desentralisasi pembangunan kesehatan

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desentralisasi menyebabkan perubahan mendasar dalam tatanan pemerintahan. Pelayanan kesehatan harus memiliki kapasitas untuk berkembang dengan mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dengan semua pihak terkait. Sementara itu, dunia juga menghadapi globalisasi yang akan berpengaruh terhadap semua segi kehidupan. Undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah telah mentapkan bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh kabupaten/kota. Sebelum desentralisasi/Otonomi Daerah, alokasi anggaran kesehatan dilakukan oleh pemerintah pusat dengan menggunakan model negoisasi ke propinsi-propinsi. Sedangkan Pada era desentralisasi dan otonomi daerah, daerah mempunyai kewenangan yang besar dalam perencanaan dan penganggaran. Secara praktis sektor kesehatan harus berjuang untuk mendapatkan anggaran. Sektor kesehatan harus membuat perencanaan dan penganggaran program kesehatan yang meyakinkan untuk dapat bersaing dengan sektor lain untuk mendapatkannya. 1.2 Rumusan Masalah

Upload: srn

Post on 02-Feb-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

AKK FKM Unsrat

TRANSCRIPT

Page 1: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Desentralisasi menyebabkan perubahan mendasar dalam tatanan pemerintahan.

Pelayanan kesehatan harus memiliki kapasitas untuk berkembang dengan mengedepankan

pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dengan semua pihak terkait. Sementara itu, dunia juga

menghadapi globalisasi yang akan berpengaruh terhadap semua segi kehidupan.

Undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah telah mentapkan bidang

kesehatan merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh kabupaten/kota. Sebelum

desentralisasi/Otonomi Daerah, alokasi anggaran kesehatan dilakukan oleh pemerintah pusat

dengan menggunakan model negoisasi ke propinsi-propinsi. Sedangkan Pada era desentralisasi

dan otonomi daerah, daerah mempunyai kewenangan yang besar dalam perencanaan dan

penganggaran. Secara praktis sektor kesehatan harus berjuang untuk mendapatkan anggaran.

Sektor kesehatan harus membuat perencanaan dan penganggaran program kesehatan yang

meyakinkan untuk dapat bersaing dengan sektor lain untuk mendapatkannya.

1.2         Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Apa definisi dari desentralisasi pembangunan kesehatan ?

2.      Bagaimana sistem desentralisasi pembangunan kesehatan ?

1.3         Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah

1.      Untuk menginformasikan kepada para pembaca mengenai definisi desentralisasi pembangunan

kesehatan.

2.      Untuk menjelaskan dan menginformasikan mengenai sistem desentralisasi pembangunan

kesehatan di Indonesia.

Page 2: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1   Definisi

Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang peerintahan daerah dalam pasal 1

menjelaskan bahwa Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan Desentralisasi adalah

penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan

Asas Otonomi.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Desentralisasi adalah penyerahan

wewenang/transfer wewengang dari pemerintah pusat baik kepada pejabat-pejabat pemerintah

pusat di Daerah yang disebut Dekonsentrasi maupun kepada badan-badan otonom daerah yang

sering disebut Devolusi.

Menurut R. Tresna desentralisasi dapat dibedakan kedalam :

1. Desentralisasi Jabatan (dekonsentrasi), adalah pemberian atau pemasrahan kekuasaan dari atas ke

bawah dalam rangka kepegawaian, guna kelancaran pekerjaan semata-mata.

2. Desentralisasi Ketatanegaraan, merupakan pemberian kekuasaan untuk mengatur bagi daerah di

dalam lingkungannya guna mewujudkan azas demokrasi dalam pemerintahan negara.

Desentralisasi ketatanegaraan ini dibagi menjadi : Desentralisasi teritorial dan desentralisasi

fungsional.

Dari berbagai definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Desentralisasi pada

dasarnya adalah : suatu proses transfer/penyerahan sebagian wewenang dan tanggungjawab dari

urusan yang semula adalah urusan pemerintah pusat kepada badan-badan atau lembaga-lembaga

Pemerintah Daerah agar menjadi urusan rumahtangganya sehingga urusan-urusan tersebut

beralih kepada Daerah dan menjadi wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Daerah.

Dengan pengertian tersebut, maka setidaknya ada empat kegiatan dalam desentralisasi

menurut Koiruddin (2005); yaitu:

Page 3: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

1.   Dekonsentrasi wewenang administrasi

Dekonsentralisasi berupa pergeseran volume pekerjaan dari departemen pusat pada

perwakilannya yang ada di daerah tanpa adanya penyerahan atau pelimpahan kewenangan untuk

mengambil keputusan atau keleluasaan untuk membuat keputusan.

