demokrasi ekonomi dan masalah keadilan sosial

9
1. DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAH KEADILAN SOSIAL DALAMKERANGKA PENGEMBANGAN STRUKTUR USAHANASIONAL Petunjuk-petunjuk kebijakan mengenai Demokrasi Ekonomi dan masalah Keadilan Sosial yang lebih rinci dapat kita baca dalam GBHN antara lain : "Keseluruhan semangat, arah, dan gerak pembangunan dilaksanakan sebagai pengembangan semua sila Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang utuh, yang meliputi : " Disini diambil satu yang relevan. "Pengamalan sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indone- sia, yang antara lain mencakup upaya untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang Aifaitkan dengan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya kemakmuran yang berkeaditan bagi seturuh rakyat lndonesia dalam sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama berdasaratas asas kekeluargaan". Kemudian tentu saja mengenai ciri-ciri Demokrasi Ekono- mi : Pembangunan ekonomi harus selalu mengarah kepada mantapnya sistem ekonomi nasional berdasarkan pancasila dan Undang-undangDasar 1945 yang disusun untuk mewu- judkan Demokrasi Ekonomi yang harus dijadikan dasar pelak- sanaan pembangunanyang memiliki ciri sebagai berikut : a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; 180 l8l d. Cabang-cabang produksi yang pentang bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh ne- gara; Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung dida- tamnya sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan permufakatan lembaga perwakilan rakyat, dan pengawasan terhadap kebijaksanaannya ada pada lemba- ga perwakilan rakyat pula. Perekonomian daerah dikembangkan secara serasi dan seimbang antar daerah dalam satu kesatuan perekonomi- an nasional dengan mendayagunakan potensi dan peran serta daerah secara optimal dalam rangka perwuiudan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih peker- jaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan peker- jaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hak milik perseorangan diakui dan pemanfaatannyatidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat. Potensi, inisiatif, dan daya kreasi warga negara di- perkembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum. Dalam Demokrasi Ekonomi yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkanhal-hal sebagai berikut : a. Sistem frce fight liberalism yang menumbuhkan eksploi- tasi terhadap rnanusia dan bangsa lain yang dalam t. s. h.

Upload: haminh

Post on 23-Jan-2017

252 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAH KEADILAN SOSIAL

1 .

DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAHKEADILAN SOSIAL DALAM KERANGKA

PENGEMBANGAN STRUKTUR USAHA NASIONAL

Petunjuk-petunjuk kebijakan mengenai Demokrasi Ekonomidan masalah Keadilan Sosial yang lebih rinci dapat kita bacadalam GBHN antara lain : "Keseluruhan semangat, arah, dangerak pembangunan dilaksanakan sebagai pengembangan

semua sila Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang

utuh, yang meliputi : "Disini diambil satu yang relevan."Pengamalan sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indone-sia, yang antara lain mencakup upaya untuk mengembangkanpertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang Aifaitkandengan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menujuterciptanya kemakmuran yang berkeaditan bagi seturuh rakyatlndonesia dalam sistem ekonomi yang disusun sebagai usahabersama berdasar atas asas kekeluargaan".

Kemudian tentu saja mengenai ciri-ciri Demokrasi Ekono-mi :

Pembangunan ekonomi harus selalu mengarah kepadamantapnya sistem ekonomi nasional berdasarkan pancasila

dan Undang-undang Dasar 1945 yang disusun untuk mewu-judkan Demokrasi Ekonomi yang harus dijadikan dasar pelak-sanaan pembangunan yang memiliki ciri sebagai berikut :a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar

atas asas kekeluargaan;

180 l 8 l

d .

Cabang-cabang produksi yang pentang bagi negara dan

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh ne-

gara;

Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung dida-

tamnya sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat dikuasai

oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat.

Sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan

dengan permufakatan lembaga perwakilan rakyat, dan

pengawasan terhadap kebijaksanaannya ada pada lemba-

ga perwakilan rakyat pula.

Perekonomian daerah dikembangkan secara serasi dan

seimbang antar daerah dalam satu kesatuan perekonomi-

an nasional dengan mendayagunakan potensi dan peran

serta daerah secara optimal dalam rangka perwuiudan

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih peker-

jaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan peker-

jaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Hak milik perseorangan diakui dan pemanfaatannya tidak

boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat.

Potensi, inisiatif, dan daya kreasi warga negara di-

perkembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang

tidak merugikan kepentingan umum.

Dalam Demokrasi Ekonomi yang berdasarkan Pancasila

harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut :

a. Sistem frce fight liberalism yang menumbuhkan eksploi-

tasi terhadap rnanusia dan bangsa lain yang dalam

t.

s.

h.

Page 2: DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAH KEADILAN SOSIAL

sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan memper-tahankan kelemahan struktural ekonomi nasional danposisi Indonesia dalam perekonomian dunia.

Sistem etatisme dalam arti bahwa negara beserta apara-tur ekonomi negara bersifat dominan, mendesak danmematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor negara.

Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatanekonomi pada satu kelompok dalam berbagai bentukmonopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakatdan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.Mengenai kutipan di atas ada satu ulasan perlu disampai-

kan yaitu mengenai persepsi terhadap kata-kata 'dikuasai

oleh negara". Baik oleh Bapak Presiden sendiri maupun olehberbagai kalangan resmi dan pakar, pengertian dikuasai otehnegara tidak selalu harus dimiliki langsung dan diurus, diketolasendiri oleh pemerintah/negara. Negara tetap menguasainyadan penguasaan itu dapat dilakukan melalui kebijakan (po-licies), melalui pengaturan ataupun dengan 'negotiated con-tract", management contract. Dalam pengelolaan mihyakbumi dan gas alam ada kontrak kerja dan bagi hasil. Berbagaiproduk penting untuk rakyat banyak, pemerintah tetap perluterlibat untuk turut dalam kebijakan harga (pricing policyluntuk produk tersebut.

Sistem perpajakan itu sendiri merupakan bentuk pengua-saan negara atas usaha kegiatan ekonomi- pemilikan danpengelolaan sendiri (oleh Pemerintah/Negaral bukan selatuberarti bisa "dipergunakan untuk se-besar-besar kemakmuran

rakyat". Dimasa etatisme yang lalu banyak usaha tidak

memberi keuntungan bagi "kemakmuran rakyat' baik dalam

bentuk pajak yang nantinya bisa di "allocate' untuk penda-

naan program-program yang menguntungkan rakyat. Bahkan

tidak sedikit yang bangkrut atau perlu ditambah subsidi ldari

rakyatl untuk bisa beroperasi.

Yang penting sebenarnya adalah bahwa biarpun dikelola

oleh swasta misalnya tetap harus dengan pertimbangan

"untuk se-besar-besar kemakmuran rakyat'.

2. Arahan tema diskusi adalah untuk menghubungkan demokrasi

ekonomi dan masalah keadilan sosial itu dalam kerangka

pengembangan struktur usaha nasional. Fokus perhatian

adalah pada peranan dari usaha nasional baik yang besar,

menengah dan kecil dalam pembangunan nasional. ltupun

fokus perhatian dari paper ini.

Namun tidak salah apabila saya memberanikan diri untuk

sedikit mengulas mengenai pemerataan pembangunan dan

pengentasan kemiskinan. Terutama untuk menolak anggapan

bahwa kebijakan ekonomi (pembangunanl dalam masa orde

baru PJP I sampai sekarang menghasilkan bertambahnya

kemiskinan, tambahnya orang miskin. Satu kebijakan pem-

bangunan yang nota bene dipelopori pelaksanaannya oleh

Golongan Karya.

Mengenai pemerataan pembangunan dan pengentasan

kemiskinan GBHN menyebut sebagai berikut -Dalam Pem-

hangunan Jangka Panjang Pertama, pembangunan telah

menyebar diseluruh penjuru tanah air dan jumlah nkyat yang

Page 3: DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAH KEADILAN SOSIAL

hidup dalam kemiskinan telah sangat herkurang- llpaya untuklebih memeratakan pembangunan serta menghitangkan

kemiskinan dan keterhelakangan masih perlu terus dilanjutkandan ditingkatkan'-

Pemerataan pembangunan tidak saya artikan agarpembangunan "lehih sama rata", melainkan bahwa semuadaerah-daerah mengalami pembangunan, peningkatan kese-jahteraan rakyatnya. Adanya kesenjangan memang tidak bisadihindari, tetapi hendaknya yang cukup wajar (adil). Di duniaini termasuk di negara-negara komunis dulu pun terdapatkesenjangan ini.

Dalam ukuran ekonomi ini dihitung dari nisbah Gini lGiniRatio). Suatu studi Bank Dunia (World Bank, Indonesia Sus-taining Development. 19931 menyebutkan adanya pe-ngurangan bertahap daripada disparitas (perbedaanl dalampenddpatan per orang. Nisbah Gini turun dari O.35 -ditahun

197O menjadi O.31 di tahun 199O. Memang distr ibusi penda-patan lebih buruk diperkotaan dari di pedesaan. Demikian pulaada petunjuk tentang mengecilnya perbedaan dalam disparitaspendapatan regional, biarpun disparitasnnya memang besar(ini untuk tahun 1978 - 1990). Kalau kita melihat dari segilaju pertumbuhan ekonomi daerah, kita lihat PDRB 1975 s/d199O menurut buku Repelita Vl yang tertinggi adalah Sula-wesi Tenggara diikuti berturut-turut Riau, Bengkulu, Kaliman-tan Timur, Daerah Khusus lbu Kota Jakarta (tentu sajal,Sumatera Selatan dan Bali. Jadi jelas terjadi penyebaran(pemerataan) pembangunan.

Tetapi seperti yang dikemukakan dalam GBHN, upayauntuk tebih memeratakan pembangunan masih perlu terusdilanjutkan. Anggaran pembangunan tahun 1994/1995

bagian terbesar adalah alokasi untuk pembangunan daerah-

daerah ini.

Mengenai aleviasi kemiskinan ini dapat dilihat dari grafik

berikut ini yang diambil dari "lndonesia, A Ouarter Century Of

Progress (1968 - 19931' :

MnIBER OF PEOFLE BELO\ / PC,VERTY UNE

(nillimspeode)1976 - 1990

1976 1978 1980 1981 1984 1987 1990tViltage trCIty

Dari tahun 1969 sampai tahun 1990 telah dientaskan

42,8 juta orang, dari tahun 1976 - 1990, 27 iuta orang.

Ditahun 1969 lebih dari separoh jumlah penduduk yaitu

sebesar 70 juta orang hidup dalam kemiskinan absolut.

Dan perlu ditambahkan disini bahwa berdasarkan data

BPS ditahun 1993 terjadi penurunan lagi dari jumlah merekayang berada dibawah garis kemiskinan, bahkan dengan

ukuran garis kemiskinan yang lebih tinggi. Dalam jumlah turun

dari 27,2 juta ditahun 199O menjadi 25,9 juta, ditahun 1993

dari 15 persen turun menjadi 13.6 persen dari lumlah pendu-

duk.

Page 4: DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAH KEADILAN SOSIAL

oSekarang tantangan adalah usaha mengentaskan apa

yang disebut "hard core poverty". Dan seperti dikemukakan

Bapak Presiden -lni memerlukan penanganan yang lebih

terarah, dengan sasaran yang lebih jelas dan pelaksanaan

yang lebih didesenValisir. OIeh karcna itu selain program

pemerataan sektoral, regional yang telah dilaksanakan sampai

sekarang dan yang telah menunjukkan keberhasilannya, akan

dilaksanakan program IDT -------. Saya ingin menambahkanprogram-program yang lebih bersifat kemitraan, kekeluargaanyaitu program Keluarga Sejahtera, dimana keluarga-keluargayang telah berada dalam tataran sejahtera membantu (tentu

saja dengan mobilisasi input dari lain-lain jugal keluarga-ke-

luarga yang dalam tataran pra sejahtera. Saya pernah menin-

lau upaya serupa ini di Kabupaten Mojokerto.

Semua ini disampaikan disini bukan berarti kita tidak perlu

meneguhkan komitmen kita dalam upaya pemerata'an pem-

bangunan, dan aleviasi kemiskinan, namun kita perlu meli-hatnya secara lebih proporsional.

3. Perasaan adanya kesenjangan mungkin lebih benar apabiladilihat dari adanya konsentrasi penguasaan aset produksi ataupenguasaan sumber ekonomi publik secara berlebihan dalamkelompok usaha besar yang sedikit jumlahnya. Dilain pihakdirasa peranan usaha menengah, kecil dan koperasi tidakproporsional dalam kegairahan usaha ekonomi nasional kita.Dan keadaan ini kini merupakan sorotan dan keprihatinannasional.

186 187

Sebenarnya mengenai usaha menengah, kecil dan

koperasi ini dengan iklim kegairahan ekonomi dengan indika-

tor pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tidaklah ielek kiner-

janya. Kita lihat misalnya statistik yang ada dalam buku Pem-

bangunan Nasional dalam Angka dari Repelita Keenam-

Proyek-proyek Penanaman Modal Dalam Negeri tentu

juga ada yang dari usaha besar, tetapi ini lebih 'ioin' dalam

penanaman modal luar negeri, dapat diperkirakan lebih dari

separo merupakan penanaman modal usaha-usaha menengah.

o.. t t l t . t t

tsrldit i lll.l ttot'.1-fo'at Dn mldt t.t.l at..trr.l t-rlrtA

hint tll.t.l tn a6 l-a ,n talE t t

Ih clEh

c.llr l.tt

h.r-..rn -t?,llT.fi;..1r.- rr.-..L

Ihpclp

F:E|'J,F!LW f$i I m,m.$qaid'boti. Fq trcl nr l.ltl larlqtd 5r ib.. (n!t-r }l.l, !l.h to..rj GI|D-'

Perkreditan kepada usaha kecil dan koperasi belum tentu

pasti menunjukan adanya kemaiuan dalam kegairahan usaha

kecil dan koperasi yang sehat dan baik, tetapi sedikitnya ada

Page 5: DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAH KEADILAN SOSIAL

indikasi mengenai terjadinya peningkatan dan penambahan

kegiatan usaha kecil dan koperasi selama ini. Disini dikemu-kakan beberapa indikator tidak langsung tersebut. KreditUmum Pedesaan (Kupedesl yang jangkauannya lebih luasserta prosedurnya lebih mudah dan lebih cepat telah disa-furkan Bp. 1.7 trilyun ditahun 1992/1993. Dibandingkan

dengan angka akhir Repelita lV sebesar 606.5 milyar berarti

naik 18O.3 persen. Jumlah nasabahnya ditahun 1988/1989(akhir Repelita lvl sekitar 1.4 juta nasabah, ditahun199211993 telah meningkat mencapai sekitar 1.7 luta nasa-bah. Fasilitas kredit bagi pengusaha kecil tebih diperluas

dengan Kredit Usaha Kecil (KUKI. Perkembangan penyaluran

dana KUK telah menunjukkan peningkatan dari Rp. 14.1 tri-lyun s/d Desember 1989 menjadi Rp. 22,6 trilyun s/d Desem-

ber 1992. Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPAI

Koperasi berupa kredit modal keria telah mencapai Rp. 829.9miliar dan kredit investasi mencapai Rp. 1 12 miliar.

Mengenai angka-angka perkoperasian dapat ditambahkanbeberapa hal sebagai berikut :

Jumlah anggota Koperasi yang pada akhir Repelita Iadafah sekitar 3,2 juta menjadi 33,7 juta pada tahun 1993terdiri dari 2O,5 juta orang anggota KUD dan 13,2 juta oranganggota Koperasi non KUD. Nilai usaha koperasi yang pada

akhir Repel i ta l jumlahnya baru Rp. 61,5 mi l iar, di tahun 1993sudah menjadi Rp. 6,8 trilyun. Dilihat dari angka-angka inimenurut buku Repelita Vl teriadi peningkatan yang pesat baikdalam jumlah simpanan, modal usaha, dan nilai usaha kopera-si secara keseluruhan.

Dengan peningkatan kegairahan ekonomi makro pada

umumnya kita bisa melihat terdapatnya perkembangan usaha

menengah dan kecil penunjang (supporting activities). Di

kota-kota pinggiran Jakarta kecuali toko-toko, restoran,

bengkel kayu, penjualan bahan-bahan/alat-alat bangunan,

barang kerajinan, percetakan, koperasi angkutan dan lain-lain

berkembang. Ini tidak saja di Jakarta. Bisa di Tasikmalaya.

