desember 2017 meis -...
TRANSCRIPT
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
MEIS JURNAL MIDDLE EAST AND ISLAMIC STUDIES
Volume 5 Nomor 1, Juli – Desember 2017
Penanggung Jawab
Dr. Muhammad Luthfi
Direktur Sekolah Kajian Stratejik
& Global
Pimpinan Umum
Yon Machmudi, Ph.D
Ketua Program Studi
Kajian Wilayah Timur Tengah &
Islam
Pimpinan Redaksi
Nova Rini
Sekretaris Redaksi
Ali Ghazali
Redaksi
- Mohammad Riza Widyarsa
- Thobib Al Asyhar
- Imam Khomaeni Hayatullah
Administrasi dan Sirkulasi
- Desti Anggraini
- Lia Aprillia
Mitra Bestari
- M. Hamdan Basyar
(Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia)
- Setyawan Budi Utomo
(Otoritas Jasa Keuangan)
- Ahmad Hidayat Buang
(University of Malaya)
- Abdul Mujib
(Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta)
Diterbitkan oleh :
UNIVERSITAS INDONESIA
SEKOLAH KAJIAN STRATEJIK &
GLOBAL
PROGRAM STUDI KAJIAN
WILAYAH TIMUR TENGAH &
ISLAM
Terbit
Juli – Desember 2017
Frekuensi Terbit :
Enam Bulan Sekali
Alamat Redaksi
PSKTTI UI
Gedung IASTH UI Lt. 4
Jl. Salemba Raya No. 4
Jakarta, 10430
Telp. (021) 392 4713, 391 6376
Fax. (021) 390 5893
E-mail: [email protected]
Homepage : http://sksg.ui.ac.id/kajian-
timur-tengah-dan-islam/
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaykum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur tim
redaksi Jurnal MEIS (Middle East
and Islamic Studies) hadir kembali
untuk memberikan khasanah
informasi dan ilmu pengetahuan
seputar Islam dan dunia Timur
Tengah, baik dalam tinjauan kajian
ekonomi, politik, psikologi
maupun kajian Islam dengan
perspektif yang lebih
komprehensif.
Sebagai bentuk kontribusi Program
Studi Kajian Timur Tengah dan
Islam (PSKTTI) terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan,
pada edisi ini tim redaksi
mengangkat berbagai wacana
seputar politik, pendidikan Islam
serta masalah-masalah ekonomi
Islam menjadi bahasan yang
diangkat dalam jurnal MEIS
terbitan ini. Penelitian dalam jurnal
MEIS sebagai bentuk dan upaya
dalam transformasi intelektual
sekaligus memberikan kesempatan
bagi para peneliti yang concern
dalam kajian ilmiah di bidang
keislaman dan Timur Tengah
untuk menuangkan ide gagasan
dan tentu saja didukung dengan
pendalaman materi dan data yang
relevan.
Tim redaksi berharap agar jurnal
MEIS menjadi sarana kontribusi
dalam upaya pengembangan ilmu
dan penelitian. Semoga dengan
hadirnya MEIS ditengah perbaikan
epitemologi dan ontologi dapat
bermanfaat bagi kehidupan bangsa
dan negara ke depan. Dalam rangka
memperbaiki kulaitas riset dan
penelitian, tim redaksi menerima
kritik dan sarana dari pembaca
yang budiman. Kritik dan saran
dapat disampaikan memalui alamat
redaksi yang terlampir. Atas nama
redaksi, kami ucapkan terima
kasih.
Wassalamu’alaykum Wr Wb
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................ ii
Perubahan Sosial Politik Di Arab Saudi 1932-1975
Riyan Hidayat, Yon Machmudi ............................................................. 1
Peran Partai Al-Nahdhah Dalam Rekonsiliasi Politik Di Tunisia Tahun
2011-2015
Libasut Taqwa, Hendra Kurniawan ....................................................... 21
Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Pelaku Konversi Agama
(Studi Terhadap Muallaf Usia Dewasa)
Ahmad Irfan, Achmad Mubarok ............................................................ 41
Pengaruh Religiusitas, Subjective Norm, Dan Perceived Behavioral
Control Terhadap Keputusan Muslimah Berhijab
Lidyana Arifah, Hardius Usman ............................................................ 59
Analisis Dampak Kebijakan Fiskal dan Sasaran Akhir Kebijakan
Moneter Terhadap Pertumbuhan Inklusif di Indonesia, Malaysia, Qatar
dan Saudi Arabia
Ira Eka Pratiwi, Rifki Ismal ................................................................... 70
Analisis Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Intensi Masyarakat
Dalam Berwakaf Di Wakaf Al-Azhar, Jakarta
Naranda Amadea, M. Cholil Nafis ........................................................ 89
Strategi Pengumpulan Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Infaq Dan
Shadaqah (Bazis) Provinsi Dki Jakarta
Mhd Fitrian Kadir, M. Cholil Nafis ....................................................... 103
Jihad dan Terorisme dalam Islam (Kajian Semiotika Roland Barthes
dalam Film Phantom)
Lutfiana Dwi Mayasari, Ary Junaedi ..................................................... 120
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
104
Strategi Pengumpulan Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Infaq Dan
Shadaqah (Bazis) Provinsi Dki Jakarta
Mhd Fitrian Kadir, M. Cholil Nafis
Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Program Studi Kajian Timur Tengah Dan Islam,
Universitas Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstract
The study aim is to determine the factors that influenced the collection of zakat in BAZIS and
what strategies are best to optimize the collection of zakat. This research uses descriptive-
analysis method with analysis tool internal and external matrix, SWOT matrix and QSPM.
The study concluded most dominant factors of zakat collection in BAZIS from the strength is
the institutional status of BAZIS as zakat government agencies, the biggest weakness is lack of
human resources (amil), the biggest opportunity comes from zakat high potential and the
greatest threat is the lack of attention of the Local Government toward zakat. Three major
strategies to improve the collection of zakat in BAZIS are cooperation in the community
development program with institutions/other charity organizations; increasing capacity of
amil; and conducting research collaboration with research institutes.
Keywords: Zakat, SWOT, QSPM, BAZIS, Collecting of Zakat, Jakarta
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara dengan
populasi muslim terbesar di dunia memiliki
potensi zakat yang sangat besar. Center for
Study of Religion and Culture (CSRC) UIN
Syarif Hidayatullah melakukan penelitian
potensi zakat pada 2008 mencapai 19,3
triliun rupiah. Penelitian yang dilakukan
oleh Firdaus, dkk (2012) menyimpulkan
bahwa potensi zakat Indonesia yang
bersumber dari penghasilan rumah tangga,
industri dan tabungan sebesar 217 triliun
rupiah. Ketua BAZNAS Pusat, Prof. Dr.
Bambang Soedibyo mengatakan bahwa
berdasarkan Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) tahun 2015, potensi tersebut
mencapai 286 triliun rupiah.
Provinsi DKI Jakarta adalah ibukota
Republik Indonesia. Sebagai sentral di
negara dengan populasi muslim terbesar di
dunia, DKI Jakarta adalah representasi
negara. Jakarta merupakan daerah dengan
potensi zakat yang tinggi mengingat
posisinya yang menjadi pusat pemerintahan
sekaligus ekonomi.
Badan Amil Zakat, Infaq dan
Shadaqoh (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta
Sumber: BAZIS Provinsi DKI Jakarta
Grafik 1.
