demokrasi ekonomi dan masalah keadilan sosial
TRANSCRIPT
1 .
DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAHKEADILAN SOSIAL DALAM KERANGKA
PENGEMBANGAN STRUKTUR USAHA NASIONAL
Petunjuk-petunjuk kebijakan mengenai Demokrasi Ekonomidan masalah Keadilan Sosial yang lebih rinci dapat kita bacadalam GBHN antara lain : "Keseluruhan semangat, arah, dangerak pembangunan dilaksanakan sebagai pengembangan
semua sila Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang
utuh, yang meliputi : "Disini diambil satu yang relevan."Pengamalan sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indone-sia, yang antara lain mencakup upaya untuk mengembangkanpertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang Aifaitkandengan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menujuterciptanya kemakmuran yang berkeaditan bagi seturuh rakyatlndonesia dalam sistem ekonomi yang disusun sebagai usahabersama berdasar atas asas kekeluargaan".
Kemudian tentu saja mengenai ciri-ciri Demokrasi Ekono-mi :
Pembangunan ekonomi harus selalu mengarah kepadamantapnya sistem ekonomi nasional berdasarkan pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945 yang disusun untuk mewu-judkan Demokrasi Ekonomi yang harus dijadikan dasar pelak-sanaan pembangunan yang memiliki ciri sebagai berikut :a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan;
180 l 8 l
d .
Cabang-cabang produksi yang pentang bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh ne-
gara;
Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung dida-
tamnya sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan
dengan permufakatan lembaga perwakilan rakyat, dan
pengawasan terhadap kebijaksanaannya ada pada lemba-
ga perwakilan rakyat pula.
Perekonomian daerah dikembangkan secara serasi dan
seimbang antar daerah dalam satu kesatuan perekonomi-
an nasional dengan mendayagunakan potensi dan peran
serta daerah secara optimal dalam rangka perwuiudan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih peker-
jaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan peker-
jaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Hak milik perseorangan diakui dan pemanfaatannya tidak
boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
Potensi, inisiatif, dan daya kreasi warga negara di-
perkembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang
tidak merugikan kepentingan umum.
Dalam Demokrasi Ekonomi yang berdasarkan Pancasila
harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut :
a. Sistem frce fight liberalism yang menumbuhkan eksploi-
tasi terhadap rnanusia dan bangsa lain yang dalam
t.
s.
h.
sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan memper-tahankan kelemahan struktural ekonomi nasional danposisi Indonesia dalam perekonomian dunia.
Sistem etatisme dalam arti bahwa negara beserta apara-tur ekonomi negara bersifat dominan, mendesak danmematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor negara.
Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatanekonomi pada satu kelompok dalam berbagai bentukmonopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakatdan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.Mengenai kutipan di atas ada satu ulasan perlu disampai-
kan yaitu mengenai persepsi terhadap kata-kata 'dikuasai
oleh negara". Baik oleh Bapak Presiden sendiri maupun olehberbagai kalangan resmi dan pakar, pengertian dikuasai otehnegara tidak selalu harus dimiliki langsung dan diurus, diketolasendiri oleh pemerintah/negara. Negara tetap menguasainyadan penguasaan itu dapat dilakukan melalui kebijakan (po-licies), melalui pengaturan ataupun dengan 'negotiated con-tract", management contract. Dalam pengelolaan mihyakbumi dan gas alam ada kontrak kerja dan bagi hasil. Berbagaiproduk penting untuk rakyat banyak, pemerintah tetap perluterlibat untuk turut dalam kebijakan harga (pricing policyluntuk produk tersebut.
Sistem perpajakan itu sendiri merupakan bentuk pengua-saan negara atas usaha kegiatan ekonomi- pemilikan danpengelolaan sendiri (oleh Pemerintah/Negaral bukan selatuberarti bisa "dipergunakan untuk se-besar-besar kemakmuran
rakyat". Dimasa etatisme yang lalu banyak usaha tidak
memberi keuntungan bagi "kemakmuran rakyat' baik dalam
bentuk pajak yang nantinya bisa di "allocate' untuk penda-
naan program-program yang menguntungkan rakyat. Bahkan
tidak sedikit yang bangkrut atau perlu ditambah subsidi ldari
rakyatl untuk bisa beroperasi.
Yang penting sebenarnya adalah bahwa biarpun dikelola
oleh swasta misalnya tetap harus dengan pertimbangan
"untuk se-besar-besar kemakmuran rakyat'.