Sudah barang tentu banyak juga yang katut "dying indus-

tries" karena tidak lagi bisa dapat pasar.

Sekali lagi ini untuk melihat secara lebih proporsional.

Apabila tidak berkembang seperti diharapkan agar

mempunyai peranan yang lebih berarti dalam perekonomian

nasional kita, ini juga disebabkan karena banyak faktor-faktor

internal kepengusahaan usaha menengah, kecil dan koperasi

itu. Baik manajemen intern, modal keria dan terutama

penguasaan pasar.

Tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa peranan

usaha menengah, kecil dan koperasi dalam tataran struktur

usaha nasional masih perlu ditingkatkan agar lebih seimbang

dengan peranan usaha-usaha besar. Apalagi kalau kita melihatperkoperasian.

Dan ini tentu saja akan terasa senjang apabila melihat

akan kepesatan peranan dan kemajuan (sekelompokl usaha

besar dalam perekonomian nasional. Dan juga adanya eks-pansi konsentrasi penguasaan aset produksi atau penguasaan

sumber ekonomi yang besar.

Peranan usaha besar bukan tidak penting untuk

mendorong pembangunan. Banyak pemanfaatan potensi

Page 6: DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAH KEADILAN SOSIAL

sumber daya alam yang dipunyai lndonesia hanya bisa diman-

faatkan dalam proses produksi dan pemasaran oleh usaha

besar, itupun sering dengan cara konsorsium bersama modal

besar luar negeri. Usaha besar yang menjangkau usaha

dengan scale of economy yang besar dapat melakukan

dengan modal yang besar. Investasi-investasi besar ini bahkan

terasa tidak juga dapat sepenuhnya dibiayai dari tabungan

pemerintah maupun dana bantuan sekarang ini. Anggaran

sektor publik lebih dimanfaatkan untuk prasarana dasar

pembangunan (basic imfrastructurel dan program-program

pemerataan. Bahkan dalam pembangunan prasarana-prasara-

na dasar pun, yang memerlukan investasi sangat besar kini

telah diundang masuk kemampuan permodalan dan pengelo-

laan usaha besar nasional (termasuk dengan kerjasama usaha

besar luar negeril. Ada hal-hal yang dilihat dari segi

"economic scale- ini memang perlu ditakukan oleh usaha

besar.

Namun apabila ekspansi konsentrasi penguasaan aset

produksi dan jangkauannya terhadap penguasaan pasar,

apalagi kalau sudah mengenai produk strategis untuk kepen-

tingan rakyat banyak, sudah menjurus kearah kecen-

derungan menjadi monopolistik-oligopolistik tentu ini merupa-

kan keprihatinan. Apabila tidak terjadi persaingan sehat untuk

menjamin harga yang layak bagi konsumen. Harga menjadi

lebih ditentukan oleh kecenderungan monopotistik dan oli-

gopolistik tersebut.

Proteksi tidak seluruhnya jelek. Namun proteksi yang

melindungi inefisiensi usaha, atau memperbesar margin

190 l 9 l

keuntungan buat pengusaha atas "kerugian" konsumen jelas

berarti subsidi rakyat kepada pengusaha. Dan ini juga merugi-

kan arti persaingan sehat dalam kepengusahaan ekonomi. Ini

untuk menunjukkan bahwa kepesatan kemajuan suatu usaha

(besarl karena proteksi jelas.tidak sehat kalupun tidak adil.

Sekarang kecenderungan "kartel-kartel konglomerasi-

menampakkan hal-hal yang memprihatinkan. Seperti dalam

hal semen, kertas dan banyak yang disoroti la.innya.

4. Dengan mendasarkan diri pada upaya mewujudkan demokrasi

ekonomi dan cita-cita keadilan sosial seperti tercantum dalam

GBHN, tetapijuga tetap dengan kesadaran atas realita kondisi

yang kita miliki sekarang, saya menyampaikan tiga pemikiran

mengenai pengembangan struktur usaha nasional.

Pemikiran pertama adalah lebih meningkatkan dan mere-

alisasikan upava pemberdavaan usaha menenqah, kecil dan

koperasi untuk dapat lebih berperan dalam struktur usaha

nasional.

