denyut nadi dan tekanan darah
TRANSCRIPT
I. Judul : Pemeriksaan Denyut Nadi dan Pengukuran Tekanan Darah
II. Tujuan
1) Memeriksa denyut nadi dan tekanan darah
2) Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan
darah
3) Mengamati dan mempelajari pengaruh aktivitas fisik terhadap denyut nadi dan
tekanan darah
III. Alat dan Bahan
1) Meja periksa
2) Stopwatch/arloji
3) Sphygmomanometer
4) Sthetoscope
5) Alkohol 70%
IV. Langkah kerja
A. Pemeriksaan denyut nadi dan mengukur tekanan darah
A1. Memeriksa denyut nadi secara palpasi
1. Memilih salah satu mahasiswa coba (MC1).
2. Menyuruh MC1 berbaring terlentang dengan tenang selama 2-3 menit di
meja periksa atau tempat tidur, dengan kedua lengan di sisi tubuh dengan
kedudukan volar.
3. Memeriksa denyut nadi arteri radialis dextra dengan menggunakan ujung jari
II, III, IV yang diletakkan sejajar satu sama lain di atas arteri radialis
tersebut.
4. Menentukan: frekuensinya (jumlah denyut/menit) dan iramanya (teratur/tidak
teratur).
5. Mencatat data sesuai dengan format E1.
A2. Mengukur tekanan darah secara palpasi
1. MC1 setelah pemeriksaan 1 dibiarkan tetap berbaring dengan tenang diatas
meja periksa.
2. Meletakkan lengan kanan di sisi tubuh dalam posisi volar
3. Memasang manchet pada lengan atas kanan, sekitar 3 cm diatas fossa cubiti
(memasang manchet jangan terlalu keras atau terlalu longgar).
4. Meraba dan merasakan denyut arteri radialis dextra.
5. Memompa udara ke dalam manchet sampai denyut arteri radialis dextra tidak
teraba.
6. Memompa udara ke dalam manchet sampai tinggi Hg pada manometer
sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik di mana denyut arteri radialis dextra
tidak teraba.
7. Mengeluarkan udara dalam manchet secara pelan-pelan dan
berkesinambungan (dengan memutar skrup pada pompa udara berlawanan
arah jarum jam)
8. Mencatat data pada format E1.
A3. Mengukur tekanan darah secara auskultasi
1. MC1 setelah pemeriksaan 2 dibiarkan tetap berbaring dengan tenang diatas
meja periksa, dengan manchet tetap terpasang di lengan tubuh dengan
kedudukan volar.
2. Menentukan letak arteri brachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti dan
meletakkan stethoscope di arteri brachialis dextra tersebut.
3. Memompakan udara ke dalam manchet, sehingga terdengar suara bising pada
arteri brachialis dextra melalui stethoscope.
4. Meneruskan memompa udara pada manchet sehingga tidak terdengar lagi
suara bising pada arteri brachialis dextra.
5. Memompa terus udara pada manchet sampai tinggi Hg sekitar 20 mmHg
lebih tinggi dari titik saat suara bising pada arteri brachialis dextra
menghilang.
6. Mengeluarkan udara dalam manchet secara pelan dan berkesinambungan,
kemudian mencatat tinggi Hg pada manometer pada saat suara pertama
(suara Korotkoff) didengar dan pada saat suara menghilang.
B. Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
1. Selama melakukan kegiatan ini dipilih : 1). Satu mahasiswa coba MC2, MC2
boleh sama dengan MC1. 2). Satu mahasiswa yang bertugas memeriksa
denyut nadi MC2 pada arteri radialis sinistra, 3). Satu mahasiswa bertugas
mengukur tekanan darah secara auskultasi, dan , 4). Satu mahasiswa untuk
mencatat data.
2. MC2 dibiarkan berbaring terlentang selama 2-3 menit, kemudian
menentukan frekuensi, irama denyut arteri radialis sinistra dan tekanan darah
pada lengan kanan secara auskultasi, masing-masing diukur tiga kali
berturut-turut dan mencari nilai rata-ratanya.
3. Melakukan cara pengukuran yang sama seperti langkah kedua namun dengan
posisi MC2 yang berbeda, yakni pada posisi duduk tenang dan berdiri tenang
dengan sikap anatomis.
4. Mencatat data pada tabel format E2.
C. Pengaruh Latihan Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
1. Selama melakukan kegiatan ini dipilih : 1). Satu mahasiswa coba MC3. 2).
Satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC2 pada arteri
radialis sinistra, 3). Satu mahasiswa bertugas mengukur tekanan darah secara
auskultasi, dan , 4). Satu mahasiswa untuk mencatat data.
2. Menyuruh MC3 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian memeriksa
denyut nadi dan tekanan darah masing-masing sebanyak tiga kali berturut
turut dan mencatat irama denyut nadi dan tekanan darah sistolik dan
diastolik.
3. Dengan manchet yang tetap terpasang di atas lengan kanan, MC3 kemudian
melakukan latihan fisik dengan cara “step tes” (naik turun tangga) 20
kali/menit selama dua menit.
4. Menyuruh MC3 segera duduk setelah selesai melakukan step tes, kemudian
mengukur frekuensi nadi dan tekanan darah masing-masing satu kali saja,
diharapkan data tercatat tepat setelah satu menit step tes berakhir.
5. Meneruskan mengukur frekuensi denyut nadi dan tekanan darah dengan
interval waktu dua menit yaitu pada menit ke 3, 5, 7, dan seterusnya, sampai
nilainya kembali seperti ke keadaan semula. Untuk setiap interval
pengukuran cukup satu kali.
6. Mencatat semua data pada tabel format E3.
Gambar 1. Pengukuran saat posisi tidur terlentang
Gambar 2. Pengukuran denyut nadi dan tekanan darah saat pra latihan
Gambar 3. Latihan fisik Gambar 4. Pengukuran denyut nadi dan tekanan darah saat pasca latihan
V. Hasil / Data
Tabel E1. Data denyut nadi dan tekanan darah
Mhs coba PemeriksaanDenyut
nadi
Tek. Sistole
Palpasi
Tek.Sistole
Auskultasi
Tek Diastole
Auskultasi
Oka
MC1
I
II
III
60
61
64
110
100
100
110
105
110
80
70
80
Rata-rata 61,67 103,3 108,3 76,67
Mhs coba PemeriksaanDenyut
nadi
Tek. Sistole
Palpasi
Tek.Sistole
Auskultasi
Tek Diastole
Auskultasi
Dwi S.
MC2
I
II
III
58
60
62
90
90
100
90
100
100
70
70
70
Rata-rata 60 93,3 96.67 70
Tabel E2. Data pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah
Posisi
Tubuh
Denyut Nadi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Oka Dwi S. Oka Dwi S. Oka Dwi S.
Berbaring
terlentang
64
64
63
Rerata :
63,67
62
60
63
Rerata :
61,67
100
110
100
Rerata :
103,3
100
100
105
Rerata :
101,67
70
60
60
Rerata :
63,3
60
60
60
Rerata : 60
Duduk 69
67
69
Rerata :
63
68
65
Rerata :
100
105
100
Rerata :
105
100
105
Rerata :
70
70
70
Rerata :
70
70
70
Rerata : 70
68,3 65,3 101,67 103,3 70
Berdiri
79
78
77
Rerata : 78
77
75
79
Rerata : 77
110
110
110
Rerata :
110
102
100
110
Rerata :104
70
70
70
Rerata :
70
70
70
75
Rerata :
71,67
Tabel E3. Pengaruh latihan Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
Waktu Denyut Nadi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Pra latihan 82 110 70
Pasca latihan:Menit ke 1Menit ke 2Menit ke 3Menit ke 4Menit ke 5
9288848582
130120120115120
8070707570
VI. Pembahasan Hasil / Data
Denyut nadi adalah kembang kempisnya arteria secara teratur. Denyut nadi
umumnya ditentukan oleh dua hal yaitu : (1) banyak sedikitnya darah yang keluar dari
jantung menuju aorta; (2) elastisitas pembuluh arteri yang memungkinkan arteri
meregang dan mengendur sehingga terjadi denyut nadi. Biasanya denyut nadi dapat
dirasakan pada arteria yang terletak di permukaan dan di atas tulang atau latar belakang
keras lainnya. Beberapa tempat yang khas antara lain arteri radialis, arteri carotis
comunis, arteri fascialis, arteria branchialis, arteria femoralis, dan arteria popliteal.
Tekanan darah muncul akibat adanya kekuatan dan tekanan yang dihasilkan oleh
darah di dalam peredarannya atau dalam darah persatuan luas dari dinding pembuluh.
Pada percobaan yang kami lakukan dalam mengukur denyut nadi dan tekanan darah kami
menggunakan dua cara yaitu dengan cara palpasi dan auskultasi. Pengukuran dengan
menggunakan cara palpasi hanya mengandalkan kemampuan jari tangan untuk
merasakan denyut nadi arteri radialis dan pada lengan, sedangkan pada pengukuran
dengan menggunakan cara auskultasi dibantu dengan stethoscope.
Hasil pengukuran dengan mempergunakan cara auskultasi lebih akurat
dibandingkan dengan palpasi karena keterbatasan kemampuan jari tangan dalam
merasakan denyut nadi. Tekanan sistole terjadi akibat adanya aliran darah yang kembali
ke jantung dari seluruh tubuh dan tekanan diastole ini muncul akibat adanya aliran darah
yang keluar dari jantung menuju ke seluruh tubuh. Secara teoritis seorang manusia yang
sehat memiliki tekanan darah yaitu sebesar 120/80 mmHg (sistole =120 mmHg dan
diastole= 80 mmHg) dengan selisih sebesar 40 mmHg. Dikatakan pula bahwa denyut
nadi dan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin,
postur tubuh, posisi tubuh dan aktivitas tubuh. Pada laki-laki akan memiliki tekanan
darah lebih besar daripada perempuan dimana dalam tubuh laki-laki terdapat lebih
banyak sel-sel aktif bila dibandingkan dengan perempuan. Posisi tubuh juga
mempengaruhi tekanan darah dan denyut nadi mengingat adanya kebutuhan energi yang
diperlukan oleh otot untuk tetap tonus (di dalam mempertahankan posisi tubuh). Apabila
jumlah otot yang tonus sedikit maka energi yang dibutuhkan juga sedikit namun bila
jumlah otot yang tonus tersebut banyak maka energi yang diperlukan juga banyak
sehingga akan memicu aktivitas dari jantung untuk memompa aliran darah ke seluruh
tubuh sehingga denyut nadi akan meningkat
Pada praktikum ini dilakukan dua orang mahasiswa sebagai sampel yaitu
mahasiswa laki-laki (Oka) dan Perempuan (Dwi). Hal ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah denyut nadi dan tekanan darah. Berdasarkan data
yang diperoleh didapatkan bahwa terdapat perbedaan jumlah denyut nadi dan tekanan
darah pada laki – laki dan perempuan. Laki-laki mempunyai tekanan darah yang lebih
tinggi daripada wanita karena dalam tubuh laki-laki terdapat lebih banyak sel-sel aktif
bila dibandingkan dengan perempuan. Pemeriksaan denyut nadi dan tekanan darah
secara palpasi dan auskultasi seharusnya mendapatkan data yang sama. Namun dari hasil
percobaan ada beberapa data yang didapatkan berbeda, hal ini mungkin disebabkan
karena keterbatasan kemampuan jari tangan dalam merasakan denyut nadi dan
pendengaran dengan menggunakan stethoscope.
Data yang kami peroleh untuk pengukuran tekanan darah mahasiswa coba
ternyata posisi tubuh dan aktivitas fisik mempengaruhi besarnya denyut nadi dan tekanan
darah. Ini dapat dilihat pada data dimana denyut nadi dan tekanan darah (sistole maupun
diastole), dari aktivitas berbaring, duduk dan berdiri rata-rata mengalami peningkatan.
Hal ini karena ada efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaran
darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horisontal sehingga tidak terlalu
melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa. Pada saat duduk maupun berdiri kerja
jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga
kecepatan denyut jantung meningkat. Selain tu, secara teoritis pada posisi duduk tonus
ototnya lebih banyak dibandingkan dengan posisi berbaring sehingga energinya juga
relatif banyak sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kerja jantung memompa darah
dan secara otomatis akan meningkatkan denyut nadi.
Data terakhir tentang pengaruh aktivitas terhadap denyut nadi dan tekanan darah,
dari data yang kami peroleh ternyata pada saat setelah latihan fisik denyut jantung dan
tekanan darah meningkat, hal ini disebabkan karena dibutuhkan banyak suplai mineral
dan O2 dari darah oleh sel-sel di dalam jaringan untuk menghasilkan energi karena
adanya aktivitas fisik yang tinggi. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut darah
dipacu untuk beredar lebih cepat yang menyebabkan akan menaikkan tekanan darah dan
denyut jantung. Aktivitas yang tinggi ini pula meningkatkan proses respirasi sebab
aktivitas ini meningkatkan kerja paru-paru dalam memasukkan O2. Kondisi mahasiswa
coba berangsur pulih seperti sediakala pada menit ke 5 pada MC laki-laki yang ditandai
dengan kembali normalnya denyut nadi dan tekanan darah mahasiswa coba tersebut. Pada
menit pertama terjadi kenaikan denyut nadi dan tekanan darah yang drastis karena masih
belum biasa melakukan hal tersebut tapi lama kelamaan tekanan darah dan denyut nadi
menurun karena kerja jantung kembali normal. Kendala-kendala yang kami alami pada
saat melakukan praktikum salah satunya adalah keterbatasan kemampuan jari tangan
dalam merasakan denyut nadi dan ketidakakuratan dalam pendengaran dengan
menggunakan stethoscope.