Hasil Pengumpulan Zakat BAZIS
2010-2015
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
105
merupakan badan zakat resmi milik
pemerintah yang berada di DKI Jakarta,
didirikan pada tahun 1968. Prof. Bambang
Soedibyo dalam sambutannya pada acara
Peduli Ummat BAZIS Provinsi DKI
Jakarta mengatakan bahwa Jakarta
merupakan etalase Indonesia dalam hal
perkembangan zakat. Selain representatif,
Jakarta memiliki potensi zakat yang sangat
tinggi.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta
memiliki tren pengumpulan dana zakat,
infak dan sedekah dengan grafik yang terus
meningkat setiap tahunnya sebagaimana
grafik pengumpulan zakat di BAZIS
selama enam tahun terakhir:
Tren pengumpulan zakat di BAZIS
tersebut masih rendah dibanding potensi
zakat di Jakarta. Dalam menghitung potensi
zakat, Zarqa (2002) dalam Firdaus (2011)
menyebutkan potensi zakat dalam ekonomi
Islam kontemporer mencapai 3,00% hingga
3,60% dari Pendapatan Domestik Bruto
(PDB). Khan (1989) menyebutkan potensi
zakat di Indonesia berdasarkan GDP
sebesar 1 hingga 2% dari GDP. Kahf (1999)
memaparkan beberapa penelitian
penghitungan potensi zakat yang pernah
dilakukan berdasarkan PDB. Sami
Ramadhan Sulaiman memperkirakan
potensi zakat di Mesir pada tahun 1973
sebesar 6,1% dari PDB. Angkat tersebut
menurut analisa Kahf terlalu tinggi
(overestimation) karena memasukkan
harta-harta yang tidak wajib zakat. Muqbil
Zubair menyebutkan potensi zakat di Arab
Saudi mencapai 2,7% PDB. Fuad al Omar
memperkirakan potensi zakat di Kuwait
mencapai 2,1% dari PDB. Kedua penelitian
tersebut, menurut Kahf, dihitung dari hasil
pertanian, ternak, perdagangan dan kas
saja. Kahf menyimpulkan potensi zakat
negara idealnya melebihi 1,5% dari PDB.
Sebab, pengaruh zakat sebagai variabel
agregat ekonomi menjadi sepele jika dana
zakat yang dapat diperoleh tidak lebih dari
1,5% dari PDB.
Hingga saat ini belum ada penelitian
khusus yang menghitung potensi zakat di
DKI Jakarta. Jika dilihat dari Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi
DKI Jakarta tahun 2015 sebesar 1.761
triliun rupiah, potensi zakat daerah ini
mencapai 26,4 triliun rupiah (1,5% dari
PDRB). Pada tahun yang sama realisasi
pengumpulan yang dilakukan oleh BAZIS
baru mencapai 134,38 miliar rupiah atau
sebesar 0,46% dari perikiraan potensi
zakat.
Pada tahun 2015 alokasi belanja
daerah Jakarta untuk bantuan sosial sebesar
2,3 triliun rupiah. Berdasarkan alokasi
tersebut, pengumpulan zakat di BAZIS
masih terhitung sedikit, baru mencapai 6%.
Berdasarkan penelitian Firdaus dkk (2011),
potensi zakat rumah tangga di Jakarta
mencapai 4 triliun rupiah. Jumlah tersebut
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
106
masih jauh dari hasil yang dicapai BAZIS
pada tahun 2015 (3,47%).
Gap yang luas antara potensi zakat dengan
realisasi pengumpulan ini menjadi menarik
mengingat BAZIS merupakan badan zakat
resmi yang secara langsung dibawahi oleh
Pemerintah Daerah Jakarta. Hal tersebut
menjadi latar belakang penelitian ini.
PERNYATAAN MASALAH
PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat dirumuskan pertanyaan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengapa pengumpulan dana zakat
BAZIS Provinsi DKI Jakarta belum
optimal?
2. Bagaimana strategi yang harus
dilakukan untuk mengoptimalkan
pengumpulan dana zakat di BAZIS
Provinsi DKI Jakarta?
TINJAUAN TEORITIS
Konsep Zakat
Zakat dalam Bahasa Arab
merupakan bentuk kata dasar yang berarti
berkah, tumbuh, terpuji, bersih dan baik.
Secara bahasa, kata zakat jika dihubungkan
dengan sesuatu atau seseorang dapat berarti
tumbuh dan berkembang. Menurut istilah
fikih, zakat adalah sejumlah harta tertentu
yang diwajibkan Allah untuk diserahkan
kepada orang-orang yang berhak.
Hafidhuddin (2002) mengatakan bahwa
hubungan antara pengertian zakat menurut
bahasa dan pengertian menurut istilah
memiliki hubungan sangat nyata dan erat
sekali. Bahwa harta yang dikeluarkan
zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh,
berkembang dan bertambah, suci dan baik.
Hal tersebut dinyatakan dalam Al Quran
Surat At-Taubah: 103 dan Ar-Ruum: 39.
Qardhawi (2011) menyebutkan bahwa
zakat diwajibkan kepada muslim dewasa,
waras, merdeka dan memiliki kekayaan
dalam jumlah tertentu dengna syarat-syarat
tertentu pula. Al Quran menyebutkan jenis
harta wajib zakat melalui dua cara, secara
umum dan rinci. Secara umum, Al Quran
menyebutkan wajibnya zakat atas semua
harta yang dimiliki dan dihasilkan dari
usaha yang baik dan halal. Adapun secara
rinci, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (1992)
menyebutkan empat kelompok harta wajib
zakat yaitu tanaman dan buah-buahan,
binatang ternak, emas dan perak serta hasil
usaha.
Zakat profesi merupakan salah satu
ijtihad baru dalam hukum Islam. Aflah
(2009) mengatakan bahwa para ulama
mazhab seperti Abu Hanifah, Malik, Syafii
dan Ahmad bin Hanbal belum secara
spesifik mengurai dalam kitab-kitab
mereka mengenai zakat profesi. Hal ini
disebabkan terbatasnya jenis-jenis usaha
atau pekerjaan masyarakat pada masa Nabi
Muhammad dan pada masa-masa imam
mujtahid berikutnya.
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
107
Sasaran penerima zakat
sebagaimana disebutkan Al Quran terdiri
dari delapan kelompok yaitu: fakir, miskin,
amil (petugas zakat), muallaf,
memerdekakan budak, orang yang berutang
(gharimin), fi sabilillah (jihad) dan ibnu
sabil.
Pengelolaan zakat yang ideal tidak
dapat dipisahkan dari peran pemerintah. Al
Quran secara implisit menyebutkan
keterlibatan negara dalam pengelolaan
zakat sangat diperlukan. Ar-Razi (1981),
saat menafsirkan kata “amil” dalam At
Taubah: 60 mengatakan bahwa kata
tersebut mengandung makna wilayah
(kekuasaan). Selain itu, kata “khudz” dalam
Surat At Taubah: 103 merupakan perintah
untuk mengambil zakat. Perintah tersebut
bisa menjadi counter-productive jika
dilakukan tanpa melalui pemerintah, baik
itu pemungutan yang dilakukan langsung
atau dibawah pengawasan pemerintah. Hal
ini karena zakat bersifat wajib sehingga
pemungutan zakat dari orang yang kaya
untuk diberikan kepada yang miskin, dapat
dilakukan baik secara sukarela maupun
tidak.