2.   Delegasi kepada penguasa otorita

Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewewenangan manajerial

untuk melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi yang secara langsung berada

dibawah pengawasan pusat.

3.   Devolusi kepada pemerintah daerah

Devolusi adalah kondisi dimana pemerintah pusat membentuk unit-unit pemerintahan

diluar pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu

untuk dilaksanakan secara mandiri. Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang lebih ekstensif

untuk merujuk pada situasi dimana pemerintah pusat mentransfer kewenangan kepada

pemerintah daerah dalam hal pengambilan keputusan, keuangan dan manajemen.

4.   Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta

Yang disebut sebagai pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada swasta atau

privatisasi adalah penyerahan beberapa otoritas dalam perencanaan dan tanggung jawab

administrasi tertentu kepada organisasi swasta.

Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 dijelaskan pula mengenai klasifikasi

urusan pemerintahan, yang terdiri dari :

1) Urusan Pemerintahan Absolut ; Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan

Pemerintah Pusat.

2) Urusan Pemerintahan Konkuren ; Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan

Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke

Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.

3) Urusan Pemerintahan Umum ; Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden

sebagai kepala pemerintahan.

2.2   Sistem Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

Desentralisasi kesehatan di Indonesia secara lebih jelas dilaksanakan setelah

dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999, PP No. 25 tahun 2000, sertaSE Menkes No.

1107/Menkes/E/VII/2000.

Page 4: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

Menurut aturan perundang-undangan dan dalam prakteknya, desentralisasi bidang

kesehatan yang ada di indonesia menganut semua jenis desentralisasi (dekonsentrasi, devolusi,

delegasi dan privatisasi). Hal ini terlihat dari masih adanya kewenangan pemerintah pusat yang

didekontrasikan di daerah propinsi melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Selain itu, berdasarkan SE

Menkes/E/VII/2000 disebutkan beberapa tugas yang mungkin tidak dapat dilaksanakan oleh

pemerintah kabupaten/kota dapat diserahkan ke tingkat yang lebih tinggi. Upaya privatisasi

pelayanan kesehatan dan perusahaan pendukung pelayanan kesehatan juga sedang giat

dilakukan.

Dalam bidang kesehatan, implikasi desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain,

adalah sebagai berikut;

1.      Terwujudya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi

masyarakat

2.      Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan

3.      Optimalisasi potensi pembanmgunankesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap,

4.      Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya mengacu

pada petunjuk atasan

5.      Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk pembiayaan)

2.3 Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus

2.3.1 Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU, adalah dana perimbangan dan bersumber

dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. DAU

sebagai salah satu elemen desentralisasi fiskal menjadi elemen penting bagi pemerintah daerah

untuk menutup pembiayaaan daerah implikasinya, DAU dialokasikan kepada setiap daerah

dalam rangka menjalankan kewenangan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik

kepada masyarakat. DAU yang merupakan transfer pemerintah pusat kepada daerah bersifat

“block grant”, yang berarti daerah diberi keleluasaan dalam penggunaannya sesuai dengan

prioritas dan kebutuhan daerah dengan tujuan untuk menyeimbangkan kemampuan keuangan

antardaerah.

Page 5: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

Dalam perhitungan DAU, kebutuhan daerah tersebut dicerminkan dari variabel-variabel

kebutuhan fiskal sebagai berikut :

a. Jumlah Penduduk

b. Luas Wilayah

c. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)

d. Indeks Kemiskinan Relatif (IKR)

2.3.2 Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana perimbangan dan bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu de ngan tujuan untuk membantu

mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional

1. Anggaran tersebut digunakan rata-rata digunakan untuk pengadaan infrastruktur

kesehatan, danobat dan perbekalan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan obat

dan perbekalan kesehatan pada pelayanan kesehatan primer. Pengadaan infrastruktur

kesehatan, meliputi:

a. Pembangunan Puskesmas;

b. Pembangunan Puskesmas Perawatan;

c. Pembangunan Pos Kesehatan Desa;

d. Pengadaan Puskesmas Keliling Perairan;

e. Pengadaan Kendaraan roda dua untuk Bidan Desa.

2. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, dapat dimanfaatkan untuk peningkatan

fasilitas ruma sakit provinsi, kabupaten/kota, antara lain: a) peningkatan fasilitas tempat

tidur kelas III RS; b) pemenuhan peralatan unit transfusi darah RS dan bank darah RS; c)

peningkatan fasilitas instalasi gawat darurat RS; d) peningkatan sarana prasarana dan

pengadaan peralatan kesehatan untuk program pelayanan obstetric neonatal emergency

Page 6: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

komprehensif (PONEK) di RS; dan e) pengadaan peralatan pemerksaan kultur

M.tuberculosis di BLK provinsi.

3. Untuk kabupaten/kota, alokasi DAK 2010 ditujukan 2 (dua) kegiatan, yaitu: pemenuhan

pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Pelayanan dasar berupa pemenuhan kesehatan

dasar dan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan. Untuk pemenuhan kesehatan dasar,

DAK diberikan kepada 405 kabupaten/kota dengan total anggaran sebesar Rp1,22 triliun,

sementara untuk obat dan perbekalan kesehatan diberikan kepada 378 kabupaten/kota

dengan total anggaran sebesar Rp 1 triliun.

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang ditransfer oleh pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Transfer DAK merupakan konsekuensi lahirnya Ketetapan MPR No. XV/MPR/1998 tentang

Penyelenggaraan Otonomi Daerah ; Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumberdaya

Nasional yang Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 54 PP Nomor 55 Tahun 2005 mengatur bahwa perhitungan alokasi DAK dilakukan

melalui 2 tahap, yaitu:

a. penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan

b. penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah.

2.4 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan

Berdasarkan Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 mengenai pemerintahan daerah maka

pembagian urusan pemerintahan bidang kesehatan adalah sebagai berikut :

Page 7: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan
Page 8: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

2.4   Dampak dari Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

Dampak positif desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah sebagai

berikut:

1) Terwujudnya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi

masyarakat.

Page 9: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

2) Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan,

3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap

4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya mengacu

pada petunjuk atasan,

5) Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk pembiayaan

kesehatan) tanpa mengabaikan peran serta sektor lain.

Dampak negatif muncul pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa dengan kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat diharuskan membuat program dan kebijakan sendiri.

Jika pemerintah daerah tidak memiliki sumber daya yang handal dalam menganalisis kebutuhan,

mengevaluasi program, dan membuat program, maka program yang dibuat tidak akan

bermanfaat. Selain itu, pengawasan dana menjadi hal yang harus diperhatikan untuk menghindari

penyelewengan anggaran.

Arus desentralisasi semakin menuntut pemotongan jalur birokrasi aparatur pemerintahan.

Hal ini menjadi kendala karena perubahannya membutuhkan waktu yang lama dan komitmen

dari aparatur pemerintah.

Adapun dampak lainnya dari desentralisasi :

1.      Segi ekonomi, dari segi ekonomi banyak sekali keuntungan dari penerapan sistem

desentralisasi ini dimana pemerintahan daerah akan mudah mengelolah sumber daya alam yang

dimilikinya, dengan demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelolah secara

maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat.

2.      Segi sosial budaya, dengan diadakannya desentralisasi, akan memperkuat ikatan sosial budaya

pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya sistem desentralisasi ini pemerintahan daerah

akan dengan mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut.

Bahkan kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan di perkenalkan kepada daerah lain. Yang

nantinya merupakan salah satu potensi daerah tersebut. Sedangkan dampak negatif dari

desentralisasi pada segi sosial budaya adalah masing-masing daerah berlomba-lomba untuk

menonjolkan kebudayaannya masing-masing. Sehingga, secara tidak langsung melunturkan

kesatuan yang dimiliki oleh bangsa indonesia itu sendiri.

3.      Segi keamanan dan politik, dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk

mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya kebijaksanaan ini

akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah

Page 10: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

yang merasa kurang puas dengan sistem atau apa saja yang menyangkut NKRI). Tetapi disatu

sisi desentralisasi berpotensi menyulut konflik antar daerah. Dibidang politik, dampak positif

yang didapat melalui desentralisasi adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada

di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat.

Hal ini menyebabkan pemerintahan daerah lebih aktif dalam mengelolah daerahnya. Tetapi

dampak negatif yang terlihat dari sistem ini adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang

tersebut hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk

mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut karena sulit untuk dikontrol oleh

pemerintah di tingkat pusat.

Page 11: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

BAB III

PENUTUP

Page 12: Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang RI nomor 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kabupaten/Kota

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 003a/Menkes/Sk/I/2003 tentang Unit

Desentralisasi

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan