai
berikut:
a. Menemukan dan merumuskan kebutuhan kegiatan yang berupa
pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan yang kurang atau perlu
ditingkatkan.
37
b. Menetapkan topik dan tema kegiatan.
c. Merumuskan tujuan kegiatan.
d. Menetapkan jumlah sesi dan menentukan materi yang akan diolah dalam
setiap sesi itu.
e. Menetapkan metode yang digunakan untuk setiap sesi maupun untuk
seluruh kegiatan.
f. Menetapkan evaluasi untuk seluruh kegiatan dan untuk setiap sesi.
g. Untuk masing-masing sesi:
1) Menyiapkan uraian tertulis yang berisi judul, tujuan, langkah-langkah
pelaksanaan, input yang akan disampaikan, dan cara evaluasi.
2) Menyiapkan peralatan/perlengkapan yang diperlukan untuk
pelaksanaannya.
h. Menyiapkan pelaksanaan kegiatan dengan merumuskan kerjasama dengan
penyelenggara danmembagi tugas dengan para fasilitator lain atau asistan
fasilitator yang ada dalam tim.
C. Kegiatan Bimbingan untuk Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal
Mahasiswa
Untuk mencapai pengetahuan yang dalam mengenai diri sendiri yang
terdalam, dan untuk mencapai kedamaian dengan pengetahuan itu dituntut
pengalaman hidup yang sungguh-sungguh. Proses mencapai kecerdasan
intrapersonal membutuhkan waktu, perencanaan, pengajaran bagi pribadi yang
38
bersangkutan. Berusaha menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan
tentang diri sendiri adalah sangat penting karena merupakan dasar/titik tolak
dalam mencapai kesuksesan dan kepenuhan hidup. Berikut ini disajikan upaya-
upaya yang diperlukan untuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal:
a. Merasakan dan Menyadari Perasaan
Merasakan dan menyadari setiap perasaan, seperti marah, bingung, jenuh,
bosan, atau tidak sabar dan sebagainya dapat membantu orang untuk lebih
mengenal dan mengembangkan kepekaan kecerdasan intrapersonal yang
dimilikinya (Lazear dalam Suparno, 2004). Orang dapat menyadari dan
mengenali keadaan emosinya dengan cara melatih diri untuk mengetahui apa
yang dirasakannya, seberapa kuat emosi itu muncul dan apa alasannya. Orang
yang memahami bagaimana emosinya berhubungan dan kadang-kadang
disertai gelombang perasaan yang dapat menimbulkan ketegangan dengan
orang lain. Dengan demikian, orang akan menjadi lebih bijaksana dalam
menanggapi perasaannya dan perasaan orang disekitarnya.
b. Merefleksikan Perasaan yang dialami
Meluangkan waktu beberapa menit untuk merefleksikan diri dengan mencoba
menyadari pola-pola pikir yang dilakukan sehari-hari terlebih yang berbeda-
beda, dapat membantu mengembangkan kepekaan intrapersonal (Lazear
dalam Suparno, 2004). Tanyakan pada diri sendiri sebagai latihan mengasah
kepekaan intrapersonal perasaan apa yang telah dirasakan pada hari ini?
Mengapa itu terjadi dan bagaimana prosesnya? Apakah itu berdampak positif?
39
Evaluasikan setiap jawaban itu, mana yang kurang tepat dan mana yang perlu
dikembangkan lebih lanjut. Merefleksikan diri penting untuk melatih
konsentrasi diri karena hal ini berkaitan dengan kesadaran akan diri, pikiran
dan perasaan kita.
c. Temukan Keseimbangan
Dalam situasi yang padat dengan beragam aktivitas, suara, bisnis, dan
kegiatan lainnya penting bagi kita untuk menemukan keseimbangan,
ketenangan dan kedamaian lagi (Lazear dalam Suparno, 2004). Meluangkan
waktu untuk menarik napas dan berkonsentrasi untuk sekedar menyingkirkan
berbagai aktivitas rutin kita, dapat membuat kita menemukan keseimbangan
hidup ditengah banyaknya aktivitas yang harus kita lakukan. Kemampuan
untuk menemukan keseimbangan, ketenangan dan kedamaian dapat
membantu kita untuk menyadari diri, pikira dan perasaan kita. Kemampuan
akan kesadaran diri dan ekspresi perasaan yang berbeda akan membantu
untuk menguasai dinamika perasaan kita. Kemampuan membuat takaran yang
seimbang antara apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan dan kemampuan
menghadapi segala keadaan dengan pikiran positif dan tetap optimis saat
mengalami kegagalan dalam hidup adalah termasuk inti dari kecerdasan
interpersonal.
Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Orang dewasa muda diharapkan
memainkan peranan baru, seperti pencari nafkah, peran menjadi suami/istri, orang
40
tua, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan serta nilai-nilai
baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang akan dialaminya. Penyesuaian diri ini
menjadikan periode ini suatu periode yang khusus dan sulit dari rentang hidup
seseorang (Hurlock, 2004).
Mahasiswa pada umumnya sedang berada pada fase perkembangan akhir
masa remaja dan awal masa dewasa. Mereka sedang dalam masa transisi dari
masa remaja yang penuh goncangan ke permukaan dewasa yang menuntut
kemandirian. Pada masa ini mereka dituntut untuk mempersiapkan dirinya
menjadi manusia dewasa yang mandiri. Mereka dituntut mencapai kematangan
baik secara fisik, intelektual, emosional, moral dan sosial (Surya, 1988).
Periode ini dikatakan sulit karena di sini seseorang diharapkan bisa
mengadakan penyesuaian diri secara mandiri, padahal pada masa sebelumnya
mereka banyak memperoleh bantuan dari orang lain. Pada masa ini apabila
seseorang mengalami kesulitan yang sukar untuk diatasi, rasa ragu-ragu untuk
meminta pertolongan dan nasehat dari orang lain muncul, karena mereka takut
jika dianggap belum dewasa.
Mahasiswa perlu melakukan penyesuaian dengan lingkungan perguruan
tinggi dan sebaliknya perguruan tinggi perlu mempersiapkan program kegiatan
dengan memperhatikan keadaan mahasiswa. Tugas utama mahasiswa di
perguruan tinggi adalah belajar untuk mengembangkan diri sepenuhnya dan
khususnya untuk menyelesaikan program belajar yang sedang diikutinya.
Mahasiswa sebagai subjek didik akan dididik dan dikembangkan untuk
41
mewujudkan menjadi manusia yang mandiri, menyadari diri dan kehadirannya di
lingkungan masyarakat, serta mampu melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
Oleh karena itu, peran kompetensi kemanusiaan dapat membantu mahasiswa
untuk melakukan tranformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri (Surya,
1988).
Mahasiswa sebagai orang dewasa mengalami suatu periode penyesuaian
diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru, dimana
proses penyesuaian diri yang sangat besar dan mempengaruhi hidup orang dewasa
menuntut individu dewasa memiliki kecerdasan intrapersonal yang cukup untuk
menjadi bekal bagi hidupnya.
Kegiatan bimbingan dapat membantu mahasiswa untuk melakukan
tranformasi diri kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Kegiatan bimbingan
dapat membantu para mahasiswa memperoleh pemahaman tentang dirinya, orang
lain dan lingkungan sekitarnya sehingga kelak dapat membuat suatu keputusan
yang tepat bagi dirinya sendiri yang mengarahkan diri kekehidupan yang lebih
baik dari sebelumnya serta akhirnya dapat mewujudkan diri secara bebas dan
mantap (Surya, 1988).
Kegiatan bertujuan untuk membantu peserta dalam hal:
1. Mengajak mahasiswa untuk berterima kasih kepada Tuhan yang telah
memberi hidup dan menciptakan dirinya dengan segala kelebihan dan
kekurangannya.
42
2. Membantu mahasiswa untuk mempelajari, memahami diri, dan mendapatkan
kecakapan-kecakapan dalam berbagai aspek kecerdasan intrapersonal.
3. Membantu mahasiswa untuk menemukan dan menyadari kualitas-kualitas
yang ia miliki agar dapat dikembangkan secara optimal.
Adapun materi yang akan disampaikan kepada mahasiswa adalah sebagai
berikut:
a. Ekspresi perasaan, meliputi perasaan-perasaan yang timbul pada situasi
tertentu.
b. Penyadaran sikap dan reaksi-reaksi emosional, meliputi kesadaran diri
emosional yang timbul pada saat dan situasi tertentu.
c. Jadilah pribadi yang asertif, meliputi perilaku sikap asertif, dan manfaat
bersikap asertif.
d. Pribadi yang mandiri, meliputi arti kemandirian dan tanggung jawab.
e. Mengambil keputusan, meliputi gaya seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan.
f. Pemeriksaaan sikap diri, meliputi arti penghargaan diri dan upaya-upaya agar
dihargai oleh orang lain.
g. Pribadi yang berkembang, meliputi arti aktualisasi diri dan upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk mengaktualisasikan diri.
Kegiatan Bimbingan dapat diberikan oleh siapa saja, termasuk orang yang
diberi tugas oleh penyelenggara kegiatan atau pun oleh seorang yang ahli di
bidang pengembangan kepribadian.
43
Kegiatan Bimbingan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan
intrapersonal mahasiswa sehingga terbuka wawasannya tentang dunia “diri” yang
tampak dalam perubahan sikap dan perkembangan pribadinya. Materi dalam
kegiatan bimbingan disusun berdasarkan aspek-aspek yang terkandung dalam
kecerdasan intrapersonal dan disesuaikan juga dengan kebutuhan mahasiswa.
Untuk menghilangkan kejenuhan dalam pelaksanaan kegiatan maka
penyampaian materi dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi, antara lain
dengan cara Tanya jawab, ceramah, diskusi kelompok, sharing, refleksi pribadi,
pemutaran slide, pemberian peneguhan dan lain sebagainya. Dinamika kelompok
dapat dilaksanakan sebagai langkah awal penyampaian materi, karena selain
dapat melibatkan peserta, dinamika kelompok juga dapat menghilangkan
kejenuhan peserta.
Rancangan kegiatan bimbingan yang telah disusun memuat lima tema
dalam aspek kecerdasan intrapersonal, yaitu aspek kesadaran diri emosional,
aspek sikap asertif, aspek kemandirian, aspek penghargaan diri dan aspek
aktualisasi diri. Kelima tema tersebut disampaikan dalam satu kali week end.
Akan tetapi dapat juga dibuat tema yang berbeda dalam setiap week end, dan
fasilitator dapat bebas memilih tema yang sesuai dengan waktu dan kebutuhan.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan
metodologi penelitian, yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, instrument
penelitian, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2005). Tujuan penelitian ini adalah
untuk melukiskan variable atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi
(Furchan, 1982). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
tentang kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester III Bimbingan
Konseling tahun ajaran 2006/2007.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester III Bimbingan
Konseling tahun ajaran 2006/2007. responden yang akan dijadikan subjek
penelitian berjumlah 34 mahasiswa. Menurut Arikunto (1991) penelitian
yang melibatkan seluruh individu dalam suatu kelompok untuk menjadi
subjek penelitian disebut penelitian populasi.
45
C. Instrumen Penelitian
1. Alat Pengumpul Data
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner sebagai alat pengumpul
data. Kuesioner adalah metode pengumpul data dengan menggunakan
sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi
dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang
sebenarnya.
Kuesioner kecerdasan intrapersonal terdiri dari dua bagian yaitu:
(1) bagian pengantar, identitas, dan petunjuk pengisian, dan (2) bagian
pernyataan yang mengungkap kecerdasan intrapersonal yang terdiri dari
90 item pernyataan.
Item-item pernyataan dalam kuesioner terdiri dari lima aspek
kecerdasan intrapersonal menurut Stein dan Book yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, yaitu: (1) kesadaran diri emosional, (2) sikap
asertif, (3) kemandirian, (4) penghargaaan diri, (5) aktualisasi diri.
Adapun kisi-kisi kuesioner yang digunakan dalam instrument
penelitian disajikan pada tabel berikut:
46
Tabel 1 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal
Pernyataan No Aspek Indikator No
Item + - ∑
1. Kesadaran diri emosional
a. Kenali emosi diri
9-18 11,13,14,16,18
9,10,12,15, 17
10
2. Sikap asertif a. Mampu mengekspresikan perasaannya
b. Mampu mempertahankan pendapat dan pemikirannya
c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi
27-33
19-26
82-85
27,28,29,32
19,20,25,26
82
30,31,33
21,22,23,24
83,84,85
7 8 4
3.
Kemandirian a. Mampu mengendalikan Emosi
b. Sikap Mandiri c. Mampu
merencanakan dan membuat keputusan penting
60-68
86-90 69-75
62,64,66,67,68
86,87,90 69,71,72,74
60,61,63,65
88,89 70,73,75
9 5 7
4. Penghargaan diri
a. Penerimaan Diri b. Percaya diri
50-59
1-8
50,51,53,54,55
3,4,5,8
52,56,57,58,59
1,2,6,7
10 8
5. Aktualisasi diri
a. Memiliki motivasi untuk berkembang
b. Mampu memperjuangkan tujuan hidupnya
c. Memiliki inisiatif
45-49
34-44
76-81
46,47,49
35,37,38,39,40,41,42,44
76,79,80
45,48
34,36,43
77,78,81
5
11 6
Jumlah 49 41 90
Dalam kuesioner ini pernyataan terdiri dari dua kelompok, yaitu:
pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable
adalah pernyataan positif, sedangkan unfavorable adalah pernyataan
negatif. Sebaran pernyataan favorable dan unfavorable dilakukan secara
acak.
47
Pemberian skor tergantung dari favorable tidaknya suatu
item.Untuk pernyataan positif (favorable): skor untuk jawaban amat
sering atau selalu (ASS) adalah empat, skor untuk jawaban sering (SR)
adalah tiga, skor untuk jawaban kadang-kadang (KK) adalah dua, skor
untuk jawaban tidak pernah (TP) adalah satu. Sebaliknya untuk
pernyataan negatif (unfavorable): skor untuk jawaban amat sering atau
selalu (ASS) adalah satu, skor untuk jawaban sering (SR) adalah dua,
skor untuk jawaban kadang-kadang (KK) adalah tiga, skor untuk
jawaban tidak pernah (TP) adalah empat. Sebaran pernyataan favorable
dan tidak favorable dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Sebaran pernyataan Favorabel dan Unfavorabel
No. Item Favorabel No. Item Unfavorabel
3,4,5,8,11,13,14,16,18,19,20,25,26,27,28,29,32,35,37,38,39,40,41,42,44,46,47,49,50,51,53,54,55,62,64,66,67,68,69,71,72,74,76,79,80,82,86,87,90.
1,2,6,7,9,10,12,15,17,21,22,23,24,30,31,33,34,36,43,45,48,52,56,57,58,59,60,61,63,65,70,73,75,77,78,81,83,84,85,88,89.
Menurut Hadi (1990) modifikasi Skala Likert menjadi empat
kategori jawaban dimaksud untuk menghilangkan kelemahan yang
dikandung oleh skala lima tingkat, yaitu: karena kategori netral
mempunyai arti ganda, bias diartikan belum dapat memutuskan, bias
juga diartikan netral, atau ragu-ragu. Tersedianya jawaban di tengah juga
menimbulkan kecenderungan menjawab netral (central tendency effect),
terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.
48
2. Validitas dan Reabilitas Kuesioner
a. Validitas instrument
Validitas suatu alat ukur adalah derajat ketepatan dan ketelitian alat
tersebut. Hajar (1996) mendefinisikan validitas sebagai
kemampuan alat ukur untuk mengukur apa yang dimaksudkan
untuk diukur. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan untuk
menganalisis item adalah validitas isi. Arikunto (1991) mengatakan
bahwa sebuah tes dapat dikatakan valid apabila butir-butir soal
yang dibuat dapat mengukur setiap aspek berpikir. Penggunaan
validitas isi disini bertujuan untuk melihat sejauh mana alat ukur
yang digunakan dapat memerinci setiap aspek yang telah
dijabarkan dalam indikator kecerdasan intrapersonal. Teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis item-item dari
penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson.
Rumus Product Moment dari Pearson adalah:
r])(][)([
))((2222 yyNxxN
yxxyNxy
∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
r =xy Koefisien korelasi antara X dan Y
X = Skor item tertentu yang akan diuj i validitasnya.
Y = Skor total sub aspek yang memuat item yang diuji
valisitasnya.
N = Jumlah responden
49
Penentuan kesahihan item kuesioner menggunakan kriteria Azwar
(2003) yang mengatakan bahwa untuk skala psikologi sebaiknya
digunakan patokan koefisien korelasi minimal 0,30. Dengan
demikian item yang koefisien korelasinya < 0,30 dinyatakan gugur,
sedangkan item yang koefisien korelasinya ≥ 0,30 dianggap valid.
Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi
skor pada masing-masing item dan mentabulasi data uji coba (lihat
lampiran 2). Selanjutnya proses perhitungan dilakukan dengan
computer melalui program SPSS (hasil perhitungan dapat dilihat
dilampiran 4). Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan
terhadap 90 item kuesioner, diperoleh 56 item yang taraf
validitasnya ≥ 0,30. Rekapitulasi hasil perhitungan validitas uji
coba alat ukur disajikan dalam tabel 3.
50
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba
No. Aspek
Kecerdasan Intrapersonal
Indikator Jml Item
Jml Item yang valid
Jml item yang gugur
1 Kesadaran Diri Emosional
a. Kenali emosi diri 10 4 6
2 Sikap Asertif a. Mampu mengekspresikan perasaannya.
b. Mampu mempertahankan pendapat dan pemikirannya.
c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadinya.
7 8 4
5 6 2
2 2 2
3 Kemandirian a. Mampu mengendalikan emosi
b. Sikap mandiri c. Mampu merencanakan
dan membuat keputusan
9 5 7
6 4 5
3 1 2
4 Penghargaan Diri
a. Penerimaan diri b. Percaya diri
10 8
6 5
4 3
5 Aktualisasi Diri a. Memiliki motivasi untuk berkembang.
b. Mampu memperjuangkan tujuan hidupnya.
c. Memiliki inisiatif.
5
11 6
3 7 3
2 4 3
Secara nyata item yang digunakan dalam penelitian adalah item
yang koefisien korelasinya ≥ 0,30, apabila koefisien korelasinya ≤
0,30 maka akan digugurkan. Berdasarkan perhitungan koefisien
korelasi menggunakan SPSS, dari 90 item terdapat 34 item yang
digugurkan. Hasil koefisien sebanyak 56 item dijadikan alat ukur
penelitian yang komposisinya dapat dilihat pada tabel 4 ,
sedangkan kuesioner kecerdasan intrapersonal mahasiswa
(kusioner penelitian) dapat dilihat pada lampiran 1.