Faktor-faktor Sukses Pengelolaan Zakat
Pengelolaan zakat menurut
Undang-undang No. 23 Tahun 2011, adalah
kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengkoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
Dari cakupan definisi tersebut,
pengumpulan zakat merupakan satu dari
dua tugas inti lembaga pengelola zakat.
Disamping pendayagunaan (distribusi)
dana zakat yang amanah dan profesional,
kegiatan pengumpulan juga harus
mendapat perhatian khusus. Suksesnya
pengumpulan zakat pada Lembaga
Pengelola Zakat (LPZ) tidak terlepas dari
suksesnya pengelolaan zakat secara umum.
LPZ yang sukses mengelola dana adalah
yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya
dengan baik. Dengan kata lain, LPZ yang
sukses adalah LPZ yang dapat menjaga dan
memelihara kepercayaan publik,
menjalankan aktivitas penghimpunan dana
zakat, manajemen dan keuangan internal,
pendayagunaan dana zakat secara efektif
dan efisien serta mengedepankan
pengelolaan lembaga dengan manajemen
profesional.
IMZ (2011) menyebutkan
suksesnya pengelolaan dana zakat oleh
lembaga pengelola zakat (LPZ) tidak lepas
dari lima wilayah yang senantiasa menjadi
penilaian LPZ, yaitu: kepatuhan syariah,
legalitas dan kelembagaan; kinerja
keuangan; kinerja ekonomi; kinerja
legitimasi sosial serta kinerja sosial-politik.
Pertama, kepatuhan syariah,
legalitas dan kelembagaan merupakan
prasyarat dasar (necessary condition) bagi
semua LPZ untuk meningkatkan
profesionalisme manajemen amil zakat.
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
108
Untuk penilaian kriteria ini, indikator yang
digunakan yaitu: (i) memiliki Dewan
Pengawas Syariah, (ii) adanya kode etik
dan panduan prilaku amil, (iii) visi, misi,
rencana strategis dan target kinerja yang
terinci, (iv) kedudukan dan sifat lembaga
yang jelas, (v) legalitas lembaga, (vi)
struktur lembaga yang baku, (vii) sistem
tata kelola lembaga yang baik, (viii)
memiliki SDM (amil) yang profesional.
Kedua, kinerja ekonomi karena zakat
adalah salah satu institusi terpenting dalam
kerangka sosial-ekonomi Islam. Untuk
penilaian kirteria ini, indikator yang
digunakan yaitu: (i) adanya kriteria dan
mekanisme identifikasi mustahik (had al-
kifayah), (ii) pertumbuhan jumlah mustahik
yang diberdayakan, (iii) pertumbuhan
jumlah muzaki, (iv) cakupan dan inovasi
program pendayagunaan, (v) sebaran
wilayah pendistribusian zakat, (vi)
responsifitas terhadap tanggap darurat
kemanusiaan, (vii) pendayagunaan zakat
untuk kegiatan ekonomi produktif, (viii)
intensitas pendayagunaan zakat untuk
pemberdayaan dan pengembangan
masyarakat.
Ketiga, kinerja keuangan.
Transparansi laporan keuangan, efisiensi
operasional dan inovasi program
merupakan faktor-faktor kunci pembentuk
kepercayaan publik terhadap LPZ. Untuk
mengukur atau mengevaluasi kinerja
lembaga dapat dilihat dari dua sisi, pertama,
efisiensi organisasi dan kedua kapasitas
organisasi.
Keempat, kinerja legitimasi sosial.
Salah satu faktor belum terkumpulnya
zakat secara optimal adalah krisis
kepercayaan masyarakat Indonesia
terhadap lembaga pengelola zakat.
Indikator kinerja legitimasi sosial sangat
erat dengan akuntabilitas dan transparansi
LPZ sebagai berikut: (i) melaksanakan
pedoman standar akuntansi zakat, (ii)
memiliki laporan keuangan yang
transparan, teraudit dan tepat waktu, (iii)
kinerja LPZ dalam penghimpunan dana,
(iv) pengeluaran operasional LPZ yang
termonitor, (v) memiliki sistem remunerasi
yang adil dan transparan, (vi) memiliki
dana surplus zakat dan penempatannya
secara produktif, (vii) memiliki endowment
fund dari dana non-zakat.
Kelima, kinerja sosial politik
dengan indikator: (i) melakukan kegiatan
promosi, sosialisasi dan edukasi zakat, (ii)
melakukan kegiatan riset dan
pengembangan (research and development)
zakat, dan (iii) melakukan kegiatan
advokasi dan jaringan kerja (asosiasi)
zakat.
Manajemen Strategis
Strategi merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Pengertian sederhana strategi
menurut Amir (2011) adalah cara-cara
untuk menjalankan misi dan meraih visi.
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
109
Rangkuti (1999), mengutip Chandler
(1962), memberikan definisi strategi
sebagai alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan
jangka panjang, program tindak lanjut serta
prioritas alokasi sumber daya. Learned,
Christensen, Andrews dan Guth (1965)
menuliskan strategi adalah alat untuk
menciptakan keunggulan bersaing. Dengan
demikian salah satu fokus strategi adalah
memutuskan apakah bisnis tersebut harus
ada atau tidak ada. David (2011) menyebut
strategi sebagai upaya perusahaan
menyesuaikan antara kapasitas dan sumber
daya internal dengan peluang serta resiko
yang menjadi faktor eksternal.
Manajemen strategis, disebut juga
dengan perencanaan strategis merupakan
seni dan ilmu dari perumusan,
pengaplikasian dan evaluasi dari berbagai
keputusan yang memungkinkan perusahaan
untuk dapat mencapai tujuannya. Tujuan
manajemen strategi adalah memanfaatkan
dan membuat kesempatan (opportunities)
baru dan berbeda untuk masa depan.
Syariat Islam tidak mengatur secara
spesifik bagaimana organisasi Islam
merencanakan manajemen strategisnya.
Beekun (2006) memberikan pengertian
manajemen strategis secara lebih fleksibel.
Manejemen strategis yang dapat diterapkan
organisasi Islam dapat dikelompokkan
dalam dua sifat prinsipil yaitu syar’i
(syariat) dan thabi’i (natural). Prinsip syar’i
sejalan dengan pengertian Kazmi (2015) di
atas, yaitu bersumber dari wahyu.
Sementara prinsip thabi’i berdasarkan rasio
dan studi empiris. Perusahaan membuat
rencana strateginya berdasarkan
pengalaman sendiri, atau kajian dari orang
lain. Namun, dalam perspektif manajemen
strategi Islami, kedua prinsip ini tidak boleh
keluar dalam aturan syariah.
David (2011) membagi manajemen
stratejik kedalam tiga kegiatan utama.
Pertama, perumusan strategi mencakup
pengembangan visi dan misi, identifikasi
kesempatan dan hambatan eksternal,
penentuan kekuatan dan kelemahan
internal, penetapan tujuan jangka panjang,
menghasilkan alternatif strategi dan
menentukan strategi khusus. Kedua,
implementasi strategi mencakup kegiatan
mengembangkan budaya yang mendukung
strategi yang telah direncanakan, membuat
struktur organisasi yang efektif,
mengarahkan usaha dalam pemasaran
memanfaatkan sisten informasi,
menjembatani antara kompensasi karyawan
dan kinerja perusahaan. Ketiga, evaluasi
strategi mencakup kegiatan review faktor
internal dan eksternal dari strategi yang
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
110
dilaksanakan, mengukur kinerja dan
mengambil tindakan korektif.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif
analisis. Penelitian ini menggunakan data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh
melalui hasil observasi dan wawancara
langsung kepada pengelola BAZIS untuk
mendapatkan gambaran awal. Disamping
itu data primer juga berasal dari kuesioner
yang disebar kepada responden.
