desain bangunan olahraga dan pengaruhnya terhadap

15
1 Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap Kenyamanan Termal Atlet Isna Naziladinka, Widyarko Arsitektur Interior, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424 Tel: +62217863512 Fax: +62217863514 *e-mail: [email protected] Abstrak Kenyamanan termal bagi atlet memiliki kondisi yang khusus karena berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan sangat berat sehingga membutuhkan udara yang lebih sejuk di dalam bangunan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui standar dan faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal atlet serta melihat hubungan antara desain bangunan terhadap kualitas kenyamanan termal bagi atlet. Skripsi ini membahas dua bangunan olahraga yang terletak di Kota DKI Jakarta dan keduanya digunakan untuk kegiatan olahraga bola basket secara rutin, namun berada pada kondisi lingkungan mikro yang berbeda. Dengan kondisi tersebut dapat dilihat adanya perbedaan desain bangunan yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal bagi atlet saat beraktivitas olahraga di dalamnya. Perbedaan desain tersebut terlihat pada persentase bukaan dan letak bukaan yang tidak memenuhi kriteria yang ada. Kata Kunci: Olahraga, Kenyamanan Termal, Olahraga dan Arsitektur, Bangunan Olahraga Sports Building Design and Its Effect on Athlete’s Thermal Comfort Abstract Thermal comfort for athletes has a special condition because it is related with very heavy activities that require cooler air inside the building. This thesis aims to determine the standards and factors that affect on the thermal comfort of athletes as well as see the relationship between the design of the building and the quality of thermal comfort for athletes. This thesis discusses about two sports buildings which both are usually used by athletes to basketball and both are located in Jakarta City, but the two sports buildings have different micro-environment conditions. Due to the conditions can be seen the differences in building design that affects on the thermal comfort for athletes when during sports activities in it. Design differences are seen in the percentage of openings and the location of openings that do not meet the existing criteria. Keywords: Sport, Thermal Comfort, Sport and Architecture, Sports Building Pendahuluan Manusia dalam melakukan suatu kegiatan memerlukan suatu kenyamanan. Kenyamanan yang memiliki parameter terukur dalam hal ini adalah kenyamanan termal, seperti suhu, kelembapan, serta kecepatan angin. Termasuk bagi para atlet, karena aktivitas yang dilakukannya Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

1

Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap Kenyamanan Termal Atlet

Isna Naziladinka, Widyarko

Arsitektur Interior, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424

Tel: +62217863512 Fax: +62217863514

*e-mail: [email protected]

Abstrak

Kenyamanan termal bagi atlet memiliki kondisi yang khusus karena berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan sangat berat sehingga membutuhkan udara yang lebih sejuk di dalam bangunan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui standar dan faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal atlet serta melihat hubungan antara desain bangunan terhadap kualitas kenyamanan termal bagi atlet. Skripsi ini membahas dua bangunan olahraga yang terletak di Kota DKI Jakarta dan keduanya digunakan untuk kegiatan olahraga bola basket secara rutin, namun berada pada kondisi lingkungan mikro yang berbeda. Dengan kondisi tersebut dapat dilihat adanya perbedaan desain bangunan yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal bagi atlet saat beraktivitas olahraga di dalamnya. Perbedaan desain tersebut terlihat pada persentase bukaan dan letak bukaan yang tidak memenuhi kriteria yang ada. Kata Kunci: Olahraga, Kenyamanan Termal, Olahraga dan Arsitektur, Bangunan Olahraga

Sports Building Design and Its Effect on Athlete’s Thermal Comfort

Abstract

Thermal comfort for athletes has a special condition because it is related with very heavy activities that require cooler air inside the building. This thesis aims to determine the standards and factors that affect on the thermal comfort of athletes as well as see the relationship between the design of the building and the quality of thermal comfort for athletes. This thesis discusses about two sports buildings which both are usually used by athletes to basketball and both are located in Jakarta City, but the two sports buildings have different micro-environment conditions. Due to the conditions can be seen the differences in building design that affects on the thermal comfort for athletes when during sports activities in it. Design differences are seen in the percentage of openings and the location of openings that do not meet the existing criteria. Keywords: Sport, Thermal Comfort, Sport and Architecture, Sports Building Pendahuluan