51
Tabel 4 Komposisi Kuesioner Penelitian
Pernyataan No Aspek Indikator No
Item + - ∑
1. Kesadaran diri emosional
b. Kenali emosi diri 6-9 7,9 6,8 4
2. Sikap asertif a. Mampu mengekspresikan perasaannya
b. Mampu mempertahankan pendapat dan pemikirannya
c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi
16-20
10-15
51-52
16,17,20
14,15 -
18,19
10,11,12,13
51,52
5 6 2
3.
Kemandirian d. Mampu mengendalikan Emosi
e. Sikap Mandiri f. Mampu
merencanakan dan membuat keputusan penting
37-42
53-56 43-47
39,40,41,42
53,54,56 43,44,45,46
37,38
55 47
6 4 5
4. Penghargaan diri
c. Penerimaan Diri d. Percaya diri
31-36
1-5
31,33 3
32,34,35,36
1,2,4,5
6 5
5. Aktualisasi diri
d. Memiliki motivasi untuk berkembang
e. Mampu memperjuangkan tujuan hidupnya
f. Memiliki inisiatif
28-30 21-27 48-50
29,30
21,22,23,24,25,27
48,50
28
26
49
3 7 3
Jumlah 31 25 56
b. Reliabilitas instrumen
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Menurut
Sugiyono (2005) reliabilitas berarti sejauh mana alat ukur yang
dipakai dapat mengukur objek yang sama dan akan menghasilkan
data yang sama pula. Sejalan dengan pendapat tersebut Arikunto
(1991 : 81) mengatakan bahwa suatu tes dapat dinyatakan
mampunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
52
memberikan hasil yang tetap. Adapun pengukuran uji reliabilitas
adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran variabel dapat
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali
pada subjek yang sama.
Untuk mamperoleh koefisien reliabilitas digunakan metode belah
dua (Split-half method) berdasarkan belahan item dengan nomor
gasal (X) dan belahan item dengan nomor genap (Y). Metode ini
digunakan untuk menguji reliabilitas suatu alat ukur dengan satu
kali pengukuran pada suatu kelompok.
Proses perhitungan reliabilitas dilakukan dengan memberi skor
pada masing-masing item dan membuat tabulasi data uji coba.
Selanjutnya skor-skor dari belahan pertama (X) dikorelasikan
dengan belahan kedua (Y). Perhitungan koefisien korelasi
dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS. Koefisien
korelasi yang diperoleh sebesar 0,8661. Selanjutnya untuk
memperoleh koefisien korelasi seluruh tes digunakan formulasi
korelasi dari Spearman Brown (Masidjo, 1995) dengan rumus
sebagai berikut :
gg
ggtt r
xrr
+=
1
2
Keterangan :
ttr = koefisien reliabilitas
ggr = koefisien gasal-genap
53
Hasil perhitungan uji reliabilitas instrument dapat dilihat pada
lampiran 6. Koefisien reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu
bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00 yang
dikelompokkan ke dalam beberapa klasifikasi dari sangat rendah
sampai sangat tinggi. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam
koefisien reliabilitas atau r tt . Derajat reliabilitas ditentukan dengan
berpedoman pada Klasifikasi Koefisien Reliabilitas. Garrett (1967:
176) mengemukakan suatu deskripsi mengenai koefisien sebagai
berikut :
Tabel 5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas suatu tes
Koefisien Korelasi Klasifikasi ± 0,70 - ± 1,00 Tinggi – Sangat tinggi ± 0,40 - ± 0,70 Cukup ± 0,20 - ± 0,40 Rendah 0,00 - ± 0,20 Tidak ada –Sangat rendah
Berdasarkan kriteria hasil perhitungan analisis reliabilitas uji coba
menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
memenuhi kualitas keterandalan dengan hasil hitung 0,9282 yang
termasuk dalam koefisien korelasi dengan kriteria ± 0,70 - ± 1,00
sebagai reliabilitas tinggi – sangat tinggi.
54
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
Adapun tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
a. Penyusunan Kusioner
(1) Peneliti mengidentifikasikan aspek-aspek kecerdasan
intrapersonal yang hendak diungkap.
(2) Peneliti mengidentifikasikan indikator- indikator dari aspek
kecerdasan intrapersonal.
(3) Peneliti merumuskan kembali item-item yang mengungkap
berbagai aspek yang hendak diteliti berdasarkan indikator
kecerdasan intrapersonal.
(4) Peneliti mengkonsultasikan kuesioner yang dibuat kepada
dosen pembimbing untuk kemudian diuji cobakan.
b. Uji coba alat
Uji coba kuesioner bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan
reliabilitas instrumen, sehingga diperoleh kelayakan penggunaannya
sebagai alat yang handal dan benar-benar mengungkap hal yang
ingin diteliti. Uji coba kuesioner dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 7 November 2006, pukul 14.00 di Universitas Sanata
Dharma di ruang II/K.25 Yogyakarta, dengan responden sebanyak
38 mahasiswa. Uji coba dilakukan kepada mahasiswa semester 3
Program Studi Sejarah dan Pendidikan Bahasa Inggris yang pada
55
waktu itu mengikuti Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK)
yang memiliki karakteristik rentangan usia dengan kelompok
responden yang sesungguhnya.
Pelaksanaan uji coba diawasi oleh peneliti sendiri. Sebelumnya
peneliti memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengisian kuesioner. Pelaksanaan uji
coba berlangsung tertib dan lancar. Skor hasil uji coba dapat dilihat
pada lampiran 2, dan nomor-nomor item yang dinyatakan valid
setelah uji coba dapat dilihat pada lampiran 5.
2. Tahap Pelaksanaan
Pengambilan data dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28 November
2006 pukul 10.00 di ruangan IV/K.58 dan pukul 11.30 di Lab.BK
Universitas Sanata Dharma, dengan jumlah responden sebanyak 34
mahasiswa. Penelitian diadakan pada jam yang berbeda karena sebagian
besar dari mahasiswa ada yang mengikuti ujian sisipan. Penelitian
dilaksanakan setelah mahasiswa selesai kuliah dan diawasi oleh peneliti
sendiri. Adapun langkah- langkah yang ditempuh dalam pengumpulan
data:
a. Peneliti mempersiapkan diri 20 menit sebelum waktu pelaksanaan
yang dijadwalkan.
b. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya penelitian.
c. Peneliti memberikan lembar kuesioner kepada mahasiswa.
56
d. Peneliti menjelaskan tentang petunjuk pengisian dan memberikan
kesempatan kepada responden untuk menanyakan hal yang belum
jelas.
e. Selama pengisian kuesioner berlangsung, peneliti memberikan
kesempatan kepada responden untuk menanyakan item-item
kuesioner yang tidak dipahami maksudnya.
f. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan lembar kuesioner setelah
terkumpul.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian deskriptif menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP
tipe I) sebagai acuan atau dasar dalam menggolongkan kecerdasan
intrapersonal (sangat rendah, rendah, cukup tinggi, tinggi, dan sangat
tinggi). PAP tipe I adalah suatu penilaian yang membandingkan perolehan
skor individu dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya; suatu
skor yang seharusnya atau idealnya dicapai oleh individu. PAP tipe I
menetapkan batas pencapaian minimum pada persentil 65% (Masidjo,
1995). PAP tipe I dipilih sebagai acuan atau dasar penggolongan tingkat
kecerdasan intrapersonal dalam penelitian ini karena peneliti mengharapkan
sesuatu yang ideal atau seharusnya.
Di bawah ini peneliti menjelaskan langkah- langkah yang akan
ditempuh dalam mengolah dan menganalisis data yaitu:
1. Menentukan skor dari setiap altenatif jawaban.
57
2. Menghitung jumlah skor dari masing-masing responden.
3. Mentabulasi skor dan menghitung jumlah skor masing-masing
responden, serta menghitung frekuensi setiap nilai berdasarkan skor
untuk setiap item.
4. Menghitung persentase berdasarkan frekuensi yang telah diperoleh
untuk tiap item pada setiap aspek.
5. Menggolongkan kualifikasi kecerdasan intrapersonal dari seluruh
responden berdasarkan PAP dengan kriteria kategorisasi seperti tabel di
bawah ini:
Tabel 6 Penggolongan Kecerdasan Intrapersonal
Patokan Kualifikasi
90%-100% Sangat Tinggi 80%-89% Tinggi 65%-79% Cukup tinggi 55%-64% Rendah
Dibawah 55% Sangat Rendah
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat jawaban atas masalah penelitian yang pertama, yaitu
“Seberapa tinggi tingkat kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program
Studi Bimbingan Konseling Fakultas Kegururuan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007?”. Usulan Kegiatan Bimbingan untuk
meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal disajikan pada bab V.
A. Tingkat Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa Semester Tiga Program
Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2006/2007
Tingkat kecerdasan intrapersonal dihitung dengan menggunakan
perhitungan Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAP dibuat dengan
mengkategorisasikan hasil skor kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester
tiga. Penggolongan tingkat kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga
program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma tertera pada tabel 7 .
59
Tabel 7 Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Intrapersonal
Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan Konseling
Rumus PAP Rentangan Skor Frekuensi % Kualifikasi > 55% >123 1 2,9 Sangat rendah
55% - 64% 123 - 143 3 8,8 Rendah 65% - 79% 144 – 177 26 76,5 Cukup tinggi 80% - 89% 178 – 200 4 11,8 Tinggi
Kecerdasan Intrapersonal disebut “tinggi” apabila memenuhi kriteria skor
178 keatas, tergolong “cukup tinggi” apabila skornya antara 144 – 177,
tergolong “rendah” apabila skornya antara 123 – 143, dan tergolong sangat
rendah apabila skornya berada dibawah 123.
Dari tabel tampak bahwa mahasiswa semester tiga Program Studi
Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007 ada yang memiliki tingkat kecerdasan
intrapersonal “tinggi”, “cukup tinggi”, “rendah”, dan “sangat rendah”.
Mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal “tinggi” sebanyak 4 orang
(11,8%), “cukup tinggi” sebanyak 26 orang (76,5%), “rendah” sebanyak 3
orang (8,8%), dan “sangat rendah” sebanyak 1 orang (2,9%).
Deskripsi tingkat kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga
Program Studi Bimbingan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran
2006/2007 dijadikan dasar usulan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan
kecerdasan intrapersonal mahasiswa yang disajikan pada bab V.
60
B. Pembahasan
Pembahasan kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga
Bimbingan dan Konseling akan dibahas secara keseluruhan, dan bila dilihat dari
hasil penelitian mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan
Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
tahun ajaran 2006/2007 ada yang memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal
“tinggi”, “cukup tinggi”, “rendah”, dan “sangat rendah”. Mahasiswa yang
memiliki kecerdasan intrapersonal “tinggi” sebanyak 4 orang (11,8%), “cukup
tinggi” sebanyak 26 orang (76,5%), “rendah” sebanyak 3 orang (8,8%), dan
“sangat rendah” sebanyak 1 orang (2,9%).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Bimbingan dan
Konseling memiliki kecerdasan intrapersonal yang “cukup tinggi”. “Cukup
pencapaian minimum pada persentil 65%, tingkat kecerdasan interpersonal
dalam penelitian ini sudah masuk dalam kategorisasi yang “cukup tinggi”,
karena responden yang memiliki tingkat kecerdasan yang “rendah” dan “sangat
rendah” dapat dikatakan sedikit dengan jumlah responden 4 orang. Walaupun
demikian mahasiswa dengan kecerdasan intrapersonal yang “cukup tinggi”
masih sangat perlu untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonalnya agar dapat
merasa lebih bebas, aman dan percaya diri untuk mengungkap kecerdasan
intrapersonal yang dimilikinya.
Kecerdasan intrapersonal berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk tanggap terhadap perasaan yang ada dalam dirinya. Orang yang memiliki
61
kecerdasan intrapersonal yang baik memiliki kemampuan untuk mengenal baik
kekuatan maupun kelemahan yang ada dalam dirinya. Ia gemar untuk
melakukan instropeksi diri, meneliti kekurangan-kekurangan dan kelebihan-
kelebihan yang ada dalam dirinya, dan berusaha terus menerus untuk
memperbaiki diri (Gardner, 2003).
Mahasiswa dengan kecerdasan intrapersonal yang baik mampu memahami
bagaimana emosinya berhubungan dan kadang-kadang disertai gelombang
perasaan yang dapat menimbulkan ketegangan dengan orang lain. Dengan
demikian, orang akan menjadi lebih bijaksana dalam menanggapi perasaannya
dan perasaan orang disekitarnya. Ia menjadi lebih mengenal dan memahami
dirinya.
Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi memandang
hidup sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dan bersyukur sehingga
dapat lebih menikmati hidup bersama dengan orang-orang yang ada
disekitarnya. Jika seseorang berhasil mengembangkan dirinya maka ia akan
memperoleh kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi orang disekitarnya.
Kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan pada usia masa
dewasa dapat mengakibatkan seorang individu tidak terlihat matang bila
dibandingkan dengan individu lain yang seumur dengannya. Proses
penyesuaian diri yang sangat besar dan mempengaruhi hidup orang dewasa
menuntut individu dewasa memiliki kecerdasan intrapersonal yang cukup
untuk menjadi bekal bagi hidupnya.
62
Penyesuaian diri ini menjadikan periode ini suatu periode yang khusus
dan sulit dari rentang hidup seseorang (Hurlock, 2004). Mahasiswa pada
umumnya sedang berada pada fase perkembangan akhir masa remaja dan
awal masa dewasa. Mereka sedang dalam masa transisi dari masa remaja yang
penuh goncangan ke permukaan dewasa yang menuntut kemandirian. Pada
masa ini mereka dituntut untuk mempersiapkan dirinya menjadi manusia
dewasa yang mandiri. Mereka dituntut mencapai kematangan baik secara fisik,
intelektual, emosional, moral dan sosial (Surya, 1988).
Penyesuaian diri yang kurang baik dapat berpengaruh pada kecerdasan
intrapersonal karena dapat menghambat dan menimbulkan masalah bagi
mahasiswa yang bersangkutan. Sebagai manusia dewasa mahasiswa di
perguruan tinggi dituntut penyesuaian diri dalam bentuk tingkah laku dan
perubahan kebiasaan yang sudah ada ke pola-pola baru yang lebih sesuai.
Mahasiswa perlu melakukan penyesuaian dengan lingkungan
perguruan tinggi dan sebaliknya perguruan tinggi perlu mempersiapkan
program kegiatan dengan memperhatikan keadaan mahasiswa. Tugas utama
mahasiswa di perguruan tinggi adalah belajar untuk mengembangkan diri
sepenuhnya dan khususnya untuk menyelesaikan program belajar yang sedang
diikutinya. Mahasiswa sebagai subjek didik akan dididik dan dikembangkan
untuk mewujudkan menjadi manusia yang mandiri, menyadari diri dan
kehadirannya di lingkungan masyarakat, serta mampu melaksanakan tugas-
tugas profesionalnya. Oleh karena itu, peran kompetensi kemanusiaan dapat
63
membantu mahasiswa untuk melakukan tranformasi diri, identitas diri, dan
pemahaman diri (Surya, 1988).
Mahasiswa dengan tingkat kecerdasan intrapersonal yang “rendah”
dan “sangat rendah” menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut kurang mampu
mengungkapkan dirinya secara bebas, apa adanya. Perilaku yang demikian
dapat disebabkan karena kurangnya kemampuan mengungkapkan perasaan,
pikiran dan mempertahankan hak-hak pribadinya. Mereka tidak dapat
bersikap asertif yang secara tegas dan berani menyatakan pendapatnya.
Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi mampu
berkonsentrasi dengan baik (Suparno, 2004). Bagi mahasiswa yang memiliki
kecerdasan intrapersonal yang “rendah dan “sangat rendah” maka dapat
dipastikan mereka akan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dengan
baik, lebih senang mengerjakan tugas secara berkelompok daripada berpikir
sendiri. Mereka juga mengalami kesulitan untuk mengatur perasaan dan
emosinya, lebih sering meluapkan perasaan dengan meledak-ledak dan tak
terkontrol (terlebih jika marah). Oleh karena itu sulit bagi mereka untuk
terlihat lebih tenang dalam mengatur perasaannya.
Kegiatan bimbingan dapat membantu mahasiswa untuk melakukan
tranformasi diri kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Kegiatan bimbingan
dapat membantu para mahasiswa memperoleh pemahaman tentang dirinya,
orang lain dan lingkungan sekitarnya sehingga kelak dapat membuat suatu
keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri yang mengarahkan diri kekehidupan
64
yang lebih baik dari sebelumnya serta akhirnya dapat mewujudkan diri secara
bebas dan mantap (Surya, 1988).
Kegiatan bimbingan dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat
dirancang berdasarkan kebutuhan perkembangan kecerdasan intrapersonal
mahasiswa. Bimbingan merupakan suatu proses yang terus menerus dalam
membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara
maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya (Stoops dan Walquist
dalam Surya, 1988).
Kegiatan bimbingan merupakan suatu kegiatan yang berkelanjutan,
bukan merupakan kegiatan yang dilakukan secara kebetulan. Kegiatan
bimbingan membantu dan mengarahkan individu ke arah suatu tujuan yang
sesuai dengan potensinya secara optimal. Yang menentukan pilihan dalam
pemecahan masalah adalah individu sendiri, sedangkan pembimbing hanya
membantu. Jadi, proses bimbingan merupakan kegiatan yang bersifat
kerjasama secara demokratis dan tidak otoriter dari pihak pembimbing.
Dari berbagai alasan yang diuraikan diatas, memiliki kecerdasan
intrapersonal yang tinggi sangat penting bagi mahasiswa sebagai orang dewasa,
terlebih bagi mereka yang akan terjun di dunia kerja yang penuh persaingan.
Dari hasil penelitian ini terlihat semakin jelas bahwa meningkatkan kecerdasan
intrapersonal itu penting bagi mahasiswa, oleh karena itu untuk membantu
meningkatkan kecerdasan intrapersonal peneliti membuat rancangan kegiatan
65
bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal yang disajikan pada
bab V.
66
BAB V
KEGIATAN BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN
KECERDASAN INTRAPERSONAL
Bab ini menyajikan rancangan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan
kecerdasan intrapersonal mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang disajikan dalam bentuk kegiatan week end, hal ini
dilakukan berdasarkan kebutuhan mahasiswa dimana materi-materi yang telah
disusun diberi bobot yang disesuaikan dengan hasil penelitian.
Kegiatan Bimbingan untuk Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal Bagi
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
I. Topik dan Tema
Topik : Kecerdasan Intrapersonal
Tema :
A. Aspek Kesadaran Diri Emosional
B. Aspek Sikap Asertif
C. Aspek Kemandirian
D. Aspek Penghargaan Diri
E. Aspek Aktualisasi Diri
67
II. Tujuan
A. Mengajak mahasiswa untuk berterima kasih kepada Tuhan yang telah
memberi hidup dan menciptakan dirinya dengan segala kelebihan dan
kekurangannya
B. Membantu mahasiswa untuk mempelajari, memahami diri, dan
mendapatkan kecakapan-kecakapan dalam berbagai aspek kecerdasan
intrapersonal.