Dalam pengalaman saya pada waktu lampau sebagai

Komisaris Utama PT. Bahana, suatu perusahaan pelopor

pertama mengenai "usaha modal ventura ", kelemahan'pada

usaha menengah, kecil dan koperasi ini adalah utamanya

dalam budaya usaha dan kemampuan manajemen usaha.

Sering bersifat manajemen keluarga, ya percaya saling per-

caya kalau sudah tidak percaya bentrok musuhan dan kacau

usahanya. Ya perlu business wise pengelolaan usaha itu.

Kewirausahaan ini bagaimana pengembangannya, engineer-

ingnya dan dengan cara apa saya kurang tahu. Mungkin

Page 7: DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAH KEADILAN SOSIAL

dengan pelatihan-pelatihan kewirausahaan mandiri. [Contoh

yang diusahakan oleh Drs. Amir Radjab Batubara yang dulu

pernah jadi Dirut Bank Pembangunan Daerah Jawa Baratl. Di

Perkoperasian sudah ada pendidikan-pendidikan seperti

IKOPIN dan AKOP yang malah tempatnya di Jawa Barat.

Apakah sudah efektif.

Kendala lain daripada pengusaha menengah, kecil dan

koperasi adalah dibidang dana dan pasar- Oleh karena itu

upaya pemberdayaan seperti desain-desain modal ventura,

inkubator dan yang serupa, desain pengembangan yang

mempertimbangkan pendanaan, baik dalam bentuk equity

share maupun kredit penjembatan lbridging financing) serta

pasarnya penting untuk dikembangkan. Sekarang sudah mulai

hal ini berdiri diberbagai propinsi, bahkan Golkar juga meme-

lopori pembentukannya.

Peranan bank dan lembaga keuangan non bank untuk

pendanaan dalam bentuk kredit, asuransi kredit, penlamin

kredit dan lain-lain untuk usaha menengah, kecil dan koperasi

harus lebih bersifat'management engineering'.'husiness

development". Artinya kecuali prosedurnya yang kurang

rumit, yang lebih lunak persyaratannya, juga tidak "niagaake'

collateral ;aja. Mendorong perbankan untuk menyusun peta

usaha dan informasi pasar dan mendorong kepengusahaan

yang sehat.

Pemikiran kedua adalah perlu dikembangkan dalam uoava

pemberdavaan usaha menenoah, kecil dan kooerasi ini

oenqembanqan iaringan, keterkaitan atau dalam semanqat

demokrasi ekonomi kemitraan antara usaha besar, menenqah,

t92 193

kecil dan koperasi.

Di negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan

bahkan ini teriadi secara ekonomis. Usaha-usaha menengah,

kecil mampu secara kualitas teknologis menjadi supporting

industries, component supplier bagi industri besar. Disini

industri besar justru melakukan itu sendiri melalui -anak-anak

perusahaannya- Karena tidak percaya. Bagaimana supaya ini

bisa berubah. Disatu pihak meningkatkan kemampuan dibi-

dang usaha menengah, kecil, koperasi tersebut. Dilain pihak

dorongan kepada usaha besar untuk melakukan subcontract-

ing kepada usaha menengah, kecil, koperasi. Ini juga bisa

dilakukan dengan sistem waralaba (franchisel, penyerahan

distribusi produksi, branch office dan lain-lain.

Berbagai kebijakan kini telah dikembangkan untuk men-

dorong keterkaitan dan kemitraan ini. Ditahun 1989 dike-

luarkan kebijakan tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha

Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui BUMN. Pedoman ini

menetapkan kewajiban BUMN untuk menyisihkan dana 1

sampai 5 persen dari laba setetah pajak untuk pengembangan

usaha kecil dan koperasi. Realisasi dan efektifitasnya perlu

ditingkatkan, sekarang ini realisasinya masih sekitar 55persen. Ini perlu diikuti oleh usaha-usaha besar (yang seba-gian telah melakukannyal.

Demikian pula ada kebijakan ditahun 199O, yang mewa-jibkan setiap bank, kecuali bank asing/campuran, untuk

mengalokasikan paling sedikit 2O persen dari jumlah seluruh

kredit yang disalurkan kepada pengusaha golongan ekonomi

lemah dalam bentuk KUK (Kredit Usaha Kecil). Baik yang dari

Page 8: DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAH KEADILAN SOSIAL

BUMN maupun dari Perbankan ini penyaluran kredit iuga

harus bersifat management engineering dan business

development seperti diuraikan di atas.