Manusia dalam melakukan suatu kegiatan memerlukan suatu kenyamanan. Kenyamanan

yang memiliki parameter terukur dalam hal ini adalah kenyamanan termal, seperti suhu,

kelembapan, serta kecepatan angin. Termasuk bagi para atlet, karena aktivitas yang dilakukannya

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 2: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

2

sangat tinggi membuat kenyamanan termal yang diperlukan oleh mereka lebih besar

dibandingkan saat melakukan aktivitas normal. Sehingga, wadah untuk berkegiatan olahraga

tersebut perlu memiliki kenyamanan termal yang baik agar dapat mengoptimalkan aktivitas

olahraga yang dilakukan oleh atlet.

Akan tetapi, saat ini kondisi wadah untuk berkegiatan olahraga tidak didukung dengan

kualitas bangunan olahraga yang baik. Sehingga banyak bangunan olahraga yang tidak

memperhatikan pada aspek-aspek kenyamanan termal. Padahal Jakarta merupakan daerah yang

memiliki iklim tropis lembap, sehingga radiasi matahari, kelembapan udara, dan curah hujan di

daerah ini tinggi. Faktor-faktor iklim tersebut berpengaruh sangat besar terhadap aspek

kenyamanan fisik manusia terutama aspek kenyamanan termal (termis) (Karyono, 2013, p. 1).

Oleh sebab itu, suatu bangunan olahraga harus dapat menghasilkan kualitas udara yang sejuk ke

dalam bangunan untuk dapat mendukung atlet dalam melakukan kegiatan olahraga. Untuk

menghasilkan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan atlet tersebut, diperlukan suatu kondisi

yang khusus agar bangunan tersebut memiliki kenyamanan termal yang ideal.

Skripsi ini membahas mengenai standar yang mempengaruhi kenyamanan termal atlet

saat melakukan olahraga bola basket, faktor terkait yang mempengaruhi kualitas kenyamanan

termal bagi para atlet, serta melihat hubungan secara langsung antara desain bangunan olahraga

terhadap kualitas kenyamanan termal bagi para atlet.

Tinjauan Teoritis PERFORMA TERMAL PADA DESAIN BANGUNAN OLAHRAGA

Iklim Tropis

Menurut Tri Harso Karyono (2013) iklim tropis memiliki beberapa karakteristik,

misalnya kelembapan udara yang tinggi hingga dapat mencapai angka di atas 90%, suhu

udara relatif tinggi, antara 15 hingga 35ºC, radiasi matahari yang menyengat dan

mengganggu, serta curah hujan tinggi yang dapat mencapai angka di atas 3000 mm/tahun.

Faktor-faktor iklim tersebut berpengaruh sangat besar terhadap aspek kenyamanan fisik

manusia terutama aspek kenyamanan termal (termis).

Masalah yang harus diperhatikan pada wilayah beriklim tropis seperti Indonesia adalah

bagaimana menciptakan suhu ruang agar berada di bawah 28,3ºC, dimana suhu tersebut

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 3: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

3

merupakan batas nyaman, ketika suhu udara di luar ruang pada siang hari berkisar 32ºC.

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan modifikasi iklim secara

alamiah untuk mencapai kenyamanan yang optimal adalah sebagai berikut: (Karyono, 2013,

p. 5)

• Penanaman pohon

Penanaman pohon lindung di sekitar bangunan dilakukan sebagai upaya menghalangi

radiasi matahari langsung pada material keras seperti halnya atap, dinding, halaman parkir

atau halaman yang ditutup dengan material keras, seperti beton dan aspal, akan sangat

membantu untuk menurunkan suhu lingkungan. (Karyono, 2013, p. 5)

• Penggunaan material berkonduktivitas rendah

Menggunakan bahan-bahan dengan dimensi tebal agar kapasitas menyimpan panas tinggi.

Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai konduktivitas termal dari suatu material.

Konduktivitas termal merupakan suatu kemampuan material untuk menghantarkan panas.

Semakin tinggi nilai konduktivitas termal suatu material, semakin besar daya serap

terhadap radiasi matahari. Berikut ini merupakan nilai konduktivitas termal suatu

material. (Gambar 1)

Penggunaan material dengan nilai konduktivitas yang tinggi pada suatu bangunan dapat

meningkatkan suhu di dalam bangunan. Oleh sebab itu, bangunan di daerah tropis

sebaiknya menggunakan material dengan konduktivitas rendah agar panas siang hari tidak

langsung masuk ke dalam bangunan. (Devalentino, Eka, & Maskalah, 2013, p. 1)

Gambar 1. Nilai konduktivitas material Sumber: Konduktivitas Termal, Devalentino, Eka, & Maskalah, 2013, p. 1

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 4: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

4

• Meminimalkan perolehan panas (heat gain) dari radiasi matahari pada bangunan

Hal ini dilakukan dengan cara menghalangi radiasi matahari langsung pada dinding-

dinding transparan yang dapat mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca, yang berarti

akan menaikkan suhu dalam bangunan. Kemudian, mengurangi transmisi panas dari

dinding-dinding masif yang terkena radiasi matahari langsung. (Karyono, 2013, p. 5)

• Memaksimalkan pelepasan panas melalui ventilasi silang

Memaksimalkan pelepasan panas dalam bangunan melalui terjadinya aliran udara silang

di dalam bangunan. Aliran udara silang dapat terjadi apabila bangunan menerapkan sistem

ventilasi silang pada bangunan. Georg Lippsmeier (1994) mengatakan bahwa ventilasi

silang merupakan faktor yang sangat penting bagi kenyamanan ruang. Karena aliran udara

yang dihasilkan dari ventilasi tersebut sangat berpengaruh dalam menciptakan ‘efek

dingin’ pada tubuh manusia, sehingga sangat membantu pencapaian kenyamanan termal

(Karyono, 2013, pp. 5-6). Jenis, posisi dan ukuran dari bukaan sangat mempengaruhi efek

aliran udara dari ventilasi silang tersebut (Lippsmeier, 1994, p. 102). Baik atau buruknya

aliran udara yang dihasilkan dari ventilasi, bergantung pada posisi dari bukaan tersebut.

Gambar berikut ini merupakan efek aliran udara pada ruang yang dihasilkan dari beberapa

posisi bukaan. (Lechner, 2015, p. 298)

Posisi ventilasi yang saling berhadapan seperti pada Gambar 2 merupakan kondisi

ventilasi yang paling ideal karena dapat membuat aliran udara di dalam ruang mengalir

secara terus menerus.

Pada Gambar 3, posisi ventilasi saling berdekatan dan simetris. Baik atau buruknya aliran

udara yang terjadi dari posisi ventilasi tersebut tergantung pada arah angin.

Gambar 2. Ventilasi silang berhadapan Sumber: Heating, Cooling, Lighting (4th Edition), 2015, p. 298

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 5: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

5

Sedangkan pada Gambar 4, ventilasi memiliki posisi yang tidak simetris. Aliran udara

yang dihasilkan dari posisi ventilasi yang tidak simetris tersebut tidak menghasilkan aliran

udara yang cukup baik bagi ruang, karena aliran udara tertahan pada dinding. Sehingga

aliran udara yang masuk ke dalam ruang tidak maksimal. (Lechner, 2015, p. 298)

Selain itu, perlu juga penerapan sistem stack ventilation pada bangunan tersebut. Stack

ventilation daat memicu adanya aliran udara di dalam bangunan yang disebabkan oleh

adanya perbedaan tekanan secara vertikal. Stack ventilation sangat bagus untuk pendingan

secara pasif pada bangunan. (Galani, 2015, p. 4) (Gambar 5)

Gambar 3. Ventilasi silang berdekatan Sumber: Heating, Cooling, Lighting (4th Edition), 2015, p. 298

Gambar 4. Ventilasi silang tidak simetris Sumber: Heating, Cooling, Lighting (4th Edition), 2015, p. 298

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 6: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

6

Karakteristik Desain Bangunan Olahraga yang Ideal

Setelah melakukan gerakan aktif, tubuh kita akan mendapat lebih banyak oksigen dan

jantung mulai bekerja secara terus menerus, yang dapat meningkatkan sirkulasi darah,

mempercepat metabolisme, yang akan berdampak positif tidak hanya pada kesehatan tetapi

juga pada penampilan seseorang secara keseluruhan. (Oleg, 2014, p. 1)

Volkov Oleg (2014) menjelaskan bahwa kegiatan olahraga atau aktivitas fisik

meningkatkan konsumsi oksigen akibat kerja otot, oleh karena itu aktivitas sistem

pernapasan manusia juga meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa bernapas dan udara yang

kita hirup sangat penting dalam olahraga. Selain desain bangunan, akustik, dan penerangan,

iklim merupakan salah satu faktor paling penting yang mempengaruhi kualitas udara di

dalam sebuah bangunan, terutama bangunan olahraga. (p. 1)

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (Standar Tata Cara Perencanaan Teknik

Bangunan Gedung Olahraga, 2012, p. 14), terdapat beberapa kriteria yang harus hadir dalam

sebuah bangunan olahraga, seperti:

• Tata cahaya, mengenai kriteria tingkat penerangan dalam ruang untuk mencegah

terjadinya efek silau yang mengganggu saat berkegiatan

• Tata warna, mengenai kriteria koefisien refleksi yang digunakan pada komponen

bangunan, seperti dinding, lantai dan langit-langit

• Tata udara, mengenai kriteria bukaan yang hadir dalam gedung serta peletakan ventalisi

udara

• Tata suara, mengenai kriteria tingkat kebisingan lingkungan maksimal yang diizinkan

Gambar 5. Stack Ventilation Sumber: Ruhilla, Rimanshu, Passive and Active Ventilation, 2015

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 7: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

7

Dari kriteria tersebut yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal bangunan olahraga,

yaitu (Departemen Pekerjaan Umum, 2012):

• Tata udara, yaitu penggunaan ventilasi alami harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

• Luas bukaan minimum adalah 6 % dari luas lantai efektif

• Peletakan ventilasi alami harus diatur mengikuti pergerakan udara silang

Tata udara sangat berperan penting dalam kenyamanan termal bangunan karena

memperlihatkan bagaimana terjadinya aliran udara di dalam bangunan. Aliran udara tersebut

akan berpengaruh terhadap suhu udara di dalam ruang yang erat kaitannya dengan zona

kenyamanan para pengguna bangunan khususnya atlet dalam melakukan kegiatannya

sehingga menghasilkan sebuah kenyamanan termal.

KENYAMANAN TERMAL BAGI OLAHRAGAWAN/ATLET

Kenyamanan Termal

Menurut ASHRAE (American Society for Heating, Refrigerating and Air

Conditioning) (1997), kenyamanan termal merupakan sebuah kondisi pemikiran yang

mengekspresikan kepuasan suhu lingkungannya. Kondisi kenyamanan termal berbeda

bagi setiap orang, zona kenyamanan merupakan tujuan dari perancangan termal sebuah

bangunan karena hal tersebut merupakan kondisi yang dianggap nyaman bagi sebagian

besar manusia (Lechner, 2015, p. 72). Menurut Lechner (2015), manusia merupakan

mesin biologis yang membakar makanan sebagai bahan bakar dan mendapatkan panas

sebagai hasil dari pembakaran tersebut. Tubuh manusia harus selalu berada pada situasi

untuk menghadapi beban termal secara konstan. Tubuh manusia mencoba untuk

mempertahankan suhu sekitar 37ºC, jika terjadi sedikit penyimpangan akan menimbulkan

stress/beban yang cukup tinggi. Jika suhu tubuh manusia berbeda 10-15 derajat lebih

tinggi atau 20 derajat lebih rendah dari 37ºC, hal tersebut akan mengakibatkan kematian

(pp. 64-65). Norbert Lechner (2015) mengatakan bahwa untuk mempertahankan

keseimbangan termal, seseorang yang sedang bergerak sangat aktif akan menghasilkan

panas 6 kali lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang sedang berbaring atau

bersandar.

Kenyamanan termal bagi seseorang bergantung pada aktivitas yang dilakukan

serta pakaian yang digunakan saat mereka beraktivitas (Oleg, 2014, p. 7). Aktivitas

tersebut berkaitan dengan zona kenyamanan yang akan dijelaskan melalui grafik

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 8: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

8

psikometrik, sedangkan pakaian memiliki nilai yang berbeda pada tiap bahan maupun

jenis pakaian yang digunakan. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

• Grafik Psikometrik

Grafik psikometrik adalah sebuah cara untuk menjelaskan hubungan timbal-balik

kondisi termal lingkungan, yang menjelaskan efek kombinasi antara suhu udara dan

kelembapan (Lechner, 2015, p. 68). Ketika panas tubuh meningkat akibat aktivitas

yang dilakukan, maka zona kenyamanan bagi tubuh juga akan bergeser (Gambar 6).

Dari grafik psikometrik tersebut dapat terlihat bahwa ketika melakukan aktivitas

fisik, zona kenyamanan bagi tubuh manusia akan bergeser ke arah kiri yang artinya

membutuhkan suhu yang lebih dingin.

Semakin berat aktivitas yang dilakukan, semakin besar pula panas tubuh yang

dihasilkan (Gambar 7). Sehingga suhu yang lebih dingin dibutuhkan untuk membantu

menghilangkan panas tubuh yang dihasilkan saat melakukan aktivitas fisik, seperti

berolahraga. (Lechner, 2015, p. 74)

Gambar 6. Grafik psikometrik saat melakukan aktivitas fisik Sumber: Heating, Cooling, Lighting (4th Edition), 2015, p. 74

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 9: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

9

• Pakaian

Manusia tidak memiliki bulu yang dapat memberikan perlindungan termal

seperti yang ada pada hewan berdarah panas lainnya, mereka telah mengembangkan

kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Pakaian berfungsi sebagai lapisan

isolasi yang mengelilingi tubuh. Hal tersebut dapat mempengaruhi perpindahan panas

secara konveksi, radiasi dan dengan penguapan. Clo adalah ukuran kuantitatif dari

total tahan panas untuk kulit ke permukaan luar tubuh dalam berpakaian; jika nilai clo

0 adalah kondisi manusia saat tidak berpakaian dan 4.0 adalah nilai maksimum yang

masih tetap menyediakan untuk ruang untuk melakukan gerakan tubuh dasar. Efek

pakaian pada kenyamanan berubah dengan tingkat aktivitas. (Gambar 8) (Moore,

1993, p. 35)

Gambar 7. Produksi panas pada tubuh Sumber: Heating, Cooling, Lighting (4th Edition), 2015, p. 67

Gambar 8. Nilai clo pada pakaian Sumber: Environmental Control System: Heating, Cooling, Lighting, 1993, p. 35

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 10: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

10

Kenyamanan termal bagi atlet bergantung pada kegiatan olahraga yang dilakukan

oleh atlet tersebut. Semakin berat olahraga yang dilakukan oleh atlet tersebut semakin

besar pula panas tubuh yang dikeluarkan sehingga membutuhkan suhu udara dalam ruang

yang lebih kecil untuk mempercepat pendinginan tubuh. Selain itu, pakaian yang

digunakan oleh atlet juga berpengaruh terhadap panas tubuh yang dihasilkan karena

semakin tebal pakaian yang digunakan juga dapat meningkatkan panas dalam tubuh.

Kondisi lingkungan seperti musim yang menghasilkan perbedaan suhu lingkungan dapat

mempengaruhi aktivitas para atlet serta pakaian yang akan digunakan. Hal tersebut juga

berpengaruh terhadap bagaimana performa atlet ketika melaksanakan kegiatannya.

Studi Kasus

Studi kasus dilakukan pada bangunan olahraga yang menerapkan penggunaan penghawaan

alami yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal dalam bangunan. Analisa bangunan akan

dikaitkan pada aspek-aspek yang telah dibahas dalam studi literatur. Tujuan dari studi kasus ini

adalah untuk melihat bagaimana kenyamanan termal dalam bangunan olahraga tersebut ketika

digunakan untuk berlatih oleh para atlet, khususnya atlet bola basket.