2. Arahan tema diskusi adalah untuk menghubungkan demokrasi
ekonomi dan masalah keadilan sosial itu dalam kerangka
pengembangan struktur usaha nasional. Fokus perhatian
adalah pada peranan dari usaha nasional baik yang besar,
menengah dan kecil dalam pembangunan nasional. ltupun
fokus perhatian dari paper ini.
Namun tidak salah apabila saya memberanikan diri untuk
sedikit mengulas mengenai pemerataan pembangunan dan
pengentasan kemiskinan. Terutama untuk menolak anggapan
bahwa kebijakan ekonomi (pembangunanl dalam masa orde
baru PJP I sampai sekarang menghasilkan bertambahnya
kemiskinan, tambahnya orang miskin. Satu kebijakan pem-
bangunan yang nota bene dipelopori pelaksanaannya oleh
Golongan Karya.
Mengenai pemerataan pembangunan dan pengentasan
kemiskinan GBHN menyebut sebagai berikut -Dalam Pem-
hangunan Jangka Panjang Pertama, pembangunan telah
menyebar diseluruh penjuru tanah air dan jumlah nkyat yang
hidup dalam kemiskinan telah sangat herkurang- llpaya untuklebih memeratakan pembangunan serta menghitangkan
kemiskinan dan keterhelakangan masih perlu terus dilanjutkandan ditingkatkan'-
Pemerataan pembangunan tidak saya artikan agarpembangunan "lehih sama rata", melainkan bahwa semuadaerah-daerah mengalami pembangunan, peningkatan kese-jahteraan rakyatnya. Adanya kesenjangan memang tidak bisadihindari, tetapi hendaknya yang cukup wajar (adil). Di duniaini termasuk di negara-negara komunis dulu pun terdapatkesenjangan ini.
Dalam ukuran ekonomi ini dihitung dari nisbah Gini lGiniRatio). Suatu studi Bank Dunia (World Bank, Indonesia Sus-taining Development. 19931 menyebutkan adanya pe-ngurangan bertahap daripada disparitas (perbedaanl dalampenddpatan per orang. Nisbah Gini turun dari O.35 -ditahun
197O menjadi O.31 di tahun 199O. Memang distr ibusi penda-patan lebih buruk diperkotaan dari di pedesaan. Demikian pulaada petunjuk tentang mengecilnya perbedaan dalam disparitaspendapatan regional, biarpun disparitasnnya memang besar(ini untuk tahun 1978 - 1990). Kalau kita melihat dari segilaju pertumbuhan ekonomi daerah, kita lihat PDRB 1975 s/d199O menurut buku Repelita Vl yang tertinggi adalah Sula-wesi Tenggara diikuti berturut-turut Riau, Bengkulu, Kaliman-tan Timur, Daerah Khusus lbu Kota Jakarta (tentu sajal,Sumatera Selatan dan Bali. Jadi jelas terjadi penyebaran(pemerataan) pembangunan.
Tetapi seperti yang dikemukakan dalam GBHN, upayauntuk tebih memeratakan pembangunan masih perlu terusdilanjutkan. Anggaran pembangunan tahun 1994/1995
bagian terbesar adalah alokasi untuk pembangunan daerah-
daerah ini.
Mengenai aleviasi kemiskinan ini dapat dilihat dari grafik
berikut ini yang diambil dari "lndonesia, A Ouarter Century Of
Progress (1968 - 19931' :
MnIBER OF PEOFLE BELO\ / PC,VERTY UNE
(nillimspeode)1976 - 1990
1976 1978 1980 1981 1984 1987 1990tViltage trCIty
Dari tahun 1969 sampai tahun 1990 telah dientaskan
42,8 juta orang, dari tahun 1976 - 1990, 27 iuta orang.
Ditahun 1969 lebih dari separoh jumlah penduduk yaitu
sebesar 70 juta orang hidup dalam kemiskinan absolut.