VII.Jawaban Pertanyaan
1. Tekanan darah merupakan kekuatan yang dihasilkan aliran darah terhadap setiap
satuan luas dari dinding pembuluh darah, yang biasanya dinyatakan dalam
millimeter air raksa (mmHg).
2. Denyut nadi dapat diperiksa pada pembuluh darah arteria radialis dextra, arteria
radialis sinistra, arteria temporalis, arteria carotis communis, arteria fascialis,
arteria brachialis, arteri femoralis dan arteri popliteal.
3. Tabel perbedaan antara pemeriksaan tekanan darah secara palpasi dan auskultasi :
No Perbedaa
n
Pemeriksaan secara palpasi Pemeriksaan secara
auskultasi
1 Konsep
teori
Mengukur tekanan darah systole dengan
berpedoman pada rabaan denyut
pembuluh darah arteri radialis dextra
dengan menggunakan jari II,III,IV.
Mengukur tekanan darah
dengan mendengarkan suara
ketukan pada arteria
branchialis dextra
mempergunakan stethoscope.
2 Sarana Manchet, sphygmomanometer, dan jari
tangan.
Manchet,sphygmomanometer,
dan stethoscope.
3 Prosedur
kerja
Memasang manchet pada lengan atas,
meraba arteri radialis dextra,
memompakan udara ke dalam manchet
sehingga arteri radialis dextra tidak teraba
lagi denyutnya. Manchet di pompa sampai
20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana
denyut arteri radialis dextra tidak teraba
lagi. Mengeluarkan udara dari manchet
secara perlahan-lahan dengan memutar
skrup sedikit demi sedikit, kemudian
mencatat tinggi air raksa pada saat arteri
radialis dextra pertama kali diraba.
Menentukan letak arteri
brachialis dextra secara
palpasi
kemudianvvmeletakkan
stethoscope diatasnya sambil
memompakan udara ke dalam
manchet hingga suara bising
hilang, memompa hinggga 20
mmHg lebih tinggi dari titik
dimana suara bising tersebut
hilang. Mengeluarkan udara
dari manchet secara pelan-
pelan dan mencatat tinggi air
raksabpada
sphygmomanometer.
4 Hasil Untuk mengukur tekanan sistole dan
diastole
Hasilnya kurang akurat karena
keterbatasan kemampuan jari tangan
dalam merasakan denyut nadi.
Untuk mengukur tekanan
sistole dan diastole
Hasilnya lebih akurat sebab
dibantu oleh stethoscope.
4. Pemasangan manchet yang terlalu ketat dapat menyebabkan pembuluh darahnya
terjepit sehingga tekanan darah akan menjadi sangat tinggi, sedangkan bila
manchet di pasang terlalu longgar menyebabkan hasil pengukuran tidak akan
terukur secara optimal karena karena masih banyak darah yang bisa mengalir
bebas.
5. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan di lengan atas kanan karena disana terdapat
arteria brachialis dextra yang pemeriksaannya dapat sangat mudah dilakukan.
Disamping itu pemeriksaan tekanan darah di atas lengan kanan lebih sopan dan
aman jika dibandingkan dengan mengukur di tempat lain misalnya arteria carotis
communis. Pengkurannya di leher bisa berakibat fatal sebab manchet yang
dipasang dapat mencekik leher begiru pula dengan arteria temporalis yang terletak
di bagian samping kepala akan meyulitkan kita dalam memasang manchet.
Contoh lain misalnya jika kita mengukur tekanan darah di arteria temporalis pada
paha, jika yang kita ukur tersebut berbeda jenis kelamin maka hal tersebut
tentunya kurang sopan.
6. Mekanisme yang mendasari suara Korotkoff adalah sebagai berikut:
pada saat suara dipompakan kedalam manchet hingga menggembung maka
tekanan udara akan menekan sisi luar arteri. Jika tekanan darah terus ditambah,
maka akan menekan pembuluh arteri sehingga tidak aka ada bunyi yang terdengar
melalui stethoscope. Pada waktu udara dilepas secara perlahan dari manchet
dengan cara memutar skrup maka tekanan udara akan turun kira-kira sampai
tekannya sama dengan tekanan pada darah dalam arteri. Pada saat ini dikatakan
aliran darah sudah mulai bisa mengalir melalui pembuluh arteri sehingga
menghasilkan suara yang tajam yang dinamakan suara Korotkoff.