C. Membantu mahasiswa untuk menemukan dan menyadari kualitas-
kualitas yang ia miliki agar dapat dikembangkan secara optimal
III. Materi
A. Pembukaan : penjelasan tata tertib, tujuan, perkenalan/pemanasan.
B. Aspek Kesadaran Diri
C. Aspek Sikap Asertif
D. Aspek Kemandirian
E. Aspek Penghargaan Diri
F. Aspek Aktualisasi Diri
G. Kesimpulan
H. Evaluasi
I. Penutup
IV. Metode
Pemberian Informasi, diskusi, meditasi/perenungan, sharing, tanya jawab.
68
V. Jadwal Kegiatan
Waktu Kegiatan Hari I 16.00-16.30 16.30-17.00 17.00-17.45 17.45-18.00 18.00-18.45 18.45-19.30 19.30-19.45 19.45-20.45 20.45-21.00 21.00-21.30 21.30-22.00 22.00-…….
Minum + snack Pembukaan: perkenalan/pemanasan, penjelasan tujuan, tata tertib, mengisi angket awal. Sesi I: Ekspresi Perasaan Ice Breaker 1 Sesi II: Penyadaran Sikap dan Reaksi Emosional Makan malam Ice Breaker 2 Sesi III: Jadilah Pribadi yang Asertif Ice Breaker 3 Persiapan untuk renungan malam Renungan malam Tidur…… (Konsultasi bagi yang memerlukan)
Hari II 05.00-06.00 06.00-06.30 06.30-07.00 07.00-07.45 07.45-08.30 08.30-08.45 08.45-09.45 09.45-10.00 10.00-10.15 10.15-11.15 11.15-11.30 11.30-12.30 12.30-13.00 13.00
Bangun pagi dan bersih-bersih Renungan pagi dan doa Sarapan pagi Sesi IV: Pribadi yang Mandiri Sesi V: Mengambil Keputusan Ice Breaker 4 Sesi VI: Pemeriksaan Sikap Diri Minum + snack Ice Breaker 5 Sesi VII: Pribadi yang Berkembang Ice Breaker 6 Penutup: Kesimpulan dan evaluasi Makan Siang Sayonara…..
VI. Fasilitator : Tim Weekend
VII. Bahan, peralatan, dan perlengkapan:
Handout materi, alat tulis, buku/kertas/karton, bahan diskusi.
69
VIII. Evaluasi:
A. Evaluasi pada akhir sesi dibuat dalam bentuk tertulis.
B. Evaluasi seluruh kegiatan dalam bentuk tertulis ditambah denga n
membaca hasil evaluasi beberapa orang peserta (2-3 orang).
IX. Follow up
A. Menyusun evaluasi seluruh kegiatan.
B. Layanan konseling individual bagi mahasiswa yang membutuhkan.
70
BAB VI
PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan ringkasan, kesimpulan dan saran. Bagian
ringkasan memuat masalah, metodologi dan hasil penelitian. Bagian kesimpulan
memuat kesimpulan akhir dari penelitian. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian
ini hanya sebatas populasi yang digunakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di
Program Studi Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma tahun ajaran
2006/2007. Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian, ditujukan kepada
pihak yang terkait serta usulan untuk penelitian berikutnya.
A. Ringkasan
Penelitian ini untuk mendeskripsikan tingkat kecerdasan intrapersonal
mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan Konseling jurusan Ilmu
Pengetahuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Uiversitas Sanata Dharma
tahun ajaran 2006/2007 dan usulan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan
kecerdasan intrapersonal mahasiswa.
Pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) seberapa tinggi
tingkat kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi
Bimbingan Konseling jurusan Ilmu Pengetahuan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007?; (2) kegiatan
71
bimbingan yang bagaimana yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan
intrapersonal mahasiswa?
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.
Populasi penelitian adalah mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan
Konseling jurusan Ilmu Pengetahuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Uiversitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 34 orang, dengan
rentangan usia 18-40 tahun. Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 28 November 2006.
Instrument penelitian adalah kuesioner yang disusun oleh penulis dengan
mengembangkan teori dari Stein dan Book (2002) tentang kecerdasan
intrapersonal. Adapun aspek-aspek yang dijabarkan dalam kuesioner adalah
sebagai berikut: (1) kesadaran diri emosional, (2) sikap asertif, (3) kemandirian,
(4) penghargaan diri, (5) aktualisasi diri. Dari 90 item yang diuji cobakan kepada
mahasiswa semester tiga Program Studi Sejarah dan Pendidikan Bahasa Inggris
di Universitas Sanata Dharma dengan jumlah responden 38 orang, maka
kuesioner yang dipakai sebagai kuesioner final dalam penelitian adalah sebanyak
56 item pernyataan yang telah dinyatakan valid.
Teknik analisis data yang digunakan adalah menskor jawaban masing-
masing subjek, mentabulasi data, menjumlahkan skor total dari masing-masing
subjek, membuat kategorisasi kecerdasan intrapersonal dengan menggunakan
acuan Penilaian Acuan Patokan Tipe I (PAP Tipe I), menghitung persentase
72
kecerdasan intrapersonal, dan menyusun usulan kegiatan bimbingan untuk
meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 4 orang (11,8%) memiliki
tingkat kecerdasan intrapersonal “tinggi”, 26 orang (76,5%) memiliki tingkat
kecerdasan intrapersonal “cukup tinggi”, 3 orang (8,8%) memiliki tingkat
kecerdasan intrapersonal “rendah”, dan 1 orang (2.9%) memiliki tingkat
kecerdasan intrapersonal “sangat rendah”.
Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa semester tiga
Bimbingan dan Konseling yang memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal yang
tinggi masih sangat sedikit, maka disusun sebuah kegiatan bimbingan yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa, terutama
bagi mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang cukup tinggi,
rendah dan sangat rendah. Kegiatan bimbingan yang diusulkan disusun
berdasarkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal yang juga dipakai sebagai
acuan dalam pembuatan kuesioner.
B. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan penelitian dan pembahasannya
adalah kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi
Bimbingan Konseling jurusan Ilmu Pengetahuan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007 belum setinggi
yang diharapkan dan masih perlu ditingkatkan. Diharapkan rancangan kegiatan
73
bimbingan yang telah diusulkan dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan
kecerdasan intrapersonal yang dimilikinya.
C. Saran
Ada beberapa hal yang ingin peneliti sampaikan sebagai saran berdasarkan
hasil penelitian ini:
1. Program Studi Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat bekerjasama
dengan mahasiswa membuat suatu kegiatan/pelatihan yang menjadi wadah
untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling.
2. Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini hendaknya dapat
melihat berbagai aspek kecerdasan intrapersonal yang “banyak” dimiliki oleh
mahasiswa dan yang “kurang” dimiliki mahasiswa, agar dapat membuat suatu
hal yang baru untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling.
74
DAFTAR PUSTAKA
Anzwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, Suharsimi. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Armstrong, Thomas. 2002. Menemukan dan MeningkatkanKecerdasan Anda
Berdasarkan Teori Multiple Intelligence. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Campbell, Linda, Campbell, Bruce dan Dickinson, Dee .2002. Metode
Melesatkan Kecerdasan. Jakarta: Inisiasi Perss.
Erikson, E.H. 1989. Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Jakarta: Gramedia.
Furchan, A. 1982. Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligence: Kecerdasan Majemuk Teori
dalam Praktek . Batam: Interaksa.
Garret, Henry. E. 1967. Statistics in Psychology and Education. London:
Longmans.
Gea, Antonius Atosokhi, Wulandari, Antonina Panca Yuni, dan Babari,
Yohanes. 2002. Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta: PT. Elek
Media Komputindo.
Goleman, Daniel . 2004. Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional
Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
75
Hadi, Sutrisno. 1990. Analisis Butir Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai
sDengan BASICA. Yogyakarta: Andi Offset.
Hajar, I. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hardjana, Agus M. 2001. Training SDM yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius.
_______________. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.
Yogyakarta: Kanisius.
Hurlock, E. B. 2004. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kila, Pius SVD. 1996. Rekoleksi dan Retret untuk Remaja. Yogyakarta:
Kanisius.
Kristanto, Purnawan. 2002. 100 Permainan Asyik 4. Yogyakarta: Andi
Offset.
Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapatan Hasil Belajar Siswa di
Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Monsk, F. J, Knoers, A. M. P, dan Haditono, Siti Rahayu. 2001. Psikologi
Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Mulyati, Lydia Wahyu. 2005. 50 Permainan Asyik. Yogyakarta: Andi
Offset.
Naisaban, Ladislaus. 2002. Bergembira Bersama 100 Permainan Rakyat.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
76
_______________. 2003. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan
Rahasia Sukses dalam Hidup (Tipe Kebijaksanaan Jung).Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nggermanto, Agus. 2002. Quantum Quotient-Kecerdasan Quantum.
Bandung: Nuansa.
Prayitno, dkk. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.
Prayitno, dan Amti, Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingandan
Konseling. Jakarta: Pusat pembukuan DEPDIKNAS dan
Penerbit Rineka Cipta.
Stein, Steve. J. dan Howard Book, E. 2002. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar
Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung: Kaifa.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1988. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Bina
Aksara.
Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah:
Cara Menerapkan Teori Multiple Intelligence Howard Gardner.
Yogyakarta: Kanisius.
Supratiknya. 1995. Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologis.
Yogyakarta: Kanisius.
Surya, Mohamad. 1988. Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
77
Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan. Jakarta.
Young, C.A. 1996. Emotions and Emotional Intelligence. http: // www.
Emotions and Emotional intelligence. Htm. 01 Januari 2001.
77
Lampiran 1
KUESIONER
KECERDASAN INTRAPERSONAL
Kata Pengantar
Pada kesempatan ini, saya memohon kesediaan Anda untuk menjawab
pernyataan-pernyataan dalam kuesioner ini. Melalui kuesioner ini saya ingin
memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal Anda sebagai
mahasiswa. Informasi yang Anda berikan dengan menjawab kuesioner ini akan
digunakan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal dalam diri Anda. Hasil
penelitian ini tidak berpengaruh pada nilai akademik.
Identitas
Umur : th
Jenis Kelamin :
Semester :
Petunjuk:
1. Bacalah msing-masing pernyataan berikut dengan teliti. Kemudian
tentukan seberapa sering maksud dari pernyataan tersebut Anda alami.
Alternatif jawaban: AS : Amat sering S : Sering KK : Kadang-kadang TP : Tidak pernah
2. Berilah tanda centang (√) pada alternatif jawaban yang Anda pilih
ditempat yang tersedia. Jika Anda ingin mengganti jawaban Anda,
lingkarilah jawaban tersebut, lalu berilah tanda centang (√ ) pada jawaban
yang Anda anggap lebih sesuai dengan pengalaman Anda.
3. Jawablah semua pernyataan berikut dan periksalah kembali jawaban Anda
sebelum dikumpulkan.
78
No Pernyataan Amat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak pernah
1. Saya merasa ada sesuatu yang kurang
pada penampilan saya bila berada di
depan umum.
2. Saya takut berbuat sesuatu yang
menyebabkan saya dianggap bodoh.
3. Saya bangga dengan semua prestasi
yang saya raih.
4. Saya merasa minder jika harus pergi
kesuatu pesta.
5. Saya malu jika harus menampilkan
kemampuan saya dimuka umum.
6. Saya mudah merasa malu atau tidak
enak hati bila berada dilingkungan
baru.
7. Saya bersemangat dalam melakukan
kegiatan saya.
8. Saya suka membesar-besarkan
masalah yang saya alami.
9. Saya merasa bangga dengan keadaan
diri saya.
10. Saya mengikuti pendapat teman
meskipun saya tidak suka.
11. Saya sulit mengatakan apa yang saya
inginkan dalam rapat.
12. Saya memaksakan keinginan saya
pada orang lain.
13. Saya sulit menerima pendapat orang
lain walaupun saya tahu itu baik bagi
saya.
14. Saya tidak ragu untuk mengatakan
pendapat saya pada orang lain.
79
No Pernyataan Amat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak pernah
15. Saya mengatakan ide saya kepada
orang lain tanpa menimbulkan
ketegangan.
16. Saya akan mengungkapkan perasaan
saya bila tersinggung.
17. Saya akan mengungkapkan perasaan
saya jika saya telah dilukai.
18. Saya sulit untuk menyampaikan isi
hati saya pada orang lain.
19. Jika sedang marah saya hanya
memendam kemarahan saya.
20. Saya akan merasa lega setelah
mengatakan keinginan saya pada
orang lain.
21. Saya berusaha semaksimal mungkin
untuk mengejar tujuan tertentu dalam
hidup saya.
22. Saya tetap bersikap optimistis
walaupun mengalami kegagalan.
23. Saya tetap mempertahankan cita-cita
saya meskipun banyak rintangan yang
saya alami.
24. Saya suka mengikuti kegiatan yang
mendukung perkembangan potensi
saya.
25. Bagi saya, tantangan merupakan
peluang untuk terus maju.
26. Saya malas mengikuti berbagai
kegiatan walaupun saya tahu itu bisa
mengembangkan bakat saya.
80
No Pernyataan Amat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak pernah
27. Saya belajar untuk menerima
kegagalan sebagai tantangan dalam
meraih cita-cita.
28. Saya enggan berjuang untuk
mengembangkan diri saya.
29. Saya berjuang untuk memenuhi setiap
harapan-harapan yang saya bangun.
30. Saya tidak takut gagal dalam
mencoba sesuatu yang baru walaupun
saya tidak tahu bagaimana hasilnya
nanti.
31. Saya menyukai diri saya apa adanya.
32. Jika melakukan kesalahan, saya
menganggap bahwa saya adalah
sumber dari kesalahan itu.
33. Kritikan dari orang lain mendorong
saya untuk merefleksikan kembali
perbuatan saya dan melihat hal-hal
yang perlu saya perbaiki.
34. Saya merasa ada sesuatu pada diri
saya yang kurang sempurna.
35. Saya menyembunyikan kegagalan
yang saya alami dari orang lain.
36. Saya merasa hidup saya tidak ada
artinya.
37. Saya menjadi gugup dan gemetaran
jika diminta untuk berbicara di
hadapan orang banyak.
38. Saya sulit mengontrol kemarahan
saya dan itu membuat orang-orang
disekitar saya terganggu.
81
No Pernyataan Amat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak pernah
39. Saya dapat bersikap tenang walaupun
sedang berada dalam keadaan yang
sulit.
40. Ketika saya marah saya berusaha
sabar.
41. Saya akan mempersiapkan diri
dengan baik saat diminta berbicara
dimuka umum.
42. Saya mempertimbangkan suara hati
saat harus mengambil keputusan.
43. Saya merencanakan kegiatan harian
saya.
44. Saat mengambil keputusan saya lebih
menggunakan akal sehat.
45. Dalam mengambil keputusan, saya
selalu mempertimbangkan
kepentingan orang lain.
46. Saya bertanggung jawab atas setiap
keputusan yang saya ambil.
47. Saya suka mengambil keputusan
secara mendadak tanpa berpikir
panjang.
48. Saya akan menggunakan kesempatan
yang ada untuk mengembangkan
potensi.
49. Saya merasa kurang memiliki energi
dan inisiatif dibandingkan orang-
orang lain.
50. Saya berusaha melakukan yang
terbaik bagi diri saya.
51. Saya memendam kemarahan saya bila
saya tahu saya dimanfaatkan.
82
No Pernyataan Amat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak pernah
52. Saya memendam rasa curiga pada
orang lain karena takut dimanfaatkan.
53. Saya suka mengerjakan tugas yang
berkaitan dengan keahlian saya.
54. Saya bertanggungjawab dalam
melakukan setiap tugas-tugas saya.
55. Saya selalu membutuhkan bantuan
orang lain dalam menjalankan tugas
saya.
56. Saya lebih suka bekerja sendiri
daripada harus merepotkan orang lain.