Dan perlu ditambahkan disini bahwa berdasarkan data
BPS ditahun 1993 terjadi penurunan lagi dari jumlah merekayang berada dibawah garis kemiskinan, bahkan dengan
ukuran garis kemiskinan yang lebih tinggi. Dalam jumlah turun
dari 27,2 juta ditahun 199O menjadi 25,9 juta, ditahun 1993
dari 15 persen turun menjadi 13.6 persen dari lumlah pendu-
duk.
oSekarang tantangan adalah usaha mengentaskan apa
yang disebut "hard core poverty". Dan seperti dikemukakan
Bapak Presiden -lni memerlukan penanganan yang lebih
terarah, dengan sasaran yang lebih jelas dan pelaksanaan
yang lebih didesenValisir. OIeh karcna itu selain program
pemerataan sektoral, regional yang telah dilaksanakan sampai
sekarang dan yang telah menunjukkan keberhasilannya, akan
dilaksanakan program IDT -------. Saya ingin menambahkanprogram-program yang lebih bersifat kemitraan, kekeluargaanyaitu program Keluarga Sejahtera, dimana keluarga-keluargayang telah berada dalam tataran sejahtera membantu (tentu
saja dengan mobilisasi input dari lain-lain jugal keluarga-ke-
luarga yang dalam tataran pra sejahtera. Saya pernah menin-
lau upaya serupa ini di Kabupaten Mojokerto.
Semua ini disampaikan disini bukan berarti kita tidak perlu
meneguhkan komitmen kita dalam upaya pemerata'an pem-
bangunan, dan aleviasi kemiskinan, namun kita perlu meli-hatnya secara lebih proporsional.
3. Perasaan adanya kesenjangan mungkin lebih benar apabiladilihat dari adanya konsentrasi penguasaan aset produksi ataupenguasaan sumber ekonomi publik secara berlebihan dalamkelompok usaha besar yang sedikit jumlahnya. Dilain pihakdirasa peranan usaha menengah, kecil dan koperasi tidakproporsional dalam kegairahan usaha ekonomi nasional kita.Dan keadaan ini kini merupakan sorotan dan keprihatinannasional.
186 187
Sebenarnya mengenai usaha menengah, kecil dan
koperasi ini dengan iklim kegairahan ekonomi dengan indika-
tor pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tidaklah ielek kiner-
janya. Kita lihat misalnya statistik yang ada dalam buku Pem-
bangunan Nasional dalam Angka dari Repelita Keenam-
Proyek-proyek Penanaman Modal Dalam Negeri tentu
juga ada yang dari usaha besar, tetapi ini lebih 'ioin' dalam
penanaman modal luar negeri, dapat diperkirakan lebih dari
separo merupakan penanaman modal usaha-usaha menengah.
o.. t t l t . t t
tsrldit i lll.l ttot'.1-fo'at Dn mldt t.t.l at..trr.l t-rlrtA
hint tll.t.l tn a6 l-a ,n talE t t
Ih clEh
c.llr l.tt
h.r-..rn -t?,llT.fi;..1r.- rr.-..L
Ihpclp
F:E|'J,F!LW f$i I m,m.$qaid'boti. Fq trcl nr l.ltl larlqtd 5r ib.. (n!t-r }l.l, !l.h to..rj GI|D-'
Perkreditan kepada usaha kecil dan koperasi belum tentu
pasti menunjukan adanya kemaiuan dalam kegairahan usaha
kecil dan koperasi yang sehat dan baik, tetapi sedikitnya ada
indikasi mengenai terjadinya peningkatan dan penambahan
kegiatan usaha kecil dan koperasi selama ini. Disini dikemu-kakan beberapa indikator tidak langsung tersebut. KreditUmum Pedesaan (Kupedesl yang jangkauannya lebih luasserta prosedurnya lebih mudah dan lebih cepat telah disa-furkan Bp. 1.7 trilyun ditahun 1992/1993. Dibandingkan
dengan angka akhir Repelita lV sebesar 606.5 milyar berarti
naik 18O.3 persen. Jumlah nasabahnya ditahun 1988/1989(akhir Repelita lvl sekitar 1.4 juta nasabah, ditahun199211993 telah meningkat mencapai sekitar 1.7 luta nasa-bah. Fasilitas kredit bagi pengusaha kecil tebih diperluas
dengan Kredit Usaha Kecil (KUKI. Perkembangan penyaluran
dana KUK telah menunjukkan peningkatan dari Rp. 14.1 tri-lyun s/d Desember 1989 menjadi Rp. 22,6 trilyun s/d Desem-
ber 1992. Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPAI
Koperasi berupa kredit modal keria telah mencapai Rp. 829.9miliar dan kredit investasi mencapai Rp. 1 12 miliar.