Tidak kurang pentingnya adalah ketentuan pembinaan

kredit untuk usaha menengah dan kecil bagi pendanaan dalam

rangka pengadaan barang untuk Pemerintah dalam proyek-

proyek anggaran pembangunan.

Mengenai pemikiran pertama dan kedua ini sebenarnya

sudah ditunggu-tunggu adanya Undang-undang atau pengatu-

ran yang komprehensif mengenai pembinaan, pengembangan,

pemberdayaan usaha menengah dan kecil ini. Menurut

pendengaran ini sudah cukup lama pembahasannya./

Pemikiran ketiga adalah upaya penqembanqan iklim oer-

sainoan vanq lebih sehat, vanq memberi peluanq iuqa baqi

usaha menenqah, kecil dan koperasi untuk lebih. berperan

dalam struktur usaha nasional.

Adanya kebijakan-kebijakan untuk menghindari teriadinya

posisi-posisi monopolistik dan oligopolistik usaha, ekspansi

penguasaan hulu hilir industri tertentu dan yang serupa.

Memang terdengar juga suara-suara yang menyarankan

adanya semacam UU anti monopoli, anti trust, anti kartel.

Tetapi dalam semangat kekeluargaan ekonomi kita, keten-

tuan-ketentuan serupa itu dapat dituangkan dalam (semacaml

perundanq-undanqan dan kebiiakan persainqan sehat.

Paket-paket deregulasi pada hakekatnya ialah untuk

menunjang pengembangan iklim persaingan yang sehat tadi.

Dan mendukung untuk efisiensi usaha. Menghilangkan atau

mengurangi margin keuntungan besar karena proteksi.

Deregulasi memang membuka diri untuk persaingan sehat

dengan luar negeri. Tetapi ini tetap sekali lagi untuk men-

dorong peningkatan efisiensi dan daya saing (secara ekonomipasar) dunia usaha kita, serta untuk memberi harga yang

layak bagi konsumen (rakyat kita sendiril. Deregulasi berusa-

ha menciptakan iklim usaha yang lebih efisien dan produktif

atas dasar jalannya mekanisme pasar yang baik. Ini perlu

sustained effort (usaha berkelanjutanl, karena menurut

banyak ahli, masih ada juga yang belum tersentuh oleh upayaini. Tentu hal ini memerlukan komitmen Pemerintah untukmelanjutkannya.

Upaya yang disebut di atas juga semakin perlu karena"mau tidak mau. suka tidak suka, siap tidak siap bangsa

lndonesia telah masuk dalam sistem perdagangan hehas dunia(Presiden tanggal 9 Januari 19951.

Ketentuan-ketentuan mendorong keterkaitan, kemitraanusaha besar, menengah dan kecil perlu ditegaskan, realisa-sinya dipantau terutama yang menyangkut kesediaan usahabesar. Misalnya menyisihkan sebagian keuntungan setelahpajak bagi memberdayakan usaha menengah, kecil dankoperasi. Kesediaan untuk melakukan subcontract, turudmengembangkan modal ventura, inkubator dan lain-lain,usaha besar untuk usaha menengah, kecil dan koperasi.

Go public juga bersifat pemerataan. Artinya penguasaan

saham dapat di share dengan usaha menengah, kecil teruta-ma koperasi. Tetapi entah bagaimana ini juga ada bahayanyayang perlu dipikirkan penanggulangannya, dimana sharemalah bisa beralih ketangan usaha besar (PT. Papan Sejah-

Page 9: DEMOKRASI EKONOMI DAN MASALAH KEADILAN SOSIAL

tera). Nota bene daripada suatu badan usaha yang tadinya

lebih dituiukan untuk kepentingan masyarakat menengah-

Demikianlah pokok-pokok pemikiran seperti diminta oleh

juduf materi diskusi "Demokrasi ekonomi dan masalah keadi'

lan sosial dalam kerangka pengembangan struktur usaha

nasional".

Bandung, 27 Juni 1995

196