93
Lampiran 5
Uji Validitas Kuesioner
Aspek Kesadaran Diri Emosional
No. Item
Hasil Hitung Korelasi Pearson
Keterangan
9 -0.0250 Tidak valid 10 0.2967 Tidak valid 11 0.2065 Tidak valid 12 0.3545 Valid 13 0.3635 Valid 14 -0.0209 Tidak valid 15 0.3010 Valid 16 0.3065 Valid 17 0.1791 Tidak valid 18 -0.4459 Tidak valid
Aspek Sikap Asertif
No. Item
Hasil Hitung Korelasi Pearson
Keterangan
19 -0.0530 Tidak valid 20 0.2114 Tidak valid 21 0.4336 Valid 22 0.4256 Valid 23 0.3208 Valid 24 0.4400 Valid 25 0.3263 Valid 26 0.3268 Valid 27 0.6142 Valid 28 0.3480 Valid 29 0.2118 Tidak valid 30 0.3425 Valid 31 0.3615 Valid 32 0.4535 Valid 33 0.1528 Tidak valid 82 -0.0012 Tidak valid 83 0.0123 Tidak valid 84 0.4401 Valid 85 0.3497 Valid
94
Aspek Kemandirian
No. Item
Hasil Hitung Korelasi Pearson
Keterangan
60 0.5192 Valid 61 0.3291 Valid 62 0.1288 Tidak valid 63 0.2386 Tidak valid 64 0.5254 Valid 65 0.2677 Tidak valid 66 0.5817 Valid 67 0.5457 Valid 68 0.3216 Valid 69 0.4423 Valid 70 0.2901 Tidak valid 71 0.6597 Valid 72 0.4886 Valid 73 0.1409 Tidak valid 74 0.5763 Valid 75 0.4111 Valid 86 0.3912 Valid 87 0.5540 Valid 88 0.3353 Valid 89 -0.0208 Tidak valid 90 0.3838 Valid
Aspek Penghargaan Diri No. Item
Hasil Hitung Korelasi Pearson
Keterangan
1 0.3855 Valid 2 0.3930 Valid 3 0.0227 Tidak valid 4 0.2710 Tidak valid 5 0.3541 Valid 6 0.6193 Valid 7 0.5702 Valid 8 0.1024 Tidak valid 50 0.3149 Valid 51 0.2659 Tidak valid 52 0.3832 Valid
95
53 0.1424 Tidak valid 54 0.2918 Tidak valid 55 0.3006 Valid 56 0.5669 Valid 57 0.3409 Valid 58 0.1284 Tidak valid 59 0.5214 Valid
Aspek Aktualisasi Diri
No. Item
Hasil Hitung Korelasi Pearson
Keterangan
34 0.1669 Tidak valid 35 0.5500 Valid 36 0.2152 Tidak valid 37 0.6825 Valid 38 0.2015 Tidak valid 39 0.2530 Tidak valid 40 0.5521 Valid 41 0.3646 Valid 42 0.6032 Valid 43 0.4652 Valid 44 0.3251 Valid 45 0.4371 Valid 46 0.3736 Valid 47 0.3491 Valid 48 0.1444 Tidak valid 49 -0.0424 Tidak valid 76 0.5414 Valid 77 0.3218 Valid 78 0.1459 Tidak valid 79 0.2893 Tidak valid 80 0.3424 Valid 81 -0.1613 Tidak valid
96
Lampiran 6
Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut :
=ttr koefisien reliabilitas
=ggr koefisien gasal-genap = 0,8661
9282,0928246074,08661,17322,1
8661,018661,02
1
2
==
=
+=
+=
x
r
xrr
gg
ggtt
Jadi 9282,0=ttr
97
Lampiran 7
Kategorisasi Hasil Penelitian
Kecerdasan Intrapersonal
Aspek Kecedasan Intrapersonal No
Kesadaran diri
emosional
Sikap Asertif
Kemandirian Penghargaan diri
Aktualisasi diri
Skor Total
Deskripsi
1 11 36 33 26 34 140 Rendah 2 11 45 46 34 37 173 Cukup tinggi 3 12 37 40 30 42 161 Cukup tinggi 4 13 36 46 34 37 166 Cukup tinggi 5 12 36 40 33 41 162 Cukup tinggi 6 12 33 56 31 50 182 Tinggi 7 15 41 48 34 44 182 Tinggi 8 14 34 44 37 46 175 Cukup tinggi 9 12 36 39 35 38 160 Cukup tinggi 10 12 33 36 29 29 139 Rendah 11 13 41 41 34 40 169 Cukup tinggi 12 12 43 38 35 33 161 Cukup tinggi 13 10 31 40 25 35 141 Rendah 14 14 39 45 30 48 176 Cukup tinggi 15 14 42 44 36 50 186 Tinggi 16 12 38 39 32 38 159 Cukup tinggi 17 10 37 34 32 35 148 Cukup tinggi 18 13 41 40 37 42 173 Cukup tinggi 19 14 41 47 32 45 179 Tinggi 20 9 36 36 30 37 148 Cukup tinggi 21 12 39 39 33 36 159 Cukup tinggi 22 10 40 45 32 40 167 Cukup tinggi 23 13 38 41 34 43 169 Cukup tinggi 24 12 38 46 30 46 172 Cukup tinggi 25 8 35 42 28 39 152 Cukup tinggi 26 10 37 42 34 44 167 Cukup tinggi 27 11 36 41 30 30 148 Cukup tinggi 28 12 36 44 34 39 165 Cukup tinggi 29 10 34 44 32 38 158 Cukup tinggi 30 12 43 44 32 42 173 Cukup tinggi 31 12 40 42 31 39 164 Cukup tinggi
32 9 35 34 31 35 144 Cukup tinggi 33 14 38 32 34 44 162 Cukup tinggi 34 7 34 33 22 22 117 Sangat rendah
99
Lampiran 8
USULAN
KEGIATAN BIMBINGAN
UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN
INTRAPERSONAL
100
ANGKET AWAL
1. Data diri
a. Nama :
b. Alamat asal :
c. Hobby :
d. Semester :
e. Ttl :
2. Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan week end tentang kecerdasan
intrapersonal?
a. Jika pernah, kapan?
____________________________________________________________
b. Dimana?
____________________________________________________________
c. Siapa yang membimbing?
____________________________________________________________
3. Hal-hal yang Anda suka dan tidak suka mengenai diri Anda sendiri:
Yang disukai:
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
101
Yang tidak disukai:
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
4. Tuliskan hal-hal yang ingin Anda peroleh dari kegiatan ini.
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
Tanggal______________________
(______________________)
102
Pemanasan/perkenalan
1. Judul permainan : Estafet balon punggung
2. Tujuan: untuk mengakrabkan peserta satu sama lain dan mencairkan suasana
yang kaku.
3. Partisipan: kelompok (4-6 orang) masing-masing berpasangan.
4. Waktu yang diperlukan: 15 menit.
5. Langkah- langkah:
a. Fasilitator membagi peserta masing-masing menjadi 2 atau 3 pasangan,
kemudian pisahkan pasangan tersebut secara berhadapan dengan jarak 3-4
meter (jarak dapat disesuaikan dengan luas tempat kegiatan).
b. Berikan balon pada pasangan peserta yang berada di sebelah kiri
(pasangan pertama). Letakkan balon dipunggung masing-masing peserta
dengan posisi saling membelakangi.
c. Saat aba-aba berbunyi, mintalah pasangan pertama untuk berjalan kearah
pasangan kedua dengan balon tetap berada dipunggung.
d. Jika balon jatuh, peserta tidak boleh melanjutkan permainan dan kelompok
dinyatakan kalah. Jika pasangan pertama berhasil sampai ke pasangan
kedua, pasangan kedua berusaha mengambil balon yang ada di punggung
pasangan pertama dengan punggung, tidak boleh menggunakan tangan.
Begitu seterusnya sampai pada pasangan yang terakhir (bila lebih dari 2
pasangan).
103
e. Kelompok peserta yang terlebih dahulu sampai di garis finish dinyatakan
sebagai pemenang.
6. Alat yang digunakan: Balon yang telah ditiup.
104
SESI I
1. Judul
Ekspresi Perasaan
2. Tujuan
Mengajak peserta untuk mengekspresikan/mengungkapkan perasaan yang
muncul dalam setiap situasi yang dialaminya.
3. Materi
Mengungkapkan perasaan, daftar nama berbagai perasaan.
4. Metode
Partisipatif (peragaan peran), pemberian informasi, diskusi kelompok.
5. Suasana
Serius, santai.
6. Bahan/peralatan
Daftar nama berbagai perasaan.
7. Waktu
45 menit.
8. Tahap-tahap dan langkah-langkah pelaksanaan
a. Fasilitator membagi peserta menjadi dua kelompok besar dan masing-
masing kelompok memilih satu orang sebagai wakil kelompok yang akan
memperagakan berbagai peran dalam permainan “tebak gaya”.
b. Fasilitator membisikkan satu persatu daftar perasaan yang harus
diperankan oleh masing-masing wakil kelompok secara bergantian dan
105
peserta yang lain menebak gaya yang sedang diperankan oleh wakil
kelompoknya. Kelompok yang paling banyak menjawab secara benar
dinyatakan sebagai pemenang dan kelompok pemenang berhak
memberikan hukuman kepada kelompok yang kalah (10 menit).
c. Fasilitator menutup permainan dan memberikan pengantar mengenai
makna permainan tersebut dan fasilitator memberikan beberapa
pertanyaan kepada peserta sebagai refleksi pribadi sebagai berikut (10
menit):
1) Apa yang Anda rasakan saat permainan berlangsung? Alasannya?
2) Apa yang Anda lakukan setiap kali perasaan Anda tidak nyaman?
Mengapa hal tersebut Anda lakukan?
3) Apakah Anda dapat mengatakan kepada orang lain tentang perasaan
yang sedang Anda alami pada situasi tertentu? Alasannya?
4) Menurut Anda apakah orang lain perlu mengetahui apa yang Anda
rasakan? Bagaimana cara Anda menyampaikannya?
5) Pada saat Anda marah apakah Anda selalu melampiaskan kemarahan
Anda pada orang yang bersangkutan? Mengapa?
6) Tuliskan satu pengalaman Anda yang tidak menyenangkan dengan
orang lain!
7) Gantilah setiap kata “dia” menjadi “saya” dan sebaliknya “saya”
menjadi “dia”, apa yang Anda rasakan saat membaca ulang
pengalaman yang telah Anda tuliskan tersebut?
106
d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab
pertanyaan (10 menit).
e. Fasilitator meminta peserta untuk mensharingkan jawabannya kepada
peserta lain dalam kelompok yang telah dibentuk pada awal permainan
“tebak gaya” (15 menit).
f. Fasilitator menutup kegiatan sesi I dan memberikan kesempatan kepada
peerta untuk mengisi evaluasi kegiatan (10 menit).
9. Fasilitator yang bertagung jawab:
Tim
10. Hal-hal yang perlu diamati dan dipraktekkan selama sesi berlangsung : -
11. Evaluasi
Manfaat apa yang Anda peroleh dari kegiatan ini?
107
HANDOUT SESI I
Mengungkapkan Perasan
Salah satu segi paling membahagiakan dalam membangun sebuah
hubungan adalah kesempatan untuk saling berbagi perasaan. Namun sering kali
kita merasa kesulitan untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan tersebut.
Mengungkapkan perasaan dapat kita lakukan secara verbal dengan menggunakan
kata-kata, baik yang secara langsung mendeskripsikan perasaan yang kita alami
maupun tidak. Selain secara verbal, kita juga dapat mengungkapkan perasaan kita
secara non verbal dengan menggunakan isyarat lain selain kata-kata, misalnya
sorot mata, raut wajah, tindakan dan sebagainya.
Setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk mengungkapkan
perasaannya, hal itu tergantung pada penerimaan dan kesadaran kita terhadap
perasaan kita tersebut, serta kemampuan kita untuk mengungkapkannya secara
konstruktif. Untuk mengungkapkan perasaan secara jelas, maka kita perlu
mendekripsikannya, yaitu dengan cara:
1. Mengidentifikasikan atau menyebut nama perasaan itu, misalnya “Saya
sedang jengkel”.
2. Menggunakan kiasan perasaan, misalnya mengatakan “hati saya seperti
disayat sembilu” untuk mendeskripsikan perasaan hati yang sedang sedih.
108
3. Menunjukkan bentuk tindakan yang ingin dilakukan terdorong oleh perasaan
yang dialami, misalnya “saya ingin meninju mukamu” untuk mendeskripsikan
rasa marah.
4. Menggunakan kiasan kata-kata, misalnya “saya merasa seperti layang- layang
putus benang” untuk mendeskripsikan perasaan kecewa karena kehilangan.
Macam-macam perasaan:
Bahagia Takut Jengkel Jenuh
Cemas Senang Benci Bosan
Puas Bangga Dendam Kasihan
Kecewa Sebal Sayang Malu
Gembira Marah Sedih Tersinggung
Lega Jatuh cinta Iri Kesal
Dongkol Cemburu Suka Sakit hati
Bingung Resah Curiga Kesepian
Tegang Gelisah Lucu Menyesal
Khawatir Kacau Kalut Minder
Sumber pustaka:
Supratiknya. 1995. Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan Psikologis.
Yogyakarta: Kanisius.
109
Ice Breaker 1
1. Judul Permainan : Tipe Manusia
2. Tujuan
Mengajak peserta untuk melihat bahwa ada beberapa tipe manusia
sehubungan dengan pembentukan karakter, sikap, dan reaksi emosional yang
muncul pada situasi tertentu.
3. Partisipan : perorangan.
4. Waktu yang diperlukan : 15 menit.
5. Langkah- langkah :
a. Fasilitator menempelkan 16 lembar karton di pojok-pojok ruangan
masing-masing bertuliskan:
1) Saya orang yang PRAKTIS.
2) Saya orang yang KERAS HATI.
3) Saya orang yang PENDIAM dan HATI-HATI.
4) Saya orang yang HANGAT dan POPULER.
5) Saya orang yang BERTANGGUNGJAWAB.
6) Saya orang yang PEMALU.
7) Saya orang yang ANTUSIASME dan SETIA.
8) Saya orang yang BIJAKSANA dalam MEMECAHKAN MASALAH.
9) Saya orang yang senang KELUAR RUMAH.
10) Saya orang yang SERIUS dan PENDIAM.
11) Saya orang yang PENDIAM dan BERSAHABAT.
110
12) Saya orang yang JUJUR dan CEPAT BERTINDAK.
13) Saya orang yang HANGAT dan penuh ANTUSIASME.
14) Saya orang yang penuh dengan IDE-IDE
15) Saya orang yang SUKSES dengan KETEKUNAN.
16) Saya orang yang BERPIKIR dengan KERANGKA NILAI-NILAI.
b. Fasilitator meminta peserta untuk memilih tempat yang sesuai dengan
karakter pribadinya, kemudian peserta yang telah memilih tempat diminta
untuk menuliskan alasan mengapa memilih tempat tersebut di selembar
kertas.
6. Alat yang digunakan : Kertas, karton, spidol dan alat tulis.
111
SESI II
1. Judul
Penyadaran Sikap dan Reaksi Emosional
2. Tujuan
Mengajak peserta untuk menyadari sikap dan reaksi emosional yang muncul
dalam situasi tertentu tanpa disadarinya.
3. Materi
Tipe-tipe manusia, faktor penunjang penyesuaian sikap, reaksi emosional.
4. Metode
Pemberian informasi, diskusi kelompok, refleksi pribadi.
5. Suasana
Serius, santai.
6. Bahan / peralatan
Angket kegiatan, alat tulis, dan kertas.
7. Waktu
45 menit.
8. Tahap-tahap dan langkah-langkah pelaksanaan
a. Fasilitator memberikan pengantar mengenai makna permainan dan
pengantar singkat mengenai kesadaran diri emosional, mengenai perasaan-
perasaan yang dialami saat menghadapi situasi tertentu (10 menit).
b. Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok-kelompok kecil (5 orang).
112
c. Fasilitator memberikan angket kepada masing-masing peserta untuk diisi
sesuai dengan keadaan dirinya sebagai bentuk refleksi diri (15 menit).
d. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mensharingkan
keadaan dirinya setelah mengisi angket kegiatan kepada teman
kelompoknya (15 menit)
e. Fasilitator menutup kegiatan sesi I dan memberikan kesempatan untuk
mengisi evaluasi kegiatan (5 menit).
9. Fasilitator yang bertanggung jawab
Tim
10. Hal-hal yang perlu diamati dan dipraktekkan selama sesi berlangsung : -
11. Evaluasi
Manfaat apa yang Anda peroleh dari kegiatan ini?
113
ANGKET KEGIATAN SESI II
1. Tugas Pribadi: Beri tanda (coret) sifat-sifat yang nyata ada dalam diri Anda.
Saya adalah seseorang yang:
o Bersemangat, cepat bertindak, nekad dan tidak tekun.
o Tenang menghadapi masalah, tidak keburu nafsu dan tergesa-gesa.
o Penuh perasaan yang mendalam
o Tidak mudah marah.
o Optimis dengan memperhitungkan kelemahan dan kelebihan saya.
o Menganggap enteng semua masalah.
o Cepat mengambil keputusan dan tekun.
o Kurang menghargai diri.
o Sangat tergantung pada perasaan.
o Tidak takut mengambil resiko.
o Penuh rasa curiga pada orang lain.
o Acuh tak acuh, tak berperasaan, tidak peka, tidak simpatik, sulit
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
o Tidak punya semangat, mudah menyerah.
o Memiliki pandangan jauh ke depan.
o Suka merenung dan bermeditasi
o Suka menimbang sebelum berbicara atau berbuat sesuatu
o Suka bermain sembunyi-sembunyi, main belakang atau plinplan.
o Teliti dan rajin.
114
o Suka belajar
o Suka dan mudah bergaul serta menjalin hubungan dengan orang
lain.
o Suka bekerja sendirian.
o Suka mengungkap ide dalam bentuk aksi.
o Suka menerima pendapat teman.
o Suka akan pekerjaan kecil dan sederhana dalam tugas harian.
o Mudah menyesuaikan diri dengan aturan dan perintah.
o Senang menerima pujian.
o Kritis dan suka bertanya hal-hal penting.
o Mengharga i seni dan keindahan.
o Menerima saran dan kritikan dari orang lain.
Refleksi Pribadi:
a. Tuliskan sifat-sifat, reaksi emosional yang Anda senangi! Apa
alasannya? (minimal 3)
b. Gambarkan sifat, sikap dan reaksi emosional Anda dalam suatu
lambang tertentu (misal: bunga, batu, pohon, dll) dan mengapa
Anda memilih gambar tersebut?
c. Apa yang Anda harapkan dari diri Anda sendiri?
2. Tugas Kelompok
Sharingkan jawaban dari refleksi pribadi yang telah Anda buat dalam
kelompok!
115
HANDOUT SESI II
Menurut McCaulley dan Myers Briggs (Naisaban, 2003) ada 16 tipe
kepribadian manusia, yaitu: (1) Orang ESTJ adalah orang yang praktis,
realistis,berpusat pada fakta, memiliki bakat bisnis dan mekanik, senang
berorganisasi, dan aktif. (2) Orang ENTJ adalah orang yang keras hati, terus
terang, pemimpin dalam kegiatan. Ia cakap untuk pekerjaan yang membutuhkan
pemikiran logis. Ia orang yang berkarakter dingin, pendiam, hati-hati, observer,
menganalisis hidup dengan sikap penuh ingin tahu, tertarik pda sebab-akibat,
tertarik pada pekerjaaan bersikap mekanis. Dalam menggunakan data ia
menggunakan hokum sebab-akibat. (3) Orang ISTP adalah orang yang sangat
logis, analitis, dan suka melontarkan kritik objektif. Dasar argumentasi merekla
adalah dasar yang kuat. Mereka rajin mengumpulkan data, namun tidak berminat
menngatur situasi manusia, kecuali situasi dan orang-orang yang berkaitan
langsung dengan pekerjaan mereka. (4) Orang INFP adalah orang pendiam dan
hati-hati, sengang dengan ilmu-ilmu teoritis, senang menyelesaikan kesulitan-
kesulitan dengan logika dan analisis, tertarik dengan ide- ide, senang dengan
pekerjaan dimana minat dapat digunakan dengan penuh. (5) Orang ESFJ adalah
orang yang hangat, populer, bicara banyak, memiliki semangat
berkumpul/berorganisasi, sangat baik dalam menciptakan suasana harmonis,
selalu berbuat yang baik terhadap sesama, bekerja baik kalau selalu dipuj i, tertarik
dengan hal-hal yang dapat dilihat dan mempunyai efek langdsung kepada manusia.
(6) Orang ENFJ adalah orang yang sangat bertanggungjawab, umumnya dapat
116
merasakan apa yang orang lain pikirkan dan inginkan, melakukan hal-hal yang
disenangi orang lain, mudah menjadi pemimpin diskusi, sosial, populer, simpatik,
menerima pujian dan kritik. (7) Orang ISFP adalah orang yang sanagt hangat
dalam bergaul, tetapi mereka tidak menampakkannya sampai mereka benar-benar
mengenal teman bergaulnya. Mereka terbuka, toleran, dan fleksibel dalam
kegiatannya serta gampang menyesuiakan diri. (8) Orang INFP adalah orang
yang sangat menghargai proses logika dalam setiap keputusannya. Mereka
bereaksi dengan strategi: keindahan melawan keburukan, kebaikan melawan
kejahatan, kekuatan nilai moral melawan kekuatan tak bermoral. Dalam bekerja
mereka gampang menyesuaikan diri, gampang menerima pikiran dan informasi
baru, gampang membangun relasi, dan pandai menjaga perasaan orang lain. (9)
Orang ESTP adalah orang yang mudah menyesuaikan diri dengan keadaan
sekitarnya, mudah menangkap apa yang mereka lihat, dengar, dan ketahui.