Mengenai angka-angka perkoperasian dapat ditambahkanbeberapa hal sebagai berikut :
Jumlah anggota Koperasi yang pada akhir Repelita Iadafah sekitar 3,2 juta menjadi 33,7 juta pada tahun 1993terdiri dari 2O,5 juta orang anggota KUD dan 13,2 juta oranganggota Koperasi non KUD. Nilai usaha koperasi yang pada
akhir Repel i ta l jumlahnya baru Rp. 61,5 mi l iar, di tahun 1993sudah menjadi Rp. 6,8 trilyun. Dilihat dari angka-angka inimenurut buku Repelita Vl teriadi peningkatan yang pesat baikdalam jumlah simpanan, modal usaha, dan nilai usaha kopera-si secara keseluruhan.
Dengan peningkatan kegairahan ekonomi makro pada
umumnya kita bisa melihat terdapatnya perkembangan usaha
menengah dan kecil penunjang (supporting activities). Di
kota-kota pinggiran Jakarta kecuali toko-toko, restoran,
bengkel kayu, penjualan bahan-bahan/alat-alat bangunan,
barang kerajinan, percetakan, koperasi angkutan dan lain-lain
berkembang. Ini tidak saja di Jakarta. Bisa di Tasikmalaya.
Sudah barang tentu banyak juga yang katut "dying indus-
tries" karena tidak lagi bisa dapat pasar.
Sekali lagi ini untuk melihat secara lebih proporsional.
Apabila tidak berkembang seperti diharapkan agar
mempunyai peranan yang lebih berarti dalam perekonomian
nasional kita, ini juga disebabkan karena banyak faktor-faktor
internal kepengusahaan usaha menengah, kecil dan koperasi
itu. Baik manajemen intern, modal keria dan terutama
penguasaan pasar.
Tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa peranan
usaha menengah, kecil dan koperasi dalam tataran struktur
usaha nasional masih perlu ditingkatkan agar lebih seimbang
dengan peranan usaha-usaha besar. Apalagi kalau kita melihatperkoperasian.
Dan ini tentu saja akan terasa senjang apabila melihat
akan kepesatan peranan dan kemajuan (sekelompokl usaha
besar dalam perekonomian nasional. Dan juga adanya eks-pansi konsentrasi penguasaan aset produksi atau penguasaan
sumber ekonomi yang besar.
Peranan usaha besar bukan tidak penting untuk
mendorong pembangunan. Banyak pemanfaatan potensi
sumber daya alam yang dipunyai lndonesia hanya bisa diman-
faatkan dalam proses produksi dan pemasaran oleh usaha
besar, itupun sering dengan cara konsorsium bersama modal
besar luar negeri. Usaha besar yang menjangkau usaha
dengan scale of economy yang besar dapat melakukan
dengan modal yang besar. Investasi-investasi besar ini bahkan
terasa tidak juga dapat sepenuhnya dibiayai dari tabungan
pemerintah maupun dana bantuan sekarang ini. Anggaran
sektor publik lebih dimanfaatkan untuk prasarana dasar
pembangunan (basic imfrastructurel dan program-program
pemerataan. Bahkan dalam pembangunan prasarana-prasara-
na dasar pun, yang memerlukan investasi sangat besar kini
telah diundang masuk kemampuan permodalan dan pengelo-
laan usaha besar nasional (termasuk dengan kerjasama usaha
besar luar negeril. Ada hal-hal yang dilihat dari segi
"economic scale- ini memang perlu ditakukan oleh usaha
besar.
Namun apabila ekspansi konsentrasi penguasaan aset
produksi dan jangkauannya terhadap penguasaan pasar,
apalagi kalau sudah mengenai produk strategis untuk kepen-
tingan rakyat banyak, sudah menjurus kearah kecen-
derungan menjadi monopolistik-oligopolistik tentu ini merupa-
kan keprihatinan. Apabila tidak terjadi persaingan sehat untuk
menjamin harga yang layak bagi konsumen. Harga menjadi
lebih ditentukan oleh kecenderungan monopotistik dan oli-
gopolistik tersebut.
Proteksi tidak seluruhnya jelek. Namun proteksi yang
melindungi inefisiensi usaha, atau memperbesar margin
190 l 9 l
keuntungan buat pengusaha atas "kerugian" konsumen jelas
berarti subsidi rakyat kepada pengusaha. Dan ini juga merugi-
kan arti persaingan sehat dalam kepengusahaan ekonomi. Ini
untuk menunjukkan bahwa kepesatan kemajuan suatu usaha
(besarl karena proteksi jelas.tidak sehat kalupun tidak adil.