Penelitian dilakukan dalam tiga
tahap: Pertama, untuk mendapatkan
gambaran awal peneliti melakukan
observasi dan wawancara. Bentuk
observasi yang dilakukan adalah observasi
langsung pada objek yang diobservasikan
dan wawancara yang dilakukan
menggunakan metode wawancara
sistematik. Daftar pertanyaan dirumuskan
dari hasil penelitian IMZ (2011) mengenai
lima wilayah yang senantiasa menjadi
penilaian lembaga pengelola zakat, yaitu:
(i) kepatuhan syariah, legalitas dan
kelembagaan; (ii) kinerja keuangan, (iii)
kinerja legitimasi sosial; (iv) kinerja
ekonomi; serta (v) kinerja sosial-politik.
Wawancara dilakukan dengan petugas
(amil) BAZIS: Kepala BAZIS, Kepala
Sekretariat, Kepala Bidang Pengumpulan,
Kepala Seksi Himpun Muzakki dan Kepala
Seksi Bina Muzakki.
Tahap kedua membuat kuesioner
untuk menggali informasi faktor-faktor
internal dan eksternal BAZIS. Metode
kuesioner atau angket merupakan
serangkaian atau daftar pertanyan yang
disusun secara sistematis, kemudian
dikirim untuk diisi oleh responden.
Penyusunan kuesioner didasarkan pada
hasil wawancara awal dan disesuaikan
dengan penelitian IMZ (2011) tentang lima
wilayah yang senantiasa menjadi penilaian
LPZ.
Pada tahap ketiga, hasil kuesioner
dimasukkan dalam pemberian bobot
menggunakan tiga alat analisa yaitu: (i)
matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
yang melakukan evaluasi terhadap faktor-
faktor internal dan Matriks EFE (External
Factor Evaluation) dengan melakuan
evaluasi terhadap faktor-faktor eksternal,
(ii) matriks SWOT (Strenghs, Weaknesses,
Opportunities, Threats) dan (iii) Quantitive
Strategy Planning Matrix (QSPM) untuk
menghasilkan strategi terbaik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumber: David 2011
Gambar 1.
Model Manajemen Strategis yang
Komprehensif
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
111
Key Success Factors Pengumpulan
BAZIS
Berdasarkan observasi dan
wawancara yang dilakukan, ditemukan Key
Success Factos (KSF) pengumpulan zakat
di BAZIS saat ini, yaitu:
1. Status kelembagaan BAZIS
a. BAZIS Provinsi DKI Jakarta
merupakan badan zakat yang
pertama berdiri di Indonesia. Hal
ini membuat BAZIS lebih dulu
dikenal di masyarakat, terutama
dalam unsur pemerintahan daerah
Jakarta. Di samping itu, BAZIS
berada di bawah Pemerintah
Daerah Jakarta sehingga memiliki
power dan legalitas yang kuat
terutama dalam hal pengumpulan
zakat. Gubernur Jakarta telah
memberikan instruksi
pemotongan tunjangan (auto
debet) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yang dialokasikan untuk zakat.
Meskipun instruksi tersebut belum
bersifat wajib, namun hingga saat
ini lebih dari 50% dana zakat yang
terkumpul di BAZIS berasal dari
pemotongan TKD (zakat) dari
PNS Jakarta.
b. Sebagai lembaga yang berada di
bawah Pemerintah Daerah, setiap
tahunnya BAZIS memperoleh
bantuan dana hibah. Hal ini
membuat BAZIS dapat mengelola
100% dana zakat untuk program
pendayagunaan yang dialokasikan
untuk enam asnaf saja (di luar amil
dan hamba sahaya). Adapun hak
amil diganti oleh dana hibah
tersebut.
c. Meski demikian, perhatian
Pemerintah Daerah kepada zakat
masih sedikit. BAZIS DKI Jakarta
merupakan institusi non-struktural
di Pemda DKI dan berada di
bawah Biro Pendidikan dan
Mental Spiritual. Posisi ini tidak
begitu memberikan kekuatan
untuk BAZIS dalam pengumpulan
zakat. Meskipun Gubernur telah
mengeluarkan instruksi
pemotongan tunjangan PNS,
namun hal itu masih bersifat
himbauan dan belum seluruh PNS
menaatinya. Disamping itu,
Gubernur baru mengeluarkan
instruksi internal Pemda saja,
sementara masih banyak
perusahaan lain yang belum
dijangkau BAZIS dan
membutuhkan instruksi untuk
pemungutan zakat
d. Sebagai badan zakat milik
pemerintah, BAZIS turut
mengalami krisis kepercayaan
masyarakat sebagaimana yang
dialami lembaga pemerintah
secara umum. Maraknya kasus
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
112
korupsi di pemerintah membuat
kepercayaan masyarakat
berkurang kepada semua institusi
milik pemerintah. Hal ini menjadi
hambatan bagi BAZIS karena
sebagai badan zakat milik
pemerintah, image tersebut juga
berpengaruh di mata masyarakat
umum.
2. Komisi Pengawas dan Dewan
Penasihat.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta memiliki
Komisi Pengawas dan Dewan
Penasihat yang merupakan tokoh-
tokoh dari beragam unsur. Ketua
Dewan Penasihat BAZIS adalah
Gubernur DKI Jakarta, sementara
unsur selain pemerintah daerah yang
terlibat berasal dari para ulama,
akademisi, praktisi ekonomi syariah,
dan para tokoh masyarakat.
Terlibatnya tokoh-tokoh tersebut
sedikit banyak dapat mempermudah
sosialisasi dan pelaksanaan program
karena mereka memiliki koneksi dan
jaringan yang luas di bidang masing-
masing.
3. Strategi jangka panjang dan jangka
pendek
a. Visi adalah cara pandang yang
menyeluruh dan futuristik terhadap
keadaan organisasi. Misi adalah
tahapan-tahapan yang dilakukan
untuk mencapai visi tersebut.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, penerapan visi dan misi
BAZIS belum terintegrasi secara
baik dengan rencana strategis
BAZIS.
b. Selain itu, saat ini BAZIS hanya
memiliki program jangka pendek
(tahunan) yang dibahas setiap akhir
tahun. Mengingat Kepala BAZIS
dapat diganti secara mendadak,
program-program BAZIS juga
dapat berganti dengan mendadak
pula. Hal ini membuat program
jangka panjang tidak direncanakan.
4. Hasil pengumpulan dana zakat.
a. Meskipun realisasi pengumpulan
zakat di BAZIS masih jauh dari
potensi yang ada, sebagai badan
zakat tingkat daerah BAZIS
Provinsi DKI Jakarta merupakan
salah satu badan zakat dengan
jumlah pengumpulan dana zakat
tertinggi. Pengumpulan dana zakat
tersebut melampaui pengumpulan
badan zakat daerah lainnya bahkan
pengumpulan di BAZNAS Pusat.
b. Realisasi zakat tersebut masih bisa
ditingkatkan mengingat tingginya
potensi zakat di Jakarta. Hal ini
merupakan peluang BAZIS untuk
dapat menggali sumber-sumber
dana zakat baik dari masyarakat
maupun perusahaan.
5. Jaringan.
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
113
a. BAZIS Provinsi DKI Jakarta
secara langsung membawahi
BAZIS lima Wilayah Kota dan
Kabupaten Kepulauan Seribu.
BAZIS Wilayah mengikuti
koordinasi dari BAZIS Provinsi
DKI Jakarta baik dalam hal
pengumpulan maupun
penndayagunaan. Dana zakat yang
terkumpul di BAZIS Wilayah
diserahkan kepada BAZIS Provinsi
sebelum disalurkan sehingga
memudahkan BAZIS Provinsi
dalam memyusun program. Hal ini
membuat BAZIS dapat bergerak
dengan satu arahan dan
memungkinkan membuat
perencanaan lebih baik.
b. Koordinasi dengan BAZIS
Wilayah dapat dilakukan lebih baik
mengingat BAZIS sudah memiliki
sistem informasi data yang
terintegrasi baik dalam hal
pengumpulan maupun
pendayagunaan zakat. Sistem
tersebut memiliki data
pengumpulan dana zakat serta
distribusinya di Wilayah Kota/
Kabupaten dan Provinsi.
6. SDM Amil
SDM amil di BAZIS DKI Jakarta
terbatas baik kualitas maupun
kuantitas. Amil di BAZIS berasal dari
dua unsur: pertama, PNS yang
ditugaskan melalui SK Gubernur dan
kedua, karyawan BAZIS yang
diangkat dengan SK Kepala BAZIS.
Dalam pengangkatan PNS diputuskan
oleh Gubernur dan belum didasarkan
kepada standar amil zakat. Sementara
untuk karyawan hanya boleh diangkat
jika karyawan lain sudah pensiun atau
keluar sehingga jumlahnya sangat
terbatas.
7. Program pemberdayaan
a. Program pendayagunaan
(distribusi) zakat di BAZIS masih
didominasi oleh program karitatif.
Kegiatan seperti ini memiliki
dampak yang sementara dan
berpeluang kecil untuk merubah
status mustahik menjadi muzaki.
Disamping itu, program karitatif
juga kurang “menjual” dalam
sosialisasi untuk menarik minat
muzaki.
b. Program pemberdayaan
masyarakat dapat dikembangkan
lebih baik karena tingginya rasio
gini di Jakarta. Kepala Badan Pusat
Statistik DKI Jakarta mengatakan
angka ketimpangan ekonomi di
Jakarta semakin meningkat sebesar
0,46. Perbedaan kondisi ekonomi
yang besar pada masyarakat
Jakarta menjadi peluang bagi
BAZIS untuk meningkatkan
kesejahteraan mustahik. BAZIS
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
114
dapat membuat program
pemberdayaan masyarakat.
Disamping sebagai bentuk
pendayagunaan zakat, program
tersebut dapat “dijual” untuk
mendapatkan calon muzaki.
8. Penelitian dan pengembangan
Bidang penelitian dan pengembangan
di BAZIS masih belum berjalan
dengan efektif. Hal ini disebabkan oleh
SDM amil yang terbatas. Saat ini
BAZIS hanya memiliki satu orang
dalam Sub Bagian Penelitian dan
Pengembangan yang menjabat sebaga
Kepala Sub Bagian (Kasubag. Litbang)
dan tdak memiliki staf. Akibatnya
dalam merumuskan program-
programnya BAZIS kurang memiliki
data dan perencanaan yang matang.
9. Sosialisasi
a. Sosialisasi BAZIS kepada
masyarkat baik melalui media
masa mainstream maupun di
media sosial masih minim.
Meskipun memiliki program
karitatif dengan jumlah mustahik
yang sangat besar, program-
program BAZIS masih belum
begitu dikenal oleh masyarakat
luas.
b. Sosialisasi zakat sangat diperlukan
karena pemahaman dan kesadaran
masyarakat Jakarta tentang zakat
yang berbeda-beda dan cenderung
rendah. Jakarta merupakan daerah
dengan penduduk yang sangat
kompleks. Pemahaman dan
kesadaran masyarakat tentang
zakat menjadi hambatan BAZIS
dalam upaya pengumpulan zakat.
c. Sosialisai juga dapat dilakukan
melalui kemajuan teknologi. Saat
ini masyarakat menginginkan
segala sesuatu yang praktis dan
real-time. Informasi tentang zakat
akan cepat tersampaikan melalui
teknologi informasi. Disamping
itu, BAZIS juga dapat
meningkatkan pengumpulan zakat
memanfaatkan teknologi tersebut.
10. Banyaknya badan/lembaga serupa
a. Peluang kerjasama dengan unit
Pemda Jakarta, CSR perusahaan
dan lembaga zakat lainnya.
Kegiatan BAZIS memiliki banyak
tujuan yang sama dengan unit-unit
pada Pemerintah Daerah, CSR
perusahaan, terutama lembaga
zakat lainnya. Mengingat
banyaknya lembaga zakat dan
perusahaan di Jakarta, merupakan
peluang bagi BAZIS untuk
melakukan sinergi.
b. Di sisi lain, banyaknya lembaga
zakat serupa membuat muzaki
memiliki tempat menyetor zakat
sendiri, baik itu melalui CSR
perusahaan yang bekerja sama
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
115
dengan lembaga zakat lain
maupun secara pribadi.
Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Berdasarkan Key Success Factors
pengumpulan BAZIS di atas, dapat
dirumuskan faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi
pengumpulan zakat di BAZIS berikut
bobotnya sebagai berikut:
Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat
data-data faktor internal yang
mempengaruhi pengumpulan zakat di
BAZIS. Dari analisis yang dilakukan dapat
dilihat dua faktor utama yang menjadi
kekuatan internal BAZIS saat ini yaitu:
pertama, status kelembagaan BAZIS yang
resmi di bawah Pemda DKI dengan bobot
0,15; dan kedua, jumlah pengumpulan dana
zakat yang besar dengan bobot 0,14.
Sedangkan dua faktor terbesar yang
menjadi kelemahan internal BAZIS adalah,
keterbatasan SDM amil baik dari segi
jumlah maupun kualitas dengan bobot 0,14;
dan bagian penelitian dan pengembangan di
BAZIS yang belum berfungsi baik dengan
bobot 0,11.
Adapun evaluasi faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi kinerja
pengumpulan zakat di BAZIS sebagaimana
berikut:
Tabel 4.2 di atas memberikan data faktor-
faktor eksternal yang mempengaruhi
pengumpulan zakat di BAZIS. Dari analisis
Tabel 1.
Evaluasi Faktor Internal
KEKUATAN BOBOT SKOR TOTAL
a. Status kelembagaan BAZIS yang jelas
dibawah Pemda DKI
0,15 4 0,60
b. Pengumpulan dana zakat yang besar dibanding
lembaga sejenis
0,14 4 0,56
c. Membawahi BAZIS 5 Wilayah Kota dan
Kabupaten di Jakarta
0,11 3 0,33
d. Komisi Pengawas dan Dewan Penasihat yang
merupakan tokoh dari beragam unsur
0,05 3 0,15
e. Sistem informasi data pengumpulan dan
pendayagunaan yang terintegrasi di lingkup
BAZIS
0,04 2 0,08
KELEMAHAN BOBOT SKOR TOTAL
a. BAZIS belum memiliki strategi jangka
panjang dan pendek yang terintegrasi
0,10 2 0,20
b. SDM amil yang terbatas baik kualitas maupun
kuantitas
0,14 2 0,28
c. Program pendayagunaan masih bersifat
karitatif
0,09 2 0,18
d. Bidang litbang yang belum berfungsi baik 0,11 2 0,22
e. Kurangnya sosialisasi baik media masa
maupun media sosial
0,07 2 0,14
TOTAL 1,00 2,74
Tabel 2.