Mereka secara alamiah menggunakan dan menerima fakta-fakta sekitar mereka
apapun bentuknya, dan menentukan solusi yang menyenangkan. (10) Orang
ESFP adalah orang yang senang keluar rumah, kemana saja ia suka, bersahabat,
gampang menerima, senang segala hal dan membuat hal-hal lucu bagi orang lain.
Mereka tahu apa yang sedang berjalan dan gampang ikut ambil bagian, senang
berolahraga, mudah mengingat fakta dan teori-teori. (11) Orang ISTJ adalah
orang yang sangat pendiam, menjalani sukses dengan penuh konsentrasi, mereka
orang praktis, sangat teratur, factual, logical, realistis, dan bergantung. Mereka
juga orang yang bertanggungjawab, membuat rencana tentang apa yang mereka
harus patuhi. Apa saja bidang yang dikerjakan harus dijalani dengan kerja keras,
117
kurang menghiraukan protes dan gangguan. (12) Orang ISFJ adalah orang yang
poendiam.bersahabat, bertanggungjawab, berhati-hati, bekerja keras untuk
memenuhi kewajiban mereka. Mereka tidak senang dengan hal atau barang
teknik, mereka sabnar dengan hal-hal kecil, setia, penuh perhatian, prihatin
dengan apa yang orang lain rasakan. (13) Orang ENTP adalah orang yang jujur,
cepat bertindak baik dalam banyak hal, sangat mendukung kebersamaan, siap
siaga dan berterus terang. Mereka sangat baik dalam menyelesaikan persoalan
baru dan masalah-masalah yang menantang. Sebaliknya, mereka agak menghindar
dengan tugas-tugas rutin, sangat mahir dalam menemukan alasan logis dari apa
yang mereka inginkan. (14) Orang ENFP adalah orang yang hangat, punya
antusiasme, bersemangat tinggi, jujur, imajinatif, mereka dapat melakukan segala
hal yang menarik perhatian mereka, cepat mengambil keputusan dalam situasi
yang sulit dan siap menolong siapa saja yang mengalami kesulitan. (15) Orang
INTJ adalah orang yang memiliki pikiran-pikiran asli dan kekutan besar untuk
pikiran-pikiran dan rencana pribadi mereka. Mereka memiliki kemampuan besar
untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa bantuan orang lain. Skeptis, kritis, tidak
mau bergantung pada orang lain, dan kadang-kadang kepala batu. (16) Orang
INFJ adalah orang yang sukses karena ketekunan, keahlian, dan keinginan besar
untuk melakukan apa yang dibutuhklan atau diinginkan. Meletakkan segala
kemampuan mereka dalam kerja, berhati-hati, prihatin terhadap orang lain, respek
papa prinsip mereka, senang dihargai tentang apa yang mereka lakukan untuk
kebaikan umum.
118
1. Tipe manusia menurut watak dan temperamennya
a. Seorang Sanguinikus
§ Bersemangat, tetapi tidak tetap hati, nekat bertindak.
§ Optimis jika memperhitungkan kekuatan dan kesanggupan sendiri.
§ Tidak berpikir banyak dan terlalu bergantung pada perasaan dan
khayalannya sendiri.
§ Ingin mncapai suatu hidup yang lebih baik, mampu mengawasi segala
sesuatu agar berjalan dengan baik.
b. Seorang Flematikus
§ Bersikap tenang, tidak tergesa-gesa.
§ Mudah berkata “semuanya akan berjalan baik”.
§ Bisa dan berani mengambil resiko.
§ Bersikap acuh tak acuh, tidak berperasaan, tidak simpatik, dan tidak
lancar berkomunkasi.
§ Kurang bersemangat dan kurang memperhatikan kepentingan orang
lain sehingga kurang dikasihi dan diterima.
§ Kadang-kadang sangat dingin dan tenang.
§ Seorang yang penuh pertimbangan dan kadang-kadang lamban
bertindak. Tampaknya seperti tidak besemangat.
c. Seorang Kholerikus
§ Penuh perasaan yang mendalam.
§ Cepat mengambil keputusan, dan melaksanakan dengan tekun dalam
bekerja.
119
§ Kurang pertimbangan dan tenang
§ Semangatnya berapi-api tanpa mudah pesimis.
§ Seorang yang mudah berpikir negatif.
d. Seorang Melankolis
§ Tidak mudah marah.
§ Takut dan kurang menghargai diri.
§ Sangat pesimis, mudah menyerah terhadap kesulitan-kesulitan.
§ Suka mengeluh, sangat perasa.
2. Tipe manusia sehubungan dengan pengungkapan diri
a. Tipe Introver
Cara berpikir dan pengungkapan dirinya berpusat pada diri sendiri-
batiniah.
§ Pengalaman perasaan lebih pada diri sendiri. Ia mencoba menganalisa
tingkah laku sendiri, perbuatan sendiri, apa sebab dan akibatnya.
§ Melaksanakan pekerjaannya sampai yang sekecil-kecilnya.
§ Teliti, rajin dan suka bekerja sendiri.
§ Suka dan cocok menjadi pengamat, riset.
§ Suka membuat perhitungan ilmu pengetahuan.
§ Suka menyendiri, kurang suka berhubungan dengan orang lain.
§ Daya intelektualnya tinggi
§ Lebih suka di kamar daripada di lapangan.
§ Seorang perenung, pendiam.
§ Suka tinggal dirumah.
120
b. Tipe Ekstrover
Seorang yang menggunakan penampilan lahiriah. Komunikasi ke luar
rumah.
§ Emosi-emosi diekspresikan dalam bentuk komunikasi dengan orang
lain.
§ Mampu memperlihatkan ide dalam aksi yang praktis dan mudah
ditanggapi oleh pendengar.
§ Tidak main sembunyi-sembunyi.
§ Kadang kala tanpa memikirkan konsekuensi dari tindak-tanduknya
atau tingkah lakunya.
§ Orang lapangan yang praktis.
§ Mampu bergaul dengan orang lain.
§ Seorang yang penuh aksi dan selalu sibuk.
§ Lelaki yang bergaya “King” atau wanita “Ratu”, nona pendopo yang
senang menerima tamu.
§ Seorang yang senang keluyuran tetapi mempunyai pengaruh dalam
masyarakat dan mudah mencari jalan keluar, kadang-kadang sulit
dimengerti oleh keluarga.
c. Tipe Ambiver
§ Seorang yang dapat menyesuaikan diri dengan problema-problema
hidup. Sering lebih hidup, lebih sukses dalam pergaulan.
§ Tidak terlalu menonjol dan tidak pemalu.
121
§ Pada umumnya setiap orang mempunyai tipe ambiver (kombinasi tipe
introver dan ekstrover). Hanya yang satu tidak menonjol dan yang lain
lebih menonjol.
3. Faktor penunjang penyesuaian sikap dan reaksi emosional
a. Terima apa adanya/terima kenyataan
Kita dipanggil apa adanya (dengan kelemahan dan kekuatan) untuk hidup
bersama orang lain yang juga apa adanya. Dalam hidup bermasyarakat,
kita dipanggil dan ditempatkan sejauh “kita ada” sejauh keadaan kita. Kita
dapat berkembang menuju “kita yang seharusnya”. Pribadi kita yang ideal
adalah satu pribadi yang memiliki nilai dan sikap yang positif. Akan tetapi
dalam kenyataannya, kita belum mencapai pribadi kita “yang seharusnya”
yaitu pribadi yang sempurna. Pribadi “aku yang seharusnya” adalah suatu
tujuan yang ideal. Saya selalu sedang dalam perjalanan menuju “aku yang
ideal”, aku yang seharusnya itu. Tuhan juga mengharapkan saya
berkembang sebagaimana Dia kehendaki.
b. Senang dengan apa yang ada
Sikap ini bukan berarti pasif atau tunggu perintah. Sebagaimana kita
dipanggil dan diterima seadanya, kita tidak perlu dihantui untuk mencari
diri kita yang seharusnya, yang sempurna dan ideal atau tidak usah lagi
mencari komunitas-komunitas ideal yang serba memuaskan diri sendiri.
Memang kita dapat saja memilih seorang yang kita sukai, yang lebih
terampil, lebih pandai, lebih cantik, lebih ganteng, lebih segalanya, tetapi
122
itukah yang Tuhan tetapkan di sisi kita bersama kita? Tuhan sudah
memilih untuk kita.
c. Menerima diri = sumber damai dan ketenangan
Bersama dengan mereka dengan keunikannya adalah justru merupakan
panggilan hidup dalam semangat persaudaraan. Kita tahu bahwa selalu ada
rasa kurang puas. Pada kenyataannya ada banyak orang yang memiliki
watak demikian. Situasi dan lingkungan adalah faktor pendukung dan
penunjang agar kita dapat menerima diri kita apa adanya. Oleh karena itu
kita hendaknya:
• Berhenti mencari dan memperhatikan diri sendiri. Jika memakai
cermin terus menerus kita tidak akan pernah puas dan senang.
• Berhentilah mencari kesalahan diri sendiri dan kekurangan sesama kita.
Bersyukurlah bahwa kita dan sesama kita hanya memiliki sedikit dari
kekurangan itu.
d. Mengubah diri bila perlu
Dalam menghadapi setiap masalah, kita perlu menentukan terlebih dahulu
areal kesulitan kita. Apakah kesulitan itu disebabkan karena kita adalah
seorang yang introver yang bekerja dalam jabatan yang cocok untuk
seorang ekstrover atau sebaliknya. Oleh karena itu inventarisasikanlah
terlebih dahulu kesulitan yang kita alami dari situasi, kebiasaan,
kebudayaan, sifat-sifat orang, dan halangan yang mungkin ada dari atasan,
teman dan lain- lain. Suatu pertolongan yang efektif dalam mengatur sikap
kita dalam setiap situasi adalah “self motivation”, mengajak, mendorong
123
diri sendiri. Tanyakan pada diri sendiri “apa yang akan terjadi jika saya
tidak merubah sikap saya?”. Kemudian motivasikan diri sendiri “apa yang
akan terjadi bila saya mengubah sikap saya dan menyesuaikannya dengan
tuntutan tugas atau jabatan saya?”. Setelah menyadari konsekuensi-
konsekuensi yang merupakan jawaban dari kedua pertanyaan tersebut, kita
akan memperoleh motif yang definitif untuk berusaha mengubah sikap
kita serta menyelaraskannya dengan situasi hidup yang kita hadapi.
Sumber pustaka:
1. Pius Kila. 1996.Rekoleksi dan Retret Remaja. Yogyakarta: Kanisius
2. Ladislaus Naisaban. 2003. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan
Rahasia Sukses dalam Hidup (Tipe Kebijaksanaan Jung).Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia
124
Ice Breaker 2
1. Judul permainan : Apa yang aku rasa?
2. Tujuan
Mengajak peserta untuk berani mengakui perasaan yang dialaminya.
3. Partisipan : perorangan
4. Waktu yang diperlukan : 15 menit
5. Langkah- langkah
b. Fasilitator membagikan dua lembar kertas kepada peserta.
c. Pada lembar pertama peserta menuliskan:
1) Apa yang rasakannya saat ini.
2) Hal dalam diri yang paling disukai.
3) Hal dalam diri yang paling mengganggu dan tidak disukai.
d. Pada lembar kedua peserta menuliskan alasan-alasan dari setiap jawaban
pada lembar pertama.
e. Fasilitator memandu permainan dan meminta peserta untuk mengedarkan
lembaran kedua sebanyak lima kali kesebelah kanan.
f. Fasilitator meminta peserta secara bergantian membacakan jawaban yang
telah ditulis pada lembar pertama dan membacakan alasannya (pada
lembar kedua yang didapat dari peserta lain).
6. Alat yang digunakan : kertas, alat tulis.
125
SESI III
1. Judul
Jadilah Pribadi yang Asertif
2. Tujuan
Mengajak peserta untuk melihat dirinya agar mampu mengekspresikan
perasaan, mempertahankan pendapat dan pemikiran, serta mampu
mempertahankan hak-hak pribadinya sehingga dapat menyadari pentingnya
bersikap asertif.
3. Materi
Arti sikap asertif, manfaat bersikap asertif.
4. Metode
Pemberian informasi, tanya jawab, diskusi kelompok, refleksi pribadi.
5. Suasana
Serius, santai.
6. Bahan / peralatan
Angket kegiatan, alat tulis, kertas, air aqua dan air soda.
7. Waktu
60 menit.
8. Tahap-tahap/langkah-langkah pelaksanaan
a. Fasilitator memberikan pengantar singkat dan membagi peserta ke dalam
kelompok kecil sebanyak 5 orang, kemudian fasilitator membagikan bahan
untuk dikerjakan dalam kelompok dan mengajukan beberapa pertanyaan
126
berdasarkan percobaan yang akan dilakukan dalam kelompok, sebagai
berikut (10 menit):
1) Apa yang terjadi saat “air dan soda” dikocok? Jelaskan!
2) Pesan apa yang dapat ditangkap dari percobaan tersebut?
b. Peserta membuat percobaan dengan meggunakan “air dan soda” dalam
kelompok masing-masing dan menjawab pertanyaan sebagai kesimpulan
berdasarkan percobaan yang dilakukan (5 menit).
c. Wakil dari masing-masing kelompok membacakan hasil laporan
kelompoknya, dan berdasarkan hasil laporan tersebut fasilitator
merangkum kesimpulan yang dibuat peserta mengenai percobaan yang
telah dilakukan oleh masing-masing kelompok (10 menit).
d. Fasilitator memberikan angket kegiatan untuk diisi oleh masing-masing
peserta (10 menit).
e. Fasilitator mengajak peserta mambahas angket yang telah dijawab oleh
masing-masing peserta. Fasilitator meminta kesediaan beberapa peserta (2-
3 orang) secara sukarela menceritakan suatu kejadian yang pernah
dialaminya mengenai sikap asertif. Peserta lain diminta untuk
mendengarkan dan memberikan masukan positif mengenai pengalaman
peserta yang diminta kesediaannya (10menit).
f. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan
pertanyaan (10 menit).
g. Fasilitator menutup kegiatan sesi II dan memberikan kesempatan kepada
peserta untuk mengisi evaluasi kegiatan (5 menit).
127
9. Fasilitator yang bertanggung jawab
Tim Week end.
10. Hal-hal yang perlu diamati dan dipraktekkan selama sesi berlangsung : -
11. Evaluasi
Manfaat apa yang Anda peroleh dari kegiatan ini?
128
ANGKET KEGIATAN SESI III
Jawab pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pengalaman Anda!
1. Apa yang Anda rasakan saat kelompok Anda membuat percobaan “air dan
soda”?
2. Apa yang dapat Anda simpulkan dari percobaan “air dan soda”?
3. Menurut Anda, apakah Anda termasuk orang yang selalu bertindak sebagai
“air” atau “soda”?
4. Tuliskan satu situasi yang pernah Anda alami dalam waktu dekat ini yang
membuat Anda:
a. Bersikap reaktif, apa yang Anda rasakan saat itu?
b. Bersikap asertif, apa yang Anda rasakan saat itu?
5. Menurut Anda reaksi yang bagaimana yang akan ditunjukkan oleh orang lain
saat Anda bersikap:
a. Reaktif
b. Asertif
6. Menurut Anda apakah Anda sulit untuk bersikap asertif? Mengapa?
129
HANDOUT SESI III
1. Arti Sikap Asertif
Sikap asertif diartikan sebagai kemampuan untuk berkomunikasi dengan
jelas, spesifik, dan tidak multi-tafsir, sekaligus peka terhadap kebutuhan orang
lain dan reaksi mereka dalam peristiwa tertentu. Bersikap asertif juga dapat
diartikan sebagai ketegasan, keberanian dalam menyatakan pendapat yang
meliputi (1) kemampuan mengungkapkan perasaan (menerima dan
mengungkapkan perasaan yang muncul pada situasi-situasi tertentu, baik itu
rasa marah, malu, hangat, senang, gembira, malu dan lain sebagainya), (2)
kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka
(mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidaksetujuan dan sikap tegas,
meskipun secara emosional sulit untuk dilakukan dan memiliki kemungkinan
untuk mengorbankan sesuatu), (3) kemampuan untuk mempertahankan hak-
hak pribadi (tidak membiarkan orang lain untuk mengganggu atau
memanfaatkan kita).
Orang yang asertif bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga
bukan pemalu, orang-orang seperti ini bisa mengungkapkan perasaannya
(biasa dilakukan secara langsung) tanpa bersikap agresif ataupun melecehkan.
Kemampuan untuk bertindak dengan sikap asertif yang tepat diuraikan
dengan tiga cara, yaitu:
a. Kita harus memiliki kesadaran diri yang memadai sehingga bisa
mengenali perasaan sendiri sebelum mengungkapkannya.
130
b. Kita harus mampu mengendalikan nafsu sehingga dapat mengungkapkan
ketidaksetujuan atau kemarahan (jika memang diperlukan) tanpa
membiarkannya meningkat menjadi kemarahan sengit dan mampu
menyatakan berbagai keinginan secara tepat dan dengan intensitas yang
tepat.
c. Kita harus mampu mempertahankan hak-hak pribadi, alasan pribadi, dan
nilai-nilai yang sangat kita yakini kebenarannya.
Kekeliruan yang paling sering muncul adalah mencampuradukkan
perilaku asertif dengan tindakan agresif. Sikap asertif ditandai dengan
pernyataan yang jelas tentang keyakinan seseorang, dengan tetap
mempertimbangkan pendapat dan perasaan orang lain. Tanpa memperhatikan
pendapat dan perasaan orang lain tentu saja sikap asertif berubah menjadi
sikap agresif. Orang yang agresif tidak menghormati pandangan orang lain,
dan juga tidak peduli pada kebutuhan atau perasaan orang lain. Mereka
memaksakan pendapat atau keinginan mereka supaya diterima dengan cara
mencemooh, mengancam dan memanipulasi.
Sikap asertif biasanya merupakan titik tengah pada garis yang
menghubungkan sikap pasif dan sikap agresif. Orang pasif sulit
mengungkapkan perasaan mereka kepada orang lain. Mereka memendam
permasalahan dan menghindari situasi yang tidak menyenangkan, mereka
menanti orang lain menghampiri mereka, siap menyodorkan bantuan. Mereka
cepat menyerah, putus asa, dan mengalah pada pendapat orang lain. Akibatnya
mereka selalu merasa kalah dan tidak bahagia.
131
Orang yang pasif-agresif kelihatannya tidak mengeluh meskipun diperalat,
tetapi hatinya dipenuhi rasa kebencian terhadap kenyataan atau rasa curiga
bahwa orang lain tidak henti-hentinya memanfaatkan sifat baik mereka. Alih-
alih memprotes atau menghadapi masalah ini dengan terbuka, mereka hanya
memendam rasa marah tersebut, akan tetapi itu hanya untuk sementara.