Sekarang kecenderungan "kartel-kartel konglomerasi-
menampakkan hal-hal yang memprihatinkan. Seperti dalam
hal semen, kertas dan banyak yang disoroti la.innya.
4. Dengan mendasarkan diri pada upaya mewujudkan demokrasi
ekonomi dan cita-cita keadilan sosial seperti tercantum dalam
GBHN, tetapijuga tetap dengan kesadaran atas realita kondisi
yang kita miliki sekarang, saya menyampaikan tiga pemikiran
mengenai pengembangan struktur usaha nasional.
Pemikiran pertama adalah lebih meningkatkan dan mere-
alisasikan upava pemberdavaan usaha menenqah, kecil dan
koperasi untuk dapat lebih berperan dalam struktur usaha
nasional.
Dalam pengalaman saya pada waktu lampau sebagai
Komisaris Utama PT. Bahana, suatu perusahaan pelopor
pertama mengenai "usaha modal ventura ", kelemahan'pada
usaha menengah, kecil dan koperasi ini adalah utamanya
dalam budaya usaha dan kemampuan manajemen usaha.
Sering bersifat manajemen keluarga, ya percaya saling per-
caya kalau sudah tidak percaya bentrok musuhan dan kacau
usahanya. Ya perlu business wise pengelolaan usaha itu.
Kewirausahaan ini bagaimana pengembangannya, engineer-
ingnya dan dengan cara apa saya kurang tahu. Mungkin
dengan pelatihan-pelatihan kewirausahaan mandiri. [Contoh
yang diusahakan oleh Drs. Amir Radjab Batubara yang dulu
pernah jadi Dirut Bank Pembangunan Daerah Jawa Baratl. Di
Perkoperasian sudah ada pendidikan-pendidikan seperti
IKOPIN dan AKOP yang malah tempatnya di Jawa Barat.
Apakah sudah efektif.
Kendala lain daripada pengusaha menengah, kecil dan
koperasi adalah dibidang dana dan pasar- Oleh karena itu
upaya pemberdayaan seperti desain-desain modal ventura,
inkubator dan yang serupa, desain pengembangan yang
mempertimbangkan pendanaan, baik dalam bentuk equity
share maupun kredit penjembatan lbridging financing) serta
pasarnya penting untuk dikembangkan. Sekarang sudah mulai
hal ini berdiri diberbagai propinsi, bahkan Golkar juga meme-
lopori pembentukannya.
Peranan bank dan lembaga keuangan non bank untuk
pendanaan dalam bentuk kredit, asuransi kredit, penlamin
kredit dan lain-lain untuk usaha menengah, kecil dan koperasi
harus lebih bersifat'management engineering'.'husiness
development". Artinya kecuali prosedurnya yang kurang
rumit, yang lebih lunak persyaratannya, juga tidak "niagaake'
collateral ;aja. Mendorong perbankan untuk menyusun peta
usaha dan informasi pasar dan mendorong kepengusahaan
yang sehat.
Pemikiran kedua adalah perlu dikembangkan dalam uoava
pemberdavaan usaha menenoah, kecil dan kooerasi ini
oenqembanqan iaringan, keterkaitan atau dalam semanqat
demokrasi ekonomi kemitraan antara usaha besar, menenqah,
t92 193
kecil dan koperasi.
Di negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan
bahkan ini teriadi secara ekonomis. Usaha-usaha menengah,
kecil mampu secara kualitas teknologis menjadi supporting
industries, component supplier bagi industri besar. Disini
industri besar justru melakukan itu sendiri melalui -anak-anak
perusahaannya- Karena tidak percaya. Bagaimana supaya ini
bisa berubah. Disatu pihak meningkatkan kemampuan dibi-
dang usaha menengah, kecil, koperasi tersebut. Dilain pihak
dorongan kepada usaha besar untuk melakukan subcontract-
ing kepada usaha menengah, kecil, koperasi. Ini juga bisa
dilakukan dengan sistem waralaba (franchisel, penyerahan
distribusi produksi, branch office dan lain-lain.
Berbagai kebijakan kini telah dikembangkan untuk men-
dorong keterkaitan dan kemitraan ini. Ditahun 1989 dike-
luarkan kebijakan tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha
Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui BUMN. Pedoman ini
menetapkan kewajiban BUMN untuk menyisihkan dana 1
sampai 5 persen dari laba setetah pajak untuk pengembangan
usaha kecil dan koperasi. Realisasi dan efektifitasnya perlu
ditingkatkan, sekarang ini realisasinya masih sekitar 55persen. Ini perlu diikuti oleh usaha-usaha besar (yang seba-gian telah melakukannyal.