Gedung olahraga yang akan dijadikan studi kasus dalam bahasan ini adalah gedung olahraga

GOR Balai Rakyat Condet dan gedung olahraga Cougar Arena Basket. Gedung olahraga tersebut

dipilih karena memiliki kondisi yang sama yaitu aktif digunakan untuk kegiatan olahraga bola

basket secara rutin dalam rangka menciptakan sebuah prestasi. Kedua GOR tersebut memiliki

kondisi lingkungan mikro yang sangat berbeda, namun tetap berada di kota yang sama yaitu DKI

Jakarta. Pertimbangan lain dalam pemilihan studi kasus ini adalah tingginya tingkat aktivitas

pada masing-masing GOR.

Metode analisa studi kasus yang dilakukan berupa pengukuran suhu dan kelembapan

serta penyebaran kuesioner terhadap atlet yang melakukan kegiatan olahraga bola basket di

dalam GOR tersebut. Pengukuran tersebut dilakukan pada kedua studi kasus yang berbeda

dengan kondisi cuaca yang sama, sehingga tercipta sebuah komparasi yang sebanding. Alat ukur

yang digunakan saat proses pengukuran adalah hygrometer digital yang berfungsi untuk

mengukur suhu udara dan kelembapan di dalam ruang.

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 11: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

11

Tabel 1. Perbandingan studi kasus 1 dan studi kasus 2

Indikator GOR Balai Rakyat

Condet Cougar Arena Tebet Standar

Vegetasi Vegetasi di sekitar

GOR Balai Rakyat

condet tidak melindungi

bangunan dari radiasi

matahari

Vegetasi di sekitar

Cougar Arena tidak

melindungi bangunan

dari radiasi matahari

Vegetasi

dapat

melindungi

bangunan

dari radiasi

matahari

Pengukuran Luar Dalam Luar Dalam

20 – 25.6 ºC Suhu Udara

25.5 –

30.6°C

28.5 –

30.1ºC

27.9 –

31.0°C

30.1 –

31.1ºC

Kelembapan 70% -

89%

75% -

81%

75% -

94%

69% -

70% 80%

Persentase

Bukaan 5.6% 4.2% 6%

Aliran Udara Tidak adanya aliran

udara yang masuk ke

dalam bangunan

Terdapat aliran udara

yang minim masuk ke

dalam bangunan

Terdapat

ventilasi

silang di

dalam

bangunan

Data hasil pengukuran dan kuesioner, kedua gedung olahraga tersebut menunjukan bahwa

bangunan tersebut tidak memiliki kenyamanan termal yang ideal. Hal tersebut dibuktikan

dengan angka-angka pengukuran yang jauh dari standar psikometrik. Standar psikometrik yang

ada berkisar antara 20 -25 ºC, sedangkan GOR Balai Rakyat memiliki suhu ruang yang tinggi

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 12: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

12

sekitar 28.5 – 30.1ºC, dan Cougar Arena yang memiliki suhu dalam ruang sekitar 30.1 –

31.1ºC. Kondisi kelembapan kedua bangunan tersebut juga tidak memenuhi standar yang

ditentukan menurut Lechner (2015) yaitu persentase maksimal kelembapan yang terjadi di

dalam bangunan adalah 80%. GOR Balai Rakyat Condet memiliki nilai kelembapan yang

cukup tinggi yang berkisar antara 75% - 81%. Sedangkan pada Cougar Arena kelembapan yang

terjadi di dalam bangunan tersebut berkisar antara 69% - 70%. Kedua gedung olahraga sama-

sama menampilkan hasil pengukuran yang tidak memenuhi standar kenyamanan termal, bahkan

pada salah satu bangunan memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu di luar bangunan.

Suhu Luar – Suhu Dalam GOR Balai Rakyat Condet CougarArena Tebet

0.5 °C 0.2 °C 0.7 °C 0.5 °C 0.9 °C 0.3 °C

1.8 °C 0.7 °C

Suhu Luar – Suhu Dalam GOR Balai Rakyat Condet CougarArena Tebet

0.5 °C (-) 0.6 °C (-) 2.8 °C 0.1 °C (-) 3.0 °C (-) 0.5 °C (-) 0.1 °C (-) 2.2 °C

Pada Tabel 3 tanda minus (-) menandakan bahwa keadaan suhu di dalam bangunan lebih

besar dibandingkan dengan suhu di luar bangunan. Jika dilihat dari perbandingan range

perbedaan suhu pada kedua studi kasus saat digunakan (Tabel 2) maupun tidak digunakan