7. Perbedaan antara atlit dan non atlit dalam hal pemulihan denyut jantung dan
tekanan darah sebab atlit yang sering melakukan latihan secara teratur maka
secara otomatis presorefleksinya juga akan terlatih sehingga denyut nadi dan
tekanan darahnya lebih cepat jika dibandingkan dengan orang yang bukan atlit.
Presoreflek ini berfungsi untuk menghambat dan mempercepat denyut jantung.
8. Teori pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah yaitu pada
dasarnya untuk mempertahankan posisi tubuh maka otot melakukan tonus,
dimana untuk tetap tonus maka otot membutuhkan sejumlah energi yang disuplai
oleh darah, sehingga untuk otot-otot yang mempunyai tonus otot yang banyak
maka tentu saja membutuhkan energi yang banyak pula sehingga memicu jantung
untuk mengedarkan darah lebih cepat , dan kita ketahui bahwa darah membawa
nutrien, O2, dan senyawa-senyawa lain sehingga dengan meningkatnya peredaran
darah maka denyut nadi dan tekanan darah juga akan meningkat.
9. Pengaruh latihan terhadap denyut nadi dan tekanan darah yaitu setelah melakukan
aktivitas fisik yang berat maka tekanan darah dan denyut nadi bertambah besar,
hal ini terkait dengan adanya penggunaan energi oleh tubuh pada saat beraktivitas
sehingga diperlukan nutrien, O2, dan zat-zat lain yang dibawa oleh darah ke
seluruh sel-sel yang memerlukan. Dengan adanya kebutuhan energi yang cukup
banyak ini maka akan meningkatkan aliran darah karena jantung terpicu untuk
dipompa lebih cepat sehingga tekanan darah dan denyut nadi menjadi meningkat.
10. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu:
1) Jumlah darah yang beredar dapat mempengaruhi tekanan darah, tekana
darah akan mengecil jika jika volumenya sedikit dan tekanan akan
membesar jika volumenya besar.
2) Adanya tekanan terhadap aliran darah
3) Aktivitas dari jantung dalam memompakan darah. Denyut jantung
meningkat maka tekanan darah juga meningkat.
4) Posisi tubuh; posisi berdiri dapat meningkatkan tekanan darah karena
berdiri lebih banyak membutuhkan energi dibandingkan dengan posisi
duduk dan tidur terlentang.
5) Aktivitas fisik dan keadaan fisik seseorang. Semakin berat aktivitas
seseorang maka denyut jantungnya akan semakin meningkat, darah yang
masuk ke arteri semakin banyak sehingga tekanan darah akan naik. Hal ini
terkait dengan pemenuhan energi di dalam tubuh.
6) Gangguan penyakit. Arteriolerosis dapat menaikkan tekanan sistole dan
diastole.
7) Umur. Semakin tua seseorang maka tekanan darahnya semakin meningkat
karena sifat elastisitas arteri semakin berkurang sehingga jantung
memompadarah dengan lebih kuat sehingga tekanan sistole dan diastole
naik.
8) Jenis kelamin. Umumnya jenis kelamin laki-laki mempunyai tekanan
darah yang lebih tinggi daripada wanita karena dalam tubuh laki-alaki
terdapat lebih banyak sel-sel aktif bila dibandingkan dengan perempuan.
11. Tekanan darah tinggi dan tekanan darah rendah membahayakan bagi tubuh.
Tekanan darah rendah dapat menyebabkan kondisi tubuh lemah dan pusing,
hilang kesadaran, hal ini disebabkan karena kurangnya suplai nutrien ke seluruh
tubuh khususnya otak. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah, sebab pembuluh darah sudah tidak mampu lagi menahan laju
tekanan darah yang sangat tinggi. Tekanan darah yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah.
VIII. Simpulan
1) Aktivitas tubuh berpengaruh terhadap tekanan darah dan denyut nadi dimana
keduanya berbanding lurus.
2) Posisi tubuh dapat berpengaruh terhadap tekanan darah dan denyut nadi dimana
posisi berdiri adalah posisi yang paling banyak membutuhkan energi dibandingkan
posisi yang lain.
3) Denyut nadi dan tekanan darah dapat digunakan untuk mendeteksi kesehatan,
dimana untuk denyut nadi normal adalah 75 per menit dan tekanan darah normal
adalah 120/80 mmHg.
IX. Daftar Pustaka
Citrawathi,D.M.,dkk. 2001. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Citrawathi,D.M.,dkk. 2001. LKM Anatomi dan Fisiologi Manusia. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Prajasetia.2008. Pengaruh Olahraga Terhadap Kinerja Jantung. Online. (http://prajasetia.wordpress.com diakses tanggal 14 Maret 2011).