Setelah itu, biasanya mereka dengan tiba-tiba berontak, kadang-kadang secara
tidak sadar.
2. Manfaat bersikap asertif
Sikap asertif memiliki banyak manfaat, antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Membuat orang merasa lega, karena dapat mengungkapkan keinginannya
dengan cara yang baik.
b. Membuka kemungkinan baru dan membuat kita memperoleh banyak
teman dan mempengaruhi orang lain sehingga kita bisa membina
hubungan yang lebih akrab dan lebih jujur dengan orang lain.
c. Dalam situasi sulit dan tidak menyenangkan, orang lain akan merasa
dihargai dan diterima, bukan diremehkan.
Sumber pustaka:
Stein dan Book. 2002. Meraih Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Sukses. Bandung: Kaifa
132
Ice Breaker 3
1. Judul permainan: Ular Naga
2. Tujuan
Mencairkan suasana dan pemanasan tubuh.
3. Partisipan: Kelompok
4. Waktu yang diperlukan: 15 menit
5. Langkah- langkah
a. Fasilitator membagi peserta kedalam dua kelompok besar.
b. Setiap kelompok berbaris berjajar ke belakang sambil memegang
pinggang peserta yang berada di depannya (kecuali peserta yang berada
paling depan sebagai kepala naga).
c. Fasilitator menyelipkan saputangan di pinggang peserta yang berada
paling belakang.
d. Peserta yang berperan sebagai kepala naga harus berusaha mencabut
saputangan yang berada di ekor naga lawannya, tetapi juga harus tetap
menjaga ekornya sendiri jangan sampai tercabut oleh naga lawannya.
6. Alat yang digunakan: saputangan.
133
SESI IV
1. Judul
Pribadi yang Mandiri
2. Tujuan
Mengajak peserta agar memiliki kemampuan untuk mandiri sehingga dapat
bertanggung jawab atas tugas dan keputusan yang diambilnya.
3. Materi
Arti kemandirian
4. Metode
Pemberian informasi, refleksi pribadi, diskusi kelompok.
5. Suasana
Serius, santai
6. Bahan / peralatan
Teks cerita tokoh “Sam”, alat tulis, kertas.
7. Waktu
45 menit.
8. Tahap-tahap/langkah-langkah pelaksanaan
a. Fasilitator memberikan pengantar singkat dan membagi peserta ke dalam
kelompok kecil sebanyak 5 orang (10 menit).
b. Fasilitator membagikan cerita tokoh “Sam” dan memberikan kesempatan
kepada peserta untuk membaca dan memahami isi cerita tersebut
134
kemudian fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh
masing-masing peserta (15 menit). Pertanyaannya adalah sebagai berikut:
1) Apa yang Anda rasakan setelah membaca cerita tersebut?
2) Apakah Anda setuju dengan apa yang dilakukan oleh Sam?
3) Dari cerita tersebut, menurut Anda apakah Anda termasuk golongan
manusia yang mandiri atau malahan sebaliknya? Apa alasannya?
c. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mensharingkan
hasil jawabannya dalam kelompok dan kelompok menyimpulkan hal-hal
yang perlu dilakukan agar dapat bersikap mandiri berdasarkan hasil
sharing dalam kelompok (15 menit).
d. Fasilitator menutup kegiatan sesi III dan memberi kesempatan kepada
peserta untuk mengisi evaluasi kegiatan (5 menit).
9. Fasilitator yang bertanggung jawab
Tim
10. Hal-hal yang perlu diamati dan dipraktekkan selama sesi berlangsung : -
11. Evaluasi
Manfaat apa yang Anda peroleh dari kegiatan ini?
135
Cerita Tokoh “Sam”
Sam orang yang cukup ramah. Dia mahasiswa tingkat dua dan pergaulannya
luas. Sam sering bolos dan selalu tergantung pada orang lain untuk melengkapi
catatan kuliahnya, tetapi selalu lulus ujian. Sam menjadi teman akrab selama dia
dapat memanfaatkan temannya untuk membantunya menyelesaikan mata kuliah
yang sama-sama mereka ambil. Yang lebih parah lagi, Sam sama sekali tidak
dapat belajar sendiri. Entah bagaimana caranya Sam memanipulasi orang lain
untuk meminjamkan catatan, membantunya mengerjakan tugas, dan menulis
laporan. Sam bahkan membuat orang mau membantunya membahas bahan ujian
yang harus dipelajari.
Sam adalah contoh sempurna yang mewakili sosok lintah atau sifat culas.
Dia sangat bergantung pada orang lain supaya lulus ujian. Ketika masih di SMU,
orang tuanya bersama dengan guru les yang sangat banyak jumlahnya, bekerja
keras membantu Sam menyelesaikan tugasnya. Tak seorang pun pernah mengajari
Sam keterampilan belajar, atau memberinya dorongan agar dia dapat berusaha
sendiri. Sekarang Sam sangat ketakut an jika harus menyelesaikan tugas sendirian,
bahkan yang paling mudah sekalipun.
136
HANDOUT SESI IV
Arti kemandirian
Kemandirian diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan dan
mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa
tergantung pada orang lain secara emosional. Orang yang mandiri mengandalkan
dirinya sendiri dalam merencanakan dan membuat keputusan penting. Kendati
demikian, mereka _oom saja meminta dan mempertimbangkan pendapat orang
lain sebelum akhirnya membuat keputusan yang tepat bagi mereka sendiri. Perlu
diingat nahwa meminta pendapat orang lain jangan selalu dianggap pertanda
ketergantungan. Orang yang mandiri mampu bekerja sendiri, mereka tidak mau
bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan emosional mereka.
Kemampuan untuk mandiri bergantung pada tingkat kepercayaan diri dan
kekuatan batin seseorang, dan keinginan untuk memenuhi harapan dan kewajiban
tanpa diperbudak oleh kedua jenis tuntutan itu.
Sejarah menunjukkan bahwa seseorang yang paling sukses dan paling
dikagumi pun ternyata pernah melakukan kesalahan fatal yang kelihatannya tidak
dapat diperbaiki, atau berkali-kali menemui kegagalan dalam proses mencapai
suatu tujuan. Semua orang tahu bahwa berbuat salah sesunguhnya sangatlah
manusiawi. IQ yang tinggi menjadi bumerang jika EQ tidak mengimbanginya.
Kemampuan untuk mandiri adalah suatu keterampilan yang mempengaruhi
berbagai keputusan pribadi dan kualitas kita dimata orang lain.
137
Kemandirian sejati tidak berarti mengabaikan orang lain dan bertindak
semaunya. Jika kita merasa harus membuktikan kemandirian dengan cara
membanggakan diri bahwa kita tidak memerlukan nasihat bijaksana, maka kita
mencari masalah buat diri kta sendiri. Pada intinya, kemandirian mencerminkan
keinginan yang mengakar untuk mengatur diri sendiri, yaitu kemampuan untuk
mengikuti pemikiran sendiri dan berusaha mewujudkan keinginan yang
ditentukan sendiri.
Sumber pustaka:
Stein dan Book. 2002. Meraih Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Sukses. Bandung: Kaifa
138
SESI V
1. Judul
Mengambil keputusan
2. Tujuan
Mengajak peserta agar dapat membuat setiap keputusan penting dalam
hidupnya sehingga dapat hidup mandiri seutuhnya.
3. Materi
Gaya kepemimpinan dalam proses pengambilan keputusan.
4. Metode
Partisipatif (permainan), diskusi kelompok, refleksi pribadi.
5. Suasana
Serius, santai
6. Bahan / peralatan
Tali sepanjang 7 meter, kain penutup mata.
7. Waktu
45 menit
8. Tahap-tahap dan langkah-langkah pelaksanaan
a. Fasilitator membagi peserta dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
memilih dua orang menjadi pemandu kelompok dan fasilitator memberi
penjelasan kepada pemandu kelompok dan menunjukkan rute perjalanan
sementara itu peserta lain berperan sebagai “turis asing” yang sedang
bepergian keluar negeri dimana secara tiba-tiba di negeri tersebut sedang
139
terjadi huru-hara dan bandara ditutup, mereka hanya bisa keluar hotel pada
malam hari untuk menuju zona pendaratan dipandu oleh dua orang
pemandu yang telah mereka pilih (5 menit).
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada pemandu kelompok untuk
menciptakan bahasa isyarat dan mengajarkan kepada anggota
kelompoknya bahasa isyarat yang diciptakan (karena pemandu dan
anggota kelompok tidak boleh berbicara selama permainan berlangsung)
misalnya gerakan berhenti, kiri, kanan, maju, mundur, dll. Peserta lain
mempelajari gerakan tersebut dengan baik (5 menit).
c. Pemandu kelompok memimpin peserta kelompok dengan mata tertutup
kain ke zona pendaratan, dan tugas peserta adalah mencari seutas tali
(sebagai antena) dan secepat mungkin merakitnya menjadi bentuk
poligon/segi enam yang simetris untuk memanggil helikopter penyelamat
(10 menit).
d. Fasilitator mengamati mulai dari awal pemilihan pemandu sampai selesai
untuk melihat cara pengambilan keputusan, kekompakan kelompok dan
gaya kepemimpinan masing-masing kelompok.
e. Setelah permainan selesai fasilitator membacakan pertanyaan yang harus
dijawab peserta secara pribadi sebagai berikut:
1) Apa yang Anda rasakan saat permainan berlangsung?
2) Bagian mana yang Anda rasakan paling sulit dalam permainan ini?
Bagaimana cara Anda mengatasinya?
140
3) Pernahkah Anda mengalami situasi serupa, yaitu kesulitan
mengkoordinasikan pekerjaan/tugas Anda karena tidak tahu apa yang
dikerjakan orang lain? Bagaimana Anda mengatasinya?
4) Apakah ada anggota dalam kelompok Anda yang tidak terlibat dalam
proses pemilihan keputusan? Bagaimana reaksinya? Apakah itu
mempengaruhi usaha kelompok Anda?
5) Apakah Anda selalu membuat keputusan berdasarkan saran dari orang
lain?(Ya/Tidak) Apa alasannya?
6) Apa yang Anda rasakan setelah Anda membuat suatu keputusan dalam
hidup Anda?
f. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab
pertanyaan dan kemudian mendiskusikan jawabannya dalam kelompok
yang telah dibuat (15 menit).
g. Fasilitator menutup kegiatan sesi V dengan memberikan kesimpulan
mengenai makna permainan dan memberikan kesempatan kepada peserta
untuk mengisi evaluasi kelompok (10 menit)
9. Fasilitator yang bertanggung jawab
Tim
10. Hal-hal yang perlu diamati dan dipraktekkan selama sesi berlangsung : -
11. Evaluasi
Manfaat apa yang Anda peroleh dari kegiatan ini?
141
HANDOUT SESI V
Tiga gaya kepemimpinan dalam proses pengambilan keputusan
1. Otoriter
§ Pemimpin membuat keputusan dan memberitahukan kepada peserta lain
tanpa keinginan atau tanggung jawab untuk mendiskusikan alasannya
dengan peserta kelompoknya.
§ Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusannya, tapi
“menawarkannya” kepada peserta dalam kelompoknya dengan cara
menjelaskan alasan-alasannya yang sudah dipersiapkannya terlebih dahulu
(monolog).
§ Pemimpin mengumumkan keputusannya dan mempersilakan peserta
kelompoknya mengajukan pertanyaan jika ada yang dianggap tidak jelas
(dialog, tapi tanpa keinginan sama sekali mengubah keputusan, kecuali
dalam hal-hal teknis).
2. Konsultatif
§ Pemimpin menyampaikan keputusan pokok yang masih “kasar” (tentatif)
dan mengajak peserta kelompok mengubahnya. Jika perlu diadakan dialog
dengan keinginan mengubah atau memperbaiki keputusan.
§ Pemimpin menyampaikan gambaran keadaan dan masalah yang dihadapi
kepada peserta dalam kelompoknya, lalu mengajak untuk membahas
bersama dan akhirnya membuat keputusan berdsarkan masukan-masukan
yang diperoleh melalui diskusi.
142
§ Peserta mengajak peserta kelompoknya untuk mengidentifikasi bersama
gambaran siuasi dan masalah yang dihadapi, membahas kemungkinan
pemecahannya, dan membuat kesimpulan bersama, meskipun kata putus
akhir tetap diambil sang pemimpin kelompok.
3. Partisipatif
§ Pemimpin mengajak peserta kelompoknya mendiskusikan keadaan dan
masalah yang dihadapi dan membuat keputusan bersama-sama. Pemimpin
kelompok memberikan garis-garis batas keputusan berdasarkan keadaan
nyata organisasi.
Sumber pustaka:
Kristanto, Purnawan. 2002. 100 Permainan Asyik 4. Yogyakarta: Andi Offset.
143
Ice Breaker 4
1. Judul permainan: Siapakah Aku?
2. Tujuan
Mengajak peserta untuk menerima diri dengan segala kekurangan dan
kelebihannya sehingga dapat dihargai oleh orang lain.
3. Partisipan: perorangan
4. Waktu yang diperlukan: 15 menit.
5. Langkah- langkah
a. Fasilitator membagikan dua lembar kertas kepada semua peserta. Peserta
menuliskan nama dipojok kiri masing-masing kertas.
b. Kertas pertama, diisi penilaian diri peserta mengenai dirinya sendiri
“Siapakah Aku?”. Sedangkan kertas kedua berisi penilaian dari peserta
lain, yang diisi secara bergiliran oleh semua peserta dengan mengedarkan
kertas yang berisi nama masing-masing peserta kearah sebelah kanan.
Demikian seterusnya sampai kertas tersebut kembali pada peserta/pemilik
nama yang tertera pada lembaran kertas tersebut.
c. Setelah mendapatkan lembaran kertas berisi penilaian dirinya dari peserta
lain dan membacanya serta membandingkan dengan penilaian dari dirinya
sendiri, fasilitator mengarahkan agar penilaian dari peserta lain jangan
sampai membuat orang yang bersangkutan tersinggung, melainkan
dijadikan sebagai pemicu untuk berubah kearah yang lebih baik lagi.
144
d. Fasilitator menanyakan perasaan apa yang dirasakan saat membaca hasil
penilaian diri dari orang lain kepada peserta.
6. Alat yang digunakan: kertas, alat tulis.
145
SESI VI
1. Judul
Pemeriksaan Sikap Diri
2. Tujuan
Mengajak peserta untuk menyadari sisi positif dan negatif dalam dirinya
sehingga dapat menerima diri apa adanya dan membuat peserta memiliki rasa
hormat/penghargaan yang tinggi pada diri sendiri.
3. Materi
Menghargai diri sendiri, upaya-upaya yang dapat dilakukan agar dihargai.
4. Metode
Pemberian informasi, refleksi pribadi, diskusi kelompok.
5. Suasana
Serius, santai.
6. Bahan / peralatan
Alat tulis, kertas, naskah cerita “Garni si Pengemis”
7. Waktu
60 menit.
8. Tahap-tahap/langkah-langkah pelaksanaan
a. Fasilitator memberikan pengantar singkat dan membagi peserta kedalam
kelompok kecil (sebanyak 5 orang) dan menunjuk tiga orang peserta dari
kelompok yang berbeda (dengan pemberitahuan dan persiapan terlebih
dahulu kepada peserta yang bersangkutan) untuk berperan sebagai Garni,
146
Narator dan Penjaga Kios, sedangkan peserta lain diminta untuk
menyimak dengan baik (10 menit).
b. Fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan untuk diskusi kelompok dan
laporan dituliskan oleh sekretaris kelompok di karton yang disediakan (10
menit) sebagai berikut:
1) Pesan apa yang ditangkap oleh kelompok dari cerita “Garni si
Pengemis”?
2) Menurut kelompok apa yang membuat Garni tidak dapat
menemukan harta terpendam yang dimilikinya?
3) Hal-hal apa yang harus dilakukan untuk menggali potensi atau harta
terpendam dalam diri?
c. Wakil dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya dan kelompok lain diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan berdasarkan laporan kelompok yang bersangkutan (15 menit).
d. Fasilitator membagikan angket kegiatan untuk diisi oleh peserta sebagai
refleksi pribadi (15 menit).
e. Fasilitator menutup kegiatan sesi IV dan memberikan kesempatan untuk
mengisi evaluasi kegiatan (10 menit).
9. Fasilitator yang bertanggung jawab
Tim week end.
10. Hal-hal yang perlu diamati dan dipraktekkan selama sesi berlangsung : -
11. Evaluasi
Manfaat apa yang Anda peroleh dari kegiatan ini?
147
Garni Si Pengemis
Narator : Garni adalah seorang pengemis yang paling malang. Ia takpunya
apa-apa. Lapar, haus, kotor dan tak punya harapan hidup. Ia
melewati hari-hari hidupnya dengan meminta sedekah dari setiap
orang yang dijumpai. Dengan sebuah mangkuk ditangannya, ia
berjalan keliling, dari rumah kerumah, dari kios ke kios. Harta
satu-satunya yang boleh dikatakan miliknya adalah sebuah
mangkuk besar, berat, dan kotor. Ia menggunakan mangkuk itu
bukan saja untuk mengemis, melainkan juga untuk dipergunakan
sebagai piring makan, gelas minum, gayung mandi, alas kepala bila
tidur, dan sebagainya. Itulah satu-satunya milikya di dunia ini.
Garni tetap berpikir bahwa ia seorang yang paling miskin dan
malang. Ia merasa diri rendah, hina bahkan jahat, dan merasa diri
paling kecil dari semua orang.
Garni : ”Aduh betapa malang saya ini…tidak berguna dan tidak berarti
apa-apa. Tidak ada yang baik padaku. Hanya parasit saja aku ini.
Tak seorang pun seperti aku, miskin, hina. Tak ada sesuatu pun
yang dapat saya berikan kepada orang lain. Saya hanya pantas
mengemis saja. Saya tak punya hak hidup.”
Narator : Dalam pergaulannya dengan orang-orang lain, ia muncul sebagai
seorang pemalu, suka menyendiri, gelisah, takut dan bingung.
Apabila ia melihat orang berhasil, lebih dari dirinya, dia merasa
148
sedih, tertekan, cemburu, cepat tersinggung, dan cepat putus asa. Ia
membenci orang-orang kaya. Dia pun semakin membenci dirinya
sendiri.
Garni : “….Demi Allah, Pak! Sedikit uang untuk bakso, Pak. Saya lapar
Pak! Kasihanilah!”
Narator : Si penjaga kios memandang Garni dengan penuh perhatian. Ia
memperhatikan juga mangkuknya yang berat dan kotor itu. Sekali
lagi ia memperhatikan mangkuk itu.
Penjaga kios : “He..,tunjukkan mangkukmu itu, ayolah!”
Narrator : Penjaga kios mengambil mangkuk itu dan mengamati dengan
sunguh-sungguh. Sementara Garni memperhatikan dengan serius.
Penjaga kios itu menggores-soresnya, lalu dengan terkejut dia
berteriak.