(Tabel 3) memeperlihatkan bahwa perbedaan suhu pada Cougar Arena Tebet lebih rendah

dibandingkan dengan GOR Balai Rakyat Condet. Sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi

GOR Balai Rakyat lebih panas dibandingkan Cougar Arena. Akan tetapi, pada GOR Balai

Tabel 2. Tabel perbandingan range perbedaan suhu di luar dan di dalam bangunan pada kedua studi kasus saat tidak digunakan

Tabel 3. Tabel perbandingan range perbedaan suhu di luar dan di dalam bangunan pada kedua studi kasus saat digunakan

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 13: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

13

Rakyat persentase bukaan lebih besar yaitu 5.6%, sedangkan pada Cougar Arena sebesar 4.2%.

Persentase bukaan kedua bangunan tersebut memiliki kesamaan yaitu tidak mencapai

persyaratan yang ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (2012) yaitu sebesar 6%. Namun

setelah dikaji lebih lanjut, ternyata walaupun persentase bukaan ada GOR Balai Rakyat lebih

mendekati persyaratan, tetapi GOR tersebut lebih panas karena terlihat dari kondisi letak

bukaan GOR Balai Rakyat dengan Cougar Arena berbeda. Kedua gedung olahraga tersebut

sama-sama tidak menerapkan prinsip aliran udara silang atau ventilasi silang ke dalam desain

bangunannya. Akan tetapi, letak bukaan ada Cougar Arena lebih rendah dibandingkan GOR

Balai Rakyat sehingga terdapat sedikit aliran udara yang masuk ke dalam Cougar Arena. Selain

itu, terlihat dari penggunaan material atap pada kedua bangunan tersebut yang terbuat dari baja

galvalume atau zincalume. Baja tersebut merupakan perpaduan antara 43.5% zinc, aluminium

55% dan silicon 1.5%. Zinc dan aluminium memiliki nilai konduktivitas termal yang tinggi,

zinc 116 W/(m.K), sedangkan aluminium sebesar 237 W/(m.K). Hal tersebut membuat nilai

konduktivitas dari zincalume menjadi tinggi.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua bangunan olahraga tersebut tidak

memenuhi standar kenyamanan termal yang telah dijelaskan pada studi literatur. Oleh sebab

itu, saya memberikan saran pengembangan untuk kedepannya sebaiknya kriteria persentase

bukaan pada bangunan olahraga dimaksimalkan hingga mencapai kriteria yang ditentukan yaitu

sebesar 6%. Selain itu, perlu lebih diperhatikan letak bukaan yang berpengaruh terhadap

bagaimana terjadinya aliran udara di dalam bangunan olahraga. Hal ini disebabkan walaupun

persentase bukaan sudah memenuhi kriteria, tetapi kondisi di dalam bangunan tetap tidak

terjadi aliran udara yang baik, karena letak bukaan yang ada tidak memicu terjadinya aliran

udara silang. Sehingga membuat para atlet yang menggunakan gedung tersebut merasa tidak

nyaman. Kemudian perlu juga menghindarkan penggunaan material yang memiliki daya serap

radiasi matahari yang tinggi seperti baja galvalum, baja dan lain sebagainya untuk mengurangi

suhu panas yang terjadi di dalam gedung olahraga. Penanaman pohon yang rimbun disekitar

gedung olahraga juga diperlukan untuk mengurangi efek radiasi matahari langsung pada

bangunan.

Kesimpulan

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 14: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

14

Kenyamanan termal pada bangunan olahraga merupakan salah satu aspek penting dalam

keberlangsungan kegiatan olahraga bagi para atlet. Aspek yang menjadi tolok ukur suatu

bangunan olahraga untuk menciptakan kenyamanan termal adalah suhu udara dan kelembapan,

serta aliran udara yang terjadi di dalam bangunan. Aspek tersebut sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor penting terkait dengan desain suatu bangunan, seperti adanya vegetasi di sekitar

bangunan, adanya bukaan yang memicu terjadinya ventilasi silang, dan penggunaan material

yang tidak menyerap radiasi matahari.