Evaluasi Faktor Eksternal
PELUANG BOBOT SKOR TOTAL
a. Bantuan dana hibah Pemda Jakarta 0,10 4 0,40
b. Potensi zakat di Jakarta besar 0,15 4 0,60
c. Rasio gini masyarakat Jakarta tinggi 0,11 3 0,33
d. Kerjasama dengan unit Pemda, CSR dan
lembaga zakat lainnya terbuka
0,14 3 0,42
e. Perkembangan teknologi yang pesat 0,10 3 0,30
HAMBATAN BOBOT SKOR TOTAL
a. Terikat peraturan dan kebijakan Pemda Jakarta 0,09 2 0,18
b. Perhatian Pemda terhadap zakat masih minim 0,10 2 0,20
c. Tingkat kepercayaan masyarakat rendah 0,09 2 0,18
d. Kurangnya pemahaman dan kesadaran
masyarakat tentang zakat
0,07 2 0,14
e. Muzaki sudah memiliki tempat menyetor zakat
sendiri
0,05 2 0,10
TOTAL 1,00 2,85
Gambar 2.
Matriks Internal dan Eksternal
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
116
faktor eksternal tersebut dapat dilihat
peluang terbesar BAZIS adalah potensi
zakat di Jakarta yang besar dengan bobot
0,15 dan peluang kerjasama dengan unit-
unit di Pemda DKI, CSR perusahaan dan
BAZNAS ataul LAZ lainnya dengan bobot
0,14. Adapun hambatan terbesar yang
dihadapi BAZIS adalah perhatian Pemda
terhadap zakat yang masih rendah dengan
bobot 0,10; dan aturan Pemda yang
mengikat serta kepercayaan masyarakat
yang rendah dengan bobot masing-masing
0,9.
Dari data pada tabel-tabel di atas
diperoleh hasil perhitungan evaluasi faktor
internal sebesar 2,74 dan evaluasi faktor
eksternal sebesar 2,85. Posisi tersebut
dalam matriks IE terletak pada sel pertama
(i) yang berarti dalam keadaan tumbuh dan
membangun. Strategi yang dapat dilakukan
pada situasi ini adalah strategi intensif
(intensive strategies). David (2011)
menyebutkan strategi intensif ini dapat
dilakukan dengan penetrasi pasar,
pengembangan pasar dan pengembangan
produk.
Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan
menggunakan matriks SWOT yang dapat
menggambarkan secara jelas strategi
menyeluruh yang didasarkan pada kekuatan
dan kelemahan internal serta peluang dan
ancaman eksternal. Matriks ini akan
merumuskan empat kelompok strategi yang
didasarkan pada pencocokan faktor internal
dengan eksternal, yaitu strategi SO yang
mencocokkan antara kekuatan internal
dengan peluang eksterna, strategi ST
mencocokkan kekuatan internal dengan
hambatan eksternal, strategi WO
mencocokkan kelemahan internal dengan
peluang eksternal dan strategi WT dengan
mencocokkan kelemahan internal dengan
hambatan eksternal.
Gambar 3
Matriks SWOT
Berdasarkan analisis matriks
SWOT di atas dapat disimpulkan beberapa
strategi berikut:
1. Strategi SO yaitu memaksimalkan
penggunaan kekuatan internal yang
dimiliki perusahaan untuk
memanfaatkan peluang yang ada
secara maksimal. Strategi yang dapat
MATRIKS
SWOT
Kekuatan (Strengths)
• Status kelembagaan yang
jelas (di bawah Pemda
DKI)
• Pengumpulan dana zakat
yang besar
• Membawahi BAZIS 5
Wilayah Kota dan
Kabupaten di DKI
• Ketokohan Komisi
Pengawas (KP) & Dewan
Penasihat (DP)
• Sistem data pengumpulan
& pendayagunaan yang
terintegrasi
Kelemahan
(Weaknesses)
• Belum memiliki
strategi jangka panjang
& pendek yang
terintegrasi
• SDM amil terbatas
• Program
pendayagunaan bersifat
karitatif
• Bidang litbang belum
berjalan baik
• Minim sosialisasi
media masa dan sosial
Peluang (Opportunities)
• Bantuan dana hibah Pemda
• Potensi zakat di Jakarta yang
besar
• Gini rasio masyarakat DKI
tinggi
• Terbukanya kerjasama
dengan unit Pemda, CSR,
dan LAZ/BAZ
• Pesatnya perkembangan
teknologi
Strategi S—O
• Perluasan pengumpulan
dana zakat melalui Pemda
DKI
• Memaksimalkan
pemungutan zakat secara
online
• Sinergi dengan tokoh-tokoh
yang berada di KP dan DP
• Melakukan kerjasama
pengumpulan zakat dengan
Unit kerja Pemda,
perusahaan dan lainnya
Strategi W—O
• Membuat program
target jangka panjang &
pendek yang
terintegrasi
• Meningkatkan
kapasitas amil
• Kerjasama dengan
BAZNAS/ LAZ untuk
program pemberdayaan
• Kerjasama dg lembaga
penelitian untuk litbang
• Meningkatkan
sosialisasi media masa
dan sosial
Tantangan (Threats)
• Peraturan dan kebijakan
Pemda yang mengikat
• Perhatian Pemda DKI thd
zakat masih minim
• Tingkat kepercayaan
masyarakat rendah
• Kurangnya pemahaman dan
kesadaran masyaraka
• Muzaki sudah memiliki
tempat menyetor zakat
sendiri
Strategi S—T
• Melakukan sosialisasi &
audiensi yang intens
kepada Pemda DKI
• Meningkatkan sosialisasi
dan edukasi zakat di
masyarakat
• Mengemas program
pendayagunaan sehingga
dapat digunakan untuk
sosialisasi
Strategi W—T
• Mengambil kebijakan
internal untuk merekrut
SDM amil
• Melakukan sharing
knowledge dengan
lembaga zakat lainnya
• Merger dengan
BAZNAS
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
117
digunakan: (a) Perluasan penggalian
dana-dana zakat yang potensial dan
mengumpulkan dana dengan
memanfaatkan power Pemerintah
Daerah Jakarta, (b) memaksimalkan
pemungutan zakat secara online, (c)
Memanfaatkan ketokohan Komisi
Pengawas dan Dewan Penasihat untuk
memperluas jaringan dan sosialisasi,
(d) melakukan kerjasama
pengumpulan zakat dengan unit kerja
Pemda, perusahaan dan lainnya.
2. Strategi ST yaitu menggunakan
kekuatan internal perusahaan untuk
menghadapi dan meminimalisir
ancaman-ancaman eksternal.
Alternatif strategi yang dapat
dilakukan antara lain: (a) Sosialisasi
dan audiensi yang intens kepada
Pemda Jakarta agar urusan zakat
mendapat perhatian lebih baik oleh
pihak Pemda Jakarta ,(b)
meningkatkan sosialisasi dan edukasi
tentang zakat di masyarakat, (c)
Mengemas program pendayagunaan
dengan lebih baik sehingga dapat
digunakan untuk sosialisasi dan
meningkatkan kepercayaan
masyarakat.