Penjaga kios : “Aduh Garni, betapa lucu dan dungunya engkau ini! Engkau
sama sekali tidak perlu mengemis dan minta sedekah untuk
hidup…bahkan engkau mampu memberi sedekah pada orang lain.”
Garni : “Ah tuan, apa maksud tuan? Apa yang tuan katakana itu? Jangan
mengejek aku tuan. Jangan mempermainkan aku yang dungu dan
malang ini!”
Penjaga kios : “Anda malang? Miskin? Tidak! Tidak! Anda kaya…malahan
Anda lebih kaya daripada aku. Ayo berhentilah mengemis!
Mangukmu yang besar, berat dan kotor ini terbuat dari emas
murni!!!!!! Kira-kira 5 kg beratnya.”
149
Narrator : Demikianlah akhirnya Garni tahu bahwa ia memiliki harta
terpendam yang tak ternilai harganya, yang tidak ia sadari
sebelumnya. Ini semua berkat penjaga kios yang telah
memberitahukan tentang harta yang dimilikinya.
150
ANGKET KEGIATAN SESI VI
1. Apa yang Anda rasakan saat berperan sebagai Garni, Penjaga Kios dan
sebagai Narator? (Untuk peserta yang ikut berperan dalam “Garni si
Pengemis”)
2. Apa yang Anda rasakan saat menyaksikan cerita “Garni si Pengemis”?
3. Menurut Anda apakah Anda telah menggali potensi-potensi yang Anda miliki
secara maksimal? Alasannya?
4. Apa yang telah Anda lakukan untuk menggali potensi/harta terpendam yang
Anda miliki?
5. Hal-hal apa saja yang Anda sukai dan tidak Anda sukai mengenai diri Anda?
6. Menurut Anda apakah hal yang tidak Anda sukai dalam diri Anda membawa
pengaruh besar dalam hidup Anda? Alasannya?
7. Menurut Anda apakah tokoh Garni memiliki persamaan dalam diri Anda?
Alasannya?
8. Tuliskan secara singkat pengalaman hidup Anda sebagai bukti penghargaan
diri Anda!
9. Tuliskan satu kalimat yang dapat mewakili perasaan Anda saat ini sebagai
peneguhan bagi diri Anda sendiri!
151
HANDOUT SESI VI
1. Penghargaan Diri
Kemampuan untuk menghormati dan menerima diri sendiri sebagai
pribadi yang pada dasarnya baik. Menghormati diri sendiri intinya adalah
menyukai diri sendiri apa adanya. Penghargaan diri adalah kemampuan
mensyukuri berbagai aspek dan kemungkinan positif yang kerap dan juga
menerima aspek negatif dan keterbatasan yang ada pada diri kita dan tetap
menyukai diri kita. Penghargaan diri adalah memahami kelebihan dan
kekurangan kita, dan menyukai diri sendiri, “dengan segala kekurangan dan
kelebihannya”.
Unsur dasar dari kecerdasan emosional, khususnya dalam hal ini
kecerdasan intrapersonal ini terkait dengan berbagai perasaan umum, seperti
rasa aman, kekuatan batin, rasa percaya diri, dan rasa sanggup hidup mandiri.
Perasaan yakin pada diri sendiri ditentukan oleh adnya rasa hormat diri dan
harga diri, yang tumbuh akibat kesadaran akan jati diri, kesadaran yang
berkembang dengan cukup baik. Orang yang memiliki rasa penghargaan diri
yang bagus akan merasa puas dengan diri mereka sendiri. Lawan dari
penghargaan diri adalah rasa rendah diri dan rasa tidak puas pada diri sendiri.
2. Hal-hal yang perlu dilakukan agar dapat menghargai diri
a. Sukai diri kita dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Temukan dan
terimalah keunikan-keunikan Anda, cintai diri Anda sendiri. Jangan
pernah membandingkan orang lain dengan diri Anda sendiri, karena
152
masing-masing orang diciptakan unik dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Anda juga tidak dapat menilai diri Anda
sendiri, karena hal unik tidak dapat dinilai dengan membandingkan diri
dengan orang lain.
b. Menyadari keterbatasan diri sendiri, mengetahui hal-hal yang kita ketahui,
menemukan orang yang mengetahuinya, dan memanfaatkan pengetahuan
itu sebaik-baiknya merupakan kunci yang membedakan antara orang yang
bisa sukses, yang seharusnya sukses, dan yang hampir sukses.
c. Memperbaiki penampilan sebagai bentuk dasar pemikiran orang lain
terhadap kita, karena kesan pertama yang dinilai orang lain adalah
penampilan. Penampilan dapat memberikan rasa percaya diri, oleh karena
itu penampilan diri yang positif sangat penting agar kita dapat menghargai
diri kita.
d. Menghormati diri sendiri sangat penting dilakukan, karena hormat pada
diri sendiri merupakan langkah awal untuk kita dapat menghargai dan
menghormati orang lain.
e. Hidup penuh kebaikan sebagaimana adanya dan penuh integritas. Hidup
dengan penuh kesadaran adalah hidup yang bertanggung jawab terhadap
realitas, hidup yang menghargai berbagai kenyataan, pengetahuan dan
kebenaran, suatu sarana untuk membangkitkan tingkat kesadaran yang
mengatasi tindakan-tindakan kita.
153
f. Percaya pada orang lain yang punya tutur kata yang baik, misalnya mereka
yang mengatakan hal-hal yang baik tentang Anda, pada umumnya mereka
tidak bermaksud menipu Anda.
g. Menerima tanda-tanda cinta dan penghargaan yang diberikan pada diri kita
dan jangan menutup diri terhadap cinta, lalu berkata “Saya tidak dicintai”.
Jangan pernah mengira baha Anda tidak dicintai, ketahuilah bahwa orang
lain mencintai Anda.
h. Berusahalah menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman luar biasa
dalam kehidupan Anda. Dari waktu ke waktu ingatlah pengalaman-
pengalaman yang paling berkesan, paling menyenangkan. Hidupkanlah
dan kembangkanlah kembali pengalaman tersebut agar terbiasa.
i. Jadilah diri sendiri. Tidak ada orang lain yang dapat menggantikan Anda,
Anda tidak dapat dipertukarkan, dan jangan berusaha menjadi orang lain.
j. Jangan memaksakan harapan orang pada diri sendiri. Hapus kata-kata
“harus”, “saya mugkin”, atau “saya harus seperti ini atau seperti itu”, yang
ada hanya kata-kata “saya harus, mesti dan wajib menjadi diri sendiri”.
Sumber pustaka:
1. Stein dan Book. 2002. Meraih Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Sukses. Bandung: Kaifa.
2. Gea, Antonius Atosokhi, Wulandari, Antonina Panca Yuni, dan Babari,
Yohanes. 2002.Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta: PT. Elek Media
Komputindo
154
Ice Breaker 5
1. Judul permainan: Lambangku.
2. Tujuan
Mengajak peserta untuk mengaktualisasikan dirinya, mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya secara optimal.
3. Partisipan: perorangan.
4. Waktu yang diperlukan: 15 menit.
5. Langkah- langkah:
a. Fasilitator membagikan potongan karton sebagai media gambar.
b. Fasilitator meminta peserta untuk menggambarkan lambang dirinya dan
menuliskan alasan mengapa memilih gambar tersebut sebagai lambang
dirinya.
c. Peserta diminta menuliskan perasaan yang dirasakan saat menggambar
lambang dirinya.
d. Setelah selesai menggambar, fasilitator meminta kerelaan beberapa peserta
untuk menceritakan mengapa ia memilih gambar tersebut sebagai lambang
dirinya.
6. Alat yang dipakai: karton, spidol warna.
155
SESI VII
1. Judul
Pribadi yang Berkembang.
2. Tujuan
Mengajak peserta untuk memiliki motivasi hidup agar mampu
memperjuangkan hidupnya dan memiliki inisiatif sehingga dapat
mengembangkan diri atau mengaktualisasikan potensi-potensi dalam dirinya.
3. Materi
Arti aktualisasi diri, hal-hal yang harus dilakukan untuk mengaktualisasikan
diri.
4. Metode
Pemberian informasi, diskusi kelompok, refleksi pribadi.
5. Suasana
Serius, santai.
6. Bahan / peralatan
Teks cerita, alat tulis, kertas, karton.
7. Waktu
60 menit.
8. Tahap-tahap/langkah-langkah pelaksanaan
a. Fasilitator memberikan pengantar singkat dan membagi peserta dalam
kelompok kecil sebanyak 5 orang (10 menit).
156
b. Fasilitator membagikan sebuah cerita pendek "souvenir kehidupan” dan
memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyimak dan memahami
cerita tersebut, kemudian fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai bahan refleksi pribadi sebagai berikut (15 menit):
1) Kesimpulan apa yang dapat Anda ambil dari cerita tersebut?
2) Apakah Anda sudah menemukan “souvenir kehidupan” (potensi) Anda?
§ Jika Ya, tuliskan wujud nyatanya!
§ Jika tidak, apa alasannya!
3) Hal-hal apa saja dalam diri Anda yang masih perlu Anda kembangkan?
4) Apa yang telah Anda lakukan untuk mengembangkan potensi-potensi
yang Anda miliki?
5) Apakah Anda senang mencoba hal-hal baru yang belum pernah Anda
coba sebelumnya? Alasannya?
6) Apa yang Anda lakukan untuk memperluas pengalaman dan
pengetahuan Anda?
7) Apakah Anda selalu merasa puas dengan semua yang telah Anda
lakukan dalam hidup Anda?
8) Gambarkan suatu lambang yang dapat mewakili “souvenir kehidupan”
Anda! (Lihat Ice Breaker 5)
c. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mensharingkan
refleksi pribadi yang telah dibuatnya kepada teman dalam kelompok dan
masing-masing peserta saling memberikan peneguhan/penguatan yang
mengarah pada hal-hal positif dalam bentuk saran atau hal lain kepada
157
peserta yang mensharingkan hasil refleksinya, dari kegiatan ini diharapkan
peserta yang bersangkutan dapat mempertimbangkan
peneguhan/penguatan tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk
mengaktualisasikan dirinya (10 menit).
d. Fasilitator mengajukan pertanyaan untuk diskusi kelompok sebagai
berikut(10 menit):
1) Kesimpulan yang ditangkap oleh kelompok dari cerita “souvenir
kehidupan”?
2) Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengaktualisasikan diri
secara optimal?
e. Wakil dari kelompok membacakan hasil diskusi kelompoknya dan peserta
dari kelompok lain dapat mengajukan pertanyaan/feedback (10 menit).
f. Fasilitator membuat kesimpulan dari hasil laporan yang dibuat kelompok
dan menutup kegiatan sesi V dengan memberikan kesempatan kepada
peserta untuk mengisi evaluasi kegiatan (5 menit)
9. Fasilitator yang bertanggung jawab
Tim week end.
10. Hal-hal yang perlu diamati dan dipraktekkan selama sesi berlangsung : -
11. Evaluasi
Manfaat apa yang Anda peroleh dari kegiatan ini?
158
Souvenir Kehidupan
Suatu hari saya berjalan-jalan ke butik yang menjual batik. Selain batik,
disana juga tersedia berbagai souvenir tradisional khas daerah Jawa Tengah dan
beberapa dari Bali. Sekedar melihat- lihat barang itu, saya tertarik untuk melihat
price tag nya. Wow! Ternyata harganya mahal banget!! Barang-barang yang
biasanya bisa ditemukan di pasar tradisional dengan harga murah, ternyata dijual
sangat mahal disana. Sebelum ngomel-ngomel dalam hati karena harga yang
nggak sopan itu, saya perhatikan lagi barang-barang itu lebih detail lagi. Ternyata
memang hasil kerajinan yang dijual di sana pengerjaannya halus dan rapi. Tidak
ada serat-serat kayu yang kasar atau tak beraturan. Kayu yang dipilih berkualitas
baik. Barang-barang dari kain dan batu juga sama. Semuanya dikerjakan dengan
kualitas yang sangat baik. Nampak tertempel di sana sticker bertuliskan “ekport
quality”. Oh…..pantesan harganya juga beda dengan di pasar-pasar.
Barang berbahan sama setelah digarap dengan cara yang berbeda ternyata
memiliki nilai yang berbeda juga. Hidup kita juga hampir bisa dianalogikan
seperti itu. Lihat saja dari semua teman-teman kita satu sekolahan dulu. Ada yang
jadi supir, ada yang jadi insinyur, ibu rumah tangga, bahkan ada juga yang masih
nganggur sampe hari ini, ada yang masih kuliah melulu, dan sebagainya. Padahal
seharusnya alumnus sekolah yang sama setidaknya punya kualitas yang sama
bukan??? Tapi pada kenyataannya tidak seperti itu kan??? Setiap orang punya
cara sendiri-sendiri untuk me-manage hidupnya. Setiap penggarapan itulah yang
menentukan mutu hidup kita. Orang yang selalu sungguh-sungguh sekolah, kuliah
159
dan bekerja pastilah berhak menikmati hasil yang lebih banyak daripada yang
doyan bolos dan asal-asalan saja merencanakan hidupnya.
Hidup ini bagaikan proses penggarapan karakter kita, dengan motivasi hidup
yang jelas untuk berkembang, kemampuan memperjuangkan hidup serta punya
inisiatif untuk maju, jadilah kita manusia yang berkualitas. Ditambah lagi dengan
segala talenta yang dianugrahkan Tuhan, kita ini jadi mahluk yang sangat
berharga melebihi segala ciptaannya di bumi ini. Kita tinggal memoles sedikit
talenta itu, maka jadilah ia barang dengan mutu terbaik yang bisa jadi kebanggaan.
Jadilah diri kita bermutu tinggi dan punya nilai lebih dari kebanyakan orang
lainnya. Kelak ketika Tuhan puas melihat nilai hidup kita, Dia pasti akan
menempatkan kita di tempat yang lebih mulia.
160
HANDOUT SESI VI
1. Arti Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri diartikan sebagai kemampuan dalam mewujudkan
segala kemampuan kita yang potensial. Hal ini diwujudkan dengan ikut serta
dalam perjuangan untuk meraih kehidupan yang bermakna, kaya dan utuh.
Berjuang mewujudkan potensi yang ada dalam diri berarti mengembangkan
aneka kegiatan yang dapat menyenangkan dan bermakna, dapat juga diartikan
sebagai perjuangan seumur hidup dan kebulatan tekad untuk meraih sasaran
jangka panjang. Untuk mewujudkan potensi-potensi diri itu seseorang perlu
memiliki motivasi untuk mengembangkan dirinya, mau memperjuangkan apa
yang menjadi tujuan-tujuan hidupnya, serta memiliki inisiatif dalam menjalani
hidupnya. Aktualisasi diri merupakan proses perjuangan berkesinambungan
yang dinamis, dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan bakat kita
secara maksimal, dan berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk
memperbaiki diri secara menyeluruh. Kegairahan terhadap bidang yang kita
minati akan menambah semangat dan motivasi untuk terus memupuk minat itu.
Aktualisasi diri merupakan bagian dari rasa kepuasan diri.
2. Hal-hal yang harus dilakukan untuk mengaktualisasikan diri
Aktualisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup.
Untuk itu di bawah ini merupakan hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses
pengaktualisasian diri secara keseluruhan:
161
a. Menentukan sasaran yang berorientasi pada tindakan
Untuk mendapatkan kemajuan yang sesungguhnya, kita membutuhkan
sasaran berorientasi tindakan, tepatnya langkah- langkah yang bisa
ditangani dan mengarah kepada hasil yang diinginkan. Intinya adalah
menetapkan sasaran-sasaran kecil dalam jumlah besar sehingga ada
kemungkinan yang sangat besar untuk tercapai.
b. Melakukan kegiatan yang disukai
Sebuah kesuksesan diawali dengan keahlian dan keterampilan yang
dimiliki dengan sedikit bumbu keberuntungan. Seseorang yang sukses
dalam hidupnya berhasil menempatkan dirinya di tempat yang tepat pada
waktu yang tepat pula, dan yang terpenting dari semua hal tersebut adalah
ia melakukan sesuatu yang benar-benar disukai serta tahu bahwa ia
memang berbakat dibidang tersebut. Itulah alasannya mengapa orang bisa
sukses jauh melampaui sasaran jangka panjang yang mungkin ditentukan
pada awal kariernya.
c. Menjalani hidup dengan sebaik-baiknya
Menentukan sasaran seharusnya dijadikan pengalaman seumur hidup.
Kebutuhan hidup kita tidaklah berkurang saat kita beranjak semakin
dewasa dan menua. Menjalani hidup dengan sebaik-baiknya mencakup
kemampuan menyenangi pekerjaan dan sungguh-sungguh mendalami apa
yang kita kerjakan.
162
d. Menemukan keseimbangan hidup
Pekerjaaan bukanlah satu-satunya aspek kehidupan karena itu, aktualisasi
diri yang sejati mencakup juga kebutuhan untuk serba bisa, untuk
menemukan keseimbangan di semua bidang yang kita tekuni.
Keseimbangan dalam menjalani hidup (kehidupan sosial, melakukan
kegiatan yang kita sukai, menambah pengalaman, pengetahuan dan lain-
lain) sangat penting, karena dengan keseimbangan hidup yang baik maka
kehidupan yang kita jalani ini akan tambah berarti
e. Memiliki mental yang sehat
Mental yang mudah beradaptasi dengan situasi atau lingkungan sekitarnya
yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, mental kuat yang tidak
mudah menyerah, tahan tekanan, menyukai tantangan, optimis dan sportif
serta dapat memahami realitas dengan semestinya.
f. Membangun integritas diri
Usaha membangun harmonisasi antara berbagai dimensi diri (material,
sosial, spiritual), serta mengoptimalkan realisasi dari potensi-potensi diri
yang dimilikinya, sehingga terwujudlah seorang pribadi yang matang dan
seimbang.
g. Mandiri, kreatif, dan inovatif
Kemampuan menentukan sikap, menata diri sendiri, dapat membuat
penilaian kritis, dapat mengambil keputusan dan tindakan sendiri, mau
belajar terus menerus, punya daya kreativitas memadai, ingin mencoba,
meyukai dan terbuka untuk hal-hal baru.
163
h. Memiliki motivasi
Motivasi diri adalah suatu daya dorong yang senantiasa menjadi
penggerak dalam setiap usaha mengembangkan diri sendiri. Motivasi ini
diharapkan dapat dimiliki yang senantiasa menyertai segala usaha untuk
memajukan diri sendiri. Berkaitan dengan motivasi ini, disiplin diri
menjadi penting, karena dengan disiplin merupakan faktor pendukung
motivasi.
Sumber pustaka:
Stein dan Book. 2002. Meraih Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Sukses. Bandung: Kaifa
164
Ice Breaker 6
1. Judul permainan: Tepuk lantai.
2. Tujuan
Mencairkan suasana dan pemanasan tubuh.