Akan tetapi dari hasil studi kasus, dapat dinyatakan bahwa kedua studi kasus ini tidak

memiliki kenyamanan termal yang sesuai dengan kriteria. Berdasarkan hasil pengukuran yang

telah didapat, suhu udara di dalam GOR Balai Rakyat Condet ini berkisar antara 28.5 – 30.1ºC

dan Cougar Arena berkisar antara 30.1 – 31.1ºC. Kondisi persentase bukaan kedua studi kasus

juga tidak memenuhi kriteria yang seharusnya yaitu 6%, akan tetapi persentase bukaan kedua

studi kasus lebih rendah yaitu sebesar 5.6% dan 4.2%. Selain itu, kedua studi kasus tersebut

menggunakan atap baja galvalum yang memiliki nilai konduktivitas tinggi. Hal tersebut

memperlihatkan bahwa kedua studi kasus memiliki nilai kenyamanan termal yang rendah karena

dipengaruhi oleh faktor fisik pada masing-masing gedung olahraga tersebut. Faktor fisik

bangunan tersebut antara lain minimnya jumlah persentase bukaan, tidak terjadinya aliran udara

silang dalam bangunan, minimnya jumlah vegetasi, serta penggunaan material yang memiliki

nilai konduktivitas yang tinggi.

Kajian pada studi kasus telah membuktikan bahwa faktor-faktor desain yang dijelaskan di

atas sangat berpengaruh terhadap kualitas kenyamanan termal dalam suatu bangunan olahraga.

Dalam konteks bangunan olahraga sebagai wadah untuk melakukan kegiatan olahraga,

diperlukan kondisi termal yang paling nyaman untuk aktivitas tersebut sehingga kegiatan dapat

dilakukan dengan optimal. Hal ini menunjukkan bahwa peranan perencana sangat besar terhadap

keberlangsungan olahraga yang akan dilakukan oleh para atlet. Dimana bangunan yang memiliki

kenyamanan termal yang baik, tentunya akan menghasilkan kegiatan olahraga baik. Kegiatan

olahraga yang baik, juga akan menciptakan kualitas dan prestasi olahraga yang baik. Oleh sebab

itu, bangunan olahraga itu harus dirancang sesuai dengan standar yang telah ditentukan sehingga

dapat menghadirkan kenyamanan termal yang ideal.

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017

Page 15: Desain Bangunan Olahraga dan Pengaruhnya terhadap

15

Saran

Hasil penelitian yang dilakukan ini tidak luput dari kekurangan, masih banyak hal yang

perlu diamati untuk mengukur kenyamanan termal bagi atlet. Untuk melengkapi penelitian ini,

diharapkan selanjutnya penelitian dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aspek the

spectactor dan atlet. Selain itu, pengukuran yang dilakukan pada studi kasus juga sebaiknya

dilakukan di beberapa titik di dalam bangunan tersebut serta penelitian dilakukan juga dengan

membandingkan antara bangunan olahraga yang baik dan tidak agar terlihat perbedaannya.

Referensi

Buku

Departemen Pekerjaan Umum. (2012). Standar Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan

Gedung Olahraga. Bandung: Yayasan LPMB.

Karyono, T. H. (2013, Juni). Kenyamanan Termal dalam Arsitektur Tropis. In T. H. Karyono,

Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga: Suatu Bahasan tentang Indonesia. Jakarta:

Rajawali Pers.

Lechner, N. (2015). Heating, Cooling, Lighting (4th Edition). Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Lippsmeier, G. (1994). Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga.

Moore, F. (1993). Environmental Control System: Heating, Cooling, Lighting. United States:

McGraw-Hill, Inc.

Jurnal

Devalentino, K., Eka, D., & Maskalah, U. (2013). Konduktivitas Termal. Surabaya: Jurusan

Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Galani, T. (2015, December 2). Stack Ventilation. Retrieved from Scribd:

https://www.scribd.com/presentation/291983406/Stack-Ventilation

Oleg, V. (2014). Indoor Climate in Air-Supported Structure. Finland: Mikkeli University.

Desain Bangunan ..., Isna Naziladinka, FT UI, 2017