3. Strategi WO yaitu mengatasi
kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal yang
ada. Alternatif strategi yang dapat
dilakukan antara lain: (a) merancang
program dan target jangka panjang dan
jangka pendek yang terintegrasi, (b)
melakukan sinergi program
pemberdayaan masyarakat dengan
BAZ/LAZ di Jakarta, (c)
meningkatkan kapasitas SDM amil
dengan melakukan pendidikan dan
pelatihan, (d) melakukan kerjasama
dengan lembaga
penelitian/pendidikan, (e)
memanfaatkan kemajuan teknologi
untuk meningkatkan sosialisasi dan
edukasi masyarakat tentang zakat.
4. Strategi WT merupakan strategi
dimana perusahaan mengatasi
kelemahan internal sekaligus
menghadapi ancaman eksternal.
Beberapa alternatif strategi yang dapat
dilakukan: (a) mengambil kebijakan
internal untuk merekrut SDM amil, (b)
melakukan sharing knowledge dengan
lembaga zakat lainnya, dan (c) merger
dengan BAZNAS Pusat.
Analisis QSPM
Analisis QSPM memutuskan
strategi terbaik untuk diterapkan BAZIS.
QSPM mengevaluasi strategi alternatif
berdasarkan faktor internal dan faktor
eksternal perusahaan yang telah
diidentifikasi dengan skala 1 sampai 4.
Semakin tinggi nilai menunjukkan bahwa
strategi tersebut sesuai untuk digunakan
perusahaan. Strategi-strategi tersebut akan
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
118
dibandingkan satu sama lain berdasarkan
nilai AS (Attractive Score) nya dan nilai
TAS (Total Attratctive Score). Nilai TAS
untuk setiap strategi selanjutnya
dijumlahkan. Strategi yang memiliki total
nilai terbesar merupakan strategi terbaik
yang dapat diterapkan perusahaan. Berikut
tabel hasil penilaian QSPM strategi BAZIS:
Tabel di atas memaparkan nilai total
TAS atas setiap strategi yang mungkin
diaplikasikan oleh BAZIS. Strategi dengan
nilai TAS paling tinggi memiliki peluang
untuk diaplikasikan pada perusahaan.
Strategi lainnya dapat menjadi strategi
alternatif. Perhitungan total analisis QSPM
menghasilkan strategi prioritas (total TAS
tertinggi) yang dapat daplikasikan oleh
BAZIS untuk meningkatkan pengumpulan
dana zakat di Jakarta adalah:
Tabel 4.
Hasil QSPM
Berdasarkan hasil QSPM di atas, dapat
dilihat strategi terbaik yang dapat dilakukan
oleh BAZIS untuk mengoptimalkan
pengumpulan zakat dengan kerjasama
program pemberdayaan, meningkatkan
kapasitas amil dan kerjasama penelitian
dengan lembaga penelitian.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, kinerja BAZIS
Provinsi DKI Jakarta dalam penghimpunan
dana zakat dan penentuan strategi yang
sesuai untuk mengoptimalkan
pengumpulan zakat, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor utama yang
mempengaruhi pengumpulan zakat di
BAZIS adalah: (i) kekuatan terbesar
BAZIS adalah status sebagai badan
zakat resmi di bawah Pemerintah Daerah
Jakarta, (ii) kelemahan terbesar ada pada
keterbatasan SDM amil, (iii) adapun
peluang terbesar BAZIS adalah potensi
zakat yang tinggi di Jakarta dan (iv)
hambatan terbesar berasal dari
kurangnya perhatian Pemerintah Daerah
terhadap zakat.
2. Strategi yang dapat diterapkan BAZIS
untuk meningkatkan hasil pengumpulan
adalah: (i) Melakukan kerja sama
pemberdayaan masyarakat dengan
No Strategi Total Skor
1 Kerjasama program pemberdayaan dengan BAZ/LAZ 7,05
2 Meningkatkan kapasitas amil 6,90
3 Kerjasama dengan lembaga penelitian 6,74
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
119
BAZNAS atau lembaga zakat lain, (ii)
Meningkatkan kapasitas amil dan (iii)
Melakukan kerjasama dengan lembaga
penelitian.
SARAN
1. Penelitian ini baru terbatas pada strategi
pengumpulan zakat di BAZIS.
Perkembangan zakat juga dipengaruhi
oleh pendayagunaan dana zakat.
Diharapkan pada penelitan berikutnya
membahas strategi pendayagunaan
mengingat tingginya rasio gini di Jakarta
dan kompleksitas masyarakat.
2. Hingga saat ini, kami belum
menemukan penelitian baik dari
badan/lembaga zakat maupun lembaga
pendidikan mengenai potensi zakat di
DKI Jakarta serta data muzaki dan
mustahik. Mengingat pentingnya data
tersebut untuk peningkatan
pengumpulan zakat, maka diharapkan
penelitian berikutnya melakukan
eksplorasi topik-topik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Muhammad dan Abdul Quddus
Suhaib. 2011. The Impact of Zakat
on Social Life of Muslim Society.
Pakistan Journal of Islamic
Research Vol. 8, 2011.
Aflah, Noor. 2009. Arsitektur Zakat
Indonesia. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press)
Ali, Muhammad Daud. 1993. Hukum Islam
Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Islam di Indonesia.
Jakarta: PT Raja Grafinda
Persada. Cet-III
Ali, Nuruddin Muhammad. 2006. Zakat
sebagai Instrumen dalam
Kebijakan Fiskal. Jakarta: PT.
Grafindo, Cet-I.
Amir, M. Taufiq. 2011. Manajemen
Strategik Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. Cet-I.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut
Manajemen Zakat. 2006.
Manajemen ZIS BAZIS Provinsi
DKI Jakarta. Jakarta: BAZIS
Provinsi DKI Jakarta.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta. 2006.
Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta No. 26 Tahun 2006 dan
Nomor 51 Tahun 2006. Jakarta:
BAZIS Provinsi DKI Jakarta.
Beik, Irfan Syauqi dan Laily Dwi Arsyianti.
2014. Optimization of Zakat
Instrument in Indonesia’s Poverty
Alleviation Programme. The paper
presented at the conference on
“Poverty Alleviation and Islamic
Economics and Finance: Current
Issues and Future Prospect”
Durham University
Beekun, Rafik Issa. 2006. Strategic
Planning and Implementation for
Islamic Organizations. London:
The International Institute of
Islamic Thought.
BPS DKI Jakarta. 2015. Statistik Daerah
Provinsi DKI Jakarta. Jakarta:
BPS Provinsi DKI Jakarta,
diunduh dari jakarta.bps.go.id
BPS DKI Jakarta. 2016. Indikator
Kesejahteraan Rakyat Provinsi
DKI Jakarta 2016. Jakarta: BPS
Provinsi DKI Jakarta, diunduh
dari jakarta.bps.go.id
David, Fred R. 2011. Strategic
Management: Concepts and
Cases. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Firdaus, dkk.2012. Economic Estimation
and Determinations of zakat
Potential in Indonesia. IRTI
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
120
Working Paper Series.WP#1433-
07
Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat dalam
Perekonomian Modern. Depok:
Gema Insani.