3. Partisipan: perorangan.
4. Waktu yang diperlukan: 15 menit.
5. Langkah- langkah:
a. Semua peserta duduk melingkar dilantai dengan kedua tangan menyentuh
lantai.
b. Setiap peserta mengangkat tangan kirinya untuk diletakkan di sebelah kiri
tangan kanan peserta yang duduk di sebelah kirinya.
c. Secara melingkar dan bergantian peserta menepuk lantai sesuai dengan
urutannya. Untuk mempermudah dapat dibantu dengan menyanyikan lagu-
lagu tertentu.
d. Peserta yang salah melakukan (tidak menepuk lantai, terlambat menepuk
lantai atau tidak berurutan sesuai gilirannya) harus keluar dari permainan,
dan peserta yang tersisa harus mencondongkan badan ke tengah lingkaran
agar tetap bisa menyilangkan tangannya.
6. Alat yang dipakai:-
165
Sumber dikembangkan dari:
1. Gea, Antonius Atosokhi, Wulandari, Antonina Panca Yuni, dan Babari,
Yohanes. 2002.Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta: PT. Elek Media
Komputindo
2. Kristanto, Purnawan. 2002. 100 Permainan Asyik 4. Yogyakarta: Andi
Offset.
3. Mulyati, Lydia Wahyu. 2005. 50 Permainan Asyik. Yogyakarta: Andi
Offset.
4. Naisaban, Ladislaus. 2002. Bergembira Bersama 100 Permainan Rakyat.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
5. Naisaban, Ladislaus. 2003. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia
dan Rahasia Sukses dalam Hidup (Tipe Kebijaksanaan Jung).Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia
6. Pius Kila. 1996.Rekoleksi dan Retret Remaja. Yogyakarta: Kanisius
7. Supratiknya. 1995. Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan Psikologis.
Yogyakarta: Kanisius.
8. Stein dan Book. 2002. Meraih Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Sukses. Bandung: Kaifa
166
EVALUASI SELURUH KEGIATAN
Jawablah semua pernyataan berikut dan periksalah kembali jawaban Anda
sebelum dikumpulkan.
Berilah tanda centang (√) pada alternatif jawaban yang Anda pilih
ditempat yang tersedia. Jika Anda ingin mengganti jawaban Anda, lingkarilah
jawaban tersebut, lalu berilah tanda centang (√ ) pada jawaban yang Anda anggap
lebih sesuai dengan pengalaman Anda.
No Pernyataan Amat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak pernah
1. Saya merasa ada sesuatu yang kurang pada penampilan saya bila berada di depan umum.
2. Saya takut berbuat sesuatu yang menyebabkan saya dianggap bodoh.
3. Saya bangga dengan semua prestasi yang saya raih.
4. Saya merasa minder jika harus pergi kesuatu pesta.
5. Saya malu jika harus menampilkan kemampuan saya dimuka umum.
6. Saya mudah merasa malu atau tidak enak hati bila berada dilingkungan baru.
7. Saya bersemangat dalam melakukan kegiatan saya.
8. Saya suka membesar-besarkan masalah yang saya alami.
9. Saya merasa bangga dengan keadaan diri saya.
10. Saya mengikuti pendapat teman meskipun saya tidak suka.
11. Saya sulit mengatakan apa yang saya inginkan dalam rapat.
12. Saya memaksakan keinginan saya pada orang lain.
13. Saya sulit menerima pendapat orang lain walaupun saya tahu itu baik bagi saya.
167
14. Saya tidak ragu untuk mengatakan pendapat saya pada orang lain.
15. Saya mengatakan ide saya kepada orang lain tanpa menimbulkan ketegangan.
16. Saya akan mengungkapkan perasaan saya bila tersinggung.
17. Saya akan mengungkapkan perasaan saya jika saya telah dilukai.
18. Saya sulit untuk menyampaikan isi hati saya pada orang lain.
19. Jika sedang marah saya hanya memendam kemarahan saya.
20. Saya akan merasa lega setelah mengatakan keinginan saya pada orang lain.
21. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk mengejar tujuan tertentu dalam hidup saya.
22. Saya tetap bersikap optimistis walaupun mengalami kegagalan.
23. Saya tetap mempertahankan cita-cita saya meskipun banyak rintangan yang saya alami.
24. Saya suka mengikuti kegiatan yang mendukung perkembangan potensi saya.
25. Bagi saya, tantangan merupakan peluang untuk terus maju.
26. Saya malas mengikuti berbagai kegiatan walaupun saya tahu itu bisa mengembangkan bakat saya.
27. Saya belajar untuk menerima kegagalan sebagai tantangan dalam meraih cita-cita.
28. Saya enggan berjuang untuk mengembangkan diri saya.
29. Saya berjuang untuk memenuhi setiap harapan-harapan yang saya bangun.
30. Saya tidak takut gagal dalam mencoba sesuatu yang baru walaupun saya tidak tahu bagaimana hasilnya nanti.
31. Saya menyukai diri saya apa adanya. 32. Jika melakukan kesalahan, saya
menganggap bahwa saya adalah sumber dari kesalahan itu.
33. Kritikan dari orang lain mendorong saya untuk merefleksikan kembali
168
perbuatan saya dan melihat hal-hal yang perlu saya perbaiki.
34. Saya merasa ada sesuatu pada diri saya yang kurang sempurna.
35. Saya menyembunyikan kegagalan yang saya alami dari orang lain.
36. Saya merasa hidup saya tidak ada artinya.
37. Saya menjadi gugup dan gemetaran jika diminta untuk berbicara di hadapan orang banyak.
38. Saya sulit mengontrol kemarahan saya dan itu membuat orang-orang disekitar saya terganggu.
39. Saya dapat bersikap tenang walaupun sedang berada dalam keadaan yang sulit.
40. Ketika saya marah saya berusaha sabar.
41. Saya akan mempersiapkan diri dengan baik saat diminta berbicara dimuka umum.
42. Saya mempertimbangkan suara hati saat harus mengambil keputusan.
43. Saya merencanakan kegiatan harian saya.
44. Saat mengambil keputusan saya lebih menggunakan akal sehat.
45. Dalam mengambil keputusan, saya selalu mempertimbangkan kepentingan orang lain.
46. Saya bertanggung jawab atas setiap keputusan yang saya ambil.
47. Saya suka mengambil keputusan secara mendadak tanpa berpikir panjang.
48. Saya akan menggunakan kesempatan yang ada untuk mengembangkan potensi.
49. Saya merasa kurang memiliki energi dan inisiatif dibandingkan orang-orang lain.
50. Saya berusaha melakukan yang terbaik bagi diri saya.
51. Saya memendam kemarahan saya bila saya tahu saya dimanfaatkan.
52. Saya memendam rasa curiga pada orang lain karena takut dimanfaatkan.
53. Saya suka mengerjakan tugas yang
169
berkaitan dengan keahlian saya. 54. Saya bertanggungjawab dalam
melakukan setiap tugas-tugas saya.
55. Saya selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam menjalankan tugas saya.
56. Saya lebih suka bekerja sendiri daripada harus merepotkan orang lain.
1. Seberapa besar manfaat yang Anda peroleh dari kegiatan week end ini?
a. Sangat bermanfaat d. Kurang bermanfaat
b. Bermanfaat e. Tidak bermanfaat
c. Cukup bermanfaat
Alasannya:
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
2. Apa yang Anda rasakan setelah mengikuti kegiatan ini?
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
Tanggal____________________
(____________________)
170
Doa dan Renungan Malam
Tahap-tahap/langkah-langkah pelaksanaan:
1. Persiapan untuk renungan malam dalam bentuk refleksi pribadi dengan
menuliskan jawaban refleksinya di kertas mengenai hal-hal berikut (30 menit
sebelum renungan malam):
a. Tuliskan hal-hal positif dalam diri Anda sebanyak-banyaknya! (Potensi
diri, hal-hal yang disukai dalam diri).
b. Hal apa saja yang telah dilakukan untuk mengembangkan potensi Anda?
c. Tuliskan harapan terbesar dalam diri Anda yang belum tercapai!
d. Tuliskan hal-hal negatif dalam diri Anda sebanyak-banyaknya!
(Kekurangan, hal-hal yang mengganggu dan tidak disukai dalam diri).
e. Saat sedang merasa tidak nyaman dengan situasi tertentu apakah Anda
bertindak secara negatif? (Ya/Tidak) Alasannya?
f. Tuliskan akibat-akibat dari tindakan negatif yang Anda lakukan!
g. Apa yang Anda rasakan saat orang lain bertidak negatif terhadap diri Anda?
Alasannya?
2. Fasilitator memberikan pengantar singkat mengenai penciptaan manusia, yang
telah diciptakan Tuhan dengan segala kelebihan dan kekurangan. Manusia
patut bersyukur atas karunia Tuhan atas hidup yang telah dijalani, salah satu
caranya dengan menerima segala kelebihan dan kekurangan itu apa adanya.
3. Membakar refleksi pribadi yang telah dibuat peserta sebagai wujud
pengharapan untuk hidup lebih baik dari sebelumnya.
171
4. Pembacaan air kehidupan “Ibu Bermata Satu”
Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya sungguh memalukan. Ia
menjadi juru masak di sekolah, untuk membiayai keluarga. suatu ketika aku
masih SD, Ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini? Aku
memandangnya dengan penuh kebencian dan aku pun melarikan diri menjauh
darinya. Keesokan harinya di sekolah, “Ibumu hanya punya satu mata??!!?
Weeekkk……..!!! Jerit seorang temanku. Saat itu yang aku harapkan Ibu
segera lenyap dari muka bumi. Ujarku pada Ibu,”Bu, mengapa Ibu tidak punya
satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin membuatku ditertawakan, lebih baik
Ibu mati saja!!!” Ibuku tidak menyahut. Aku merasa agak tidak enak, tapi
pada saat yang bersamaan, lega rasanya sudah mengungkapkan apa yang ingin
sekali kukatakan selama ini. Mungkin karena Ibu tidak menghukumku, tapi
aku tak berpikir sama sekali bahwa perasaannya sangat terluka karenaku.
Malam itu….aku terbangu dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air.
Ibuku sedang manangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku terbangun
karenanya. Aku memandangnya sejenak dan kemudia berlalu. Akibat
perkataanku tadi, hatiku tertusuk akan tetapi walaupun begitu aku tetap
membenci ibuku yang sedang menangis dengan satu matanya. Jadi aku
berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi
orang yang sukses.
Kemudian aku belajar dengan tekun. Kutinggalkan Ibuku dan pergi ke
Singapura untuk menuntut ilmu. Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah.
Kemudian akupun memiliki anak. Kini aku hidup bahagia sebagai seorang
172
yang sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak membuatku
teringat akan Ibuku. Kebahagian ini bertambah terus dan terus, ketika……
Apa??? Siapa ini???!! Itu Ibuku. Masih dengan satu matanya. Seakan-akan
langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku berlari ketakutan, ngeri
melihat mata Ibuku. Kataku, “Siapa kamu?! Aku tak kenal dirimu!!” Untuk
membuatnya lebih dramatis, aku berteriak padanya, Berani-beraninya kamu
datang ke sini dan menakuti anak-anakku!!” “KELUAR DARI SINI!!!
SEKARANG!!!”
Ibuku hanya menjawab perlahan, “Oh, maaf. Sepertinya saya salah alamat”,
dan ia pun berlalu. Untung saja dia tidak mengenaliku. Aku sungguh lega.
Aku tak peduli lagi. Akupun menjadi sangat lega. Suatu hari, sepucuk surat
undangan reuni sekolah tiba di rumahku di Singapura. Aku berbohong pada
istirku bahwa aku ada urusan kantor. Aku pun pergi ke sana. Setelah reuni,
aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku sebut rumah… hanya ingin tahu saja.
Di sana kutemukan Ibuku tergeletak di lantai yang dingin. Namun aku tak
meneteskan air mata sedikit pun. Ada selembar kertas di tangannya. Sepucuk
surat untukku.
Isinya….. “Anakku… Kurasa hidupku sudah cukup panjang… dan aku tidak
akan pergi ke Singapura lagi. Namun apakah sangat berlebihan jika aku ingin
kau menjengukku sesekali? Aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat
gembira ketika tahu kau akan datang ke reuni itu. Tapi kuputuskan aku tidak
pergi ke sekolah. Demi kau…. Dan aku minta maaf karena hanya membuatmu
malu dengan satu mataku. Kau tahu, ketika kau masih sangat kecil, kau
173
mengalami kecelakaan dan kehilangan satu matamu. Sebagai seoang ibu, aku
tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata. Maka aku memberikan
mataku untukmu. Aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh
dunia untukku, ditempatku dengan mata itu. Aku tak pernah marah dengan
segala kelakuanmu. Ketika kau marah padaku… Aku hanya membatin sendiri,
“Itu karena ia mencintaiku” Anakku! Oh, anakku!”
Arti pesan: ingatlah bahwa kebaikan yang kita nikmati ini adalah karena
kebaikan orang lain secara langsung maupun tak langsung. Berhentilah
sejenak dari rutinitas Anda dan renungi hidup Anda! Bersyukurlah atas apa
yang Anda miliki sekarang (potensi, keluarga dan orang yang Anda sayangi,
dll) dibandingkan apa yang tidak dimiliki oleh jutaan orang lain di luar sana.
Luangkanlah sedikit waktu Anda untuk mendoakan keluarga, sahabat-sahabat
Anda, orang-orang tercinta, dan berjuta orang yang kurang beruntung di
sekitar Anda. Maka Anda akan menjadi “kaya” dengan segala kelebihan dan
kekurangan yang Anda miliki itu.
Sumber: Beranda Sinyora, Edisi September 2006.
174
5. Fasilitator membacakan renungan dan doa malam.
Renungan dan doa malam
Duduklah dengan tenang…..
Rasakan keheningan malam lewat udara yang kamu hirup saat ini…
Ucapkan terima kasih kepada Tuhan atas hari indah yang telah terlewati hari
ini.
Hari yang akan menjadi pengalaman berharga dikemudian hari…
Syukuri semua yang telah diberikan Tuhan dengan semua hal yang telah kamu
miliki, karena Tuhan telah memberikan yang terbaik buat kamu….
Kamu adalah ciptaan Tuhan yang paling berharga di atas bumi ini melebihi
ciptaan-Nya yang lain.
Kamu adalah kamu yang tidak akan pernah menjadi orang lain dimata
Tuhan…
Tuhan telah memberikan talenta yang begitu besar kepada kamu…
Terimalah semua itu tanpa harus membandingkannya dengan kepunyaan
orang lain.
Karena dimata Tuhan semua mahluk itu sama, tidak ada yang lebih cantik
ataupun lebih jelek dimata Tuhan.
Syukurilah semua kelebihan dan kekurangan yang kamu miliki…
Kembangkan semua talenta yang diberi Tuhan sebagai wujud terima
kasihmu… “Jadilah seperti yang kamu katakan.”
175
Katakan pada dirimu bahwa kamu hebat!! Kamu bisa!! Dan katakan kamu
bangga dengan semua kelebihan dan kekuranganmu! Demikianlah kuasa
Tuhan akan “jadi” seperti yang kamu katakan pada diri kamu……
(dilanjutkan dengan doa malam)
Ucapan syukur kepada Tuhan setelah menjalani semua aktivitas pada hari ini.
Bersyukur atas semua yang telah Tuhan berikan pada kita (orang tua, saudara,
sahabat, talenta, kesehatan, dll). Serta kesempatan yang diberikan oleh Tuhan
untuk menikmati hidup dan memperkembangkan hidup kita.
“Kamu Hebat”. Spirit Girls
176
Doa dan Renungan Pagi
Tahap-tahap/langkah-langkah pelaksanaan:
1. Fasilitator membacakan air hidup sebagai pengantar renungan pagi.
Semakin panjang usia kita, semakin panjang pula catatan pengalaman hidup
kita. Pengalaman merupakan kekayaan yang unik. Meski kita sama-sama
dinaungi oleh langit yang sama, diterangi oleh cahaya yang sama dari gelap
malam yang sama pula, namun kita tak pernah sama dalam mencercap
pengalaman itu. Kita melihat cakrawala dari ketinggian yang berbeda. Kita
melangkah di jalan setapak yang lain. Maka, meski kita lahir di bumi yang
sama, tetapi kita hidup di dunia yang berbeda. Keunikan itu takkan banyak
berarti dan bermakna bila kita tak membuat diri kita semakin bijak.
Kebijaksanaan tumbuh bila setiap pengalaman itu direfleksikan. Jika kita
selalu bertanya apa artinya peristiwa-peristiwa tertentu bagi kita sepanjang
hidup kita. Dalam keheningan batin perasaan dan pikiran yang muncul dari
pengalaman setiap hari dicari artinya, dilihat dalam terang kebijaksanaan dari
mereka yang sudah mendahului kita. Dalam merefleksikan pengalaman hidup
itu, kita patut bersyukur atas semua yang telah kita miliki, termasuk pagi yang
indah hari ini.
2. Fasilitator membacakan doa dan renungan pagi.
Doa dan renungan pagi
Kita sering kali mengeluh tidak punya waktu. Pagi hari kita bangun tidur
dengan terburu-buru, tidak sempat lagi untuk berterima kasih pada Tuhan
177
lewat doa. Walaupun sempat, selalu saja terburu-buru. Pada siang harinya kita
serasa jadi orang super sibuk mengurus keperluan kita yang tak pernah habis.
Malamnya kita sudah capek karena segudang aktivitas yang padat dan sangat
menyita waktu. Akhirnya kita pun tertidur untuk menyambut pagi keesokan
harinya.
Tuhan tidak pernah seperti kita, Dia selalu punya waktu untuk kita. Mulai dari
kita bangun pagi, menjalankan aktivitas yang seabrek banyaknya, sampai
malam menjelang dan kita ketiduran untuk menyongsong pagi di keesokan
harinya pun Tuhan masih setia berjaga-jaga disamping kita.
Untuk segala sesuatu ada masanya…kita patut bersyukur atas kesempatan
hidup yang telah diberi Tuhan pada kita saat ini. Terima kasih kepada Tuhan
atas pagi yang indah dan udara yang bisa kita hirup. Kita pantas bersyukur
atas sega la rahmat yang diberikan Tuhan kepada kita. Mohon bimbingan
untuk hari baru yang akan dijalani, semoga dapat menjalankan segala aktivitas
dengan baik dan lancar sampai malam menjelang. Terlebih bisa mengikuti
kegiatan week end dengan sungguh-sungguh sehingga memperoleh manfaat
bagi perkembangan diri dan pengalaman hidup yang mengesankan. Juga untuk
orang-orang yang dikasihi (orang tua, saudara, sahabat, dll) yang telah
melengkapi hidup dengan penuh cinta.
“Selalu Ada Waktu” Spirit Girls.
Sumber dikembangkan dari:
Spirit Girls. Girl Power. Renungan Hariannya Cewek. Edisi Maret 2007.
Silviasari, dkk. Spirit Graphic. 2007.ss