Demikian pula ada kebijakan ditahun 199O, yang mewa-jibkan setiap bank, kecuali bank asing/campuran, untuk
mengalokasikan paling sedikit 2O persen dari jumlah seluruh
kredit yang disalurkan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah dalam bentuk KUK (Kredit Usaha Kecil). Baik yang dari
BUMN maupun dari Perbankan ini penyaluran kredit iuga
harus bersifat management engineering dan business
development seperti diuraikan di atas.
Tidak kurang pentingnya adalah ketentuan pembinaan
kredit untuk usaha menengah dan kecil bagi pendanaan dalam
rangka pengadaan barang untuk Pemerintah dalam proyek-
proyek anggaran pembangunan.
Mengenai pemikiran pertama dan kedua ini sebenarnya
sudah ditunggu-tunggu adanya Undang-undang atau pengatu-
ran yang komprehensif mengenai pembinaan, pengembangan,
pemberdayaan usaha menengah dan kecil ini. Menurut
pendengaran ini sudah cukup lama pembahasannya./
Pemikiran ketiga adalah upaya penqembanqan iklim oer-
sainoan vanq lebih sehat, vanq memberi peluanq iuqa baqi
usaha menenqah, kecil dan koperasi untuk lebih. berperan
dalam struktur usaha nasional.
Adanya kebijakan-kebijakan untuk menghindari teriadinya
posisi-posisi monopolistik dan oligopolistik usaha, ekspansi
penguasaan hulu hilir industri tertentu dan yang serupa.
Memang terdengar juga suara-suara yang menyarankan
adanya semacam UU anti monopoli, anti trust, anti kartel.
Tetapi dalam semangat kekeluargaan ekonomi kita, keten-
tuan-ketentuan serupa itu dapat dituangkan dalam (semacaml
perundanq-undanqan dan kebiiakan persainqan sehat.
Paket-paket deregulasi pada hakekatnya ialah untuk
menunjang pengembangan iklim persaingan yang sehat tadi.
Dan mendukung untuk efisiensi usaha. Menghilangkan atau
mengurangi margin keuntungan besar karena proteksi.
Deregulasi memang membuka diri untuk persaingan sehat
dengan luar negeri. Tetapi ini tetap sekali lagi untuk men-
dorong peningkatan efisiensi dan daya saing (secara ekonomipasar) dunia usaha kita, serta untuk memberi harga yang
layak bagi konsumen (rakyat kita sendiril. Deregulasi berusa-
ha menciptakan iklim usaha yang lebih efisien dan produktif
atas dasar jalannya mekanisme pasar yang baik. Ini perlu
sustained effort (usaha berkelanjutanl, karena menurut
banyak ahli, masih ada juga yang belum tersentuh oleh upayaini. Tentu hal ini memerlukan komitmen Pemerintah untukmelanjutkannya.
Upaya yang disebut di atas juga semakin perlu karena"mau tidak mau. suka tidak suka, siap tidak siap bangsa
lndonesia telah masuk dalam sistem perdagangan hehas dunia(Presiden tanggal 9 Januari 19951.
Ketentuan-ketentuan mendorong keterkaitan, kemitraanusaha besar, menengah dan kecil perlu ditegaskan, realisa-sinya dipantau terutama yang menyangkut kesediaan usahabesar. Misalnya menyisihkan sebagian keuntungan setelahpajak bagi memberdayakan usaha menengah, kecil dankoperasi. Kesediaan untuk melakukan subcontract, turudmengembangkan modal ventura, inkubator dan lain-lain,usaha besar untuk usaha menengah, kecil dan koperasi.
Go public juga bersifat pemerataan. Artinya penguasaan
saham dapat di share dengan usaha menengah, kecil teruta-ma koperasi. Tetapi entah bagaimana ini juga ada bahayanyayang perlu dipikirkan penanggulangannya, dimana sharemalah bisa beralih ketangan usaha besar (PT. Papan Sejah-
tera). Nota bene daripada suatu badan usaha yang tadinya
lebih dituiukan untuk kepentingan masyarakat menengah-
Demikianlah pokok-pokok pemikiran seperti diminta oleh
juduf materi diskusi "Demokrasi ekonomi dan masalah keadi'
lan sosial dalam kerangka pengembangan struktur usaha
nasional".
Bandung, 27 Juni 1995
196