Henry, Anthonny E. 2011. Understanding
Strategic Management. New
York: Oxford University Press.
Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L.
Strategic Management 5th Edition.
Terj. Julianto Agung. Jakarta:
Penerbit Andi. 2003.
Indonesia Magnificience of Zakat (IMZ),
Tim. 2011. Menggagas Arsitekutr
Zakat Indonesia: Menuju Sinergi
Pemerintah dan Masyarakat Sipil
dalam Pengelolaan Zakat
Nasional. Jakarta: IMZ dan PEBS
FEUI.
Kahf, Monzer. 1999. The Performance of
The Institution of Zakah in Theory
and Practice. Paper prepared for
the International Conference on
Islamic Economics Towards the
21st Century, Kuala Lumpur.
–– . 2000. Zakah Management in Some
Muslim Societies. Background
Paper No. 11. Jeddah. Islamic
Development Bank IRTI.
––. 1989. Zakat: Unresolved issues in the
Contemporary Fiqh, Journal of
Islamic Economics.
Kazmi, Azhar. 2015. Managing from
Islamic Perspectives: Some
Priliminary Findings from
Malaysian Muslim Managed
Organizations. International
Journal of Islamic Management
and Business. Vol. 1 No. 1August
2015
Kementrian Wakaf dan Agama Islam
Kuwait. 1992. Al-Mausû’ah al-
Fiqhiyyah, Vol. XIII. Kuwait. cet-
II.
Prihartini, Farida, dkk. 2005. Hukum Islam
Zakat dan Wakaf Teori dan
Prakteknya di Indonesia. Jakarta:
UI Press. Cet. I.
Qardhawi, Yusuf. 1985. Musykilat al-Faqri
wa Kayfa ‘Âlajaha al-Islâm.
Beiurt: Muassasah Risalah.
Qardhawi, Yusuf. 2011. Hukum Zakat.
Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.
Cet. XII.
Razi, Fakhrur. 1981. Tafsir al-Kabîr wa
Mafâtih al-Ghaib. Beirut: Dâr el-
Fikr.
Rangkuti, Freddy. 1999. Analisis SWOT
Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 1999.
Sapingi, Raedah, Noormala Ahmad,
Marziana Mohamad. 2011. A
Study on Zakah of Employment
Income: Factors that Influence
Academic’s Intention to Pay
Zakah. 2nd International
Conference on Business and
Economic Research.
Wright, Peter, Charles D. Pringle, Mark J.
Kroll. 1992. Strategic
Management Text and Cases.
Masssachussetts: Allyn and
Bacon.
Yusanto, M. Ismail dan M. Karebat
Widjajakusuma. 2003.
Manajemen Strategis Perspektif
Syariah. Jakarta: Khairul Bayan
Zuhaili, Wahbah. Al Fiqh Al Islami wa
Adillatuh. 1985. Damaskus: Dar
el-Fikr, cet. II.
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
141
terjadinya pengurangan dan penambahan
makna yang tertunya berimplikasi
terhadap poin yang direpresentasikan.
Peneliti menyarankan kepada
seluruh sutradara, pegiat budaya, serta
produser film khususnya bagi mereka
yang beragama Islam untuk
memproduksi film-film yang
mengangkat nilai-nilai keislaman sesuai
dengan tuntunan al-Quran dan Sunah.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengubah
opini masyarakat dibelahan dunia
manapun mengenai Islam dan kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, M. Q. (1986). Mu'jam al-
Fazh al-Musytarak fi Lughoh al-
Arabiyah. Beirut: Maktabah Lubnan.
Abdullah, M. A. (1995). Studi Islam
Ditinjau dari Sudut Pandang Filsafat.
Jamiah , 97.
Adji, I. S. (2001). , “Terorisme,
Perpu No.1 Tahun 2002 Dalam
Perspektif Hukum Pidana”
dalam Terorisme: Tragedi
Umat Manusia. Jakarta: O.C
Kalihis & Associates.
Ardianto, E. E. (2004). Komunikasi
Massa Suatu Pengantar.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Azra, A. (1996). Pergolakan Politik
Islam dari Fundamentalis
Modernisme hingga Post-
Modernisme. Jakarta: Piramida.
Baqi, M. F. (1992). Al-Mu‟jam al-
Mufahras li Al-Fadl al-Quran. Mesir:
Daarul Fiqr.
Bakti, Andi Faisal (2015) The Integration
of Dakwah in Journalism. Jurnal
Komunikasi Islam. Volume 05,
Nomor 01, Juni 2015
Barker, C. (2004). Cultural Studies Theory
and Practice. New Delhi: Sage.
Barthes, R. (1983). Mithologi. (Nurhadi,
Trans.) Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Bashori, A. (2009). Jihad
Menurut Yusuf al-
Qardhawi. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Berger, A. A. (1999). Media Analisis
Technique. Yogyakarta: Andi Offset.
Berger, A. A. (2005). Tanda-
Tanda dalam
Kebudayaan
Kontemporer, Suatu
Pengantar Semiotika.
Yoyakarta: Tiara
Wacana.
Bungin, B. (2008). Konstruksi
Sosial Media
Massa:Kekuatan Pengaruh
Media Massa, Iklan Televisi
dan Keputusan Konsumen
serta Kritik Terhadap Peter
L. Berger dan Thomas
Luckmann. Jakarta:
Kencana.
Branston and Roy Stafford. 2003. The
Media Student‟s Book. London and
New York: Routledge.
Enayat, H. (1988). Reaksi Politik
Sunni dan Syiah: Pemikiran
Politik Islam Modern
Menghadapi Abad ke-20. (A.
Hikmat, Trans.) Bandung, Jawa
Barat, Indonesia: Pustaka.
Enizar. (2007). Jihadi The Best Jihad for
Moslem. Jakarta: Amzah.
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana:
Pengantar Analisis Teks Media.
Yogyakarta: LKIS.
Herusatoto, B. (2003).
Simbolisme dalam Budaya
Jurnal Middle East And Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Juli – Desember 2017 MEIS
142
Jawa. Yogyakarta:
Hanindita Graha Widya.
Iswidayati, S. (2006). Pendekatan
Semiotik, Seni Lukis
Kontemporer Jepang Periode
80an-90an, Kajian Estetika
Tradisional Wabi Sabi Jepang.
Semarang: Unnes Press.
Jalaludin. (2005). Teologi Pendidikan.
Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.
Kusnawan. (2004). Komunikasi dan
Penyiaran Islam:
Mengembangkan Tabligh Melalui
Mimbar, Media cetak, Radio,
Televisi, Film dan Media Digital.
Bandung: PT Benang Merah
Press.
Littlejohn, S. W. (2009).
Theories of Human
Communication. (M. Y.
Hamdan, Trans.) Jakarta:
Salemba Humanika.
Lukmansah, D. (2005). Hardness in Wide
Screen Of Indonesia. Yogyakarta:
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Wignjosoebroto, S. (2001). Fenomena
cq Realitas Sosial sebagai Obyek
Kajian Ilmu (Sains) Sosial.
Dalam Burhan Bungin. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Wibowo. (2011). Semiotika
komunikasi aplikasi praktis
bagi penelitian dan skripsi
komunikasi. Jakarta: Mitra
Wacana media.
Zoest, a. V. (1993). Semiotika: tentang
Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa
yang Kita Lakukan Dengannya. (A.
Soekowati, Trans.) Jakarta: Yayasan
Sumber Agung